KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
Penyusun
Daftar Isi
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
1.1 KESIMPULAN........................................................................................15
1.2 SARAN...............................................................................................16
1.3 DOKUMENTASI......................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 ASAL USUL PEMBEGALAN
Begal, bukan kata-kata baru saat ini. Bukan juga karena maraknya aksi
perampasan sepeda motor di jalan sepi, kata 'begal' itu muncul. Lalu dari mana
asal muasal istilah begal?
"Dari peradaban manusia, begal itu ada. Pelaku memperoleh nafkah dengan halal
dan tidak halal itu disediakan oleh masyarakat. Aksi begal disediakan
masyarakat? Maksudnya? Kata Mustafa, begal tidak akan terjadi ketika tidak ada
kesempatan untuk melakukannya. Kebanyakan begal di zaman dahulu terjadi
karena ada keselompok orang yang berpergian membawa banyak harta.
"Jaman dulu orang yang lewat itu para pedagang. Atau mereka yang punya harta,
atau disebut saudagar. Di tempat sepi dan dicegat. Kalau sekarang targetnya
khas, sepeda motor," jelas dia.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, begal berarti penyamun. Jika ditambahkan
menjadi membegal artiny merampas di jalan. Namun jika menjadi kata
pembegalan artinya proses, cara, perbuatan membegal.
Menurut Mustafa, kata begal banyak ditemukan dalam literatur Bahasa Jawa.
"Begal itu perampokan yang dilakukan di tempat yang sepi. Menunggu orang yang
ditempat sepi itu, yang membawa harta benda," jelasnya.
Menurut beberapa elemen masyarakat, beberapa aksi tindak kriminal yang terjadi
di Indonesia ini kerap terjadi ketika era megawati atau PDIP memimpin negara ini.
Contohnya itu pada masa pemerintahan megawati (2001-2004) muncul istilah
bajing loncat. Kemudian masa Jokowi (merupakan koalisi partai PDIP) muncul
istilah begal
A. Pengertian Pencurian
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, arti dari kata curi adalah
mengambil milik orang lain tanpa izin atau dengan tidak sah, biasanya dengan
sembunyi-sembunyi. Sedangkan arti pencurian adalah proses, cara, perbuatan. Di
dalam hadist dikatakan bahwa mencuri merupakan tanda hilangnya iman seseorang.
Tidaklah beriman seorang pezina ketika ia sedang berzina. Tidaklah beriman seorang
peminum khamar ketika ia sedang meminum khamar. Tidaklah beriman seorang
pencuri ketika ia sedang mencuri. (H.R al-Bukhari dari Abu Hurairah : 2295)
Sedangkan secara istilah banyak pendapat yang mengemukakan definisi mengenai
mencuri :
1. Menurut Sabiq (1973:468), mencuri adalah mengambil barang orang lain secara
sembunyi-sembunyi.
2. Menurut Ibnu Arafah, orang arab memberi definisi, mencuri adalah orang yang
datang dengan sembunyi-sembunyi ke tempat penyimpanan barang orang lain untuk
mengambil apa-apa yang ada di dalamnya yang pada prinsipnya bukan miliknya.
3. Menurut Imam Taqiyuddin Abu Bakar bin Muhammad Al-Husaini, mencuri adalah
mengambill barang orang lain (tanpa izin pemiliknya) dengan cara sembunyi-sembunyi
dan mengeuarkan dari tempat penyimpanannya.
4. Menurut Al-Jaziri (1989:756), mencuri adalah prilaku mengamsil barang orang lain
minimal satu nisab atau seharga satu nisab, dilakukan orang berakal dan baligh, yang
tidak mempunyai hak milik ataupun syibih milik terhadap harta tersebut dengan jalan
sembunyi-sembunyi dengan kehendak sendiri tanpa paksaan orang lain, tanpa
perbedaan baik muslim, kafir dzimni, orang murtad, laki-laki, perempuan, merdeka
ataupun budak.
Untuk lebih jelasnya, apabila dirinci rumusan itu terdiri dari unsur - unsur
ojektif (perbuatan mengambil, objeknya suatu benda, dan unsur keadaan yang
menyertai/melekat pada benda, yaitu benda tersebut sebagian atau seluruhnya milik
orang lain) dan unsur - unsur subjektif (adanya maksud, yang ditujukan untuk
memiliki, dan dengan melawan hukum).
Suatu perbuatan atau peristiwa, baru dapat dikualifisir sebagai pencurian apabila
terdapat semua unsur tersebut di atas:
1. Unsur-Unsur Objektif
Unsur benda
Pada objek pencurian ini sesuai dengan keterangan dalam Memorie van
toelichting (MvT) mengenai pembentukan Pasal 362 KUHP adalah terbatas pada
benda-benda bergerak (roerend goed). Benda-benda tidak bergerak, baru dapat
menjadi objek pencurian apabila telah terlepas dari benda tetap dan menjadi benda
bergerak. Benda bergerak adalah setiap benda yang berwujud dan bergerak ini sesuai
dengan unsur perbuatan mengambil.
