Respon Fisiologi Tanaman Kacang Tanah
Respon Fisiologi Tanaman Kacang Tanah
Oleh:
Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea, L.) merupakan tanaman yang berasal
dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brazilia (Amerika Selatan). Awalnya
kacang tanah dibawa dan disebarkan ke benua Eropa, kemudian menyebar ke benua
Asia sampai ke Indonesia. Menurut Marzuki (2007) kacang tanah menghendaki
keadaan iklim yang panas tetapi sedikit lembab, yaitu rata-rata 65-75% dan curah
hujan tidak terlalu tinggi, yaitu sekitar 800-1300 mm/tahun. Curah hujan yang terlalu
tinggi menyebabkan bunga sulit diserbuki dan zona perakaran terlalu lembab
sehingga menyuburkan pertumbuhan cendawan dan penyakit yang menyerang
polong.
Tanaman kacang tanah menghendaki keadaan yang cukup lembab dan cukup
udara pada waktu berbunga sehingga kuncup buah dapat menembus tanah dengan
baik dan pembentukan polong dapat berjalan secara leluasa, sedangkan pada saat
buah kacang tanah menjelang tua, tanah harus diupayakan menjadi kering. Apabila
tanah terlalu basah, sebagian polong kacang tanah akan membusuk dan kualitasnya
bisa menjadi kurang baik (Wijaya, 2011).
Tanaman kacang tanah menghendaki sinar matahari yang cukup. Kacang tanah
berdasarkan tipe fotosintesisnya merupakan tanaman C3. Kanopi kacang tanah
responsif terhadap peningkatan intensitas cahaya matahari terutama saat pembungaan.
Intensitas cahaya yang rendah pada saat pembungaan akan menghambat
pertumbuhan vegetatif dan intensitas cahaya yang rendah. Disamping itu rendahnya
intensitas penyinaran pada masa pengisian polong akan menurunkan jumlah dan
berat polong serta meningkatkan jumlah polong hampa (Adisarwanto, 2000).
1.2 Tujuan
1. Memahami bahwa pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal (lingkungan).
2. Memahami bahwa kondisi lingkungan yang ekstrim (stres) merupakan kondisi
yang kurang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman.
3. Menentukan besarnya kandungan garam dalam media tanam dimana tanaman
masih toleran untuk tumbuh.
4. Menjelaskan dampak cekaman garam tinggi terhadap perubahan-perubahan
fisiologi tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea).
II. TELAAH PUSTAKA
Stres atau cekaman merupakan kondisi lingkungan yang dapat memberi pengaruh
buruk pada pertumbuhan, reproduksi, dan kelangsungan hidup tumbuhan (Campbell,
2003). Stres tanaman terdiri dari stres suhu, stres air, stres radiasi, stres bahan kimia
dan stres angin, tekanan, bunyi, dan lainnya. Stres garam merupakan salah-satu dari
antara enam bentuk stres tanaman yaitu stres suhu, stres air, stres radiasi, stres bahan
kimia dan stres angin, tekanan, bunyi dan lainnya. Stres garam termasuk stres bahan
kimia yang meliputi garam, ion-ion, gas, herbisida, insektisida dan lain sebagainya.
(Harjadi & Yahya, 1988).
Stres garam terjadi karena terdapatnya salinitas atau konsentrasi garam-garam
terlarut yang berlebihan dalam tanaman. stres garam umumnya terjadi pada tanaman
dengan tanah salin (tanah yang mengandung kadar Na yang tinggi). Stres garam
meningkat apabila konsentrasi garam meningkat hingga pada konsentrasi tertentu
dapat mengakibatkan kematian pada tanaman. Garam-garam yang menimbulkan
stres tanaman antara lain adalah NaCl, NaSO4, CaCl2, MgSO4, MgCl2 yang terlarut
dalam air (Fitter, 1991).
Berdasarkan kemampuan tumbuhan untuk tumbuh pada kondisi stres
garam,tumbuhan dibedakan menjadi dua kelompok yaitu halophyta dan glycophyta.
Halophyta adalah tumbuhan yang mampu bertahan dan menyelesaikan
siklushidupnya pada kondisi salinitas tinggi (300 mM). Tumbuhan jenis ini memiliki
kemampuan yang unik untuk mengakumulasi garam dalam daun sampai pada taraf
yang sama atau bahkan melebihi kadar garam air laut, dengan tanpa mengalami
masalah. Sementara itu, glycophyta adalah tumbuhan yang memiliki kisaran toleransi
jauh dibawah tumbuhan halophyta (Greenway & Munns, 1980).
