Anda di halaman 1dari 6

EKTIMA

Nur Adilah binti Shaharuddin, Shinta N. Barnas

I. DEFINISI
Adalah pioderma yang menyerang epidermis dan dermis, membentuk ulkus dangkal
yang ditutupi krusta berlapis yang disebabkan oleh streptococcus grup A beta haemoliticus.
Karena ektima biasanya terdapat pada lapisan dermis, sehingga sering juga disebut bentuk
dalam dari impetigo.1-4

II. ETIOLOGI
Streptococcus grup A beta haemoliticus, staphylococcus atau kedua-duanya.2 Kadang di
tempat yang maju dan membangun, lesi selalunya disebabkan oleh Staphylococcus aureus
pada pengguna obat intravena dan pasien HIV dan dalam pengobatan immunosuppresan.1,3

III. EPIDEMIOLOGI
Frekuensi pada anak-anak lebih tinggi daripada dewasa.2
Angka kejadian pada pria dan wanita sama.
Ektima biasa timbul di ekstremitas bawah pada anak-anak, penderita diabetes.3

IV. FAKTOR PREDISPOSISI


Ektima dapat dilihat pada daerah yang mengalami kerusakan pada jaringannya. Misalnya
ekskoriasi, gigitan serangga, dermatitis atau skabies. Ektima juga dapat ditemukan pada
penderita dengan gangguan imunitas (misalnya penderita diabetes). Faktor-faktor penting
yang berperan dalam timbulnya ektima antara lain2,3 :
Temperatur dan kelembaban yang tinggi dan daerah tropis
Kondisi lingkungan yang kotor
Hygiene yang buruk
Malnutrisi
Impetigo yang tidak diobati dengan baik akan berkembang menjadi ektima biasanya sering
pada penderita dengan hygiene buruk

V. PATOFISIOLOGI
Ektima bentuk permulaan memiliki kemiripan seperti impetigo superfisialis. Kuman
streptococcus grup A beta haemoliticus dapat sebagai penyebab dari lesi atau sekunder
infeksi dari luka yang sudah ada sebelumnya. Kerusakan jaringan yang sudah ada
sebelumnya (misalnya ekskoriasi,gigitan serangga,dermatitis) atau gangguan imunitas
(misalnya penderita diabetes) membolehkan penetrasi oleh Streptococcus pyogenes pada
kulit. Infeksi pada mulanya terjadi di epidermis kemudian pada lapisan dermis yang lebih
dalam dan system limfe.3
Lesi dimulai pada base yang eritem dengan vesikel, bulla yang kecil, pustul atau
vesikulopustul yang membesar dalam beberapa hari dan berubah menjadi krusta yang tebal
yang merupakan eksudat kering. Apabila krusta terlepas, dapat ditemukan ulkus yang
berbentuk piring dengan permukaan kulit yang terdedah, irregular, purulen dan disertai
dengan tepi lesi yang elevasi. Lesi selalunya akan membaik setelah beberapa minggu,
menjadi parut dan jarang sekali menjadi gengren pada resistensi rendah.1,2,4

VI. GEJALA KLINIK


Keluhan utama berupa rasa gatal.
Ektima mulai sebagai vesikel atau pustule di atas kulit yang eritematosa, membesar,
dan pecah, terbentuk krusta yang tebal dan kering yang sukar dilepas dari dasarnya.
Bila krusta dilepas terdapat ulkus dangkal berdiameter 0.5cm hingga 2 cm.2,3
Krusta bewarna kuning keabuan dan lebih tebal dan keras dari kusta impetigo
Pada ulkus yang lebih dalam dari lapisan dermis tampak daerah yang menimbul dan
indurasi disekeliling tepinya yang berbatas jelas.2-4 Ulkus dikelilingi oleh halo yang
eritem
Dapat ditemukan adenopati local.1
Kadang kala dapat ditemukan daerah nekrosis apabila vesikel pecah dan ulkus tidak
kelihatan sehingga lesi nekrosis hilang.3

VII. STATUS DERMATOLOGIS


Lokalisasi : bokong, paha, ekstremitas bawah (kaki dan betis depan), wajah, dan ketiak.1,2
Atau tempat yang relative banyak trauma.4

Effloresensi : makula eritematosa lentikular hingga nummular, vesikel dan pustule


miliar hingga numuler, difus, simetris serta krusta kehijauan yang sukar dilepas.

Gambar 1: Dipetik dari kepustakaan 3


Gambar 2: Dipetik dari kepustakaan 2

Gambar 3: Dipetik dari kepustakaan 5

VIII. GAMBARAN HISTOPATOLOGI


Peradangan dalam yang di infeksi kokus, dengan infiltrasi PMN dan pembentukan
abses mulai dari folikel pilosebasea. Pada dermis, ujung pembuluh darah melebar dan
terdapat sebukan sel radang.

