Anda di halaman 1dari 57

KONSEP UMUM IBU POST PARTUM NORMAL

OLEH :
TK. IIA / D IV KEPERAWATAN
1. KOMANG PANDE DEWI AYUNI (P07120216001)
2. PUTU INDAH PRAPTIKA SUCI (P07120216001)
3. KADEK DWI DHARMA PRADNYANI (P07120216001)
4. EKA WAHYU RIFANI MEILIADEWI (P07120216001)
5. NI KOMANG SRI ARDINA (P07120216001)
6. NI LUH PUTU DESY TRISSNA EKAYANTI (P07120216001)
7. NI LUH PUTU INTAN SARI (P07120216001)
8. NI MADE ANASARI (P07120216001)
9. NI LUH PUTU MANIK JUNI ASTRI DEWI (P07120216001)
10. NI LUH PUTU PUTRI WIDIARI (P07120216001)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2016/2017
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,Ida Sang Hyang Widhi
Wasa, atas karunianya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “KONSEP UMUM
POST PARTUM NORMAL” mata kuliah “KEPERAWATAN MATERNITAS” dengan baik
dan lancar. Atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini,
maka penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, dan bermanfaat di masyarakat.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.

Om Santhi, Santhi, Santhi Om.

Denpasar, 13 November 2017

penyusun

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. I

DAFTAR ISI................................................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1

1.2Rumusan Masalah ........................................................................................... 1

1.3Tujuan Penulisan ............................................................................................. 1

1.4 Manfaat Penulisan .......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3

2.1 pengertian dari post partum .3


2.2 asuhan masa nifas. .3
2.3 tujuan perawatan masa nifas. .4
2.4 kebijakan program nasional masa nifas . .4
2.5 perubahan masa nifas .5
2.6 masalah ibu post partum. 14
2.7 Etiologi dari ibu post partum .15
2.8 manifestasi ibu post partum .16
2.9 komplikasi ibu post partum .17
2.10 tanda - tanda bahaya post partum .20
2.11 program perencanaandan pelaksanaan ibu post partum .21
2.12 tindakan pada bayi persalinan normal .22
2.13 perawatan masa nifas .23
2.14 penatalaksanaan ibu post partum .25
2.15 Konsep asuhan keperawatan ibu post partum .26

II
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 43

A. Kesimpulan ..................................................................................................... 43

B. Saran ............................................................................................................... 43

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 44

III
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis


dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita
menganggap bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian
wanita mengganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan selanjutnya.
Perubahan fisik dan emisional yang kompleks, memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian
pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi,
kebanggaan yang ditumbuhkan dari norma-norma sosial cultural dan persoalan dalam
kehamilan itu sendiri dapat merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi
emosional ringan hingga ke tingkat gangguan jiwa yang berat.

Pada makalah ini kami akan membahas secara khusus mengenai berbagai macam
komplikasi post partum. Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi
aktivitas dan peran barunya sebagai ibu pada minggu-minggu atau bulan-bulan pertama setelah
melahirkan, baik dari segi fisik maupun segi psikologis. Sebagian wanita berhasil
menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dan
mengalami gangguan-gangguan psikologis dengan berbagai gejala atau sindroma yang oleh
para peneliti dan klinisi disebut post-partum blues, atau karena kurangnya penanganan ibu post
partum sangat rentan mengalami infeksi dan perdarahan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana pengertian dari post partum?
1.2.2 Bagaimana asuhan masa nifas?
1.2.3 Bagaimana tujuan perawatan masa nifas?
1.2.4 Bagaimana kebijakan program nasional masa nifas ?
1.2.5 Bagaimana perubahan masa nifas ?
1.2.6 Bagaimana masalah ibu post partum?
1.2.7 Bagaiman Etiologi dari ibu post partum ?
1.2.8 Bagaimana manifestasi ibu post partum ?
1.2.9 Bagaimana komplikasi ibu post partum ?
1.2.10 Bagaimana tanda - tanda bahaya post partum ?
1.2.11 Bagaimana program perencanaandan pelaksanaan ibu post partum?

1
1.2.12 Bagaimana tindakan pada bayi persalinan normal ?
1.2.13 Bagaimana perawatan masa nifas ?
1.2.14 Bagaimana penatalaksanaan ibu post partum ?
1.2.15 Bagaimana Konsep asuhan keperawatan ibu post partum?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari post partum.
1.3.2 Untuk mengetahui asuhan masa nifas.
1.3.3 Untuk mengetahui tujuan perawatan masa nifas.
1.3.4 Untuk mengetahui kebijakan program nasional masa nifas .
1.3.5 Untuk mengetahui perubahan masa nifas .
1.3.6 Untuk mengetahui masalah ibu post partum.
1.3.7 Untuk mengetahui Etiologi dari ibu post partum .
1.3.8 Untuk mengetahui manifestasi ibu post partum .
1.3.9 Untuk mengetahui komplikasi ibu post partum .
1.3.10 Untuk mengetahui tanda - tanda bahaya post partum .
1.3.11 Untuk mengetahui program perencanaandan pelaksanaan ibu post partum.
1.3.12 Untuk mengetahui tindakan pada bayi persalinan normal .
1.3.13 Untuk mengetahui perawatan masa nifas .
1.3.14 Untuk mengetahui penatalaksanaan ibu post partum .
1.3.15 Untuk mengetahui Konsep asuhan keperawatan ibu post partum.

1.4 Manfaat Penulisan


1.3.1 Kami dapat mengetahui pengertian dari post partum.
1.3.2 Kami dapat mengetahui asuhan masa nifas.
1.3.3 Kami dapat mengetahui tujuan perawatan masa nifas.
1.3.4 Kami dapat mengetahui kebijakan program nasional masa nifas .
1.3.5 Kami dapat mengetahui perubahan masa nifas .
1.3.6 Kami dapat mengetahui masalah ibu post partum.
1.3.7 Kami dapat mengetahui Etiologi dari ibu post partum .

2
1.3.8 Kami dapat mengetahui manifestasi ibu post partum .
1.3.9 Kami dapat mengetahui komplikasi ibu post partum .
1.3.10 Kami dapat mengetahui tanda - tanda bahaya post partum .
1.3.11 Kami dapat mengetahui program perencanaandan pelaksanaan ibu post
partum.
1.3.12 Kami dapat mengetahui tindakan pada bayi persalinan normal .
1.3.13 Kami dapat mengetahui perawatan masa nifas .
1.3.14 Kami dapat mengetahui penatalaksanaan ibu post partum .
1.3.15 Kami dapat mengetahui Konsep asuhan keperawatan ibu post partum.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Post Partum

Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali
alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi
lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil
(Bobak, 2010).

Partus di anggap spontan atau normal jika wanita berada dalam masa aterm, tidak
terjadi komplikasi, terdapat satu janin presentasi puncak kepala dan persalinana selesai
dalam 24 jam (Bobak, 2005).

Partus spontan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan dengan ketentuan ibu atau tanpa anjuran atau obat-obatan (prawiroharjo, 2000).

Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum sewaktu persalinan
(Mohtar, 1998)

Batasan waktu nifas yang paling singkat (minimum) tidak ada batas waktunya, bahkan
bisa jadi dalam waktu yang relative pendek darah sudah tidak keluar, sedangkan batasan
maksimumnya adalah 40 hari. Jadi masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya
plasenta sampai alat alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa
nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari.

2.2 ASUHAN MASA NIFAS

Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik
ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah
persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Masa neonatus
merupakan masa kritis bagi kehidupan bayi, 2/3 kematian bayi terjadi dalam 4 minggu

4
setelah persalinan dan 60% kematian bbl terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir. Dengan
pemantauan dan asuhan pada ibu dan bayi pada masa nifas dapat mencegah kematian dini.

