Anda di halaman 1dari 15

Tugas Mingguan Kel.

2
Cara Pelayanan Makanan,
M anjemen Sistem Penyelenggaraan Makanan Institusi

Tujuan Organisasi,
Kebutuhan
Dhyah Ayu KW Klien
Kelompok 2:
Dhyah Ayu K. 1205025017
Gandanish Ruhayya 1205025027
Mutia Kusuma W. 1205025048
Tgl Pengumpulan 4 April 2014
BAB I

PENDAHULUAN

Penyelenggaraan berasal dari kata dasar selengara yang artinya


menyelenggarakan, mengurus, dan mengusahakan sesuatu, seperti: memelihara, merawat .
(Ali, 1990:403). Jika dikaitkan dengan makanan, maka penyelenggaraan makanan pada
hakikatnya merupakan kegiatan mengurus dan mengusahakan masalah makanan, atau proses
pengolahan makanan pada satu jenis kegiatan tertentu.
Menurut Moehyi (1992), penyelenggaraan makanan adalah suatu proses menyediakan
makanan dalam jumlah besar dengan alasan tertentu. Sedangkan Depkes (2003) menjelaskan
bahwa penyelenggaraan makanan adalah rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu
sampai dengan pendistribusian makanan kepada konsumen dalam rangka pencapaiana status
yang optimal melalui pemberian makanan yang tepat dan termasuk kegiatan pencatatan,
pelaporan, dan evaluasi bertujuan untuk mencapai status kesehatan yang optimal melalui
pemberian makan yang tepat (Rahmawati, 2011).Penyelenggaraan makanan merupakan
proses pengelolaan makanan untuk orang banyak. Pada hakekatnya penyelenggaraan
makanan merupakan program kegiatan di dapur, yang mencangkup perencanaan anggaran
belanja, perencanaan menu, perencanaan bahan makanan, persiapan, pengolahan, penyajian
makanan.
A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana berbagai cara pelayanan penyelenggaraan makanan yang digunakan
berbagai institusi yang ada?
2. Apa saja jenis tujuan dari organisasi penyelenggaraan makanan?
3. Serta apa saja kebutuhan klien yang perlu diperhatikan saat melaksanakan suatu
penyelenggaraan makanan.
B. Tujuan
Tujuan diadakannya tugas makalah ini antara lain ialah:
1. Memberikan wawasan kepada mahasiswa/I yang mengerjakan, serta diharapkan
bermanfaat bagi yang membacanya
2. Menimbulkan kemandirian mahasiswa/i dalam melaksanakan proses pembelajaran
3. Dll,
BAB II

ISI

A. Cara Pelayanan Makanan

Begitu banyak jenis pelayanan yang digunakan dalam suatu organisasi atau institusi.
Dimana umumnya memiliki tujuan untuk memuaskan konsumen dengan makanan yang
memiliki kualitas yang baik, suhu yang tepat untuk penyajian dan keamanan mikrobanya, dll.
Cara pelayanan yang dipilih sesuai dengan kriteria yang telah disebutkan. Selain itu,
pemilihan jenis makanan harus memikirkan aspek ekonomisnya yang disesuaikan dengan
tujuan dan standar yang digunakan oleh institusi tersebut. Jenis jenis dasar pelayanan
makanan meliputi:

1. Self service
a. Cafeteria-traditional
b. Free flow /scramble
c. Machine vended
d. Buffet
e. n Smorgasbord
f. Salad bar
g. Drive-up
2. Tray service
a. Sentralisasi
b. Desentralisasi
3. Wait service
a. Counter
b. Table-American, France, Russian, family banquet
4. Portable meals
Off-premis / on-premis delivery

1. Self service / grab and go


Self Servikce merupakan cara yang paling sederhana dalam pelayanan makanan, yakni
dengan cara tamu atau seorang customer membawa pilihan makanan mereka dari tempat
display ke ruang makan. Cara terbaik yang diketahui dalam self-service adalah cafeteria,
Buffet dengan berbagai variannya, Smorgasbord, dan Salad bar serta Machine vended yang
cukup popular.

