Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Dalam penyelesaian makalah ini ada beberapa kesulitan yang penulis
temukan. Untuk itu, pada kesempatan yang berbahagia ini perkenankan penulis
mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan anugrah-Nya kepada pihak yang
telah membantu penyelesaian makalah ini dan semoga makalah ini dapat berguna
untuk memberikan kontribusi dalam mata kuliah Manajemen Keperawatan dengan
tema ModelPraktekKeperawatanProfesional. Di samping itu penulis menyadari
makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif
dari semua pihak sangat penulis harapkan demi kesempurnaannya.

Denpasar, 7 Oktober 2017

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 2
D. Metode 2
E. Manfaat 2

BAB II ISI
A. Konsep Dasar MPKP 3
B. Metode Penugasan Keperawatan 5
C. Tugas Dan Tanggung Jawab Perawat Primer (PP)
dan Perawat Associate (PA) 17

BAB III PENUTUP


A.Kesimpulan 21
B.Saran 22

Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Era globalisasi dan perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan menuntut


perawat, sebagai suatu profesi, memberi pelayanan kesehatan yang optimal.
Keperawatan bukan profesi yang statis dan tidak berubah tetapi profesi yang
secara terus-menerus berkembang dan terlibat dalam masyarakat yang berubah,
sehingga pemenuhan dan metode perawatan berubah, karena gaya hidup berubah.
Berbicara tentang keperawatan ada hal penting yang harus dibahas yaitu Model
Praktik Keperawatan Profesioanal yang dapat diterapkan dalam pemberian asuhan
keperawatan dan dalam hal ini, makalah ini akan membicarakan tentang Model
Praktik Keperawatan Profesional. Indonesia juga berupaya mengembangkan
model praktik keperawatan profesional (MPKP). MPKP adalah suatu sistem
(struktur, proses dan nilai!nilai profesional) yang memungkinkan perawat
profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan untuk
menopang pemberian asuhan tersebut.
Saat ini, praktik pelayanan keperawatan di banyak rumah sakit di Indonesia
belum men$erminkan praktik pelayanan profesional. Metode pemberian asuhan
keperawatan yang dilaksanakan belum sepenuhnya berorientasi pada upaya
pemenuhan kebutuhan klien, melainkan lebih berorientasi pada pelaksanaan
tugas.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep dasar MPKP ?
2. Apa sajakah metode penugasan dalam manajemen keperawatan ?
3. Apa sajakah tugas dan tanggungjawab Perawat Primer (PP) dan Perawat
Associate (PA)?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
a) Mampu memahami Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP).
2. Tujuan Khusus
a) Memahami konsep dasar MPKP
b) Menjelaskan metode penugasan dalam manajemen keperawatan
c) Menjelaskan tugas dan tanggungjawab perawat primer (PP) dan perawat
associate (PA).

D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan adalah penelurusan IT di internet tentang pokok
bahasan yang dibahas dan dari sumber lain seperti buku, jurnal dan academia
education.

E. Manfaat
Dengan melalui pembelajaran Manajemen Keperawatan khususnya Model Praktik
Keperawatan Profesional (MPKP), diharapkan mahasiswa mampu :
a) Menjelaskan mengenai konsep dasar Model Praktik Keperawatan Profesional
(MPKP)
b) Menyebutkan metode penugasan dalam manajemen keperawatan
c) Menyebutkan tugas dan tanggungjawab perawat primer (PP) dan perawat
associate (PA).

BAB II
ISI

A. KonsepDasarMPKP
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan perawatan, pengobatan dan bantuan terhadap
padapasien(Gillies,1989).RumahSakitJiwaDerahProvsutelahmenerapkan
pengelolaanpelayanankeperawatanmenggunakansistemMPKP(ModelPraktek
Keperawatan Profesional). Sistem MPKP ini diterapkan di dua ruangan yaitu
SipisopisodanCempaka.MPKPadalahsuatumodelkeperawatan profesional
yangkeilmuwannyabisadipertanggungjawabkansesuaikodeetikkeperawatan
dankaidahkeperawatanyangmeliputibiopsiko,sosial,danspiritual.Modifikasi
MPKPyangdilakukanmeliputi3jenisyaitu:
1. MPKPTransisi
MPKP dasar yang tenaga perawatnya masih ada yang berlatar belakang
pendidikanSPK,namunkepalaruangandanketuatimnyaminimaldariD3
Keperawatan.
2. MPKPPemula
MPKPdasaryangsemuatenaganyaminimalD3Keperawatan.
3. MPKPProfesionaldibagi3tingkatanyaitu:
a. MPKPI
MPKPdengantenagaperawatpelaksanaminimalD3Keperawatantetapi
kepala ruangan dan ketua tim mempunyai pendidikan minimal S1
Keperawatan.
b. MPKPII
MPKPIntermediatedengantenagaperawatminimalD3Keperawatandan
mayoritas Sarjana Ners Keperawatan, sudah memiliki tenaga spesialis
keperawatanjiwa.

