1
1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Minyak bumi merupakan suatu campuran yang sangat komplek, terutama terdiri dari senyawa-
senyawa hidrokarbon (senyawa-senyawa organic yang molekulnya hanya memiliki unsure
karbon dan hydrogen saja). Kandungan senyawa hidrokarbon yang terdapat dalam minyak bumi
dapat mencapai 97-98%. Belerang, Nitrogen, Oksigen, dan logam-logam khususnya Vanadium,
Nikel, besi dan tembaga yang terikat sebagai senywa-senyawa organic juga merupakan
kandungan lain yang terdapat dalam minyak bumi.air dan garam juga terdapat dalam minyak
bumi dalam keadaan terdispersi. Air dan garam ini dianggap sebagai pengotor (impurities)
karena bersifat sebagai pengganggu dalam proses kilang dan dapat menurunkan mutu dari
produk.
a. Struktur hidrokarbon yang ditemukan dalam minyak mentah:
a.1. Alkana (parafin) CnH2n + 2
Alkana ini memiliki rantai lurus dan bercabang, fraksi ini merupakan yang terbesar di dalam
minyak mentah.
a.2. Siklo alkana (napten) CnH2n
Sikloalkana ada yang memiliki cincin 5 (lima) yaitu siklopentana ataupun cincin 6 (enam) yaitu
sikloheksana.
Sikloheksana Siklopentana
a.3. Aromatik CnH2n-6 Aromatik memiliki cincin 6 (enam)
Aromatik hanya terdapat dalam jumlah kecil, tetapi sangat diperlukan dalam bensin karena :
– Memiliki harga anti knock yang tinggi
– Stabilitas penyimpanan yang baik
– Dan kegunaannya yang lain sebagai bahan bakar (fuels)
Proporsi dari ketiga tipe hidrokarbon sangat tergantung pada sumber dari minyak bumi. Pada
umumnya alkana merupakan hidrokarbon yang terbanyak tetapi kadang-kadang (disebut sebagai
crude napthenic) mengandung sikloalkana sebagai komponen yang terbesar, sedangkan aromatik
selalu merupakan komponen yang paling sedikit.
b. Senyawa bukan hidrokarbon
Senyawa bukan hidrokarbon yang terdapat dalam minyak bumi adalah senyawa hidrokarbon
yang mengandung atom unsure belerang, oksigen, nitrogen dan logam-logam. Senyawa-senyawa
ini dianggap sebagai pengotor karena mempunyai pengaruh yang tidak baik dalam proses
pengolahan minyak bumi dalam kilang minyak, seperti korosi dan peracunan katalis maupun
pengaruhnya yang jelek terhadap kualitas produk yang dihasilkan.
b.1. Belerang
Biasanya terdapat dalam minyak bumi dalam bentuk unsur belerang terlarut. Biasanya kadar
belerang yang tredapat dalam minyak mentah yaitu 0.04-6%. Apabila minyak mentah didestilasi,
maka belerang akan terdistribusi sedemikian sehingga makin berat fraksi kandungan belerang
akan semakin besar kira-kira 95% berat dari belerang yang berasal dari umpan akan terdapat
pada fraksi minyak residu. Senyawa belerang yang terkandung dalam minyak bumi dapat
menyebabkan beberapa kerugian, seperti;
1. Pencemaran udara, pencemaran ini berasal dari beberapa senyawa belerang yang berbau tidak
seadap. Senyawa belerang yang berbau tidak sedap ini mempunyai titik didih rendah, seperti
hydrogen sulfide, belerang dioksida, merkapta, sampai enam atom karbon, sulfide sampai
dengan delapan atom karbon.
2. Korosi biasanya diisebabkan oleh kebanyakan senyawa belerang terutama terjadi pada suhu di
atas 300oF. Korosi ini dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan pada alat-alat pengolahan pada
kilang minyak, terutama pada alat-alat yang bekerja pada suhu tinggi. Pada suhu rendah senyawa
belerang yang bersifat korosif adalah hydrogen sulfide dan beberapa senyawa sulfide, disulfide,
dan merkaptan yang memiliki titik didih rendah, seperti hydrogen sulfide dalam udara lembab
akan mengubah besi menjadi besi sulfide yang rapuh.
3. menurunkan angka oktan mesin, penurunan angka oktan ini tergantung pada jumlah dan tipe
senyawa belerang, seperti merkaptan dan etil trisulfida, sedangkan monosulfida, tiofen, karbon
disulfide tidak menyebabkan terjadinya penurunan angka oktan mesin.
