Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH TUTORIAL SGD 1

BLOK 15 SKENARIO 2
ULSERASI

TUTOR:
drg. Dwi Windu Kinanti, MMR
SGD 1:
Aniq Malikha Triana (KETUA) J2A014006
Ajeng Narita Caustina (SCRABEL 1) J2A014009
Nisma Dinastiti (SCRABEL2) J2A014010
Nur Amaliana Ayu Nisa J2A014001
Mahanani Elma Baskhara J2A014002
Edo Phurbo Wicaksono J2A014003
Nida Ulfa J2A014004
Ninda Anisa Erika Safura J2A014005
Dea Intania Dewi J2A014007
Muhammad Ibnu Fadhli J2A014008
Suaeni Kurnia Wirda J2A014011
Qurrota Ayun Azhar J2A014012

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2016

SGD 1 SKENARIO 2 1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkat,
rahmat, dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Skenario 1 Blok 15
ini.
Makalah Skenario 2 yang berjudul ULSERASI ini kami susun karena
merupakan sebagian tugas yang telah diberikan dan pada kesempatan ini kami
ucapkan banyak terima kasih kepada beberapa pihak media dan drg. Dwi Windu
Kinanti, MMR selaku dosen tutorial blok lima belas yang senantiasa membantu dan
membimbing dalam pembuatan makalah skenario satu ini sehingga dapat
diselesaikan dengan baik.
Makalah ini pula kami susun untuk memperluas dan menambah wawasan
para pembaca khususnya mahasiswa. Untuk menunjang pemahaman dan melatih
keterampilan mahasiswa, kami lampirkan beberapa jurnal.
Dalam pembuatan makalah ini telah disadari terdapat beberapa kekurangan
dan masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kami mengharapkan kepada semua
pembaca agar dapat menyampaikan saran dan kritik guna penyempurnaan makalah
tutorial ini.

Semarang, 30 Desember 2016

Penyusun

SGD 1 SKENARIO 2 2
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN ........................................................................... 1
KATA PENGANTAR......................................................................... 2
DAFTAR ISI........................................................................................ 3
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................... 4
1.1 LATAR BELAKANG......................................................... 4
1.2 RUMUSAN MASALAH..................................................... 5
1.3 TUJUAN.............................................................................. 5
1.4 MANFAAT.......................................................................... 6
1.5 SKEMATIK......................................................................... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................... 7
2.1 ULSERASI........................................................................... 7
BAB 3 PEMBAHASAN........................................................................ 8
3.1 PEMERIKSAAN DAN PROSEDUR
PERAWATAN ULSER........................................................ 8
3.2 RIWAYAT LESI SECARA GENERAL DAN DIAGNOSA
BANDING ULSERASI BERDASARKAN:........................ 9
3.2.1. TRAUMATIK....................................................... 11
3.2.2. INFEKSI (REKUREN DAN NON REKUREN).. 12
3.2.3. NEOPLASTIK...................................................... 24
3.2.4. SISTEMIK............................................................ 29
3.2.5. ULSERASI LAINNYA........................................ 35
BAB 4 PENUTUP.................................................................................. 40
4.1 KESIMPULAN..................................................................... 41
4.2 SARAN................................................................................. 41
4.3 HADIST................................................................................ 42
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 43

SGD 1 SKENARIO 2 3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rongga mulut mempunyai berbagai fungsi, yaitu sebagai mastikasi,


fonetik, dan juga estetik. Hal tersebut mengakibatkan rongga mulut
merupakan tempat paling rawan dari tubuh karena merupakan pintu masuk
berbagai agen berbahaya, seperti produk mikroorganisme, agen karsinogek,
selain rentan terhadap trauma fisik, kimiawi, dan mekanis.
Berdasarkan penjelasan diatas, walaupun pengetahuan dan
teknologi dalam bidang kedokteran gigi semakin berkembang, namun
berbagai penyakit gigi dan mulut juga emakin beragam. Berbagai penyakit
yang bisa dikatakan masih awam atau asing pada mayarakat harus segera
disosialisasikan agar pencegahan dan penyembuhannya dapat diterapkan
pada masyarakat. Tetapi, penyakit- penyakit yang sudah tidak asing lagi
tetap menjadi polemik dalam bidang kedokteran gigi, karena tidak jarang
kita temukan masyarakat yang pengetahuannya masih sangat minim untuk
mencegah maupun terapi penyakit tersebut.
Mulut merupakan pintu gerbang pertama di dalam sistem
pencernaan. Makanan dan minuman akan diproses didalam mulut dengan
bantuan gigi- geligi, lidah, saliva, dan otot. Pemeliharaan kebersihan gigi
dan mulut merupakan salah satu upaya meningkatkan kesehatan. Mulut
bukan sekedar pintu masuk makanan dan minuman, tetapi fungsi mulut
lebih dari itu dan tidak banyak orang menyadari besarnya peranan mulut
bagi kesehatan dan kesejahteraan seseorang. Masyarakat akan sadar
pentingnya kesehatan gigi dan mulut ketika terjadi masalah atau ketika
terkena penyakit. Oleh karena itu kesehatan gigi dan mulut sangat berperan
dalam menunjang kesehatan.
Salah satu penyakit yang sudah tidak asing lagi ialah stomatitis.
Stomatitis dapat disebabkan oleh rangsangan mekanik, termal, kimia, dan
fisik. Selain itu juga disebabkan karena malnutrisi, diabetes, dan sistem
hemopoietik. Faktor- faktor lainnya yang meyebabkan stomatitis adalah

SGD 1 SKENARIO 2 4
protesa yang tidak tepat, benda asing, makan atau minum yang panas,
pengaruh alkali dan juga asam.
Penyebab lain yang tidak kalah penting dalam penyakit Stomatitis
adalah akibat dari merokok. Rokok merupakan suatu produk komersial
berbentuk silindris yang mempunyai diameter 5-8 mm, panjang total 70-
100 mm dan panjang penapis 15-25 mm. Hubungan merokok dengan
perubahan jaringan rongga mulut meliputi stain pada gigi, smokers
melanosis, nicotine stomatitis, gingivitis ulseratif nekrosis akut (GUNA),
keratosis, black hairy tongue, palatal erosi, leukoplakia karsinoma sel
skuamous dan sebagainya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi daru ulser.
2. Bagaimana pemeriksaan dan prosedur perawatan ulser.
3. Bagaimana riwayat lesi secara general dan diagnosa banding
ulserasi berdasarkan:
a. Traumatik
b. Infeksi (rekuren dan non rekuren)
c. Neoplastik (karsinoma sel skuamosa oral)
d. Sistemik
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang definisi
daru ulser.
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang bagaimana
pemeriksaan dan prosedur perawatan ulser.
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang bagaimana
riwayat lesi secara general dan diagnosa banding ulserasi
berdasarkan:
a. Traumatik
b. Infeksi (rekuren dan non rekuren)
c. Neoplastik (karsinoma sel skuamosa oral)
d. Sistemik

SGD 1 SKENARIO 2 5
1.4 Manfaat

Dengan mempelajari macam-macam penyakit jaringan lunak gigi


diharapkan para mahasiswa calon dokter gigi mampu mengetahui serta
memahami mengenai berbagai macam lesi yang terdapat dalam rongga
mulut serta dapat memahami mengenai perawatan dan penatalaksanaan
penyakit tersebut .
1.5 Skematik

LESI PADA MULUT

ULSER KARSINOMA SEL SKUAMOSA

ETIOLOGI MACAM-MACAM PEMERIKSAAN DEFINISI SIGN AND PATOGENESIS


SYMPTOM

ETIOLOGI
EKSTRINSIK INSTRINSIK SUBJEKTI OBJEKTIF
F

PEMERIKSAAN

INFEKSI INFEKSI FUNGAL INFEKSI IMUN TRAUMA


ULKUS TRAUMATIK
BAKTERI RADIOLOGI

SGD 1 SKENARIO 2 6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ulserasi

Ulkus atau ulser adalah suatu kerusakan lapisan epitel yang berbatas
jelas yang membentuk cekungan, ulkus sering ditemukan didalam rongga
mulut (Regezi et al,2008).

