Jika Anda dapat memahami semua uraian dan contoh yang ada
dalam modul ini maka secara teoretis Anda akan memiliki konsep dasar
yang kuat tentang penilaian hasil belajar siswa. Secara lebih detail Anda
akan dapat:
A. PENGERTIAN PENILAIAN
1. Tes
Dari uraian di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa tes merupakan
alat ukur untuk memperoleh informasi hasil belajar siswa yang
memerlukan jawaban benar atau salah. Gronlund dan Linn (1990)
mendefinisikan: Test is an instrument or systematic procedure for
measuring a sample of behavior.
Yang termasuk dalam kelompok tes antara lain tes objektif dan
tes uraian. Sedangkan yang termasuk kelompok bukan tes (non-tes)
antara lain pedoman pengamatan, skala rating, skala sikap, dan
pedoman wawancara.
A. memeriksa hasil tes nomor per nomor soal untuk seluruh siswa
CO CO CO CO CO CO
2. 22
3. Cara memutar power mikroskop 22
4.
5. Cara mencari cahaya
6.
Cara meletakkan kaca objek
KriteriaCara
pemberian skor:
mencari fokus untuk melihat objek
Skor 4 diberikan
Cara melihatjika setiap indikator dilakukan dengan baik dan benar
objek
Skor 3 diberikan jika setiap indikator dilakukan dengan sedikit kesalahan
Skor 2 diberikan jika setiap indikator dilakukan dengan setengah benar
Skor 1 diberikan jika setiap indikator dilakukan dengan banyak kesalahan
d. Contoh skala sikap untuk mengetahui sikap siswa terhadap
mata pelajaran IP A.
Ya Tidak
Indikator Skor
1. Saya senang belajar I PA 55 44 33 11
55 44 33
2. Saya senang mengerjakan tugas IPA 2 CD
5 3 1
3. Saya sering berdiskusi mata pelajaran IPA , 2
1
' 4. Saya sering bertanya kepada guru tentang
dan evaluasi.
1) Pengukuran
Semua kegiatan di dunia ini tidak akan bisa lepas dari masalah
pengukuran. Keberhasilan suatu program pendidikan hanya dapat
diketahui setelah dilakukan pengukuran. Semua kegiatan penelitian
yang dilakukan dalam berbagai bidang selalu melibatkan pengukuran
baik pengukuran yang bersifat kualitatif ataupun kuantitatif. Produk
yang dihasilkan dari suatu teknologi selalu menggunakan
pengukuran sehingga dapat dihasilkan produk yang mempunyai
presisi tinggi. Pengukuran pada dasarnya merupakan kegiatan
penentuan angka dari suatu objek yang diukur. Gronlund dan Linn
(1990) secara sederhana merumuskan pengukuran sebagai
"Measurement is limited quantitative descriptions of pupil
behavior, that is the results of measurement are always
expressed in numbers ". Rumusan yang sama diberikan oleh Nitko
(1983): Measurement refers to quantitative aspects of describing
the characteristics or attributes of persons.
2) Asesmen
3) Evaluasi
Tes merupakan salah satu jenis alat ukur yang digunakan untuk
menagih hasil belajar siswa. Jika Anda telah melaksanakan tes
matematika maka Anda akan memperoleh data hasil belajar siswa dalam
mata pelajaran matematika. Data hasil belajar siswa tersebut merupakan
hasil pengukuran. Jadi untuk melakukan pengukuran Anda perlu alat
ukur. Anda tidak akan dapat melakukan pengukuran tanpa alat ukur.
Alat ukur yang digunakan untuk memperoleh informasi hasil belajar
dapat berupa tes atau non-tes. Jika Anda melakukan beberapa kali tes
matematika maka Anda akan mempunyai kumpulan data hasil belajar
matematika siswa. Dari kumpulan data tersebut Anda akan dapat
menarik kesimpulan tentang perkembangan belajar matematika siswa.
Kegiatan inilah yang disebut dengan asesmen. Jadi untuk melakukan
asesmen Anda memerlukan alat ukur, hasil pengukuran, dan
penyimpulan dari data-data hasil pengukuran. Jika setelah selesai
pembelajaran Anda ingin melihat efektivitas program pembelajaran
yang Anda lakukan, Anda perlu melihat kembali peran setiap komponen
dalam program pembelajaran. Berdasarkan data-data yang Anda peroleh
dari setiap komponen kegiatan pembelajaran maka Anda akan dapat
menilai efektivitas program pembelajaran Anda. Inilah yang dikenal
dengan evaluasi program pembelajaran. Berdasarkan uraian tersebut,
Anda dapat menentukan kedudukan antara tes, pengukuran, asesmen,
dan evaluasi. Secara umum hubungan antara tes, pengukuran, asesmen,
dan evaluasi sebagai berikut:
C. PRINSIP-PRINSIP PENILAIAN
2. Valid
3. Adil
4. Objektif
5. Berkesinambungan
6. Menyeluruh
7. Terbuka
8. Bermakna
Sebagai salah satu alat ukur hasil belajar siswa, tes mempunyai
beberapa kelemahan antara lain: (1) hampir semua jenis tes hanya
dapat mengukur hasil belajar dalam ranah kognitif dan keterampilan
sederhana. Tes sangat sukar jika digunakan untuk mengukur
keterampilan yang kompleks dan sikap, (2) hasil tes sering dijadikan
sebagai satu-satunya indikator keberhasilan belajar siswa. Hasil tes
sering dianggap sebagai gambaran yang valid dari kemampuan dan
pengetahuan siswa. Pada hal butir-butir pertanyaan yang terdapat
dalam tes tersebut hanya mengukur sebagian kecil dari materi atau
bahan yang telah dipelajari oleh siswa, (3) dalam pelaksanaannya, tes
selalu menimbulkan kecemasan pada diri peserta tes. Kecemasan dapat
mengganggu peserta tes untuk menunjukkan kemampuannya secara
maksimal. Secara psikologis kecemasan memang diperlukan agar
peserta tes mampu menunjukkan hasil maksimal. Sebagai contoh,
misalnya pada saat Anda sedang berjalan di tepi selokan secara tiba-tiba
Anda dikejar anjing, ternyata secara spontan Anda mampu melompati
selokan yang lebarnya dua meter di mana jika dalam keadaan normal
hal tersebut tidak mampu Anda lakukan. Hal ini menunjukkan bahwa
kecemasan mampu membuat seseorang untuk mengeluarkan segala
kemampuannya secara maksimal. Tetapi jika kecemasan tersebut
berlebihan maka kecemasan akan menjadi faktor penghambat bagi
seseorang untuk menunjukkan hasil belajarnya secara maksimal, (4) tes
sering kali justru menghukum siswa yang kreatif. Jawaban tes sering
sudah ditentukan pola dan isinya. Dengan demikian tes tidak akan
pernah memberi ruang gerak yang cukup kepada siswa untuk
menunjukkan kreativitasnya.
Jika dilihat dari sisi waktu pelaksanaan tesnya, kita masih sering
menemukan pengukuran hasil belajar hanya bertumpu pada ujian akhir
semester saja. Bagaimana proses siswa untuk mempelajari sesuatu luput
dari pengamatan. Dalam model ini, penguasaan tujuan pembelajaran
seorang mahasiswa terhadap suatu mata kuliah hanya diukur dengan
menggunakan tes yang dilakukan pada akhir semester.
Pembelajaran
A. TES SELEKSI DAN FUNGSINYA
1. DIBUTUHKAN SEGERA
Sebuah Perusahaan Bonafide membutuhkan:
Manager Operasional Furniture & Produksi
Garment
Persyaratan:
1) Pengalaman kerja di bidangnya minimal 1 tahun
2) Pendidikan minimal SI
3) Dedikasi dan loyalitas tinggi
4) Menguasai manajemen furniture dan
garmen Cantumkan gaji yang diminta.
Lamaran lengkap & CV dikirim paling lambat 1 minggu setelah iklan ini
ke: PO. BOX. 1309 Yogyakarta 55000
(sumber: Kedaulatan Rakyat, 28 Desember 2002)
2. Tahun 2006 Universitas Terbuka membutuhkan 3 dosen
jurusan
akuntansi dengan syarat:
1) memiliki ijasah SD
2) usia pada saat pendaftaran maksimal 17 tahun.
3) lulus ujian tertulis.
Setelah program PPSP dihapus pada tahun sembilan puluhan, saat ini
mulai muncul adanya sekolah-sekolah yang mempunyai kelas unggulan.
Kelas unggulan ini diisi oleh siswa-siswa yang berdasarkan tes penempatan
mempunyai keunggulan dibandingkan dengan siswa lain. Waktu
penyelesaian program bagi siswa yang masuk kelas unggulan sama dengan
siswa yang berada di kelas bukan unggulan tetapi siswa di kelas unggulan di
beri program-program tambahan sehingga kemampuan siswa dalam
menguasai tujuan pembelajarannya menjadi lebih mantap. Disamping kelas
unggulan, saat ini muncul pula kelas akselerasi. Seperti halnya kelas
unggulan, kelas akselerasi ini diisi oleh siswa-siswa yang berdasarkan tes
penempatan mempunyai prestasi lebih dibandingkan dengan siswa lain.
Kalau pada kelas unggulan waktu penyelesaian studinya sama dengan siswa
kelas biasa maka pada kelas akselerasi waktu penyelesaian studinya lebih
cepat dari siswa kelas biasa. Siswa kelas akselerasi dapat menyelesaikan
studinya di SMP atau SMA hanya dalam waktu dua tahun.
Tes formatif merupakan salah satu jenis tes yang diberikan kepada
siswa setelah siswa menyelesaikan satu unit pembelajaran. Tes
formatif tidak dimaksudkan untuk memberi nilai kepada siswa tetapi
hasil tes formatif akan dimanfaatkan untuk memonitor apakah proses
pembelajaran yang baru saja dilaksanakan telah dapat mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rencana
pembelajaran atau belum. Seperti apa yang disampaikan oleh
Gronlund dan Linn (1990) bahwa "the function of formative
evaluation is to monitor learning progress during instruction". Jika dari
hasil tes formatif temyata terdapat sejumlah tujuan pembelajaran
yang belum dapat dikuasai siswa, Anda harus mencari penyebabnya,
apakah penyebab tersebut karena adanya masalah pada diri siswa
atau karena proses pembelajaran yang tidak berjalan sebagaimana
mestinya, misalnya karena Anda kurang tepat dalam memilih metode
dan atau media pembelajaran. Setelah dapat menentukan
penyebabnya maka Anda harus mengulang kembali proses
pembelajaran tersebut baik itu secara individual atau secara klasikal
sampai siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Yang menjadi fokus dalam pelaksanaan tes formatif
adalah ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan dalam proses
pembelajaran bukan mencari penyebab kesulitan belajar siswa.
Sedangkan mencari penyebab kesulitan belajar siswa adalah fokus
dari penyelenggaraan tes diagnostik.
