Anda di halaman 1dari 17

Kasus:

Seorang anak laki-laki bernama Jun berusia 10 tahun datang ke klinik fisioterapi bersama orang
tuanya. Anak ini datang dengan menggunakan kursi roda. Ia mengeluh mengalami lemas dan dan
terkadang mati rasa pada kakinya. Orang tuanya mengatakan bahwa dulu anaknya pernah
melakukan operasi akibat adanya benjolan di punggungnya saat lahir.

A. Assessment
1. Anamnesis Umum: Menanyakan identitas pasien
2. Anamnesis Khusus: Menggali informasi terkait keluhan yang dialami pasien
- Keluhan Utama
- Riwayat Penyakit Sekarang
- Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat Penyakit Penyerta
- Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat Sosial
3. Pemeriksaan Umum: Tekanan darah, denyut nadi, suhu tubuh, respiration rate
4. Pemeriksaan Khusus:
- Inspeksi Statis: Deformitas pada tungkai bawah, Postur berubah karena deformitas
pada tulang belakang
- Inspeksi Dinamis: Pasien datang menggunakan kursi roda
- Pemeriksaan Motorik: MMT untuk menilai kekuatan otot pasien, penilaian tonus otot,
pengukuran trofi otot
- Pemeriksaan Sensoris: Tes sensasi pada area dermatom, proprioseptif
- Test Refleks
- Pengukuran ROM pasif dan aktif
- Barthel index

B. Diagnosis
1. Impairment: Kelemahan dan mati rasa pada kedua kaki, gangguan bowel dan bladder
2. Activity Limitation: Kesulitan berjalan, kesulitan merasakan BAB dan BAK
3. Participation of Restriction: Sulit beraktivitas di luar ruangan
4. Contextual Factor
- Barrier
- Facilitator

C. Planning
1. Jangka Pendek: melatih kekuatan otot tungkai, melatih otot otot dasar panggul, menjaga
ROM tiap sendi, melatih sensorik
2. Jangka Panjang: Melatih pola jalan

D. Intervensi
1. ROM Exercise
2. Core Exercise
3. Kegel Exercise
4. Stretching exercises
E. Evaluasi

KASUS

Seorang laki-laki bernama Dilan berusia 18 tahun datang ke klinik Fisioterapi. Dilan
mengeluhkan adanya kelemahan pada kaki bagian kanannya yaitu sulit mengangkat kaki bagian
depan. Dilan mengatakan bahwa ia sempat mengalami kecelakaan sepeda motor tiga bulan yang
lalu dan menyebabkan kakinya patah tulang pada bagian fibula dan sudah menjalani operasi.
Semenjak kakinya mengalami kelemahan di bagian kanan. Dilan sulit bersekolah dan menjalani
hobbynya. Dilan memiliki hobby bermain basket. Dilan memiliki semangat yang tinggi untuk
sembuh agar dapat beraktifitas seperti biasanya.

Proses Asuhan Fisioterapi

Assessment

I. Identitas Pasien
Nama : Dilan
Umur : 18 tahun
Pekerjaan : Siswa
Hobi : Bermain basket
II. Pemeriksaan Subjektif
a. Keluhan Utama
Merasakan lemah pada kaki bagian kanan, kesulitan mengangkat kaki kanan
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Tiga bulan yang lalu pasien mengalami kecelakaan sepeda motor dan mengalami fraktur
pada bagian fibulanya. Pasien sudah menjalani operasi.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak Ada
e. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien menggunakan BPJS
III. Pemeriksaan Objektif
a. Vital Sign
tekanan dara : mmHg,
denyut nadi : x/ menit,
pernafasan : x/ menit,
tinggi badan : cm dan
berat badan : kg
b. Pemeriksaan Fisik
- Inspeksi statis : Ekspresi wajah menahan nyeri, menggunakan afo
- Inspeksi dinamis : pola jalan abnormal seperti kaki diseret
- Palpasi : tidak mendapatkan hasil

Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar

- Aktif : nyeri
- Pasif : nyeri +-
- Isometrik : nyeri

Test Sensorik

- Panas dingin
- Tajam tumpul
- Kasar halus

Test motorik

Test Reflek

Pengukuran

- Kekuatan otot : MMT


- LGS/ROM : Goniometer
- antropometri

Diagnosis

I. Impairment
a. Body structure : atrofi otot, saraf peroneal terganggu
b. Body function : kelemahan otot, nyeri, keterbatasan gerak
II. Activity Limitation
Mandi, berjalan mengalami keterbatasan
III. Participation Of Restriction
Tidak mampu bermain basket
Keterbatasan dalam bersekolah
IV. Contextual Factor
a. Personal Faktor
Memiliki keinginan yang tinggi untuk segera sembuh
b. Enviromental Faktor
Fasilitator : menggunakan AFO
Barrier : jarak rumah ke kesekolah jauh