Ulkus adalah suatu kondisi patologis dimana jaringan epitel


terkoyak.Jaringan epitel yang hilang bersifat menyeluruh, jaringan ikat di
bawahnya menjadi terbuka.Di dalam mulut, ulkus biasanya disertai rasa
sakit, kecuali tumor dalam mulut yang ganas, yang pada awalnya tidak ada
rasa sakit. Oleh karena itu perlu dilakukan biopsi untuk menentukan
diagnosis ulkus yang tidak memberikan respon terhadap perawatan atau
terus bertahan (persisten) lebih dari dua hingga tiga minggu
(Birmbaum,2009).

SGD 1 SKENARIO 2 7
BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Pemeriksaan Dan Prosedur Perawatan Ulser


Gunakan pendekatan yang sistematis (Birmbaum,2009).

Lokasi. Dapat memberikan petunjuk mengenai penyebabnya.

Misalnya berhadapan dengan tepi gigi yang tajam trauma; papila


interdental ANUG.

Regio posterior mulut virus coxsackie, misalnya herpangina.

Rekam lokasi lesi dengan cara mencatat, menggambar atau


mengambil foto.

Jumlah ulserasi (catat jumlah lesi).

Ukuran lesi diukur dalam millimeter dan digambar serta dicatat.


Ulserasi multipel menunjukkan adanya infeksi virus, misalnya
coxsackie, herpes; atau aftosa rekuren.

Bentuk misalnya bulat atau tidak beraturan (contohnya ulkus


traumatikus). Lesi tersebut menyebar ataukah menyatu (misalnya
infeksi virus seprti CMV menyebar; atau herpes menyatu).
Bersudut atau bercabang (stellate) (TB). Punched-out (sifilis
tersier).

Dasar mulut perhatikan warna, apakah ada daerah cekung,


jaringan parut, infeksi jamur, granulasi ataupun perdarahan.

Dasar lesi apakah ada indurasi, menyatu dengan struktur yang


lebih dalam. Indurasi dan fiksasi menunjukkan adanya keganasan.

Tepi lesi menonjol, bergulung dan berlipat (ulkus ganas). Bila


undermined/bergaung (ulkus tuberkulosis). Punched-out (ulkus
pada sifilis tersier). Bergulung dan mengkilap (ulkus yang tidak
beraturan tepinya, ekstraoral pada wajah) (Cawson,1996)

SGD 1 SKENARIO 2 8
3.2 Riwayat Lesi Secara General Dan Diagnosa Banding Ulserasi
Berdasarkan:
Diperlukan riwayat lesi yang rinci agar dapat menentukan diagnosis lesi.

Usia pasien juga penting diperhatikan. (Infeksi virus, aftosa rekuren lebih
banyak dijumpai pada anak-anak dan remaja. Liken planus erosiva, mucous
membrane pemphigoid dan karsinoma sel skuamosa contohnya, ditemukan pada
pasien usia pertengahan hingga usia lanjut) (Eversole,1996)

Tanyakan pada pasien:

1. Sudah berapa lama menderita ulkus tersebut?

Ulkus yang tidak sakit dan sudah ada selama beberapa minggu pada pasien
usia lanjut menunjukkan kemungkinan terjadi karsinoma.

2. Ada berapa lesi yang ditemukan?

Lesi multipel menunjukkan terjadinya infeksi virus. Bila multipel tetapi


bersifat rekuren, kemungkinan merupakan ulserasi aftosa.

3. Di mana lokasi lesi tersebut?

ANUG biasanya berawal dari papila interdenal. Ulserasi aftosa jarang


melibatkan tepi gingiva.

4. Apakah ada rasa sakit?

Sebagian besar ulkus biasanya memang sakit.

Namun, tahap awal karsinoma seringkali tidak disertai rasa sakit.

5. Apakah anda (pasien) tahu apa penyebab dari ulkus tersebut, misalnya trauma,

makan makanan yang panas atau sangat berbumbu?

6. Apakah sebelumnya pernah menderita ulkus juga?

Vesikel/ulserasi rekuren di bibir dan sambungan mukokutan lainnya


kemungkinan merupakan infeksi herpes simpleks.

SGD 1 SKENARIO 2 9
Ulkus intraoral rekuren kemungkinan merupakan aftosa.

7. Bila ya, kapan? Berapa banyak? Seberapa sering? Berapa lama berlangsung?
8. Apakah ada kondisi lain yang terlibat, misalnya rasa sakit, perdarahan,
halitosis?
9. Apakah lesi bertambah besar, mengecil ataukah sama saja ukurannya? (Lesi
yang mengecil menunjukkan terjadi proses penyembuhan. Lesi yang
bertambah besar dan sakit menunjukkan adanya etiologi yang lebih berat).
10. Apakah ada rasa kesemutan atau gatal sebelum lesi timbul?

Hal tersebut menunjukkan kemungkinan adanya virus sebagai penyebab,


misalnya herpes simpleks/herpes zoster, atau aftosa.

11. Apakah ulkus berawal dari suatu gelembung?

Pemphigus, mucous membrane pemphigoid.

12. Apakah ada ulkus juga di bagian tubuh yang lain, misalnya regio kulit, mata,

genital?

Sindroma Behet, erythema multiforme.

13. Apakah anda merokok? Bila ya, berapa batang sehari dan sudah berapa lama?

Ada peningkatan risiko kanker mulut pada perokok berat dan


peminum minuman beralkohol.

14. Apakah anda minum minuman beralkohol? Bila ya, berapa gelas dalam
seminggu?
(Ukuran 1 gelas tersebut untuk wine, spirit, dan bir. Peraturan
pemerintah untuk batas tingkat keamanan minuman beralkohol
adalah 21 gelas untuk laki-laki dan 14 gelas untuk wanita).
15. Apakah anda menghisap/mengunyah tembakau? Bila ya, berapa banyak dan

seberapa sering?

Ada peningkatan risiko karsinoma sel skuamosa.

SGD 1 SKENARIO 2 10
16. Apakah anda punya kebiasaan mengunyah sirih-pinang? Bila ya, seberapa
sering?

Kebiasaan tersebut dapat mengakibatkan fibrosis submukosa (suatu


kondisi pra-ganas). Untuk pemeriksaan diperlukan juga riwayat medis yang
menyeluruh (termasuk pengobatan yang pernah diberikan, penyakit kulit,
gastrointestinalis dan hematologi yang pernah diderita).

3.2.1. Traumatik

Lokasinya bisa bersebelahan dengan gigi yang karies atau patah, tepi plat gigi
tiruan atau ortodontik.

Pasien sering menceritakan peristiwa traumatik yang dialaminya.

Ulkus traumatikus biasanya bersifat soliter, ukurannya bervariasi, bulat atau


berbentuk sabit.

Dasar lesi kekuningan, tepinya merah dan tidak ada indurasi.

Ulkua traumatikus sembuh dalam beberapa hari, setelah penyebabnya


dihilangkan.

Bila suatu ulkus bertahan lebih dari dua / tiga minggi tanpa tanda-tanda akan
sembuh, maka perlu dilakukan biopsy untuk menyingkirkan kemungkinan adanya
penyebab lain yang lebih berat, seperti karsinoma sel skuamosa.
Kemungkinan penyebab ulkus traumatikus dapat berupa:

Tergigit tanpa sengaja atau memang disengaja.

Luka bakar karena panas yang terjadi pada lidah dan palatum akibat
makanan yang panas, seperti keju panas atau pizza.

Menghirup cairan yang bersifat kaustik.

Meletakkan aspirin ke dalam sulkus bukalis untuk meredakan rasa sakit


gigi dapat menyebabkan cekungan pada epitel dan erosi superfisial..

SGD 1 SKENARIO 2 11
Iatrogenik penggunaan obat-obatan kedokteran gigi yang bersifat
kaustik, seperti asam trikloroasetat, beechwood creosote, eugenol dan asam
kromat.

Ulkus yang terjadi akibat berkontak dengan instrumen panas.

Ulkus yang terjadi akibat melepaskan gulungan kapas dari sulkus bukalis.

Setelah radioterapi dan kemoterapi mukosa mulut akan mudah sekali mengalami

ulserasi akibat trauma yang paling kecil sekalipun.

