Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
karunia,taufik dan hidayahnya, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang
berisikan tentang MASALAH TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN ALPUKAT
DAN UPAYA PEMECAHANNYA. Makalah ini merupakan bagian dari kajian
Masalah teknik budidaya,namun pembahasan mengenai masalah ini tidak akan
habis untuk dibahas karena masalah ini sudah merupakan bagian dari pola
kehidupan petani. Oleh karena itu, pembahasan mengenai MASALAH TEKNIK
BUDIDAYA TANAMAN ALPUKAT DAN UPAYA PEMECAHANNYA dapat
dirangkum secara rapi dalam karya ilmiah ini.
Kami sadar dan percaya, bahwa makalah yang kami tulis kurang dari sempurna
untuk itu kami mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun, agar nantinya
kami dapat menulis makalah yang lebih baik lagi.
Saya mengucapkan banyak terima kasih atas sebesar-besarnya kepada semua
kalangan pihak yang telah memberikan saya motivasi dalam rangka pengadaan
makalah ini,saya berharap informasi yang terdapat dalam makalah ini sangat
berguna bagi pembaca makalah ini.
Kegiatan dalam membangun dibidang pertanian tidaklah semudah apa yang kita
harapkan, terutama pembangunan di bidang tanaman pangan dimana dititik beratkan
pada peningkatan produksi dan peningkatan pendapatan petani dan keluarganya,
sehingga dari kegiatan tersebut dapat diharapkan mempunyai nilai tawar yang layak
dipasar. Namun selama ini untuk kebijakan yang ada belum melirik pada tanaman yang
mempunyai nilai tambah disuatu daerah.
Wilayah administratif Kecamatan Tiris merupakan salah satu Kecamatan di
Kabupaten Probolinggo yang mempunyai produk spesifik lokasi yaitu tanaman
alpukat, dimana tanaman alpukat tersebut sudah banyak manfaatnya bagi petani dan
keluarganya, terutama untuk menambah pendapatan tahunan dan dapat meningkatkan
gizi keluarga.Tetapi tanaman alpukat yang ada di masyarakat masih jenis lokal, dan
keadaannya belum dibudidayakan sesuai dengan anjuran sehingga nilai tukar dan nilai
jualnya rendah dipasaran.
Alpukat selain menjadi sumber pendapatan juga sebagai sumber gizi, terutama
vitaman, karbohidrat dan lemak, untuk itu perlu adanya teknologi tepat guna mengenai
teknologi budidaya tanaman alpukat di wilayah administratif Kecamatan Tiris
Kabupaten Probolinggo. Dengan asupan teknologi tentang budidaya tanaman alpukat
diharapan akan adanya perubahan terhadap taraf hidup masyarakat, baik tingkat
kesejahteraannya dan tingkat kesehatannya.
Dalam penanganan tentang teknologi budidaya tanaman alpukat di wilayah
administratif kecamatan tiris banyak ditemukan kendala yang dihadapi, antara lain :
a. Mahalnya pemenuhan akan bibit unggul
b. Pengetahuan dan ketrampilan petani dalam pengadaan bibit rendah.
c. Pemeliharaan tanaman masih tradisional.
d. Pemasaran masih dikuasai oleh tengkulak
Melihat permasalahan yang dihadapi oleh petani di Wilayah Kecamatan Tiris
tersebut, kami merasa tergugah untuk dapatnya menyelesaikan permasalahan tersebut
dengan sentuan teknologi budidaya
Dengan adanya keterbatasan modal maupun biaya yang ada dipetani yang
tergabung dalam kelompok tani, maka permasalahan tentang teknik budidaya alpukat
perlu mendapat perhatian yang serius,agar petani alpukat dapat ditingkatkan
pendapatannya.
1.3 Manfaat
1) Sebagai salah satu bahan acuhan untuk perbaikan teknik budidaya alpukat.