Planning

I. Jangka Pendek
- Menghilangkan nyeri
- Meningkatkan ROM
- Menguatkan otot yang lemah

II. Jangka Panjang


Memperbaiki kemampuan fungsional tubuh

Intervensi

a. Modalitas
IR
Electrical stimulasi
b. Terapi Latihan

Evaluasi

Membandingkan dan memperhatikan peningkatan yang terjadi setiap diberikan intervensi.

Edukasi

Memberikan home program


Kasus :

Bapak Rusli, 63 tahun, datang ke Klinik Fisioterapi mengeluhkan tangannya yang gemetar sejak 1,5 tahun
yang lalu sehingga menyulitkan beliau dalam beraktifitas terutama untuk memegang sendok dan garpu.
Saat datang, postur beliau terlihat bungkuk dan beliau diantar oleh salah satu keluarganya karena
pasien perlu bantuan saat berdiri dan berjalan agar tidak jatuh. Selain itu pasien merasa sangat kaku
pada tangan dan kakinya hingga sulit digerakkan dan nyeri ketika bergerak. Dari pernyataan keluarga,
saat pasien berbicara, suaranya menjadi lebih lambat dan tidak jelas seperti sebelumnya.

a. Assessment
 Anamnesis (KU,RPS,RPD,RPK,RES)
 Pemeriksaan umum (tb,bb,imt,rr,hr,bp)
 Pemeriksaan khusus
 Inspeksi
- Statis : tangan terus bergetar, postus pasien bungkuk
- Dinamis : gait postur terganggu, gerakan kaku dan lambat
 Palpasi : peningkatan tonus otot
 PFGD
- Aktif : flexi extensi supinasi pronasi tangan , flexi extensi kaki, tonus otot
meningkat gerakan menjadi lambat
- Pasif : rigid saat gerakan spt diatas, cogwheel phenomena (tahanan gerak
tahanan gerak)
- Resisten :
 Test specific
- Pemeriksaan sensoris
- Pemeriksaan motoris
- Pemeriksaan reflex (fisiologis dan patologis)
- Pemeriksaan koordinasi (finger to nose atau heel to knee)
b. Diagnosis
 Impairment
1. Body function
- B310 voice functions
- B710 mobility of joint functions
- B730 muscle power functions
- B735 muscle tone functions
- B7651 tremor
2. Body structure
- S1103 basal ganglia and realted structures
 Activity limitation
- D4104 standing
- D4401 grasping
- D450 walking
- D550 eating
 Participation of restriction
- D330 speaking
 Environmental factor
1. Internal factors
2. External factors
 Facilitator : e310+4 immediate family
 Barrier :
c. Planning
 Jangka pendek : memperbaiki koordinasi dan keseimbangan, mengurangi kekakuan
 Jangka Panjang : dapat beraktivitas sehari - hari
d. Intervensi
 PNF : untuk memudahkan pergerakan dan meningkatkan fungsi otot serta mengurangi
rigiditas
 Aquatic exercise : untuk menjaga keseimbangan
 Latihan koordinasi :
 Rom exercise : untuk mencegah kontraktur akibat dari rigiditas
 Latihan keseimbangan : duduk ke berdiri
e. Evaluasi

KASUS

Seorang laki-laki bernama Marvel berusia 20 tahun datang ke klinik Fisioterapi. Marvel mengeluhkan
lemah pada lengan sisi kanannya. Marvel mengatakan bahwa ia sempat mengalami kecelakaan sepeda
motor seminggu yang lalu. Marvel jatuh saat mengendarai sepeda motor dengan kepala dan bahu
membentur tanah. Benturan terjadi dengan posisi kepala menunduk ke arah samping kiri. Saat dibawa
ke Rumah Sakit dan dilakukan pemeriksaan foto rontgen (X-Ray) ternyata bahu kanannya mengalami
dislokasi dan sudah ditangani saat itu juga. Hal ini juga menyebabkan Marvel sulit saat menggerakkan
lengannya ke segala arah sehingga menyebabkan keterbatasan untuk melakukan kegiatan sehari-hari
seperti makan, mandi, berpakaian. Hal ini juga menyebabkan Marvel tidak dapat bermain basket yang
menjadi hobinya. Selain itu Marvel kesulitan saat membuat tugas kampus seperti laporan yang harus
diketik. Marvel merupakan anak pertama dan ia memiliki satu adik perempuan. Marvel belum bekerja
karna ia masih menjadi mahasiswa di salah satu Universitas. Keluarga Marvel juga tergolong keluarga
yang berkecukupan. Marvel memiliki semangat yang tinggi untuk sembuh agar dapat beraktifitas seperti
biasanya, dapat mengerjakan laporan kampus mengetik dengan baik dan mampu bermain basket
kembali

