OLEH:
DISUSUN OLEH:
Pembimbing Residen
dr. Andi Hardianty
Dosen Pembimbing
dr. Asnawi Madjid, Sp.KK(K)., MARS, FINSDV, FAADV
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................1
BAB 2. PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Anatomi..........................................................................................................3
2.2 Fisiologi..........................................................................................................5
2.3 Etiologi...........................................................................................................7
2.4 Patogenesis.....................................................................................................9
2.6 Diagnosis......................................................................................................12
2.8 Tatalaksana...................................................................................................15
2.9 Prognosis......................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Warna kulit manusia sangat tergantung dari ras atau keturunannya. Warna
kulit di turunkan secara genetik dan merupakan total pigmen melanin pada kulit.
Warna kulit ini ditentukan oleh pigmen yang terdiridari eumelanin dan
feomelanin. Eumelanin adalah pigmen basil oksidasi yang berwarna cokelat tua
dan feomelanin adalah pigmen hasil reduksi yang berwarna kuning krem.
Pengaruh sinar matahari memperbanyak pembentukan eumelanin sehingga
menghitamkan kulit. Kondisi ini banyak terjadi di negara yang beriklim tropis,
seperti Asia, Amerika Latin, dan Afrika. Eumelanin ini sangat berguna untuk
menangkal pengaruh sinar matahari yang berupa ultra violet yang berbahaya bagi
kesehatan kulit, karena bisa menyebabkan kanker kulit.1
Salah satu kelainan kulit yang paling sering dialami oleh manusia diantarnya
adalah hipopigmentasi post inflamasi. Hipopigmentasi post inflamasi merupakan
kelainan pigmen yang sangat umum. Kelainan bercak putih pada kulit ini
dikarenakan adanya penurunan dari melanin atau tidak adanya produksi melanin
dari melanosit.Hal ini bisa disebabkan oleh peradangan kulit, cidera, atau
pengobatan dermatologis. Ada juga banyak kondisi spesifik yang muncul dengan
hipopigmentasi selain hipopigmentasi post inflamasi. Gangguan ini dapat terjadi
pada semua jenis kulit. Namun, lebih umum dan lebih cenderung pada orang
dengan kulit lebih gelap, hal ini mungkin dikarenakan warnanya kontras dengan
kulit normal kulit gelap. Dikatakan bahwa tidak ada perbedaan gender dalam
kejadian hipopigmentasi post inflamasi. Penyakit yang paling sering
menyebabkan hipopigmentasi post inflamasi diantaranya psoriasis, dermatitis
seboroik, liken planus, liken striatus, dermatitis atopi, pitiriasis likenoides kronika,
mycosis fungioides, lupus eritematous semuanya dapat memberikan manifestasi
berupa hipopigmentasi.2,3
Sebagian besar kasus hipopigmentasi post inflamasi akan membaik secara
spontan dalam beberapa minggu atau bulan jika penyebab primernya berhenti.
1
Namun, dapat juga bertahan sampai berminggu-minggu setelah infeksi aktif
menghilang bahkan permanen jika ada kehancuran total dari melanosit.2,4
Hipopigmentasi post inflamasi yang terjadi pada daerah wajah, leher, atau
tangan dapat menyebabkan gangguan psikologik. Efek negatif hipopigmentasi
post inflamasi dapat memengaruhi kesehatan emosional pasien (menyebabkan
cemas dan depresi), interaksi sosial, kepercayaan diri, dan kesempatan
bekerja.Selain itu, hipopigmentasi post inflamasi ini dapat membuat stres karena
sulit untuk diobati. Pengobatan penyebab peradangan dan penggunaan tabir surya
merupakan terapi yang efektif. Hipopigmentasi post inflamasi biasanya diberikan
terapi topikal, tapi tidak untuk hipopigmentasi post inflamasi dermal. Hidrokuinon
kombinasi dengan steroid topikal, retinoid, asam glikolat, asam laktat, asam kojik,
arbutin, asam askorbat, soy, dan niasinamid merupakan beberapa terapi topikal.
Chemical peeling asam salisilat dan asam glikolat, begitu juga laser quality-
switched (QS) neodymium-doped yttrium aluminum garnet (Nd: YAG), QS Ruby,
1550 nm erbium fiber fractional thermolysis, dan 1927 nm fractional thulium
fiber menunjukkan efikasi yang baik untuk pengobatan hiperpigmentasi wajah.5
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi
3
Gambar 2. Lapisan Epidermis
2.1.2 Melanosit
Melanosit merupakan sel yang memproduksi pigmen pada kulit. Terletak
pada epidermis kulit tepatnya pada lapisan sel basal (stratum basalis).
