Anda di halaman 1dari 15

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

KEJANG DEMAM

Makalah

Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak

KELOMPOK VIII :

INCA MILANDA

WIDIA PUTRI

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI

Kampus 1: Jl. Karamat No. 36 Tlp. (0266)210215 Kota Sukabumi

2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.

Adapun makalah tentang “Konsep Keperawatan pada Anak dengan Kejang Demam”
ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak,
sehingga dapat mempelancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa
menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu mohon
kritik dan sarannya tentang makalah ini.

Sukabumi, 23 Februari 2018

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... 1


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................... 3
C. Tujuan ........................................................................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 5
A. Pengertian Kejang Demam ...................................................................................................... 5
B. Etiologi ....................................................................................................................................... 5
C. Patofisiologi ............................................................................................................................... 5
D. Klasifikasi Kejang Demam ....................................................................................................... 6
E. Manifestasi Klinis...................................................................................................................... 6
F. Pemeriksaan Diagnostik ........................................................................................................... 7
G. Penatalaksanaan Terapeutik ............................................................................................... 7
D. Penatalaksanaan Perawatan .................................................................................................... 7
1. Pengkajian ............................................................................................................................. 7
2. Diagnosa Keperawatan ....................................................................................................... 10
3. Intervensi Keperawatan ..................................................................................................... 10
BAB III PENUTUP ............................................................................................................................. 13
A. Kesimpulan .............................................................................................................................. 13
B. Saran ........................................................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 14

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kejang demam adalah bangkitan kejang pada bayi dan anak,biasanya terjadi antara umur
3 tahun atau 5 tahun, berhubungan dengan demam tapi tidak terbukti adanya infeksi
intrakranial atau penyebab tertentu. Anak yang pernah kejang tanpa demam dan bayi yang
berumur kurang dari 4 minggu tidak termasuk dalam kejang demam. Kejang demam harus
dibedakan dengan epilepsi yaitu yang ditandai dengan kejang berulang tanpa demam.
Sebagian besar kejang demam sudah berhenti pada saat anak diibawa kerumah sakit.
Akan tetapi, jika kejang terus berlanjut,terapi terdiri atas pengendalian kejang dengan
pemberian diazepam (valium) dan penurunan suhu dengan pemberian asetaminofen. Pada
anak-anak yang mengalami demam kejang biasa , terapi profilaksis antileptik tidak
dianjurkan. Intervensi yang paling sering adalah penyuluhan kepada orang tua dan dukungan
emosional (American Academy of Pediactric, 1999). Sedikit resiko defisit neorologi,epilepsi,
retardasi mental,atau perubahan perilaku pernah terlihat sebagai lanjutan serangan kejam
demam.
Orang tua memerlukan informasi yang menenangkan mereka bahwa kejang demam
merupakan keaadaan yang sifatnya tidak berbahaya (hampir 95% anak-anak dengan kejang
demam tidak akan mengalami epilepsi atau kerusakan neurologik). Orang tua harus
diinformasikan bahwa anak mereka tidak akan meninggal dunia pada saat mengalami kejang
demam. Mereka juga memerlukan penyuluhan mengenai cara melindungi anak terhadap
ancaman bahaya dan mengamati dengan tepat apa yang terjadi pada anak selama kejadian
tersebut. Upaya menurunkan suhu tubuh dengan asetaminofen atau menggunakan diazepam
untuk mencegah serangan kejang tidak bermanfaat pada sebagian besar anak (Uhari dkk,
1995). Mandi air hangat tidak efektif untuk menurunkan suhu tubuh yang signifikan, efek
menggigil akan lebih meningkatkan haluaran metabolik,dan upaya mendingkan tubuh anak
mengganggu kenyamanan anak.

B. Rumusan Masalah
Adapun hal yang perlu diketahui dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Apa yang dimaksud dengan kejang demam?