Proses Asuhan Fisioterapi

Assessment

IV. Identitas Pasien


Nama : Marvel
Umur : 20 tahun
Alamat : Jalan cokroaminoto
Pekerjaan : Mahasiswa
Hobi : Bermain basket
V. Pemeriksaan Subjektif
f. Keluhan Utama
Terasa lemah dan nyeri pada lengan kanan
g. Riwayat Penyakit Sekarang
Lokasi : pada lengan kanan
Onset : seminggu yang lalu
Kronologi : pasien sempat mengalami kecelakaan motor satu minggu yang lalu dengan
kepala dan bahu membentur tanah. Posisi kepala menunduk kearah lateral kiri
(kemungkinan overstretch). Terjadi dislokasi pada bahu kanan tetapi sudah ditangani
saat di rumah sakit.
Kualitatif : nyeri yang dirasakan pada seluruh lengan kanan
Kuantitatif : VAS
Fak.memperberat : saat menggerakan lengan kanan kearah manapun
Fak.memperingan : saat diam atau istirahat
h. Riwayat Penyakit Dahulu
Sempat mengalami kecelakaan dan dislokasi pada bahu kanan satu minggu yang lalu
i. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak Ada
j. Riwayat Sosial Ekonomi
Merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Keluarga Marvel termasuk keluarga yang
berkecukupan (mampu)
VI. Pemeriksaan Objektif
c. Vital Sign
Normal
d. Pemeriksaan Fisik
- Inspeksi statis : bahu kanan dan kiri tidak simetris, memakai bandage pada
bahu kanan (karna dislokasi), terdapat luka lecet , ada lebam
- Inspeksi dinamis : tidak mampu membuka pintu praktek, tidak mampu berjabat
tangan
- Palpasi : adanya edema akibat benturan

Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar

- Aktif : tidak mampu


- Pasif : tidak mampu
- Isometrik : tidak mampu

Test Sensorik
- Panas dingin
- Tajam tumpul
- Kasar halus
(terutama pada area termatome C5-T1)
C5 : lengan atas lateral epicondylus lateral
C6 : ibu jari
C7 : jari tengah
C8 : kelingking
T1 : lengan bawah medial epicondylus medial

Pengukuran

- Kekuatan otot : MMT


- LGS/ROM : Goniometer
- Lingkar segmen : Midline
(kemungkinan atropi)

Diagnosis

V. Impairment
c. Body structure : plexsus, otot, sendi yang mengalami dislokasi
d. Body function : kelemahan otot, nyeri, edema, keterbatasan gerak
VI. Activity Limitation
Tidak dapat makan, mandi ataupun berpakaian secara mandiri, tidak dapat membuat tugas
atau laporan kampus jika diketik
VII. Participation Of Restriction
Tidak mampu bermain basket lagi
VIII. Contextual Factor
c. Personal Faktor
Memiliki keinginan yang tinggi untuk segera sembuh agar dapat mengerjakan pekerjaan
kampus dengan baik dan mampu bermain basket kembali
d. Enviromental Faktor
Fasilitator : kamar mandi menggunakan shower
Barrier : lemari atau laci tempat meletakkan barang kebanyakan cukup tingggi

Planning

III. Jangka Pendek


- Menghilangkan nyeri
- Mengurangi edema
- Tidak menggunakan bandage lagi
- Meningkatkan ROM
- Menguatkan otot
- Meningkatkan kemampuan otot
IV. Jangka Panjang
- Mampu makan, mandi dan berpakaian secara mandiri
- Mampu mengerjakan tugas kampus atau laporan dengan mengetik yang baik
- Mampu kembali bermain basket