Tanaman kacang tanah diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rosales
Famili : Papilionaceae
Genus : Arachis
Spesies : Arachis hypogaea, L.
Tanaman kacang tanah dapat tumbuh pada daerah tropik, subtropik, serta daerah
temperate pada 40LU-40LS dengan ketinggian 0-500 meter di atas permukaan laut.
Kondisi tanah yang mutlak diperlukan adalah tanah yang gembur. Kondisi tanah
yang gembur akan memberikan kemudahan bagi tanaman kacang tanah terutama
dalam hal perkecambahan biji, kuncup buah, dan pembentukan polong yang baik
(Pitojo, 2005).
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fuskhah et al (2014)
menggunakan benih lamtoro turi, Calopogonium, dan Centrosema dengan
menggunakan tingkat salinitas 0, 2000, 3000, dan 4000 ppm NaCl. Untuk
leguminosa pohon, sebagai petak utama adalah T1= Lamtoro, T2 = Turi, konsentrasi
NaCl (0, 2000, 3000, dan 4000 ppm NaCl). Untuk leguminosa penutup tanah L1 =
Calopo, L2 = Centro. Konsentrasi NaCl (0, 2000, dan 3000 ppm NaCl). Didapatkan
hasil konsentrasi garam NaCl menurunkan tinggi tanaman walaupun tidak signifikan.
Konsentrasi garam NaCl sebesar 2000 ppm sudah menekan pertumbuhan lamtoro.
Namun pada tanaman turi, penambahan NaCl justru meningkatkan pertumbuhan
walaupun tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi NaCl 2000
sampai 4000 ppm masih dibutuhkan turi untuk pertumbuhannya. Pada leguminosa
penutup tanah tampaknya mempunyai toleransi terhadap salinitas yang lebih rendah
karena hanya mampu hidup pada konsentrasi NaCl sampai dengan 3000 ppm.
Calopo mempunyai panjang tanaman yang jauh lebih rendah dari pada centro lebih
karena keduanya memang mempunyai morfologi dan genetik yang berbeda. Semakin
tinggi konsentrasi garam NaCl semakin menekan pertumbuhan tanaman.
Dibandingkan dengan calopo, centro menunjukkan penurunan pertumbuhan yang
lebih tajam.
III. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah pipa gelas diameter
3cm panjang 100cm,kain kasa, gelas piala, stopwatch, magnetic stirrer, timbangan
analitis, oven, mikroskop stereo, pisau, kamera, gelas ukur, polybag, statif dan klem,
gelas beaker, gelas erlenmeyer, karet gelang, kertas koran dan kertas label.
Bahan- bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sample tanah, air,
tanaman kacang tanah (Arachis hypogea L.), NaCl, acetone 80%
B. Metode
Pemaparan NaCl
1. Larutan garam dibuat dengan menimbang menggunakan rumus:
1000
M = x
Keterangan =
M = molaritas garam yang digunakan
G = Berat garam yang ditimbang
Mr = Berat molekul NaCl (58,5)
V = Volume larutan garam
2. Berdasarkan rumus diatas, untuk mendapatkan larutan garam konsentrasi 25 mM
maka NaCl sebanyak 1,4625 g perlu dilarutkan dengan air sampai volume
1000mL dan dihomogenkan menggunakan magnetic stirer. Selanjutnya,
konsentrasi 50mM, 75 mM, dan 100 mM dihitung dengan cara yang sama.
3. NaCl diberikan kepada tanaman berumur 3-8 minggu. Pemberian NaCl
dilakukan setiap tiga hari sekali.
Pengamatan Parameter Fisiologi
Pengukuran Luas Daun
1. Pengukuran dilakukan setiap dua minggu sekali.
2. Data luas daun diperoleh dengan cara mengukur luas daun pada percabangan
yang kedua (fully expanded leaf) dan dinyatakan dalam cm2.
3. Pengukuran luas daun dilakukan dengan metode gravimetri.
a. Kertas HVS 70 gram disiapkan, lalu dibuat kotak bujur sangkar berukuran
10x10 cm sehingga luas kertas adalah 100 cm2 (A).
b. Kertas bujur sangkar ditimbang dengan tmbangan analitik, misal terukur x
gram dinyatakan sebagai (B).
c. Pola daun percabangan kedua tanaman sampel digambar. Kertas bujur
sangkar diotong sesuai pola kemudian ditimbang dengan timbangan analitik.