2) Sebagai bahan masukan berupa informasi yang jelas bagi pemerintah daerah dan
pihak pihak berkepentingan
I. POKOK BAHASAN 2
2.1. Budidaya
2.1.1.1. Iklim
2.1.2.1. Pembibitan
1) Persyaratan Bibit
Bibit yang baik antara lain yang berasal dari
a) Buah yang sudah cukup tua.
b) Buahnya tidak jatuh hingga pecah.
c) Pengadaan bibit lebih dari satu jenis untuk menjamin kemungkinan
adanya persarian bersilang.
2) Penyiapan Bibit
Sampai saat ini bibit alpukat hanya dapat diperoleh secara generatif (melalui
biji) dan vegetatif (penyambungan pucuk/enten dan penyambungan
mata/okulasi). Dari ketiga cara itu, bibit yang diperoleh dari biji kurang
menguntungkan karena tanaman lama berbuah (6-8 tahun) dan ada
kemungkinan buah yang dihasilkan berbeda dengan induknya Sedangkan
bibit hasil okulasi maupun enten lebih cepat berbuah (1-4 tahun) dan buah
yang didapatkannya mempunyai sifat yang sama dengan induknya.
3) Teknik Penyemaian Bibit
a) Penyambungan pucuk (enten)
Pohon pokok yang digunakan untuk enten adalah tanaman yang sudah
berumur 6-7 bulan/dapat juga yang sudah berumur 1 tahun, tanaman
berasal dari biji yang berasal dari buah yang telah tua dan masak, tinggi
30 cm/kurang, dan yang penting jaringan pada pangkal batang belum
berkayu. Sebagai cabang sambungannya digunakan ujung dahan yang
masih muda dan berdiameter lebih kurang 0,7 cm. Dahan tersebut
dipotong miring sesuai dengan celah yang ada pada pohon pokok
sepanjang lebih kurang 10 cm, kemudian disisipkan ke dalam belahan di
samping pohon pokok yang diikat/dibalut. Bahan yang baik untuk
mengikat adalah pita karet, plastik, rafia/kain berlilin. Sebaiknya
penyambungan pada pohon pokok dilakukan serendah mungkin supaya
4
tidak dapat kuncup pada tanaman pokok. Enten-enten yang telah
disambung diletakkan di tempat teduh, tidak berangin, dan lembab. Setiap
hari tanaman disiram, dan untuk mencegah serangan penyakit sebaiknya
tanaman disemprot fungisida. Pada musim kering hama tungau putih
sering menyerang, untuk itu sebaiknya dicegah dengan semprotan
kelthane. Bibit biasanya sudah dapat dipindahkan ke kebun setelah
berumur 9-16 bulan, dan pemindahannya dilakukan pada saat permulaan
musim hujan
b) Penyambungan mata (okulasi)
Pembuatan bibit secara okulasi dilakukan pada pohon pangkal berumur 8-
10 bulan. Sebagai mata yang akan diokulasikan diambil dari dahan yang
sehat, dengan umur 1 tahun, serta matanya tampak jelas. Waktu yang
paling baik untuk menempel yaitu pada saat kulit batang semai mudah
dilepaskan dari kayunya. Caranya adalah kulit pohon pokok disayat
sepanjang 10 cm dan lebarnya 8 mm. Kulit tersebut dilepaskan dari
kayunya dan ditarik ke bawah lalu dipotong 6 cm. Selanjutnya disayat
sebuah mata dengan sedikit kayu dari cabang mata (enthout), kayu
dilepaskan pelan-pelan tanpa merusak mata. Kulit yang bermata
dimasukkan di antara kulit dan kayu yang telah disayat pada pohon pokok
dan ditutup lagi, dengan catatan mata jangan sampai tertutup. Akhirnya
balut seluruhnya dengan pita plastik. Bila dalam 3-5 hari matanya masih
hijau, berarti penempelan berhasil. Selanjutnya 10-15 hari setelah
penempelan, tali plastik dibuka. Batang pohon pokok dikerat melintang
sedalam setengah diameternya, kira-kira 5-7,5 cm di atas okulasi, lalu
dilengkungkan sehingga pertumbuhan mata dapat lebih cepat. Setelah
5
batang yang keluar dari mata mencapai tinggi 1 m, maka bagian pohon
pokok yang dilengkungkan dipotong tepat di atas okulasi dan lukanya
diratakan, kemudian ditutup dengan parafin yang telah dicairkan. Pohon
okulasi ini dapat dipindahkan ke kebun setelah berumur 8-12 bulan dan
pemindahan yang paling baik adalah pada saat permulaan musim hujan.
