Anda di halaman 1dari 135

53

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN KANKER PARU

DI RUANGAN RAWAT INAP PARU

A. Pengkajian
1. Identitas
Nama : Tn. M
Umur : 59 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : Kawin
Ruang Rawat : Rawat Inap Paru Kelas III A
Agama : Islam
Suku : Piliang
Pendidikan : SMP
Alamat : Batusangkar
No. Rekam medis: : 469232
Tanggal masuk RS : 12 Juni 2017
Tanggal Pengkajian : 13 Juni 2017
Diagnosa Medis : Kanker Paru

Keluarga terdekat yang dapat segera dihubungi

Nama : Ny. L

Umur : 57 tahun

Alamat : Batusangkar

Hubungan : Istri Pasien

2. Keluhan Utama dan Riwayat Kesehatan Sekarang


a. Keluhan Utama 53
Pasien mengatakan masuk ke rumah sakit RSAM Bukittinggi

tanggal 12-06-2017 pukul 10.00 WIB dari Poli Paru dibawa oleh

keluarganya karena mengalami sesak dan nyeri dada sebelah kanan yang

meningkat sejak 3 bulan yang lalu.


b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat pengkajian (13 Juni 2017) pasien mengatakan sesak,

sesak dikeluhkan hilang timbul, sesak berkurang ketika istirahat dan

meningkat saat beraktivitas, batuk bercampur darah tanggal 09 Juni 2017,


54

pasien mengalami suara serak (kesulitan verbalisasi), batuk tampak tidak

efektif, terdapat batuk yang sulit dikeluarkan, suara nafas wheezing,

pasien menggunakan otot bantu pernafasan, pasien mengatakan tidak

nyaman ketika banyak beraktivitas, tampak mengalami keletihan, pasien

lebih senang tidur dengan posisi miring ke kiri, ekspansi paru sebelah

kanan menurun, dada sebelah kanan terasa sakit, sakit dirasakan seperti

diremas-remas, nyeri dirasakan menjalar kepunggung kanan dengan

durasi + 30 menit, nyeri muncul > 2x sehari, skala nyeri pasien 7, pasien

mengatakan cemas terhadap penyakitnya, pasien mengatakan apakah

penyakitnya tidak bisa disembuhkan, keluarga mengatakan pasien sering

menangis, pasien mengatakan semangat hidupnya menurun, pasien

mengatakan takut terhadap penyakitnya, pasien mengatakan menyesal

dulunya banyak merokok dalam satu hari, pasien tidak nafsu makan

sejak + 3 bulan terakhir ini, apapun yang diberikan makanannya tidak

dihabiskan, pasien mengatakan tidak minat pada makanan yang ada,

Pasien saat ditanya hanya menghabiskan 1/3 porsi makan yang diberikan

oleh pihak Rumah sakit, makan tidak teratur, badan terasa lemah,

konjungtiva anemis, BB menurun 3 bulan terakhir ini, pasien selalu

bertanya tentang penyakitnya, pasien mengatakan tidak mengetahui

dengan jelas penyakitnya, cara perawatan penyakitnya, dan bagaimana

penyakit tersebut bisa terjadi padanya.


c. Riwayat Kesehatan yang Lalu
1) Penyakit yang Pernah Dialami dan Pengobatan
Pasien mengatakan mempunyai riwayat penyakit magh

dikarenakan sejak remaja pola makan pasien tidak teratur. Usaha

untuk meredakan maghnya dengan mengkonsumsi obat-obatan


55

diwarung seperti Promagh. Sembilan bulan yang lalu pasien

mengatakan juga pernah mengeluh sesak dan nyeri dada.


2) Pola Hidup
Tn. M mengaku dari ia remaja sampai sudah menginjak umur

58 tahun tahun pola hidup yang dijalaninya tidak sehat seperti,

merokok + 3 bungkus sehari, sering begadang, sering makan mie

instan, melakukan insektisida tanpa menggunakan alat pelindung

diri, dan jarang makan sayur.


3) Faktor Resiko
Pasien mengaku perokok berat semasa hidupnya, memiliki

pola makan yang tidak sehat, suka mengkonsumsi kopi, tidak pernah

mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang.


4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang

memiliki penyakit yang sama dengan dirinya yaitu kanker paru,

orang tua laki-laki Tn.M menderita rematik, dan anak nomor 3 nya

menderita penyakit magh.


Genogram :

Rematik
Tn. M (83 tahun) Ny.N Tn. S Ny. W

Tn. M Tn. K Ny. S Ny. F Tn. U Ny. L


Ny.M
Ca Paru
An. D An.P An. S An. E An. Y An. Z
magh

Ket :
: Menikah
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Serumah
56

3. Pengkajian Fisiologis
a. Oksigenasi dan Sirkulasi
1) Pernafasan
a) Data Subjektif
Pasien mengatakan perokok aktif dari SMP yang

mengkonsumsi rokok + 3 bungkus per hari dan baru berhenti 6

bulan yang lalu karena takut penyakit parunya bertambah parah.


Pasien pernah dirawat di Batu Sangkar 9 bulan yang lalu,

dan keluarga menyebutkan saat itu dokter mengatakan ada

daging yang tumbuh di paru kananya berdasarkan hasil rontgen

yang dilakukan. Dokter pun menyarankan Tn. M untuk dirujuk

ke RSAM tetapi Tn. M Pulang dan tidak melanjutkan

perawatannya seperti yang dianjurkan tenaga kesehatan di

Rumah Sakit Batu Sangkar tersebut. Akan tetapi setelah 6 bulan

di rumah dan merasakan penyakitnya bertambah parah dengan

keluhan sesak dan batuk berdarah akhirnya Tn. M pergi ke

RSAM dan dirawat selama 5 hari dan dilakukan tindakan

bronkoscopy, setelah 11 hari dirumah lalu Tn. M dirawat

kembali selama 5 hari dan dilakukan kemoterapi sebanyak 2x (2

kantong). Lalu kembali lagi kerumah selama 1 minggu dan

dirawat kembali setelah itu selama 17 hari, setelah 17 hari

pasien pulang selama 1 minggu, selanjutnya kembali dirawat

selama 4 hari dan dikemo 1 kantong, dan setelah 15 hari

dirumah Tn. M akhirnya masuk lagi ke ruang rawat inap paru


57

tanggal 12 Juni 2017, melalui Poli paru dengan keluhan yang

sama dan untuk dilakukan kemoterapi selanjutnya.


b) Data Objektif
Dari hasil pemeriksaan terdapat frekuensi pernafasan

26 x/menit dengan pernafasan cepat dan dalam, ekspansi paru

tidak simetris antara kanan dan kiri, terdapat penggunaan otot

bantu pernafasan, tidak ada nafas cuping, taktil fremitus dada

depan sebelah kanan tidak sama dengan sebelah kiri, taktil

fremitus pada bagian punggung simetris antara kiri dan kanan,

bunyi napas Whezing dilapang paru kanan dan Bronkovesikuler

dilapang paru kiri, tidak ada sianosis, tidak ada kelainan pada jari

tubuh, sputum keluar dengan karakteristik encer bewarna putih,

pasien tampak gelisah, cemas dan selalu bertanya tentang

kondisinya.
2) Sirkulasi
a) Data Subjektif
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat Hipertensi

dan Jantung, pasien tidak mengalami demam rematik dan edema

pada mata kaki dan kakinya, tidak ada Flebitis, pasien

mengatakan jika ia luka, lukanya cepat untuk sembuh, tidak ada

mengalami klaudikasi, pasien mengatakan hanya mengalami

kesemutan apabila jongkok atau duduk bersila yang lama, Tn. M

mengatakan ada mengalami batuk berdahak yang bercampur

sedikit darah tanggal 09 Juni 2017, terdapat dahak yang sulit

dikeluarkan, Tn. M mengatakan tidak terjadi perubahan pada

buang air kecilnya, baik itu sebelum maupun setelah sakit, Tn. M

mengatakan Ia buang air kecil sebanyak 4-5 kali sehari, Tn. M


58

mengatakan mengalami nyeri dada sebelah kanan yang menyebar

ke punggung kanan seperti di remas-remas dengan durasi + 30

menit, dan muncul > 2 kali sehari.


b) Data Objektif
Bunyi jantung S1 dan S2, Frekuensi 86x/menit dengan

Irama teratur, tidak ada tekanan Vena Jugularis getaran

teraba dengan dorongan sedang, Tekanan Darah 110/70 mmHg,

Suhu : 36,7 0C, ekstremitas dengan warna pink pucat, akral

hangat, pengisian kapiler atau CRT 3 detik, tidak ada varises,

kuku pink pucat, penyebaran rambut merata, mukosa bibir

lembab dan tidak ada sianosis, punggung kuku nomal,

Konjungtiva anemis dan Sklera anikterik.


3) Pemeriksaan penunjang oksigenasi dan sirkulasi tanggal 14-06-2017
a) Hematologi

Tabel 3.1
Pemeriksaan Hematologi

Pemeriksaan Nilai Lab Nilai Normal Keterangan


Hb 9.1 g/dl 13.0-16.0 Rendah
RBC 3.38 (10^6/L) 4.5-5.5 Rendah
HCT 27,9 % 40.0-48.0 Rendah
WBC 27,04(10^3/L) 5.0-10.0 Meningkat
PLT 893 (10^3/L) 150-400 Meningkat

b) Foto thoraks
Kesan : Keluarga mengatakan pernah dilakukan

pemeriksaan foto thorax di Rumah Sakit Umum Daerah Batu

Sangkar 9 tahun yang lalu dan Dokter mengatakan kepada

keluarga ada daging yang tumbuh di paru-paru kanan Tn.M.


c) Bronkhoscopy : 07 April 2017
59

Ahli patologi : Prof. Dr. Salmiah Agus, Sp. PA, dr. R. Zuryati

Nizar, Sp. PA dan dr. Loly Devianti, Sp. PA


Makroskopik : Sepotong jaringan putih, kenyal, ukuran 0,5 x 0,2

x 0,2 cm.
Mikroskopik : tampak potongan jaringan dengan stroma jaringan

ikat mengandung proliferasi sel-sel dengan inti pleomorfik,

vesikuler, kromatin kasar, nukleoli nyata, sitoplasma ada yang

bervakuol, sel-sel ini membentuk struktur kelenjer dan ada yang

membentuk kelompokan-kelompokan kecil.


Diagnosa : Adenokarsinoma

Masalah Keperawatan yang ditemukan pada Tn. M sesuai dengan

hasil pemeriksaan adalah Ketidakefektifan bersihan jalan nafas dan

Ketidakefektifan Pola Nafas.

b. Makanan dan Cairan


1) Data Subjektif
Tn. M mengatakan biasanya makan 2-3 kali sehari, makan

terakhir atau masukan berupa susu dan bubur, pola makan dan diit

tidak teratur, pasien tidak nafsu makan sejak + 3 bulan terakhir ini,

apapun yang diberikan makanannya tidak dihabiskan, pasien

mengatakan tidak minat pada makanan yang ada, Pasien saat ditanya

hanya menghabiskan 1/3 porsi makan yang diberikan oleh pihak

rumah sakit, saat pengkajian pasien mengatakan tidak mengeluhkan

mual dan muntah, ada nyeri ulu hati, disembuhkan oleh pengobatan

rumah sakit, tidak ada alergi terhadap makanan, tidak ada gangguan

menelan, gigi tidak lengkap, banyak karies, gigi geraham 2 kiri dan 2

kanan atas sudah tidak ada, sebelum sakit pasien mengatakan

BB nya 48 kg, nafsu makan ada, tetapi setelah 3 bulan terakhir ini
60

BB Tn. M menjadi 40 Kg, perubahan berat badan dalam 3 bulan

terakhir 8 kg.
2) Data Objektif
BB 40 Kg, TB 160 cm, lingkar perut 69 cm, bentuk tubuh

kurus, gigi tampak tidak lengkap, banyak karies gigi, gigi 2 diatas

kanan dan kiri sudah tidak ada, Bising usus 9 x/i, Diit Tn. M dengan

Makanan Biasa Tinggi Kalori Tinggi Protein (MBTKTP), IMT

= BB/m2 = 40/1,602 = 40/2,56 = 15,62 kg/m 2, tidak ada penggunaan

diuretik, Nyeri tekan ulu hati ada, dan perkusi abdomen tympany.
Pemeriksaan Penunjang Laboratorium tanggal 14-06-2017
Tabel 3.2
Pemeriksaan Laboratorium Untuk Makanan dan Cairan

Pemeriksaan Nilai Lab Nilai Normal Keterangan


HGB 9,1 g/dl 13.0-16.0 Rendah
RBC 3,38 (10^6L) 4,5-5,5 Rendah
Urea 17 mg/dl 15-43 Normal
Ureum 17 mg/dl 20-40 Menurun
Kreatinin 0,65 mg/dl 0,5-1,5 Normal

Masalah Keperawatan pada Tn. M yang didapat berdasarkan hasil

pemeriksaan adalah Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh.

c. Eliminasi
1) Data Subjektif
Pasien mengatakan buang air besar 1x sehari sewaktu pagi

hari sama seperti sebelum sakit akan tetapi terkadang mengalami

konstipasi jika tidak mengkonsumsi buah maupun sayuran, tidak

terdapat penggunaan laksatif, karakter feses sedikit keras, BAB

terakhir : 1 hari yang lalu, tidak ada riwayat perdarahan, Tidak ada

riwayat hemoroid, tidak mengalami diare, tidak ada menggunakan


61

ostomy, Pasien mengatakan BAK + 4-5 kali sehari sama sewaktu

sebelum sakit, tidak ada retensi, tidak ada dysuria, tidak ada

Inkontinensia, tidak ada Urgensi, tidak ada keseringan BAK pada

malam hari ataupun siang hari, Tn. M mengatakan tidak ada perasaan

tidak lepas untuk BAK, tidak ada riwayat penyakit ginjal atau

kandung kemih, Warna feses kuning dan Warna urine kuning.


2) Data objektif
Tidak ada nyeri tekan pada abdomen, Pasien mengatakan

perutnya tidak terasa begah, tidak ada masa saat di dipalpasi,

Linggar perut 69 cm, Bising usus 9x/menit, pasien mengatakan tidak

memiliki Hemoroid atau ambeyen, tidak ada Cairan ostomy, tidak

ada terpasang kateter pada pasien, tidak ada urostomy, dan tidak ada

Dialisa.
3) Pemeriksaan Penunjang Laboratorium tanggal 14-06-2017
Tabel 3.3
Pemeriksaan Labor Eliminasi

Pemeriksaan Nilai Lab Nilai Normal Keterangan


Urea 17 mg/dl 15-43 Normal
Ureum 17 mg/dl 20-40 Menurun
Kreatinin 0,65 mg/dl 0,5-1,5 Normal

Dari hasil pengkajian diatas tidak ditemukan masalah keperawatan

pada pola eliminasi.


d. Akitivitas dan Istirahat
1) Data Subjektif
Sebelum sakit Tn.M bekerja sebagai Petani, tetapi saat

setelah sakit pasien tidak bekerja lagi, pasien sebelum sakit Hobby

duduk diwarung dan berkumpul dengan saudara lainya di warung

untuk bermain sampelang, akan tetapi saat ini pasien hanya dirumah

beristirahat, jika badannya sedikit membaik ia pergi duduk-duduk


62

sebentar diwarung dekat rumahnya, Pasien mengatakan terkadang

merasa bosan ketika menghadapi sakitnya, Tn. M mengeluhkan

hanya berbaring dirumah sakit dan tidak bisa melakukan aktivitas

seperti Ia sehat dulu, Pasien mengatakan saat ini dirinya tidak bisa

beraktifitas terlalu banyak karena bisa sesak, merasa lemas, lemah,

cemas, dan takut akan penyakit yang dialami, pola tidur pasien saat

sebelum sakit buruk bahkan bisa tidak tidur sama sekali, dan saat

pengkajian 13-06-2017 pasien mengatakan jarang tidur pada siang

hari, tidur malam mulai jam 21.00 WIB sampai pukul 05.00 WIB,

dan terkadang tidur bisa terganggu jika sesak dan nyeri dada datang,

pasien mengatakan setelah bangun dirinya merasa segar dan tidak

merasa mengantuk.
2) Data Objektif :
Terpasang infus IVFD RL 500 ml ditangan sebelah kiri,

aktifitas sehari-hari sebagian dibantu oleh keluarga karena badan

terasa lemah, letih dan jika beratifitas terlalu banyak bisa sesak,

pasien tidak merasa nyaman setelah banyak beraktivitas, pelaksanaan

aktifitas parsial, jenis aktifitas yang dibantu yaitu pergi ke toilet

(BAK dan BAB), dan mandi, tidak ada keterbatasan gerak, Masa atau

tonus otot normal, postur kurus, tidak ada tremor, retang gerak

normal, kekuatan normal dan tidak ada deformitas.

: 5555 5555
Kiri Kanan
5555 5555

Dari hasil pemeriksaan dan pengkajian diatas didapatkan masalah

keperawatan Intoleransi aktifitas.


63

e. Proteksi
1) Data Subjektif
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat jatuh atau cidera,

Pasien mengatakan 1 tahun yang lalu pernah mengalami demam

panas, dan tidak ada alergi terhadap obat-obatan dan makanan.


2) Data Objektif
Tidak ada luka yang terdapat ditubuh pasien, tidak ada

riwayat dan dilakukan tindakan operasi, tidak ada cairan atau

drainase yang keluar pada tubuh pasien, pasien memiliki rambut dan

kuku bersih dan sesuai, Suhu 36,7 0C, membran mukosa lembab,

tidak ada kemarahan atau panas, tidak ada luka pada kulit pasien,

tidak ada luka bakar.


Dari hasil pemeriksaan diatas maka tidak didapatkan masalah

keperawatan.

Skala resiko jatuh morse :

Tabel 3.4
Skala Resiko Jatuh Morse

NO PENGKAJIAN SKALA NILAI KET.


1. Riwayat jatuh: apakah klien pernah Tidak 0 0
jatuh dalam 3 bulan terakhir? Ya 25
2. Diagnosa sekunder: apakah klien Tidak 0 0
memiliki lebih dari satu penyakit? Ya 15
3. Alat Bantu jalan: 0 0
Bed rest/ dibantu perawat
Kruk/ tongkat/ walker 15
Berpegangan pada benda di sekitar 30
(kursi, lemari, meja)
4. sekitarIntravena: apakah saat ini
Terapi Tidak 0 20
klien terpasang infus? Ya 20
64

5. Gaya berjalan/ cara berpindah: 0 0


Normal/ bed rest/ immobile
(tidak dapat bergerak sendiri)
Lemah (tidak bertenaga) 10
Gangguan/ tidak normal (pincang/ 20
diseret)
6. Status Mental 0
Klien menyadari kondisi dirinya 0
Klien mengalami keterbatasan daya 15
ingat
Total Nilai 20

Tingkatan Nilai MFS T


Tidak
Risiko 0 24 Perawatan dasar i
Risiko rendah
berisiko 25 50 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh
Risiko tinggi 50 Pelaksanaan
standar intervensi pencegahan jatuh
risiko tinggi

Berdasarkan data diatas maka tidak didapatkan masalah

keperawatan resiko jatuh.

Skala Braden untuk Luka Tekan :


Tabel 3.5
Skala Braden untuk Luka Tekan

PARAMETER TEMUAN SKOR


Persepsi 1=Tidak 2=Ganggua 3=Gangguan 4=Tidak ada 4
sensori merasakan n sensori sensori pada 1 gangguan
atau respon pada bagian atau 2 sensori,
terhadap ekstremitas atau berespon penuh
stimulus permukaan berespon pada terhadap
nyeri, tubuh atau perintah verbal perintah verbal.
kesadaran hanya tapi tidak selalu
menurun berespon mampu
pada stimuli mengatakan
nyeri ketidaknyamanan
65

Kelembapan 1=Selalu 2=Sangat 3=Kadang lembab 4=Kulit kering 3


terpapar lembab
oleh
keringat
atau
urine
basah
Aktivitas 1. Terbaring 2. Tidak bisa 3. Berjalan 4. Dapat 3
ditempat erjalan dengan atau berjalan
tidur tanpa bantuan. sekitar
Ruangan
Mobilitas 1=Tidak 2=Tidak 3=Dapat 4=Dapat 3
mampu dapat membuat merubah posisi
ergerak merubah perubahan tanpa bantuan
posisi posisi tubuh
secara atau
tepat dan ekstremitas
teratur dengan
mandiri
Nutrisi 1=Tidak 2=Jarang 3=Mampu 4. Dapat 2
dapat mampu menghabiskan menghabis
menghabisk menghabi lebih dari kan porsi
an 1/3 porsi skan porsi makannya Makannya,
makannya, porsi tidak
sedikit makananny memerlukan
minum, a atau suplementasi
puasa atau intake nutrisi.
minum air cairan
putih, atau kurang dari
mendapat jumlah
infus lebih optimum
dari 5 hari
Gesekan 1=Tidak 2=Mem 3=Membutuh 3
mampu butuhkan an bantuan
mengangk bantuan minimal
at minimal mengangkat
badannya mengangk tubuhnya
sendiri, at
atau tubuhnya
spastik,
kontraktur
atau
Gelisah
TOTAL SKOR 18
66

Keterangan :

Resiko ringan jika skor 15-23

Resiko sedang jika skor 13-14

Resiko berat jika skor 10-12

Resiko sangat berat jika skor kurang dari 10

f. Indra/sense
1) Data Subjektif
Tn. M mengatakan tidak ada masalah pada sistem

penginderaanya. Tn. M mengatakan masih melihat dengan jelas objek

disekitarnya.
2) Data Objektif
Penglihatan pasien normal, pasien tidak menggunakan kaca

mata maupun kontak lensa, indra penciuman pasien normal, pasien

bisa membedakan bau, minyak wangi dan bau minyak angin,

pendengaran normal, pasien tidak menggunakan alat bantu dengar

dan tidak tuli, indra pengecap normal, pasien bisa membedakan rasa

manis, pahit, asam dan asin, indra peraba pasien normal, pasien bisa

merasakan goresan ujung pena di tangan dan kakinya.


Berdasarkan data diatas maka tidak ada masalah keperawatan yang

ditemukan.

g. Neurologi
1) Data Subjektif
Tn. M mengatakan tidak ada rasa ingin pingsan, Tn. M

mengatakan ada mengalami sakit kepala, tidak ada mengalami

kebas, atau kelemahan, tidak pernah mengalami riwayat dan gejala

stroke.
2) Data Objektif
67

Kesadaran pasien kompos mentis dengan GCS 15, status

mental terorientasi baik itu waktu, tempat dan orang, Tn. M tidak ada

mengalami halusinasi atau kehilangan memori, tidak mengalami

afasia atau disfagia. Ukuran pupil kiri dan kanan 2 mm/+, reaksi

pupil kiri dan kanan isokor, pemeriksaan kaku kuduk negative, reflek

patologis negatif dan reflek fisiologis positif, genggaman lepas

tangan kiri dan kanan sama kuat.


Nervus Kranialis
Tabel 3.6
Pemeriksaan Saraf Kranial

No Nervus Data pengkajian


1 N. Olfaktorius Pasien bisa mencium dan mengenal
aroma minyak kayu putih dan minyak
wangi yang didekatkan ke hidung
klien
2 N. Optikus Ketajaman penglihatan dan lapang
pandang pasien baik
3 N.Okulomotorius Pasien dapat memutar bola mata
mengikuti arah jari perawat kearah
medial kiri dan kanan maupun atas dan
bawah
4 N. Troklearis Reflek cahaya pupil positif, ukuran
pupil 2 mm/+, kedua pupil isokor
5 N. Trigeminus Pasien mampu menggerakkan rahang
ke atas, bawah, kiri dan kanan,
membuka dan menutup mulut, pasien
dapat merasakan rangsangan nyeri
pada daerah maksilaris dan
mandibularis, reflek kornea positif.
6 N. Abdusen Muka pasien simetris, pasien dapat
melirik ke segala arah, pasien dapat
menjulurkan lidah, pasien dapat
mengerdip dan memejamkan mata
secara spontan
7 N. Fasialis Pasien dapat mengangkat kedua alis,
menutup mata kuat-kuat, menarik bibir
seperti tersenyum dan meniup.
8 N. Vestibulokohklea Pasien dapat menjawab secara spontan
68

ris ketika namanya dipanggil


9 N. Glosofaringeus Pasien reflek mau muntah saat tangkai
sendok menyentuh posterior faring
10 N. Vagus Pasien bisa menyebutkan bunyi aaaaa,
suara terdengar normal, klien mampu
menelan makanan lunak, padat dan air
11 N. Assesorius Saat membuka mulut lidah pasien
posisinya normal simetris tidak deviasi
kekiri atau ke kanan saat di julurkan
atau digerakkan
12 N. Hipoglosus Pasien mampu menjulur dan menarik
lidahnya berulang-ulang dengan
terkoordinasi

Dari hasil pengkajian diatas maka tidak ditemukan masalah

keperawatan pada sistem neurologi.


h. Endokrin
1) Data Subjektif
Tn. M tidak memiliki riwayat penyakit gula atau Diabetes

Mellitus, serta pembengkakan kelenjar tiroid.

