Laporan Skenario 1 Belajar Mandiri Blok Ix Semester 3
Laporan Skenario 1 Belajar Mandiri Blok Ix Semester 3
KELOMPOK I
Veronica 143307010018
FAKULTAS KEDOKTERAN
Demikianlah yang dapat kami sampaikan, kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang ikut berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini. Semoga semua ini
berguna bagi kita semua khususnya dalam menunjang pembelajaran kita di dunia
kedokteran.
PEMBAHASAN
Skenario
Skenario 1
Ekspektorasi darah dapat terjadi akibat infeksin tuberculosis yang masih aktif ataupun
akibat kelainan yang di timbulkan akibat penyakit tuberculosis yang sudah sembuh.Susunan
parenkim paru dan pembuluh darahnya di rusak oleh penyakit ini sehingga muncul
bronkiektasis dengan hipervaskularisasi ,pelebaran pembuluh darah bronchial , anastomosis
pembuluh darah bronchial dan pulmoner.
Hemoptisis massif juga dapat terjadi pada bekas penderita tuberculosis .Hal tersebut dapat
terjadi akibat erosi lesi kalsifikasi pada arteti bronchial sehingga terjadi hemoptisis
massif.selain itu ekspektorasi bronkolit juga dapat menyebabkan hemoptisis.
Bakteri yang masuk menginfeksi sehingga batuk disertai dahak berwarna kekuningan
timbul peradangan yang memuat sifat batuk menjadi produktif. Karena batuk yang terus
menerus menyebabkan iritasi pada bronkus, keadaan berlanjut berupa batuk berdarah
karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Batuk seperti ini kebanyakan terjadi pada
kavitas, tetapi dapat pula terjadi pada ulkus dinding bronkus.
Kemudian, batuk dengan sputum menunjukkan bahwa terjadi infeksi dari kuman yang
masuk. Bila bakteri ini terdapat didalam jaringan atau dalam darah akan di fagositosis oleh
leukosit darah, makrofag jaringan dan limfosit pembunuh bergranula besar. Seluruh sel ini
selanjutnya menamai hasil pemecahan bakteri dan melepaskan zat interleukin I yang
disebut pirogen endogen ke dalam cairan tubuh. Saat interleukin I mencapai hipotalamus
segera mengaktifkan proses yang menimbulkan demam. Demam ini menyerupa demam
influenza kadang-kadang panas badan dapat mencapai 40-41oC.
Penyakit kencing manis mengakibatkan system pertahanan tubuh kita menjadi lemah,
sehingga sangat mudah terinfeksi dengan mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur,
ataupun parasit. Selain itu, kondisi gula darah yang tinggi juga merupakan lingkungan yang
baik untuk berkembangnya bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Gula darah tersebut akan
menjadi sumber nutrisi bagi bakteri.
Lesi awal yang dibentuk pada penderita TB akan terus berkembang, ketika M.
tuberculosis melakukan penetrasi pada pleura dan sekitarnya dan akan menyebabkan Efusi
pleura. Pada kasus berat lesi akan menjadi sangat besar dan pada bagian tengahnya akan
mengalami nekrosis dan membentuk kavitasi (progressive primary tuberculosis) sehingga
pada saat palpasi akan dijumpai stem fremitus mengeras serta\ ronki basah dan suara nafas
bronkial. Pembesaran kelenjar limfe sekitar bronkus dapat menyebabkan obstruksi saluran
nafas dan kolaps yang kemudian dapat berkembang menjadi Emfisema dan bronkioektasis
sehingga pada saat perkusi akan dijumpai hipersonor.
1. Pemeriksaan Bakteriologi
Bahan Pemeriksaan
Dapat berasal dari dahak, cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus,
bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage/BAL),
urin, feses dan jaringan biopsi (termasuk biopsi jarum halus/BJH)
Cara pengambilan dahak 2 kali dengan minimal satu kali dahak pagi hari.
Pemeriksaan bakteriologi dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan pleura, liquor,
bilasan bronkus, bilasan lambung, BAL, urin, feses dan jaringan biopsi, termasuk BJH)
dapat dilakukan dengan cara ; mikroskopis dan biakan
Pemeriksaan Biakan Kuman. Pemeriksaan identifikasi M. Tuberculosis dengan cara :
a. Biakan
Egg base media : Lowenstein-Jensen, Ogawn, Kudoh
Agar base media : Middle brook
b. Uji molekular
PCR-Based Methods of IS61110 Genotyping
Spoligotyping
Lowenstein-Jensen
Adalah media padat yang menggunakan basa telur. Digunakan untuk isolasi dan
pembiakan Mycobacteria species. Pemeriksaan identifikasi M.tuberculosis dengan media
Lowenstein-Jensen ini memberikan sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi dan dipakai
sebagai alat diagnostik pada program penanggulangan TB.
2. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas indikasi yaitu foto
lateral, top-lordotic, oblik atau CT-Scan. Pada pemeriksaan foto toraks, TB dapat memberi
gambaran bermacam-macam bentuk (multiform).
Pemeriksaan Darah
Laju endap darah (LED) jam pertama dan kedua dapat digunakan sebagai
indikator penyembuhan pasien. LED sering meningkat pada proses akktif, tetapi laju
endap darah yang normal tidak menyingkirkan TB. Limfosit juga kurang spesifik.
Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis untuk
menemukan lesi tuberkulosis. Pemeriksaan ini memang membutuhkan biaya lebih
dibandingkan pemeriksaan sputum, tetapi dalam beberapa hal ia memberikan keuntungan
seperti pada tuberkulosis anak-anak dan tuberkulosis milier. Pada kedua diatas diagnosis
dapat diperoleh melalui pemeriksaan sputum hampir selalu negatif.
