Anda di halaman 1dari 10

Seri Teknologi Pengolahan Hasil Hewani

Fakultas Teknologi Pertanian


Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
B : 2: 2018 (Susu)

Pengaruh Perbedaan Gelling Agent terhadap


Sifat Fisikokimia Pannacotta

Monica Martina, Patricia Sheila, Maria Feronica, Dwi Wibawa Budianta

Abstrak

Susu merupakan salah satu sumber protein hewani yang sangat penting bagi tubuh karena mengandung nutrisi
yang lengkap dan seimbang. Panna cotta merupakan produk dessert yang berasal dari Italia yang dibuat menggunakan
krim dan susu UHT yang dimasak bersama bahan lain seperti gelatin dan gula, serta disajikan dalam keadaan dingin ,
memiliki karakter yang menyerupai puding dengan sifat gel yang lebih lembut namun tetap kokoh dan dapat
mempertahankan bentuknya. Perlakuan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu perlakuan perbedaan gelling agent
yaitu CMC, gelatin dan karagenan. Parameter yang diuji dalam pecobaan ini adalah sineresis, uji kekokohan dan
organoleptik yang meliputi overall dan mouthfeel. Data dianalisa secara statistik untuk mengetahui apakah terdapat
pengaruh perbedaan jenis susu yang digunakan terhadap parameter menggunakan uji ANOVA (Analysis of Variance) pada
α=5%. Jika pengaruh perlakuan terhadap uji parameter teruji nyata, maka dilanjutkan dengan Uji Beda Jarak Nyata
Duncan (DMRT) pada α=5% untuk mengetahui perlakuan yang berbeda nyata. Nilai sineresis terendah terdapat pada
penambahan gelatin, diikuti dengan karagenan dan sineresis tertinggi pada penambahan CMC. Gel yang paling kokoh ada
pada penambahan dengan karagenan karena konsentrasi karagenan yang terlalu banyak dan sifat dari karagenan
tersebut. Pada parameter overall, tingkat kesukaan panelis tertinggi ada pada perlakuan dengan penambahan gelatin.
Pada uji Duncan, penambahan karagenan memiliki perbedaan paling nyata diantara cmc dan gelatin. Pada parameter
mouthfeel, tingkat kesukaan panelis tertinggi ada pada perlakuan dengan penambahan gelatin, uji ANOVA menunjukkan
tidak ada perbedaan nyata.

Kata kunci: susu, pannacotta, gelling agent

Latar Belakang cukup tinggi tetapi rasa manisnya tidak terasa.


Susu merupakan salah satu sumber protein Kandungan laktosa dan garam dalam susu lebih
hewani yang sangat penting bagi tubuh karena bertanggungjawab terhadap rasa susu yang
mengandung nutrisi yang lengkap dan seimbang. spesifik (Winarno, 1993).
Menurut USDA Foreign Agricultural Service Terdapat beragam jenis susu yang telah
(2014), rata-rata konsumsi susu di Indonesia beredar di pasaran, diantaranya yaitu :
masih tergolong rendah. Badan Pusat Statistik 1. Susu segar merupakan cairan dari ambing sapi
(2013) menunjukkan bahwa rendahnya konsumsi atau hewan penghasil susu lainnya yang sehat
susu disebabkan karena masyarakat kurang dan bebas dari kolostrum, serta kandungan
menyukai rasa susu dan lebih menyukai minuman alaminya tidak dikurangi atau ditambah
ringan dan produk olahan sejenis lainnya. Hal ini sesuatu apapun dan belum dapat perlakuan
menunjukkan perlu dilakukan upaya untuk apapun kecuali pendinginan. Kadar lemaknya
meningkatkan konsumsi susu, seperti dengan kurang dari 3% dengan TPT bukan lemak tidak
menjadikan susu sebagai bahan dasar dari suatu kurang dari 8%.
produk olahan, salah satunya adalah produk 2. Susu pasteurisasi merukpakan produk susu
dessert. cair yang dipanaskan dengan metode High
Sumber susu yang paling umum adalah sapi Temperature Short Time (HTST) atau metode
dan ternak lainnya seperti domba, kambing, dan holding, dan langsung dikemas dengan
kerbau. Kandungan air dalam susu sangat tinggi kemasan steril dan secara steril. Kadar
yaitu sekitar 87,5%, selain itu kandungan gula lemaknya tidak kurang dari 3% dan TPT bukan
dalam susu adalah sekitar 5% dan tergolong lemak tidak kurang dari 8%.

