Post Partum Normah
Post Partum Normah
OLEH :
TK. IIA / D IV KEPERAWATAN
1. KOMANG PANDE DEWI AYUNI (P07120216001)
2. PUTU INDAH PRAPTIKA SUCI (P07120216001)
3. KADEK DWI DHARMA PRADNYANI (P07120216001)
4. EKA WAHYU RIFANI MEILIADEWI (P07120216001)
5. NI KOMANG SRI ARDINA (P07120216001)
6. NI LUH PUTU DESY TRISSNA EKAYANTI (P07120216001)
7. NI LUH PUTU INTAN SARI (P07120216001)
8. NI MADE ANASARI (P07120216001)
9. NI LUH PUTU MANIK JUNI ASTRI DEWI (P07120216001)
10. NI LUH PUTU PUTRI WIDIARI (P07120216001)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2016/2017
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,Ida Sang Hyang Widhi
Wasa, atas karunianya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “KONSEP UMUM
POST PARTUM NORMAL” mata kuliah “KEPERAWATAN MATERNITAS” dengan baik
dan lancar. Atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini,
maka penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, dan bermanfaat di masyarakat.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.
penyusun
I
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................II
II
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 43
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 43
B. Saran ............................................................................................................... 43
III
BAB I
PENDAHULUAN
Pada makalah ini kami akan membahas secara khusus mengenai berbagai macam
komplikasi post partum. Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi
aktivitas dan peran barunya sebagai ibu pada minggu-minggu atau bulan-bulan pertama setelah
melahirkan, baik dari segi fisik maupun segi psikologis. Sebagian wanita berhasil
menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dan
mengalami gangguan-gangguan psikologis dengan berbagai gejala atau sindroma yang oleh
para peneliti dan klinisi disebut post-partum blues, atau karena kurangnya penanganan ibu post
partum sangat rentan mengalami infeksi dan perdarahan.
1
1.2.12 Bagaimana tindakan pada bayi persalinan normal ?
1.2.13 Bagaimana perawatan masa nifas ?
1.2.14 Bagaimana penatalaksanaan ibu post partum ?
1.2.15 Bagaimana Konsep asuhan keperawatan ibu post partum?
2
1.3.8 Kami dapat mengetahui manifestasi ibu post partum .
1.3.9 Kami dapat mengetahui komplikasi ibu post partum .
1.3.10 Kami dapat mengetahui tanda - tanda bahaya post partum .
1.3.11 Kami dapat mengetahui program perencanaandan pelaksanaan ibu post
partum.
1.3.12 Kami dapat mengetahui tindakan pada bayi persalinan normal .
1.3.13 Kami dapat mengetahui perawatan masa nifas .
1.3.14 Kami dapat mengetahui penatalaksanaan ibu post partum .
1.3.15 Kami dapat mengetahui Konsep asuhan keperawatan ibu post partum.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali
alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi
lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil
(Bobak, 2010).
Partus di anggap spontan atau normal jika wanita berada dalam masa aterm, tidak
terjadi komplikasi, terdapat satu janin presentasi puncak kepala dan persalinana selesai
dalam 24 jam (Bobak, 2005).
Partus spontan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan dengan ketentuan ibu atau tanpa anjuran atau obat-obatan (prawiroharjo, 2000).
Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum sewaktu persalinan
(Mohtar, 1998)
Batasan waktu nifas yang paling singkat (minimum) tidak ada batas waktunya, bahkan
bisa jadi dalam waktu yang relative pendek darah sudah tidak keluar, sedangkan batasan
maksimumnya adalah 40 hari. Jadi masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya
plasenta sampai alat alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa
nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari.
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik
ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah
persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Masa neonatus
merupakan masa kritis bagi kehidupan bayi, 2/3 kematian bayi terjadi dalam 4 minggu
4
setelah persalinan dan 60% kematian bbl terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir. Dengan
pemantauan dan asuhan pada ibu dan bayi pada masa nifas dapat mencegah kematian dini.
Masa nifas dibagi menjadi tiga tahapan menurut Bobak (2004) yaitu:
Dalam masa nifas ini penderita memerlukan perawatan dan pengawasan yang
dilakukan selama ibu tinggal di rumah sakit maupun setelah nanti keluar dari rumah sakit.
