Anda di halaman 1dari 13

Dalam pasal 9 Permendag 70/2013 mengenai Persyaratan Perdagangan antara Pemasok

dengan Toko Modern disebutkan secara tegas bahwa pemasok hanya akan dikenakan
biaya yang berhubungan langsung dengan penjualan barang maksimal 15% dari
keseluruhan biaya-biaya trading terms, di luar diskon regular.

Misalnya, di hypermarket, biaya listing fee maksimal Rp150.000 untuk setiap jenis
barang setiap gerai dengan biaya paling banyak Rp10 juta untuk setiap jenis barang di
semua gerai.

Submit

Senin, 9 Oktober 2017


SWA

BUSINESS CHAMPIONS

NEXT GEN

YOUNGSTER INC

DIASPORA

AUTOMOTIVE
SWA Store
Entrepreneur
Fintech
CSR
CEO
Otomotif
Survei Gaji
SWA - Listed Articles

Geliat Minimarket Islami


by SWAOnline - January 8, 2004

1
Shares

Click to share on Facebook (Opens in new window)


Click to share on Twitter (Opens in new window)
Click to share on LinkedIn (Opens in new window)
Click to share on Google+ (Opens in new window)
Click to share on WhatsApp (Opens in new window)

Perhatikan saja, bila Anda mengunjungi gerai minimarket Al Hikmah, ada


suasana agak berbeda dari gerai minimarket umumnya yang bertebaran di
Jabotabek. Selain menjual produk berlabel halal, manajemen Al Hikmah
mengharuskan seluruh pramuniaga wanita mengenakan jilbab. Suasana Islami
semakin terasa dengan mengalunnya lagu-lagu penyejuk rohani bagi kalangan
Muslim.
Selain Al Hikmah, konsep dan nuansa ritel Islami tampaknya juga berusaha
dihadirkan oleh beberapa nama lain: Super Mini Market (SMM) yang dikelola
Kopontren Daruut Tauhiid (Bandung), Al Amin (Bogor), dan Markaz yang kini
memiliki 17 gerai dengan konsep waralaba.
Perkembangan jumlah gerai ritel berkonsep Islami memang tidak secepat gerai
ritel konvensional, seperti Indomaret ataupun Alfamart. Alfamart, misalnya,
hingga akhir 2003 menargetkan akan memiliki sekitar 600 gerai, sedangkan
Indomaret memancang target 800 gerai (bahkan hingga akhir tahun depan 1.000
gerai). Adapun Markaz yang mulai dirintis sejak tahun 2000, baru memiliki 17
gerai yang tersebar di Yogyakarta, Jakarta dan beberapa kota di Jawa Timur.
"Tahun depan kami menargetkan memiliki 54 outlet," ujar Aji Haryo, Franchise
Recruitment Officer PT Solar Sentra Distribusi, pengelola Markaz.
Menurut Aji, untuk mempercepat penambahan gerainya Markaz menawarkan
sistem waralaba. Kelebihan yang ditonjolkan, antara lain menawarkan konsep
waralaba Islami dengan investasi relatif rendah. Ia menjelaskan, untuk gerai
seluas 50 m2 (stok awal sekitar 2 ribu item produk), peminat cukup membayar
sekitar Rp 125 juta, plus fee waralaba Rp 25 juta untuk jangka waktu 5 tahun,
sedangkan untuk gerai seluas 120 m2 (stok awal 4-5 ribu item produk), peminat
harus membayar sekitar Rp 250 juta dengan fee Rp 35 juta untuk jangka waktu 5
tahun. Adapun target omsetnya, disebutkan Aji, Rp 2-3 juta/hari untuk toko
ukuran 50 m2, dan Rp 6-7 juta/m2 untuk toko seluas 120 m2.
Jelas, investasi di Markaz relatif lebih murah dibanding Alfamart, misalnya. Di
jaringan ritel yang dikelola Grup Sampoerna ini, untuk tipe toko 36 rak (luas toko
60-90 m2), peminat harus membayar biaya sekitar Rp 300 juta, tipe 45 rak (90-
150 m2) Rp 350 juta, dan tipe 54 rak (150 m2) Rp 400 juta. Biaya itu sudah
termasuk fee waralaba.
Berbeda dari Markaz yang tergolong ekspansif di kalangan peritel berkonsep
Islami, Al Hikmah agaknya lebih konservatif. Dengan memiliki dua gerai
