Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH IKTIOLOGI

Oleh :
Nama : Muhammad Fajar Hidayat
NIM : L1B016008
Kelompok :2
Asisten : M. Agung septian

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PURWOKERTO
2017
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM IKTIOLOGI

Oleh :

Muhammad Fajar Hidayat


L1B016008

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mengikuti Ujian Akhir Semester Mata Kuliah
Iktiologi
Di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

Disetujui,
Purwokerto, ............... 2017

Mengetahui :

Koodinator asisten Asisten

Rian Fintarji M. Agung Septian


NIM. H1H013023 NIM. L1B0150
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini, yang mana laporan ini
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas praktikum Mata kuliah ikhtiologi.
kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen ikhtiologi, serta kepada
semua pihak yang telah ikut membantu dalam penyusunan laporan ini, semoga semua amal
baik semua pihak mendapat imbalan yang belipat dari Allah SWT. aamiin.

Purwokerto, Mei 2017

Penulis
ACARA I
IDENTIFIKASI IKAN

Oleh :

Muhammad Fajar Hidayat


L1B016008

LAPORAN PRAKTIKUM IKTIOLOGI

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PURWOKERTO
2017
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Identifikasi (identification) adalah Proses penentuan identitas individu atau
spesimen suatu takson dengan contoh spesimen yang identitasnya sudah
jelas. Identifikasi merupakan pengenalan dan deskripsi yang teliti dan tepat terhadap
suatu jenis/spesies yang selanjutnya diberi nama ilmiahnya sehingga diakui oleh para
ahli diseluruh dunia. Klasifikasi adalah suatu kegiatan pembentukan kelompok-
kelompok makhluk hidup dengan cara memberi keseragaman ciri atau sifat di dalam
keanekaragaman ciri yang ada pada makhluk hidup tersebut (Novianto, 2012).
Penampilan gurame dewasa berbeda dengan yang masih muda. Perbedaan itu
dapat diamati berdasarkan ukuran tubuh, warna, bentuk kepala dan dahi. Warna dan
perilaku gurame muda jauh lebih menarik dibandingkan gurame dewasa (Sitanggang dan
Sarwono, 2001). Sedangkan pada ikan muda terdapat delapan buah garis tegak. Bintik gelap
dengan pinggiran berwarna kuning atau keperakan terdapat pada bagian tubuh diatas sirip
dubur dan pada dasar sirip dada terdapat bintik hitam (Susanto, 1989).
Identifikasi berkaitan dengan ciri-ciri taksonomi yang akan menuntun suatu
sampel kedalam suatu urutan kunci identifikasi. Jasad yang beranekaragam di alam
dikelompokan dalam kelompok yang mudah dikenal, kemudian ditetapkan ciri-ciri
penting dan senantiasa dicari pembeda yang tetap antara kelompok itu, kemudian
diberi nama ilmiah. Identifikasi penting artinya bila ditinjau dari sudut ilmiah seluruh
urutan pekerjaan selanjutnya sangat bergantung dari hasil identifikasi yang benar dari
suatu spesies. Cara mengidentifikasi ikan dapat dilakukan dengan mencari kunci
identifikasi dari ikan dengan menggunakan buku identifikasi, dalam buku identifikasi
tersebut terdapat huruf sesudah nomor yang masing-masing menunjukkan pilihan
yang tercantum pada nomor tersebut. Langkah yang selanjutnya adalah menyusun
hirarki dari kategori-kategori taksonomi. Hirarki ini pertama kali hanya meliputi lima
kategori, yaitu kelas, ordo, genus, spesies dan varietas ( Mayr dan Ashlock, 1991 ).
Tujuan
Tujuan dari praktikum acara Identifikasi Ikan adalah:
Mahasiswa dapat mengidentifikasi suatu specimen ikan tertentu dan memberikan
klasifikasinya
II. MATERI DAN METODE
2.1. Materi
2.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum acara identifikasi ikan adalah Alat bedah,
baki parafin, buku kunci identifikasi, jarum penusuk, kamera, dan pensil.
2.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum acara identifikasi ikan adalah Ikan lele,
Ikan gurame, Ikan mas, Ikan kembung, Ikan Bandeng , Ikan tawes.
2.2. Metode
Ikan diletakkan di baki paraffin. Bagian sirip atas, sirip bawah, dan sirip
ekor ditusuk dengan jarum penusuk, diusahakan sirip tidak sampai robek. Ikan
difoto lalu di gambar pada buku gambar. Kemudian dicocokkan dengan buku
identifikasi.
2.3. Waktu dan Tempat
Praktikum acara identifikasi ikan dilaksanakan pada tanggal 6 Mei 2017 di Lab
FPIK Unsoed
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
Tabel 1. Hasil identifikasi ikan air tawar, payau dan laut
N Nama Kunci Identifikasi Klasifikasi
o Ikan
1. 1 A. Rangka terdiri dari tulang benar, bertutup Kingdom:
insang .....................Subkelas Teleostei ( 2 ) Animalia
2. D. Bersisik atau tidak bersungut disekeliling
Filum:
mulut atau tidak bersungut, satu jari-jari yang
Chordata
mengeras atau empat jari-jari mengeras pada sirip
Kelas:
punggung .............Ordo Ostariophysi ( 7 )
Pisces
7. C. Duri tunggal atau terbelah mungkin ada
Ordo:
dimuka atau di bawah mata; pinggir rongga mata
Ostariophys
bebas atau tertutup oleh kulit ; mulut agak ke
i
Ikan bawah ; tidak pernah lebih dari 4
1 Famili:
Tawes sungut ....................................................................
Cyprinidae
......................... FAMILI CYPRINIDAE ( 19 )
19. C. Bibir bawah tidak terpisah dari rahang bawah Genus:
yang tidak berkulit tebal, atau terpisah dari rahang Puntius
bawah oleh turisan pada permukaan saja ; hidung Spesies:
tidak berbintil Puntius sp.
keras ......................................................................
............................... GENUS PUNTIUS ( 37 )
37 . Puntius sp.

2 Ikan 91. Gepeng, agak panjang, hidung pendek, mulut Kingdom:


Guram kecil, lubang insang sempit karena bagian Animalia
e bagian gabungan daun insang lebar ; jari jari Filum:
keras dari sirip punggung dan sirip dubur berbeda Chordata
beda jumlahnya ; sirip dubur panjang.. Kelas:
Familia Anabantidae (1193) Pisces
Ordo:
1193. Permulaan sirip punggung dibelakang dasar
sirip dada. Sirip punggung lebih pendek daripada Labyrintichi
sirip dubur. (1197) Famili:
Anabantida
1197. Sirip perut dengan satu jari jari keras & 5
e
jari- jari lemah..(1198)
Genus:
1198. Garis rusuk lengkap dengan tidak terputus Osphronem
putus .. Genus : Osphronemus us
(1208) Spesies:
Osphronem
1208. D. XII XIII. 11-13; A IX-XI. 19 21; P.2.
us gouramy
13-14;V.1.5 Sisik garis rusuk 30 33.
Osphronemus gouramy

1A. Rangka terdiri dati tulang benar, bertutup Kingdom:


insang ... subclassis TELEOSTEI (2) Animalia
Filum:
2.D. Bersisik atau tidak, bersungut di sekeliling
Chordata
mulut, atau tidak bersungut, satu jari- jari yang
Kelas:
mengeras atau empat jari jari mengeras, pada
Pisces
sirip punggung.. Ordo
Ordo:
OSTARIOPHYSI (7)
Ikan Ostariophys
3
Lele 7. B. Sirip punggung berjari jari banyak ; i
sungut 4 pasang.. Familia CLARIIDAE (18) Famili:
Clariidae
18. A. Tidak Bersirip lemak; sirip punggung
Genus:
mencapai atau bersambungan dengan sirip
Clarias
ekor.. Genus CLARIAS (33)
Spesies:Cla
33. Clarias batrachus rias
batrachus
4 Ikan 1.A. Rangka terdiri dari tulang benar, bertutup Kingdom:
Mas insang ...................Subclassis Teleostei ( 2 ) Animalia
Filum:
2.D. Bersisik atau tidak, bersungut dikelilingi mulut,
Chordata
atau tidak bersungut, satu jari-jari yang
Kelas:
mengeras atau empat jari-jari mengeras, pada
Pisces
sirip Ordo:
punggung. ......................................................... Ostariopthy
...............................ORDO OSTARIOPHYSI si
(7) Famili:
Cyprinidae
7.C. Duri tunggal atau berbelah mungkin ada
Genus:
dimuka atau dibawah mata, pinggir rongga
Cyprinus
mata bebas, atau tertutup oleh kulit, mulut
Spesies:
agak kebawah, tidak pernah lebih dari 4 helai
Cyprinus
sungut. ...............................................................
Carpio
..FAMILIA CYPRINIDAE ( 19 )

19.B. 4 sungut; 3 baris gigi kerongkongan yang


berbentuk
geraham. ...........................................................
...................................GENUS CYPRINUS
( 36 )

36. Cyprinus carpio

5 Ikan 1.A. Rangka terdiri dari tulang benar, bertutup Kingdom:


Banden insang. ..................Subklassis Teleostei ( 2 ) Animalia
g Filum:
2.B. Bersisik, tidak bersungut, tidak berjari-jari
Chordata
keras pada sirip punggung.
Kelas:
...........................................................................
Pisces
.......ORDO MALACOPTERYGII ( 5 )
Ordo:
5.A. Sirip dubur jauh dibelakang sirip Malacopter
punggung. ...................FAMILY CHANIDAE ( 13 ) gii
Famili:
13.A. Sirip ekor panjang dan bercagak, keeping
Chanidae
sebelah keatas lebih
Genus:
panjang. ............................................................
Chanos
.....................................GENUS CHANOS ( 26
Spesies:
)
Chanos
26. Chanos chanos chanos