2. Bagaimana tanda dan gejala pada kejang demam?
3. Bagaimana peran perawat dalam menangani pasien kejang demam?

3
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan informasi tentang
asuhan keperawatan pada anak dengan kejang demam yang diantaranya adalah
mengetahui apa yang dimaksud dengan kejang demam, tanda dan gejala, serta peran
perawat dalam menangani pasien kejang demam itu sendiri.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kejang Demam
Kejang demam merupakan gangguan transein pada anak-anak yang terjadi
bersamaan dengan demam. Keaadaan ini merupakan salah satu gangguan neurologik
yang paling sering dijumpai pada masa kanak-kanak dan menyerang sekitar 4% anak.
Kebanyakan serangan kejang demam terjadi setelah usia 6 bulan dan biasanya
sebelum usia 3 tahun dengan peningkatan frekuensi serangan pada anak-anak yang
berusia kurang dari 18 bulan. Kejang demam jarang terjadi setelah usia 5 tahun. Anak
laki-laki lebih sering dibandingkan anak perempuan,dan terdapat peningkatan
kerentanan keluarga yang menunjukan kemungkian adanya predisposisi genetik.
Sebagaian berlangsung kurang dari 5 menit ( farwell dkk, 1994 ). Sekitar 30% sampai
40% anak-anak akan mengalami satu kali kekambuhan.
Penyebab kejang demam masih belum dapat dipastikan. Pada bagian besar anak,tinginya
suhu tubuh,bukan kecepatan kenaikan suhu,menjadi faktor pencetus serangan kejang demam.
Biasanya suhu kejang demam lebih dari 38,8o C dan terjadi pada saat suhu tubuh naik dan
bukan pada saat suhu tubuh naik dan bukan pada setelah terjadinya kenaikan suhu yang lama.
Kadang-kadang kejadian ini menajdi petunjuk awal terjadinya sakit yang dramatis. Kejang
demam biasanya menyertai infeksi saluran nafas atau infeksi gastrointestinal.walaupun vaksin
pertusis tidak menyebabkan kejang demam,imunisasi ini merupakan faktor pencetus serangan
awal kejang demam pada anak – anak yang mudah menderita kejang demam (Cherry
dkk,1993).

B. Etiologi
Demam merupakan faktor pencetus terjadinya kejang demam pada anak. Demam sering
disebabkan oleh berbagai penyakit infeksi seperti infeksi saluran pernafasan akut,otitis media
akut,gastroenteritis,bronkotis, infeksi saluran kemih dan lain-lain, setiap anak memiliki
ambang kejang yang berbeda, kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi. Pada anak
dengan ambang kejang yang rendah, serangan kejang telah terjadi pada suhu 38oC bahkan
kurang. Sedangkan pada anak dengan ambang kejang tinggi, serangan kejang baru terjadi
pada suhu 40oC bahkan lebih.

5
C. Patofisiologi
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau otak diperlukan energi yang didapat
dari metabolisme. Untuk metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa dan melaui suatu
proses oksidasi. Dalam proses tersebut diperlukan oksiden yang disediakan melalui
perantaraan paru-paru.oksigen dari paru-paru ini diteruskan ke otak melalui sistem
kardivaskular. Suatu sel,khususnya sel otak atau neuron dalam hal ini,dikelilingi oleh suatu
membran yang terdiri dari membran permukaan dalam dan membran permukaan luar.
Membran permukaan dalam bersifat lipoid, sedangkan membran permukaan luar bersifat
ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dengan mudah dilalui ion kalium
(K+) dan sangat sulit dilaui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya,kecuali oleh ion
klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam neuron tinggi dan knosenttrasi Na+
rendah,sedangkan di luar neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan
konsentrasi ion di dalam dan diluar neuron, maka terdapat perbedaan potensial yang disebut
potensial membran neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan
energi dan bantuan enzim Na-K-ATP pase yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan
potensial membran tadi dapat beubah karena adanya : perubahan konsentrasi ion diluar
ekstraseluker. Rangsangan yang datang mendadak seperti rangsangan mekanis,kimiawi,atau
aliran listrik dari sekitarnya, dan perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena
penyakit atau keturunan.

Pada keadaan demam kenaikan suhu 1o C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme


basal 10-15% dan meningkatnya kebutuhan oksigen sebesar 20%. Pada seorang anak usia 3
tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh sirkulasi tubuh ,dibandingkan dengan orang
dewasa yang hanya 15%. Jadi kenaikan suhu tubuh pada seorang anak dapat mengubah
keseimbangan membrans sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi ion kallium dan
ion Natrium melaui membran tersebut sehingga mengakibatkan terjadinya lepas muatan
listrik. Lepasnya muatan listrik ini demikian besar sehingga dapat meluas keseluruh sel
maupun ke mebran sel lain yang ada didekatnya dengan perantaraan neurotransmitter
sehingga terjadi kejang.