Benda yang bergerak adalah setiap benda yang sifatnya dapat berpindah
sendiri atau dapat dipindahkan (Pasal 509 KUHPerdata). Sedangkan benda yang tidak
bergerak adalah benda-benda yang karena sifatnya tidak dapat berpindah atau
dipindahkan, suatu pengertian lawandari benda bergerak.
2. Unsur-Unsur Subjektif
Melawan hukum
Menurut Moeljatno, unsur melawan hukum dalam tindak pidana pencurian
yaitu Maksud memiliki dengan melawan hukum atau maksud memiliki itu
ditunjukan pada melawan hukum, artinya ialah sebelum bertindak melakukan
perbuatan mengambil benda, ia sudah mengetahui dan sudah sadar memiliki benda
orang lain itu adalah bertentangan dengan hukum. Karena alasan inilah maka unsur
melawan hukum dimaksudkan ke dalam unsur melawan hukum subjektif. Pendapat ini
kiranya sesuai dengan keterangan dalam MvT yang menyatakan bahwa, apabila unsur
kesengajaan dicantumkan secara tegas dalam rumusan tindak pidana, berarti
kesengajaan itu harus ditujukan pada semua unsur yang ada dibelakangnya
Apabila dikaitkan dengan unsur 362 KUHP maka kejahatan curanmor adalah
perbuatan pelaku kejahatan dengan mengambil suatu barang berupa kendaraan
bermotor yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain dengan maksud untuk
memiliki kendaraan bermotor tersebut secara melawan hukum.
Kejahatan curanmor sebagai tindak pidana yang diatur dalam KUHP tidak
hanya terkait denga pasal pencurian saja dalam KUHP. Kejahatan curanmor juga
memiliki keterikatan dengan pasal tindak pidana penadahan.
Berikut ini adalah pasal KUHP yang mengatur tentang kejahatn curanmor
beserta pasal yang memiliki keterikatan dengan kejahatan curanmor:
1. Pencurian dengan Pemberatan yang diatur dalam pasal 363 KUHP
2. Pencurian dengan Kekerasan yang diatur dalam pasal 365 KUHP
3. Tindak Pidana Penadahan yang diatur dalam pasal 480 KUHP
B. Syarat Pencurian
Suatu perbuatan dapat dinyatakan sebagai prilaku pencurian apabila
memenuhi keempat rukun dan syarat, meliputi : pencuri, barang yang dicuri, cara
melakukan pencurian, dan tempat penyimpanan barang yang dicuri.
Menurut Sabiq (1973:490-493), syarat-syarat pencurian itu meliputi
:pertama, orang yang mencuri harus mukalaf, artinya anak kecil dan orang gila tidak
termasuk. Kedua, pencurian dilakukan atas kehendak sendiri, tidak ada sedikit pun
paksaan dari orang lain. Ketiga, pencuri tidak memiliki harta syubhat terhadap barang
yang dicuri, seperti contoh : orang tua yang mencuri harta anaknya tidak bisa dijatuhi
hukuman, karena orang tua memiliki harta syubhat pada anaknya. Sabiq tidak
mensyaratkan agama islam pada pencuri, meskipun pencuri itu beragama non-muslim,
ia tetap di hadd sebagaimana haddnya orang islam.
Menurut Al-jaziri (1989:154-155), syarat pencuri yang harus dipotong tangan
meliputi : baligh, berakal, tidak memiliki sedikit pun bagian terhadap barang yang
dicuri, dan pencuri bukan penguasa atas harta yang dicurinya, seperti majikan yang
mecuri harta budaknya, begitu pula sebaliknya, maka tidak bisa dijatuhi hukuman,
serta pencuri melakukannya atas kehendak sendiri, tidak ada sedikit pun paksaan. Ibnu
Rusyd mengatakan (1990:649-650) bahwa fuqaha sependapat dengan persyaratan yang
telah disebutkan tadi.
BAB II
Motor Disikat Maling, Wartawan Rugi Rp16 Juta
Saiful Munir
Selasa, 11 November 2014 07:50 WIB
Penyidik Pembantu Polsek Pondok Aren Brigadir Bayu Indrajaya mengatakan, aksi
pencurian terjadi pada Sabtu 8 November 2014, sekitar pukul 18.00 WIB, di rumah
kontrakan korban.