5
Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali
melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk :
Selama menjalani masa nifas, ibu mengalami perubahan yang bersifat fisiologis yang
meliputi perubahan fisik dan psikologik, yaitu:
1. Perubahan fisik
a. Involusi
2) Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot setelah anak lahir
yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena adanya pelepasan
plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna. Karena
kontraksi dan retraksi menyebabkan terganggunya peredaran darah uterus yang
mengakibatkan jaringan otot kurang zat yang diperlukan sehingga ukuran jaringan
otot menjadi lebih kecil.
6
3) Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan atropi pada
jaringan otot uterus.
1) Uterus
Perubahan uterus setelah melahirkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Diameter
Berat
Involusi TFU Bekas Melekat Keadaan Cervix
Uterus
Plasenta
2 minggu
50 gr 2,5 cm
Sebesar hamil
2 minggu
6 minggu
Normal 30 gr
8 minggu
Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar
yang tersumbat oleh trombus. Luka bekas implantasi plasenta tidak meninggalkan
parut karena dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan endometrium baru
7
dibawah permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga sisa-
sisa kelenjar pada dasar luka. (Sulaiman S, 1983l: 121)
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang besar, tetapi
karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak maka
arteri harus mengecil lagi dalam masa nifas.
Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat dilalui oleh 2 jari, pada
akhir minggu pertama dapat dilalui oleh 1 jari saja. Karena hiperplasi ini dan karena
karena retraksi dari cervix, robekan cervix jadi sembuh. Vagina yang sangat diregang
waktu persalinan, lambat laun mencapai ukuran yang normal. Pada minggu ke 3 post
partum ruggae mulai nampak kembali.
c. Lochia
Lochia adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa
nifas. Lochia bersifat alkalis, jumlahnya lebih banyak dari darah menstruasi. Lochia
ini berbau anyir dalam keadaan normal, tetapi tidak busuk.
Pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya yaitu lokia
rubra berwarna merah dan hitam terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa, rambut
lanugo, sisa mekonium, sisa darah dan keluar mulai hari pertama sampai hari ketiga.
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, vernik caseosa,
lanugo, mekonium. Selama 2 hari pasca persalinan.
8
2) Lochea sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari 3–7 pasca persalinan.
3) Lochea serosa
Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi. Pada hari ke 2–4 pasca persalinan.
4) Lochea alba
5) Lochea purulenta
6) Lacheostatis
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama, biasanya
akan pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan diafragma pelvis yang meregang pada
waktu partus setelah bayi lahir berangsur angsur mengecil dan pulih kembali.Tidak
jarang uterus jatuh ke belakang menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum jadi
kendor. Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan-latihan pasca
persalinan.( Rustam M, 1998: 130)
e. Sistim Kardiovasculer
a. Volumedarah
9
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor misalnya
kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran cairan
ekstravaskuler. Kehilangan darah merupakan akibat penurunan volume darah
total yang cepat tetapi terbatas. Setelah itu terjadi perpindahan normal cairan
tubuh yang menyebapkan volume darah menurun dengan lambat. Pada minggu
ketiga dan keempat setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun sampai
mencapai volume sebelum lahir.
b. Curah jantung
f. Ginjal
Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari volume darah dan
ekskresi produk sampah dari autolysis. Puncak dari aktifitas ini terjadi pada hari
pertama post partum.( V Ruth B, 1996: 230)
g. System Hormonal
1) Oxytoxin
Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan bereaksi pada otot
uterus dan jaringan payudara. Selama kala tiga persalinan aksi oxytoxin
menyebabkan pelepasan plasenta. Setelah itu oxytoxin beraksi untuk kestabilan
kontraksi uterus, memperkecil bekas tempat perlekatan plasenta dan mencegah
perdarahan. Pada wanita yang memilih untuk menyusui bayinya, isapan bayi
menstimulasi ekskresi oxytoxin diamna keadaan ini membantu kelanjutan
involusi uterus dan pengeluaran susu. Setelah placenta lahir, sirkulasi HCG,
10
estrogen, progesteron dan hormon laktogen placenta menurun cepat, keadaan ini
menyebabkan perubahan fisiologis pada ibu nifas.
2) Prolaktin
3) Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu.
