Anda di halaman 1dari 21

CLINICAL SCIENCE SESSION

* G1A216067 / Maret 2017

** Pembimbing/ Dr. dr. Charles A. Simanjuntak, Sp.OT, K (Spine), M.Pd

LOW BACK PAIN


Ririn Azhari, S. Ked *

Dr. dr. Charles A. Simanjuntak, Sp.OT, K (Spine), M.Pd **

BAGIAN ILMU BEDAH RSUD RADEN MATTAHER JAMBI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2017
LEMBAR PENGESAHAN
CLINICAL SCIENCE SESSION
“LOW BACK PAIN”

Oleh :
Ririn Azhari, S. Ked

Telah diterima dan dipresentasikan sebagai salah satu tugas Bagian Ilmu Bedah RSUD Raden
Mattaher Jambi Program Studi
Pendidikan Kedokteran Universitas Jambi

Jambi, Maret 2017


Pembimbing

Dr. dr. Charles A. Simanjuntak, Sp.OT, K (Spine), M.Pd

BAGIAN ILMU BEDAH RSUD RADEN MATTAHER JAMBI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2017
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan clinical science session ini yang berjudul
“Tatalaksana Konservatif Low Back Pain”, tulisan ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan stase di kepaniteraan klinik bagian Ilmu Bedah RSUD Raden Mattaher
Jambi. Selain itu juga agar penulis memahami teori yang diberikan selama menjalani
kepaniteraan klinik di bagian Ilmu bedah serta dapat menerapkannya langsung di lapangan.
Terwujudnya clinical science session ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan
dorongan dari Dr. dr. Charles A Simanjuntak, Sp.OT (K); M.Pd yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk membimbing penulis, sehingga sebagai ungkapan hormat dan
penghargaan penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan masukan dari semua pihak. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat
bagi pengembangan ilmu pendidikan kedokteran dan kesehatan. Semoga tulisan ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Jambi, Maret 2017

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman judul ..........................................................................................................ii

Kata Pengantar ....................................................................................................... iii

Daftar Isi ................................................................................................................. iv

BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 2

2.1 Anatomi Tulang Belakang ........................................................................ 2

2.2 Definisi ..................................................................................................... 4

2.3 Epidemiologi ............................................................................................ 2

2.4 Etiologi ..................................................................................................... 2

2.5 Faktor Resiko............................................................................................ 4

2.6 Patofisiologi .............................................................................................. 4

2.7 Klasifikasi ................................................................................................. 7

2.8 Manifestasi Klinis…………………………………………………… ..... 9

2.9 Diagnosis .................................................................................................. 7

2.10 Diagnosa Banding ................................................................................ 11

2.11 Tatalaksana ........................................................................................... 11

2.12 Prognosis…………………………………………………………… .. 14

BAB III KESIMPULAN........................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 16


BAB I
PENDAHULUAN

Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu gangguan muskuloskletal akibat aktivitas
tubuh yang kurang baik, yang biasa dirasakan pada usia 25-50 tahun. Di Indonesia, kejadian
LBP belum diketahui pasti. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Perhimpunan Dokter
Saraf Indonesia (PERDOSSI) menyatakan dari 14 rumah sakit pendidikan yang diteliti
jumlah penderita nyeri sebanyak 4.456 orang (25 persen dari total kunjungan), dimana 1.589
orang mengeluhkan LBP. Sedangkan berdasarkan data rekam medis RSUD Raden Mattaher
Jambi tahun 2012 jumlah penderita LBP sebanyak 683 pasien. Faktor resiko yang berpotensi
untuk terjadinya LBP adalah usia, jenis kelamin, riwayat cedera punggung, dan riwayat
keluarga.
Low back pain adalah sindroma klinik yang ditandai dengan gejala utama nyeri atau
perasaan lain yang tidak enak di daerah tulang punggung bagian bawah. Kejadian LBP dapat
mengenai siapapun pada masyarakat tanpa melihat perbedaan umur, jenis kelamin, pekerjaan,
status sosial dan tingkat pendidikan. Berbagai faktor psikologis dan faktor sosial dapat
meningkatkan risiko low back pain. Riset menunjukkan bahwa ketertarikan, tekanan, stres
terhadap tanggung jawab, ketidakpuasan dalam bekerja, tekanan mental di tempat kerja, dan
penyalahgunaan obat dapat menempatkan seseorang pada risiko yang lebih tinggi untuk
mengalami low back pain yang kronis. Low back pain akut adalah nyeri yamg muncul tiba-
tiba, onset waktunya hanya sebentar, nyeri bisa hilang timbul dapat sembuh dengan
sendirinya. Sedangkan low back pain chronic adalah nyeri yang terjadi lebih dari 3 bulan,
nyeri ini dapat kambuh kembali. Pada stase ini memiliki proses penyembuhan yang lama dan
bersifat membahayakan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Tulang Belakang