3.2.2. Infeksi (rekuren dan non rekuren)

Infeksi bakteri
i. Tuberkulosis

Jarang. Terjadi pada pasien tuberkulosis paru aktif yang tidak dirawat dan
selalu batuk-batuk dengan sputum yang terinfeksi.

Gejala
Rasa sakit progresif yang pada akhirnya berpengaruh pada gangguan nutrisi.

Tanda intraoral
1. Lokasi ciri khas di dorsum lidah. Bibir dan palatum lebih jarang terkena.
2. Bentuk bersudut atau bercabang (stellate).
3. Dasar lesi pucat, disertai lendir yang kental di dasar ulkus.
4. Tepi lesi tidak beraturan dengan dinding bergaung.

Kondisi sistemik yang berkaitan


Batuk kronis, berat badan turun, demam, berkeringat di malam hari dan
hemoptisis.

Tes diagnostik
1. Diperlukan biopsi arteri temporalis multipel, karena lesi sel datia terjadi
secara sporadik di sepanjang saraf yang terlibat (skiplesion)
2. Pada pemeriksaan,ESR terlihat meningkat (viskositas plasma,protein C-
reaktif).

SGD 1 SKENARIO 2 12
Perawatan
Tidak ada perawatan spesifik untuk lesi dalam mulut. Lesi mulut akan turut
sembuh bila infeksi paru yang ada diobati.

ii. Acute necrotising ulcerative gingivitis

iii. Sifilis

Penyakit ini merupakan penyakit yang perlu dilaporkan bila ditemukan.


Sangat perlu untuk dirujuk ke klinik genitourinari untuk semua kasus yang
dicurigai.

Merupakan penyakit yang ditularkan secara seksual, disebabkan oleh bakteri

spirochaete, disebut Treponema pallidum.

Suatu penyakit yang mudah diketahui. Penting untuk dilakukan rujukan ke klinik

genitourinari pada semua kasus yang dicurigai.

Agak jarang ditemukan, tetapi pantas untuk dipertimbangkan sebagai diagnosis

banding ulserasi mulut.

Dapat ditularkan melalui plasenta oleh ibu kepada bayi yang dikandungnya (sifilis

kongenital).

Lesi stadium primer, sekunder dan tersier dapat ditemukan dalam mulut.

Sifilis primer
Lesi klasik sifilis primer adalah chancre, biasanya ditemukan di regio
genital.Jarang ditemukan di atau sekitar rongga mulut.

Gejala
Tidak ada rasa sakit, kecuali bila terinfeksi.

Tanda
1. Lokasi bibir, ujung lidah, yang lebih jarang di regio lain dalam mulut.
2. Ukuran - bervariasi dari 5 mm sampai beberapa sentimeter diameternya.
3. Bentuk - bulat.

SGD 1 SKENARIO 2 13
4. Tepinya - lebih tinggi dari sekitarnya dan ada indurasi.
5. Jumlah ulkus - biasanya soliter.

Kondisi yang terkait


1. Nodus limfatik regional membesar, kenyal dan berdiri sendiri.
2. Ulkus yang terbentuk disertai tepi dengan indurasi, sehingga menyerupai
karsinoma sel
3. skuamosa.
4. Chanre sembuh sendiri tanpa meninggalkan jarngan parut.
5. Sangat menular.

Sifilis sekunder
1. Muncul 3-12 minggu sesudah lesi primer (pada pasien yang tidak dirawat)
berupa
2. radang kulit berwarna merah, berbentuk papula atau makula.
3. Lesi mulut seringkali terjadi bersamaan dengan radang kulit (Lamey,1997).

Gejala
Ulkus tidak sakit.

Tanda
1. Lokasi palatum, tonsil, tepi lateral lidah dan bibir.
2. Bentuk ulkus yang datar dengan tepi tak beraturan, tertutup oleh membran
keabuan (snail track ulcers). Lesi menyatu membentuk bercak membulat
yang kita kenal sebagai mucous patch.

Kondisi yang terkait


1. Demam dan malaise.
2. Limfadenopati menyeluruh.
3. Radang kulut di telapak tangan.
4. Sangat menular.
5. Tes serologi positif pada stadium kedua.

SGD 1 SKENARIO 2 14
Sifilis tersier
1. Kini jarang terjadi.
2. Ditemukan pada kasus tak dirawat beberapa tahun kemudian.
3. Lesi sifilis tersier berupa gumma, suatu proses granulomatous yang sangat
merusak.

Gejala
Tidak ada rasa sakit.

Tanda
1. Lokasi Biasanya ditemukan di palatum, tonsil dan lidah.
2. Ukuran - bervariasi dari beberapa millimeter hingga beberapa sentimeter
diameternya.
3. Bentuk - terlihat membulat dan punched-out.
4. Dasar lesi memadat dan pucat.
5. Tepi lesi - punched-out.

Kondisi yang terkait


1. Syphilitic leukoplakia pada dorsum lidah. Sangat jarang terjadi. Memiliki
risiko tinggi untuk berubah menjadi ganas.
2. Neurosyphilis atau keterlibatan sistem kardiovaskular terjadi pada 20%
pasien. Kondisi ini dapat menyebabkan aortitis yang dapat berlanjut
menjadi aneurisma aorta thoracal, tabes dorsalis, dementia dan paresis
menyeluruh pada kelainan mental.

Tes diagnostic
Transiluminasi antrium atau radiografi osipitomental dapat
menunjukkan tingkatan cairan atau penebalan lapisan antral.

Infeksi virus
i. Primary herpetic gingivostomatitis

- Pada sebagian besar kasus yang ditemukan disebabkan oleh virus herpes
simpleks tipe 1(HSV 1).
- Tipe 2 (HSV 2) juga dapat terjadi dalam rongga mulut (< 5% kasus).

SGD 1 SKENARIO 2 15
- Merupakan virus DNA yang menular melalui saliva dan kontak langsung.
- Lebih banyak ditemukan pada anak-anak, tetapi dapat juga terjadi pada
dewasa muda.
- Infeksi primer seringkali bersifat subklinis.
- Sekitar 90% orang dewasa memiliki antibodi terhadap HSV 1 sebelum usia
mereka mencapai 30 tahun dan membawa virus tersebut dalam bentuk laten.
- Setelah infeksi, virus tetap berada dalam ganglion sensoris tanpa
menimbulkan keluhan.
- Reaktivasi yang terjadi pada virus laten dapat terjadi dan menyebabkan
herpes labialis,yang disebut juga cold sore.
- Infeksi awal menyebabkan gejala ringan atau terjadi sebagai primary
herpetic gingivo-stomatitis.

Gejala
- Ulserasi multipel intraoral yang menyebabkan rasa sakit di gingiva, lidah
dan radang tenggorok.
- Ditemukan krusta yang berdarah pada bibir.
- Ada rasa sakit pada waktu menelan, makan, dan berbicara.
- Pasien merasa tidak enak badan , suhu tubuh meningkat.
- Dapat disertai nausea, vomitus dan sakit kepala.

Tanda
- Seluruh bagian rongga mulut dapat terkena, terutama bibir, gingiva, palatum
durum dan lidah.
- Lesi awal berupa vesikel yang kemudian akan pecah.
- Gingiva membengkak dan udematous.
- Ulkus multipel dan bergabung menjadi satu.
- Bentuk bulat dan dangkal.
- Ukuran - diameter 2 3 mm.
- Dasar lesi - kekuningan atau keabuan.
- Tepi lesi - merah dan meradang.
- Kadang ditemukan radang kulit.
- Suhu tubuh meningkat, kelenjar limfe regional membesar dan lunak.

SGD 1 SKENARIO 2 16
- Terjadi dehidrasi pada anak-anak.

Infeksi rekuren
- Reaktivasi virus menyebabkan herpes labialis, atau cold sore di
pertemuan kulit dan mukosa bibir.
- Bibir merupakan regio yang paling sering terkena.

Faktor predisposisi termasuk:

- Sinar matahari dan udara dingin.


- Stres psikologis.
- Menstruasi dan kadang kehamilan.
- Trauma
- Penyakit sistemik, seperti flu.
- Supresi sistem imun, seperti pada HIV.
- Virus ditemukan dalam vesikel dan saliva. Sebelum penggunaan
sarung tangan yang kini telah dilakukan secara rutin, herpes
simpleks dapat menular ke staf kedokteran gigi dan menyebabkan
herpetic whitlows. Infeksi yang sangat sakit tersebut terjadi pada
jari-jari tangan, terutama kuku.

