Anda di halaman 1dari 23

Autis

Autis pertama kali dikemukakan oleh Leo Kanner (1943) dengan mengamati gejala
autis yang disebut early infantile autism atau autis usia dini (Delphie, 2009:25). Autis
merupakan suatu permasalahan tumbuh kembang anak (Nelson,1988 dalam Yuliati, 2008:67).
Autis adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan perilaku yang aneh atau
ganjil dan keterlambatan perkembangan sosial komunikasi yang berat (Kirk dan Gallagher,
1986:427 dalam Abdurrachman dan Sudjadi, 1994:208). Matson (dalam APA, 1987 seperti
dikutip oleh Hadis, 2006:43) juga mengemukakan bahwa autis merupakan gangguan
perkembangan yang berentetan atau pervasif. Gangguan perkembangan ini terjadi secara jelas
pada masa bayi, masa anak-anak, dan masa remaja.
Penyebab autis belum dapat ditentukan secara pasti. Menurut Winarno (2009:7),
banyak spekulasi yang beredar mengenai penyebab autis. Pada dasarnya, autis dapat
disebabkan oleh banyak faktor (multifaktor), antara lain: 1) Kerentanan genetik; 2) Infeksi
virus contohnya rubella, herpes, dan Cytomegalovirus, infeksi toxoplasma gondii, maupun
jamur saat bayi di dalam kandungan; 3) Nutrisi yang buruk pada ibu hamil; 4) Perdarahan
saat melahirkan; 5) Bahan pangan seperti pengawet, pewarana, perasa buatan, dan makanan
siap saji (fast food; 6) Polusi udara; 7) Makanan yang terkontaminasi logam berat; 8)
Gangguan metabolisme seperti alergi; 9) Kegagalan pertumbuhan otak; dan 10) Autoimun
desease (Depdiknas, 2002 dalam Hadis, 2006:44).
Anak autis seringkali menunjukkan perilaku hiperaktif dalam kegiatan kesehariannya.
Hiperaktivitas atau tidak bisa diam merupakan salah satu gejala Gangguan Pemusatan
Perhatian Hiperaktivitas (GPPH) yang tercantum di dalam DSM-IV. Macam perilaku
hiperaktivitas antara lain:
a. Sering menggerakkan tangan dan kaki serta sering menggeliat
b. Sering meninggalkan tempat duduk di kelas
c. Sering berlari dan memanjat
d. Tidak bisa konsentrasi pada satu tugas
e. Mengalami kesulitan melakukan kegiatan dengan tenang
f. Sering bergerak seolah-olah diatur oleh motor penggerak
g. Sering bicara berlebihan dan diulang-ulang (echolalia)
h. (Handojo, 2003: 19-20).
Anak-anak dan orang dewasa dengan gangguan spektrum autis sering kali mengalami
berbagai keluhan pada lambung dan usus (gastrointestinal) seperti diare, sembelit, rasa sakit
pada perut, kembung, dan gas dalam perut (Kessick, 2011:1). Menurut penelitian Horvath
dan Perman (2002), anak autis dapat mengalami gangguan pada saluran pencernaan atas dan
bawah. Permeabilitas usus dan aktivitas enzim pencernaannya menurun. Selain itu terdapat
pula abnormalitas jaringan pada kerongkongan, perut, usus kecil, dan kolon serta disfungsi
kapasitas hati dalam melakukan proses konjugasi (Winarno, 2009:9).
Sekitar 50% anak autis memiliki lapisan usus yang terlalu permeabel sehingga terjadi
ketidakseimbangan flora usus yang berakibat pertumbuhan berlebih dari mikroorganisme
pencernaan yang berpotensi menyebabkan penyakit (patogen). Pada saluran pencernaan anak
autis, ditemukan kelompok bakteri Clostridium histolyticum (kluster 1 dan 2) dalam jumlah
yang lebih banyak daripada anak sehat tanpa autis. Anggota kelompok Clostridium
histolyticum ini dikenal sebagai penghasil toksin dan senyawa metabolit yang dapat
mengganggu usus dan menyebabkan efek sistemik (Winarno, 2009:9).
Autis mempunyai gangguan metabolisme yaitu kekurangan enzim dipeptidal peptidase
(DPP IV) yang berkaitan dengan pencernaan gluten dan casein. Karena metabolisme tidak
sempurna, maka proses pencernaan protein bukan menghasilkan asam amino, tetapi menjadi
zat racun semacam opioid yang jika masuk ke otak akan memicu hiperaktivitas (Ekky, 2010)
Kelainan lain terletak pada kesulitan memproses protein karena termasuk asam amino pendek
yang sering disebut peptida. Peptida dalam keadaan normal biasanya hanya diabsorbsi sedikit
dan sisanya dibuang, namun karena tingginya permeabilitas pada lapisan mukosa usus
menjadikannya masuk ke dalam sirkulasi darah (Rachmanto, 2010). Studi klinis di seluruh
dunia telah mendemonstrasikan bahwa kombinasi dari gejala-gejala yang digambarkan
tersebut sering ditemukan pada penyandang ASD dan ADHD (Kessick, 2011:1). Oleh karena
itu, anak autis memerlukan cara khusus untuk mengatasi masalah pencernaannya (Winarno,
2009:9). Salah satu cara untuk mencegahnya adalah dengan memperhatikan asupan makanan
yang masuk ke dalam tubuh sebab makanan tertentu dapat menjadi pemicu terjadinya
masalah pencernaan pada anak autis. Beberapa zat makanan yang dapat memicu gangguan
pencernaan anak autis adalah gluten dan casein.