 Tahap-tahapan masa post partum

Masa nifas dibagi menjadi tiga tahapan menurut Bobak (2004) yaitu:

a. Peurperium dini (immediate puerperium) : waktu 0-24 jam post partum,


yaitu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan
berjalan-jalan.

b. Peurperium intermedial (early puerperium) : waktu 1-7 hari post partum,


yaitu masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ reproduksi selama
kurang lebih 6-8 minggu.

c. Remote Puerperium (later puerperium) : waktu 1-6 minggu post


partum.Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam
keadaan sempurna terutama ibu apabila ibu selama hamil atau waktu
persalinan mengalami komplikasi.

2.3 TUJUAN PERAWATAN MASA NIFAS

Dalam masa nifas ini penderita memerlukan perawatan dan pengawasan yang
dilakukan selama ibu tinggal di rumah sakit maupun setelah nanti keluar dari rumah sakit.

Adapun tujuan dari perawatan masa nifas adalah:

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologi.


2. Melaksanakan skrining yang komprehrnsif, mendeteksi masalah, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga
berencana, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi dan perawatan bayi sehat.
4. Untuk mendapatkan kesehatan emosi. (Bari Abdul, 2000)

2.4 KEBIJAKAN PROGRAM NASIONAL MASA NIFAS

5
Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali
melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk :

1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.


2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan
kesehatan ibu nifas dan bayinya.
3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu nifas
maupun bayinya.

2.5 PERUBAHAN MASA NIFAS

Selama menjalani masa nifas, ibu mengalami perubahan yang bersifat fisiologis yang
meliputi perubahan fisik dan psikologik, yaitu:

1. Perubahan fisik

a. Involusi

Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat kandungan


atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan seperti
sebelum hamil.

Proses involusi terjadi karena adanya:

1) Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh


karena adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang
sepuluh kali dan menjadi lima kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil akan susut
kembali mencapai keadaan semula. Penghancuran jaringan tersebut akan diserap oleh
darah kemudian dikeluarkan oleh ginjal yang menyebabkan ibu mengalami beser
kencing setelah melahirkan.

2) Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot setelah anak lahir
yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena adanya pelepasan
plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna. Karena
kontraksi dan retraksi menyebabkan terganggunya peredaran darah uterus yang
mengakibatkan jaringan otot kurang zat yang diperlukan sehingga ukuran jaringan
otot menjadi lebih kecil.

6
3) Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan atropi pada
jaringan otot uterus.

Involusi pada alat kandungan meliputi:

1) Uterus

Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena


kontraksi dan retraksi otot-ototnya.

Perubahan uterus setelah melahirkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Diameter
Berat
Involusi TFU Bekas Melekat Keadaan Cervix
Uterus
Plasenta

Setelah Sepusat 1000 gr 12,5 Lembik


plasenta
Pertengahan 500 gr 7,5 cm Dapat dilalui 2 jari
lahir
pusat
1 minggu symphisis
350 gr 5 cm Dapat dimasuki 1 jari
Tak teraba

2 minggu
50 gr 2,5 cm
Sebesar hamil
2 minggu
6 minggu

Normal 30 gr

8 minggu

(Tabel Perubahan Uterus Setelah melahirkan)

2) Involusi tempat plasenta

Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar
yang tersumbat oleh trombus. Luka bekas implantasi plasenta tidak meninggalkan
parut karena dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan endometrium baru

7
dibawah permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga sisa-
sisa kelenjar pada dasar luka. (Sulaiman S, 1983l: 121)

3) Perubahan pembuluh darah rahim

Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang besar, tetapi
karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak maka
arteri harus mengecil lagi dalam masa nifas.

4) Perubahan pada cervix dan vagina

Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat dilalui oleh 2 jari, pada
akhir minggu pertama dapat dilalui oleh 1 jari saja. Karena hiperplasi ini dan karena
karena retraksi dari cervix, robekan cervix jadi sembuh. Vagina yang sangat diregang
waktu persalinan, lambat laun mencapai ukuran yang normal. Pada minggu ke 3 post
partum ruggae mulai nampak kembali.

b. After pains/ Rasa sakit (meriang atau mules-mules)

disebabkan koktraksi rahim biasanya berlangsung 3 – 4 hari pasca persalinan.


Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu mengganggu
analgesik.( Cunningham, 430)

c. Lochia

Lochia adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa
nifas. Lochia bersifat alkalis, jumlahnya lebih banyak dari darah menstruasi. Lochia
ini berbau anyir dalam keadaan normal, tetapi tidak busuk.

Pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya yaitu lokia
rubra berwarna merah dan hitam terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa, rambut
lanugo, sisa mekonium, sisa darah dan keluar mulai hari pertama sampai hari ketiga.

1) Lochea rubra (cruenta)

Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, vernik caseosa,
lanugo, mekonium. Selama 2 hari pasca persalinan.

8
2) Lochea sanguinolenta

Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari 3–7 pasca persalinan.

3) Lochea serosa

Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi. Pada hari ke 2–4 pasca persalinan.

4) Lochea alba

Cairan putih setelah 2 minggu.

5) Lochea purulenta

Terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah, berbau busuk.

6) Lacheostatis

Lochea tidak lancar keluarnya.

d. Dinding perut dan peritonium

Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama, biasanya
akan pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan diafragma pelvis yang meregang pada
waktu partus setelah bayi lahir berangsur angsur mengecil dan pulih kembali.Tidak
jarang uterus jatuh ke belakang menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum jadi
kendor. Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan-latihan pasca
persalinan.( Rustam M, 1998: 130)

e. Sistim Kardiovasculer

Selama kehamilan secara normal volume darah untuk


mengakomodasi penambahan aliran darah yang diperlukan oleh placenta dan
pembuluh darah uterus. Penurunan dari estrogen mengakibatkan diuresis yang
menyebabkan volume plasma menurun secara cepat pada kondisi normal. Keadaan
ini terjadi pada 24 sampai 48 jam pertama setelah kelahiran. Selama ini klien
mengalami sering kencing. Penurunan progesteron membantu mengurangi retensi
cairan sehubungan dengan penambahan vaskularisasi jaringan selama kehamilan (V
Ruth B, 1996: 230).

a. Volumedarah

9
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor misalnya
kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran cairan
ekstravaskuler. Kehilangan darah merupakan akibat penurunan volume darah
total yang cepat tetapi terbatas. Setelah itu terjadi perpindahan normal cairan
tubuh yang menyebapkan volume darah menurun dengan lambat. Pada minggu
ketiga dan keempat setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun sampai
mencapai volume sebelum lahir.

b. Curah jantung

Denyut jantung volume sekuncup dan curah jantung meningkat sepanjang


masa hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini akan meningkat
bahkan lebih tinggi selama 30 sampai 60 menit karena darah yang biasanya
melintasi sirkuit utero plasenta tiba-tiba kembali ke sirkulasi umum (Bowes,
1991).

f. Ginjal

Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari volume darah dan
ekskresi produk sampah dari autolysis. Puncak dari aktifitas ini terjadi pada hari
pertama post partum.( V Ruth B, 1996: 230)

g. System Hormonal

1) Oxytoxin

Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan bereaksi pada otot
uterus dan jaringan payudara. Selama kala tiga persalinan aksi oxytoxin
menyebabkan pelepasan plasenta. Setelah itu oxytoxin beraksi untuk kestabilan
kontraksi uterus, memperkecil bekas tempat perlekatan plasenta dan mencegah
perdarahan. Pada wanita yang memilih untuk menyusui bayinya, isapan bayi
menstimulasi ekskresi oxytoxin diamna keadaan ini membantu kelanjutan
involusi uterus dan pengeluaran susu. Setelah placenta lahir, sirkulasi HCG,

10
estrogen, progesteron dan hormon laktogen placenta menurun cepat, keadaan ini
menyebabkan perubahan fisiologis pada ibu nifas.