Pathway

D. Klasifikasi Kejang Demam

E. Manifestasi Klinis
1. Demam tinggi selama 5-7 hari.

6
2. Pendarahan terutama pendarahan bawah kulit, ptechie, akhimosis, hematoma.
3. Epitaksis, hematemesis, melena, hematuria.
4. Mual, muntah, tidak nafsu makan, diare, konstipasi.
5. Nyeri otot, tulang sendi, abdomen dan ulu hati.
6. Sakit kepala.
7. Pembengkakan sekitar mata.
8. Pembesaran hati, limpa, dan gelenjar getah bening.
9. Tanda-tanda rejatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun,
gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).

F. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit Dengue Hemoragic Fever menurut (Hidayat Alimul,
2008) diantaranya :

1. Ensepalopati
Sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan perdarahan dan kemungkinan
dapat disebabkan oleh thrombosis pembuluh darah ke otak.
2. Syok (renjatan)
Karena ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sehingga dapat terjadi syok
hipovolemik.
3. Efusi Pleura
Adanya edema paru akibat pemberian cairan yang berlebihan dengan tanda pasien
akan mengalami distress pernafasan.
4. Perdarahan intravaskuler menyeluruh.

G. Penatalaksanaan Terapeutik
1. Minum banyak 1.5-2 liter/hari dengan air teh, gula atau susu.
2. Antipiretik jika terdapat demam.
3. Antikovulsan jika terdapat kejang.
4. Pemberian cairan melalui infus, dilakukan jika pasien mengalami kesulitan minum
dan nilai hematocrit cenderung meningkat.

D. Penatalaksanaan Perawatan
1. Pengkajian
a. Identitas pasien

7
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang
dari 15 tahun) , jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan
orang tua, dan pekerjaan orang tua.
b. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang kerumah sakit
adalah panas tinggi dan anak lemah
c. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan saat
demam kesadaran composmetis.Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7
dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan,
mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, dan
persendian, nyeri ulu hati, dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya
manifestasi perdarahan pada kult , gusi (grade III. IV) , melena atau hematemesis.
d. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF anak biasanya mengalami
serangan ulangan DHF dengan tipe virus lain.
e. Riwayat Imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya koplikasi dapat dihindarkan.
f. Riwayat Gizi
Status gizi anak DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik
maupun buruk dapat beresiko , apabila terdapat factor predisposisinya. Anak yang
menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah dan tidak nafsu
makan.Apabila kondisi berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi
yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga
status gizinya berkurang.
g. Kondisi Lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang
bersih ( seperti air yang menggenang atau gantungan baju dikamar)
h. Pola Kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantanganm nafsu makan
berkurang dan menurun,
2) Eliminasi alvi (buang air besar) : kadang-kadang anak yang mengalami diare
atau konstipasi. Sementara DHF pada grade IV sering terjadi hematuria.

8
3) Tidur dan istirahat: anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami
sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur
maupun istirahatnya berkurang.
4) Kebersihan: upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk aedes
aedypty.
5) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk
menajga kesehatan.
i. Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung
rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan DHF, keadaan anak adalah
sebagai berikut :
 Grade I : kesadaran composmetis , keadaan umum lemah, tanda-tanda
vital dan andi elmah.
 Grade II : kesadaran composmetis, keadaan umum lemah, ada
perdarahan spontan ptechiae, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah,
kecil, dan tidak teratur
 Grade III : kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi
lemah, kecil dan tidak teratur, serta takanan darah menurun.
 Grade IV : kesadaran coma, tanda-tanda vital: nadi tidak teraba, tekanan
darah tidak teratur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas dingin. berkeringat
dan kulit tampak biru.
j. Sistem Integumen
1) Adanya ptechiae pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncl keringat dingin,
dan lembab
2) Kuku sianosis atau tidak
3) Kepala dan leher : kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena
demam (flusy). mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epitaksis)
pada grade II,III. IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering ,
terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami
hyperemia pharing dan terjadi perdarahan ditelinga (pada grade II,III,IV).
4) Dada : bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada poto thorak
terdapat cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura), rales +,
ronchi +, yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
5) Abdomen mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegaly) dan asites

9
6) Ekstremitas : dingin serta terjadi nyeri otot sendi dan tulang.
k. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
– HB dan PVC meningkat (≥20%)
– Trombositopenia (≤ 100.000/ ml)
– Leukopenia ( mungkin normal atau lekositosis)
– Ig. D dengue positif
– Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hipokloremia,
dan hiponatremia
– Ureum dan pH darah mungkin meningkat
– Asidosis metabolic : pCO2 <35-40 mmHg dan HCO3 rendah
– SGOT /SGPT mungkin meningkat.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
kapiler, perdarahan, muntah, dan demam.
b. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah, tidak ada nafsu makan.
d. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi anak.
e. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus

3. Perencanaan
a. Anak menunjukkan tanda tanda terpenuhinya kebutuhan cairan
b. Anak menunjukkan tanda tanda perfusi jaringan perifer yang adekuat
c. Anak menunnjukkan tanda tanda kebutuhan nutrisi yang ade kuat
d. Keluarga menunjukkan koping yang adaptif
e. Anak menunjukkan tanda tanda vital dalam batas normal

4. Implementasi Keperawatan
a. Mencegah terjadinya kekurangan volume cairan
1) Mengobservasi tanda tanda vital paling sedikit setiap 4 jam
2) Monitor tanda tanda meningkatnya kekurangan cairan: turgor tidak elastis,
ubun ubun cekung, produksi urin menurun
3) Mengobservasi dan mencatat intake dan output

10
4) Memberikan hidrasi yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh
5) Memonitor nilai labolatorium: elektrolit darah, Bj urin, serum albumin
6) Memberikan hidrasi yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh
7) Mempertahankan intake dan output yang adekuat
8) Memonitor dan mencatat berat badan
9) Memonitor pemberian pemberian cairan melalui intravena setiap jam
10) Mengurangi kehilangan cairan yang tidak terlihat (insensible water loss/IWL)
b. Perfusi jaringan adekuat
1) Mengkaji dan mencatat tanda tanda vital (kualitas dan frekuensi denyut nadi,
tekanan darah , capillary refill)
2) Mengkaji dan mencatat sirkulasi pada ekstermitas (suhu, kelembaban, dan
warna)
3) Menilai kemungkinan, terjadinya kematian jaringan pada ekstermitas seperti
dingin, nyeri, pembengkakan kaki
c. Kebutuhan nutrisi adekuat
1) Ijinkan anak untuk memakan makanan yang dapat di toleransi anak,
rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak
meningkat
2) Berikan makanan yang di sertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan
kualitas intake nutrisi
3) Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik
porsi kecil tapi sering
4) Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama, dan dengan skala
yang sama
5) Mempertahankan kebersihan mulut pasien
6) Menjelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan
penyakit
d. Mensupport koping keluarga adaptif
1) Mengkaji perasaan dan persepsi orang tua atau anggota keluarga terhadap
situasi yang penuh stress
2) Ijinkan orangtua dan keluarga untuk memberikan respon secara panjang lebar,
dan identifikasi faktor yang paling mencemaskan keluarga
3) Identifikasi koping yang biasa digunakan dan seberapa besar keberhasilannya
dalam mengatasi keadaan

11
4) Tanyakan kepada keluarga apa yang dapat dilakukan untuk membuat
anak/keluarga menjadi lebih baik/ dan jika memungkinkan memberikan apa
yang di minta oleh kelarga
5) Memenuhi kebutuhan dasar anak; jika anak sangat tergantung dalam
melakukan aktivitas sehari hari, ijinkan hal ini terjadi dalam waktu yang tidak
terlalu lama kemudian secara bertahap meningkatkan kemandirian anak dalam
memenuhi kebutuhan dasarnya.
e. Mempertahankan suhu tubuh normal
1) Ukur tanda tanda vital: suhu
2) Ajarkan keluarga dalam pengukuran suhu
3) Lakukan “tepid sponge”(seka) dengan air biasa
4) Tingkatkan intake cairan
5) Berikan terapi untuk menurunkan suhu

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

13
DAFTAR PUSTAKA

https://rikayuhelmi116.wordpress.com/2012/10/15/asuhan-keperawatan-anak-dengan-gangguan-
dhf/ (diakses tanggal 20 Febuari 2018 pukul 19.00)

http://assalamualaikum-indah.blogspot.co.id/2010/05/asuhan-keperawatan-anak-dengan-
penyakit.html (diakses tanggal 20 Febuari 2018 pukul 19.00)

https://id.scribd.com/document/284731916/Asuhan-Keperawatan-Anak-Dengan-Dhf (diakses
tanggal 20 Febuari 2018 pukul 19.00)

Wulandari, Dewi. Erawati, Meira. 2016. Buku Ajar Keperawatan Anak. Jakarta: Pustaka Pelajar

14

Anda mungkin juga menyukai