PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kedelai merupakan sumber protein dan lemak nabati yang sangat
penting peranannya dalam kehidupan. Kedelai mengandung 35% protein
sedangkan kadar protein pada varietasunggul dapat mencapai 40 - 43 %.
Kebutuhan protein sebesar 55 gram per hari dapat dipenuhidengan makanan
yang berasal dari kedelai sebanyak 157,14 gram (Radiyati, 1992). Salah satu
produk olahan kedelai adalah susu kedelai. Kedelai dapat diolah menjadi susu
karena kandungan proteinnya yang cukup tinggi. Susu kedelai dapat
digunakansebagai alternatif pengganti susu sapi karena mengandung gizi yang
hampir sama denganharga yang lebih murah. Menurut Cahyadi (2007), protein
susu kedelai memiliki susunan asam amino yang hamper sama dengan susu
sapi. Kandungan protein susu kedelai mencapai 1,5 kali protein susu
sapi.Selain itu, susu kedelai juga mengandung lemak, karbohidrat, kalsium,
fosfor, zat besi,vitamin A, vitamin B1 vitamin B2, dan isoflavon. Pada
pengolahan susu kedelai terdapat kendala yaitu adanya bau langu yang
disebabkan oleh oksidasi lemak oleh enzim lipoksigenase (Jumaidi, 2009).
Timbulnya bau langu dapat dicegah salah satunya dengan
menginaktivasi enzim tersebut dengan cara pemanasan biji kedelai sebelum
dipecah. Selain itu dapat juga dilakukan dengan penggunaan air hangat saat
penggilingan. Oleh karena itu dalam praktikum pembuatan susu kedelai akan
dibandingkan sifat susu kedelai yang dibuat dari kedelai yang direbus dan
tidak direbus, serta penggilingan biji kedelai dengan air dingin dan air hangat.
Sifat yang dibandingkan meliputi adanya bau langu dan viskositas susu
kedelai yang dihasilkan (Jumaidi, 2009).
Pada praktikum kali akan membahas tentang cara pembuatan susu
kedelai yang benar agar menghasilkan susu kedelai yang berkualitas baik,
mengitung rendemen susu kedelai, serta mengukur padatan terlarut susu
kedelai.
1.2.TujuanPraktikum
1.2.1 Membuat susu kedelai.
1.2.2 Menghitung rendemen susu kedelai.
1.2.3 Mengukur padatan terlarut
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Selain syarat tersebut di atas, di Indonesia ada standar atau syarat mutu
susu kedelai telah ditetapkan oleh Dewan Standarisasi Nasional dalam SNI
(1995). Syarat mutu susu kedelai dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3. Syarat Mutu Susu Kedelai
No Kriteria Uji Persyaratan
1
Keadaan:
Bau Normal
Rasa Normal
Warna Normal
2 Ph 6,5 7,0
3 Protein (%) Min. 2,0
4 Lemak (%) Min. 1,0
5 Total padatan (%) Min. 11,50
6 Keasaman (dihitung sebagai
0,5-2,0
asam laktat
7 Cemaran Logam:
Timbal (mg/kg) Maks. 0,2
Tembaga (mg/kg) Maks. 2,0
Timah (mg/kg) Maks. 40,0
Raksa (mg/kg) Maks. 0,03
Arsen (mg/kg) Maks. 0,1
Seng (mg/kg) Maks. 5,0
8 Cemaran Mikroba:
Angka lempeng total Maks. 2 x
(koloni/ml) 102
Salmonella Negatif
Staphilococcus aerus Negatif
Escheresia coli (APM/ml) <3
Vibrio sp. Negatif
Kapang (koloni/ml) Maks. 50
Sumber: Standar Nasional Indonesia (1995)
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1.2. Bahan
1. Kacang kedelai 500 gr
2. Gula pasir 100 gr
3. Gula merah 200 gr
4. Kecambah jagung 5 butir
5. Wijen sangrai 1 sdt
6. Air mendidih
7. Gula merah
8. Soda kue 0,25-0,5%
3.2.Prosedur Kerja
1. Kedelai yang telah disortasi (dipisahkan dari pengotor dan biji rusak)
direndam dalam larutan NaHCO3 atau soda kue 0,25-0,5 persen selama 30
menit.