Dalam perbanyakan vegetatif yang perlu diperhatikan adalah menjaga
kelembaban udara agar tetap tinggi (+ 80%) dan suhu udara di tempat
penyambungan jangan terlalu tinggi (antara 15-25 derajat C). Selain itu
juga jangan dilakukan pada musim hujan lebat serta terlalu banyak
terkena sinar matahari langsung. Bibit yang berupa sambungan perlu
disiram secara rutin dan dipupuk 2 minggu sekali. Pemupukan bisa
bersamaan dengan penyiraman, yaitu dengan melarutkan 1-1,5 gram
urea/NPK ke dalam 1 liter air. Pupuk daun bisa juga diberikan dengan
dosis sesuai anjuran dalam kemasan. Sedangkan pengendalian hama dan
penyakit dilakukan bila perlu saja.
Lahan untuk tanaman alpukat harus dikerjakan dengan baik; harus bersih
dari pepohonan, semak belukar, tunggul-tunggul bekas tanaman, serta batu-
batu yang mengganggu. Selanjutnya lahan dicangkul dalam atau ditraktor,
lalu dicangkul halus 2-3 kali. Pengerjaan lahan sebaiknya dilakukan saat
musim kering sehingga penanaman nantinya dapat dilakukan pada awal atau
saat musim hujan.
1) Pola Penanaman
Pola penanaman alpukat sebaiknya dilakukan secara kombinasi antar
varietasvarietasnya. Hal ini mengingat bahwa kebanyakan varietas
tanaman alpukat tidak dapat melakukan penyerbukan sendiri, kecuali
varietas ijo panjang yang memiliki tipe bunga A. Ada 2 tipe bunga dari
beberapa varietas alpukat di Indonesia, yaitu tipe A dan tipe B. Varietas
yang tergolong tipe bunga A adalah ijo panjang, ijo bundar, merah
panjang, merah bundar, waldin, butler, benuk, dickinson, puebla, taft, dan
hass Sedangkan yang tergolong tipe B adalah collinson, itszamma,
winslowsaon, fuerte, lyon, nabal, ganter, dan queen. Penyerbukan silang
hanya terjadi antara kedua tipe bunga. Oleh karena itu, penanaman
alpukat dalam suatu lahan harus dikombinasi antara varietas yang
memiliki tipe bunga A dan tipe bunga B sehingga bunga-bunganya saling
menyerbuki satu sama lain.
3) Cara Penanaman
Waktu penanaman yang tepat adalah pada awal musim hujan dan tanah
yang ada dalam lubang tanam tidak lagi mengalami penurunan. Hal yang
perlu diperhatikan adalah tanah yang ada dalam lubang tanam harus lebih
tinggi dari tanah sekitarnya. Hal ini untuk menghindari tergenangnya air
bila disirami atau turun hujan. Langkah-langkah penanaman adalah
sebagai berikut:
a) Lubang tanam yang telah ditutup, digali lagi dengan ukuran sebesar
wadah bibit.
b) Bibit dikeluarkan dari keranjang atau polibag dengan menyayatnya
agar gumpalan tanah tetap utuh.
c) Bibit beserta tanah yang masih menggumpal dimasukkan dalam lubang
setinggi leher batang, lalu ditimbun dan diikatkan ke ajir.
d) Setiap bibit sebaiknya diberi naungan untuk menghindari sinar
matahari secaralangsung, terpaan angin, maupun siraman air hujan.