1
Seri Teknologi Pengolahan Hasil Hewani
Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
B : 2: 2018 (Susu)

3. Susu skim atau susu tanpa lemak adalah Bahan yang digunakan adalah susu UHT cair,
produk susu cair yang sebagian besar gelatin, carboxymethyl cellulose (cmc), karagenan,
lemaknya telah dihilangkan dan dipasteurisasi gula pasir, dan light whipping (Rich’s).
atau disterilisasi atau diproses secara UHT.
Kadar lemaknya tidka lebih dari 1,25% dan
kadar proteinnya tidak kurang dari 2,7% Metodologi
4. Susu bubuk berlemak (full cream) kandungan Pembuatan Pannacotta
lemaknya tidak kurang dari 26% dan kadar
Diagram alirGelatin, CMC, danpannacotta
pembuatan Karagenan dapat
airnya tidak lebih dari 5%.
dilihat pada Gambar 1.
Panna cotta merupakan produk dessert yang Penimbangan
berasal dari Italia yang dibuat menggunakan krim
dan susu UHT yang dimasak bersama bahan lain Susu UHT cair
seperti gelatin dan gula, serta disajikan dalam 150 mL Pelarutan dengan
keadaan dingin. Panna cotta memiliki karakter Gelatin/cmc/ susu UHT cair
karagenan
yang menyerupai puding dengan sifat gel yang
lebih lembut namun tetap kokoh dan dapat
mempertahankan bentuknya. Sifat panna cotta Campuran I
yang dapat meleleh ketika di dalam mulut 500 mL UHT cair
menjadikan produk ini berbeda dari jenis dessert Gula 7,5% Pemanasan hingga larut
lainnya. Tekstur yang padat dikarenakan Light whipping
adanyanya penambahan hidrokoloid yang
berperan dalam pembentukan gel pada produk Campuran I Pemanasan lagi hingga larut
panacota, jenis hidrokoloid yang umumnya
digunakan yaitu gelatin, karagenan dan CMC.
Bahan pembentuk gel merupakan komponen Pemasukkan
polimer berberat molekul tinggi yang merupakan dalam cup plastik
gabungan molekul-molekul dan lilitan-lilitan dari
polimer molekul yang akan memberikan sifat
Pendinginan dalam
kental dan gel yang diinginkan. Molekul-molekul Refrigerator 24 jam
polimernya berikatan melalui ikatan silang Pengujian :
membentuk struktur jaringan tiga dimensi dengan Sineresis
molekul pelarut terperangkap dalam jaringan ini Pannacotta Kekokohan gel
(Clegg, 1995). Organoleptik
Pada praktikum ini dilakukan pengujian (overall dan
dengan berbagai macam jenis gelling agent yaitu mouthfeel)
gelatin, karagenan dan CMC. Perbedaan
penambahan gellint agent akan mempengaruhi
sifat fisikokimia pannacotta karena masing-
masing jenis hidrokoloid memiliki struktur dan
sifat yang berbeda maka dilakukan pengujian Gambar 1. Diagram alir pembuatan pannacotta
berbagai jenis gelling agent dengan konsentrasi Formulasi Pembuatan Pannacotta
yang sama terhadap tekstur, sineresis maupun Formulasi pembuatan pannacotta dapat
sifat organo pannacotta. dilihat pada Tabel 1.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan meliputi timbangan Tabel 1. Formulasi Pembuatan Pannacotta
digital, pisau stainless steel, cup plastik, panci
stainless steel, spatula, aluminium foil, water jug, Tabel 1. Formulasi Pembuatan Pannacotta
sendok stainless steel, telenan, nampan plastik, Bahan Jumlah tiap perlakuan
kompor, beaker glass, saringan, dan refrigerator.
Alat yang digunakan untuk analisa adalah
penetrometer dan cup plastik.