2) Prolaktin

Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi oleh


glandula hipofise anterior bereaksi pada alveolus payudara dan merangsang
produksi susu. Pada wanita yang menyusui kadar prolaktin terus tinggi dan
pengeluaran FSH di ovarium ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui kadar
prolaktin turun pada hari ke 14 sampai 21 post partum dan penurunan ini
mengakibatkan FSH disekresi kelenjar hipofise anterior untuk bereaksi pada
ovarium yang menyebabkan pengeluaran estrogen dan progesteron dalam kadar
normal, perkembangan normal folikel de graaf, ovulasi dan menstruasi.( V Ruth
B, 1996: 231)

3) Laktasi

Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu.
Air susu ibu ini merupakan makanan pokok , makanan yang terbaik dan bersifat
alamiah bagi bayi yang disediakan oleh ibu yamg baru saja melahirkan bayi akan
tersedia makanan bagi bayinya dan ibunya sendiri.

Selama kehamilan hormon estrogen dan progestron merangsang


pertumbuhan kelenjar susu sedangkan progesteron merangsang pertumbuhan
saluran kelenjar , kedua hormon ini mengerem LTH. Setelah plasenta lahir maka
LTH dengan bebas dapat merangsang laktasi.

Lobus prosterior hypofise mengeluarkan oxtoxin yang merangsang


pengeluaran air susu. Pengeluaran air susu adalah reflek yang ditimbulkan oleh
rangsangan penghisapan puting susu oleh bayi. Rangsang ini menuju ke hypofise
dan menghasilkan oxtocin yang menyebabkan buah dada mengeluarkan air
susunya.

11
Pada hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan nyeri. Ini
menandai permulaan sekresi air susu, dan kalau areola mammae dipijat, keluarlah
cairan puting dari puting susu.

Air susu ibu kurang lebih mengandung Protein 1-2 %, lemak 3-5 %, gula 6,5-
8 %, garam 0,1 – 0,2 %.

Hal yang mempengaruhi susunan air susu adalah diit, gerak badan.
Benyaknya air susu sangat tergantung pada banyaknya cairan serta makanan yang
dikonsumsi ibu.( Obstetri Fisiologi UNPAD, 1983: 318 )

H. Sistem cerna

a. Nafsu makan

Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anestesia, dan keletihan, ibu
merasa sangat lapar

b. Mortilitas

Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap
selam waktu yang singkat setelah bayi lahir.

c. Defekasi

Buang air besar secara spontan bias tertunda selama dua sampai tiga hari
setelah ibu melahirkan.

I. Payu dara

Konsentrasi hormon yang menstimulasai perkembangan payu dara selama wanita


hamil (esterogen, progesteron, human chorionik gonadotropin, prolaktin, krotison,
dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir.

a)Ibu tidak menyusui

12
Kadar prolaktin akan menurun dengan cepat pada wanita yang tidak menyusui.
Pada jaringan payudara beberapa wanita, saat palpasi dailakukan pada hari kedua dan
ketiga. Pada hari ketiga atau keempat pasca partum bisa terjadi pembengkakan.
Payudara teregang keras, nyeri bila ditekan, dan hangat jika di raba.

b) Ibu yang menyusui

Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak dan suatu cairan kekuningan,
yakni kolostrum. Setelah laktasi dimula, payudara teraba hangat dan keras ketika
disentuh. Rasa nyeri akan menetap selama sekitar 48 jam. Susu putih kebiruan dapat
dikeluarkan dari puting susu.

J. Sistem neurologi

Perubahan neurologis selama puerperium merupakan kebalikan adaptasi


neurologis yang terjadi saat wanita hamil dan disebapkan trauma yang dialami wanita
saat bersalin dan melahirkan.

K. Sistem muskuluskeletal

Adaptasi sistem muskuluskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil


berlangsung secara terbalik pada masa pascapartum. Adaptasi ini mencakup hal-hal
yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu
akibat pemsaran rahim.

L. Sistem integumen

Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat kehamilan
berakhir. Pada beberapa wanita, pigmentasi pada daerah tersebut akan menutap.
Kulit kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha, dan panggul mungkin
memudar, tapi tidak hilang seluruhnya.

13
M. Tanda-tanda vital

Perubahan tanda-tanda vital pada massa nifas meliputi:

Parameter Penemuan normal Penemuan abnormal

Tanda-tanda vital Tekanan darah < 140 / 90 Tekanan darah > 140 / 90
mmHg, mungkin bisa naik dari mmHg
tingkat disaat persalinan 1 – 3
hari post partum.

Suhu tubuh < 38 0 C


Suhu > 380 C
Denyut nadi: 60-100 X / menit
Denyut nadi: > 100 X / menit

Tabel perubahan Tanda-tanda Vital

1) Vital Sign sebelum kelahiran bayi :

a) Suhu :

 saat partus lebih 37,20C

 sesudah partus naik + 0,50C

 12 jam pertama suhu kembali normal

b) Nadi :

 60 – 80 x/mnt

 Segera setelah partus bradikardi

c) Tekanan darah :

TD meningkat karena upaya keletihan dan persalinan, hal ini akan normal kembali
dalam waktu 1 jam

2) Vital sign setelah kelahiran anak :

a) Temperatur :

14
Selama 24 jam pertama mungkin kenaikan menjadi 380C (100,40F) disebabkan oleh
efek dehidrasi dari persalinan. Kerja otot yang berlebihan selama kala II dan fluktuasi
hormon setelah 24 jam wanita keluar dari febris.

b) Nadi :

Nadi panjang dengan stroke volume dan cardiacc output. Nadi naik pada jam pertama.
Dalam 8 – 10 minggu setelah kelahiran anak, harus turun ke rata-rata sebelum hamil.

c) Pernapasan :

Pernapasan akan jatuh ke keadaan normal wanita sebelum persalinan.

d) Tekanan darah :

Tekanan darah berubah rendah semua, ortistatik hipotensi adalah indikasi merasa
pusing atau pusing tiba-tiba setelah terbangun, dapat terjadi 48 jam pertama.

Penyimpangan dari kondisi dan penyebab masalah :

 Diagnosa sepsis puerpuralis adalah jika kenaikan pada maternal suhu menjadi 38 0C
(100,4F0

 Kecepatan rata-rata nadi adalah satu yang bertambah mungkin indikasi hipovolemik
akibat perdarahan.

 Hipoventilasi mungkin mengikuti keadaan luar biasanya karena tingginya sub arachnoid
(spinal) blok.

 Tekanan darah rendah mungkin karena refleksi dari hipovolemik sekunder dari
perdarahan, bagaimana tanda

 terlambat dan gejala lain dari perdarahan kadang-kadang merupakan sinyal tenaga medis

2. Perubahan Psikologi

Perubahan sistem reproduksi masa nifas/post partum menurut Marmi (2012) Masa
nifas adalah masa 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai 6 minggu berikutnya. Waktu
yang tepat dalam rangka pemulihan post-partum adalh 2-6 jam, 2 jam-6 hari, 2 jam- 6
minggu (atauboleh juga disebut 6 jam, 6 hari 6 minggu).

Menjadi orang tua adalah merupakan krisis dari melewati masa transisi menurut

15
Marmi (2012) Masa transisi pada postpartum yang harus diperhatikan adalah:

a. Phase Honeymon

Phase Honeymon adalah phase anak lahir dimana terjadi intimasi dan kontak
yang lama antara ibu-ayah-anak, dimana masing-masing saling memperhatikan
anaknya dan menciptakan hubungan yang baru.

b. Ikatan kasih (Bonding dan Attachment)

Terjadi pada kala IV, dimana diadakan kontak antara ibu-ayah- anak, dan tetap
dalam ikatan kasih.

c. Phase pada masa nifas

Penyesuaian psikologi pada masa nifas menurut Reva Rubbin 1960 dalam
Cuninngham, et all 2006 dibagi dalam 3 tahap yaitu:

1) Takking In (1-2 hari post partum)

Fase ini dikenal dengan fase ketergantungan dimana wanita menjadi sangat pasif
dan sangat tergantung serta berfokus pada dirinya sendiri.Pada fase ini ibu juga
mengenang pengalaman melahirkan yang baru saja dialami. Untuk pemulihan, ibu
perlu istirahat atau tidur untuk mencegah gejala kurang tidur

2) Taking Hold (2-4 hari post partum)

Fase Taking Hold disebut dengan fase ketergantungan dan ketidaktergantungan.


