Anda di halaman 1dari 48

Laporan Kasus

Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Multipel

dan Penggunaan Zat Psikoaktif Lainnya-Keadaan Putus Zat dan

Episode Depresif Sedang

(F19.3 + F32.1)

Oleh

Luisa Vinadiya

NIM. I1A010051

Pembimbing

dr. H. Yulizar, Sp.KJ, MM

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa

Fakultas Kedokteran UNLAM/RSUD Ulin

Banjarmasin

Juli, 2014
LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. AP

Usia : 20 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Pertokoan Ramayana Pasar Antasari Jalan Pangeran

Antasari Banjarmasin (menggelandang)

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Pemulung (pengumpul karton)

Agama : Islam

Suku : Bugis Makasar

Bangsa : Indonesia

Status Perkawinan : Belum Menikah

Tanggal Berobat : 26 juli 2014

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Diperoleh dari autoanamnesa pada tanggal 26 Juli 2014 pukul 17.05 WITA

di IGD RSUD Ulin Banjarmasin dan alloanamnesa dengan Tn Ahmad, teman

pasien pada tanggal 26 Juli 2014 pukul 17.30 WITA di IGD RSUD Ulin

Banjarmasin.

A. KELUHAN UTAMA :

Nyeri dada

2
KELUHAN TAMBAHAN:

Penglihatan kabur, muntah darah, nyeri kepala, dan gelisah.

B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Alloanamnesis (Teman Os, mandor gudang Pasar Antasari)

Menurut pengakuan Tn.A, os merupakan transmigran dan baru tinggal di

Banjarmasin terutama di pasar antasari sejak 24 Juni 2014. Os tidak memiliki

pekerjaan dan keahlian apa-apa. Tn.A kenal dengan os karena setiap malam, os

tidur di depan gudang yang dimandori oleh Tn.A sehingga Tn.A merasa iba dan

memberi os pekerjaan yaitu membantu mengumpulkan kardus. Sejak awal, os

bukan pekerja yang rajin. Os sering malas-malasan dengan duduk saja dan minum

alkohol. Namun, os tidak pernah kasar terhadap Tn.A. Os jarang makan, kecuali

jika mendapat uang dari Tn.A. Os juga jarang terlihat mandi, tetapi os memiliki

tas yang berisi baju-baju. Os terkadang mencuci bajunya sendiri hanya dengan air

tanpa menggunakan sabun dan menjemurnya di pinggiran gudang.

Minggu tanggal 6 Juli 2014, Tn.A mendapat laporan bahwa tadi malam os

bermain judi dan minum-minuman keras. Tn.A langsung mencari os dan

menanyakan kebenarannya. Os mengaku diajak oleh teman-temannya untuk

minum-minuman keras. Os juga mengaku diajak temannya mengonsumsi obat

dextro sebanyak 20 biji agar merasa bersemangat. Os mengaku mendapat uang

untuk bermain judi dengan memeras beberapa pedagang di sore hari. Tn.A

menegur os dan meminta os untuk berhenti dari 3 hal tersebut. Os tidak menjawab

dan pergi ke dalam gudang.

3
Tn.A mengaku sudah beberapa kali menegur os untuk berhenti tetapi os

tidak mau mendengar. Os tetap saja melakukannya. Namun, Tn.A tetap merasa

kasihan dengan os karena os tidak punya keluarga disini sehingga Tn.A tetap

membayar os jika os bekerja dan memberi os makan jika os tidak mau bekerja.

Menurut Tn.A, os tidak pernah bercerita tentang keluarganya. Sejak hari senin

tanggal 21 Juli, os terlihat sakit-sakitan. Os hanya tidur-tiduran, tidak mandi dan

tidak makan. Os juga sering muntah. Tn.A tetap membiarkan os sakit agar dia jera

dengan perilakunya dan juga karena Tn.A tidak punya biaya jika os dirawat di

rumah sakit. Namun, pada hari jumat malam os muntah darah. Tn.A mengetahui

hal ini karena Tn.A datang ke pasar dan ingin mengajak os ke pagatan untuk

berwisata. Akhirnya, setelah berdiskusi dengan beberapa teman Tn.A lainnya

yang juga pemulung, Tn.A membawa os ke rumah sakit.

Autoanamnesis:

Os merupakan orang asli makasar. Tiga tahun yang lalu yaitu tahun 2010 os

menggunakan sabu-sabu sebanyak 5 gram per hari, tidak tentu berapa kali sehari

tetapi jumlahnya 5 gram. Os menggunakan sabu-sabu selama 1 bulan hingga

akhirnya diketahui oleh kakak os. Os menggunakan sabu-sabu karena merasa

orang tuanya tidak menyayangi os. Os merasa dibedakan dan selalu dibilang

nakal. Akhirnya os mencari kesenangan di luar rumah. Os merasa teman-

temannya menghargai os terutama saat mereka bersama-sama. Os juga sudah

mengonsumsi alkohol sejak berumur 17 tahun. Rata-rata 2 botol per hari diminum

terutama saat malam. Setelah diketahui oleh kakak os, akhirnya os diusir dari

rumah. Os pergi ke samarinda dan bekerja sebagai buruh aspal disana. Selama di

4
samarinda, os mengaku berhenti memakan sabu-sabu tetapi os tetap mengonsumsi

alkohol. Os bekerja di samarinda tahun 2010-2014. Os memutuskan pindah dari

samarinda karena merasa tidak kuat lagi bekerja sebagai buruh aspal. Os merasa

sangat lelah dan ingin pulang ke makasar, tetapi os tidak memiliki biaya sehingga

akhirnya os pergi ke banjarmasin dengan harapan bisa mendapat uang dan segera

kembali ke makasar.

Os tiba di banjarmasin satu bulan yang lalu tetapi os lupa tanggal tepatnya.

Os naik bus dari samarinda. Os menginap satu hari di pal 6 kemudian os naik taksi

dan tiba di terminal jalan jati. Os melihat pasar yaitu ramayana dan berniat bekerja

di sana. Os pun mengakui tidur menggelandang di depan gudang hingga akhirnya

bertemu Tn. A. Os memutuskan mau bekerja membantu Tn.A mengumpulkan

kerdus. Walaupun pekerjaan ini bukan harapan os. Pekerjaan ini hanya cukup

untuk makan sehari-hari. Os menumpang mandi di mesjid sebelah ramayana.

Tetapi os sungkan dengan kebaikan Tn.A sehingga os tetap bekerja. Os mengaku

memang malas-malasan dalam bekerja karena os sering melamun. Os rindu

dengan makasar dan mengingat makasar dalam lamunannya.

Satu minggu di Banjarmasin tanpa pekerjaan yang jelas os merasa semakin

tidak berguna. Os merasa tidak akan bisa kembali ke makasar sehingga os merasa

sangat sedih sepanjang waktu. Hingga akhirnya sabtu sore tanggal 5 juli os diajak

temannya bersenang-senang. Menurut temannya, dia bisa mengajak os bersenang-

senang dengan cara yang murah. Teman os menyaratkan os untuk berjudi terlebih

dahulu tetapi os berkata tidak memiliki uang. Maka os mencari uang dengan

memalak pedagang daerah pasar antasari. Malamnya saat berjudi os meminum

5
minuman keras tanpa merk yang ditawarkan temannya. Os minum sebanyak 4

gelas. Selesai berjudi, teman-temannya membuat ramuan yaitu 20 biji obat

dekstro ditambah mixagrip 6 biji, dan obat gila yang berwarna merah dan hijau.

Os mengetahui itu obat gila dari temannya. Teman os mendapatkan itu dari bak

sampah di pasar ramayana. Kelima macam obat itu ditumbuk dan dibagi

kemudian diminum dengan cara dicolek dan dijilat. Os mengaku merasa melayang

saat menggunakan obat tersebut. Os juga merasa senang dan lebih kuat. Os tidak

ada melihat bayangan atau seperti berada di daerah tertentu, os juga tidak

mendengar bisikan saat menggunakan obat tersebut.

Pagi hari os tersadara karena dibangunkan Tn.A. Os tidak merasa melayang

lagi tetapi kepala os sangat pusing dan os merasa sangat mengantuk. Os tidak ada

melihat bayangan atau mendengar bisikan. Os menggunakan obat aplusan itu

setiap malam sejak hari sabtu tersebut karena os merasa nyaman dan senang saat

di bawah pengaruh obat tersebut. Os mengaku setiap malam selalu memikirkan

obat tersebut dan merasa ada dorongan dari dalam dirinya untuk menggunakan

obat itu lagi. Os merasa tidak berdaya, merasa lemah, dan putus asa saat tidak

meminum obat tersebut. Os mengaku tidak ada peningkatan jumlah tablet setiap

harinya. Os tetap menggunakan 20 tablet setiap malamnya. Os merasa sesak napas

jika tidak mengonsumsi dekstro secara rutin. Os tahu mengonsumsi dekstro

tersebut tidak baik tapi os tetap menggunakannya karena takut merasa lemah,

putus asa, dan sesak napas jika tidak memakannya.