2
Seri Teknologi Pengolahan Hasil Hewani
Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
B : 2: 2018 (Susu)

Susu UHT (ml) 500 + 15 Rata-


I II III
Whippycream (ml) 500 rata
Gula (gr) 37,5 Gelatin 4,93 7,72 7,18 6,61
Gelatin (gr) 10 CMC 1,36 5,14 9,84 5,45
Karagenan (gr) 10 Karagenan 0,05 0,10 0,08 0,08
CMC (gr) 10
Dalam pembuatan pannacotta, selain
Uji Kekokohan ditambahkan gelling agent juga ditambahkan gula.
Pengujian ini dilakukan secara obyektif Tujuan penambahan gula adalah untuk mencegah
yaitu dengan alat penetrometer.Sampel yang diuji sineresis dan membantu dalam pembentukan gel
adalah pannacotta yang sudah didinginkan dalam (Handani et al., 2016). Tetapi penambahan gula
refrigerator. Sampel diletakkan dibawah ujung memiliki kelemahan yaitu dapat mengganggu
yang berbentuk kotak tipis kemudian memulai pengikatan air antara gula dan gelling agent
pengukuran dengan menekan tombol start. sehingga apabila konsentrasi gula terlalu tinggi
Kemudian ditunggu selama lima detik yang akan akan dapat menghasilkan gel yang kurang kokoh.
keluar angka menunjukkan nilai kekerasan sampel Berdasarkan hasil pengujian di atas, perlakuan
tersebut. Satuan yang digunakan adalah mm per 5 dengan penambahan karagenan memiliki
detik. kekokohan gel yang paling tinggi yaitu 0,08 mm/5
detik. Hal tersebut karena penambahan
Pengujian Sineresis konsentrasi karagenan yang terlalu tinggi yaitu
Pengujian sineresis dilakukan secara subjektif sebanyak 1% sehingga gel yang terbentuk
yaitu dengan melihat banyaknya cairan yang semakin kokoh. Karagenan yang ditambahkan
keluar pada produk panacota selama 3 hari sudah berupa campuran dari tiga jenis karagenan
penyimpanan suhu dingin. semakin tinggi cairan (lambda, iota, dan kappa). Selain konsentrasi
yang keluar maka semakin tinggi nilai sineresis. karagenan yang terlalu tinggi, sifat dari jenis
karagenan juga mempengaruhi kekokohan gel
Uji Organoleptik tersebut (Darmawan et.al, 2014). Pada jenis iota,
Metode yang digunakan untuk uji gel yang terbentuk akan semakin kuat dengan
organoleptik adalah uji Hedonic Scale Scoring (uji adanya ion kalsium, sedangkan pada jenis kappa,
kesukaan) dan uji mutu hedonik yang diujikan gel yang terbentuk semakin kuat dengan adanya
terhadap mouthfeel dan overall pannacotta. Uji ion kalium. Pada pembuatan pannacotta,
hedonik dan uji mutu hedonik menggunakan skala ditambahkan susu dimana terdapat kalsium
1 sampai 5. Pengujian ini dilakukan oleh panelis didalamnya yang dapat membantu dalam
tidak terlatih yaitu mahasiswa UNIKA Widya pembentukan gel semakin kokoh. Menurut
Mandala Surabaya sebanyak 15 orang. Darmawan et.al (2014), jenis kappa memiliki
kemampuan pembentukan gel yang tinggi tetapi
Hasil dan Pembahasan cenderung mengalami sineresis, sedangkan jenis
Uji kekokohan iota memiliki kemampuan pembentukan gel yang
lemah dan lambda memiliki kemampuan
Pada pannacotta dilakukan pengujian membentuk larutan dengan viskositas tinggi.
kekokohan gel. Hal tersebut dilakukan karena Gelatin memiliki sifat fisikokimia yang
setiap gelling agent memiliki kekokohan gel yang baik yaitu larut dalam air, transparan, tidak
berbeda-beda. Pengujian kekokohan gel dilakukan berbau, tdak memiliki rasa serta memiliki sifat
dengan menggunakan penetrometer. Hasil yang reversible dari bentuk sol ke gel,
pengujian kekokohan pannacotta dapat dilihat membengkak atau mengembang dalam air
pada Tabel 2. dingin,membentuk film, mempengaruhi viskositas
suatu bahan dan dapat melindungi sistem koloid
Tabel 2. Hasil Pengujian Kekokohan Pannacotta (Puspitasari, dkk., 2013). Berdasarkan hasil
pengujian di atas, perlakuan yang memiliki
Perlakuan Tekstur (mm/5detik) kekokohan gel yang paling rendah adalah
penambahan dengan gelatin yaitu 6,61 mm/5
detik. Seharusnya yang paling rendah adalah