1.A. Rangka terdiri dari tulang benar, bertutup Kingdom:


insang ...................Subclassis Teleostei ( 2 ) Animalia
Filum:
2.A. Sirip punggung dan dubur tidak
Chordata
panjang. .......................ORDO PERCOMORPHI ( 4 )
Kelas:
4.A. Badan berbentuk serutu V I 5, jari-jari lemah Pisces
sirip ekor bercabang pada pangkalnya, sirip Ordo:
kecil bercabang pada pangkalnya, sirip kecil Percomorph
dibelakang, sirip punggung dan sirip dubur i
Ikan
ada. Famili:
6 Kembu
........................................................FAMILIA Scomberida
ng
SCOMBERIDAE ( 10 ) e
Genus:
10. Tulang mata bajak dan langit-langit tidak bergigi,
Rastrelliger
sirip dubur tidak berjari jari keras, Tulang
Spesies:
saringan insang kelihatan jika mulut
Rastreliiger
terbuka. .............................................................
Sp.
.......................GENUS RASTRELLIGER
( 24 )

24. Rastlelliger sp.

3.2. Pembahasan
3.2.1. Proses Identifikasi Ikan
Identifikasi (identification) adalah Proses penentuan identitas individu atau
spesimen suatu takson dengan contoh spesimen yang identitasnya sudah jelas. Identifikasi
merupakan pengenalan dan deskripsi yang teliti dan tepat terhadap suatu jenis/spesies yang
selanjutnya diberi nama ilmiahnya sehingga diakui oleh para ahli diseluruh dunia.
Klasifikasi adalah suatu kegiatan pembentukan kelompok-kelompok makhluk hidup
dengan cara memberi keseragaman ciri atau sifat di dalam keanekaragaman ciri yang ada
pada makhluk hidup tersebut (Novianto, 2012).
Ikan yang belum diketahui atau spesies baru, umumnya diidentifikasi menggunakan
beberapa metode yaitu morfometrik, meristik. Mengidentifikasi ikan secara langsung ada
beberapa cara diantaranya secara pengelompokan, alat bantu identifikasi, menggunakan
index, katalog atau buku yang tersedia dan glosari, melakukan pengukuran karakter
morfometrik, karakter meristrik, menggunakan kunci taksonomi, menggunakan informasi
media online dan karakter DNA. Identifikasi ikan didasarkan atas morfometrik dan
meristik yang dilakukan sesuai petunjuk identifikasi. Langkah-langkah penggunaan kunci
identifikasi yaitu pada setiap nomor terdapat lebih dari dua alternatif atau dari dua
pernyataan yang berbeda. Pengidentifikasi diharuskan memilih salah satu alternatif yang
sesuai dengan ciri spesimenikan. Jika alternatif pertama tidak sesuai, maka diharuskan
memilih alternatif yang kedua ( Saanin, 1984 ). Identifikasi berkaitan dengan ciri-ciri
taksonomi yang akan menuntun suatu sampel kedalam suatu urutan kunci identifikasi.
Jasad yang beranekaragam di alam dikelompokan dalam kelompok yang mudah dikenal,
kemudian ditetapkan ciri-ciri penting dan senantiasa dicari pembeda yang tetap antara
kelompok itu, kemudian diberi nama ilmiah. Identifikasi penting artinya bila ditinjau dari
sudut ilmiah seluruh urutan pekerjaan selanjutnya sangat bergantung dari hasil identifikasi
yang benar dari suatu spesies. Cara mengidentifikasi ikan dapat dilakukan dengan mencari
kunci identifikasi dari ikan dengan menggunakan buku identifikasi, dalam buku
identifikasi tersebut terdapat huruf sesudah nomor yang masing-masing menunjukkan
pilihan yang tercantum pada nomor tersebut. Langkah yang selanjutnya adalah menyusun
hirarki dari kategori-kategori taksonomi. Hirarki ini pertama kali hanya meliputi lima
kategori, yaitu kelas, ordo, genus, spesies dan varietas ( Mayr dan Ashlock, 1991 ).
3.2.2. Ikan Tawes (Puntius Sp.)

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Famili : Cyprinidae
Genus : Puntius
Spesies : Puntius sp.
Gambar 1.1 Ikan Tawes (Puntius Sp.)
Sumber: Google.com

Menurut Kottelat (1993), klasifikasi ikan tawes adalah sebagai


berikut:
Phylum : Chordata
Classis : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Familia : Cyprinidae
Genus : Barbodes
Species : Barbodes gonionotus Sinonim Puntius javanicus

3.2.3. Ikan Gurame (Osphronemus gouramy)


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Labyrintichi
Famili : Anabantidae
Genus : Osphronemus
Spesies : Osphronemus gouramy
Gambar 2.1 Ikan Gurame (Osphronemus gouramy)
Sumber: Google.com

Berdasarkan Sitanggang dan Sarwono (2006), ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.)
diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Subkelas : Actinopterygii
Super Ordo : Perciformes
Ordo : Labyrinthici
Sub-Ordo : Anabantoidea
Famili : Anabantidae
Genus : Osphronemus
Spesies : Osphronemus gouramy Lac.
3.2.4. Ikan Lele (Clarias batrachus)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias batrachus

Gambar 3.1 Ikan Lele (Clarias batrachus)


Sumber: Google.com

Menurut Saanin (1984) Klasifikasi Ikan Lele (Clarias sp.) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Sub-kingdom : Metazoa
Phyllum : Chordata
Sub-phyllum : Vertebrata
Class : Pisces
Sub-class : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub-ordo : Siluroidea

Familia : Clariidae

Genus : Clarias

Spesies : Clarias batrachus

3.2.5. Ikan Mas (Cyprinus carpio)


Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Pisces
Ordo: Ostariopthysi
Famili: Cyprinidae
Genus: Cyprinus
Spesies: Cyprinus Carpio
Gambar 4.1 Ikan Mas (Cyprinus carpio)
Sumber: Google.com

Menurut Khairuman (2002) sistematika taksonomi ikan mas adalah sebagai


berikut :

Phyllum : Chordata

Subphyllum : Vertebrata

Superclass : Pisces

Class : Osteichthyes

Subclass : Actinopterygii

Ordo : Cypriniformes

Subordo : Cyprinoidea

Family : Cypridae

Subfamily : Cyprinidae

Genus : Cyprinus

Species : Cyprinus carpio

3.2.6. Ikan Kembung (Rastrelliger Sp.)


Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Pisces
Ordo: Percomorphi
Famili: Scomberidae
Genus: Rastrelliger
Spesies: Rastreliiger Sp.
Gambar 5.1 Ikan Kembung (Rastrelliger Sp.)
Sumber: Google.com

Klasifikasi ikan kembung menurut Saanin (1984) adalah :


Phylum : Chordata
Class : Pisces
Sub class : Teleostei
Ordo : Percommorphy
Sub ordo : Scombroidea
Family : Scomberidae
Genus : Rastrelliger
Spesies : Rastrelliger brachysoma
Rastrelliger kanagurta.
3.2.7. Ikan Bandeng (Chanos chanos)
Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Pisces
Ordo: Malacoptergii
Famili: Chanidae
Genus: Chanos
Spesies: Chanos chanos
Gambar 6.1 Ikan Bandeng (Chanos chanos)
Sumber: Google.com

Menurut Saanin (1984) klasifikasi ikan bandeng adalah sebagai berikut


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Malacopterygii
Famili : Chanidae
Genus : Chanos
Spesies : Chanos chanos
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
IV.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Praktikum yang kami lakukan dapat disimpulkan:
Ikan Tawes memiliki klasifikasi sebagai berikut kingdom Animalia, phylum
Chordata, class pisces, ordo Ostariophysi, family Cyprinidae, genus Puntius,
spesies Puntius sp. Ikan mas memiliki klasifikasi yg mirip dengan ikan tawes,
yang membedakan mereka adalah mulai dari genusnya Ikan Mas memiliki
klasifikasi sebagai berikut kingdom Animalia, phylum Chordata, class pisces,
ordo Ostariophysi, family Cyprinidae, genus Cyprinus, spesies Cyprinus carpio.
Sedangkan untuk ikan lele dengan ikan mas dan tawes mereka sudah berbeda
dari tingkat ordonya sehingga memiliki lebih banyak lagi perbedaan, adapun
ikan Lele memiliki klasifikasi sebagai berikut kingdom Animalia, filum
Chordata, kelas Pisces, ordo Ostariophysi, family Claridae, genus Clarias,
spesies Clarias batrachus. Selain ikan tersebut, ikan yang kami gunakan sudah
jauh berbeda terlihat dari klasifikasi yang kami dapatkan sudah berbeda dari
tingkat ordo, contohnya adalah ikan gurame, ikan bandeng, dan ikan kembung
adapun Ikan Gurame memiliki klasifikasi sebagai berikut, Kingdom Animalia,
phylum Chordata, class Pisces, ordo Anabantoidei, family Anabantidae, genus
Osphronemus, spesies Osphronemus Gouramy. Ikan bandeng memiliki
klasifikasi sebagai berikut kingdom Animalia, phylum Chordata, class Pisces,
ordo Malacopterygii, familia Chanidae, genus Chanos, dan species Chanos
chanos. Ikan Kembung memiliki klasifikasi sebagai berikut kingdom Animalia,
phylum Chordata, class Pisces, ordo Percomorphi, family Scomberidae, genus
Ratrelliger, spesies Rastrelliger sp.
IV.2. Saran
Dalam mengidentifikasi ikan sebaiknya berhati hati karena terkadang ada
beberapa bagian ikan seperti sungut ikan mas yang tidak begitu jelas karena warnanya
yang saa dengan warna di dekat mulut
DAFTAR PUSTAKA

Amri, K., Khairuman. 2002. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi. Agromedia. Jakarta.

