Anda di halaman 1dari 7

1.

Budaya organisasi menurut Schein didefinisikan sebagai:


A pattern of shared basic assumptions that the group learned as it
solved its problems of external adaptation and internal integration, that has
worked well enough to be considered valid and, therefore, to be taught to new
members as the correct way you perceive, think, and feel in relation to those
problems.
Dari pengertian di atas menitikberatkan pada frase “A pattern of shared basic

assumptions” dan “ culture is deep” dalam belajar dan menyelesaikan masalah

yang dihadapi setiap organisasi. Bagaimana pendapat anda terkait hal tersebut. (skor

20) Schein menitikberatkan pada frasa a pattern of shared tacit assumptions yang secara umum sering

kali dimaknai seperti “sebagaimana cara yang dilakukan orang-orang disini”. Ia juga menyatakan culture

is deep, tidak bisa memperlakukan budaya sebagai fenomena yang superficial saja. Budaya sebagai

segala bentuk akumulasi cara berpikir, cara bekerja, perasaan, kebiasaan yang dipelajari oleh anggota-

anggota organisasinya. (kesuksesan sebuah organisasi dipengaruhi oleh budaya organisasi

sebagai sistem nilai bersama dalam bentuk karakteristik organisasi, sistem nilai bersama yang

dianut membedakan satu oraganisasi dengan organisasi lainnya. Dibangunnya budaya

organisasi dari kepercayaan yang dipegang teguh secara mendalam, dan sebagai sistem nilai

bersama organisasi akan mempengaruhi cara kerja yang dilakukan dan cara pegawai

berperilaku. Cara kerja dan perilaku pegawai yang di anut bersama, sebagai manifestasi dari

sikap para pegawai akan dengan jelas berpengaruh terhadap cara mereka melakukan

pekerjaan, serta menjadi ciri yang membedakan suatu organisasi. budaya organisasi sebagai

pola asumsi dasar menciptakan, ditemukan, atau dikembangkan oleh suatu kelompok tertentu

karena belajar untuk mengatasi masalah-masalahnya, adaptasi eksternal dan integrasi internal

yang telah bekerja cukup baik untuk dianggap berharga dan untuk diajarkan kepada anggota

baru sebagai cara yang benar untuk memahami, berpikir, dan merasa dalam kaitannya dengan
masalah-masalah organisasi. Meskipun Schein tidak menjelaskan secara detail tentang

nilai-nilai bersama, secara tersirat ia membedakan menjadi dua jenis; pertama, mereka

yang telah mebuktikan nilai mereka, peningkatan yang diberikan kepada asumsi dasar,

dan terus melayani sebagai manifestasi tentang asumsi dasar, dan mereka yang belum

membuktikan nilai mereka atau mungkin tidak memberikan meningkat menjadi asumsi

baru di masa depan. Kedua, orang-orang yang menganut, tetapi keluar dari langkah

dengan asumsi dasar organisasi. Untuk menetapkan besarnya nilai yang benar-benar

membantu mengintegrasikan kelompok harus menyelidiki asumsi dasar kebudayaan.

Asumsi-asumsi dasar menginformasikan anggota, pada tingkat sebagian besar tidak

sadar, bagaimana berpikir dan merasa tentang hal-hal dan tindakan apa yang harus

dilakukan dalam berbagai situasi. Sedangkan nilai-nilai bersama sebagian besar sadar

dan diperdebatkan terus, asumsi dasar begitu diambil begitu saja bahwa mereka

berhenti dipertanyakan dan diperdebatkan. Justru karena mereka diambil begitu saja

bahwa mereka memiliki kemampuan untuk menciptakan konsistensi perilaku di antara

anggota kelompok. Dasar asumsi biasanya berhubungan dengan misi dan strategi,

tujuan operasional, atau berarti untuk mencapai tujuan dan mengukur keberhasilan.

Sistem nilai bersama merupakan Karaketristik yang berupa; inovasi dan pengambilan risiko,

perhatian terhadap detail, orientasi hasil, orientasi orang, orientasi tim, keagresifan, dan

kemantapan. Karakteristik sebagai gambaran sebuah budaya organisasi, menjadi dasar dalam

membangun kesepemahaman anggota organisasi dalam menyelesaikan masalah dan cara

berperilaku anggota dalam organisasi. Adalah suatu persepsi bersama yang dianut oleh

anggota-anggota organisasi sehingga menjadi sebuah sistem makna bersama. Budaya

organisasi mengacu ke suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-
anggotanya yang membedakan organisasi itu dengan organisasi-organisasi yang

lain. Makna bersama adalah merupakan seperangkat karakteristik yang dihargai oleh

organisasi itu. Karekteristik tersebut adalah : Inovasi, Terperinci, Hasil Kerja,

Humanistik, Tim Work, Kompetitif dan Kepastian. Semakin banyak anggota organisasi

yang menerima makna bersama itu menjadikan budaya organisasi itu semakin kuat dan

sebaliknya.

b. Setiap organisasi menghadapi masalah dan berusaha untuk memecahkan


masalah tersebut. Dalam organisasi tempat anda bekerja apa yang harus
dilakukan terkait budaya organisasi dalam hal:

 Masalah sosialisasi budaya organisasi bagi pendatang baru : (Pada budaya

organisasi sipil, Polri selayaknya menampilkan budaya organisasi yang

bersifat humanistik dalam mencapai tujuan organisasinya. Dimana

hubungan kerja antar sesama anggota akan selalu mencerminkan adanya

kerjasama secara timbal balik (dua arah), baik pada hubungan kerja

horizontal (pada level yang sama) maupun hubungan kerja vertikal

(hubungan antara atasan dan bawahan). Hal ini merupakan sebuah

konsekuensi dari adanya perubahan yang memisahkan Polri dari TNI


(budaya organisasi yang bersifat mekanistik). Dengan demikian maka

diperlukan adanya usaha yang terarah guna melakukan upaya-upaya

dalam menyingkapi adanya perubahan pada sifat organisasi tersebut.

Komitmen dari Top Manajemen dalam organisasi Polri juga harus memberikan

tauladan dan kemauan yang kuat untuk membangun suatu budaya yang kuat

dalam organisasi yang dipimpinnya. Peranan moral/kepribadian yang baik dari

seorang pimpinan dan komitmennya yang kuat sangat mendorong tegaknya

suatu etika prilaku dalam suatu organisasi dan dapat dijadikan dasar bertindak
dan suri tauladan bagi seluruh anggota Polri. Hal ini masih sangat terkait dengan

budaya masyarakat Indonesia yang Paternalistik, dimana anak buah akan

mencontoh apa yang dilakukan oleh atasannya sebagai panutan atau tokoh yang

dipuja. Dengan demikian membangun lingkungan organisasi yang kondusif oleh

pimpinan sangat diperlukan dalam membangun suatu etika perilaku dan budaya

oganisasi yang kuat. Rendahnya kepedulian dan moral seorang pemimpin akan

menyuburkan tindakan kecurangan yang pada akhirnya akan merusak bahkan

dapat menghancurkan organisasi.

Masalah perilaku individu agar sesuai dengan budaya organisasi; (Melakukan perubahan
cara berpikir ( mindset ) anggota Polri. Selain itu pula melakukan pembinaan moral
anggota polri dengan mengedepankan sisi kemanusiaan ( humanism ), dan segala
pekerjaan berlandaskan pada nilai- nilai spiritual dan asas – asas yang ada di organisasi
dan masyarakat. Sebab perubahan sosial terjadi secara terus- menerus, fenomena
dimasyarakat sangat banyak seperti fenomena dibidang pelayanan lantas maupun
penyidikan contohnya fenomena masyarakat semakin kritis terhadap upaya penegakan
hokum, sehingga yang perlu dilakukan perubahan adalah pada “pedoman” berupa
aturan- aturan disesuaikan kebutuhan, namun ” system nilai” tetap dipegang
teguh.Dalam hal contoh diatas maka aturan seperti KUHAP perlu direvisi, dengan
melibatkan elemen masyarakat untuk bekerjasama. Melakukan perubahan terhadap
konsepsi kepolisian yang paling sesuai dengan keadaan sekarang.

Perubahan konsepsi ini antara lain adalah konsepsi tentang keberadaan dan jatidiri
Polri, Landasan Ideal filsafati kepolisian, tujuan kepolisian , fungsi kepolisian, dan asas-
asas kepolisian.

Keberadaaan dan jatidiri kepolisian disetiap Negara selalu berkaitan dengan system
pemerintahan di Negara tersebut. Hal diatas adalah hal yang bersifat universal. Namun
ada kekhasan yaitu penerapan prinsip- prinsip kepolisian dan merupakan konsepsi
kepolisian di Negara tersebut. Konsepsi Kepolisian diartikan sebagai konsep- konsep
dalam penyelenggaraaan fungsi kepolisian dan secara keseluruhan dapat dilihat dari
bentuk system kepolisian , sebagai manifestasi dari nilai- nilai dalam konstitusi dinegara
tersebut.
Dalam membangun kebudayaan kepolisian harus memperhatikan “system nilai” yang dipegang
teguh walaupun aturan dapat berubah- ubah sesuai kebutuhan.
2. Dalam membangun kebudayaan kepolisian, berorientasi harus pada kehendak masyarakat,
bukan untuk organisasi itu sendiri, atau kepentingan penguasa demi eksistensi organisasi.
3. Dalam membangun kebudayaan kepolisian harus disadari bahwa masyarakat adalah sebagai
sumber utama, selain sebagai objek bagi tugas- tugas kepolisian namun juga sebagai subjek yang
menentukan keberadaan dan jatidiri kepolisian Indonesia.

 Dapatkah sebuah org besar memiliki satu budaya?