Gejala
- Pada masa prodromal ditemukan rasa gatal dan kesemutan.
- Vesikel berkelompok di bibir muncul 24 jam kemudian.
- Walaupun jarang, ulserasi dapat terjadi di palatum (multipel dan menyatu).
- Mukosa bukal juga dapat terkena.
- Biasanya disertai rasa lelah dan malaise.

Tanda
- Lokasi ditemukan sekelompok vesikel kecil yang menyatu di pertemuan
antara tepi
- vermilion dan kulit di bibir. Juga dapat melibatkan hidung.
- Vesikel berubah menjadi krusta dan sembuh tanpa meninggalkan jaringan
parut.
- Nodus limfatik regional membesar dan lunak.

SGD 1 SKENARIO 2 17
- Intraoral, ulserasi berukuran 1-2 mm yang kecil dan banyak juga menyatu,
walaupun
- jarang. Mukosa bukal dan palatum juga terkena.
- Pemberian krim asiklovir 5% selama masa prodromal dapat mengurangi
terjadinya lesi.

ii. Herpes zoster (Shingles)

- Satu-satunya rasa sakit tidak berasal dari gigi yang menyerupai rasa sakit
pulpa
- Zoster adalah peradangan karena virus, terletak di akar ganglion bagian
posterior,
- melibatkan satu atau lebih saraf sensoris perifer.
- Herpes zoster menyebabkan cacar air pada anak-anak, tetapi (sebagaimana
halnya
- herpes simpleks) virus tetap berada di ganglion sensoris sampai terjadi
reaktivasi.
- Reaktivasi pada orang dewasa menyebabkan herpes zoster.
- Penyakit ini banyak ditemukan, tetapi umumnya terjadi pada orang dewasa,
yang
- berusia di atas 60 tahun.
- Di daerah trigeminus, divisi ophthalmicus adalah yang paling sering terlibat.
- Pasien datang ke dokter gigi bila divisi kedua atau ketiga yang terlibat.

NB. Ditemukan peningkatan kerentanan terhadap infeksi herpes zoster yang


berat dan fatal pada pasien HIV, penyakit Hodgkin, leukemia dan pasien yang
menggunakan obat imunosupresi, termasuk steroid, setelah operasi transplantasi
organ.

iii. Sitomegalovirus

- Merupakan penyebab pembengkakan kelenjar liur yang jarang terjadi,


penyakit inklusi sitomegalik pada pasien immunocompromised dan bayi.

SGD 1 SKENARIO 2 18
- Juga dapat menyebabkan ulserasi mulut pada pasien immunocompromised,
seperti pasien yang menerima pengobatan imunosupresi setelah
transplantasi organ atau karena infeksi HIV.
- Dapat merupakan bagian dari penyebaran infeksi pada pasien AIDS/HIV
yang mengalami retinitis, pneumonitis dan meningoencephalitis.

Gejala
- Ditemukan ulkus soliter yang persisten dan sakit.
- Rasa sakit timbul waktu makan, menelan dan berbicara.

Tanda
- Lokasi ditemukan di punggung lidah dan mukosa bukal.
- Bentuk lonjong atau bercabang (stellate).
- Dasar lesi pucat, keabuan.
- Ukuran - besar, bisa lebih besar dari 1 cm.
- Tepi lesi tidak beraturan dan bergaung.

iv. Virus coxsackie

- Menyebabkan herpangina dan hand, foot and mouth disease, biasanya pada
anak-anak.
- Dapat menyebabkan epidemi ringan di sekolah atau institusi lain.
- Secara umum gejalanya ringan.

Herpangina

Gejala
Radang tenggorok, demam, rasa tidak enak badan.

Tanda
1. Suhu tubuh meningkat disertai limfadenopati.
2. Walaupun jarang, dapat terjadi pembengkakan kelenjar liur seperti pada
penyakit mumps. Untuk menentukan diagnosis tetapnya diperluikan
pemeriksaan laboratorium.
3. Lokasi vesikel dan ulserasi multipel di palatum molle dan tonsil.

SGD 1 SKENARIO 2 19
4. Ukuran kecil 1-2 mm.
5. Bentuk bulat dan dangkal.
6. Mukosa sekitarnya merah dan meradang.

Hand, foot and mouth disease

Merupakan penyakit yang ringan, gejala sistemiknya juga sedikit.


Ditemukan vesikel pada tangan dan kaki, selain ulserasi yang ditemukan di mulut

Gejala
1. Mukosa mulut terasa sakit, lunak.
2. Kurang nyaman waktu makan dan menelan.
3. Ditemukan radang di tangan dan kani.

Tanda
1. Lokasi ulserasi multipel di lidah, mukosa bukal dan palatum durum.
Gingiva tidak terlibat.
2. Ukuran kecil, 1-2 mm, bulat dan dangkal.
3. Mukosa sekitarnya terjadi radang.
4. Ditemukan lesi makula dan vesikula di tangan dan kaki. Tungkai dan lengan
juga dapat terkena.

v. HIV

Ulserasi mulut ditemukan pada pasien dengan AIDS dan HIV (2% dari satu
penelitian), tetapi ulserasi tersebut tidak khas untuk penderita terinfeksi HIV.

Kelompok 1: Lesi yang erat hubungannya dengan infeksi HIV


1. Necrotizing ulverative gingivitis
2. Necrotizing ulcerative periodontitis
3. Sarkoma Kaposi
4. Limfoma non-Hodgkin

SGD 1 SKENARIO 2 20
Kelompok 2: Lesi yang tidak selalu berhubungan dengan infeksi HIV
1. Mycobacterium tuberculosis
2. Necrotizing ulverative stomatitis

Infeksi virus
1. Virus herpes simpleks
2. Virus varicella-zoster
3. Ulserasi yang tidak khas

Kelompok 3: Lesi yang ditemukan pada infeksi HIV


1. Erythema multiforme

Infeksi jamur
1. Cryptococcosis
2. Histoplasmosis
3. Mucormycosis
4. Aspergilosis

Stomatitis aftosa rekuren

Infeksi virus
1. Sitomegalovirus

Infeksi jamur

Infeksi jamur yang terletak di dalam jarang terjadi tetapi perlu diperhatikan
- Jarang ditemukan di penduduk UK.
- Merupakan organisme yang dapat menimbulkan infeksi pada seluruh
rongga mulut dan regio kepala dan leher pada pasien yang hidup di daerah
endemik dan immunocompromised, seperti penderita leukemia atau HIV.

i. Histoplasmosis
- Disebabkan oleh Histoplasma capsulatum.
- Tidak biasanya ditemukan di UK.

SGD 1 SKENARIO 2 21
- Merupakan endemik di bagian daerah tertentu, seperti lembah sungai
Mississippi di USA, Afrika, Asia Tenggara dan Australia.
- Ditemukan pada pasien yang immunocompromised atau baru datang dari
daerah
- endemik.

Gejala
- Ulserasi multipel, sakit, dapat terjadi di regio mulut manapun.
- Disertai demam dan batuk-batuk.

Tanda
- Lokasi bibir, lidah, palatum, gingiva dan mukosa bukal dapat terkena.
- Bentuk nodular atau vegetatif, atau bulat.
- Dasar lesi - ada indurasi dan tertutup oleh membran keabuan.
- Menyerupai perubahan neoplastik yang terlihat pada karsinoma sel
skuamosa.
- Dapat ditemukan pembesaran pada nodus limfatik regional.

Diagnosis melalui pemeriksaan kultur dan histopatologi dari


spesimen biopsi.
ii. Mucormycosis

- Terjadi pada penderita yang mengalami imunosupresi.


- Juga ditemukan pada penderita diabetes berat yang tidak terkontrol.
- Biasanya dimulai dengan infeksi sinus yang menyebar ke intraoral.

Gejala
2. Bila sinus maksilaris terlibat, dapat ditemukan rasa sakit pada wajah, cairan
yang keluar dari hidung yang dapat bercampur darah dan ulserasi mulut.
3. Dapat menyebar ke orbita, sehingga menyebabkan kebutaan, koma dan
kematian.
4. Dapat menyerupai rasa sakit gigi.