Air susu ibu ini merupakan makanan pokok , makanan yang terbaik dan bersifat
alamiah bagi bayi yang disediakan oleh ibu yamg baru saja melahirkan bayi akan
tersedia makanan bagi bayinya dan ibunya sendiri.
11
Pada hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan nyeri. Ini
menandai permulaan sekresi air susu, dan kalau areola mammae dipijat, keluarlah
cairan puting dari puting susu.
Air susu ibu kurang lebih mengandung Protein 1-2 %, lemak 3-5 %, gula 6,5-
8 %, garam 0,1 – 0,2 %.
Hal yang mempengaruhi susunan air susu adalah diit, gerak badan.
Benyaknya air susu sangat tergantung pada banyaknya cairan serta makanan yang
dikonsumsi ibu.( Obstetri Fisiologi UNPAD, 1983: 318 )
H. Sistem cerna
a. Nafsu makan
Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anestesia, dan keletihan, ibu
merasa sangat lapar
b. Mortilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap
selam waktu yang singkat setelah bayi lahir.
c. Defekasi
Buang air besar secara spontan bias tertunda selama dua sampai tiga hari
setelah ibu melahirkan.
I. Payu dara
12
Kadar prolaktin akan menurun dengan cepat pada wanita yang tidak menyusui.
Pada jaringan payudara beberapa wanita, saat palpasi dailakukan pada hari kedua dan
ketiga. Pada hari ketiga atau keempat pasca partum bisa terjadi pembengkakan.
Payudara teregang keras, nyeri bila ditekan, dan hangat jika di raba.
Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak dan suatu cairan kekuningan,
yakni kolostrum. Setelah laktasi dimula, payudara teraba hangat dan keras ketika
disentuh. Rasa nyeri akan menetap selama sekitar 48 jam. Susu putih kebiruan dapat
dikeluarkan dari puting susu.
J. Sistem neurologi
K. Sistem muskuluskeletal
L. Sistem integumen
Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat kehamilan
berakhir. Pada beberapa wanita, pigmentasi pada daerah tersebut akan menutap.
Kulit kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha, dan panggul mungkin
memudar, tapi tidak hilang seluruhnya.
13
M. Tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital Tekanan darah < 140 / 90 Tekanan darah > 140 / 90
mmHg, mungkin bisa naik dari mmHg
tingkat disaat persalinan 1 – 3
hari post partum.
a) Suhu :
b) Nadi :
60 – 80 x/mnt
c) Tekanan darah :
TD meningkat karena upaya keletihan dan persalinan, hal ini akan normal kembali
dalam waktu 1 jam
a) Temperatur :
14
Selama 24 jam pertama mungkin kenaikan menjadi 380C (100,40F) disebabkan oleh
efek dehidrasi dari persalinan. Kerja otot yang berlebihan selama kala II dan fluktuasi
hormon setelah 24 jam wanita keluar dari febris.
b) Nadi :
Nadi panjang dengan stroke volume dan cardiacc output. Nadi naik pada jam pertama.
Dalam 8 – 10 minggu setelah kelahiran anak, harus turun ke rata-rata sebelum hamil.
c) Pernapasan :
d) Tekanan darah :
Tekanan darah berubah rendah semua, ortistatik hipotensi adalah indikasi merasa
pusing atau pusing tiba-tiba setelah terbangun, dapat terjadi 48 jam pertama.
Diagnosa sepsis puerpuralis adalah jika kenaikan pada maternal suhu menjadi 38 0C
(100,4F0
Kecepatan rata-rata nadi adalah satu yang bertambah mungkin indikasi hipovolemik
akibat perdarahan.
Hipoventilasi mungkin mengikuti keadaan luar biasanya karena tingginya sub arachnoid
(spinal) blok.
Tekanan darah rendah mungkin karena refleksi dari hipovolemik sekunder dari
perdarahan, bagaimana tanda
terlambat dan gejala lain dari perdarahan kadang-kadang merupakan sinyal tenaga medis
2. Perubahan Psikologi
Perubahan sistem reproduksi masa nifas/post partum menurut Marmi (2012) Masa
nifas adalah masa 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai 6 minggu berikutnya. Waktu
yang tepat dalam rangka pemulihan post-partum adalh 2-6 jam, 2 jam-6 hari, 2 jam- 6
minggu (atauboleh juga disebut 6 jam, 6 hari 6 minggu).