(Terlebih dulu jelaskan misi dan visi serta tupoksi organisasi anda) (skor
20)
(ruang lingkup kepolisian:
2. Schein membagi budaya menjadi tiga “level”, mulai dari “level” yang paling kasat
mata sampai “level” yang tidak terlihat dan hanya bisa dirasakan, yang terdiri
dari Artifact, Espoused Values dan underlying assumptions. Berdasarkan unit
organisai anda (MisalPemda X, Polri, Kemkeu, Perusahaan X) jelaskan ketiga
level tersebut yang dapat anda rasakan selama menjadi anggota organisasi
dimana anda bekerja.

a. Artifacts :struktur, bentuk dan proses yang bias dilihat secara kasat mata,
dirasakan langsung dan didengar dari suatu organisasi. (skor 10) : pelayanan
Polri harus dimulai dengan membangun komitmen serta upaya meningkatkan dan
memperluas pelayanan prima, sebuah komitmen untuk mewujudkan pelayanan Polri
kepada masyarakat dengan lebih mudah, cepat, nyaman, humanis dan merata di seluruh
wilayah hukum Republik Indonesia. dalam bidang layanan publik, diupayakan dengan
mempermudah akses tempat, lokasi dan sarana layanan masyarakat, meningkatkan
kualitas lingkungan pelayanan yang tertib, teratur, dan nyaman, dengan dilengkapi
fasilitas pendukung yang memadai, serta mengupayakan akselerasi perluasan kemudahan
layanan yang merata di seluruh kabupaten/kota, terutama menyangkut pelayanan SIM,
STNK, BPKB dan SKCK, dan penyederhanaan penanganan perkara tilang.

Espoused values :strategi, tujuan dan filosofi suatu organisasi. (skor 10) : budaya
penegakan hukum dan budaya pelayanan publik harus dijadikan momentum dan trigger untuk
mendorong perubahan besar-besaran budaya Polri ke arah yang jauh lebih baik dan mampu
mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada Polri yang sedang menurun pada titik terendah.
pelayanan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakkan hukum, perlindungan,
pengayoman dan pelayanan masyarakat, maka bentuk-bentuk pelayanan yang
diberikan oleh Kepolisian kedepan harus dapat bekualitas (service quality) sebagaimana
pelayanan yang diharapkan oleh masyarakat. Service quality bukan hanya pelayanan
jasa yang sesuai spesifikasi internal saja, akan tetapi spesifikasi yang digunakan harus
mengacu kepada spesifikasi masyarakat. Bila spesifikasi pelayanan yang diharapkan
masyarakat kurang tepat, maka Kepolisian perlu melakukan pendidikan masyarakat
tentang bentuk ideal dari Kualitas Pelayanan Kepolisian sebagaimana spesifikasi bentuk
pelayanan Kepolisian yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang.

Underlying assumptions :pikiran, perasaan, persepsi, keyakinan yang keberadaannya


disadari atau tidak disadari sebagai sumber utama dari nilai-nilai dan tindakan dari
anggota organisasi. (skor10 ). : pengembangan budaya penegakan hukum dilakukan dengan
penerapan penegakan hukum yang berbasis due process model, mengupayakan penyelesaian
perkara secara cepat, sederhana dan murah, pembentukan unit khusus mempercepat penanganan
kasus, penanganan kasus karhutla secara tegas dan profesional, memperbaiki tata kelola
penanganan kasus korupsi, membangun database penanganan perkara yang realtime dan
terintegrasi, memperkuat pengawasan penyidikan, memperkuat sistem pengaduan masyarakat
dan pencari keadilan ke Propam yang lebih responsif dan mengembangkan kerjasama antar
komponen criminal justice system lainnya. perbaikan manajemen media yang diupayakan
dengan membangun sistem informasi online untuk mempublikasikan kinerja Polri,
mengembangkan sarana pengaduan masyarakat secara realtime, dan mengembangkan
mekanisme komunikasi dengan media massa yang mengkedepankan interaksi informatif,
humanis, akurat, terbuka dan terpercaya.

Kedelapan, memperkuat kebijakan yang konstruktif dan kondusif yang mampu menjaga dan
mendorong perkembangan budaya Polri tetap dalam jalur yang benar dan trend yang positif,
melalui strategi penerapan reward and punisment yang tegas dan keras, kebijakan gaji dan
remunerasi yang lebih menjamin kesejahteraan anggota Polri, membentuk role model personel
Polri yang humanis di setiap satuan Polri di daerah dan di tingkat Mabes Polri, perbaikan kualitas
pendidikan dan pelatihan, pengembangan struktur organisasi untuk mengakomodasi personel
Polri yang reformis dan berprestasi, dan membangun jaringan karier di luar struktur kepolisian
untuk memperkuat dan memperluas kesempatan karier dalam sistem pembinaan personel.
3. Terdapat 6 yang mendasari berkembangnya budaya organisasi yang dikenal
dengan‘Deeper Underlying Assumptions”, yaitu (1) relationships to
nature, (2) The nature of reality and thruth, (3) The nature of human
nature,(4) The nature of human relations, (5) The nature of time and
spacedan (6) The unknowable and uncontrollable.
Jelaskan 3 dari 6 assumsi tersebut dan berikan contoh penerapannya dalam
organisasi pemerintahan atau swasta nasional/multinasional. (skor 30)

Anda mungkin juga menyukai