Anda di halaman 1dari 35

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas bimbingan sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Herniasi Nukleus pulposus (HNP)”. Makalah ini

dibuat dalam rangka mewujudkan salah satu tugas kelompok sebagai tambahan untuk

melengkapi tugas akhir peraktek kerja lapangan (PKL).

Pada kesempatan ini tim penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu sehingga pembuatan makalah ini dapat terselesaikan dengan baik

dan lancar tepat waktu. Selain itu, tim penulis juga mengucapan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada Yth :

1. Karumkit RSAL Mintohardjo

2. Depwat RSAL Mintohardjo

3. Diklat RSAL Mintohardjo

4. Karu RSAL Mintohardjo

5. CI RSAL Mintohardjo

6. Dosen Pembimbing STIKes KESOSI

7. Perawat Ruangan RSAL Mintohardjo

Tiada gading yang tidak retak, begitu juga dengan pembuatan makalah ini masih

sangat banyak kekurangan yang terdapat di dalamnya. Oleh sebab itu, kami sangat

membutuhkan kritik dan saran demi penyempurnaan makalah ini.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................... 1

DAFTAR ISI.....................................................................................2

PENDAHULUAN.............................................................................3

PEMBAHASAN................................................................................4

KASUS............................................................................................... 18

KESIMPULAN DAN SARAN......................................................... 34

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diskus intervertebral dibentuk oleh dua komponen yaitu; nucleus pulposus yang
terdiri dari serabut halus dan longgar, berisi sel-sel fibroblast dan dibentuk oleh annulus
fibrosus yang mengelilingi nucleus pulposus yang terdiri dari jaringan pengikat yang kuat.
Nyeri tulang belakang dapat dilihat pada hernia diskus intervertebral pada daerah
lumbosakral, hal ini biasa ditemukan dalam praktek neurologi. Hal ini biasa berhubungan
dengan beberapa luka pada tulang belakang atau oleh tekanan yang berlebihan, biasanya
disebabkan oleh karena mengangkat beban/ mengangkat tekanan yang berlebihan (berat).
Hernia diskus lebih banyak terjadi pada daerah lumbosakral, juga dapat terjadi pada
daerah servikal dan thorakal tapi kasusnya jarang terjadi. HNP sangat jarang terjadi pada
anak-anak dan remaja, tetapi terjadi dengan umur setelah 20 tahun. Menjebolnya (hernia)
nucleus pulposus bisa ke korpus vertebra diatas atau di bawahnya. Bisa juga menjebol
langsung ke kanalis vertbralis. Menjebolnya sebagian dari nucleus pulposus ke dalam korpus
vertebra dapat dilihat dari foto roentgen polos dan dikenal sebagai nodus Schmorl. Robekan
sirkumferensial dan radikal pada nucleus fibrosus diskus intervertebralis berikut dengan
terbentuknya nodus schomorl merupakan kelainan mendasari “low back pain” sub kronik
atau kronik yang kemudian disusun oleh nyeri sepanjang tungkai yang dikenal sebagai
khokalgia atau siatika.
HNP sering terjadi pada daerah L4-L5 dan L5 –S1 kemudian pada C5-C6 dan paling
jarang terjadi pada daerah torakal, sangat jarang terjadi pada anak-anak dan remaja tapi
kejadiannya meningkat dengan umur setelah 20 tahun. Insiden terbanyak adalah pada kasus
Hernia Lumbo Sakral lebih dari 90 %, dan diikuti oleh kasus Hernia Servikal 5-10 % .
Nyeri penggung bawah dapat mengenai siapa saja, tanpa mengenal jenis umur dan jenis
kelami. Sekitar 60-80 % dari seluruh penduduk dunia pernah mengalami paling tidak satu
episode nyeri punggung bawah selama hidupnya. Kelompok studi nyeri (pokdi nyeri)
PORDOSSI (Persatuan dokter spesialis saraf Indonesia) melakukan penelitian pada bulan mei
2002 di 14 rumah sakit pendidikan, dengan hasilmenunjukan bahwa kejadian nyeri punggung
bawah meliputi 18,37 % di sluruh kasus nyeri ditangani

3
BAB II

PEMBAHASAN

B. Konsep teori

1. Definisi

Hernia Nukleus pulposus (HNP) atau potrusi Diskus Intervertebralis (PDI)adalah


suatu keadaan dimana terjadi penonjolan pada diskus intervertebralis ke dalam kanalis
vertebralis (protrusi diskus ) atau nucleus pulposus yang terlepas sebagian tersendiri di dalam
kanalis vertebralis (ruptur discus).

Diskus intervertebral dibentuk oleh dua komponen yaitu; nukleus pulposus yang terdiri dari
serabut halus dan longgar, berisi sel-sel fibroblast dan dibentuk oleh anulus fibrosus yang
mengelilingi nukleus pulposus yang terdiri dari jaringan pengikat yang kuat.

Nyeri tulang belakang dapat dilihat pada hernia diskus intervertebral pada daerah
lumbosakral, hal ini biasa ditemukan dalam praktek neurologi. Hal ini biasa berhubungan
dengan beberapa luka pada tulang belakang atau oleh tekanan yang berlebihan, biasanya
disebabkan oleh karena mengangkat beban/ mengangkat tekanan yang berlebihan (berat).
Hernia diskus lebih banyak terjadi pada daerah lumbosakral, juga dapat terjadi pada daerah
servikal dan thorakal tapi kasusnya jarang terjadi. HNP sangat jarang terjadi pada anak-anak
dan remaja, tetapi terjadi dengan umur setelah 20 tahun. (Candra, )

Menjebolnya (hernia) nucleus pulposus bisa ke korpus vertebra diatas atau di bawahnya. Bisa
juga menjebol langsung ke kanalis vertbralis. Menjebolnya sebagian dari nucleus pulposus ke
dalam korpus vertebra dapat dilihat dari foto roentgen polos dan dikenal sebagai nodus
Schmorl. Robekan sirkumferensial dan radikal pada nucleus fibrosus diskus intervertebralis
berikut dengan terbentuknya nodus schomorl merupakan kelainan mendasari “low back
pain”sub kronik atau kronik yang kemudian disusun oleh nyeri sepanjang tungkai yang
dikenal sebagai khokalgia atau siatika