Menjadi orang tua adalah merupakan krisis dari melewati masa transisi menurut
15
Marmi (2012) Masa transisi pada postpartum yang harus diperhatikan adalah:
a. Phase Honeymon
Phase Honeymon adalah phase anak lahir dimana terjadi intimasi dan kontak
yang lama antara ibu-ayah-anak, dimana masing-masing saling memperhatikan
anaknya dan menciptakan hubungan yang baru.
Terjadi pada kala IV, dimana diadakan kontak antara ibu-ayah- anak, dan tetap
dalam ikatan kasih.
Penyesuaian psikologi pada masa nifas menurut Reva Rubbin 1960 dalam
Cuninngham, et all 2006 dibagi dalam 3 tahap yaitu:
Fase ini dikenal dengan fase ketergantungan dimana wanita menjadi sangat pasif
dan sangat tergantung serta berfokus pada dirinya sendiri.Pada fase ini ibu juga
mengenang pengalaman melahirkan yang baru saja dialami. Untuk pemulihan, ibu
perlu istirahat atau tidur untuk mencegah gejala kurang tidur
3) Letting Go
Tahap ini dimulai pada minggu kelima sampai minggu keenam dan pada fase ini
keluarga telah menyesuaikan diri dengan bayi.Ibu merawat bayinya dengan kegiatan
sehari- hari yang telah kembali.
16
2.6 Masalah psikososial ibu post partum
Perubahan emosional pada ibu post partum menurut Bobak (2005) yaitu:
a. Baby blues
Baby bluespasca salin, karena perubahan yang tiba-tiba dalam kehidupan, merasa cemas
dan takut dengan ketidakmampuan merawat bayinya dan merasa bersalah.Perubahan emosi
ini dapat membaik dalam beberapa hari setelah ibu dapat merawat diri dan bayinya serta
mendapat dukungan keluarga.
b. Depresi pascapartum
Depresi postpartum adalah depresi yang bervariasi dari hari ke hari dengan menunjukkan
kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu makan depresi postpartum adalah depresi yang
bervariasi dari hari ke hari dengan menunjukkan kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu
makan, dan kehilangan libido (kehilangan selera untuk berhubungan intim dengan
suami)..Kriteria untuk mengklasifikasi depresi pascapartum bervariasi tetapi sering pada
sindrom afektif/emosi yang tarjadi selama enam bulan setelah melahirkan.Namun,
pengalaman depresi yang dialami juga menunjukan konsentrasi buruk, perasaan bersalah,
kehilangan energy dan aktivitas sehari-hari.
c. Psikosis pascapartum
Psikosis pascapartum ialah krisis psikiatri yang paling parah. Gejalanya seringkali
bermula dengan postpartum blues atau depresi pascapartum. Waham, halusinasi, konfusi dan
panik bisa timbul.Wanita tersebut dapat memperlihatkan gajala yang menyarupai skizofrenia
atau kerusakan psikoafektif.Perawatan di rumah sakit selama beberapa bulan mungkin
diperlukan.Bunuh diri atau bahaya pada bayi atau keduanya merupakan bahaya psikosis
terbesar.
2.7 ETIOLOGI
1. Penurunan fungsi plasenta kadar progesterone dan estrogen menurun mendadak, nutrisi
anin dan plasenta berkurang
2. Tekanan pada ganglion servikale dari fleksus frankenhauser, men adi simulasi
(pasemaker) bagi kontraksi otot polos uterus
17
3. Iskemia otot – otot karena pengaruh hormonal dan beban seemakin merangsang ter
adinya kontraksi
4. Peningkatan beban stres pada maternal maupun fetal dan peningkatan estrogen
mengakibatkan peningkatan aktivitas kortison, prostaglandin, oksitosin men adi
pencetus rangsangan untuk proses persalinan.
Perubahan kadar hormon disebabkan oleh penuaan plasenta dan ter adi sebagai
berikut :
b).Distensi uterus
1. Serabut otot yang terenggang sampai batas kemampuan akan bereaksi dengan
mengadakan kontraksi.
c) Tekanan janin
d) Faktor-faktor lain
18
1. Penurunan tekanan secara mendadak ketika selaput amnion pecah
A. Tanda-tanda persalinan
1. Lightening atau setting atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul
terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu kentara.