4. Menurunkan suseptibilitas bensin terhadap timbaltetraetil,
5. Meracuni katalis platina.
B. TUJUAN
1. Analisis terhadap kandungan sulfur sebagai zat yang meracuni pada katalis Pt.
2. Regenerasi katalis akibat deposit coke.
3. Pemanfaatan limbah katalis yang sudah tidak dapat di regenerasi sebagai pembuatan batako,
keramik atau bahan bangunan lainnya
C. MANFAAT
1. Mengetahui kandungan sulfur dalam katalis yang teracuni.
2. Mendapatkan katalis yang dapat dimanfaatkan kembali untuk proses produksi serta pembuatan
batako, keramik atau bahan bangunan lainnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KATALIS
Katalis adalah suatu bahan kimia yang dapat meningkatkan laju suatu reaksi tanpa bahan tersebut
menjadi ikut terpakai; dan setelah reaksi berakhir, bahan tersebut akan kembali kebentuk awal
tanpa terjadi perubahan kimia. Penggunaan katalis dapat menurunkan tingkat aktivasi energi
yang dibutuhkan, membuat reaksi terjadi lebih cepat atau pada suhu yang lebih rendah.
Katalis terutama banyak dipergunakan untuk membantu dalam proses industri seperti dalam
pengilangan minyak bumi dan proses produksi bahan kimia umum atau kimia khusus. Selain
dikedua jenis industri tersebut, katalis juga dipergunakan dalam proses produksi produk
makanan, pembangkit listrik tenaga nuklir, kendaraan, dan untuk kegiatan pengendalian
pencemaran.
Dalam proses di kilang minyak bumi, katalis yang banyak dipergunakan adalah katalis
reforming, isomerasi dan hydrocracking. Fungsi katalis-katalis tersebut pada dasarnya untuk
membantu memecah rantai senyawa karbon. Dengan bantuan katalis tersebut minyak mentah
(crude oil) dapat diproses sehingga dapat diperoleh variasi turunannya seperti premium, kerosin,
avtur, dan produk lainnya tergantung tingkat pemutusan rantai karbonnya.
Cara Kerja Katalis. Berdasarkan cara reaksinya, katalis dapat dibagi menjadi dua tipe, heterogen
dan homogen. Dalam reaksi heterogen, katalis memiliki fasa yang berbeda dengan reaktan
(bahan yang bereaksi). Pada reaksi homogen, katalis memiliki fasa yang sama dengan
reaktannya. Pada reaksi heterogen, pertama-tama reaktan akan terjerap (adsorption) pada
permukaan aktif katalis, selanjutnya akan terjadi interaksi baik berupa reaksi sebenarnya pada
permukaan katalis, atau terjadi pelemahan ikatan dari molekul yang terjerap. Setelah reaksi
terjadi, molekul hasil reaksi (produk) dilepas dari permukaan katalis. Oleh karena itu, katalis
yang baik perlu memiliki kemampuan menjerap dan melepaskan yang baik. Pada reaksi
homogen, biasanya proses terjadi dalam bentuk gas atau terjadi dalam satu fasa cair tunggal.
Katalis logam mulia. Logam mulia seperti platinum, palladium, ruthenium, rhodium, Au, Ag,
baik tunggal atau kombinasi merupakan jenis katalis yang banyak dipergunakan sebagai katalis.
Keuntungan penggunaan katalis logam mulia karena memiliki tingkat aktivitas yang tinggi,
selektifitas yang baik, dan daya tahan yang baik sehingga jangka waktu penggantiannya lama.
Logam mulia yang banyak digunakan sebagai katalis antara lain:
Platinum: merupakan katalis logam mulia yang paling banyak dipergunakan. Katalis ini memiliki
aktivitas yang tinggi dalam proses hidrogenasi, dehidrogenasi, oksidasi, dll. Biasanya merupakan
katalis pertama yang dipilih sebelum memperoleh katalis yang lebih tepat. Saat ini
penggunaannya makin meluas, termasuk dibidang kimia khusus untuk reduksi alkilasi,
hidrogenasi karbonil dan hidrogenasi selektif senyawa nitro tanpa dehalogenasi.
Ruthenium: katalis ruthenium memiliki aktivitas yang tinggi dalam hidrogenasi senyawa
karbonil alifatik dan cincin aromatik pada kondisi medium tanpa reaksi sampingan. Jika terdapat
air dalam system reaksi, katalis ini akan memberikan aktivitas yang lebih tinggi lagi. Katalis ini
tahan senyawa sulfuric yang biasanya merupakan racun bagi katalis logam mulia. Katalis ini
stabil dalam pelarut asam dan basa, dan dapat digunakan untuk reaksi dalam asam kuat.