SGD 1 SKENARIO 2 22
Tanda
1. Lokasi biasanya melibatkan palatum. Dapat juga ditemukan pada gingiva,
bibir dan alveolus.
2. Ukuran dapat besar, lebih besar dari 1 cm.
3. Dasar lesi cekungan yang gelap.

Diagnosis berdasarkan pemeriksaan kultur dan biopsi.


iii. Aspergilosis

Dapat menyebabkan infeksi oportunistik pada penderita


immunocompromised dan diabetes yang tidak terkontrol.

Gejala dan tanda seperti pada mucormycosis

Diagnosis berdasarkan pemeriksaan kultur dan biopsi.


iv. Cryptococcosis

- Juga merupakan infeksi oportunistik pada penderita immunocompromised,


seperti
- AIDS, leukemia dan limfoma.
- Dapat terjadi pada paru, kulit, meningea dan rongga mulut.

Gejala
Ulkus soliter atau multipel yang sakit.

Tanda
1. Tampilan tidak spesifik.
2. Lokasi - biasanya di palatum.
3. Dasar lesi - nekrotik.
4. Ukuran bisa besar, beberapa sentimeter diameternya.
5. Jumlah biasanya soliter.

Diagnosis berdasarkan pemeriksaan biopsi dan kultur.

SGD 1 SKENARIO 2 23
v. Blastomycosis

- Sangat jarang di UK.


- Seperti halnya histoplasmosis, endemik di USA dan Amerika Selatan.
- Lebih banyak ditemukan pada laki-laki.
- Lesi ditemukan pada hepar, paru dan kulit.
- Lesi dalam mulut berawal dari nodule yang berbatas tegas.

Gejala
1. Ulserasi mulut yang bersifat multipel.
2. Pustula mengalir ke daerah wajah. Mirip dengan aktinomikosis.
3. Disertai berat badan turun, demam, batuk-batuk (keterlibatan organ paru)
dan
4. pembengkakan kelenjar limfe.

Tanda
1. Pireksia.
2. Pembesaran nodus limfatik regional.
3. Ulserasi kecil dan multipel, tepi bergulung dan mengalami indurasi, mirip
dengan
4. karsinoma sel skuamosa.
Diagnosis pemeriksaan biopsi dan kultur.
3.2.3. Neoplastik (karsinoma sel skuamosa oral)

Ganas
Tumor dalam mulut dapat terlihat sebagai ulkus atau pertumbuhan eksofitik.

i. Karsinoma sel skuamosa


- Merupakan lesi ganas dalam mulut yang sering ditemukan (95% kasus).
- Merupakan 2-3% dari seluruh tumor ganas yang ditemukan di UK dan USA.
- Insidens puncak adalah pada usia 55 dan 75 tahun (lebih dari 70% kasus).
- Lebih banyak ditemukan pada laki-laki.
- Ada 2000 kasus baru setiap tahunnya di UK.
- Insidens di UK semakin meningkat.

SGD 1 SKENARIO 2 24
Faktor etiologi
- Penggunaan tembakau dan minuman beralkohol.
- Kebiasaan mengunyah sirih pinang.
- Sianr matahari berlebihan (kanker kulit dan bibir).

Faktor predisposisi yang mungkin berperan


- Displasia epitel mulut.
- Lichen planus.
- Kandidiasis hiperplastik kronis.
- Defisiensi hematinik.
- Syphilitic leukoplakia (sangat jarang).

Gejala
1. Di awal terbentuknya lesi seringkali tidak sakit, sehingga tidak terlalu
diperhatikan oleh penderitanya.
2. Lesi akan terasa sakit bila terjadi infeksi atau bila tumor menginvasi
jaringan saraf.
3. Di daerah leher ditemukan pembesaran kelenjar yang tidak lunak.
4. Dengan semakin berkembangnya lesi, maka akan terjadi kesulitan menelan,
mengunyah dan bicara, yang disertai oleh rasa sakit.
5. Gigi-geligi menjadi semakin longgar di dalam soket pada karsinoma gusi,
atau melalui penyebaran ke dalam tulang.

Tanda
1. Lokai lidah, dasar mulut, mukosa bukal, ridge alveolar (merupakan >60%
lesi kanker mulut).
2. Bentuk bulat, berliku-liku atau tidak beraturan.
3. Tepi tinggi, bergulung dan menonjol.
4. Dasar lesi granular dan kasar, dapat dengan mudah berdarah.
5. Jaringan di bawah lesi ditemukan indurasi dan melekat dengan jaringan
yang lebih dalam.

SGD 1 SKENARIO 2 25
Penyebaran melalui pembuluh limfe
- Terjadi penyebaran melalui nodus limfatik regional. Tigapuluh persen
pasien datang dengan keluhan adanya keterlibatan nodus limfatik.
- Nodus yang membesar menjadi semakin padat atau keras, tidak lunak dan
dapat melekat dengan jaringan di sekitarnya.
- Limfadenopati dapat merupakan gambaran klinis awal pada karsinoma
lidah.

Tes diagnostic
Pemeriksaan biopsi dan histopatologi, radiologi umum, computerized
tomography (CT), magnetic resonance imaging (MRI), bone scintigraphy dan
ultrasound (jarang).

ii. Sarkoma Kaposi

- Lesi yang dapat menentukan keberadaan AIDS pada pasien yang HIV
positif.
- Pada pasien AIDS, penyebaran sarkoma Kaposi seringkali merupakan
penyebab terjadinya kematian.
- Tumor pada jaringan endotel mikrovaskular sekarang diketahui disebabkan
oleh virus herpetik 8 pada manusia. (HHV 8).

Gejala
1. Lesi awalnya berupa daerah pigmentasi yang datar dan tidak sakit pada
mukosa ataupun gingiva.
2. Dengan bertambahnya ukuran lesi, maka lesi akan lebih menonjol.
3. Bila lesi sangat besar, maka kegiatan makan dan berbicara akan terganggu.
4. Lama-kelamaan lesi akan mengalami ulserasi, sehingga menyebabkan rasa
sakit yang menetap.

Tanda
1. Lesi dapat berbentuk makula/papula/nodula ataupun ulkus, soliter ataupun
multipel,berwarna biru/merah/ungu.
2. Lesi tahap lanjut dapat membentuk ulserasi di bagian tengah lesi.

SGD 1 SKENARIO 2 26
3. Lokasi seringkali ditemukan di palatum di lokasi yang berlawanan dengan
gigi molar rahang atas.
4. Bentuk berawal dari suatru makula datar berwarna biru/merah/ungu.
5. Dengan bertambahnya ukuran lesi, maka lesi menjadi nodular dan
menonjol, serupa gambaran klinisnya dengan hemangioma atau ekimosis.
6. Jumlah lesi soliter ataupun multipel yang akhirnya menyatu.
7. Ukuran lesi bervariasi, dari beberapa millimeter hingga beberapa
sentimeter.
8. Dasar ulkus keabuan, nekrotik, berdarah.
9. Tepi lesi merah tanpa indurasi.

Diagnosis
Pemeriksaan biopsi dan histopatologi.

Tes antibodi HIV tepat untuk pasien yang status kesehatannya tidak diketahui
disertai dengan informed consent penuh dari pasien. Penting untuk dilakukan
rujukan ke ahli genitourinari bila akan melakukan beberapa tes. Kadang-kadang
sarkoma Kaposi dapat terjadi pada kondisi imunosupresi (non-HIV) yang lain,
misalnya pada pengobatan cyclosporin jangka panjang.

iii. Limfoma non-Hodgkin

- Suatu tumor ganas pada jaringan limfoid, yang dapat berbentuk sebagai
ulserasi mulut.
- Juga merupakan lesi yang dapat menentukan keberadaan penyakit AIDS
pada pasien
- HIV-positif. Dapat berasal dari sel limfosit T ataupun B.

Gejala
1. Keluhan awal pasien adalah pembesaran tidak sakit pada nodus limfatik
servikal.
2. Dapat menyebabkan ulserasi sakit di dalam mulut, juga pembengkakan
fasial.
3. Pembukaan rahang terbatas.