3. Perasaan sering-sering atau susah kencing karena kandung kemih tertekan oleh bagian
terbawah janin.
4. Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi – kontraksi lemah dari
uterus, kadang –kadang di sebut “ fase labor pain”.
5. Servik menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa bercampur
darah (bloody show).
1. Kekuatan dan rasa sakit oleh adanya his datang lebih kuat sering teratur dengan jarak
kontraksi yang semakin pendek
2. Keluar lendir bercampur darah pemeriksaan diagnostik ( bloody show) yang lebih
banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks.
19
1. Passage (faktor jalan lahir)
B. Bagian lunak : Segmen bawah rahim / SBR, serviks, vagina, introitus vagina dan
vulva, muskulus ligamentum yang menyelubungi dinding dalam dan bawah
panggul.
2. Pasanger (faktor janin) : letak, presentasi, ukuran dan berat janin, ada atau tidak
kelainan anatomi mayor
4. Psikologi
2.9 Komplikasi
A. Perdarahan
1. Atonia uteri : pada atonia uteri uterus tidak mengadakan kontraksi dengan baik
dan ini merupakan sebap utama dari perdarahan post partum. Uterus yang
sangat teregang (hidramnion, kehamilan ganda, dengan kehamilan dengan
20
janin besar), partus lama dan pemberian narkosis merupakan predisposisi
untuk terjadinya atonia uteri.
2. laserasi jalan lahir : perlukan serviks, vagina dan perineum dapat menimbulkan
perdarahan yang banyak bila tidak direparasi dengan segera.
1. Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi uterus sehingga
masih ada pembuluh darah yang tetap terbuka
2. Ruptur uteri, robeknya otot uterus yang utuh atau bekas jaringan parut pada
uterus setelah jalan lahir hidup.
B. Infeksi puerperalis
Didefinisikan sebagai; inveksi saluran reproduksi selama masa post partum. Insiden
infeksi puerperalis ini 1 % - 8 %, ditandai adanya kenaikan suhu > 38 0 dalam 2 hari
selama 10 hari pertama post partum. Penyebap klasik adalah : streptococus dan
staphylococus aureus dan organisasi lainnya.
C. Endometritis
Endometritis adalah infeksi dalam uterus paling banyak disebapkan oleh infeksi
puerperalis. Bakteri vagina, pembedahan caesaria, ruptur membran memiliki resiko
tinggi terjadinya endometritis (Novak, 1999).
D. Mastitis
Mastitis yaitu infeksi pada payudara. Bakteri masuk melalui fisura atau pecahnya
puting susu akibat kesalahan tehnik menyusui, di awali dengan pembengkakan, mastitis
umumnya di awali pada bulan pertamapost partum (Novak, 1999).
21
E. Infeksi saluran kemih
Semasa hamil dan masa awal post partum, faktor koagulasi dan meningkatnya status
vena menyebapkan relaksasi sistem vaskuler, akibatnya terjadi tromboplebitis
(pembentukan trombus di pembuluh darah dihasilkan dari dinding pembuluh darah) dan
trombosis (pembentukan trombus) tromboplebitis superfisial terjadi 1 kasus dari 500 –
750 kelahiran pada 3 hari pertama post partum.
G. Emboli
22
Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi rahim baik,
dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan jalan lahir (Depkes RI,
2004). Tanda-tanda yang mengancam terjadinya robekan perineum antara lain :
3. Ada perdarahan keluar dari lubang vulva, merupakan indikasi robekan pada
mukosa vagina.
23
TINDAKAN DISKRIPSI DAN KETERANGAN
Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu
menghindari menyentuh daerah luka.
2.Istirahat Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan berlebihan
3.Latihan Diskusikan tentang pentingnya latihan beberapa menit setiap hari akan
sangat membantu. Dengan tidur terlentang lengan di samping, menarik
otot perut selagi menarik napas, tahan napas ke dalam dan angkat dagu ke
dada tahan satu hitungan sampai 5, rileks dan ulangi sampai 10 kali.
24
Diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vit yang cukup.
Apabila putting susu lecet oleskan colostrom atau ASI yang keluar pada
sekitar putting susu setiap kali menyusui.
Payudara dikeringkan.