Os juga rutin mengonsumsi alkholol sejak malam berjudi tersebut. Biasanya

os hanya meminta dari temannya karena tidak punya uang. Os bersamaan minum

6
alkohol dengan temannya dari botol yang sama sehingga sulit menentukan berapa

gelas. Alkohol yang diminum juga selalu tidak bermerk. Os tidak pernah bertanya

apakah itu alkohol oplosan atau alkohol sebenarnya. Menurut os, botolnya tidak

bersegel tetapi awal dibuka isinya penuh hingga leher botol.

Rabu tanggal 23 juli os mengeluhkan muntah darah. Muntahan berwarna

merah hati dengan bercampur lendir. Darah yang keluar kira-kira satu gelas kecil

yaitu sekitar 100-150cc. Setelah itu, os juga 2 kali memuntahkan isi perutnya yang

pertama berupa air asam. Yang kedua berupa makanan karena Tn.A memberi os

makan. Pada hari kamis os mengeluh nyeri kepala di belakang telinga kiri,

menjalar hingga belakang kepala dan leher. Os merasa kepalanya juga berputar.

Nyeri seperti dijerat dan dibebani benda berat sehingga os tidak mampu bangun.

Os merasa nyeri seharian dan tidak berkurang walaupun dibawa beristirahat. Pada

hari jumat, os menyeluh nyeri dada seperti ditusuk di bagian tengah dada. Os juga

sulit merasa bernapas. Os mengaku pergi ke jembatan mitra dan loncat untuk

bunuh diri, tetapi os bisa menyelamatkan diri. Saat Tn.A datang, os diberi

makanan. Tn. A tidak tahu os terjun ke sungai. Os terjun ke sungai karena tidak

tahan lagi dengan sakit kepala yang os rasakan. Setelah makan, os muntah darah

tapi hanya bercak kira-kira 1 sendok makan. Malam harinya os merasa sangat

kesakitan dada sehingga meminum dekstro lagi sebanyak 20 biji. Sabtu pagi sesak

napas os menghilang tapi nyeri kepala, nyeri dada, dan mual masih ada. Os malah

mengeluh penglihatannya kabur. Os mengaku melihat Tn.A menjadi 5 orang yang

berjejer. Akhirnya karena muntah lagi sebanyak 3 kali yang berupa makanan,

Tn.A dan teman-teman pemulung lainnya membawa os ke rumah sakit Ulin.

7
Sepanjang hari sabtu, os hanya makan 1 kali dan semuanya dimuntahkan. Os

Buang air kecil 2 kali dalam hari sabtu ini. Berkemih lancar, warna kemih kuning

pekat dan aliran kemih tetap deras. Setelah ditangani, os merasa mualnya

berkurang tapi nyeri kepala dan nyeri dadanya masih ada. Os juga sedikit

tersengal-sengal saat diwawancarai.

C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

- Os tidak ada riwayat kejang saat memakai sabu-sabu

- Os tidak pernah dalam pengobatan psikiater

- Os tidak pernah MRS karena gejala serupa atau gejala lainnya akibat

obat-obatan.

D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

1. Riwayat Antenatal dan Prenatal

Data tidak akurat.

2. Infancy (0 - 1,5 tahun) Basic Trust vs. Mistrust

Data tidak akurat.

3. Early Childhood (1,5 3 tahun) Autonomy vs. Shame & Doubt

Data tidak akurat.

4. Preschool Age (3 6 tahun) Inisiative vs. Guilt

Data tidak akurat.

5. School Age (6 12 tahun) Industry vs. Inferiority

8
Os jarang dibelikan mainan oleh orang tuanya. Os selalu dimarahi jika

meminjam atau mempreteli barang orang tuanya. Os selalu dibilang

anak nakal oleh orang tua dan gurunya. Os merasa gurunya adalah

tukang adu sehingga os sering dimarahi di rumah.

6. Adolescence (12 20 tahun) Identity vs. Role Diffusion

Saat remaja, os mengaku tidak lagi ditegur oleh ayahnya. Os dibiarkan

saja walaupun tidak pulang. Os mulai minum minuman keras. Ketika

bermasalah dengan kakak-kakaknya os memutuskan pergi dari rumah

dan tidur di jalanan bersama teman-temannya. Os jarang bertegur sapa

dan berdiskusi dengan ayahnya. Os sering ditakuti anak-anak sekitar

rumahnya dan dibilang preman.

7. Riwayat Pendidikan

Os sekolah di SDN 78 Makasar. Os tiga kali tidak naik kelas karena

malas belajar, tidak mengumpul PR dan selalu mendapat nilai rendah

di kelasnya. Os tidak melanjutkan ke jenjang seterusnya.

8. Riwayat Pekerjaan

Selama di makasar, os tidak bekerja, hanya meminta uang dari kakak

dan ayahnya. Os pernah bekerja jadi buruh aspal di samarinda tahun

2010-2014. Os bekerja sebagai pemulung karton Juni 2014-sekarang.

9. Riwayat Perkawinan

Os tidak pernah menikah

9
E. RIWAYAT KELUARGA

Herediter (-)
Keterangan :
= Pasien
= Laki-laki
= Wanita
= Meninggal

Di keluarga os, tidak ada yang menggunakan obat-obatan terlarang dan


gangguan jiwa.

F. RIWAYAT SITUASI SEKARANG

Os tinggal di teras toko Tn.A yang merupakan gudang penyimpanan kardus.

Os memiliki 6 pasang baju dan 2 pasang celana jins. Os makan tidak teratur,

jika ada uang os makan, jika tidak ada os tidak makan. Os mengaku teratur

mandi 2 kali sehari di mesjid sebelah ramayana. Os mengaku melakukan

sholat tetapi jarang.

10
G. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN LINGKUNGANNYA

Os kooperatif saat diwawancara. Os masih tersengal-sengal saat menjawab

pertanyaan. Os merasa dirinya lemah dan perasaannya selalu sedih karena rindu

dengan makasar. Os merasa sebatang kara dan tidak punya harapan untuk kembali

ke makasar. Os merasa ditolak oleh makasar. Os merasa dibenci oleh semua orang

di makasar. Os merasa hanya orang Banjarmasin yang mau menerima os, tetapi os

tetap merasa kesepian di makasar.

Berdasarkan anamnesis, os memiliki dua kepribadian yang mencolok yaitu

disosial dan ambang. Disosial karena:

1. Os tidak disiplin sewaktu sekolah dulu

2. Os senang bolos

3. Os tidak peduli dengan aturan yaitu memalak dan tidur di emperan

4. Os sering minggat terutawa waktu kerja

5. Os mabuk-mabukan

6. Os tak bertanggung jawab terhadap diri sendiri

7. Os tak mampu belajar dari pengalamannya diusir dari rumah karena

memakai sabu-sabu, os malah memakain dekstro.

8. Os mudah frustasi saat kelelahan bekerja atau saat tidak punya

pekerjaaan tetap

Ambang karena
1) Os memiliki keinginan bunuh diri walaupun baru satu kali
2) Os memiliki konflik jati diri antara kembali ke makasar atau
bersenang-senang di banjarmasin
3) Os merasa kehampaan sebatang kara di Banjarmasin
4) Os mudah bosan yaitu os bosa dengan pekerjaannya di samarinda.

11
Berdasarkan wawancara dengan os melalui kuesioner skala tipe kepribadian oleh
Jung, os mendapat nilai 74 yang artinya os memiliki kepribadian introvert.

III. STATUS MENTAL

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan

Os tampak tidak merawat kebersihannya karena os berbau badan

menyengat. Perawakan os bertubuh tinggi besar dengan kulit sawo

matang. Os menggunakan baju kaos putih bergambar rumah toraja dan

celana jins warna biru. Os berambut gondrong sebahu berwarna hitam.

Os terbaring di kasur igd menggunakan oksigen. Os tidak mampu

duduk dan bicara tersengal-sengal. Os tampak lemah dan sakit sedang.