2. Kedelai ditiriskan, ditambah air baru lalu didihkan selama 30 menit. Kulit
kedelai dipisahkan dengan cara diremas-remas dan dicuci dengan air
beberapa kali (kulit akan mudah dipisahkan).
3. Kedelai digiling bersama dengan wijen sangrai dan kecambah jagung
dengan penggiling logam, penggiling batu (yang biasa dipakai pada
pembuatan tahu) atau blender.
4. Bubur yang diperoleh ditambah air mendidih sehingga jumlah air secara
keseluruhan mencapai 10 kali bobot kedelai kering.
5. Bubur encer disaring dengan kain kasa dan filtratnya merupakan susu
kedelai mentah
6. Untuk meningkatkan rasa dan penerimaan, ke dalam susu kedelai mentah
ditambahkan gula pasir sebanyak 7-15 persen dan essen seperti coklat,
moka, pandan, atau strawberi secukupnya, kemudian dipanaskan sampai
mendidih.
7. Setelah mendidih, api dikecilkan dan dibiarkan dalam api kecil selama 20
menit
8. Jika akan dibotolkan, kedalam susu kedelai dapat ditambahkan CMC
sebanyak 100 ppm (100 mg CMC ditambahkan ke dalam 1 liter susu
kedelai). Susu kedelai sebaiknya disimpan dalam suhu dingin sekitar 5o C
(suhu lemari es).
3.3.Diagram Alir
Kedelai disortasi
Tiriskan
Saring dengan kain kasa
Susu Kedelai
BAB IV
4.1 Hasil
4.1.1 Proses Pembuatan Sari Kedelai
Diketahui :
Berat kacang kedelai kering : 500 gram
Banyak wijen yang dipakai : 3 sdt
Perbandingan air yang diperlukan : berat bahan x 10
: 500 gr x 10
: 5000 gr = 5 liter
Perbandingan antara berat bahan dan gula
500 gr kacang kedelai : 200 gr gula merah : 100 gr gula pasir
4.2 Pembahasan
Susu kedelai merupakan minuman yang bergizi tinggi, terutama karena
kandungan proteinnya. Selain itu susu kedelai juga mengandung lemak,
karbohidrat, kalsium, phosphor, zat besi, provitamin A, Vitamin B kompleks
(kecuali B12), dan air.
Selain mengandung protein yang tinggi, kedelai juga mengandung zat-
zat anti nutrisi. Tripsin inhibitor merupakan zat anti nutrisi yang terdapat pada
kedelai, zat anti nutrisi lainnya adalah asam fitat, hemaglutanin, saponin dan
komponen fenolik. Pengaruh inhibitor tripsin terhadap manusia belum
diketahui, sehingga dianjurkan produk-produk protein dari kedelai sebaiknya
dimasak dengan sempurna. Masalah utama dalam pengolahan kedelai adalah
terdapatnya senyawa anti gizi dan senyawa penyebab off-flavor (menimbulkan
bau dan rasa yang tidak dikehendaki). Kehadiran kedua kelompok senyawa
tersebut dalam produk olahan kedelai menyebabkan mutu menjadi rendah.
Penyebab timbulnya off-flavor adalah enzim lipoksigenase yang
menghidrolisis atau menguraikan lemak kedelai menghasilkan senyawa
penyebab bau langu. Koswara (1992) menyatakan bahwa aktivitas enzim
lipoksigenase mudah rusak oleh panas. Untuk menghilangkan bau langu dapat
1. Warna
Berdasarkan hasil akhir praktikum, terlihat dengan jelas warna dari sari
kedelai yang kami olah berwarna cokelat muda. Pada proses sebelum
penggilingan, kami mengupas kulit kacang kedelai secara satu per satu.
Terlihat bahwa pigmen warna cokelat lebih banyak pada kulit kacang
kedelai daripada kacang kedelai tanpa kulit. Adapun manfaat pengupasan
kulit kacang kedelai pada proses sebelumpenggilingan tersebut adalah
terjadinya pengurangan jumlah serat tidak larut air yang dapat menghambat
pada proses ekstraksi dan pada akhirnya berpengaruh langsung terhadap
warna sari kedelai yang kami hasilkan.