Arfiani.2011. Morfologi Ikan Kembung. http://wordpress.com /2011/03/21/laporan-


praktikum-biologi-perikananan-ikan-kembung.Diakses 20 Mei 2017.

Kotelat,1993. Klasifikasi Ikan Lele. http:// kuliah-ikan.org. Diakses pada tanggal 20 Mei
2017
Mayr, E. and P.D. Ashlock. 1991. Principles of Systematic Zoology. Secondedition.
McGraw Hill International Edition, New York

Novianto, Bagus Rizki. 2012. Mengenal Ikan Bandeng. http://skp.unair.ac.id. Diakses


tanggal 20 Mei 2017.

Saanin, 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Binacipta Bogor, Bogor.

Sitanggang M dan Sarwono B., 2006. Budi Daya Gurami. Penebar Swadaya: Jakarta.
Sitanggang, M. dan B. Sarwono. 2001. Budidaya gurami. Penebar Swadaya. Jakarta
Susanto, Heru. 1989. Budidaya Ikan Gurame. Penebar swadaya. Jakarta

Wahyudin, Kholis. 2011. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Penebar Swadaya: Jakarta
LAMPIRAN
berisi beberapa konten dengan urutan sebagai berikut:
foto ikan
data pengamatan
ACARA II
MORFOLOGI IKAN

Oleh :

Muhammad Fajar Hidayat


L1B016008

LAPORAN PRAKTIKUM IKTIOLOGI

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PURWOKERTO
2017
II. PENDAHULUAN
II.1. Latar Belakang
Morfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk luar suatu organisme.
Bentuk luar merupakan salah satu ciri yang mudah diliat dan diingat dalam
mempelajari organisme. Bentuk luar ikan seringkali mengalami perubahan sejak ikan
itu lahir hingga mati. Perubahan bentuk ini sangat mencolok da nada yang tidak.
Bentuk tubuh ikan akan beradaptasi dengan tingkah laku dan kebiasaan hidup
didalam suatu habitat ikan. Dengan kata lain habitat atau lingkungan dimana ikan itu
hidup akan berpengaruh terhadap bentuk tubuh, macem-macem alat tubuh, dan cara
bergerak maupun tingkah lakunya akan berbeda satu sama lain. Ikan akan
menyesuaikan diri terhadap factor-faktor fisika, kimia, dan biologis habitat yang
bersangkutan, misalnya kedalaman air, arus air, pH, salinitas, dan mahluk maluk
lainnya, seperti plankton, jasad renik, benthos, dan sebagainya (saanin, 1968).

Bentuk tubuh ikan biasanya berkaitan erat dengan tempat dan cara mereka
hidup. Secara umum, tubuh ikan berbentuk setangkup atau simetris bilateral, yang
berarti jika ikan tersebut dibelah pada bagian tengah-tengah tubuhnya (potongan
sagittal) akan terbagi menjadi dua bagian yang sama antara sisi kanan dan sisi kiri.
Selain itu, ada beberapa jenis ikan yang mempunyai bentuk non-simetris bilateral,
yang mana jika tubuh ikan tersebut dibelah secara melintang (cross section) maka
terdapat perbedaan antara sisi kanan dan sisi kiri tubuh, misalnya pada ikan langkau
(Effendie, 1997).

Menurut bentuknya, sisik ikan dapat dibedakan atas beberapa tipe, yaitu:

Cosmoid, terdapat pada ikan-ikan purba yang telah punah

Placoid, merupakan sisik tonjolan kulit, banyak terdapat pada ikan yang
termasuk kelas Chondrichthyes.

Ganoid, merupakan sisik yang terdiri atas garam-garam ganoin, banyak


terdapat pada ikan dari golongan Actinopterygii.

Cycloid, berbentuk seperti lingkaran, umumnya terdapat pada ikan yang


berjari-jari sirip lemah Malacopterygii.
Ctenoid, berbentuk seperti sisir, ditemukan pada ikan yang berjari-jari sirip
keras Acanthopterygii. (Moyle, 1988)

II.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum acara morfologi ikan adalah:
Mahasiswa dapat mengenal bentuk, bagian, ciri ciri tubuh luar ikan
sehingga diharapkan mahasiswa dapat membuat deskripsi tentang jenis ikan tertentu.
II. MATERI DAN METODE
2.1. Materi
2.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum acara morfologi ikan adalah Baki parafin,
pensil, dan buku gambar.
2.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum acara morfologi ikan adalah Ikan lele, Ikan
gurame, Ikan mas, Ikan kembung, Ikan Bandeng , Ikan tawes.
2.2. Metode
Ikan yang telah mati (diawetkan dengan formalin atau dirusak syaraf pusatnya)
diletakkan pada baki bedah dengan posisi, kepala di sebelah kiri dan punggung di
atas. Kemudian sirip sirip ikan dibuat dalam posisi merenggang dengan bantuan
jarum penusuk. Setelah direnggangkan kan yang telah disiapkan tadi digambar
dengan sketsa terlebih dahulu agar gambar yang dibuat mirip dengan keadaan
aslinya. Saat membuat sketsa bagian tubuh ikan diukur kemudian diperbesar /
diperkecil ukurannya sesuai keinginan. Setelah sketsa terbentuk posisi bagian tubuh
ikan diperiksa, apakah letak sirip, mata dan bagian lainnya sudah benar? Jika telah
selesai gambar sketsa dipertegas menjadi bukan arsiran lagi lalu gambar ikan diberi
nama daerah dan nama ilmiahnya dan pada bawah gambar diberi keterangan
tentang bentuk tubuh, bentuk mulut, letak sungut, posisi sirip perut terhadap sirip
dada, bentuk bentuk sirip ekor, serta ciri ciri khusus pada ikan (jika ada)

2.3. Waktu dan Tempat


Praktikum acara morfologi ikan dilaksanakan pada tanggal 6 Mei 2017 di Lab FPIK
Unsoed
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
Tabel 2. Hasil pengamatan morfologi ikan air tawar, payau dan laut
Posisi Sirip
Bentuk
Nama Bentuk Bentuk Letak Ciri Perut
No Sirip
Ikan Tubuh Mulut Mulut Khusus Terhadap
Ekor
Badan
Dapat Subterminal Forked Bentuk Abdominal
Ikan
1 disembulkan sisik
Tawes
Compressed cycloid
Compressed Dapat Terminal Truncate Bentuk Thoracic
Ikan
2 disembulkan sisik
Gurame
ctenoid
Fusiform Tidak dapat Superior Truncate Tidak Abdominal
disembulkan ada
sisik

3 Ikan Lele Compressed

Depressed

Compressed Dapat Terminal Forked Bentuk Subabdominal


4 Ikan Mas disembulkan sisik
cycloid
Dapat Terminal Forked Bentuk Abdominal
Ikan
5 disembulkan sisik
Bandeng
Fusiform cycloid
Fusiform Dapat Terminal Forked Bentuk Thoracic
Ikan
6 disembulkan sisik
Kembung
ctenoid

3.2. Pembahasan
3.2.1. Proses Pengamatan Morfologi Ikan
Morfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk luar suatu organisme. Bentuk luar
merupakan salah satu ciri yang mudah diliat dan diingat dalam mempelajari organisme.
Bentuk luar ikan seringkali mengalami perubahan sejak ikan itu lahir hingga mati.
Perubahan bentuk ini sangat mencolok da nada yang tidak. Bentuk tubuh ikan akan
beradaptasi dengan tingkah laku dan kebiasaan hidup didalam suatu habitat ikan. Dengan
kata lain habitat atau lingkungan dimana ikan itu hidup akan berpengaruh terhadap bentuk
tubuh, macem-macem alat tubuh, dan cara bergerak maupun tingkah lakunya akan berbeda
satu sama lain. Ikan akan menyesuaikan diri terhadap factor-faktor fisika, kimia, dan
biologis habitat yang bersangkutan, misalnya kedalaman air, arus air, pH, salinitas, dan
mahluk maluk lainnya, seperti plankton, jasad renik, benthos, dan sebagainya (saanin,
1968).

3.2.2. Ikan Tawes (Puntius Sp.)

Gambar 1.1 Ikan Tawes (Puntius Sp.)


