Anda di halaman 1dari 7

KERANG HIJAU (Perna Viridis)

OLEH:

NAMA : NUR AFNI

NIM : L111 16 512

PRODI : ILMU KELAUTAN

MATA KULIAH : BIOLOGI LAUT (A)

MATA KULIAH BIOLOGI LAUT

DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018
I. PENDAHULUAN

Kerang hijau (Perna viridis) termasuk binatang lunak (Moluska) yang hidup di laut terutama pada
daerah litoral, memiliki sepasang cangkang (bivalvia), berwama hijau egak kebiruan. Insangnya berlapis-
lapis (Lamelii branchia) dan berkaki kapak (Pelecypoda) serta memiliki benang byssus (bissal threads).
Byssus merupakan organ tubuh yang bentuknya seperti benang-benang atau serat yang berwarna hijau
kehitaman yang dihasilkan dari sekresi cairan atau zat .Proses pembentukannya dari gerakan berenang
dan kebiasaan berputar-putar sehingga cairan atau zat tersebut akan mengalir keluar dari lubang pada
kaki yang kemudian akan mengeras saat bereaksi dengan air laut . Byssus digunakan untuk menempel
pada benda-benda keras seperti kayu, bambu, batu ataupun substrat yang keras (Cappenberg, 2008).

(BARNES 1974 dalam Cappenberg, 2008) mengatakan bahwa bentuk kaki pelecypoda
merupakan pelebaran dari bagian tubuh yang berbentuk pipih lateral seperti kapak kecil, disebut
pelecypoda. Memiliki dua cangkang yang tipis dan simetris yang dapat dibuka tutup; dengan
umbo(puncak cangkang) yang melengkung ke depan. Memiliki persendian yang halus dengan beberapa
gigi yang sangat kecil. Otot aduktor pada bagian anterior berukuran kecil, bahkan hampir tidak ada.

(SUWIGNYO et al. 1984 dalam Cappenberg, 2008) menyatakan bahwa kerang hijau memiliki tiga
otot yang berfungsi untuk menempelkan mantel pada cangkang. Pada bagian posterior yang tidak teratur
bentuknya, terdapat garis pallial dan otot adduktor yang berbentuk seperti ginjal yang memberi bentuk
pada jenis kerang hijau tersebut.

Tipe garis pertumbuhannya concentric (sepusat), cangkang bagian dalam berkilau, berwarna
hijau, kadang-kadang dengan tepi berwarna kebiruan. Kedua cangkang berukuran sama, tapi salah satu
cangkang lebih kembung daripada yang lainnya. cangkang umumnya dua kali lebarnya. Pada cangkang
bagian luar terdapat garis-garis lengkung ini disebut garis pertumbuhan atau garis umur (Sari, 2015).

Pada bagian tepi luar cangkang berwarna hijau, bagian tengahnya berwarna coklat, dan bagian
dalam berwarna putih keperakan seperti mutiara (Gambar 1) .

Gambar 1. Cangkang Bagian luar dan dalam

Kerang hijau (Perna viridis) hidup diperairan teluk, estuaria mangrove dan muara-muara sungai
dengan kondisi ling-kungan dasar perairannya berlumpur campur pasir, dengan cahaya dan per-gerakan
air yang cukup, serta kadar garam yang tidal terlalu tinggi. (Setyobudiandi, 1999 dalam Sari, 2015).
Umumnya hidup menempel dan bergerombol pada dasar substrat yang keras, yaitu batu karang, kayu,
bambu atau lumpur keras dengan bantuan byssus. Benih kerang hijau akan menempel pada kedalam
1,50-11,70 meter di bawah permukaan air pada saat pasang tertinggi. Kedalaman ideal untuk
penempelan kerang hijau adalah 2,45-3,96 meter (Cappenbeg, 2008).

Kerang hijau adalah "suspension feeder" artinya untuk mendapatkan makanan, yaitu fitoplankton,
detritus, diatom dan bahan organik lainnya yang tersuspensi dalam air adalah dengan cara menyaring air
tersebut serta dapat berpindah-pindah tempat dengan menggunakan kaki dan benang
"byssus"(Cappenberg,2008).

Klasifikasi Perna viridis Linnaeus 1758 adalah sebagai berikut (Cappenbeg, 2008) :

Kingdom : Animalia
Phylum : Moluska
Class : Bivalvia
Sub Class : Lamellibranchiata
Ordo : Anisomyria
Superfamily: Mytilacea
Family : Mytilidae
Sub family: Mytilinae
Genus : Perna
species : Perna viridis
II. ADAPTASI

Kerang hijau merupakan salah biota laut yang mampu bertahan hidup dan berkembang biak pada
tekanan ekologis yang tinggi tanpa mengalami gangguan yang berarti (Cappenberg, 2008). Kerang Hijau
mampu beradaptasi terhadap kondisi lingkungan yang tercemar, ambang batas toleransi kerang hijau
lebih besar dibanding organisme lain, sedangkan dalam kondisi yang sama organisme lain terutama ikan
sudah mengalami kematian.Kerang hijau merupakan bioindikator untuk memonitor senyawa-senyawa
beracun di lingkungan perairan laut karena distribusi penyebarannya yang luas, mempunyai sifat hidup
menetap, mudah diambil untuk sampel, mempunyai toleransi yang luas terhadap salinitas (Liliandari,
2013).