3
Seri Teknologi Pengolahan Hasil Hewani
Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
B : 2: 2018 (Susu)

penambahan dengan cmc. Hal tersebut karena Sineresis dapat terjadi pada hidrogel
cmc yang ditambahkan tidak larut sehingga maupun organogel. Penggunaan bahan gelling
membentuk gumpalan dan gel yang terbentuk agent pada produk panacota dapat berutujuan
sangat tidak kokoh. Kesalahan praktikan dalam untuk memperlembut atau memperlunak tekstur,
melarutkan cmc adalah kesalahan utama mengapa membuat struktur gel, dapat mengikat air dan
pembentukan gel menjadi sangat tidak kokoh dan meningkatkan kekentalan, Pada penambahan
menggumpal. Kekokohan pannacotta dengan gelatin, sineresis yang terjadi sangat rendah (+1),
penambahan gelatin dapat membentuk gel yang hal ini dipengaruhi karena sineresis pada gelatin
cukup baik. Hal tersebut terlihat pada penilaian akan terjadi ketika berada pada titik
organoleptik panelis terhadap pannacotta yaitu isoelektriknya sedangkan pH panacota bukan
tingkat kesukaan pada penambahan gelatin paling merupakan titik isoelektrik gelatin sehingga
tinggi karena mendekati tekstur pannacotta. sineresis yang terjadi sangat kecil (Jones 1977).
Tetapi pada pengujian, penambahan gelatin Gelatin mencegah terjadi ikatan hidrogen
memiliki kekokohan yang paling rendah karena antara molekul kasein dan asam laktat dan
konsentrasi gelatin yang ditambahkan (1%) mempertahankan pengikatan molekul air oleh
kurang dapat membentuk gel yang diinginkan molekul protein (Sawitri, et al., 2008). Pada
walaupun hampir mendekati tekstur pannacotta. nilai sineresis penambahan karagenan nilai
Jadi, pada saat diuji dengan penetrometer, pada sineresis lebih besar (+3) dibanding gelatin. hal ini
saat ditekan dengan ujung yang berbentuk kotak, dipengaruhi oleh sifat dari kappa karagenan yang
gel yang tadinya terbentuk langsung rapuh karena bersifat membentuk gel yang keras dan mudah
adanya tekanan dan beban yang diterima oleh pecah sehingga dapat terjadi sineresis.
pannacotta. Pada penambahan CMC nilai sineresis
cukup tinggi (+5), CMC mampu membentuk ikatan
Pengujian Sineresis peptida dengan kasein namun karena ikatan CMC
dengan kasein memiliki ikatan yang lemah,
Tabel 3. Hasil Uji Sineresis tiap perlakuan penambahan CMC cenderung menurunkan daya
Jenis gel Nilai sineresis ikat air serta memacu terjadi sineresis yang
Gelatin +1 berakibat pada kadar air (Gad, 2014).
Karagenan +3
CMC +5 Pengujian Organoleptik
Hasil pengujian sineresis pannacotta
Overall
dapat dilihat pada Tabel 3. Pada pengamatan
Pada pannacotta dilakukan uji
sineresis pada produk panacota yang telah
organoleptik dengan panelis adalah panelis tidak
disimpan selama 3 hari pada suhu 5°C didapatkan
terlatih berjumlah 15 orang. Uji organoleptik
nilai sineresis terendah terdapat pada
menggunakan metode uji Hedonic Scale Scoring
penambahan gelatin (+1), diikuti dengan
(uji kesukaan) dan uji mutu hedonik yang diujikan
karagenan (+3) dan sineresis tertinggi pada
terhadap mouthfeel dan overall pannacotta. Rata-
penambahan CMC (+5) . Sineresis merupakan
rata kesukaan panelis terhadap Overall Pannacotta
suatu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi
dapat dilihat pada Gambar 2., sedangkan uji anova
di dalam massa gel. Cairan yang terjerat akan
dan uji Duncan Overall Panacotta dapat dilihat
keluar dan berada di atas permukaan gel. Pada
pada lampiran Tabel 2. dan Tabel 3.
waktu pembentukan gel terjadi tekanan yang
elastis, sehingga terbentuk massa gel yang tegar.
Mekanisme terjadinya kontraksi berhubungan
dengan fase relaksasi akibat adanya tekanan
elastis pada saat terbentuknya gel. Adanya
perubahan pada ketegaran gel akan
mengakibatkan jarak antar matriks berubah,
sehingga memungkinkan cairan bergerak menuju
permukaan.

