Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas bimbingan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Herniasi Nukleus pulposus (HNP)”. Makalah ini
dibuat dalam rangka mewujudkan salah satu tugas kelompok sebagai tambahan untuk
Pada kesempatan ini tim penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu sehingga pembuatan makalah ini dapat terselesaikan dengan baik
dan lancar tepat waktu. Selain itu, tim penulis juga mengucapan terima kasih yang sebesar-
5. CI RSAL Mintohardjo
Tiada gading yang tidak retak, begitu juga dengan pembuatan makalah ini masih
sangat banyak kekurangan yang terdapat di dalamnya. Oleh sebab itu, kami sangat
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.....................................................................................2
PENDAHULUAN.............................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................4
KASUS............................................................................................... 18
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diskus intervertebral dibentuk oleh dua komponen yaitu; nucleus pulposus yang
terdiri dari serabut halus dan longgar, berisi sel-sel fibroblast dan dibentuk oleh annulus
fibrosus yang mengelilingi nucleus pulposus yang terdiri dari jaringan pengikat yang kuat.
Nyeri tulang belakang dapat dilihat pada hernia diskus intervertebral pada daerah
lumbosakral, hal ini biasa ditemukan dalam praktek neurologi. Hal ini biasa berhubungan
dengan beberapa luka pada tulang belakang atau oleh tekanan yang berlebihan, biasanya
disebabkan oleh karena mengangkat beban/ mengangkat tekanan yang berlebihan (berat).
Hernia diskus lebih banyak terjadi pada daerah lumbosakral, juga dapat terjadi pada
daerah servikal dan thorakal tapi kasusnya jarang terjadi. HNP sangat jarang terjadi pada
anak-anak dan remaja, tetapi terjadi dengan umur setelah 20 tahun. Menjebolnya (hernia)
nucleus pulposus bisa ke korpus vertebra diatas atau di bawahnya. Bisa juga menjebol
langsung ke kanalis vertbralis. Menjebolnya sebagian dari nucleus pulposus ke dalam korpus
vertebra dapat dilihat dari foto roentgen polos dan dikenal sebagai nodus Schmorl. Robekan
sirkumferensial dan radikal pada nucleus fibrosus diskus intervertebralis berikut dengan
terbentuknya nodus schomorl merupakan kelainan mendasari “low back pain” sub kronik
atau kronik yang kemudian disusun oleh nyeri sepanjang tungkai yang dikenal sebagai
khokalgia atau siatika.
HNP sering terjadi pada daerah L4-L5 dan L5 –S1 kemudian pada C5-C6 dan paling
jarang terjadi pada daerah torakal, sangat jarang terjadi pada anak-anak dan remaja tapi
kejadiannya meningkat dengan umur setelah 20 tahun. Insiden terbanyak adalah pada kasus
Hernia Lumbo Sakral lebih dari 90 %, dan diikuti oleh kasus Hernia Servikal 5-10 % .
Nyeri penggung bawah dapat mengenai siapa saja, tanpa mengenal jenis umur dan jenis
kelami. Sekitar 60-80 % dari seluruh penduduk dunia pernah mengalami paling tidak satu
episode nyeri punggung bawah selama hidupnya. Kelompok studi nyeri (pokdi nyeri)
PORDOSSI (Persatuan dokter spesialis saraf Indonesia) melakukan penelitian pada bulan mei
2002 di 14 rumah sakit pendidikan, dengan hasilmenunjukan bahwa kejadian nyeri punggung
bawah meliputi 18,37 % di sluruh kasus nyeri ditangani
3
BAB II
PEMBAHASAN
B. Konsep teori
1. Definisi
Diskus intervertebral dibentuk oleh dua komponen yaitu; nukleus pulposus yang terdiri dari
serabut halus dan longgar, berisi sel-sel fibroblast dan dibentuk oleh anulus fibrosus yang
mengelilingi nukleus pulposus yang terdiri dari jaringan pengikat yang kuat.
Nyeri tulang belakang dapat dilihat pada hernia diskus intervertebral pada daerah
lumbosakral, hal ini biasa ditemukan dalam praktek neurologi. Hal ini biasa berhubungan
dengan beberapa luka pada tulang belakang atau oleh tekanan yang berlebihan, biasanya
disebabkan oleh karena mengangkat beban/ mengangkat tekanan yang berlebihan (berat).