Lokasi lesi tuberkulosis umumnya didaerah apeks paru (segmen apikal lobus bawah),
tetapi dapat juga mengenai lobus bawah (bagian inferior) atau didaerah hilus menyerupai
tumor paru (misalnya pada tuberkulosis endobronkial).
Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang sarang pneumonia, gambaran
radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas yang tidak tegas. Bila
lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat berupa bulatan dengan batas yang
tegas. Lesi ini dikenal sebagai tuberkuloma.
Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis. Lama-
lama dinding jadi sklerotik dan terlihat menebal. Bila terjadi fibrosis terlihat bayangan yang
bergaris-garis. Pada klasifikasi bayangan tampak sebagai bercak-bercak padat dengan
densitas tinggi. Pada atelektasis terlihat seperti fibrosis yang luas di sertai penciutan yang
dapat terjadi pada sebagian atau satu lobus maupun pada satu bagian paru.
Gambaran radiologis lain yang sering menyertai tuberkulosis paru adalah penebalan
pleura (pleuritis), massa cairan dibagian bawah paru (efusi pleura/empiema), bayangan
hitam radiolusen doipinggir paru/pleura (pneumotoraks).
Pada suatu foto dada sering didapatkan bermacam-macam bayangan sekaligus (pada
tuberkulosis yang sudah lanjut) seperti infiltrat, garis-garis fibrotik, klasifikasi, kavitas (non
skelrotik) maupun atelektasis dan emfisema.
Tuberkulosis sering memberikan gambaran yang anah-aneh, terutama gambaran
radilogis, sehingga dikatakan tuberculosis is the greatest imitator. Gambaran infiltrasi dan
tuberkuloma sering diartikan sebagai pneumonia, mikosis paru, karsinoma bronkus atau
karsinoma metastasis. Gambaran kavitas sering diartikan sebagai abses paru. Disamping itu
perlu diingat juga faktor kesalahan dalam membaca foto. Faktor kesalahan ini dapat
mencapai 25%. Oleh sebab itu untuk diagnostik radiologi sering dilakukan juga foto dengan
proyeksi densitas keras.
Pemeriksaan radiologis dada yang lebuih canggih dan saat ini sudah banyak di pakai
di rumah sakit rujukan adalah computed tomography scanning (CT Scan). Pemeriksaan ini
lebih superior dibanding radiologis biasa. Perbedaan densitas jaringan terlihat lebih jelas
dan sayatan dapat dibuat transversal.
Pemeriksaan lain yang lebih canggih lagi adalah magnetic resonance imaging (MRI).
Premeriksaan MRI ini tidak sebaik CT Scan, tetapi dapat mengevaluasi proses-proses dekat
apeks paru, tulang belakang, perbatasan dada-perut. Sayatan bisa dibuat transversal, sagital
dan koronal.
Sputum
Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukannya kuman BTA, diagnosis
tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Disamping itu pemeriksaan sputum juga dapat
memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang sudah diberikan pemeriksaan ini mudah
dan murah sehingga dapat dikerjakan di lapangan (puskesmas). Tetapi kadang-kadang tidak
mudah untuk mendapat sputum, terutama pasien yang tidak batuk atau batuk yang non
produktif. Dalam hal ini dianjurkan satu hari sebelum pemeriksaan sputum, pasien
dianjurkan minum air sebanyak +2 liter dan diajarkan melakukan refleks batuk. Dapat juga
dengan memberikan tambahan obat-obat mukolitik eks-pektoran atau dengan inhalasi
larutan garam hipertonik selama 20-30menit. Bila masih sulit, sputum dapat diperoleh
dengan cara bronkoskopi diambil dengan rushing atau bronchial washing aatau BAL
(broncho alveolar lavage). BTA dari sputum bisa juga didapat dengan cara bilasan lambung.
Hal ini sering dikerjakan pada anak-anak karena mereka sulit mengeluarkan dahaknya.
Sputum yang akan diperiksa hendaknya sesegar mungkin.
Bila sputum sudah didapat, kuman BTA pun kadang-kadang sulit ditemukan. Kuman baru
dapat ditemukan bila bronkus yang terlibat proses penyakit ini terbuka keluar, sehingga
sputum yang mengandung kuman BTA mudah keluar. Di perkirakan di indonesia terdapat
50% pasien BTA positif tetapi kuman tersebut tidak ditemukan dalam sputum mereka.
Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekureang kurangnya ditemukan 3 batang kuman
BTA pada satu sediaan. Dengan kata lain diperlukan 5.000 kuman dalam 1mL sputum.
Untuk pewarnaan sediaan dianjurkan memakai cara tan tiam hok yang merupakan
modifikasi gabungan cara pulasan kinyoun dan gabbet. Cara pemeriksaan sediaan sputum
yang dilakukan adalah:
Untuk pemeriksaan BTA sediaan mikroskopis biasa dan sediaan biakan, bahan-
bahan selain sputum dapat juga diambil dari bilasan bronkus, jaringan paru, pleura, cairan
pleura, cairan lambung, jaringan kelenjar, cairan serebrospinal, urin, dan tinja.
2. Satu sediaan sputumnya positif disertai kelainan radiologis yang sesuai dengan
gambaran TB akif.
1. Pasien yang pada pemeriksan sputumnya secara mikroskopis tidak ditemukan BTA,
sedikitnya pada 2 kali pemeriksaan tetapi gambaran radiologis sesuai dengan
gambaran TB aktif.
2. Pasien yang pada pemeriksaan sputumya secara mikroskopis tidak ditemukan BTA
sama sekali, tetapi pada biakan positif.
Obat lini kedua untuk mengobati pasien HIV yang terinfeksi oleh multidrug-resistent
tuberculosis