Perhatikanlah tes formatif yang ada pada setiap modul UT. Pada
setiap akhir kegiatan belajar terdapat kurang lebih 10 butir soal tes
formatif. Tes formatif tersebut dimaksudkan untuk mengukur
ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan di setiap
modul. Setelah mengerjakan tes formatif mahasiswa diminta untuk
mencocokkan hasil pekerjaannya dengan kunci tes formatif yang
terdapat pada bagian akhir setiap modul. Mahasiswa diminta untuk
menghitung tingkat keberhasilannya sendiri. Apabila tingkat
penguasaan Anda lebih dari 80 %, Anda dapat meneruskan untuk
mempelajari kegiatan belajar selanjutnya. Bagus. Tetapi jika tingkat
keberhasilan Anda kurang dari 80 % maka Anda tidak boleh
meneruskan untuk mempelajari kegiatan belajar selanjutnya tetapi
Anda harus mengulangi kegiatan belajar ini terutama mempelajari
kembali materi yang
Anda perhatikan agar tes sumatif benar-benar dapat digunakan
untuk menilai keberhasilan siswa di akhir program pembelajaran,
yaitu:
1. Bagi Siswa
2. Bagi Guru
Karena hasil tes akhir semester atau tes akhir tahun sangat
bermanfaat bagi orang tua untuk mengetahui prestasi anak di
sekolah maka para guru hendaknya selalu membagikan hasil tes
tersebut kepada siswa agar hasil tersebut dapat disampaikan kepada
orang tuanya. Jika hasil tes tersebut memuaskan maka orang tua
dapat memberikan motivasi kepada anaknya agar ia dapat
mempertahankan prestasi tersebut, sebaliknya jika hasilnya kurang
memuaskan maka orang tua harus berupaya untuk memberi perhatian
yang lebih kepada anaknya pada saat belajar. Mintalah pada dia agar
lebih rajin dalam belajar sehingga pada semester berikutnya hasilnya
menjadi lebih baik. Ciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan
anak dapat belajar dengan tenang, misalnya dengan cara mematikan
radio atau televisi. Atau dengan cara mendampingi anak pada saat ia
belajar.
b. Pengukuran
Perlu dijelaskan di sini bahwa evaluasi tidak sama artinya dengan
pengukuran ( measurement ), Wand dan Brown mengatakan bahwa
Measurement means the act or process of axestaining the extent or quantity of
something yang artinya pengukuran adalah suatu tindakan atau proses untuk
menentukan luas atau kuantitas daripada sesuatu.
Dari definisi antara evaluasi dengan pengukuran, maka dapat diketahui
dengan jelas perbedaan antara penilaian dan pengukuran. Walaupun ada
perbedaan antara pengukuran dan penilaian, namun kedua hal tersebut tidak bisa
dipisahkan karena antara pengukuran dan penilaian terdapat hubungan yang
sangat erat. Sebab untuk dapat mengadakan penilaian yang tepat terhadap sesuatu
terlebih dahulu harus didasarkan atas pengukuran-pengukuran. Misalnya untuk
menilai apakah seseorang dapat membaca dengan lancer atau tidak, maka perlu
kita mengukur berapa jumlah kata-kata yang dibacanya dalam satu menit, berapa
kesalahan-kesalahan yang dibuatnya, dan sebagainya.
Pengukuran adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur sesuatu,
misalnya suhu badan dengan ukuran berupa termometer hasilnya 360 celcius,
380 celcius, 390 dst. Dari contoh tersebut dapat dipahami bahwa pengukuran
bersifat kuantitatif. Penilaian berarti menilai sesuatu, sedangkan menilai adalah
mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan mendasarkan diri atau
berpegang pada ukuran baik atau buruk, sehat atau sakit, pandai atau bodoh.
Apa yang membedakan dengan evaluasi. Yang membedakannya adalah bahwa
evaluasi mencakup aspek kualitatif dan aspek kuantitatif.
Pengukuran pada dasarnya adalah penentuan angka dari suatu objek yang
diukur. Gronlund dan Linn (1990) secara sederhana merumuskan pengukuran
sebagai Measurement is limited quantitative description of pupil behavior, that
is the result of measurement always is expressed in number .
Penentuan angka ini merupakan suatu upaya untuk menggambarkan
karakteristik suatu objek. Untuk dapat meghasilkan angka maka diperlukan alat
ukur. Dalam melakukan pengukuran harus berusaha agar kesalahan
pengukurannya sekecil mungkin. Untuk itu diperlukan alat ukur yang dapat
meghasilkan hasil pengukuran yang valid dan reliabel.
Kesalahan pengukuran dapat bersumber dari tiga hal : alat ukur, objek
yang diukur, atau orang yang melakukan pengukuran. Kesalahan pengukuran
tersebut dapat bersifat acak (random) atau juga bersifat sistematis. Kesalahan
acak disebabkan karena adanya perbedaan kondisi fisik dan mental yang diukur
dan yang mengukur. Sedangkan kesalahan sistematis bersumber dari kesalahan
alat ukur, yang diukur, atau yang mengukur.
c. Penilaian
Penilaian adalah proses sistematis meliputi pengumpulan informasi (angka
atau deskripsi verbal), analisis, dan interpretasi untuk mengambil keputusan.
Sedangkan penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.Untuk itu,
diperlukan data sebagai informasi yang diandalkan sebagai dasar pengambilan
keputusan. Dalam hal ini, keputusan berhubungan dengan sudah atau belum
berhasilnya peserta didik dalam mencapai suatu kompetensi. Jadi, penilaian
merupakan salah satu pilar dalam pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) yang berbasis kompetensi.
Penilaian merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah-
langkah perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi
melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta
didik, pengolahan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik.
Penilaian dilaksanakan melalui berbagai bentuk antara lain: penilaian
unjuk kerja (performance), penilaian sikap, penilaian tertulis (paper and pencil
test), penilaian proyek, penilaian melalui kumpulan hasil kerja/karya peserta
didik (portfolio), dan penilaian diri. Penilaian hasil belajar baik formal maupun
informal diadakan dalam suasana yang menyenangkan, sehingga
memungkinkan peserta didik menunjukkan apa yang dipahami dan mampu
dikerjakannya. Hasil belajar seorang peserta didik tidak dianjurkan untuk
dibandingkan dengan peserta didik lainnya, tetapi dengan hasil yang dimiliki
peserta didik tersebut sebelumnya. Dengan demikian peserta didik tidak merasa
dihakimi oleh guru tetapi dibantu untuk mencapai apa yang diharapkan.
Penilaian menurut Arikunto, merupakan proses pembuatan keputusan
terhadap sesuatu ukuran baik buruk yang besifat kualitatif. Seperti telah
dikemukakan sebelumnya, bahwa penilaian merupakan kelanjutan dari kegiatan
pengukuran untuk menafsirkan angka sebagai ukuran nilai. Kegiatan
pengukuran dilakukan apabila penilaian memerlukannya, dan pengukuran tidak
perlu dilakukan apabila penilaian tidak memerlukannya.Setelah kita memahami
apa yang dimaksudkan dengan penilian dan pengukuran dari uraian diatas
barulah kita bias memunculkan definisi evaluasi secara umum.Evaluasi adalah
kegiatan pengumpulan data untuk mengukur dan memberikan penilaan sehingga
dari pengukuran dan penilaian tersebut dapat mengetahui sejauh mana tujuan
yang diinginkan dapat tercapai.
d. Test
Tes dapat didefinisikan sebagai seperangkat pertanyaan atau tugas yang
direncanakan untuk memeperoleh informasi tentang trait atau sifat atau atribut
pendidikan dimana dalam setiap butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban
atau ketentuan yang dianggap benar. Dengan demikian maka setiap tes
menuntut siswa untuk memberi respon atau jawaban. Dari uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa tes merupakan alat ukur untuk memepeeroleh informasi
hasil belajar siswa yang memerlukan jawaban benar aatu salah. Ground dan
Linn (1990) mendefinisikan : Test is an instrument or systematic procedure for
measuring a sample of behavior.
b. Tujuan Evaluasi
Dari uraian sebelumnya, tentunya kita mendapatkan gambaran mengenai
tujuan evaluasi dalam pendidikan. Jadi tujuan utama melakukan evaluasi dalam
pendidikan adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai pencapaian
tujuan instruksional oleh siswa, sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya yang
merupakan fungsi dari evaluasi.
Selain itu juga ada beberapa tujuan evaluasi yaitu sebagai berikut :
1. Menilai ketercapaian tujuan.
Ada keterkaitan antara tujuan belajar, metode evaluasi, dan cara belajar
siswa. Cara evaluasi biasanya akan menentukan cara belajar siswa, sebaliknya
tujuan evaluasi akan menentukan metode evaluasi yang digunakan oleh seorang
guru.
2. Mengukur macam-macam aspek pelajaran yang bervariasi.
Belajar dikategorikan sebagai kognitif, afektif, dan psikomotorik. Batasan
tersebut umumnya dikaitak sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai. Semua
tipe belajar sebaiknya dievaluasi dalam proporsi yang tepat. Jika guru
menyatakan proporsi sama maka siswa dapat menekankan dalam belajar dengan
proporsi yang digunakan guru dalam mengevaluasi sehingga mereka dapat
menyesuaikan dalam belajar. Guru memilih sarana evaluasi pada umumnya
sesuai dengan tipe tujuan. Proses ini menjadikan lebih mudah dilaksanakan, jika
seorang guru menyatakan tujuan dan merencanakan evaluasi secara berkaitan.
3. Memotivasi belajar siswa.
Evaluasi juga harus dapat memotivasi belajar siswa. Guru harus menguasai
bermacam-macam teknik memotivasi, tetapi masih sedikit di antara guru-guru
yang mengetahui teknik motivasi yang berkaitan dengan evaluasi. Dari
penelitian menunjukkan bahwa evaluasi memotivasi belajar siswa sesaat
memang betul, tetapi untuk jangka panjang masih diragukan. Hasil evaluasi
menstimulasi tindakan siswa baik dapat menimbulkan semangat atau dorongan
untuk meningkatkan atau mempertahankannya yang akhirnya memotivasi belajar
siswa secara kontinu.
4. Menjadikan hasil evaluasi sebagai dasar perubahan kurikulum.
Keterkaitan evaluasi dengan instruksional adalah sangat erat. Hal ini karena
evaluasi merupakan bagian dari instruksional. Di samping itu, antara
instruksional dengan kurikulum saling berkaitan. Beberapa guru seringkali
mengubah prosedur evaluasi dan metode mengajar yang menurut mereka penting
dan cocok, perubahan itu akan tepat, jika memang didasarkan pada hasil evaluasi
secara luas.
5. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian.
Yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program
pendidikan dan pengajaran serta strategi pelaksanaannya. Kegagalan para siswa
dalam hasil belajar yang dicapainya hendaknya tidak dipandang sebagai
kekurangan pada diri siswa semata-mata, tetapi juga bias disebabkan oleh
kesalahan strategi dalam melaksanakan program pengajaran. Misalnya
kekurangtepatan dalam memilih metode dan alat bantu mengajar.
c. Fungsi Evaluasi
Dengan mengetahui tujuan evaluasi ditinjau dari berbagai segi dalam sistem
pendidikan, maka dengan cara lain dapat dikatakan bahwa fungsi evaluasi ada
beberapa hal :
1. Evaluasi berfungsi selektif
Dengan mengadakan evaluasi guru dapat mengadakan seleksi pada
siswanya dengan tujuan memilih siswa yang dapat diterima disekolah tertentu,
untuk memilih siswa yang dapat naik ke kelas, untuk memilih siswa yang
seharusnya mendapat beasiswa, atau untuk memilih siswa yang sudah berhak
lulus.
2. Evaluasi berfungsi diagnostik.
Apabila alat yang digunkan dalam evaluasi cukup memenuhi persyaratan,
maka dengan melihat hasilnya, guru akan dapat mengetahui kelemahan siswa,
dan sebab-sebab kelemahan siswa.
3. Evaluasi berfungsi sebagai penempatan.
Untuk dapat menetukan dengan pasti dikelompok mana seorang siswa harus
ditempatkan maka digunkanlah suatu kegiatan evaluasi.Sekelompok siswa yang
mempunyai hasil evaluasi yang sama, akan berada dalam kelompok yang sama
dalam belajar.