Tulang belakang merupakan bagian yang sangat penting karena dapat menyokong
tubuh manusia berfungsi untuk pergerakan, pelindung korda spinal, absorpsi produksi stress
misalnya saat berjalan kaki, lari dan mengangkat. Tulang belakang dibentuk oleh 33 buah
tulang vetebrae yang terdiri dari 7 vetebrae cervicalis, 12 vetebrae thorakalis, 5 vetebrae
lumbalis, 5 vetebrae sacrum dan 4 vetebrae coccyx. Disepanjang tulang belakang terdapat
bantalan sebagai sambungan antar tulang yaitu diskus intervertebral yang berfungsi
melindungi jalinan tulang belakang, sebagai penahan jika terjadi tekanan dan memungkinkan
terjadinya pergerakan. Struktur tulang belakang ini harus dipertahankan agar tidak terjadi
cedera.
Low Back Pain (LPB)

2.2 Definisi

Low back pain adalah nyeri yang dirasakan didaerah lumbosakral dan sakroiliaka
dapat berupa nyeri lokal (inflamasi), nyeri radikuler maupun kedua-duanya. Nyeri terasa
diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah. Nyeri dapat menjalar kearah tungkai
dan kaki. Nyeri punggung bawah dapat berkaitan dengan gangguan pada vetebrae lumbar,
diskus interveterbralis, ligamentum disekitar tulang belakang dan diskus, saraf tulang
belakang, otot-otot punggung bawah, organ panggul, perut dan kulit yang menutupi area
lumbar.

2.3 Epidemiologi

Low Back Pain (LPB) merupakan keluhan yang berkaitan dengan usia, biasanya nyeri
mulai dirasakan pada usia 20 tahun keatas dan semakin meningkat pada usia 55 tahun, pada
umumnya laki-laki beresiko nyeri punggung sampai usia 50 tahun keatas kemudian menurun,
tetapi pada wanita terus meningkat. Semakin bertambahnya usia seseorang, resiko untuk
menderita low back pain akan semakin meningkat hal ini dikarenakan adanya kelainan pada
diskus intervetebralis pada usia tua. Di poliklinik divisi Reumatologi, Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI, nyeri pinggang merupakan keluhan yang menempati urutan ketiga
dibawah osteoarteritis dan reumatism ekstraartikuler. Terjadinya low back pain hampir 90%
berhubungan dengan aktivitas mengangkat beban atau kesalahan posisi tubuh dalam
bekerjaan sehingga riwayat pekerjaan sangat diperlukan.

2.4 Etiologi

Nyeri punggung dapat disebabkan oleh berbagai kelainan yang terjadi pada tulang
belakang, otot, diskus intervetebralis, sendi maupun struktur lain yang menyokong tulang
belakang dan dipercepat oleh adanya aktivitas. Nyeri punggung bawah disebabkan oleh,:
a. Inflamasi
1. Artritis Rematoid
Penyekit autoimun yang menyerang persendian tulang. Pada persedian mengalami
peradangan sehingga menimbulkan nyeri. Pada sinovitis yang menahun akan
menyebabkan terjadinya kerusakan pada tulang rawan, sendi, tulang, tendon, dan
ligament di sendi.
2. Spondilitis angkiloetika
Kelainan pada arkus sakroiliaka dimana rasa nyeri timbul akibat terbatasnya gerakan
pada kolumna vetebralis, artikulus sakroiliaka, artikus kostovetebralis dan
penyempitan foramen intervetebralis.
b. Gangguan Metabolisme
Osteoporosis merupakan satu penyakit metabolik tulang yang ditandai oleh
menurunnya massa tulang, oleh karena berkurangnya matriks dan mineral tulang
disertai dengan kerusakan mikro arsitektur dari jaringan tulang, dengan akibat
menurunnya kekuatan tulang, sehingga terjadi kecenderungan tulang mudah
patah.
c. Neoplasma
1. Tumor benigna
Osteoma osteoid berada di lamina vetebrae yang dapat menyebabkan nyeri
terutama dirasakan pada malam hari. Hemangioma merupakan tumor yang berada
di dalam kanalis vertebralis dan dapat membangkitkan NPB. Meningioma
merupakan suatu tumor intadural namun ekstramedular. Tumor ini dapat
menjadi besar sehingga menekan pada radiks-radiks. Maka dari itu tumor ini
seringkali membangkitkan nyeri hebat pada daerah lumbosakral.
2. Tumor Maligna
Tumor yang ada di sakroiliaka bersifat primer dan sekunder. Tumor sekunder
merupakan tumor metastatik yang berada di tulang belakang sehingga menekan
pembuluh darah.
d. Kelainan Kongenital
Biasanya terjadi pada bagian lumbasakral karena pada bagian tersebut tulang
vetebrae seolah lebih panjang sehingga tarikan dan tekanan lebih besar pada bagian
tersebut akibat beban yang diberikan besar pada ligament dan tendon maka
menimbulkan nyeri pada bagian tersebut.
e. Psikoneurotik
Beban psikis yang dirasakan dapat bermanifestasi sebagai nyeri punggung karena
menegangnya otot-ototnya disebabkan oleh histeria, depresi, atau kecemasan..
f. Infeksi
NPB yang disebabkan infeksi akut misalnya kuman pyogenik (stafilokokus,
streptokokus). NPB yang disebabkan infeksi kronik misalnya spondilitis TB.
2.5 Patofisiologi