Naungan tersebut dibuat miring dengan bagian yang tinggi di sebelah
timur. Peneduh ini berfungsi sampai tumbuh tunas-tunas baru atau
lebih kurang 2-3 minggu.
1) Penyiangan
Gulma banyak tumbuh di sekitar tanaman karena di tempat itu banyak
terdapat zat hara. Selain merupakan saingan dalam memperoleh
makanan, gulma juga merupakan tempat bersarangnya hama dan
penyakit. Oleh karena itu, agar tanaman dapat tumbuh dengan baik
maka gulma-gulma tersebut harus disiangi (dicabut) secara rutin.
2) Penggemburan Tanah
Tanah yang setiap hari disiram tentu saja akan semakin padat dan udara
di dalamnya semakin sedikit. Akibatnya akar tanaman tidak dapat
leluasa menyerap unsur hara. Untuk menghindarinya, tanah di sekitar
tanaman perlu digemburkan dengan hati-hati agar akar tidak putus.
3) Penyiraman 7
Bibit yang baru ditanam memerlukan banyak air, sehingga penyiraman
perlu ndilakukan setiap hari. Waktu yang tepat untuk menyiram adalah
pagi/sore hari, dan bila hari hujan tidak perlu disiram lagi.
4) Pemangkasan Tanaman
Pemangkasan hanya dilakukan pada cabang-cabang yang tumbuh terlalu
rapat atau ranting-ranting yang mati. Pemangkasan dilakukan secara
hati-hati agar luka bekas pemangkasan terhindar dari infeksi penyakit
dan luka bekas pemangkasan sebaiknya diberi fungisida/penutup luka.
5) Pemupukan
Dalam pembudidayaan tanaman alpukat diperlukan program
pemupukan yang baik dan teratur. Mengingat sistem perakaran tanaman
alpukat, khususnya akarakar rambutnya, hanya sedikit dan
pertumbuhannya kurang ekstensif maka pupuk harus diberikan agak
sering dengan dosis kecil. Jumlah pupuk yang diberikan tergantung pada
umur tanaman. Bila program pemupukan tahunan menggunakan pupuk
urea (45% N), TSP (50% P), dan KCl (60% K) maka untuk tanaman
berumur muda (1-4 tahun) diberikan urea, TSP, dan KCl masing-masing
sebanyak 0,27-1,1 kg/pohon, 0,5-1 kg/pohon dan 0,2-0,83 kg/pohon.
Untuk tanaman umur produksi (5 tahun lebih) diberikan urea, TSP, dan
KCl masing-masing sebanyak 2,22-3,55 kg/pohon, 3,2 kg/pohon, dan 4
kg/pohon. Pupuk sebaiknya diberikan 4 kali dalam setahun. Mengingat
tanaman alpukat hanya mempunyai sedikit akar rambut, maka sebaiknya
pupuk diletakkan sedekat mungkin dengan akar. Caranya dengan
menanamkan pupuk ke dalam lubang sedalam 30-40 cm, di mana
lubang tersebut dibuat tepat di bawah tepi tajuk tanaman, melingkari
tanaman.
2.1.3.1.Hama
2.1.3.2. Penyakit
1) Antraknosa
Penyebab: Jamur Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) sacc. Yang
mempunyai miselium berwarna cokleat hijau sampai hitam kelabu dan
sporanya berwarna jingga.
Gejala: Penyakit ini menyerang semua bagian tanaman, kecuali akar.
Bagian yang terinfeksi berwarna cokelat karat, kemudian daun, bunga,
buah/cabang tanaman yang terserang akan gugur.