4. Evaluasi berfungsi sebgai pengukuran keberhasilan.
Fungsi ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program
berhasil diterapkan.Keberahasilan program ditentukan oleh bebrapa factor yaitu
factor guru, metode mengajar, kurikulum, sarana, dan system kurikulum.
2. Prinsip-prinsip Penilaian
Evaluasi hasil belajar dikatakan terlaksana dengan baik apabila dalam
pelaksanaannya senantiasa berpegang pada tiga prinsip dasar berikut ini :
a. Prinsip Keseluruhan
Yang dimaksud dengan evaluasi yang berprinsip keseluruhan atau
menyeluruh atau komprehensif adalah evaluasi tersebut dilaksanakan secara bulat,
utuh, menyeluruh. Maksud dari pernyataan ini adalah bahwa dalam
pelaksanaannya evaluasi tidak dapat dilaksanakan secara terpisah, tetapi
mencakup berbagai aspek yang dapat menggambarkan perkembangan atau
perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri peserta didik sebagai makhluk hidup
dan bukan benda mati.
Dalam hubungan ini, evaluasi diharapkan tidak hanya menggambarkan
aspek kognitif, tetapi juga aspek psikomotor dan afektif pun diharapkan
terangkum dalam evaluasi. Jika dikaitkan dengan mata pelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia, penilaian bukan hanya menggambarkan pemahaman siswa
terhadap materi ini, melainkan juga harus dapat mengungkapkan sudah sejauh
mana peserta didik dapat menghayati dan mengimplementasikan materi tersebut
dalam kehidupannya.Jika prinsip evaluasi yang pertama ini dilaksanakan, akan
diperoleh bahan-bahan keterangan dan informasi yang lengkap mengenai keadaan
dan perkembangan subjek subjek didik yang sedang dijadikan sasaran evaluasi.
b. Prinsip Kesinambungan
Istilah lain dari prinsip ini adalah kontinuitas. Penilaian yang
berkesinambungan ini artinya adalah penilaian yang dilakukan secara terus
menerus, sambung-menyambung dari waktu ke waktu. Penilaian secara
berkesinambungan ini akan memungkinkan si penilai memperoleh informasi yang
dapat memberikan gambaran mengenai kemajuan atau perkembangan peserta
didik sejak awal mengikuti program pendidikan sampai dengan saat-saat mereka
mengakhiri program-program pendidikan yang mereka tempuh.
c. Prinsip Objektivitas
Prinsip objektivitas mengandung makna bahwa evaluasi hasil belajar
terlepas dari faktor-faktor yang sifatnya subjektif. Orang juga sering menyebut
prinsip objektif ini dengan sebutan apa adanya. Istilah apa adanya ini
mengandung pengertian bahwa materi evaluasi tersebut bersumber dari materi
atau bahan ajar yang akan diberikan sesuai atau sejalan dengan tujuan
instruksional khusus pembelajaran. Ditilik dari pemberian skor dalam evaluasi,
istilah apa adanya itu mengandung pengertian bahwa pekerjaan koreksi,
pemberian skor, dan penentuan nilai terhindar dari unsur-unsur subjektivitas yang
melekat pada diri tester. Di sini tester harus dapat mengeliminasi sejauh mungkin
kemungkinan-kemungkinan hallo effect yaitu jawaban soal dengan tulisan yang
baik mendapat skor lebih tinggi daripada jawaban soal yang tulisannya lebih jelek
padahal jawaban tersebut sama. Demikian pula kesan masa lalu dan lain-lain
harus disingkirkan jauh-jauh sehingga evaluasi nantinya menghasilkan nilai-nilai
yang objektif.
Dengan kata lain, tester harus senantiasa berpikir dan bertindak wajar
menurut keadaan yang senyatanya, tidak dicampuri oleh kepentingan-kepentingan
yang sifatnya subjektif. Prinsip ini sangat penting sebab apabila dalam melakukan
evaluasi, subjektivitas menyelinap masuk dalam suatu evaluasi, kemurnian
pekerjaan evaluasi itu sendiri akan ternoda.
Prinsip-prinsip umum evaluasi diantaranya :
1. Beroreintasi pada pencapaian kompetensi
2. Valid (penilaian harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur)
3. Adil
4. Objektif
5. Berkesinambungan
6. Menyeluruh
7. Terbuka
8. Bermakna
Dari segi alatnya, penilaian hasil belajar dapat dibedakan menjadi tes dan bukan tes
(nontes). Tes ini ada yang berikan secara lisan (menurut jawaban secara lisan), ada tes
tulisan (menuntut jawaban secara tulisan), dan ada tes tindakan (menuntut jawaban
dalam bentuk perbuatan. Soal-soal tes ada yang disusun dalam bentuk objektif, ada juga
yang dalam bentuk esai atau uraian. Sedangkan non tes sebagai alat penilaian mencakup
observasi, kuesioner, wawancara, skala, sosiometri, studi kasus, dll.
MODUL 2
E. KEGIATAN BELAJAR 1
1. Keunggulan dan Kelemahan Tes
1) Tes Objektif
1) Keunggulan Tes Objektif
a) Tepat digunakan untuk mengukur proses berfikir rendah sampai dengan
sedang (ingatan, pemahaman dan penerapan)
b) Semua atau sebagian besar materi yang telah diajarkan dapat ditanyakan
saat ujian
c) Pemberian skor pada setiap siswa dapat dilakaukan dengan cepat, tepat dan
konsisten karena jawaban yang benar untuk setiap butir soal sudah jelas dan
pasti.
d) Khususnya pilihann ganda dapat memungkinkan untuk dilakukan analisis
butir soal.
e) Tingkat kesukaran soal dapat dikendalikan hanya dengan mengubah
homogennitas alternatif jawaban (pilihan ganda).
f) Informasi yang diperoleh dari tes objektif lebih kaya.
a. Test Uraian
1. Keunggulan Test Uraian
1) Tepat digunakan untuk mengukur proses berpikir tinggi
2) Tepatdigunakan untuk mengukur hasil belajar yang kompleks yang
tidak dapat diukur dengan tesobjektif
3) Waktu yang digunakan untukmenulis satu set
tes uraian lebih cepat dari pada waktu yang digunakan untuk menulis satu set
tes objektif
4) Menulis tes uraian yang baik relative
lebih mudah dari pada menulis tes objektif.
F. KEGIATAN BELAJAR 2
1. Mengembangkan Tes
a. Tes Objektif
1) Tes benar salah / true false item
Fungsi :
1) Mengukur kemampuan siswa untuk mengidentifikasi kebenaran suatu
pernyataan mengenai fakta, definisi, prinsip, teori, hukum, dan
sebagainya.
2) Mengukur kemampuan siswa unuk membedakan antara fakta dengan
pendapat atau opini.
3) Mengukur hasil belajar yang lebih tinggi dari sekedar ingatan.
Keunggulan : mudah dikonstruksikan, dapat mennanyakan banyak sampel
materi, mudah penskoran, tepat digunakan untuk mengukur proses berpikir
sederhana.
Kelemahan : probabilitas siswa dalam menebak jawaban sangat tinggi yaitu
50%, sebagian besar soal benar salah hanya digunakan untuk mengukur hasil
belajar siswa yang sederhana yaitu aspek ingatan.
2. Tes Uraian
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengkonstruksi tes uraian yaitu :
1) Tulis tes uraian berdasarkan perencanaan tes yang dibuat.
2) Gunakan tes uraian untuk mengukur hasil belajar yang sukar.
3) Kembangkan butir soal dari suatu kasus.
4) Gunakan tes uraian terbatas.
5) Usahakan pertnyaan mengungkap pendapat siswa bukan hanya fakta.
6) Rumuskan pertanyaan dengan jelas dan tegas.
7) Rancanglah pertanyaan sesuai waktu yang disediakan dalam ujian.
8) Hindari penggunaan pernyataan pilihan.
9) Tuliskan skor maksimal yang dapat diperoleh siswa apabila ia mengerjakan soal
dg benar.
Pedoman penskoran :
1) Apa jawaban terbaik dari pertanyaan tersebut? Jika ada jawaban lain maka
jawaban tersebut harus ditulis.
2) Tandai butir, kata kunci / konsep penting yang harus muncul pada jawaban
tersebut.
3) Adakah butir, kata kunci / konsep yang lebih penting dari yang lain.
4) Beri skor pada setiap butir, kata kunci / konsep yang harus muncul pada
jawaban tersebut.
5) Butir , kata kunci, atau konsep yang lebih penting dapat diberi skor lebih dari
yang lain.
G. KEGIATAN BELAJAR 3
1. Perencanaan Tes
Tes hasil belajar (Achievement test) dikatakan baik jika tes tersebut dapat
mengukur ketercapaian tujuan pembelajarann yang telah ditetapkan dalam rencana
pembelajaran. Idealnya semua tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan harus
diukur ketercapaiannya. Tetapi karena keterbatasan waktu ujian memaksa kita untuk
memilih tujuan mana yang harus diukur ketercapaiannya. Pemilihan tersebut harus
dilakukan secara representatif. Keadaan seperti ini dapat tercapai jika dalam
menyusun tes dilakukan dengan perencanaan yang baik.
Beberapa hal yang penting yang harus diperhatikan dalam membuat
perencanaan tes antara lain :
1. Pemilihan sampel materi yang akan diujikan. Pemilihan sampel hendaknya
mengacu pada tujuan pembelajarann yang ingin dicapai. Pilihlah sampel materi
yang secara representatif dapat mewakili semua materi yang telah diajarkan.
Dasar pemilihan sampel materi adalah dasar pertimbangan keahlian (expert
judgement).
2. Jenis tes yang digunakan harus berhubungan erat dengan jumlah sampel materi
yang dapat diukur, tingkat kognitif, jummlah peserta tes serta jumlah butir soal.
3. Jenjang kemampuan berfikir yang ingin diuji. Setiap mata pelajaran mempunyai
penekanan kemampuan yang berbeda dalam mengembangkan proses berfikir
siswa. Jika tujuan suatu mata pelajaran lebih menekankan pada proses berfikir
analisis, evaluasi dan kreasi maka butir soal yang akan digunakan harus dapat
mengukur kemampuan tersebut.
Dalam hubungnan ini kita mengenal ranah kognitif yang dikembangkan oleh
Bloom dkk kemudian di revisi oleh Kratwoll (2001). Revisi Kartwoll terhadap
tingkatan dalam ranah kognitif adalah ingatan (C1), pemahaman (C2), Penerapan
(C3), analisis (C4), evaluasi (C5), dan kreasi (C6).
2. Ragam tes
Ada beebrapa ragam tes yang dapat digunakan sebagi alat ukur hasil belajar
siswa baik itu berupa tes objektif maupun tes uraian. Untuk tes objektif dapat dipilih
B S, test menjodohkan, atau tes pilihan ganda. Tes pilihan ganda dapat dipilah
menjadi : melengkapi pilihan (ragam A), hubungan antar hal (ragam B), analisis
kasus (ragam C), ganda kompleks (ragam D, atau membaca diagram, tabel, grafik
(ragam E).
Sedangkan untuk tes uraian dapat dipilih tes uraian terbatas atau uraian
terbuka. Misalnya tes B S dan pilihan ganda ragam A sangat tepat untuk mengukur
jenjang proses berfikir ingatan dan pemahaman, sedangkan ragam B, C atau E tepat
digunakan untuk mengukur proses berfikir lebih tinggi dari sekedar ingatan. Jadi
pemilihan ragam soal ini erat kaitannya dengan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai.
MODUL 3
c. Authentic assessment.