A. Adaptasi Fisiologis

Hubungan antara perubahan salinitas terhadap perubahan laju filtrasi kerang hijau adalah pada
metabolisme dan osmoregulasinya (Hidayat, 2017). Osmoregulasi adalah upaya hewan air untuk
mengontrol keseimbangan air dan ion antara tubuh dan lingkungannya atau suatu proses pengaturan
tekanan osmoregulasi (Kordi, 2008). Adanya perubahan salinitas menjadikan perubahan
aktivitasmetabolisme normalnya. Pada kondisi ini kerang hijau berusaha beradaptasi mempertahankan
kondisi tubuh terhadap lingkungannya sehingga membutuhkan energi yang lebih besar dari kondisi
normalnya. Perubahan salinitas meningkatkanrespirasi kerang hijau. Osmoregulasi kerang hijau
merespon perubahan salinitas dengan meningkatkan respirasinya(Hidayat, 2017).

Beberapa bivalvia memiliki mekanisme yang efisien untuk produksi energi anaerobik (de Zwaan,
1977; Carroll & Wells, 1995).Pengurangan salinitas dapat menyebabkan bivalvia untuk menutup katup
dan beralih dari respirasi aerobik ke anaerobik.Sebagai adaptasi terhadap konsentrasi partikel yang
tinggi, kerang hijau hanya memakan partikel yang terbaik dan disukainya untuk kebutuhan energinya
(Hidayat, 2017).

B. Adaptasi Morfologi

Kerang hijau bersifat poikilotermik, yaitu laju metabolisme tubuh meningkat seiring dengan
meningkatnya suhu. Suhu juga mempunyai peranan penting pada pertumbuhannya, yakni dalam aktivitas
makan dan fisiologi energetic. Kerang hijau mempunyai toleransi terhadap suhu antara 10-35oC. Respon
yang cepat terhadap penurunan suhu adalah menurunnya laju filtrasi. Laju filtrasi meningkat berangsur-
angsur dengan meningkatnya suhu sampai batas optimumnya, yaitu
350C. Salah satu cara adaptasi terhadap perubahan suhu yang tinggi terjadi pada saat surut yaitu dengan
menutup cangkang secara rapat. Untuk menjaga agar kelembaban tetap terjaga yaitu tersimpannya sisa-
sisa air yang terjebak diantara cangkang pada kerang yang berkoloni.

Gambar 2. Adaptasi tehadap kekeringan


C. Adaptasi anatomi

Karena terpapar oleh arus dan gelombang, kerang hijau menggunakanbenang byssusnya untuk
tetap bertahan agar tidak terbawa oleh arus dan gelombang.Kerang hijau akan meningkatkan ketebalan
cangkang mereka di depan predator seperti kepiting dan whelks agar predator tidak dapat mencapai
jaringan lembut di dalam tubuh kerang. Otot adduktor bertambah ukurannya untuk menutup rapat untuk
mencegah pemangsa. Kerang juga meningkatkan produksi benang byssus untuk melekatkan dirinya ke
permukaan, mencegah pemangsa untuk melepaskan atau mengeluarkannya .Kerang memiliki sensor
yang mendeteksi perubahan kimia di dalam air. Kerang hijau akan menutup cangkangnya jika mereka
terganggu (Wong dan Cheung, 2003). Benang byssus akan meningkat seiring dengan adanya isyarat dari
suatu faktor lingkungan yang berubah yakni dalam menanggapi tekanan predator dan perubahan salinitas
dan suhu (Young 1985; Cheung et al. 2009).

Gambar 3. Byssus pada kerang Hijau


III. PENUTUP

Kerang hijau (Perna viridis) merupakan anggota kelas bivalvia yang gmampu bertahan hidup dan
berkembang biak pada tekanan ekologis yang tinggi atau kondisi yang ekstrim tanpa mengalami
gangguan yang berarti dengan beradaptasi secara fisiologis, morfologi, dan anatomi. Seara fisiologis
dengan mekanisme osmoregulasi, secara morfologi dengan mekanisme fungsi cangkang, dan secara
anatomi dengan benang byssus.
DAFTAR PUSTAKA

Cappenberg, H. A. (2008). BEBERAPA ASPEK BIOLOGI KERANG HIJAU Perna viridis. Oseana, Volume
XXXIII, Nomor l, 1-3.

CARROLL J.L., WELLSR.M.G.. Strategies of anaerobiosis in New Zealand infaunal bivalves: adaptations
to environmental and functional hypoxia, New Zealand Journal of Marine and Freshwater
Research , 1995, vol. 29 (pg. 137-146).

Cheung SG, Yang FY, Chiu JMY, Liu CC, Shin PKS (2009) Antipredator behaviour in the green-lipped

mussel Perna viridis: byssus thread production depends on the mussel’s position in clump. Marine
Ecology Progress Series 378: 145–151.

Hidayat, K. (2017). PERFORMA PERTUMBUHAN KERANG HIJAU (Perna viridis Linn, 1758) DAN IKAN
BAWAL BINTANG (Trachinotus blochii Lacepede, 1801) YANG DIBUDIDAYA SECARA
POLIKULTUR DAN MONOKULTURDI PULAU PASARAN. Lampung.

Kordi, K. 2008. Budidaya Perairan Buku Pertama. Citra Aditya Bakti. Bandung.

Liliandari, P. Aunurohim (2013). Kecepatan Filtrasi Kerang Hijau Perna viridis terhadap chaetoceros sp
dalam Media Logam Tercemar Kadmium. JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, 2.

Syarifah Hikmah Julinda Sari, L. I. (2015). Kelayakan Kualitas Perairan Sekitar Mangrove Center Tuban
Untuk Aplikasi Alat Pengumpul Kerang Hijau (Perna Viridis L.). RESEARCH JOURNAL OF LIFE
SCIENCE VOLUME 02 NO. 01, 2-3.

Wong, W.H. and Cheung, S.G. (2003). Site-related differences in the feeding physiology of the green
mussel Perna viridis: a reciprocal transplantation experiment. Marine Ecology Progress Series.
258: 147-159.

Anda mungkin juga menyukai