c. MPKPIII
MPKP Advance yang semua tenaga perwat minimal Sarjana Ners
Keperawatan,sudahmemilikitenagaspesialiskeperwatanjiwadandoktor
keperawatanyangbekerjadiareakeperawatanjiwa.Darihasilpenelitian
menunjukkan tujuan diadakannya ruang atau bangsal MPKP yaitu
diharapkan keperawatan profesional bisa diterapkan sehinggapelayanan
keperawatanyangdiberikansesuaimasalahkeperawatanklien.Program
programMPKPyangtelah dibuat dandirencanakan tersebuttentusaja
terdapatdidalamasuhankeperawatanyangakandilakukankepadaklien
agar asuhan keperawatan yang diberikan itu lebih fokus dan holistik.
MPKPmerupakansuatupraktekkeperawatanyangsesuaidengankaidah
ilmumanajemenmoderndimanakaidahyangdianutdalampengelolaan
pelayanankeperawatandiruangMPKPadalahpendekatanyangdimulai
dengan perencanaan. Perencanaan di ruang MPKP adalah kegiatan
perencanaan yang melibatkan seluruh personil (perawat) ruang MPKP
mulaidarikepalaruangan,ketuatimdananggotatim(perawatasosiet).
Tugas dari karu MPKP yaitu membuat rencana bulanan, mingguan,
harian; mengorganisasi tim dan anggotanya, memberi pengarahan
pelaksanaantugaspadastafkeperawatan,pekarya,danstafadministrasi;
memfasilitasi kolaborasi perawat primer dengan anggota tim kesehatan
lainnya,melakukanpengawasanpelaksanaantugasseluruhpersonilruang
MPKP,melakukanauditpelaksanaanasuhandanpelayanankeperawatan
diruangan,mewakiliruangMPKPdalamkoordinasidenganunitkerja
lainnya. Tugas dari perawat pelaksana di ruang MPKP yaitu membuat
rencanaharianyangmenjaditanggungjawabnya,melaksanakantindakan
keperawatan kepada klien, memberikan informasi, umpan balik kepada
perawat pelaksana bila ada perubahan pada kliennya, memberikan
pelayanankeperawatanyangprofesional.