Authentic assessment merupakan assessment yang menuntut siswa
mampu menerapkan pengetahuan dan ketrampilannya dalam kehidupan nyata
diluar sekolah. Tujuan dan otentik assessment adalah untuk mengumpulkan
bukti-bukti apakah siswa sudah dapat menggunakan pengetahuan dan
ketrampilannya secara efektif dalam kehidupan nyata dan dapat memberikan
kritik terhadap upaya yang telah ia lakukan.
Dari Pengertian tersebut tampak bahwa authentic assessment didasarkan
performance assessment yang menuntut siswa mampu unjuk kerja. Contoh :
disekolah siswa diajari konsep penjumlahan 2 + 3 = 5. Konsep tersebut
abstrak.Konsep tersebut tidak ditemukan dalam kehidupan nyata anak, yang ada
adalah 2 bola + 3 bola = 5 bola. Untuk itu dalam mengajarkan konsep
penjumlahan ajarlah siswa dengan menggunakan contoh-contoh yang ada dalam
kehidupan nyata.
Untuk mengetahui bagaiman anak harus bersikap sopan kepada orang tua
pada situasi yang sebenarnya.Amatilah bagaimana sikap siswa saat berinterkasi
dengan orang tua yang ada disekitar sekolah. Misalnya kepada pesuruh sekolah,
penjual kue dan minuman disekitar sekolah dan sebagainya.
5. Achievement assessment
Achivement assessment merupakan pengertian umumterhadapa semua
usaha untuk mengukur,mengetahui dan mendeskripsikan hasil belajar siswa,
baik yang dilakukan dengan tes tertulis,assasemen kinerja,portofolio, dan semua
usaha untuk memperoleh informasi hasil dan kemajuan belajar siswa.
6. Alternative assessment
Alternative assessment merupakan asasement yang tidak hanya tergantung
pada tes tertulis. Pada dasarnya asasemen alternative merupakan alternative dari
asasemen tradisional (paper and pencil test). Jadi performance
assesmen,portofolio assessment,authentic assessment, dan achievement
assessment merupakan kelompok asesmen alternative.
2. Landasan Psikologis
Asesmen alternative tidak hanya menilai hasil belajar, tetapi dapat member
informasi secara lengkap tentang proses pembelajaran.Asesment alternative tidak
hanya menilai produk belajar saja tetapi juga menilai proses belajar untuk
menghasilkan kemampuan produk tersebut.
Asesmen alternative dilaksanakan bersdasarkan teori belajar khususnya dari
aliran psikologi kognitif. Beberapa teori belajar yang digunakan sebagai landasan
dalam pelaksanakan asesmen alternative adalah:
1. Teori fleksibilitas kognitif dan R.spiro (1990)
Teori ini beranggapan bahwa hakekat belajar adalah komplek dan tidak
terstruktur. Teori ini menjelaskan bahwa belajar akan menghasilkan
kemampuan secara spontan dalam melakukan restrukturisasi pengetahuan yang
telah dimiliki.
2. Teori belajar Bruner (1966)
Menurut teori ini belajar merupakan suatu proses aktif yang dilakukan
siswa dengan cara mengkonstruksi sendiri gagasan baru atas dasar konsep
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki yang diarahkan pada belajar
penemuan (discovey learning)
3. Generative learning model dari Osborne dan wittrock (1983)
Teori ini beranggapan bahwa otak tidak hanya pasif menerima informasi
tetapi aktif membentuk dan menginterpretasikan informasi serta menarik
kesimpulan dari informasi tersebut. Dalam belajar siswa harus aktif memaknai
apa yang sedang dipelajarinya. Serta siswa harus dapat membuat model atau
menjelaskan ntentang apa yang dipelajari kemudian mengorganisasikan
informasi yang sudah diseleksi berdasarkan pengalaman yang sesuai, logis dan
rill.
4. Experiential learning theory dari c rogers (1969)
Teori ini beranggapan bahwa siswa dalam pembelajaran harus aktif,
memiliki inisiatif dan dapat menilai diri (penilaian diri siswa) sedangkan guru
hanya sebagai fasilitator.
5. Multiple intelligent theory dari Howard gardner (1983)
Menurut Gardner intelegensia didefinisikan sebagai suatu kemampuan
seseorang yang digunakan untuk memecahkan masalah atau untuk menunjukan
suatu produk yang dihargai oleh satu atau lebih budaya. Menurut Gardner ada 8
kemampuan pada setiap individu yaitu :
1) Linguistic (kemampuan berbahasa)
2) Logical mathematic (kemampuan logika matematika)
3) Visual-spatial (kemampuan konsep tata ruang)
4) Bodily kinenthetic (kemampuan menggunakan bahasa tubuh)
5) Musical (kemampuan menghayati dan memahami musik)
6) Intrapersonal (kemampuan bekerjasama dengan orang lain)
7) Intrpersonal (kemampuan memahami dirinya)
8) Naturalist (kemampuan untuk mengklasifikasi spesies yang ada
dilingkungan).
B. KEGIATAN BELAJAR 2
1. Bentuk Assesmen Kinerja
a. Tugas (Task)
Sesuai dengan namanya yaitu assesmen kinerja, assesmen ini meminta anak
untuk melakukan sesuatu atau menunjukan kinerjanya sesuai dengan tuugas yang
diberikan oleh guru. Informasi tentang keberhasilan siswa dalam unjuk kerja
dapat diperoleh dari berbagai jenis tagihan misalnya :
1. Computer adaptive testing
Merupakan tes berbantuan komputer yang dapat digunakan untuk
menilai hasil belajar siswa sesuai dengan kemampuannya. Pada prinsipnya tes
tes ini akan menilai hasil belajar siswa dari tugas yang mudah sampai ke
tingkat yang sukar.
2. Tes pilihan ganda yang diperluas
Tes pilihan ganda yang diperluas adalah tes pilihan ganda dimana dalam
pengerjaannya siswa tidak hanya memilih satu jawaban tetapi mereka juga
diminta untuk memberikan alasan.
3. Tes uraian terbuka ( open ended question )
Tes uraian terbuka adalah tes yang dapat menilai kinerja atau
kemampuan siswa dalam penalaran, logika, serta kemampuan menuangkan ide
dalam bentuk tulisan.
4. Tugas individu
Tugas individu adalah tuugas yang harus dikerjakan secara mandiri
(mengerjakan tugas dan menilai produk dari tugas tersebut).
5. Tugas kelompok
Tugas kelompok adalah tugas yang harus dikerjakan secara kelompok
6. Proyek
Proyek adalah tugas yang diberikan kepada siswa (individu/ kelompok)
untuk menyelesaikan tugas-tugas yang kompleks dalam jangka waktu tertentu.
7. Inteview
Tugas yang dapat diberikan kepada siswa untuk melakukan wawancara
dengan orang lain setelah itu membuat laporan hasil wawancara. Tugas guru
adalah menilai kualitas laporan tersebut.
8. Pengamatan
Tugas individu/ kelompok yang diberikan kepada siswa untuk
melakukan pengamatan terhadap sesuatu yang ditugaskan guru.
Langkah langkah menyusun tugas :
a) Pengetahuan dan keterampilan yang akan dimiliki siswa setelah mereka
mengerjakan tugas . Ada lima pertanyaan pokok yang membantu dalam
merumuskan tugas yaitu :
1) Keterampilan atau atribut kognitif apa yang harus dikuasai siswa ?
2) Keterampilan atau atribut afektif apa yang harus dikuasai siswa ?
3) Keterampilan meta kognitif apa yang harus dikembangkan siswa ?
4) Tipe masalah yang seperti apa yang harus dipecahkan oleh siswa ?
5) Konsep atau prinsip apa yang dapat diterapkan oleh siswa ?
b) Merancang tugas yang yangmemungkinkan siswa dapat menunjukan
kemampuannya dalam berfikir dan keterampilan.
c) Menetapkan criteria keberhasilan
Beberapa catatan penting yang harus diperhatikan pada saat
merancang tugas dalam asesmen kinerja :
1) Tugas tugas yang disusun hendaknya merupakan bagian dari proses
pembelajaran.
2) Tugas yang baik dalah tugas yang berhubungan dengan kehidupan
nyata.
3) Tugas yang diberikan terhadap siswa harus adail. Dalam hal ini bukan
berarti tugas yang diberikan harus sama. Harus dijaga jangan samapai
ada unsur subjektifitas dalam memberikan tugas.
4) Jangan memeberikan tugas terlalu mudah karena hal ini tidak akan
memebrikan motivasi siswa dan tidak memberikan tantangan kepda
siswauntuk melakukannya.
Aspek aspek yang perlu diperhatikan dalam menilai kinerja siswa antara lain :
a. Kwalitas pengerjaan tugas.
b. Kretifitas dalam pengerjaan tugas.
c. Produk tugas.
d. Setiap aspek yang akan dilihat kinerjanya kemudian ditentukan gradasi
mutunya mulai dari yang paling sempurna sampai yang paling jelek.
C. KEGIATAN BELAJAR 3
1. Asesmen Portofolio
a. Pengertian dan Tujuan Portofolio
Portofolio adalah kumpulan hasil karya siswa yang disusun secara sistematis
yang menunjukan upaya, proses, hasil dan kemajuan belajar yang dilakukan siswa
dari waktu ke waktu.
Pada dasarnya portofolio merupakan kumpulan hasil karya siswa yang dapat
menunjukkan pencapaian dan perkembangan hasil belajar siswa. Portfolios is a
purposeful collection of student work that tells the story of student achievement
or growth. Portfolios are not folders of all work a student does.
Kumpulan hasil karya siswa dalam folder dapat dikatakan sebagai portofolio
jika kumpulan hasil hasil karya tersebut dapat menggambarkan perkembangan
hasil belajar siswa dari waktu ke waktu.
Definisi portofolio menuerut Paulson a purposeful collection of student
work that exhibits the students efforts, progress and achievements in one or more
areas. The collection must include student participation in selecting contents, the
criteria for selection, the criteria for judging merit and evidence of student self-
reflection.
Tiga prinsip utama dalam asesmen portofolio: collect, select,
reflect, sedangkan lebih rinci karakteristik portofolio :
1. Asesmen portofolio adalah asesmen yang menuntut adanya kerjasama antara
murid dengan guru
2. Asesmen portofolio tidak hanya sekedar kumpulan hasil karya tetapi yang
utama adanya proses seleksi yang dilakukan berdasar criteria tertentu untuk
dimasukan ke dalam karya siswa
3. Hasil karya siswa dikumpulkan dari waktu ke waktu yang digunakan siswa
untuk refleksi sehingga siswa mampu mengenal kelemahan dan kelebihan
karya yang dihasilkan dan kelemahan tersebut digunakan sebagai bahan
pembelajaran berikutnya
4. Kriteria penilaian yang digunakan harus jelas baik bagi guru ataupun bagi
siswa dan diterapkan secara konsisten.
Menurut John Mueller, tujuan utama portofolio adalah untuk salah satu dari tiga
tujuan:
1. Menunjukkan perkembangan hasil belajar siswa
2. Menunjukkan kemampuan siswa secara langsung
3. Menilai secara keseluruhan pencapaian hasil belajar siswa
Portofolio memberikan bukti nyata hasil kerja siswa, informasi tambahan untuk
standardized test, memberikan catatatn kepada siswa untuk melakukan refleksi diri
dan merupakan cara terbaik untuk mengkomunikasikan pencapaian hasil belajar siswa
kepada orangtua siswa. Untuk membedakan portofolio sebagai asesmen dan
portofolio sebagai hasil karya, Shakelee et.al (1997) mengemukakan sebagai berikut:
Portofolio Sebagai Asesmen Portofolio Sebagai Hasil Karya
(bagaimana saya menggunakan bukti?) (mengapa saya mengumpulkan bukti?)