Hernia diskus lebih banyak terjadi pada daerah lumbosakral, juga dapat terjadi pada daerah
servikal dan thorakal tapi kasusnya jarang terjadi. HNP sangat jarang terjadi pada anak-anak
dan remaja, tetapi terjadi dengan umur setelah 20 tahun. (Candra, )
Menjebolnya (hernia) nucleus pulposus bisa ke korpus vertebra diatas atau di bawahnya. Bisa
juga menjebol langsung ke kanalis vertbralis. Menjebolnya sebagian dari nucleus pulposus ke
dalam korpus vertebra dapat dilihat dari foto roentgen polos dan dikenal sebagai nodus
Schmorl. Robekan sirkumferensial dan radikal pada nucleus fibrosus diskus intervertebralis
berikut dengan terbentuknya nodus schomorl merupakan kelainan mendasari “low back
pain”sub kronik atau kronik yang kemudian disusun oleh nyeri sepanjang tungkai yang
dikenal sebagai khokalgia atau siatika
4
2. Etiologi
Diskus intervertebralis merupakan jaringan yang terletak antara kedua tulang vertebra,
dilingkari oleh anulus fibrosus yang terdiri atas jaringan konsentrik dan fibrokartilago dimana
di dalamnya terdapat susbtansi setengah cair.Nukleus pulposus terdiri dari jaringan kolagen
yang hiperhidrasi dengan protein polisakarida yang tidak mempunyai saraf sensoris. Herniasi
terjadi oleh karena adanya degenerasi atau trauma pada anulus fibrosus yang menyebabkan
protrusi dari nukleus pulposus. Herniasi terjadi pada daerah kostalateral yang menyebabkan
ligamentum longitudinal posterior tergeser dan menekan akar saraf yang keluar sehingga
menimbulkan gejala skiatika. Herniasi dapat juga terjadi kea rah posterior yang hanya
menyebabkan gejala nyeri punggung bawah. Kelainan ini jarang menyebabkan kompresi.
Herniasi dapat pula terjadi ke atas ke bawah melalui lempeng tulang rawan korpus vertebra
untuk membentuk nodus Schmorl.
3. Patofisiologi
Daerah lumbal adalah daerah yang paling sering mengalami hernisasi diskus invertebralis,
kandungan air diskus berkursang bersamaan dengan bertambahnya usia. Selain itu serabut
menjadi kotor dan mengalami hialisasi yang membantu perubahan yang mengakibatkan
herniasi diskus invertebralis melalui anulus dengan menekan akar – akar syaraf spinal. Pada
umumnya harniassi paling besar kemungkinan terjadi di bagian koluma yang lebih mobil ke
yang kurang mobil (Perbatasan Lumbo Sakralis dan Servikotoralis) (Sylvia,1991, hal.249).
Sebagian besar dari Hernia diskus invertebralis terjadi pada lumbal antara VL 4 sampai L 5,
atau L5 sampai S1. arah herniasi yang paling sering adalah posterolateral. Karena radiks saraf
pada daerah lumbal miring kebawah sewaktu berjalan keluar melalui foramena neuralis,
maka herniasi discus antara L 5 dan S 1.
Perubahan degeneratif pada nukleus pulpolus disebabkan oleh pengurangan kadar protein
yang berdampak pada peningkatan kadar cairan sehingga tekanan intra distal meningkat,
menyebabkan ruptur pada anulus dengan stres yang relatif kecil.
Sedang M. Istiadi (1986) mengatakan adanya trauma baik secara langsung atau tidak
langsung pada diskus inter vertebralis akan menyebabkan komprensi hebat dan transaksi
5
nukleus pulposus (HNP). Nukleus yang tertekan hebat akan mencari jalan keluar, dan melalui
robekan anulus tebrosus mendorong ligamentum longitudinal terjadilah herniasi.
4. Manifestasi klinis
Biasanya keluhan dan gejala herniasi discus intervertebralis tergantung kepada materi discus
yang menonjol keluar atau mengalami herniasi. Herniasi vertebra lumbalis biasanya
menyebabkan nyeri punggung bawah dengan atau tanpa disertai skiatika atau mungkin hanya
berupa nyeri punggung bawah yang bersifat kronis dengan skiatika dimana nyeri menjalar
mulai dari punggung bawah ke bokong sampai ke tungkai bawah. Gejala klinis yang dapat
ditemukan :
1. Nyeri punggung bawah yang hebat, mendadak, menetap beberapa jam sampai
beberapa minggu secara perlahan-lahan.