Bentuk tulang punggung yang unik memungkinkan terjadinya fleksibilitas dan


memberikan perlindungan terhadap sumsum tulang belakang. Otot-otot abdominal berperan
pada aktivitas mengangkat beban dan sarana pendukung tulang belakang. Adanya obesitas,
masalah struktural dan peregangan berlebihan pada bagian ini akan berakibat nyeri
punggung. Perubahan degenerasi diskus intervetebralis akibat usia menjadi fibrokartilago
yang padat dan tidak teratur sehingga timbul nyeri punggung. Dimana adanya stress mekanik
di L4-L5 dan L5-S1dapat menekan saraf pada bagian tersebut.

2.6 Faktor resiko


Ada beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan nyeri pada punggung bawah, yaitu:

1. Faktor individu
a. Umur
Meningkatnya usia seseorang akan menyebabkan terjadinya degenerasi berupa
kerusakan jaringan, penggantian jaringan menjadi jaringan parut dan pengurangan
cairan sehingga hal tersebut menyebabkan stabilitas pada otot dan tulang
berkurang/ menurunnya kekuatan dan kelenturan otot biasanya perubahan tersebut
mulai terjadi pada usia 30 tahun. Semakin tua seseorang maka semakin
mengalami penurunan elastisitas pada tulang yang memicu terjadi LBP.
b. Jenis kelamin
Kejadian nyeri punggung bawah lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan
laki-laki. Hal ini dikarenakan secara fisiologis, kemampuan otot wanita lebih
rendah daripada pria. Pada wanita keluhan nyeri bisa terjadi pada saat menstruasi
dan pada saat menopause dimana pada saat menopause terjadi penurunan hormon
estrogen sehingga mengakibatkan penurunan kepadatan tulang.
c. Obesitas
Orang yang memiliki berat badan yang berlebih (obesitas) mempunyai resiko
lebih besar dikarenkana beban yang membebani akan menekan tulang belakang
sehingga mengakibatkan lebih mudah terjadinya kerusakan pada tulang belakang.
Daerah yng paling sering yaitu didaerah vetebrae lumbal
d. Masa kerja
Semakin lama waktu seseorang bekerja maka semakin tinggi resiko untuk
mengalami LBP. Pekerja yang memiliki masa kerja <10 tahun lebih beresiko
dibandingkan seseorang yang memiliki masa kerja < 5 tahun ataupun 5-10 tahun.
Pada pekerjaan seperti mengangkat beban memiliki resiko lebih tinggi untuk
mengalami nyeri punggung bawah.
e. Aktivitas/olahraga
Sikap tubuh yang salah yang menjadi kebiasaan seperti duduk, berdiri, tidur,
mengangkat beban yang salah dapat menyebabkan nyeri punggung bawah.
f. Kebiasaan merokok
Kebiasaan ini dapat menyebabkan nyeri punggung pada perokok karena
kandungan nikotin pada rokok dapat menyebabkan berkurangnya aliran darah ke
jaringan. Selain itu juga dapat menyebabkan berkurangnya kandungan mineral
pada tulang.
g. Kebiasaan olahraga
Olahraga dapat menyebabkan kemampuan kontraksi pada otot, sehingga pada
orang yang tidak berolahraga dapat menyebabkan lemah nya otot terutama di
perut sehingga tidak mampu menyokong punggung secara maksimal.
Aktivitas fisik yang cukup dan dilakukan secara rutin minimal 3x dalam seminggu
dimulai dengan intersitas rendah guna menghindari cendera pada otot dan sendi
dapat membantu mencegah adanya keluhan LBP. Olahraga yang teratur dapat
memperbaiki kualitas hidup, mencegah osteoporosis dan berbagai penyakit rangka