2. Aroma
Aroma didefinisikan sebagai suatu yang dapat diamati dengan indera
pembau. Aroma biasanya timbul dari zat-zat penghasil aroma yang dapat
menguap seperti senyawa-senyawa volatil, juga senyawa-senyawa yang sedikit
larut dalam air dan sedikit larut dalam lemak. Aroma merupakan sifat bahan
pangan yang penting karena dapat dengan cepat memberikan hasil penilaian
suatu produk, apakah produk tersebut dapat diterima atau tidak. Selain itu
aroma dapat dipakai sebagai indikator terjadinya kerusakan pada produk
(Kartika dkk., 1988).
Parameter ini pada dasarnya merupakan interaksi lanjut senyawa-senyawa
kimia yang dimiliki suatu produk (Soewarno, 1985). Aroma dari suatu produk
makanan dan minuman mempunyai peranan penting. Apabila makanan atau
minuman tersebut mempunyai flavor atau aroma yang khas maka produk
tersebut dapat dikatakan baik.
Ikatan sejumlah asam amino dengan vitamin dan beberapa zat gizi lainnya
dalam biji kedelai dapat membentuk flavonoid. Flavonoid adalah sejenis
pigmen seperti zat hijau daun yang terdapat pada tanaman yang berwarna
hijau. Bau langu (beany flavor) yang terdapat pada biji kedelai adalah salah
satu tanda bahwa biji kedelai mengandung flavonoid. Salah satu jenis
flavonoid yang sangat banyak terdapat pada biji kedelai dan sangat bermanfaat
bagi kesehatan adalah isoflavon. Protein kedelai dan isoflavon dapat
melindungi tubuh dari kerusakan radikal meningkatkan sistem kekebalan,
menurunkan resiko pengerasan arteri, penyakit jantung dan tekanan darah
tinggi. Walaupun secara ilmiah flavonoid sudah dibuktikan mampu mencegah
dan mengobati berbagai penyakit namun sebagian orang kurang menyukai
aroma langu. Oleh karena itu perlu proses pengolahan sari kedelai yang baik
untuk menutupi atau mengurangi aroma langu.
Bau langu disebabkan adanya aktivitas enzim lipoksigenase yang terdapat
pada kedelai. Bau langu adalah bau yang tidak disenangi oleh hampir seluruh
konsumen sari kedelai. Terjadinya bau langu muncul terutama pada waktu
pengolahan, yaitu setelah tercampurnya lipoksigenase dalam lemak kedelai.
Pada saat penghancuran kedelai enzim lipoksigenase segera mengkatalisis
reaksi asam lemak tak jenuh terutama asam lemak linoleat dan linolenat yang
mengakibatkan pembentukan asam dan bau langu (Shurtleff dan Aoyagi,
1984). Senyawa yang paling banyak menghasilkan bau langu adalah etil fenil
keton (Somaatmadja, 1964).
Enzim lipoksigenase dapat diaktifkan dengan beberapa cara seperti
penggilingan dengan air panas. Air panas ini berupa larutan air gula yang telah
didihkan. Dengan cara tersebut pembentukan senyawa aldehid volatile dapat
dicegah. Perlakuan pengupasan biji kedelai memberikan aroma sari kedelai
yang agak disukai dibandingkan tanpa pengupasan. Hal ini sangat
dimungkinkan karena aroma langu tertutupi oleh aroma pandan. Jenis flavor
yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun pandan yang berfungsi
sebagai penambah cita rasa.
Ginting (2002) menambahkan bahwa cita rasa langu pada sari kedelai
dipengaruhi juga oleh sifat genetis biji kedelai dan cara pengolahannya.
Varietas kedelai dan cara pengolahan nyata berpengaruh terhadap kadar
protein, total padatan terlarut (TPT), rendemen dan viskositas sari kedelai.
Prasetyo (2004) menjelaskan dari hasil analisis kadar protein
menunjukkan bahwa kadar protein pada susu kedelai dari bahan kedelai tanpa
kulit ari lebih tinggi daripada kedelai yang tidak dikupas kulit arinya karena
pengupasan kulit kedelai menghilangkan lignin pada kulitnya sehingga protein
yang terdapat pada kedelai meningkat. Karena kadar proteinnya lebih tinggi
maka partikel-pertikel penyusun padatan jumlah pada kedelai tanpa kulit ari
juga lebih tinggi daripada kedelai yang tidak dikupas kulit arinya. Berdasarkan
hasil analisis mutu susu kedelai yang lebih memenuhi syarat SNI 01-3830-
1995 diperoleh dari kedelai tanpa kulit ari.