Selama diberi pertanyaan oleh pemeriksa, os bisa mempertahankan

kontak mata. Setiap kali diberi pertanyaan os selalu menjawab

walaupun kebenaran jawaban os diragukan.

2. Kesadaran

Jernih

12
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor

Normoaktif

4. Pembicaraan

Os berbicara lancar, spontan dan relevan.

5. Sikap terhadap pemeriksa

kooperatif

6. Kontak psikis

Kontak ada, wajar, lancar, relevan dan dapat dipertahankan

B. Keadaan Afektif, Perasaan, Ekspresi Afektif serta Empati

1. Afek : Tension

2. Ekspresi Afektif :

Stabilitas: stabil

Pengendalian: pengendalian emosi baik walaupun pemeriksa

sudah memancing sugesti bahwa ini semua kesalahan os,

Sungguh-sungguh: ya

Empati : Dapat diraba-rasakan

3. Keserasian : Appropriate

4. Arus emosi : normal

5. Skala diferensiasi : sempit

C. Fungsi Kognitif

1. Kesadaran : Jernih

2. Orientasi

13
- Waktu : Baik

- Tempat : Baik

- Orang : Baik

- Situasional : Baik

3. Konsentrasi : Terganggu

4. Daya Ingat

Jangka pendek : Baik

Jangka panjang : Baik

Segera : Terganggu

5. Intelegensi dan Pengetahuan Umum : tidak sesuai tingkat pendidikan

6. Pikiran abstrak : Baik

D. Gangguan Persepsi

Halusinasi auditorik/visual/olfaktorik/gustatorik/taktil : (-/-/-/-/-)

Ilusi : (-)

Depersonalisasi / derealisasi : -/-

E. Proses Pikir

1. Bentuk Pikir : realistik

2. Arus Pikir

Produktivitas : spontan

Kontinuitas : koheren

Hendaya berbahasa :

14
Flight of idea : tidak ada

Circumstantialy : tidak ada

Inkoherensi : tidak ada

Asosiasi longgar : tidak ada

Jawaban irrelevant : tidak ada

Blocking : tidak ada

Retardasi : tidak ada

Perseverasi : tidak ada

Verbigerasi : tidak ada

3. Isi Pikir :

Over valued
idea : tidak ada

Fobia : tidak ada

Obsesi : tidak ada


: os telah melakukan percobaan bunuh diri di tempat
Waham ramai dan selamat

F. Pengendalian Impuls

Baik

G. Daya Nilai

1. Daya nilai sosial : terganggu

2. Uji daya nilai : terganggu

3. Penilaian realitas : baik

15
H. Tilikan

Tilikan 5

1. Penyangkalan penuh dirinya sakit

2. Agak menyadari dirinya sakit dan membutuhkan bantuan tapi di saat


yang sama menyangkal penyakitnya.
3. Sadar merasa sakit namun menyalahkan orang lain atau faktor eksternal
4. Sadar penyakitnya namun tidak mengetahui penyebabnya
5. Mengetahui penyakitnya dan faktor-faktor yang berhubungan
dengan penyakitnya namun tidak menerapkan dalam perilaku
praktisnya (tilikan intelektual)
6. Sadar tentang motif dan perasaan dalam dirinya dan hal yang perlu
dilakukan yang dapat menyebabkan perubahan dasar perilakunya
(tilikan emosional)

I. Taraf dapat dipercaya

Tidak dapat dipercaya.

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

1. Status Internus

Keadaan Umum : Tampak sehat, kesadaran kompos mentis

Tanda Vital : Tekanan Darah : 110/80 mmHg

Nadi : 88 X/menit

Respirasi : 32 X/menit

Suhu : 36,7 oC

Bentuk badan : Ideal

16
Kulit : Sawo matang, tidak sianosis, turgor cepat kembali,

kelembaban cukup, tidak anemis.

Kepala :

Mata : Palpebra tidak edema, konjungtiva tidak anemis,

sklera tidak ikterik, pupil isokor

Hidung : Bentuk normal, tidak ada epistaksis, tidak ada

sekret

Mulut : Bentuk normal dan simetris, mukosa bibir terlihat

kering.

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

Thoraks :

Pulmo :

Inspeksi : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada

Palpasi : Fremitus raba simetris kanan dan kiri all regio

Perkusi : sonor di semua regio

Auskultasi : Wheezing + -

- -

- -

Cor :

Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V line axilaris anterior

17
Perkusi : batas jantung kanan ICS V line sternalis dekstra,

batas jantung kiri sesuai ictus di ICS V linea

midklavikula sinistra

Auskultasi : S1 S2 tunggal

Abdomen :

Inspeksi : Cekung

Auskultasi : Peristaltik usus normal, 8x/menit

Palpasi : Hepar/Lien tidak teraba, nyeri tekan (+) all regio

Defance muskulas (+)

Perkusi : Redup di semua regio

Ektremitas : motorik skala 6, parese tidak ada, edem tidak ada.

2. Status Neurologis :

Nervus I-XII : tidak ada kelainan

Gejala rangsang meningeal : tidak ada

Gejala TIK meningkat : tidak ada

Refleks fisiologis : normal

Refleks patologis : tidak ada

18
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Alloanamnesis: Os nyeri
kepala dan
Os muntah nyeri dada
darah sehingga
Os terlihat dibawa ke
tidur- IGD
Os mabuk- tiduran saja
mabukan, dan tampak
berjudi & sakit
minum
Os sering
dextro
bolos kerja
Os datang ke dan melamun
Bjm dan tidur
di emperan
toko

24/6/14 25-5/7/14 6/7/14 21/7/14 25/7/14 26/7/14


Tn.A tidak tahu tentang adanya percobaan bunuh diri oleh os.

Autoanamnesis Penglihatan
kabur (+)
Os konsumsi Nyeri dada +
sabu-sabu (+) Gejala
selama 1 Percobaan lainnya
bulan Nyeri bunuh diri
kepala + (+)
Os pindah Vertigo Sesak
ke + napas (+)
Os
samarinda munt
& tidak ah
konsumsi darah
apa-apa Os
1. alkohol
2. dextro +
Os pindah campuran
ke
banjarmasi
Os mulai
n&
minum
menggelan
alkohol
dang

2009 2010 2010-2014 juni14 5/7/14 23/7/14 24/7/14 25/7/14 26/7/14

Cara Jumlah Terakhir


Jenis Zat Awal Penggunaan Penggunaan Frekuensi konsumsi menggunakan
Sabu 2010 Dihisap 5x 5 gram 2010
Triwulan kedua
dekstrometorphan 5 Juli 2014 Ditelan Setiap 20 25 Juli 2014
hari butir
Alkohol 2009 akhir Diminum Setiap / < 1 botol 21 Juli 2014
5 Juli 2014 hari

19
Os tidak naik kelas selama 3 kali di SD sehingga IQ antara 70-89.

Os tidak meneruskan pendidikkannya ke jenjang yang lebih tinggi

Berdasarkan masa sekolahnya os memiliki kepribadian inferiority

Berdasarkan masa remajanya, os merupakan remaja negatif.

Berdasarkan situasi sekarang, os memiliki kepribadian disosial dan ambang

Berdasarkan wawancara melalui kuesioner skala kepribadian, os memiliki

kepribadian introvert.

Resume Pemeriksaan Psikiatri :

Penampilan: Os tampak tidak merawat kebersihannya karena os berbau

badan menyengat. Perawakan os bertubuh tinggi besar dengan kulit sawo

matang. Os menggunakan baju kaos putih bergambar rumah toraja dan

celana jins warna biru. Os berambut gondrong sebahu berwarna hitam. Os

terbaring di kasur igd menggunakan oksigen. Os tidak mampu duduk dan

bicara tersengal-sengal. Os tampak lemah dan sakit sedang. Selama diberi

pertanyaan oleh pemeriksa, os bisa mempertahankan kontak mata. Setiap

kali diberi pertanyaan os selalu menjawab walaupun kebenaran jawaban os

diragukan.

Afek: tension

Skala diferensiasi: sempit

Konsentrasi: terganggu

Daya ingat segera: terganggu

Pengetahuan umum: tidak sesuai pendidikan

20
Waham: percobaan bunuh diri di tempat ramai dan selamat

Daya nilai sosial: terganggu

Uji daya nilai: terganggu

Tilikan: 5

Tidak dapat dipercaya

VI. EVALUASI MULTIAKSIAL

Aksis I : Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat multipel

dan penggunaan zat psikoaktif lainnya-keadaan putus zat dan

episode depresif sedang (F19.3 + F32.1)

Aksis II : ciri kepribadian disosial dan ambang. Kepribadian jiwa introvert.