a. Cafetaria
Cafetaria terdiri dari 2 jenis. Kafetaria Tradisional merupakan jenis kafetaria dimana
salah seorang karayawan akan berdiri melayani customer dari belakang counter, serta
membantu dalam pemilihan menu makanan . Ada banyak bentuk susunan meja counter
seperti dari garis lurus (straightline) hingga parallel, atau double line, zig-zag, serta
bentuk huruf U. Dimana pada tiap bentuk pelanggan akan mengikuti garis tersebut untuk
memilih pilihannya.
Tradisional kafetaria ini biasanya digunakan di kampus-kampus, kompleks
perumahan, kafetaria yang terbuka untuk umum, kantin sekolah, operasi komersial, dll.
Penekanannya yang utama pada porsi yang terstandar serta kecepatan dan keramahan
pelayanan.
Jenis kafetaria yang kedua dikenal dengan berbagai cara seperti bollow square, nfree
flow atau scramble. Pada jenis ini pemisahan bagian di counter memungkinkan penyajian
pada menu-menu tertentu seperti makanan-makanan panas, sandwiches, salads, dan
dessert. Section yang dipisahkan ini biasanya ditempatkan pada tiga sisi di ruang makan
tersebut, lalu pengunjung akan berjalan dari tengah-tengahke tempat yang diinginkan.
Memang meliki kekurangan, pada awalnya kan sedikit membingungkan namun akan
mempercepat pemilihan karena tidaka adanya antrian seperti pada cara tradisional.
Namun dalam pencapian suksesnya diperlukan pengontrolan dalam seberapa bnyaknya
pelanggan yang masuk.
b. Vended Machine
Sejarah awal mula penjualan keliling sendiri pada saat 215 SM di Greece, namun bila
dilihat dari penjualan makan keliling di Negara Amerika Serikat dimulai dengan
penemuan mesin penny candy dan gum machine. Kemudian bermunculan mesin mesin
baru seperti mesin minuman, kopi yang dapat kita temukan di vended machine. Saat ini,
begitu banyak mesin mesin yang lebih canggih, seperti makanan-makanan beku seperti es
krim, buah-buahan seperti pisang.Ada juga mesin yang mengandung element pemanas
sehingga mampu untuk memasak atau memanaskan ulang seperti mesin pizza, cupcake,
dll. Karena penggunaannya yang paraktis dan peletakkannya yang ideal di berbagai
ruangan, maka vended machine dapat digunakan di berbagai tempat seperti sekolah-
sekolah, loby penginapan, rumah sakit, perkantoran, dan terminal-terminal transportasi
untuk pelayanan coffee break, after-meals-hours snack, dan beberapa makanan yang
memungkinkan.
c. Buffet
Buffet merupakan satu tipe dasar pelayanan yang mirip dengan smorgasbord
dan salad bar di ruang makan di mana hidangan secara lengkap dari hidangan
pembuka sampai hidangan penutup telah disediakan, ditata, diatur, di atas meja buffet
atau meja panjang. Tamu bebas memilih makanan dan mengambilnya sesuai dengan
selera, pramusaji ada yang bertugas melayani di belakang meja selama perjamuan
berlangsung. Kunci pelayanan makanan ini terletak pada penampilan yang menarik
serta bagaimana kondisi makanan tersebut tetap hangat atau dingin saat dihidangkan.
Karena peletakkannya di ruangan terbuka, maka untuk menjaga estetika penampilan
serta perlindungan kesehatan makanan maka diperlukan beberapa perlindungan
terhadap makanan. Seperti portable sneeze guards.
d. Drive-Thru Pick Up
Tipe pelayanan makanan seperti ini sangat cocok untuk makanan cepat saji
(fast food) yang memerlukan kecepatan tinggi dalam pelayanan konsumen. Makanan
cepat saji (fast food) adalah makanan yang tersedia dalam waktu cepat dan siap
disantap, seperti fried chiken, hamburger atau pizza. Mudahnya memperoleh makanan
siap saji di pasaran memang memudahkan tersedianya variasi pangan sesuai selera
dan daya beli. Selain itu, pengolahan dan penyiapannya lebih mudah dan cepat, cocok
bagi mereka yang selalu sibuk (Sulistijani, 2002).
Konsumen memasuki restaurant ground atau line yang sudah disediakan
kemudian memilih menu pada layar yang tertera lalu memesan makanan yang