4
2. Etiologi

Diskus intervertebralis merupakan jaringan yang terletak antara kedua tulang vertebra,
dilingkari oleh anulus fibrosus yang terdiri atas jaringan konsentrik dan fibrokartilago dimana
di dalamnya terdapat susbtansi setengah cair.Nukleus pulposus terdiri dari jaringan kolagen
yang hiperhidrasi dengan protein polisakarida yang tidak mempunyai saraf sensoris. Herniasi
terjadi oleh karena adanya degenerasi atau trauma pada anulus fibrosus yang menyebabkan
protrusi dari nukleus pulposus. Herniasi terjadi pada daerah kostalateral yang menyebabkan
ligamentum longitudinal posterior tergeser dan menekan akar saraf yang keluar sehingga
menimbulkan gejala skiatika. Herniasi dapat juga terjadi kea rah posterior yang hanya
menyebabkan gejala nyeri punggung bawah. Kelainan ini jarang menyebabkan kompresi.
Herniasi dapat pula terjadi ke atas ke bawah melalui lempeng tulang rawan korpus vertebra
untuk membentuk nodus Schmorl.

3. Patofisiologi

Daerah lumbal adalah daerah yang paling sering mengalami hernisasi diskus invertebralis,
kandungan air diskus berkursang bersamaan dengan bertambahnya usia. Selain itu serabut
menjadi kotor dan mengalami hialisasi yang membantu perubahan yang mengakibatkan
herniasi diskus invertebralis melalui anulus dengan menekan akar – akar syaraf spinal. Pada
umumnya harniassi paling besar kemungkinan terjadi di bagian koluma yang lebih mobil ke
yang kurang mobil (Perbatasan Lumbo Sakralis dan Servikotoralis) (Sylvia,1991, hal.249).

Sebagian besar dari Hernia diskus invertebralis terjadi pada lumbal antara VL 4 sampai L 5,
atau L5 sampai S1. arah herniasi yang paling sering adalah posterolateral. Karena radiks saraf
pada daerah lumbal miring kebawah sewaktu berjalan keluar melalui foramena neuralis,
maka herniasi discus antara L 5 dan S 1.

Perubahan degeneratif pada nukleus pulpolus disebabkan oleh pengurangan kadar protein
yang berdampak pada peningkatan kadar cairan sehingga tekanan intra distal meningkat,
menyebabkan ruptur pada anulus dengan stres yang relatif kecil.

Sedang M. Istiadi (1986) mengatakan adanya trauma baik secara langsung atau tidak
langsung pada diskus inter vertebralis akan menyebabkan komprensi hebat dan transaksi

5
nukleus pulposus (HNP). Nukleus yang tertekan hebat akan mencari jalan keluar, dan melalui
robekan anulus tebrosus mendorong ligamentum longitudinal terjadilah herniasi.

4. Manifestasi klinis

Biasanya keluhan dan gejala herniasi discus intervertebralis tergantung kepada materi discus
yang menonjol keluar atau mengalami herniasi. Herniasi vertebra lumbalis biasanya
menyebabkan nyeri punggung bawah dengan atau tanpa disertai skiatika atau mungkin hanya
berupa nyeri punggung bawah yang bersifat kronis dengan skiatika dimana nyeri menjalar
mulai dari punggung bawah ke bokong sampai ke tungkai bawah. Gejala klinis yang dapat
ditemukan :

1. Nyeri punggung bawah yang hebat, mendadak, menetap beberapa jam sampai
beberapa minggu secara perlahan-lahan.

2. Skiatika berupa rasa nyeri hebat pada satu atau dua tungkai sesuai dengan
distribusiakar saraf dan menjadi hebat bila batuk, bersin atau membungkuk.

3. Parestesia yang hebat dapat disertai dengan skiatika sesuai dengan distribusi saraf dan
mungkin terjadi sesudah gejala nyeri saraf menurun.

4. Deformitas berupa hilangnya lordosis lumbal atau skoliosis oleh karena spasme otot
lumbal yang hebat.

5. Mobilitas gerakan tulang berkurang. Pada stadium akut gerakan pada bagian lumbal
sangat terbatas, kemudian muncul nyeri pada saat ekstensi tulang belakang.

6. Nyeri tekan pada daerah herniasi dan pada daerah paravertebral atau bokong.

7. Uji menurut Lasque-leg Raising (SLR). Tes ini akan menunjukkan derajat terbatasnya
dan besarnya tekanan pada akar saraf.

8. Tes tegangan saraf femoral. Pada herniasi diskus vertebra L-3/4, fleksi pada sendi
lutut secara pasif dalam posisi telungkup akan menyebabkan nyeri pada paha bagian
depan.

6
9. Gejala neurologis pada tungkai, berupa kelemahan otot, perubahan refleks dan
perubahan sensoris yang mengenai akar saraf.

5. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan pada penderita dengan kecurigaan adanya herniasi diskus berupa:

1. Pemeriksaan klinik pada punggung, tungkai dan abdomen. Pemeriksaan rektal dan
vaginal untuk menyingkirkan kelainan pada pelvis.

2. Pemeriksaan radiologis

Pemeriksaan radiologis yang dapat dilakukan adalah :

1. Foto polos

Foto polos posisi AP dan lateral dari vertebra lumbal dan panggul (sendi sakroiliaka). Foto
polos bertujuan untuk melihat adanya penyempitan diskus, penyakit degeneratif, kelainan
bawaan dan vertebra yang tdak stabil.(spondililistesis) Pemakaian kontras Foto rontgen
dengan memalai zat kontras terutama pada pemeriksaan miolegrafi radikuografi, diskografi
serta kadang-kadang diperlukan venografi spinal.

1. MRI

Merupakan pemeriksaan non-invasif, dapat memberikan gambaran secara seksional pada


lapisan melintang dan longitudenal.