2) Data Objektif
Pasien tampak tidak ada mengeluhkan sering pipis, sering

haus, dan sering makan.


Berdasarkan hasil pengkajian tidak didapatkan adanya masalah

keperawatan.
i. Seksualitas
1) Data Subjektif
Tn. M mengatakan setelah sakit aktivitas melakukan

hubungan seksnya sedikit terganggu, pasien mengatakan tidak ada

rabas penis, tidak ada gangguan prostat, sudah disirkumsisi kelas 5

SD, tidak ada vasektomi, dan tidak ada pemeriksaan prostat terakhir.
2) Data Objektif
Pasien berjenis kelamin laki-laki, pasien tampak tidak ada

keluhan terhadap masalah seksualitas.


Berdasarkan pengkajian diatas maka tidak ada masalah

keperawatan yang ditemukan.


69

j. Nyeri dan Ketidaknyamanan


1) Data Subjektif
Tn. M mengatakan sakit dada sebelah kanan, kualitas berat,

durasi+ 30 menit, sakit terasa seperti diremas-remas dengan skala 7,

sakit dirasakan sekitar + 30 menit dan muncul lebih dari 2x sehari,

penjalaran ke punggung kanan, nyeri timbul bersamaan dengan

sesak yang disebabkan adanya massa pada paru kanan, nyeri juga

dirasakan ketika tidur mereng ke kanan dan banyak beraktivitas.


2) Data Objektif
Tn. M tampak gelisah ketika nyeri, pola tidur ketika nyeri

menjadi terganggu, dan tampak meringis ketika nyeri.

Berdasarkan pengkajian diatas maka masalah keperawatan yang

didapat adalah nyeri kronis.

4. Mode Konsep Diri


a. Data Subjektif
Tn. M mengatakan keturunan asli minang, Tn. M dan keluarga

masih memegang nilai pentingnya adat istiadat namun tidak ada yang

bertentangan dengan proses perawatan dirumah sakit, tidak ada keyakinan

budaya yang mempengaruhi kesehatan pasien, Tn.M mengatakan apapun

yang diberikan tuhan dan diciptakan tuhan pada bentuk tubuhnya dia

menerimanya dengan ikhlas, Tn. M mengatakan cemas terhadap penyakit

yang dideritanya yang membuat terkadang ia sedih dan menangis, Tn. M

mengaku tidak bermasalah dengan bentuk postur tubuhnya, Tn. M


70

mengaku ia adalah kepala keluarga dari istri dan anaknya, Ingin sembuh

dan kembali beraktifitas seperti biasanya, Tn.M mengatakan tetap

mensyukuri nikmat yang diberikan tuhan kepadanya, selama sakit Tn. M

mengatakan belum bisa mengerjakan shalat seperti biasanya.

b. Data Objektif
Cemas dan takut terhadap kondisi penyakitnya, respon fisiologis

yang terobservasi tampak gelisah, Pasien tampak khawatir terhadap

penyakitnya sering bertanya dan tampak bingung tentang penyakit yang

dideritanya, TD : 110/70 mmHg , N : 86 x/i, dan RR : 26 x/i.


Dari hasil pengkajian diatas maka didapatkan masalah keperawatan

yaitu Ansietas.
5. Mode Fungsi Peran
a. Data Subjektif
Pasien mengatakan berperan sebagai kepala keluarga bagi istri

dan anak-anaknya, memiliki hubungan yang baik dengan anggota

masyarakat dan keluarganya, merasa puas dengan peran yang

dijalankannya selama ini, pasien mengatakan keluarga sangat penting

baginya, karena keluarga selalu mendukung setiap kegiatan yang

dilakukan, keluarga selalu berusaha untuk kesembuhannya, orang terdekat

bagi pasien adalah istri dan anak-anaknya, Sebelum sakit pasien

mengatakan ada mengikuti kegiatan di lingkungan masyarakat tempat

tinggalnya seperti bergotong royong bersama, dan pasien mengatakan

dulunya bekerja sebagai petani dan sekarang tidak bisa lagi bekerja diluar

rumah karena kanker parunya.


b. Data Objektif
Pasien selalu mengikuti terapi sesuai dengan yang dianjurkan oleh

tim medis.
71

Dari hasil pengkajian diatas tidak terdapat masalah keperawatan pada

Tn. M dengan mode fungsi peran.


6. Mode Persepsi Kesehatan
a. Data Subjektif
Pasien mengatakan ingin segera pulang karena merasa bosan,

pasien mengatakan tidak mengetahui bagaima kanker paru bisa terjadi

padanya, kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit

menyebabkan terlambatnya penanganan terhadap penyakit pasien, tidak

tau apa yang harus dilakukan.


b. Data Objektif
Pasien tidak tau bagaimana proses pengobatan dan pasien

bertanya tentang manfaat pengobatan yang diberikan, pasien tampak

tidak mengerti bagaimana proses pengobatan yang diberikan, pasien

bertanya tentang manfaat pengobatan yang diberikan.

Dari hasil pengkajian diatas didapatkan masalah keperawatan pada

Tn. M berupa Defisiensi pengetahuan.

7. Pemeriksaan TTV
Tabel 3.7
Pemeriksaan TTV

Hari/Tanggal Jam
Selasa, 13 Juni 07.30 WIB
2017 TD: 110/70 mmHg, N: 86 x/i, RR: 26 x/i, S: 36,7 C
12.00 WIB
TD: 110/70 mmHg, N: 84 x/i, RR: 26 x/i, S: 37 C
18.00 WIB
TD: 110/60 mmHg, N: 78 x/i, RR: 26 x/i, S: 36,6
Rabu, 14 Juni 07.35 WIB
2017 TD: 110/70 mmHg, N: 88 x/i, RR: 26 x/i, S: 36,7 C

16.00 WIB
TD: 110/70 mmHg, N: 86 x/i, RR: 25 x/i, S: 36,8 C
18.00 WIB
TD: 120/70 mmHg, N: 89 x/i, RR: 24 x/i, S: 37 C
Kamis, 15 Juni 07.35 WIB
2017 TD: 110/60 mmHg, N: 80 x/i, RR: 24 x/i, S: 36,8 C
15.45 WIB
72

TD: 110/60 mmHg, N: 78 x/i, RR: 23 x/i, S: 37 C


18.00 WIB
TD: 110/70 mmHg, N: 82 x/i, RR: 22 x/i, S: 36,8 C
Jumat, 16 Juni 06.00 WIB
2017 TD: 110/70 mmHg, N: 80 x/i, RR: 23 x/i, S: 36,8 C
12.00 WIB
TD: 120/70 mmHg, N: 80 x/i, RR: 22 x/i, S: 37 C
17.00 WIB
TD: 110/70 mmHg, N: 80 x/i, RR: 22 x/i, S: 37 C
Sabtu, 17 Juni 06.00 WIB
2017 TD: 110/60 mmHg, N: 76 x/i, RR: 20 x/i, S: 36,8 C
12.00 WIB
TD: 110/70 mmHg, N: 72 x/i, RR: 20 x/i, S: 37 C
17.00 WIB
TD: 110/70 mmHg, N : 80x/i, RR : 22 x/i, S : 36, 9 C

8. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : baik
b. Tingkat kesadaran : Compos mentis, GCS 15 = E4V5M6
c. BB/TB = 40 kg/160 cm
d. Kepala
1) Inspeksi
Keadaan kepala pasien bersih, tidak ada ketombe, rambut

berwarna hitam, penyebaran rambut merata, tidak tampak adanya

pembengkakan, tidak ada lesi, bentuk simetris.

2) Palpasi
Tidak teraba benjolan, pasien tidak merasakan nyeri tekan

di kepala, rambut terasa kuat dan agak kasar.


e. Mata
1) Inspeksi
Keadaan mata simetris ka/ki, konjungtiva anemis, sklera

tidak ikterik, reflek cahaya (+), reaksi pupil isokor 2mm/+.


2) Palpasi
Tidak teraba benjolan, pasien tidak merasakan nyeri tekan.
f. Hidung
1) Inspeksi
Keadaan simetris, warna sama dengan kulit daerah lain,

tidak ada lesi, tidak ada sumbatan, tidak ada perdarahan dan tanda-

tanda infeksi.
73

2) Palpasi
Tidak teraba benjolan, pasien tidak merasakan nyeri tekan.
g. Telinga
1) Inspeksi
Bentuk dan ukuran telinga simetris ka/ki, integritas kulit

bagus, tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak menggunakan alat bantu

dengar.
2) Palpasi
Tidak teraba benjolan, pasien tidak merasakan nyeri tekan.

h. Mulut
1) Inspeksi
Gigi lengkap, tidak berlobang, tidak ada caries, tidak ada

perdarahan dan radang gusi, lidah simetris, warna pink, langit-

langit utuh, tidak ada tanda-tanda infeksi, mukosa bibir lembab,

tidak pucat.
2) Palpasi
Tidak ada benjolan dan nyeri tekan.
i. Leher
1) Inspeksi
Tidak tampak adanya pembesaran kelenjer tyroid, tidak ada

tampak pembesaran limfe dan tidak ada tampak peningkatan JVP.


2) Palpasi
Tidak teraba adanya pembesaran kelenjer tyroid, tidak

teraba adanya pembesaran KGB (Kelenjer Getah Bening), JVP 5-2

cm H2O.
j. Dada/thorax
1) Paru
a) Inspeksi
Pergerakkan dada simetris kiri dan kanan, frekuensi

pernafasan 26 kali/ menit, diameter anteroposterior 1: 2, tidak

ada Pigeon Chest, tidak ada Barrel Chest, dan Funnel Chest,

penggunaan otot bantu pernafasan, nafas cepat dan dalam.

b) Palpasi
74

Taktil fremitus dada bagian anterior tidak simetris antara

kiri dan kanan dimana kanan lebih redup, sedangkan bagian

posterior simetris kiri dan kanan, tidak ada nyeri tekan, dan

ekspansi dada tidak simetris.


c) Perkusi
Sonor di lapang paru.
d) Auskultasi
Bronkoesikuler di paru kiri dan wheezing di lapang paru

kanan.
2) Jantung
a) Inspeksi
Tidak terlihat ictus cordis di RIC V midklavikula Sinistra.
b) Palpasi
Ictus teraba 1 jari medial RIC V.
c) Perkusi
Bunyi jantung saat diperkusi adalah pekak.
d) Auskultasi
Bunyi jantung S1 dan S2.
k. Abdomen
1) Inspeksi
Tidak ada asites, perut tidak membuncit, tidak ada lesi.
2) Auskultasi
Bising usus (+) 9x/menit.
3) Perkusi
Bunyi abdomen saat diperkusi adalah Tympani.
4) Palpasi
Hepar dan lien tidak teraba.
l. Ekstremitas
1) Atas
Tangan kiri terpasang IVFD RL 500 ml, akral hangat, CRT 3

detik, tidak ada edema.


2) Bawah
Kaki tidak mengalami edema, akral hangat dan mudah digerakkan.
Kekuatan otot :
Kiri Kanan
5555 5555
5555 5555
9. Discharge Planning
Tanggal informasi didapatkan 14 Juni 2017, tanggal pulang yang

diantisipasi yaitu tanggal 17 Juni 2017 karena sesuai dengan jadwal

pemberian terapi medis yang dibutuhkan oleh pasien, sumber yang tersedia
75

adalah keluarga dan pasien, perubahan yang perlu diantisipasi dalam situasi

kehidupan setelah pulang yaitu sesak dan nyeri dada kanan, area yang

mungkin membutuhkan perubahan/bantuan adalah nyeri paru kanan yang

menyebar ke punggung serta sesak yang dialami pasien, penyiapan makanan

yaitu makanan biasa yang tinggi kalori dan protein, aktivitas untuk berbelanja

diharapkan kepada keluarga untuk membantu pasien memenuhi kebutuhanya

sehari-hari, ambulasi diharapkan mandiri, sumber keuangan tersedia, serta

adanya orang sekitar yang mendukung program pengobatan serta mengubah

pola hidup agar lebih sehat pada pasien kanker paru dan memotivasi untuk

tetap bersemangat dalam menjalani kehidupan kedepanya sehingga kualitas

hidup lebih baik, menganjurkan kepada pasien agar teratur mengontrol

kesehatanya ke poli paru rumah sakit Achmad Mochtar serta mengkonsumsi

obat secara teratur.

Nama Perawat : Tanda Tangan : Hari/Tanggal :

Nova Helma Neli 14-07-2017

Penatalaksanaan
Tabel 3.8
Keterangan Obat

Nama Golongan Indikasi Efek samping Kontra Indikasi


76

Obat
Ceftriaxo Antibiotik infeksi-infeksi a. Gastrointest a. Hipersensitif
ne 1 gr chepalosphorin berat dan yang inal : faeces terhadap
2x1 pukul disebabkan encer / antibiotik cepha
06.00 oleh bakteri diare, mual, losporin.
WIB dan gram positif muntah, b. Neonatus.
18.00 maupun gram stomatitis
WIB negatif yang dan glositis.
resisten atau b. Kulit :
kebal terhadap pruritus,
antibiotika lain urtikaria,
a. Infeksi dermatitis
saluran alergi,
pernapasan udema,
b. Infeksi eksantem,
saluran eritema
kemih multiform
c. Infeksi
gonore
d. Sepsis
e. Meningitis\
Infeksi
tulang dan
jaringan
lunak
f. Infeksi kulit
Mekobala Multivitamin Neuropati Nafsu makan Hati-hati pada
min perifer & berkurang, penderita yang
50g anemia nausea atau hipersensitif
1x1 pukul megaloblastik gangguan terhadap komponen
18.00 yg disebabkan gastrointestinal obat ini
WIB defisiensi lainnya.
vitamin B12
77

E-some penghambat E - Some a. Sembel a. Bagi wanita


40 mg pompa proton Injection digun it yang
1x1 (PPI) akan dalam b. Kantuk merencanakan
Pukul perawatan, c. Mulut kehamilan,
13.00 kontrol, kering wanita hamil,
WIB pencegahan, & d. Gas wanita
perbaikan e. Sakit menyusui,
penyakit, kepala hanya
kondisi dan f. Diare diperbolehkan
gejala berikut mengonsumsi
ini: obat ini melalui
a. Penyakit resep dokter
gastroeso b. Penderita
phageal gangguan ginjal
reflux atau hati
b. Pencernaa c. Penderita yang
n yg sedang
terganggu menjalani terapi
c. Ulkus jangka panjang
peptikum selama lebih
dari satu tahun
d. Anak berusia
kurang dari 12
tahun
e. Penderita
hipersensitivitas
f. Penderita
intoleransi
fruktosa,
malabsorpsi
glukosa-
galaktosa,
insufisiensi
sukrase-
isomaltas
g. Penderita
dengan gejala
sulit menelan,
kehilangan berat
badan,
kehilangan
darah, atau
sedang sakit di
78

saat yang sama


disarankan
untuk
berkonsultasi
dengan dokter
sebelum
mengonsumsi
obat ini
h. Penderita yang
sedang
menjalani
pengobatan lain
pada waktu
yang sama,
termasuk terapi
suplemen,
pengobatan
herba, atau
pengobatan
pelengkap
lainnya.

Methil Obat Abnormalitas Efek samping a. Infeksi jamur


Prednisol kortikosteroid fungsi biasanya sistemik pada
on adrenokortikal, terlihat pada pasien
2 x 125 penyakit pemberian hipersensitif.
mg pukul kolagen, jangka panjang b. Pemberian
06.00 keadaan alergi atau pemberian kortikosteroid
WIB dan dan dalam dosis yang lama
18.00 peradangan besar, misalnya merupakan
WIB pada kulit dan gangguan kontraindikasi
saluran elektrolit dan pada ulkus
pernafaan cairan tubuh, duodenum dan
tertentu, kelemahan peptikum,
penyakit otot, retensi osteoporosis
hematologik, terhadap berat, penderita
hiperkalsemia infeksi dengan riwayat
sehubungan menurun, penyakit jiwa,
dengan kanker gangguan herpes.
penyembuhan
luka,
meningkatnya
79

tekanan darah,
katarak,
gangguan
pertumbuhan
pada anak
anak,
insufisiensi
adrenal,
Cushings
Syndrome,
osteoporosis,
tukak
lambung.
Combiven K Merah Pengobatan Gemetar pada Kardiomiopati
4x1 bronkhospasm otot skelet, obstruktif
Pukul e yang berdebar, sakit hipertrofik,
06.00, berhubungan kepala, pusing, takhiaritmia, infark
12.00, dengan gugup, mulut miokardial yang
18.00 dan penyakit kering, iritasi baru terjadi,
24.00 penyumbatan tenggorokan, diabetes melitus
WIB paru kronis retensi urin yang secara
sedang sampai insufisiensi
berat pada terkontrol,
pasien yang hipertiroidisme,
memerlukan kehamilan &
lebih dari satu menyusui
bronkhodilator
Kalnek Golongan obat a. Fibrinolisis Segera periksa a. Gagal ginjal
500mg/ml tranexamic acid lokal ke dokter, jika berat
3x1 seperti: terjadi salah b. Pembekuan
Pukul Epistaksis satu efek intravaskular
05.00, b. Prostatecto samping aktif
13.00, dan my berikut ini: c. Penyakit
21.00 c. Cervical a. Kulit pucat tromboemboli
conisation b. Masalah d. Gangguan
WIB
d. Herediter pada penglihatan
angioneurot pernapasan warna
ic edema c. Perdarahan e. Perdarahan
e. Perdarahan atau memar subarachnoid
abnormal yang tidak
setelah biasa
operasi d. Kelelahan
f. Perdarahan atau
80

setelah kelemahan
pencabutan
gigi pada
pasien
dengan
riwayat
hemofilia.
Vit C Vitamin Untuk Hipersensitivit a. 1% - 10% :
100 mencegah dan as terhadap Renal :
mg/ml mengobati komponen hyperoxaluria
3x1 kekurangan dalam sediaan (kejadian
Pukul vitamin C tergantung
05.00, Sariawan, dosis).
13.00, Menyamarkan b. < 1% : Pusing,
21.00 kerutan, faintness,
WIB Membatasi fatigue, flank
pembentukan pain, sakit
garisgaris kepala.
halus wajah,
Mencegah
penuaan dini,
Mengenyalkan
dan
melenturkan
kulit,
Menghaluskan
kulit,
Mencerahkan
kulit (look
brightness),
Mencegah luka
jerawat dan
menutupnya
secara cepat,
Mencegah
proses
pembentukan
frekel
(freckles),
Mencegah
pengaruh
buruk sinar
81

UV matahari
pada kulit,
Pemakaian
jangka panjang
hingga 6 bulan
keatas
menunjukkan
kulit wajah
terlihat lebih
muda
Vit K Vitamin yang Vitamin K Vitamin K Vitamin K
10 mg larut dalam diperlukan pada bayi baru peranteral harus
3x1 pukul lemak untuk produksi lahir telah diberikan dengan
05.00, faktor dikaitkan kewaspadaan pada
13.00, dan pembeku darah dengan anemia bayi dengan bayi
21.00 dan berbagai hemolitik, berat kurang dari
WIB protein yang hiperbilirubeni 2,5 kg karena
diperlukan a dan peningkatan resiko
untuk kernikterus, kernikterus.
kalsifikasi terutama pada
tulang yang bayi premature
normal. dan bayi
dengan
defisiensi
glukosa 6
fosfat
dehidrogenase
( G6PD) atau
defiensi
vitamin E,
masalah ini
cukup jarang
dengan
fitomenadion
daripada
menadiol,
Vitamin K oral
secara umum
ditoleransi
baik tetapi
mungkin
menyebabkan
82

mual, sakit
kepala, atau
flushing, pada
gagal hati
fungsi hati
akan terus
terdepresi.
Ondansen Kelompok obat Mual dan Reaksi orang hipersensitivitas,
tron 2x1 anti mual, 5HT3- muntah akibat terhadap sindroma
4mg/2ml receptor kemoterapi sebuah obat perpanjangan
2x1 antagonist dan berbeda-beda. interval QT
Pada radioterapi, Meski obat ini bawaan.
pukul pencegahan memiliki
06.00 dan mual dan manfaat yang
18.00 muntah pasca baik kepada
WIB operasi. tubuh, tapi
obat ini juga
bisa
menimbulkan
efek samping.
Beberapa efek
samping yang
umumnya
terjadi, seperti:
Sakit
kepala dan pus
ing, mudah
mengantuk,
kepanasan,
pusing ketika
berdiri, mudah
lelah,
konstipasi,
Sakit perut
Aminoph Turunan Untuk a. Gastrointest a. Hipersensitif
ylin 24 metilxantin yang meringankan inal, terhadap
mg drip mempunyai dan mengatasi misalnya : Aminofillin atau
ke RL 500 yang serangan asma mual, komponen obat.
ml mempunyai efek bronchial. muntah, b. Penderita tukak
bronkodilator diare lambung,
dengan jalan b. Susunan diabetes.
melemaskan oot Saraf Pusat,
83

polos bronkus. misalnya :


sakit
kepala,
insomnia
c. Kardiovask
uler,
misalnya :
palpitasi,
takikardi,
aritmia
ventrikuler
d. Pernafasan,
misalnya :
tachypnea.
Rash,
hiperglikem
ia.

