PANNACOTTA
PANNACOTTA
Abstrak
Susu merupakan salah satu sumber protein hewani yang sangat penting bagi tubuh karena mengandung nutrisi
yang lengkap dan seimbang. Panna cotta merupakan produk dessert yang berasal dari Italia yang dibuat menggunakan
krim dan susu UHT yang dimasak bersama bahan lain seperti gelatin dan gula, serta disajikan dalam keadaan dingin ,
memiliki karakter yang menyerupai puding dengan sifat gel yang lebih lembut namun tetap kokoh dan dapat
mempertahankan bentuknya. Perlakuan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu perlakuan perbedaan gelling agent
yaitu CMC, gelatin dan karagenan. Parameter yang diuji dalam pecobaan ini adalah sineresis, uji kekokohan dan
organoleptik yang meliputi overall dan mouthfeel. Data dianalisa secara statistik untuk mengetahui apakah terdapat
pengaruh perbedaan jenis susu yang digunakan terhadap parameter menggunakan uji ANOVA (Analysis of Variance) pada
α=5%. Jika pengaruh perlakuan terhadap uji parameter teruji nyata, maka dilanjutkan dengan Uji Beda Jarak Nyata
Duncan (DMRT) pada α=5% untuk mengetahui perlakuan yang berbeda nyata. Nilai sineresis terendah terdapat pada
penambahan gelatin, diikuti dengan karagenan dan sineresis tertinggi pada penambahan CMC. Gel yang paling kokoh ada
pada penambahan dengan karagenan karena konsentrasi karagenan yang terlalu banyak dan sifat dari karagenan
tersebut. Pada parameter overall, tingkat kesukaan panelis tertinggi ada pada perlakuan dengan penambahan gelatin.
Pada uji Duncan, penambahan karagenan memiliki perbedaan paling nyata diantara cmc dan gelatin. Pada parameter
mouthfeel, tingkat kesukaan panelis tertinggi ada pada perlakuan dengan penambahan gelatin, uji ANOVA menunjukkan
tidak ada perbedaan nyata.
1
Seri Teknologi Pengolahan Hasil Hewani
Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
B : 2: 2018 (Susu)
3. Susu skim atau susu tanpa lemak adalah Bahan yang digunakan adalah susu UHT cair,
produk susu cair yang sebagian besar gelatin, carboxymethyl cellulose (cmc), karagenan,
lemaknya telah dihilangkan dan dipasteurisasi gula pasir, dan light whipping (Rich’s).
atau disterilisasi atau diproses secara UHT.
Kadar lemaknya tidka lebih dari 1,25% dan
kadar proteinnya tidak kurang dari 2,7% Metodologi
4. Susu bubuk berlemak (full cream) kandungan Pembuatan Pannacotta
lemaknya tidak kurang dari 26% dan kadar
Diagram alirGelatin, CMC, danpannacotta
pembuatan Karagenan dapat
airnya tidak lebih dari 5%.
dilihat pada Gambar 1.
Panna cotta merupakan produk dessert yang Penimbangan
berasal dari Italia yang dibuat menggunakan krim
dan susu UHT yang dimasak bersama bahan lain Susu UHT cair
seperti gelatin dan gula, serta disajikan dalam 150 mL Pelarutan dengan
keadaan dingin. Panna cotta memiliki karakter Gelatin/cmc/ susu UHT cair
karagenan
yang menyerupai puding dengan sifat gel yang
lebih lembut namun tetap kokoh dan dapat
mempertahankan bentuknya. Sifat panna cotta Campuran I
yang dapat meleleh ketika di dalam mulut 500 mL UHT cair
menjadikan produk ini berbeda dari jenis dessert Gula 7,5% Pemanasan hingga larut
lainnya. Tekstur yang padat dikarenakan Light whipping
adanyanya penambahan hidrokoloid yang
berperan dalam pembentukan gel pada produk Campuran I Pemanasan lagi hingga larut
panacota, jenis hidrokoloid yang umumnya
digunakan yaitu gelatin, karagenan dan CMC.