1. Scanning

Scanning tulang dilakukan dengan mengggunakan bahan radioisotop (SR dan


F)>Pemeriksaan ini terutama untk menyingkirkan kemungkinan penyakit paget.

6. Pengobatan
Tindakan pengobatan yang dapat diberikan tergantung dari keadaan, yaitu :

7
1. Pengobatan konservativ pada lesi diskus akut

Istirahat sempurna ditempat tidur, 1-2 minggu dengan pemberian analgesik yang cukup.
Kadang-kadang diperlukan obat-obatan untukl mencegah spasme, pemanasan lokal atau
anastesia lokal paravertebra. Penderita tidur pada alas yang keras. Pada saat ini idak
diperbolehkan latihan sama sejali, bila pendeita dirawat dapat dianjurka untuk mrnggunakan
traksi. Pada fase akut dapat diberikan jaket plaster dari politen selama 2-3 minggu. Injeksi
epidural dengan 0,5 % prokain dalam 50 cc NaCl fisiologis. Dapat dimulai latihan lumbal
secara hati-hati apabila fase akut berakhir setelah 2-3 minggu.

 Pengobatan konservatif pada fase subakut dan kronik,

Fisioterapi Latihan fleksi dan ekstensi tlang belakang yang mungkin didahului dengan
disterni gelombang pendek. Mobilisasi penderita dapat dilakukan dengan manipulasi
yanghati-hati tanpa anstesia, Instruksi untuk mempergunakan posisi yang benar dan disiplin
terhadap gerakan punggung yaitu membungkuk dan mengangkat barang. Pemakaian alat
bantu lumbosakral Berupa korset dan penyangga. Traksi lumbal yang bersifat intermiten.

1. Tindakan operatif

Tindakan dilakukan pada keadaan-keadaan seperti kelainan pada kauda ekuina disertai
dengan kelemahan hebat, bersifat bilateral, gangguan dan kelemahan pada sfingter usus dan
kandung kemih. Adanya analgesia pelana pada bokong dan daerahj perineal. Kelemahan otot
yang progresif oleh karena tekanan pada saraf atau adanya tanda-tanda atrofi pada otot yag
dipersarafi. Adanya skiatika yang menetap dengan gejala neurologis, tidak menghilang
dengan terapi konservatif dan waktu patokan biaanya 6 minggu. Adanya lesi yang hebat
disertai kelainan bawaan atau spondilitis yang hebat. Cara operasi dapat dilakukan secara
terbuka tapi akhir-akhir ini operasi pada herniasi diskus dilakukan secara tertutup dengan
mempergunakan alat dan teropong.

8
5. ASUHAN KEPERWATAN

A. Pengkajian

Pengkajian menurut Marillyn E Doenges (1999), Smeltzer (2001).

1. Aktifitas/Istirahat.
Gejala : Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat,duduk, mengemudi
dalam waktu lama, membutuhkan papan atau matras yang keras saat tidur, penurunan
rentang gerak dari ekstremitas pada salah satu bagian tubuh, tidak mampu melakukan
aktifitas yang biasa dilakukan.
Tanda : Atrofi otot pada bagian tubuh yang terkena, gangguan dalam berjalan.

2. Eliminasi.
Gejala : konstipasi, adanya inkontinensia urine.

3. Integritas ego.
Gejala : ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas, masalah pekerjaan.
Tanda : cemas, depresi, menghindar dari keluarga atau orang terdekat.

4. Neurosensori.
Gejala : kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/ kaki.
Tanda : penurunan refleks tendon dalam, kelemahan otot, nyeri tekan dan spasme
otot.

5. Nyeri/ Kenyamanan.
Gejala : nyeri seperti tertusuk pisau yang akan semakin memburuk dengan adanya
batuk, bersin, membengkokkan badan, mengangkat beban, defekasi, mengangkat kaki
atau fleksi pada leher ; nyeri yang tidak ada hentinya, ; nyeri yang menjalar kekaki,
bokong (lumbal), atau bahu/lengan, ; kaku pada leher (servikal), terdengar adanya
9
suara ”krek” saat nyeri baru timbul/ saat trauma atau merasa ”punggung patah”,
keterbatasan untuk mobilisasi/ membungkuk kedepan.
Tanda : sikap dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang terkena, perubahan cara
berjalan,berjalan dengan terpincang-pincang, pinggang terangkat pada bagian tubuh
yang terkena, nyeri pada saat palpasi.

6. Keamanan.
Gejala : adanya riwayat masalah ”punggung” yang baru saja terjadi.

7. Penyuluhan/ Pembelajaran.
Gejala : gaya hidup yang monoton atau hiperaktif.

B. Diagnosa

1. Nyeri berhubungan dengan penjepitan saraf pada diskus intervetebralis

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplegia

3. Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri,


hilangnya fungsi

4. Perubahan eliminasi alvi (konstipasi) berhubungan dengan imobilisasi, intake cairan


yang tidak adekuat

5. Kurangnya pemenuhan perawatan diri yang berhubungan dengan


hemiparese/hemiplegia

6. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan tirah baring lama

C. Intervensi

1. Nyeri berhubungan dengan penjepitan saraf pada diskus intervetebralis


Tujuan : Nyeri berkurang atau rasa nyaman terpenuhi
Kriteria hasil :

10
- Klien mengatakan tidak terasa nyeri.
- Lokasi nyeri minimal
- Keparahan nyeri berskala 0
- Indikator nyeri verbal dan noverbal (tidak menyeringai)

Intervensi Rasional

 Kaji keluhan nyeri, lokasi, lamanya  Nyeri merupakan pengalaman


serangan, faktor pencetus / yang subyektif dan harus dijelaskan oleh
memperberat. Tetapkan skala 0 – 10 pasien. Identifikasi karakteristik nyeri
dan faktor yang berhubungan
merupakan suatu hal yang amat
penting untuk memilih intervensi
yang cocok dan untuk mengevaluasi
keefektifan dari terapi yang diberikan.