Diet GFCF (Gluten Free Casein Free)


Menurut Emilia dan Yuliana (2006), proses pola makan bebas gluten dan kasein
dimulai secara perlahan-lahan dengan cara sebagai berikut :
1. Menyingkirkan makanan yang mengganggu satu demi satu sambil berangsur-angsur
memperkenalkan makanan pengganti yang baru.
2. Membuat makanan dengan variasi dalam bahan dan pengolahan serta menarik dalam
penyajian
3. Gluten lebih lama hilang dari sistem pencernaan daripada kasein. Tes urin menunjukkan
bahwa kasein dapat hilang dari tubuh dalam tiga hari, sedangkan gluten membutuhkan
waktu berbulan-bulan. Dengan demikian, hindari konsumsi susu terlebih dahulu dan
setelah beberapa minggu hindari mengkonsusmsi produk susu atau hasil olahan susu.
Setelah itu baru menghindari produk dengan bahan dasar gandum
4. Menghindari produk kedelai kecuali tes hipersensitivitas makanan menunjukkan bahwa
anak tidak alergi terhadap kedelai.
5. Mematuhi pola makan bebas gluten dan kasein dan kedelai ketat, minimal selama 6
bulan karena pemberian makanann yang mengandung gluten dan kasein, meskipun
dalam jumlah sedikit, dapat menyebabkan kemunduran pada kesehatan anak.
6. Membiasakan diri untuk membaca label pada kemasan makanan atau tandai makanan
yang mengandung gluten dan kasein. Saat ini, terdapat banyak tepung GFCF, yang
dapat langsung digunakan sebagai bahan baku makanan atau dibuat biskuit ataupun
makanan lainnya yang biasa dijual di pasaran. Selain itu berbagai produk bebas gluten
dan kasein telah banyak dijual baik berupa produk yang sudah jadi, antara lain berupa
roti atau tepung yang beraneka ragam jenisnya. Hal yang juga penting untuk
diperhatikan pada pemilihan makanan anak autis adalah tidak mengandung zat
tambahan seperti pewarna, pemanis atau pengawet (Sari ID. 2009).

Gluten dan Casein


Gluten adalah protein yang terkandung di dalam terigu, barley dan rye, serta sejenis
protein didalam oats. Menurut Winarno (2009:10). Gluten merupakan komponen protein
(80%) dalam gandum yang terdiri atas campuran protein gliadin dan glutenin. Contoh
produknya adalah roti, pizza, produk pasta (mie, spaghetti), pastry, biskuit, beberapa produk
sereal sarapan dan produk-produk lainnya yang dibuat dengan menggunakan terigu. Tepung
terigu berasal dari tanaman gandum (Triticum sp), merupakan tanaman serealia yang kaya
akan karbohidrat. Kandungan protein pada tepung terigu 85% adalah protein gliadin dan
glutenin yang merupakan komponen penyusun gluten dan sisanya 15% adalah protein
albumin dan globulin. Sifat protein gluten adalah menyerap air bahkan bisa mencapai 2 kali
beratnya, elastis, dan plastis karena kemampuannya dalam membentuk adonan (Rachmanto,
2010). Berikut ini gluten digambarkan dalam struktur kimia :
Gambar 2. Rumus kimia gluten
sumber: Lehninger. 1982. Dasar-Dasar Biokimia . Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Casein adalah protein yang terdapat di dalam susu. Menurut Winarno (2009:11),
protein yang terdapat dalam susu adalah casein (bahan pembentuk keju) dan protein whey
yang terdapat dalam bentuk cairan (limbah pembuatan keju). Casein terdapat dalam semua
susu yang berasal dari ternak penghasil susu seperti susu sapi, kambing, kuda, kerbau, unta,
dan domba. Di dalam casein terdapat dua kelompok varian, yaitu casein A (A1 dan A2) dan
B. Varian A diduga sering mendatangkan masalah, yaitu penyebab death syndrome, ischemic
heart disease, dan autis. Produk-produk olahan susu seperti yoghurt, keju, mentega, beberapa
margarin, es krim, susu coklat biskuit dan beberapa produk olahan yang menggunakan susu
sebagai bahan bakunya otomatis juga akan mengandung casein. Berikut ini casein
digambarkan dalam struktur kimia:

Gambar 3. Rumus kimia casein


sumber: Lehninger. 1982. Dasar-Dasar Biokimia . Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga.

dan berikut ini peptida casein digambarkan dalam struktur kimia:


Gambar 4. Rumus peptida casein (caseomorphin)
sumber: Lehninger. 1982. Dasar-Dasar Biokimia . Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Reaksi terhadap Gluten dan Casein pada Anak Autis