serta penyakit lainnya. Kurangnya akitivitas fisik dapat menurunkan suplay
oksigen kedalam otot sehingga dapat menyebabkan keluhan pada ototnya.
Keluhan pada otot juga dipengaruhi oleh kesegaran tubuh seseorang, semakin
tinggi kesegaran tubuh seseorang maka semakin rendah untuk mengalami cedera
pada otot.
h. Riwayat penyakit rangka dan riwayat trauma
Postur yang bervariasi dan adanya abnormalitas kelengkungan tulang belakang
merupakan salah satu faktor risiko adanya keluhan LBP. Riwayat terjadinya
trauma pada tulang belakang juga merupakan faktor risiko terjadinya LBP karena
trauma akan merusak struktur tulang belakang yang dapat mengakibatkan nyeri
yang terus menerus
2. Faktor pekerjaan
a. Beban kerja
Pekerjaan atau gerakan dengan beban berat > 25 kg akan memberikan beban
mekanik yang lebih besar terhadap otot, ligament dan sendi. Beban tersebut
dapat menyebabkan iritasi, inflamasi, kelelahan otot, kerusakan otot, tendon
dan jaringan lainnya.
b. Posisi kerja
Posisi yang abnormal saat melakukan pekerjaan Dapat meningkatkan jumlah
energi yang dibutuhkan sehingga menyebabkan kondisi dimana transfer
tenaga dari otot ke jaringan rangka tidak efisien sehingga mudah menimbulkan
kelelahan. Misalnya posisi mengapai, berputar, memiringkan badan, berlutut,
jongkok dan lain-lain dalam waktu yang lama dan posisi yang tidak normal.
c. Gerakan repitisi
pegulangan gerakan kerja dengan pola yang lama, terlalu sering dengan beban
yang berat akan menyebabkan terjadinya ketegangan otot tedon dimana otot
menerima tekanan beban terus menerus tanpa memperoleh waktu relaksasi.
d. Gerakan durasi
Lamanya terpanjan faktor resiko dimana durasi singkat apabila < 1 jam
perhari, sedang 1-2 jam perhari, lama >2 jam perhari. Lama nya tersebut
menyebabkan terjadi kelelahan otot, selama berkontraksi otot memerlukan
oksigen, jika gerakan berulang-ulang dari otot menjadi terlalu vcepat sehingga
oksigen belum tercapai pada jaringan tersebut sehingga menyebabkam
kelelahan otot.
3. Faktor lingkungan
a. Getaran
Pada seseorang yang terlalu banyak menghabiskan waktu pada tempat yang
bergetar seperti kendaraan imana getaran dapat menyebabkan kontraksi otot
meningkat yang menyebabkan peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam
laktat meningkat danakhirnya timbul rasa nyeri.
b. Kebisingan
Kebisingan dapat memicu dan meningkatkan stres pada seseorang sehingga
meningkatkan resiko untuk LBP.
2.7 Klasifikasi

1. Acute low back pain


Nyeri punggung bawah yang menyerang beberapa hari sampai beberapa minggu
dalam waktu sebentar. Acute low back pain disebabkan karena adanya trauma seperti
terjatuh atau kecelakan. Tanda-tanda yang ditemukan pada acute low back pain ialah
nyeri yamg muncul tiba-tiba, onset waktunya hanya sebentar, nyeri bisa hilang timbul
san sembuh dengan sendirinya.
2. Chronic low back pain
Nyeri pungguh bawah yang menyerang lebih dari 3 bulan, nyeri ini dapat kambuh
kembali. Pada stase ini memiliki proses penyembuhan yang lama dan bersifat
membahayakan. Chronic low back pain terjadi karena penyakit dari osteoarteritis,
proses degenerasi diskus intertuberkularis dan tumor.