B. Metode Penugasan Keperawatan


Banyak metode praktek keperawatan yang telah dikembangkan selama 35
tahun terakhir ini, yang meliputi keperawatan fungsional, keperawatan tim,
keperawatan primer, praktik bersama, dan manajemen kasus. Setiap unit
keperawatan mempunyai upaya untuk menyeleksi model yang paling tepat
berdasarkan kesesuaian antara ketenagaan, sarana dan prasarana, dan kebijakan
rumah sakit. Katagori pasien didasarkan atas, tingkat pelayanan keperawatan yang
dibutuhkan pasien , usia, diagnosa atau masalah kesehatan yang dialami pasien
dan terapi yang dilakukan (Bron , 1987). Pelayanan yang profesional identik
dengan pelayanan yang bermutu, untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan
dalam melakukan kegiatan penerapan standart asuhan keperawatan dan
pendidikan berkelanjutan. Dalam kelompok keperawatan yang tidak kalah
pentingnya yaitu bagaimana caranya metode penugasan tenaga keperawatan agar
dapat dilaksanakan secara teratur, efesien tenaga, waktu dan ruang, serta
meningkatkan ketrampilan dan motivasi kerja. Menurut Tappen (1995), model
pemberian asuhan keperawatan ada enam macam, yaitu: model kasus, model
fungsional, model tim, model primer, model manajemen perawatan, dan model
perawatan berfokus pada pasien. Prinsip pemilihan metode penugasan adalah :
jumlah tenaga, kualifikasi staf dan klasifikasi pasien. Adapun jenis-jenis metode
penugasan yang berkembang saat ini adalah sebagai berikut :
1. Metode Fungsional
Model pemberian asuhan keperawatan ini berorientasi pada penyelesaian
tugas dan prosedur keperawatan. Perawat ditugaskan untuk melakukan tugas
tertentu untuk dilaksanakan kepada semua pasien yang dirawat di suatu
ruangan. Model ini digambarkan sebagai keperawatan yang berorientasi pada
tugas dimana fungsi keperawatan tertentu ditugaskan pada setiap anggota
staff. Setiap staff perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi keperawatan
pada semua pasien dibangsal. Misalnya seorang perawat bertanggung jawab
untuk pemberian obat-obatan, seorang yang lain untuk tindakan perawatan
luka, seorang lagi mengatur pemberian intravena, seorang lagi ditugaskan
pada penerimaan dan pemulangan, yang lain memberi bantuan mandi dan
tidak ada perawat yang bertanggung jawab penuh untuk perawatan seorang
pasien. Seorang perawat bertanggung jawab kepada manajer perawat. Perawat
senior menyibukan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat
pelaksana pada tindakan keperawatan. Penugasan yang dilakukan pada model
ini berdasarkan kriteria efisiensi, tugas didistribusikan berdasarkan tingkat
kemampuan masing-masing perawat dan dipilih perawat yang paling murah.
Kepala ruangan terlebih dahulu mengidentifikasm tingkat kesulitan tindakan,
selanjutnya ditetapkan perawat yang akan bertanggung jawab mengerjakan
tindakan yang dimaksud. Model fungsional ini merupakan metode praktek
keperawatan yang paling tua yang dilaksanakan oleh perawat dan berkembang
pada saat perang dunia kedua. Metode ini dibagi menjadi beberapa bagian dan
tenaga ditugaskan pada bagian tersebut secara umum, sebagai berikut :
1) Kepala Ruangan, tugasnya : merencanakan pekeriaan, menentukan
kebutuhan perawatan pasein, membuat penugasan, melakulan supervisi,
menerima instruksi dokter
2) Perawat staf
Melakukan askep langsung pada pasien, membantu supervisi askep yang
diberikan oleh pembantu tenaga keperawatan
3) Perawat Pelaksana :
Melaksanakan askep langsung pada pasien dengan askep sedang, pasein
dalam masa pemulihan kesehatan dan pasein dengan penyakit kronik dan
membantu tindakan sederhana (ADL).
4) Pembantu Perawat :
Membantu pasien dengan melaksanakan perawatan mandiri untuk mandi,
menbenahi tempat tidur, dan membagikan alat tenun bersih.
5) Tenaga Administrasi Ruangan
Menjawab telepon, menyampaikan pesan, memberi informasi,
mengerjakan pekerjaan administrasi ruangan, mencatat pasien masuk dan
pulang, membuat permintaan lab untuk obat-obatan/persediaan yang
diperlukan atas instruksi kepala ruangan.
a) Kelebihan :
1) Efisien karena dapat menyelesaikan banyak pekerjaan dalam waktu
singkat dengan pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang baik
2) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
3) Perawat akan trampil untuk tugas pekerjaan tertentu saja
4) Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai kerja
5) Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang
berpengalaman untuk tugas sederhana
6) Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik
yang melakukan praktek untuk ketrampilan tertentu.
b) Kelemahan :
1) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah atau tidak total sehingga
kesulitan dalam penerapan proses keperawatan
2) Perawat cenderung meninggalkan klien setelah melakukan tugas
pekerjaan
3) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan
ketrampilan saja
4) Tidak memberikan kepuasan pada pasien ataupun perawat lainnya
5) Menurunkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat
6) Hubungan perawat dan klien sulit terbentuk