Intervensi

c. Modalitas
- IR : untuk mengurangi nyeri
- TENS : untuk mengurangi nyeri
- IDC : meningkatkan kemampuan motorik dan sensorik sesuai dengan efek
fisiologisnya berupa depolarisasi membran sel
d. Terapi Latihan
Latihan dalam bentuk assisted active movement, assisted active movement bahu, relaxed
passive movement exercise bahu, siku dapat meningkatkan kekuatan otot. Mekanisme dari
latihan-latihan tersebut adalah akan timbulnya kontraksi suplai darah pada daerah yang dilatih,
sehingga jaringan pada daerah tersebut kaya akan oksigen, dengan demikian akan mempercepat
pertumbuhan muscle fibre baru yang efeknya akan meningkatkan volume dan masa otot
tersebut, sehingga secara langsung kekuatan otot akan bertambah.
e. Latihan Strenghthening
Seperti latihan mengangkat beban dengan intensitas yang tinggi
f. Latihan Endurance
Seperti latihan mengangkat beban dengan repetisinya yang tinggi
g. Meningkatkan sensorik

Evaluasi

Membandingkan dan memperhatikan peningkatan yang terjadi setiap diberikan intervensi. Sepeti
peningkatan ROM ataupun peningkatan kekuatan otot yang terjadi sehingga menimbulkan peningkatan
fungsional.

KASUS :

Tuan AS 56th datang ke poli fisio dengan keluhan suara kurang jelas disertai nyeri bahu kanan
dan lemah tungkai bawah sebelah kanan, nyeri bahu dirasakan semenjak seminggu yang lalu
awalnya bahu tidak bisa digerakkan lalu. Sebelumnya pasien sempat di rawat karena mengalami
stroke ke 2. Pasien merupakan guru olahraga yang kesehariannya mengajar olah raga, memiliki
riwayat DM tipe 2
AGA 3
AGB 2
PROSES ASUHAN FISIOTERAPI

ASSESSMENT

IDENTITAS PASIEN

Nama Tuan AS

Umur 56tahun

Agama Hindu

Pekerjaan Guru olahraga

Alamat Jln antasura

PEMERIKSAAN SUBYEKTIF

Keluhan utama (KU) Nyeri bahu kanan dan lemah tungkai bawah
sebelah kanan dan suara kurang jelas

Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) - Onset : Satu minggu yang lalu


- Lokasi : bahu dan tungkai kanan
- Kronologi : awalnya bahu tidak bisa
digerakkan
Riwayat penyakit dahulu (RPD) Riwayat penyakit yang sama sebelumnya

Riwayat penyakit penyerta (RPP) DM tipe 2

PEMERIKSAAN OBYEKTIF

VITAL SIGN

Tekanan darah 135/94 mmHG

Denyut Nadi 70x/menit

Pernapasan 20x/menit

Temperature 36,50 C
Tinggi Badan 169cm

Berat Badan 70kg

PEMERIKSAAN PERKOMPETENSI

PEMERIKSAAN FISIK

Inspeksi statis - Pasien tampak lemas


- Wajah sedikit mencong
- Bahu asimetris
Inspeksi dinamis - Datang dengan dibantu oleh
keluarganya
- Gait terganggu sehinnga dibantu
keluarga
- Berbicara kurang jelas.
Palpasi - tonus otot lemah
- Tidak ada nyeri tekan
Perkusi Tidak dilakukan.

Auskultasi Tidak dilakukan

PEMERIKSAAN FUNGSI GERAK DASAR

Aktif Gerakan aktif susah dilakukan sendiri, bisa full


ROM tetapi tidak bisa melawan gravitasi dan
merasa nyeri.

Pasif Gerakan pasif Full ROM dapat dilakukan oleh


pasien dengan bantuan terapis namun tidak dengan
end feel sebenarnya. Pasien juga merasakan nyeri
di akhir gerakan.

Isometrik Kekuatan otot menurun, gerakan isometrik susah


dilakukan oleh pasien.

PEMERIKSAAN PENUNJANG CT-scan untuk memastikan jenis stroke.

PENGUKURAN / QUICK TEST

GCS Biasanya somnolen yaitu kesadaran menurun,


respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur
namun kesadaran pulih setelah dirangsang. Selain
tiu juga diperhatikan 3 hal lainnya yaitu respon
membuka mata, berbicara dan motoric.