Sebagian besar protein (gluten dan casein) dicerna menjadi asam amino, sisanya
menjadi peptida. Protein gluten dan casein mempunyai kombinasi asam amino tertentu yang
oleh sistem pencernaan anak autis sukar dipecah secara sempurna menjadi asam amino
tunggal akibat defisiensi enzim dipeptidal peptidase (DPP IV). Produk pencernaan protein ini
masih dalam bentuk peptida yang secara biologis masih aktif (Rachmanto, 2010).
Peptida dari gluten (glutheomorphin) dan casein (caseomorphin) adalah zat semacam
morfin yang dapat mengganggu dan merangsang otak. Zat yang mirip morfin tersebut keluar
dari usus halus akibat adanya kebocoran usus dan masuk dalam peredaran darah. Kondisi
seperti ini disebut leaky gut (peningkatan permeabilitas usus). Melalui darah glutheomorphin
dan caseomorphin dikirim ke otak, kemudian ditangkap oleh reseptor opioid. Kondisi opioid
menyerupai kondisi seperti baru mengkonsumsi obat-obatan serupa morfin atau heroin
(Winarno, 2009:9). Reaksi opioid dapat digambarkan pada skema berikut ini:
Peptida hasil pemecahan protein (gluten dan casein) sebagian diekskresikan lewat urin
dan sisanya masuk ke dalam otak yang dapat menempel pada reseptor opioid di otak.
Peningkatan aktivitas opioid akan menyebabkan gangguan susunan saraf pusat dan dapat
berpengaruh terhadap persepsi, emosi, perilaku dan sensitivitas. Hal ini dapat menyebabkan
kegagalan pertumbuhan otak dan memicu gejala autis seperti perilaku hiperaktivitas
(Winarno,2009)
Pada orang sehat, mengonsumsi gluten dan casein tidak akan menyebabkan masalah
yang serius atau memicu timbulnya gejala autis (Anggraeni, 2010). Namun berbeda pada
anak dengan gangguan autis sehingga harus melakukan diet terhadap makanan yang
terklasifikasi menjadi dua yaitu casein (protein dari susu) dan gluten (protein dari gandum).
Banyak penelitian menunjukkan bahwa dengan melakukan penghindaran makanan tertentu,
gejala gangguan fungsi tubuh dan perilaku dapat diminimalkan (Maulana, 2008:155).

Makanan pada Anak Autis


Pemberian makanan untuk penderita autis bersifat individual. Diet yang diberikan pada
satu anak autis belum tentu sama dengan diet terhadap anak lain yang juga mengalami autis.
Oleh karena itu, konsultasi dengan ahli gizi dan dokter anak sangat diperlukan. Orang tua
juga hendaknya selalu membuat daftar makanan yang dikonsumsi oleh anak autis dan efek
yang ditimbulkannya (Rachmanto, 2010).
Beberapa penelitian diketahui bahwa pemberian diet tanpa gluten dan casein ternyata
memberikan respon yang baik terhadap 81% anak autis. Sebagai pengganti susu dapat
digunakan sari kedelai, sari almond, dan sari kacang hijau; pengganti terigu dapat digunakan
tepung beras merah, tepung beras, tepung kedelai, tepung tapioka, tepung kentang dan tepung
beras (Rachmanto, 2010).
1. Makanan yang Dihindari:
a. Makanan yang mengandung gluten, yaitu semua makanan dan minuman yang dibuat
dari terigu, havermut, atau oat misal roti, mie, kue-kue, cake, biskuit, pizza,
makaroni, spageti, tepung bumbu.
b. Produk produk lain seperti soda kue, baking soda, kaldu instant, saus, lada bubuk.
c. Makanan sumber casein, yaitu susu dan hasil olahannya misal es krim, keju,
mentega, yoghurt, dan makanan yang menggunakan campuran susu.
d. Daging, ikan, ayam yang diawetkan dan diolah seperti sosis, kornet, nugget, hotdog,
sarden, daging asap, ikan asap.
e. Tempe tidak dianjurkan jika anak alergi terhadap jamur karena pembuatan tempe
menggunakan fermentasi ragi.
f. Buah dan sayur yang diawetkan
2. Makanan Yang Dianjurkan :
a. Makanan sumber karbohidrat yang tidak mengandung gluten misalnya beras,
singkong, ubi, talas, jagung, tepung beras, tapioka, ararut, maizena, bihun, dan soun.
b. Makanan sumber protein yang tidak mengandung casein, misalnya susu kedelai,
daging dan ikan segar (tidak diawetkan), unggas, telur, udang, kerang, cumi, tahu,
kacang hijau, kacang merah, kacang tolo, kacanng mede, kacang kapri, dan kacang
kacangan lain.
c. Sayuran dan buah-buahan segar (Rachmanto, 2010).