Aksis III : Gangguan fisiologik akibat putus zat psikoaktif

Aksis IV : Masalah berkaitan dengan primary support group

Aksis V : GAF SCALE 60-51 (Gejala sedang (moderate), disabilitas sedang

VII. DAFTAR MASALAH

1. ORGANOBIOLOGIK

S: penglihatan kabur, muntah darah, nyeri kepala, nyeri dada

O: Meiosis (-/-), Tensi: 110/80 tidak hipotensi, wheezing (+)

pada lap.paru atas kanan, diaphoresis (-), lakrimasi (-), emesis

(+), defance muskular (+)

2. PSIKOLOGIK

Os mengalami depresi sedang.

21
Os sadar meminum dekstro membawa dampak buruk tapi os

tidak memiliki keinginan untuk memperbaiki perilaku

hidupnya

3. SOSIAL/KELUARGA

Sosial: Os tinggal di lingkungan dimana konsumsi alkohol dan

dekstrometorfan merupakan hal yang biasa.

Keluarga: os tidak diterima dalam lingkungan keluarga

VIII. PROGNOSIS

Diagnosis penyakit : dubia ad malam

Perjalanan penyakit : dubia ad malam

Ciri kepribadian : dubia ad malam

Riwayat herediter : dubia

Usia saat menderita : dubia ad malam

Pola keluarga : dubia ad malam

Pendidikan : dubia ad malam

Aktivitas pekerjaan : dubia ad malam

Ekonomi : ad malam

Lingkungan sosial : dubia ad malam

Organobiologi : dubia ad malam

Pengobatan psikiatri : dubia

Kesimpulan : dubia ad malam

22
IX. RENCANA TERAPI

1. Psikoterapi

Psikoterapi merupakan salah satu komponen penting dari pengobatan episode

depresif. Psikoterapi untuk episode depresif meliputi (Tirto: 2012):

Cognitive behavior therapy (CBT) (terapi perilaku kognitif). CBT

merupakan salah stau model psikoterapi yang sering diterapkan pada

penderita episode depresif. Fokus dari CBT adalah mengidentifikasi

semua pola pikir dan perilaku negatif dan menata ulang dengan pola

pikir dan perilaku yang positif (sehat). CBT bisa mengidentifikasi

pemicu episode depresif dan memperkuat kemampuan dalam

mengatasi stress dan hal hal yang tidak menyenangkan hati.

Psychoeducation. Penyuluhan tentang episode depresif dan bahaya zat

psikoaktif sehingga si penderita bisa memahami secara lebih baik

sehingga bisa bekerja sama dalam pemulihan penyakit dengan lebih

baik pula.

Group therapy (terapi kelompok). Terapi dalam kelompok sesama penderita

depresi. Dalam terapi ini sesama penderita bisa saling belajar.

2. Terapi Religi : pasien harus diajarkan untuk lebih mendekatkan diri

kepada Tuhan, lebih sering ke pengajian untuk

menambah ilmu keagamaan

3. Mondok di rumah sakit: Penderita sindroma ketergantungan zat perlu dirawat

di rumah sakit, utamanya bila si penderita tidak bisa

merawat dirinya sendiri atau membahayakan diri sendiri

23
atau orang orang dekatnya. Perawatan di rumah sakit

akan membuat penderita teralihkan dari pemikiran obat-

obatan.

4. Psikofarmaka :

o Zat arang aktif (activated charchoal)

o Sucralfat syr 3x 1C

o Siproheptidin 12mg/6 jam

o Amitriptilin 3x1

5. Usul pemeriksaan penunjang : Laboratorium darah dan urine (pemeriksaan

NAPZA).

24
X. DISKUSI

Berdasarkan hasil anamnesa serta pemeriksaan status mental, dan

merujuk pada kriteria diagnostik dari PPDGJ III, penderita dalam kasus ini

dapat didiagnosa sebagai gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan

zat dengan keadaan putus zat (F19.3).

Penyalahgunaan zat adalah suatu perilaku mengonsumsi atau

menggunakan zat-zat tertentu yang dapat mengakibatkan bahaya pada diri

sendiri maupun orang lain. Menurut DSM, penyalahgunaan zat melibatkan

pola penggunaan berulang yang menghasilkan konsekuensi yang merusak.

Konsekuensi yang merusak bisa termasuk kegagalan untuk memenuhi

tanggung jawab utama seseorang (misalnya: sebagai pelajar, sebagai

pekerja, atau sebagai orang tua), menempatkan diri dalam situasi di mana

penggunaan zat secara fisik berbahaya (contoh mencampur minuman dan

penggunaan obat), berhadapan dengan masalah hukum berulang kali yang

meningkat karena penggunaan obat. Memiliki masalah sosial atau

interpersonal yang kerap muncul karena pengunaan zat (contoh: berkelahi

karena mabuk) (1).

Dalam DSM-IV-TR ketergantungan dan penyalahgunaan merupakan

manifestasi fisik dan psikologis dari penyakit akibat penggunaan obat-

obatan yang menyebabkan ketergantungan atau disalahgunakan. Kedua hal

tersebut merupakan masalah perilaku. Dengan kata lain, masalahnya bukan

25
terletak pada obat-obatan tersebut, tapi pada cara orang yang memakai obat-

obatan tersebut.

Bahan-bahan yang digunakan dapat disalahgunakan atau menyebabkan

ketergantungan, jika bahan tersebut menjadi masalah dalam hidupnya.

Seseorang dapat dikategorikan mengalami substance dependence /

ketergantungan obat-obatan jika memenuhi 3 kriteria dari 7 kriteria berikut

ini (2):

Suatu pola pengguanaan zat yang maladaptif mengarah pada gangguan atau
penderitaan yang bermakna klinis, bermanifestasi sebagai 3 (tiga) atau lebih hal-
hal berikut yang terjadi pada tiap saat dalam periode 12 bulan:
1. Toleransi yang didefinisikan sebagai berikut:
a. peningkatan nyata jumlah kebutuhan zat untuk mendapatkan efek yang
didamba atau mencapai intoksikasi.
b. Penurunan efek yang nyata dengan penggunaan kontinyu jumlah yang
sama dari zat.
2. Withdrawal, bermanifestasi sebagai salah satu dari:
a. sindroma withdrawal khas untuk zat penyebab ( kriteria A dan B dari
gejala withdrawal zat).
b. Zat yang sama atau sejenis digunakan untuk menghilangkan atau
menghindari gejala-gejala withdrawal.
3. Zat yang dimaksud sering digunakan dalam jumlah yang besar atau melewati
batas pemakaiannya.
4. Adanya hasrat menetap atau ketidakberhasilan mengurangi atau
mengendalikan pemakaian zat.
5. Adanya aktivitas yang menyita waktu untuk mendapatkan zat (mis. mendatangi
berbagai dokter atau sampai melakukan perjalan jauh), untuk menggunakan zat
(merokok tiada sela) atau untuk pulih dari efek-efeknya.

26
6. Kegiatan-kegiatan sosial yang penting, pekerjaan atau rekreasi dilalaikan atau
dikurangi karena penggunaan zat.
7. Penggunaan zat tetap berlanjut meskipun mengetahui bahwa problem-problem
fisik dan fisiologis menetap atau berulang disebabkan oleh penggunaan zat
tersebut.

Pada pasien ini didapatkan tiga gejala berdasarkan PPDSJ III yaitu:

a. Adanya keinginan yang kuat atau dorongan yang memaksa

(kompulsi) untuk menggunakan zat psikoaktif

b. Keadaan putus zat secara fisiologis ketika penghentian

penggunaan zat atau pengurangan, terbukti dengan adanya gejala

putus zat yang khas, atau orang tersebut menggunakan zata

dengan tujuan menghilangkan atau menghindari terjadinya gejala

putus zat

c. Tetap menggunakan zat meskipun ia menyadari adanya akibat

yang merugikan kesehatannya, seperti gangguan fungsi hati

karena minum alkohol berlebihan, keadaan depresi sebagai akibat

dari suatu periode penggunaan zat yang berat, atau hendaya

fungsi kognitif berkaitan dengan penggunaan zat.

Namun, tiga gejala ini baru menetap selama 1 minggu, sehingga belum

memenuhi kriteria sindrom ketergantungan.

Santrock (1999) menyebutkan jenis ketergantungan menjadi 2 jenis,

meliputi (3):

d. Ketergantungan psikologis adalah kondisi ketergantungan yang ditandai

dengan stimulasi kognitif dan afektif yang mendorong konatif (perilaku).