Gambar 1 : Sistem pemberian asuhan keperawatan fungsional (Marquis &


Huston, 2007)
2. Metode TIM
Metode tim adalah pengorganisasian pelayanan keperawatan dengan
menggunakan tim yang terdiri atas kelompok klien dan perawat. Kelompok
ini dipimpin oleh perawat yang berijazah dan berpengalaman kerja serta
memiliki pengetahuan dibidangnya (Regestered Nurse). Pembagian tugas
dalam kelompok dilakukan oleh pimpinan kelompok/ ketua group dan ketua
group bertanggung jawab dalam mengarahkan anggota group / tim. Selain itu
ketua group bertugas memberi pengarahan dan menerima laporan kemajuan
pelayanan keperawatan klien serta membantu anggota tim dalam
menyelesaikan tugas apabila menjalani kesulitan dan selanjutnya ketua tim
melaporkan pada kepala ruang tentang kemajuan pelayanan / asuhan
keperawatan terhadap klien. Keperawatan Tim berkembang pada awal tahun
1950-an, saat berbagai pemimpin keperawatan memutuskan bahwa
pendekatan tim dapat menyatukan perbedaan katagori perawat pelaksana dan
sebagai upaya untuk menurunkan masalah yang timbul akibat penggunaan
model fungsional. Pada model tim, perawat bekerja sama memberikan asuhan
keperawatan untuk sekelompok pasien di bawah arahan/pimpinan seorang
perawat profesional (Marquis & Huston, 2000). Dibawah pimpinan perawat
professional, kelompok perawat akan dapat bekerja bersama untuk memenuhi
sebagai perawat fungsional. Penugasan terhadap pasien dibuat untuk tim yang
terdiri dari ketua tim dan anggota tim. Model tim didasarkan pada keyakinan
bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontriibusi dalam merencanakan
dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa
tanggung jawab perawat yang tinggi. Setiap anggota tim akan merasakan
kepuasan karena diakui kontribusmnya di dalam mencapai tujuan bersama
yaitu mencapai kualitas asuhan keperawatan yang bermutu. Potensi setiap
anggota tim saling melengkapi menjadi suatu kekuatan yang dapat
meningkatkan kemampuan kepemimpinan serta menimbulkan rasa
kebersamaan dalam setiap upaya dalam pemberian asuhan keperawatan.
Pelaksanaan konsep tim sangat tergantung pada filosofi ketua tim apakah
berorientasi pada tugas atau pada klien. Perawat yang berperan sebagai ketua
tim bertanggung jawab untuk mengetahui kondisi dan kebutuhan semua
pasien yang ada di dalam timnya dan merencanakan perawatan klien. Tugas
ketua tim meliputi: mengkaji anggota tim, memberi arahan perawatan untuk
klien, melakukan pendidikan kesehatan, mengkoordinasikan aktivitas klien.
Menurut Tappen (2006), ada beberapa elemen penting yang harus
diperhatikan :
a) Pemimpin tim didelegasikan atau diberi otoritas untuk membuat
penugasan bagi anggota tim dan mengarahkan pekerjaan timnya
b) Pemimpin diharapkan menggunakan gaya kepemimpinan demokratik atau
partisipatif dalam berinteraksi dengan anggota tim
c) Tim bertanggung jawab terhadap perawatan total yang diberikan kepada
kelompok pasien
d) Komunikasi di antara anggota tim adalah penting agar dapat sukses.
Komunikasi meliputi: penulisan perawatan klien, rencana perawatan klien,
laporan untuk dan dari pemimpin tim, pentemuan tim untuk
mendiskusikan kasus pasien dan umpan balik informal di antara anggota
tim.
1) Kelebihan :
(a) Dapat memfasilitasi pelayanan keperawatan secara komprehensif.
(b) Memungkinkan pelaksanaan proses keperawatan.
(c) Konflik antar staf dapat dikendalikan melalui rapat dan efektif
untuk belajar.
(d) Memberi kepuasan anggota tim dalam berhubungan interpersonal.
(e) Memungkinkan meningkatkan kemampuan anggota tim yang
berbeda-beda secara efektif.
(f) Peningkatan kerja sama dan komunikasi di antara anggota tim
dapat menghasilkan sikap moral yang tinggi, memperbaiki fungsi
staf secara keseluruhan, memberikan anggota tim perasaan bahwa
ia mempunyai kontribusi terhadap hasil asuhan keperawatan yang
diberikan
(g) Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
(h) Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selama
bertugas.
2) Kelemahan :
(a) Ketua tim menghabiskan banyak waktu untuk koordinasi dan
supervisi anggota tim dan harus mempunyai keterampilan yang
tinggi baik sebagai perawat pemimpin maupun perawat klinik
(b) Keperawatan tim menimbulkan fragmentasi keperawatan bila
konsepnya tidak diimplementasikan dengan total
(c) Rapat tim membutuhkan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat
tim ditiadakan, sehingga komunikasi antar angota tim terganggu.
(d) Perawat yang belum trampil dan belum berpengalaman selalu
tergantung staf, berlindung kepada anggota tim yang mampu
(e) Tidak efisien bila dibandingkan dengan model fungsional karena
membutuhkan tenaga yang mempunyai keterampilan tinggi.
Tanggung jawab Kepala Ruang :
1) Menetapkan standar kinerja yang diharapkan sesuai dengan standar asuhan
keperawatan
2) Mengorganisir pembagian tim dan pasien
3) Memberi kesempatan pada ketua tim untuk mengembangkan kepemimpinan.
4) Menjadi nara sumber bagi ketua tim
5) Mengorientasikan tenaga keperawatan yang baru tentang metode/model tim
dalam pemberian asuhan keperawatan
6) Memberi pengarahan kepada seluruh kegiatan yang ada di ruangannya
7) Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang ada di ruangannya
8) Memfasilitasi kolaborasi tim dengan anggota tim kesehatan yang lainnya
9) Melakukan audit asuhan dan pelayanan keperawatan di ruangannya, kemudian
menindak lanjutinya
10) Memotivasi staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset keperawatan
11) Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka dengan semua staf.
Tanggung jawab ketua tim :
1) Mengatur jadual dinas timnya yang dikoordinasikan dengan kepala ruangan
2) Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan kewenangannya yang
didelegasikan oleh kepala ruangan
3) Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi asuhan
keperawatan bersama-sama anggota timnya
4) Mengkoordinasikan rencana keperawatan dengan tindakan medic
5) Membuat penugasan kepada setiap anggota tim dan memberikan bimbingan
melalui konferens
6) Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun hasil yang diharapkan
serta mendokumentasikannya
7) Memberi pengarahan pada perawat pelaksana tentang pelaksanaan asuhan
keperawatan
8) Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan
9) Melakukan audit asuhan keperawatan yang menjadi tanggungjawab timnya
10) Melakukan perbaikan pemberian asuhan keperawatan,
Tanggung jawab anggota tim
1) Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan keperawatan
2) Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan keperawatan yang telah diberikan
berdasarkan respon klien
3) Berpartisipasi dalam setiap memberiikan masukan untuk meningkatkan
asuhan keperawatan
4) Menghargai bantuan dan bimbingan dan ketua tim
5) Melaporkan perkembangan kondisi pasien kepada ketua tim
6) Memberikan laporan