 Pertahankan tirah baring, posisi semi  Untuk menghilangkan stres pada otot-
fowler dengan tulang spinal, otot punggung
pinggang dan lutut dalam keadaan
fleksi, posisi telentang

 Logroll (Papan) mempermudah


 Gunakan logroll (papan) selama
melakukan mobilisasi
melakukan perubahan posisi

 Untuk menghindari adanya cidera


 Batasi aktifitas selama fase akut
sesuai dengan kebutuhan
 Agen-agen ini secara sistematik
menghasilkan relaksasi umum dan
 Berikan relaksan otot yang
menurunkan inflamasi.
diresepkan, analgesik, dan agen
antiinflamasi dan evaluasi keefektifan

 Tindakan ini memungkinkan klien


untuk mendapatkan rasa kontrol
 Tindakan penghilangan rasa nyeri

11
noninvasif dan nonfarmakologis terhadap nyeri.
(posisi, balutan (24-48 jam), distraksi
dan relaksas

1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplegia


Tujuan : Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya
Kriteria hasil :
- Tidak terjadi kontraktur sendi
- Bertabahnya kekuatan otot
- Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas

Intervensi Rasional

 Berikan / bantu pasien untuk  Dapat meningkatkan kemampuan


melakukan latihan rentang gerak pasif pasien untuk melakukan rentang
dan aktif gerak pasif dan aktif

 Berikan perawatan kulit dengan baik,  Untuk menghindari adanya tekanan


masase titik yang tertekan setelah pada area penonjolan tulang
rehap perubahan posisi. Periksa
keadaan kulit dibawah brace dengan
periode waktu tertentu.

 Kolaborasi dalam pemberian


 Penggunaan analgetik yang
analgetik sesuai progran dan
berlebihan dapat menutupi gejala, dan
efektivitasnya

12
ini menyulitykan defisit neurologis
lebih lanjut
 Rujuk pasien untuk konsultasi
psikologis bila kelemahan motorik,  Pasien yang mengalami kehilangan
sensorik, dan fungdi seksual terjadi fungsi tubuh permanen akan merasa
permanen sedih. Semakin besar makna
kehilangan, semakin dalam lama
 Kolaborasi dengan ahli fisioterapi reaksi kesedihan ini dialami.
untuk latihan fisik klien
 Menurunkan resiko terjadinnya
iskemia jaringan akibat sirkulasi
darah yang jelek pada daerah yang
tertekan

3. Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri,


hilangnya fungsi
Tujuan : Rasa cemas klien akan berkurang/hilang.

Kriteria hasil :
- Klien mampu mengungkapkan ketakutan/kekuatirannya.
- Respon klien tampak tersenyum.

Intervensi Rasional

 Berikan lingkungan yang nyaman  Menurunkan stimulasi yang


berlebihan dapat mengurangi
kecemasan

 Catat derajat ansietas


 Pemahaman bahwa perasaan normal
dapat membantu klien meningkatkan

13
beberapa perasaan control emosi.

 Libatkan keluarga dalam proses  Peran serta keluarga sangat


keperawatan membantu dalam menentukan koping

 Diskusikan mengenai kemungkinan  Menunjukkan kepada klien bahwa dia


kemajuan dari fungsi gerak untuk dapat berkomunikasi dengan efektif
mempertahankan harapan klien dalam tanpa menggunakan alat khusus,
memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga dapat mengurangi rasa
cemasnya.
 Berikan support sistem (perawat,
keluarga atau teman dekat dan  Dukungan dari bebarapa orang yang
pendekatan spiritual) memiliki pengalaman yang sama akan
sangat membantu klien.
 Reinforcement terhadap potensi dan
sumber yang dimiliki berhubungan  Agar klien menyadari sumber-sumber
dengan penyakit, perawatan dan apa saja yang ada disekitarnya yang
tindakan dapat mendukung dia untuk
berkomunikasi.

1. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi, nyeri


Tujuan : Kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi
Kriteria hasil
- Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan kemampuan klien
- Klien dapat mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas untuk memberikan bantuan
sesuai kebutuhan

Intervensi Rasional

 Monitor kemampuan dan tingkat  Membantu dalam

kekurangan dalam melakukan mengantisipasi/merencanakan

perawatan diri pemenuhan kebutuhan secara

14
individual

 Beri motivasi kepada klien untuk tetap  Meningkatkan harga diri dan

melakukan aktivitas dan beri bantuan semangat untuk berusaha terus-

dengan sungguh-sungguh menerus

 Hindari melakukan sesuatu untuk klien  Klien mungkin menjadi sangat

yang dapat dilakukan klien sendiri, ketakutan dan sangat tergantung

tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan meskipun bantuan yang

diberikan bermanfaat dalam

mencegah frustasi, adalah penting

bagi klien untuk melakukan

sebanyak mungkin untuk diri-

sendiri untuk mepertahankan harga

diri dan meningkatkan pemulihan

 Berikan umpan balik yang positif untuk  Meningkatkan perasaan makna


diri
setiap usaha yang dilakukannya atau
dan kemandirian serta mendorong
keberhasilannya
klien untuk berusaha secara

kontinyu

 Memberikan bantuan yang


 Kolaborasi dengan ahli
mantap
fisioterapi/okupasi

15
untuk mengembangkan rencana

terapi dan mengidentifikasi

kebutuhan alat penyokong khusus

5. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubngan dengan imobilisasi, intake cairan

yang tidak adekuat


Tujuan : Klien tidak mengalami konstipasi
Kriteria hasil :

- Klien dapat defekasi secara spontan dan lancar tanpa menggunakan obat

- Konsistensifses lunak

- Tidak teraba masa pada kolon ( scibala )

- Bising usus normal ( 15-30 kali permenit )

Intervensi Rasional

 Berikan penjelasan pada klien dan  Klien dan keluarga akan mengerti
keluarga
tentang penyebab obstipasi
tentang penyebab konstipasi
 Bising usus menandakan sifat
 Auskultasi bising usus
aktivitas peristaltik

