Kaidah Cabang Al Umuru Bi Maqasidiha
Kaidah Cabang Al Umuru Bi Maqasidiha
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa makna al-Umuru bi maqasidiha ?
2. Apa dalil al-Umuru bi maqasidiha ?
3. Apa cabang-cabang dari al-umuru bi maqosidiha dan bagaimana
penerapannya ?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Kaidah pertama ini (al-umuru bi maqasidiha) menegaskan bahwa
semua urusan sesuai dengan maksud pelakunya kaidah itu berbunyi: األمور
“( بمقـاصدهاsegala perkara tergantung kepada niatnya”). Niat sangat
penting dalam menentukan kualitas ataupun makna perbuatan seseorang,
apakah seseorang melakukan perbuatan itu dengan niat ibadah kepada
Allah dengan melakukan perintah dan menjauhi laranganNya. Atau dia
tidak niat karena Allah, tetapi agar disanjung orang lain.1
3
dalamnya maka tindakan ini memperoleh ganjaran dari Allah SWT dan
pelaku mendapatkan pahala kebaikan yangditambahkan pada daftar
pahala-pahala kebaikannya disisiNya. Berbeda halnya apabila seseorang
tidak memakan bangkai karena faktor psikologis didalam diri merasa jijik
atau tidak suka terhadap bangkai, tanpa memandang nash yang
mengharamkannya atau dengan bahasa lain seseorang pasti akan
memakannya seandainya tidak merasa jijik maka tindakan tersebut tidak
berpahala sama sekali.2
2
Nasher Farid M Wasil. Al-Qowa’id Fiqhiyyah .(Jakarta: Amzah , 2009)hlm 6-7
4
3. Dalam sejumlah hadis juga di jelaskan tentang penting peran maksud
dan tujuan seseorang dalam melakukan suatu perbuatan seperti berikut:
3
Ma’shum Zainy Al-Hasimy, Qowaidh Fiqhiyyah Al-Faroidul Bahiyyah ( Jombang : Darul
Hikmah , 2010)hlm 26
5
العمل لمن ال نية له
Artinya: “Tidak ada (pahala) bagi perbuatan yang tidak disertai
niat”. (HR. Anas Ibn Malik ra.)
من قتل لتكون كلمة هللا هي العليا فهو فى سبيل هللا عزوجل
Artinya: "Barangsiapa berperang dengan maksud meninggikan
kalimah Allah, maka dia ada di jalan Allah" (HR. Bukhari dari
Abu Musa).
من أتى فراشه وهو ينوي أن يقوم يصلي من الليل فغلبته عيناه حتى أصبح
كتب له مانوى
6
D. Kaidah Cabang االمور بمقاصدهاdan Penerapannya
Adapun kaidah cabangnya sebagai berikut:
4
Suyatno.Dasar-dasar Ilmu Fiqih & Ushul Fiqih.(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,2011)hlm 234
7
Sebagai contoh, apabila hati niat wudhu, sedang yang diucapkan
adalah mendinginkan anggota badan, maka wudûnya tetap sah.
ُالَ يَلْزَمُ نِيَةُالعِادَةِ فِي كُلَّ جُزْﺀٍ إِنَّمَا تَلْزَمُ فِي جُمْلَة ٍَ مَا يَفْعَلُه
“Tidak wajib niat ibadah dalam setiap bagian, tetapi niat wajib dalam
keseluruhan yang dikerjakan”.
كُلُّ مُفَرﱢ ﻀَيْن فَلَ تَجْزِيْهِمَا نِيَّة ٌوَاحِد ٌإِالُّ الحَﺞّ وَالعُمْرَة
“Setiap dua kewajiban tidak boleh dengan satu niat, kecuali ibadah haji
dan umrah”.
ِكُلُّ مَا كَانَ لهُ أصْلٌ فَلَ يَنْتَقِلُ عَنْ أَصْلِهِ بِمُجَرَّدِ النﱢيَة
“Setiap perbuatan asal/pokok, maka tidak bisa berpindah dari yang asal
karena semata-mata niat”
5
A.Djazuli.Kaidah-kaidah fikih.(Jakarta: Kencana,2007, Ed.1.Cet.ke-2)hlm 38-42
8
maka hal itu tidak diperbolehkan dan puasa tersebut batal untuk
dilaksanakan.
9
dalam garis lurus, artinya niatnya harus ikhlas, caranya harus benar dan
baik, dan tujuannya harus mulia untuk mencapai keridhaan Allah SWT.
َ طأ
َ عيَّنَهُ َوأ َ ْخ
َ ص ْيلً أِذَا ُ ض لَهُ ُج ْملَةً َوالَ يَ ْشت َ َر
ِ ط تَ ْع ِي ْينُهُ ت َ ْف ُ َما يُ ْشتَ َر
ُ ط الت َّ َع ُّر
ض ّر
ُ
6
Firdaus.Al-Qawaid Al-Fiqhiyyah.(Padang: IAIN Press,2010)hlm 53-58
10
(Sesuatu yang di syaratkan menyebutkannya secara garis besar, jika di
dalam pelaksanaannya ditentukan secara rinci, jika salah dalam
penentuan berakibat fatal).
ُ طأ لَ ْم َي
ﻀ َّر ِ ض لَهُ ُج ْملَةُ َوالَ ت َ ْف
َ ص ْيلً أِذَا َعيَّنَهُ َوا ْخ ُ َما الَ يُ ْشت َ َر
ُ ط الت َّ َع ُّر
7
Suwarjin. Ushul Fiqh .(Yogyakarta: Teras, 2012)hlm 215-216
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian kaidah االمور بمقاصدها bahwa hukum yang berimplikasi
terhadap suatu perkara yang timbul dari perbuatan atau perkataan subjek
hukum (mukallaf) tergantung pada maksud dan tujuan dari perkara
tersebut. Kaidah ini berkaitan dengan setiap perbuatan atau perkara-
perkara hukum yang dilarang dalam syari’at Islam.
Ada 12 kaidah cabang Al-Umuru bi Maqasidiha diantaranya
sebagai berikut :
الَ يَلْزَمُ نِيَةُالعِادَةِ فِي كُلَّ جُزْﺀٍ إِنَّمَا تَلْزَمُ فِي جُمْلَةٍ مَا يَفْعَلُهُ
كُلُّ مُفَرﱢ ﻀَيْن فَلَ تَجْزِيْهِمَا نِيَّة ٌوَاحِد ٌإِالُّ الحَﺞّ وَالعُمْرَة
كُلُّ مَا كَانَ لهُ أصْلٌ فَلَ يَنْتَقِلُ عَنْ أَصْلِهِ بِمُجَرَّدِ النﱢيَةِ
طأ َ ُ
ض ّر عيَّنَهُ َوأ َ ْخ َ
ص ْيلً أِذَا َ ض لَهُ ُج ْملَةً َوالَ يَ ْشت َ َر ُ
ط تَ ْعيِ ْينُهُ ت َ ْف ِ َما يُ ْشتَ َر ُ
ط التَّعَ ُّر ُ
طأ لَ ْم يَ ُ
ﻀ ّر ض لَهُ ُج ْملَةُ َوالَ ت َ ْف ِ
ص ْيلً أِذَا َعيَّنَهُ َوا ْخ َ َما الَ يُ ْشت َ َر ُ
ط الت َّ َع ُّر ُ
12
DAFTAR PUSTAKA
13