RESPON MEMBUKA MATA (SKOR 1-4)

4 : Spontan

3 : dengan rangsang suara (menyuruh pasien


membuka mata)

2 : dengan rangsangan nyeri (menekan kuku jari


pasien)

1 : tidak ada respon

RESPON VERBAL (SKOR 1-5)

5 : Orientasi baik

4 : bingung, berbicara mengacau, disorientasi


tempat dan waktu

3 : hanya mampu kata – kata saja tetapi tidak jelas

2 : suara tanpa arti seperti mengerang

1 : tidak ada respon

RESPON MOTORIK (SKOR 1-6)

6 : mengikuti perintah

5 : menjauhkan stimulus saat diberi rangsangan


nyeri

4 : menarik ekstremitas menjauhi stimulus

3 : fleksi abnormal

2 : ekstensi abnormal

1 : tidak ada respon


Sensorik` Biasanya terjadi penurunan sensoris seperti sensai
taktil, tajam tumpul, sensasi suhu, getaran dan
propioceptif.

- sensai taktil : menggunakan kapas halus


- sensasi tajam tumpul : menggunakan jarum
dengan sisi tajam dan tumpul
- pemeriksaan sensasi suhu : menggunkan 2
botol kaca. Satu isi air hangat dan satu air
dingin
- sensasi getaran : menggunkaan garpu tala
berfrekuensi 128Hz
- pemeriksaan propioseptif : dilakukan
dengan cara menggerakan phalanx distal
pada tangan dan kaki bilateral keatas dan
kebawah.

ROM Dengan menggunakan goniometer untuk


mengetahui LGS

MMT Grade 0 : kontraksi otot tidak terdeteksi dengan


palpasi

Grade 1 : adanya kontraksi otot

Grade 2 : adanya kontraksi otot dan adanya


pergerakan sendir full ROM

Grade 3 : adanya kontraksi otot dan adanya


pergerakan sendir full ROM dan mampu melawan
gravitasi

Grade 4 : adanya kontraksi otot dan adanya


pergerakan sendir full ROM dan mampu melawan
gravitasi dengan tahanan minimal

Grade 5 : adanya kontraksi otot dan adanya


pergerakan sendir full ROM dan mampu melawan
gravitasi dengan tahanan maximal

Antropometri Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui


perbandingan sisi yang sehat dan sisi yang sakit
untuk menentukan adanya oedem, perbedaan
panjang tungkai, atrofi otot
Kasus

1. Seorang anak perempuan bernama Alena Wisesa berusia 4 tahun, beragama hindu dan
beralamat di Jalan meduri Gang apel XXX Denpasar barat ini dilahirkan melalui persalinan
normal di salah satu rumah sakit dengan menggunakakan asuransi BPJS , seperti bayi pada
umum nya dia menangis saat dilahirkan dan memiliki berat badan yang normal. Sekitar 1,5
tahun yang lalu alena mengalami panas yang cukup tinggi sampai dia mengalami kejang-
kejang. Semenjak saat itu , alena mulai terhambat pertumbuhannya seperti belum bisa duduk
tegak , mengambil barang, berbicara , suka menggeliat dan menyentak secara tiba-tiba dan
lain sebagainya. Selain itu terlihat alena memiliki postur yang kyphosis, peregelangan kaki
yang plantar dan jari jari nya ekstensi, saat alena melakukan aktifitas otot-otot tubuhnya
mengalami kekakuan dan akan kembali normal saat alena tertidur.Oleh dokter alena di
diagnosa mengalami cerebral palsy atetoid dan disarankan untuk membawa ke klinik
fisioterapi , saat datang ke klinik fisioterapi tampak alena memakai kursi roda yang didorong
oleh orang tuanya.

ASUHAN FISIOTERAPI
I. ASSESMENT
Nama : Alena Wisesa
Umur : 4 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Hindu
Alamat : Jalan meduri Gang apel XXX Denpasar barat
II. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF
Keluhan Utama : belum bisa duduk tegak , mengambil barang dan berbicara
RPS : sekitar 1,5 tahun yang lalu pasien mengalami panas tinggi
sehingga menyebabkan pasien kejang-kejang. Otot kaku saat
melakukan aktifitas dan normal saat tidur.
RPK : tidak ada
RPP : tidak ada
RPD : kejang- kejang
RPS : pengguna asuransi BPJS
III. PEMERIKSAAN OBJEKTIF
a) Pemeriksaan Kesadaran
b) Vital sign
HR : 70 x/mnt
BP : 95 / 65
SUHU: 36,5 º C
RR : 40x/mnt
c) Inspeksi statis : duduk dikursi roda , postur tubuh kifosis, pergelangn kaki yang
plantar dan jari jari nya ekstensi
d) Inspeksi dinamis : raut wajah pasien terlihat meringis saat dipindahkan dari kursi
roda ke bed.
e) Palpasi :
- suhu local pasien normal
- tidak ditemukan oedema
- tonus otot menurun