diinginkan dan makanan akan keluar di box yang disediakan atau dilayani oleh
seorang karyawan khusus di drive thru.
2. Tray Service
Berdasarkan penerapan prosedur distribusi, yang menekankan pada alat
pendistribusian langsung pada konsumen, dibedakan menjadi 2 type
a. Cara sentralisasi: semua kegiatan pembagian makanan dipusatkan di suatu tempat
dan penyajian makanan dilaksanakan langsung pada alat makan perorangan. Faktor
yang menentukan: tempat, alat, tenaga dll
b. Cara desentralisasi: kegiatan utama masih di unit pembagian utama, selanjutnya
makanan dalam jumlah besar dibawa ke ruang makan/unit pelayanan yang berada di
lokasi berbeda, makanan dipanaskan dan disajikan dalam alat makan perorangan yg
telah disediakan di dapur ruangan.
3. Wait Service
a. Counter
Counter merupakan salah satu jenis pelayanan self service yang digunakan
pada acara-acara non formal. Tamu-tamu duduk pada meja counter dimana terdapat
pegawai yang melayani tamu tersebut. Tempat counter memungkinkan para tamu
untuk melihat proses persiapan dan pemasakan makanan. Umumnya, counter
didesain untuk membentuk huruf U dengan space maximum dan pelayan mampu
melayani banyak konsumen dalam jarak yang tidak terlalu jauh.
b. Table service
Kebanyakan restoran dan hotel atau motel menggunakan pelayanan yang lebih
formal dibandingkan pelayanan counter. Walaupun keduanya menggunakan
pelayanan secara personal. Secara garis besar, pelayanan table service
diklasifikasikan menjadi 4, yakni American, French, Russian, dan banquet.
1) American service
Merupakan salah satu yang paling banyak digunakan di USA. Seorang matre d,
host,atau hostess akan menyambut tamu serta memberikan tempat duduk lalu
melayani mereka dengan kartu menu makanan. Waitresses atau waiters
meletakan napkin, mengambil pesanan dan membawa makanan dari dapur saji ke
tamu,melayani tamu dan mungkin akan membantu membersihkan meja
kemudian bussersdapat ditempatkan untuk mengatur meja-meja, mengisi air di
gelas, menyajikan BnB, membersihkan piring-piring yang kotor. Checkers
bertugas melihat makanan yang diambil menuju ke ruang makan apakah sesuai
dengan pesanan dan mengevaluasi harga-harga pada bill sebelum diberikan ke
tamu. Untuk American style, penyajian makanan dilakukan di dapur dan
diberikan ke tamu dengan berbagai cara seperti menggunakan nomor, dll.
2) French
French service digunakan untuk restoran yang elegan dan eksklusip. Di
pelayanan ini porsi-porsi makanan dibawa dari ruang makan ke piring saji dan
diletakkan di pemanas kecil (recbaud) dan ditaruh di meja portable (gueridon).
Meja tersebut dibawa ke samping tamu dan chief waiter atau chef de rang
melengkapi persiapan makanan seperti boning, memahat atau memotong-
motong, membakar atau menyajikan saus. Lalu chief tersebut menyajikan
makanan yang dibawa oleh asisten waiter (commis de rang) yang dibawa ke
konsumen. Karena pelayanannya lebih mewah, maka harganya lebih mahal.
3) Russian service
Russian service digunakan pada restoran-restoran atau motel yang lebih baik di
dunia dikarenakan kepraktisannya Russian service menggantikan French style
yang lebih berkelas dan susah untuk digunakan. Perbedaannya dengan French
style ialah makanan yang disajikan telah dipersiapkan secara sempurna dan
dibagi per porsi di dapur. Pelayanan ini lebih cepat, hanya membutuhkan seorang
waiter dan membutuhkan space lebih kecil di ruang makan. Namun
kekurangannya dalam pelayanan satu meja, tamu terakhir terkesan mendapatkan
makanan sisa, namun porsi tersebut sudah ditentukan sesuai jumlah tamu.
4) Banquet
Tidak seperti tipe yang lainnya, banquet service diberikan untuk orang tertentu
dan waktu yang tertentu. Beberapa item seperti salad, salad dressing, terkadang
sudah disiapkan dari awal penjamuan.