2.8 Gambaran klinis

Gejala klinis yang biasanya dikeluhkan pasien adalah nyeri punggung bagian bawah
dapat bersifat sementara atau menetap dan lokal atau menjalar dan berlangsung dalam
beberapa tahun. Nyeri dirasakan sehabis istirahat dan berakitivitas. Nyeri lokal adalah nyeri
yang sering terjadi. Nyeri lokal berasal dari proses patologik yang merangsang ujung saraf
sensorik, menetap/intermiten, nyeri dipengaruhi oleh posisi bersifat nyeri tajam atau tumpul.
Nyero radikuler nyeri yang berhubungan dengan distribusi radiks saraf spinal. Keluhan ini
lebih berat di rasakan pada posisi yang mengakibatkan tarikan seperti membungkuk serta
berkurang pada saat istirahat. Karakteristik lain yang ditemukan perubahan neurologis seperti
parestesia, baal dan disertai kelemahan motorik. Nyeri alih atau menjalar dari pelvis atau
viceral biasanya mengenai hermatom tertentu bersifat tumpul dan terasa lebih dalam. Nyeri
alih yang berasal dari spinal lebih dirasakan didaerah sakroiliaka, gluteus atau tunggkai atas
sebelah belakang.

2.9 Diagnosa

Anamnesis

1. Waktu dan riwayat penyakit


Ditanyakan kepada pasien kapan mulai merasakan nyeri pada punggung bawah,
apakah pernah megalami hal serupa sebelumnya, apakah memiliki riwayat trauma
atau cedera sebelumnya.
2. Lama dan frekuensi serangan
Untuk menentukan intensitas nyeri pada pasien di gunakan Visual Analoque Scale
(VAS), minta pasien untuk membuat ranting terhadap beratnya derajat nyeri yang
dirasakannya dari 0-10, baik nyeri yang dirakan saat ini, pada saat ringan dan pada
berat. Pengukurang dengan VAS apabila nilai dibawah 4 dikatakan nyeri ringan, 4-7
dinyatakan nyeri sedang dan lebih dari 7 nyeri berat.
Nyeri punggung bawah akibat sebab mekanik dapat berlangsung beberapa hari sampai
beberapa bulan.
3. Lokasi dan penyebaran
Mintalah pasien untuk meenjelaskan daerah mana yang menjadi sumber nyeri, nyeri
di punggung bawah berlokasi di L1-S1. Nyeri dapat menyebar ke tungkai bawah atau
hanya di tungkai bawah akibat adanya iritasi akar saraf. Nyeri yang menyebar ke
tungkai juga dapat disebabkan oleh peradangan dari sendi sakroiliaka.
4. Faktor yang memperberat atau memperingan
Pada lesi mekanis keluhan berkurang saat istirahat dan bertambah saat aktivitas.
Gerakkan seperti duduk dan mengendarai mobil, nyeri biasanya berkurang bila
tiduran atau berdiri, dan setiap gerakan yang bisa menyebabkan meningginya tekanan
intra-abdominal akan dapat menambah nyeri, juga batuk, bersin dan mengejan
sewaktu defekasi. Pada penderita tumor, nyeri lebih berat atau menetap jika berbaring.
5. Kualitas atau intensitas nyeri
Penderita perlu menggambarkan intensitas nyeri serta dapat membandingkannya
dengan berjalannya waktu. Harus dibedakan antara nyeri punggung bawah dengan
nyeri tungkai, mana yang lebih dominan dan intensitas dari masing-masing nyerinya,
yang biasanya merupakan nyeri radikular. Nyeri pada malam hari bisa merupakan
suatu peringatan, karena bisa menunjukkan adanya suatu kondisi terselubung seperti
adanya suatu keganasan ataupun infeksi.

Pemeriksaan fisik

Pasien diperiksa dalam keadaan tidak berpakaian.