Bahan pembentuk gel merupakan komponen Pemasukkan
polimer berberat molekul tinggi yang merupakan dalam cup plastik
gabungan molekul-molekul dan lilitan-lilitan dari
polimer molekul yang akan memberikan sifat
Pendinginan dalam
kental dan gel yang diinginkan. Molekul-molekul Refrigerator 24 jam
polimernya berikatan melalui ikatan silang Pengujian :
membentuk struktur jaringan tiga dimensi dengan Sineresis
molekul pelarut terperangkap dalam jaringan ini Pannacotta Kekokohan gel
(Clegg, 1995). Organoleptik
Pada praktikum ini dilakukan pengujian (overall dan
dengan berbagai macam jenis gelling agent yaitu mouthfeel)
gelatin, karagenan dan CMC. Perbedaan
penambahan gellint agent akan mempengaruhi
sifat fisikokimia pannacotta karena masing-
masing jenis hidrokoloid memiliki struktur dan
sifat yang berbeda maka dilakukan pengujian Gambar 1. Diagram alir pembuatan pannacotta
berbagai jenis gelling agent dengan konsentrasi Formulasi Pembuatan Pannacotta
yang sama terhadap tekstur, sineresis maupun Formulasi pembuatan pannacotta dapat
sifat organo pannacotta. dilihat pada Tabel 1.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan meliputi timbangan Tabel 1. Formulasi Pembuatan Pannacotta
digital, pisau stainless steel, cup plastik, panci
stainless steel, spatula, aluminium foil, water jug, Tabel 1. Formulasi Pembuatan Pannacotta
sendok stainless steel, telenan, nampan plastik, Bahan Jumlah tiap perlakuan
kompor, beaker glass, saringan, dan refrigerator.
Alat yang digunakan untuk analisa adalah
penetrometer dan cup plastik.
2
Seri Teknologi Pengolahan Hasil Hewani
Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
B : 2: 2018 (Susu)
3
Seri Teknologi Pengolahan Hasil Hewani
Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
B : 2: 2018 (Susu)
penambahan dengan cmc. Hal tersebut karena Sineresis dapat terjadi pada hidrogel
cmc yang ditambahkan tidak larut sehingga maupun organogel. Penggunaan bahan gelling
membentuk gumpalan dan gel yang terbentuk agent pada produk panacota dapat berutujuan
sangat tidak kokoh. Kesalahan praktikan dalam untuk memperlembut atau memperlunak tekstur,
melarutkan cmc adalah kesalahan utama mengapa membuat struktur gel, dapat mengikat air dan
pembentukan gel menjadi sangat tidak kokoh dan meningkatkan kekentalan, Pada penambahan
menggumpal. Kekokohan pannacotta dengan gelatin, sineresis yang terjadi sangat rendah (+1),
penambahan gelatin dapat membentuk gel yang hal ini dipengaruhi karena sineresis pada gelatin
cukup baik. Hal tersebut terlihat pada penilaian akan terjadi ketika berada pada titik
organoleptik panelis terhadap pannacotta yaitu isoelektriknya sedangkan pH panacota bukan
tingkat kesukaan pada penambahan gelatin paling merupakan titik isoelektrik gelatin sehingga
tinggi karena mendekati tekstur pannacotta. sineresis yang terjadi sangat kecil (Jones 1977).
Tetapi pada pengujian, penambahan gelatin Gelatin mencegah terjadi ikatan hidrogen
memiliki kekokohan yang paling rendah karena antara molekul kasein dan asam laktat dan
konsentrasi gelatin yang ditambahkan (1%) mempertahankan pengikatan molekul air oleh
kurang dapat membentuk gel yang diinginkan molekul protein (Sawitri, et al., 2008). Pada
walaupun hampir mendekati tekstur pannacotta. nilai sineresis penambahan karagenan nilai
Jadi, pada saat diuji dengan penetrometer, pada sineresis lebih besar (+3) dibanding gelatin. hal ini
saat ditekan dengan ujung yang berbentuk kotak, dipengaruhi oleh sifat dari kappa karagenan yang
gel yang tadinya terbentuk langsung rapuh karena bersifat membentuk gel yang keras dan mudah
adanya tekanan dan beban yang diterima oleh pecah sehingga dapat terjadi sineresis.
pannacotta. Pada penambahan CMC nilai sineresis
cukup tinggi (+5), CMC mampu membentuk ikatan
Pengujian Sineresis peptida dengan kasein namun karena ikatan CMC
dengan kasein memiliki ikatan yang lemah,
Tabel 3. Hasil Uji Sineresis tiap perlakuan penambahan CMC cenderung menurunkan daya
Jenis gel Nilai sineresis ikat air serta memacu terjadi sineresis yang
Gelatin +1 berakibat pada kadar air (Gad, 2014).
Karagenan +3
CMC +5 Pengujian Organoleptik
Hasil pengujian sineresis pannacotta
Overall
dapat dilihat pada Tabel 3. Pada pengamatan
Pada pannacotta dilakukan uji
sineresis pada produk panacota yang telah
organoleptik dengan panelis adalah panelis tidak
disimpan selama 3 hari pada suhu 5°C didapatkan
terlatih berjumlah 15 orang. Uji organoleptik
nilai sineresis terendah terdapat pada
menggunakan metode uji Hedonic Scale Scoring
penambahan gelatin (+1), diikuti dengan
(uji kesukaan) dan uji mutu hedonik yang diujikan
karagenan (+3) dan sineresis tertinggi pada
terhadap mouthfeel dan overall pannacotta. Rata-
penambahan CMC (+5) . Sineresis merupakan
rata kesukaan panelis terhadap Overall Pannacotta
suatu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi
dapat dilihat pada Gambar 2., sedangkan uji anova
di dalam massa gel. Cairan yang terjerat akan
dan uji Duncan Overall Panacotta dapat dilihat
keluar dan berada di atas permukaan gel. Pada
pada lampiran Tabel 2. dan Tabel 3.
waktu pembentukan gel terjadi tekanan yang
elastis, sehingga terbentuk massa gel yang tegar.