2. Skiatika berupa rasa nyeri hebat pada satu atau dua tungkai sesuai dengan
distribusiakar saraf dan menjadi hebat bila batuk, bersin atau membungkuk.
3. Parestesia yang hebat dapat disertai dengan skiatika sesuai dengan distribusi saraf dan
mungkin terjadi sesudah gejala nyeri saraf menurun.
4. Deformitas berupa hilangnya lordosis lumbal atau skoliosis oleh karena spasme otot
lumbal yang hebat.
5. Mobilitas gerakan tulang berkurang. Pada stadium akut gerakan pada bagian lumbal
sangat terbatas, kemudian muncul nyeri pada saat ekstensi tulang belakang.
6. Nyeri tekan pada daerah herniasi dan pada daerah paravertebral atau bokong.
7. Uji menurut Lasque-leg Raising (SLR). Tes ini akan menunjukkan derajat terbatasnya
dan besarnya tekanan pada akar saraf.
8. Tes tegangan saraf femoral. Pada herniasi diskus vertebra L-3/4, fleksi pada sendi
lutut secara pasif dalam posisi telungkup akan menyebabkan nyeri pada paha bagian
depan.
6
9. Gejala neurologis pada tungkai, berupa kelemahan otot, perubahan refleks dan
perubahan sensoris yang mengenai akar saraf.
5. Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan klinik pada punggung, tungkai dan abdomen. Pemeriksaan rektal dan
vaginal untuk menyingkirkan kelainan pada pelvis.
2. Pemeriksaan radiologis
1. Foto polos
Foto polos posisi AP dan lateral dari vertebra lumbal dan panggul (sendi sakroiliaka). Foto
polos bertujuan untuk melihat adanya penyempitan diskus, penyakit degeneratif, kelainan
bawaan dan vertebra yang tdak stabil.(spondililistesis) Pemakaian kontras Foto rontgen
dengan memalai zat kontras terutama pada pemeriksaan miolegrafi radikuografi, diskografi
serta kadang-kadang diperlukan venografi spinal.
1. MRI
1. Scanning
6. Pengobatan
Tindakan pengobatan yang dapat diberikan tergantung dari keadaan, yaitu :
7
1. Pengobatan konservativ pada lesi diskus akut
Istirahat sempurna ditempat tidur, 1-2 minggu dengan pemberian analgesik yang cukup.
Kadang-kadang diperlukan obat-obatan untukl mencegah spasme, pemanasan lokal atau
anastesia lokal paravertebra. Penderita tidur pada alas yang keras. Pada saat ini idak
diperbolehkan latihan sama sejali, bila pendeita dirawat dapat dianjurka untuk mrnggunakan
traksi. Pada fase akut dapat diberikan jaket plaster dari politen selama 2-3 minggu. Injeksi
epidural dengan 0,5 % prokain dalam 50 cc NaCl fisiologis. Dapat dimulai latihan lumbal
secara hati-hati apabila fase akut berakhir setelah 2-3 minggu.
Fisioterapi Latihan fleksi dan ekstensi tlang belakang yang mungkin didahului dengan
disterni gelombang pendek. Mobilisasi penderita dapat dilakukan dengan manipulasi
yanghati-hati tanpa anstesia, Instruksi untuk mempergunakan posisi yang benar dan disiplin
terhadap gerakan punggung yaitu membungkuk dan mengangkat barang. Pemakaian alat
bantu lumbosakral Berupa korset dan penyangga. Traksi lumbal yang bersifat intermiten.
1. Tindakan operatif
Tindakan dilakukan pada keadaan-keadaan seperti kelainan pada kauda ekuina disertai
dengan kelemahan hebat, bersifat bilateral, gangguan dan kelemahan pada sfingter usus dan
kandung kemih. Adanya analgesia pelana pada bokong dan daerahj perineal. Kelemahan otot
yang progresif oleh karena tekanan pada saraf atau adanya tanda-tanda atrofi pada otot yag
dipersarafi. Adanya skiatika yang menetap dengan gejala neurologis, tidak menghilang
dengan terapi konservatif dan waktu patokan biaanya 6 minggu. Adanya lesi yang hebat
disertai kelainan bawaan atau spondilitis yang hebat. Cara operasi dapat dilakukan secara
terbuka tapi akhir-akhir ini operasi pada herniasi diskus dilakukan secara tertutup dengan
mempergunakan alat dan teropong.