Rhodium: merupakan katalis yang memiliki aktivitas tinggi dalam hidrogenasi senyawa
aromatik. Katalis ini menghidrogenasi banyak senyawa aromatik pada suhu ruang dan tekanan
normal. Katalis ini juga memiliki aktivitas lebih tinggi dibanding katalis logam palladium yang
biasa dipergunakan dalam hidrogenasi olefin.
Iridium: meskipun katalis iridium memiliki aktivitas yang rendah dan aplikasi yang terbatas
mengingat kelangkaannya, katalis ini mulai mendapat perhatian karena sifat reaksinya yang unik
Logam-logam lain seperti Sn, Pb, Ni, Co, Ge digunakan sebagai promotor. Logam-logam ini
dilapisi berbagai carrier/pembawa seperti alumina, silica, zeolit dan karbon.
Bentuk Katalis. Selain tergantung pada bahan katalitik, bahan promotor dan bahan pembawa
(carrier), efektifitas fungsi katalitik juga ditentukan oleh bentuk dan ukuran katalis. Katalis dapat
berbentuk pellet, granular, sarang lebah, atau serat agar memiliki kinerja yang optimum
disesuaikan dengan tahapan proses produksi yang dijalani.
Penyebab Kerusakan Aktivitas Katalis. Berbeda dengan spent katalis yang merupakan katalis
yang telah kehilangan fungsinya akibat berakhirnya umur pemakaian, kerusakan aktivitas katalis
biasanya terjadi pada katalis baru atau katalis yang sebenarnya belum habis umur pemakaiannya.
Kerusakan aktivitas katalis ditunjukkan dengan adanya peningkatan aktivitas berlebih atau
penghambatan aktivitas. Kerusakan aktivitas katalis dapat disebabkan karena adanya kerusakan
fisik atau kerusakan kimia katalis.
B. SULFUR
Belerang atau sulfur adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang S dan
nomor atom 16. Bentuknya adalah non-metal yang tak berasa, tak berbau dan multivalent.
Belerang, dalam bentuk aslinya, adalah sebuah zat padat kristalin kuning. Di alam, belerang
dapat ditemukan sebagai unsur murni atau sebagai mineral- mineral sulfide dan sulfate.
Dengan adanya pemanasan yang cukup dan katalis maka hidrokarbon parafin akan pecah
menjadi dua atau lebih fragmen dan salah satunya berupa olefin. Semua reaksi cracking adalah
endotermik dan melibatkan energi yang tinggi. Proses cracking meliputi:
* Proses cracking thermis murni
Proses ini merupakan proses pemecahan molekul-molekul besar dari zat hidrokarbon yang
dilakukan pada suhu tinggi yang bekerja pada bahan awal selama waktu tertentu.
Pada pelaksanaannya tidak mungkin mengatur produk yang dihasilkan pada suatu proses
crackingi, biasanya selain menghasilkan bensin (bensin) juga mengandung molekul-molekul
yang lebih kecil (gas) dan molekul-molekul yang lebih besar (memiliki titik didih yang lebih
tinggi dari bensin).
Proses cracking dilakukan untuk menghasilkan fraksi-fraksi bensin yang berat yaitu yang
mempunyai bilangan oktan yang buruk karena umunya bilangan oktan itu meningkat jika titik
didihnya turun. Maka pada cracking bensin berat akan diperoleh suatu perbaikan dalam kualitas
bahan pembakarnya yang disebabkan oleh 2 hal, yaitu:
– Penurunan titik didih rata-rata
– Terbentuknya alken
Oleh karena itu bilangan oktan dapat meningkat dengan sangat tinggi, misalnya dari 45-50
hingga 75-80.
* Proses cracking thermis dengan katalisator
Dengan adanya katalisator maka reaksi cracking dapat terjadi pada suhu yang lebih rendah.
Keuntungan dari proses thermis-katalisator adalah:
• Perbandingan antara bensin terhadap gas adalah sangat baik karena disebabkan oleh pendeknya
waktu cracking pada suhu yang lebih rendah.
• Bensin yang dihasilkan menunjukkan angka oktan yang lebih baik.
Dengan adanya katalisator dapat terjadi proses isomerisasi, dimana alkena¬alkena dengan rantai
luru dirubah menjadi hidrokarbon bercabang, selanjtnya terjadi aromatik-aromatik dalam fraksi
bensin yang lebih tinggi yang juga dapat mempengaruhi bilangan oktan.