27
Stimulasi kognitif tampak pada individu yang selalu membayangkan,

memikirkan dan merencanakan untuk dapat menikmati zat tertentu. Stimulasi

afektif adalah rangsangan emosi yang mengarahkan individu untuk

merasakan kepuasan yang pernah dialami sebelumnya. Kondisi konatif

merupakan hasil kombinasi dari stimulasi kognitif dan afektif. Dengan

demikian ketergantungan psikologis ditandai dengan ketergantungan pada

aspek-aspek kognitif dan afektif.

e. Katergantungan fisiologis adalah kondisi ketergantungan yang ditandai

dengan kecenderungan putus zat. Kondisi ini seringkali tidak mampu

dihambat atau dihalangi pecandu mau tidak mau harus memenuhinya.

Dengan demikian orang yang mengalami ketergantungan secara fisiologis

akan sulit dihentikan atau dilarang untuk mengkonsumsinya. Pasien

termasuk dalam tipe ketergantungan ini, saat tidak mengonsumsi dekstro

pasien akan merasa mual, muntah dan gejala putus zat lainnya.

Penyalahgunaan zat terbagi menjadi coba-coba, rekreasional, situasional dan

ketergantungan. Pada awalnya pasien masuk ke dalam kategori coba-coba saat

dirinya terpengaruh teman-temannya. Kemudian pasien masuk ke dalam

tingkatan rekreasional, pasien hanya menggunakan deksto agar perasaannya

senang. Penggunaan dilakukan setiap hari. Setelah beberapa lama akhirnya

pasien masuk ke dalam tingkatan ketergantungan.

Sedangkan pedoman diagnostik Keadaan Putus Zat pada PPDGJ III

meliputi:

28
1. Keadaan putus zat merupakan salah satu indikator dari sindrom

ketergantungan dan diagnosis sindrom ketergantungan zat haus

turut dipertimbangkan

2. Keadaan putus zat hendaknya dicatat sebagai diagnosis utama, bila

hal ini merupakan alasan rujukan dan cukup parah sampai

memerlukan perhatian medis secara khusus

3. Gejala fisik bervariasi sesuai dengan zat yang digunakannya.

Gangguan psikologis merupakan gambaran umum dari keadaan

putus zat ini. Yang khas ialah pasien akan melaporkan bahwa

gejala putus zat akan mereda dengan meneruskan penggunaan zat.

Pada pasien mengaku setiap malam selalu memikirkan obat tersebut dan

merasa ada dorongan dari dalam dirinya untuk menggunakan obat itu lagi. Pasien

merasa tidak berdaya, merasa lemah, dan putus asa saat tidak meminum obat

tersebut. Pasien merasa sesak napas jika tidak mengonsumsi dekstro secara rutin.

Dari hasil anamnesa di atas, dapat disimpulkan pasien mendapat gejala fisik dan

gangguan psikologik jika tidak meminum dextro dan gejala ini menghilang jika

minum dextro yang mengarahkan pasien pada keadaan putus zat.

Dekstrometorfan adalah kandungan aktif yang biasa ditemukan pada

obat-obat batuk. Obat ini sering disalahgunakan karena efek disosiatif yang

dimilikinya. Obat ini hampir tidak memiliki efek psikoaktif pada dosis yang

direkomendasikan. Saat digunakan melewati dosis terapeutiknya zat ini akan

memiliki efek disosiatif yang kuat (4). Dekstrometorfan biasa diformulasikan

dengan parasetamol untuk menghilangkan nyeri dan mencegah

29
penyalahgunaannya di pasaran. Namun dosis maksimal parasetamol (4000 mg)

sering dilewati oleh para pecandu semata-mata untuk mendapatkan efek

disosiatif dekstrometorfan. Hal ini berpotensi mengakibatkan kerusakan hepar

akut atau kronis sehingga penyalahgunaan produk yang mengandung

dektrometorfan dan parasetamol dapat berakibat fatal (5).

Pada dosis tinggi dekstrometorfan diklasifikasikan ke dalam agen

anestetik disosiatif dan halusinogen seperti ketamin dan pensiklidin (6).

Dekstrometorfan termasuk ke dalam antagonis reseptor NMDA (N metil D

aspartat). Pada dosis tinggi dekstrometorfan akan mengakibatkan efek euforia,

peningkkatan mood, disosiasi pikiran dari tubuh dan peningkatan sensasi taktil

(7,8). Umumnya dekstrometorfan tidak menimbulkan gejala putus zat, tetapi

penurunan mendadak dosis dekstrometorfan pada kasus ketergantungan akan

menimbulkan gejala fisiologis dan psikologis. Efek yang ditimbulkan serupa

dengan efek withdrawal SSRI yaitu depresi, iritabilitas, sakit pada otot, perasaan

tidak nyaman di perut serta kejang (9,10).

Ketika digunakan pada dosis rendah (100-200 mg) dekstrometorfan

menimbulkan efek euforia. Jika dosis ditingkatkan (sekitar 400 mg) euforia akan

semakin meningkat disertai halusinasi. Pada dosis tinggi (600 mg) penurunan

kesadaran dapat muncul disertai gejala psikotik sementara dan penurunan respon

sensoris (11,12). Pasien mengonsumsi 20 tablet tanpa kita ketahui dosis per

tablet. Di pasaran, dekstrometorfan tersedia dalam 3 sediaan yaitu 7,5mg, 10 dan

15 mg. Maka, perkiraan dosis yang digunakan pasien:

30
7,5 mg 20 tablet 150mg

10mg 20 tablet 200mg

15mg 20 tablet 300mg

Pasien menyangkal adanya halusinasi selama pemakaian, maka sediaan

yang cocok dengan gejala pasien adalah 7,5-10mg/tablet.

William E White dalam The DXM FAQ menglasifikasikan efek dosis

tinggi dektrometorfan ke dalam 4 atau 5 plateu. Setiap plateu memiliki kisaran

dosis (mg/kgbb) tertentu. Pembagian efeknya adalah sebagai berikut (13):

Plateu pertama : 1,5-2,5 mg/kgBB menimbulkan efek tidak mudah capek,

meningkatnya detak jantung, suhu tubuh, emosi, euforia dan hilangnya

keseimbangan tubuh.

Plateu kedua : 2,5-7,5 mg/kgBB menimbulkan efek yang sama dengan plateu

pertama namun disertai intoksikasi, penurunan kesadaran, perasaan terlepas dari

dunia dan halusinasi.

Plateu ketiga : 7,5-15,0 mg/kgBB menimbulkan penurunan fungsi sensoris,

kesulitan mengenali orang atau objek, kebutaan sementara, kesulitan memahami

bahasa, halusinasi abstrak, penurunan waktu reaksi, kehilangan koordinasi

motorik, gangguan memori jangka pendek dan perasaan terlahir kembali.

Plateu keempat : 15,0 mg/kgBB atau lebih menimbulkan hilangnya kontrol

terhadap tubuh, delusi, peningkatan denyut jantung, kebutaan total dan gejala

plateu ketiga yang lebih berat

31
Plateau Sigma: 2.5-7.5 mg/kgBB setiap 3 jam selama 9-12 jam. Gejala psikotik

disertai halusinasi visual dan akustik. Halusinasi biasanya bersifat tidak

menyenangkan dan memaksa pecandu mengikuti perintah halusinasi tersebut.

Pada pasien ini juga terjadi penyalahgunaan alkohol yang kemungkinan

besar adalah oplosan. Penyalahgunaan alkohol merupakan gangguan terkait zat

yang paling umum terjadi (14). Penyalahgunaan alkohol (alkoholisme)

mengakibatkan berbagai manifestasi klinis, psikiatrik dan sosial. Manifestasi

psikiatrik yang biasa timbul adalah (15):

Depresi : semua bentuk depresi dapat dicetuskan oleh alkohol. Sebaliknya

depresi juga dapat memicu seseorang untuk mengonsumsi alkohol untuk

mengurangi gejala-gejala depresi.

Ansietas : ansietas merupakan gejala mengonsumsi alkohol berlebihan

sebagai usaha mengurangi gejala.

Perubahan kepribadian : penurunan standar kepekaan sosial dan perawatan

diri.

Disfungsi seksual : impotensi dan masalah ejakulasi.

Halusinasi : dapat berupa auditorik maupun visual, umumnya terjadi pada

keadaaan putus zat.