6.Hubungan Secara fisik aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah merah
perkawinan berhenti dan ibu dapat menilai dengan memasukkan 1 – 2 jarinya ke
atau Rumah dalam vagina tanpa rasa nyeri.
Tangga
Tetapi ada tradisi dan aturan agama tertentu baru boleh melakukan
hubungan seksual setelah 40 hari.
25
7.Keluarga KB dilakukan sebelum haid pertama setelah persalinan. Penjelasan tentang
Berencana KB adalah sebagai berikut:
Efek samping
Kapan metode itu dapat dimulai dipakai untuk wanita post partum.
4.Ujung Tali Pusat Ujung tali pusat dijaga bersih dan kering.
26
Bila telah pulang di rumah, anjurkan agar ibu melaporkan ke
petugas kesehatan bila tali pusat berbau, ada kemerahan di
sekitarnya atau mengeluarkan cairan.
1. Mobilisasi Dini
Karena lelah sehabis melahirkan , ibu harus istirahat tidur telentang selama 8 jam
pasca persalinan. Kemudian boleh miring kekanan kekiri untuk mencegah terjadinya
trombosis dan trombo emboli. Pada hari kedua diperbolehkan duduk, hari ketiga jalan-
jalan dan hari keempat atau kelima sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas
memiliki variasi tergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-
luka.
2. Rawat Gabung
Perawatan ibu dan bayi dalan satu ruangan bersama-sama sehingga ibulebih
banyak memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan ASI sehingga kelancaran
pengeluaran ASI lebih terjamin.( Manuaba, 1998: 193)
3. Pemeriksaan Umum
Pada ibu nifas pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara lain
adalah kesadaran penderita, keluhan yang terjadi setelah persalinan.
4. Pemeriksaan Khusus
27
Pemeriksaan khusus pada ibu nifas meliputi:
e. Luka jahitan episiotomi :Apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda-tanda
infeksi.
a. Diet
b. Pakaian
Pakaian agak longgar terutama didaerah dada sehingga payudara tidak tertekan.
Daerah perut tidak perlu diikat terlalu kencang karena tidak akan mempengaruhi
involusi. Pakaian dalam sebaiknya yang menyerap, sehingga lochia tidak
menimbulkan iritasi pada daerah sekitarnya. Kasa pembalut sebaiknya dibuang setiap
saat terasa penuh dengan lochia,saat buang air kecil ataupun setiap buang air besar.
c. Perawatan vulva
Pada tiap klien masa nifas dilakukan perawatan vulva dengan tujuan untuk
mencegah terjadinya inveksi di daerah vulva, perineum maupun didalam uterus.
Perawatan vulva dilakukan pada pagi dan sore hari sebelum mandi, sesudah buang air
kemih atau buang air besar dan bila klien merasa tidak nyaman karena lochia berbau
atau ada keluhan rasa nyeri. Cara perawatan vulva adalah cuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan perawatan luka, setelah BAK cebok ke arah depan dan setelah
BAB cebok kearah belakang, ganti pembalut stiap kali basah atau setelah BAB atau
BAK , setiap kali cebok memakai sabun dan luka bisa diberi betadin
28
d. Miksi
Kencing secara spontan sudah harus dapat dilakukan dalam 8 jam post partum.
Kadang kadang wanita sulit kencing, karena spincter uretra mengalami tekanan oleh
kepala janin dan spasme oleh iritasi musculus spincter ani selama persalinan. Bila
kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing sebaiknya dilakukan
kateterisasi.( Persis H, 1995: 288)
e. Defekasi
Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum. Bila belum terjadi dapat
mengakibatkan obstipasi maka dapat diberikan obat laksans per oral atau perektal atau
bila belum berhasil lakukan klisma.( Persis H,1995: 288)
f. Perawatan Payudara
Perawatan payudara telah mulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas,
tidak keras dan kering, sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Dianjurkan sekali
supaya ibu mau menyusui bayinya karena sangat berguna untuk kesehatan bayi.Dan
segera setelah lahir ibu sebaiknya menyusui bayinya karena dapat membantu proses
involusi serta colostrum mengandung zat antibody yang berguna untuk kekebalan
tubuh bayi. ( Mac. Donald, 1991: 430)
Bagi wanita pekerja menurut undang-undang berhak mengambil cuti hamil dan
bersalin selama 3 bulan yaitu 1 bulan sebelum bersalin dan 2 bulan setelah melahirkan.