 Diit seimbang tinggi kandungan


 Anjurkan pada klien untuk makan serat

16
maknanan yang mengandung serat merangsang peristaltik dan eliminasi

reguler

 Berikan intake cairan yang cukup (2 liter  Masukan cairan adekuat


membantu
perhari) jika tidak ada kontraindikasi
mempertahankan konsistensi feses

yang sesuai pada usus dan membantu

eliminasi reguler
 Lakukan mobilisasi sesuai dengan
keadaan  Aktivitas fisik reguler membantu

Klien eliminasi dengan memperbaiki tonus

otot abdomen dan merangsang nafsu

 Kolaborasi dengan tim dokter dalam makan dan peristaltik

pemberian pelunak feses (laxatif,  Pelunak feses meningkatkan


efisiensi pembasahan air usus,
suppositoria, enema)
yang melunakkan massa feses dan
membantu eliminasi

1. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama


Tujuan : Klien mampu mempertahankan keutuhan kulit
Kriteria hasil :
- Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan luka
- Klien mengetahui penyebab dan cara pencegahan luka
- Tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka

Intervensi Rasional

17
 Anjurkan untuk melakukan latihan ROM  Meningkatkan aliran darah
(range of motion) dan mobilisasi jika kesemua daerah
mungkin
 Menghindari tekanan dan
 Rubah posisi tiap 2 jam meningkatkan aliran darah

 Gunakan bantal air atau pengganjal yang  Menghindari tekanan yang


lunak di bawah daerah-daerah yang berlebih pada daerah yang
menonjol menonjol

 Lakukan massage pada daerah yang  Menghindari kerusakan-


menonjol yang baru mengalami tekanan kerusakan kapiler-kapiler
pada waktu berubah posisi
 Hangat dan pelunakan adalah
 Observasi terhadap eritema dan tanda kerusakan jaringan
kepucatan dan palpasi area sekitar
terhadap kehangatan dan pelunakan
jaringan tiap merubah posisi

 Jaga kebersihan kulit dan seminimal


 Mempertahankan keutuhan kulit
mungkin hindari trauma, panas terhadap
kulit

BAB III

KASUS

PENGKAJIAN PRE OPERASI

A. Identitas Klien

Nama ( initial ) : Tn. B


Umur : 21 Tahun

18
Jenis Kelamin : laki – laki
Agama : Islam
Alamat : Batalyon 9 Marinir Lampung
Status : Belum Menikah
Pekerjaan : TNI
Pendidikan : SLTA
MasukRumah Sakit : 5 Januari 2013
No RM : 08.55.77
Ruangan : II ( Pulau Salawati )
Tanggal Pengkajian : 5 Januari 2013
Diagnosa medik : HNP L2-L3

B. Riwayat Singkat Pasien

Vital Sign waktu masuk :


TD : 120 / 70mmHg, Suhu : 36°C, Nafas : 18 x / menit , Nadi : 80 x / menit

Keluhan Utama : Nyeri pada pinggang belakang yang memberat sejak 1 hari SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien mengatakan nyeri tulang belakang sejak 6 bulan SMRS, namun memberat
sejak 1 hari SMRS, nyeri menjalar ke kaki kiri sejak 1 hari SMRS, kesemutan ,
kelemahan tidak ada, pasien sering merasakan nyeri setelah mengalami trauma saat
sedang melakukan latihan, pasien terjatuh dengan posisi terduduk, setelah terjatuh
pasien masih mampu bangun dan berjalan, pasien sudah berobat ke dokter dan
dinyatakan gangguan pada tulang lumbalnya, selama ini pasien rutin melakukan
fisioterapi, demam tidak ada, mual tidak ada, BAK dan BAB normal.

Riwayat Kesehatan Dahulu :

Riwayat diabetes ( - ), Alergi ( - ), Hipertensi ( - ), Asma ( - ), Typoid ( + )

C. Pola – Pola Fungsi Kesehatan

1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat kebiasaan merokok (+) 1 hari 1 kotak
rokok, penggunaan obat bebas (-), alcohol (-), ketergantungan terhadap bahan
kimia (-), konsumsi jamu (-), donor darah (+) 4 kali, olahraga (+) renang
2. Pola nutrisi dan metabolism
SMRS :
frekuensi : 3X/hari, komposisi : nasi , lauk , sayur

19
keadaan yang mengganggu (-)
MRS :
frekuensi : 3X/hari, komposisi : nasi , lauk , sayur
keadaan yang mengganggu (-)
3. Pola eliminasi

SMRS :
BAB
frekuensi : 2X/hari
konsistensi : padat
warna dan bau : kekuning-kuningan , bau khas
keluhan (-)
BAK
frekuensi : 6 – 8X/hari
warna dan bau : kuning muda , bau khas
keluhan (-)

MRS :
BAB
frekuensi : 1X/hari
konsistensi : padat
warna dan bau : kekuning-kuningan , bau khas
keluhan (-)
BAK
frekuensi : 500 ml /hari
warna dan bau : kuning muda , bau khas
keluhan (-)

4. Pola tidur dan istirahat


SMRS :
Tidur
Frekuensi : 1 x / malam
Lama : 8 jam
Keluhan (-)
Istirahat
Lama : 1 jam

MRS :
Tidur
Frekuensi : 1 x / malam
Lama : 8 jam
Keluha
Istirahat
Lama : -

20
5. Pola aktivitas
SMRS :
Aktivitas sedikit terganggu dikarenakan intensitas nyeri yang semakin memberat.

MRS :
Hanya berbaring ditempat tidur, sesekali duduk

6. Pola persepsi dan konsep diri

Body image :

Klien mengatakan menyukai seluruh anggota tubuhnya, tetapi saat ini merasa sangat
terganggu dengan rasanyeri tulang belakangnya.