Pengendalian: Pemangkasan ranting dan cabang yang mati. Penelitian
buah dilakukan agak awal (sudah tua tapi belum matang). Dapat juga
disemprot dengan fungisida yang berbahan aktif maneb seperti pada
Velimex 80 WP. Fungisida ini diberikan 2 minggu sebelum pemetikan
dengan dosis 2-2,5 gram/liter.
4) Busuk buah
Penyebab: Botryodiplodia theobromae pat. Jamur ini menyerang apabila
ada luka pada permukaan buah.
Gejala: Bagian yang pertama kali diserang adalah ujung tangkai buah
dengan tanda adanya bercak cokelat yang tidak teratur, yang kemudian
menjalar ke bagian buah. Pada kulit buah akan timbul tonjolan-tonjolan
kecil.
Pengendalian: Oleskan bubur Bordeaux/ semprotkan fungisida Velimex
80 WP yang berbahan aktif Zineb, dengan dosis 2-2,5 gram/liter.
2.2. Panen
Biasanya alpukat mengalami musim berbunga pada awal musim hujan, dan
musim berbuah lebatnya biasanya pada bulan Desember, Januari, dan
Februari. Di Indonesia yang keadaan alamnya cocok untuk pertanaman
alpukat, musim panen dapat terjadi setiap bulan. Apabila musim
memungkinkan tanaman dapat dipanen 2 kali dalam satu tahunnya.
Produksi buah alpukat pada pohon-pohon yang tumbuh dan berbuah baik
dapat mencapai 70-100 kg/pohon/tahun. Produksi rata-rata yang dapat
diharapkan dari setiap pohon berkisar 85 kg.
Tetapi pada pohon yang cukup tua atau berumur lebih dari 20 tahun bisa
berproduksi sampai 200 kg.
2.3.2. Penyortiran
Alpukat baru dapat dikonsumsi bila sudah masak. Untuk mencapai tingkat
kemasan ini diperlukan waktu sekitar 7 hari setelah petik (bila buah dipetik
pada saat sudah cukup ketuaannya). Bila tenggang waktu tersebut akan
dipercepat, maka buah harus diperam terlebih dulu. Untuk keperluan
ekspor, tidak perlu dilakukan pemeraman karena tenggang waktu ini
disesuaikan dengan lamanya perjalanan untuk sampai di tempat tujuan.
Cara pemeraman alpukat masih sangat sederhana. Pada umumnya hanya
dengan memasukkan buah ke dalam karung goni, kemudian ujungnya diikat
rapat. Setelah itu karung diletakkan di tempat yang kering dan bersih.
Karena alpukat mempunyai umur simpan hanya sampai sekitar 7 hari (sejak
petik sampai siap dikonsumsi), maka bila ingin memperlambat umur
simpan tersebut dapat dilakukan dengan menyimpannya dalam ruangan
bersuhu 5 0 C. Dengan cara tersebut, umur penyimpanan dapat diperlambat
samapai 30-40 hari.
3.1. Sosial.
Kegiatan budidaya tanaman alpukat tidak terlepas dari tingkat pengetahuan dan
ketrampilan petani, karena disini petani sebagai subyek dalam penanganan budidaya
tanaman alpukat. Dalam hal budidaya tanaman alpukat sebagian besar belum sesuai
dengan yang dianjurkan. Keadaan yang demikian disebabkan karena tanaman alpukat
yang dibudidayakan merupakan tanaman sampingan dan cara budidayanya masih
secara tradisional.
Menurut data kependudukan yang ada di kecamatan tiris jumlah penduduknya
sebanyak 61.026 orang,yang terbagi laki-laki sebanyak 29.900 orang atau sebesar
48,00 persen dan perempuan sebanyak 31.280 orang atau sebesar 51,01 persen.
Dari jumlah penduduk sebanyak 61.026 orang yang ada di wilayah kecamatan
tiris,sebanyak 38.642 orang atau sebesar 63,32 persen bergerak di bidang pertanian
tanaman pangan, dan sebanyak 8.218 orang atau sebesar 13,47 persen adalah buruh
tani. Dan sisanya bergerak dibidang peternakan, jasa angkutan,jasa lainnya dan
sebagainya.