Gambar 2 : Sistem pemberian asuhan keperawatan tim (Marquis & Huston,


2007)
3. Metode Primer
Model primer dikembangkan pada awal tahun 1970-an, menggunakan
beberapa konsep dan perawatan total pasien. Keperawatan primer merupakan
suatu metode pemberian asuhan keperawatan di mana perawat primer
bertanggung jawab selama 24 jam terhadap perencanaan pelaksanaan
pengevaIuasi satu atau beberapa klien dan sejak klien masuk rumah sakit
sampai pasien dinyatakan pulang. Selama jam kerja, perawat primer
memberikan perawatan langsung secara total untuk klien. Ketika perawat
primer tidak sedang bertugas, perawatan diberikan/didelegasikan kepada
perawat asosiet yang mengikuti rencana keperawatan yang telah disusuni oleh
perawat primer. Pada model ini, klien, keluarga, stafmedik dan staf
keperawatan akan mengetahui bahwa pasien tertentu akan merupakan
tanggung jawab perawat primer tertentu. Setiap perawat primer mempunyai 4-
6 pasien. Seorang perawat primer mempunyai kewenangan untuk melakukan
rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial masyarakat
membuat jadual perjanjian klinik, mengadakan kunjungan rumah, dan lain
sebagainya. Dengan diberikannya kewenangan tersebut, maka dituntut
akontabilitas yang tinggi terhadap hasil pelayanan yang diberikan. Tanggung
jawab mencakup periode 24 jam, dengan perawat kolega yang memberikan
perawatan bila perawat primer tidak ada. Perawatan yang yang diberikan
direncanakan dan ditentukan secara total oleh perawat primer. Metode
keperawatan primer mendorong praktek kemandirian perawat, yang ditandai
dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat
yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi asuhan
keperawatan selama pasien dirawat. Perawat primer bertanggung jawab untuk
membangun komunikasi yang jelas di antara pasien, dokter, perawat asosiet,
dan anggota tim kesehatan lain. Walaupun perawat primer membuat rencana
keperawatan, umpan balik dari orang lain diperlukan untuk pengkoordinasian
asuhan keperawatan klien.
Dalam menetapkan seseorang menjadi perawat primer perlu berhati-
hati karena memerlukan beberapa kriteria, di antaranya dalam menetapkan
kemampuan asertif, self direction kemampuan mengambil keputusan yang
tepat, menguasai keperawatan klinik, akuntabel serta mampu berkolaborasi
dengan baik antar berbagai disiplin ilmu. Di negara maju pada umumnya
perawat yang ditunjuk sebagai perawat primer adalah seorang perawat
spesialis klinik yang mempunyai kualifikasi master dalam bidang
keperawatan. Karakteristik modalitas keperawatan primer adalah :
a) Perawat primer mempunyai tanggung jawab untuk asuhan keperawatan
pasien selama 24 jam sehari, dari penerimaan sampai pemulangan
b) Perawat primer melakukan pengkajian kebutuhan asuhan keperawatan,
kolaborasi dengan pasien dan professional kesehatan lain, dan menyusun
rencana perawatan
c) Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan didelegasikan oleh perawat
primer kepada perawat sekunder selama shift lain
d) Perawat primer berkonsultasi dengan perawat kepala dan penyelia
e) Autoritas, tanggung gugat dan autonomi ada pada perawat primer
1) Kelebihan :
(a) Perawat primer mendapat akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan untuk pengembangan diri
(b) Memberikan peningkatan autonomi pada pihak perawat, jadi
meningkatkan motivasi, tanggung jawab dan tanggung gugat
(c) Bersifat kontinuitas dan komprehensif sesuai dengan arahan perawat
primer dalam memberikan atau mengarahkan perawatan sepanjang
hospitalisasi
(d) Membebaskan manajer perawat klinis untuk melakukan peran manajer
operasional dan administras
(e) Kepuasan kerja perawat tinggi karena dapat memberiikan asuhan
keperawatan secara holistik. Kepuasan yang dirasakan oleh perawat
primer adalah memungkinkan pengembangan diri melalui penerapan ilmu
pengetahuan
(f) Staf medis juga merasakan kepuasan karena senantiasa informasi tentang
kondisi klien selalu mutakhir dan komprehensif serta informasi dapat
diperoleh dari satu perawat yang benar-benar mengetahui keadaan
kliennya
(g) Perawat ditantang untuk bekerja total sesuai dengan kapasitas mereka
(h) Waktu yang digunakan lebih sedikit dalam aktivitas koordinasi dan
supervisi dan lebih banyak waktu untuk aktivitas langsung kepada klien
(i) Pasien terlihat lebih menghargai. Pasien merasa dimanusiakan karena
terpenuhi kebutuhannya secara individu
(j) Asuhan keperawatan berfokus pada kebutuhan klien
(k) Profesi lain lebih menghargai karena dapat berkonsultasi dengan perawat
yang mengetahui semua tentang kliennya
(l) Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan
(m)Meningkatnya hubungan antara perawat dan klien
(n) Metode ini mendukung pelayanan profesional
(o) Rumah sakit tidak harus mempekerjakan terlalu banyak tenaga
keperawatan tetapi harus berkualitas tinggi
2) Kelemahan :
(a) Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional
(b) Tidak semua perawat merasa siap untuk bertindak mandiri, memiliki
akontabilitas dan kemampuan untuk mengkaji serta merencanakan asuhan
keperawatan untuk klien
(c) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang
sama
(d) Biaya relatif tinggi dibanding metode penugasan yang lain.
3) Ketenagaan metode primer
(a) Setiap perawat primer adalah perawat bedside
(b) Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat primer
(c) Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal
(d) Perawat primer dibantu oleh perawat professional lain maupun non
professional sebagai perawat asisten