Self Esteem

Klien yakin bahwa dirinya cepat sembuh dan dapat mengalahkan penyakitnya

Identitas diffusion ( kekacauan identitas )

Tidak ada masalah

Depersonalisasi

Klien mengatakan bahwa dirinya ingin cepat sembuh dan kembali melakukakan
kegiatan seperti biasa tanpa ada hambatan rasa nyeri

Peran

Saat ini sebagai anak

D. Pola sensori dan kognitif


Sensori : penciuman, rasa, raba dan pendengaran
Tidak terdapat masalah

Kognitif : proses berfikir,isi pikir dan daya ingat baik

E. Penanggulangan stress

Psikologi
Apabila ada permasalah meminta solusi pada teman yang dipercaya

Social
Sering mengikuti kegiatan dimasyarakan dan berkumpul dengan teman sebaya

Spiritual
Setiap ada permasalahan yang mengganggu biasanya lebih mendekankan diri pada
Tuhan ( sholat )

21
F. Pemeriksaan fisik
1. Status kesehatan umum
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
TD : 110 / 80 mmHg, suhu : 36,2°C nafas : 18 x/menit, nadi : 79 x/menit
2. System Integumen
Kulit pucat (-), cyanosis (-),ikterus (-) ,luka (-)
3. Kepala
Simetris, penonjolan (-),nyeri kepala (-),trauma kepala (-)
4. Muka
Simetris, odema (-), otot muka kuat (-), paralisis (-),otot rahang kuat (+)
5. Mata
Pupil bulat isokor (+) 3mm ,konjungtiva tidak anemis,ikterik (-),alis mata (+)
simetris, kelopak mata odema (-),pendarahan (-),sclera anemis (-),visus(-)
6. Telinga
Secret (-) ,serumen(-), benda asing (-),membrane timpani (+)
7. Hidung
Deformitasa (-), mukosa hidung (+),secret (-),obstruksi (-)
8. Mulut dan faring
Caries gigi (-),stomatitis (-), bibir pecah – pecah, pendarahan (-), lidah parese (-) ,
tremor (-)
9. Leher
Simetris, kaku kuduk (-), pembesaran getah bening (-), pembesaran kelenjar
thyroid (-)
10. Thoraks
Bentuk normal

Paru
 Inspeksi : bentuk simetris , pecembungan (-)
 Palpasi : pergerakan simetris (+), tertinggal depan dan belakang (-), fremitus
raba kanan = kiri (+)
 Perkusi : rensonan
 Auskultasi : wheezing -/-

Jantung
 Inspeksi : iktus tidak tampak
 Palpasi : iktus teraba, getaran (-)
 Perkusi :
Batas kanan jantung 2 jari diatas BPH dari lateral ke medial sejajar dengan
sternum
batas kiri jantung iga V – VI di linia medioklavikularis kiri
 Auskultasi : BJ : I – II (+), murmur (-), gallop (-)
 Capillaty refill TIME < 3 detik
 Nyeri dada (-)
11. Abdomen
Inspeksi : datar simetris, penonjolan/massa (-), perubahan warna (-)
Auskultasi : Bising Usus (12 x/menit)
Perkusi : timpani
Palpasi : nyeri tekan (-)

22
12. Iguinal-genital-anus
Keluhan BAB : (-), BAK (-)
Pembesaran kelenjar lemphe (-), tumor (-), abses (-)
13. Ekstremitas
Baik

F. Pemeriksan Penunjang

Laboratorium pre operasi

Jenis pemeriksaan Hasil Normal

Pemeriksaan gula

- Glukotest 92 mg / % < 200

Pemeriksaan Hematologi
- Massa pendarahan / 2’30’’ menit 1-6
bleeding time
- Massa pembekuan / 10’00’’menit 10-16
clotting time
Paket darah lengkap
- Leukosit 7700 / mm³ 5000-10.000
- Eritrosit 5,27 / mm³ 4,6- 6,2
- Hemoglobin 15,5 g / dl 14-16
- Hematokrit 45 % 42-48
- Thrombosit 266.000/ mm³ 150.000-400.000
- LED 25mg /l < 10
Hitung jenis leukosit
- Eosinofil 1% 2-4
- Basofil -% 0-1
- Batang 2% 2-6
- Segmen 66% 50-70
- Limfosit 28% 20-40
- monosit 3% 2-8

Radiologi

Jantung dan paru normal

Bentuk tidak membesar

Corakan bronchovaskular normal

23
Tidak tampak bercak-bercak kesuraman

Sinus costofrenikus dan diaframa baik

MRI lumbal sacral

Pemeriksaan MRI vertebrae lumbosacral tanpa kontros godolinum PTPA. Pathogen sagital
T1 SE / T2 TSE serta MR-myelogram,tampak : kurve vertebra, axral F2 lumbosacral
melurus, tidak tampak listhesis.

Tampak pembentukan spur L1-L2,tampak schmort node di vertebra andplate


L1-L2 vertebra andplate lumbal regular
Intensitas signal bone marrow corporce vertebra lumbosacral normal

Intensitas signal diskus L1-L2 dan L2-L3 hipointens dan tebal diskus L2-L3 memipih
Tampak penonjolan diskus intervertebralis L1-L2 dan L2-L3 ke posterior
Pada potongan axial tampak bulging diskus L1-L2 menekan thecal sac

Tidak tampak hipertropi ligamentum flavum maupun fecet joint


Intensitas signal medulla spinal sampai cornus medularis setinggi Th 12 - L1 normal
Tidak tampak lesi patologis intra meduler
MR mylogram tampak stenosis canalis spinal L2 – L3

Kesan
- straight lumbalis
- bulging diskus L1-L2 menekan thecal sac
- protusi diskus L2-L3 menekan thecal sac serta neural foramen L3-L4

Rontgen lumbal

- straight lumbalis
- bulging diskus L1-L2 menekan thecal sac
- protusi diskus L2-L3 menekan thecal sac serta
- neural foramen L3-L4

5 februari 2013 : - puasa jam 24.00 sebelum operasi

setelah operasi ke icu

24
Post operasi

Laboratorium

Jenis pemeriksaan Hasil Normal


6 februari 2013

Elektrolit
Na 136mmol/l 134-146
K+ 3,9mmol/l 3.4-4,6
Cl 102mmol/l 96-108

Darah lengkap
- leukosit 17.700/mm³ 5000-10.000
- eritrosit 5,19 juta/mm³ 4,6- 6,2
- hemoglobin 15,3 g/dl 14-16
- hematokrit 44% 42-48
- thrombosit 219 ribu / mm³ 150.000-400.000
- LED 5 mg / l < 10