minimarket dan satu gerai supermarket saat ini, pengelolanya mengaku belum
berencana menambah outlet hingga akhir 2003. Bahkan, tahun depan hanya akan
menambah satu gerai di Bintaro. Menurut Trio Nursalam, General Manager
Pemasaran Al Hikmah, kelebihan minimarket-nya adalah membidik segmen
menengah-bawah, sehingga harga murah dijadikan senjata untuk menarik
konsumen. "Margin kotor yang kami dapat rata-rata sekitar 10%," katanya.
Strategi harga murah ini dilakukan Al Hikmah dengan cara subsidi silang di
antara beberapa produk yang dijual.
Menurut Trio, agar tidak ditinggalkan konsumennya, Al Hikmah juga
mengedepankan pelayanan kepada konsumen, dan menjaga kelengkapan produk
sesuai dengan keinginan konsumen. "Selain harga, kelengkapan produk juga
menjadi daya tarik konsumen," katanya. Niken, 34 tahun, pengunjung minimarket
Al Hikmah Rawamangun, mengakui kelengkapan produk yang ditawarkan
menjadi daya tarik, apalagi beberapa produk sembako seperti telur dan susu
harganya lebih murah dibanding minimarket lain. Trio memperkirakan, omset
masing-masing gerai minimarket-nya Rp 3-4 juta/hari.
Langkah konservatif juga dipilih SMM yang berlokasi di Geger Kalong Girang,
Bandung. SMM yang didirikan Kopontren Daruut Tauhiid pada 1994, belum
berani berekspansi menambah gerai. Menurut Abdurrachman Yuri, pengelola
SMM yang juga adik kandung Aa Gym, sampai saat ini SMM belum berencana
menambah gerai. Alasannya, konsep SMM awalnya hanya untuk memberdayakan
potensi masyarakat setempat. Sekarang, gerai toko dua lantai ini menyediakan
sekitar 9 ribu item produk, dengan omset Rp 350 juta/bulan.
Menurut Anwar Hadi Isnianto, Vice President MQ Corporation, sebenarnya SMM
tidak melabelkan sebagai jaringan ritel Islami. Memang, diakui Anwar, ketika
terdengar adzan, minimarket itu sementara ditutup. Namun, menurutnya, nuansa
Islami justru lebih ditekankan pada manajemen dan kualitas pelayanan yang
didukung dengan menjual produk yang dijamin kehalalannya.
Anwar mengungkapkan, tahun depan MQ Corporation hendak menekuni bisnis
minimarket dengan label MQMart yang merupakan pengembangan dari MQNet.
Menurutnya, perkembangan MQNet sangat pesat, hanya dalam beberapa bulan
telah memiliki 250 ribu member. Namun, ia belum bersedia menjelaskan panjang-
lebar tentang konsep minimarket yang hendak dikembangkan. "Rencananya akan
dikembangkan dengan pola franchise dan outlet pertamanya di Bandung,"
ujarnya.
Pudjianto, Direktur Pengelola Alfamart menyambut baik munculnya minimarket
bernuansa Islami, karena kehadiran minimarket ini membidik segmen tersendiri
yaitu kaum Muslim. Ia mencontohkan Tip Top, yang sudah dipersepsikan sebagai
supermarket bernuansa Islami, sehingga memiliki pelanggan loyal, meskipun
harganya belum tentu lebih murah.
Ia membenarkan dari sisi pelayanan, jaringan ritel bernuansa Islami memang
terkesan lebih memberikan kenyamanan bagi konsumen. Namun, dari segi harga,
ia kurang yakin bila jaringan minimarket bisa memberikan harga lebih murah,
karena hal ini terkait dengan volume penjualan.
Ke depan, minimarket bernuansa Islami tampaknya masih terfokus pada
memperbanyak jumlah gerai, dan belum berencana mengembangkan ke skala
yang lebih besar seperti supermarket ataupun hypermarket. "Kami sedang melihat
perkembangan, tapi dari pihak pemilik ke depan ada rencana mengarah ke
hypermarket, meskipun ini baru sampai tahap pemikiran," papar Trio.
Tags:

Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.