4
Seri Teknologi Pengolahan Hasil Hewani
Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
B : 2: 2018 (Susu)

Gambar 2. Rata-Rata Kesukaan Panelis terhadap


Overall Pannacotta

Overall menunjukkan penilaian panelis


secara umum terhadap suatu produk, bukan
merupakan faktor mutlak untuk menentukan
produk pangan yang terpilih (Septiani, dkk.,
2013). Berdasarkan gambar di atas, tingkat
kesukaan panelis tertinggi terhadap overall
pannacotta adalah pada perlakuan dengan
penambahan gelatin. Hal tersebut karena menurut
panelis, penambahan gelatin menghasilkan
tekstur yang lembut dan mendekati tekstur Gambar 3. Rata-Rata Kesukaan Panelis terhadap
pannacotta pada umumnya, sedangkan pada Mouthfeel Pannacotta
karagenan dan cmc sama sekali tidak mendekati Dari gambar 3. Menunjukkan bahwa
tekstur pannacotta. Pada penambahan cmc, gel kesukaan terhadap mouthfeel adalah penambahan
yang terbentuk tidak kokoh karena dari awal salah gelatin. Hal tersebut dikarenakan tekstur yang
melarutkan sehingga menghasilkan gumpalan dihasilkan sama seperti pannnacotta pada
pada pannacotta, sedangkan pada karagenan, gel umumnya. Sedangkan penmabahan CMC terktur
yang terbentuk sangatlah kokoh sehingga seperti yang dihasilkan seperti lem, sedangkan karagenan
agar-agar pada umumnya. tektur yang dihasilkan sangat kokoh sehingga
Pada uji anova, didapatkan kesimpulan menyerupai agar-agar.
adanya perbedaan nyata terhadap overall Hasil pengujian ANOVA pada tabel 3.
pannacotta akibat perbedaan gelling agent yang Menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nyata
ditambahkan. Setelah itu, dilanjutkan uji Duncan dikarenakan bahan-bahan lain ikut
dengan α=5% yang dapat dilihat pada lampiran mempengaruhi seperti rasa sehingga dapat
Tabel 3. Dari Tabel 3., penambahan cmc dan mempengaruhi mouthfeel yang dihasilkan.
gelatin hampir tidak ada beda nyata atau memiliki Kesimpulan
overall yang serupa. Penambahan karagenan yang Nilai sineresis terendah terdapat pada
memiliki perbedaan paling nyata diantara cmc penambahan gelatin, diikuti dengan karagenan
dan gelatin. Hal tersebut karena gel yang dan sineresis tertinggi pada penambahan CMC. Gel
terbentuk sangat kokoh seperti agar-agar, yang paling kokoh ada pada penambahan dengan
sedangkan pada gelatin dan cmc tidak sekokoh karagenan karena konsentrasi karagenan yang
pada karagenan. terlalu banyak dan sifat dari karagenan tersebut.
Pada parameter overall, tingkat kesukaan panelis
Mouthfeel tertinggi ada pada perlakuan dengan penambahan
Rata-rata kesukaan panelis terhadap gelatin. Pada uji Duncan, penambahan karagenan
Mouthfeel Pannacotta dapat dilihat pada Gambar memiliki perbedaan paling nyata diantara cmc
3, sedangkan uji anova dan uji Duncan Mouthfeel dan gelatin. Pada parameter mouthfeel, tingkat
Panacotta dapat dilihat pada lampiran Tabel 4. dan kesukaan panelis tertinggi ada pada perlakuan
Tabel 5. dengan penambahan gelatin, uji ANOVA
menunjukkan tidak ada perbedaan nyata

Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik. 2013. Ringkasan Eksekutif
Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk
Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Clegg. 1995. Bahan-bahan Pembentuk Gel.
http://www.Gellingagentsfile.pdf. Diakses 7
april 2018.
Darmawan, M., R. Peranginangin, R. Syarief, I.
Kusumaningrum dan D. Fransiska. 2014.
Pengaruh Penambahan Karaginan untuk

5
Seri Teknologi Pengolahan Hasil Hewani
Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
B : 2: 2018 (Susu)

Formulasi Tepung Pudding Instan, JPB Sawitri ME, Abdul M, dan Theresia WLP. 2008.
Perikanan. 9(1):83-93. Kajian Penambahan Gelatin terhadap
Gad, Ahmed Saad. 2014. Effect of hydrocolloid Keasaman, pH, Daya Ikat Air dan Sineresis
type on physiochemical properties of nonfat Yogurt. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil
drinkable yogurt fermented with ropy and Ternak Vol. 3, No. 1 ISSN : 1978 – 0303.
non-ropy yogurt cultures. Comunicata Malang
Scientiae 5(3): 318-325, 2014. Cairo Septiani, I. R., Basito dan E. Widowati. 2013.
Handani, Y., A. M. Sutedja dan C. Y. Trisnawati. Pengaruh Konsentrasi Agar-Agar dan
Pengaruh Konsentrasi Gelatin dan Gula Karagenan terhadap Karakteristik Fisik,
terhadap SIfat Fisikokimia dan Organoleptik Kimia, dan Sensori Selai Lembaran Jambu Biji
Panna Cotta, Jurnal Teknologi Pangan dan Merah (Psidium guajava L.), Jurnal Teknologi
Gizi. 15(2):72-78. Hasil Pertanian. 6(1):33.
Winarno, F.G., 1993. Pangan Gizi Teknologi dan
Jones NR. 1977. Uses of gelatin in edible products. Konsumen. Gramedia Pustaka Utama,
In: Ward AG, Courts A, editors. The science Jakarta.
and technology of gelatin. London: Academic;
pp. 365–394.
Puspitasari, D. A. P., V. P. Bintoro dan B. E. Setiani.
2013. SIfat-Sifat Gel Gelatin Tulang Cakar
Ayam, Jurnal Pangan dan Gizi. 4(7):19-20.
Lampiran Data

Tabel 2. Uji Anova Overall Pannacotta

ANOVA
Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
panelis 11.24444 14 0.803175 0.697931 0.757662 2.063541
perlakuan 7.777778 2 3.888889 3.37931 0.048455 3.340386
Error 32.22222 28 1.150794

Total 51.24444 44

Kesimpulan : ada perbedaan nyata terhadap overall pannacotta akibat perbedaan gelling agent

Tabel 3. UJi Duncan Overall Pannacotta

overall

Subset
kode_overall N 1 2
Duncana,b 468 15 2.93
392 15 3.60 3.60
751 15 3.93
Sig. .080 .375

6
Seri Teknologi Pengolahan Hasil Hewani
Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
B : 2: 2018 (Susu)

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 1,035.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 15,000.
b. Alpha = 0,05.
Keterangan : karagenan (kode 468), cmc (kode 392), dan gelatin (kode 751)

Tabel 3. Uji Anova Mouthfeel Pannacotta

ANOVA
Source of Variation SS df MS F P-value F crit
panelis 23.86667 14 1.704762 1.269504 0.285317 2.063540829
perlakuan 1.733333 2 0.866667 0.64539 0.532083 3.340385558
Error 37.6 28 1.342857

Total 63.2 44
Kesimpulan: tidak ada perbedaan nyata terhadap mouthfeel pannacotta akibat perbedaan gelling agent

Lampiran Foto

bahan-bahan yang digunakan

7
Seri Teknologi Pengolahan Hasil Hewani
Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
B : 2: 2018 (Susu)

Penimbangan gula pasir mengukur susu dan whipped cream yang dibutuhkan

Pengadukkan gelling agent Penambahan gula pada saat pemanasan

8
Seri Teknologi Pengolahan Hasil Hewani
Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
B : 2: 2018 (Susu)

Pengisian dalam cup Penyaringan CMC karena adanya penggumpalan

LAMPIRAN FOTO UJI SINERESIS

karagenan

9
Seri Teknologi Pengolahan Hasil Hewani
Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
B : 2: 2018 (Susu)

CMC

Gelatin

10

Anda mungkin juga menyukai