Hitung jenis leukosit


- Eosinofil 1% 2-4
- Basofil -% 0-1
- Batang 1% 2-6
- Segmen 86% 50-70
- Limfosit 7% 20-40
- monosit 2% 2-8

7 februari 2013
Darah lengkap
- leukosit 20.000 / mm³ 5000-10.000
- hemoglobin 14,0juta / mm³ 14-16
- hematokrit 40% 42-48
- thrombosit 230.000 / mm³ 150.000-400.000

Elektrolit
Na 135 mmol/l 134-146
K+ 3,8 mmol/l 3.4-4,6
Cl 99 mmol/l 96-108
Albumin 3,4 g /dl
Ureum 3,1
creatinin 1,1

8 februari 2013
Darah lengkap
- leukosit 20.300 / mm³ 5000-10.000
- eritrosit 4,10 juta / mm³ 4,6- 6,2
- hemoglobin 12,3 g /dl 14-16

25
- hematokrit 35 % 42-48
- thrombosit 218.000 / mm³ 150.000-400.000

10 februari 2013
- leukosit 16.200 / mm³ 5000-10.000
- eritrosit 4,19 juta / mm³ 4,6- 6,2
- hemoglobin 12,0 g /dl 14-16
- hematokrit 36 % 42-48
- thrombosit 226.000 / mm³ 150.000-400.000

Foto lumbal post operasi belum keluar

Pengobatan / terapi

- ceftriaxome 2 x 1
- ketesse 3 x 1 amp
- 1vfdvrl 20 tts / menit
- Mo ( icu ) 2cc / jam
- Puasa sampai sadar
- Fisioterapi
- Menggunakan sabuk hnp
- Methy prednisolon 3 x 125
- Menggunakan alas tidur yang datar dan keras ( membantu menstabilkan daerah
vertebra )

Analisa Data

No Tanggal Data Problem Etiologi

26
1. 5-2-2013 S: Nyeri Kompresi saraf
Pre - pasien
operasi mengeluh nyeri
tulang belakang
( ngilu ),seperti Agen pencedera fisik
ditusuk - tusuk

- Pasien
mengatakan Kompresi saraf
nyeri menjalar
ke kaki kiri dan
kesemutan

O;
- Skala nyeri 6
- Pasien gelisah
- Berbaring
menggunakan
papan yang
keras
- Wajah menahan
nyeri

2. 7-2-2013 S: Gangguan rasa nyaman Agen fisik ( tindakan


Post - Pasien ( nyeri ) pembedahan )
operasi mengatakan
nyeri daerah
operasi

O: Insisi bagian lumbal


- K/U tampak ( tindakan operasi )
lemah
- TD:110 /
70mmHg
,N :76 x / menit
S;36,8°C
- Wajah pasien Selang drainase
telihat menahan
sakit
- Insisi bagian
lumbal 15 cm
- Terpasang
selang drainase
3. 7-2-2013 S: Gangguan mobilitas fisik Keterbatasan akibat kondisi
- Pasien post operasi ( nyeri )
mengatakan
lemas
- Pasien
mengatakan
belum mampu

27
menggerakkan
tubuhnya Keterbatasan akibat post
- Pasien operasi
mengatakan
masih nyeri jika
bergerak

O: Penurunan kekuatan
- Pasien kliatan
lemas
- Saat diminta
menggeserkan
tubuhnya pasien
tampak
kesusahan

Rencana Keperawatan

N Diagnose Tujuan dan criteria hasil Intervensi


o
1. Pre operasi Setelah dilakukan tindakan Mandiri
keperawatan 1 X 24 jam diharapkan - Kaji adanya keluhan nyeri,catat -
Nyeri b.d nyeri berkurang/terkontrol, lokasi,lamanya serangan,factor
agen mengungkapkan metode yang pencetus / yang memperberat.Minta
pencedera memberikan penghilang, pasien untuk menetapkan pada skala 0 –
fisik mendemontrasikan penggunaan 10
( kompresi keterampilan relaksasi dan aktivitas
saraf ) hiburan. -

28
Dengan criteria hasil : - Pertahankan tirah baring selama fase
- pasien mampu istirahat/tidur akut. Letakkan pasien pada posisi semi
-pasien mengatakan nyeri berkurang fowler dengan tulang spinal, pinggang
-dapat menggunakan tekhnik non dan lutut dalam keadaan fleksi, posisi
farmakologi untuk menghilangkan telentang dengan atau tanpa
nyeri meninggikan kepala 10 – 30 ° atau pada
-skala nyeri 0 - 1 posisi lateral

-
- Gunakan logroll ( papan ) melakukan
perubahan posisi

-
- Bantu pemasangan brace / korset

- Batasi aktivitas selama fase akut sesuai -


kebutuhan

- Letakkan semua kebutuhan, termasukbel -


panggil dalam bats yang mudah
dijangkau pasien
-
- Instrusikan pasien untuk melakukakan
teknik relaksasi

-
- Instruksikan untuk melakukan mekanika
tubuh / gerakan yang tepat

29
Kolaborasi -
- Berikan tempat tidur orttopedik /
letakkan papan di bawah kasur / matras

-
- Berikan obat sesuai kebutuhan

-
- Pasang ponyokong fisik seperti brace
lumbal kolar servikal

-
- Konsulkan dengan ahli terapi fisik

2. post operasi Setelah dilakukan tindakan


keperawatan 3 X 24 jam diharapkan -
Gangguan nyeri berkurang/terkontrol,
rasa nyaman mengungkapkan metode yang - Kaji intensiotas nyeri, gambaran dan
( nyeri ) b.d memberikan penghilang, lokasi / penyebaran nyeri atau adanya
agen fisik mendemontrasikan penggunaan perubahan sensasi
( tindakan keterampilan relaksasi dan aktivitas
pembedahan hiburan.
) Dengan kriteria hasil :
- Pasien mampu istirahat/tidur -
- Pasien mengatakan nyeri
berkurang - Kaji kembali manifestasi yang timbul /
- Dapat menggunakan tekhnik non perubahan dalam intensitas nyeri
farmakologi untuk menghilangkan
nyeri
- Skala nyeri 0 - 1