Ada tahapan yang dapat dilakukan jika ingin memulai diet gluten dan casein ini.
Tahapan ini paling baik dilakukan dengan dukungan dan saran dari Ahli Diet. Tahapannya
meliputi:
1. Perkenalkan anak ke berbagai makanan bebas gluten dan kasein. Jika anak menyukai
ini, ini mungkin membantu memutuskan bahwa diet gluten dan casein itu realistis.
Contohnya termasuk roti bebas gluten, sereal sarapan dan pasta; dan pengganti susu
atau suplemen kalsium.
2. Pengecualian gluten dan casein penuh. Banyak keluarga mencoba menyingkirkan
gluten dan kasein pada waktu bersamaan. Namun, bila mengecualikan keduanya secara
bersamaan, jika ada peningkatan, tidak akan tahu apakah ini karena penghapusan
kasein, gluten atau keduanya.
3. Pengecualian kasein saja. Beberapa keluarga hanya mengecualikan kasein. Ini hanya
memakan waktu sekitar 3 atau 4 minggu sebelum dapat dinilai apakah pengecualian
tersebut bermanfaat atau tidak. Setelah 4 minggu, Anda bisa mengenalkan kasein
kembali untuk membantu memastikan apakah hal itu mempengaruhi anak Anda atau
tidak.
4. Pengecualian jenis kasein tertentu saja. Sekarang ada beberapa bukti bahwa fragmen
kasein tertentu bisa menjadi zat penyalahguna utama. Ini ditemukan dalam kebanyakan
bentuk susu sapi dan bukan pada susu hewan lainnya. Juga, beberapa orang bisa
mentolerir yoghurt atau susu dan keju yang dimasak. Hal ini karena pembuatan yoghurt
dan memasak mengubah kasein.
5. Pengecualian gluten saja. Beberapa keluarga hanya mengecualikan gluten. Ini bisa
memakan waktu sekitar 3 sampai 6 bulan sebelum dapat dinilai apakah pengecualian
ini bermanfaat atau tidak. Jika tidak ada perbaikan yang jelas dalam 6 bulan, maka re-
introduksi makanan yang mengandung gluten dan amati baik-baik untuk setiap
perubahan.
6. Pengecualian makanan tambahan terlebih dahulu, atau pada saat bersamaan. Warna
buatan, pengawet benzoat, aspartame dan monosodium glutamat adalah aditif makanan
yang dapat mempengaruhi mood. Beberapa orang menghapusnya bersamaan dengan
perekat kasein. Idealnya sebaiknya keluarkan aditif makanan selama 1 bulan pertama,
sebelum mempertimbangkan gluten atau casein exclusion. Aditif ini tidak memiliki
nutrisi; nilai dan sering disertakan dalam makanan dan minuman berkualitas rendah
untuk memperbaiki penampilan, rasa atau masa simpan (Rex, 2014).

Lebih banyak tentang pengecualian gluten.


Alasan medis yang paling terkenal untuk diet bebas gluten adalah kondisi yang
mempengaruhi usus kecil yang disebut penyakit Celiac. Diet bebas gluten hanya satu-satunya
makanan bebas gluten dan pengobatan yang tersedia dengan resep dokter. Kondisi ini diuji
untuk penggunaan tes darah dan dengan menguji "biopsi" jaringan usus. Tes ini mencari
"antibodi IgE". Saat ini ditemukan, penyakit celiac dikonfirmasi dan diet bebas gluten
dimulai.
Kami tidak tahu apakah penyakit celiac lebih umum terjadi pada anak autis atau ADHD
daripada populasi lainnya. Kemungkinan reaksi gluten di antara anak-anak ini adalah bentuk
intoleransi daripada alergi. Namun, kemungkinan sejumlah kecil anak autis atau ADHD yang
mood atau kesehatan ususnya terkena gluten, memang memiliki penyakit celiac yang tidak
terdiagnosis. Hanya mungkin untuk menguji penyakit celiac jika anak tersebut secara teratur
mengonsumsi makanan yang mengandung gluten. Bahkan jika tes untuk penyakit celiac
terbukti negatif, anak masih bisa memiliki intoleransi gluten. Ini masih bisa mempengaruhi
mood dan kesehatan tapi tidak ada antibodi IgE yang diproduksi.
Gluten adalah bentuk protein tapi bukan nutrisi penting. Namun, gandum merupakan
sumber utama perekat dan sumber energi utama. Selain itu, gandum "whole grain",
"wholegrain", "high fiber", "whole grain" dan kadang-kadang "coklat" dari gandum juga
mengandung serat, magnesium, vitamin E, dan vitamin b. Beberapa anak mendapatkan
banyak makanan ini dari makanan lain. Namun, beberapa anak akan memiliki asupan serat
yang jauh berkurang jika mereka mengeluarkan makanan berserat serat tinggi ini. Serat
penting bagi kesehatan usus dan untuk membantu mengatur gula darah dan suasana hati.
Magnesium penting untuk mengurangi kecemasan. Sayuran hijau adalah sumber magnesium
terbaik.
Ada banyak makanan bertepung bebas gluten sehingga anak-anak bisa mendapatkan
energinya. Ini termasuk jagung, beras, quinoa, soba, kentang, lobak, oat dan produk bebas
gluten khusus seperti roti dan pasta.
Oat dapat terkontaminasi dengan gandum dan karena itu gluten. Kebanyakan orang
yang sensitif terhadap gluten dapat mentolerir gandum jika tidak terkontaminasi dan diberi
label sebagai gluten free. Oat mengandung avenins yang sangat mirip dengan gluten tapi
biasanya cukup berbeda untuk ditoleransi dengan aman. Makanan seperti oatcakes dan bubur
sangat sehat, makanan berserat tinggi bisa menjadi alternatif yang sangat baik untuk roti,
kerupuk dan gluten yang mengandung serealia sarapan.
Roti bebas gluten, pasta, tepung dan makanan spesialis lainnya tidak dapat disesuaikan
untuk anak-anak penderita Autisme atau ADHD kecuali mereka memiliki penyakit seliaka.
Mereka bisa dibeli tanpa resep dan supermarket besar biasanya stoknya bermacam-macam.
Mereka jauh lebih mahal daripada makanan yang mengandung gluten biasa. Selain itu,
beberapa makanan bebas gluten (terutama roti) menggunakan susu sebagai bahan pengganti
protein dan memperbaiki tekstur. Jika anak Anda juga perlu menghindari kasein (dari susu)
periksa labelnya dengan hati-hati dan pilih produk bebas susu. Anak-anak yang menyukai
makanan bertepung lainnya seperti kentang dan nasi, sering kali dikelola dengan baik tanpa
produk bebas perekat khusus ini. Roti bisa menjadi masalah bagi beberapa anak karena
tekstur roti gluten berbeda. Memanggang atau memanggang Anda kadang-kadang membantu.
Selama uji coba diet bebas gluten, periksakan perubahan fungsi usus, mood, tidur, perhatian
atau perilaku. Kebiasaan usus bisa berubah. Gejala seperti konstipasi, diare, sakit perut
kembung bisa membaik. Sebagai alternatif, sumber perekat kaya gluten yang hilang seperti
roti gandum, bisa meningkatkan konstipasi (Rex, 2014).