8
5. ASUHAN KEPERWATAN
A. Pengkajian
1. Aktifitas/Istirahat.
Gejala : Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat,duduk, mengemudi
dalam waktu lama, membutuhkan papan atau matras yang keras saat tidur, penurunan
rentang gerak dari ekstremitas pada salah satu bagian tubuh, tidak mampu melakukan
aktifitas yang biasa dilakukan.
Tanda : Atrofi otot pada bagian tubuh yang terkena, gangguan dalam berjalan.
2. Eliminasi.
Gejala : konstipasi, adanya inkontinensia urine.
3. Integritas ego.
Gejala : ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas, masalah pekerjaan.
Tanda : cemas, depresi, menghindar dari keluarga atau orang terdekat.
4. Neurosensori.
Gejala : kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/ kaki.
Tanda : penurunan refleks tendon dalam, kelemahan otot, nyeri tekan dan spasme
otot.
5. Nyeri/ Kenyamanan.
Gejala : nyeri seperti tertusuk pisau yang akan semakin memburuk dengan adanya
batuk, bersin, membengkokkan badan, mengangkat beban, defekasi, mengangkat kaki
atau fleksi pada leher ; nyeri yang tidak ada hentinya, ; nyeri yang menjalar kekaki,
bokong (lumbal), atau bahu/lengan, ; kaku pada leher (servikal), terdengar adanya
9
suara ”krek” saat nyeri baru timbul/ saat trauma atau merasa ”punggung patah”,
keterbatasan untuk mobilisasi/ membungkuk kedepan.
Tanda : sikap dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang terkena, perubahan cara
berjalan,berjalan dengan terpincang-pincang, pinggang terangkat pada bagian tubuh
yang terkena, nyeri pada saat palpasi.
6. Keamanan.
Gejala : adanya riwayat masalah ”punggung” yang baru saja terjadi.
7. Penyuluhan/ Pembelajaran.
Gejala : gaya hidup yang monoton atau hiperaktif.
B. Diagnosa
C. Intervensi
10
- Klien mengatakan tidak terasa nyeri.
- Lokasi nyeri minimal
- Keparahan nyeri berskala 0
- Indikator nyeri verbal dan noverbal (tidak menyeringai)
Intervensi Rasional
Pertahankan tirah baring, posisi semi Untuk menghilangkan stres pada otot-
fowler dengan tulang spinal, otot punggung
pinggang dan lutut dalam keadaan
fleksi, posisi telentang
11
noninvasif dan nonfarmakologis terhadap nyeri.
(posisi, balutan (24-48 jam), distraksi
dan relaksas
Intervensi Rasional
12
ini menyulitykan defisit neurologis
lebih lanjut
Rujuk pasien untuk konsultasi
psikologis bila kelemahan motorik, Pasien yang mengalami kehilangan
sensorik, dan fungdi seksual terjadi fungsi tubuh permanen akan merasa
permanen sedih. Semakin besar makna
kehilangan, semakin dalam lama
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi reaksi kesedihan ini dialami.
untuk latihan fisik klien
Menurunkan resiko terjadinnya
iskemia jaringan akibat sirkulasi
darah yang jelek pada daerah yang
tertekan
Kriteria hasil :
- Klien mampu mengungkapkan ketakutan/kekuatirannya.
- Respon klien tampak tersenyum.
Intervensi Rasional
13
beberapa perasaan control emosi.