Mekanisme terjadinya kontraksi berhubungan
dengan fase relaksasi akibat adanya tekanan
elastis pada saat terbentuknya gel. Adanya
perubahan pada ketegaran gel akan
mengakibatkan jarak antar matriks berubah,
sehingga memungkinkan cairan bergerak menuju
permukaan.
4
Seri Teknologi Pengolahan Hasil Hewani
Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
B : 2: 2018 (Susu)
Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik. 2013. Ringkasan Eksekutif
Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk
Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Clegg. 1995. Bahan-bahan Pembentuk Gel.
http://www.Gellingagentsfile.pdf. Diakses 7
april 2018.
Darmawan, M., R. Peranginangin, R. Syarief, I.
Kusumaningrum dan D. Fransiska. 2014.
Pengaruh Penambahan Karaginan untuk
5
Seri Teknologi Pengolahan Hasil Hewani
Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
B : 2: 2018 (Susu)
Formulasi Tepung Pudding Instan, JPB Sawitri ME, Abdul M, dan Theresia WLP. 2008.
Perikanan. 9(1):83-93. Kajian Penambahan Gelatin terhadap
Gad, Ahmed Saad. 2014. Effect of hydrocolloid Keasaman, pH, Daya Ikat Air dan Sineresis
type on physiochemical properties of nonfat Yogurt. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil
drinkable yogurt fermented with ropy and Ternak Vol. 3, No. 1 ISSN : 1978 – 0303.
non-ropy yogurt cultures. Comunicata Malang
Scientiae 5(3): 318-325, 2014. Cairo Septiani, I. R., Basito dan E. Widowati. 2013.
Handani, Y., A. M. Sutedja dan C. Y. Trisnawati. Pengaruh Konsentrasi Agar-Agar dan
Pengaruh Konsentrasi Gelatin dan Gula Karagenan terhadap Karakteristik Fisik,
terhadap SIfat Fisikokimia dan Organoleptik Kimia, dan Sensori Selai Lembaran Jambu Biji
Panna Cotta, Jurnal Teknologi Pangan dan Merah (Psidium guajava L.), Jurnal Teknologi
Gizi. 15(2):72-78. Hasil Pertanian. 6(1):33.
Winarno, F.G., 1993. Pangan Gizi Teknologi dan
Jones NR. 1977. Uses of gelatin in edible products. Konsumen. Gramedia Pustaka Utama,
In: Ward AG, Courts A, editors. The science Jakarta.
and technology of gelatin. London: Academic;
pp. 365–394.
Puspitasari, D. A. P., V. P. Bintoro dan B. E. Setiani.
2013. SIfat-Sifat Gel Gelatin Tulang Cakar
Ayam, Jurnal Pangan dan Gizi. 4(7):19-20.
Lampiran Data
ANOVA
Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
panelis 11.24444 14 0.803175 0.697931 0.757662 2.063541
perlakuan 7.777778 2 3.888889 3.37931 0.048455 3.340386
Error 32.22222 28 1.150794
Total 51.24444 44
Kesimpulan : ada perbedaan nyata terhadap overall pannacotta akibat perbedaan gelling agent
overall
Subset
kode_overall N 1 2
Duncana,b 468 15 2.93
392 15 3.60 3.60
751 15 3.93
Sig. .080 .375
6
Seri Teknologi Pengolahan Hasil Hewani
Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
B : 2: 2018 (Susu)
ANOVA
Source of Variation SS df MS F P-value F crit
panelis 23.86667 14 1.704762 1.269504 0.285317 2.063540829
perlakuan 1.733333 2 0.866667 0.64539 0.532083 3.340385558
Error 37.6 28 1.342857
Total 63.2 44
Kesimpulan: tidak ada perbedaan nyata terhadap mouthfeel pannacotta akibat perbedaan gelling agent
Lampiran Foto
7
Seri Teknologi Pengolahan Hasil Hewani
Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
B : 2: 2018 (Susu)
Penimbangan gula pasir mengukur susu dan whipped cream yang dibutuhkan
8
Seri Teknologi Pengolahan Hasil Hewani
Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
B : 2: 2018 (Susu)
karagenan
9
Seri Teknologi Pengolahan Hasil Hewani
Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
B : 2: 2018 (Susu)
CMC
Gelatin
10