Sumber: Google.com

Bentuk tubuh : Fusiform


Bentuk mulut : Dapat disembulkan
Letak mulut : Subterminal
Bentuk sirip ekor : Forked
Ciri khusus : Bentuk sisik ctenoid
Posisi Sirip Perut : Jugular
Terhadap Badan
Ikan tawes memiliki badan dengan ciri-ciri sebagai ikan familia
Cyprinidae, yaitu badannya ditutupi dengan sisik-sisik sikloid atau campur
dengan sisik-sisik stenoid. Sirip dubur dan sirip punggung ada yang pendek dan
ada yang panjang, sedangkan sirip ekornya bercagak, bentuknya simetris. Sirip
dada terletak jauh dari sirip perut pada bagian depan badan. Celah insangnya
lebar, terletak di belakang tutup insang (Djuhanda, 1981).
Ikan tawes memiliki tinggi badan 2,4 2,6 kali panjang standar. Moncong
ikan tawes runcing, mulutnya terletak di ujung terminal (tengah), dan mempunyai
dua pasang sungut yang sangat kecil. Permulaan sirip punggung berhadapan
dengan sisik garis rusuk yang ke 10. Ikan tawes berwarna keperak-perakan, warna
sisik di bagian punggung lebih gelap, sedangkan warna sisik di bagian perut putih.
Dasar sisik berwarna kelabu dengan sirip gelap (Susanto, 2000).
3.2.3. Ikan Gurame (Osphronemus gouramy)

Gambar 2.1 Ikan Gurame (Osphronemus gouramy)


Sumber: Google.com

Bentuk tubuh : Compressed


Bentuk mulut : Dapat disembulkan
Letak mulut : Terminal
Bentuk sirip ekor : Truncate
Ciri khusus : Bentuk sisik cycloid
Posisi Sirip Perut : Thoracic
Terhadap Badan

Gurami mempunyai bentuk badan yang khas dengan bentuk tubuhnya agak
panjang, pipih, dan lebar. Badan tertutupi oleh sisik yang kuat dengan tepi yang kasar. Ikan
ini memiliki ukuran mulut yang kecil yang letaknya miring tidak tepat di bawah ujung
moncong. Bibir bawah terlihat sedikit lebih maju dibandingkan dengan bibir atas dan dapat
disembulkan (Sitanggang dan Sarwono,2007)
ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) memiliki lima jenis sirip yaitu sirip
dada, punggung, perut, anal, dan ekor. Sirip punggung (dorsal) bentuknya memanjang dan
terletak di bagian permukaan tubuh, berseberangan dengan permukaan sirip perut (ventral).
Terdapat jari-jari keras di 9
bagian belakang sirip punggung dan sirip anal dengan bagian akhir berbentuk gerigi. Sirip
ekor berbentuk cagak dan berukuran cukup besar dengan tipe sisik berbentuk lingkaran
(cycloid) yang terletak beraturan. Gurat sisi (linea lateralis) ikan gurame berada di
pertengahan badan dengan posisi melintang dari tutup insang sampai ke ujung belakang
pangkal ekor. (Nijiyati ,1992)
3.2.4. Ikan Lele (Clarias batrachus)

Gambar 3.1 Ikan Lele (Clarias batrachus)


Sumber: Google.com

Bentuk tubuh : Depressed, Compressed, Fusiform


Bentuk mulut : Tidak dapat disembulkan
Letak mulut : Subterminal
Bentuk sirip ekor : Truncate
Ciri khusus : tidak ada sisik
Posisi Sirip Perut : Subabdominal
Terhadap Badan
Ikan lele mempunyai kombinasi yaitu bagian kepala berbentuk picak (depressed),
bagian badan berbentuk serutu (fusiform), dan bagian ekor berbentuk pipih (comperessed).
Mempunyai posisi mulut interior dan subterminal, bentuk sirip ekor rounded, dan posisi
sirip perut terhadap sirip dada yaitu abdominal. Kepala bagian atas dan bawah ditutupi oleh
plat tulang. Plat ini membentuk ruangan rongga diatas ingsang. Disini terdapat alat
pernafasan tambahan yang tergabung dalam busur ingsang kedua dan keempat. Mulut
dihiasi dengan 4 pasang sungut. Lubang hidung yang depan merupakan tabung pendek
berada di belakang bibir atas, lubang hidung, sebelah belkang merupakan celah yang
kurang lebih bundar berada di belakang sungut asal. Mata berbentuk krcil dengan tepi
orbital yang bebas (Wahyudin, Kholis, 2011).

3.2.5. Ikan Mas (Cyprinus carpio)

Gambar 4.1 Ikan Mas (Cyprinus carpio)


Sumber: Google.com

Bentuk tubuh : Compressed


Bentuk mulut : Dapat disembulkan
Letak mulut : Terminal
Bentuk sirip ekor : Forked
Ciri khusus : Bentuk sisik cyloid
Posisi Sirip Perut : Subabdominal
Terhadap Badan
Mempunyai ciri-ciri umum, badan ikan mas berbentuk memanjang dan sedikit
pipih ke samping (Compresed) dan mulutnya terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat
di sembulkan, di bagian mulut di hiasi dua pasang sungut, yang kadang-kadang satu pasang
di antaranya kurang sempurna dan warna badan sangat beragam. Secara umum hampir
seluruh tubuh ikan mas ditutupi sisik kecuali pada beberapa varietas yang hanya memiliki
sedikit sisik. sisik ikan mas berukuran besar dan digolongkan ke dalam sisik tipe sikloid
(lingkaran). sirip punggungnya (dorsal) memanjang dengan bagian belakang berjari keras
dan di bagian akhir (sirip ketiga dan keempat) bergerigi. Letak sirip punggung
berseberangan dengan permukaan sisip perut (ventral). Sirip duburnya mempunyai ciri
seperti sirip punggung, yaitu berjari keras dan bagian akhirnya bergerigi. garis rusuknya
(linea lateralis atau gurat sisi) tergolong lengkap, berada di pertengahan tubuh dengan
bentuk melintang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor. Ikan
merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih
dari 27,000 di seluruh dunia. Ikan dibagi menjadi ikan tanpa rahang (kelas Agnatha), ikan
bertulang rawan (kelas Chondrichthyes), dan sisanya tergolong ikan bertulang keras (kelas
Osteichthyes). Insang berbentuk lembaran-lembaran tipis berwarna merah muda dan selalu
lembap. Bagian terluar dari insang berhubungan dengan air, sedangkan bagian dalam
berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah (Sumantadinata, 1983).

3.2.6. Ikan Kembung (Rastrelliger Sp.)

Gambar 5.1 Ikan Kembung (Rastrelliger


Sp.)
Sumber: Google.com

Bentuk tubuh : Fusiform


Bentuk mulut : Tidak dapat disembulkan
Letak mulut : Terminal
Bentuk sirip ekor : Forked
Ciri khusus : Bentuk sisik ctenoid
Posisi Sirip Perut : Subabdominal
Terhadap Badan
Ikan kembung mempunyai bentuk tubuh fusiform, mempunyai posisi mulut
terminal, mempunyai sirip ekor yang bercagak (forked), mempunyai ciri khusus yaitu
terdapat finletdan mempunyai posisi perut terhadap sirip dada yaitu thoracic. Badan agak
lebar, 5-6 finlet dibelakang sirip punggung kedua dan sirip anal, dibelakang sirip punggung
kedua dan sirip dubul terdapat 5 sirip tambahan (finlet) dan terdapat sepasang keel pada
ekor. Ikan kembung lelaki terdapat noda hitam di belakang sirip dada pada semua jenis
terdapat barisan noda hitam dibawah sirip punggung. Punggung berwarna biru kehijauan
sedangkan bagian perut berwarna kuning keperakan (Saanin, 1968)

3.2.7. Ikan Bandeng (Chanos chanos)

Gambar 6.1 Ikan Bandeng (Chanos


chanos)
Sumber: Google.com

Bentuk tubuh : Fusiform


Bentuk mulut : Dapat disembulkan
Letak mulut : Subterminal
Bentuk sirip ekor : Forked
Ciri khusus : Bentuk sisik cycloid
Posisi Sirip Perut : Abdominal
Terhadap Badan
Ciri-ciri ikan bandeng (Chanos chanos) rangka terdiri dari tulang benar, bertutup
insang, bersisik, tidak bersungut, tidak berjari-jari keras pada sirip punggung, Sirip dubur
jauh di belakang sirip punggung, sirip ekor panjang dan bercagak , keping sebelah ke atas
lebih panjang. Ikan bandeng dikenal ikan petualang yang suka merantau. Ikan bandeng
mempunyai bentuk tubuh langsing mirip torpedo, dengan moncong agak runcing, ekor
bercabang dan sisiknya halus. Warna tubuhnya putih gemerlapan seperti perak pada tubuh
bagian bawah dan agak gelap pada punggungnya (Mudjiman,1998).
Ciri umum ikan bandeng yaitu tubuh memanjang agak gepeng, mata tertutup lapisan
lemak (adipase eyelid), pagakal sirip punggung dan dubur tertutup sisik, tipe sisik cycloid
lunak, warna hitam kehijauan dan keperakan bagian sisi, terdapat sisik tambahan yang
besar pada sirip perut. Bandeng jantan memiliki ciri-ciri warna sisik tubuh cerah dan
mengkilap keperakan serta memiliki dua lubang kecil dibagian anus yang tampak jelas
pada jantan dewasa (Liviawaty, 1991).