Pada tahap ini ibu khawatir akan kemampuannya merawat bayinya dan khawatir tidak
mampu bertanggung jawab untuk merawat bayinya. Ibu berusaha untuk menguasai
kemampuan untuk merawat bayinya, cara menggendong dan menyusui, memberikan
minum, dan mengganti popok. Pada tahap ini ibu sangat sensitif akan
ketidakmampuannya dan muda tersinggung.

3) Letting Go

Tahap ini dimulai pada minggu kelima sampai minggu keenam dan pada fase ini
keluarga telah menyesuaikan diri dengan bayi.Ibu merawat bayinya dengan kegiatan
sehari- hari yang telah kembali.

16
2.6 Masalah psikososial ibu post partum

Perubahan emosional pada ibu post partum menurut Bobak (2005) yaitu:

a. Baby blues
Baby bluespasca salin, karena perubahan yang tiba-tiba dalam kehidupan, merasa cemas
dan takut dengan ketidakmampuan merawat bayinya dan merasa bersalah.Perubahan emosi
ini dapat membaik dalam beberapa hari setelah ibu dapat merawat diri dan bayinya serta
mendapat dukungan keluarga.

b. Depresi pascapartum

Depresi postpartum adalah depresi yang bervariasi dari hari ke hari dengan menunjukkan
kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu makan depresi postpartum adalah depresi yang
bervariasi dari hari ke hari dengan menunjukkan kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu
makan, dan kehilangan libido (kehilangan selera untuk berhubungan intim dengan
suami)..Kriteria untuk mengklasifikasi depresi pascapartum bervariasi tetapi sering pada
sindrom afektif/emosi yang tarjadi selama enam bulan setelah melahirkan.Namun,
pengalaman depresi yang dialami juga menunjukan konsentrasi buruk, perasaan bersalah,
kehilangan energy dan aktivitas sehari-hari.

c. Psikosis pascapartum

Psikosis pascapartum ialah krisis psikiatri yang paling parah. Gejalanya seringkali
bermula dengan postpartum blues atau depresi pascapartum. Waham, halusinasi, konfusi dan
panik bisa timbul.Wanita tersebut dapat memperlihatkan gajala yang menyarupai skizofrenia
atau kerusakan psikoafektif.Perawatan di rumah sakit selama beberapa bulan mungkin
diperlukan.Bunuh diri atau bahaya pada bayi atau keduanya merupakan bahaya psikosis
terbesar.

2.7 ETIOLOGI

1. Penurunan fungsi plasenta kadar progesterone dan estrogen menurun mendadak, nutrisi
anin dan plasenta berkurang

2. Tekanan pada ganglion servikale dari fleksus frankenhauser, men adi simulasi
(pasemaker) bagi kontraksi otot polos uterus

17
3. Iskemia otot – otot karena pengaruh hormonal dan beban seemakin merangsang ter
adinya kontraksi

4. Peningkatan beban stres pada maternal maupun fetal dan peningkatan estrogen
mengakibatkan peningkatan aktivitas kortison, prostaglandin, oksitosin men adi
pencetus rangsangan untuk proses persalinan.

Beberapa faktor yang berperan dalam proses persalinan :

a) Perubahan kadar hormon

Perubahan kadar hormon disebabkan oleh penuaan plasenta dan ter adi sebagai
berikut :

1. Kadar progesterone menurun (relaksasi menghilang)

2. Kadar estrogen dan protaglandin meninggi

3. Oksitosin pituitari dilepaskan

b).Distensi uterus

1. Serabut otot yang terenggang sampai batas kemampuan akan bereaksi dengan
mengadakan kontraksi.

2. Produksi dan pelepasan prostaglandin dan miometrium.

3. Sirkulasi plasenta mungkin terganggu sehingga menimbulkan perubahan


hormonal.

c) Tekanan janin

Kalau janin sudah mencapai batas pertumbuhannya di dalam uterus ia akan


menyebabkan :

1. Peningkatan tekanan dan terganggu pada dinding uterus.

2. Stimulasi dinding uterus yang tegang sehingga timbul kontraksi.

d) Faktor-faktor lain

18
1. Penurunan tekanan secara mendadak ketika selaput amnion pecah

2. Gangguan emosional yang kuat dapat menyebabkan pelepasan

2.8 MANIFESTASI KLINIS

A. Tanda-tanda persalinan

Sebelum terjadinya persalinan pada wanita memasuki kala pendahuluan (priparatory


stage of labor). Ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut :

1. Lightening atau setting atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul
terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu kentara.

2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.

3. Perasaan sering-sering atau susah kencing karena kandung kemih tertekan oleh bagian
terbawah janin.

4. Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi – kontraksi lemah dari
uterus, kadang –kadang di sebut “ fase labor pain”.

5. Servik menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa bercampur
darah (bloody show).

B. Tanda – tanda In Partu

1. Kekuatan dan rasa sakit oleh adanya his datang lebih kuat sering teratur dengan jarak
kontraksi yang semakin pendek

2. Keluar lendir bercampur darah pemeriksaan diagnostik ( bloody show) yang lebih
banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks.

3. Kadang – kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

4. Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks : pelunakanya, pendataran dan


terjadinya perubahan serviks (DEPKES RI, 2002)

C. Faktor-faktor yang berperan dalam persalinan adalah :

19
1. Passage (faktor jalan lahir)

A. Bagian keras Tulang-tulang panggul (Rangka panggul).

B. Bagian lunak : Segmen bawah rahim / SBR, serviks, vagina, introitus vagina dan
vulva, muskulus ligamentum yang menyelubungi dinding dalam dan bawah
panggul.

2. Pasanger (faktor janin) : letak, presentasi, ukuran dan berat janin, ada atau tidak
kelainan anatomi mayor

3. Kekuatan mendorong janin keluar (power)

4. Psikologi

Tingkat kecemasan wanita selama bersalin akan meningkat jika ia tidak


memahami apa yang terjadi pada dirinya atau yang disampaikan padanya.

2.9 Komplikasi

A. Perdarahan

Perdarahan adalah penyebap kematian terbanyak pada wanita selama periode


post partum. Perdarahan post partum adalah : kehilangan darah lebih dari 500 cc
setelah kelahiran kriteria perdarahan didasarkan pada satu atau lebih tanda-tanda
sebagai berikut:

1. Kehilangan darah lebih dai 500 cc

2. Sistolik atau diastolik tekanan darah menurun sekitar 30 mmHg

3. Hb turun sampai 3 gram % (novak, 1998).

Perdarahan post partum dapat diklasifikasi menurut kapan terjadinya


perdarahan dini terjadi 24 jam setelah melahirkan. Perdarahan lanjut lebih dari 24
jam setelah melahirkan, syok hemoragik dapat berkembang cepat dan menadi kasus
lainnya, tiga penyebab utama perdarahan antara lain :

1. Atonia uteri : pada atonia uteri uterus tidak mengadakan kontraksi dengan baik
dan ini merupakan sebap utama dari perdarahan post partum. Uterus yang
sangat teregang (hidramnion, kehamilan ganda, dengan kehamilan dengan

20
janin besar), partus lama dan pemberian narkosis merupakan predisposisi
untuk terjadinya atonia uteri.

2. laserasi jalan lahir : perlukan serviks, vagina dan perineum dapat menimbulkan
perdarahan yang banyak bila tidak direparasi dengan segera.

3. Retensio plasenta, hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta


disebapkan oleh gangguan kontraksi uterus.retensio plasenta adalah :
tertahannya atau belum lahirnya plasenta atau 30 menit selelah bayi lahir.