RL 500 Cairan Mengembalika Panas, infeksi Hipernatremia,


ml Kristaloid nkeseimba pda tempat kelainan ginjal,
ngan elektrolit penyuntikan, kerusakan sel hati,
pada dehidrasi. trombosis vena laktat asidosis
atau flebitis
yang meluas
dari tempat
penyuntikan,
ekstravasasi.
Terapi Obat Saat Kemo
Gemstitab Obat Kanker kandung a. Sistem Hipersensitivitas,
in 1250 kemotera kemih, Kanker paru- cardio- mielosuprescia, hati
mg pi paru sel non-kecil., vascular dan yang parah dan
Monoterapi darah ginjal, Virus
Hari gemcitabine atau (hematopoies (mengaktifkan
kamis 15- dalam kombinasi is, vetryanaya,
06-2017 dengan cisplatin, hemostasis): sinanaga) dan
pukul ditampilkan sebagai paling sering infeksi lainnya,
16.00 obat lini pertama - masa kanak-kanak
WIB untuk pengobatan mielosupresi (Keamanan dan
pasien dengan (anemia, kemanjuran belum
kanker paru-paru sel leukopenia, ditentukan),
lanjut secara lokal trombositope Kehamilan dan
atau metastasis non- nia), menyusui
kecil, Kanker petechiae,
84

pancreas, gipotenziya,
Gemcitabine jarang -
diindikasikan untuk aritmia, tak,
pengobatan pasien hipertensi,
dengan infark
adenokarsinoma miokard,
lanjut secara lokal pendarahan
atau metastasis dari (terjadi,
pancreas, terutama,
Gemcitabine pada pasien
monoterapi atau dengan
kombinasi dengan kanker
agen antitumor lain pankreas),
juga aktif dalam jarang -
kanker payudara, gagal jantung
kanker ovarium, (Saya
lokal maju kanker diamati pada
paru-paru sel kecil pasien,
dan kanker testis pengobatan
refraktori Lokal untuk kanker
paru-paru).
b. Dari sistem
pernapasan: j
arang - reaksi
bronhospasti
cskie (sesak
napas, sesak
napas, sesak
di dada dan /
atau mengi),
jarang - efek
toksik pada
parenkim
paru atau
pneumonia
(batuk, sesak
napas),
edema paru
(batuk, sesak
napas).
c. Dari saluran
pencernaan:
85

mual,
muntah (69%
kasus), diare
(19%),
stomatitis
(11%),
peningkatan
aktivitas
transaminase
dan alkali
fosfatase.
d. Dengan
sistem
genitourinari:
paling sering
- proteinuria,
edema
perifer (jari,
kaki atau
pergelangan
kaki), dalam
kasus yang
jarang,
pembengkak
an mungkin
umum, gagal
ginjal,
giperiliruin
emija,
hematuria,
sindrom
uremik
hemolitik.
e. Untuk
kulit: lebih
sering - ruam
(30%),
alopecia
(biasanya
tidak
signifikan),
ruam kulit,
86

gatal.
f. Lain: sering
(41%) -
Gejala flu
seperti
(demam,
sakit kepala,
sakit
punggung,
panas dingin,
mialgia,
kelemahan,
anoreksia,
fenomena
catarrhal,
Berkeringat),
infeksi
(16%), lebih
jarang
paresthesia,
ExtravasateP
endidikan
(gangguan,
rasa sakit
atau
kemerahan)
di tempat
suntikan,
kantuk,
langka -
Penyakit
Gasser (tinja
tinggal
hitam, darah
dalam urin
atau feses,
demam,
meningkat
atau
menurun
buang air
kecil,
87

menentukan
bintik-bintik
merah pada
kulit,
pembengkak
an wajah,
jari, kaki
atau
pergelangan
kaki,
perdarahan
yang tidak
biasa atau
perdarahan,
kelelahan
yang tidak
biasa atau
kelemahan,
kulit kuning
atau sklera).
Sisplatin Obat Obat kemoterapi a. Mual a. Wanita yang
60 mg kemotera yang digunakan b. Muntah merencanakan
pi dalam pengobatan c. Kehilang kehamilan,
Hari berbagai jenis an nafsu sedang hamil,
kamis 15- kanker, termasuk makan atau menyusui,
06-2017 karsinoma, limfoma, d. Diare serta anak-anak
dan sarkoma. e. Menurun tidak
Beberapa contoh atau diperbolehkan
kanker yang hilangnya mengonsumsi
menggunakan indera perasa obat ini tanpa
cisplatin sebagai f. Rambut konsultasi
obat kemoterapinya rontok dengan dokter.
adalah kanker g. Kehilang b. Penderita yang
ovarium, testikel, pa an memiliki alergi
ru-paru, kandung keseimbanga tertentu, baik
kemih, serta leher n pada makanan,
dan kepala yang h. Refleks obat, maupun
merupakan jenis menurun bahan lain yang
karsinoma sel i. Pusing terkandung di
skuamus. j. Nyeri dalam obat ini
sendi patut
k. Kotoran mewaspadai
88

berwarna munculnya
gelap atau reaksi alergi
disertai darah atau efek
l. Penglihat samping
an terganggu c. Harap berhati-
hati bagi
penderita yang
alergi terhadap
obat ini atau
pernah
mengalami
reaksi alergi
terhadap obat
lainnya
d. Penderita yang
sedang dalam
perawatan
penyakit lain
pada waktu
yang sama,
terapi suplemen,
pengobatan
herba, atau
pengobatan
pelengkap
lainnya
sebaiknya
berkonsultasi
dengan dokter
terlebih dahulu.
e. Harap berhati-
hati bagi
penderita
penyakit ginjal,
gangguan pada
fungsi tulang
sumsum, dan
gangguan sel
darah (misalnya
anemia).
f. Harap berhati-
hati bagi
89

penderita
gangguan
pendengaran
dan
ketidakseimban
gan mineral
dalam tubuh
(misalnya
rendahnya kadar
magnesium atau
kalsium dalam
darah).
Diphenhid Antihista Symptomatic gejala Kardiovaskuler: Hipersensitif
ramin Hcl min alergi yang Dada sesak, terhadap
1 amp 10 disebabkan oleh ekstrasistol, difenhidramin atau
mg pelepasan histamin hipotensi, komponen lain dari
termasuk alergi palpitasi, formulasi asthma
Hari hidung dan alergi takikardia. akut karena
kamis dermatosis, Sistem saraf aktivitas
pukul tambahan untuk pusat: Sedasi, antikolinergik
14.30 epinefrin dalam mengantuk, antagonis H1 dapat
pengobatan pusing, mengentalkan
anafilaksis, bantuan gangguan sekresi bronkial
tidur malam hari, koordinasi, sakit pada saluran
pencegahan atau kepala, pernapasan
pengobatan mabuk, kelelahan, sehingga
antitusif, manajemen kejang memperberat
sindrom paraksikal, serangan asma
Parkinsonian insomnia, akut., Pada bayi
termasuk obat- euforia, baru lahir karena
induced gejala bingung. potensial
ekstrapiramidal; Dermatologi: menyebabkan
topikal untuk Fotosensitif, kejang atau
menghilangkan nyeri kemerahan, menstimulasi SSP
dan gatal yang angioedema, paradoksikal
terkait dengan urtikaria.
gigitan serangga, Gastrointestinal:
luka ringan dan luka Mual, muntah,
bakar, atau ruam diare, sakit
karena racun perut,
xerostomia,
peningkatan
90

nafsu makan,
peningkatan
berat badan,
kekeringan
mukosa,
anoreksia.
Genitourinari:
Retensi urin,
sering atau
sebaliknya,
susah buang air
kecil.
Hematologi:
Anemia
hemolitika,
trombositopenia
granulositosi,
Mata:
Penglihatan
kabur.
Pernapasan:
sekret bronki
mengental
91

Dexameth Kortikost Glucocorticoid a. Badan terasa a. Dexamethas


asone 0,5 eroid khususnya: untuk lelah atau lemas, one Harsen tidak
mg anti inflamasi, gangguan pola boleh diberikan
pengobatan tidur, Sakit pada penderita
Hari rheumatik arthritis kepala, Vertigo, herpes simplex
kamis dan penyakit colagen keringat pada mata;
pukul lainnya, alergi berlebihan, tuberkulose aktif,
14.30 dermatitis dll, Jerawat, kulit peptio ulcer aktif
penyakit kulit, kering dan atau psikosis
penyakit inflamasi menipis serta kecuali dapat
pada masa dan gampang menguntungkan
kondisi lain dimana memar, penderita. - Jangan
terapi glukocorticoid pertumbuhan diberikan pada
berguna lebih rambut yang wanita hamil
menguntungkan tidak biasa, karena akan terjadi
seperti penyakit perubahan hypoadrenalism
leukemia tertentu suasana hati pada bayi yang
dan lymphomas dan seperti depresi dikandungnya atau
inflamasi pada dan mudah diberikan dengan
jaringan lunak dan tersinggung, dosis yang
anemia hemolytica. mudah haus, serendah-
Sering buang air rendahnya
kecil, nyeri otot,
nyeri pada sendi
atau/dan tulang,
sakit perut atau
perut terasa
kembung,
Rentan terhadap
infeksi

Data Fokus
Tabel 3.9
Data Fokus

Data Subjektif Data Objektif


92

Pasien mengatakan : 1.
1. Sesak Pasien suaranya serak (kesulitan
2. Sesak berkurang ketika istirahat verbalisasi)
dan meningkat saat beraktivitas 2.
3. Merasa tidak nyaman ketika Batuk tampak tidak efektif
banyak beraktivitas 3.
4. Pasien mengatakan dahaknya sulit Terdapat penggunaan otot bantu
dikeluarkan pernafasan
5. Batuk bercampur darah tanggal 09 4.
Juni 2017 Pernafasan cepat dan dalam
6. Pasien mengatakan sakit kepala 5.
7. Pasien lebih nyaman tidur dengan Taktil fremitus dada depan sebelah
posisi mereng ke kiri kanan tidak sama dengan dada
8. Dada sebelah kanan terasa sakit
sebelah kiri
9. Sakit dirasakan seperti diremas-
6.
remas
Suara nafas wheezing dilapang paru
10. Nyeri dirasakan menyebar
kanan
kepunggung kanan dengan durasi
7.
+ 30 menit
Tampak mengalami keletihan dan
11. Nyeri muncul lebih dari 2x sehari
12. Nyeri muncul bersamaan dengan kelemahan
8.
sesak, banyak beraktivitas, dan
Sebagian aktifitas pasien dibantu oleh
tidur miring ke kanan
13. Tidur terganggu ketika nyeri keluarga seperti ke toilet, BAK,
14. Cemas terhadap penyakitnya BAB dan mandi
15. Pasien mengatakan apakah 9.
penyakitnya bisa disembuhkan Ekspansi paru sebelah kanan menurun
16. Keluarga mengatakan pasien 10.
sering menangis Skala nyeri 7
17. Pasien mengatakan semangat 11.
hidupnya menurun Konjungtiva anemis
18. Pasien mengatakan takut terhadap 12.
penyakitnya Pasien selalu bertanya tentang
19. Pasien tidak nafsu makan sejak + penyakitnya
3 bulan terakhir ini 13.
20. Keluarga mengatakan apapun Pasien tampak bingung ketika ditanya
makanan yang diberikan tidak soal penyakitnya
dihabiskan 14.
21. Pasien mengatakan tidak minat RR : 26 x/i, TD : 110/70 mmHg, N :
terhadap makanan yang ada 86x/i
22. Pasien mengatakan hanya 15.
menghabiskan 1/3 makanan yang Pemeriksaan Bronkoscopy tampak
diberikan oleh pihak rumah sakit potongan jaringan dengan stroma
23. BB menurun 3 bulan terakhir jaringan ikat mengandung
24. Pasien mengatakan tidak proliferasi sel-sel dengan inti
93

mengetahui dengan jelas pleomorfik, vesikuler, kromatin


penyakitnya kasar, nukleoli nyata, sitoplasma
25. Pasien mengatakan tidak ada yang bervakuol, sel-sel ini
mengetahui cara perawatan membentuk struktur kelenjer dan
penyakitnya ada yang membentuk kelompokan-
26. Pasien mengatakan tidak kelompokan kecil
mengetahui bagaimana penyakit 16.
tersebut terjadi padanya dan apa Pasien tampak gelisah
yang harus dilakukan 17.
Pasien tampak meringis
18.
Pasien tampak cemas
19.
Hb : 9.1 mg/dl
20.
RBC : 3,38 (10^6/L)
21.
Diit pasien MBTKTP
22.
BB 3 bulan terakhir turun 8 kg dengan
IMT : 15,62 kg/m2
23.
Lingkar perut : 69 cm
24.
Bentuk tubuh : kurus
25.
Pasien tampak tidak mengerti
bagaimana proses pengobatan yang
diberikan
26.
Pasien bertanya tentang manfaat
pengobatan yang diberikan
27.
Pasien tampak tidak tau apa yang harus
dilakukan
1.
Pasien tampak khawatir terhadap
penyakitnya

ii.
94

Tabel 3.10
Analisa Data

Masalah
No Data Etiologi
Keperawatan
1 Ds : Obstruksi Jalan Ketidakefektifan
Pasien mengatakan : Nafas (mucus bersihan jalan nafas
1. berlebihan
Batuk bercampur darah hiperplasia pada
tanggal 09 Juni 2017 dinding bronkus)
2.
Sesak
3.
Dahaknya sulit dikeluarkan

Do :
1. Pasien tampak gelisah
2. Pasien suaranya serak
(kesulitan verbalisasi)
3. Batuk tampak tidak efektif
4. Terdapat penggunaan otot
bantu pernafasan
5. Pernafasan cepat dan
dalam
6. Taktil fremitus dada depan
sebelah kanan tidak sama
dengan dada sebelah kiri
7. Suara nafas wheezing
dilapang paru kanan
8. RR : 26 x/i, TD : 110/70
mmHg, N : 86x/i
9. Pemeriksaan Bronkoscopy
tampak potongan jaringan
dengan stroma jaringan
ikat mengandung
proliferasi sel-sel dengan
inti pleomorfik, vesikuler,
kromatin kasar, nukleoli
nyata, sitoplasma ada yang
bervakuol, sel-sel ini
membentuk struktur
kelenjer dan ada yang
membentuk kelompokan-
kelompokan kecil
95

10. Hb : 9.1 mg/dl


11. RBC : 3,38 (10^6/L)
2 Ds :
Pasien mengatakan : Hiperventilasi Ketidakefektifan
a. Sesak pola nafas
b. Sesak berkurang ketika
istirahat dan meningkat
saat beraktivitas
c. Merasa tidak nyaman
ketika banyak beraktivitas
d. Pasien lebih nyaman tidur
dengan posisi mereng ke
kiri

Do :
1. Terdapat penggunaan otot
bantu pernafasan
2. Pernafasan cepat dan
dalam
3. Taktil fremitus dada depan
sebelah kanan tidak sama
dengan dada sebelah kiri
4. ekspansi paru sebelah
kanan menurun
5. RR : 26 x/i, TD : 110/70
mmHg, N : 86x/i
6. Pemeriksaan Bronkoscopy
tampak potongan jaringan
dengan stroma jaringan
ikat mengandung
proliferasi sel-sel dengan
inti pleomorfik, vesikuler,
kromatin kasar, nukleoli
nyata, sitoplasma ada yang
bervakuol, sel-sel ini
membentuk struktur
kelenjer dan ada yang
membentuk kelompokan-
kelompokan kecil
7. Hb : 9.1 mg/dl
8. RBC : 3,38 (10^6/L)

3 Ds: Agen cidera Nyeri Kronis


Pasien mengatakan : biologis (akibat
96

1. Dada sebelah kanan terasa Kanker paru)


sakit
2. Sakit dirasakan seperti
diremas-remas
3. Nyeri dirasakan menyebar
kepunggung kanan dengan
durasi + 30 menit
4. Nyeri muncul lebih dari 2x
sehari
5. Nyeri muncul bersamaan
dengan sesak, banyak
beraktivitas, dan tidur
miring ke kanan
6. Tidur terganggu ketika
nyeri

DO :
1. Skala nyeri 7
2. Pasien tampak gelisah
3. Pasien tampak meringis
4. RR : 26 x/i, TD : 110/70
mmHg, N : 86x/i
4 Ds : Ketidakseimbang Intoleransi aktivitas
1. Pasien mengatakan Sesak an antara suplai
2. Pasien mengatakan Sesak dan kebutuhan
berkurang ketika istirahat oksigen
dan meningkat saat
beraktivitas
3. Pasien mengatakan Merasa
tidak nyaman ketika
banyak beraktivitas
4. Pasien mengatakan sakit
kepala
5. Pasien mengatakan Nyeri
muncul bersamaan dengan
sesak, banyak beraktivitas,
dan tidur miring ke kanan

Do :
1. Tampak mengalami
keletihan dan kelemahan
2. Sebagian aktifitas pasien
dibantu oleh keluarga
seperti ke toilet, BAK,
97

BAB dan mandi


3. RR : 26 x/i, TD : 110/70
mmHg, N : 86x/i
5 Ds : Faktor Biologis Ketidakseimbangan
1. Pasien tidak nafsu makan dan kurang nutrisi kurang dari
sejak + 3 bulan terakhir ini asupan makanan kebutuhan tubuh
2. Keluarga mengatakan
apapun makanan yang
diberikan tidak dihabiskan
3. Pasien mengatakan tidak
minat terhadap makanan
yang ada
4. Pasien mengatakan hanya
menghabiskan 1/3
makanan yang diberikan
oleh pihak rumah sakit
5. BB menurun 3 bulan
terakhir

Do :
1.
Hb : 9.1 mg/dl
2.
RBC : 3,38 (10^6/L)
3.
Diit pasien MBTKTP
4.
BB 3 bulan terakhir turun 8 kg
dengan IMT : 15,62 kg/m2
5.
Lingkar perut : 69 cm
6.
Bentuk tubuh : kurus
6 Ds : Ancaman Ansietas
1. Pasien mengatakan Cemas kematian
terhadap penyakitnya
2. Pasien mengatakan
apakah penyakitnya bisa
disembuhkan
3. Keluarga mengatakan
pasien sering menangis
4. Pasien mengatakan
semangat hidupnya
menurun
98

5. Pasien mengatakan takut


terhadap penyakitnya

Do :
2.
RR : 26 x/i, TD : 110/70
mmHg, N : 86x/i
3.
Pasien tampak gelisah
4.
Pasien tampak khawatir
terhadap penyakitnya
5.
Pasien tampak cemas
7 Ds : Kurang sumber Defisiensi
1. Pasien mengatakan tidak pengetahuan pengetahuan
mengetahui dengan jelas
penyakitnya
2. Pasien mengatakan tidak
mengetahui cara
perawatan penyakitnya
3. Pasien mengatakan tidak
mengetahui bagaimana
penyakit tersebut terjadi
padanya dan dan apa yang
harus dilakukan

Do :
1.
Pasien selalu bertanya tentang
penyakitnya
2.
Pasien tampak bingung ketika
ditanya soal penyakitnya
4.
Pasien tampak tidak mengerti
bagaimana proses
pengobatan yang
diberikan
5.
Pasien bertanya tentang
manfaat pengobatan yang
diberikan
99

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d obstruksi jalan nafas (mucus

berlebihan hiperplasia pada dinding bronkus)


2. Ketidakefektifan pola nafas b.d hiperventilasi
3. Nyeri Kronis b.d agen cidera biologis (akibat Kanker paru)
4. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan

oksigen
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologis

dan kurang asupan makanan


6. Ansietas b.d ancaman kematian
7. Defisiensi pengetahuan b.d kurang sumber pengetahuan
100

C. Intervensi
Tabel 3.11
Intervensi
No Diagnosa NOC NIC Aktifitas Keperawatan
1 Ketidakefektifan a. Status Ventilasi Managemen Jalan 1. Buka jalan nafas, gunakan teknik
bersihan jalan Pernafasan Nafas chin lift atau jaw thrust bila perlu
nafas b.d b. Kepatenan Jalan Nafas 2. Posisikan pasien untuk
Obstruksi Jalan Setelah dilakukan asuhan memaksimalkan ventilasi
Nafas (mucus keperawatan selama 1x24 Jam 3. Identifikasi pasien perlunya
berlebihan Pasien menunjukan jalan nafas pemasangan alat jalan nafas
hiperplasia pada yang paten dengan buatan
dinding bronkus) Kriteria Hasil : 4. Lakukan fisioterapi dada
a. Mendemonstrasikan batuk 5. Ajarkan batuk efektif
efektif dan suara nafas yang 6. Anjurkan minum air hangat
bersih, tidak ada sianosis 7. Pasang mayo (oropharingeal
dan dyspnea (mampu airway/ guedel) bila perlu
mengeluarkan sputum, 8. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
mampu bernafas dengan 9. Keluarkan sekret dengan batuk
mudah, tidak ada pursed atau suction
lips) 10. Auskultasi suara nafas, catat
b. Menunjukkan jalan nafas adanya suara nafas tambahan
yang paten (klien tidak 11. Lakukan suction pada mayo
merasa tercekik, irama 12. Berikan bronkodilator bila perlu
nafas, frekuensi pernapasan 13. Berikan pelembab udara, kassa
dalam rentang normal, tidak basah, NaCl lembab
ada suara nafas abnormal) 14. Atur intake untuk mengoptimalkan
c. Mampu keseimbangan cairan
mengidentifikasikan dan 15. Monitor respirasi dan status
101

mencegah faktor yang dapat oksigen


menghambat jalan nafas.
Penghisapan lendir 1. Pastikan kebutuhan oral / trakheal
pada jalan nafas suctioning
2. Auskultasi suara nafas sebelum
dan sesudah suctioning
3. Informasikan pada klien dan
keluarga tentang suctioning
4. Minta klien nafas dalam sebelum
suction dilakukan
5. Berikan oksigen dengan
menggunakannasal untuk
memfasilitasi suction nasotrakheal
6. Gunakan alat yang steril setiap
melakukan tindakan
7. Anjurkan pasien untuk istirahat
dan napas dalam setelah kateter
dikeluarkan dari nasotrakheal
8. Monitor status oksigen pasien
9. Ajarkan keluarga bagaimana cara
melakukan suction
10. Hentikan suction dan berikan
oksigen apabila pasien
menunjukkan bradikardi,
peningkatan saturasi oksigen.
2 Ketidakefektifan a. Status Pernapasan : Monitor Pernapasan 1. Monitor kecepatan, irama,
pola nafas b.d Ventilasi kedalaman, dan kesulitan bernapas
Hiperventilasi b. Status Pernapasan : 2. Posisikan pasien miring ke
102

Kepatenan Jalan Napas samping atau semivowler


Setelah dilakukan asuhan 3. Catat pergerakan dada, catat
keperawatan selama 1x24 Jam ketidaksimetrisan, penggunaan
Pasien menunjukan pola nafas otot-otot bantu nafas, dan retraksi
yang efektif dengan pada otot supraviculas dan
Kriteria hasil : intercostals
a. Pernafasan 16-20 x/ menit, 4. Monitor pola napas (misalnya
teratur bradipneu, takipneu, hiperventilasi,
b. Suara nafas bersih pernapasan kusmaul, apneustik,
c. Pernafasan vesikuler dan lain-lain)
d. Tidak ada penggunaan otot 5. Monitor peningkatan kelelahan,
bantu pernapasan kecemasan, dan kekurangan udara
e. Irama pernapasan teratur pada pasien
f. Tidak ada dispnea
Terapi Oksigen 1. Pertahankan jalan nafas tetap
efektif
2. Siapkan peralatan oksigen dan
berikan melalui sitem humidifier
3. Monitor aliran oksigen, kanul
oksigen, dan humidifier
4. Monitor posisi perangkat (alat)
pemberian oksigen
5. Observasi tanda-tanda
hipoventilasi
6. Monitor respon klien terhadap
pemberian oksigen
3 Nyeri Kronis b.d a. Level Nyeri Manajemen Nyeri 1. Kaji tingkat nyeri secara
Agen cidera b. Kontrol Nyeri komprehensif termasuk lokasi,
103

biologis (akibat c. Tingkat Kenyamanan karakteristik, durasi, frekuensi,


Kanker paru) d. Istirahat kualitas dan faktor presipitasi.
e. Tidur 2. Observasi reaksi nonverbal dari
Setelah dilakukan asuhan ketidaknyamanan.
keperawatan selama 1x24 Jam 3. Gunakan teknik komunikasi
Nyeri pasien berkurang dengan terapeutik untuk mengetahui
Kriteria hasil : pengalaman nyeri klien
a. Klien melaporkan nyeri sebelumnya.
berkurang, skala nyeri 2-3 4. Kontrol faktor lingkungan yang
b. Ekspresi wajah tenang dan mempengaruhi nyeri seperti suhu
klien mampu istirahat ruangan, pencahayaan, kebisingan.
c. V/S dbn (TD 120/80 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri.
mmHg, N: 60-100 x/mnt, 6. Pilih dan lakukan penanganan
RR: 16-20x/mnt) nyeri (farmakologis/non
d. Tidak kesulitan untuk farmakologis).
memulai tidur 7. Ajarkan teknik non farmakologis
- (relaksasi, distraksi dll) untuk
mengetasi nyeri.