4. Portable Meals
a. Off-Premise Delivery
Salah satu contoh dari off-premise delivery adalah pelayanan pengantaran makanan
ke rumah-rumah jompo, orang berpenyakit kronis atau orang dengan kondisi lemah
dan sedang tidak dirawat. Servis ini kadang-kadang disebut juga Meals-on-Wheels,
yang dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi makanan bagi
orang-orang dengan kondisi lemah sementara atau lansia yang hidup sendiri dan
tidak mampu memasak untuk dirinya sendiri. Servis ini juga dapat dilakukan atau
digunakan oleh pemerintahan atau komunitas agensi atau organisasi relawan untuk
orang yang tidak mampu membayar. Menu-menu yang disediakan dirancang oleh
seorang dietitian yang bekerja sama dengan organisasi yang menyediakan makanan.
Makanan-makanan tersebut dapat disediakan oleh restoran-restoran, rumah sakit,
unversitas-universitas atau jasa penyedia makan lainnya dan diantarkan oleh pekerja
relawan.
b. On-Premise Delivery
Contoh lainnya untuk portable meals yang sering juga digunakan di industri-
industri adalah pendistribusian makanan pada para pekerja di tempat kerja mereka
dengan menggunakan sejenis gerobak kereta yang akan berkeliling di sekitar
industry tersebut. Gerobak tersebut dilengkapi dengan pemanas dan kulkas untuk
menu-menu praktis seperti sup, minuman hangat, sandwich, snack, buah-buahan dan
kue-kue. Para pekerja membayar pelayan gerobak atas menu yang dibuat. Inovasi ini
sangat memudahkan karena menghemat waktu bagi para pekerja yang mebutuhkan
waktu cukup lama untuk mencapai pusat kafetaria dalam sebuah perindustrian yang
besar dalam jeda waktu istirahat yang singkat.
Alternative ini juga digunakan pada beberapa perusahaan yang tidak
mempunyai fasilitas pelayanan makanan: sebuah kantin yang bergerak digunakan
dan dikendarai setiap harinya menuju sekitar industry tersebut, sehingga para pekerja
bias membeli makanan. Namun saat ini, jasa on-premise bias kita temukan tidak
hanya di industry.
5. Room Service
Gaya room service pada hotel merupakan tren yang paling banyak diikuti untuk servis
makanan pada pasien di pelayanan kesehatan. Respon ini dilakukan untuk konsumen
yang tidak lagi memiliki keinginan makan dengan rasa nyaman. Pasien-pasien akan
menginginkan makanan yang diinginkan, kapanpun yang dia mau. Untuk
mengakomodasi keniginan customer, rumah sakit-rumah sakit di dunia telah menyiapkan
konsep ruangan servis dengan tingkat yang berbeda-beda. Beberapa fasilitas telah
diinvestasikan pada renovasi dapur utama, termasuk menghapus jalur tray yang
tersentralisasi. Waktu pelayanan bergantung pada fasilitas, dengan beberapa system
menawarkan pelayanan 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu, serta dilakukan beberapa
renovasi pada dapur dalam hal pengurusan staff serta system komunikasinya.
B. Tujuan Organisasi