Terdapat 1 melanosit dari setiap 4-10 sel basal keratinosit. Jumlahnya hampir
sama pada setiap orang, namun aktivitas produksinya lebih tinggi pada orang
dengan kulit yang lebih gelap. Melanosit dapat diidentifikasi dengan
sitoplasmanya yang pucat/jernih serta nukleusnya yang berwarna ungu gelap
(basofilik).7
Pada sumber lain, dikatakan bahwa 1 melanosit dikelilingi oleh sekitar 36
sel keratinosit yang menjadi target pendistribusian pigmen melanin. Struktur
molekular dari melanin juga diperuntukkan untuk perlindungan terhadap
radiasi sinar UV dari sinar matahari. Sel melanosit ini selain di kulit juga dapat
di temukan pada jaringan lain seperti system saraf pusat dan system
kardiovaskular, uvea pada mata, koklea, dan bahkan pada jaringan lemak.8
4
Gambar 3. Melanosit pada Epidermis kulit
2.2 Fisiologi
2.2.1 Fisiologi Kulit
Secara umum kulit memiliki fungsi antara lain:9
1. Perlindungan fisik terhadap gaya mekanik, sinar ultraviolet, dan
bahan kimia
2. Perlindungan imunologik
3. Ekskresi sisa-sisa cairan tubuh
4. Persepsi atau pengindera
5. Termoregulasi atau pengatur suhu
5
6. Pembentukan vitamin D
7. Kosmetik dan kecantikan
Fungsi-fungsi tersebut lebih mudah dipahami dengan meninjau struktur
mikroskopik kulit yang terbagi menjadi 3 lapisan: Epidermis, Dermis, dan
Subkutis. Dalam menjalankan berbagai fungsi diatas, ketiga lapisan tersebut
bertindak sebagai satu kesatuan yang saling terikat.9
2.1.2 Melanogenesis
Melanosit mengandung melanosom, yang merupakan organel sel
berbentuk seperti lisosom dan berfungsi dalam sintesis (melanogenesis) dan
penyimpanan melanin sebelum didistribusikan ke keratinosit sekitarnya. Proses
biosintetsis melanin baik eumelanin maupun feimelanin memerlukan enzim
yang merupakan precursor inisisasi tirosin, yaitu tirosinase. Enzim tirosinase
bergantung pada tembaga dan berperan dalam proses awal katalisis untuk
mengonversi tirosin menjadi L-3,4-dihydroxyphenylalanine (DOPA), dan
selanjutnya teroksidasi menjadi DOP-Aquinone (DQ). Sistein selanjutnya akan
mengubah DQ menjadi sisteinil DOPA, dan akan teroksidasi, juga
terpolimerisasi menjadi feomelanin yang berwarna kuning kemerahan, dan
merupakan melanin yang dapat larut. Jika tak ada senyawa thiol (sistein dan
glutation atau thioredoxin), DQ akan langsung menjadi DOPAchrome yang
berwarna coklat kehitaman. DOPAchrome secara spontan akan kehilangan
asam karboksilat dan 5,6 dihydroxyindole (DHI) yang segera teroksidasi dan
terpolimerisasi menjadi coklat kehitaman. DOPAchrome tautomerase
(TYRP2/DCT) akan mengubah DOPAchrome menjadi DHI-2-carboxyl acid
(DHICA). Selanjutnya tirosinase dan TYRP1 akan mengonversi menjadi
melanin yang berwarna coklat terang. Melanin DHI dan melanin DHICA
berwarna coklat kehitaman yang disebut sebagai eumelanin.10
6
Gambar 5. Skema Jalur Biosintesis Melanin
2.3 Etiologi
7
kortikosteroid topikal kuat digunakan. Depigmentasi mirip-vitiligo telah
dilaporkan sebagai konsekuensi dari Dermatitis Atopi yang parah.2
2.3.2 Dermatosis
8
2.4 Patogenesis
9
melanin (Jumlah melanosit dalam keadaan normal). Adapun keadaan lain yang
dapat menyebabkan hipopigmentasi yaitu penambahan zat inhibitor enzim
tirosinase yang juga dapat menurunkan produksi melanin. Mekanisme terjadinya
hipoigmeentasi terbagi atas dua. Pertama, adanya faktor pemicu yang akan
menghibisi kerja enzim tirosinase, enzim tirosinase ini berperan penting dalam
sintesis melanin sel melanosit. Keadaan ini kemudian akan menurunkan produksi
melanin sehingga jumlah melanin yang disintesis oleh sel melanosit akan
menurun. Akibatnya, pada kulit akan terlihat sebagai bercak yang berwarna lebih
putih dari kondisi normal. Mekanisme ke dua terjadinya hipopigmentasi adallah
adanya faktor pemicu lainnya, terutama microorganisme superficial yang
menutupi permukaan kulit yang akan meenghambat masuknya sinar matahari ke
bagian kulit lebih dalam. Sinar matahari berperan dalam pegaktifan enzim
tirosinase, maka apabila terjadi hambatan pancaran matahari ke kukit, enzim
tirosinase tetap dalam keadaan inaktif sehingga proses melanogenesis tidak
berlangsung.1
10
2.5 Gejala Klinis
11
Gambar 9. Lichen Stratus Gambar 10: Dermatitis Atopi Berat
2.6 Diagnosis
2. Histopatologi
12
untuk menegakkan diagnosis penyebab hipopigmentasi post inflamasi,
seperti pada lupus eritematosus.