Management 1. Menentukan obat apa yang


medikasi dibutuhkan sesuai dengan resep
yang telah ditentukan/sesuai
protokol
2. Menyesuaikan keuangan dengan
regimen terapeutik yang diberikan
3. Menentukan kemampuan pasien
dalam pengobatan mandiri secara
104

tepat

Peningkatan tidur 1. Tentukan pola tidur atau aktivitas


pasien
2. Jelaskan pentingnya tidur yang
cukup
3. Bantu meningkatkan jumlah jam
tidur
4. Ajarkan pasien bagaimana
melakukan relaksasi otot
autogenik atau bentuk non
farmakologi untuk memancing
tidur
5. Sesuaikan lingkungan (misalnya,
cahaya, kebisingan, kebisingan,
suhu) untuk meningkatkan tidur
4 Intoleransi a. Toleransi terhadap Managemen Energi 1. Observasi adanya pembatasan
aktifitas b.d aktivitas klien dalam melakukan aktivitas
Ketidakseimbang b. Energi konservasi 2. Dorong untuk mengungkapkan
an antara suplai Setelah dilakukan asuhan perasaan terhadap keterbatasan
dan kebutuhan keperawatan selama 1x24 Jam 3. Kaji adanya faktor yang
oksigen pasien toleran terhadap menyebabkan kelelahan
aktivitas dengan 4. Monitor nutrisi dan sumber
Kriteria Hasil : energi yang adekuat
a. Berpartisipasi dalam 5. Monitor pasien akan adanya
aktivitas fisik tanpa disertai kelelahan fisik dan emosi secara
peningkatan tekanan darah, berlebihan
nadi dan RR 6. Monitor respon kardivaskuler
105

b. Mampu melakukan aktivitas terhadap aktivitas


sehari hari (ADLs) secara 7. Monitor pola tidur dan lamanya
mandiri tidur/ istirahat pasien

Terapi Aktivitas 1. Bantu klien untuk


mengidentifikasi aktivitas yang
mampu dilakukan
2. Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yangsesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan
social
3. Bantu untuk mengidentifikasi
dan mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan
4. Bantu untu mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
5. Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan di waktu luang
6. Monitor respon fisik, emoi, social
dan spiritual
5 Ketidakseimbang a. Status Gizi Monitor gizi 1. Kaji status nutrisi pasien
an nutrisi kurang b. Body Mass 2. Amati kecenderungan
dari kebutuhan Setelah dilakukan asuhan pengurangan dan dan penambahan
tubuh b.d Faktor keperawatan selama 1x24 Jam BB
Biologis dan Pasien menunjukan status 3. Monitor jenis dan jumlah latihan
kurang asupan nutrisi yang baik yang dilaksanakan
makanan 4. Monitor lingkungan tempat
106

Dengan Kriteria Hasil : makanan


a. 5. Monitor mual dan muntah
Mempertahankan berat badan 6. Monitor tingkat energi, rasa tidak
b. enak badan,kelatihan dan
Mempertahankan masa tubuh kelemahan
dan berat badan dalam 7. Monitor masukan kalori dari
batas normal bahan makanan
c.
Memiliki nilai laboratorium Manajemen Nutrisi 1. Kaji apa klien ada alergi makanan
dalam batas normal 2. Jaga kebersihan mulut, anjurkan
d. untuk selalu melakukan oral
Melaporkan tingkat energi hygient
yang adekuat 3. Selektif pemberian nutrisi yang
sesuai dengan kebutuhan pasien :
diet pasien Kanker paru
4. Berikan informasi yang tepat
terhadap pasien tentang kebutuhan
nutrisi yang tepat dan sesuai
5. Anjurkan pasien untuk
mengkonsumsi makanan tinggi
besi seperti sayuran hijau
6. Anjurkan pasien makan sedikit
tapi sering
7. Kerja sama dengan ahli gizi dalam
menentukan jumlah kalori, protein
dan lemak secara tepat sesuai
dengan kebutuhan pasien
8. Ajari klien tentang diet yang bener
107

sesuai kebutuhan tubuh


9. Monitor catatan makanan yang
masuk atas kandungan gizi dan
jumlah kalori
10. Timbang BB secara teratur
11. Pastikan bahwa diet mengandung
makanan yang berserat tinggi
untuk mencegah sembelit
12. Pastikan kemampuan pasien untuk
memenuhi kebutuhan
108

6 Ansietas b.d a. Pengontrolan kecemasan Penurunan 1. Gunakan pendekatan yang


ancaman b. Koping kecemasan menenangkan
kematian c. Tingkat Kecemasan 2. Nyatakan dengan jelas harapan
Setelah dilakukan asuhan terhadap pelaku pasien
keperawatan selama 1x24 Jam 3. Jelaskan semua prosedur dan apa
kecemasan pasien berkurang yang dirasakan selama prosedur
dengan 4. Pahami prespektif pasien terhdap
Kriteria Hasil : situasi stres
a. Klien mampu 5. Temani pasien untuk memberikan
mengidentifikasi dan keamanan dan mengurangi takut
mengungkapkan gejala 6. Berikan informasi faktual
cemas mengenai diagnosis, tindakan
b. Mengidentifikasi, prognosis
mengungkapkan dan 7. Dorong keluarga untuk menemani
menunjukkan tehnik untuk pasien
mengontol cemas 8. Dengarkan dengan penuh
c. Vital sign dalam batas perhatian
normal 9. Identifikasi tingkat kecemasan
d. Postur tubuh, ekspresi 10. Bantu pasien mengenal situasi
wajah, bahasa tubuh dan yang menimbulkan kecemasan
tingkat aktivitas 11. Dorong pasien untuk
menunjukkan berkurangnya mengungkapkan perasaan,
kecemasan ketakutan, persepsi
12. Instruksikan pasien menggunakan
teknik relaksasi
13. Barikan obat untuk mengurangi
kecemasan
109

7 Defisiensi a. Pengetahuan : Pendidikan 1. Kaji pengetahuan pasien tentang


pengetahuan b.d Managemen Kanker kesehatan penyakitnya
Kurang sumber b. Pengetahuan : Regimen 2. Berikan penilaian tentang tingkat
pengetahuan Perawatan pengetahuan pasien tentang proses
Setelah dilakukan asuhan penyakit
keperawatan selama 1x24 jam 3. Jelaskan patofisiologi dari penyakit
diharapkan pengetahuan pasien dan bagaimana hal ini berhubungan
meningkat dengan dengan anatomi dan fisiologi
Kriteria hasil : dengan cara yang tepat
a. Pasien dan keluarga 4. Identifikasi kemungkinan penyebab
menyatakan pemahaman penyakit pasien
tentang penyakit, kondisi, 5. Jelaskan kondisi tentang pasien
prognosis, dan program 6. Jelaskan tentang program
pengobatan pengobatan pasien
b. Pasien dan keluarga 7. Diskusikan tentang perubahan gaya
mampu melaksanakan hidup yang mungkin digunakan
prosedur yang dijelaskan untuk mencegah komplikasi
secara benar 8. Instuksikan pasien mengenai tanda
c. Pasien dan keluarga dan gejala untuk melaporkan pada
mampu menjelaskan pemberi perawatan kesehatan
kembali apa yang dengan cara yang tepat
dijelaskan perawat/tim 9. Tanyakan kembali pengetahuan
kesehatan lainya pasien tentang penyakit, prosedur
perawatan dan pengobatan
110

D. CATATAN PERKEMBANGAN
Tabel 3.12
Catatan Perkembangan

No Diagnosa Tanggal/jam Implementasi Tanggal/jam Evaluasi Paraf


1 Ketidakefektifan Rabu, 14 Juni
bersihan jalan 2017 a. Mengukur tekanan Rabu, 14 Juni S :
nafas b.d obstruksi Pukul 07.30 WIB darah : 110/70 mmHg, 2017 Pukul Pasien mengatakan
jalan nafas Nadi : 88x/i dan RR : 16.00 WIB masih batuk dengan
26x/i dahak susah keluar
07.35 WIB b. Memantau batuk, dan sesak
dispnea, dan adanya
sekret pada jalan nafas O:
Tn. M RR : 25x/i,
07.40 WIB c. Memberikan posisi TD : 110/70 mmHg,
yang nyaman bagi N: 86x/i
pasien dengan posisi Wheezing di lapang
setengah duduk paru kanan, nafas
09.00 WIB d. Kolaborasi dalam cepat dan dalam,
memberikan oksigen 3 pasien tampak belum
liter saat sesak mampu menggunakan
09.05 WIB e. Menganjurkan dan batuk efektif
memberikan pasien
minum air hangat (40- A : Masalah
50 cc/kgBB/24 jam) keperawatan
09.10 WIB f. Mengajarkan kepada ketidakefektifan
pasien tentang batuk bersihan jalan nafas
efektif belum teratasi
111

09.15 WIB g. Melakukan fisioterapi P:


dada pada pasien Lanjutkan intervensi c,
dengan clapping dan d, f, g, h
vibrasi
12.00 WIB h. Kolaborasi dalam
memberikan nebu
combiven untuk pasien
2 Ketidakefektifan Rabu, 14 Juni a. Melakukan Rabu, 14 Juni S :
pola nafas b.d 2017 Pukul pemeriksaan fisik dan 2017 Pasien mengatakan
hiperventilasi 07.33 WIB tanda-tanda vital Pukul16.15 masih sesak
b. Mengobservasi WIB
penurunan ekspansi O:
dinding dada RR : 25x/i,
07.45 WIB c. Mengatur posisi bantal TD : 110/70 mmHg,
pasien agar leher tidak N : 86x/i penggunaan
tertekuk dan pasien otot bantu pernafasan,
merasa nyaman pasien tampak sesak
07.50 WIB d. Mengajarkan teknik
nafas dalam dan A:
pernafasan bibir selama Masalah keperawatan
fase ekspirasi ketidakefektifan pola
09.20 WIB e. Memonitor respon nafas belum teratasi
pasien terhadap
pemberian oksigen 3 P:
liter Lanjutkan intervensi a,
09.30 WIB f. Kolaborasi dalam c, e, f
memberikan drip
aminophyllin 1 amp
112

ke cairan RL
3 Nyeri kronis b.d Rabu, 14 Juni a. Mengkaji tingkat nyeri Rabu, 14 Juni S :
agen cidera biologis 2017 secara komprehensif 2017 Pukul Paien mengatakan
Pukul 10.10 WIB termasuk lokasi, 16.35 WIB masih mengalami
karakteristik, durasi, nyeri yang hilang
frekuensi kualitas dan timbul dengan skala 6
faktor presipitasi yang
menyebabkan nyeri O:
10.15 WIB b. Membatasi pengunjung Pasien tampak gelisah,
dan menciptakan meringis dan
lingkungan yang aman memegangi dadanya
dan nyaman bagi TD : 110/70 mmHg,
pasien N : 86 x/i, RR : 25x/i,
11.00 WIB c. Memberikan teknik S : 36,8 0C
non farmakologi untuk
mengurangi nyeri A:
seperti memberikan Masalah nyeri kronis
terapi kognitif : belum teratasi
distraksi dengan musik
klasik dan latihan 5 jari P:
11.40 WIB d. Melakukan pijatan Lanjutkan intervensi a,
punggung b, c, d
e. Memberikan posisi
miring ke kiri setelah
melakukan tindakan
kepada pasien
f. Menganjurkan dan
membantu pasien
113

dalam teknik menekan


dada selama batukisasi
g. Berkolaborasi dalam
pemberian terapi
analgesik : MST 15 mg
1 x 3 hari
4 Intoleransi Rabu, 14 Juni a. Menganjurkan pasien Rabu, 14 Juni S :
aktivitas b.d 2017 beristirahat bila terjadi Pukul 16.45 Pasien mengatakan
ketidakseimbangan Pukul 11.50 WIB kelelahan dan sesak WIB merasa lemah dan
antara suplai dan b. Membatasi pengunjung sakit kepala
kebutuhan oksigen selama fase sesak Pasien mengatakan
pasien berlangsung hanya melakukan
c. Menjelaskan aktifitas yang tidak
pentingnya istirahat membuatnya sesak
karena perlunya
keseimbangan antara O:
aktivitas dan istirahat TD : 110/70 mmHg
13.00 WIB d. Membantu pasien RR : 25x/i
memilih posisi yang N : 86x/i
nyaman untuk Pasien aktivitasnya
beristirahat dengan masih dibantu oleh
posisi semivowler dan perawat dan keluarga
miring ke kiri
e. Menganjurkan pasien A:
melakukan aktivitas Masalah keperawatan
secara bertahap intoleransi aktivitas
f. Menganjurkan dan belum teratasi
Membantu keluarga P:
114

dalam aktivitas Lanjutkan intervensi b,


perawatan diri sehari- d, f
hari pasien
5 Ketidakseimbangan Rabu 14 Juni a. Rabu, 14 Juni S:
nutrisi kurang dari 2017 Mengkaji status nutrisi 2017 a. Pasien
kebutuhan tubuh Pukul 13.10 WIB pasien seperti turgor Pukul 16.40 mengatakan nafsu
b.d Faktor Biologis kulit, berat badan, WIB makanya masih
dan kurang asupan bising usus dan riwayat belum ada
makanan mual dan muntah b. Pasien
b. mengatakan
Mengkaji apa pasien ada menghabiskan 1/2
alergi makanan tertentu porsi makanan
c. yang diberikan
Menjaga kebersihan mulut, pihak rumah sakit
anjurkan dan bantu
pasien untuk selalu O:
melakukan oral hygient a. Konjungtiva
d. pasien terlihat
Mengajari pasien tentang anemis
diet yang bener sesuai b. Pasien tampak
kebutuhan tubuh pasien pola makanya
: makanan biasa tinggi masih belum baik
kalori dan protein
e. A:
Menganjurkan pasien Masalah gangguan
makan ketika selagi ketidakseimbangan
hangat nutrisi kurang dari
f. kebutuhan tubuh
115

13.20 WIB Menganjurkan pasien dan belum teratasi


menyuapi pasien
dengan prinsip makan P:
sedikit tapi sering Lanjutkan
g. implementasi c, e, f, g
Berkolaborasi dalam
pemberian, E-Some,
kalnex, vit K, vit C,
dan RL 500 ml
6 Ansietas b.d Rabu, Pukul 14 a. Mendorong pasien Rabu, 14 Juni S :
ancaman kematian Juni 2017 untuk mengekspresikan 2017 Pukul Pasien mengatakan
14.00 WIB perasaanya 16.50 WIB takut terhadap
b. Mempertahankan kondisinya dan sering
kontak dengan pasien terfikirkan olehnya
dan bicara dengan mengenai kondisinya
menyentuh pasien
dengan tepat O:
c. Memberikan Pasien tampak masih
kesempatan untuk kurang bersemangat
diskusi masalah dan RR : 25x/i,
harapan pasien TD : 110/70 mmHg,
terhadap masalah N : 86x/i
kesehatanya
d. Menghindari A:
pemberian keyakinan Masalah keperawatan
yang tak berarti bahwa Ansietas belum
segalanya akan baik teratasi
e. Menemani pasien
116

untuk memberikan rasa P:


keamanan dan Lanjutkan intervensi c,
mengurangi rasa takut e, f
f. Memberikan harapan
positif bagi pasien
bahwa hidup dan mati
tuhan yang
menakdirkan semuanya
dan manusia harus
berusaha untuk mencari
pengobatan
g. Menganjurkan pasien
untuk membaca ayat
suci alquran dan
melakukan teknik
relaksasi bimbingan
imajinasi
h. Mengajarkan pasien
untuk melakukan
Progressive Muscle
Relaxation (PMR)
untuk menurunkan
ansietas
7 Defisit Rabu, 14 Juni a. Mengkaji pengetahuan Rabu, 14 Juni S:
Pengetahuan b.d 2017 Pukul pasien dan keluarga 2017 Pukul Pasien mengatakan
Keterbatasan 14.30 WIB tentang pemahaman 17.00 WIB masih kurang paham
Kognitif terhadap penyakit yang tentang penyakitnya
dialami pasien dan merasa cemas
117

b. Menjelaskan tentang
keluarga mengenai O:
penyakit dan program Pasien masih terlihat
pengobatan pasien bingung jika ditanya
c. Mendiskusikan tentang soal penyakitnya,
perubahan gaya hidup Pasien masih banyak
yang mungkin bertanya tentang
digunakan untuk penyakitnya dan
mencegah komplikasi apakah bisa
d. Menginstuksikan disembuhkan
pasien mengenai tanda
dan gejala untuk A:
melaporkan pada Masalah keperawatan
pemberi perawatan defisit pengetahuan
kesehatan dengan cara belum teratasi
yang tepat
e. Menanyakan kembali P:
pengetahuan pasien Lanjutkan intervensi b,
tentang penyakit, c, d
prosedur perawatan
dan pengobatan

No Tindakan dan Terapi Evaluasi Nama


Perawat
1 Rabu, 14 a. Memantau pernafasan pasien dan memonitor S : Pasien mengatakan masih sesak dan Perawat
Juni 2017 keadekuatan pemberian oksigen 3 liter batuk Ruang
Shif Sore ( b. Memberikan posisi semivowler Rawat Inap
118

Pukul c. Menganjurkan pasien untuk beristirahat dan O : pasien tampak sesak, batuk +, pasien Paru shift
14.00- membatasi pengunjung prokemo, Wheezing + sore
20.00 d. Menunggu hasil CCT
WIB) e. Pengukuran TTV Pukul 17.30 WIB : TD :
120/70 mmHg, N : 89x/i, RR : 24x/i, S : 37 A : Masalah ketidakefektifan bersihan jalan
0
C nafas belum teratasi
f. Terapi pukul 18.00 WIB : Combiven,
Mecobalamin, Cloramvenicol 4 x 500 mg P:
(skin test) a. Pantau TTV
g. Memberikan terapi ceftriaxone 1 gr b. Berikan posisi yang nyaman
c. Pantau keadekuatan pemberian oksigen
d. Lanjutkan terapi
2 Rabu, 14 a. Mengganti cairan infus drip aminophyllin 24 S : Pasien mengatakan dada sakit, pasien Perawat
Juni 2017 mg mengatakan malam hari sesaknya kambuh ruang rawat
Shif b. Memantau keamanan dan kenyamanan inap paru
malam pasien O : Pasien tampak sesak, pasien terbangun shif malam
( Pukul c. Membatasi pengunjung agar pasien bisa malam hari karena sesak dan nyeri dada
20.00- beristirahat dan tidak menciptakan keributan
08.00 d. Memotivasi pasien untuk tetap bersemangat A : Masalah pola nafas dan nyeri belum
WIB) dan beristirahat teratasi
e. Memberikan nebu pukul 24.00 WIB
f. Mengukur TTV pukul 05.00 WIB : TD : P:
110/70 mmHg, N : 74 x/i, RR : 23x/i, S : a. Pantau TTV
36,90C b. Berikan posisi yang nyaman
c. Pantau keadekuatan pemberian oksigen
d. Terapi dilanjutkan
119

Catatan Perkembangan Hari Ke-2

No Diagnosa Tanggal/jam Implementasi Tanggal/jam Evaluasi Paraf


1 Ketidakefektifan Kamis, tanggal a. Memperbaiki tempat Kamis, S:
bersihan jalan 15 Juni 2017 tidur dan posisi yang tanggal 15 Pasien mengatakan
nafas b.d obstruksi Pukul 07.35 WIB nyaman bagi pasien Juni 2017 batuk sudah sedikit
jalan nafas dengan posisi vowler Pukul 15.30 berkurang dari hari
b. Memantau keadekuatan WIB kemaren tetapi dahak
pemberian oksigen terasa masih sangat
untuk pasien 3 liter sulit rasanya
07.40 WIB c. Menanyakan kepada dikeluarkan
pasien apakah sudah Pasien mengatakan
minum air hangat sesak datang pada
sesuai kebutuhan malam hari
pasien
07.45 WIB d. Mengingatkan jika O:
pasien batuk, pasien RR : 23x/i
dapat melakukan batuk Wheezing di lapang
efektif paru kanan
09.00 WIB e. Melakukan fisioterapi Pasien tampak masih
dada pada pasien batuk
dengan clapping dan
vibrasi A : Masalah
12.00 WIB f. Kolaborasi dalam keperawatan
memberikan nebu ketidakefektifan jalan
combiven untuk pasien nafas belum teratasi
120

P:
Lanjutkan intervensi e
dan f
2 Ketidakefektifan Kamis, tanggal a. Melakukan Kamis, S:
pola nafas b.d 15 Juni 2017 pemeriksaan fisik dan tanggal 15 Pasien mengatakan
hiperventilasi 07.35 WIB tanda-tanda vital Juni 2017 masih sesak
110/60 mmHg, Pukul 15.45
N : 80x/i, RR : 24x/i, WIB O:
07.45 WIB dan S : 36, 80C RR : 23x/i, TD :
b. Mengajurkan pasien 110/60 mmHg,
jika sesak N : 78x/i, S : 36, 80C
menggunakan teknik penggunaan otot bantu
pernafasan bibir selama pernafasan, pasien
07.55 WIB fase ekspirasi masih tampak sesak
c. Memonitor respon dan suara serak
pasien terhadap
pemberian oksigen 3 A:
09.20 WIB liter Masalah keperawatan
d. Kolaborasi dalam ketidakefektifan pola
memberikan drip nafas belum teratasi
aminophyllin 1 amp
ke cairan RL P:
Lanjutkan intervensi a,
b, c, d
3 Nyeri kronis b.d Kamis, 15 Juni a. Membatasi pengunjung Kamis S:
agen cidera biologis 2017 dan menciptakan tanggal 15 Paien mengatakan saat
09.35 WIB lingkungan yang aman Juni 2017 ini nyeri sudah
121

dan nyaman bagi Pukul 16.55 berkurang pada skala 5


pasien WIB O:
b. Memberikan teknik Sesekali pasien masih
09.50 WIB non farmakologi untuk tampak gelisah jika
mengurangi nyeri nyeri datang
seperti pijatan
punggung dan distraksi A:
dengan musik klasik Masalah nyeri kronis
c. Mengingatkan pasien teratasi sebagian
10.30 WIB agar menggunakan
teknik menekan dada P:
selama batukisasi Lanjutkan intervensi a,
d. Berkolaborasi dalam b dan d
pemberian terapi
oksigen 3 liter untuk
mengurangi nyeri

4 Intoleransi Kamis, 15 Juni a. Membatasi pengunjung Kamis, S:


aktivitas b.d 2017 Pukul kedalam ruangan tanggal 15 Pasien mengatakan
ketidakseimbangan 11.10 WIB pasien Juni 2017 telah sedikit memiliki
antara suplai dan b. Menganjurkan pasien Pukul 16.05 tenaga dan sakit kepala
kebutuhan oksigen untuk beraktivitas WIB sudah mulai
secara berangsur- menghilang
angsur
11.20 WIB c. Membantu pasien O:
dalam menemukan RR : 23x/i, TD :
posisi yang nyaman 110/60 mmHg,
ketika beristirahat yaitu N : 78x/i, S : 36, 80C
122

dengan lateral kiri Pasien aktivitasnya


11.40 WIB d. Membantu pasien dan tampak mulai mandiri
keluarga ketika pasien A:
ingin ke kamar mandi Masalah keperawatan
dan beraktifitas yang intoleransi aktivitas
tidak bisa dilakukanya teratasi sebagian

P:
Lanjutkan intervensi a
dan d
5 Ketidakseimbangan Kamis, 15 Juni a. Kamis, 15 S:
nutrisi kurang dari 2017 Membantu pasien untuk Juni 2017 a. Pasien
kebutuhan tubuh Pukul 07.00 WIB melakukan oral hygien Pukul 16.15 mengatakan nafsu
b.d Faktor Biologis b. WIB makanya sudah
dan kurang asupan 12.00 WIB Memberikan makanan mulai ada
makanan kepada pasien ketika b. Pasien
selagi hangat mengatakan
c. menghabiskan
Menganjurkan pasien dan susu yang
menyuapi pasien diberikan
dengan prinsip makan c. Pasien
sedikit tapi sering mengatakan telah
d. menghabiskan
Memberikan buah tomat lebih separoh
untuk pasien makanan yang
e. diberikan oleh
13.00 WIB Memberikan minuman pihak rumah sakit
susu peptisol untuk
123

pasien
f. O:
Berkolaborasi dalam a. Konjungtiva
pemberian E-Some, pasien terlihat
kalnex, vit K, vit C, masih anemis
dan RL 500 ml drip b. Pasien tampak
aminophyllin pola makanya
belum teratur

A:
Masalah gangguan
ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
teratasi sebagian

P:
Lanjutkan
implementasi a, c, d
dan f
6 Ansietas b.d 16 Juni 2017 a. Mempertahankan 16 Juni 2017 S:
ancaman kematian 14.00 WIB kontak dengan pasien 07.30 WIB Pasien mengatakan
dan bicara dengan sudah menerima takdir
menyentuh pasien yang diberikan tuhan
dengan tepat dan ingin menjalani
b. Memberikan kehidupan sebaik-
kesempatan untuk baiknya
diskusi masalah dan
124

harapan pasien
terhadap masalah O:
kesehatanya Pasien tampak mulai
c. Menemani pasien bersemangat dan ingin
untuk memberikan rasa cepat pulang
keamanan dan
mengurangi rasa takut A:
d. Memberikan semangat Masalah keperawatan
positif untuk pasien Ansietas teratasi
e. Menuntun pasien jika
gelisah tetap membaca P:
ayat suci alquran dan Intervensi dihentikan
melakukan teknik dan selalu memberikan
relaksasi bimbingan dukungan sosial
imajinasi kepada pasien dari
f. Mengajarkan pasien perawat atau pun
untuk melakukan keluarga jika rasa takut
Progressive Muscle kembali muncul
Relaxation (PMR)
untuk menurunkan
ansietas
7 Defisit Kamis, 15 Juni a. Mengkaji pengetahuan Kamis, 15 S:
Pengetahuan b.d 2017 pasien dan keluarga Juni 2017 Pasien mengatakan
Keterbatasan 14.45 WIB tentang pemahaman Pukul 16.25 telah mengetahui
Kognitif terhadap kanker paru WIB materi yang dijelaskan
b. Menjelaskan kepada
keluarga mengenai apa O:
itu kanker paru, Pasien dapat
125

penyebab, tanda dan menjawab pertanyaan


gejala, akibat lanjut, dari item yang
penatalaksanaan, dijelaskan
pencegahan, dan diit
yang dianjurkan untuk A:
pasien kanker paru Masalah keperawatan
c. Menanyakan kembali defisit pengetahuan
pengetahuan pasien teratasi
tentang penyakit,
prosedur perawatan P:
dan pengobatan Hentikan intervensi
d. Memberikan dan selalu memberikan
reinforcement positif motivasi untuk pasien
atas keberhasilan dan menjawab segala
keluarga sesuatu dengan
kenyataan jika
nantinya pasien dan
keluarga kembali
bertanya