Gambar 3 : Diagram system asuhan keperawatan primer (Marquis & Huston,


2007)
4) Tanggung jawab kepala ruang dalam metode primer
(a) Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer
(b) Mengorganisir pembagian pasien kepada perawat primer
(c) Menyusun jadual dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten
(d) Orientasi dan merencanakan karyawan baru
(e) Merencanakan dan menyelenggarakan pengembangan staff
5) Tanggung jawab perawat primer :
(a) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif
(b) Membuat tujuan dan rencana keperawatan
(c) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas
(d) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan
oleh disiplin lain maupun perawat lain
(e) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
(f) Melakukan rujukan kepada pekarya sosial, kontak dengan lembaga sosial
dimasyarakat.
4. Metode Kasus
Metode kasus adalah metode dimana perawat bertanggung jawab
terhadap pasien tertentu yang didasarkan pada rasio satu perawat untuk satu
pasien dengan pemberian perawatan konstan untuk periode tertentu. Metode
penugasan kasus biasa diterapkan untuk perawatan khusus seperti isolasi,
intensive care, perawat kesehatan komunitas.
a) Kelebihan :
1) Perawat lebih memahami kasus per kasus
b) Kekurangan :
1) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanngung jawab
2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar
yang sama
5. Metode Modifikasi
Metode modifikasi adalah penggunaan metode asuhan keperawatan
dengan modifikasi antara tim dan primer. Menurut Sudarsono (2005), MPKP
dikembangkan beberapa jenis sesuai dengan kondisi sumber daya manusia
yang ada, antara lain adalah :
a) Model Praktek Keperawatan Profesional I
Pada model ini perawat mampu memberikan asuhan keperawatan
profesional tingkat I dan untuk itu diperlukan penataan 3 komponen utama
yaitu: ketenagaan keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan
yang digunakan. Pada model ini adalah kombinasi metode keperawatan
primer dan metode tim disebut tim primer.
b) Model Praktek Keperawatan Profesional II
Pada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan profesional
tingkat II. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan
spesialis keperawatan yang spesifik untuk cabang ilmu tertentu. Perawat
spesialis berfungsi untuk memberikan konsultasi tentang asuhan
keperawatan kepada perawat primer pada area spesialisnya. Disamping itu
melakukan riset dan memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan
asuhan keperawatan. Jumlah perawat spesialis direncanakan satu orang
untuk 10 perawat primer pada area spesialisnya. Disamping itu melakukan
riset dan memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan
keperawatan. Jumlah perawat spesialis direncanakan satu orang untuk 10
perawat primer (1:10)
c) Model Praktek Keperawatan Profesional III
Melalui pengembangan model PKP III dapat berikan asuhan keperawatan
profesional tingkat III. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan
kemampuan doktor dalam keperawatan klinik yang berfungsi untuk
melakukan riset dan membimbing para perawat melakukan riset serta
memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan
d) Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula
Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula (MPKP) merupakan
tahap awal untuk menuju model PKP. Model ini mampu memberikan
asuhan keperawatan profesional tingkat pemula. Pada model ini terdapat 3
komponen utama yaitu: ketenagaan keperawatan, metode pemberian
asuhan keperawatan dan dokumentasi asuhan keperawatan.
Gambar 4 :
C. Tugas Dan Tanggung Jawab Perawat Primer (PP) dan Perawat Associate
(PA)
1. Tugas Dan Tanggung Jawab Perawat Primer (PP)
a. Menerima klien dan mengkaji kebutuhan klien secara komprehensif
b. Melakukan kontrak dengan klien dan keluarga
c. Melakukan pengkajian terhadap klien baru/melengkapi hasil dari PA
d. Menetapkan rencana askep dan menjelaskan pada PA (preconfernce)
e. Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama praktik
f. Menetapkan PA yang bertanggung jawab pada klien
g. Melakukan bimbingan dan evaluasi pada PA dalam melakukan tindakan
keperawatan
h. Memonitor dokumentasi yang dilakukan PA
i. Membuat jadwal perjanjian klinik