1. Sebagai landasan pengembangan level1. Sebagai representasi keterampilan yang
berikutnya telah dimiliki
2. Untuk mempromosikan pengembangan2. Sebagai bukti pengembangan suatu ranah
berikutnya
3. Sebagai bukti kemampuan yang telah3. Untuk menunjukan kemampuan yang
dicapai dimiliki
4. Untuk memodifikasi pengajaran yang4. Sebagai bahan yang akan di bahas dalam
akan dilakukan suatu pertemuan
5. Untuk menyesuaikan kurikulum 5. Sebagai bahan pelaporan
Ada beberapa komponen penting yang harus diperhatikan dalam penggunaan
portofolio sebagai asesmen:
1. Portofolio hendaknya memiliki criteria penilaian yang jelas, spesifik, dan
berorientasi pada research based criteria
2. Dapat digunakan sebagai sumber informasi yang mengenal dengan baik
kemampuan dan keterampilan siswa
3. Berbagai cara yang perlu diperhatikan damal pengmpulan bukti yang
berkontribusi terhadap portofolio yaitu: bukti-bukti tercetak (printed materials)
maupun bukti non-printed (non-printed materials)
4. Portofolio dapat terdiri dari berbagai bentuk informasi seperti karangan, hasil
lukisan, skor tes, foto dan sebagainya
5. Kualitas portofolio harus ditingkatkan dari waktu ke waktu
6. Setiap mata pelajaran mungkin mempunyai bentuk portofolio yang berbeda dari
yang lain
7. Portofolio harus dapat diakses secara langsung oleh orang-orang yang
berkepentingan terhadap portofolio tersebut.
2. Perencanaan Portofolio
Shaklee et.al (1977) memberikan delapan pedoman yang harus diperhatikan pada saat
merencanakan portofolio yakni :
1. Menentukan criteria atau standar yang akan digunakan sebagai dasar asesmen
portofolio
2. Menerjemahkan criteria atau standar tersebut kedalam rumusan-rumusan hasil
belajar yang dapat diamati
3. Menggunakan criteria, memeriksa ruang lingkup dan urutan materi dalam
kurikulum untuk menentukan perkiraan waktu yang diperlukan untuk
mengumpulkan bukti yang diperlukan
4. Menentukan orang-orang yang berkepentingan secara langsung dengan portofolio
siswa
5. Menentukan jenis-jenis bukti yang harus dikumpulkan
6. Menentukan cara yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan berdasar
bukti yang dikumpulkan
7. Menentukan system yang akan digunakan untuk membahas hasil portofolio,
pelaporan informasi dan keputusan asesmen portofolio
8. Mengatur bukti-bukti portofolio berdasar umur, kelas, atau isi agar kita dapat
membandingkan
3. Pelaksanaan Portofolio
Dalam pelaksanaan asesmen portofolio, tugas guru adalah :
1. Mendorong dan memotivasi siswa
2. Memonitor pelaksanaan tugas
3. Memberikan umpan balik
4. Memamerkan hasil portofolio siswa
5. Tahap Penilaian
1. Penilaian dimulai dengan menentapkan criteria penilaian yang disepakati bersama
antara guru dengan siswa pada awal pembelajaran
2. Kriteria penilaian yang telah disepakati diterapkan secara konsisten
3. Hasil penilaian selanjutnya digunakan sebagai penentuan tujuan pembelajaran
berikutnya
4. Penilaian dalam asesmen portofolio pada dasarnya dilakukan secara terus menerus
atau berkesinambungan.
D. KEGIATAN BELAJAR 4
1. Penilaian Ranah Afektif
a. Konsep Dasar
Kemampuan afektif merupakan bagian dari hasil belajar siswa yang sangat
penting. Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotorik sangat
ditentukan oleh kondisi afektif siswa. Siswa yang memiliki minat belajar dan
sikap yang positif terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata
pelajaran tersebut sehingga mereka akan dapat mencapai hasil pembelajaran yang
optimal.
Menurut Krathwohl ( dalam Gronlund and Linn, 1990 ),ranah afektif terdiri
atas lima level yaitu :
1. Receiving
Receiving merupakan keinginan siswa untuk memperhatikan suatu gejala
atau stimulus, misalkan aktivitas dalam kelas,buku atau musik.
2. Responding
Responding merupakan partisipasi aktif siswa untuk merespon gejala yang
dipelajari.
3. Valuing
Valuing merupakan kemampuan siswa untuk memberikan nilai,keyakinan
atau sikap dan menunjukkan suatu derajat internalisasi dan komitmen.
4. Organization
Organization merupakan kemampuan anak untuk mengorganisasi nilai yang
satu dengan nilai yang lain dan konflik antar nilai mampu diselesaikan dan
siswa mulai membangun sistem internal yang konsisten.
5. Characterization
Characterization merupakan level tertinggi dalam ranah afektif. Pada level ini
siswa sudah memiliki system nilai yang mampu mengendalikan perilaku
sampai pada waktu tertentu hingga menjadi pola hidupnya.
Sedangkan karakteristik yang penting dalam ranah afektif adalah sikap,
minat, konsep diri dan nilai.
1. Sikap
Menurut Fishbein dan Ajzen seperti dikutip oleh Mardapi (2004),
sikap didefinisikan sebagai predisposisi yang dipelajari untuk merespon
secara positif atau negative terhadap suatu objek, situasi, konsep atau orang.
Proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila pihak sekolah mampu
mengubah sikap siswa dari sikap negatif menjadi sikap positif
2. Minat
Menurut Getzel (dalam Mardapi, 2004), minat adalah suatu disposisi
yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang
untukmemperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman dan ketrampilanuntuk
tujuan perhatian dan pencapaian. Hal penting pada minat adalah intensitas
untukmemperoleh sesuatu.
3. Konsep diri
Konsep diri adalah penilaian yang dilakukan individu terhadap
kemampuan dan kelemahan diri sendiri ( Smith dalam Mardapi, 2004).
Konsep diri penting untuk menentukan jenjang karir siswa. Dengan
mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri maka siswa akan dapat
memilih alternative karir yang tepat bagi dirinya.
4. Nilai
Nilai merupakan suatu keyakinan yang dalam tentang perbuatan,
tindakan atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap tidak baik
(Rokeach dalam Mardapi, 2004). Sekolah perlu membantu siswa untuk
menemukan dan menguatkan nilai yang bermakna bagi siswa agar siswa
mampu mencapai kebahagiaan diri dan mampu memberikan hal-hal yang
positif bagi masyarakat.
KEGIATAN BELAJAR 1
Informasi hasil belajar siswa dapat dikumpulkan dengan menggunakan berbagai bentuk
penilaian, misalnya dari tes tertuls (paper and pencil test) serta dari penilaian unjuk kerja
(performance).
Dalam memberikan skor pada tes objektif ini terdapat dua cara, yaitu
skor 1 untuk jawaban yang benar skor 0 untuk jawaban yang salah dan
yang kedua kita dapat menggunakan formula tebakan (guessing
formula).
Dalam tes akhir semester IPS diujikan 60 butir soal pilihan ganda dengan 4
alternatif jawaban. Tita dapat menjawab benar 40 butir soal, 20 butir salah. Tini dapat
menjawab 40 butir soal benar, 10 butir soal salah, dan 10 butir soal tidak diisi. Jika
penskoran tes tersebut didasarkan pada penggunaan formula tebakan (guessing
formula) maka:
Ada lima hal yang harus diperhatikan selama memeriksa hasil tes uraian (Hopkins dkk,
1990), yaitu:
Contoh:
Jika Bardan dapat menjawab benar 40 dari 50 butir soal mata pelajaran
IPS maka:
Persentase penguasaan Bardan untuk mata pelajaran:
40
IPS = 60 100% = 66,66%
Jika pada tes uraian mata pelajaran IPA, Ali memperoleh skor 52 dari
skor maksimal 82 maka:
Persentase penguasaan Ali untuk mata pelajaran:
52
IPA = 82 100% = 63,41%
Nama : Aufa
Kelas : VI (Enam)
No Indikator Skor
1. Cara membawa mikroskop 4 3 2 1
2. Cara memutar power mikroskop 4 3 2 1
3. Cara mencari cahaya 4 3 2 1
4. Cara meletakkan kaca objek 4 3 2 1
5. Cara mencari fokus untuk melihat objek 4 3 2 1
6. Cara melihat objek 4 3 2 1
Pengolahan skor:
1. Hitung jumlah skor maksimal dan minimal yang mungkin diperoleh siswa
untuk semua indikator
2. Jumlahkan skor yang diperoleh Aufa untuk semua indikator
3. Bandingkan skor total yang diperoleh Aufa dengan standard yang telah
ditetapkan, atau
4. Jika ingin menghitung persentase keberhasilan Aufa, dapat juga dengan
rumus:
100%
Berarti persentase keterampilan Aufa adalah:
20
100% = 83,33%
24
KEGIATAN BELAJAR 2
Dari skor mentah di atas dapat kita lihat bahwa siswa yang skornya
paling tinggi adalah Dita dengan skor 37 sedangkan siswa yang skornya paling
rendah adalah Tika dengan skor 15. Untuk mengetahui tingkat penguasaan
setiap siswa dapat diketahui dengan menghitung skor tersebut dalam bentuk
37
persentase. Contoh: tingkat penguasaan Dita adalah = 100% = 74%
50
No Nama Skor Persentase
1. Dita 37 74%
2. Andi 33 66%
3. Imam 30 60%
4. Tina 30 60%
5. Amin 27 54%
6. Isti 25 50%
7. Intan 21 42%
8. Dewi 20 40%
9. Rani 17 34%
10. Tika 15 30%
Jika guru menggunakan pendekatan PAN maka pemberian skor siswa dapat
diberikan berdasarkan pada hasil belajar kelompoknya. Siswa yang meraih
skor tertinggi dapat diberikan nilai yang tertinggi. Dalam contoh di atas, Dita
adalah siswa dengan skor tertinggi yaitu 37, guru dapat memberi nilai 10
kepada Dita. Untuk menentukan nilai siswa lainnya akan dihitung dengan
mengacu pada nilai Dita. Misalnya kita akan menghitung nilai untuk Andi
yang meraih skor 33 kita dapat menghitung nilainya dengan cara
33
10 = 8,9
37
Nilai 10 yang diperoleh Dita dapat juga diperoleh dari pengubahan persentase
penguasaan materi yang diperoleh Dita. Cara menghitungnya adalah:
33
10 = 10
37
No Nama Skor Jika skor 37
diberi nilai 10
maka,
1. Dita 37 74%
2. Andi 33 66%
3. Imam 30 60%
4. Tina 30 60%
5. Amin 27 54%
6. Isti 25 50%
7. Intan 21 42%
8. Dewi 20 40%
9. Rani 17 34%
10. Tika 15 30%
A. KEGIATAN BELAJAR 1
1. Mengumpulkan dan Mengolah Informasi Hasil Belajar
Tujuan utama dari kegiatan penilaian adalah untuk mengetahui apakah
kompetensi dasar yang telah ditetapkan sudah dapat dicapai oleh siswa atau belum.
Untuk keperluan tersebut guru perlu menyusun prosedur penilaian dalam bentuk
kisi-kisi pengukuran.
Kisi-kisi pengukuran tersebut antara lain berisi :
(a) aspek yang akan diukur : kognitif, afektif, atau psikomotor,
(b) jenis alat ukur yang digunakan : tes atau non-tes,
(c) teknik atau cara pengukurannya : tertulis, lisan, atau perbuatan
(d) cara penskoran serta pengolahannya.