Produk Kesehatan Intra dari Lifestyle


Tim Manajemen E-Business

CEO Interview
o

CEO Interview

Herbet Ang, Anak Negeri Memimpin Acer


Indonesia
by Herning Banirestu
6 days ago

Entrepreneur
o

Entrepreneur

Dulu Juru Masak Burger King, Kini Penguasa


Bisnis Salon...
by Vicky Rachman
4 days ago

Youngster Inc.
o

Youngster Inc. StartUp

Dua Pemenang Socio Digi Leader 2017, Tidak


Punya Latar ...
by Herning Banirestu
1 week ago

Business Update
o Grand Final Socio Digi Leaders 2017 Mahasiswa NTU Asal Indonesia
Juarai Socio Digi Leaders 2017
o When Business Meets Leisure
o Sudah Saatnya Adopsi Chatbot untuk Pertahankan Pelanggan

Back to top

Berlangganan
Career
About Us
Contact Us
My Article
Send My Article
Edisi Majalah SWA
Digital Magazine
Mobile Apps
Rate Card
Site Map
Back to SWA.co.id

Copyright @ 2016. SWA Online Magazine. All Right Reserved


Follow Us

Hakikat bisnis ritel ada dua jenis yakni pelayanan maksimal dan efisiensi. Ritel pun
terbagi dalam beberapa macam, yakni supermarket, hypermarket, minimarket, dan
yang baru-baru ini adalah specialty store, dan e-commerce. Bagi anda yang ingin
mencoba mengajukan proposal agar produk anda bisa didisplay di toko ritel modern,
berikut ini adalah beberapa hal yang harus anda persiapkan.
1. Persyaratan teknis (misal; produk mamin wajib disertai persyaratan teknis, seperti
PIRT, BPOM, halal, atau dinas kesehatan).
2. Tentukan segmentasi pasar
3. Rekomendasi surat dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan daerah setempat untuk
bisa dibebaskan listing fee saat produk didisplay
4. Brand profile (untuk produk tertentu, wajib sertakan jangka waktu kadarluwarsa)
5. Datangi kantor pusat perusahaan ritel tersebut dan bertemu dengan bagian
Merchandiser.
6. Bawa sampel produk
7. Anda akan diundang presentasi tentang produk, harga jual, dan kemampuan suplai
8. Rapat dengan tim terkait untuk keputusan produk anda diterima atau ditolak
9. Jika diterima, maka anda akan menandatangani surat perjanjian kontrak kerja sama,
yang di dalamnya berisi besaran konsinyasi, teknis pembayaran, retur barang jika
cacat dan sebagainya.
Kue belanja kelas menengah Indonesia

Berikut ini adalah hal-hal yang akan dilakukan peritel terhadap produk-
produk supplier atau produsen:

1. Analisa produk (dicari konsumen, mudah didapat, sesuai dengan daya beli calon
konsumen)
2. Distribusi (kontinuitas pasokan produk)
3. Tingkat layanan (penanganan, kemampuan distribusi, retur barang jika barang cacat)
4. Keputusan peritel untuk (memasukkan barang, menahan barang, mengurangi, atau
menambah barang). Hal ini biasanya didasari histori pembelian konsumen terhadap
produk tertentu.

Definisi Planogram
Menurut kamus Oxford Dictionery, Planogram didefinisikan sebagai berikut , It is a
diagram or model that indicates the placement of retail products on shelves in
order to maximize sales.
Jadi definisi Planogram adalah sebuah bentuk diagram atau model yang
mengindikasikan penempatan produk ritel diatas rak dengan tujuan memaksimlkan
penjualan. Kata kunci Planogram biasa ditemukan dalam dunia bisnis ritel, sebagai
konsumen yang berbelanja di toko minimarket dan supermarket akan
menemukannya dalam bentuk display produk/barang diatas rak. Penahkah kita
memperhatikan besar atau kecilnya volume pajangan ? Untuk itu kita perlu
memahami konsep planogram sebenarnya. Dalam tulisan ini, konsep planogram
yang dibahas adalah planogram untuk kategori minimarket atau supermarket.

Tujuan Planogram
Diatas sudah disebutkan bahwa tujuan planogram adalah memaksimalkan
penjualan. Namun dalam konteks bisnis ritel dapat di lihat dari dua sisi, yaitu
tujuan untuk retailer dan konsumen.