SGD 1 SKENARIO 2 27
Tanda
1. Lokasi gingiva, palatum, mukosa bukal dan faring.
2. Bentuk bulat atau tidak beraturan.
3. Dasar lesi kuning, berdarah bila ada trauma.
4. Tepi lesi merah dan meradang.
5. Limfadenopati servikal.
6. Trismus, bila otot-otot fasial dan pengunyahan terlibat.
7. Pembengkakan fasial bila sulkus bukalis terkena.
8. Kadang ditemukan kerusakan luas pada tulang alveolar, yang menyebabkan
gigi goyang atau hilang, dapat terbentuk lubang oroantral.

Tes diagnostik
1. Pemeriksaan biopsi dan histopatologi. Biasanya diperlukan tambahan
analisis imuno histokemikal.
2. Radiologi. Dapat mengakibatkan hilangnya tulang di gigi sebelahnya.

iv. Melanoma ganas

- Jarang ditemukan di dalam mulut. Prognosisnya sangat buruk.


- Sebagian besar pasien berusia di atas 30 tahun.
- Dua kali lebih banyak ditemukan pada laki-laki.

Gejala
1. Suatu daerah pigmentasi pada mukosa yang bertambah besar ukurannya.
2. Lesi dapat berdarah dan membentuk ulserasi.

3. Tanda
4. Lokasi palatum durum dan gingiva/ridge alveolar rahang atas (80%
kasus).
5. Ukuran bervariasi, beberapa millimeter diameternya atau mungkin besar
> 1 cm.
6. Bentuk kerangkanya tidak beraturan. Warnanya hitam, coklat atau merah.
7. Dasar lesi mudah berdarah di tahapan lesi yang lanjut.

SGD 1 SKENARIO 2 28
Kondisi yang terkait mengalami metastasis lebih awal.
1. Lesi melanotik dalam mulut, ada hiperpigmentasi, tepinya tidak beraturan,
ada riwayat perkembangan lesi, sangat perlu dicurigai terjadinya proses
keganasan dan perlu biopsy lebih awal.
2. Prognosis buruk, survival rate 5 tahun biasanya bernilai 5%.

v. Tumor kelenjar liur ganas

Dapat terlihat sebagai pembengkakan yang mengalami ulserasi di dalam


mulut,terutama di palatum.

Gejala
1. Berawal sebagai pembengkakan yang tidak sakit di palatum.
2. Timbul rasa sakit bila terbentuk ulserasi.

Tanda
1. Lokasi biasanya di palatum durum. Dapat juga ditemukan pada bibir dan
mukosa mulut.
2. Ukuran lesi bervariasi. Deapat meluas hingga beberapa centimeter.

Tes diagnostik
Pemeriksaan biopsi dan histopatologi, computed tomography (CT) scanning,
magnetic resonance imaging (MRI).

3.2.4. Sistemik

i. Mucous membrane pemphigoid


- Suatu penyakit autoimun, menyebabkan hilangnya perlekatan epitel pada
jaringan ikat di bawahnya.
- Suatu penyakit kronis yang ditemukan pada pasien berusia di atas 50 tahun.
- Empat kali lebih sering ditemukan pada wanita.
- Lesi ditemukan di mata, kulit, mukosa mulut.
- Esofagus, laring dan trachea juga dapat terlibat.

SGD 1 SKENARIO 2 29
- Lesi yang ditemukan di mata sangat berbahaya karena jaringan parut yang
terbentuk di konjungtiva dapat menyebabkan kebutaan.

Gejala
1. Gelembung berisi darah (vesikula dan bula) yang sakit.
2. Lesi kemudian pecah, membentuk erosi dan ulserasi pada permukaan
mukosa.
3. Regio yang terutama terlibat adalah gingiva, sehingga timbul radang dan
rasa sakit di gusi (desquamative gingivitis).

Tanda
1. Lokasi regio yang seringkali terlibat adalah palatum molle dan gingiva.
Erosi juga
2. dapat ditemukan di mukosa bukal.
3. Ukuran ditemukan bula/vesikula berisi darah, diameternya beberapa
sentimeter.
4. Bentuk - bulat, tetapi erosi dan ulserasi bisa tidak beraturan.
5. Tepi lesi bula yang pecah memiliki tepi yang tegas.
6. Dasar lesi bula yang pecah memiliki dasar yang meradang.

Kondisi yang terkait


- Jarang ditemukan lesi intraoral yang sembuh disertai jaringan parut.
- Fibrosis yang terjadi di esofagus, laring dan trachea dapat menyebabkan
penyempitan,nsehingga menyulitkan proses penelanan ataupun pernafasan.
- Pasien perlu dikirim ke ahli ophthalmology untuk pemeriksaan, karena
sampai dengan75% pasien memiliki kelainan pada konjungtiva, yang dapat
mengakibatkan terbentuknya jaringan parut dan hilangnya penglihatan.

Diagnosis
Biopsi dan mikroskopi imunofluoresen (langsung dan tidak langsung).
Autoantibodi yang beredar dapat ditemukan pada 5% pasien. Untuk pemeriksaan
imunofluoresen langsung diperlukan spesimen yang segar dan belum difiksasi.

SGD 1 SKENARIO 2 30
ii. Pemphigus

- Suatu penyakit autoimun yang terjadi pada kulit dan membran mukosa,
ditandai oleh terbentuknya bula atau vesikula intraepitel.
- Bila tidak dilakukan perawatan akan berakibat fatal, walaupun terapinya
sendiri juga dapat berbahaya bagi pasiennya.
- Lebih banyak ditemukan pada wanita berusia 40-60 tahun.
- Lima puluh persen kasus yang ditemukan diawali oleh lesi intraoral.
- Lesi berawal dari suatu vesikula atau bula. Lesi yang terbentuk sangat rapuh
sehingga mudah terkena trauma di dalam mulut.

Gejala
1. Pasien datang dengan ulserasi mulut yang dangkal dan sakit, serta mudah
sekali berdarah.
2. Rasa sakit timbul saat makan, bicara dan menelan.
3. Di kulit ditemukan gelembung besar berisi cairan.

Tanda
Diameter vesikula dan bula dapat beberapa sentimeter, terjadi pada sebagian
besar regio di permukaan kulit. Awalnya, lesi berisi cairan jernih. Kemudian cairan
tersebut terisi dengan darah ataupun pus.

Intraoral
1. Lokasi mukosa pipi, palatum, gingiva, yaitu lokasi yang mudah terkena
trauma.
2. Jumlah multipel.
3. Ukuran bervariasi, dari beberapa millimeter sampai beberapa sentimeter.
4. Bentuk tidak beraturan, tepinya berlekuk-liku.
5. Dasar lesi merupakan ulkus dangkal, stratum basalis terkelupas dan
tertutup oleh eksudat berwarna putih atau bercampur darah.
6. Bila bibir terlibat, maka bibir tertutup darah, dan terbentuk krusta.
7. Epitel terkelupas, tepi lesi terus meluas hingga hampir seluruh permukaan
mukosa terlibat.

SGD 1 SKENARIO 2 31
Komplikasi
1. Terjadi septicemia karena keterlibatan bakteri Staphylococcus aureus.
2. Pada lesi ini, kulit yang terlibat cukup luas, sehingga terjadi kehilangan
cairan dan elektrolit tubuh.
3. Oleh karena berpotensi untuk menjadi fatal, maka pasien dirujuk ke
spesialis penyakit kulit.

Tes diagnostik
- Pengerokan lembut pada mukosa dapat menyebabkan terbentuknya bula
atau vesikel. (tanda Nikolsky).
- Tekanan pada bula yang masih utuh akan memperbesar ukuran lesi.

Biopsi
- Menunjukkan akantolisis (hilangnya perlekatan sel epitel dangan sel epitel
lainnya).
- Tes antibodi imunofluoresensi langsung maupun tidak langsung
menunjukkan IgG, IgM dan C3 yang terdapat di substansi interselular dan
kenaikan titer antibodi IgG.

iii. Eritema multiforme

- Timbul tiba-tiba.
- Terutama terjadi pada pasien berusia muda.
- Lebih banyak ditemukan pada laki-laki.
- Gambaran klinisnya bervariasi, sehingga diberi nama multiforme.
- Dapat bersifat rekuren.
- Bila hanya daerah mulut yang terkena, maka secara klinis mirip dengan
primary
- herpetic gingivostomatitis.
- Riwayat lesi serupa di masa lalu dapat digunakan untuk menyingkirkan
kemungkinan infeksi herpes primer dari diagnosis banding.
- Dapat merupakan reaksi terhadap pemicu, misalnya:
- Obat-obatan sulfonamid, trimethoprim, barbiturat, penisilin dan
nitrofurantoin.