1. Vitiligo
Vitiligo adalah penyakit akibat proses depigmentasi pada kulit
yang disebabkan faktor genetic maupun non-genetik dan pada
kenyataannya merupakan peristiwa autoimun pada melanosit. Terkadang
mulai sejak lahir, bisa sejak kanak-kanak, dan remaja rata-rata usia 20
tahun-an. Efloresensi berupa makula putih susu homogen yang berbatas
tegas yang kronis. Penyebarannya terbagi menjadi generalisata, lokalis,
dan universal berdasarkan Ortonne, 1983. Vitiligo juga terkait masalah
pada aspek psikologis penderita, terutama bila terlihat oleh orang lain.9
2. Pitiriasis Alba
Pitiriasis Alba adalah bentuk dermatitis yang tak spesifik dan
penyebabnya belum diketahui. Gejala klinisnya lesi asimptomatik berupa
lesi berwarna merah muda dengan skuama halus dan setelah eritem
menghilang akan menyisakan macula putih dengan skuama halus
berbentuk bulat hingga oval dengan ukuran diameter 2-4 cm. Predileksinya
13
biasanya pada kepala/pipi, lengan atas bagian eksternal, serta leher dan
tungkai.14
3. Pitiriasis Versikolor
Pitiriasis Versikolor adalah penyakit infeksi kronis asimtomatik
yang disebabkan oleh jamur Malassezia species pada stratum korneum.
Jamur jenis tersebut merupakan flora normal namun dalam suhu dan
kelembaban yang tinggi, hyperhidrosis, dan imunosupresi dapat memicu
flora ersebut untuk menginfeksi. Gambaran klinisnya berupa macula
berbentuk oval atau bulat berbatas tegas yang tersebar pada badan, leher,
dan lengan atas di lokasi terdapat banyak kelenjar sebasea. Lesi macula
tersebut dapat tampak sebagai hiperpigmentasi pada pasien yang memiliki
kulit terang dan tampak hipopigmentasi pada pasien dengan kulit yang
gelap.15
14
2.8 Tatalaksana:
1. Kortikosteroid
15
2. Pimekrolimus topical
4. Laser
2.9 Prognosis
16
BAB III
KESIMPULAN
Kelainan bercak putih pada kulit merupakan penurunan dari melanin atau
tidak adanya produksi melanin dari melanosit. Untuk memahami patofisiologi
yang mendasari gangguan kulit hipopigmentasi dan hiperpigmentasi, diperlukan
diketahui fisiologis normal proses produksi pigmen, apresiasi struktur dan fungsi
melanosit.
17
DAFTAR PUSTAKA
4. Wolff K, Johnson RA, Saavedra AP. Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis
of Clinical Dermatology. 7th Ed. USA: Mc Graw Hill Edu. 2013.
14. Habif TP & Dinulas JGH. Skin Disease Diagnosis and Treatment. 4 th Ed.
China: Elsevier. 2017.
15. Gubta AK & Foley KA. Antifungal Treatment for Pityriasis Versicolor.
Canada: J Fungi. 2015 Mar 12;3390(10). 13-14p.
18
16. Praharsini I. Manajemen Perubahan Pigmen Pasca Infeksi pada Kulit.
Indonesia: Nat Symp Dermatology and Venerology. 2016 Oct 23. 211-212p.
19