Informasi hasil belajar siswa dalam upaya mencapai kompetensi yang telah
ditentukan dapat dikumpulkan dengan menggunakan berbagai bentuk penilaian,
masalnya dari tes tertulis serta panilaian unjuk kerja. Informasi hasil belajar yang
diperoleh dari tes tertulis dikumpulkan dari hasil tes tertulis yang telah dikerjakan
siswa, baik yang berasal dari ulangan harian, tes tengah semester, ataupun tes akhir
semester. Jenis tes yang sering digunakan di lapangan adalah tes objektif dan tes
uraian.
B. KEGIATAN BELAJAR 2
1. Pendekatan dalam Pemberian Nilai
Informasi hasil belajar siswa yang diperoleh dari tes, pada awalnya masih
berupa skor mentah (raw score) yang berupa data terserak (belum tertata). Karena
data belum tertata dengan baik maka guru akan menemui kesulitan untuk
memperoleh gambaran yang jelas tentang hasil belajar siswa tersebut.
Data tersebut perlu diatur sedemikian rupa agar mudah dipahami, misalnya
diurutkan dari data terbesar sampai dengan yang terkecil. Dengan mengurutkan hasil
tes tersebut maka anda akan dapat melihat dengan mudah rangking siswa.
Apabila jumlah siswa sedikit (misalnya 10 anak) maka penyusunan datanya
dapat anda lakukan dengan mudah dan dapat dengan cepat diketahui rangking kelas
pada mata pelajaran tertentu. Tetapi jika jumlah siswa anda banyak maka kumpulan
data hasil belajar yang anda peroleh akan mudah dipahami jika data tersebut diolah
dalam bentuk tabel frekuensi. Cara membuat daftar distribusi frekuensi :
1. Tentutan rentang, ialah data terbesar dikurangi dengan data terkecil.
2. Tentukan banyak kelas interval yang diperlukan.
3. Tentukan panjang kelas interval (p)
4. Tentukan ujung bawah kelas interval untuk data terkecil.
5. Masukkan semua data ke dalam kelas interval.
c. Penilaian
Pengertian penilaian disini mengacu pada penilaian sebagai asesmen yaitu
serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh informasi tentang
pencapaian hasil belajar siswa dan menggunakan informasi tersebut utuk
mencapai tujuan pendidikan.
1. Penyajian Hasil Penilaian
Bentuk penilaian yang dapat dipergunakan guru untuk menilai hasil belajar
siswa:
a. Penilaian dengan menggunakan angka.
b. Penilaian dengan menggunakan kategori.
c. Penilaian dengan uraian atau narasi
d. Penilaian kombinasi
MODUL 5
KUALITAS ALAT UKUR (INSTRUMEN)
A. KEGIATAN BELAJAR 1
1. Validitas dan Reliabilitas Hasil Pengukuran
Pernahkah anda melihat perlombaan memanah? Seorang pemanah akan
dinyatakan sebagai pemenang jika hasil bidikannya dapat tepat mengenai sasaran
yaitu daerah lingkaran yang paling dalam atau yang paling mendekati lingkaran
yang paling dalam. Namun hasil bisikan peserta ada yang dapat tepat mengenai
sasaran atau ada pula yang meleset. Begitupun juga ketika kita mengukur hasil
belajar siswa, jika alat ukur yang digunakan tidak disiapkan dengan cermat maka
skor yang kita peroleh tidak dapat menggambarkan dengan tepat tingkat kemampuan
setiap siswa.
Dari penjelasan tersebut terdapat dua masalah pokok yang harus diperhatikan
dalam menyusun alat ukur hasil belajar yang baik yaitu masalah yang berhubungan
dengan ketepatan hasil pengukuran dan ketetapan hasil pengukuran. Masalah yang
berhubungan dengan ketepatan hasil pengukurann inilah yang dikenal dengan istilah
validitas sedangkan masalah-masalah yang berkaitan dengan nketetapan hasil
pengukurann dikenal dengan istilah reliabilitas.
a. Validitas
Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang dapat dengan tepat mengukur
apa yang ingin kita ukur. Jika ingin mengukur panjang sebuah meja, amaka kita
harus dapat memilih alat ukur yang tepat yang dapat mengukur panjang meja
tersebut. Dari uraian tersebut dapat kita simpulkan bahwa validitas adalah
ketepatan hasil pengukuran.
Pengertian validitas mengacu pada ketepatan interpretasi yang dibuat dari
hasil pengukurann atau hasil evaluasi (Gronlund dan Linn, 1990). Secara umum
validitas dapat dibegakan tiga jenis, yaitu :
1. Validitas isi (content validity)
2. Validitas konstrak (constuct validity)
3. Validitas yang dikaitkan dengan kriteri tertentu (criterion related validity)
b. Reliabilitas
Untuk memperoleh pemahaman tentang reliabilitas jika melakukan
pengukuran selama beberapa kali dan hasilnya yang diperoleh sama, dapat
dikatakan bahwa alat ukur yang kita gunakan memberikan hasil pengukuran
yang reliabel (tetap, konsisten, dan stabil). Hasil pengukuran yang berhubungan
dengan aspek fisik biasanya menghasilkan reliabilitas yang sangat tinggi. Hasil
pengukurna yang berbeda akan kita temukan jika melakukan pengukuran
terhadap hal-hal yang berhubungan dengan aspek pskologi dan sosial seperti
pengukuran intelegensi, sikap, dan konsep diri. Aspek sosial psikologis tidak
dapat diukur dengan ketepatan dan konsistensi yang tinggi karena hasil
pengukuran yang diperoleh tidak terlepas dari pengaruh hal-hal di luar.
Salah satu cara untuk memperoleh reliabilitas atau ketetapan suatu hasil
pengukuran, dapat diperoleh dengan melakukan dua kali. Semakin sama skor
yang diperoleh pada pengukuran pertama dan kedua menunjukan semakin tinggi
reliabilitas set tes tersebut.
Dalam reliabilitas ada dua konsep yaitu :
1. Reliabilitas dalam arti equivalent tes
Konsep reliabilitas dalam arti equivalent tes dimaksudkan untuk
mengetahui apakah dua set tes yang digunakan pararel atau tidak.
Kepararelan dua tes tersebut dapat diperoleh dengan cara mengembangkan
dua set tes yang pararel. Jika hasilmkorelasinya tinggi, hal ini menunjukan
kedua tes tersebut pararel. Koefisein korelasinya dapat dihitung dengan cara
menggunakan formula product moment.
2. Reliabilitas konsistensi internal
Konsep reliabilitas dalam arti konsistensi internal dimaksudkan untuk
mengetahui apakah kumpulan butir soal yang ada dalam suatu set tes
tersebut dapat mengukur dimensi hasil belajar yang sama atau tidak.
Reliabilitas ini dapat diperoleh dengan mengujikan satu set tes pada satu
kelas, jawaban seluruh siswa terhadap butir soal genap dan ganjir
dikorelasikan. Teknik ini dikenal dengan nama teknik belah tengah (split
halp). Untuk menghitung koefisien korelasinya dapat digunakan rumus
product moment. Koefesin reliabilitas ini dapat dihitung dengan
menggunakan formula Kuder-Richardson versi 20 atau 21 (KR20 atau
KR21). Jika hasil korelasinya tinggi, hal ini menunjukan bahwa butir soal
dalam set tersebut adalah konsisten satu dengan yang lainnya.
B. KEGIATAN BELAJAR 2
ANALISIS DAN PERBAIKAN INSTRUMEN
1. Mengapa Analisis Butir Soal Penting ?
Dengan melakukan analisis butir soalnya sebetulnya kita dapat memperoleh
banyak informasi yang bermanfaat baik untuk kita sebagai guru, siswa dan proses
pembelajaran yang telah kita lakukan. Dengan menganalisis butir soal kita dapat
meningkatkan kualitas butir soal tersebut.
Menurut Nitko (1983) analisis butir soal menggambarkan suatu proses
pengambilan data, dan penggunaan informasi tentang tiap-tiap butir soal terutama
imformasi tentang respon siswa terhadap setiap lembar butir soal. Lebih lanjut
dikatakan bahwa arti penting penggunaan analisis butir soal adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah butir soal yang disusun sudah berfungsi sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh penyusun soal.
2. Sebagai umpan balik bagi siswa untuk mengetahui kemampuan mereka dalam
mengetahui suatu materi.
3. Sebagai umpan balik bagi guru untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang
dialami siswa dalam memahami suatu materi.
4. Sebagai acuan untuk merevisi soal.
5. Untuk memperbaiki kemampuan guru dalam membuat soal.
2. Daya Beda
Daya beda butir soal memiliki pengertian seberapa jauh butir soal tersebut
dapat membedakan kemampuan individu peserta tes. Peserta tes didukung potensi
daya beda yang baik, akan mampu membedakan peserta didik yang mempunyai
kemampuan tinggi (pandai) dengan peserta didik yang memiliki kemampuan
rendah (kurang pandai).
Daya beda butir soal dapat dihitung menggunakan rumus :
D = P - P
Dimana :
D = indeks daya beda butir soal
P = proporsi kelompok atas yang menjawab benar
P = proporsi kelompok bawah yang menjawab benar
Yang dimaksud dengan siswa kelompok siswa atas adalah kelompok siswa yang
memperoleh skor tinggi sedangkan yang dimaksud dengan siswa kelompok bawah
adalah kelompok siswa yang memperoleh skor rendah setelah mengerjakan satu set
tes suatu mata pelajaran.
Secara teoritis indek daya beda soal akan tercapai apabila semua kelompok
siswa atas dapat menjawab benar dan kelompok siswa bawah dapat menjawab salah.
Butir soal yang kunci jawabannya mempunyaui indeks daya beda negatif adalah butir
soal yang kurang baik karena butir soal tersebut tidak dapat membedakan siswa yang
pandai dan siswa yang kurang pandai. Butir soal mempunyai daya beda yang baik jika
dianalisis kuncinya mempunyai daya beda positif dan pengecohnya mempunyai daya
beda negatif. Menurut Fernandes (1984) kategori indks daya beda butir soal adalah
sebaagi berikut ;
D 0,40 = sangat baik
0,30 D < 0,40 = baik
0,20 D < 0,30 = sedang
D < 0,20 = tidak baik
3. Bagaimana Cara melakukan Analisis Secara Sederhana ?
Untuk melakukan analisis butir soal secara sederhana, ada beberapa langkah
yang dapat dilakukan :
1. Hitunglah jumlah jawaban yang benar untuk seluruh siswa
2. Berdasar jumlah jawaban yang benar susunlah skor dari tertinggi ke terendah
3. Berdasarkan urutan skor tersebut tentukan siswa yang termasuk ke dalam
kelompok atas dan kelompok bawah (bisa menggunakan rambu-rambu Nitko)
4. Hitunglah jumlah siswa dalam kelompok atas yang memilih tiap-tiap alternatif
jawaban yang disediakan.
5. Dengan cara yang sama hitung jumlah siswa dalam kelompok bawah yang
memilih tiap-tiap alternatif jawaban yang disediakan
6. Hitung jumlah peserta tes (kelompok atas, tengah dan bawah) yang menjawab
benar
7. Hitung tingkat kesukaran butir soal dan daya beda dengan menggunakan rumus
yang telah disediakan.
D = . - .