Selengkapnya tentang pengecualian Casein.


Ada dua alasan mengapa orang mungkin perlu menghindari produk susu. Ini adalah
protein susu atau alergi kasein atau intoleransi; dan intoleransi laktosa (gula susu).
Intoleransi laktosa. Laktosa adalah gula alami yang ditemukan dalam susu. Ini bukan
protein atau kasein. Intoleransi laktosa mempengaruhi usus. Kembung dan diare adalah gejala
khas. Efek laktosa terbatas pada usus. Intoleransi laktosa dapat diuji untuk menggunakan tes
nafas.
Intoleransi kasein. Kasein adalah sejenis protein yang ditemukan dalam susu dan
produk susu. Hal ini bisa menimbulkan alergi atau intoleransi. Efek terkadang bisa terlihat di
beberapa bagian tubuh. Efek ini bisa sangat jelas atau lebih halus. Otak, otak, kulit,
kerongkongan, hidung dan paru-paru semuanya bisa terkena kasein.
Satu zat tertentu dilepaskan, saat kasein dicerna, disebut "betacasomorphin 7" (bCM7).
Ini memiliki morfin atau opiat seperti efek pada usus dan otak. Beberapa penelitian
menghubungkan bCM7 (dari susu sapi) ke berbagai gejala dan kondisi medis termasuk
diabetes, penyakit jantung, konstipasi, perkembangan motor tertunda, produksi lendir dan
pembengkakan. Namun saat ini, bukti untuk ini tidak lengkap dan pastinya sangat
kekurangan bukti. Efek morfin seperti itu juga bisa membuatnya membuat kecanduan pada
beberapa anak.
Bisa jadi beberapa anak saat ini menjalani diet bebas susu, hanya sensitif terhadap
bCM7. Jika demikian, mungkin ada beberapa produk susu hewani yang bisa mereka tolerir.
Susu kambing dan susu sapi A2 menghasilkan sedikit bCM7 saat dicerna. Hal ini juga
berlaku untuk produk kambing, domba (Ewe's) dan produk susu kerbau. Beberapa anak autis
atau ADHD yang saat ini menjalani diet bebas susu (karena tidak toleran daripada alergi),
bisa mencoba produk susu alternatif ini untuk melihat apakah bisa ditoleransi. Jika bisa, akan
meningkatkan asupan protein, kalsium, yodium, dan B dari beberapa anak ini dan juga
memungkinkan mereka menikmati makanan favorit, makanan dan minuman yang mungkin
telah hilang.
Yang lainnya, termasuk mereka yang memiliki alergi protein susu, mungkin perlu
menghindari semua susu hewani. Akan berbahaya bagi anak-anak dengan alergi protein susu
yang parah untuk mencoba susu hewan lain ini kecuali jika berada di bawah pengawasan
medis yang ketat.
Susu kambing dan produk susu lainnya yang tidak menghasilkan bCM7, disebut susu "A2".
Susu sapi biasa biasanya mengandung tipe "A1". ASI manusia juga mengandung jenis protein
A2. Susu sapi A2 ini diperkirakan memiliki efek morfin yang jauh lebih rendah. A2 susu sapi
dan susu domba (susu Ewe) keju berbau, terlihat dan terasa seperti susu sapi biasa dan keju
cheddar. Susu kambing, keju kambing, buffalo mozzarella dan yogurt kambing juga bisa
diterima banyak anak, tapi mereka akan memperhatikan perbedaan rasa, aroma dan
penampilannya. Semua produk susu alternatif ini lebih mahal dari versi standarnya.
Banyak anak dengan intoleransi kasein diberi pengganti berbasis kedelai seperti susu
kedelai dan yoghurt kedelai. Ini bisa bermanfaat karena kalsium ditambahkan tetapi juga
merupakan sumber protein yang baik. "Keju" kedelai juga tersedia dalam bentuk irisan,
sebagai satu blok atau sebar. Sayangnya beberapa anak dengan kasein intoleransi atau alergi
juga mengalami gejala serupa dengan protein kedelai.
Pilihan lainnya adalah banyaknya pengganti susu yang diperkaya kalsium yang terbuat
dari almond, kelapa, beras, gandum atau hazelnut. Karena mereka bebas protein, mereka
hanya cocok untuk anak-anak yang sudah banyak makan makanan kaya protein lainnya
seperti daging, ikan, telur, kacang-kacangan, kacang-kacangan atau kacang lentil. Periksa
label untuk memastikan mereka menambahkan kalsium. Jika Anda ingin memulai uji coba
produk susu, tabel di akhir lembaran informasi ini akan membantu Anda menentukan
alternatif terbaik (Rex, 2014).