Menurut Jellinek progresifitas alkoholisme terbagi dalam 3 fase (16):

1. Fase dini ditandai dengan bertambahnya toleransi terhadap alkohol, amnesia,

timbulnya rasa bersalah karena mengonsumsi alkohol dan terhadap perilaku

yang diakibatkannya.

32
2. Fase krusial ditandai dengan hilangnya kendali terhadap kebiasaan

mengonsumsi alkohol, perubahan kepribadian, kehilangan teman dan

pekerjaan.

3. Fase kronis ditandai kebiasaan mengonsumsi alkohol di pagi hari, tremor

serta halusinasi.

Pada pasien, karena alkohol yang digunakan kemungkinan besar jenis

oplosan, maka intoksikasi akibat penggunaannya yang jangka lama juga bisa

menyebabkan gejala fisik pada pasien.

Berbagai kondisi yang mndasari gangguan penggunaan NAPZA akan

mempengaruhi jenis pengobatan yang akan diberikan kepada pasien, kebijakan

untuk merawat dan memulangkan pasien, hasil yang diharapkan, sumber daya

manusia yang akan memberikan pelayanan, dan sikap terhadap perilaku pasien.

Dibawah ini akan diuraikan beberapa model yang popular dilaksanakan pada

masalah Gangguan penggunaan NAPZA (17):

4. Therapeutic Community -TC Model, model ini merujuk pada keyakinan

bahwa Gangguan penggunaan NAPZA adalah gangguan pada seseorang

secara menyeluruh. Dalam hal ini norma-norma perilaku diterapkan secara

nyata dan ketat yang diyakinkan dan diperkuat dengan memberikan reward

dan sangsi yang spesifik secara langsung untuk mengembangkan

kemampuan mengontrol diri dan sosial/komunitas. Pendekatan yang

dilakukan meliputi terapi individual dan kelompok, sesi encounter yang

intensif dengan kelompok sebaya dan partisipasi dari lingkungan terapeutik

33
dengan peran yang hirarki, diberikan juga keistimewaan (privileges) dan

tanggung jawab. Pendekatan lain dalam program termasuk tutorial,

pendidikan formal dan pekerjaan sehari-hari. TC model biasanya merupakan

perawatan inap dengan periode perawatan dari dua belas sampai delapan

belas bulan yang diikuti dengan program aftercare jangka pendek.

5. Model Medik, model ini berbasis pada biologik dan genetik atau fisiologik

sebagai penyebab adiksi yang membutuhkan pengobatan dokter dan

memerlukan farmakoterapi untuk menurunkan gejala-gejala serta perubahan

perilaku. Program ini dirancang berbasis rumah sakit dengan program rawat

inap sampai kondisi bebas dari rawat inap atau kembali ke fasilitas di

masyarakat.

6. Model Minnesota, model ini dikembangkan dari Hazelden Foundation dan

Johnson Institute. Model ini fokus pada abstinen atau bebas NAPZA sebagai

tujuan utama pengobatan. Model Minessota menggunakan program spesifik

yang berlangsung selama tiga sampai enam minggu rawat inap dengan

lanjutan aftercare, termasuk mengikuti program self help group (Alcohol

Anonymous atau Narcotics Anonymous) serta layanan lain sesuai dengan

kebutuhan pasien secara individu. Fase perawatan rawat inap termasuk ;

terapi kelompok, terapi keluarga untuk kebaikan pasien dan anggota

keluarga lain, pendidikan adiksi, pemulihan dan program 12 langkah.

Diperlukan pula staf profesional seperti dokter, psikolog, pekerja sosial,

mantan pengguna sebagai addict counselor

34
7. Model Eklektik, model ini menerapkan pendekatan secara holistik dalam

program rehabilitasi. Pendekatan spiritual dan kognitif melalui penerapan

program 12 langkah merupakan pelengkap program TC yang menggunakan

pendekatan perilaku, hal ini sesuai dengan jumlah dan variasi masalah yang

ada pada setiap pasien adiksi.

8. Model Multi Disiplin, program ini merupakan pendekatan yang lebih

komprehensif dengan menggunakan komponen disiplin yang terkait

termasuk reintegrasi dan kolaborasi dengan keluarga dan pasien

9. Model Tradisional, tergantung pada kondisi setempat dan terinpirasi dari

hal-hal praktis dan keyakinan yang selama ini sudah dijalankan. Program

bersifat jangka pendek dengan aftercare singkat atau tidak sama sekali.

Komponen dasar terdiri dari : medikasi, pengobatan alternatif, ritual dan

keyakinan yang dimiliki oleh sistem lokal contoh : pondok pesantren,

pengobatan tradisional atau herbal.

10. Faith Based Model, sama dengan model tradisional hanya pengobatan

tidak

menggunakan farmakoterapi

Berdasarkan Kepmenkes RI No 420 tentang Pedoman Layanan Terapi

dan Rehabilitasi Komprehensif pada Gangguan Penggunaan NAPZA Berbasis

Rumah Sakit, tindakan penanganan pada pasien dengan penyalahgunaan zat

meliputi Gawat darurat NAPZA Detoksifikasi Rehabilitasi Rawat

jalan/Rumatan. Apabila kondisi pasien memungkinkan, pasien penyalahgunaan

NAPZA dapat langsung menjalani rawat jalan/rumatan (17).

35
Pada fase gawat darurat NAPZA, hal yang umumnya dilakukan adalah

penanganan intoksikasi opioid, benzodiazepin dan amfetamin. Terkadang pasien

datang dengan gejala intoksikasi alkohol dan halusinogen. Pada fase ini

diberikan terapi suportif pada pasien hingga keadaanya stabil. Untuk intoksikasi

NAPZA lain seperti dekstrometorfan, fase gawat darurat NAPZA bertujuan

untuk menangani kondisi akut termasuk gaduh gelisah.

Pasien yang telah menunjukkan perbaikan setelah ditangani di unit gawat

darurat dapat dilanjutkan dengan parawatan rawat inap atau detoksifikasi untuk

kasus putus NAPZA atau berobat jalan untuk kondisi yang sudah

memungkinkan untuk pulang.

Pada fase rawat jalan, terapi yang digunakan umumnya berfungsi untuk

penanganan simptomatis. Pada fase detoksifikasi, terapi simptomatis dilakukan

di rumah sakit rawat inap. Detoksifikasi bertujuan untuk menghilangkan gejala

putus zat. Lama fase ini berkisar 1-3 minggu tergantung jenis zat dan gejala

pasien. Khusus untuk detoksifikasi heroin (opioida) selain simtomatis juga ada

yang mempunyai pengalaman tapering off dengan metadon dan buprenorfin.

Pada fase rehabilitasi dilakukan penyesuaian perilaku pasien agar tidak

kembali menggunakan NAPZA. Fase rehabilitasi diawali dengan program jangka

pendek (1-3 bulan) dengan fokus penanganan masalah medis, psikologis dan

perubahan perilaku. Apabila program ini sukses, fase rehabilitasi dilanjutkan

dengan program jangka panjang (6 bulan-lebih) yang dilanjutkan dengan aftercare

dengan terapi berbasis komunitas (17).

Pedoman diagnostik untuk episode depresi menurut PPDGJ III, antara lain:

36
Gejala Utama ( pada depresi derajat ringan, sedang, berat):

- afek depresi,

- kehilangan minat dan kegembiraan

- berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah

lelah ( rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya

aktivitas.

Gejala lainnya :

a. Konsentrasi dan perhatian berkurang

b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

c. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

e. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri

f. Tidur terganggu

g. Nafsu makan berkurang

Untuk episode depresi dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan

masa sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosa, akan

tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa

beratnya dan berlangsung cepat.

Sedangkan pedoman diagnostik untuk episode depresi sedang menurut

PPDGJ III, antara lain :

Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti pada

episode depresi ringan (F30.0).

Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainnya.

37
Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2

minggu.

Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan

dan urusan rumah tangga.

Berdasarkan autoanamnesis dengan pasien, didapatkan 2 dari 3 gejala utama yang

mendukung diagnosis yaitu kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya

energi yang menuju meningkatnya mudah lelah dan menurunnya aktivitas. Pasien

merasa bekerja tidak membahagiakannya, pasien juga lebih sering bolos kerja

karena merasa hampa dan lebih memilih melamun. Empat dari gejala lainnya juga

didapatkan yaitu

1. konsentrasi dan perhatian berkurang berdasarkan pemeriksaan mentalis,

2. harga diri dan kepercayaan diri berkurang karena pasien merasa tidak

berguna dan ditolak oleh masyarakat makasar

3. Pandangan masa depan yang surat dan pesimistis bahwa rakyat makasar

tidak bisa menerima pasien dan pasien tidak akan pernah punya

kesempatan kembali ke makasar.