* Proses cracking dengan chlorida-aluminium (AlCl3) yang bebas air
Bila minyak dengan kadar aromatik rendah dipanaskan dengan AlCl3 bebas air pada suhu 180-
2000C maka akan terbentuk bensin dalam keadaan dan waktu tertentu. Bahan yang tidak
mengandung aromatik (misalnya parafin murni) dengan 2 atau 5% AlCl3 dapat merubah
sebagian besar (90%) dari bahan itu menjadi bensin, bagian lain akan ditingga/ sebagai arang
dalam ketel. Anehnya pada proses ini bensin yang dihasilkan tidak mengandung alkena-alkena
tetapi masih memiliki bilangan oktan yang lumayan, hal ini mungkin disebabkan kerena
sebagian besar alkena bercabang. Kerugian dari proses ini adalah :
– Mahal karena AlCl3 yang dipakai akan menyublim dan mengurai.
– Bahan-bahan yang dapat dikerjakan terbatas.
– Pada saat reaksi berlangsung, banyak sekali gas asam garam maka harus memakai alat-alat
yang tahan korosi.
2. Polimerisasi
Terbentuknya polimer antara ikatan molekul yang sama yaitu ikatan bersama dari light bensin.
Proses polimerisasi merubah produk samping gas hirokarbon yang dihasilkan pada cracking
menjadi hidrokarbok liquid yang bisa digunakan sebagai:
• Bahan bakar motor dan penerbangan yang memiliki bilangan oktan yang tinggi.
• Bahan baku petrokimia.
Bahan dasar utama dalam proses polimerisasi adalah olefin (hidrokarbon tidak jenuh) yang
diperoleh dari cracking still. Contohnya: Propilen, n-butilen, isobutilen.
3. Alkilasi
Proses alkilasi merupakan proses penggabungan olefin dari aromat atau hidrokarbon parafin.
4. Hidrogenasi
Proses ini adalah penambahan hidrogen pada olefin. Katalis hidrogen adalah logam yang dipilih
tergantung pada senyawa yang akan di reduksi dan pada kondisi hidrogenasi, misalnya Pt, Pd,
Ni, dan Cu.
Disamping untuk menjenuhkan ikatan ganda, hidrogenasi dapat digunakan untuk mengeliminasi
elemen-elemen lain dari molekul, elemen ini termasuk oksigen, nitrogen, halogen dan sulfur.
5. Hydrocracking
Proses hydrocracking merupakan penambahan hidrogen pada proses cracking.
6. Isomerisasi
Proses isomerisasi merubah struktur dari atom dalam molekul tanpa adanya perubahan nomor
atom.
Proses ini menjadi penting karena dapat menghasilkan iso-butana yang dibutuhkan untuk
membuat alkilat sebagai dasar bensin penerbangan.
BAB III
PEMBAHASAN
A. ANALISIS SULFUR DALAM KATALIS
Doctor Test merupakan uji yang betujuan untuk mengetahui adanya senyawa sulfur dan
merkaptan secara kualitatif. Doctor solution ialah larutan Na2PbO2, yang dibuat dengan cara
melarytkan 125 gram NaOH dalam 1 liter aquades ditambahkan 60 gram PbO dan dikocok-
kocok kuat selama 15 menit. Kemudian didiamkan selama satu hari dan saring larutan tersebut.
Reaksi yang terjadi:
2NaOH + PbONa2PbO2 + H2S
(doctor solution)
sampel ditambah doctor solution kemudian ditutup rapat dan di kocok kuat selama 15 detik agar
terjadi larutan yang homogen. Setelah didiamkan selama 2 menit kemudian diamati, bila sampel
tampak warna coklat berarti sampel sampel positif mengandung hidrogen sulfida (H2S). Test
dilanjutkan dengan penambahan sedikit free sulfur ke dalam campuran tersebut kemudian
dikocok kuat selama 15 detik. Setelah didiamkan selama 2 menit kemudian diamati perubahan
yang terjadi, apabila tampak endapan warna coklat berarti sampel positif mengandung
merkaptan.
Reaksi yang terjadi:
H2S + Na2PbO2 PbS + 2NaOH
(coklat)
bila contoh mengandung RSH
RSH + Na2PbO2 Pb(RS)2 + 2NaOH
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Kandungan sulfur dapat diketahui melalui doctor test.
2. Katalis yang teracuni oleh sulfur dapar diregenersi sehingga dapat digunakan untuk proses
produksi lagi.
3. Katalis yang tidak dapat diregenerasi dapat dimanfaatkan untuk pembuatan batako, keramik
atau bahan bangunan lainnya
DAFTAR PUSTAKA
http://b3.menlh.go.id/3r/article.php?article_id=5&PHPSESSID=614ba2500ff1d47f95ec829fee92
9e8c
http://id.wikipedia.org/wiki/Belerang
http://www.mail-archive.com/pb@dml.or.id/msg00167.html
Nurcahyanto. Dian alfian. 2006. Quality Control terhadap Kerosine dan Biosolar di
Kilang PT Pertamina UP VI balongan-Indramayu. Yogyakarta: KIMIA FMIPA UGM.
