Anda di halaman 1dari 12

Tugas Makalah Teknologi Benih

Penyimpanan Benih Rekalsitran

Disusun Oleh :
Ayu Istriana 134150066
Mila Avifah 134150068
Lintang Yahya Larasati 134150077
Zulviyani Dyah Kusumaningrum 134150078

Program Studi Agroteknologi


Fakultas Pertanian
Universitas Pembangnan Nasional Veteran Yogyakarta
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Benih merupakan salah satu faktor utama yang menjadi penentu
keberhasilan usahatani. Dalam konteks agronomi, benih dituntut untuk bermutu
tinggi sebab benih harus menghasilkan tanaman yang berproduksi maksimum
dengan sarana teknologi yang maju. Sering petani mengalami kerugian yang
tidak sedikit baik biaya maupun waktunya akibat penggunaan benih yang jelek
mutunya.
Pertumbuhan dan produksi tanaman sangat dipengaruhi oleh keadaan
iklim dan cara bercocok tanam, tetapi tidak boleh diabaikan pentingnya
pemilihan kualitas benih yang akan dipergunakan. Penggunaan benih bermutu
dapat mengurangi risiko kegagalan usahatani karena bebas dari serangan hama
dan penyakit serta mampu tumbuh baik pada kondisi lahan yang kurang
menguntungkan.
Dalam budidaya tanaman sering kali ditemui keadaan dimana kebutuhan
benih dengan ketersediaan benih tidak selalu sama. Sering kali ketersediaan
benih lebih besar daripada kebutuhan benih di lapangan karena setelah
dipanen, benih biasanya tidak langsung ditanam melainkan harus menungggu
saat tanam selama beberapa waktu. Selain itu benih seringkali harus diangkut
dari suatu tempat ke tempat lain dengan menempuh jarak yang cukup jauh
maka perlu dilakukan penyimpanan benih agar benih yang belum digunakan
sekarang bisa digunakan pada saat dibutuhkan nantinya.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui penyimpanan benih rekalsitran.
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi mutu benih selama
penyimpanan .

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penyimpanan Benih Rekalsitran


Menurut Schmidt (2000), benih recalsitrant didefinisikan sebagai benih
yang tidak tahan terhadap pengeringan dan suhu penyimpanan yang rendah,
kecuali untuk beberapa species temperate recalsitrant. Tingkat toleransinya
tergantung dari species masing-masing, umtuk benih species dari daerah
tropik kadar air benih yang dianjurkan untuk penyimpanan adalah 20 35%
dan suhu penyimpanan 12 15o C. Kebanyakan benih recalsitrant hanya
mampu disimpan beberapa hari sampai dengan beberapa bulan. Benih
recalsitrant pada waktu masak, kadar air benih sekitar 30 70%. Benih
recalsitrant banyak ditemukan pada species dari zona iklim tropis basah, hutan
hujan tropis, dan hutan mangrove, beberapa ditemukan pada zona temperate
dan sedikit ditemukan pada zona panas.
Rekalsitran adalah benih yang sangat peka terhadap pengeringan dan akan
mengalami kemunduran pada kadar air dan suhu yang rendah. Pada saat masa
panen / fisiologi memiliki kandungan air yang relatif tinggi. Biji tipe ini
memiliki ciri-ciri antara lain hanya mampu hidup dalam kadar air tinggi (36-
90 %). Penurunan kadar air bada biji tipe ini akan berakibat penurunan
viabilitas biji hingga kematian, sehingga biji tipe ini tidak bisa disimpan dalam
kadar air rendah.
Menurut Kamil (1982), Benih yang bersifat rekalsitran akan mati kalau
kadar airnya diturunkan sebelum mencapai kering dan tidak tahan di tempat
yang bersuhu rendah.contoh benih ini adalah Agathis lorantifolia Salisb
(dammar), Diosypros celebica Back (eboni), Hevea brasiliensis Aublet (Kayu
karet), Macadamia hildenbrandii Steen (makadame), termasuk juga benih
nangka (Artocarpus integra ).
Metode penyimpanan benih rekalsitran sangat berlawanan dengan
penyimpanan benih ortodoks, dan daya simpannya relatif pendek. Benih
rekalsitran mempunyai kadar air tinggi, untuk itu dalam penyimpanan kadar

3
air benih perlu dipertahankan selama penyimpanan. Penyimpanan dapat
menggunakan serbuk gergaji atau serbuk arang. Caranya yaitu dengan
memasukkan benih kedalam serbuk gergaji atau arang. Penyimpanan benih
rekalsitran secara umum, suhu ruang simpan sedang dengan kadar air benih
yang tinggi, pada RH yang tinggi, dengan ketersediaan oksigen yang cukup.
Berikut ini merupakan contoh penyimpanan benih rekalsitran
1. Biji Nangka
Alat yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah sealer , baki ,
cawan kadar air , oven, timbangan digital , desikator , hekter ,dan cutter
.Sedangkan bahan yang digunakan adalah benih nangka , arang sekam ,
air ,plastik , label perlakuan ,polybag , pasir , dan mika.