- Izinkan pasien mendapatkan posisi yang


nyaman jika diperlukan.Gunakan roll an

30
selama perubahan posisi

- Berikan massase / gosokan punggung


dengan menjauhi daerah operasi

- Demonstrasikan penggunaan
ketrampilan relaksasi : nafas dalam /
visualisasi

- Berikan diet makanan lunak, pelembab


ruangan, anjurkan untuk tidak berbicara
setelah dilakukan laminektomi servikal

- Teliti keluhan pasien mengenai


munculnya kembali nyeri radikular

-
Kolaborasi

31
- Berikan obat analgetik, sesuai kebutuhan
3 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Mandiri -
mobilitas keperawatan selama 3 X 24 jam - jadwalkan aktivitas/tindakan dengan
fisik diharapkan tidak terjadi penuruna periode waktu istirahat. Anjurkan pasien
berhubungan kekuatan/kontrol otot. untuk dapat berperan serta dalam
dengan kegiatan sehari-hari dangan keterbatasan
keterbatasan Dengan kriteria hasil : yang dialaminya.
akibat - pasien dapat mendemontrasikan/
kondisi meningkatkan kekuatan dan fungsi
(nyeri) tubuh
- pasien dapat mengungkapkan
pemahaman tentang situasi, aturan - Berikan/bantu untuk melakukan latihan -
tindakan dan tindakan keamanan rentang gerak pasif dan aktif yang
- pasien dapat mendemostrasikan disesuaikan dengan prosedur
tekhnik / memungkinkan melakukan pembedahan
kembali aktifitas

- Bantu untuk melakukan -


aktifitas/ambulasi

Catatan Perekembangan

No.Diagnosa / Implementasi Evaluasi


Tanggal
1. - Melakukan penilaian S:
5-2 -2013 tentang nyeri, lolasi, - Pasien mengatakan nyeri
karakteristik dan faktor – masih dapat dikontrol
faktor yang dapat - Pasien mengatakan nyeri
menambah nyeri hilang timbul
- Mengamati isyarat non O:
verbal tentang nyeri - Skala nyeri 5
- Memberikan massase / - Wajah sedikit rebih rileks.
gosokan punggung Tidak menunjukan menahan

32
- Menfasilitasi lingkungan sakit hebat
yang nyaman - TD = 120 / 70 mmHg , Nadi =
- Mengajarkan teknik 79 x / menit , suhu = 36° C
relaksasi
- Berkolaborasi dalam A:
pemberian obat anti nyeri Masalah belum teratasi
- Evaluasi skala nyeri
P:
Lanjutkan intervensl
- Melakukan penilaian
2 tentang nyeri, lolasi, S:
7-2-2013 karakteristik dan faktor – - Pasien mengatakan nyerinya
19.30 faktor yang dapat sangat berat
menambah nyeri [ost
operasi O:
- Mengamati isyarat non - Skala nyeri 7
verbal tentang nyeri - Wajah menunjukan
- Memberikan massase / menahan sakit hebat
gosokan punggung - TD = 110/70 mmHg , Nadi =
menjauhi daerah operasi 88 x / menit , suhu = 37° C
- Menfasilitasi lingkungan
yang nyaman A:
- Mengajarkan teknik Masalah belum teratasi
relaksasi
- Berkolaborasi dalam P:
pemberian obat anti nyeri Lanjutkan intervensl
( ketesse, ketorolac )
- Memberikan diit
makanan lunak
- Memberikan posisi yang
nyaman sesuai indikasi
- Evaluasi skala nyeri

8-2-2013
07.00 S:
- Pasien mengatakan nyerinya
sangat berat

O:
- Skala nyeri 7
- Wajah menunjukan
menahan sakit hebat
- TD = 100/70 mmHg , Nadi =
79 x / menit , suhu = 37° C

A:
Masalah belum teratasi

P:

33
- Mengajurkan aktivitas / Lanjutkan intervensl
tindakan dengan kegiatan
7-2-2013 sehari – hari yang dialami S:
3. - Memberikan / bantu - Pasien belum mampu
untuk latihan rentang menggeserkan tubuhnya,
gerak pasif dan aktif yang tetapi pasien mengatakan
disesuakan dengan sudah dapat menggerakan
prosedur pembedahan jari – jari tangan dan kakinya
- Bantu untuk melakukan
aktivitas / ambulasi O:
- Ambulasi masih dibantu
- TD = 100/70 mmHg , Nadi =
79 x / menit , suhu = 37° C

A:
Masalah belum teratasi

P:
Lanjutkan intervensl

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

34
A. Kesimpulan

Hernia Nukleus pulposus (HNP) atau potrusi Diskus Intervertebralis (PDI)adalah suatu
keadaan dimana terjadi penonjolan pada diskus intervertebralis ke dalam kanalis vertebralis
(protrusi diskus ) atau nucleus pulposus yang terlepas sebagian tersendiri di dalam kanalis
vertebralis (ruptur discus).

Diskus intervertebral dibentuk oleh dua komponen yaitu; nukleus pulposus yang terdiri dari
serabut halus dan longgar, berisi sel-sel fibroblast dan dibentuk oleh anulus fibrosus yang
mengelilingi nukleus pulposus yang terdiri dari jaringan pengikat yang kuat.

Nyeri tulang belakang dapat dilihat pada hernia diskus intervertebral pada daerah
lumbosakral, hal ini biasa ditemukan dalam praktek neurologi. Hal ini biasa berhubungan
dengan beberapa luka pada tulang belakang atau oleh tekanan yang berlebihan, biasanya
disebabkan oleh karena mengangkat beban/ mengangkat tekanan yang berlebihan (berat).
Hernia diskus lebih banyak terjadi pada daerah lumbosakral, juga dapat terjadi pada daerah
servikal dan thorakal tapi kasusnya jarang terjadi. HNP sangat jarang terjadi pada anak-anak
dan remaja, tetapi terjadi dengan umur setelah 20 tahun. (Candra, )

35

Anda mungkin juga menyukai