No Tindakan dan Terapi Evaluasi Nama


Perawat
1 Kamis, a. Menganjurkan pasien untuk banyak minum S : Pasien mengatakan masih sesak tetapi Perawat
15 Juni b. menganjurkan banyak beristirahat sudah berkurang dari sebelumnya Ruang
2017 Shif c. Os pro Kemo Rawat Inap
Sore d. Pengukuran TTV Pukul 18.00 WIB TD: O : pasien tampak sesak, batuk +, Wheezing Paru shift
( Pukul 110/70 mmHg, N : 82x/i, RR : 22x/i, S : 36,8 +, nyeri hilang timbul, hasil CCT normal sore
126

0
14.00- C A : Masalah ketidakefektifan bersihan jalan
20.00 e. Terapi pukul 18.00 WIB : Combiven dan nafas dan pola nafas belum teratasi
WIB) Mecobalamin
f. Memberikan terapi ceftriaxone 1 gr dan P:
cloramfenicol 500 mg a. Pantau TTV
b. Berikan posisi semivowler dan oksigen
yang adekuat jika sesak bertambah
c. Lanjutkan advis dokter
2 Kamis, a. Memberitahukan pasien bahwa besok pasien S : Pasien mengatakan masih merasakan Perawat
15 Juni akan dilakukan kemo sesak ruang
2017 Shif b. Mengganti cairan infus drip rawat inap
malam aminophyllin 24 mg O : Pasien tampak sesak, suara pasien serak paru shif
( Pukul c. Menganjurkan pasien untuk beristirahat malam
20.00- d. Memberikan nebu pukul 24.00 WIB A : Masalah pola nafas belum teratasi
08.00 e. Mengukur TTV pukul 05.20 WIB : TD : 110/70
WIB) mmHg, N : 80 x/i, RR : 23x/i, S : 36,80C P:
a. Pantau TTV
b. Pasien besok kemo tolong dipersiapkan
c. Terapi dilanjutkan

Catatan Perkembangan Hari Ke-3

No Diagnosa Tanggal/jam Implementasi Tanggal/jam Evaluasi Paraf


1 Ketidakefektifan Jumat, 16 Juni a. Tetap menganjurkan Jumat, 16 S:
bersihan jalan 2017 kepada pasien untuk Juni 2017 Pasien mengatakan
127

nafas b.d obstruksi Pukul 07.35 WIB banyak minum 17.00 WIB batuk dan sesak sudah
jalan nafas b. Melakukan fisioterapi agak mendingan
dada pada pasien
dengan clapping dan O:
vibrasi RR : 22x/i
12.00 WIB c. Kolaborasi dalam Wheezing di lapang
memberikan nebu paru kanan
combiven untuk pasien Batuk pasien tampak
mulai berkurang

A : Masalah
keperawatan
ketidakefektifan jalan
nafas teratasi sebagian

P:
Lanjutkan intervensi a,
b dan c
2 Ketidakefektifan Jumat, 16 Juni a. Melakukan Jumat, 16 S:
pola nafas b.d 2017 pemeriksaan fisik dan Juni 2017 Pasien mengatakan
hiperventilasi 08.40 WIB tanda-tanda vital 17.10 WIB saat ini hanya sedikit
b. Tetap Mengingatkan sesak
pasien jika sesak
09.15 WIB menggunakan teknik O:
pernafasan bibir selama RR : 22x/i, TD :
fase ekspirasi 110/70 mmHg, N :
c. Kolaborasi dalam 80x/i, penggunaan otot
memberikan drip bantu pernafasan,
128

aminophyllin 1 amp pasien masih tampak


ke cairan RL sedikit sesak dan suara
14.30 WIB d. Kolaborasi dengan serak
dokter dalam persiapan
melakukan kemoterapi A:
dengan memberikan Masalah keperawatan
ondansentron 4 mg/2 ketidakefektifan pola
ml dan diphenhidramin nafas teratasi sebagian
10 mg
16.00 WIB e. Kolaborasi dalam P:
pemberian kemoterapi Lanjutkan intervensi a,
untuk pasien b, c,
3 Nyeri kronis b.d Jumat, 16 Juni a. Membatasi pengunjung Jumat, 16 S:
agen cidera biologis 2017 dan menciptakan Juni 2017 Paien mengatakan saat
09.50 WIB lingkungan yang aman 17.25 WIB ini nyeri sudah
dan nyaman bagi berkurang pada skala 3
pasien
b. Memberikan teknik O:
10.00 WIB non farmakologi untuk Pasien tampak tenang
mengurangi nyeri dan beristirahat
seperti pijatan
punggung dan distraksi A:
10.15 WIB c. Mengingatkan pasien Masalah nyeri kronis
agar menggunakan teratasi sebagian
teknik menekan dada
selama batukisasi P:
10.30 WIB d. Berkolaborasi dalam Lanjutkan intervensi a,
pemberian terapi b dan d
129

analgesik : MST 15 mg
4 Intoleransi Jumat, 16 Juni a. Membatasi pengunjung Jumat, 16 S:
aktivitas b.d 2017 kedalam ruangan Juni 2017 Pasien mengatakan
ketidakseimbangan 13.00 WIB pasien 17. 45 WIB sudah memiliki tenaga
antara suplai dan b. Menganjurkan pasien dan bisa makan dan
kebutuhan oksigen untuk beraktivitas kekamar mandi secara
secara berangsur- mandiri
angsur
13.20 WIB c. Membantu pasien dan O:
keluarga ketika pasien TD : 110/70 mmHg
ingin ke kamar mandi RR : 22x/i
dan beraktifitas yang N : 84x/i
tidak bisa dilakukanya Pasien tampak sudah
bisa melakukan
aktifitas secara
mandiri

A:
Masalah keperawatan
intoleransi aktivitas
teratasi

P:
Hentikan intervensi
dan observasi selalu
pasien dalam
pelaksanaan aktivitas
130

yang dapat
dilakukanya
5 Ketidakseimbangan Jumat, 16 Juni a. Jumat, 16 S:
nutrisi kurang dari 2017 Menanyakan kepada Juni 2017 a. Pasien
kebutuhan tubuh Pukul 15.30 WIB pasien apakah sudah 17.50 WIB mengatakan nafsu
b.d Faktor Biologis gosok gigi pagi hari makanya sudah
dan kurang asupan b. mulai ada
makanan Memberikan makanan b. Pasien
kepada pasien ketika mengatakan
selagi hangat badanya sudah
c. agak segar dan
Menganjurkan pasien dan bertenaga
menyuapi pasien c. Pasien
dengan prinsip makan mengatakan telah
13.00 WIB sedikit tapi sering menghabiskan
d. lebih separoh
Memberikan buah tomat makanan yang
untuk pasien diberikan oleh
e. pihak rumah sakit
Berkolaborasi dalam dan ditambah
pemberian, E-Some, makanan yang
kalnex, vit K, vit C, dibeli dari luar
dan RL 500 ml
O:
a. Pasien tampak
sudah mau
makan secara
banyak
131

b. Pasien tambah
lebih segar dan
bersemangat

A:
Masalah gangguan
ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
teratasi sebagian

P:
Lanjutkan
implementasi a, c, d
dan e

No Tindakan dan Terapi Evaluasi Nama


Perawat
1 Jumat, 16 a. Batasi aktivitas pasien S : Pasien mengatakan sudah bertenaga dan Perawat
Juni 2017 b. Anjurkan untuk meningkatkan intake bisa kekamar mandi sendiri Ruang
Shif Sore c. Pengukuran TTV Pukul 17.00 WIB TD: Rawat Inap
(Pukul 110/70 mmHg, N : 76x/i, RR : 20x/i, S : 37 O : Sesak berkurang, tampak sudah Paru shift
0
14.00-20.00 C bertenaga sore
WIB) d. Melakukan persiapan kemo : A : Intoleransi aktivitas teratasi
diphenhidramin dan ondansentron
e. Melakukan kemo sesuai advis P:
f. Terapi pukul 18.00 WIB : Combiven dan a. Pantau TTV
132

Mecobalamin b. Atur intake yang adekuat


g. Memberikan terapi ceftriaxone 1 gr c. Pantau jika nanti setelah kemo terjadi
mual muntah pada pasien
d. Batasi pengunjung
e. Lanjutkan advis dokter
2 Jumat, 16 a. Mengganti cairan infus drip aminophyllin S : Pasien mengatakan rasa mual sudah Perawat
Juni 2017 24 mg berkurang ruang rawat
Shif malam b. Menganjurkan pasien untuk beristirahat inap paru
( Pukul c. Memberikan nebu pukul 24.00 WIB O : Pasien tampak beristirahat shif malam
20.00-08.00 d. Pasien pukul 3 malam mual dan muntah,
WIB) telah dilaporkan dan telah diberikan A : Masalah mual teratasi
Ondansentron 4 mg/2 ml
e. Mengukur TTV pukul 05.20 WIB : TD : P:
110/70 mmHg, N : 80 x/i, RR : 23x/i, S : a. Pantau TTV
36,80C b. Pantau mual dan muntah jika nanti
masih berlanjut
c. Anjurkan intake yang adekuat
d. Ciptakan lingkungan yang nyaman bagi
pasien
e. Pantau pola nafas dan jalan nafas pasien
f. Terapi dilanjutkan

Catatan Perkembangan Hari Ke-4

No Diagnosa Tanggal/jam Implementasi Tanggal/jam Evaluasi Paraf


1 Ketidakefektifan Sabtu, 17 Juni a. Tetap menganjurkan Sabtu, 17 S:
bersihan jalan 2017 kepada pasien untuk Juni 2017 Pasien mengatakan
nafas b.d obstruksi Pukul 08.00 WIB banyak minum air Pukul batuk dan sesak hanya
133

jalan nafas hangat 15.00 WIB datang sesekali dan


b. Melatih keluarga jika sudah lebih baik dan
08.15 WIB pulang besok agar pasien mengatakan
melakukan fisioterapi bisa melakukan teknik
dada pada pasien batuk efektif
dengan clapping dan
vibrasi jika dahak susah O:
dikeluarkan RR : 22x/i
12.00 WIB c. Kolaborasi dalam Wheezing di lapang
memberikan nebu paru kanan,
combiven untuk pasien bronkovesikuler
sebelum pulang dilapang paru kiri
Tidak ada pursed lips

A : Masalah
keperawatan
ketidakefektifan jalan
nafas teratasi

P:
Intervensi dihentikan
pasien pulang
2 Ketidakefektifan Sabtu, 17 Juni a. Melakukan Sabtu, 17 S:
pola nafas b.d 2017 pemeriksaan fisik dan Juni 2017 Pasien mengatakan
hiperventilasi 08.20 WIB tanda-tanda vital 15.15 WIB saat ini pasien tidak
b. Tetap Mengingatkan sesak
pasien jika sesak
menggunakan teknik O:
134

pernafasan bibir selama RR : 22x/i


fase ekspirasi Pasien tampak sudah
08.40 WIB c. Kolaborasi dalam tidak sesak
memberikan drip Irama pernafasan
aminophyllin 1 amp teratur
ke cairan RL Penguunaan otot bantu
pernafasan (-)

A:
Masalah keperawatan
ketidakefektifan pola
nafas teratasi

P:
Intervensi dihentikan
dan pasien pulang
3 Nyeri kronis b.d Sabtu, 17 Juni a. Membatasi pengunjung Sabtu, 17 S:
agen cidera biologis 2017 dan menciptakan Juni 2017 Pasien mengatakan
10.00 WIB lingkungan yang aman 15.30 WIB saat ini nyeri sudah
dan nyaman bagi berkurang, sudah
pasien rileks dan tidur malam
10.05 WIB b. Mengevaluasi dan
memberikan teknik non O:
farmakologi untuk Pasien tampak tenang
mengurangi nyeri dan beristirahat
seperti pijatan TD : 120/70 mmHg
punggung dan N : 86x/i
relaksasi RR : 22 x/i
135

10.15 WIB c. Mengingatkan pasien


agar menggunakan A:
teknik menekan dada Masalah nyeri kronis
selama batukisasi teratasi

P:
Intervensi dihentikan
dan anjurkan pasien
selalu menggunakan
teknik non
farmakologi jika nyeri
berulang
4 Ketidakseimbangan 17 Juni 2017 a. 18 Juni 2017 S:
nutrisi kurang dari Pukul 10.30 WIB Mengevaluasi apakah 07.25 WIB a. Pasien
kebutuhan tubuh pasien sudah mengatakan
b.d Faktor Biologis menghabiskan porsi sudah ingin selalu
dan kurang asupan makananya makan untuk
makanan b. mencegah badanya
Mengevaluasi apaka h agar tidak lemah
pasien sudah b. Pasien
menghabiskan bubur, mengatakan sudah
susu, dan buah yang ingin pulang
13.00 WIB telah diberikan pihak karena terasa lebih
rumah sakit sehat
c. c. Pasien
Berkolaborasi dalam mengatakan telah
pemberian E-Some, menghabiskan
kalnex, vit K, vit C, makanan yang
136

dan RL 500 ml diberikan oleh


pihak rumah sakit

O:
Pasien tampak
menghabiskan porsi
makanya dan pasien
tampak lebih segar

A:
Masalah gangguan
ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
teratasi

P:
Hentikan intervensi
pasien pulang, juga
memberikan motivasi
dan dukungan pada
pasien agar menjaga
pola makanya yang
sehat jika sampai
dirumah nantinya

No Tindakan dan Terapi Evaluasi Nama


137

Perawat
1 Sabtu, 17 a. Pasien minta pulang dan sudah S : Pasien mengatakan nyerinya sudah Perawat
Juni 2017 diperbolehkan oleh dokter pulang hari berkurang Ruang
Shif Sore minggu Rawat Inap
(Pukul b. Pengukuran TTV Pukul 17.00 WIB TD: O : Pasien tampak lebih tenang dan lebih cerah Paru shift
14.00- 120/70 mmHg, N : 80x/i, RR : 20x/i, S : 37 sore
0
20.00 C A : Nyeri teratasi
WIB) c. Terapi pukul 18.00 WIB : Combiven dan
Mecobalamin P:
d. Memberikan terapi ceftriaxone 1 gr a. Pantau TTV
b. Batasi pengunjung
c. Lanjutkan advis dokter
2 Sabtu, 17 a. Mengganti cairan infus drip S : Pasien mengatakan ingin pulang dan telah Perawat
Juni 2017 aminophyllin 24 mg bersiap-siap untuk pulang ruang rawat
Shif b. Menganjurkan pasien untuk beristirahat inap paru
malam c. Memberikan nebu pukul 24.00 WIB O : Pasien tampak berjalan sendiri dan tidak shif malam
( Pukul d. Mengukur TTV pukul 05.00 WIB : TD : sesak lagi
20.00- 110/70 mmHg, N : 78 x/i, RR : 20x/i, S :
08.00 370C A : masalah keperawatan teratasi dan lengkapi
WIB) e. Persiapan pasien pulang discharge planning

P:
a. Aff infus
b. Memberikan obat pulang, menjelaskan
kegunaan obat, dan keteraturan minum
obat
c. Menyusun administrasi pasien pulang
d. Serta memberikan jadwal kontrol
138

kesehatan ke poli paru


139

BAB IV
TELAAH JURNAL

Pada BAB ini penulis akan mentelaah jurnal yang telah ditemukan

terkait dengan asuhan keperawatan yang diberikan kepada Tn.M dengan Kanker

Paru diruang Rawat Inap Paru Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi tahun

2017.

A. Effectiveness of Cognitive Behavioral Therapy Techniques For Control

of Pain in Lung Cancer Patiens


Nyeri adalah masalah yang signifikan bagi penderita kanker yang

digambarkan sebagai sesuatu sensasi yang tidak menyenangkan. Sedangkan

Cognitive Behavioral Therapy adalah salah satu psikoterapi yang paling

banyak diterapkan dan telah terbukti efektif dalam mengatasi berbagai

gangguan.
Penelitian ini dilakukan di Thailand oleh Yupin Phianmongkhol,

Kannika Thongubon, dan Pakapan Woottitulk Universtas Chiang Mai dan

merupakan sebuah quasi-eksperimental selama bulan Januari 1991 - Maret

2014. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan

pemberian teknik terapi perilaku kognitif untuk mengontrol nyeri pada pasien

kanker paru.
Popilasi dan sampel penelitian ini terdiri dari pasien kanker yang

terdapat dirumahnya sebanyak 57 orang, di tiga pusat tempat treatment

kanker dan satu rumah sakit sebanyak 121 orang serta di pusat pengobatan

kanker secara komprehensif sebanyak 43 orang. Populasi diambil dengan

menggunakan Randomized Controlled


144 Trials (RCTs) dan menggudakan uji

Chi-Square. Kriteria Inklusi dan Eksklusi pada penelitian diantaranya :


140

Kriteria Inklusi :

2. Setidaknya umur 18 tahun


3. Bisa membaca dan berbahasa

ingris dan thailand


4. Memiliki harapan hidup

minimal dua bulan


5. Mengalami rasa sakit akibat

kanker yang membutuhkan obat opioid


6. Memiliki respon positif

terhadap pengobatan opioid


7. Memiliki rasa sakit rata-rata

atau biasa antara 4 dan 7 pada skala 0-10 untuk hari sebelum kunjungan

klinik atau untuk hari biasa


8. Mampu berpartisipasi dalam

program pengobatan

Kriteria Eksklusi :

e. Pasien yang menderita penyakit psikiatri (Psikosis)


f. Pasien yang sedang menerima terapi seperti Radioterapi
g. Menjalani operasi besar atau transplantasi sumsum atau darah 30 hari

terakhir

Intervensi yang dilakukan terhadap pasien diantranya memberikan

teknik distraksi, positive mood, dan relaksasi selama 5 kali seminggu (untuk

masing-masing dari 2 minggu) dan 20 menit persesinya kerumah pasien yang

mengalami kanker, hasilnya pasien yang diberikan teknik relaksasi dan

distraksi dengan mendengarkan musik dengan tape mengalami penurunan

nyeri.
141

Intervensi yang diberikan di rumah sakit dan ditempat pengobatan

pasien kanker dengan standar CBT dan profile-tailored CBT pada 5 kali sesi

dimana 50 menit setiap sesinya menunjukan bahwa profile-tailored CBT

dari awal sampai satu bulan setelah intervensi menunjukan perubahan yang

signifikan terhadap penurunan nyeri dengan aktifitas, tidur, berjalan, distres

dan kurang mobilitas, sedangkan dengan CBT standar menunjukan setelah

pemberian intervensi selama 6 bulan memperlihatkan kualitas hidup pasien

lebih baik, nyeri berkurang, kinerja lebih baik, dan perawatan pasien lebih

menunjukan perubahan.

Dan terakhir intervensi yang diberikan dengan relaksasi, imagery,

atau distraksi selama 2 minggu di pusat perawatan kanker secara menyeluruh

menunjukan hasil bahwa terapi dapat mengurangi rasa sakit, kelelahan dan

gangguan tidur.

Dapat disimpulkan bahwa terapi perilaku kognitif efektif dalam

mengurangi rasa sakit, sehingga dianjurkan sebagai terapi tambahan untuk

pengelolaan nyeri persisten akibat kanker.

B. Pengaruh Progressive Muscle Relaxation Terhadap Penurunan

Kecemasan Pada Pasien Kanker yang Menjalani Kemoterapi

Penelitian ini dlakukan oleh Hilman Syarif1 dan Ardia Putra Bagian

Keilmuan keperawatan Gawat Darurat, Fakultas Keperawatan Universitas

Syiah Kuala Banda Aceh dengan tujuan untuk mengidentifikasi pengaruh

PMR terhadap penurunan kecemasan pada pasien kanker yang menjalani

kemoterapi di BLURSUDZA.
142

Penelitian ini dilakukan pada 30 orang responden yang menjalani

kemoterapi di ruang Mamplam III BLU RSUDZA. Penelitian ini merupakan

uji klinis acak terkontrol atau Randomized Clinical Trial (RCT). Uji klinis

adalah penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan pada subjek

penelitian kemudian efek perlakukan tersebut diukur dan dianalisis. Desain

yang digunakan adalah desain paralel tanpa matching. Peneliti juga

mengaplikasikan prinsip randomisasi (random allocation) dan ketersamaran

(blinding). Populasi dan Sampel. Populasi dalam penelitian ini seluruh pasien

kanker yang menjalani kemoterapi di ruang kemoterapi di BLU RSUDZA

Banda Aceh. Pada bulan September sampai Nopember 2012 jumlah pasien

yang menjalani kemoterapi sebanyak 152 orang. Jumlah sampel dalam

penelitian ini adalah 30 orang, 15 orang dalam kelompok intervensi dan 15

orang dalam kempompok kontrol. Penentuan sampel menunggunakan

random sampling.

Pada tahap pelaksanaan, peneliti mengidentifikasi pasien yang akan

menjadi responden sesuai dengan diagnosa medis dan catatan keperawatan

melalui studi dokumentasi. Bagi calon responden yang sesuai diberikan

informasi mengenai tujuan dan prosedur penelitian yang dilakukan kemudian

diminta untuk menjadi responden penelitian dengan menandatangani

informed concent. Peneliti kemudian menjelaskan tentang cara pengisian

kuesioner kecemasan berdasarkan skala likert, kemudian responden diminta

untuk mengisi kuesioner tersebut baik pada kelompok kontrol maupun

kelompok intervensi sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Peneliti


143

menetapkan kelompok intervensi dan kelompok kontrol berdasarkan hasil

randomisasi alokasi subjek menggunakan randomisasi sederhana. Pada

kelompok intervensi, peneliti memberikan penjelasan kembali kepada

responden mengenai pengertian, tujuan, cara, manfaat PMR bagi responden

dan waktu pelaksanaan PMR. Pengambilan data pretes dilakukan pada siklus

yang sedang berlangsung. Selanjutnya responden diajarkan prosedur PMR

dan dianjurkan untuk melakukan latihan di rumah selama 2 kali sehari dalam

waktu 7 hari. Pada siklus berikutnya dilakukan pengukuran kecemasan,

dimana pada siklus ini responden melakukan latihan PMR mulai dari hari 1-2.

Pengukuran kecemasan dilakukan pada hari ke 2 setelah melakukan PMR.

Pada kelompok kontrol, pengukuran kecemasan dilakukan sama

seperti pada kelompok intervensi, yaitu pada siklus berlangsung pada pertama

kali bertemu dengan peneliti dan siklus berikutnya sebagai data postest.

Untuk mempertahankan keadilan pada pasien, responden kelompok kontrol

diajarkan latihan PMR setelah pengambilan data postes. Pada kelompok

kontrol, pengukuran kecemasan dilakukan sama seperti pada kelompok

intervensi, yaitu pada siklus berlangsung pada pertama kali bertemu dengan

peneliti dan siklus berikutnya sebagai data postest. Untuk mempertahankan

keadilan pada pasien, responden kelompok kontrol diajarkan latihan PMR

setelah pengambilan data postes.Instrumen. Instrumen yang digunakan terdiri

dari Kuesioner Data Demografi dan Kuesioner Kecemasan yang diadopsi dari

Spielberger. Data akan dianalisis menggunakan analisis univariat dan bivariat

dengan t-test.
144

Hasil peneli menunjukkan bahwa rata-rata skor kecemasan pada

pengukuran kedua pada kelompok intervensi sebesar 42,27 dengan standar

deviasi 7,41 sementara pada kelompok kontrol sebesar 50,80 dengan standar

deviasi 6,7. Hasil analisis lanjutan menunjukkan bahwa ada perbedaan yang

signifikan skor kecemasan pada pengukuran kedua antara kelompok

intervensi dan kontrol (p value = 0,003).

Kesimpulan penelitian adalah PMR efektif dalam menurunkan

kecemasan pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi. Diharapkan

kepada manajemen rumah sakit terutama bidang keperawatan agar

mempertimbangkan PMR sebagai salah satu tindakan mandiri keperawatan

dalam menurunkan kecemasan pada pasien kanker yang menjalani

kemoterapi.