Prosedur Kerja

1. Ekstraksi benih nangka dari buahnya


2. Cuci benih tersebut dengan air mengalir
3. Masukkan kedalam plastik dengan 4 perlakuan yakni AC arang sekam
lembab , AC arang sekam kering , Suhu kamar arang sekam lembab dan
Suhu kamar arang sekam kering.Dengan masing masing perlakuan
berjumlah 6 benih nangka disertai label perlakuan
4. Sealer masing masing plastik
5. Masukkan arang sekam kedalam 4 mika yakni 2 sekam lembab dan 2
sekam kering.Sekam lembab yakni ditambahkan dengan sedikit air
6. Masukkan plastik yang telah di sealer kedalam mika sesuai perlakuan
dan hekter mika
7. Masukkan mika kedalam baki.sesuai ketentuan yakni untuk Suhu kamar
dan AC
8. Ambil 1 benih dari sisa benih yang telah diekstaksi tadi untuk dihitung
kadar airnya
9. Catat kadar air umum benih nangka dan lakukan juga penghitungan
kadar air benih untuk masing masing perlakuan pada minggu pertama

4
10. Diikuti dengan pemindahan benih dari mika ke polybag dan lakukan
pengamatan berapa benih yang tumbuh serta hitung daya
kecambahnya

Tabel Hasil Pengamatan

Kadar air berdasarkan perlakuan

Kelompok AC sekam AC sekam T. kamar T.kamar


lembab kering sekam sekam kering
lembab

1 53,80% 46,14% 44,60% 48,27%

2 30,93 % 44,66% 45,11% 50,99%

3 53,61% 38,82% 46,36% 47,06%

4 48,56% 45,85% 45,45% 46,78%

Daya kecambah berdasarkan perlakuan

Kelompok AC sekam AC sekam T. kamar T.kamar


lembab kering sekam sekam kering
lembab

1 0 80% 80% 40%

2 80% 60% 80% 100%

3 80% 80% 60% 60%

4 0 80% 20% 20%

5
Dari data tabel dan grafik diatas, besar daya perkecambahan untuk
masing-masing perlakuan dari kelompok satu antara lain : perlakuan suhu
AC arang sekam lembab adalah 0, untuk perlakuan suhu AC arang sekam
kering sebesar 80%,perlakuan suhu kamar arang sekam lembab 80% dan
perlakuan suhu kamar arang sekam kering adalah sebesar 40%.Untuk
kelompok dua, besar daya perkecambahan untuk masing-masing perlakuan
antara lain : perlakuan suhu AC arang sekam lembab adalah sebesar 80%,
untuk perlakuan suhu AC arang sekam kering sebesar 60%,perlakuan suhu
kamar arang sekam lembab 80% dan perlakuan suhu kamar arang sekam
kering adalah sebesar 100%.
Besar daya perkecambahan untuk masing-masing perlakuan dari
kelompok tiga antara lain : perlakuan suhu AC arang sekam lembab adalah
sebesar 80%, untuk perlakuan suhu AC arang sekam kering sebesar
80%,perlakuan suhu kamar arang sekam lembab 60% dan perlakuan suhu
kamar arang sekam kering adalah sebesar 60%. Besar daya
perkecambahan untuk masing-masing perlakuan dari kelompok empat
antara lain : perlakuan suhu AC arang sekam lembab adalah sebesar 0,
untuk perlakuan suhu AC arang sekam kering sebesar 80%,perlakuan suhu
kamar arang sekam lembab 20% dan perlakuan suhu kamar arang sekam
kering adalah sebesar 20%.
2. Biji Kakao
Kakao merupakan tanaman yang sifat bijinya rekalsitran. Viabilitas
benih rekalsitran hanya dapat dipertahankan sampai beberapa minggu atau
beberapa bulan saja walaupun dalam kondisi yang optimum. Penurunan
kadar air benh rekalsitran kakao dalam masa penyimpanannya dapat
menyebabkan penurunan mutu benih sehingga untuk menjaga atau
mempertahankan kadar air dari benih kakao selama penyimpanan adalah
dengan melakukan pengaturan kelembaban media simpan menggunakan
serbuk gergaji. Pemberian serbuk gergaji diharap dapat meningkatkan
viabilitas benih kakao selama penyimpanan.

