Anda di halaman 1dari 4

Riset kelompok

1. Penilaian risiko merupakan topic penting dalam auditing. Tulislah sebuah laporan
yang mengidentifikasikan tipe-tipe risiko yang ditemukan dalam audit. Deskripsikan
masing-masing risiko tersebut. Diskusikan metode yang digunakan oleh auditor dalam
menilai berbagai macam risiko. Terakhir, deskripsikan hubungan timbal balik antar
risiko tersebut.
Jawab :
Dalam PSA no. 25 dijelaskan bahwa, Risiko audit adalah risiko yang timbul karena
auditor tanpa disadari tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas
suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material.
Komponen risiko audit, pada umumya terdiri atas tiga risiko , yaitu: Risiko bawaan
(inherent risk), Risiko pengendalian (control risk), dan Risiko deteksi (detection risk).

Risiko Bawaan
Risiko bawaan adalah kerentanan suatu asersi terhadap salah saji material dengan
asumsi tidak ada kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern yang terkait.
Risiko bawaan selalu ada dan tidak pernah mencapai angka nol. Risiko bawaan tidak
dapat dirubah oleh penerapan prosedur audit yang paling baik sekalipun. Risiko
bawaan bervariasi untuk setiap asersi.

Risiko Pengendalian
Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material, yang dapat terjadi
dalam suatu asersi, tidak dapat dideteksi ataupun dicegah secara tepat pada waktunya
oleh berbagai kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern perusahaan. Risiko
pengendalian tidak pernah mencapai keyakinan penuh bahwa semua salah saji
material akan dapat dideteksi ataupun dicegah. Risiko pengendalian merupakan fungsi
dari efektivitas struktur pengendalian inter. Semakin efektif struktur pengendalian
intern perusahaan klien, semakin kecil risiko pengendaliannya. Penetapan risiko
pengendalian didasarkan atas kecukupan bukti audit yang menyatakan bahwa struktur
pengendalian inter klien adalah efektif.

Ada dua macam risiko pengendalian, yaitu:


1. Actual level of control risk
2. Assessed level of control risk yang ditentukan dengan melakukan modifikasi
prosedur untuk menghimpun pemahaman struktur pengendalian intern terkait
dengan asersi, dan prosedur untuk melaksanakan test of control.

Pada saat perencanaan audit, auditor menentukan besarnya risiko pengendalian yang
direncanakan untuk setiap asersi yang signifikan. Planned assessed level of control
risk ini ditentukan berdasar asumsi tentang efektivitas rancangan dan operasi struktur
pengendalian intern yang relevan.

Risiko Deteksi
Risiko deteksi merupakan risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji
material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi tergantung atas penerapan
auditor terhadap risiko audit, risiko bawaan dan risiko pengendalian.
Untuk mempertimbangkan risiko yang ada dalam merencanakan bukti audit yang
akan dikumpulkan adalah melalui penerapan model risiko audit (audit risk model)
yang terdapat dalam SAS 39 (AU 350) tentang sampling audit serta dalam SAS 47
(312) tentang materialitas dan risiko. Model risiko audit ini umumnya dipergunakan
bagi berbagai tujuan perencanaan untuk memutuskan berapa banyak bukti audit yang
akan dikumpulkan pada setiap siklusnya. Model ini umunya dinyatakan sebagai
berikut :

PDR = AAR / (IR x CR)

di mana :
PDR : planned detection risk (risiko deteksi terencana)
AAR : acceptable audit risk (risiko akseptibilitas audit)
IR : inheren risk (risiko inheren)
CR : control risk (risiko pengendalian)
Semakin besar risiko audit, semakin besar pula risiko deteksi. Sebaliknya semakin
besar risiko bawaan ataupun risiko pengendalian, semakin kecil risiko deteksi. Pada
tahap perencanaan audit, Planned assessed level of detection risk untuk setiap asersi
signifikan ditentukan dengan cara menerapkan model risiko audit. Actual level of
detection risk dapat diubah auditor dengan cara memodifikasi sifat, penentuan waktu
dan luas test substantive yang dilakukan atas suatu asersi. Dalam penentuan risiko
deteksi, auditor mempertimbangkan kemungkinan dia melakukan kesalahan seperti
kesalahan penerapan prosedur auditing atas salah melakukan interpretasi terhadap
bukti bukti audit yang telah dihimpun.

2. Tulislah laporan yang mendiskusikan manfaat prosedur analitis yang dilakukan oleh
auditor dalam melaksanakan audit. Apakah prosedur analitis utama yang digunakan
oleh auditor? Mengapa prosedur analitis pentng dalam sebuat audit? Bagaimana
prosedur analitis membantu keefisienan dan keefektifan audit yang dilakukan auditor?
Pada tahapan apa prosedur analitis dilaksanakan dalam sebuah audit?

