Anda di halaman 1dari 5

Referat

KELAINAN KULIT HIPERPIGMENTASI

Oleh:
Citra Indah Sari, S.Ked
04054821618084

Pembimbing:
dr. Fitriani, Sp.KK, FINSDV

BAGIAN/DEPARTEMEN DERMATOLOGI DAN VENEREOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2017
HALAMAN PENGESAHAN

Referat

KELAINAN KULIT HIPERPIGMENTASI

Oleh:
Citra Indah Sari, S.Ked
04054821618084

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti ujian kepaniteraan
klinik senior di Bagian/Departemen Dermatologi dan Venereologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya Rumah Sakit Umum Pusat dr. Mohammad Hoesin Palembang periode
6 November 10 Desember 2017.

Palembang, November 2017


Pembimbing,

dr. Fitriani, Sp.KK, FINSDV


Kelainan Kulit Hiperpigmentasi
Citra Indah Sari, S.Ked
04054821618084
Pembimbing: dr. Fitriani, SpKK, FINSDV
Referat Dokter Muda Departemen Dermatologi dan Venereologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/RSUP Dokter Mohammad Hoesin
2017

PENDAHULUAN
Kulit merupakan organ terluar dari tubuh dan membatasi organ dalam dengan dunia
luar. Kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu, epidermis, dermis dan subkutis. Warna kulit
seseorang ditentukan oleh sel melanosit yang berada pada stratum basale di epidermis.
Perbedaan warna kulit tidak hanya disebabkan oleh jumlah melanosit tetapi ukuran dan
distribusi melanin juga ikut berperan dalam menentukan warna kulit seseorang.
Selain melanin, hemoglobin dan karotenoid juga berkontribusi terhadap warna kulit.
Warna kulit normal terdiri dari campuran empat biokrom, yaitu; melanin (coklat),
hemoglobin tereduksi (biru), oksihemoglobin (merah), dan karotenoid (kuning). Warna kulit
yang tidak normal disebabkan oleh ketidakseimbangan pigmen tersebut.
Hiperpigmentasi adalah keadaan yang terjadi baik dalam keadaan fisiologis maupun
patologis dimana sebagai respon terhadap pajanan sinar ltraviolet (UV), proses inflamasi,
hormon, dan obat. Etiologi terjadinya hiperpigmentasi yang patologis belum diketahui secara
pasti. Peningkatan melanin di epidermis menyebabkan kondisi yang disebut hipermelanosis.
Keadaan ini terdiri atas dua tipe, yaitu: peningkatan jumlah melanosit yang memproduksi
melanin disebut melanositik hipermelanosis (lentigo) atau peningkatan produksi melanin
tanpa penambahan jumlah melanosit disebut melanotik hipermelanosis (melasma dan efelid).
Kelainan hiperpigmentasi seperti melasma dan hiperpigmentasi post inflamasi adalah
kelainan hiperpigmentasi didapat tersering. Maka dari itu

LENTIGO

MELASMA
Melasma atau yang biasa disebut Chloasma, merupakan keadaan hiperpigmentasi yang
sering ditemukan di bagian tubuh yang terpajan sinar ultraviolet, seperti wajah. Melasma juga
dikaitkan dengan kehamilan, penggunaan alat kontrasepsi atau akibat konsumsi obat.
melasma banyak ditemukan pada usia dewasa muda, terbanyak diusia 30-44 tahun. Melasma
banyak dijumpai pada wanita walaupun dapat pula pada pria (10%). Di Indonesia angka
kejadian wanita dibanding pria yaitu 24:1
Melasma sering ditemukan pada orang berkulit coklat atau hitam (Asia, India, Amerika
Selatan), mereka yang menggunakan alat kontrasepsi yang mempengaruhi hormon dan pada
kelompok yang tinggal di daerah tropis.
Faktor penyebab terbentuknya melasma ada beberapa, yaitu:
1. Sinar ultraviolet
pajanan sinar matahari dapat merusak gugus sulfhidril di epidermis yang merupakan
penghambat enzim tirosinase dengan cara mengikat ion Cu dari enzim tersebut
sehingga memacu melanogenesis.
2. Hormon
pada kehamilan ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron menjadi
penyebab terjadinya melasma yang mulai meluas pada trimester ke-3. pada pemakaian
pil kontrasepsi, melasma tampak setelah 1 bulan sampai 2 tahun pemakaian.
3. Obat
obat yang tertimbun di lapisan dermis bagian atas dapat merangsang melanogenesis,
seperti difenihidantoin, mesantoin, klorpromasin, sitostatik, dan minosiklin.
4. Genetik
adanya faktor genetik meningkatkan risiko 20-70%.
5. Ras
lebih banyak ditemukan pada golongan kulit berwarna gelap
6. Kosmetik
kosmetik yang mengandung parfum, zat pewarna atau bahan tertentu dapat
menyebabkan fotosensitivitas yang dapat menyebabkan hiperpigmentasi jika terpajan
sinar matahari.
7. Idiopatik

Lesi pada melasma biasanya muncul dalam beberapa minggu setelah terpajan sinar
matahari. Lesi berbentuk makula hiperpigmentasi, warna dan intensitasnya bergantung pada
fototipe kulit pasien. Bercak hiperpigmetasi biasanya berwarna sama atau dapat juga berbeda-
beda. Lesi biasanya bersifat simetris, dengan tepi bergerigi dan ireguler menyerupai peta.
masih banyak yang belu diketahui mengenai patogenesis melasma.
Pada pemeriksaan lampu wood didapatkan penebalan warna pada makula. Melasma
biasanya didiagnosis banding dengan hiperpigmentasi post inflamasi. melasma dapat
menghilang secara spontan setelah beberapa bulan setelah melahirkan atau setelah
penghentian konsumsi kontrasepsi yang mempengaruhi hormon.
Penatalaksanaan melasma dibagi menjadi umum dan khusus. Secara umum diberikan
edukasi berupa pemakaian tabir surya setiap pagi. Penatalaksanaan khusus secara topikal
dapat diberikan larutan hidrokuinon 3% dan krim 4%, krim asam azelat 20%, dan kombinasi
dari flukinolon 0,01%, hidrokuinon 4% dan tretinoin 0,05%. Krim hidrokuinon 4% dapat
dicampur dengan krim tretionin 0,05% atau asam glikolik oleh farmasi.

HIPERPIGMENTASI POST INFLAMASI


hiperpigemntasi post inflamasi merupakan masalah bagi kelompok fototipe IV, V, dan
VI. bercak hiperpigmentasi ini biasa muncul bersamaan dengan jerawat, psoriasis, dermatitis
atopi atau hal lain yang menyebabkan trauma pada kulit. lesi ini menetap selama beberapa
minggu sampai bulan dan menunjukkan perubahan yang lebih cepat apabila diberikan
hidrokuinon topikal.

EFELID (FRECKLES)
RINGKASAN

Anda mungkin juga menyukai