29
2.14 PENATALAKSANAAN
Pada post partum normal dengan bayi normal tidak ada penatalaksanaan khusus.
Pemberian obat obatan hanya diberikan pada ibu yang melahirkan dengan penyulit,
terutama pada ibu anemia dan resiko infeksi dengan pemberian anti biotic dan obat-obat
roboransia seperti suplemen vitamin, demikian juga pada bayi obat-obatan biasanya
diberikan untuk tindakan profolatif, misalnya vitamin K untuk mencegah perdarahan, anti
biotic untuk mencegah infeksi.
a. Pemberian oksitosin
b. Obat nyeri
Pengeluaran lochea.
Rubra, serosa dan alba.
Kandung kemih: distensi bladder.
Hematuri, proteinuria, acetonuria.
Tanda-tanda vital: Suhu 1 jam pertama
24 jam pertama 380C.
setelah partus, TD dan Nadi terhadap
penyimpangan cardiovaskuler. Kompensasi kardiovaskuler TD sistolik
menurun 20 mmHg.
30
15. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Fokus
Pengkajian pada ibu post partum menurut Doenges, 2001 adalah sebagai berikut :
31
1 Apakah ibu tampak kelelahan atau keletihan ?
4. Pola eliminasi
5. Neuro sensori
32
6. Pola persepsi dan konsep diri
7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
1) Pemeriksaan TTV
4) Pemeriksaan reflek
b. Payudara
33
1) Pengkajian daerah areola ( pecah, pendek, rata )
34
3) Kaji adanya pembengkakan
8. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah
b. Pemeriksaan urin
35
Pathways
Belajar Kondisi tu
Hormon Aliran darah
mengenai mengalam
Trauma personal Pembuluh esteroge di payudara Berfokus pada
perawatan perubah
mekanis hygiene darah rusak berurai dari diri sendiri dan
diri dan bayi
Nyeri kurang baik uterus (involusi) lemas
36
Butuh informai
Letting go
(kemandirian)
Kurang
pengetahuan
Resiko gangguan proses
parenting
Irene M. Bobak, 2001 Payu dara bengkak ASI tidak keluar Retensi ASI Mastitis
37
2. Diagnosa Keperawatan (Nanda,2014)
8. Resiko gangguan proses parenting b/d kurangnya pengetahuan tentang cara merawat bayi.
38
tehnik nonfarmakologi pengalaman nyeri
untuk mengurangi pasien
nyeri, mencari
c. Gunakan teknik
bantuan)
komunikasi terapeutik
b. Pasien melaporkan untuk mengetahui
bahwa nyeri pengalaman nyeri
berkurang Pasien pasien
mampu mengenali d. Evaluasi pengalaman
nyeri (skala, nyeri masa lampau
intensitas, frekuensi mengurangi faktor
dan tanda nyeri) presipitasi nyeri
c. Pasien menyatakan e. Kontrol lingkungan
rasa nyaman setelah yang dapat
nyeri berkurang mempengaruhi nyeri
d. Tanda-tanda vital seperti suhu ruangan,
dalam rentang normal pencahayaan dan
(TD, Nadi, Suhu, RR) kebisingan
g. Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
h. Tingkatkan istirahat
i. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada
keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil.
39
Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1)Breastfeding
pemberian ASI tindakan Assistance
berhubungan dengan keperawatan
a. Evaluasi pola
defisit pengetahuan selama 2x24 jam
menghisap
ibu. diharapkan
pemberian ASI b. Tentukan keinginan
40
ASI. eliminasi bayi
41
a. Klien bebas dari tanda c. Batasi pengunjung
dan gejala infeksi
d. Instruksikan pada
(calor, dolor, rubor,
pengunjung untuk
tumor dan
mencuci tangan saat
functiolaesa).