Menurut PSA No. 22 SA Seksi 329, Prosedur Analitis terdiri dari evaluasi terhadap
informasi keuangan yang dibuat dengan mempelajari hubungan yang masuk akal
antara data keuangan yang satu dengan data keuangan lainnya, atau antara data
keuangan dengan data non keuangan. Prosedur analitis ini mencakup perbandingan
yang paling sederhana hingga model yang paling rumit yang mengaitkan berbagai
hubungan dan unsur data. Asumsi dasar penerapan prosedur analitik adalah bahwa
hubungan yang masuk akan di antara data dapat diharapkan tetap ada dan berlanjut,
kecuali jika timbul kondisi yang sebaliknya. Kondisi tertentu yang dapat
menimbulkan penyimpangan dalam hubungan ini mencakup antara lain, peristiwa
atau transaksi yang tidak biasa, perubahan akuntansi, perubahan usaha, fluktuasi acak,
atau salah saji.
Tujuan prosedur analitik dalam PSA No. 22 adalah: a) membantu auditor dalam
merencanakan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit lainnya; b) sebagai pengujian
substantive untuk memperoleh bukti tentang asersi tertentu yang berhubungan dengan
saldo akun atau jenis transaksi; dan c) sebagai review menyeluruh informasi
keuangan pada tahap review akhir audit. Prosedur analitis lebih efektif atau efisien
daripada pengujian rinci untuk mencapai tujuan pengujian substantive.
Dalam modul Pemeriksaan Akuntansi 1 (Andrew), kegunaan prosedur analitis adalah
sebagai bukti audit yang sangat bergantung pada auditor yang mengembangkan
ekspektasi tentang berapa saldo akun atau rasio yang harus dicatat, tanpa
memperhatikan jenis prosedur analitis yang digunakan. Dalam setiap kasus auditor
membandingkan data klien dengan:

1) Data industri
Melihat data klien dan data industri yang sejenis serta membandingkannya.
Manfaat yang paling penting dari perbandingan industri adalah membantu
memahami bisnis klien dan sebagai indikasi atas kemungkinan adanya kegagalan
keuangan. namun, kelemahan utama penggunaan rasio industri dalam auditing
adalah perbedaan antara sifat informasi keuangan klien dengan perusahaan yang
membentuk total industri.

2) Data periode
Berbagai prosedur analitis akan memungkinkan auditor untuk membandingkan
data klien dengan data yang serupa dari satu atau lebih periode sebelumnya.
Contoh yang umum adalah sebagai berikut:
Membandingkan saldo tahun berjalan dengan tahun sebelumnya.
Membandingkan rincian total saldo dengan rincian yang serupa untuk
tahun sebelumnya.
Menghitung rasio dan hubungan persentase untuk dibandingkan dengan
tahun sebelumnya.

3) Hasil yang diharapkan dan ditentukan oleh klien


Perusahaan sering menyiapkan anggaran untuk berbagai aspek operasi dan hasil
keuangannya. Karena anggaran merupakan ekspektasi klien selama periode
berjalan, auditor harus menyelidiki perbedaan yang paling signifikan antara hasil
yang dianggarkan dengan hasil aktual karena area ini dapat mengandung salah saji
yang potensial. Apabila data klien dibandingkan dengan anggaran, ada dua
kepentingan khusus. Pertama, auditor harus mengevaluasi apakah anggaran itu
merupakan rencana yang realistis. Kedua, adanya kemungkinan bahwa informasi
keuangan saat ini telah diubah oleh personil klien agar sesuai dengan anggaran.

4) Hasil yang diharapkan melalui informasi nonfinansial


Perbandingan umum lainnya antara data klien dengan hasil yang diharapkan
terjadi ketika auditor menghitung saldo yang diharapkan untuk dibandingkan
dengan saldo aktual. Berikut contohnya:
Auditor dapat melakukan perhitungan independen terhadap beban bunga atas
wesel bayar dengan suku bunga rata-rata bulanan. Estimasi independen ini
didasarkan pada pengujian atas kelayakan beban bunga yang tercatat.
Auditor dapat menghitung rata-rata bergerak dari penyisihan piutang tak tertagih
sebagai persentasi piutang usaha kotor dan kemudian menerapkan pada saldo
piutang usaha kotor pada akhir tahun audit. Dengan menggunakan tren historis ini
auditor dapat menentukan nilai yang diharapkan untuk penyisihan tahun berjalan.

5) Hasil yang diharapkan dan ditentukan oleh auditor


Membandingkan estimasi yang diharapkan dengan pendapatan yang tercatat
sebagai pengujian atas kelayakan pendapatan yang dicatat. Pendekatan yang sama
juga dapat diterapkan untuk melakukan estimasi dalam situasi lain, seperti
pendapatan uang kuliah di universitas, penggajian pabrik, dan biaya bahan yang
dijual.
Prosedur analitis auditor seringkali meliputi penggunaan rasio keuangan yang
umum selama tahap perencanaan dan review akhir laporan keuangan yang telah
diaudit. Prosedur analitis dilakukan dalam 3 tahapan yaitu:

1) Tahap pendahuluan (perencanaan) dengan tujuan:


Memahami bidang usaha dan industri klien
Menilai kelangsungan hidup perusahaan
Mengurangi pengujian rinci

2) Tahap pengujian dengan tujuan:


Mengindikasikan kemungkinan salah saji
Mengurangi pengujian rinci

3) Tahap penyelesaian dengan tujuan:


Mengindikasikan kemungkinan salah saji
Menilai kelangsungan hidup perusahaan

Anda mungkin juga menyukai