Bagaimana cara menghindari susu dan gluten saat berbelanja


Label makanan sekarang jauh lebih baik dalam menampilkan bahan mana yang berasal
dari MILK atau GLUTEN, dari pada itu. Label sering menggunakan huruf tebal dan atau
huruf kapital untuk menonjolkan alergen umum seperti ini.
Jenis makanan yang cukup jelas mengandung susu termasuk es krim, custard, puding susu,
mentega, krim, keju, susu, yoghurt, buttermilk, fromage frais dan susu coklat. Makanan yang
kurang jelas yang sering termasuk produk susu termasuk beberapa jenis biskuit, roti, keripik
rasa, kue dan beberapa produk daging olahan.
Jenis makanan yang cukup jelas mengandung gluten meliputi hampir semua hal yang
terbuat dari gandum, gandum atau gandum hitam termasuk roti, roti gandum, sereal gandum,
sereal, sereal, sereal, roti panggang, sereal, roti panggang, kue kering, kue kering, kue kering,
kue, kue dadar, wafer, cous cous, dan jelai mutiara. Gandum dan jelai juga bisa muncul saat
Anda tidak mengharapkannya. Tepung misalnya banyak digunakan pada makanan olahan.
Tepung jagung, tepung jagung dan tepung kentang / tepung bebas gluten tentu saja. Ekstrak
malt dan malt biasanya berasal dari jelai sehingga mengandung gluten juga (Rex, 2014).
Sumber: Korstad, L. 2012. Nutrition for People with Autism: The Gluten-Free Casein-Free
Diet. https://www.csuchico.edu/kine/top-nav/adapted-physical-education/community-service-
programs/autism-clinic/documents/nutrition-autism-gluten-brochure.pdf Diakses pada 18
September 2017
Sumber: Children's Digestive Health And Nutrition Foundation. 2005. Gluten-Free Diet
Guide for Families. http://www.gikids.org/files/documents/resources/Gluten-
FreeDietGuideWeb.pdf diakses pada 18 September 2017

Sources of CASEIN to Avoid


Casein is found in all animal milk products (cow, goat, sheep, etc.), such as:
Milk
Cheese
Yogurt and kefir
Butter
Cream
Ice cream
Sour cream
Whey
Casein Containing Ingredients and Foods:
Milk chocolate
Sherbet
Galactose
Casein, Caseinate
Lactose in seasoning
Lactalbumin, as natural flavor
Artificial butter flavor
Cool Whip
Lactic acid *
Canned tuna *
Seasoned potato chips *
Hot dogs and bologna (may contain) *
* May contain casein

MELAKUKAN DIET GFCF


Sangat mudah untuk mengganti makanan favorit anak Anda dengan pilihan bebas
gluten -GF wafel, pancake GF, muffin GF, pasta GF semuanya tersedia di toko. Hotdog
GFCF dan chicken nugget juga cukup dekat dengan versi gluten asli yang mengandung, dan
mudah untuk diganti. Roti lebih sulit untuk diganti, karena tekstur gluten membuat roti lebih
sulit untuk diduplikasi dengan tepung bebas gluten. Saat Anda mencoba berbagai merek roti
GFCF, pertimbangkan untuk membuat beberapa dari Anda sendiri. Roti bebas gluten, dengan
dan tanpa ragi, terasa lebih enak dan memiliki tekstur lebih segar saat dibuat di rumah.
Beberapa aspek bebas kasein juga mudah diubah: pengganti mentega seperti minyak
ghee dan minyak kelapa lezat, sehat, dan tersedia di kebanyakan toko makanan kesehatan.
Yoghurt kelapa (oleh So Delicious) bebas dari susu dan bebas kedelai, puding caseinfree dan
es krim juga hampir tidak dapat dibedakan dari versi susu. Susu dapat perlahan diencerkan
dari waktu ke waktu dengan susu bebas susu. Mac dan keju bisa dibuat cukup mudah tanpa
pengganti keju sama sekali. Keju meleleh seperti pada pizza GF lebih sulit ditiru karena
tekstur lengketnya. Untungnya, Makanan Galaxy membuat keju Rice Vegan yang bebas dari
kasein dan kasein, serta bebas kedelai, yang bisa digunakan saat Anda hanya harus memiliki
pizza.

Berikut adalah beberapa langkah awal untuk menerapkan GFCF:


1. Percobaan. Sebelum mengeluarkan apapun, perkenalkan alternatif GFCF seperti pasta
beras, wafel GF, dan makanan dan makanan ringan GFCF lainnya-ini akan mendukung
bagian eliminasi nanti. Cobalah beberapa makanan dan campuran siap saji. Temukan pilihan
yang disukai anak Anda dan Anda bisa menggantinya nanti saat diimplementasikan.
2. Jelajahi sumber daya GFCF (buku, buku masak, video, situs web autis) agar terbiasa
dengan diet dan pelajari gagasan bermanfaat, apa yang diharapkan, dan makanan apa yang
diizinkan. Tonton video instruksional - banyak tersedia di YouTube.
3. Buat rencana makan-daftar makanan bebas gluten dan makanan bebas kasein, makanan,
dan makanan ringan yang akan dimakan anak Anda atau yang ingin Anda lakukan pada
GFCF.
4. Belanja makanan sesuai rencana makan, serta beli tepung, susu, dan bahan pokok lainnya
dari GFCF.
5. Kemudian, mulailah menghilangkan satu per satu: Mulailah dengan penghapusan kasein-
selama dua minggu, lalu ... Hapus gluten dan lanjutkan keduanya (bebas gluten dan bebas
kasein) selama tiga sampai enam bulan.

