Anda di halaman 1dari 2

PEMBUATAN MINYAK JAHE DENGAN

PENYULINGAN
risnawati22 December 30, 2016 No Commentson PEMBUATAN MINYAK JAHE DENGAN PENYULINGAN

Sejak jaman dahulu jahe sudah dimanfaatkan untuk memasak, minuman penghangat tubuh dan sebagai bahan untuk
membuat jamu atau obat tradisional. Digunakannya jahe sebagai bahan obat tradisional dikarenakan di dalam ubi atau
rimpang jahe terdapat senyawa aktif yang bisa digunakan untuk mengobati beberapa macam penyakit seperti batuk,
penghilang rasa sakit (antipyretic) dan sebagainya Pemanfaatan jahe berkembang secara komersial dengan pengolahan yang
menggunakan teknologi tepat guna. Penyulingan minyak jahe yang berasal dari rimpang jahe semakin berkembang untuk
dijadikan bahan baku pembuatan obat di perusahaan farmasi. Komponen senyawa kimia yang terkandung pada jahe terdiri
dari minyak menguap, minyak tidak menguap dan pati. Salah satu produk olahan jahe yang sangat bermanfaat adalah minyak
atsiri jahe. Minyak atsiri adalah minyak yang mudah menguap karena terdiri atas campuran komponen yang mudah menguap
dengan komposisi dan titik didih yang berbeda. Sebagian besar minyak atsiri diperoleh dengan cara penyulingan.

Penyulingan merupakan metode yang umum dipakai untuk mengekstrak minyak atsiri dari suatu tanaman (Guenther, 1998).
Metode penyulingan masih sangat potensial untuk diaplikasi di negara-negara berkembang seperti halnya Indonesia karena
metode ini cukup praktis, peralatannya sederhana, murah, aman dalam pengoperasiannya serta ramah lingkungan
(Damjanovic, 2008). Pengolahan minyak atsiri dengan metode penyulingan dikenal sebagai metode konvensional yang
didasarkan pada prinsip bahwa campuran (uap minyak dan uap air) mempunyai titik didih sedikit lebih rendah dari titik didih
uap air murni, sehingga campuran uap mengandung minyak memiliki jumlah yang lebih besar. Dengan pengurangan
kecepatan kohobasi, maka kandungan minyak dalam destilat akan lebih besar disebabkan oleh uap yang keluar akan lebih
jenuh oleh uap minyak. Rendemen yang diperoleh dari metode penyulingan sangat ditentukan oleh beberapa faktor antara lain
ukuran bahan, jumlah (rasio) bahan dan air yang digunakan, perlakuan pengadukan serta waktu proses.

Alat dan Bahan


Alat
1. Alat suling pengukus. Alat ini digunakan untuk menyuling minyak atsiri dengan metode pengukusan. Bagian-bagian utama
dari alat penyuling ini ialah:
Ketel suling
Pengembun uap (kondensor).
Penampung hasil pengembunan.
2. Botol kaca berwarna gelap, atau jerigen plastik kualitas tinggi.
Bahan
1. Rimpang jahe.
2. Air.
3. Kertas saring berlapis magnesium karbonat.
(Affandi, 1993)

Cara Pembuatan
1. Penyiapan Bahan
Rimpang jahe dicuci sampai kemudian dipotong kecil-kecil (dirajang). Ketebalan berkisar antara 2 sampai 4 mm. Rimpang
dapat juga digeprak (dipukul sampai memar dan pecah, tapi tidak sampai hancur). Jahe yang akan disuling tidak perlu dikuliti
karena pengulitan akan menurunkan rendeman minyak atsiri jahe. Ukuran potongan (rimpang) harus diusahakan seseragam
mungkin. Ukuran yang tidak seragam akan meyulitkan penyusunan bahan di dalam ketel secara baik.
2. Penyiapan Alat Suling
Bagian dalam ketel dibersihkan. Setelah itu ketel diisi dengan air bersih. Permukaan air berada 3-5 cm di bawah plat berpori
yang menjadi alas irisan jahe. Air yang paling baik diisikan adalah air hujan, karena air ini tidak akan menimbulkan endapan
atau kerak pada dinding dalam ketel.
3. Pengisian Bahan ke dalam Ketel
a. Bahan diisikan ke dalam ketel secara baik. Bahan disusun dengan formasi seragam dan mempunyai cukup rongga untuk
penetrasi uap secara merata ke dalam tumpukan bahan. Tumpukan bahan yang terlalu padat dapat menyebabkan terbentuk
rat holes yaitu suatu jalur uap yang tidak banyak kontak dengan bahan yang disuling. Tentu saja hal ini menyebabkan
rendemen dan mutu minyak akan rendah.
b. Setelah bahan diisikan ke dalam ketel, penutup ketel ditutup secara rapat sehingga tidak ada celah sekecil apapun yang
memungkinkan uap lolos dari celah tersebut.
4. Penyulingan
a. Mula-mula kondensor dialiri dengan air pendingin. Pada saat itu alat pemisah air-minyak sudah terpasang pada saluran
keluar kondensat.
b. Ketel dipanaskan dengan api tungku atau kompor. Api harus diusahakan hanya mengenai dasar ketel. Api yang terlalu
besar bisa menjilat dinding ketel sehingga dinding menjadi sangat panas, dan hal ini dapat menyebabkan gosong atau
rusaknya bahan yang terdapat di dalam ketel. (Hasbullah, 2001)
Peningkatan Produktivitas Penyulingan Minyak Jahe dengan
Sistem Distilasi Air

Minyak atsiri merupakan komoditas penting Indonesia. Salah satu minyak atsiri yang potensial adalah minyak jahe. Minyak jahe merupakan
minyak atsiri yang dihasilkan dari rimpangnya. Umumnya minyak jahe berasal dari jahe kering disuling dengan destilasi uap. Kendala yang
dihadapi adalah waktu penyulingim yang relatif lama dan tingginya biaya pengeringan. Disamping itu terdapat permintaan pasar terhadap minyak
jahe yang berasal dari jahe segar. Untuk memenuhi hal itu dilakukan penyulingan jahe segar dengan sistem distilasi air. Masalah yang dihadapi
dalam industri adalah penentuan kapasitas bahan di ketel suling yang masih dapat menghasilkan rendemen yang optimal dan mutu yang baik.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan produktivitas proses penyulingan minyak jahe dengan penentuan kapasitas optimal bahan
dengan jumlah air yang sesuai dan untuk membandingkan mutu minyak jahe yang dihasilkan dengan Standar Nasional Indonesia untuk minyak
jahe.

Anda mungkin juga menyukai