V. KESIMPULAN DAN SARAN


V.1. Kesimpulan
Ciri morfologi dari ikan tawes (Puntius sp) yaitu bentuk tubuh Fusiform,
bentuk mulut dapat disembulkan, letak mulut subterminal, Bentuk sirip ekor
forked, ciri khusus bentuk sisik ctenoid, Posisi sirip perut terhadap badan
jugular.
Ciri morfologi dari ikan gurame (Osphronemus gouramy) yaitu bentuk
tubuh compressed, bentuk mulut dapat disembulkan, letak mulut terminal,
Bentuk sirip ekor truncate, ciri khusus bentuk sisik cycloid, Posisi sirip perut
terhadap badan thoracic.
Ciri morfologi dari ikan lele (Clarias batrachus) yaitu bentuk tubuh
depressed fusiform dan compressed, bentuk mulut tidak dapat disembulkan,
letak mulut subterminal, Bentuk sirip ekor truncate, ciri khusus tidak ada bentuk
sisik, Posisi sirip perut terhadap badan subabdominal.
Ciri morfologi dari ikan mas (Cyprinus carpio) yaitu bentuk tubuh
compressed, bentuk mulut dapat disembulkan, letak mulut terminal, Bentuk
sirip ekor forked, ciri khusus bentuk sisik cycloid, Posisi sirip perut terhadap
badan subabdominal.
Ciri morfologi dari ikan bandeng (Chanos chanos) yaitu bentuk tubuh
Fusiform, bentuk mulut dapat disembulkan, letak mulut subterminal, Bentuk
sirip ekor forked, ciri khusus bentuk sisik cycloid, Posisi sirip perut terhadap
badan abdominal.
Ciri morfologi dari ikan kembung (Rastrelliger sp) yaitu bentuk tubuh
fusiform, bentuk mulut tidak dapat disembulkan, letak mulut terminal, Bentuk
sirip ekor forked, ciri khusus bentuk sisik ctenoid, Posisi sirip perut terhadap
badan subabdominal.
V.2. Saran
Berhati- hatilah dalam menentukan jenis sisik dan letak mulut agar hasil yang didapat
dapat maksimal
DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, E. dan E. Liviawaty, 1991. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Kanisius,


Yogyakarta.
Djuhanda dan Tatang. 1981. Dunia Ikan. Armico, Bandung.
Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.
Moyle, P.B & Cech J.J. 1988. Fishes An Introduction to Ichthyology. Second Edition.
New Jersey: Prentice hall
Mudjiman, A., 1998. Makanan Ikan. Penebar Swadaya, Jakarta
Najiyati S. 1992. Memelihara Lele Dumbo di Kolam Taman. Penebar Swadaya, Jakarta.
Saanin, H. 1968. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. PT Bina Cipta. Bandung.
Sitanggang, M. dan B. Sarwono. 2007. Budidaya Gurami. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sumantadinata, K. 1983. Pengembangbiakan Ikan-ikan Pemeliharaan di Indonesia. P.T.
Sastra Hudaya. Jakarta
Susanto, H. 2000. Budidaya Ikan Koi. Penebar Swadaya. Jakarta
Wahyudin, Kholis. 2011. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Penebar Swadaya: Jakarta
LAMPIRAN
berisi beberapa konten dengan urutan sebagai berikut:
foto ikan
fotokopi data pengamatan
ACARA III
SISTEM PENCERNAAN IKAN

Oleh :

Muhammad Fajar Hidayat


L1B016008

LAPORAN PRAKTIKUM IKTIOLOGI

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PURWOKERTO
2017
III. PENDAHULUAN
III.1. Latar Belakang
Posisi mulut pada ikan sangat bervariasi, hal ini tergantung dari kebiasaan
makan ikan, jenis pakan yang dimakan, serta ukuran pakannya sesuai. Fungsi dari
mulut yaitu sebagai alat untuk memasukkan makanan. Pada ikan makanan tidak
dikunyah atau dicerna. Mulut dan tepi mulut dilengkapi ujung saraf dan gigi yang
berbeda letak, jumlah dan morfologinya. Lapisan rongga mulut terdiri dari sel epithel
lendir berlapis menempel pada membran dasar yang tebal dan dilekatkan pada tulang
atau urat daging dengan dermis yang tebal. Rongga mulut dan faring seperti epithel
kulit mempunya sel kejut lebih sedikit dan sel lendir lebih banyak di permukaan.
Laminal propria yang padat dan submukosa dan tenunan ikat alveolar terdapat
dibawah epithel mukosa. Bagian faring posterior dilapisi bentuk lipatan longitudinal
yang pipih gigi bila ada terdapat pada lubang faring bawah atas, gigi rahang dan
faring kecil jumlahnya banyak (Fujaya,2004)

Pada ikan herbivora memiliki lambung yang pendek dan hampir tidak bisa
dibedakan dengan usus, sedangkan ususnya lebih panjang dari ukuran tubuhnya.
Pada ikan karnivora memiliki lampbung yang lebih besar dan memanjang,
sedangakan ususnya lebih pendek, dan ikan omnivora memiliki lambung yang
menyerupai kantong yang besar mirip dengan lambung manusia. Saluran pencernaan
ikan karnivora biasanya lebih pendek dari pada saluran pencernaan herbivora, sebab
bahan makanan nabati lebih sukar dicerna. Dengan adanya dinding selulosa yang alot
pada tumbuh-tumbuhan, maka untuk mempermudah proses pencernaannya, ikan
herbivora membutuhkan usus yang lebih panjang yang bisa mencapai 3x panjang
tubuhnya (Mudjiman,2001).

Ikan yang suka menyantap makanan campuran disebut ikan omnivora (ikan
pemakan segala atau pemakan campuran). Beberapa contohnya ikan mas (Cyprinus
carpio),maskoki (Carassius auratus), mujair (Tillapia mossanbica). Ikan omnivora
lebih mudah menerima pakan tambahan maupun pakan buatan sewaktu masih
burayak, benih atau setelah dewasa. Misalnya lele selain memangsa makanan hewani
lele juga melahap makanan nabati dan tidak menolak jika diberi makanan pelet
(Alamsjah,Z.1974).
III.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum acara system pencernaan ikan adalah:
Mahasiswa dapat mengenal bagian bagian dari alat pencernaan makanan
dari beberapa jenis ikan yang termasuk dalam kelompok herbivora, carnivora , dan
omnivora.
II. MATERI DAN METODE
2.1. Materi
2.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum acara sistem pencernaan ikan adalah Baki
Gunting bedah, pinset, baki plastic, kertas millimeter blok/ penggaris, dan buku
gambar.
2.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum acara sistem pencernaan ikan adalah
adalah Ikan nilem, Ikan nila, Ikan lele.

2.2. Metode
Pada bagian anus ditusukkan bagian yang runcing dari gunting bedah
bentuk lubang kecil kemudian dengan gunting tumpul kearah rongga perut bagian
atas. Pengguntingan dilakukan dengan hati-hati supaya organ-organ bagian dalam
tidak ikut tertusuk. Setelah gunting mencapai ujung terdepan rongga perut bagian
atas (bagian kepala) kemudian gunting diarahkan ke bagian bawah hingga ke dasar
perut. Buka daging yang telah tergunting sehingga organ tubuh bagian dalam
terlihat dan alat pencernaan dapat dikeluarkan dari tubuh. Herbivora untuk melihat
pencernaan dari mulai faring sampai ke anus, gunting bagian kepala hingga terbelah
dua. Sehingga alat pencernaan bagian depan dapat terlihat dan gunting bagian
rectum yang menempel pada otot bagian anus sehingga semua bagian pencernaan
dapat dilepas. Organ-organ yang berhubungan dengan sistem pencernaan di gambar
dan diberi nama organ-organnya. Untuk melihat apakah spesimen ikan termasuk
dalam kelompok karnivora atau omnivora, lambung diambil sampai usus, kemudian
diukur panjang usus sampai dengan lambung, kemudian bandingkan dengan
panjang total tubuh spesimen. Lalu disimpulkan spesimen yang diamati termasuk
kelompok karnivora, omnivora atau herbivora.

2.3. Waktu dan Tempat


Praktikum acara sistem pencernaan ikan dilaksanakan pada tanggal 7 Mei 2017 di
Lab FPIK Unsoed
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
Tabel 3. Hasil pengamatan spesialisasi sistem pencernaan ikan
Panjang Panjang Spesialisasi
No Nama Ikan Total Tubuh Total Usus Perbandingan Sistem
(cm) (cm) Pencernaan
1 Ikan Lele 25,5 23 1: 0,9 Karnivora
2 Ikan Nila 17 80,5 1: 4,73 Omnivora
3 Ikan Nilem 15,8 112,5 1: 7,12 Herbivora

Tabel 4. Hasil pengamatan sistem pencernaan ikan


Urutan Organ Sistem Pencernaan
No Nama Ikan
1. 2. 3. 4. 5. 6.
1 Ikan Lele Mulut Faring Esofagus Lambung Usus Anus
2 Ikan Nila Mulut Faring Esofagus Lambung Usus Anus
3 Ikan Nilem Mulut Faring Esofagus Lambung Usus Anus

3.2. Pembahasan
3.2.1. Proses Pengamatan Sistem Pencernaan Ikan
Pencernaan adalah proses pencernaan makanan melalui mekanisme fisik, kimiawi
sehingga makanan menjadi bahan yang mudah diserap dan diedarkan ke seluruh tubuh
melalui peredaran darah. Sistem pencernaan ikan terdiri dari mulut, esofagus, lambung,
intestenum, anus. Di dalam mulut ikan terdapat gigi yang berperan membantu
mendapatkan makanan (Mujiman,1987).
Pada bagian anus ditusukkan bagian yang runcing dari gunting bedah bentuk
lubang kecil kemudian dengan gunting tumpul kearah rongga perut bagian atas.
Pengguntingan dilakukan dengan hati-hati supaya organ-organ bagian dalam tidak ikut
tertusuk. Setelah gunting mencapai ujung terdepan rongga perut bagian atas (bagian
kepala) kemudian gunting diarahkan ke bagian bawah hingga ke dasar perut. Buka daging
yang telah tergunting sehingga organ tubuh bagian dalam terlihat dan alat pencernaan dapat
dikeluarkan dari tubuh. Herbivora untuk melihat pencernaan dari mulai faring sampai ke
anus, gunting bagian kepala hingga terbelah dua. Sehingga alat pencernaan bagian depan
dapat terlihat dan gunting bagian rectum yang menempel pada otot bagian anus sehingga
semua bagian pencernaan dapat dilepas. Organ-organ yang berhubungan dengan sistem
pencernaan di gambar dan diberi nama organ-organnya. Untuk melihat apakah spesimen
ikan termasuk dalam kelompok karnivora atau omnivora, lambung diambil sampai usus,
kemudian diukur panjang usus sampai dengan lambung, kemudian bandingkan dengan
panjang total tubuh spesimen. Lalu disimpulkan spesimen yang diamati termasuk
kelompok karnivora, omnivora atau herbivora.