Setelah Anda Merencanakan dan Siap Melaksanakan Diet, Pertimbangkan Faktor Tambahan
ini:
Gantilah makanan yang sama dengan anak Anda dengan pilihan bebas gluten / kasein.
Misalnya, jika mereka makan wafel setiap pagi, beli wafel tepung beras.
Jangan meningkatkan jumlah gula dalam makanan. Saat memasuki GFCF, biasanya
mulai mengganti gluten-free, termasuk kue gula tinggi. Jika Anda perlu terus menggunakan
makanan gula yang lebih tinggi (jika sudah dalam makanan) selama masa transisi, tidak
masalah; Namun, Anda akan ingin membawa mereka keluar sesegera mungkin. Karena itu,
terbaik untuk menghindarinya jika bisa.
Jika paket tidak mengatakan "bebas gluten" dan "bebas kasein," hubungi pabrikan
untuk memastikannya. "Gandum bebas" dan "bebas susu," tidak berarti GFCF. Bahkan jika
tidak ada bahan perekat atau kasein, Anda tidak dapat mengasumsikan GFCF - mungkin ada
beberapa bahan yang tidak perlu dicantumkan. Juga, ingatlah untuk memeriksa bahwa setiap
produk bebas gluten juga bebas kasein.
Untuk anak yang lebih muda, buat saja perubahannya bila bisa. Masukkan pilihan
bebas gluten dan susu ke dalam wadah biasa Anda, yaitu memasukkan susu beras ke dalam
wadah susu. Jadikan transisi ini-perlahan-lahan encer susu ke produk susu bukan susu selama
seminggu atau dua minggu.
Untuk membantu pencernaan gandum dan susu, coba gunakan enzim pencernaan
dengan DPPIV. Meskipun tidak akan menggantikan diet, ini bisa membantu anak-anak
menyusup ke dalam makanan dan membantu kontaminasi silang sampai makanan tersebut
diimplementasikan sepenuhnya.
Saat mengikuti diet GFCF, biasanya lebih banyak mengganti jagung dan kedelai
menggantikan gluten dan kasein. Jagung dan kedelai juga sangat umum sensitifitas makanan,
dan mengeluarkan makanan ini juga bisa membuat perbedaan yang luar biasa pada kesehatan,
tingkah laku, dan perhatian anak autis. Saya sarankan kedelai bebas dan bebas jagung, atau
hanya jagung organik.
Pastikan kebutuhan gizi anak Anda terpenuhi. Pilihan makanan harus sesehat mungkin,
dan tambahkan suplemen kalsium dan / atau formula multivitamin / mineral yang tepat untuk
memastikan kebutuhan vitamin dan mineral anak terpenuhi. Pertimbangkan untuk bekerja
dengan profesional nutrisi untuk memastikan semua kebutuhan nutrisi, termasuk asupan
protein dan kalori, terpenuhi. Buku saya, Nourishing Hope for Autism, akan membantu
membimbing usaha Anda.
Saat Anda memahami diet dan anak Anda adalah GFCF, mulailah menyusun strategi
tentang bagaimana Anda dapat mengenalkan makanan yang lebih sehat seperti sayuran dan
jus sayuran segar, makanan fermentasi, makanan kaya antioksidan dan pilihan padat nutrisi
lainnya. Lihat Memasak Untuk Sembuh bagi banyak tip, resep dan demonstrasi.

IDE BINATAKAN BREAKFAST


Selalu mencoba untuk menyajikan beberapa protein seperti telur atau sosis saat sarapan.
Cobalah dua atau tiga gagasan ini bersama-sama seperti: telur orak-arik, dengan bacon dan
sepotong buah - kecuali sarapan sudah mengandung lemak, karbohidrat, dan protein seperti
roti panggang Prancis atau smoothie.
Telur, telur orak-arik, telur dadar, gaya apapun tanpa susu
Sosis sarapan Toko dibeli atau hanya patty daging buatan sendiri (tanpa nitrat / ites)
Bacon
Wafel atau pancake GFCF
GFCF bersulang dengan mentega kacang atau ghee dan / atau minyak kelapa (pengganti
mentega)
GFCF sereal atau granola sarapan GFCF lainnya
Roti Prancis (roti GF)

Buah
Smoothie Buah - Susu non-susu, buah beku seperti blueberry, pisang, persik, dan pir,
madu, bubuk protein (jika tidak bersamaan dengan protein lain), yogurt non-susu

MAKAN SIANG & MAKAN MALAM


Sertakan protein, sayuran, beberapa lemak, dan pati (pati tidak diperlukan dan dieliminasi
pada makanan tertentu). Makanlah sisa makan siang yang panas untuk makan siang dengan
menggunakan termos.
Protein:
Bakso
Daging sapi
Kerbau
Domba atau daging apapun
Burger - daging sapi, ayam, kalkun, sayuran
Ayam rumahan, daging sapi, kalkun, atau daging lainnya
GFCF, hotdog dan sosis bebas nitrat / ite
Bufet ayam GF buatan sendiri
Ayam bakar atau daging panggang