"Motor yang dicuri Honda Vario bernomor polisi B 6585 WKE tahun 2013 warna putih
biru dengan nomor rangka MH1JFB125DKI173631 dan nomor mesin JFB1E2127618.
Total kerugian mencapai Rp16 juta," katanya, Selasa (11/11/2014).
Ditambahkan dia, aksi pencurian dilakukan dengan cara membuka pintu gerbang dan
merusak kunci stang motor, serta memakai kunci duplikat atau letter T. Kemudian,
motor didorong dan dibawa kabur pelaku.
"Saat kejadian, korban sedang menonton TV, dan tidak tahu jika gerbang yang
sebelumnya telah ditutup dibuka maling, serta motornya dibawa kabur," terangnya.
Berdasarkan keterangan saksi L Badri, saat kejadian situasi rumah sedang sepi, karena
sehabis hujan. Bahkan, dirinya saat itu sedang menonton TV di depan kontrakan.
Namun tidak mendengar ada yang membuka gerbang, dan menyalakan motor.
"Saya tidak mendengar suara gerbang dibuka, dan motor menyala. Saya tidak
menghiraukan situasi sekitar, karena saat itu situasi sedang sepi. Saya fokus menonton
TV di depan kontrakan," ungkapnya.
Sementara itu, H Kurniawan mengatakan, dirinya sempat lemas saat tahu motornya
telah hilang. Sebab, motor kredit yang diangsurnya itu tinggal satu bulan lagi lunas.
"Yang membuat saya sesak itu, satu bulan lagi motor itu lunas, dan baru saja saya cuci
bersih, karena Minggu 10 November 2014, saya masuk piket," tukasnya
1. Faktor Internal
Niat Pelaku
Niat merupakan awal dari suatu perbuatan, dalam melakukan tindak pidana
pencurian niat dari pelaku juga penting dalam faktor terjadinya perbuatan tersebut.
Pelaku sebelum melakukan tindak pidana pencurian biasanya sudah berniat dan
merencanakan bagaimana akan melakukan perbuatannya. Yang sering terjadi adalah
pelaku merasa ingin memiliki barang yang dipunyai oleh korban, maka pelaku memiliki
barang milik korban dengan cara yang dilarang oleh hukum,yaitu dengan mencurinya.
Pelaku biasanya merasa iri terhadap barang yang dimiliki oleh korban, sehingga pelaku
ingin memilikinya.
Keadaan Ekonomi
2. Faktor External
Lingkungan Tempat Tinggal
Penegak Hukum
Korban
Kelengahan korban juga menjadi salah satu faktor pendorong pelaku untuk
melakukan tindak pidana pencurian. Pada keadaan masyarakat saat ini dimana tingkat
kesenjangan di dalam masyarakat semakin tinngi. Di satu sisi banyak orang yang kaya
raya tetapi orang yang miskin sekali pun juga semakin banyak. Hal ini menimbulkan
kecemburuan sosial yang dirasakan oleh pelaku. Tindakan korban yang memamerkan
harta kekayaan juga menjadi godaan kepada pelaku untuk melancarkan aksinya.
Rasa waspada dari korban juga harus ditingkatkan agar tindak pidana
pencurian tidak dialami oleh korban. Misalkan A mempunyai motor, dan diparkir di
depan rumahnya. Untuk menjamin keamanannya A harus mengkunci motornya dan
harus diparkir di tempat yang aman agar tidak dicuri oleh seseorang. Tindakan ini
disebut tindakan preventif yang dapat dilakukan oleh individu agar ia tidak menjadi
korban dari tindak pidana pencurian. Seperti halnya pencurian uang yang paling sering
terjadi di masyarakat saat ini. Anggota masyarakat harus senantiasa meningkatakan
kewaspadaanya serta harus dapat memberikan keamanan kepada setiap hartanya,
khusunya disini uang. Kelengahan pemilik uang juga dapat menciptakan kesempatan
kepada pelaku untuk melakukan tindak pidana pencurian
Dalam sebuah perkara atau perbuatan pasti ada di dalamnay hukum sebab
akibat yang itu tidak bisa lepas dan selalu mengikuti. Dalam hal pencurian yang
notabene adalah perbuatan jahat, maka di balik perbuatan tersebut adanya dampak
negatif yang merugikan terhdap orang lain maupun terhadap diri sendiri.
Sepeda motor dan mobil adalah salah satu benda yang disukai pencuri untuk
dijadikan sasaran pencurian karena nilainya yang tinggi, fleksibel, dibutuhkan banyak
orang dan mudah dicuri. Pencuri ranmor motor profesional umumnya hanya
membutuhkan waktu kurang dari satu menit saja dalam menjalankan aksi
kejahatannya.