f) Auskultasi : Tidak dilakukan


g) Perkusi : Tidak dilakukan
IV. PEMERIKSAAN GERAK FUNGSI GERAK DASAR
a) Aktif : terbatas
b) Pasif : pasien mampu melakukan gerakan pasif yang diberikan oleh Ft
c) Isometrik: pasien tidak mampu melawan tahanan Ft

V. PEMERIKSAAN KHUSUS
1) Scala asworth (untuk mengetahui spatisitas)
2) Motorik : tonus otot, MMT, antropometri
3) Pemeriksaan ROM
4) Pemeriksaan sensoris
5) Pemeriksaan aktifitas fungsional mengguanakan GMFM
6) Pemeriksaan nyeri menggunakan FLACC
7) Pemeriksaan Refleks Patologis
- Reaksi otomatis
Reaksi tegak (-).
Reaksi keseimbangan: duduk (-), berdiri (-), berjalan(-).
- Reflek patologis
o Reflek grasp (-).
o Reflek babynski (+).
o Reflek caddok (+)
- Reflek primitif
Reflek moro (-).
ATNR (-).
Tonic labhirinthine supine (-).
Tonic labhirinthine prone (-).
VI. Diagnosa
Impairment :
a) Body structure
s 1103 Basal ganglia and related structures
b) Body Function
- b235 Vestibular functions
- b310 Voice functions
- b750 Motor reflex functions
- b730 Muscle power functions
- b735 Muscle tone functions
- b 760 Control of voluntary movement functions
- b 7650 Involuntary contractions of muscles
- b 270 Sensory functions related to temperature and other stimuli
c) Activity limitation dan participation restriction

 d 410 Changing basic body position


 d 430 Lifting and carrying objects
 d 530 Toileting
 d 330 Speaking
 d 510 Washing oneself
 d 4103 Sitting
 d 710 Basic interpersonal interactions
 d 7101 Appreciation in relationships
 d 9200 Play
d) Enviromental factor
- Fasilitator : e310 Immediate family , kursi roda
- Barrier
Letak toilet yang jauh dari kamar tidur pasien, tempat tidur pasien yang tingi, dan
terdapat tangga dalam rumah pasien
- Personal Factor : motivasi diri pasien untuk sembuh dan usia
VII. PLANNING
a) Jangka Pendek :
- Menurunkan dan mengontrol spastisitas
- Memperbaiki kontrol gerak
- Memperbaiki kontrol postural
- Meningkatkan tonus otot
- Meningkatkan kekuatan otot
- Meningkatkan Rom
- Mengurangi Nyeri
b) Jangka Panjang : Melanjutkan tujuan jangka pendek,
- meningkatkan kemampuan fungsional pasien
VIII. INTERVENSI
a) treatment (NDT) dan teknik yang dapat diterapkan:
(1) inhibisi yaitu penurunan reflex sikap abnormal untuk memperoleh tonus otot
yang lebih normal,
(2) fasilitasi sikap normal untuk memelihara tonus otot setelah diinhibisi,
(3) stimulasi yaitu upaya meningkatkan tonus dan pengaturan fungsi otot
sehingga memudahkan pasien melakukan aktivitasnya.
b) Trunk Control Exercise merupakan latihan yang diberikan baik pasif maupun
aktif ke seluruh luas gerak tubuh dengan tujuan untuk memperbaiki co-contraksi
otot-otot trunk dan untuk memperoleh fleksibilitas .
c) Rom exercise untuk meningkatkan lingkup gerak sendi
d) IR untuk mengurangi nyeri
e) Standing frame adalah alat untuk latihan berdiri dengan posisi yang benar.
Standing frame juga berguna untuk meregangkan otot-otot dan merangsang saraf-
saraf di bagian persendian. Dengan berlatih menggunakan standing frame, anak
dapat merasakan posisi menumpu berat badannya.
f) AFO ( ankle foot orthose)
g) Penggunaan kinesiology tape untuk memfasilitasi gerakan

IX. EVALUASI
Terjadi peningkatan ROM, terjadi penurunan nyeri dan control trunknya mulai
membaik.

Anda mungkin juga menyukai