Sayuran:
Sayuran atau sayuran rebus dengan minyak tumit atau minyak kelapa meleleh di atas
Sayuran tumis
Salad atau wortel
Asinan asinan kubis
Buah-buahan:
Buah segar - dimasak menjadi saus seperti saus apel atau saus pir

Pati:
Pasta GF
Ubi jalar atau kentang goreng
Beras atau kinoa
Kerupuk GF, roti, atau kue beras
Makan Siang dan Makan Malam Tambahan
Sandwich GF dengan daging makan siang iris
GF sandwich dengan mentega dan jelly biji bunga matahari (kacang & kacang-bebas PB & J)
Stews & sup - sup pure atau kaldu
Casseroles

Makanan ringan
Chicken nugget atau pancake ayam
Seledri atau apel dengan mentega kacang

Sayuran dengan hummus


Kentang kentang atau keripik lainnya (idealnya dengan guacamole atau saus sehat lainnya)
Keripik wortel
Sayap lateks dengan saus apel di atasnya
Smoothie (atau dibekukan menjadi es loli)
Jus sayuran (segar dibuat)
GF French toast strips dengan minyak kelapa dan sedikit garam (tidak manis jika
memungkinkan)
Buah atau apel / saus pir (Generation Rescue, 2017).

RECOMMENDED AVOID
GRAINS AND Amaranth Baked Beans unless gluten free
LEGUMES Basmati Rice Flours: Wheat flour, wholemeal
Beans flour,
Brown Rice bakers flour, semolina, barley, rye
Buckwheat (avoid battered or crumbed food)
Chickpea Wheat including durum,
Lentils semolina,
Millet triticale, rye, barley, bulgur,
Pea couscous
Quinoa and oats
Wild Rice
Flour: any flour made from the
above
sources
PASTA Buckwheat noodles Durum wheat pasta (spaghetti,
Rice noodles macaroni etc)
Vegetable, corn, spinach or Egg noodles
quinoa pasta Hokkein noodles
Barley pasta
Spelt pasta
BREADS AND Gluten free breads based on Breakfast Bars
CEREALS buckwheat, Burritos
corn, rice, chickpea flour Cereals containing sugar
Gluten free muesli, homemade Wheat breads wholegrain, white
muesli made from a combination bread, rye bread, oat bread, barley
of: Brown rice flakes, millet flakes, bread, pumpernickel bread.
organic cornflakes, puffed corn,
puffed rice, raw nuts &
seeds,shredded coconut
Puffed kamut
Puffed quinoa

CRACKERS Rice cakes Wheat crackers


Corn cakes Bran biscuits
Gluten free products Ryvita
Oatcakes
CONDIMENTS Bouillon stock powder Gravy mixes, seasonings & rubs
Sesame salt Hydrolyzed vegetable protein
Tamari (check label) Malt
Mustard seeds Malt vinegar
Fresh dried herbs & spices Modified starch
Apple cider vinegar Mustard pickles
Soy sauce
Texturized vegetable protein
Vegemite
SNACKS AND Fruit Cakes
DESSERTS Nuts Chocolate
Dried fruits (avoid sulphites code Commercial biscuits, cookies,
220) cakes,
scones
Pastries
Flavoured or frozen Yoghurts
Fried foods
Fruit Juices
Ice Cream
Liquorice
Potato chips
Processed cheeses & creams
Lollies
Soft drinks
DAIRY FOODS Almond milk Cows milk
Soy milk and yogurt Goats milk
Rice milk Butter
Non-dairy cheese Cheese
Sour cream
Yogurt
Ice cream
Margarine
Soy cheese

Minggu pertama
Hindari atau kurangi makanan dari terigu dalam bentuk mi. Solusinya adalah dengan
mencari bahan mirip mi dari tepung beras, misalnya bihun, spaghetti beras, fettucini beras
atau jagung dan kwetiaw beras.
Minggu kedua
Hindari atau kurangi biskuit. Solusinya adalah cari biskuit dari tepung beras yang
dapat dibuat sendiri atau yang dijual di toko makanan khusus anak autis.
Minggu ketiga
Hindari atau kurangi roti. Solusinya buat camilan bebas tepung seperti berbahan dasar
singkong, ubi, kentang atau jajan pasar tanpa tepung terigu.
Minggu keempat
Hindari atau kurangi makanan dari susu sapi. Solusinya ganti dengan susu kedele
dengan tambahan aroma pandan dan jahe atau bisa juga ditambah coklat khusus yang bukan
terbuat dari susu. Bisa dicoba susu kentang, susu dari air beras dan susu kacang almon.
Minggu kelima
Hindari makanan yang banyak mengandung gula. Solusinya gunakan gula merah atau
pengganti gula.
Minggu keenam
Atur jadwal makan buah-buahan yang bisa dikonsumsi anak. Hindari apel, anggur,
melon, tomat dan strawberry. Pilih yang aman bagi anak autis seperti pepaya, nanas, dan
kiwi, jika perlu dimasak menjadi pudding (Kusumayanti, 2011).

Anda mungkin juga menyukai