Tujuan Planogram untuk retailer :

1. Meningkatkan volume penjualan


2. Membuat strategi meningkatkan laba/gross profit
3. Menentukan proses pengisian ulang produk
4. Membuat display produk lebih teratur dan rapih
5. Menentukan tata letak produk berdasarkan : Barang basic, Fast moving, Slow moving,
Product captaincy, Home brand dan New item product
6. Sebagai faktor bargaining position dengan pihak supplier
7. Untuk menghitung jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses pengisan ulang
produk
8. Pengedalian persediaan barang
Tujuan Planogram untuk konsumen :

1. Memudahkan untuk mencari produk di rak pajangan


2. Membantu proses pemilihan produk berdasarkan harga dan kualitas
3. Membantu konsumen berbelanja hemat
4. Meningkatakan rasa nyaman bebelanja
Konsep Planogram
Hal berikutnya setelah memahami definisi dan tujuan planogram, yaitu memahami
konsep dasar pembuatan planogram. Dari definisi dan tujuan Planogram diatas,
berarti tata letak produk terbentuk karena ada riwayat penjualan / history
sales. Selain komponen riwayat penjualan, perlu komponen-komponen yang lainnya
untuk mentukan disain planogram.
Dalam dunia ritel profesional, pembuatan Planogram dibantu dengan software yang
bisa dibeli secara korporasi atau perorangan. Untuk peritel besar membutuhkan
software planogram karena jumlah item produk bisa mencapai ribuan. Namun
dalam tulisan ini, disajikan konsep disain planogram secara manual dengan bantuan
Microsoft Excel, sehingga bisa memahami konsep dasar planogram.

Berikut komponen penentuan disain Planogram :

1. Riwayat penjualan/History sales/Reguler movement


2. Dimensi rak Shelving : panjang, tinggi, lebar dan jumlah rak shelfing
3. Dimensi produk : panjang , tinggi , lebar produk
Untuk memahami lebih lanjut disain Planogram, berikut diberikan ilustrasi rencana
disain Planogram secara manual.

CONTOH DISAIN PLANOGRAM


Disebuah toko minimarket xyz, diketahui 6 item riwayat penjualan yang harus
masuk ke dalam rak display yang sudah ditentukan, dengan data-data sebagai
berikut :

Dimensi Rak Display :

Untuk perhitungan selanjutnya berdasarkan kontribusi regular movement, terlihat


di table diatas bahwa penjualan berdasarkan kuantiti dan rupiah sama saja, tapi
berbeda bila menggunakan kontribusi margin. Untuk kolom TOP (Term Of Payment)
boleh diabaikan.

Selanjutnya kita hitung lebar display per-item produk, dengan catatan panjang rak
display adalah 3 x 100 cm (karena ada 3 rak selfing) serta sekaligus bisa
menentukan kapasitas pajang maksimum dengan rumus volume total pajang
maksimum dibagi dengan volume satuan produk.

Dari data perhitungan table diatas dapat diketahui lebar display planogram per-
item produk masing-masing. Kemudian langkah selanjutnya adalah ploting data
lebar planogram per-item ke dalam rak display sebagai berikut :

Pada proses ploting lebar


planogram masing-masing produk terlihat produk B, C, dan E lebih dominan
dibandingkan produk A,D dan F, ini disebabkan history salesnya lebih besar.
Kemudian faktor lain pada saat proses ploting planogram bisa dipengaruhi karena
arah traffic customer yang dominan (dari kiri atau kanan ), pengaruh product
captaincy, tinggi rata2 visibity mata konsumen ataupun kebijakan tata letak home
brand yang menjadi prioritas. Dengan planogram, retailer mempunyai bargaining
position dalam proses negosiasi dan pengendalian barang secara keseluruhan. Dan
hal lain yang bisa di analisa lebih lanjut adalah konsep desain planogram
berdasarkan kontribusi gross margin, apakah secara investasi awal dan proses
pengisian lebih optimal ? silahkan dicoba.
Sebagai catatan akhir, nilai-nilai hasil perhitungan diatas adalah nilai teoritis
empiris sehingga masih bisa dikoreksi dengan karakteristik dimensi rak
sesungguhnya ataupun kebijakan retailer untuk mengisi jumlah produk dalam
desain planogram.

Demikain kajian sederhana tentang konsep Planogram, mudah-mudahan memberi


ilustrasi dan ilmu buat pelajar, mahasiswa ataupun pebisnis ritel pemula yang
belajar tentang display produk minimarket ataupun supermarket.

Anda mungkin juga menyukai