C. Pelaksanaan Pemberian Terapi Oksigen Pada Pasien Gangguan Sistem

Pernafasan
Penelitian ini dilakukan oleh Arief Bachtiar, Nurul Hidayah, dan

Amana Ajeng Poltekkes Kemenkes Malang. Tujuan penelitian ini adalah

mengobservasi pelaksanaan pemberian terapi oksigen pada pasien gangguan

system pernafasan di RSUD Bangil Pasuruan.


Metode penelitian deskriptif dalam penelitian ini penulis ingin

menggambarkan atau mendeskripsikan dan mendapatkan gambaran tentang

pemberian terapi oksigen pada pasien gangguan system pernapasan di RSUD

Bangil pasuruan. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat di ruangan

paru RSUD Bangil Pasuruan sebesar 24 orang. Teknik sampling yang

digunakan adalah sampling jenuh. Variabel dalam penelitian ini adalah


145

pelaksanaan pemberian terapi oksigen pada pasien dengan gangguan system

pernapasan di RSUD Bangil Pasuruan.Variabel dalam penelitian ini adalah

pelaksanaan pemberian terapi oksigen. Adapun tindakan pemberian terapi

oksigen adalah kemampuan perawat ruang paru dan bangsal dalam

memberikan terapi oksigen yang sesuai dengan SOP dengan parameter

pengukuran : Persiapan alat, pasien, lingkungan.


Penelitian ini dilaksanakan di ruang paru dan bangsal RSUD Bangil

Pasuruan dimulai dari bulan Mei-Juli 2013 Dalam penelitian ini instrument

yang digunakan adalah observasi. Observasi merupakan cara pengumpulan

data dengan melakukan pengamatan secara langsung kepada responden

penelitian untuk mencari perubahan atau hal yang akan diteliti. Dalam

penelitian ini lembar observasi yang dibuat oleh peneliti tentunya dalam hal

ini sesuai dengan standart operasional prosedur yang di isi oleh peneliti

sendiri.
Saat perawat melakukan tindakan pemberian terapi oksigen

kemudian peneliti melakukan observasi secara bersamaan. Diberikan nilai 0

apabila responden melakukan suatu tindakan yang tidak ada dalam tiap

point yang ada di lembar observasi atau tidak melakukan tindakan yang ada

di lembar observasi. Diberikan nilai 1 apabila responden melakukan tindakan

yang ada dalam tiap point lembar observasi hanya saja kurang sempurna.

Diberikan nilai 2 apabila responden melakukan tindakan yang ada dalam tiap

point yang ada dalam lembar observasi dengan cukup baik dan diberikan

nilai 3 apabila responden melakukan tindakan yang ada dalam tiap point

lembar observasi dengan mahir. Peneliti mengumpulkan data melalui


146

lembar observasi, kemudian mengamati setiap tindakan pemberian terapi

oksigen yang dilakukan oleh masing-masing perawat ruangan. Peneliti

mendatangi ruang paru dan meminta ijin kepada kepala ruang, kemudian

secara diam-diam mengobservasi setiap tindakan pemberian terapi oksigen

yang dilakukan oleh masing-masing perawat dengan menggunakan lembar

observasi yang sudah dibuat sampai terkumpul sesuai jumlah yang

ditentukan. Data yang terkumpul melalui hasil observasi kemudian

ditabulasikan. Jika tiap-tiap point dilakukan maka diberi tanda centang ( )

pada kolom skor sesuai dengan kriteria kemampuan. Kemudian dihitung

dengan menggunakan rumus dari Rukmono.


Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa pelaksanaan pemberian

terapi oksigen pada pasien gangguan sistem pernapasan yang dilakukan oleh

perawat diruang paru RSUD Bangil Pasuruan mayoritas adalah cukup dengan

persentase sebesar 58,3% . Dari penelitian ini disarankan perawat dapat lebih

meningkatkan lagi kemampuan yang sudah cukup baik menjadi lebih baik.

Dalam usaha untuk meningkatkan kemampuan ini sangat diperlukan upaya

evaluasi dari tindakan apa saja yang sudah dilaksanakan khususnya dalam

melaksanakn pemberian terapi oksigen serta partisipasi perawat untuk

memperhatikan SOP yang sudah ditentukan.

D. Batuk Efektif Dalam Pengeluaran Dahak Pada Pasien Dengan

Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Di Instalasi Rehabilitasi Medik

Rumah Sakit Baptis Kediri


147

Penelitian ini dilakukan oleh Yosef Agung Nugroho dan Erva Elli

Kristiani di rumah sakit Kediri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

menganalisis pengaruh batuk efektif pada tumpahan sputum pasien terhadap

ketidakefektifan pembersihan saluran pernapasan pada Instalasi Rehabilitasi

Medis Rumah Sakit Kediri Baptist.


Pada penelitian ini, desain yang digunakan adalah pra eksperiment

one grup pretest post test. Dimana didalam desain ini observasi dilakukan

sebanyak 2 kali yaitu sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen.

Observasi yang dilakukan sebelum eksperimen disebut pre-test, dan observasi

sesudah eksperimen disebut post-test. Populasi dalam penelitian ini adalah

semua pasien yang akan melakukan tindakan nebulizer di Instalasi

Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Baptis Kediri selama 3 bulan terakhir

berjumlah 87 Pasien. Pada penelitian ini sampel diambil dari pasien yang

akan di lakukan tindakan nebulizer di Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Baptis

Kediri yang memenuhi kriteria inklusi dengan jumlah 27 pasien. Dalam

penelitian ini sampling yang digunakan adalah Dalam penelitian ini sampling

yang digunakan adalah Accidental Sampling, dimana suatu responden

dijadikan sampel karena kebetulan dijumpai di tempat dan waktu secara

bersamaan pada pengumpulan data .


Langkah langkah perlakuan batuk efektif meliputi pasien diberi

posisi duduk tegak di tempat tidur dengan kaki disokong, kemudian Inhalasi

maksimal dengan mengambil nafas dalam dan pelan menggunakan

pernafasan diafragma sambil meletakkan 2 jari tepat di bawah procesus

xipoideus dan dorong dengan jari saat mendorong udara, lalu pasien disuruh
148

tahan nafas selama 3-5 detik kemudian hembuskan secara perlahan lahan

melalui mulut, ambil nafas kedua dan tahan, lalu suruh pasien untuk

membatukkan dengan kuat dari dada (bukan dari belakang mulut atau

tenggorokan) dan gunakan 2 batuk pendek yang benar-benar kuat, setelah itu

istirahat 2 3 menit kemudian diulang kembali untuk latihan mulai langkah

dari awal. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan batuk efektif bisa

membantu pasien untuk mengeluarkan dahak. Dengan mengetahui metode

batuk efektif setelah diberikan penjelasan maka responden menjadi

memahami teknik pengeluaran dahak sehingga terjadi peningkatan frekuensi

pengeluaran dahak Berdasarkan observasi pada pasien dengan

ketidakefektifan bersihan jalan nafas setelah perlakuan batuk efektif keadaan

sesak, terdengar suara nafas seperti mengi, pusing, lemas berkurang dan

keadaan umum responden terlihat lega dan rileks.


Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan pengeluaran dahak

sebelum perlakuan batuk efektif pada pasien dengan ketidakefektifan

bersihan jalan nafas lebih dari 50% sedikit sebanyak 8 responden ( 53,33% ).

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil yaitu Pengeluaran Dahak

setelah Diberikan Batuk Efektif pada Pasien dengan Ketidakefektifan

Bersihan Jalan Nafas di Instalasi Rehabilitasi Medik RS Baptis Kediri adalah

lebih dari 50% sebanyak 10 (66,66% ).


Kesimpulanya adalah terdapat pengaruh yang signifikan / bermakna

sebelum dan sesudah perlakuan batuk efektik pada pasien dengan

ketidakefektifan bersihan jalan nafas di Instalasi Rehabilitasi Medik RS

Baptis Kediri. Untuk itu Batuk efektif merupakan suatu metode batuk yang
149

benar, dimana klien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan

dapat mengeluarkan dahak secara maksimal dengan tujuan menghilangkan

ekspansi paru, mobilisasi sekresi, mencegah efek samping dari retensi ke

sekresi.

E. Pengaruh Perawatan Paliatif Terhadap Pasien Kanker Stadium Akhir

Penelitian ini dilakukan oleh Erna Irawan Fakultas Ilmu

Keperawatan Universitas BSI. Tujuan bertujuan untuk mengidentifikasi dan

menggambarkan penelitian yang meneliti tentang pengaruh perawatan paliatif

terhadap pasien kanker stadium akhir .

Metode penelitian berdasarkan pada 30 literature yang dianalisa,

sebanyak 15 literature memiliki judul dan abstrak yang relevan, dan sebagai

tambahan sebanyak 15 judul digunakan sebagai referensi. Pada penelitian

yang ditelaah dalam artikel ini belum ada yang menggunakan penelitian

Randomized Control Trial (RCT), keseluruhan penelitian hanya sebatas studi

observasional tentang pengaruh supervisi terhadap penatalaksanaan universal

precaution. Berdasarkan review artikel, ditemukan bahwa perawatan paliatif

berpengaruh terhadap kualitas hidup klien kanker stadium akhir. Penelitian ini

dilakukan pada bulan September tahun 2013.

Intinya perawatan ini lebih berupa dukungan dan motivasi ke

penderita. Perawatan paliatif bisa mengeksplorasi individu penderita dan

keluarganya bagaimana memberikan perhatian khusus terhadap penderita,

penanggulangannya serta kesiapan untuk menghadapi kematian. Langkah-

langkah dalam pelayanan paliatif (Kemenkes, 2013), adalah:


150

1. Menentukan tujuan perawatan dan harapan pasien

2. Memahami pasien dalam membuat wasiat atau keinginan terakhir

3. Pengobatan penyakit penyerta dan aspek sosial

4. Tatalaksana gejala

5. Informasi dan edukasi

6. Dukungan psikologis, cultural dan sosial

7. Respon fase terminal

8. Pelayanan pasien fase terminal

Aktifitas perawatan paliatif pada penderita :

1. Membantu penderita mendapat kekuatan dan rasa damai dalam menjalani

kehidupan sehari-hari.

2. Membantu kemampuan penderita untuk mentolerir penatalaksanaan medis.

3. Membantu penderita untuk lebih memahami perawatan yang dipilih.

Aktifitas perawatan paliatif pada keluarga:

1. Membantu keluarga memahami pilihan perawatan yang tersedia.

2. Meningkatkan kehidupan sehari-hari penderita, mengurangi kekhawatiran

dari orang yang dicintai (asuhan keperawatan keluarga). \

3. Memberi kesempatan sistem pendukung yang berharga.

Pelayanan asuhan keperawatan penderita meliputi pemenuhan

kebersihan diri (mandi, berhias, kebersihan mulut, perawatan kuku),

kebutuhan nutrisi, kebutuhan tidur dan kenyamanan tempat tidur dan

memfasilitasi lingkungan ruang rawat yang kondusif. Kebutuhan saat-saat

terminal adalah memberi dukungan pada keluarga (memberikan kesempatan


151

bertanya, memberikan informasi, memberikan saran cara memberikan

dukungan pada penderita, menyediakan barang-barang yang memberi rasa

nyaman, menyediakan dukungan interdisiplin).

Selain mengurangi gejala-gejala yang muncul, perawatan paliatif

juga memberikan dukungan dalam hal spiritual dan psikososial. Perawatan

paliatif setelah penderita meninggal dilakukan dengan memberikan dukungan

moral kepada keluarga yang berduka. Bagi tenaga kesehatan dibutuhkan

empati yang besar dan kemampuan khusus dalam melakukan perawatan

paliatif. Salah satu aspek penting dalam perawatan paliatif adalah kasih,

kepedulian, ketulusan, dan rasa syukur. Begitu pentingnya aspek ini, sampai

melebihi pentingnya penanganan nyeri yang mutlak harus dilakukan dalam

perawatan paliatif.

Tim perawatan paliatif harus berupaya untuk membuat penderita

menerima keadaannya sehingga masih bisa menjalani hidupnya meskipun

umurnya tak lama lagi. Kebanyakan kualitas hidup penderita dengan penyakit

tak bisa disembuhkan akan terus memburuk atau menurun, jika harapan

penderita tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Tim paliatif harus dapat

memodifikasi ekspektasi penderita sehingga jarak antara harapan dan

kenyataannya menjadi lebih dekat. Bisa dengan cara membangkitkan spirit

untuk hidup, orientasi masa depan, keimanan bahkan tentang seksualitasnya.

Harapan selalu ada, tapi sebaiknya tidak memberikan harapan yang palsu

karena harapan juga harus disesuaikan dengan hasil pemeriksaan. Untuk itu

keluarga merupakan kunci makna hidup dalam perawatan paliatif.


152

Kesimpulan yang didapatkan adalah bahwa perawatan paliatif amat

berperan dalam tercapainya kualitas hidup maksimal pada pasien kanker

stadium IV sehingga mengurangi sakit ataupun persiapan terhadap kematian.

Agar kualitas hidup penderita kanker tetap tinggi, ada beberapa hal yang harus

dilakukan, diantaranya adalah dengan menerapkan perawatan paliatif yang

komprehensif dan terintegratif dari tim paliatif.

F. Peranan Dukungan Pendamping Dan Kebiasaan Makan Pasien Kanker

Selama Menjalani Terapi

Penelitian ini dilakukan Stefana Danty Putri Caesandri1, dan Sri

Adiningsi dari JuliDesember 2015. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengidentifikasi peranan dukungan pendamping dan kebiasaan makan pasien

kanker selama menjalani terapi yang tinggal sementara di Rumah Singgah

Sasana Marsudi Husada Yayasan Kanker Cabang Jawa Timur. Penelitian ini

termasuk penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian

yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan yang sebenarnya tentang

objek yang diteliti.

Desain studi yang digunakan adalah cross sectional. Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh pasien kanker yang tinggal sementara di Rumah

Singgah Sasana Marsudi Husada Yayasan Kanker Indonesia Cabang Jawa

Timur. Besar sampel dalam penelitian ini menggunakan total populasi yaitu

sebanyak 20 pasien kanker. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang

terdiri dari kuesioner karakteristik responden meliputi usia, jenis kelamin,

jenis kanker, stadium kanker, jenis terapi; peran dukungan pendamping; dan
153

lembar food frequency checklist dengan frekuensi makan harian (1 kali, 2

kali, dan 3 kali sehari) untuk mengetahui kebiasaan makan pasien yang terdiri

dari jenis dan frekuensi makan. Kuesioner peran dukungan pendamping

terdiri dari 12 pernyataan dengan skor minimal 12 dan skor maksimal 36. Jika

jawaban tepat akan diberi skor 3 dan jawaban kurang tepat diberi skor 1. Skor

dukungan pendamping dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu dukungan

baik apabila total skor 2936, cukup bila skor 2128, dan kurang bila total

skor 1220.

Hasil Form food frequency checklist terdiri dari jenis makanan

sumber karbohidrat, sumber protein hewani dan nabati, buah, sayuran, susu

dan aneka olahannya, serta minuman. Penentuan skor kebiasaan makan,

meliputi jenis dan frekuensi makan harian disesuaikan dengan kategori

Healthy Eating Index yang merupakan gambaran umum kualitas makan

individu dan tingkat kepatuhan terhadap pedoman makan seimbang. Healthy

Eating Index terdiri dari 10 komponen yang masing-masing memiliki kriteria

yang harus dipenuhi. Komponen 1 sampai 5 terdiri dari lima kelompok

makanan yang diberi skor sesuai jumlah konsumsi yang disarankan setiap

porsinya, yaitu grains (nasi, roti, serealia, pasta), vegetables (sayuran), fruits

(buah), meat (daging, daging unggas, ikan, telur, kacang-kacangan) serta milk

(susu, yoghurt, keju). Komponen 6 dan 7 mengukur konsumsi total lemak dan

lemak jenuh. Komponen 8 dan 9 mengukur asupan total kolesterol dan total

sodium. Komponen 10 mengukur varian makanan. Jika memenuhi kriteria

akan diberi nilai 10, jika tidak memenuhi kriteria akan diberi skor 0.
154

Kebiasaan makan dibagi menjadi 3 kategori, yaitu good diet dengan total skor

> 80, diet needs improvement jika total skor 5080, dan poor diet jika total

skor < 51. Seseorang dikategorikan memiliki good diet jika memenuhi

kriteria penyajian harian, yaitu memenuhi 35 penyajian grains, 35

penyajian sayuran, 24 penyajian buah, 23 penyajian susu dan olahannya, 2

3 penyajian daging dan olahannya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 15% responden yang

memiliki good diet memperoleh peran dukungan pendamping yang baik dan

responden yang termasuk diet needs improvement memperoleh peran

dukungan pendamping baik (30%) dan cukup (35%). Peran dukungan

pendamping menunjukkan bahwa sebagian besar peranan dukungan

pendamping kepada pasien kanker termasuk dalam kategori baik (45%) dan

dalam kategori cukup (45%). Peranan dukungan dikatakan baik jika

pendamping memenuhi kebutuhan pasien kanker, terutama dalam hal

perawatan makan dan pemenuhan nutrisi pasien. Pasien memaparkan bahwa

pendamping selalu menanyakan dan memberikan makanan yang diinginkan

oleh pasien agar pasien mau makan. Responden menyatakan bahwa selama

tinggal di rumah singgah, pendamping selalu mengajak makan bersama.

Makan bersama dengan pendamping membuat pasien tidak merasa sendiri

dan membuat pasien lebih nafsu makan. Keterlibatan keluarga dalam

perawatan makan penderita kanker merupakan hal yang penting, karena

keluarga mempunyai peran yang sangat besar dalam upaya peningkatan

kesehatan fi sik penderita.


155

Berdasarkan kebiasaan makan harian responden, nasi putih

merupakan sumber karbohidrat utama yang paling banyak dikonsumsi. Nasi

putih merupakan salah satu sumber karbohidrat yang paling banyak

dikonsumsi sebagai sumber kalori sehari-hari. Karbohidrat berguna untuk

mencegah pemecahan protein tubuh yang berlebihan, kehilangan mineral, dan

membantu metabolisme lemak dan protein. Healthy Eating Index. Sebagian

besar (75%) pasien kanker masuk dalam kategori diet needs improvement.

Kebiasaan makan responden yang masih belum memenuhi kriteria good diet

pada Healthy Eating Index, yaitu pada konsumsi sayuran, buah, dan susu atau

olahannya. Sebagian besar responden belum mengonsumsi sayuran sebanyak

35 penyajian, buah 24 penyajian, serta susu atau olahannya 23 penyajian

setiap hari. Tabulasi silang antara peranan dukungan pendamping dan kualitas

diet pasien kanker disajikan pada Tabel 5. Sebanyak 15% pasien yang

memeroleh peranan dukungan pendamping yang baik, memiliki kualitas diet

yang baik.

Pada kategori diet needs improvement, sebanyak 35% pasien

memperoleh peranan dukungan pendamping cukup, sementara itu, 30%

pasien memperoleh peranan dukungan pendamping yang baik. Tidak ada

pasien yang memeroleh peranan dukungan kurang, memiliki kualitas diet

yang baik.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa kebiasaan

makan pasien kanker tidak hanya dipengaruhi oleh peranan dukungan

pendamping, tetapi juga dipengaruhi oleh karakteristik pasien kanker.


156

Sebaiknya pasien kanker meningkatkan asupan, terutama asupan buah, sayur,

dan susu agar dapat tercapai good diet.

BAB V

PEMBAHASAN

Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan melalui pendekatan

proses keperawatan yang meliputi pengkajian, menegakkan diagnosa

keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan telaah jurnal maka pada

BAB ini penulis akan membahas mengenai perbandingan antara teori dengan

kenyataan yang di temukan dalam perawatan kasus kanker Paru pada Tn. M

yang dirawat di Ruang Rawat Inap Paru Rumah sakit achmad Mochtar tahun

2017.

Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan dan merupakan

suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber
157

data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Potter

dan Perry, 2005).


Pengkajian yang telah dilakukan berdasarkan teoritis dan anamnesa

dari pasien. Data yang didapat setelah pengkajian pada Tn, M sudah cukup

sesuai berdasarkan tinjauan teoritis yang dibuat. Data-data tersebut

menunjang untuk dilakukan asuhan keperawatan selanjutnya, karna data

tersebut sudah didapatkan dengan jelas dan sesuai.


Dari kasus yang dikaji tanggal 13 Juni 2017 didapatkan bahwa pasien

mengatakan sesak, sesak dikeluhkan hilang timbul, sesak berkurang ketika

istirahat dan meningkat saat beraktivitas, batuk bercampur darah dari sejak 09

Juni 2017, pasien mengalami suara serak (kesulitan verbalisasi), batuk

162 yang sulit dikeluarkan, suara nafas


tampak tidak efektif, terdapat batuk

wheezing, pasien menggunakan otot bantu pernafasan, pasien mengatakan

tidak nyaman ketika banyak beraktivitas, tampak mengalami keletihan,

pasien lebih senang tidur dengan posisi miring ke kiri, ekspansi paru sebelah

kanan menurun, dada sebelah kanan terasa sakit, sakit dirasakan seperti

diremas-remas, nyeri dirasakan menjalar kepunggung kanan dengan durasi +

30 menit, nyeri muncul > 2x sehari, skala nyeri pasien 7, pasien mengatakan

cemas terhadap penyakitnya, pasien mengatakan apakah penyakitnya tidak

bisa disembuhkan, keluarga mengatakan pasien sering menangis, pasien

mengatakan semangat hidupnya menurun, pasien mengatakan takut terhadap

penyakitnya, pasien mengatakan menyesal dulunya banyak merokok dalam

satu hari, pasien tidak nafsu makan sejak + 3 bulan terakhir ini, apapun yang

diberikan makanannya tidak dihabiskan, pasien mengatakan tidak minat pada


158

makanan yang ada, Pasien saat ditanya hanya menghabiskan 1/3 porsi makan

yang diberikan oleh pihak Rumah sakit, makan tidak teratur, badan terasa

lemah, konjungtiva anemis, BB menurun 3 bulan terakhir ini, pasien selalu

bertanya tentang penyakitnya, pasien mengatakan tidak mengetahui dengan

jelas penyakitnya, cara perawatan penyakitnya, dan bagaimana penyakit

tersebut bisa terjadi padanya.


Dari hasil pengkajian sistem respirasi pada Tn. M didapatkan data

frekuensi pernafasan 26 x/menit dengan pernafasan cepat dan dalam, ekspansi

paru tidak simetris antara kanan dan kiri, terdapat penggunaan otot bantu

pernafasan, tidak ada nafas cuping, taktil fremitus dada depan sebelah kanan

tidak sama dengan sebelah kiri, taktil fremitus pada bagian punggung simetris

antara kiri dan kanan, bunyi napas Whezing dilapang paru kanan dan

Bronkovesikuler dilapang paru kiri, tidak ada sianosis, tidak ada kelainan

pada jari tubuh, sputum keluar dengan karakteristik encer bewarna putih,

frekuensi pernafasan 24 kali/ menit, diameter anteroposterior 1: 2, tidak ada

Pigeon Chest, tidak ada Barrel Chest, dan Funnel Chest.


Pada tinjauan kasus dilakukan pemeriksaan laboratorium pada Tn.M

ditemukan hasil pemeriksaan Bronkoscopy pasien menderita

Adenokarsinoma, HB : 9,1 g/dl, RBC : 3,38 (10^6/L), HCT : 27,9 %, WBC

: 27,04 (10^6/L), PLT : 893 (10^3/L), Urea 17 mg/dl, Ureum : 17 mg/dl,

dan kreatinin : 0,65 mg/dl.


Menurut Kusuma (2010), seseorang yang menderita Kanker paru akan

menunjukan tanda batuk, Hemoptisis, Wheezing, kadang-kadang terdapat

abses paru, Atelektasis, nyeri dada, Dispnea, suara serak, penurunan berat

badan, anoreksia, demam, leukositosis, anemia, dan hiperkoagulasi.


159

Sedangkan menurut penelitian Rhamadaniah, et.al (2016) menjelaskan

bahwadistribusi gambaran klinis bukan neurologis pasien kanker paru adalah

gangguan pernafasan, batuk darah, batuk dengan/tanpa dahak, kesulitan

pengeluaran dahak, masalah paru yang berulang, perubahan suara, perubahan

bunyi nafas, Vena Cava Superior Syndrome (VCSS), gangguan saluran cerna,

gangguan BAK dan BAB, kerongkongan haus, kesulitan menelan

ketidaknyamanan diperut, mual, muntah, penurunan berat badan, penurunan

nafsu makan, benjolan, benjolan kepala, benjolan leher, benjolan punggung,

jera menonjol di dada, pembengkakan leher, pembengkakan muka, demam,

katarak, kelelahan, kulit dada merah dan gatal, perubahan tekanan darah,

sedangkan gambaran neurologis terdapat nyeri bahu, bokong, dada, kaki,

kepala, ketiak, lutut, perut, pinggang, pinggul, punggung, tenggorok,

kelemahan, kelumpuhan, kesemutan, lupa, mengantuk, penglihatan kabur,

penurunan kesadaran, kesulitan berjalan, dan koordinasi gerak menurun.