Dalam melakukan suatu penyelenggaraan makanan perlu diperhatikan berbagai aspek,


seperti biaya, keinginan klien, kebutuhannya, latarbelakang pengetahuan, dsb. Tentunya
dalam hal ini mengetahui tujuan dari penyelenggaraan itu sendiri sangatlah penting.

Penyelenggaraan makanan dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu


penyelenggaraan makanan komersial dan non komersial.

1. Penyelenggaraan makanan komersial

Penyelenggaraan makanan komersial didirikan untuk umum dan beroperasi untuk


mendapat keuntungan, institusi ini mensuplai makanan umum secara teratur.
Penyelenggaraan makanan komersial juga memperhatikan aspek dana, dimana
penyelnggaraan makanan diadakan dengan membandingkan berapa biaya yang
digunakan untuk memenuhi kebuituhan/keinginan klien, tenaga karyawan, dsb.
barulah dibuat anggaran dana.

Contoh institusi penyelenggaraan makanan komersial seperti jasa catering, restoran,


hotel atau motel, cafeteria, dll.

2. Penyelenggaraan non-komersial

Penyelenggara makanan non-komersial merupakan penyelenggaraan makanan dengan


institusi yang mengoperasikan penyelenggaraan makanan itu sendiri sebagai
pelayanan untuk melengkapi aktivitas mereka dalam mencapai tujuan organisasi dan
kelompok ini mungkin dapat atau tidak mencari keuntungan dari penyelenggaraan
makanan setidaknya impas.

Dalam penyelenggaraan makanan non-komersial untuk aspek dana berbeda dengan


komersial, dimana penyelnggaraan makanan diadakan dengan membandingkan dana
tertentu menghasilkan sejumlah makanan yang disesuaikan dengan kebutuhan klien.
Sebagai contoh untuk penyelenggaraan makanan di rumah sakit x dianggarkan pada
kelas tertentu tiap individu sebesar Rp. 13.000,-, bagaimana jumlah tersebut harus
memenuhi kebutuhan si pasien.

Penyelenggaraan makanan non komersial yang meliputi organisasi sekolah, industri,


pemerintahan, rumah sakit, dan lain-lain.
Secara umum tujuan penyelenggaraan makanan pada kelompok komersial dan non
komersial mempunyai kesamaan yaitu tersedianya makanan yang memuaskan klien, dengan
manfaat setinggi-tingginya bagi institusi.

Namun ada beberapa institusi yang mengadakan penyelenggaraan makanan, namun


tidak mengambil keuntungan yang terlalu besar seperti halnya penyelenggaraan komersial,
jenis penyelenggaraan makanan ini dapat dikatakan sebagai jenis penyelenggaraan makanan
semi komersial. Penyelenggaraan komersial biasa diadakan pada kantin-kantin sekolah,
kampus, dsb.
C. Kebutuhan Klien