1. Inspeksi
Pada inspeksi yang perlu diperhatikan adalah:
a. Perhatikan cara berjalan
b. Kesimetrisan dan mobilitas tulang belakang
c. Kesimetrisan panjang tungkai (peningkatan tungkai pada satu sisi dalam
keadaan lurus sering menyebabkan nyeri akibat iritasi serabut saraf daerah
lumbar).
d. Keterbatasan gerak
2. Palpasi
Nyeri pada saat palpasi di kulit menandakan bahwa ada kemungkinan suatu keadaan
psikologis dibawahnya (psychological overlay). Palpasi juga dapat menentukan letak
segmen yang menyebabkan nyeri dengan menekan diruangan intervetebralis atau
dengan mengerakan kekanan ke kiri prosesus spinosus sambil diperhatikan respon
pasien. Penekanan juga dapat mencari adanya fraktur pada vetebrae.
3. Pengerakan
Gerakan pasien dinilai apakah aktif atau tidak, perhatikan gerakan bagian mana yang
membuat nyeri dan nilai bentuk kolumna vetebralisnya.
Beberapa gerakan yang perlu diperhatikan:
a. Ekstensi ke belakang (back extension)
Biasanya menyebabkan nyeri pada tungkai bila ada stenosis intervetebralis di
lumbar dan artiritis lumbar akibatnya terjadi penyempitan foramen sehingga
menyebabkan suatu kompresi pada saraf spinal.
b. Fleksi ke depan (forward flexion)
Biasanya nyeri pada tungkai kaena adanya ketegangan pada saraf yang mengalami
peradangan di bagian atas diskus protusio sehingga menyebabkan meningkatnya
tekanan pada saraf spinal sehingga menyebabkan penekanan di sisi sebelahnya.
c. Membungkuk ke depan ke lateral kanan dan kiri
Biasanya nyeri pada satu sisi atau kelateral menandakan nyeri pada tungkai yang
ipsilateral pada sisi yang sama.
4. Pemeriksaan neurlogis
a. Pemeriksaan sensori secara dermatom
Pemeriksaan ini sangat subjektif karena memerlukan perhatikan pasien.
Pemeriksaan ini untuk menentukan lokasi lesi low back pain sesuai dengan
dermatom.
b. Pemeriksaan refleks
Pemeriksaan ini digunakan untuk membedakan kelainan di UMN atau LMN
Reflek yang menurun dan menghilang secara simetris tidak bermakna untuk
diagnosa nyeri punggung bawah dan tidak di gunakan untuk menentukan
lokalisasi letak kelainanya. Pada reflek patella menunjukan adanya gangguan dari
radiks L4- kurang L2 dan L3 sedangkan refleks tumit biasanya gangguan pada S1.
c. Pemeriksaan motorik
Pemeriksaan ini bertujuan untuk membandingkan kedua sisi apakah ada kelainan
dengan memperhatikan dermatom yang mempersyarafinya.

Pemeriksaan khusus

a. Test laseque
Pemeriksaan ini dilakukan dengan fleksi pada lutut terlebih dahulu, lalu dipanggul
kemudian dipanggul dengan perlahan-lahan lakukan ekstensi lutut. Positif akan
memberikan rasa nyeri pada pada tungkai terutama di betis dan berkurang bila lutut
dalam keadaan fleksi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk untuk melihat adakah
ketegangan pada saraf spinal khususnya pada L5 dan S1.
b. Test Bragard
Modifikasi dari test leseque tetapi lebih sensitif. Caranya sama dengan test laseque
namun ditambah dengan dorsofleksi kaki.
c. Test Sicard
Testnya sama dengan test laseque namun ditambah dorsofleksi ibu jari kaki.

Pemeriksaan Radiologi

a. Routgen Vetebrae: biasanya terlihat normal atau dijumpai penyempitan ruangan


intervetebrae dengan posisi tegang dan lurus akibat spasme otot paravetebral.
b. Ct Scan : untuk menilai penyakit yang mendasari adanya nyeri punggung bawah
c. USG: menilai penyempitan dari kanalis spinalis
d. MRI: untuk memvisualisasi sifat dan patologi dari nyeri punggung bagian bawah.

2.10 Diagnosa banding

1. Penyakit inflamasi sistemik pada tulang belakang


Penyakit inflamasi sistemik seperti artritis reumatoid yang menyebabkan kelainan
pada vetebrae lumbalis. proses inflamasi lain akibat spondiloartropati seperti
spondilitis ankilosa, dan spondilosis hiperostotik.
2. Infeksi
Nyeri dapat berasal infeksi pada celah diskus lebih sering terjadi pada saat setelah
tindakan eksisi pada diskus dan infeksi iatrogenik. Infeksi lainya seperti
blastomikosis, kriptokokosis, antinomikosis dan lain-lain
3. Spondiolisis/spondiliolistesis
Spondiliolistesis dapat disebabkan oleh proses degeneratif pada diskus dan disertai
dengan adanya stenosis spinalis lokal atau akibat ruda paksa. Suatu proses patologik
lain yang mengakibatkan spondiliolistesis dapat ditemukan pada berbagai penyakit
tulang seperti spondilitis tuberkulosa, sefilis, atrofati neurogenik dan lain-lainnya.
Spondiliolistesis diakibatkan oleh proses-proses patologik yang mengenai pada bagian
proksimal dari tulang vetebrae servikal.
4. Sebab lain nyeri pinggang bawah
Penyakit lain yang tidak berhubugan dengan punggung bawah dapat memberi nyeri
pada daerah tersebut. Organ viseral intra-abdominal, retroperitoneal maupun pelvis
memberikan sensari nyeri ali dermatom, tidak memburuk pada saat aktivitas dan tidak
berkurang pada saat istirahat. Bebrapa penyakit antara lain ulkus peptik, astritis,
gaster dan pankreas dan lain-lainnya.