Sebagai gambaran penduduk kecamatan tiris menurut mata pencaharian adalah
sebagaimana tabel.1 :
Tabel.1 : Jumlah penduduk menurut mata pencaharian :
Jasa Jasa
PNS+ Buruh Pengra Lain
No Desa Petani Pedagang Angku Bangu
Pensiunan Tani jin nya
tan nan
1 Andungbiru 16 2329 651 32 23 24 7 121
2 Andungsari 16 1541 621 10 27 15 5 109
3 Tlogoargo 11 1186 343 15 17 12 3 97
4 Tlogosari 7 2117 475 7 21 9 8 101
5 Ranuagung 19 3752 467 28 72 27 11 192
6 Tiris 62 3135 409 26 149 52 15 135
7 Segaran 16 1623 342 9 32 12 4 54
8 Ranugedang 21 2644 399 12 33 38 10 172
9 Jangkang 12 1968 528 41 26 10 7 113
10 Wedusan 21 2109 278 69 54 8 5 87
11 Racek 13 2428 547 130 87 12 6 130
12 Pesawahan 35 3127 709 41 126 31 17 201
13 Pedagangan 7 3329 549 52 48 17 13 82
14 Tegalwatu 5 2492 786 43 49 12 11 68
15 Rejing 8 3199 583 68 55 11 18 170
16 Tulupari 7 1653 532 39 37 16 12 49
Jumlah : 271 38642 8218 564 859 306 150 1881
Dari tabel tersebut diatas penduduk yang membudidayakan tanaman alpukat tersebar
16
hampir disemua desa diwilayah kecamatan tiris, Jumlah kepemilikan pohon alpukat
di wilayah kecamatan tiris adalah sebagai berikut :
Tabel.2 : Data kepemilikan tanaman alpukat.
Rata-rata
No Desa Jumlah pohon Jumlah petani
kepemilikan
1 Andungbiru 800 312 3
2 Andungsari 960 330 3
3 Tlogoargo 480 308 2
4 Tlogosari 960 326 3
5 Ranuagung 10.400 895 11
6 Tiris 7.680 622 12
7 Segaran 9.920 672 15
8 Ranugedang 38.560 871 44
9 Jangkang 31.200 656 47
10 Wedusan 16.160 563 29
11 Racek 15.200 429 35
12 Pesawahan 31.040 624 50
13 Pedagangan 14.240 621 30
14 Tegalwatu 3.360 334 10
15 Rejing 3.520 345 10
16 Tulupari 2.880 310 9
Jumlah : 187.360 8.218 23
Sumber data : BPP Kecamatan Tiris
Dari tabel tersebut petani alpukat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
kepemilikan rata-rata tanaman alpukat sebanyak 23 pohon. Dengan adanya jumlah
kepemilikan tersebut pelaksanaan budidaya tidak akan efisien untuk dijadikan
peningkatan penambahan pendapatan keluarga.
Disamping itu permasalahan yang timbul juga banyaknya tanaman alpukat yang
digadaikan, terutama di desa Ranugedang,Pesawahan,Jangkang,Pedagangan dan desa
Ranuagung.
3.2. Budidaya.
Sebagian besar petani alpukat yang ada diwilayah Kecamatan Tiris belum semuanya
tersentuh oleh teknologi budidaya sesuai dengan anjuran, Hal ini dikarenakan petani
alpukat yang tersebar tempat tinggalnya dan program pemerintah belum semua desa
terjangkau oleh program pemerintah.Hanya pada kelompok kecil yang sudah
melaksanakan teknik budidaya yang baik dan benar, itupun masih pada petani petani
maju yang ada di desa Ranugedang dan Pesawahan.
