Diagfram Fishbone Analisa Studi Kasus Diagram Alir Sebab Akibat
Diagfram Fishbone Analisa Studi Kasus Diagram Alir Sebab Akibat
disusun guna memenuhi tugas praktikum mata kuliah Pengendalian Mutu Pangan
Anggota Kelompok 7 :
1. Anis Suhariati 101710101011
2. Titik Khoiriyah 101710101039
3. Tri Yuli Islamiyah 101710101058
4. Frida Maslikhah 101710101064
I. PENDAHULUAN
II. PEMBAHASAN
2.2.1.2 Bahan
· Tepung terigu
· Tepung mocaf
· Gula
· Telur
· Margarine
· Ragi
· Toping (mises, keju, selai buah, dll).
2. Tenaga Kerja
Tidak disiplin, hal ini ditunjukkan dengan adanya kurang ketelitian pekerja
dalam memformulasikan bahan-bahan untuk adonan roti. Seperti pada saat dalam
penimbangan bahan, pekerja kurang teliti melakukan penimbangan bahan,
sehingga komposisi bahan tidak seimbang dan tidak sesuai dengan resep. Kurang
tepatnya pekerja memanage waktu pada proses pengovenan.Selain itu kurang
cermatnya pekerja dalam pengontrolan kecepatan atau speed yang digunakan pada
saat pengoprasian mixer.
3. Tata Letak
Penataan ruang produksi, pada tempat pengolahan kurang tepat penaataan
dan kurang tepat menurut standart yang berlaku. Hal ini dikarenakan tata letak
pada tempat pengolahan yang dijadikan satu dengan tempat produksi produk
lainnya., sehingga adanya kemungkinan bahan tercampur dengan bahan produk
lain yang kemungkinan dapat mempengaruhi kualitas produk akhir.
4. Peralatan
a. Kecepatan mixer tidak konstan
Dalam pencampuran bahan-bahan digunakan alat mixer. Alat mixer ini
memiliki kecepatan (Speed) yang berbeda-beda yaitu dengan kisaran speed 1-2.
Jika adonan yang akan dimixer adonan kering maka kecepatan mixer menggunakan
speed 1, sedangkan pada adonan basah maka kecepatan mixer yang digunakan
menggunakan speed 2. Kecepatan mixer yang digunakan dalam pencampuran
bahan sangat berpengaruh terhadap tekstur roti yang dihasilkan, jika kurang
cermat dalam mengontrol kecepatan mixer maka memungkinkan tekstur roti
bantet.
b. Neraca tidak valid
Pada saat formulasi bahan, dibutuhkan penimbangan bahan terlebih dahulu
untuk mendapatkan formulasi yang tepat. Pada neraca yang sudah lama dipakai
dan kurangnya perawatan (tidak pernah dikalibrasi ) maka tingkat kevalidannya
akan menurun.
5. Bahan Baku
a. Kualitas dan jumlah ragi
Volume roti yang terbentuk sangat dipengaruhi oleh hasil CO2 selama
pengembangan adonan dan karakteristik dari protein untuk menahan gas.
Sementara yang berfungsi sebagai pengembang adonan dengan produksi gas CO2
nya adalah ragi. Selain itu, ragi juga berfungsi sebagai pelunakgluten dengan asam
yang dihasilkan serta pemberi rasa dan aroma.
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, sebagian besar hasil
produksi roti manis telah sesuai dengan standar yang ditetapkan. Namun, terdapat
beberapa produksi yang mengalami cacat yang diakibatkan oleh adanya neraca
yang tidak valid, sehingga berpengaruh terhadap formulasi bahan. Produk yang
cacat biasanya tidak dipasarkan, namun diberikan kepada karyawan atau penduduk
sekitar yang bersedia untuk mengkonsumsinya karena meskipun produk tersebut
mengalami cacat masih dalam kategori aman dikonsumsi.
3.2 Saran
Setiap akan melakukan produksi, hendaknya pekerja menerapkan sistem
higiene seperti mencuci tangan, memakai sarung tangan, penutup kepala, dan
menggunakan masker. Selain itu, setiap akan berproduksi dilakukan pengujian
terhadap kualitas bahan-bahan yang akan digunakan. Serta mengkalibrasikan dan
melakukan perawatan rutin terhadap peralatan yang digunakan. Akan lebih baik
apabila ruangan produksi roti manis dipisahkan dengan produksi produk lain. Agar
produk yang dihasilkan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Gaspersz, V., 2001. Metode Analisis untuk Peningkatan Kualitas. PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.