Adapun yang lainnya :

1. Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi uterus sehingga
masih ada pembuluh darah yang tetap terbuka

2. Ruptur uteri, robeknya otot uterus yang utuh atau bekas jaringan parut pada
uterus setelah jalan lahir hidup.

3. Inversio uteri (Wikenjosastro, 2000).

B. Infeksi puerperalis

Didefinisikan sebagai; inveksi saluran reproduksi selama masa post partum. Insiden

infeksi puerperalis ini 1 % - 8 %, ditandai adanya kenaikan suhu > 38 0 dalam 2 hari

selama 10 hari pertama post partum. Penyebap klasik adalah : streptococus dan
staphylococus aureus dan organisasi lainnya.

C. Endometritis

Endometritis adalah infeksi dalam uterus paling banyak disebapkan oleh infeksi
puerperalis. Bakteri vagina, pembedahan caesaria, ruptur membran memiliki resiko
tinggi terjadinya endometritis (Novak, 1999).

D. Mastitis

Mastitis yaitu infeksi pada payudara. Bakteri masuk melalui fisura atau pecahnya
puting susu akibat kesalahan tehnik menyusui, di awali dengan pembengkakan, mastitis
umumnya di awali pada bulan pertamapost partum (Novak, 1999).

21
E. Infeksi saluran kemih

Insiden mencapai 2-4 % wanita post partum, pembedahan meningkatkan resiko


infeksi saluran kemih. Organisme terbanyak adalah Entamoba coli dan bakterigram
negatif lainnya.

F. Tromboplebitis dan trombosis

Semasa hamil dan masa awal post partum, faktor koagulasi dan meningkatnya status
vena menyebapkan relaksasi sistem vaskuler, akibatnya terjadi tromboplebitis
(pembentukan trombus di pembuluh darah dihasilkan dari dinding pembuluh darah) dan
trombosis (pembentukan trombus) tromboplebitis superfisial terjadi 1 kasus dari 500 –
750 kelahiran pada 3 hari pertama post partum.

G. Emboli

Emboli yaitu partikel berbahaya karena masuk ke pembuluh darah kecil


menyebapkan kematian terbanyak di Amerika (Novak. 1999).

H. Post partum depresi

Kasus ini kejadinya berangsur-angsur, berkembang lambat sampai beberapa minggu,


terjadi pada tahun pertama. Ibu bingung dan merasa takut pada dirinya. Tandanya antara
lain, kurang konsentrasi, kesepian tidak aman, perasaan obsepsi cemas, kehilangan
kontrol, dan lainnya. Wanita juga mengeluh bingung, nyeri kepala, ganguan makan,
dysmenor, kesulitan menyusui, tidak tertarik pada sex, kehilanagan semangat (Novak,
1999).

2.10 Tanda – Tanda Bahaya Post Partum

22
Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi rahim baik,
dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan jalan lahir (Depkes RI,
2004). Tanda-tanda yang mengancam terjadinya robekan perineum antara lain :

1. Kulit perineum mulai melebar dan tegang.

2. Kulit perineum berwarna pucat dan mengkilap.

3. Ada perdarahan keluar dari lubang vulva, merupakan indikasi robekan pada
mukosa vagina.

2.11 PROGRAM PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN

23
TINDAKAN DISKRIPSI DAN KETERANGAN

1.Kebersihan  Anjurkan kebersihan seluruh tubuh. Menganjurkan ibu tentang


diri bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.

 Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya 2


kali dalam sehari.

 Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya.

 Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu
menghindari menyentuh daerah luka.

2.Istirahat  Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan berlebihan

 Sarankan untuk kembali kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahan-


lahan, serta tidur siang atau beristirahat saat bayinya tidur

 Apabila kurang istirahat dapat mempengaruhi: Jumlah produksi ASI,


memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan merawat bayi
dan dirinya.

3.Latihan  Diskusikan tentang pentingnya latihan beberapa menit setiap hari akan
sangat membantu. Dengan tidur terlentang lengan di samping, menarik
otot perut selagi menarik napas, tahan napas ke dalam dan angkat dagu ke
dada tahan satu hitungan sampai 5, rileks dan ulangi sampai 10 kali.

 Untuk memperkuat tonus otot vagina dengan latihan Kegel.

 Berdiri dengan tungkai dirapatkan, kencangkan otot-otot pantat dan


pinggul tahan sampai hitungan 5, kendurkan dan ulangi latihan sebanyak
5 kali.

4. Gizi Ibu menyusui harus:

 Mengkonsumsi tambahan kalori tiap hari

24
 Diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vit yang cukup.

 Minum sedikitnya 3 liter / hari

 Tablet zat besi setidaknya selama 40 hari post partum

 Kapsul vitamin A (200.000 Ui) agar bisa memberikan vitamin A kepada


bayinya melalui ASI.

5.Perawatan  Menjaga payudara tetap bersih dan kering


Payudara
 Memakai BH yang benar-benar menyokong buah dada, tidak boleh
terlalu ketat atau kendor.

 Apabila putting susu lecet oleskan colostrom atau ASI yang keluar pada
sekitar putting susu setiap kali menyusui.

 Apabila lecet lebih parah dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI


dikeluarkan dan diminumkan dengan memakai sendok.

 Untuk menghilangkan nyeri minum Paracetamol 1 tablet setiap 4 – 6 jam.

 Apabila payudara bengkak lakukan:

 Kompres payudara dengan kain basah dan hangat kira-kira 5 menit

 Urut payudara ( seperti Breast Care).

 Keluarkan ASI sebagian di bagian depan payudara.

 Susukan bayi setiap 2 – 3 jam sekali

 Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.

 Payudara dikeringkan.

6.Hubungan  Secara fisik aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah merah
perkawinan berhenti dan ibu dapat menilai dengan memasukkan 1 – 2 jarinya ke
atau Rumah dalam vagina tanpa rasa nyeri.
Tangga
 Tetapi ada tradisi dan aturan agama tertentu baru boleh melakukan
hubungan seksual setelah 40 hari.

25
7.Keluarga KB dilakukan sebelum haid pertama setelah persalinan. Penjelasan tentang
Berencana KB adalah sebagai berikut:

 Bagaimana metode KB dapat mencegah kehamilan dan efektifitasnya.

 Kelebihan dan keuntungan KB

 Efek samping

 Bagaimana memakai metode yang benar

 Kapan metode itu dapat dimulai dipakai untuk wanita post partum.

2.12 TINDAKAN PADA BAYI PERSALINAN NORMAL

TINDAKAN DISKRIPSI DAN KETERANGAN

1.Kebersihan  Basuh bayi dengan kain/ busa setiap hari

 Bayi yang baru lahir tidak boleh dimandikan sepenuhnya sampai


tali pusatnya kering dan pangkalnya telah sembuh.

 Setiap kali bayi BAB atau BAK bersihkan bagian perianal


dengan air dan sabun serta kering dengan baik.

2.Menyusui  Menyusui dilakukan dalam 2 jam pertama

 Bayi disusui ASI selama 4 bulan.

 ASI merupakan makanan yang terbaik bagi bayi.

3.Tidur  Baringkan bayi ke samping atau terlentang ( jangan pakai bantal).

4.Ujung Tali Pusat  Ujung tali pusat dijaga bersih dan kering.

 Mencuci sekitar tali pusat setiap hari

 Mengompres alkohol 70% 1-2 kali sehari.

26
 Bila telah pulang di rumah, anjurkan agar ibu melaporkan ke
petugas kesehatan bila tali pusat berbau, ada kemerahan di
sekitarnya atau mengeluarkan cairan.

5.Imunisasi  Dalam waktu 1 minggu pertama berikan imunisasi BCG, vaksin


Polio oral dan Hepatitis B.

2.13 PERAWATAN MASA NIFAS

Setelah melahirkan, ibu membutuhkan perawatan yang intensif untuk pemulihan


kondisinya setelah proses persalinan yang melelahkan. Dimana perawatan post
partum meliputi:

1. Mobilisasi Dini

Karena lelah sehabis melahirkan , ibu harus istirahat tidur telentang selama 8 jam
pasca persalinan. Kemudian boleh miring kekanan kekiri untuk mencegah terjadinya
trombosis dan trombo emboli. Pada hari kedua diperbolehkan duduk, hari ketiga jalan-
jalan dan hari keempat atau kelima sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas
memiliki variasi tergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-
luka.