3.2.2. Ikan Lele (Clarias batrachus)

Gambar 4.1 Ikan Lele (Clarias


batrachus)
Sumber: Google.com

Ikan lele mempunyai panjang tubuh 25,5 cm, panjang usus 23 cm, Perbandingan
antara panjang tubuh dan panjang usus adalah 1 : 0,9. Karena panjang ususnya lebih
pendek dari panjang total tubuhnya maka ikan lele termasuk ikan karnivora. Alat
pencernaannya yaitu mulut, rongga mulut, faring, esofagus, lambung, usus dan anus.

Proses pencernaan makanan dipercepat oleh sekresi kelenjar pencernaan.Kelenjar


pencernaan ikan lele terdiri dari hati dan kantong empedu. Lambung dan usus juga dapat
berfungsi sebagai kelenjar pencernaan. Kelenjar pencernaan ini menghasilkan enzim
pencernaan yang berguna dalam membantu proses penghancuran makanan. Kelenjar
pencernaan pada ikan karnivora (ikan lele) menghasilkan enzim-enzim pemecah protein
(Mahyuddin, 2011).

Berdasarkan dari praktikum yang telah kami lakukan bahwa hasil praktikum telah
sesuai dengan pendapat (Mahyudin 2008). Saluran pencernaan lele terdiri dari mulut,
rongga mulut, esophagus, lambung usus dan anus. Usus yang dimiliki ikan lele lebih
pendek dari panjang tubuhnya hal ini merupakan ciri khas ikan karnivora sementara itu
lambungnya relatif besar dan panjang ( Mahyudin, 2008 ).

3.2.3. Ikan Nila (Oreocromis niloticus)


Gambar 4.1 Ikan Nila (Oreocromis niloticus)
Sumber: Google.com

Ikan nila mempunyai panjang tubuh 17 cm, panjang ususnya 80,5 cm, Perbandingan antara
panjang tubuh dan panjang usus adalah 1 : 4,73. Karena melebihi panjang total tubuhnya
maka ikan nilem termasuk kedalam ikan herbivora. Memiliki alat pencernaan yaitu mulut,
rongga mulut, faring, esofagus, lambung, usus dan anus.

Sistem pencernaan pada ikan nila melalui proses sebagai berikut. Dari mulai
anggota mulut, esophagus/kerongkongan, Lambung, usus dan terakhir anus. Proses
penyedeerhanaan pada ikan nila melalui cara fisik dan kimia. Sehingga menjadi sari-sari
makanan yang mudah diserap di dalam usus kemudian diedarkan ke seluruh organ tubuh
melalui system peredaran darah (Dwisang, 2008).
Ikan nila tergolong ikan herbivora yang dapat diketahui,Ikan herbivora panjang
total ususnya melebihi panjang total badannya. Hasil analisis makanan dalam lambung ikan
yang terdiri dari fitoplankton, zooplankton dan serasah.Fitoplankton didominasi oleh
kelompok Cholorophyceace, Myxophyceace, dan Desmid.Sedangkan zooplankton
didominasi oleh Rotifera, Crustacea dan Protozoa (Dwisang, 2008).

3.2.4. Ikan Nilem (Osteocolus haselti)

Gambar 4.1 Ikan Nilem (Osteocolus


haselti)
Sumber: Google.com
Ikan nilem mempunyai panjang tubuh 15,8 cm, panjang usus 112,5 cm,
Perbandingan antara panjang tubuh dan panjang usus adalah 1 : 7,12. Karena panjang
ususnya melebihi panjang total tubuhnya maka ikan nilem termasuk kedalam ikan
herbivora. Memiliki alat pencernaan yaitu mulut, rongga mulut, faring, esofagus, lambung,
usus dan anus.

Ikan nilem dapat dipelihara pada daerah dengan ketinggian sekitar 150-800 mdpl. Ikan
nilem adalah ikan organik yang artinya tidak membutuhkan pakan tambahan atau pellet.
Ikan nilem termasuk ikan pemakan tumbuh-tumbuhan (herbivora). Larva yang baru
menetas biasanya memakan jenis zooplankton (hewan yang berukuran kecil atau mikro
yang hidup diperairan dan bergerak akibat arus perairan) yaitu rotifer. Benih dan ikan
dewasa memakan tumbuh-tumbuhan air seperti chlorophyceae, characeae,
ceratophyllaceae, dan polygonaceae (Susanto, 2006). Ikan nilem (Osteochilus hasselti)
merupakan ikan herbivore, yaitu memakan makanan yang berupa makanan nabati, antara
lain yaitu alga filamen dan plankton lainnya. Ikan herbivora panjang total ususnya melebihi
panjang total badannya. Panjangnya dapat mencapai lima kali panjang total badannya
( Susanto, 2006 ).

Pada ikan herbivora memiliki lambung yang pendek dan hampir tidak bisa
dibedakan dengan usus, sedangkan ususnya lebih panjang dari ukuran tubuhnya. Pada ikan
karnivora memiliki lampbung yang lebih besar dan memanjang, sedangakan ususnya lebih
pendek, dan ikan omnivora memiliki lambung yang menyerupai kantong yang besar mirip
dengan lambung manusia. Saluran pencernaan ikan karnivora biasanya lebih pendek dari
pada saluran pencernaan herbivora, sebab bahan makanan nabati lebih sukar dicerna.
Dengan adanya dinding selulosa yang alot pada tumbuh-tumbuhan, maka untuk
mempermudah proses pencernaannya, ikan herbivora membutuhkan usus yang lebih
panjang yang bisa mencapai 3x panjang tubuhnya (Mudjiman,2001).

Secara garis besarnya, perbedaan antara struktur alat pencernaan ikan herbivora dan
karnivora adalah:

a) Untuk ikan herbivora:


Gigi tumpul dan kadang-kadang halus
Tidak memiliki lambung, tatapi usus bagian depan membesar membentuk
lambung palsu
Panjang usus beberapa kali panjang tubuhnya
Tapis insang panjang dan rapat
b) Untuk ikan karnivora:
Gigi runcing (gigi taring)
Lambung memanjang
Panjang usus sama atau lebih pendek daripada panjang tubuhnya
Tapis insang pendek dan tidak rapat

Ikan yang suka menyantap makanan campuran disebut ikan omnivora (ikan
pemakan segala atau pemakan campuran). Beberapa contohnya ikan mas (Cyprinus
carpio),maskoki (Carassius auratus), mujair (Tillapia mossanbica). Ikan omnivora
lebih mudah menerima pakan tambahan maupun pakan buatan sewaktu masih
burayak, benih atau setelah dewasa. Misalnya lele selain memangsa makanan
hewani lele juga melahap makanan nabati dan tidak menolak jika diberi makanan
pelet (Alamsjah,Z.1974).

Perbedaan dari ketiga ikan tersebut yaitu ikan nilem dan ikan nila memiliki lambung
semu yang tergabung dalam usus. Ikan lele mempunyai lambung sejati yang terletak
diujung usus.

1. Mulut

Posisi mulut pada ikan sangat bervariasi, hal ini tergantung dari kebiasaan makan
ikan, jenis pakan yang dimakan, serta ukuran pakannya sesuai. Fungsi dari mulut yaitu
sebagai alat untuk memasukkan makanan. Pada ikan makanan tidak dikunyah atau dicerna.
Mulut dan tepi mulut dilengkapi ujung saraf dan gigi yang berbeda letak, jumlah dan
morfologinya. Lapisan rongga mulut terdiri dari sel epithel lendir berlapis menempel pada
membran dasar yang tebal dan dilekatkan pada tulang atau urat daging dengan dermis yang
tebal. Rongga mulut dan faring seperti epithel kulit mempunya sel kejut lebih sedikit dan
sel lendir lebih banyak di permukaan. Laminal propria yang padat dan submukosa dan
tenunan ikat alveolar terdapat dibawah epithel mukosa. Bagian faring posterior dilapisi
bentuk lipatan longitudinal yang pipih gigi bila ada terdapat pada lubang faring bawah atas,
gigi rahang dan faring kecil jumlahnya banyak (Fujaya,2004).

Rongga mulut dilapisi sel penghasil lendir berperan mempermudah jalannya


makanan, juga terdapat organ pengecap berfungsi untuk menyeleksi makanan. Gigi
berperan dalam mengambil, mencengkram, merobek, memotong atau menghancurkan
makanan. Merupakan alat pencernaan secara mekanik (Fujaya,2004).

2. Faring

Pada ikan filter feeding proses penyaringan makanan terjadi pada segmen ini
karena tapis insang mengarah ke segmen faring. Lapisan permukaan faring sama dengan
rongga mulut, kadang kala masih ditemukan organ pengecap. Jika materi yang ditelan
bukan makanan maka akan dibuang melalui insang (Radiopoetro,1977).

3. Lambung

Berfungsi sebagai penampung makanan pada ikan insang yang tidak berlambung
berfungsi menampung makanan digantikan oleh usus depan yang dimodifikasi menjadi
kantung yang besar. Pada ikan yang tidak bergerigi terdapat gizzard yang digunakan untuk
menggerus makanan. Seluruh permukaan lambung ditutupi oleh sel mucus yang
mengandung muko polisakarida sebagai pelindung dinding lambung dari asam klorida.
Dibagian luar sel epithelium terdapat lapisan lendir sebagai hasil ekskresi. Sel penghasil
cairan gastric terletetak dibagian bawak dari lapisan epithelium mensekresikan pepsin dan
asam klorida (Fujaya,2004).