Adapun perlakuan lain yang membantu pengurangan bau langu pada
olahan kacang kedelai ini adalah dengan ditambahkannya wijen sangrai pada
kacang kedelai yang siap digiling. Praktikan menggunakan 3 sendok teh wijen
sangrai untuk setengah kilogram kacang kedelai. Aroma khas wijen sangrai
yang harum dapat menutupi aroma langu dari kacang kedelai.
3. Rasa
Rasa dalam suatu bahan pangan merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh dalam menentukan mutu. Rasa dapat berasal dari bahan pangan
itu sendiri atau dapat pula dilakukan penambahan zat lain dari luar pada saat
proses sehingga menimbulkan rasa yang lebih tajam ataupun sebaliknya. Batas
ini pada setiap orang berbeda-beda pada kondisi sampel yang sama dan setiap
orang memiliki tingkat kesukaan yang menimbulkan perbedaan nilai pada rasa
(Bennion, 1975).
4. Kekentalan
Berdasarkan hasil akhir sari kedelai yang berhasil kami olah, terlihat
jelas bahwa sari kedelai tersebut memiliki tingkat keketalan diatas
keketntalan air biasa. Hal ini terjadi akibat komponen mikroskopis terlarut
hasil dari ekstraksi kacang kedelai. Adapun perbandingan banyak air yang
digunakan dalam pembuatan gula panas juga akan sangat mempengaruhi
kekentalan hasil akhir produk.
Berat Rendemen
Konsentrasi CaCO3 dan Lama Perendaman memberi pengaruh yang
berbeda sangat nyata terhadap kadar protein, banyaknya rendemen, rasa dan
aroma sari kedelai yang dihasilkan. Interaksi perlakuan Konsentrasi CaCO3
dan Lama Perendaman memberi pengaruh yang berbeda nyata terhadap
rendemen, tetapi memberi pengaruh berbeda tidak nyata terhadap kadar air,
kadar protein, derajat asam, rasa dan aroma.
Penambahan konsentrasi kalsium karbonat akan menaikkan pH larutan.
Semakin tinggi pH larutan, maka daya cengkeram protein terhadap air
disekitarnya juga semakin tinggi, sehingga kadar air tahu yang dihasilkan akan
semakin tinggi.
Menurut Winarno (1986) protein kedelai 90% terdiri dari globulin yang
sifatnya tidak dapat larut dalam air tetapi dapat larut didalam larutan garam
encer, sehingga dapat dikatakan kelarutan protein dipengaruhi oleh pH.
Pada pH titik isoelektris kelarutan protein adalah terkecil dan kelarutan protein
akan semakin besar apabila pH semakin besar diatas titik isoelektrisnya. PH
titik isoelektris kedelai adalah sekitar 4.5 4.7.
Jadi dengan meningkatnya konsentrasi CaCO3 maka akan meningkatkan
pH larutan dengan demikian protein yang terlarut lebih banyak sehingga
diperoleh kadar protein yang lebih tinggi.
Perendaman kedelai dalam air menyebabkan terjadinya difusi air ke
dalam sel-sel kedelai. Pada proses ini larutan akan masuk kedalam kacang
kedelai dan akan meningkatkan pH, dengan demikian kelarutan protein akan
semakin meningkat pula, sehingga pada saat penggilingan isi sel dari biji
kacang kedelai dapat keluar semaksimal mungkin sehingga meningkatkan laju
ekstraksi sari kedelai.
Peningkatan rendemen akibat meningkatnya lama perendaman kedelai
disebabkan karena pada saat perendaman menyebabkan terjadinya difusi
larutan kedalam sel-sel kedelai. Hal ini menyebabkan semakin banyak
rendemen yang terlarut yang berupa zat-zat nutrisi yang berasal dari kacang
kedelai, sehingga pada proses pemasakan, banyaknya molekul air yang
berubah menjadi uap air tidak terlalu banyak dan akhirnya mempengaruhi
persentase rendemen yang tetap tinggi (94%)
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Cahyadi, Wisnu. 2007. Teknologi dan Khasiat Kedelai. Jakarta: Bumi Aksara.
2009. Kedelai Khasiat dan Teknologi. Jakarta:Bumi Aksara.
http://eprints.ums.ac.id/42439/5/03.%20BAB%201.pdf. Diakses Tanggal 1
Oktober 201