2.11 Tatalaksana

Tujuan penatalaksana nyeri punggung bawah yaitu untuk meredakan gejala dan mengatasi
etiologi. Terbagi menjadi:

1. Terapi konservatif
Tujuan terapi ini untuk mengurangi iritasi saraf, memperbaiki kondisi fisik pasien,
serta melindungi dan meningkatkan funggu tulang punggung secara keseluruhan.
Terapi konservatif dilakukan antara lain:
a. Istirahat
Tujuan istirahat untuk mengurangi nyeri dan tekanan intradiskal, biasanyaa 2-4
hari. Tirah baring yang terlalu lama menyebabkan otot melemah. Tirah baring
yang dianjurkan dengan menyandarkan punggung, lutut, dan punggung bawah
pada sedikit fleksi. Fleksi ringan dari vetebrae lumbosakral akan memisahkan
permukaan sendi dan memisahkan aproksimasi jaringan yang meradang.
b. Manajemen nyeri nonfarmakaologis
Manajemen ini dilakukan dengan memberikan pendidikan pada pasien tentang
cara menurunkan keluhan nyeri tanpa menggunakan obat. Beberapa teknik dalam
memanajemen nyeri, meliputi:
1. Relaksasi napas dalam
2. Teknik Distraksi (alih fokus perhatian)
3. Masase atau pemijitan pada beberapa buah otot untuk meningkatkan sirkulasi
jaringan.
c. Terapi obat
- Analgetik dan NSAID
- Pelemas otot digunakan untuk mengatasi spasme otot
- Opioid digunakan untuk analgetik biasa tetapi pemakainan yang terlalu lama
menyebabkan ketergantungan.
- Kortikosteroid oral: pemakaiannya masih dipertimbangan, digunakan untuk
mengurangi inflamasi.
- Analgetik Ajuvan digunakan pada keadaan yang sudah kronis.
d. Terapi fisik
Terapi ini dilakukan dengan melakuakan latihan dengan stres minimal pada
punggung seperti jalan kaki, naik sepeda atau berenang. Latihan lain berupa
penguatan dan kelenturan. Latihan bertujuan untuk memelihara fleksibilitas
fisiologik, kekuatan otot, mobilitas sendi, dan jaringan lunak. Dengan latihan
dapat terjadi pemanjangan otot, ligamen, dan tendon sehingga aliran darah
semakin meningkat.
Beberapa latihan lain, meliputi:
- Latihan kelenturan
Latihan ini dapat dilakukan dengan membuat posisi meringkuk seperti bayi
dalam posisi terlentang. Tungkai digunakan sebagai tumpuan tarikan. Untuk
posisi knee-chest, panggul diangkat dari lantai sehingga panggul tereganag,
dilakukan fleksi bertahap punggung bawah bersama dengan fleksi leher dan
membawa dagu ke dada. Dngan gerakan ini sendi mencapai rentang maksimal.
Latihan dilaukan sebanyak 3 kali gerakan dalam 2 kali sehari.
- Latihan penguatan
Latihan ini biasanya dilakukan di pergelangan kaki dengan gerakan
pergelangan kaki kedepan dan kebelakang dari posisi berbaring.
- Latihan mengerakan tumit
Latihan ini biasanya dilakukan dengan posisi berbaring lutut ditekuk dan
kembali diluruskan dengan tumit tetap menempel dilantai.
- Latihan mengangkat panggul
Latihan ini biasanya dilakukan dalam posisi terlentang dengan lutut dan
punggung fleks, kaki bertumpu dilantai. Kemudian punggung ditekankan pada
lantai dan panggul diangkat perlahan-lahan dari lantai, dibantu dengan tangan
yang bertumpu pada lantai. Latihan ini untuk meningkatkan lardosis vetebrae
lumbal.
- Latihan berdiri
Latihan ini biasanya dilakukan dengan berdiri membelakangi dinding dengan
jarak 10-20 c, kemudian punggung menekan dinding dan panggul
direggangkan dari dinding sehingga punggung menekan dinding.
Latihan ini bertujuan untuk memperkuat muskulus kuadriceps.
- Latihan perengan otot hamstring
Perengan otot ini penting karena otot yang kencang menyebabkan beban pada
vetebrae lumbosakral termasuk pada anulus diskus posterior, ligamen, dan otot
erektor spinae. Latihan ini dilakukan dengan posisi duduk, kaki lurus kedepan,
dan badan dibungkukan untuk berusaha menyentuh ujung kaki. Latihan ini
juga dapat dilaukan dengan berdiri.
- Latihan berjinjit
Latihan ini dilakukan dengan berdiri dengan seimbang pada kedua kaki,
kemudian berjinjit dan kembali sepeti semula. Gerakan ini dilaukan 10 kali.
- Latihan mengangkat kaki
Latihan ini dilakukan dengan menekuk satu lutut, meluruskan dan
mengangkatnya dalam posisi lurus 10-20 cm dan tahan selama 1-5 detik.
Turunkan kaki secara perlahan. Latihan ini dapat di uang sebanyak 10 kali.
e. Pendidikan postural
Latihan ini bertujuan untuk perlindungan dan pertahanan posisi, serta mekanika
tubuh akan menghasilkan penguatan alamiah punggung dan mengurangi
kekembuhan dari nyeri punggung bawah.
f. Traksi pelvis
Teknik ini tidak bermamfaat untuk mengurangi nyeri punggung bagian bawah
terutama pada kondisi dengan penyempitan struktural.
g. Kompresi panas/dingin
Tujuannya untuk mengurasi proses peradangan dan spasme otot. Pada keadaan
akut biasanya menggunakan air dingin tetapi pada keadaan kronis menggunakan
air panas atau dingin.
h. Korset lumbal
Korset ini bermanfaat untuk mencegah eksaserbasi akut atau nyeri pada punggung
bawah kronis. Korset sebagai penyangga dapat mengurangi beban pada diskus
serta dapat mengurangi spasme.
2. Terapi bedah
Terapi ini digunakan dengan tujuan untuk menghilangkan penekanan dan iritasi pada
saraf sehingga nyeri dan gangguan fungsi hilang.