Untuk petani diluar kelompok tani teknik budidaya yang dilaksanakan masih secara
tradisional dimana untuk tanaman baru bibit yang digunakan dari tanaman yang tidak
diketahui pohon induknya. Demikian juga bahan bibit yang digunakan dari buah
alpukat yang jelek atau dari buah yang telah disortir ( tidak laku dijual/kecil-kecil )
yang digunakan sebagai bibit,cara tanam banyak yang asal-asalan ( tidak dibuatkan
lubang tanam ), Jarak tanam masih belum teratur, penambahan bahan organik, an
organik jarang dilaksanakan, pengendalian penyakit ( Pythoptora ) yang menyerang
17
akar tidak ada tindakan sama sekali, Pemangkasan cabang yang tidak produktif
hampir tidak pernah dilaksanakan.
Panen yang dilaksanakan sudah sesuai dengan anjuran namun dalam pelaksanaan
pasca panen belum dilaksanakan sama sekali, hal ini petani menjual buah alpukat
tidak langsung ke pedagang pengumpul tingkat kecamatan, tetapi dijual kepedagang
tingkat desa. Hal yang demikian dikarenakan dengan cara panen secara periodik dan
hasil panen sangat sedikit.
III. PEMECAHAN MASALAH. 18
Dengan melihat hasil quesener yang diajukan kepada petani banyak permasalahn yang
ditemui, baik masalah kelembagaan, teknik budidaya, penanganan panen, pasca panen dan
sistem penjualan hasil. Agar petani dalam penanganan tanaman alpukat sesuai dengan
petunjuk pelaksanaan teknologi budi daya perlu adanya perbaikan disana sini.
Dari hasil temuan tersebut solusi pemecahannya adalah sebagai berikut:
1. Pengornisasian petani alpukat harus diperhatikan, karena selama ini petani alpukat
belum ada yang ikut dalam kelembagaan petani ( Kelompok Tani ).
2. Pemilikan tanaman alpukat rata-rata 23 pohon untuk itu perlu diperluas sehingga
mempunyai nilai ekonomis lebih tinggi.
3. Penanaman alpukat terletak dilahan pekarangan, perlu adanya perluasan tanaman. Baik
dilahan pekarangan maupun dilahan tegalan/ladang.
4. Penggunaan bibit diharapkan menggunakan bibit yang diketahui asalnya dan yang
berproduksi tinggi.
5. Pemberian pupuk organik disekitar tajuk tanaman sesuai dengan dosis anjuran, atau
sebanyak 100 kg ( 2 pikul ) dan pupuk an organik sebanyak 15 Kg per pohon.
6. Pemangkasan cabang-cabang yang tidak produktif, cabang-cabang/ ranting tua serta
ranting-ranting yang tumbuh keatas.
7. Menjaga kebersihan kebun.
8. Pengendalian hama dan penyakit.
9. Pelaksanaan sortasi sesuai dengan standart pedagang pengumpul tingkat kecamatan.
10. Penjualan buah alpukat secara kolektif lewat kelompok tani.
11. Bantuan bibit alpukat unggul lewat dinas terkait.
12. Agar buah alpukat bisa meningkat harga jualnya perlu adanya registrasi pohon, dengan
tujuan untuk mendapatkan sertifikat Prima III ( Layak untuk di konsumsi ).
13. Sekolah lapang pengendalian hama penyakit terpadu ( SL-PHT ) sesuai sengan SOP
Alpukat.
14. Perlunya menjalin kemitraan dengan pihak eksportir buah.
15. Perlunya mengikutkan pameran di tingkat Propinsi dan pusat.
16. Mengembangkan pohon alpukat yang sudah disertifikatkan.
Dari cara pemecahan masalah teknik budidaya pemecahan yang paling cepat dilakukan
adalah dengan pembinaan petani lewat kelembagaan petani dan pelaksanaan sekolah
lapang.
