yang dihadapi setiap organisasi. Bagaimana pendapat anda terkait hal tersebut. (skor
20) Schein menitikberatkan pada frasa a pattern of shared tacit assumptions yang secara umum sering
kali dimaknai seperti “sebagaimana cara yang dilakukan orang-orang disini”. Ia juga menyatakan culture
is deep, tidak bisa memperlakukan budaya sebagai fenomena yang superficial saja. Budaya sebagai
segala bentuk akumulasi cara berpikir, cara bekerja, perasaan, kebiasaan yang dipelajari oleh anggota-
sebagai sistem nilai bersama dalam bentuk karakteristik organisasi, sistem nilai bersama yang
organisasi dari kepercayaan yang dipegang teguh secara mendalam, dan sebagai sistem nilai
bersama organisasi akan mempengaruhi cara kerja yang dilakukan dan cara pegawai
berperilaku. Cara kerja dan perilaku pegawai yang di anut bersama, sebagai manifestasi dari
sikap para pegawai akan dengan jelas berpengaruh terhadap cara mereka melakukan
pekerjaan, serta menjadi ciri yang membedakan suatu organisasi. budaya organisasi sebagai
pola asumsi dasar menciptakan, ditemukan, atau dikembangkan oleh suatu kelompok tertentu
karena belajar untuk mengatasi masalah-masalahnya, adaptasi eksternal dan integrasi internal
yang telah bekerja cukup baik untuk dianggap berharga dan untuk diajarkan kepada anggota
baru sebagai cara yang benar untuk memahami, berpikir, dan merasa dalam kaitannya dengan
masalah-masalah organisasi. Meskipun Schein tidak menjelaskan secara detail tentang
nilai-nilai bersama, secara tersirat ia membedakan menjadi dua jenis; pertama, mereka
yang telah mebuktikan nilai mereka, peningkatan yang diberikan kepada asumsi dasar,
dan terus melayani sebagai manifestasi tentang asumsi dasar, dan mereka yang belum
membuktikan nilai mereka atau mungkin tidak memberikan meningkat menjadi asumsi
baru di masa depan. Kedua, orang-orang yang menganut, tetapi keluar dari langkah
dengan asumsi dasar organisasi. Untuk menetapkan besarnya nilai yang benar-benar
sadar, bagaimana berpikir dan merasa tentang hal-hal dan tindakan apa yang harus
dilakukan dalam berbagai situasi. Sedangkan nilai-nilai bersama sebagian besar sadar
dan diperdebatkan terus, asumsi dasar begitu diambil begitu saja bahwa mereka
berhenti dipertanyakan dan diperdebatkan. Justru karena mereka diambil begitu saja
anggota kelompok. Dasar asumsi biasanya berhubungan dengan misi dan strategi,
tujuan operasional, atau berarti untuk mencapai tujuan dan mengukur keberhasilan.
Sistem nilai bersama merupakan Karaketristik yang berupa; inovasi dan pengambilan risiko,
perhatian terhadap detail, orientasi hasil, orientasi orang, orientasi tim, keagresifan, dan
kemantapan. Karakteristik sebagai gambaran sebuah budaya organisasi, menjadi dasar dalam
berperilaku anggota dalam organisasi. Adalah suatu persepsi bersama yang dianut oleh
organisasi mengacu ke suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-
anggotanya yang membedakan organisasi itu dengan organisasi-organisasi yang
lain. Makna bersama adalah merupakan seperangkat karakteristik yang dihargai oleh
Humanistik, Tim Work, Kompetitif dan Kepastian. Semakin banyak anggota organisasi
yang menerima makna bersama itu menjadikan budaya organisasi itu semakin kuat dan
sebaliknya.
kerjasama secara timbal balik (dua arah), baik pada hubungan kerja
Komitmen dari Top Manajemen dalam organisasi Polri juga harus memberikan
tauladan dan kemauan yang kuat untuk membangun suatu budaya yang kuat
suatu etika prilaku dalam suatu organisasi dan dapat dijadikan dasar bertindak
dan suri tauladan bagi seluruh anggota Polri. Hal ini masih sangat terkait dengan
mencontoh apa yang dilakukan oleh atasannya sebagai panutan atau tokoh yang
pimpinan sangat diperlukan dalam membangun suatu etika perilaku dan budaya
oganisasi yang kuat. Rendahnya kepedulian dan moral seorang pemimpin akan
Masalah perilaku individu agar sesuai dengan budaya organisasi; (Melakukan perubahan
cara berpikir ( mindset ) anggota Polri. Selain itu pula melakukan pembinaan moral
anggota polri dengan mengedepankan sisi kemanusiaan ( humanism ), dan segala
pekerjaan berlandaskan pada nilai- nilai spiritual dan asas – asas yang ada di organisasi
dan masyarakat. Sebab perubahan sosial terjadi secara terus- menerus, fenomena
dimasyarakat sangat banyak seperti fenomena dibidang pelayanan lantas maupun
penyidikan contohnya fenomena masyarakat semakin kritis terhadap upaya penegakan
hokum, sehingga yang perlu dilakukan perubahan adalah pada “pedoman” berupa
aturan- aturan disesuaikan kebutuhan, namun ” system nilai” tetap dipegang
teguh.Dalam hal contoh diatas maka aturan seperti KUHAP perlu direvisi, dengan
melibatkan elemen masyarakat untuk bekerjasama. Melakukan perubahan terhadap
konsepsi kepolisian yang paling sesuai dengan keadaan sekarang.