ber kunjung dan
b. Mendeskripsikan setelah pengunjung
proses penularan meninggalkan pasien
penyakit, faktor yang
e. Gunakan sabun
mempengaruhi
antimikrobia untuk
penularan serta
cuci tangan
penatalaksanaannya
f. Cuci tangan setiap
c. Menunjukkan
sebelum dan sesudah
kemampuan untuk
tindakan keperawatan
mencegah timbulnya
infeksi g. Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
d. Menunjukkan perilaku
pelindung
hidup sehat
h. Tingkatkan intake
nutrisi
i. Pertahankan
lingkungan aseptik
selama pemasangan
alat
j. Kolaborasikan
pemberian terapi
antibiotik bila perlu
42
hasil: memperomosikan
aktivitas perawatan
1) Bathing
diri.
a. Membersihkan daerah
b. Pertimbangan usia
perineum
pasien ketika
b. Membasahi tubuhnya mempromosikan
e. Mementau integritas
kulit pasien
f. Memberikan bantuan
sampai pasien
sepenuhnya dapat
mengasumsikan
perawatan diri.
a. Mengatur nampan
makanan dan meja
menarik
b. Ciptakan lingkungan
yang menyenangkan
43
selama waktu makan
c. Memberikan bantuan
fisik sesuai kebutuhan
d. tempatkan pasien
dalam posisi yang
nyaman
e. Menyediakan interaksi
sosial yang memadai
f. Menyediakan
kesehatan mulut
sebelum makan
a. Lepaskan pakaian
yeng penting untuk
memungkinkan
penghapusan
b. Membantu pasien
ketoilet
c. Pertimbangkan respon
pasien terhadap
kekurangan privasi
e. Memulai jadwal
ketoilet
f. Memfasilitasi
kebersihan toilet
44
setelah eliminasi
a. Pantau tingkat
kekuatan dan toleransi
aktivitas
b. Pantau pelningkatan
dan penurunan
kemampuan untuk
berpakaian dan
melakukan perawatan
rambut
d. Dukung kemandirian
dalam berpakaian
f. Pertahankan privasi
saat pasien berpakaian
45
kehilangan hasil: RR)
cairan aktif
1) Fluid balance b. Mempertahankan
(0601) intake dan output yang
h. Dorong keluarga
untuk membantu
pasien makan
i. Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian obat
j. Atur kemungkinan
transfuse
46
(0005) program terapi
d. Bantu untuk
mendapatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi roda,
krek.
e. Bantu pasien/keluarga
untuk
mengidentifikasikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
g. Monitor emosional,
fisik, social, dan
spiritual respon untuk
kegiatan/aktifitas
h. Membuat
47
lingkungan yang
aman dan nyaman bagi
pasien
dapat defeksasi
c) Monitor feses,
secara teratur
frekuensi, konstipasi,
dengan kriteria dan volume
hasil :
d) Dukung intake cairan
1) Constipation Control
a) efekasi apat e) Kolaborasi pemberian
dilakukan 1xsehari laktasif
f) Menyarankan pasien
untuk konsultasi jika
b) Konstitensi feses sembelit atau impaksi
lembut terus ada
c) Eliminasi feses
tanpa perlu
mengejan
48
proses parenting Gangguan proses parenting untuk melakuakn
tidak ada.
b/d kurangnya perawatan bayi
pengetahuan Kriteria hasil: ibu dapat secara mandiri.
merawat bayi secara
tentang cara mandiri (memandikan, b. Libatkan suami
merawat bayi. menyusui).
dalam perawatan
bayi.
e. Lakukan rawat
gabung sesegera
mungkin bila tidak
terdapat komplikasi
pada ibu atau bayi.
4. Implentasi
5. Evaluasi
1. Evaluasi Formatif (Mereflesikan observasi perawat dan analisi terhadap pasien terhadap respo
2. Evaluasi sumatif ( Mereflesikan rekapitulasi dan synopsis observasi dan analisis mengenai staa
49
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tida
kurang dari 24 jam (Saifuddin,2002). Post portum/ masa nifas dibagi dalam 3 periode (Mochtar, 1998) ya
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan, purperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat gen
remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama ha
4.2. Saran
a. Pasien
Diharapkan pasien dapat memahami pengertian, penyebab, klasifikasi, fisiologi dan penatalaksa
b. Perawat
Diharapkan kepada perawat dapat menggunakan proses keperawatan sebagai kerangka kerja unt
50
51
DAFTAR PUSTAKA
repository.ump.ac.id/1474/3/WIWIK%20SETIYANINGRUM%20BAB%20II.pdf
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-norhimawat-6281-2-
babii.pdf
52