2.12 Prognosis

Setelah dilakukan pengobatan selama 1 bulan 85% pasien low back pain membaik,
dan kesembuhan mencapai 62% pada tahun pertama. Dengan tindakan operasi 90%
perbaikan fungsi akan membaik dalam 1 tahun. Dimana perbaikan motorik lebih cepat dari
pada sensorik. Faktor yang mempengaruhi penyembuhan adalah etiologi, usia dan pernah
mengalami nyeri sebelumnya.
KESIMPULAN

Low back pain adalah nyeri yang dirasakan didaerah lumbosakral dan sakroiliaka
dapat berupa nyeri lokal (inflamasi), nyeri radikuler maupun kedua-duanya. Nyeri terasa
diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah. Nyeri punggung dapat disebabkan
oleh berbagai kelainan yang terjadi pada tulang belakang, otot, diskus intervetebralis, sendi
maupun struktur lain yang menyokong tulang belakang dan dipercepat oleh adanya aktivitas.
Faktor resiko yang berpotensi untuk terjadinya LBP adalah usia, jenis kelamin, riwayat
cedera punggung, dan riwayat keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

1. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi ke-6. Jakarta: EGC;
2006.
2. Ginsberg. Neurologi. Jakarta: Erlangga. 2007
3. Rahim Hadian Agus, Priharto Kusmedi. Terapi Konservatif untuk Low Back Pain.
Divisi Spine, Bagian Orthopaedi & Traumatologi Rumah Sakit Hasan Sadikin.
4. Sudoyo A.W. dkk. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid Ke-dua. Jakarta. Pusat
penerbitan Departemen ilmu penyakit dalam FKUI; 2007.
5. De Jong W. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2004.
6. Noor, Zairin. Buku ajar gangguan muskuloskletal. Jakarta. Penerbit salemba medika:
2011
7. E anthony. Clinical Aligment and perrforamance excellence. Universitas of michigan
. 2011
8. Kantana T. Faktor-faktor yang mempengaruhi keluhan low back pain pada kegiatan
mengemudi tim ekspedisi PT. Enseval Putera Megatrading Jakarta Tahun 2010.
Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah; 2010.
9. Hoy D, Brooks P, Blyth F, Buchbinder R. The epidemiology of low back pain. Best
Pract Res Clin Rheumatol 2010;24: 769-81..
10. Koentjoro SL. Hubungan antara Indeks Masa Tubuh ( IMT ) dengan derajat
osteoarthritis lutut menurut Kellgren dan Lawrence. Semarang: Universitas
Diponegoro; 2010.
11. Purnamasari. Overweight sebagai faktor risiko low back pain pada pasien poli saraf
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Mandala of Health 2010;4.
12. Tana L, Halim FXS. Determinan nyeri pinggang pada tenaga paramedik di beberapa
rumah sakit di Jakarta. J indon Med Assoc 2011; 61 ( 4) : 155-60
13. Straker LM. An overview of manual handling injury statistic in Western Australia.
Perth: International Ergonomic Association Curtin University Technology; 2000.

Anda mungkin juga menyukai