Penyelenggaraan makanan banyak mempunyai prinsip yaitu menyediakan makanan


yang berkualitas baik, cita rasa yang tinggi, yang sesuai dengan selera konsumen, dengan
pelayanan yang wajar dan tingkat sanitasi yang tinggi. (Mukrie, 1993)
Saat membuat rancangan menu untuk klien harus memperhatikan populasi yang akan
diberi pelayanan apakah direncanakan untuk organisasi komersial atau non komersial. Data
dan informasi demografis, pengaruh sosiokultural, dan kebiasaan atau pola makan akan
mempengaruhi profil konsumen, sehingga dengan demikian dapat bias jadi meningkatkan
kepuasan konsumen terhadap pelayanan.
Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan suatu menu
dalam pelayanan makanan:
1. Demografis
Istilah demografis yang dimaksudkan lebih menuju pada populasi statistic. Indicator
spesifik termasuk kedalamnya namun tidak terbatas oleh umur, gender, status kesehatan,
etnis, dan tingkat pendidikan. Segi ekonomi sangat berpengaruh seperti besarnya
pendapatan seseorang akan berpengaruh, lalu trend yang sedang berlaku pada suatu
populasi karena gaya hidup atau dalam hal ini pola makan seseorang dalam suatu
populasi dapat berubah bergantung pada populasi tersebut.
2. Pengaruh Sosiokultural
Pengertian sosiokultural dalam hal ini ialah penggabungan antara factor social dan kultur
pada suatu populasi. Factor-faktor ini menyangkut status perkawinan, gaya hidup,
latarbelakang etnik, nilai norma, agama. Terkadang berita-berita lebih memberikan
dampak yang besar dalam perencanaan menu daripada sebelumnya, seperti perbedaan
kultural serta perubahan gaya hidup.
Letak geografis, ras, dan etnis tentunya akan mempengaruhi seperti berbedanya gaya atau
kebiasaan makan orang amerika, afrika, dengan orang yang tinggal di asia. Terkadang
gaya makan sendiri memberikan kelas social khusus pada beberapa kultur atau budaya.
3. Kebutuhan Nutrisi
Kebutuhan nutrisi perlu dipertimbangkan, tentunya berpengaruh terhadap pihak
penyelnggara sehingga diperkirakan biaya, lalu tujuan dari penyuelenggaraan sperti bila
dilaksanakan untuk rumah sakit tentu berbeda dengan panti jompo. Dimana kasus di
rumah sakit lebih kompleks sehingga perlu ditinjau dari segi penyakit, kondisi pasien,
usia, pengaruh obat-obatan dll. Begit pula dengan kasus di panti jompo.
4. Konsumsi makanan, tren, kebiasaan makan, kesukaan makanan.
Konsumsi makanan, tren, kebiasaan makan, kesukaan makanan, perlu diperhatikan dalam
suatu penyelenggaraan makanan, bagaimana jumlah konsumsi makanan yang diperlukan.
Berapa banyak makanan yang harus disediakan, jangan sampai makanan tersebut
berlebihan ataupun kurang dari yang dibutuhkan. Tren seperti apa yang sedang menjamur
dimasyarakat, mungkin makanan-makanan tertentu seperti pada acara besar layaknya
pernikahan seorang klien akan meminta disesuaikan dengan tren yang ada ataukah
menggunakan makanan tradisional, dan lain sebagainya.
Kebiasaan makan seseorang perlu diperhatikan, sebagai contoh ap[abila kita akan
mengadakan penyelenggaraan makanan di suatu panti jompo tentu saja akan berbeda
dengan penyelenggaraan makanan disuatu industry. Kebiasaan makanan lansia dari segi
porsi sangatlah berbeda dengan para pekerja, karena metabolisme makanan para lansia
lebih lambat, maka porsinya tentu lebih sedikit dibandingkan para pekerja di suatu
industry.
Kesukaan makanan tak hanya perlu diperhatikan pada suatu acara-acara tertentu seperti
pernikahan saja, bahkan pelayanan makanan di rumah sakit terhadap pasien pun perlu
memperhatikan kesukaan pasien. Bagaimana seorang dietasian perlu memperhatikan jenis
makanan, bentuk makanannya yang dibandingkan dengan kondisi pasien yang memiliki
kekurangan nafsu makan, atau rasa mual yang tinggi, sehingga diperhatikan makanan
yang disukai pasien seperti makanan yang tidak berbumbu tajam, yang merangsang, dan
sebagainya.
5. Keuangan
Sebelum menu setiap direncanakan, jumlah uang yang dapat dibelanjakan untuk
makanan harus diketahui. Dalam operasi ritel, jumlah yang dianggarkan didasarkan pada
pendapatan diproyeksikan dari penjualan makanan. Pendapatan dihasilkan haruslah
memenuhi biaya makanan, tenaga kerja, dan biaya operasional baku dan memungkinkan
untuk keuntungan yang diinginkan. Manajemen menentukan tujuan-tujuan keuangan
melalui menu harga strategis. Di sekolah, fasilitas kesehatan, atau organisasi
noncomercial lainnya, tunjangan biaya makanan mentah per satuan volume dapat
ditentukan. Sebagai contoh, sebuah fasilitas perawatan dapat menetapkan target
beberapa rupiah per penduduk per hari untuk menutupi biaya makanan makanan,
makanan ringan, dan suplemen gizi. Ini tidak berarti bahwa biaya setiap item harus di
bawah angka yang dianggarkan. Sebaliknya, perencana perlu melihat total biaya
makanan mingguan atau bulanan dan menghitung biaya rata per unit.
6. Kemampuan Produksi
Kemampuan produksi disini dimaksudkan perlu diperhatikannya peralatan yang
digunakan harus disesuaikan dengan menu yang akan disajikan, apakah terdapat alatnya
atau tidak. Ataupun jumlah karyawan yang akan melakukan penyelenggaraan makanan
tersebut jangan sampai kekurangan karyawan sehingga akan menghambat penyelesaian
atau produksi makanan, maupun kelebihan karyawan yang menyebabkan berkurangnya
efisiensi pengerjaan makanan, serta dana yang digunakan untuk membayar
7. Bahan Pangan
Bahan pangan yang digunakan untuk suatu menu perlu diperhatikan apakah sedang
musimnya atau tidak. Missal untuk minuman yang akan disajikan kita perlu
memperhatikan jika akan menyediakan jus buah, maka buah apa yang sedang musim saat
itu, ataupun bahan pangan yang tersedia banyak di daerah tersebut. Hal ini dapat
menghemat bahkan mengurangi biaya produksi makanan dan meningkatkan keuntungan.
8. Cara penyajian.
Cara penyajian seperti yang telah dibahas sebelumnya perlu diperhatikan dan disesuaikan
dengan jenis penyelenggaraannya apakah untuk acara formal atau tidak, dsb.
BAB III