Keuntungan dari mobilisasi dini adalah melancarkan pengeluaran lochia,


mengurangi infeksi purperium, mempercepat involusi alat kandungan, melancarkan
fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan, meningkatkan kelancaran peredaran
darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa
metabolisme.( Manuaba, 1998: 193)

2. Rawat Gabung

Perawatan ibu dan bayi dalan satu ruangan bersama-sama sehingga ibulebih
banyak memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan ASI sehingga kelancaran
pengeluaran ASI lebih terjamin.( Manuaba, 1998: 193)

3. Pemeriksaan Umum

Pada ibu nifas pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara lain
adalah kesadaran penderita, keluhan yang terjadi setelah persalinan.

4. Pemeriksaan Khusus

27
Pemeriksaan khusus pada ibu nifas meliputi:

a. Fisik :Tekanan darah, nadi dan suhu

b. Fundus uteri :Tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.

c. Payudara :Puting susu, pembengkakan, pengeluaran ASI

d. Patrun lochia :Locia rubra, lochia sanginolenta, lochia serosa,


lochia alba

e. Luka jahitan episiotomi :Apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda-tanda
infeksi.

5. Nasehat Yang Perlu diberikan saat pulang adalah

a. Diet

Masalah diet perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada pemulihan


kesehatan ibu dan pengeluaran ASI. Makanan harus mengandung gizi seimbang yaitu
cukup kalori, protein, cairan, sayuran dan buah-buahan.

b. Pakaian

Pakaian agak longgar terutama didaerah dada sehingga payudara tidak tertekan.
Daerah perut tidak perlu diikat terlalu kencang karena tidak akan mempengaruhi
involusi. Pakaian dalam sebaiknya yang menyerap, sehingga lochia tidak
menimbulkan iritasi pada daerah sekitarnya. Kasa pembalut sebaiknya dibuang setiap
saat terasa penuh dengan lochia,saat buang air kecil ataupun setiap buang air besar.

c. Perawatan vulva

Pada tiap klien masa nifas dilakukan perawatan vulva dengan tujuan untuk
mencegah terjadinya inveksi di daerah vulva, perineum maupun didalam uterus.
Perawatan vulva dilakukan pada pagi dan sore hari sebelum mandi, sesudah buang air
kemih atau buang air besar dan bila klien merasa tidak nyaman karena lochia berbau
atau ada keluhan rasa nyeri. Cara perawatan vulva adalah cuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan perawatan luka, setelah BAK cebok ke arah depan dan setelah
BAB cebok kearah belakang, ganti pembalut stiap kali basah atau setelah BAB atau
BAK , setiap kali cebok memakai sabun dan luka bisa diberi betadin

28
d. Miksi

Kencing secara spontan sudah harus dapat dilakukan dalam 8 jam post partum.
Kadang kadang wanita sulit kencing, karena spincter uretra mengalami tekanan oleh
kepala janin dan spasme oleh iritasi musculus spincter ani selama persalinan. Bila
kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing sebaiknya dilakukan
kateterisasi.( Persis H, 1995: 288)

e. Defekasi

Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum. Bila belum terjadi dapat
mengakibatkan obstipasi maka dapat diberikan obat laksans per oral atau perektal atau
bila belum berhasil lakukan klisma.( Persis H,1995: 288)

f. Perawatan Payudara

Perawatan payudara telah mulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas,
tidak keras dan kering, sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Dianjurkan sekali
supaya ibu mau menyusui bayinya karena sangat berguna untuk kesehatan bayi.Dan
segera setelah lahir ibu sebaiknya menyusui bayinya karena dapat membantu proses
involusi serta colostrum mengandung zat antibody yang berguna untuk kekebalan
tubuh bayi. ( Mac. Donald, 1991: 430)

g. Kembalinya Datang Bulan atau Menstruasi

Dengan memberi ASI kembalinya menstruasi sulit diperhitungkan dan bersifat


indifidu. Sebagian besar kembalinya menstruasi setelah 4-6 bulan.

h. Cuti Hamil dan Bersalin

Bagi wanita pekerja menurut undang-undang berhak mengambil cuti hamil dan
bersalin selama 3 bulan yaitu 1 bulan sebelum bersalin dan 2 bulan setelah melahirkan.

i. Mempersiapkan untuk Metode KB

Pemeriksaan post partum merupakan waktu yang tepat untuk membicarakan


metode KB untuk menjarangkan atau menghentikan kehamilan. Oleh karena itu
penggunaan metode KB dibutuhkan sebelum haid pertama kembali untuk mencegah
kehamilan baru. Pada umumnya metode KB dapat dimulai 2 minggu setelah
melahirkan.

29
2.14 PENATALAKSANAAN

Pada post partum normal dengan bayi normal tidak ada penatalaksanaan khusus.
Pemberian obat obatan hanya diberikan pada ibu yang melahirkan dengan penyulit,
terutama pada ibu anemia dan resiko infeksi dengan pemberian anti biotic dan obat-obat
roboransia seperti suplemen vitamin, demikian juga pada bayi obat-obatan biasanya
diberikan untuk tindakan profolatif, misalnya vitamin K untuk mencegah perdarahan, anti
biotic untuk mencegah infeksi.

a. Pemberian oksitosin

Segera setelah plasenta dilahirkan oksitosin (10 unit) ditambahkan dengan


cairan infuse atau diberikan secara intramuskuler untuk membantu kontraksi uterus
dan mengurangi perdarahan post partum.

b. Obat nyeri

Obat-obatan yang mengontrol rasa sakit termasuk sedative, alaraktik, narkotik


dan antagonis narkotik. Anastesi hilangnya sensori, obat ini diberikan secara
regional/ umum (Hamilton, 1995)

Pemeriksaan Diagnostik Hasil:

 Kondisi uterus: palpasi fundus, kontraksi,  Kontraksi miometrium, tingkat involusi


TFU. uteri.

 Jumlah perdarahan: inspeksi perineum,  Bentuk insisi, edema.


laserasi, hematoma.

 Pengeluaran lochea.
 Rubra, serosa dan alba.
 Kandung kemih: distensi bladder.
 Hematuri, proteinuria, acetonuria.
 Tanda-tanda vital: Suhu 1 jam pertama
 24 jam pertama  380C.
setelah partus, TD dan Nadi terhadap
penyimpangan cardiovaskuler.  Kompensasi kardiovaskuler TD sistolik
menurun 20 mmHg.

 Bradikardi: 50-70 x/mnt.

30
15. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian Fokus

Pengkajian pada ibu post partum menurut Doenges, 2001 adalah sebagai berikut :

1 Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

1 Bagaimana keadaan ibu saat ini ?

2 Bagaimana perasaa ibu setelah melahirkan ?

2 Pola nutrisi dan metabolik

1 Apakah klien merasa kehausan setelah melahirkan ?

2 Apakah klien merasa lapar setelah melahirkan ?

3 Apakah klien kehilangan nafsu makan atau merasa mual ?

4 Apakah ibu mengalami penurunan BB setelah melahirkan ?

3 Pola aktivitas setelah melahirkan

31
1 Apakah ibu tampak kelelahan atau keletihan ?

2 Apakah ibu toleransi terhadap aktivitas sedang atau ringan ?

Apakah ibu tampak mengantuk ?

4. Pola eliminasi

a. Apakah ada diuresis setelah persalinan ?

b. Adakan nyeri dalam BAB pasca persalinan ?

5. Neuro sensori

a. Apakah ibu merasa tidak nyaman ?

b. Apakah ibu merasa nyeri di bagian tubuh tertentunya ?

c. Bagaimana nyeri yang ibu raskan ?

d. Kaji melalui pengkajian P, Q, R, S, T ?

e. Apakah nyerinya menggangu aktivitas dan istirahatnya ?

32
6. Pola persepsi dan konsep diri

a. Bagaimana pandangan ibu terhadap dirinya saat ini

b. Adakah permasalahan yang berhubungan dengan perubahan


penampilan tubuhnya saat ini ?

7. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum

1) Pemeriksaan TTV

2) Pengkajian tanda-tanda anemia

3) Pengkajian tanda-tanda edema atau tromboflebitis

4) Pemeriksaan reflek

5) Kaji adanya varises

6) Kaji CVAT ( cortical vertebra area tenderness )

b. Payudara

33
1) Pengkajian daerah areola ( pecah, pendek, rata )

2) Kaji adanya abses

3) Kaji adanya nyeri tekan

4) Observasi adanya pembengkakanatau ASI terhenti

5) Kaji pengeluaran ASI

c. Abdomen atau uterus

1) Observasi posisi uterus atau tiggi fundus uteri

2) Kaji adnanya kontraksi uterus

3) Observasi ukuran kandung kemih

d. Vulva atau perineum

1) Observasi pengeluaran lokhea

2) Observasi penjahitan lacerasi atau luka episiotomi

34
3) Kaji adanya pembengkakan

4) Kaji adnya luka

5) Kaji adanya hemoroid

8. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan darah

Beberapa uji laboratorium biasa segera dilakukan pada periodepasca


partum. Nilai hemoglobin dan hematokrit seringkali dibutuhkan
pada hari pertama pada partumuntuk mengkaji kehilangan darah
pada melahirkan.

b. Pemeriksaan urin

Pegambilan sampel urin dilakukan dengan menggunakan cateter


atau dengan tehnik pengambilan bersih (clean-cath) spisimen ini
dikirim ke laboratorium untuk dilakukan urinalisis rutin atau kultur
dan sensitivitas terutama jika cateter indwelling di pakai selama
pasca inpartum. Selain itu catatan prenatal ibu harus di kaji untuk
menentukan status rubelle dan rhesus dan kebutuhan therapy yang
mungkin (Bobak, 2004).

35
Pathways

POST PARTUM NORMAL

Perubahan fisiologi Perubahan psikologi

Nyeri akut Genetalia Perdarahan menin


Kotor

Proses involusi Vagina dan perineum Laktasi Taking in TakingSyok


hold Pemben

(ketergantungan) Resiko Hipovolemik AS


(ketergantungan
Peningkatan kadar Struktur dan karakte kemandirian)

Ocytosin,peningkatan payudara ibu Butuh perlindungan infeksi


Kontraksi uterus Ruptur jaringan dan pelayanan ASI keluar Penye

Belajar Kondisi tu
Hormon Aliran darah
mengenai mengalam
Trauma personal Pembuluh esteroge di payudara Berfokus pada
perawatan perubah
mekanis hygiene darah rusak berurai dari diri sendiri dan
diri dan bayi
Nyeri kurang baik uterus (involusi) lemas

Prolaktin Retensi darah Defisit

36
Butuh informai

Letting go
(kemandirian)
Kurang

pengetahuan
Resiko gangguan proses
parenting

Prawiro hardjo, 2002

Irene M. Bobak, 2001 Payu dara bengkak ASI tidak keluar Retensi ASI Mastitis

A. Marlinn E. Doenges, 2001

Menyusui tidak efektif

37
2. Diagnosa Keperawatan (Nanda,2014)

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (luka insisi)

2. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan defisit pengetahuan ibu.

3. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive

4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.

5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum

7. Konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen

8. Resiko gangguan proses parenting b/d kurangnya pengetahuan tentang cara merawat bayi.

3. Fokus intervensi keperawatan (NANDA, NIC dan NOC 2012-2014)

DIAGNOSA TUJUAN INTRTVENSI

Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan 1) Pain Management


dengan agen injuri fisik tindakan (1400)
(luka insisi)
keperawatan
a. Lakukan pengkajian
selama 2x24 jam
nyeri secara
diharapkan nyeri
komprehensif
berkurang dengan
termasuk lokasi,
kriteria hasil:
karakteristik, durasi,
1) Pain control (1605) frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi
a. Pasien mampu
mengontrol nyeri b. Observasi tehnik
(tahu penyebab nyeri, komunikasi terapeutik
mampu menggunakan untuk mengetahui

38
tehnik nonfarmakologi pengalaman nyeri
untuk mengurangi pasien
nyeri, mencari
c. Gunakan teknik
bantuan)
komunikasi terapeutik
b. Pasien melaporkan untuk mengetahui
bahwa nyeri pengalaman nyeri
berkurang Pasien pasien
mampu mengenali d. Evaluasi pengalaman
nyeri (skala, nyeri masa lampau
intensitas, frekuensi mengurangi faktor
dan tanda nyeri) presipitasi nyeri
c. Pasien menyatakan e. Kontrol lingkungan
rasa nyaman setelah yang dapat
nyeri berkurang mempengaruhi nyeri
d. Tanda-tanda vital seperti suhu ruangan,
dalam rentang normal pencahayaan dan
(TD, Nadi, Suhu, RR) kebisingan

f. Pilih dan lakukan


penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)

g. Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri

h. Tingkatkan istirahat

i. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada
keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil.

39
Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1)Breastfeding
pemberian ASI tindakan Assistance
berhubungan dengan keperawatan
a. Evaluasi pola
defisit pengetahuan selama 2x24 jam
menghisap
ibu. diharapkan
pemberian ASI b. Tentukan keinginan

efektif dengan dan motivasi ibu untuk

kriteria hasil: menyusui

1) Breastfeeding c. Evaluasi pemahaman

ineffective ibu tentang menyusui


dari bayi (misalnya
a. Kemantapan
reflek rooting,
pemberian ASI : bayi:
menghisap dan terjaga)
perlekatan bayi yang
sesuai pada dan proses d. Kaji kemampuan bayi
menghisap dari untuk menghisap

payudara ibu untuk secara efektif

memperoleh nutrisi e. Pantau kemampuan


selama 3 minggu ibu dalam
pertama pemberian menempelkan bayi ke
ASI. puting

b. Kemantapan f. Pantau integritas kulit


pemberian ASI : Ibu: puting ibu
kemantapan ibu untuk
g. Pantau pengetahuan
membuat bayi melekat
untuk mengurangi
dengan tepat dan
kongesti payudara
menyusu dari
dengan benar
payudara ibu untuk
memperoleh nutrisi h. Evaluasi pemahaman
selama 3 minggu tentang sumbatan
pertama pemberian kelenjar susu

i. Pantau BB dan pola

40
ASI. eliminasi bayi

c. Pemeliharaan 2) Breas Exsamination


pemberian ASI :
a. Fasilitasi proses
keberlangsungan
bantuan interaktif
pemberian ASI untuk
untuk membantu
menyediakan nutrisi
mempertahankan
bagi bayi.
keberhasilan proses
d. Penyapihan pemberian pemberian ASI.
ASI
b. Sediakan informasi
e. mengenali isyarat tentang laktasi dan
lapar dari bayi dengan teknik memompa ASI
segera (secara manual atau
pompa elektrik)
f. Ibu tidak mengalami
nyeri tekan pada c. Ajarkan orang tua
puting memepersiapkan,
menyimpan,
g. Mengenali tanda-
menghangatkan dalam
tanda penurunan
kemungkinan
suplai ASI
pemberian tambahan
susu formula.