Mereka menggunakan berbagai metode / modus untuk membawa kabur
motor jarahan yang berhasil dikerjai. Cara atau modus operandi yang sering digunakan
oleh pencuri sepeda motor adalah seperti :
1. Menggunakan kunci letter T untuk menyalakan paksa mesin motor.
2. Mengangkut motor ke dalam mobil boks atau truk.
3. Merusak kunci-kunci keamanan yang ada dengan trik tertentu lalu membawa kabur
motor, dll.
Waspadai pula aksi kejahatan ranmor / kendaraan bermotor lainnya yang
berhubungan dengan sepeda motor anda seperti pencurian helm, pencurian aksesoris
motor, dsb. Berikut ini adalah beberapa saran untuk anda dalam menghindar dan
mengurangi resiko kehilangan motor.
3.1 Kesimpulan
Masyarakat dengan tingkat kesejahteraan yang rendah cenderung untuk tidak
mempedulikan norma atau kaidah hukum yang berlaku termasuk dalam memenuhi
kebutuhan ada kecenderungan menggunakan segala cara agar kebutuhan tersebut
dapat terpenuhi. Dari cara-cara yang digunakan ada yang melanggar dan tidak
melanggar norma hukum.
Salah satu bentuk kejahatan yang sering terjadi di masyarakat adalah
pencurian. Mencuri berarti mengambil harta milik orang lain dengan tidak hak untuk
dimilikinya tanpa sepengetahuan pemilikinya. Dan seiring berjalannya waktu, tindakan
mencuri juga mengalami perkembangan. Masalah pencurian kendaraan bermotor
merupakan jenis kejahatan yang selalu menimbulkan gangguan dan ketertiban
masyarakat.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, arti dari kata curi adalah mengambil
milik orang lain tanpa izin atau dengan tidak sah, biasanya dengan sembunyi-
sembunyi. Sedangkan arti pencurian adalah proses, cara, perbuatan. Di dalam hadist
dikatakan bahwa mencuri merupakan tanda hilangnya iman seseorang.
Terdapat dua faktor utama yang menyebabkan dapat terjadinya suatu tindak
pidana pencurian. Yaitu faktor internal dan faktor external. Faktor Internal terdiri
atas : niat pelaku, keadaan ekonomi, serta faktor moral dan pendidikan. Adapun
faktor Eksternal terdiri atas: lingkungan tempat tinggal, penegak hukum dan faktor
korban sendiri.
Dalam hal pencurian yang notabene adalah perbuatan jahat, maka di balik
perbuatan tersebut adanya dampak negatif yang merugikan terhdap orang lain maupun
terhadap diri sendiri. Dampak yang merugikan orang lain diantaranya: Menimbulkan
kerugian dan kekecewaan, peristiwa pencurian akan sangat merugikan dan
menimbulkan kekecewaan bagi korbanya dll. Dan dampak yang merugikan pelakunya
sendiri diantaranya: Mendapat hukuman, apabila tertangkap, seorang pencuri akan
mendapatkan hukuman sesuai undang-undang yang berlaku
Tips / Cara Mengurangi Resiko Kehilangan Motor :
Berdasarkan hasil pemeriksaan kepada para pelaku begal yang berhasil ditangkap, aksi kriminal tersebut
terjadi karena faktor ekonomi.
"Kebanyakan para pelaku yang kami tangkap ini, rata-rata pengangguran. Jadi dalam hal ini jangan hanya
pihak kepolisian saja yang harus mengantisipasi begal ini, tapi peran pemerintah juga harus ada, seperti
menciptakan lapangan pekerjaan," katanya di Bandarlampung, Kamis (19/3/2015).
Daerah yang paling rawan pembegalan di Lampung, menurutnya, terdapat pada dua kabupaten, yakni
Lampung Timur dan Lampung Utara, termasuk di Kota Bandarlampung. "Di Kabupaten Lampung Timur
yang paling rawan begal di kawasan Jabung dan Melinting. Sedangkan di Lampung Utara, yakni di Abung
Timur dan Selatan, sedangkan di Bandarlampung adalah kawasan Tanjungkarang Barat dan Sukarame,"
jelasnya.
Menurutnya, setiap menjalankan aksinya, para pelaku begal itu mempunyai ciri khas sendiri-sendiri,
seperti menggunakan senjata api. "Seperti yang ditangkap di wilayah Jakarta, ciri khas Lampung ini para
pelaku begal menggunakan senjata api," katanya.
Menurut dia, berdasarkan kasus begal yang diungkap, rata-rata para pelaku berumur kisaran 20--25 tahun,
yaitu usia dalam kategori ingin mencoba-coba. "Pelaku begal ini rata-rata anak di bawah umur sekitar
30%, sedangkan sisanya berusia 20 sampai 25 tahun," sambungnya.
Sumber : Antara