Intervensi Rasional
14
individual
Beri motivasi kepada klien untuk tetap Meningkatkan harga diri dan
kontinyu
15
untuk mengembangkan rencana
- Klien dapat defekasi secara spontan dan lancar tanpa menggunakan obat
- Konsistensifses lunak
Intervensi Rasional
Berikan penjelasan pada klien dan Klien dan keluarga akan mengerti
keluarga
tentang penyebab obstipasi
tentang penyebab konstipasi
Bising usus menandakan sifat
Auskultasi bising usus
aktivitas peristaltik
16
maknanan yang mengandung serat merangsang peristaltik dan eliminasi
reguler
eliminasi reguler
Lakukan mobilisasi sesuai dengan
keadaan Aktivitas fisik reguler membantu
Intervensi Rasional
17
Anjurkan untuk melakukan latihan ROM Meningkatkan aliran darah
(range of motion) dan mobilisasi jika kesemua daerah
mungkin
Menghindari tekanan dan
Rubah posisi tiap 2 jam meningkatkan aliran darah
BAB III
KASUS
A. Identitas Klien
18
Jenis Kelamin : laki – laki
Agama : Islam
Alamat : Batalyon 9 Marinir Lampung
Status : Belum Menikah
Pekerjaan : TNI
Pendidikan : SLTA
MasukRumah Sakit : 5 Januari 2013
No RM : 08.55.77
Ruangan : II ( Pulau Salawati )
Tanggal Pengkajian : 5 Januari 2013
Diagnosa medik : HNP L2-L3
Keluhan Utama : Nyeri pada pinggang belakang yang memberat sejak 1 hari SMRS
Pasien mengatakan nyeri tulang belakang sejak 6 bulan SMRS, namun memberat
sejak 1 hari SMRS, nyeri menjalar ke kaki kiri sejak 1 hari SMRS, kesemutan ,
kelemahan tidak ada, pasien sering merasakan nyeri setelah mengalami trauma saat
sedang melakukan latihan, pasien terjatuh dengan posisi terduduk, setelah terjatuh
pasien masih mampu bangun dan berjalan, pasien sudah berobat ke dokter dan
dinyatakan gangguan pada tulang lumbalnya, selama ini pasien rutin melakukan
fisioterapi, demam tidak ada, mual tidak ada, BAK dan BAB normal.
1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat kebiasaan merokok (+) 1 hari 1 kotak
rokok, penggunaan obat bebas (-), alcohol (-), ketergantungan terhadap bahan
kimia (-), konsumsi jamu (-), donor darah (+) 4 kali, olahraga (+) renang
2. Pola nutrisi dan metabolism
SMRS :
frekuensi : 3X/hari, komposisi : nasi , lauk , sayur
19
keadaan yang mengganggu (-)
MRS :
frekuensi : 3X/hari, komposisi : nasi , lauk , sayur
keadaan yang mengganggu (-)
3. Pola eliminasi
SMRS :
BAB
frekuensi : 2X/hari
konsistensi : padat
warna dan bau : kekuning-kuningan , bau khas
keluhan (-)
BAK
frekuensi : 6 – 8X/hari
warna dan bau : kuning muda , bau khas
keluhan (-)
MRS :
BAB
frekuensi : 1X/hari
konsistensi : padat
warna dan bau : kekuning-kuningan , bau khas
keluhan (-)
BAK
frekuensi : 500 ml /hari
warna dan bau : kuning muda , bau khas
keluhan (-)
MRS :
Tidur
Frekuensi : 1 x / malam
Lama : 8 jam
Keluha
Istirahat
Lama : -
20
5. Pola aktivitas
SMRS :
Aktivitas sedikit terganggu dikarenakan intensitas nyeri yang semakin memberat.
MRS :
Hanya berbaring ditempat tidur, sesekali duduk
Body image :
Klien mengatakan menyukai seluruh anggota tubuhnya, tetapi saat ini merasa sangat
terganggu dengan rasanyeri tulang belakangnya.