Resiko infeksi Setelah dilakukan


berhubungan dengan tindakan
1) Infection Control
prosedur invasif keperawatan
(6540)
selama 2x24 jam
diharapkan infeksi a. Bersihkan lingkungan

tidak terjadi setelah dipakai pasien

dengan kriteria lain

hasil: b. Pertahankan tehnik

1) Risk Control isolasi

41
a. Klien bebas dari tanda c. Batasi pengunjung
dan gejala infeksi
d. Instruksikan pada
(calor, dolor, rubor,
pengunjung untuk
tumor dan
mencuci tangan saat
functiolaesa).
ber kunjung dan
b. Mendeskripsikan setelah pengunjung
proses penularan meninggalkan pasien
penyakit, faktor yang
e. Gunakan sabun
mempengaruhi
antimikrobia untuk
penularan serta
cuci tangan
penatalaksanaannya
f. Cuci tangan setiap
c. Menunjukkan
sebelum dan sesudah
kemampuan untuk
tindakan keperawatan
mencegah timbulnya
infeksi g. Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
d. Menunjukkan perilaku
pelindung
hidup sehat
h. Tingkatkan intake
nutrisi

i. Pertahankan
lingkungan aseptik
selama pemasangan
alat

j. Kolaborasikan
pemberian terapi
antibiotik bila perlu

Defisit perawatan diri Setelah dilakukan tindakan 1) Self care Assistance :


berhubungan dengan keperawatan selama Breating/Hygiene
kelemahan fisik. 2x24 jam diharapkan
a. Pertimbangkan
perawatan diri pasien
budaya pasien ketika
meningkat dengan kriteria

42
hasil: memperomosikan
aktivitas perawatan
1) Bathing
diri.
a. Membersihkan daerah
b. Pertimbangan usia
perineum
pasien ketika
b. Membasahi tubuhnya mempromosikan

c. Menunjukan rambut aktivitas perawatan

yang rapi dan bersih klien

d. Menunjukan pakaian c. Menentukan jenis dan

yang rapi dan bersih jumlah bantuan yang


dibutuhkan

d. Tempat alat mandi


yang dibutuhkan
disamping tempat
tidur atau dikamar
mandi.

e. Mementau integritas
kulit pasien

f. Memberikan bantuan
sampai pasien
sepenuhnya dapat
mengasumsikan
perawatan diri.

2) Self care Assistance :


eating

a. Mengatur nampan
makanan dan meja
menarik

b. Ciptakan lingkungan
yang menyenangkan

43
selama waktu makan

c. Memberikan bantuan
fisik sesuai kebutuhan

d. tempatkan pasien
dalam posisi yang
nyaman

e. Menyediakan interaksi
sosial yang memadai

f. Menyediakan
kesehatan mulut
sebelum makan

3) Self care Assistance :


Toileting

a. Lepaskan pakaian
yeng penting untuk
memungkinkan
penghapusan

b. Membantu pasien
ketoilet

c. Pertimbangkan respon
pasien terhadap
kekurangan privasi

d. Ganti pakaian pasien


setelah eliminasi

e. Memulai jadwal
ketoilet

f. Memfasilitasi
kebersihan toilet

44
setelah eliminasi

4) Self care Assistance :


Dressing/Grooming

a. Pantau tingkat
kekuatan dan toleransi
aktivitas

b. Pantau pelningkatan
dan penurunan
kemampuan untuk
berpakaian dan
melakukan perawatan
rambut

c. Bantu pasien memilih


pakaian yang mudah
dipakai dan dilepas

d. Dukung kemandirian
dalam berpakaian

e. Bantu pasien untuk


menaikkan,
mengancing, dan
meresleting pasien
jika diperlukan

f. Pertahankan privasi
saat pasien berpakaian

Kekurangan Setelah dilakukan tindakan 1) Fluid management


volume cairan keperawatan selama 2x24 (4120)
berhubungan jam diharapkan cairan
a. Monitor tanda-tanda
dengan seimbang dengan kriteria
vital (TD, Nadi, Suhu,

45
kehilangan hasil: RR)
cairan aktif
1) Fluid balance b. Mempertahankan
(0601) intake dan output yang

a. Tanda-tanda vital akurat

dalam rentang normal c. Monitor status hidrasi


(TD, Nadi, Suhu, RR) (kelembaban

b. Mempertahankan membrane, nadi

keseimbangan intake adekuat, tekanan darah

dan output ortostatik

c. Membran mukosa d. Monitor masukan

lembab,turgo kulit makanan

baik e. Kolaborasi pemberian

d. Tidak ada tanda-tanda cairan IV

dehidrasi f. Monitor status nutrisi

g. Dorong masukan oral

h. Dorong keluarga
untuk membantu
pasien makan

i. Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian obat

j. Atur kemungkinan
transfuse

Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1) Activity therapy


berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 (4310)
kelemahan umum jam diharapkan aktivitas
a. Kolaborasi dengan
toleran dengan kriteria
tenaga rehabilitasi
hasil:
medik dalam
1) Activity tolerance merencanakan

46
(0005) program terapi

a. Tanda-tanda vital b. Bantu klien untuk


dalam rentag normal mengidentifikasi
(TD, Nadi, Suhu, RR) aktivitas yang mampu
dilakukan
b. Pasien mampu
melakukan (ADL) c. Bantu pasien untuk
secara mandiri memilih aktivitas
konsisten yang sesuai
c. Pasien mampu
dengan kemampuan
berpindah dengan
fisik, psikiologi dan
tanpa alat bantuan
social

d. Bantu untuk
mendapatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi roda,
krek.

e. Bantu pasien/keluarga
untuk
mengidentifikasikasi
kekurangan dalam
beraktivitas

f. Bantu pasien untuk


mengembangkan
motivasi diri dari
penguatan

g. Monitor emosional,
fisik, social, dan
spiritual respon untuk
kegiatan/aktifitas

h. Membuat

47
lingkungan yang
aman dan nyaman bagi
pasien

i. Bantu pasien untuk


membuatjadwal
latihan di waktu luang.

Konstipasi berhubungan 1) Constipation


dengan kelemahan otot Setelah dilakukan management
abdomen
tindakan

keperawatan a) Monitor tanda dan


gejala konstipasi
selama 2x24 jam

diharapkan pasien b) Monitor bising usus

dapat defeksasi
c) Monitor feses,
secara teratur
frekuensi, konstipasi,
dengan kriteria dan volume

hasil :
d) Dukung intake cairan

1) Constipation Control
a) efekasi apat e) Kolaborasi pemberian
dilakukan 1xsehari laktasif
f) Menyarankan pasien
untuk konsultasi jika
b) Konstitensi feses sembelit atau impaksi
lembut terus ada

c) Eliminasi feses
tanpa perlu
mengejan

F. Resiko gangguan Setelah dilakukan askep a. Beri kesempatan ibu


selama …x 24 jam,

48
proses parenting Gangguan proses parenting untuk melakuakn
tidak ada.
b/d kurangnya perawatan bayi
pengetahuan Kriteria hasil: ibu dapat secara mandiri.
merawat bayi secara
tentang cara mandiri (memandikan, b. Libatkan suami
merawat bayi. menyusui).
dalam perawatan
bayi.

c. Latih ibu untuk


perawatan payudara
secara mandiri dan
teratur

d. Motivasi ibu untuk


meningkatkan intake
cairan dan diet
TKTP.

e. Lakukan rawat
gabung sesegera
mungkin bila tidak
terdapat komplikasi
pada ibu atau bayi.

4. Implentasi

Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang telah dibuat.

5. Evaluasi

1. Evaluasi Formatif (Mereflesikan observasi perawat dan analisi terhadap pasien terhadap respo

2. Evaluasi sumatif ( Mereflesikan rekapitulasi dan synopsis observasi dan analisis mengenai staa

49
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tida
kurang dari 24 jam (Saifuddin,2002). Post portum/ masa nifas dibagi dalam 3 periode (Mochtar, 1998) ya
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan, purperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat gen
remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama ha

4.2. Saran
a. Pasien
Diharapkan pasien dapat memahami pengertian, penyebab, klasifikasi, fisiologi dan penatalaksa
b. Perawat
Diharapkan kepada perawat dapat menggunakan proses keperawatan sebagai kerangka kerja unt

50
51
DAFTAR PUSTAKA

repository.ump.ac.id/1474/3/WIWIK%20SETIYANINGRUM%20BAB%20II.pdf

oleh W SETIYANINGRUM - 2015

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-norhimawat-6281-2-
babii.pdf

Mc Closky & Bulechek. (2005). Nursing Intervention Classification (NIC). United


States of America: Mosby.

Meidian, JM. (2000). Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of


America: Mosby.

Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

52

Anda mungkin juga menyukai