4. Gagasan membahayakan diri yaitu pasien merasa dirinya telah melakukan

percobaan bunuh diri dengan loncat dari jembatan tetapi pasien berhasil

menyelamatkan diri

5. Nafsu makan yang berkurang, pasien jarang makan kecuali perutnya

sangat lapar hingga berbunyi.

Semua keluhan ini telah berjalan selama 3 minggu.

38
Depresi adalah gangguan mood yang dikarakteristikkan dengan kesedihan

yang intens, berlangsung dalam waktu lama, dan mengganggu kehidupan normal.

Depresi merupakan problem kesehatan masyarakat yang cukup serius, penyakit

ini mengenai 20% wanita dan 12% pria pada suatu waktu dalam kehidupan.2

World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa depresi berada pada

urutan keempat penyakit di dunia pada tahun 2000. Pada tahun 2020, depresi

diperkirakan menempati urutan kedua penyakit di dunia. Sekarang depresi

merupakan penyakit kedua yang terjadi pada pria dan wanita umur 15-44 tahun.

Dengan semakin meningkatnya tekanan kehidupan semakin banyak orang-orang

yang menunjukkan gejala depresi, Depresi merupakan satu masa terganggunya

fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala

penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor,

konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh

diri.

Menurut Kaplan, depresi merupakan salah satu gangguan mood yang

ditandai oleh hilangnya perasaan kendali dan pengalaman subjektif adanya

penderitaan berat. Mood adalah keadaan emosional internal yang meresap dari

seseorang, dan bukan afek, yaitu ekspresi dari isi emosional saat itu ( Kaplan,

2010). Depresi dapat terjadi pada keadaan normal sebagai bagian dalam

perjalanan proses kematangan dari emosi sehingga definisi depresi adalah sebagai

berikut: (1) pada keadaan normal merupakan gangguan kemurungan (kesedihan,

patah semangat) yang ditandai dengan perasaan tidak pas, menurunnya kegiatan,

dan pesimisme menghadapi masa yang akan datang, (2) pada kasus patologis,

39
merupakan ketidakmauan ekstrim untuk bereaksi terhadap rangsangan disertai

menurunnya nilai diri, delusi ketidakpuasan, tidak mampu, dan putus asa.

Gejala-gejala depresi terdiri dari gangguan emosi (perasaan sedih, murung,

iritabilitas, preokupasi dengan kematian), gangguan kognitif (rasa bersalah,

pesimis, putus asa, kurang konsentrasi), keluhan somatik (sakit kepala, keluhan

saluran pencernaan, keluhan haid), gangguan psikomotor (gerakan lambat,

pembicaraan lambat, malas, merasa tidak bertenaga), dan gangguan vegetatif

(gangguan tidur, makan dan fungsi seksual). Kaplan menyatakan bahwa faktor

penyebab depresi dapat secara buatan dibagi menjadi faktor biologi, faktor

genetik, dan faktor psikososial.

a. Faktor biologi

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat kelainan pada amin

biogenik, seperti: 5 HIAA (5-Hidroksi indol aset ic acid), HVA (Homovanilic

acid), MPGH (5 methoxy-0-hydroksi phenil glikol), di dalam darah, urin dan

cairan serebrospinal pada pasien gangguan mood. Neurotransmiter yang terkait

dengan patologi depresi adalah serotonin dan epineprin. Penurunan serotonin

dapat mencetuskan depresi, dan pada pasien bunuh diri, beberapa pasien memiliki

serotonin yang rendah. Pada terapi despiran mendukung teori bahwa norepineprin

berperan dalam patofisiologi depresi (Kaplan, 2010). Selain itu aktivitas dopamin

pada depresi menurun, hal tersebut tampak pada pengobatan yang menurunkan

konsentrasi dopamin seperti Respirin, dan penyakit dimana konsentrasi dopamin

menurun seperti parkinson, disertai gejala depresi. Obat yang meningkatkan

40
konsentrasi dopamin, seperti tyrosin, amphetamine, dan bupropion dapat

menurunkan gejala depresi (Kaplan, 2010).

Hipotalamus merupakan pusat pengaturan aksis neuroendokrin, menerima

input neuron yang mengandung neurotransmiter amin biogenik. Pada pasien

depresi ditemukan adanya disregulasi neuroendokrin. Disregulasi ini terjadi akibat

kelainan fungsi neuron yang mengandung amin biogenik. Sebaliknya, stres kronik

yang mengaktivasi aksis Hypothalamic-Pituitary-Adrenal (HPA) dapat

menimbulkan perubahan pada amin biogenik sentral. Aksis neuroendokrin yang

paling sering terganggu yaitu adrenal, tiroid, dan aksis hormon pertumbuhan.

Aksis HPA merupakan aksis yang paling banyak diteliti (Landefeld et al, 2004).

Hipersekresi CRH merupakan gangguan aksis HPA yang sangat fundamental pada

pasien depresi. Hipersekresi yang terjadi diduga akibat adanya defek pada sistem

umpan balik kortisol di sistem limpik atau adanya kelainan pada sistem

monoaminogenik dan neuromodulator yang mengatur CRH (Kaplan, 2010).

Sekresi CRH dipengaruhi oleh emosi. Emosi seperti perasaan takut dan marah

berhubungan dengan Paraventriculer nucleus (PVN), yang merupakan organ

utama pada sistem endokrin dan fungsinya diatur oleh sistem limbik. Emosi

mempengaruhi CRH di PVN, yang menyebabkan peningkatan sekresi CRH

(Landefeld, 2004). Pada orang lanjut usia terjadi penurunan produksi hormon

estrogen. Estrogen berfungsi melindungi sistem dopaminergik negrostriatal

terhadap neurotoksin seperti MPTP, 6 OHDA dan methamphetamin. Estrogen

bersama dengan antioksidan juga merusak monoamine oxidase.

41
Sistem saraf pusat mengalami kehilangan secara selektif pada sel sel

saraf selama proses menua. Walaupun ada kehilangan sel saraf yang konstan pada

seluruh otak selama rentang hidup, degenerasi neuronal korteks dan kehilangan

yang lebih besar pada sel-sel di dalam lokus seroleus, substansia nigra, serebelum

dan bulbus olfaktorius (Lesler, 2001). Bukti menunjukkan bahwa ada

ketergantungan dengan umur tentang penurunan aktivitas dari noradrenergik,

serotonergik, dan dopaminergik di dalam otak. Khususnya untuk fungsi aktivitas

menurun menjadi setengah pada umur 80-an tahun dibandingkan dengan umur 60-

an tahun.

b. Faktor Genetik

Penelitian genetik dan keluarga menunjukkan bahwa angka resiko di

antara anggota keluarga tingkat pertama dari individu yang menderita depresi

ringan diperkirakan 2 sampai 3 kali dibandingkan dengan populasi umum. Angka

keselarasan sekitar 11% pada kembar dizigot dan 40% pada kembar monozigot

(Davies, 1999). Oleh Lesler (2001), Pengaruh genetik terhadap depresi tidak

disebutkan secara khusus, hanya disebutkan bahwa terdapat penurunan dalam

ketahanan dan kemampuan dalam menanggapi stres. Proses menua bersifat

individual, sehingga dipikirkan kepekaan seseorang terhadap penyakit adalah

genetik.

c. Faktor Psikososial

Menurut Freud dalam teori psikodinamikanya, penyebab depresi adalah

kehilangan objek yang dicintai (Kaplan, 2010). Ada sejumlah faktor psikososial

yang diprediksi sebagai penyebab gangguan mental, faktor psikososial tersebut

42
adalah hilangnya peranan sosial, hilangnya otonomi, kematian teman atau sanak

saudara, penurunan kesehatan, peningkatan isolasi diri, keterbatasan finansial, dan

penurunan fungsi kognitif (Kaplan, 2010). Sedangkan menurut Kane, faktor

psikososial meliputi penurunan percaya diri, kemampuan untuk mengadakan

hubungan intim, penurunan jaringan sosial, kesepian, perpisahan, kemiskinan dan

penyakit fisik (Kane, 1999). Sedangkan faktor psikososial yang mempengaruhi

depresi meliputi: peristiwa kehidupan dan stressor lingkungan, kepribadian,

psikodinamika, kegagalan yang berulang, teori kognitif dan dukungan sosial

(Kaplan, 2010).