j. Mengatur pelaksanaan konsul dan lab
k. Membantu dan memfasilitasi terlaksananya kegiatan PA
l. Melakukan kegiatan serah terima klien
m. Mendampingi visit team medis
n. Melakukan evaluasi askep dan membuat catatan perkembangan klien
setiap hari
o. Mengomunikasikan dan mengoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh
disiplin lain maupun perawat lain
p. Memberikan pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga
q. Membuat rencana pulang
r. Melakukan rujukan kepada pekarya sosial dan kontak dengan lembaga
sosial di masyarakat
s. Mengadakan kunjungan rumah
t. Bekerja sama dengan CCM
2. Tugas Dan Tanggung Jawab Perawat Associate (PA)
Perawat associate adalah seorang perawat yang diberi wewenang dan
ditugaskan untuk memberikan pelayanan keperawatan langsung kepada klien.
Berikut uraian tugas PA:
a. Memberikan pelayanan keperawatan secara langsung berdasarkan
proses keperawatan dengan sentuhan kasih sayang:
b. Menyusun rencana perawatan sesuai dengan masalah klien
c. Melaksanakan tindakan perawatan sesuai dengan rencana
d. Mengevaluasi tindakan perawatan yang telah diberikan
e. Mencatat atau melaporkan semua tindakan perawatan dan respons
klien pada catatan perawatan
f. Melaksanakan program medis dengan penuh tanggung jawab
g. Pemberian obat
h. Persiapan klien yang akan operasi
i. Memerhatikan keseimbangan kebutuhan fisik, mental, sosial, dan
spiritual dari klien
j. Memelihara kebersihan klien dan lingkungan
k. Mengurangi penderitaan klien dengan memberi rasa aman, nyaman,
dan ketenangan
l. Pendekatan dan komunikais terapeutik
m. Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk menghadapi
tindakan keperawatan dan pengobatan atau diagnosis
n. Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri sesuai dengan
kemampuannya
o. Memberikan pertolongan segera pada klien gawat atau sakaratul maut
p. Membantu kepala ruangan dalam penatalaksanaan ruangan secara
administratif
q. Menyiapkan data klien baru, pulang, atau meninggal
r. Sensus harian atau formulir
s. Rujukan harian atau formulir
t. Mengatur dan menyiapkan alat-alat yang ada di ruangan menurut
fungsinya supaya siap pakai
u. Menciptakan dan memelihara kebersihan, keamanan, dan
kenyamanan, dan keindahan ruangan
v. Melaksanakan tugas dinas pagi, sore, malam, atau hari libur secara
bergantian sesuai jadwal tugas
w. Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan klien baik secara lisan
maupun tulisan
x. Membuat laporan harian klien
Berikut beberapa tugas lain dari perawat associate:
a. membaca rencana perawatan yang telah ditetapkan PP
b. membina hubungan terapeutik dengan klien dan keluarga
c. menerima delegasi peran PP, bila PP tidak ada
d. melakukan tindakan keperawatan berdasarkan rencana
keperawatan
e. melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan
mendokumentasikan
f. memeriksa kerapihan dan kelengkapan status keperawatan
g. mengkomunikasikan semua masalah kepada PP
h. menyiapkan klien untuk pemeriksaan diagnostik, lab, pengobatan
dan tindakan keperawatan
i. berperan serta dalam memberikan pendidikan kesehatan
j. membantu tim lain yang membutuhkan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan perawatan, pengobatan dan bantuan terhadap
pada pasien (Gillies, 1989). Modifikasi MPKP yang dilakukan meliputi 3 jenis
yaitu:
1. MPKP Transisi
2. MPKP Pemula
MPKP dasar yang semua tenaganya minimal D3 Keperawatan.
3. MPKP Profesional dibagi 3 tingkatan yaitu:
a. MPKP I
b. MPKP II
c. MPKP III
Menurut Tappen (1995), model pemberian asuhan keperawatan ada enam
macam, yaitu: model kasus, model fungsional, model tim, model primer, model
manajemen perawatan, dan model perawatan berfokus pada pasien. Prinsip
pemilihan metode penugasan adalah : jumlah tenaga, kualifikasi staf dan
klasifikasi pasien.
1. Adapun Tugas Dan Tanggung Jawab Perawat Primer (PP) adalah
a. Menerima klien dan mengkaji kebutuhan klien secara komprehensif
b. Melakukan kontrak dengan klien dan keluarga
2. Perawat associate adalah seorang perawat yang diberi wewenang dan
ditugaskan untuk memberikan pelayanan keperawatan langsung kepada
klien. Berikut uraian tugas PA:
a. Memberikan pelayanan keperawatan secara langsung berdasarkan
proses keperawatan dengan sentuhan kasih sayang:
b. Menyusun rencana perawatan sesuai dengan masalah klien