SGD 1 SKENARIO 2 32
- Infeksi herpes simpleks, pneumonia mikoplasma.
- Pemicu yang lain termasuk tumor jinak dan ganas, radioterapi, penyakit
Crohn, sarkoidosis, histoplasmosis, infectious mononucleosis. Pada
sebagian pasien, pemicu tersebut tidak ditemukan, walaupun ada
kemungkinan terjadi infeksi herpetik sebelumnya.

Gejala
1. Erosi dan ulserasi mulut yang sakit.
2. Lesi menyebar melibatkan sebagian besar mukosa mulut.
3. Pada bibir terbentuk krusta, disertai bercak darah.
4. Dapat ditemukan lesi di kulit, mata dan genital.
5. Pasien mengalami demam, malaise dan ada pembengkakan kelenjar.

Tanda
Lokasi:

1. Daerah yang terlibat bersifat multipel.


2. Di bibir ditemukan erosi disertai krusta dan perdarahan.
3. Di dalam mulut ditemukan erosi dan ulserasi pada mukosa bibir, lidah dan
gingiva.
4. Ukuran diameternya bisa beberapa sentimeter.
5. Bentuk tepi tidak beraturan, batas dengan jaringan sekitarnya tidak jelas.
6. Tepi lesi meradang dan eritematous.
7. Suhu badan pasien lebih tinggi dibandingkan normal, pasien terlihat sakit,
nodus limfatik regional teraba membesar, lunak dan sakit.
8. Lesi yang terbentuk di kulit dikenal sebagai lesi target, dapat terjadi di
tangan dan kaki, juga wajah dan leher.
9. Lesi target terlihat sebagai cincin konsentris (membulat) yang eritematous.
10. Pada kasus yang agak jarang, lesi dapat terjadi di mata, dan dapat
mengakibatkan kebutaan.
11. Dokter umum yang menangani pasien perlu diberitahu, karena bila kasus
bertambah berat, kemungkinan diperlukan perawatan di rumah sakit agar
jumlah cairan tubuh pasien tetap terjaga.

SGD 1 SKENARIO 2 33
iv. Liken planus erosiva/ulserativa

- Lichen planus adalah kelainan yang melibatkan kulit dan rongga mulut.
- Tujuhpuluh persen pasien yang memiliki lesi di kulit juga memiliki lesi
dalam mulut.
- Akan tetapi hanya 10% pasien yang memiliki lesi di mulut yang juga
memiliki lesi di kulit.
- Lichen planus ditemukan pada 2% dari populasi yang ada.
- Banyak ditemukan pada wanita berusia di atas 30 tahun.
- Etiologinya tidak diketahui.
- Ada enam sub-tipe lichen planus yang pernah dilaporkan, yaitu:
- Erosiva (lihat di bawah), retikular, papular, plak (lihat Bab 11), atrofi dan
bullous.
- Namun, berbagai sub-tipe tersebut dapat muncul bersamaan dalam waktu
yang sama, sehingga secara klinis sulit untuk dibedakan antara sub-tipe
yang satu dengan yang lain.

Gejala liken planus erosiva


1. Erosi yang terjadi menimbulkan rasa sakit dalam mulut di daerah yang
terlibat, terutama di saat makan.
2. Erosi dapat muncul tiba-tiba, tetapi perlu waktu berminggu-minggu bahkan
berbulan-bulan untuk sembuh.

Tanda
1. Ditemukan erosi atau ulserasi yang dangkal dengan tepi tidak beraturan.
2. Lokasi biasanya lesi bersifat bilateral, melibatkan mukosa bukal, lidah,
mukosa labialdan gingiva. Palatum dan gingiva bagian lingual biasanya
bebas dari lesi.
3. Lesi berupa atrofi gingiva (gingivitis deskuamativa) sangat mirip dengan
lesi serupa yang ditemukan pada mucous membrane pemphigoid.
4. Ukuran diameternya beberapa millimeter hingga beberapa sentimeter.
5. Dasar lesi berwarna kekuningan, disertai lapisan fibrin yang menutupi
dasar lesi.

SGD 1 SKENARIO 2 34
6. Tepi lesi dapat ditemukan tepi yang menghilang akibat fibrosis, disertai
tepi eritematous.
7. Diagnosis biopsi mukosa.
8. Jarang sekali terjadi perubahan menjadi karsinoma sel skuamosa, tetapi
kalaupun adaakan lebih banyak ditemukan perubahan tersebut pada tipe
erosiva dibandingkan bentuk lichen planus lainnya.

3. 2.5. Ulserasi Lainnya

i. Sindroma Behet
- Jarang ditemukan di UK.
- Insiden tertinggi terjafi di Asia dan Mediterania Timur.
- Lebih sering ditemukan pada laki-laki berusia antara 20 40 tahun.
- Merupakan kelainan multisystem yang gambaran klinisnya terdiri dari tiga
ciri, yaitu:

1. Ulserasi mulut rekuren (tipe aftosa), digambarkan di bawah dalam judul


stomatitis aftosa rekuren
2. Ulserasi genital.
3. Lesi di mata.
- Disebut sebagai penyakit multisystem karena melibatkan berbagai
jaringan tubuh,seperti lesi kulit, arthritis, thrombophlebitis, lesi pada
sistem saraf, sistem vaskular, traktus gastrointestinalis dan kelainan paru.
- Tahun 1990-an, sebuah kelompok peneliti internasional mengusulkan
kriteria berikut ini untuk sindroma Behet:
- Ulserasi mulut rekuren yang terjadi paling tidak tiga kali dalam satu tahun,
disertai dua dari empat manifestasi berikut ini:

i. Ulserasi genital rekuren

ii. Lesi pada mata, termasuk uveitis atau vaskulitis retina.

iii Lesi di kulit termasuk erythema nodosum, pseudo-folliculitis, lesi papulo

pustular atau nodulus acneform pada pasien post-adolescent yang tidak

mengalami pengobatan kortikosteroid.

SGD 1 SKENARIO 2 35
iv Pathergy positif (patherhy = hiperaktivitas kulit, misalnya pembentukan
pustula setelah venepuncture).

- Ulserasi mulut yang terjadi dapat berupa aftosa rekuren tipe minor ataupun
mayor.
- Ulserasi genital terjadi pada skrotum atau penis pada laki-laki dan
vulva/labia pada wanita.
- Ulserasi mata termasuk uveitis, infiltrat retina, konjungtivitis dan atrofi
retina. Lesi dimata dapat menimbulkan jaringan parut, bahkan kebutaan.
- Bila susunan saraf pusat terlibat, maka saraf kranialis juga terkena ataupun
menimbulkan gejala yang menyerupai sklerosis multipel.

ii. Necrotizing sialometaplasia

- Etiologi tidak diketahui kemungkinan akibat trauma.


- Menimbulkan kelainan pada kelenjar liur minor di palatum.
- Lebih banyak ditemukan pada laki-laki berusia 50-60 tahun.
- Kini lebih dikenal sebagai salah satu gambaran klinis lainnya pada bulimia
nervosa.

Gejala
Ulserasi yang sakit di palatum.

Tanda
1. Lokasi bagian tengah palatum durum di antara raphe palatal dan tepi
gingiva.
2. Biasanya terdapat di daerah molar. Pada beberapa kasus dilaporkan
ditemukan juga di bibir dan retromolar pad.
3. Jumlah satu.
4. Ukuran diameternya bisa mencapai hingga 2 cm.
5. Bentuk bulat dengan tepi tidak beraturan.
6. Jaringan dasar yang sering ditemukan adalah tulang palatal.
7. Dasar lesi kekuningan disertai debris nekrotik.
8. Tepi lesi masuk ke dalam atau menonjol, disertai indurasi.