KESIMPULAN

Dalam suatu penyelenggaraan makanan berbagai aspek perlu diperhatikan, dimulai


dari bagaimana suatu penyelenggaraan makanan tersebut akan dibuat, tujuan dari
organisasi yang menyelenggarakan makanan tersebut, apakah untuk tujuan komersial,
atau non-komersial, atau bahkan semi komersial. Bagaimana cara pelayanan makanan
yang digunakan disesuaikan dengan tempat, tujuan, dsb. hingga kebutuhan klien yang
tentunya akan sangat menentukan dari segi nutrisi yang diperlukan, bentuk makanan,
sosiokulturalnya, demografisnya, dsb.

Diharapkan dengan mengetahui berbagai aspek yang telah dijelaskan membantu


dalam perencanaan suatu penyelenggaraan makanan, sehingga didapatkan suatu
penyelenggaraan makanan yang efisien serta memuaskan.
Daftar Pustaka

Payne-Palacio, June and Monica Theis.2009.Introduction To foodservice.Edward


Brothers.inc. New Jearsy

Payne-Palacio, June and Monica Theis.2009.Foodservice Management.Edward Brothers.inc.


New Jearsy

Novitadjama.wordpress.com.2012/03/20/.sejarah perkembangan manajemen system


penyelenggaraan makanan institusi mspmi 2

Mukrie, Nursiah A. 1990. Manajemen Pelayanan Gizi Institusi Dasar. Proyek Pengembangan
Pendidikan Tenaga Gizi Pusat dan Akademi Gizi Depkes Jakarta : Jakarta

Penyelenggaraan Makanan (PDF).2010.Universitas Sumatera Utara

Ir. Suyatno, MKes. Modu; VII Manajemen Distribusi dan Pelayanan Makanan
(pdf).Semarang

Anda mungkin juga menyukai