Rahmanto. Budi. 2007. Penanganan Keracunan Sulfur Pada Katalis Primary
Reformer. Kalimantan Timur: PT Pupuk Kalimantan Timur.
Zuhra. Cut fatimah. 2003. Penyulingan, Pemrosesan dan Penggunaan Minyak Bumi.
Sumatra Utara: Jurusan Fmipa USU
Sumber 2 :
Proses cracking fraksi minyak bumi- Kebutuhan akan bahan bakar memiliki peningkatan yang
sangat signifikan setiap tahunnya, sehingga proses pengolahan minyak bumi menggunakan
beberapa metode untuk menghasilkan jenis bahan bakar tertentu agar memenuhi kebutuhan pada
konsumen, salah satunya ialah bensin. Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk
menghasilkan fraksi bensin, salah satunya ialah proses cracking.
Pengertian Cracking
Cracking adalah proses penguraian molekul senyawa hidrokarbon yang besar menjadi hidrokarbon
yang memiliki struktur molekul yang kecil. Salah satu contoh proses cracking yaitu pengurain
struktur hidrokarbon pada fraksi minyak tanah menjadi struktur molekul kecil fraksi bensin
ataupun pengurain fraksi solar menjadi bensin. terdapat berbagai macam proses cracking yaitu
thermal cracking, catalytic cracking dan hidrocracking. Proses pengurain dari tiga metode tersebut
menggunakan cara-cara yang berbeda, berikut penjelasannya:
1. Thermal Cracking
Proses penguraian ini menggunakan suhu yang tinggi serta tekanan yang rendah, suhu yang
digunakan dapat mencapai temperature 800°C dan tekanan 700 kpa. Partikel ringan yang memiliki
hidrogen dalam jumlah banyak akan terbentuk pada penguraian molekul berat yang terkondensasi.
Reaksi yang terjadi pada proses ini disebut dengan homolitik fision dan memproduksi alkena yang
menjadi bahan dasar untuk memproduksi polimer secara ekonomis. Panas yang digunakan dalam
proses ini menggunakan steam cracking yaitu uap yang memiliki suhu yang tinggi.
2.CatalyticCracking
Proses ini menggunakan katalis sebagai media yang dapat mempercepat laju reaksi, proses
penguraian molekul besar menjadi molekul kecil dilakukan dengan suhu tinggi. Jenis katalis yang
sering digunakan adalah silica, alumunia, zeloit dan beberapa jenis lainnya seperti clay, umumnya
reaksi dari proses perengkahan katalitik menggunakan mekanisme perengkahan ion karbonium.
Awalnya katalis yang memiliki sifat asam akan menambahkan proton ke dalam molekul olevin
ataupun menarik ion hidrida dari alkana sehingga menyebabkan terbentuknya ion karbonium.
3. Hydrocracking
Proses Hydro cracking merupakan kombinasi antara perengkahan dan hidrogenasi untuk
menghasilkan senyawa yang jenuh. Proses pereaksian dilakukan dengan tekanan tinggi, produk
utama yang dihasilkan ialah bahan bakar jet, bensin, diesel yang mempuyai bilangan oktan yang
tinggi. Hydrocracking memiliki kelebihan lain, yaitu kandungan sulfur yang terdapat pada fraksi
yang akan diurai, senyawa sulfurnya akan diubah menjadi hidrogen sulfida sehingga proses
pelepasan sulfur akan lebih mudah dilakukan.
Proses Hydrocracking (laporan agnes)
Unit ini berfungsi mengolah distilat berat dari produk distilasi vakum secara kimiawi dengan suhu
tinggi dan tekanan sedang dengan bantuan katalis. Umpan untuk unit hydrocracker adalah Heavy
Vacuum Gas Oil (HVGO) dari proses distilasi vakum.
Prinsip prosesnya, HVGO sebelum masuk reaktor terlebih dahulu melalui proses pemanasan awal,
kemudian di dalam reaktor dengan sedikit pemanasan dan bantuan katalis akan terjadi proses
cracking. Kemudian dari reaktor dialirkan ke kolom fraksinasi dimana di dalam kolom tersebut
akan terjadi pemisahan fraksi-fraksi. Produk yang dihasilkan dari proses ini adalah gas, komponen
mogas dan komponen ADO yaitu LGO dan HGO.