6
Prosedur kerja dimulai dari serbuk gergaji diayak kemudian
dimasukkan ke dalam oven selama 3 jam untuk sterilisasi. Benih kakao
yang sudah disiapkan dibuang pulpnya, dicuci dan ditiriskan kemudian
benih dicelupkan ke dalam larutan fungisida Dhitane M-45 dengan
konsentrasi 2gr/liter selama 10 menit lalu benih kakao dikeringkan selama
24 jam. Serbuk gergaji yang telah siap ditimbang sesuai perlakuan yaitu
terdiri dari 3 perlakuan diantaranya perlakuan A = 20 gram, perlakuan B =
40 gram dan perlakuan C = 60 gram. Benih kakao berjumlah 20 disimpan
ke dalam serbuk gergaji sesuai dosisi perlakuan. Variabel yang diamati
adalah daya kecambah benih kakao dan berat kering kecambah.

Hasil analisis statistik perlakuan media simpan serbuk gergaji tidak


mempengaruhi daya kecambah dan berat kering kecambah kakao. Hal ini
menunjukkan bahwa perbedaan dosis 20 gram antar perlakuan A,B dan C
memberikan hasil yang sama untuk viabilitas benih kakao selama lima hari
dalam penyimpanan. Data yang diperoleh dilaboratorium menunjukkan
bahwa semakin besar dosis serbuk gergaji cenderung semakin tinggi daya
kecambah dan berat kering kecambah kakao pada media serbuk gergaji.
Salah satu peran media penyimpanan benih adalah mampu
memelihara keseimbangan bagi kebutuhan benih yang disimpan. Serbuk

7
gergaji mempunyai sifat lambat lapuk sehingga media ini sangat baik untuk
penyimpanan air sehingga dapat mempertahankan kelembaban disekitar
benih. Dari data tabel 1 dan 2 menunjukkan bahwa semakin besar dosis
serbuk gergaji maka viabilitas benih kakao semakin baik. Hal ini
ditunjukkan dengan makin besar daya kecambah benih dan makin besar
berat kering benih. Penyimpanan benih pada serbuk gergaji cukup baik hal
ini diduga bahwa serbuk gergaji dapat mengontrol kadar air benih kakao
selama penyimpanan.
B. Faktor yang Mempengaruhi Mutu Benih selama Penyimpanan
Mutu benih merupakan perpaduan dari karakter genetik dan pengaruh
lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu (viabilitas benih) selama
penyimpanan dibagi menjadi factor internal dan eksternal. Faktor internal
mencakup sifat genetik, daya tumbuh dan vigor , kondisi kulit dan kadar air
benih awal. Faktor eksternal antara lain kemasan benih, komposisi gas, suhu
dan kelembaban ruang simpan (Copeland dan Donald l985), dari pernyataan
ini maka disimpulkan bahwa benh akan bertahan mutunya apabila kondisi
eksternalnya sesuai dengan kebutuhan benih.
Adapun faktor-faktor yang berpengaruh terhadap mutu benih antara lain
faktor lingkungan dan faktor status benih (kondisi fisik dan fisiologis
benih), antara lain:
1. Faktor Internal
a. Faktor Genetik
Genetik merupakan faktor bawaan yang berkaitan dengan
komposisi genetika benih. Setiap jenis atau varietas memiliki identitas
genetik yangblog mutfiahblog mutfiah berbeda. Sebagai contoh, mutu
daya simpan benih kedelai lebih rendah dibanginkan dengan mutu
daya simpan benih jagung, kekuatan daya tumbuh (vigor) dan
produksi benih jagung hibrida lebih tinggi dari benih jagung biasa
(komposit). Demikian pula padi var. Peta memiliki mutu daya simpan
yang lebih baik dari benih padi var. Chainan. Semua perbedaan
tersebut diakibatkan perbedaan gen yang ada di dalam benih.

8
b. Tingkat kadar air benih
Kadar air benih merupakan faktor yang sangat berpengaruh
terhadap mutu benih. Kadar air benih sangat berkait erat dengan mutu
fisik, fisiologis, dan patologis. Proses panen dan perontokan yang
dilakukan pada benih berkadar air tinggi akan mengakibatkan benih
memar, sehingga saat proses penyimpanan benih tidak akan maksimal
karena benih sudah mengalami kerusakan secara fisik.
Kadar air benih sangat berpengaruh pada penyimpanan.
Pengaruh tersebut bisa bersifat langsung, yaitu berlangsungnya
metabolisme benih, maupun tidak langsung, yakni memberikan
kondisi yang optimum untuk perkembangbiakan hama dan penyakit.
Kadar air yang tinggi menyebabkan laju respirasi benih menjadi
tinggi sehingga sejumlah energi di dalam benih hilang. Respirasi
tersebut juga menghasilkan produk yang tidak diperlukan, seperti gas
karbondioksida, air, dan panas. Dalam keadaan seperti ini benih
mengalami kemunduran. Produk respirasi tersebut selanjutnya
merupakan stimulan untuk peningkatan laju respirasi berikutnya.
Dengan demikian, lajur respirasi semakin meningkat dan akibatnya
lajur kemunduran benih semakin meningkat pula. Selain stimulan
terhadap laju kemunduran benih, produk respirasi tersebut
juga merupakan kondisi optimum untuk perkembang-biakan
cendawan. Cendawan akan aktif dan berkembang biak cepat pada
tingkat kadar air benih 13-18% (Siregar 2000).

2. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap mutu benih
berkaitan dengan kondisi dan perlakuan selama prapanen, pancapanen,
maupun saat pemasaran benih. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Penimbunan dan penanganan hasil pasca panen

9
Ketika dipanen, kadar air benih masih relatif tinggi dan masih
dalam bentuk calon benih (masih dalam malai, di dalam polong
kelobot, atau struktur pembungkus benih lainnya). Keadaan tersebut
membawa konsekuensi pada tingginya proses metabolisme yang
terjadi di dalam benih, tingginya tingkat kepekaan benih terhadap
benturan dengan alat-alat (mesin) pengolahan pada pascapanen, serta
tingginya potensi serangan hama dan penyakit. Oleh karenanya, sistem
penimbunan dan penanganan hasil sangat berpengaruh pada kualitas
benih saat penyimpanan.
b. Suhu
Temperature yang terlalu tinggi pada saat penyimpanan dapat
membahayakan dan mengakibatkan kerusakan pada benih. Karena
akan memperbesar terjadinya penguapan zat cair dari dalam benih,
sehingga benih akan kehilangan daya imbibisi dan kemampuan untuk
berkecambah. Protoplasma dari embrio akan mati akibat keringnya
sebagian atau seluruh benih. Semakin rendah suhu kemunduran
viabilitas benih dapat dikurangi, sedangkan semakin tinggi
temperature, semakin meningkat laju kemunduran viabilitas benih.
Jadi untuk penyimpanan yang lebih efektif itu adalah suhu yang
rendah. Yang mampu menjaga kelembapan untuk memperkecil laju
respirasi benih.
c. Kelembaban udara
Pemeliharaan kadar air benih agar paling tidak tetap berkisar antara
14% dan 5% adalah merupakan perlakuan yang mantap. Kalo kita
mengingat bahwa kemampuan serangan jamur yang dapat mematikan
benih adalah pada kadar air di atas 14%, sedangkan benih dengan
kadar air di bawah 5% dapat dipercepat kemundurannya dikarenakan
reaksi-reaksi fisiokimiawi. Umumnya benih dapat dipertahankan tetap
baik dalam jangka waktu yang cukup lama. Bila suhu dan kelembaban
udara dapat dijaga, maka mutu benih dapat terjaga. Untuk itu perlu
ruang khusus untuk penyimpanan benih.

10
BAB III
PENUTUP

Bedasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa benih


rekalsitran adalah benih yang sangat peka terhadap pengeringan. Penyimpanan
benih rekalsitran menggunakan serbuk gergaji atau serbuk arang yang mampu
mempertahankan kadar air benih. Faktor yang mempengaruhi mutu benih selama
penyimpanan yaitu faktor internal dan faktor lingkungan. Faktor internal terdiri
dari faktor genetik dan ingkat kadar air benihd faktor lingkungan. Faktor
lingkungan terdiri dari penimbunan dan penanganan hasil pasca panen, suhu dan
udara

11
DAFTAR PUSTAKA

Aryuni, Mira 2013. Makalah Penyimpanan Benih


Rekalsitran.(http://miraaryuni15.blogs pot.co.id/2013/12/penyimpanan-
benih-rekalsitran.html) Diakses pada 27 October 2017 pukul 17.30 WIB

Kusuma, Hermawan 2015. Makalah Produksi dan Penyimpanan Benih.


(http://ngawinesia.blogspot.co.id/2014/12/makalah-produksi-dan-
penyimpanan-benih.html) Diakses pada 27 October 2017 pukul 17.29
WIB

Maemunah1., Enny Adelina., dan I.Y. Daniel. 2009. VIGOR BENIH KAKAO
(Theobroma cacao L.) PADA BERBAGAI LAMA PENYIMPANAN DAN
INVIGORASI. J. Agroland 16 (3) : 206 212

Sutopo L 2002. Teknologi Benih. Malang: Fakultas Pertanian UNBRAW

Widodo, W. 1991. Pemilihan Wadah Simpan dan Bahan Pencampur pada


Penyimpanan Benih Mahoni. Bogor: Balai Teknologi Perbenihan.

Widodo, W 1991. Pemilihan Wadah Simpan dan Bahan Pencampur pada


Penyimpanan Benih Mahoni. Bogor: Balai Teknologi Perbenihan.

Winarno, F.G 1981. Fisiology Lepas Panen. Jakarta: Sastra Hudaya

12

Anda mungkin juga menyukai