Self Esteem
Klien yakin bahwa dirinya cepat sembuh dan dapat mengalahkan penyakitnya
Depersonalisasi
Klien mengatakan bahwa dirinya ingin cepat sembuh dan kembali melakukakan
kegiatan seperti biasa tanpa ada hambatan rasa nyeri
Peran
E. Penanggulangan stress
Psikologi
Apabila ada permasalah meminta solusi pada teman yang dipercaya
Social
Sering mengikuti kegiatan dimasyarakan dan berkumpul dengan teman sebaya
Spiritual
Setiap ada permasalahan yang mengganggu biasanya lebih mendekankan diri pada
Tuhan ( sholat )
21
F. Pemeriksaan fisik
1. Status kesehatan umum
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
TD : 110 / 80 mmHg, suhu : 36,2°C nafas : 18 x/menit, nadi : 79 x/menit
2. System Integumen
Kulit pucat (-), cyanosis (-),ikterus (-) ,luka (-)
3. Kepala
Simetris, penonjolan (-),nyeri kepala (-),trauma kepala (-)
4. Muka
Simetris, odema (-), otot muka kuat (-), paralisis (-),otot rahang kuat (+)
5. Mata
Pupil bulat isokor (+) 3mm ,konjungtiva tidak anemis,ikterik (-),alis mata (+)
simetris, kelopak mata odema (-),pendarahan (-),sclera anemis (-),visus(-)
6. Telinga
Secret (-) ,serumen(-), benda asing (-),membrane timpani (+)
7. Hidung
Deformitasa (-), mukosa hidung (+),secret (-),obstruksi (-)
8. Mulut dan faring
Caries gigi (-),stomatitis (-), bibir pecah – pecah, pendarahan (-), lidah parese (-) ,
tremor (-)
9. Leher
Simetris, kaku kuduk (-), pembesaran getah bening (-), pembesaran kelenjar
thyroid (-)
10. Thoraks
Bentuk normal
Paru
Inspeksi : bentuk simetris , pecembungan (-)
Palpasi : pergerakan simetris (+), tertinggal depan dan belakang (-), fremitus
raba kanan = kiri (+)
Perkusi : rensonan
Auskultasi : wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : iktus tidak tampak
Palpasi : iktus teraba, getaran (-)
Perkusi :
Batas kanan jantung 2 jari diatas BPH dari lateral ke medial sejajar dengan
sternum
batas kiri jantung iga V – VI di linia medioklavikularis kiri
Auskultasi : BJ : I – II (+), murmur (-), gallop (-)
Capillaty refill TIME < 3 detik
Nyeri dada (-)
11. Abdomen
Inspeksi : datar simetris, penonjolan/massa (-), perubahan warna (-)
Auskultasi : Bising Usus (12 x/menit)
Perkusi : timpani
Palpasi : nyeri tekan (-)
22
12. Iguinal-genital-anus
Keluhan BAB : (-), BAK (-)
Pembesaran kelenjar lemphe (-), tumor (-), abses (-)
13. Ekstremitas
Baik
F. Pemeriksan Penunjang
Pemeriksaan gula
Pemeriksaan Hematologi
- Massa pendarahan / 2’30’’ menit 1-6
bleeding time
- Massa pembekuan / 10’00’’menit 10-16
clotting time
Paket darah lengkap
- Leukosit 7700 / mm³ 5000-10.000
- Eritrosit 5,27 / mm³ 4,6- 6,2
- Hemoglobin 15,5 g / dl 14-16
- Hematokrit 45 % 42-48
- Thrombosit 266.000/ mm³ 150.000-400.000
- LED 25mg /l < 10
Hitung jenis leukosit
- Eosinofil 1% 2-4
- Basofil -% 0-1
- Batang 2% 2-6
- Segmen 66% 50-70
- Limfosit 28% 20-40
- monosit 3% 2-8
Radiologi
23
Tidak tampak bercak-bercak kesuraman
Pemeriksaan MRI vertebrae lumbosacral tanpa kontros godolinum PTPA. Pathogen sagital
T1 SE / T2 TSE serta MR-myelogram,tampak : kurve vertebra, axral F2 lumbosacral
melurus, tidak tampak listhesis.