Misal terukur y gram dinyatakan sebagai (C).
d. Luas daun dihitung dengan rumus
Luas daun = cm2
Keterangan:
A = Luas kertas bujursangkar (cm2)
B = Berat kertas bujursangkar (gram)
C = berat pola sampel daun (gram)
Pengukuran Tinggi Tanaman
1. Pengukuran dilakukan setiap seminggu sekali.
2. Tinggi tanaman mulai dari pangkal batang sampai titik tumbuh apikal tanaman.
3. Penambahan tinggi tanaman dihitung dengan rumus: (h=ht-(ht-1))
h = perubahan tinggi (cm)
ht = pengukuran tinggi terakhir (cm)
ht-1 = pengukuran tinggi sebelumnya (cm)
Pengukuran Berat Basah dan Berat Kering
1. Data berat basah dan berat kering tanaman diperoleh dengan menimbang berat
basah dan berat kering tanaman diakhr dan dinyatakan dalam satuan gram.
2. Pengukuran berat basah dan berat kering dilakukan dengan cara memisahkan
akar, daun, dan batang.
3. Pengukuran ini dilakukan sebagai berikut:
a. Media dari akar tanaman dipisahkan dengan cara menyobek polibag,
membuang media tanaman dengan air da diusahakan tidak ada bagian
tanaman yang ikut terbuang.
b. Bagian akar, batang, dan daun tanaman dipisahkan dan dipotong-potong.
Kemudian, bagian tanaman ditimbang (berat basah).
c. Bagian tanaman dikeringkan dengan cara dioven sampai diperoleh berat
yang konstan (berat kering).
d. Ratio berat basah dan berat kering dihitung
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam (ANOVA) dengan uji
F dan dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil dengan taraf kepercayaan
95% dan 99%.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
perlakuan 25 mM 100 mM 50 mM 75 mM 0 mM
rataan 0,6 0,68 0,7 0,74 2,22
25 mM 0,6 0 NS
100 mM 0,68 0,08 NS 0 NS
50 mM 0,7 0,1 NS 0,02 NS 0 NS
75 mM 0,74 0,14 NS 0,06 NS 0,04 NS 0 NS
0 mM 2,22 1,62 ** 1,54 ** 1,52 ** 1,48 ** 0 NS
2.8
Perlakuan 4 616,3253 154,0813 7,97217059 * 7 4.43
perlakuan 75 mM 50 mM 100 mM 25 mM 0 mM
Rataan 8,636 11,328 15,534 16,154 23,226
75 mM 8,636 0 ns
50 mM 11,328 11,328 * 0 ns
100 mM 15,534 15,534 * 4,206 ns 0 ns
25 mM 16,154 16,154 * 4,826 ns 0,62 ns 0 ns
0 mM 23,226 23,226 * 11,898 * 7,692 * 0 ns 0 ns
Kandungan klorofil(g/ml)
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada praktikum kali ini dapat disimpulkan
bahwa:
1. Stres atau cekaman merupakan kondisi lingkungan yang dapat memberi
pengaruh buruk pada pertumbuhan, reproduksi, dan kelangsungan hidup
tumbuhan.Stres tanaman terdiri dari stres suhu, stres air, stres radiasi, stres
bahan kimia dan stres angin, tekanan, bunyi, dan lainnya.
2. Stress garam berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Hal tersebut
ditandai dengan penurunan tinggi tanaman, penurunan kandungan klorofil,
berat basah, berat kering, titik eksklusi dan luas daun.
B. Saran
Saran untuk praktikum kali ini, yaitu untuk kedepannya praktikan harus lebih
rajin dalam merawat tanaman, teliti dalam menghitung dan memasukkan hasil
agar tidak terjadi kekeliruan. Menyadari bahwa laporan kelompok kami masih
jauh dari kata sempurna, kedepannya kami berharap praktikan lebih fokus dan
detail dalam menjelaskan dan menjabarkan poin pembahasan dengan sumber-
sumber yang lebih banyak dan dapat dipertanggungjawabkan.
DAFTAR REFERENSI
Bintoro, M.H. 1983. Pengaruh NaCl terhadap pertumbuhan beberapa kultivar tomat.
Bulletin Agribisnis. 14(1), pp: 13-35.
Hussein, Balbaa, Gaballah. 2007. Salicylic Acid and Salinity Effect on Growth of
Maize Plants. Researce Journal of Agriculture and Biological Science. 3(4):
321-328, 2007.