4. Pilorus

Merupakan segmen yang terletak antara lambung dan usus depan. Segmen ini
sangat mencolok karena ukurannya yang mengecil. Pada beberapa ikan terdapat usus-usus
kecil dan pendek di sebut pyloric caeca. Pyloric berfungsi sebagai pengatur pengeluaran
makanan (chyme) dari lambung ke segmen usus (Fujaya,2004).

5. Usus

Merupakan segmen yang terpanjang dari saluran pencernaan. Pada bagian depan
usus terdapat dua saluran yang masuk kedalam yaitu saluran yang berasal dari kantung
empedu dan berasal dari pankreas. Lapisan mukosa usus tersusun oleh selapis sel
epitellium dengan bentuk prismatik. Pada lapisan ini terdapat tonjolan membentuk sarang
tawon pada usus bagian depan dan lebih beraturan pada usus bagian belakang, terutama
pada ikan lele. Bentuk sel yang umum ditemukan pada sel epitellium usus adalah enterosit
dan mukosit. Enterosit merupakan sel yang paling dominan dan di antara enterosit terdapat
mukosit. Secara histologis enterosit pada ikan berperan dalam penyerapan makanan,
menyerap zat makanan akan berwarna keputih-putihan dan berbeda sekali dengan sel yang
tidak menyerap makanan. Mukosit merupakan sel penghasil lendir yang berbentuk piala.
Bagian bawah mengandung mucigen yang akan berubah menjadi lendir jika telah
dilepaskan oleh sel dan bereaksi dengan air (Fujaya,2004).

6. Rectum

Merupakan segmen saluran segmen terujung yang berfungsi dalam penyerapan air
dan ion. Adanya penyerapan air ini dapat di lihat dari kondisi feces yang umumnya
berbentuk kompak, berbeda dengan keadaannya ketika masih terdapat pada usus bagian
belakang. Pada larva ikan selain fungsi tersebut rectum juga berfungsi untuk penyerapan
protein (Fujaya,2004).

7. Anus

Merupakan ujung dari saluran pencernaan. Pada ikan bertulang sejati anus terletak
di sebelah depan saluran genital. Setiap ikan mempunyai makanan yang berbeda. Jika
dilihat dari jenis makanannya maka ikan di bagi menjadi tiga golongan yaitu herbivora,
karnivora, dan omnivora (Mudjiman,2001).
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
VI.1. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan praktikum sistem pencernaan dapat di simpulkan
bahwa alat pencernaan ikan nila, ikan lele, dan ikan nilem terdiri dari mulut, faring,
lambung, pylorus, usus , rectum, dan anus. Ikan yang termasuk herbivore yaitu ikan
nilem, dan ikan nila karena ususnya dua atau tiga kali lebih panjang dari panjang
tubuhnya. Sedangkan ikan lele termasuk ke dalam kelompok ikan karnivora karena
panjang usunya lebih pendek dari panjang ususnya.
VI.2. Saran
Berhati hatilah saat membedah tubuh ikan agar organ pencernaan tidak terpotong
DAFTAR PUSTAKA
Alamsjah,Z.1974.Ichthyologi 1. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan.
Institut Pertanian Bogor, Bogor
Dwisang, 2008. Struktur Tubuh Ikan Nila. Yogyakarta: Kasinius.
Fujaya,Y.2004. Teknik Perikanan Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan.Cetakan
Pertama.Rineka Putra.Jakarta.
Mahyuddin, K. 2008. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Penebar Swadaya.Jakarta.
Mahyuddin. 2011. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Swadaya, Jakarta.
Mudjiman, A., 1987, Makanan Ikan. Cetakan ke-3, Penebar Swadaya. Jakarta.
Mudjiman,A.2001.Makanan Ikan.Cetakan ke-15.Pt Penebar Swadaya.Jakarta
Radiopoetro. 1977. Zoologi. Jakarta : Penerbit Erlangga
Susanto, H. 2006. Budidaya Ikan di Pekarangan (Edisi Revisi). Penebar Swadaya.
Jakarta.
LAMPIRAN
berisi beberapa konten dengan urutan sebagai berikut:
fotokopi data pengamatan
ACARA IV
SISTEM UROGENITAL IKAN

Oleh :

Muhammad Fajar Hidayat


L1B016008

LAPORAN PRAKTIKUM IKTIOLOGI


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PURWOKERTO
2017

IV. PENDAHULUAN
IV.1. Latar Belakang
sistem urogenitalis adalah gabungan dari sistem urinari atau sistem
pengeluaran dan sistem genital atau sistem reproduksi. Sistem urinari mengeluarkan
sisa-sisa metabolisme berupa ammoniak (NH3) dan yang lainnya dalam bentuk
urine melalui ginjal sebagai organ utamanya. Sistem genitalis ikan dapat
membedakan jenis kelaminnya melalui gonadnya, jika gonadnya berwarna putih
maka ikan berjenis kelamin jantan dan jika gonad berwarna kuning kecoklatan maka
ikan berjenis kelamin betina. (Diastuti, 2009).
Sistem urogenital ikan yang utama yaitu adanya dua buah ginjal yang
berukuran relatif panjang. Terdapat pula ureter yang merupakan saluran kencing
bagi ikan. Selain itu pada sistem urogenital ikan terdapat pula alat kelamin berupa
gonad. Alat kelamin pada jantan disebut tetis yang berwarna putih dan pada betina
disebut ovarium (Lytle dan John, 2005).
Organ reproduksi pada Ikan Nilem ini terdiri dari gonad dengan saluran
kelenjar asesorisnya. Ada dua macam gonad, yaitu gonad yang menghasilkan sel
kelamin betina (ovum) yang disebut ovarium dan gonad yang menghasilkan sel
kelamin jantan (spermatozoa) yang disebut dengan testis. Ovarium terdapat dalam
hewan betina yang ditambatkan oleh mesentrium khusus pada dinding tubuh
(mesovarium). Ovarium selain sebagai gonad, juga sebagai kelenjar endokrin yang
menghasilkan hormon estrogen dan progesteron. Testis terdapat pada hewan jantan.
Letak testis pada vertebrata rendah tersimpan dalam rongga perut dengan
ditambatkan ke dinding tubuh oleh mesentrium khusus (mesorchium). Testis pada
vertebrata tingkat tinggi terletak diluar rongga perut, tersimpan dalam bangunan
khusus yang disebut skrotum. Testis selain sebagai gonad juga sebagai kelenjar
endokrin yang menghasilkan hormon testosteron (Radiopoetro, 1991).
IV.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum acara system urogenital ikan adalah:
Mahasiswa dapat mengetahui organ organ yang berperan dalam ekskresi
dan reproduksi.
II. MATERI DAN METODE
2.1. Materi
2.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum acara sistem urogenital ikan adalah
Baki Gunting bedah, pinset, baki plastic, dan buku gambar.

2.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum acara sistem urogenital ikan adalah
Ikan nilem.

2.2. Metode
Pembedahan ikan untuk melihat bentuk gonad (testes dan ovarium), serta
ginjal dan saluran-salurannya. Pembedahan dilakukan dengan hati-hati akan
mencegah alat reproduksi rusak. Untuk memudahkannya maka alat reproduksi dan
salur pencernaan dibuang, sehingga alat reproduksi dapat dilihat dengan jelas.
Dengan menggunakan pinset testes atau ovarium dapat diletakan diluar tubuh ikan
dengan cara menariknya.

2.3. Waktu dan Tempat


Praktikum acara sistem urogenital ikan dilaksanakan pada tanggal 7 Mei 2017 di
Lab FPIK Unsoed
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
Tabel 5. Hasil pengamatan ciri khusus ikan Nilem (nama latin) terkait sistem
urogenital
No Jenis Kelamin Ciri Morfologi Ciri Anatomi
Tubuh lebih kecil Gonad berwarna putih
Warna lebih cerah
1 Jantan
Opperculum halus

Tubuh lebih besar Gonad berwarna kuning


2 Betina Warna lebih gelap kecoklatan
Opperculum kasar

Tabel 6. Hasil pengamatan sistem urogenital ikan Nilem (nama latin)

Jenis Organ Sistem Urogenital


No Sistem Urinary Sistem Genital
Kelamin 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Ginjal Insang Anus Testes Vas Lubang
1 Jantan
deferensia genital
2 Betina Ginjal Insang Anus Ovarium Oviduct Anus

3.2. Pembahasan
3.2.1. Proses Pengamatan Sistem Urogenital Ikan
Saluran urogenital adalah suatu saluran yang merupakan gabungan dari saluran
ginjal dengan saluran kelamin. Letak saluran urogenital berdekatan dengan anus
(Rochman, 2009). Sedangkan sistem urogenitalis adalah gabungan dari sistem urinari atau
sistem pengeluaran dan sistem genital atau sistem reproduksi. Sistem urinari
mengeluarkan sisa-sisa metabolisme berupa ammoniak (NH3) dan yang lainnya dalam
bentuk urine melalui ginjal sebagai organ utamanya. Sistem genitalis ikan dapat
membedakan jenis kelaminnya melalui gonadnya, jika gonadnya berwarna putih maka ikan
berjenis kelamin jantan dan jika gonad berwarna kuning kecoklatan maka ikan berjenis
kelamin betina. (Diastuti, 2009).
Sistem urogenital ikan yang utama yaitu adanya dua buah ginjal yang berukuran
relatif panjang. Terdapat pula ureter yang merupakan saluran kencing bagi ikan. Selain itu
pada sistem urogenital ikan terdapat pula alat kelamin berupa gonad. Alat kelamin pada
jantan disebut tetis yang berwarna putih dan pada betina disebut ovarium (Lytle dan John,
2005).
Pembedahan ikan untuk melihat bentuk gonad (testes dan ovarium), serta ginjal dan
saluran-salurannya. Pembedahan dilakukan dengan hati-hati akan mencegah alat
reproduksi rusak. Untuk memudahkannya maka alat reproduksi dan salur pencernaan
dibuang, sehingga alat reproduksi dapat dilihat dengan jelas. Dengan menggunakan pinset
testes atau ovarium dapat diletakan diluar tubuh ikan dengan cara menariknya
3.2.2. Ikan Nilem Jantan (Osteosilus haselti)