Intensitas signal diskus L1-L2 dan L2-L3 hipointens dan tebal diskus L2-L3 memipih
Tampak penonjolan diskus intervertebralis L1-L2 dan L2-L3 ke posterior
Pada potongan axial tampak bulging diskus L1-L2 menekan thecal sac
Kesan
- straight lumbalis
- bulging diskus L1-L2 menekan thecal sac
- protusi diskus L2-L3 menekan thecal sac serta neural foramen L3-L4
Rontgen lumbal
- straight lumbalis
- bulging diskus L1-L2 menekan thecal sac
- protusi diskus L2-L3 menekan thecal sac serta
- neural foramen L3-L4
24
Post operasi
Laboratorium
Elektrolit
Na 136mmol/l 134-146
K+ 3,9mmol/l 3.4-4,6
Cl 102mmol/l 96-108
Darah lengkap
- leukosit 17.700/mm³ 5000-10.000
- eritrosit 5,19 juta/mm³ 4,6- 6,2
- hemoglobin 15,3 g/dl 14-16
- hematokrit 44% 42-48
- thrombosit 219 ribu / mm³ 150.000-400.000
- LED 5 mg / l < 10
7 februari 2013
Darah lengkap
- leukosit 20.000 / mm³ 5000-10.000
- hemoglobin 14,0juta / mm³ 14-16
- hematokrit 40% 42-48
- thrombosit 230.000 / mm³ 150.000-400.000
Elektrolit
Na 135 mmol/l 134-146
K+ 3,8 mmol/l 3.4-4,6
Cl 99 mmol/l 96-108
Albumin 3,4 g /dl
Ureum 3,1
creatinin 1,1
8 februari 2013
Darah lengkap
- leukosit 20.300 / mm³ 5000-10.000
- eritrosit 4,10 juta / mm³ 4,6- 6,2
- hemoglobin 12,3 g /dl 14-16
25
- hematokrit 35 % 42-48
- thrombosit 218.000 / mm³ 150.000-400.000
10 februari 2013
- leukosit 16.200 / mm³ 5000-10.000
- eritrosit 4,19 juta / mm³ 4,6- 6,2
- hemoglobin 12,0 g /dl 14-16
- hematokrit 36 % 42-48
- thrombosit 226.000 / mm³ 150.000-400.000
Pengobatan / terapi
- ceftriaxome 2 x 1
- ketesse 3 x 1 amp
- 1vfdvrl 20 tts / menit
- Mo ( icu ) 2cc / jam
- Puasa sampai sadar
- Fisioterapi
- Menggunakan sabuk hnp
- Methy prednisolon 3 x 125
- Menggunakan alas tidur yang datar dan keras ( membantu menstabilkan daerah
vertebra )
Analisa Data
26
1. 5-2-2013 S: Nyeri Kompresi saraf
Pre - pasien
operasi mengeluh nyeri
tulang belakang
( ngilu ),seperti Agen pencedera fisik
ditusuk - tusuk
- Pasien
mengatakan Kompresi saraf
nyeri menjalar
ke kaki kiri dan
kesemutan
O;
- Skala nyeri 6
- Pasien gelisah
- Berbaring
menggunakan
papan yang
keras
- Wajah menahan
nyeri
27
menggerakkan
tubuhnya Keterbatasan akibat post
- Pasien operasi
mengatakan
masih nyeri jika
bergerak
O: Penurunan kekuatan
- Pasien kliatan
lemas
- Saat diminta
menggeserkan
tubuhnya pasien
tampak
kesusahan
Rencana Keperawatan
28
Dengan criteria hasil : - Pertahankan tirah baring selama fase
- pasien mampu istirahat/tidur akut. Letakkan pasien pada posisi semi
-pasien mengatakan nyeri berkurang fowler dengan tulang spinal, pinggang
-dapat menggunakan tekhnik non dan lutut dalam keadaan fleksi, posisi
farmakologi untuk menghilangkan telentang dengan atau tanpa
nyeri meninggikan kepala 10 – 30 ° atau pada
-skala nyeri 0 - 1 posisi lateral
-
- Gunakan logroll ( papan ) melakukan
perubahan posisi
-
- Bantu pemasangan brace / korset
-
- Instruksikan untuk melakukan mekanika
tubuh / gerakan yang tepat
29
Kolaborasi -
- Berikan tempat tidur orttopedik /
letakkan papan di bawah kasur / matras
-
- Berikan obat sesuai kebutuhan
-
- Pasang ponyokong fisik seperti brace
lumbal kolar servikal
-
- Konsulkan dengan ahli terapi fisik
30
selama perubahan posisi
- Demonstrasikan penggunaan
ketrampilan relaksasi : nafas dalam /
visualisasi
-
Kolaborasi
31
- Berikan obat analgetik, sesuai kebutuhan
3 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Mandiri -
mobilitas keperawatan selama 3 X 24 jam - jadwalkan aktivitas/tindakan dengan
fisik diharapkan tidak terjadi penuruna periode waktu istirahat. Anjurkan pasien
berhubungan kekuatan/kontrol otot. untuk dapat berperan serta dalam
dengan kegiatan sehari-hari dangan keterbatasan
keterbatasan Dengan kriteria hasil : yang dialaminya.