Perubahan konsepsi ini antara lain adalah konsepsi tentang keberadaan dan jatidiri
Polri, Landasan Ideal filsafati kepolisian, tujuan kepolisian , fungsi kepolisian, dan asas-
asas kepolisian.
Keberadaaan dan jatidiri kepolisian disetiap Negara selalu berkaitan dengan system
pemerintahan di Negara tersebut. Hal diatas adalah hal yang bersifat universal. Namun
ada kekhasan yaitu penerapan prinsip- prinsip kepolisian dan merupakan konsepsi
kepolisian di Negara tersebut. Konsepsi Kepolisian diartikan sebagai konsep- konsep
dalam penyelenggaraaan fungsi kepolisian dan secara keseluruhan dapat dilihat dari
bentuk system kepolisian , sebagai manifestasi dari nilai- nilai dalam konstitusi dinegara
tersebut.
Dalam membangun kebudayaan kepolisian harus memperhatikan “system nilai” yang dipegang
teguh walaupun aturan dapat berubah- ubah sesuai kebutuhan.
2. Dalam membangun kebudayaan kepolisian, berorientasi harus pada kehendak masyarakat,
bukan untuk organisasi itu sendiri, atau kepentingan penguasa demi eksistensi organisasi.
3. Dalam membangun kebudayaan kepolisian harus disadari bahwa masyarakat adalah sebagai
sumber utama, selain sebagai objek bagi tugas- tugas kepolisian namun juga sebagai subjek yang
menentukan keberadaan dan jatidiri kepolisian Indonesia.
a. Artifacts :struktur, bentuk dan proses yang bias dilihat secara kasat mata,
dirasakan langsung dan didengar dari suatu organisasi. (skor 10) : pelayanan
Polri harus dimulai dengan membangun komitmen serta upaya meningkatkan dan
memperluas pelayanan prima, sebuah komitmen untuk mewujudkan pelayanan Polri
kepada masyarakat dengan lebih mudah, cepat, nyaman, humanis dan merata di seluruh
wilayah hukum Republik Indonesia. dalam bidang layanan publik, diupayakan dengan
mempermudah akses tempat, lokasi dan sarana layanan masyarakat, meningkatkan
kualitas lingkungan pelayanan yang tertib, teratur, dan nyaman, dengan dilengkapi
fasilitas pendukung yang memadai, serta mengupayakan akselerasi perluasan kemudahan
layanan yang merata di seluruh kabupaten/kota, terutama menyangkut pelayanan SIM,
STNK, BPKB dan SKCK, dan penyederhanaan penanganan perkara tilang.
Espoused values :strategi, tujuan dan filosofi suatu organisasi. (skor 10) : budaya
penegakan hukum dan budaya pelayanan publik harus dijadikan momentum dan trigger untuk
mendorong perubahan besar-besaran budaya Polri ke arah yang jauh lebih baik dan mampu
mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada Polri yang sedang menurun pada titik terendah.
pelayanan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakkan hukum, perlindungan,
pengayoman dan pelayanan masyarakat, maka bentuk-bentuk pelayanan yang
diberikan oleh Kepolisian kedepan harus dapat bekualitas (service quality) sebagaimana
pelayanan yang diharapkan oleh masyarakat. Service quality bukan hanya pelayanan
jasa yang sesuai spesifikasi internal saja, akan tetapi spesifikasi yang digunakan harus
mengacu kepada spesifikasi masyarakat. Bila spesifikasi pelayanan yang diharapkan
masyarakat kurang tepat, maka Kepolisian perlu melakukan pendidikan masyarakat
tentang bentuk ideal dari Kualitas Pelayanan Kepolisian sebagaimana spesifikasi bentuk
pelayanan Kepolisian yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang.
Kedelapan, memperkuat kebijakan yang konstruktif dan kondusif yang mampu menjaga dan
mendorong perkembangan budaya Polri tetap dalam jalur yang benar dan trend yang positif,
melalui strategi penerapan reward and punisment yang tegas dan keras, kebijakan gaji dan
remunerasi yang lebih menjamin kesejahteraan anggota Polri, membentuk role model personel
Polri yang humanis di setiap satuan Polri di daerah dan di tingkat Mabes Polri, perbaikan kualitas
pendidikan dan pelatihan, pengembangan struktur organisasi untuk mengakomodasi personel
Polri yang reformis dan berprestasi, dan membangun jaringan karier di luar struktur kepolisian
untuk memperkuat dan memperluas kesempatan karier dalam sistem pembinaan personel.
3. Terdapat 6 yang mendasari berkembangnya budaya organisasi yang dikenal
dengan‘Deeper Underlying Assumptions”, yaitu (1) relationships to
nature, (2) The nature of reality and thruth, (3) The nature of human
nature,(4) The nature of human relations, (5) The nature of time and
spacedan (6) The unknowable and uncontrollable.
Jelaskan 3 dari 6 assumsi tersebut dan berikan contoh penerapannya dalam
organisasi pemerintahan atau swasta nasional/multinasional. (skor 30)