Gambar 1.1 Ikan Nilem Jantan (Osteosilus haselti)


Sumber: Dokumentasi pribadi

Tabel 5. Hasil pengamatan ciri khusus ikan Nilem (nama latin) terkait sistem
urogenital
No Jenis Kelamin Ciri Morfologi Ciri Anatomi
Tubuh lebih kecil Gonad berwarna putih
Warna lebih cerah
1 Jantan
Opperculum halus

Tubuh lebih besar Gonad berwarna kuning


2 Betina Warna lebih gelap kecoklatan
Opperculum kasar

Tabel 6. Hasil pengamatan sistem urogenital ikan Nilem (nama latin)

Jenis Organ Sistem Urogenital


No Sistem Urinary Sistem Genital
Kelamin 1. 2. 3. 4. 5. 6.
1 Jantan Ginjal Insang Anus Testes Vas Lubang
deferensia genital
2 Betina Ginjal Insang Anus Ovarium Oviduct Anus

Organ reproduksi pada Ikan Nilem ini terdiri dari gonad dengan saluran kelenjar
asesorisnya. Ada dua macam gonad, yaitu gonad yang menghasilkan sel kelamin betina
(ovum) yang disebut ovarium dan gonad yang menghasilkan sel kelamin jantan
(spermatozoa) yang disebut dengan testis. Ovarium terdapat dalam hewan betina yang
ditambatkan oleh mesentrium khusus pada dinding tubuh (mesovarium). Ovarium selain
sebagai gonad, juga sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon estrogen dan
progesteron. Testis terdapat pada hewan jantan. Letak testis pada vertebrata rendah
tersimpan dalam rongga perut dengan ditambatkan ke dinding tubuh oleh mesentrium
khusus (mesorchium). Testis pada vertebrata tingkat tinggi terletak diluar rongga perut,
tersimpan dalam bangunan khusus yang disebut skrotum. Testis selain sebagai gonad juga
sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon testosteron (Radiopoetro, 1991).
Ikan Nilem Jantan memiliki gonad berwarna putih dan pada ikan nilem betina
warna gonadnya adalah kuning kecoklatan. Organ reproduksi yang ada pada ikan nilem
jantan adalah testes dan pada ikan nilem betina organ reproduksinya adalah ovarium. Hal
ini sesuai dengan referensi yang menyatakan bahwa organ reproduksi pada Ikan Nilem ini
terdiri dari gonad dengan saluran kelenjar asesorisnya. Ada dua macam gonad, yaitu gonad
yang menghasilkan sel kelamin betina (ovum) yang disebut ovarium dan gonad yang
menghasilkan sel kelamin jantan (spermatozoa) yang disebut dengan testis (Radiopoetro,
1977).
Gonad pada ikan nilem jantan berwarna putih, hal ini juga sesuai dengan referensi
bahwa kebanyakan dari gonad dari ikan nilem jantan atau testes ikan nilem jantan
berwarna putih. Hal lainnya pada ikan nilem betina yang memiliki warna gonad kuning
kecoklatan juga sesuai dengan referensi, karena warna kuning kecoklatan yang diberikan
oleh ikan nilem betina ini menandakan bahwa ikan nilem betina sudah siap dipijah ataupun
sudah matang gonad (Subagja, 2009)
Ikan nilem merupakan ikan peliharaan dan termasuk Teleostei yaitu ikan-ikan
yang banyak dilihat dan banyak dimakan. Ikan nilem hidup diperairan tawar Ikan Nilem
termasuk dalam kelas Pisces dan family Crypnidae. Seluruh tubuh dari ikan nilem
diselimuti sisik dan memiliki banyak sirip sebagai alat bantu berenang. Bagian tubuh ikan
nilem terbagi menjadi 3 bagian yaitu kepala (caput) yang membentang dari ujung moncong
sampai operculum, badan (truncus) yang membentang mulai dari akhir operculum sampai
porus urogenitalis dan ekor (cauda) yang membentang dari porus urogenitalis sampai ujung
tubuh. Ikan nilem dapat mencapai panjang tubuh 32 cm (Susanto, 2006).

3.2.3. Ikan Nilem Betina (Osteosilus haselti)

Gambar 1.2 Ikan Nilem Betina (Osteosilus haselti)


Sumber:Dokumentasi pribadi
Organ-organ yang termasuk kedalam system uroginetal :
Ginjal (Ren), terdapat sepasang, berwarna merah kehitaman, terletak diluar ruang
peritoneum, menempel dibawah tulang punggung memanjang dari dekat anus ke arah
depan hingga ujung rongga perut, bentuknya tidak jelas. Ginjal berfungsi untuk
mengeluarkan ammonia dan senyawa-senyawa yang nontoksik.
Ureter (Ductus mesonefhridicus=saluran bolffian), merupakan tempat mengalirnya
urin yang berasal dari ginjal, terdpat dipinggiran dorsal rongga dada dan menuju
kebelakang. Pada ikan jantan, kedua saluran ini terlihat dan merupakan tabung
(Tubulus) yang pendek, terentang dari ujung belakang ginjal sampai kantung urin,
sedangkan pada ikan betina menuju ke sinus uroginetalia.
Kantong urin (Pesica urinaria), merupakan lanjutan dari ureter kiri dan kanan, dan
merupakan tempat penampungan urin sebelum dikeluarkan. Pada beberapa jenis ikan,
kantong urin dapat dilihat dengan jelas terletak dekat anus dan bentuknya menyerupai
kantong kecil
Uretra, merupaan saluran yang berasal dari kantong urin dan menuju ke porus
urogenitalia, merupakan jalan keluar urin dari dalam tubuh. System kelamin pada ikan
dapat dibedakan atas system kelamin betina dengan system kelamin jantan (Pariwara,
2010)
Pada ikan bertulang sejati, system kelamin betina disusun oleh:
Ovarium, pada ikan umumnya ada dua buah, tampak seperti agar-agar yang jernih,
terdapat bintik-bintik karena berisi sel telur. Alat pengantung ovarium disebut
mesovarium.
Saluran telur (Oviduct), merupkan saluran tempat lewatnya ovum, sangat pendek dan
bersatu pada bagian belakangnya untuk selanjutnya bermuara pada porus genitalia.
Sistem kelamin jantan ikan disusun oleh:
Testes, terletak dibawah gelembung renang dan diatas intestinum. Bentuk testes agak
kompak dan berwarna putih. Didalam testes dihasilakn spermatozoa. Proses
pembentukan spermatozoa disebut spermatogenesis. Bentuk spermatozoa bermacam-
macam bergantung kepada spesies ikan. Alat pengantung testes disebut mesorchium.
Vasa Deferensia, merupakan dua buah saluran sperma yang bergabung pada bagian
belakangnya membentuk suatu ruang genital yang terbuka kearah luar, terletak
diantara ureter atau papilla urineria dan anus.
Lubang Genital (Porus genitalia), merupakan lubang yang terbuka kearah luar dan
tempat pelepasan sperma (saanin, 1984).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pembahasan praktikum didapatkan mengenai sistem
urogenital ikan nilem. Sistem urogenital merupakan sistem penggabungan antara
sistem urinaria dan genital, yaitu sistem eskresi dan sistem reproduksi. Mengacu
pada hasil praktikum, ikan nilem memiliki organ urinaria berupa ginjal dan saluran
urine, sementara untuk organ reproduksi adalah gonad, pada nilem jantan gonad
jantan adalah testis dan berwarna putih. Sedangkan gonad betina merupakan
ovarium yang berwarna kuning kecoklatan.
5.2. Saran
Saat praktikum berlangsung, dalam melakukan pemilihan antara ikan nilem dan
jantan betina diperlukan ketelitian agar tidak salah memilih, sehingga tidak menyebabkan
ikan terbuang sia sia.

DAFTAR PUSTAKA

Diastuti, Renni. 2009. Biologi. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.


Jakarta
Lytle, Charles and John R. Meyer. 2005. General Zoology Laboratory 14th edition.
New York : Mc. Graw Hill Higher Education.
Pariwara,Intan.2010.Buku Biologi Untuk Universitas.Jakarta.
Radiopoetro, dkk. 1991 . Zoology. Erlangga. Jakarta
Radiopoetro.1977.Zoologi.Erlangga:Jakarta.
Rochman, 2009. Biologi SMA Kelas XI. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional. Jakarta
Saanin,H.1984.Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Vol.I dan II. Bina Cipta
Barang:Bandung.
Subagja, 2009. Bahan Ajar Ikhtiologi Jurusan Perikanan dan Ilmu Kelautan. FPIK
Universitas Haluoleo. Kendari
Susanto, H. 2006. Budidaya Ikan di Pekarangan (Edisi Revisi). Penebar Swadaya.
Jakarta.
LAMPIRAN
berisi beberapa konten dengan urutan sebagai berikut:
fotokopi data pengamatan

Anda mungkin juga menyukai