Disusun Oleh :
Laila Nur Rohma NIM : 16416241051
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat, hidayah serta inayahnya kepada kami sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah tentang Peran Imu Sosial Profetik Dalam
Mengembangkan Pendidikan Karakter di Indonesia ini dengan baik meskipun
banyak kekurangan di dalamnya.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Peran Imu Sosial Profetik Dalam
Mengembangkan Pendidikan Karakter di Indonesia. Kami juga menyadari bahwa
di dalam makalah ini terdapat kekurangan karena keterbatasan pengetahuan
maupun pengalaman kami. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik dan saran
demi perbaikan makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia tidak kalah baik dengan Pemikiran Barat. Oleh sebab itu maka
sebut dengan Ilmu Sosial Profetik. Ilmu sosial profetik dengan di terapkan
adalah masalah pendidikan karakter. Moral atau karakter anak bangsa saat
menyebabkan karakter yang ada mulai luntur. Oleh sebab itu pendidikan
1
karakter di Indonesia perlu digalakkan kembali guna menyongsong
dan menjadikan peserta didik pikirannya terbuka akan budi pekerti yang
B. Rumusan Masalah
C. Manfaat penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Indonesia ini. Tepatnya, dalam bahasa Islam beliau adalah sosok manusia
alim, yang banyak membaca dan banyak tahu. Tampaknya tidak salah
apabila kita banyak belajar dari beliau, terutama dari ilmu dan pesan-pesan
di sini, adalah dimaksudkan agar agama diberi tafsir baru dalam rangka
3
bentuk suatu teori sosial. Lingkup yang menjadi sasaran dari pemikiran ini
teori ‘ilmu sosial profetik’ yang pada dasarnya bersifat transformatif Apa
profetik sebagai solusi atas persoalan ilmu sosial di Indonesia. Ilmu sosial
profetik atau yang biasa disebut dengan ISP ini menrupakan sebuah
4
gagasan dari prinsip integrasi ilmu pengetahuan (sains) dengan agama.
Arti kata profetik sendiri dapat kita pahami sebagai sifat yang sesuai
dengan kenabian. Meski Ilmu Sosial Profetik ini identik dengan islam,
obsesi kaum mistikus yang berusaha untuk menyatu dengan Tuhan. Iqbal
Isra’ Mi’raj.
realitas empiris, rasio, dan wahyu (Nasiwan, 2016). Hal ini tentu
5
Nabi melakukan tindakan dengan memahami realitas saat itu, sehingga
jalan keluar yang ditemukan akan tepat dan diterima oleh masyarakat kala
itu.
yang sesuai dengann corak masyarakat Indonesia atau ilmu sosial yang
sesuai dengan corak Bangsa Indonesia karena Ilmu Sosial Profetik ini
Islam saja, tetapi pada agama lainnya juga. Pada dasarnya semua agama
kehidupan manusia ke arah yang lebih baik. Dengan adanya Ilmu Sosial
pengetahuan, karena apa yang mereka alami (realitanya) tidak sama persis
realitas empiris, rasio, dan wahyu (Nasiwan, 2016). Hal ini tentu
realitas empiris dan menjadikan wahyu sebagai mitos belaka. Ilmu Sosial
6
yang dikembangkan, tidak hanya menjelaskan dan mengubah fenomena
sebuah ilmu berperan. Dalam Ilmu Sosial Profetik terdapat tiga rumusan
konsep ini, manusia tidak lagi sebagai pusat dalam mengangkat martabat
dunia. Sementara itu, transedensi merupakan dasar dari dua unsur tersebut,
yang merupakan hakikat dari perjuangan para Nabi seperti yang dijelaskan
7
Ilmu Sosial Profetik yang dikembangkan Kuntowijoyo merupakan
Nilai – nilai transedental yang terdapat dalam Ilmu Sosial Profetik ini pada
nilai keilahian. Dapat pula dikatakan, bahwa Ilmu Sosial Profetik ini
berorientasi pada mode of thought dan mode of inquiry, yaitu sumber ilmu
Seandainya Nabi Muhammad saw adalah seorang mistikus atau sufi, kata
Iqbal, tentu beliau tidak ingin kembali ke bumi, karena telah merasa
bersatu dengan Tuhan dan berada di sisiNya. Justru, yang terjadi adalah,
8
tergolong sejarawan yang piawai. Kuntowijoyo tidak hanya produktif
hubungannya dengan kebenaran yang lebih tinggi, lebih luas, dan lebih
perilaku manusia Indonesia yang tidak tepat, misalnya, sehingga dia segera
9
juga menunjukkan baik kepada manusia Indonesia pada umumnya dan
etika idealistik ke etika profetik. Oleh karena itu, kerangka pikir atau
kata lain, mempunyai etika profetik. Dalam QS Ali Imran (3): 110,
10
pekerti, pikiran, dan jasmani anak agar selaras dengan alam dan
masyarakatnya.