4.1. Kesimpulan
Melihat keberadaan sosial ekonomi petani tanaman alpukat yang ada di wilayah
Kecamatan Tiris, perlu adanya solusi yang sesuai dengan tingkat pendidikan, kultur
budaya serta kemauan dan kemampuan petani dalam mengimplikasikan inovasi
terapan sesuai dengan ekologi setempat.
Agar produksi tanaman alpukat dapat berproduksi sesuai yang diharapkan dan dapat
meningkatkan pendapatan petani alpukat,dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Kurangnya asupan teknologi terapan terhadap tanaman alpukat.
2. Kelembagaan petani alpukat belum terbentuk.
3. Bibit yang digunakan asal usulnya tidak diketahui.
4. Tanaman alpukat yang ditanam oleh petani masih di pekarangan.
5. Pemupukan tanaman alpukat hampir tidak dilakukan oleh petani.
6. Cara penjualan secara sendiri sendiri.
7. Sortasi hasil panen tidak dilakukan sama sekali.
8. Pentingnya sertifikasi pohon,untuk mendapatkan sertifikat Prima.
9. Program pemerintah hampir tidak ada.
Dari hasil kesimpulan diatas dapat dijadikan pedoman untuk melaksanakan program
pengembangan kawasan buah buahan, terutama tanaman alpukat.
4.2. Saran
Untuk meningkatkan pendapatan petani buah-buahan khususnya alpukat perlu adanya
pemahaman terhadap sosial ekonomi daerah yang akan dikembangkan, karena kalau
tidak memperhatikan kemauan dan kemampuan serta tingkat pendidikan petani yang
ada maka akan terjadi ketidak sinambungan program pemerintah dengan petani.
Untuk pengembangan tanaman alpukat di wilayah Kecamatan Tiris, dapat kami
sarankan sebagai berikut :
1. Mengefektifkan kelembagaan petani yang ada, terutama pada wilayah
kelompok tani yang ada tanaman alpukatnya.
2. Peningkatan pengetahuan,ketrampilan dan sikap petani alpukat melalui
program SL-PHT/ SL-GAP.
3. Pengadaan bibit alpukat unggul dan bermutu.
4. Bantuan teknis sertifikasi pohon alpukat milik petani.
5. Koordinasi dengan dinas terkait di tingkat atas dan bawah.
DAFTAR PUSTAKA 20
21
MAKALAH
Oleh :
ANANG BUDI PRASETYO,SP
PPL BPP KECAMATAN TIRIS
BADAN KETAHANAN PANGAN dan
PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN
KABUPATEN PROBOLINGGO
Lampiran.
Jasa Jasa
PNS+ Buruh Pengra Lain
No Desa Petani Pedagang Angku Bangu
Pensiunan Tani jin nya
tan nan
1 Andungbiru 16 2329 651 32 23 24 7 121
2 Andungsari 16 1541 621 10 27 15 5 109
3 Tlogoargo 11 1186 343 15 17 12 3 97
4 Tlogosari 7 2117 475 7 21 9 8 101
5 Ranuagung 19 3752 467 28 72 27 11 192
6 Tiris 62 3135 409 26 149 52 15 135
7 Segaran 16 1623 342 9 32 12 4 54
8 Ranugedang 21 2644 399 12 33 38 10 172
9 Jangkang 12 1968 528 41 26 10 7 113
10 Wedusan 21 2109 278 69 54 8 5 87
11 Racek 13 2428 547 130 87 12 6 130
12 Pesawahan 35 3127 709 41 126 31 17 201
13 Pedagangan 7 3329 549 52 48 17 13 82
14 Tegalwatu 5 2492 786 43 49 12 11 68
15 Rejing 8 3199 583 68 55 11 18 170
16 Tulupari 7 1653 532 39 37 16 12 49
Jumlah : 271 38642 8218 564 859 306 150 1881
Sumber data : Mantis Kecamatan Tiris
Lampiran.
23
24