N (skor maks skor min)
Dimana :
: jumlah skor kelompok atas
: jumlah skor kelompok bawah
N : 25 % peserta didik
skormaks : skor maksimal tiap butir tes
skormin : skor minimal tiap butir tes
MODUL 6
PEMBERIAN NILAI DAN TINDAK LANJUT HASIL
PENILAIAN
A. KEGIATAN BELAJAR 1
1. Prinsip-prinsip Pemberian Nilai
Untuk dapat melaksanakan sistem pembelajaran berbasis kompetensi guru
haruss mempersiapkan proses pembelajaran dengan mengembangkan acuan sistem
pembelajaran. Maksud dikembangkannya cuan tersebut adalah agar proses
pembelajaran dapat terarah dalam hal pengalaman belajar yang diperoleh siswa dan
pencapaian/ penguasaan kompetensi. Produk persiapan pembelajaran yang dimiliki
guru sekurang-kurangnya adalah sebagai berikut :
1. Matriks kompetensi belajar (learning competence matrix)
2. Program penilaian otentik berkelanjutan continus authentic assesment).
Sistem penilaian dalam KBK adalah penilaian kelas otentik (authentic
assesment)/ penilaian kelas. Penilaian kelas adalah proses pengumpulan informasi
oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak
didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan, atau
menunjukan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan telah benar-
benar dikuasai oleh siswa.
Penilaian kelas adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang
perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui
berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan, atau menunjukan
secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan (kompetensi) telah benar-
benar dikuasai dan dicapai.
5. Peta perkembangan
Peta perkembangan hasil belajar adalah laporan hasil belajar yang dibuat dalam
bentuk garis kontinuum (grafik perkembangan) yang memuat deskripsi dan uraian
perkembangan kemampuan atau kompetensi hasil belajar siswa. Hal utama yang
harus ada dalam peta perkembangan siswa adalah deskripsi tentang kemampuan
atau kompetensi atau keterampilan siswa yang dikembangkan dan diserta dengan
contoh-contoh tugas atau hasil kerja siswa yang menggambarkan kemampuan
tersebut.
6. Evaluasi diri siswa
Penilaian diri (Self Assesment) adalah suatu teknik penilaian yang dilakukan
sendiri oleh guru atau siswa yang bersangkutan untuk kepentingan pengelolaan
kegiatan belajar mengajar. Penilaian diri dapat dilakukan dengan cara meminta
siswa untuk menilai dirinya sendiri dengan jujur. Teknik penilaian diri dapat
mengukur aspek kognitif, afektif dan psikomotor
7. Penilaian afektif
Penilaian afektif adalah penilaian terhadap reaksi seseorang atau peserta didik
tentang suatu objek.
8. Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan
pada berbagai informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan siswa
dalam satu periode tertentu. Informasi perkembangan siswa tersebut dapat berupa
karya siswa dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh siswanya, hasil
tes (bukan nilai), piagam penghargaan atau bentuk informasi lain yang terkait
dengan kompetensi tertentu dalam satu mata pelajaran.
Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan siswa sendiri dapat
menilai perkembangan kemampuan siswa dan terus melakukan perbaikan.
Dengan demikian, portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan
belajar siswa. Berikut contoh karya-karya yang dapat dimasukkan dalam penilaian
portofolio: Puisi; Karangan; Gambar/tulisan; Peta/denah; Desain; Paper; Laporan
observasi; Laporan penyelidikan; Laporan penelitian; Laporan eksperimen;
Sinopsis; Naskah pidato/kotbah; Naskah drama; Doa; Rumus; Kartu ucapan; Surat;
Komposisi musik; Teks lagu; Resep masakan
Portofolio dapat digunakan untuk menilai perkembangan siswa dalam ilmu-
ilmu sosial, seperti menganalisis masalah-masalah sosial, bahasa, seperti menulis
karangan, dan matematika, seperti pemecahan masalah-masalah matematika.lebih
tepat digunakan untuk menilai kemampuan menulis siswa untuk berbagai tujuan
dan pembaca. Kumpulan tulisan siswa ini merupakan refleksi perkembangan
berfikir mereka.
Tujuan utama dari penilaian berbasis kelas adalah untuk memantau kemajuan
dan pencapaian belajar siswa sesuai dengan matrik kompetensi belajar yang telah
ditetapkan.
B. KEGIATAN BELAJAR 2
1. Penilaian Diberbagai Jenjang Pendidikan
Landasan hukun pelaksanaan penilaian dijenjang Pendidikan dasar dan
menengah adalah UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional pendidikan.
Sejalan dengan otonomi daerah, Pemerintah daerah dapat membuat kebijakan yang
mengatur secara khusus pelasanaan penilaian pendidikan diwilayahnya denga tetap
berlandaskan kepada kebijakan umum yang bersifat nasional.
KB 2
JenisdanFungsiPeniliaandalampembelajaran
TES FORMATIF 2
KB 3
PerencanaanTes
TES FORMATIF 3
1. Faktor pembatas yang harus diperhatikan dalam penyususnan kisi-kisi adalah...
D. waktu ujian yang disediakan
2. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam penyusunan kisi-kisi tes adalah tersebut
dibawah ini kecuali...
B. penguasaan materi siswa
3. Validitas tes hasilbelajar dapat dilihat pada perencanaan tes yaitu pada penentuan...
A. Jumlah sampel materi yang akan diujikan
4. Jika dalam interprestasi hasil tes anda akan menggunakan Penilaian Acuan Kriteria
maka dalam membuat perencanaan tes anda dapat mengabaikan faktor...
D. sebaran tingkat kesukaran butir soal.
5. Fungsi perencanaan tes dalam pengembangan tes hasil belajar adalah sebagai..
B. Pedoman dalam penyusunan alat evaluasi
6. Jika dalam kisi-kisi tes pilihan ganda dicantumkan bahwa butir soal yang harus dibuat
adalah mengukur proses berpikir pemahaman maka butir soal yang cocok dengan
permintaan kisi-kisi tersebut adalah...
B. Tindakan Indonesia tidak ikut menjadi anggota Pakta Warsawa dan Neto sesuai
dengan prinsip
a. Dasasila Bandung
b. Pancasila
c. Politik luar negeri yang bebas aktif
d. Piagam PBB
7. Kisi-kisi mata pelajaran Biologi akan dapat dipertanggung jawabkan kualitasnya jika
dibuat oleh...
B. peerkumpulan guru biologi
8. Jika tes akan digunakan untuk seleksi dalam penerimaan siswa baru maka sebaran
tingkat kesukaran butir sola yang harus dibuat dalam perencanaan tes adalah...
D. sebagian besar butir soal sedang
9. Jika waktu ujian yang disediakan untuk mengerjakan tes mata pelajaran IPS adalah 90
menit maka jumlah butir soal tes piliohan ganda yang tepat untuk ditulis dalam
perencanaan tes adalah...
B. 60 butir
10. Jika dalam proses pembelajaran .Anda melatihkan sampai dengan proses berpikir analis
maka penentuan jenjang proses berpikir dalam perencanaan tes yang harus dibuat
adalah...
B. sampai dengan analisis
MODUL 3
PENGEMBANGAN ASESMEN ALTERNATIF
KB 1
KonsepDasarAsesmentAlternatif
TES FORMATIF 1
1. Ciri asesmen tradisional yang membedakan dengan asesmen alternatif adalah ...
D. hanya mengandalkan tes tertulis
2. Berikut ini adalah ciri-ciri asesmen alternatif, kecuali ...
B. asesmen merupakan bagian yang terpisah dari proses pembelajaran
3. Ujian Nasional yang diadakan bagi siswa-siswa sekolah mulai SD sampai dengan SMA
merupakan contoh penerapan asesmen ...
A. tradisional
4. Alat ukur yang menjadi andalan dari asesmen tradisional adalah ...
C. tes tertulis
5. Kemampuan siswa dalam olah raga, olah rasa, dan olah karsa harus dikembangkan
bersama-sama dengan olah pikir. Pernyataan tersebut merupakan penerapan dari teori
...
A. Multiple intellegence
6. Keeton dan Tate menyatakan: learning in which the learners is directly in touch with
the reality being studied. Pernyataan tersebut merupakan landasan dari pelaksanaan
asesmen ...
C. otentik
7. Keunggulan asesmen alternatif dari asesmen tradisional adalah ...
D. asesmen terintegrasi dengan proses pembelajaran
8. Jika jumlah siswa Anda lebih dari 100 maka asesmen yang tepat untuk digunakan
adalah ...
A. tradisional
9. Reliabilitas hasil pengukuran yang tinggi akan dapat Anda peroleh jika Anda
melakukan asesmen model ...
A. tradisional
10. Dalam pelaksanaan asesmen alternatif, guru lebih berperan sebagai ...
B. fasilitator
KB2
BentukAsesmentKinerja
TES FORMATIF 2
1. Informasi kinerja siswa dapat diperoleh dengan menggunakan tagihan-tagihan berikut
ini, kecuali ...
A. tes pilihan ganda
2. Syarat utama dalam penyusunan tugas asesmen kinerja adalah ...
C. tugas berhubungan dengan kehidupan nyata siswa
3. Tugas yang sesuai untuk menilai kinerja siswa dalam bekerja sama dengan siswa lain
adalah ...
B. kerja kelompok
4. Langkah awal yang harus dilakukan untuk membuat tugas adalah ...
B. mengidentifikasi pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki siswa
5. Tujuan utama dari penilaian kinerja adalah untuk menilai ...
D. kualitas kinerja siswa
6. Jika dibandingkan dengan holistic rubric maka penilaian kinerja dengan menggunakan
analytic rubric akan memberikan penilaian yang lebih ...
A. tepat
7. Kelemahan penilaian dengan menggunakan holistic rubric adalah ...
B. tidak reliabel
8. Alat berikut yang mampu menghasilkan hasil penialian dengan ketetapan paling tinggi
untuk menilai kinerja siswa dalam membaca puisi adalah ...
B. analytic rubric
9. Dimensi kinerja yang dapat digunakan untuk menilai kinerja siswa dalam menyanyi
adalah seperti tersebut di bawah ini, kecuali ...
B. pengetahuan tentang musik
10. Kapan rubric yang akan digunakan untuk menilai kinerja siswa dibuat?
A. segeradibuatsetelahpembuatan tugas
KB 2
BentukAsesmanKinerja
TES FORMATIF 3
1. Langkah pertama yang harus dilakukan dalam asesmen portofolio adalah ...
C. menentukantujuan
2. Pengertian portofolio mengacu pada ...
C. kumpulan karya siswa yang menunjukkan hasil dan perkembangan belajar siswa
3. Yang termasuk dalam langkah persiapan asesmen portofolio adalah ...
A. memberitahusiswatentang pelaksanaan portofolio
4. Selama pelaksanaan portofolio, tugas utama guru adalah ...
D. memotivasisiswa
5. Kriteria penilaian untuk menilai portofolio ditetapkan oleh ...
B. guru dansiswa
6. Kapan penetapan kriteria penilaian disepakati ?
B. awalpembelajaran
7. Penilaian portofolio dilakukan pada saat ...
D. selamapembelajaran
8. Kegiatan asesmen berikut ini memberikan kesmpatan kepadasiswauntukmelakukanself
assessment, kecuali ...
A. Asesmentradisional
KB 4
PeniliaanRanahAfektif
TES FORMATIF 4
1. Yang menjadibidanggarapan ranah afektif adalah ...
D. konsepdirisiswa
2. Menurut Kratwolh urutan level afektif mulai dari yang paling rendah adalah ...
D. receiving valuing responding
3. Setiap pagi Andi selalu bangun pukul 05.00. Menurut Kratwohl afektif Andi berada
pada tingkatan ...
A. characterization
4. Hasil penilaian sikap terhadap orang yang lebih tua paling baik dilakukan dengan cara
...