Pasal 1 ayat (1) disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
rasio) untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan dunia dan akhirat (UU
RI th 2005).
budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Batasan itu
sesuatu yang bersifat menetap sehingga seseorang atau sesuatu itu berbeda
11
Menurut Alwisol (2006), karakter diartikan sebagai gambaran tingkah
laku yang menonjolkan nilai benar salah, baik buruk, baik secara eksplisit
setiap situasi.
12
untuk memiliki kompetensi intelektual, karakter, dan keterampilan
mandiri, jujur, dan arif, hormat dan santun, dermawan, suka menolong,
karakter, seorang anak akan menjadi cerdas, tidak hanya otaknya namun
juga cerdas secara emosi. Kecerdasan emosi adalah bekal terpenting dalam
13
emosi, seseorang akan dapat berhasil dalam menghadapi segala macam
pekerti yang baik. Dengan adanya pendidikan karakter, maka peserta didik
14
berakhlak mulia dan dapat menyebarkan kesejahteraan bagi masyarakat
Karakter Bangsa.
memberi dampak negatif kepada generasi muda, akibat dari Budaya Barat
15
posisi yang terhormat. Namun kenyataan saat ini berbeda.
kepada Guru. Hal ini dapat dilihat dari cara mereka berbicara,
16
Setiap perbuatan yang telah dilakukan pasti memiliki
lain:
rumah,
sebagainya.
17
generasi muda: Tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya,
18
dan sikap yang didasari pada pengetahuan untuk melakukannya.
diri sendiri
sesama manusia
lingkungan
kebangsaan
19
Setelah diketahui nilai-nilai pendidikan karakter tersebut,
Karakter.
20
itu mencapai sasaran yakni kesejahteraan, kemaslahatan dan kedamaian
baik sebagai hasil dari proses internalisasi nilai-nilai utama, atau nilai-nilai
positif seperti keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa, jujur, saling
dengan budaya local, dan harus selalu di integrasikan kedalam semua mata
pelajaran.
21
harus merefleksikan pesan-pesan moralitas, kedisiplinan memegang
surat Ali ‘Imran ayat 110, yang di dalamnya memuat: (a) humanisasi,
22
nilai profetik bersifat universal (syamil), dan nilai profetik bersifat
humanis (insaniyah).
dari sumber utama yaitu tentang kenabian. Nabi Muhammad saw untuk
23
Pendidikan profetik tidak lain adalah proses pendidikan yang
dilaksanakan seperti pada era Nabi, yang memadukan aspek jasmani dan
disiplin, santun dan menghormati para guru, orang tua, jujur dan rajin
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Profetik ini pada dasarnya bersumber pada keimanan dan tauhid, sehingga
memiliki nilai – nilai keilahian. Dapat pula dikatakan, bahwa Ilmu Sosial
Profetik ini berorientasi pada mode of thought dan mode of inquiry, yaitu
Transdental.
baik sebagai hasil dari proses internalisasi nilai-nilai utama, atau nilai-nilai
positif seperti keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa, jujur, saling
25
menghormati, peduli, tanggungjawab, dalam kehidupan bermasyarakat.
B. Saran
26
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol.2006.Psikologi Kepribadian.Malang:UMM
Mizan
27