Dari data diatas penulis beramsumsi bahwa data yang didapat saat

pengkajian tidak terlepas dari keluhan-keluhan yang dirasakan pasien, yang

sesuai juga dengan gejala menurut teoritis dan hasil penelitian, dimana

keluhan-keluhan pada saat pengkajian yang umum dirasakan pasien saat

masuk rumah sakit adalah mengalami sesak, nyeri kepala, batuk berdarah,

dan nyeri dada.

Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon

aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan dan perawat

mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya. Respon aktual dan


160

potensial klien didapatkan dari data dasar pengkajian, tinjauan literatur yang

berkaitan, catatan medis klien di masa lalu yang dikumpulkan selama

pengkajian (Potter dan Perry, 2005).

Menurut Arif Muttaqin (2008), diagnosa keperawatan yang mungkin

muncul dengan klien kanker paru :


1. Ketidakefektifan jalan nafas b.d lingkungan, obstruksi jalan nafas dan

fisiologis
2. Ketidakefektifan pola nafas b.d hiperventilasi, nyeri, posisi tubuh yang

menghambat ekspansi paru, keletihan otot pernafasan


3. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi perfusi,

perubahan membran alveolar-kapilar


4. Nyeri akut b.d agen cidera biologis
5. Ansietas b.d ancaman kematian, ancaman pada status terkini, stresor
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor

biologis, kurang asupan makanan


7. Defisiensi pengetahuan b.d kurang sumber pengetahuan, kurang

informasi
8. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan

oksigen
9. Gangguan pola tidur b.d faktor fisiologis
Sedangkan diagnosa yang didapatkan oleh peneliti pada kasus kanker

paru pada Tn. M adalah :


1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d obstruksi Jalan Nafas (mucus

berlebihan hiperplasia pada dinding bronkus)


2. Ketidakefektifan pola nafas b.d hiperventilasi
3. Nyeri Kronis b.d agen cidera biologis (akibat Kanker paru)
4. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan

oksigen
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor

biologis dan kurang asupan makanan


6. Ansietas b.d ancaman kematian
161

7. Defisiensi pengetahuan b.d kurang sumber pengetahuan


Pada teori dan kasus ada sedikit perbedaan diagnosa keperawatan

dimana pada teori terdapat masalah keperawatan gangguan pertukaran gas

dan gangguan pola tidur sedangkan pada kasus tidak ada masalah

keperawatan tersebut. Disini peneliti tidak mengangkat diagnosa tersebut

karena saat dilakukan pengkajian tidak ada data pendukung untuk masalah

keperawatan gangguan pertukaran gas dan gangguan pola tidur, seperti

gangguan pertukaran gas datanya tidak didukung oleh pemeriksaan GDA, pH

arteri, nafas cuping hidung, tidak terjadi penurunan kesadaran sedangkan

masalah gangguan pola tidur tidak diangkat pada kasus karena pada

intervensi nyeri kronis sudah dilakukan tindakan masalah ganguuan tidur.


Pada kasus ini diagnosa yang muncul didapat dari data subjektif dan

objektif sehingga muncul sebuah diagnosa. Dimana diagnosa pertama

didapat dari pasien mengatakan mengalami batuk bercampur darah dari sejak

09 Juni 2017, Sesak dan dahaknya sulit dikeluarkan, Pasien tampak gelisah,

Pasien suaranya serak (kesulitan verbalisasi), Batuk tampak tidak efektif,

Terdapat penggunaan otot bantu pernafasan, Pernafasan cepat dan dalam,

Taktil fremitus dada depan sebelah kanan tidak sama dengan dada sebelah

kiri, Suara nafas wheezing dilapang paru kanan, RR : 26 x/i, TD : 110/70

mmHg, N : 86x/i Pemeriksaan Bronkoscopy tampak potongan jaringan

dengan stroma jaringan ikat mengandung proliferasi sel-sel dengan inti

pleomorfik, vesikuler, kromatin kasar, nukleoli nyata, sitoplasma ada yang

bervakuol, sel-sel ini membentuk struktur kelenjer dan ada yang membentuk

kelompokan-kelompokan kecil sehingga muncul masalah keperawatan


162

ketidakefektifan bersihan jalan nafas b. d Obstruksi Jalan Nafas (mucus

berlebihan hiperplasia pada dinding bronkus).


Diagnosa kedua didapatkan dari data pasien mengatakan sesak , sesak

berkurang ketika istirahat dan meningkat saat beraktivitas, merasa tidak

nyaman ketika banyak beraktivitas, pasien lebih nyaman tidur dengan posisi

mereng ke kiri, terdapat penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan cepat

dan dalam, taktil fremitus dada depan sebelah kanan tidak sama dengan dada

sebelah kiri, ekspansi paru sebelah kanan menurun, RR : 26 x/i, TD : 110/70

mmHg, N : 86x/i, Pemeriksaan Bronkoscopy tampak potongan jaringan

dengan stroma jaringan ikat mengandung proliferasi sel-sel dengan inti

pleomorfik, vesikuler, kromatin kasar, nukleoli nyata, sitoplasma ada yang

bervakuol, sel-sel ini membentuk struktur kelenjer dan ada yang membentuk

kelompokan-kelompokan kecil sehingga didapatkan masalah keperawatan

Ketidakefektifan pola nafas b. d Hiperventilasi.


Diagnosa yang ke tiga didapat dari data Pasien mengatakan dada

sebelah kanan terasa sakit, sakit dirasakan seperti diremas-remas, nyeri

dirasakan menyebar kepunggung kanan dengan durasi + 30 menit, nyeri

muncul lebih dari 2x sehari, nyeri muncul bersamaan dengan sesak, banyak

beraktivitas, dan tidur miring ke kanan, tidur terganggu ketika nyeri, Skala

nyeri 7, pasien tampak gelisah, pasien tampak meringis, RR : 26 x/i, TD :

110/70 mmHg, N : 86x/i dari data ini didapatkan dignosa keperawatan Nyeri

Kronis b.d Agen cidera biologis (akibat kanker paru).


Diagnosa keempat didapatkan dari data pasien mengatakan sesak,

pasien mengatakan sesak berkurang ketika istirahat dan meningkat saat

beraktivitas, pasien mengatakan Merasa tidak nyaman ketika banyak


163

beraktivitas, pasien mengatakan sakit kepala, pasien mengatakan Nyeri

muncul bersamaan dengan sesak, banyak beraktivitas, dan tidur miring ke

kanan, tampak mengalami keletihan dan kelemahan, sebagian aktifitasp asien

dibantu oleh keluarga seperti ke toilet, BAK, BAB dan mandi, RR : 26 x/i,

TD : 110/70 mmHg, N : 86x/i untuk itu munculah diagnosa keperawatan

Intoleransi aktivitas b.d Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan

oksigen.
Pada diagnosa kelima didapatkan data pasien tidak nafsu makan sejak

+ 3 bulan terakhir ini, keluarga mengatakan apapun makanan yang diberikan

tidak dihabiskan, pasien mengatakan tidak minat terhadap makanan yang ada,

pasien mengatakan hanya menghabiskan 1/3 makanan yang diberikan oleh

pihak rumah sakit, BB menurun 3 bulan terakhir, Hb 9.1 mg/dl, RBC 3,38

(10^6/L), Diit pasien MBTKTP, BB 3 bulan terakhir turun 8 kg dengan IMT

15,62 kg/m2,, Lingkar perut 69 cm, Bentuk tubuh kurus maka dari data ini

didapatkan diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh b.d faktor biologis dan kurang asupan makanan.


Diagnosa yang keenam didapatkan dari data pasien mengatakan cemas

terhadap penyakitnya, pasien mengatakan apakah penyakitnya bisa

disembuhkan, keluarga mengatakan pasien sering menangis, pasien

mengatakan semangat hidupnya menurun, pasien mengatakan takut terhadap

penyakitnya, RR : 26 x/i, TD : 110/70 mmHg, N : 86x/i, pasien tampak

gelisah, pasien tampak meringis, pasien tampak cemas sehingga didapatkan

diagnosa Ansietas b.d ancaman kematian.


Sedangkan diagnosa yang terakhir didapatkan dari data pasien

mengatakan tidak mengetahui dengan jelas penyakitnya, pasien mengatakan


164

tidak mengetahui cara perawatan penyakitnya, pasien mengatakan tidak

mengetahui bagaimana penyakit tersebut terjadi padanya, pasien selalu

bertanya tentang penyakitnya, pasien tampak bingung ketika ditanya soal

penyakitnya sehingga muncul diagnosa keperawatan defisiensi pengetahuan

b.d kurang sumber pengetahuan.


Menurut penelitian Mislan (2010), Kanker paru adalah pertumbuhan

neoplastik (tumor) yang bersifat ganas, yang berasal dari salah satu jenis sel

di dalam saluran napas terutama bronkus. Penyakit kanker paru memiliki

dampak yang besar terhadap tubuh. Secara umum tanda dan gejalanya adalah

antara lain nafsu makan berkurang, mengalami penurunan berat badan dengan

cepat, batuk darah dan sesak nafas pada dada. Dari hasil ketahanan hidup

pasien kanker paru didapatkan stadium awal yaitu stadium IIIA mempunyai

ketahanan hidup yang lebih baik (71,4%) bila dibandingkan dengan stadium

lanjut (IIIB-IV) dengan ketahanan hidup sebesar 19,2%, terdapat hubungan

antara ketahanan hidup penderita kanker paru dengan stadium. Median lama

hidup pada stadium IIIA paling lama yaitu 289 hari, stadium IIIB 106 hari

dan stadium IV hanya 64 hari.


Menurut asumsi peneliti, diagnosa keperawatan yang muncul di teori

tetapi tidak muncul di kasus adalah gangguan pertukaran gas dan gangguan

pola tidur, secara kasus bisa saja ada yang berbeda dengan diagnosa

keperawatan secara teoritis. Ini dikarenakan penegakan diagnosa kasus

berdasarkan keluhan pasien secara komprehensif yang tampak, diperiksa

maupun yang ditanya langsung kepada pasien.

Intervensi
165

Intervensi yang direncanakan akan diberikan kepada pasien diantaranya

managemen jalan nafas, penghisapan jalan nafas, monitor pernafasan, terapi

oksigen, managemen nyeri, managemen medikasi, administrasi analgesik,

managemen energi, terapi aktivitas, monitor gizi, managemen nutrisi,

penurunan kecemasan, dan pendidikan kesehatan.


Adapun pada tahap perencanaan ini dapat dilakukan dengan baik karena

telah direncanakan seoptimal mungkin sesuai dengan kondisi klien, sehingga

kesulitan yang mungkin terjadi dapat diatasi. Selain itu keberhasilan tahap ini

dikarenakan adanya kerja sama yang baik antara penulis, pasien dan petugas

perawat di ruang rawat inap Paru rumah sakit Achmad Mochtar.


Menurut Potter dan Perry (2005), Intervensi (perencanaan) adalah

kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang terpusat pada klien dan

hasil yang diperkirakan dan ditetapkan sehingga perencanaan keperawatan

dipilih untuk mencapai tujuan tersebut. Dimana tahapanya meliputi

mengidentifikasi tujuan pasien, menetapkan hasil yang diperkirakan, memilih

tindakan keperawatan, mendelegasikan tidakan, dan menulis rencana asuhan

keperawatan.

Dalam penyusunan rencana keperawatan Penulis menggunakan

rencana keperawatan yang telah disusunkan oleh Nanda, NIC, NOC tahun

2015 sebagai standar acuan asuhan keperawatan yang diberikan. Dalam hal

ini setiap rencana keperawatan dikembangkan berdasarkan teori yang dapat

diterima secara logis dan sesuai dengan kondisi pasien . Penulis tidak terlalu

mengalami kesulitan yang begitu berarti dalam melakukan perencanaan, hal

ini disebabkan karena adanya beberapa faktor pendukung diantaranya


166

dukungan dari para pembimbing dan komunikasi yang baik antara keluarga

pasien dan perawat.

Implementasi

Tahap implementasi merupakan penerapan asuhan keperawatan yang

dilakukan kepada pasien. Implementasi adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status

kesehatan yang di hadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang

menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.


Implementasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi

ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang

diharapkan (Potter dan Perry, 2005).


Berdasarkan dari perencanaan keperawatan dilakukan beberapa

aktifitas untuk masing-masing diagnosa, dalam setiap tindakan penulis

melakukan komunikasi terapeutik, melakukan konseling, penyuluhan,

asuhan keperawatan langsung, pendidikan kesehatan untuk meningkatkan

pengetahuan pasien dan memberikan motivasi kepada pasien agar lebih

bersemangat sehingga kualitas hidupnya meningkat.


Asuhan keperawatan berupa tindakan telah dilakukan kepada Tn. M

dengan diagnosa sebagai berikut :


1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d obstruksi

jalan nafas (mucus berlebihan dan hiperplasia pada dinding bronkus


Pada kasus peneliti melakukan implementasi kepada pasien

diantaranya mengukur tekanan darah : 110/70 mmHg, Nadi : 88xi dan

RR : 26x/i, memantau batuk, dispnea, dan adanya sekret pada jalan


167

nafas Tn. M, memberikan posisi yang nyaman bagi pasien dengan

posisi setengah duduk, kolaborasi dalam memberikan oksigen 3 liter

saat sesak, menganjurkan dan memberikan pasien minum air hangat

(40-50 cc/kgBB/24 jam), mengajarkan kepada pasien tentang batuk

efektif, melakukan fisioterapi dada pada pasien dengan clapping dan

vibrasi, dan kolaborasi dalam memberikan nebu combiven untuk pasien


Menurut teori Batuk dengan dahak menunjukkan adanya

eksudat bebas dalam saluran pernapasan seperti pada bronchitis kronis,

bronkietasis, dan kavitas. Orang dewasa normal bisa memproduksi

mukus sejumlah 100 ml dalam saluran napas setiap hari. Mukus ini

digiring ke faring dengan mekanisme pembersihan silia dari epitel yang

melapisi saluran pernapasan. Keadaan abnormal produksi mukus yang

berlebihan (karena gangguan fisik, kimiawi, atau infeksi yang terjadi

pada membran mukosa), menyebabkan proses pembersihan tidak

berjalan secara adekuat normal, sehingga mukus ini banyak tertimbun

dan bersihan jalan nafas akan tidak efektif. Bila hal ini terjadi, membran

mukosa akan terangsang, dan mukus akan dikeluarkan dengan tekanan

intrathorakal dan intra abdominal yang tinggi. Di batukkan, udara

keluar dengan akselerasi yang cepat beserta membawa sekret mukus

yang tertimbun. Mukus tersebut akan keluar sebagai dahak (Prince,

2000).
Menurut data dari Instalasi Rehabitasi Medik Rumah Sakit

Baptis Kediri 3 bulan terakhir ( Juli September 2010 ) sejumlah 87

pasien yang terbagi dalam bulan Juli sebanyak 28 pasien, bulan Agustus
168

29 pasien, bulan September 30 pasien yang mengalami gangguan

ketidakefektifan bersihan jalan nafas dan semua pasien tersebut

mendapat terapi dan tindakan nebulizer. Studi pendahuluan dengan

wawancara pada 15 pasien yang dilakukan tindakan nebulizer di Rumah

Sakit Baptis Kediri didapatkan data 13 orang merasa lega saluran

pernapasanya dan bisa mengeluarkan dahak setelah dilakukan tindakan

nebulizer, dan 2 orang menyatakan puas sudah bisa mengeluarkan

dahak dengan baik setelah di berikan tindakan nebulizer.


Menurut penelitian Yosef et.al (2011), bahwa terdapat

pengeluaran dahak pada pasien dengan ketidakefektifan bersihan jalan

nafas di Instalasi Rehabilitasi Medik RS Baptis Kediri sebelum

diberikan tindakan batuk efektif adalah banyak sebanyak 2 ( 13,3% )

responden, pengeluaran dahak setelah diberikan tindakan batuk efektif

pada pasien dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas di Instalasi

Rehabilitasi Medik RS Baptis Kediri adalah banyak sebanyak 10

(66,66%) responden jadi erdapat pengaruh yang signifikan / bermakna

sebelum dan sesudah perlakuan batuk efektik pada pasien dengan

ketidakefektifan bersihan jalan nafas di Instalasi Rehabilitasi Medik RS

Baptis Kediri.
Jadi peneliti berasumsi bahwa ketidakbersihan jalan nafas yang

terjadi pada kanker paru disebabkan oleh adanya perubahan epitel silia

mukosa/ulserasi bronkus sehingga menyebabkan sumbatan parisial

pada bronkus sehingga mengakibatkan wheezing unilateral

bronkiektasis, untuk mengatasi masalah tersebut peneliti telah


169

menggunakan tindakan keperawatan sesuai SOP dan jurnal yang ada

terkait untuk menanggulangi masalah ketidak bersihan jalan nafas

contohnya nebu dan mengajarkan batuk efektif.

2. Ketidakefektifan pola nafas b.d hiperventilasi


Untuk mengatasi masalah keperawatan pada pasien dengan

ketidakefektifan pola nafas maka peneliti melakukan tindakan

keperawatan diantaranya melakukan pemeriksaan fisik dan tanda-tanda

vital, mengobservasi penurunan ekspansi dinding dada, mengatur posisi

bantal pasien agar leher tidak tertekuk dan pasien merasa nyaman,

mengajarkan teknik nafas dalam dan pernafasan bibir selama fase

ekspirasi, memonitor respon pasien terhadap pemberian oksigen 3 liter,

dan kolaborasi dalam memberikan drip aminophyllin 1 amp ke cairan

RL.
Dari teori menyebutkan biasanya pada orang yang mengalami

gangguan pernapasan, perawat memberikan terapi oksigen untuk

membantu memenuhi kebutuhan oksigenasi. Perawat dalam

menjalankan perannya berorientasi terhadap pemenuhan kebutuhan

dasar manusia. Salah satu kebutuhan dasar tersebut adalah oksigen

(Harahap, 2005). Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar yang paling

vital dalam kehidupan manusia. Dalam tubuh, oksigen berperan penting

di dalam proses metabolisme sel. Kekurangan oksigen akan berdampak

yang Bachtiar, Pelaksaan pemberian terapi oksigen bermakna bagi

tubuh, salah satunya kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu

dilakukan untuk menjamin agar kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan


170

baik. Untuk itu setiap perawat harus paham dengan manifestasi tingkat

pemenuhan oksigen pada pasien serta mampu mengatasi berbagai

masalah terkait dengan pemenuhan kebutuhan tersebut (Mubarak

et.al , 2008).
Pemberian terapi oksigen dapat memberikan oksigenasi yang

lebih baik dan dapat menurunkan tingkat pernafasan lebih randah

(Roca, et.al, 2010)


Menurut penelian Supiadi et.al, (2008), bahwa posisi

semivowler dapat memberikan kenyamanan dan membantu

memperingan kesukaran bernafas. Saat terjadi serangan sesak biasanya

pasien merasa sesak dan tidak dapat tidur dengan posisi berbaring,

melainkan dengan posisi duduk atau posisi setengah duduk untuk

meredakan penyempitan jalan nafas dan memenuhi oksigen dalam

darah.
Menurut penelitian Hendrizal (2012), terhadap 16 sampel

didapatkan rerata pCO2, sebelum dan sesudah menggunakan terapi

oksigen menggunakan non-rebreathing mask, nilai pH darah sebagian

besar menjadi normal, nilai pCO2 darah pada terapi oksigen terjadi

penurunan dan sebagian besar dibawah normal.


Menurut peneliti ketidakefektifan pola nafas pada pasien kanker

paru terjadi karena kanker yang terdapat dibronkhial mengobstruksi

bronkus sehingga terjadi dispnea, dan untuk mengatasinya penderita

gangguan sistem pernapasan harus terpenuhi kebutuhan dasarnya

dengan cara pemberian terapi oksigen dan pemberian posisi dan

tindakan yang tepat untuk pasien kanker paru. Pemberian terapi oksigen
171

adalah suatu kemampuan untuk memasukkan oksigen tambahan dari

luar ke paru melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat

sesuai kebutuhan tentunya cara pemberiannya pun harus benar dan

tepat.
3. Nyeri kronis b.d agen cidera biologis (akibat kanker paru)
Pada kasus nyeri kronis yang terjadi pada pasien peneliti

melakukan asuhan keperawatan diantaranya mengkaji tingkat nyeri

secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi

kualitas dan faktor presipitasi yang menyebabkan nyeri, membatasi

pengunjung dan menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi

pasien, memberikan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri

seperti memberikan terapi kognitif : distraksi, imagery dan relaksasi,

pijatan punggung, musik tenang dan memberikan posisi miring ke kiri

dan menganjurkan dan membantu pasien dalam teknik menekan dada

selama batukisasi dan berkolaborasi dalam pemberian terapi analgesik :

MST 15 mg 1 x 3 hari,
Menurut teori Syaifuddin (2006), kanker diketahui dapat

menimbulkan berbagai macam keluhan diantaranya nyeri. Nyeri adalah

keluhan utama yang paling sering diutarakan oleh penderita. Dalam

perjalanan penyakitnya, 45-100% penderita mengalami nyeri sedang

sampai dengan berat dan 80-90% nyeri itu dapat ditanggulangi dengan

pengelolaan nyeri kanker yang tepat sesuai dengan pedoman dari WHO

seperti penggunaan medikasi dengan tepat , pemberian terapi relaksasi

maupun distraksi, serta terapi musik klasik yang telah dilakukan oleh

beberapa ahli.
172

Menurut penelitan Phianmonkol et.al (2014), Intervensi yang

dilakukan terhadap pasien diantranya memberikan teknik distraksi,

positive mood, dan relaksasi selama 5 kali seminggu (untuk masing-

masing dari 2 minggu) dan 20 menit persesinya kerumah pasien yang

mengalami kanker, hasilnya pasien yang diberikan teknik relaksasi dan

distraksi dengan mendengarkan musik dengan tape mengalami

penurunan nyeri. Intervensi yang diberikan di rumah sakit dan ditempat

pengobatan pasien kanker dengan standar CBT dan profile-tailored

CBT pada 5 kali sesi dimana 50 menit setiap sesinya menunjukan

bahwa profile-tailored CBT dari awal sampai satu bulan setelah

intervensi menunjukan perubahan yang signifikan terhadap penurunan

nyeri dengan aktifitas, tidur, berjalan, distres dan kurang mobilitas,

sedangkan dengan CBT standar menunjukan setelah pemberian

intervensi selama 6 bulan memperlihatkan kualitas hidup pasien lebih

baik, nyeri berkurang, kinerja lebih baik, dan perawatan pasien lebih

menunjukan perubahan. Dan terakhir intervensi yang diberikan dengan

relaksasi, imagery, atau distraksi selama 2 minggu di pusat perawatan

kanker secara menyeluruh menunjukan hasil bahwa terapi dapat

mengurangi rasa sakit, kelelahan dan gangguan tidur. Dapat

disimpulkan bahwa terapi perilaku kognitif efektif dalam mengurangi

rasa sakit, sehingga dianjurkan sebagai terapi tambahan untuk

pengelolaan nyeri persisten akibat kanker.


Dari penjelasan diatas peneliti beramsumsi bahwa nyeri pada

kanker yang disebabkan oleh terjadinya ulserasi atau iritasi


173

menimbulkan nyeri dada sehingga perlu penanganan untuk

pengurangan nyeri tersebut seperti tindakan non-farmakologi dengan

teknik relaksasi dan distraksi sehingga dengan pemberian tindakan

tersebut bekerja di bagian sistem saraf otonom yaitu bagian syaraf yang

mengatur tekanan darah, denyut jantung, dan fungsi otak yang

mengatur dan mengontrol perasaan, emosi dan tidur.