akibat - pasien dapat mendemontrasikan/
kondisi meningkatkan kekuatan dan fungsi
(nyeri) tubuh
- pasien dapat mengungkapkan
pemahaman tentang situasi, aturan - Berikan/bantu untuk melakukan latihan -
tindakan dan tindakan keamanan rentang gerak pasif dan aktif yang
- pasien dapat mendemostrasikan disesuaikan dengan prosedur
tekhnik / memungkinkan melakukan pembedahan
kembali aktifitas
Catatan Perekembangan
32
- Menfasilitasi lingkungan sakit hebat
yang nyaman - TD = 120 / 70 mmHg , Nadi =
- Mengajarkan teknik 79 x / menit , suhu = 36° C
relaksasi
- Berkolaborasi dalam A:
pemberian obat anti nyeri Masalah belum teratasi
- Evaluasi skala nyeri
P:
Lanjutkan intervensl
- Melakukan penilaian
2 tentang nyeri, lolasi, S:
7-2-2013 karakteristik dan faktor – - Pasien mengatakan nyerinya
19.30 faktor yang dapat sangat berat
menambah nyeri [ost
operasi O:
- Mengamati isyarat non - Skala nyeri 7
verbal tentang nyeri - Wajah menunjukan
- Memberikan massase / menahan sakit hebat
gosokan punggung - TD = 110/70 mmHg , Nadi =
menjauhi daerah operasi 88 x / menit , suhu = 37° C
- Menfasilitasi lingkungan
yang nyaman A:
- Mengajarkan teknik Masalah belum teratasi
relaksasi
- Berkolaborasi dalam P:
pemberian obat anti nyeri Lanjutkan intervensl
( ketesse, ketorolac )
- Memberikan diit
makanan lunak
- Memberikan posisi yang
nyaman sesuai indikasi
- Evaluasi skala nyeri
8-2-2013
07.00 S:
- Pasien mengatakan nyerinya
sangat berat
O:
- Skala nyeri 7
- Wajah menunjukan
menahan sakit hebat
- TD = 100/70 mmHg , Nadi =
79 x / menit , suhu = 37° C
A:
Masalah belum teratasi
P:
33
- Mengajurkan aktivitas / Lanjutkan intervensl
tindakan dengan kegiatan
7-2-2013 sehari – hari yang dialami S:
3. - Memberikan / bantu - Pasien belum mampu
untuk latihan rentang menggeserkan tubuhnya,
gerak pasif dan aktif yang tetapi pasien mengatakan
disesuakan dengan sudah dapat menggerakan
prosedur pembedahan jari – jari tangan dan kakinya
- Bantu untuk melakukan
aktivitas / ambulasi O:
- Ambulasi masih dibantu
- TD = 100/70 mmHg , Nadi =
79 x / menit , suhu = 37° C
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensl
BAB IV
34
A. Kesimpulan
Hernia Nukleus pulposus (HNP) atau potrusi Diskus Intervertebralis (PDI)adalah suatu
keadaan dimana terjadi penonjolan pada diskus intervertebralis ke dalam kanalis vertebralis
(protrusi diskus ) atau nucleus pulposus yang terlepas sebagian tersendiri di dalam kanalis
vertebralis (ruptur discus).
Diskus intervertebral dibentuk oleh dua komponen yaitu; nukleus pulposus yang terdiri dari
serabut halus dan longgar, berisi sel-sel fibroblast dan dibentuk oleh anulus fibrosus yang
mengelilingi nukleus pulposus yang terdiri dari jaringan pengikat yang kuat.
Nyeri tulang belakang dapat dilihat pada hernia diskus intervertebral pada daerah
lumbosakral, hal ini biasa ditemukan dalam praktek neurologi. Hal ini biasa berhubungan
dengan beberapa luka pada tulang belakang atau oleh tekanan yang berlebihan, biasanya
disebabkan oleh karena mengangkat beban/ mengangkat tekanan yang berlebihan (berat).
Hernia diskus lebih banyak terjadi pada daerah lumbosakral, juga dapat terjadi pada daerah
servikal dan thorakal tapi kasusnya jarang terjadi. HNP sangat jarang terjadi pada anak-anak
dan remaja, tetapi terjadi dengan umur setelah 20 tahun. (Candra, )
35