Peristiwa kehidupan yang menyebabkan stres, lebih sering mendahului

episode pertama gangguan mood dari episode selanjutnya. Para klinisi

mempercayai bahwa peristiwa kehidupan memegang peranan utama dalam

depresi. Stressor lingkungan yang paling berhubungan dengan onset suatu episode

depresi adalah kehilangan pasangan (Kaplan, 2010). Stressor psikososial yang

bersifat akut, seperti kehilangan orang yang dicintai, atau stressor kronis misalnya

kekurangan finansial yang berlangsung lama, kesulitan hubungan interpersonal,

ancaman keamanan dapat menimbulkan depresi (hardywinoto, 1999).

Faktor kepribadian. Beberapa ciri kepribadian tertentu yang terdapat pada

individu, seperti kepribadian dependen, anankastik, histrionik, diduga mempunyai

resiko tinggi untuk terjadinya depresi. Sedangkan kepribadian antisosial dan

paranoid (kepribadian yang memakai proyeksi sebagai mekanisme defensif)

mempunyai resiko yang rendah (Kaplan, 2010). Faktor kognitif. Adanya

interpretasi yang keliru terhadap sesuatu, menyebabkan distorsi pikiran menjadi

43
negatif tentang pengalaman hidup, penilaian diri yang negatif, pesimisme dan

keputusasaan. Pandangan yang negatif tersebut menyebabkan perasaan depresi

(Kaplan, 2010).

Depresi disebabkan oleh defisiensi relatif salah satu atau beberapa

aminergic neurotransmitter salah satunya serotonin pada celah sinaps neuron di

SSP khususnya sistem limbic sehingga aktivitas reseptor serotonin menurun. Pada

pasien depresi diberikan obat antidepresan yang dapat menghambat re-uptake

aminergic neurotransmiter dan menghmbat penghancuran oleh enzim Monoamine

Oxidase sehingga terjadi peningkatan jumlah aminergic neurotransmitter pada

celah sinaps neuron tersebut yang dapat meningkatkan aktivitas reseptor

serotonin. Mengingat os baru pertama kali berobat jalan dan mengingat keadaan

pada pasien saat ini sebaiknya pertama-tama meggunakan golongan trisiklik tetapi

apabila dalam jangka waktu yang cukup ( sekitar 3 bulan) tidak efektif, dapat

beralih ke golongan SSRI dan jika pilihan kedua belum berhasil dapat beralih

dengan spektrum antidepresan yang lebih sempit yaitu golongan tetrasiklik.

Selain menggunakan psikofarmaka, terapi pada pasien ini dapat dilakukan

dengan cara psikoterapi berupa terapi keluarga dan masyarakat agar bisa

menerima keadaan penderita dengan tidak menimbulkan stressor-stressor baru,

melainkan dapat menciptakan suasana yang kondusif untuk kesembuhan

penderita. Peran keluarga dan masyarakat sangat penting dalam membantu

kesembuhan pasien.

44
DAFTAR PUSTAKA

1. Nevid, Jeffreys, Rhatus, Sphencer dan Greene, 2002. Psikologi Abnormal,


Jakarta: penerbit Erlangga.
2. American Association, 2000. Diagnostic and statistical manual of mental
disorders DSM-IV-TR. New York: American Psychiatric Pub
3. John W. Santrock, 1999. Psychology: Paperback, Student Edition of
Textbook. Philadelphia: Mc Graw Hill
4. DEA, Drugs and Chemicals of Concern: Dextromethorphan. Retrieved
May 9, 2013, at http://www.deadiversion.usdoj.gov/drugs_concern/
dextro_m/summary.htm
5. Cigna, acetaminophen and dextromethorphan. Retrieved May 9, 2013 at
http://www.cigna.com/individualandfamilies/health-and-well-being/hw/
medications/acetaminophen-and-dextromethorphan-d03378a1.html
6. Anonymous. Dextromethorphan. Retrieved May 9, 2013. At
http://www.deadiversion.usdoj.gov/drugs_concern/dextro_m/dextro_m.ht
m
7. Wrigley, H. 2006. Former Minot Man And Internet Chemical Company
Sentenced For Selling Designer And Misbranded Drugs And Violating
Federal Customs Laws. Dakota : US Attorney
8. Erowld. DXM Effect. Retrieved May 9, 2013. At
http://www.erowid.org/chemicals/dxm/dxm_effects.shtml
9. Anonymous. DXM addiction, abuse and treatment. Retrieved May 9,
2013. At http://www.drugabusehelp.com/drugs/dxm/
10. Anonymous. DXM abuse and addiction. Retrieved may 9, 2013. At
http://www.info-drug-rehab.com/dxm.html
11. Bornstein, S; Czermak, M; Postel, J., (1968). "Apropos of a case of
voluntary medicinal intoxication with dextromethorphan hydrobromide".
Annales Medico-Psychologiques 1 (3): 447451. PMID 5670018.

45
12. Dodds A, Revai E (1967). "Toxic psychosis due to dextromethorphan".
Med J Aust 2: 231. Bornstein, S; Czermak, M; Postel, J., (1968). "Apropos
of a case of voluntary medicinal intoxication with dextromethorphan
hydrobromide". Annales Medico-Psychologiques 1 (3): 447451. PMID
5670018.
13. White E.W. DXM FAQ. Retreived may 9, 2013 at http://www.erowid.org/
chemicals/dxm/faq/dxm_experience.shtml
14. Sadock BJ, 2007. Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatry 10th ed..
Philadelpia: Lippincott Williams and Wilkins
15. Daives T dan Craig TKJ. 2009. ABC of Mental Health. Jakarta: EGC.
16. Joewana, Satya. 2005. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan
Zat Psikoaktif. Jakarta: EGC.
17. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2010. Keputusan Menteri Kesehatan Republik.
Indonesia Nomor 420/Menkes/Sk/Iii/2010 Tentang Pedoman Layanan
Terapi dan Rehabilitasi Komprehensif pada Gangguan Penggunaan
NAPZA Berbasis Rumah Sakit.
18. Maslim Rusdi. 2007. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta: PT.
Nuh Jaya.

46
Lampiran 1
Skala Tipe Kepribadian
PETUNJUK: Berilah tanda paraf () pada pernyataan yang paling sesuai dengan
diri anda.
Keterangan :
1. Selalu
2. Sering
3. Jarang
4. Tidak Pernah

No Pertanyaan 1 2 3 4
1 Saya merasa senang bila dapat berkenalan dengan v
orang lain
2 Saya senang ketika berinteraksi langsung dengan v
orang lain
3 Saya cenderung memikirkan diri sendiri v
4 Saya merahasiakan apa yang saya rasakan v
5 Saya tidak menyukai acara-acara yang melibatkan v
orang banyak
6 Saya suka menyendiri v
7 Saya lebih suka istirahat di rumah daripada V
melakukan kegiatan dengan orang lain
8 Saya menghindari ketika bertemu orang yang belum v
saya kenal
9 Saya tidak menyukai berbincang dengan orang lain v
10 Saya cenderung menilai sesuatu secara subjektif v
11 Saya membutuhkan waktu lama untuk mengenal v
orang lain
12 Saya sulit untuk membuka pertanyaan dengan orang v
yang baru saya kenal atau saya jumpai

47
13 Saya menyimpan informasi baru untuk diri saya v
sendiri
14 Saya mengikuti kegiatan yang melibatkan orang banyak V
(organisasi)
15 Saya merasa tidak mengenal lelah untuk beraktivitas v
16 Ketika hari libur saya menghabiskan waktu sendirian v
17 Saya merasa lebih nyaman ketika menyendiri v
18 Saya lebih suka menjadi pendengar daripada v
berbicara
19 Saya menceritakan kehidupan pribadi saya kepada V
orang lain
20 Saya cenderung meminta bantuan untuk V
menyelesaikan masalah yang sedang saya hadapi
21 Saya merasa malu untuk tampil di hadapan orang v
banyak
22 Saya disebut pendiam oleh orang lain v
23 Saya hanya bercerita pada orang yang saya percayai v
24 Saya menggunakan komunikasi non verbal ketika V
berbincang dengan orang lain
25 Saya merasa diri saya tidak dihargai v
26 Saya lebih menyukai suasana sepi daripada v
keramaian
27 Saya suka bekerja sendiri v
28 Saya sulit untuk melakukan pendekatan pada orang v
yang belum saya kenal
29 Saya lebih suka berkomunikasi lewat internet V
daripada bertatap muka langsung
30 Internet memudahkan saya berkomunikasi v

48

Anda mungkin juga menyukai