4. Intoleransi aktivitas b.d ktidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan

oksigen
Dari masalah intoleransi aktivitas tersebut peneliti melakukan

tindakan keperawatan berupa menganjurkan pasien beristirahat bila

terjadi kelelahan dan sesak, membatasi pengunjung selama fase sesak

pasien berlangsung, menjelaskan pentingnya istirahat karena perlunya

keseimbangan antara aktivitas dan istirahat, membantu pasien memilih

posisi yang nyaman untuk beristirahat dengan posisi semivowler dan

miring ke kiri, menganjurkan pasien melakukan aktivitas secara

bertahap, dan menganjurkan dan Membantu keluarga dalam aktivitas

perawatan diri sehari-hari pasien.


Menurut teori Intoleransi aktivitas adalah ketika mereka

melakukan suatu gerakan. Bagi orang normal, berjalan dua tiga meter

tidak merasa lelah, akan tetapi bagi pasien yang mengalami intoleransi,

bergerak atau berjalan sedikit saja nafasnya sudah terengah-engah.

Sudah kelelahan. Karena tubuhnya tidak mampu memproduksi energi

yang cukup untuk bergerak. Jadi, apapun penyakit yang membuat

terhambatnya/terputusnya suplai nutrisi dan O2 ke sel, dengan kata lain

mengganggu pembentukan energi dalam tubuh, dapat menimbulkan


174

respon tubuh berupa intoleransi aktifitas .Jantung bertugas untuk

memompa darah ke seluruh tubuh, apabila jantung mengalami

gangguan, maka darah yang membawa O2 dan nutrisi menjadi

berkurang jumlahnya.sehingga produksi energy menjadi berkurang.

(Prihanto, Robert, 2007).


Hasil penelitian oleh Hallimuddin (2010), didapatkan ada

perbedaan tekanan darah sistole, diastole dan rata-rata sebelum dan

sesudah intervensi aktivitas dan latihan. Dengan intensitas latihan pada

fase akut selama dirumah sakit (inpatient) adalah ringan. Rekomendasi

penelitian ini adalah model aktivitas dan latihan klien yang

dikembangkan peneliti dapat diimplementasikan untuk memenuhi

kebutuhan aktivitas pada fase akut selama di rumah sakit (inpatient).


Menurut asumsi peneliti pasien yang mengalami kanker paru

akan intoleransi terhadap aktivitas yang terlalu berat, seperti berlari,

bekerja dan melakukan pergerakan secara berlebihan. Dikarenakan

seseorang yang mengalami kanker paru akan lebih banyak memerlukan

oksigen untuk kebutuhan metabolisme tubuhnya, sehingga jika terlalu

banyak beraktivitas pasien akan bisa sesak. Untuk itu sebaiknya pasien

yang mengalami kanker paru bisa beraktivitas secara berangsur-angsur

sesuai kemampuan tubuhnya dan tidak lagi bekerja terlalu berat, apapun

kebutuhan sehari-harinya bisa dibatu oleh keluarga atau pihak

pelayanan kesehatan.
5. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor

biologis dan kurang asupan makanan


175

Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien kanker paru peneliti

melakukan tindakan keperawatan diantaranya mengkaji status nutrisi

pasien seperti turgor kulit, berat badan, bising usus dan riwayat mual

dan muntah, mengkaji apa klien ada alergi makanan tertentu, menjaga

kebersihan mulut, anjurkan dan bantu pasien untuk selalu melakukan

oral hygient, mengajari pasien tentang diet yang bener sesuai kebutuhan

tubuh pasien : makanan biasa tinggi kalori dan protein, menganjurkan

pasien makan ketika selagi hangat, menganjurkan pasien dan menyuapi

pasien dengan prinsip makan sedikit tapi sering, berkolaborasi dalam

pemberian mekobalamin, E-Some, kalnex, vit K, vit C, dan RL 500 ml.


Menurut teori seseorang yang divonis kanker akan mengalami

ketakutan, kecemasan, dan stress yang merangsang hormon

katekolamin, yaitu hormon yang dapat menurunkan nafsu makan

(anoreksia). Penurunan nafsu makan diikuti dengan penurunan berat

badan drastis yang berujung pada kejadian kakeksia, yakni

ketidakseimbangan antara asupan dengan kebutuhan zat gizi yang

meningkat (Uripi, 2002). Kakeksia yang berkepanjangan akan

menyebabkan malnutrisi. Sebanyak 2050% penderita kanker

mengalami masalah gizi, salah satunya adalah malnutrisi (Sutandyo,

2007). Menurut Wilkes (2000) malnutrisi pada penderita kanker selain

akibat penyakit kanker itu sendiri, juga merupakan efek samping dari

terapi medis yang dijalani.


Penelitian Tjahjono (2011), yang membuktikan bahwa pasien

yang memperoleh dukungan keluarga yang baik, memiliki nafsu makan


176

yang baik pula. Sebanyak 15% pasien yang memeroleh peranan

dukungan pendamping yang baik, memiliki kualitas diet yang baik.

Pada kategori diet needs improvement, sebanyak 35% pasien

memperoleh peranan dukungan pendamping cukup, sementara itu, 30%

pasien memperoleh peranan dukungan pendamping yang baik. Tidak

ada pasien yang memeroleh peranan dukungan kurang, memiliki

kualitas diet yang baik. Sebagian besar kualitas diet pasien berada pada

diet need improvement meskipun memeroleh peranan dukungan

pendamping yang baik maupun cukup. Hal ini dikarenakan beberapa

faktor, seperti status kesehatan sebagai salah satu faktor intrinsik dan

keadaan ekonomi sebagai faktor ekstrinsik yang memengaruhi

kebiasaan makan seseorang. Status kesehatan sangat memengaruhi

kebiasaan makan Seseorang yang mengidap kanker akan mengalami

penurunan nafsu makan sekaligus penurunan konsumsi zat gizi.


Jadi menurut asumsi peneliti Kebiasaan makan pasien kanker

tidak hanya dipengaruhi oleh peranan dukungan pendamping, tetapi

juga dipengaruhi oleh keadaan atau karakteristik pasien kanker, seperti

usia, jenis kanker, stadium kanker, dan jenis terapi yang dijalani.

Sebaiknya pasien kanker meningkatkan asupan gizinya, terutama pada

asupan buah, sayur, dan susu serta olahannya agar dapat tercapai status

good diet.
6. Ansietas b.d ancaman kematian
Untuk mengatasi ansietas yang dialami pasien kanker paru maka

penulis melakukan aktivitas keparawatan seperti mempertahankan

kontak dengan pasien dan bicara dengan menyentuh pasien dengan


177

tepat, memberikan kesempatan untuk diskusi masalah dan harapan

pasien terhadap masalah kesehatanya, menemani pasien untuk

memberikan rasa keamanan dan mengurangi rasa takut, memberikan

semangat positif untuk pasien, menuntun pasien jika gelisah tetap

membaca ayat suci alquran dan melakukan teknik relaksasi bimbingan

imajinasi dan mengajarkan pasien untuk melakukan Progressive Muscle

Relaxation (PMR) untuk menurunkan ansietas.


Menurut teori pasien kanker yang berobat di rumah sakit

membutuhkan metode perawatan dan pengobatan yang lebih khusus

dibandingkan pasien lainnya. Pendekatan yang baik dan terapeutik dari

dokter dan perawat akan memperkuat koping pasien. Koping

dibutuhkan pasien sebagai upaya menghadapi ancaman fisik dan

psikososial. PMR adalah salah satu dari teknik relaksasi yang paling

mudah dan sederhana yang sudah digunakan secara luas. PMR

merupakan suatu prosedur untuk mendapatkan relaksasi pada otot

melalui dua langkah. Langkah pertama adalah dengan memberikan

tegangan pada suatu kelompok otot, dan kedua dengan menghentikan

tegangan tersebut kemudian memusatkan perhatian terhadap bagaimana

otot tersebut menjadi relaks, merasakan sensasi relaks secara fisik dan

tegangannya menghilang (Richmond 2007).


Hasil penelitian pengaruh PMR terhadap kecemasan dan mual

muntah akibat kemoterapi pada pasien kanker payudara telah pernah

dilakukan oleh Maryani et.al (2009), di Rumah Sakit Hasan Sadikin

Bandung. Responden penelitian dibagi menjadi dua kelompok yaitu


178

kelompok intervensi dan kontrol. Pada kelompok intervensi diberikan

relaksasi dengan PMR sehari dua kali selama satu minggu post

kemoterapi dalam dua siklus kemoterapi atau secara total subjek

melakukan 28 kali relaksasi dengan PMR, sementara kelompok kontrol

hanya mendapat terapi standar. Hasil penelitian menunjukkan selisih

penurunan rata-rata kecemasan, mual dan muntah sebelum dan setelah

PMR pada kelompok intervensi dan kontrol berbeda secara bermakna

dengan p value=0,000.
Menurut asumsi peneliti kecemasan yang dihadapi oleh pasien

kanker berhubungan dengan ancaman yang akan ditimbulkan oleh

penyakit yang dideritanya, untuk mengurangi kecemasan tersebut salah

satu tindakan mandiri bisa diberikan adalah dengan relaksasi PMR,

sehingga timbul perasaan relak dan sugesti relak karena merangsang

sistem saraf parasimpatis yang akan mengontrol aktivitas yang

berlangsung selama penenangan tubuh, kemudian selanjutnya juga akan

mempengaruhi neurotransmiters yang merupakan bahan kimia

pembawa pesan di dalam otak yang mengatur perasaan dan pikiran

seseorang. Stimulus yang sampai pada sistim saraf pusat akhirnya akan

merangsang sistem kelenjar sebagai respon fisiologis tubuh baik secara

menyeluruh maupun lokal. Tiga neurotransmitter utama yang

berhubungan dengan kecemasan adalah Norephineprin (NE), serotonin

dan gamma aminobutyric (GABA). Sistem norephineprin merupakan

pikiran yang menjembatani respon fight-flight, dihubungkan dengan

neurotransmitter ke struktur lain dari otak yang berhubungan dengan


179

kecemasan yaitu amigdala, hipokampus dan korteks cerebral (berfikir,

menginterpretasikan dan perencanaan) sehingga progressive muscle

relaksation efektif menurunkan kecemasan pada pasien kanker paru.


7. Defisiensi pengetahuan b.d sumber pengetahuan
Untuk masalah keperawatan defisiensi pengetahuan penulis

melakukan tindakan keperawatan seperti mengkaji pengetahuan pasien

dan keluarga tentang pemahaman terhadap penyakit yang dialami

pasien, menjelaskan tentang keluarga mengenai penyakit dan program

pengobatan pasien, mendiskusikan tentang perubahan gaya hidup yang

mungkin digunakan untuk mencegah komplikasi, menginstuksikan

pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi

perawatan kesehatan dengan cara yang tepat dan menanyakan kembali

pengetahuan pasien tentang penyakit, prosedur perawatan dan

pengobatan.
Menurut teori Wrasangka (2008), yang menyatakan bahwa

psikoedukasi adalah merupakan suatu tindakan yang diberikan kepada

individu dan keluarga untuk memperkuat strategi koping atau suatu cara

khusus dalam menangani kesulitan perubahan mental, psikoedukasi

dapat dilaksanakan diberbagai tempat pada berbagai kelompok atau

rumah tangga.
Penelitian yang dilakukan oleh Hartati (2010), tentang pengaruh

penyuluhan kesehatan terhadap kecemasan wanita penderita kanker di

RSUP Haji Adam Malik Medan, berdasarkan hasil uji statistik dengan

menggunakan uji Paired samples T-Tes didapatkan value = 0,013

yang berarti ada pengaruh signifikan sebelum dan sesudah diberikan


180

psikoedukasi terhadap tingkat kecemasan wanita yang mengalami

kanker di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2010.


Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa

pemberian psikoedukasi dapat membantu mengatasi kecemasan pada

pasien kanker dikarenakan manfaat dan pemberian psikoedukasi

tersebut dapat membantu mengatasi kekurangan pengetahuan dan

kecemasan, membuat perasaan menjadi lebih baik, dapat membantu

memecahkan masalah yang dihadapi, mengurangi depresi juga

menumbuhkan rasa percaya diri, psikoedukasi juga dapat memperkuat

strategi koping atau suatu cara khusus dalam menangani kesulitan

perubahan mental yang dialami.

Evaluasi
Pada saat sebelum dilakukanya tindakan keperwatan pasien

mengatakan sesak, sesak dikeluhkan hilang timbul, sesak berkurang ketika

istirahat dan meningkat saat beraktivitas, batuk bercampur darah tanggal 09

Juni 2017, pasien mengalami suara serak (kesulitan verbalisasi), batuk

tampak tidak efektif, terdapat batuk yang sulit dikeluarkan, suara nafas

wheezing, pasien menggunakan otot bantu pernafasan, pasien mengatakan

tidak nyaman ketika banyak beraktivitas, tampak mengalami keletihan,

pasien lebih senang tidur dengan posisi miring ke kiri, ekspansi paru sebelah

kanan menurun, dada sebelah kanan terasa sakit, sakit dirasakan seperti

diremas-remas, nyeri dirasakan menjalar kepunggung kanan dengan durasi +

30 menit, nyeri muncul > 2x sehari, skala nyeri pasien 7, pasien mengatakan

cemas terhadap penyakitnya, pasien mengatakan apakah penyakitnya tidak


181

bisa disembuhkan, keluarga mengatakan pasien sering menangis, pasien

mengatakan semangat hidupnya menurun, pasien mengatakan takut terhadap

penyakitnya, pasien tidak nafsu makan sejak + 3 bulan terakhir ini, apapun

yang diberikan makanannya tidak dihabiskan, pasien saat ditanya hanya

menghabiskan 1/3 porsi makan yang diberikan oleh pihak Rumah sakit,

makan tidak teratur, badan terasa lemah, konjungtiva anemis, BB menurun

3 bulan terakhir ini, pasien selalu bertanya tentang penyakitnya, pasien

mengatakan tidak mengetahui dengan jelas penyakitnya, cara perawatan

penyakitnya, dan bagaimana penyakit tersebut bisa terjadi padanya.


Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 4x pertemuan kepada

Tn. M, maka Tn. M menunjukan perbaikan. Pada saat dievaluasi, pasien

mengatakan batuk dan sesak hanya sesekali dan terasa sudah lebih baik, RR :

22x/i, Wheezing di lapang paru kanan, sehingga masalah keperawatan

ketidakefektifan jalan nafas teratasi dan intervensi dihentikan dan pasien

pulang.
Pada masalah pola nafas pasien mengatakan saat ini pasien sudah

tidak sesak dan sesak datang hanya sesekali, RR : 22x/i, Pasien tampak sudah

tidak sesak, Penguunaan otot bantu pernafasan (-) sehingga masalah

keperawatan ketidakefektifan pola nafas teratasi dan pasien pulang.

Selanjutnya pada masalah nyeri, pasien mengatakan saat ini nyeri sudah

berkurang, sudah rileks dan tidur malam, pasien tampak tenang dan

beristirahat, TD : 120/70 mmHg, N : 86x/i, RR : 22 x/i, sehingga masalah

nyeri kronis teratasi dan intervensi dihentikan dan anjurkan pasien selalu

menggunakan teknik non farmakologi jika nyeri berulang.


182

Untuk masalah intoleransi pasien mengatakan sudah memiliki tenaga

dan bisa makan dan kekamar mandi secara mandiri, TD : 110/70 mmHg, RR :

22x/i, N : 84x/i, pasien tampak sudah bisa melakukan aktifitas secara mandiri,

sehingga masalah keperawatan intoleransi aktivitas teratasi dan hentikan

intervensi dan observasi selalu pasien dalam pelaksanaan aktivitas yang dapat

dilakukanya.
Pada masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhn tubuh

pasien mengatakan sudah ingin selalu makan untuk mencegah badanya agar

tidak lemah, pasien mengatakan sudah ingin pulang karena terasa lebih sehat,

pasien mengatakan telah menghabiskan makanan yang diberikan oleh pihak

rumah sakit, pasien tampak menghabiskan porsi makanya dan asien tampak

lebih segar, sehingga masalah gangguan ketidakseimbangan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh teratasi dan intervensi dihentikan, pasien pulang, juga

memberikan motivasi dan dukungan pada pasien agar menjaga pola makanya

yang sehat jika sampai dirumah nantinya.


Sedangkan masalah ansietas pasien mengatakan sudah menerima

takdir yang diberikan tuhan dan ingin menjalani kehidupan sebaik-baiknya,

Pasien tampak mulai bersemangat dan ingin cepat pulang sehingga masalah

keperawatan ansietas teratasi dan intervensi dihentikan dan selalu

memberikan dukungan sosial kepada pasien dari perawat atau pun keluarga

jika rasa takut kembali muncul.


Masalah keperawatan yang terakhir yaitu defisiensi pengetahuan

dengan evaluasi pasien mengatakan telah mengetahui materi yang dijelaskan,

pasien dapat menjawab pertanyaan dari item yang dijelaskan, sehingga

masalah keperawatan defisit pengetahuan teratasi dan hentikan intervensi dan


183

selalu memberikan motivasi untuk pasien dan menjawab segala sesuatu

dengan kenyataan jika nantinya pasien dan keluarga kembali bertanya.


Menurut Dermawan D. (2012) evaluasi adalah proses keberhasilan

tindakan keperawatan yang membandingkan antara proses dengan tujuan

yang telah ditetapkan, dan menilai efektif tidaknya dari proses keperawatan

yang dilaksanakan serta hasil dari penilaian keperawatan tersebut digunakan

untuk bahan perencanaan selanjutnya. Harapan hidup kanker payudara dan

prostat adalah lima tahun untuk 80% dari penderita sementara kanker paru-

paru sekitar 10%. Orang yang selamat dari kanker paru-paru selama lima

tahun, sepuluh kali lebih mungkin terkena kanker lain.


Dalam laporan organisasi sosial kanker menganalisa pengalaman

85.000 pasien kanker di Inggris dari tahun 2004 sampai 2011, Mereka

meneliti rincian pengalaman penderita empat jenis kanker -payudara, prostat,

paru-paru, dan otak- setelah mereka didiagnosa. Meskipun tingkat harapan

hidup beberapa jenis kanker 'melonjak' dalam 40 tahun terakhir di Inggris,

laporan ini menyatakan jenis kanker lain tertinggal jauh. Temuan tersebut

dapat dijadikan alasan tentang pentingnya perbaikan penanganan kanker di

Inggris (BBC, 2014).


Jadi menurut asumsi peneliti walaupun masalah tindakan keperawatan

pada pasien saat dievaluasi di hari terkhir teratasi tetapi permasalahan

tersebut dapat muncul kembali karena sifatnya hanya sementara, selama

kanker itu masih ada dan mengganas di paru-paru pasien tersebut. Akan tetapi

tindakan mandiri untuk mengurangi gejala yang ditimbulkan oleh kanker paru

harus ditangani dan bisa juga dijarkan kepada pasien sehingga harapan hidup

pasien lebih baik, dan kualitas hidupnya tercapai lebih optimal.


184

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada Tn. M dengan

kanker paru diruangan rawat inap paru maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Konsep Teori Asuhan Keperawatan Kanker Paru
Kanker paru adalah karsinoma bronkogenik karena sebagian besar

tumor ganas primer sistem pernapasan bagian bawah bersifat epitelial dan

berasal dari mukosa percabangan bronkus. Dari etiologi yang menyerang

percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi

sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan

karsinogen maka menyebabkan metaplasia, hyperplasia dan displasia. Bila

lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia

menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi

langsung pada kosta dan korpus vertebra. Gejala-gejala yang timbul dapat

berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral

dapat terdengan pada auskultasi.


2. Asuhan Keperawatan Pada Tn. M Dengan Kanker Paru
Berdasarkan hasil pengakajian pasien dengan kanker paru yang telah

dilakukan pada tanggal 13 Juni 2017 didapatkan tidak banyaknya perbedaan

antara teoritis dengan tinjauan kasus yang ditemukan dilapangan tentang

asuhan keperawatan pada Tn. M dengan Kanker Paru di Ruangan Rawat Inap

Paru RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2017. Sesuai dengan data

objektif dan subjektif pasien maka


192didapatkan 7 diagnosa sesuai dengan
185

keadaan pasien yaitu ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d Obstruksi Jalan

Nafas (mucus berlebihan hiperplasia pada dinding bronkus), ketidakefektifan

pola nafas b.d Hiperventilasi, nyeri kronis b.d agen cidera biologis (akibat

Kanker paru), intoleransi aktifitas b.d Ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

b.d Faktor Biologis dan kurang asupan makanan, ansietas b.d ancaman

kematian, defisiensi pengetahuan b. Kurang sumber pengetahuan.


Penulis mampu menyusun intervensi dan melaksanakan implementasi

keperawatan pada Tn. M dengan diagnosa medis kanker paru. Dimana

penulis melakukan asuhan keperawatan menggunakan pendekatan intervensi

NIC NOC. Implementasi keperawatan dilakukan selama 4 hari dengan semua

masalah keperawatan pada klien dapat teratasi.


3. Menerapkan Jurnal Keperawatan Untuk Masalah kanker Paru
Diantara jurnal-jurnal yang dipakai dan bisa mempengaruhi terhadap

perbaikan gejala-gejala yang ditimbulkan dari kanker paru adalah

Effectiveness of Cognitive Behavioral Therapy Techniques For Control of

Pain in Lung Cancer Patiens, Pengaruh Progressive Muscle Relaxation

Terhadap Penurunan Kecemasan Pada Pasien Kanker yang Menjalani

Kemoterapi, Pelaksanaan Pemberian Terapi Oksigen Pada Pasien Gangguan

Sistem Pernafasan, Batuk Efektif Dalam Pengeluaran Dahak Pada Pasien

Dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Di Instalasi Rehabilitasi

Medik Rumah Sakit Baptis Kediri, Pengaruh Perawatan Paliatif Terhadap

Pasien Kanker Stadium Akhir, Peranan Dukungan Pendamping Dan

Kebiasaan Makan Pasien Kanker Selama Menjalani Terapi.


4. Menganalisa asuhan keperawatan jurnal, teori dan kasus tentang Kanker Paru
186

Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker

paru didapatkan perbedaan diagnosa keperawatan secara teoritis dengan kasus

atau masalah keperawatan pada Tn. M yaitu gangguan pertukaran gas dan

gangguan pola tidur.


Sementara itu, setelah penulis melakukan analisis terhadap jurnal

terkait tentang masalah kanker paru ditemukan adanya persamaan jurnal

tersebut dengan masalah keperawatan pada Tn. M dengan kanker paru.

Dimana jurnal dan penelitian tersebut bisa mendukung tindakan atau

implementasi keperawatan yang diberikan kepada pasien kanker paru

sehingga kualitas hidup pasien kanker paru lebih meningkat.

B. Saran
1. Bagi Pasien
Diharapkan kepada pasien bisa saling bersosialisasi seperti saling

berbagi pengalaman, tindakan dan Ilmu, yang membuat pasien bisa berpikir

positif terhadap hidupnya kedepan bahwa semua yang dirasakan dan di

dapatkan dari penyakitnya adalah proses untuk menjalani hidup lebih baik

dan bersemangat lagi untuk kedepanya.

2. Bagi Rumah Sakit


Diharapkan kepada petugas medis agar meningkatkan pelayanan,

terutama rawat inap paru dalam memberikan pelayanan yang lebih baik dan

menghasilkan pelayanan yang memuaskan bagi pasien. Dengan adanya

penelitian yang dilakukan oleh penulis, diharapkan dapat menjadi intervensi

baru bagi perawat dimana lebih difokuskan kepada kesediaan perawat untuk

meluangkan waktu mengajarkan teknik relaksasi, terapi perilaku kognitif,

distraksi, batuk efektif dan betul-betul memberikan edukasi pada pasien


187

kanker paru sehingga pasien tidak mengalami depresi dan cemas terhadap

penyakitnya.
3. Institusi Pendidikan
Diharapkan kepada institusi pendidikan untuk lebih menambah

referensi mengenai kanker paru dan bisa memperdalam lagi ilmu

pembelajaran mengenai gangguan sisten pernafasan khususnya kanker paru.


4. Perkembangan Ilmu Keperawatan
Diharapkan pelayanan keperawatan dapat memberikan asuhan yang

lebih baik, menghasilkan pelayanan yang memuaskan untuk pasien dan dapat

melihatkan perkembangan pasien yang lebih baik sesuai dengan

perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan khususnya keperawatan untuk

pasien kanker paru.

5. Bagi Peneliti selanjutnya


Diharapkan bisa mendapatkan intervensi inovatif lagi dalam

penanganan masalah keperawatan pasien kanker paru dan juga bisa

memberikan perbandingan tindakan keperawatan pada pasien yang berbeda

tetapi dengan kasus yang sama.

Anda mungkin juga menyukai