Anda di halaman 1dari 4

GENETIC CODE

RESUME

disusun untuk memenuhi tugas Matakuliah Genetika

yang dibimbing oleh Prof. Dr. A. Duran Corebrima, M.Si

Disusun Oleh:

Kelompok 5/Offering A

Dwi Darmayanti (150341601390)

Mohammad Taufik Aji Fahruli (150341602764)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

Maret 2017
Kode Genetik

Setelah terbukti bahwa gen mengontrol struktur polipeptida, maka fokus perhatian
beralih pada bagaimana urutan dari 4 pasang basa di DNA dapat mengontrol urutan 20 asam
amino yang ditemukan di protein. Dengan penemuan Mrna intermediet, perhatian beralih
menjadi bagaimana urutan 4 pasang basa yang hadir di molekul Mrna dapat menentukan
urutan asam amino pada polipeptida. Ditunjukkan oleh F. H. C. Crick dkk (1961). Dimana
melalui suppressor dapat dilihat adanya mutasi yang dibandingkan dengan mutasi balik pada
titik awal mutasi dan terjadi penambahan atau pengurangan hanya pada ujung mutasi
suppressor. Hipotesis dari Crick jika mutasi original adalah penambahan atau pengurangan
basa tunggal maka suppressor mutatsi juga penambahan atau penguranagan basa tunggal.
Isolasi mutasi itu sendiri dikelompokkan menjadi 2, yaitu plus (+) untuk yang mengalami
penambahan dan minus (-) untuk yang mengalami delesi. Mutasi (+) akan menekan mutasi (-
), tetapi tidak pada mutasi (+) lainnya. Rekombinasi dengan 2 mutasi (+) atau (-) akan
menghasilkan fenotip yang mutan (seperti mutan tunggal).

3 Nukleotida per Kodon

20 asam amino akan bergabung selama translasi. Setidaknya terdapat 20 kodon yang
berbeda yang dibentuk dari 4 simbol basa yang disediakan oleh mRNA. Peluang kodon yang
terbentuk sebanyak 64 kodon. Bukti pertama yang menunjukkan bahwa kode genetik adalah
kode triplet adalah hasil analisis genetik pada induksi mutasi proflavin lokus rII pada fage T4
yang dilakukan oleh F. H. C. Crick dkk (1961). Dimana rekombinan akan membawa 3 mutsi
(+) atau 3 mutasi (-). Rekombinasi dengan 2 mutasi (+) atau (-) akan menghasilkan fenotip
yang mutan (seperti mutan tunggal), sedangkan rekombinasi dengan 3 mutasi (+) atau (-)
sering menghasilkan tipe fenotip yang menyimpang. Hal ini mengindikasikan bahwa
penambahan atau delesi 3 pasang basa meninggalkan bagian ujung dari pembacaan gen yang
benar, hasil akan sesuai dengan yang diharapkan hanya jika pada setiap kodon yang terdiri
dari 3 nukleotida.

Berdasarkan Penelitian di atas dapat diketahui bahwa (1) trinukleotida cukup


merangsang ikatan aminoacyl tRNAs yang spesifik ke ribosom, (2) sintesis RNA terdiri dari
pengulangan untai dinukleotida yang mengatur sintesis kopolimer dengan untai asam amino
alternasi (secara kimia), (3) molekul dengan ulangan untai trinukleotida mengatur sintesis
campuran dari 3 homopolimer.
Penerjemahan Kode Genetik

Penerjemahan kode genetik mengambil alih selama tahun awal 1960-an dan salah satu
periode paling menarik dlam sejarah keilmuan. Terobosan besar pertamadatang pada tahun
1961 saat M. W. Nirenberg, J. H. Matthaei, dan S. Ochoa bersama dengan asisten-asistennya
pada tahun 1961 yang mendemonstrasikan molekul RNA sintetik yang dapat digunakan
sebagai mRNAs buatan untuk melangsungkan sintesis protein secara in vitro, dapat diketahui
bahwa setiap komponen polipeptida sintetik dapat digunakan untuk menarik asam amino
yang spesifik. Tugas kodon pertama dibuat saat Nirenberg dan Matthaei mendemonstrasikan
bahwa polyuridylic acid yang berperan dalam sintesis polyphenylalanine.

Pengkodean asam-asam amino tertentu oleh kodon-kodon tertentu dibuktikan lebih


lanjut oleh percobaan H.G. Khorana menggunakan sistem in vitro yang diaktifkan oleh
mRNAs sintetik dari basa nukleotida yang telah diketahui. Percobaan Khorana menggunakan
perbandingan langsung antara urutan nukleotida dengan respon asam amino pada urutan
tersebut, di mana proses pemecahan kode terjadi ketika 3 basa nukleotida ditemukan pada
ikatan spesifik dari aminoacyl-tRNAs ke ribosom. Hal ini manjadi salah satu hal penting
dalam penerjemahan kode genetik.
Pertanyaan

1. Bagaimana 4 basa nitrogen ini dapat mengkode 20 macam asam amino yang
diperlukan untuk mengontrol semua aktifitas sel
Jawab:
Crick melakukan penelitian pada bakteri E. Coli. Mula mula digunakan basa
nitrogen kode singlet (kode yang terdiri atas satu huruf atau satu basa), maka
diperoleh 4 (41) asam amino saja yang dapat diterjemahkan. Padahal ke 20 asam
amino itu harus diterjemahkan semua agar protein yang dihasilkan dapat digunakan.
Kemudian para ilmuwan mencoba lagi dengan kode duplet (kombinasi dua basa),
namun baru dapat menerjemahkan 16 (42) asam amino. Ini pun belum cukup.
Kemudian yang terakhir dicoba adalah kode triplet (kombinasi 3 basa) yang dapat
menerjemahkan 64 (43) asam amino. Berdasarkan hasil berbagai percobaan, terbukti
bahwa kombinasi tiga basa adalah yang paling mungkin untuk mengkode asam
amino. Tiga basa tersebut yang mewakili informasi bagi suatu asam amino tertentu
dinamakan kode triplet atau kodon.
2. Mengapa kode genetik bersifat degeneratif?
Jawab:
Kode genetik bersifat degeneratif dikarenakan 18 dari 20 macam asam amino
ditentukan oleh lebih dari satu kodon, yang disebut kodon sinonimus. Hanya
metionin dan triptofan yang memiliki kodon tunggal

Anda mungkin juga menyukai