D. pengamatanterselubung
5. Langkah yang paling sulit dalam mengembangkan instrumen afektif adalah ...
C. membuatindikator
6. Berikut ini merupakan tujuan uji coba instrumen afktif di lapangan, kecuali ...
D. mengambilkesimpulanpenelitian
7. Penilaian yang paling sulit dilakukan adalah penilaian tentang ...
A. sikap
8. Teori psikologi yang mendukung pengembangan afektif dalam pembelajaran adalah
teori ...
B. Multiple intellegencedari Gardner
MODUL 4
PENGUMPULAN DAN PENGOLAH INFORMASI HASIL BELAJAR
KB 1
MengumpulkandanmengolahInformasiHasilBelajar
TES FORMATIF 1
1. Pemeriksaan lembar jawaban siswa secara manual lebih efisien jika untuk ...
B. siswasedikit
2. Dari 50 butirtes pilihan ganda dengan 5 alternatif jawaban, Andidapatmenjawabbenar
40 butir. Berapa persen pengusaan materi Andi terhadap materi tes tersebut jika dalam
penskorannya diberlakukan formula tebakan ?
C. 75,0 %
3. Akibat yang terjadi jika dalam penskoran tes pilihan ganda diberlakukan formula
tebakan adalah ...
C. butirsoal yang sulit tidak dikerjakan siswa
4. Berikut ini adalah upaya untuk meningkatkan reiabilitas hasil pemeriksaan tes uraian,
kecuali ...
B. satubukujawabansiswa diperiksa oleh satu orang
5. Dari 15 indikator yang disusun dalam daftar cek, Ida mampu melakukan 12 indikator
dengan baik. Berapakah presentase keberhasilan Ida ?
D. 80,0 %
6. Persyaratan yang harus dipenuhi agar lembar jawaban dapat diperiksa dengan bantuan
mesin scanner adalah ...
C. (2) lembarjawabandiisi dalam scannable form
(3) lembarjawabandiisi dengan pensil 2B
7. Cara mengurangi unsur subjektivitas dalam pemeriksaan tes uraian adalah ...
B. (1) tesdiberikandalam bentuk uraian terbatas
(2) tesdiberikandalam bentuk uraian terbuka
8. Pengolahan data yang diperoleh dari daftar cek tergantung pada jumlah ...
D. (1) indikator
(2) jumlahindikator yang dikuasai siswa
(3) jumlahskor yang diperoleh siswa
KB2
PendekatandalamPemberianNilai
TES FORMATIF 2
1. Contoh penerapan pendekatan Penilaian Acuan Norma adalah ...
2. Contoh penetapan pendekatan Penilaian Acuan Kriteria adalah ...
3. Dalam tes akhir semester IPS di empat sekolah diperoleh data sebagai berikut :
Nama Sekolah Rata-rata SB
SD Keputraan 1 67,43 12,32
SD Keputraan 2 67,69 7,78
SD Keputraan 3 68,23 12,09
SD Keputraan 4 66,54 11,56
Berdasarkan data tersebut, sebaran hasil tes yang paling homogen dicapai SD ...
B. Keputraan 2
4. Berdasar data padasoal nomor 3, sekolah yang paling berhasildalam proses
pembelajaran IPA adalah SD ...
B. Keputraan 2
5. Pendekatan penilaian Acuan Norma tepat digunakan dalam sekolah yang menerapkan
sistem pembelajaran ...
D. berbasiskelompok
6. Perhatikan hasil pengukuran sikap Tika terhadap mata pelajaran matematika berikut ini.
Ya Tidak
Indikator Skor
Saya senang belajar matematika 5 4 3 2 1
Saya senang mengerjakan PR matematika 5 4 3 2 1
Saya sering berdiskusi masalah matematika 5 4 3 2 1
Saya sering bertanya kepada guru tentang 5 4 3 2 1
matematika
Saya memiliki banyak buku matematika 5 4 3 2 1
1. Unsur unsur penilaian ketrampilan menganyam berikut ini termasuk dalam ranah
afektif, kecuali.
C. Ketepatan waktu penyelesaian tugas menuntut adanya ketrampilan teknis yang
memadai.
2. Unsur kekuatan hasil anyaman pada penilaian ketrampilan menganyam termasuk dalam
ranah kemampuan.
B. untuk membeuat anyaman yang kuat diperlukan ketrampilan teksnis yang
memadai pula.
3. Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, Siswa S memperoleh skor hasil ujian 72,
sedangkan skor tertinggi di kelasnya adalah 85, dengan batas lulus kompetensi 75.
Dengan mengacu kepada Kurikulum Berbasis Kompetensi, maka penilaian yang
diberikan kepada siswa S adalah.
C. skor 72 lebih kecil dari batas lulus 75
4. Skor skor nilai berikut ini yang tepat disampaikan kepada siswa dalam bentuk chart
sebagai gambaran pencapaian kompetensi adalah.
D. hasil tes sumatif merupakan indicator pencapaian beberapa kompetensi dasar
dalam standar kompetensi.
5. Berikut ini yang menunjukkan adanya ketidak terpisahan antara penilaian dan sistem
pembelajaran yang berbasis kompetensi adalah
D. penilaianmebncakuppenilaian proses dan hasil belajar. Efektivitas pembelajaran
dapat ditingkatkan jika didukung dengan penilaian yang efektif.
6. Padasaatmelakukan proses pembelajaran guru melakukan pencatatan terhadap isi
pembahasan diskusi yang dilakukan siswa. Dari pencatatan itu guru mengetahui ada
siswa yang membahas topic diskusi dengan kritis, dan ada pula yang jawabannya hanya
bersifat spontan . Dapat disimpulkan bahwa guru telah menerapkan prinsip penilaian
B. Penilaiantidakhanyamencakup hasil belajar melainkan juga penilaian proses.
7. Berikut ini adalah perilaku guru dalam penilaian yang sesuai dengan prinsip prinsip
penilaian kelas, kecuali
B. Penilaiankelastidak berorientasi kepda materi
pelajaranmelainkankepadastandarkompetensiyang harus dicapai olehsiswa
(competency referenced)
8. Berdasarkankurikulum yang berbasis kompetensi, tidakan guru yang harus dilakukan
setelah proses pembelajaran adalah.
D. PenilaianKelasmengacukepada kemampuan ( Competency referenced )
9. Setelah melakukan kegiatan pembelajaran, guru melihat kembali langkah langkah
penilaian yang telah dilakukan selama proses pembelajaran di kelas berdasarkan
rencana pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Tindakan guru tersebut sesuai
dengan tujuan penilaian kelas dalam hal
A. salah satu tujuan penilaian adalah menelusuri apakah proses
pembelajarananakdidiktetapsesuai dengan rencana.
10. Padaakhir proses pembelajaran guru mengetahui bahwa hanya 15 % dariseluruhsiswa
yang mengikuti pembelajaran telah mencapai standar kompetensi minimal yang telah
ditetapkan. Hal tersebut menunjukkan adanya fungsi penilaian kelas dalam hal
C. efektivitas proses
pembelajaranditunjukkandengantingkatpencapaiansiswaterhadapkemampuan
yang telah ditetapkan.
KB 2
Peniliaan di berbagijenjangpendidikan
TES FORMATIF 2
1. Sebelum pelaksanaan otonomi daerah, pada setiap akhir tahun ajaran selalu
dilaksanakan EBTA dan EBTANAS. Dengan dilaksanakannya otonomi daerah, maka
pengukuran hasil belajar semacam EBTA / EBTANAS
C. alatukursemacam EBTA / EBTANAS tetap diperlukan.Hasilpengukuran EBTA
/EBTANAS dapatmenjadipedoman bagi sekolah untuk menentukan
kedudukannya terhadap sekolah lain atau terhadap kemampuan secara nasional.
Tanpa alat ukur semacam EBTA/EBTANAS, sekolah akan berjalan sendiri
sendiri tanpa ada patokan tentang kedudukannya.
2. Tujuan dilaksanakannya EBTA ? EBTANAS adalah
A. untukmemperolehukuran indicator patokan kualitas hasil belajar .Denganadanya
EBTA / EBTANAS kita dapat menjadikannya sebagai pedoman untuk
menentukan kedudukan sekolah terhadap kemampuan secara nasional.
3. Menurut pedoman pelaksanaan penilaian SMA penulisan skor rata rata
ulanganhariandantugas tugas yang diperoleh selama satu semester adalah
C. tidak lulus
4. SkorAndidalampelajaran Bahasa Inggris tercatat sebagai berikut. Ulangan harian :
8,75; 6,80; dan 8,25; Ujian akhir semester : 8,35, Menurut Pedoman Pelaksanaan
Penilaian SMA, Nilai rapor Andi untuk pelajaran Bahasa Inggris adalah
B. 8,21 : 8,75 + 6,80 + 8,25 = 23,80 = 7,93
3 3
NA = NH + 2 NU = 7,93 + ( 2 x 8,35 ) = 8,21
3 3
5. Ketentuan pemberian nilai dengan tambahan + ( plus ) atau ( minus) seperti B+, B-,
C+, C- atau A+, dan A- adalah
B. dapatdilakukan, disertairambu rambu yang menjelaskan artinya
6. Indeks prestasi dan Indeks Prestasi Kumulatif yang diperoleh Anto untuk semester 3
jika diketahui SKS, Nilai dan Bobotnya sepertidibawahiniadalah..
Semester Jumlah SKS Bobot x SKS Indeks Prestasi
1 18 50 2.78
2 22 54 2,45
3 16 45 .
A. 2,81dan 2,66
7. Mahasiswa MS mempunyai catatan nilai dan ketentuan penghitungan bobot nilai mata
kuliah MK sebagai berikut
Ujian Skor
Keha Akhi
Nama Tugas Tugas Tengah Nila
diran Akhir r
Mhs Semest i
Semester Sem
er
ester
10% I II Jml Rer 20 skor 3 Sko 40
ata % 0 r %
%
135, 67,5 13,5
MS 8,0 60,0 75,0 85,0
0
8. Penetapan jumlah SKS yang harus ditempuh oleh mahasiswa sebagai syarat ketulusan
suatu program pendidikan dilakukan oleh
B. Perguruan tinggi
9. Pada akhir semester program studi yang ditempuhnya, seorang mahasiswa program
Magister memperoleh IPK kumulatif 3,39. Predikat kelulusan yang diberikan kepada
mahasiswa tersebut adalah.
A. Memuaskan
10. Berikut ini adalah criteria penetapan naik kelas untuk siswa SMA, kecuali.
C. memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir
untukkelompokmatapelajaran Agama danAkhlak mulia
KB 3
PemanfaatanHasilTesUntukMeningkakan Proses Pembelajaran
TES FORMATIF 3
1. Fungsi pre test ialah..
C. Mengetahui penguasaan siswa terhadap kompetensi dasar yang akandicapai
2. Pre test dan post test dapat dimanfaatkan untuk menilai..
B. keberhasilanpelaksanaan program
3. Jika Anda melaksanakan pre test dan post test maka alat ukur yang digunakan untuk
pre test dan post test adalah..
C. paralel
4. Kesulitan belajar siswa dapat diketahui dengan melakukan..
C. diagnostic tes
5. Hasil test formatif dapat dimanfaatkan untuk..
B. memperbaiki program pembelajaran
6. Jika dari hasil tes formatif terdapat 40 % siswa yang belum dapat menguasai konsep
arus listrik maka guru harus mengadakan program remedial. Program remedial yang
dilakukan akan efektif jika dilakukan.
B. secaraklasikal
7. Jenis tes berikut ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas program
pembelajaran, kecuali.
C. tessumatif