SGD 1 SKENARIO 2 36
Penting
1. Secara klinis menyerupai karsinoma sel skuamosa.
2. Secara histologis dapat menyerupai karsinoma sel skuamosa dan karsinoma
mukoepidermoid.
3. Namun, kondisi ini bersifat self-limiting, dan akan sembuh kembali secara
spontan dalam 2-3 bulan.

iii. Stomatitis aftosa rekuren

- Merupakan penyebab umum ulserasi dalam mulut; aftosa rekuren


ditemukan pada 20% populasi.
- Insidensnya seimbang antara laki-laki dan wanita.
- Diagnosis ditentukan berdasarkan pemeriksaan klinis dan riwayat penyakit,
yaitu ulserasi mulut yang bersifat rekuren dan sakit pada individu yang
terlihat sehat.
- Lesi paling banyak timbul pada dekade kedua.
- Faktor yang berkaitan termasuk trauma, stress psikologis, menstruasi, alergi
makanan, misalnya coklat dan pengawet makanan.
- Juga ada kaitannya dengan defisiensi Fe, asam folat dan vitamin B12.
- Aftosa dapat lebih banyak ditemukan pada individu yang bukan perokok.

- Tiga bentuk aftosa rekuren adalah:

1. Aftosa minor ditemukan pada 80% kasus yang ada. Diameternya kurang dari 1
cm. Dapat sembuh tanpa membentuk jaringan parut.

2. Aftosa mayor ditemukan pada 10% kasus yang ada. Diameternya lebih dari 1
cm.Periode penyembuhannya lama (beberapa minggu) dan dapat disertai
pembentukan jaringan parut.

3. Aftosa herpetiformis ditemukan pada 10% kasus yang ada. Lesi bersifat
multipel,hingga 100 lesi, dapat muncul pada waktu yang bersamaan. Diameternya
1-2 mm.

SGD 1 SKENARIO 2 37
Vi Ulserasi aftosa minor

Gejala
1. Ulserasi mulut yang bersifat rekuren dan sakit.
2. Pasien dapat mengalami rasa kesemutan sebagai gejala prodromal sebelum
lesi muncul.
3. Sebagaimana halnya dengan ulserasi mulut lainnya, kegiatan makan,
berbicara dan menelan akan meningkatkan rasa sakit dan ketidaknyamanan.
4. Nodus limfatik servikal dapat membesar dan lunak.

Tanda
1. Lokasi mukosa bukal, mukosa labial, dasar mulut dan kadang dorsum
lidah. Tidak ditemukan di gingiva ataupun palatum yang memiliki
keratinisasi.
2. Jumlah ulserasi bisa satu lesi atau dua hingga tiga lesi. Kadang-kadang
bersifat multipel.
3. Ukuran diameternya biasanya 2-5 mm.
4. Bentuk bulat atau lonjong, dan dangkal.
5. Dasar lesi kekuningan.
6. Tepi lesi meradang disertai kelim merah.
7. Infeksi sekunder jarang terjadi. Bila ada, akan menimbulkan limfadenopati.

v. Aftosa mayor

Gejala
1. Ulserasi rekuren, sakit dan berukuran besar.
2. Rasa sakit yang amat sangat dapat terjadi pada kegiatan makan, minum,
bahkan menelan saliva.
3. Berat badan menurun akibat rasa sakit yang terjadi pada waktu berusaha
untuk makan.
Tanda
1. Lokasi secara prinsip ditemukan di bagian posterior mulut, termasuk
daerah yang memiliki keratinisasi.

SGD 1 SKENARIO 2 38
2. Namun demikian, seluruh daerah di rongga mulut, termasuk mukosa yang
tidak mengalami keratinisasi seperti palatum molle dan daerah tonsil, yang
jarang terkena aftosa minor, dapat merupakan lokasi dimana aftosa mayor
ditemukan.
3. Jumlah ulserasi bisa soliter atau multipel.
4. Ukuran lebih besar dari 1 cm. Bisa juga mencapai 5 cm.
5. Bentuk bulat atau lonjong.
6. Dasar lesi kekuningan, keabuan.
7. Tepi lesi merah dan meradang. Bisa lebih menonjol diabndingkan jaringan
sekitarnya.
8. Jaringan dasar tetap lunak, tidak mengalami indurasi.
9. Ditemukan pada penderita infeksi HIV (lesi group 2).

Vi. Aftosa herpetiformis

Gejala
Ulserasi mulut yang rekuren, multipel dan sakit.

Tanda
1. Lebih banyak ditemukan pada wanita.
2. Lokasi lidah, dasar mulut, mukosa bukal.
3. Jumlah lesi multiple, bisa mencapai 100 lesi pada saat yang bersamaan.
4. Beberapa lesi dapat bergabung menjadi satu.
5. Ukuran kecil, berdiameter 1-3 mm.
6. Bentuk tidak beraturan.
7. Dasar lesi keabuan.
8. Tepi lesi tidak tegas.
9. Ditemukan daerah kemerahan yang luas pada membran mukosa.
Kondisi yang terkait

Aftosa mayor sembuh perlahan, dapat bertahan hingga 3 bulan dan


membentuk jaringan parut.

SGD 1 SKENARIO 2 39
Tes diagnostik
1. Sebagaimana telah disebutkan dalam pendahuluan, diagnosis ditentukan
terutama berdasarkan riwayat lesi dan pemeriksaan klinis.
2. Namun demikian, perlu dilakukan pemeriksaan darah untuk mencari adanya
kondisi defisiensi. Dalam pemeriksaan tersebut perlu diperiksa jumlah sel
darah lengkap, ferritin dalam serum, vitamin B12, dan kadar asam folat
dalam sel darah merah.

SGD 1 SKENARIO 2 40
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Rongga mulut mempunyai berbagai fungsi, yaitu sebagai mastikasi,
fonetik, dan juga estetik. Hal tersebut mengakibatkan rongga mulut
merupakan tempat paling rawan dari tubuh karena merupakan pintu masuk
berbagai agen berbahaya, seperti produk mikroorganisme, agen karsinogek,
selain rentan terhadap trauma fisik, kimiawi, dan mekanis.
Rongga mulut sering kali merupakan tempat masuknya berbagai
penyakit seperti ulserasi karena berbagai faktor seperti ulserasi karena
traumatik, ulserasi karena infeksi bisa infeksi virus, bakteri, jamur, ulserasi
karena neoplastik yang terbagi dari karsinoma sel skuamosa, sarkoma
kaposi (infeksi HHV8), melanoma ganas, dan tumor ganas kelenjar saliva
serta ulserasi karena sistemik seperti pemfigoid, pemfigus, eritema
multiformis, liken lanus, lupus eritematous sistemik, gangguan hematologi
(anemia,neutropenia,leukemia, imunosupresi misalnya AIDS).

4.2 Saran
Sebagai mahasiswa calon dokter gigi setidaknya kita bisa belajar
mengenai berbagai macam penyakit ulserasi berdasarkan etiologinya seeta
dapat mengetahui riwayat penyakit dan pemeriksaan lesi ulserasi tersebut
agar dapat menegakkan diagnosis dengan tepat.

SGD 1 SKENARIO 2 41
4.3 Hadist

SGD 1 SKENARIO 2 42
DAFTAR PUSTAKA

Birnbaum, Warren, Stephen M. Dunne ; alih bahasa, HartonoRuslijanto, Enny M.


Rasyad ; editor edisi bahasa indonesia, Lilian Juwono. 2009. Diagnosa
Kelainan dalam Mulut : Petunjuk bagi Klinisi / Penulis. Jakarta : EGC.
Cawson, R.A., Langdon,J.D. and Eveson,J.W. 1996. Surgical Pathology of the
Mouth and Jaws. 1st edn. Oxford : Wright.
Eversole, L.R. 1996 . Oral Medicine : A Pocket Guide. 1st edn. Philadelphia :
Saunders.
Lamey, PJ. And Lewis, M.A.O.1997. A Clinical Guide to Oral Medicine. 2nd edn.
London : British DentalAssociation.
Regezi JA, Sciubba JJ, Jordan RCK. Oral pathology clinical pathologic
correlations, 5th ed. St. Louise, Missouri: Saunders Elsevier, 2008: 85-90.

SGD 1 SKENARIO 2 43

Anda mungkin juga menyukai