XI. PEMERIKSAAN PEMBANTU


Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakuan adalah pemeriksaan Gram dan kultur.
Bahan untuk pemeriksaan bakteri sebaiknya diambil dengan mengerok tepi lesi yang aktif.
Pemeriksaan dengan Gram merupakan prosedur yang paling bermanfaat dalam mikrobiologi
diagnostik ketika dicurigai adanya infeksi bakteri. Sebagian besar bahan yang diserahkan
harus dihapus pada gelas objek, diwarnai Gram dan diperiksa secara mikroskopik. Pada
pemeriksaan mikroskopik, reaksi Gram ( biru-keunguan menunjukan organisme Gram
positif, merah Gram negatif ) dan morfologi bakteri ( bentuk : kokus, batang, fusiforme atau
yang lain ).
Pada kultur atau bukan, kebanyakan streptococcus tambah dalam pembenihan padat
sebagai koloni discoid dengan diameter 1-2 mm. Strain yang menghasilkan bahan simpai
sering membentuk koloni mukoid.3

X. DIAGNOSIS BANDING
1. Impetigo krustosa : persamaanya, keduanya berkrusta bewarna kuning. Perbedaanya,
impetigo krustosa terdapat pada anak, berlokasi di muka, dan dasarnya adalah erosi.
Sebaliknya ektima terdapat baik pada anak maupun dewasa, tempat predileksi
ditungkai bawah, dan dasarnya adalah ulkus.4

XI. PENATALAKSANAAN
Mayoritas lesi membaik dalam 15 hingga 20 hari tanpa pengobatan.3
Umum :
Memperbaiki hygiene dan kebersihan, memperbaiki makanan.2
Tatalaksana pada penyakit sebelum yang menyumbang kepada factor predisposisi
terjadinya ektima harus diobati.2
Penatalaksanaan pada ektima ialah penggunaan sabun antiseptik atau bahan
peroksidan yang dicuci pada luka dapat mengurangi infeksi. Lesi dicuci dengan air
dan sabun lalu diolesi dengan mupirocin atau bacitracin ointment 2 kali sehari.1
Lesi yang direndam pada air panas dapat membantu terlepasnya krusta.
Khusus :
Jika terdapat sedikit, krusta diangkat lalu diolesi dengan salap antibiotic
kloramphenikol 2 %. Kalau banyak, diobati juga dengan antibiotik sistemik
yaitu penicillin V 250 mg, p.o.q.i.d. selama 10 hari atau procaine penivillin G 800 000
U b.i.d/ 1.2 juta per hari, i.m selama 10 hari.3,4
Bagi kasus yang berat, penambahan clindamycin sebanyak 300mg p.o. b.i.d
direkomendasikan.
Alternatif digunakan erythromycin 4x500mg jika pasien alergi pada penicillin dan
pengobatan oral lebih dibutuhkan dari parenteral.3,4
Selain itu terapi topical dengan menggunakan sulkonazol dan mikonazol bias
menyembuhkan lesi dalam 1 minggu.
Dicloxacillin oral atau generasi pertama sefalosporin diberi berdasarkan daya tahan
organisme.1
Terapi topikal dengan kompres terbuka seperti larutan permanganas kalikus 1/5000
untuk melunakan krusta dan membersihkan debris.

XII. KOMPLIKASI
Ektima jarang memberikan gejala sistemik
Komplikasi menyeluruh akibat infeksi streptococcus pada kulit dapat berupa
selulitis,erysipelas, ganggren, lymphangitis, supurasi lymphadenitis dan bakterimia
Komplikasi non supurasi berupa scarlet fever, dan glomerulonephritis akut.
Pemakaian antobiotik tidak mengurangi angka kejadian post streptococcus
glomerulonephritis.2,3
XIII. PROGNOSIS
Ektima adalah lesi dengan masa penyembuhan yang lama tetapi memberikan respon
yang baik terhadap antibiotik dalam beberapa minggu. Sehingga memberikan prognosis
yang baik .

Faktor-faktor yang memperburuk prognosis, bila terdapat :


Lesi multiple
Pemberian antibiotika yang tidak adekuat
Persisten neutopenia
DAFTAR PUSTAKA

1. Odom RB, James WD, Berger TG: Ecthyma, Streptococcal skin infections, Andrews
Diseases of The Skin, Clinical Dermatology. 9th ed. Philadelphia: WB Saunders.
2000. p. 256.
2. Burns T, Breathnach S, Cox N, et al: Ecthyma, Gram-positive bacteria, Rooks Text
Book of Dermatology. 8th ed. Wiley-Blackwell Publishing. 2010. p. 30.17.
3. Arenas R, Estrada R : Ecthyma/Erisepelas, Tropical Dermatology. Landes Bioscience.
2001. p. 148-151.
4. Sularsito SA, Djuanda S, Djuanda A, et al: Ektima, Pioderma, Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin. 6th ed. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2010. p.57-
60.
5. Davis L, Elston DM : Ecthyma. Medscape Reference: [Online]. 2012 [cited 11
January 2012]. Available from:
URL:http://emedicine.medscape.com/article/1052279-overview

Anda mungkin juga menyukai