3. Berikut beberapa tugas lain dari perawat associate:


a. Membaca rencana perawatan yang telah ditetapkan PP
b. Membina hubungan terapeutik dengan klien dan keluarga
B. Saran
Semoga makalah ini dapat membantu mahasiswa dan masyarakat khususnya
dalam bidang keperawatan dalam suatu proses kerjasama melalui anggota-
anggota staf keperawatan untuk memberikan perawatan, pengobatan dan bantuan
kepada pasien

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, M, 2011. Pembelajaran model praktek keperawatan profesional pendekatan


modifikasi keperawatan primer. Yogyakarta : PSIK FK UMY

Arwani & Supriyatno, H 2006. Manejemen bangsal keperawatan. Jakarta: EGC.

Keliat, B.A., dkk (2005). Pedoman manajemen sumber daya manusia perawat ruang
model praktek keperawatan profesional rumah sakit Marzoeki Mahdi Bogor.
Makalah : tidak dipublikasikan

Nursalam (2007), Manajemen Keperawatan. Aplikasi dalam Praktek Keperawatan


Proffesional. Jakarta : Salemba Medika

Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan


Profesional, ed.3. Jakarta: Salemba Medika.
Sitorus, R, Yulia (2006). Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit;
Penataan Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di
Ruang Rawat, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai