Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Kebutuhan


Oksigen

A. Judul : Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Oksigenasi


B. Tujuan :
”Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Oksigenasi”
C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada laporan kali ini, ialah :
1. Apa pengertian asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan
oksigenasi ?
2. Bagaimana tanda dan gejala pada pasien dengan gangguan kebutuhan oksigenasi ?
3. Bagaimana pohon masalah pada pasien dengan gangguan kebutuhan oksigenasi?
(Dengan bentuk bagan berdasarkan patofisiologi)
4. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan gangguan kebutuhan
oksigenasi ?
5. Bagaimana pengkajian keperawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan
oksigenasi ?
6. Bagaimana diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan
oksigenasi?
7. Bagaimana rencana keperawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan
oksigenasi ?
D. Landasan Teori
1. Asuhan Keperawatan
Asuhan Keperawatan adalah merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada
praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien / pasien di berbagai
tatanan pelayanan kesehatan. Dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan
sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, bersifat
humanistik dan berdasarkan pada kebutuhan objektif klien untuk mengatasi masalah
yang dihadapi klien. Sementara asuhan keperawatan berdasarkan DPP PPNI tahun
1999, asuhan keperawatan ialah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktek
keperawatan yang langsung diberikan kepada klien pada berbagai tatanan pelayanan
kesehatan, dalam upaya pemenuhan KDM, dengan menggunakan metodologi proses
keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan, dilandasi etik dan etika
keperawatan, dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan.
Asuhan keperawatan dilaksanakan dalam bentuk proses keperawatan yang
meliputi tahap:

a. Pengkajian
b. Diagnosa keperawatan

c. Perencanaan (Intervensi)

d. Pelaksanaan (implementasi)

e. Evaluasi (formatif/proses dan sumatif)

Tujuan dari asuhan keperawatan ialah untuk mengidentifikasi masalah klien,


apakah keadaan klien sehat atau sakit. Asuhan keperawatan juga memiliki standar
asuhan keperawatan yang secara resmi telah diberlakukan untuk diterapkan di seluruh
rumah sakit melalui SK Direktur Jenderal Pelayanan Medik No. YM.00.03.2.6.7637
tahun 1993. Standar asuhan keperawatan terdiri dari :

a. Pengkajian Keperawatan (Standar I)

Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap dan


dikumpulkan secara terus menerus, tentang keadaannya untuk menentukan
kebutuhan asuhan keperawatan. Data kesehatan harus bermanfaat bagi semua
anggota tim kesehatan. Komponen pengkajian keperawatan meliputi :

1) Pengumpulan data dengan kriteria : menggunakan format yang baku,


sistematis, diisi sesuai item yang tersedia, aktual (baru), absah (valid).
2) Pengelompokan data dengan kriteria : data biologis, data psikologis, data
sosial, data spiritual.

3) Perumusan masalah dengan kriteria : kesenjangan antara status kesehatan


dengan norma dan pola fungsi kehidupan, perumusan masalah ditunjang
oleh data yang telah dikumpulkan.

b. Diagnosa Keperawatan (Standar II)


Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien,
dianalisis dan dibandingkan dengan norma fungsi kehidupan pasien dengan
kriteria : diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan
dan pemenuhan kebutuhan pasien, dibuat sesuai dengan wewenang perawat,
komponennya terdiri dari masalah, penyebab/gejala (PES) atau terdiri dari
masalah dan penyebab (PE), bersifat aktual apabila masalah kesehatan pasien
sudah nyata terjadi, bersifat potensial apabila masalah kesehatan pasien
kemungkinan besar akan terjadi, dapat ditanggulangi oleh perawat.

c. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan .


Komponen perencanaan keperawatan meliputi :

1) Prioritas masalah dengan kriteria : masalah-masalah yang mengancam


kehidupan merupakan prioritas pertama, masalah-masalah yang
mengancam kesehatan seseorang adalah prioritas kedua, masalah-masalah
yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas ketiga.
2) Tujuan asuhan keperawatan dengan kriteria : spesifik, bisa diukur, bisa
dicapai, realistik, ada batas waktu.

3) Rencana tindakan dengan kriteria : disusun berdasarkan tujuan asuhan


keperawatan, melibatkan pasien/keluarga, mempertimbangkan latar
belakang budaya pasien/keluarga, menentukan alternative tindakan yang
tepat, mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku,
lingkungan, sumberdaya dan fasilitas yang ada, menjamin rasa aman dan
nyaman bagi pasien, kalimat instruksi, ringkas, tegas dengan bahasanya
mudah dimengerti.

d. Intervensi Keperawatan (Standar IV)

Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang ditentukan


dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal yang
mencakup aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan serta pemulihan
kesehatan dengan mengikut sertakan pasien dan keluarganya dengan kriteria :
1) Dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan.
2) Menyangkut keadaan bio, psiko, social, spiritual pasien.

3) Menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan kepada


pasien/keluarga.

4) Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

5) Menggunakan sumber daya yang ada.

6) Menerapkan prinsip aseptic dan antiseptic.

7) Menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privacy, dan


mengutamakan keselamatan pasien.

8) Melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respon pasien.

9) Merujuk dengan segera bila ada masalah yang mengancam keselamatan


pasien.

10) Mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan.

11) Merapikan pasien dan alat setiap selesai melakukan tindakan.

12) Melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman pada prosedur teknis


yang telah ditentukan.

Pada dasarnya, Intervensi keperawatan berorientasi pada 14 komponen


keperawatan dasar meliputi:

1) Memenuhi kebutuhan oksigen.


2) Memenuhi kebutuhan nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit.

3) Memenuhi kebutuhan eliminasi.

4) Memenuhi kebutuhan keamanan.

5) Memenuhi kebutuhan kebersihan dan kenyamanan fisik.

6) Memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur.


7) Memenuhi kebutuhan gerak dan kegiatan jasmani.

8) Memenuhi kebutuhan spiritual.

9) Memenuhi kebutuhan emosional.

10) Memenuhi kebutuhan komunikasi

11) Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologis.

12) Memenuhi kebutuhan pengobatan dan membantu proses penyembuhan.

13) Memenuhi kebutuhan penyuluhan.

14) Memenuhi kebutuhan rehabilitasi.

e. Evaluasi Keperawatan (Standar V)


Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistimatis dan
berencana, untuk menilai perkembangan pasien dengan kriteria : setiap
tindakan keperawatan dilakukan evaluasi terhadap indikator yang ada pada
rumusan tujuan, selanjutnya hasil evaluasi segera dicatat dan
dikomunikasikan, evaluasi melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan,
evaluasi dilakukan sesuai standar.
f. Catatan Asuhan Keperawatan (Standar VI)
Catatan asuhan keperawatan dilakukan secara individual dengan
kriteria : dilakukan selama pasien dirawat inap dan rawat jalan, dapat
digunakan sebagai bahan informasi, komunikasi dan laporan, dilakukan segera
setelah tindakan dilaksanakan, penulisannya harus jelas dan ringkas serta
menggunakan istilah yang baku, sesuai pelaksanaan proses keperawatan,
setiap pencatatan harus mencantumkan initial/paraf/nama perawat yang
melaksanakan tindakan dan waktunya, menggunakan formulir yang baku dan
disimpan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
2. Kebutuhan Oksigenasi
Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O2). Kebutuhan
fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk
aktivitas berbagai organ atau sel. Oksigen memegang peranan penting dalam
semua proses tubuh secara fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan
tubuh secara fungsional mengalami kemunduran dan apabila lebih dari 4 menit
orang tidak mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang
tidak dapat diperbaiki dan menyebabkan kematian. Oleh karena itu, kebutuhan
oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi
tubuh.Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem
pernapasan secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem
respirasi, maka kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan. Sering kali
individu tidak menyadari terhadap pentingnya oksigen. Proses pernapasan
dianggap sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja. Banyak kondisi yang
menyebabkan seseorang mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan
oksigen, seperti adanya sumbatan pada saluran pernapasan. Pada kondisi ini,
individu merasakan pentingnya oksigen.
Pada tubuh kita, ada beberapa sistem yang berperan dalam kebutuhan
oksigenasi, diantaranya :
a. Saluran pernafasan bagian atas :
1) Hidung, yang merupakan awal dari masuknya udara
2) Esophagus, yaitu jalur yang memiliki fungsi ganda sebagai jalur
pernafasan dan jalur pencernaan
3) Laring, merupakan saluran pernafasan setelah faring
4) Epiglotis, merupakan katup tulang rawan yang bertugas menutup
laring saat menutup
b. Saluran pernafasan bagian bawah :
1) Trakhea, merupakan kelanjutan dari laring sampai kira-kira ketinggian
vertebrae torakalis kelima
2) Bronkhus, merupakan kelanjutan dari trakhea yang bercabang menjadi
bronchus kanan dan bronchus kiri
3) Alveoli, merupakan kantung udara temat terjadinya pertukaran oksigen
dengan karbondioksida
4) Paru-paru (Pulmo), merupakan organ utama dalam sistem pernafasan

Oksigenasi terbagi atas beberapa proses, diantaranya :

a. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke
dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi di pengaruhi
oleh beberapa hal, yaitu adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan
paru, semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah, demikian
sebaliknya, semakin rendah tempat tekanan udara semakin tinggi.
Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah complienci dan recoil.
Complience merupakan kemampuan paru untuk mengembang. sedangkan
recoil adalah kemampuan CO2 atau kontraksi menyempitnya paru. Pusat
pernapasan, yaitu medulla oblongata dan pons, dapat dipengaruhi oleh
ventilasi. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor :
1) Adanya konsentrasi oksigen di atmosfer
2) Adanya kondisi jalan napas yang baik
3) Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru dalam
melaksanakan ekspansi atau kembang kempis.
b. Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen dialveoli dengan kapiler
paru dan co2 di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi
oleh beberapa paktor, yaitu luasnya permukaan paru, tebal membran
respirasi atau permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial
(keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses
penebalan). Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 (hal ini sebagai mana
O2 dari alveoli masuk kedalam darah oleh karena tekanan O2 dalam
rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2 dalam darah vena pulmonalis,
masuk dalam darah secara difusi).
c. Transfortasi Gas
Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke jaringan
tubuh dan Co2 jaringan tubuh ke kapiler. Transfortasi gas dapat
dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu curah jantung (kardiak output),
kondisi pembuluh darah, latihan (exercise), perbandingan sel darah dengan
darah secara keseluruhan (hematokrit), serta eritrosit dan kadar Hb.

Oksigenasi atau lebih dikenal dengan proses pernafasan terbagi menjadi 2


jenis, yaitu :

a. Pernafasan Eksternal
Pernapasan eksternal merupakan proses masuknya O2 dan keluarnya CO2
dari tubuh, sering disebut sebagai pernapasan biasa. Proses pernapasan ini
dimulai dari masuknya oksigen melalui hidung dan mulut pada waktu
bernapas, kemudian oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronchial ke
alveoli, lalu oksigen akan menembus membrane yang akan diikat oleh Hb
sel darah merah dan dibawa ke jantung. Setelah itu, sel darah merah
dipompa oleh arteri ke seluruh tubuh untuk kemudian meninggalkan paru
dengan tekanan oksigen 100 mmHg.
b. Pernafasan Internal
Pernapasan internal merupakan proses terjadinya pertukaran gas antar sel
jaringan dengan cairan sekitarnya yang sering melibatkan proses Semua
hormon termasuk derivate catecholamine dapat melebarkan saluran
pernapasan.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan kebutuhan


oksigen dikarenakan Kebutuhan tubuh terhadap oksigen tidak tetap, sewaktu-
waktu tubuh memerlukan oksigen yang banyak, oleh karena suatu sebab.
Kebutuhan oksigen dalam tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya:
1. Lingkungan
Pada lingkungan yang panas tubuh berespon dengan terjadinya
vasodilatasi pembuluh darah perifer, sehingga darah banyak mengalir ke
kulit. Hal tersebut mengakibatkan panas banyak dikeluarkan melalui kulit.
Respon demikian menyebabkan curah jantung meningkat dan kebutuhan
oksigen pun meningkat. Sebaliknya pada lingkungan yang dingin,
pembuluh darah mengalami konstriksi dan penurunan tekanan darah
sehingga menurunkan kerja jantung dan kebutuhan oksigen.
Pengaruh lingkungan terhadap oksigen juga ditentukan oleh ketinggian
tempat. Pada tempat tinggi tekanan barometer akan turun, sehingga tekana
oksigen juga turun. Implikasinya, apabila seseorang berada pada tempat
yang tinggi, misalnya pada ketinggian 3000 meter diatas permukaan laut,
maka tekanan oksigen alveoli berkurang. Ini menindikasikan kandungan
oksigen dalam paru-paru sedikit. Dengan demikian, pada tempat yang
tinggi kandungan oksigennya berkurang. Semakin tinggi suatu tempat
maka makin sedikit kandungan oksigennya, sehingga seseorang yang
berada pada tempat yang tinggi akan mengalami kekurangan oksigen.
Selain itu, kadar oksigen di udara juga dipengaruhi oleh polusi udara.
Udara yang dihirup pada lingkungan yang mengalami polusi udara,
konsentrasi oksigennya rendah. Hal tersebut menyebabkan kebutuhan
oksigen dalam tubuh tidak terpenuhi secara optimal. Respon tubuh
terhadap lingkungan polusi udara diantaranya mata perih, sakit kepala,
pusing, batuk dan merasa tercekik.
2. Latihan
Latihan fisik atau peningkatan aktivitas dapat meningkatkan denyut
jantung dan respirasi rate sehingga kebutuhan terhadap oksigen semakin
tinggi.
3. Emosi
Latihan fisik atau peningkatan aktivitas dapat meningkatkan denyut
jantung dan respirasi rate sehingga kebutuhan terhadap oksigen semakin
tinggi.
4. Gaya Hidup
Kebiasaan merokok akan memengaruhi status oksigenasi seseorang sebab
merokok dapat memperburuk penyakit arteri koroner dan pembuluh darah
arteri. Nikotin yang terkandung dalam rokok dapat menyebabkan
vasokontriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh darah darah koroner.
Akibatnya, suplai darah ke jaringan menurun.
5. Status Kesehatan
Pada orang sehat, sistem kardiovaskuler dan sistem respirasi berfungsi
dengan baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh secara
adekuat. Sebaliknya, orang yang mempunyai penyakit jantung ataupun
penyakit pernapasan dapat mengalami kesulitan dalam pemenuhan
kebutuhan oksigen tubuh.

Banyak orang yang kurang mengerti betapa pentingnya pemenuhan akan


oksiden sehingga banyak menimbukan permasalahan. Permasalahan dalam hal
pemenuhan kebutuhan oksigen tidak terlepas dari adanya gangguan yang terjadi
pada sistem respirasi baik pada anatomi maupun fisiologis dari organ-organ
respirasi. Permasalahan dalam pemenuhan tersebut dapat disebabkan adanya
gangguan pada sistem tubuh lain, misalnya sistem kardiovaskuler. Gangguan pada
sistem respirasi dapat disebabkan diantaranya oleh peradangan, obstruksi, trauma,
kanker, degeneratif dan lain-lain. Gangguan tersebut akan menyebabkan kebutuhan
oksigen dalam tubuh tidak terpenuhi secara adekuat. Secara garis besar, gangguan-
gangguan respirasi dikelompokkan menjadi tiga yaitu gangguan irama/frekuensi
pernapasan, insufisiensi pernapasan dan hipoksia.
a. Gangguan Irama/ Frekuensi Pernafasan
1) Gangguan irama pernafasaan, antara lain :
a) Pernapasan ‘Cheyne-stokes’ yaitu siklus pernapasan yang
amplitudonya mula-mula dangkal, makin naik kemudian menurun
dan berhenti. Lalu pernapasan dimulai lagi dengan siklus baru. Jenis
pernapasan ini biasanya terjadi pada klien gagal jantung kongesti,
peningkatan tekanan intrakranial, overdosis obat. Namun secara
fisiologis, jenis pernapasan ini terutama terdapat pada orang di
ketinggian 12.000-15.000 kaki di atas permukaan laut dan pada bayi
saat tidur.
b) Pernapasan ‘Biot’ yaitu pernapasan yang mirip dengan pernapasan
Cheyne-stokes, tetapi amplitudonya rata dan disertai apnea.
Keadaan pernapasan ini kadang ditemukan pada penyakit radang
selaput otak.
c) Pernapasan ‘Kussmaul’ yaitu pernapasan yang jumlah dan
kedalamannya meningkat sering melebihi 20 kali/menit. Jenis
pernapasan ini dapat ditemukan pada klien dengan asiidosis
metabolik dan gagal ginjal.
2) Gangguan Frekuensi Pernafasan, antara lain :
a) Takipnea/hiperpnea, yaitu frekuensi pernapasan yang jumlahnya
meningkat di atas frekuensi pernapasan normal.
b) Bradipnea, merupkan kebalikan dari takipnea dimana frekuensi
pernafasan yang jumlahnya menurun dibawah frekuensi pernafasan
normal.
b. Insufisiensi Pernafasan
Penyebab insufisiensi pernapasan dapat dibagi menjadi tiga kelompok
utama yaitu:
1) Kondisi yang menyebabkan hipoventilasi alveolus, seperti:
a) Kelumpuhan otot pernapasan, misalnya pada poliomielitis, transeksi
servikal.
b) Penyakit yang meningkatkan kerja ventilasi, seperti asma,
emfisema, TBC dan lain-lain.
2) Kelainan yang menurunkan kapasitas difusi paru:
a) Kondisi yang menyebabkan luas permukaan difusi berkurang,
misalnya kerusakan jaringan paru, TBC, kanker dan lain-lain.
b) Kondisi yang menyebabkan penebalan membran pernapasan,
misalnya pada edema paru, pneumonia, dan lain-lain.
c) Kondisi yang menyebabkan rasio ventilasi dan perfusi yang tidak
normal dalam beberapa bagian paru, misalnya pada trombosis paru.
3) Kondisi paru yang menyebabkan terganggunya pengangkutan oksigen
dari paru-paru ke jaringan yaitu:
a) Anemia dimana berkurangnya jumlah total hemoglobin yang
tersedia untuk transpor oksigen.
b) Keracunan karbondioksida dimana sebagian besar hemoglobin
menjadi tidak dapat mengankut oksigen.
c) Penurunan aliran darah ke jaringan yang disebabkan oleh curah
jantung yang rendah.
c. Hipoksia
Hipoksia adalah kekurangan oksigen di jaringan. Istilah ini lebih tepat
daripada anoksia. Sebab, jarang terjadi tidak ada oksigen sama sekali dalam
jaringan. Hipoksia dapat dibagi ke dalam empat kelompok yaitu
hipoksemia, hipoksia hipokinetik, overventilasi hipoksia dan hipoksia
histotoksik.
1) Hipoksemia
Hipoksemia adalah kekurangan oksigen di darah arteri. Terbagi
atas dua jenis yaitu hipoksemia hipotonik (anoksia anoksik) dan
hipoksemia isotonik (anoksia anemik). Hipoksemia hipotonik
terjadi dimana tekanan oksigen arteri rendah karena
karbondioksida dalam darah tinggi dan hipoventilasi. Hipoksemia
isotonik terjadi dimana oksigen normal, tetapi jumlah oksigen yang
dapat diikat hemoglobin sedikit. Hal ini terdapat pada kondisi
anemia, keracunan karbondioksida.
2) Hipoksia Hipokinetik (Stagnat anoksia/ Anoksia bendungan)
Hipoksia hipokinetik yaitu hipoksia yang terjadi akibat adanya
bendunagn atau sumbatan. Hipoksia hipokinetik dibagi kedalam
dua jenis yaitu hipoksia hipokinetik ischemic dan hipoksia
hipokinetik kongestif. Hipoksia hipokinetik ischemic terjadi
dimana kekurangan oksigen pada jaringan disebabkan karena
kuarngnya suplai darah ke jaringan tersebut akibat penyempitan
arteri. Hipoksia hipokinetik kongestif terjadi akibat penumpukan
darah secara berlebihanatau abnormal baik lokal maupun umum
yang mengakibatkan suplai oksigen ke jaringan terganggu,
sehingga jarinagn kekurangan oksigen.
3) Overventilasi Hipoksia
Overventilasi hipoksia yaitu hipoksia yang terjadi karena aktivitas
yang berlebihan sehingga kemampuan penyediaan oksigen lebih
rendah dari penggunaannya.
4) Hipoksia Hitotoksik
Hipoksia histotoksik yaitu keadaan dimana darah di kapiler
jaringan mencukupi, tetapi jaringan tidak dapat menggunakan
oksigen karena pengaruh racun sianida. Hal tersebut
mengakibatkan oksigen kembali dalam darah vena dalam jumlah
yang lebih banyak daripada normal (oksigen darah vena
meningkat).
E. Pembahasan
1. Pengertian Asuhan Keperawatan pada Pasien Gangguan Kebutuhan Oksigenasi
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, asuhan keperawatan berarti proses
atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan secara langsung
kepada klien / pasien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Dilaksanakan
berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan sebagai suatu profesi yang berdasarkan
ilmu dan kiat keperawatan, bersifat humanistik dan berdasarkan pada kebutuhan
objektif klien untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien. Sementara gangguan
kebutuhan oksigenasi berarti Permasalahan dalam hal pemenuhan kebutuhan
oksigen yang terjadi pada sistem respirasi baik pada anatomi maupun fisiologis
dari organ-organ respirasi. Sehingga, asuhan keperawatan pada pasien gangguan
kebutuhan oksigenasi ialah proses atau rangkaian kegiatan pada raktik
keperawatan yang diberikan langsung pada klien/ pasien di berbagai tatanan
pelayana kesehatan yang mengalamai permasalahan dalam hal pemenuhan
kebutuhan oksigenasi yang terjadi pada sistem respirasi, baik pada anatomi
maupun fisiologis pada organ-organ respirasi.
2. Tanda dan Gejala pada Pasien Gangguan Kebutuhan Oksigenasi
3. Pohon Masalah pada Pasien Gangguan Kebutuhan Oksigenasi
4. Pemeriksaan Diagnosik pada Pasien Gangguan Kebutuhan Oksigenasi
5. Pengkajian Keperawatan pada Pasien Gangguan Kebutuhan Oksigenasi
Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data tentang :
a. Biodata pasien (umur, sex, pekerjaan, pendidikan)
Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara fisik
maupun psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui
hubungan dan pengaruhnya terhadap terjadinya masalah/penyakit, dan tingkat
pendidikan dapat berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang
masalahnya/penyakitnya.
b. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien
pada saat perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama
seharusnya mengandung unsur PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality, Regio,
Skala, dan Time)
c. Riwayat perkembangan
1) Neonatus : 30 - 60 x/mnt
2) Bayi : 44 x/mnt
3) Anak : 20 - 25 x/mnt
4) Dewasa : 15 - 20 x/mnt
5) Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun
d. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang mengalami
masalah / penyakit yang sama.
e. Riwayat sosial
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya : merokok,
pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen dll.
f. Riwayat psikologis
Disini perawat perlu mengetahui tentang :
1) Perilaku / tanggapan klien terhadap masalahnya/penyakitnya
2) Pengaruh sakit terhadap cara hidup
3) Perasaan klien terhadap sakit dan therapi
4) Perilaku / tanggapan keluarga terhadap masalah/penyakit dan therapi
5) Riwayat spiritual
g. Pemeriksaan fisik
1) Hidung dan sinus
a)Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa (warna,
bengkak, eksudat, darah), kesimetrisan hidung.
b)Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris
2) FaringInspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak
3) Trakhea
a) Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan pasien, letakkan jari
tengah pada bagian bawah trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah
dan ke samping sehingga kedudukan trakhea dapat diketahui.

4) Thoraks

a) Inspeksi :

• Postur, bervariasi misalnya pasien dengan masalah pernapasan kronis


klavikulanya menjadi elevasi ke atas.

• Bentuk dada, pada bayi berbeda dengan orang dewasa. Dada bayi
berbentuk bulat/melingkar dengan diameter antero-posterior sama dengan
diameter tranversal (1 : 1). Pada orang dewasa perbandingan diameter
antero-posterior dan tranversal adalah 1 : 2

 Beberapa kelainan bentuk dada diantaranya : Pigeon chest yaitu


bentuk dada yang ditandai dengan diameter tranversal sempit,
diameter antero-posterior membesar dan sternum sangat menonjol ke
depan. Funnel chest merupakan kelainan bawaan dengan ciri-ciri
berlawanan dengan pigeon chest, yaitu sternum menyempit ke dalam
dan diameter antero-posterior mengecil. Barrel chest ditandai dengan
diameter antero-posterior dan tranversal sama atau perbandingannya
1 : 1.
 Kelainan tulang belakang diantaranya : Kiposis atau bungkuk dimana
punggung melengkung/cembung ke belakang. Lordosis yaitu dada
membusung ke depan atau punggung berbentuk cekung. Skoliosis
yaitu tergeliatnya tulang belakang ke salah satu sisi.

• Pola napas, dalam hal ini perlu dikaji kecepatan/frekuensi pernapasan


apakah pernapasan klien eupnea yaitu pernapasan normal dimana
kecepatan 16 - 24 x/mnt, klien tenang, diam dan tidak butuh tenaga
untuk melakukannya, atau tachipnea yaitu pernapasan yang cepat,
frekuensinya lebih dari 24 x/mnt, atau bradipnea yaitu pernapasan
yang lambat, frekuensinya kurang dari 16 x/mnt, ataukah apnea yaitu
keadaan terhentinya pernapasan.

Perlu juga dikaji volume pernapasan apakah hiperventilasi yaitu


bertambahnya jumlah udara dalam paru-paru yang ditandai dengan
pernapasan yang dalam dan panjang ataukah hipoventilasi yaitu
berkurangnya udara dalam paru-paru yang ditandai dengan
pernapasan yang lambat.

Perlu juga dikaji sifat pernapasan apakah klien menggunakan


pernapasan dada yaitu pernapasan yang ditandai dengan
pengembangan dada, ataukah pernapasan perut yaitu pernapasan yang
ditandai dengan pengembangan perut.

Perlu juga dikaji ritme/irama pernapasan yang secara normal adalah


reguler atau irreguler, ataukah klien mengalami pernapasan cheyne
stokes yaitu pernapasan yang cepat kemudian menjadi lambat dan
kadang diselingi apnea, atau pernapasan kusmaul yaitu pernapasan
yang cepat dan dalam, atau pernapasan biot yaitu pernapasan yang
ritme maupun amplitodunya tidak teratur dan diselingi periode apnea.
Perlu juga dikaji kesulitan bernapas klien, apakah dispnea yaitu sesak
napas yang menetap dan kebutuhan oksigen tidak terpenuhi, ataukah
ortopnea yaitu kemampuan bernapas hanya bila dalam posisi duduk
atau berdiri.

Perlu juga dikaji bunyi napas, dalam hal ini perlu dikaji adanya
stertor/mendengkur yang terjadi karena adanya obstruksi jalan napas
bagian atas, atau stidor yaitu bunyi yang kering dan nyaring dan
didengar saat inspirasi, atau wheezing yaitu bunyi napas seperti orang
bersiul, atau rales yaitu bunyi yang mendesak atau bergelembung dan
didengar saat inspirasi, ataukah ronchi yaitu bunyi napas yang kasar
dan kering serta di dengar saat ekspirasi.

Perlu juga dikaji batuk dan sekresinya, apakah klien mengalami batuk
produktif yaitu batuk yang diikuti oleh sekresi, atau batuk non
produktif yaitu batuk kering dan keras tanpa sekresi, ataukah
hemoptue yaitu batuk yang mengeluarkan darah

 Status sirkulasi, dalam hal ini perlu dikaji heart rate/denyut nadi
apakah takhikardi yaitu denyut nadi lebih dari 100 x/mnt, ataukah
bradikhardi yaitu denyut nadi kurang dari 60 x/mnt.

Juga perlu dikaji tekanan darah apakah hipertensi yaitu tekanan darah
arteri yang tinggi, ataukah hipotensi yaitu tekanan darah arteri yang
rendah.

Juga perlu dikaji tentang oksigenasi pasien apakah terjadi anoxia


yaitu suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam jaringan kurang,
atau hipoxemia yaitu suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam
darah kurang, atau hipoxia yaitu berkurangnya persediaan oksigen
dalam jaringan akibat kelainan internal atau eksternal, atau cianosis
yaitu warna kebiru-biruan pada mukosa membran, kuku atau kulit
akibat deoksigenasi yang berlebihan dari Hb, ataukah clubbing finger
yaitu membesarnya jari-jari tangan akibat kekurangan oksigen dalam
waktu yang lama.
b)Palpasi :

Untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding dada, nyeri tekan, massa,
peradangan, kesimetrisan ekspansi dan taktil vremitus. Taktil vremitus
adalah vibrasi yang dapat dihantarkan melalui sistem bronkhopulmonal
selama seseorang berbicara. Normalnya getaran lebih terasa pada apeks
paru dan dinding dada kanan karena bronkhus kanan lebih besar. Pada
pria lebih mudah terasa karena suara pria besar

6. Diagnosa Keperawatan pada pasien Gangguan Kebutuhan Oksigenasi


Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi diantaranya adalah :
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
1) Yaitu tertumpuknya sekresi atau adanya obstruksi pada saluran napas.
Tanda-tandanya :
a) Bunyi napas yang abnormal
b) Batuk produktif atau non produktif
c) Cianosis
d) Dispnea
e) Perubahan kecepatan dan kedalaman pernapasan
2) Kemungkinan faktor penyebab :
a) Sekresi yang kental atau benda asing yang menyebabkan obstruksi
b) Kecelakaan atau trauma (trakheostomi)
c) Nyeri abdomen atau nyeri dada yang mengurangi pergerakan dada
d) Obat-obat yang menekan refleks batuk dan pusat pernapasan
e) Hilangnya kesadaran akibat anasthesi
f) Hidrasi yang tidak adekuat, pembentukan sekresi yang kental dan sulit
untuk di expektoran
g) Immobilisasi
h) Penyakit paru menahun yang memudahkan penumpukan sekresi
b. Pola napas tidak efektif
1) Yaitu respon pasien terhadap respirasi dengan jumlah suplay O2
kejaringan tidak adekuat. Tanda-tandanya :
a) Dispnea
b) Peningkatan kecepatan pernapasan
c) Napas dangkal atau lambat
d) Retraksi dada
e) Pembesaran jari (clubbing finger)
f) Pernapasan melalui mulut
g) Penambahan diameter antero-posterior
h) Cianosis, flail chest, ortopnea
i) Vomitus
j) Ekspansi paru tidak simetris
2) Kemungkinan faktor penyebab :
a) Tidak adekuatnya pengembangan paru akibat immobilisasi, obesitas,
nyeri
b) Gangguan neuromuskuler seperti : tetraplegia, trauma kepala,
keracunan obat anasthesi
c) Gangguan muskuloskeletal seperti : fraktur dada, trauma yang
menyebabkan kolaps paru
d) CPPO seperti : empisema, obstruksi bronchial, distensi alveoli
e) Hipoventilasi akibat kecemasan yang tinggi
f) Obstruksi jalan napas seperti : infeksi akut atau alergi yang
menyebabkan spasme bronchial atau oedema
g) Penimbunan CO2 akibat penyakit paru

c. Gangguan pertukaran gas


Yaitu perubahan asam basa darah sehingga terjadi asidosis respiratori dan
alkalosis respiratori.
d. Penurunan kardiak output
1) Tanda-tandanya:
a) Kardiak aritmia
b) Tekanan darah bervariasi
c) Takikhardia atau bradikhardia
d) Cianosis atau pucat
e) Kelemahan, vatigue
f) Distensi vena jugularis
g) Output urine berkurang
h) Oedema
i) Masalah pernapasan (ortopnea, dispnea, napas pendek, rales dan batuk)
2) Kemungkinan penyebab :
a) Disfungsi kardiak output akibat penyakit arteri koroner, penyakit
jantung
b) Berkurangnya volume darah akibat perdarahan, dehidrasi, reaksi alergi
dan reaksi kegagalan jantung
c) Cardiak arrest akibat gangguan elektrolit
d) Ketidakseimbangan elektrolit seperti kelebihan potassiom dalam darah
e. Rasa berduka
f. Koping tidak efektif
g. Perubahan rasa nyaman
h. Potensial/resiko infeksi
i. Interaksi sosial terganggu
j. Intoleransi aktifitas, dll sesuai respon klien

7. Rencana Keperawatan pada Pasien Gangguan Kebutuhan Oksigenasi


a. Mempertahankan terbukanya jalan napas
1) Pemasangan jalan napas buatan
Jalan napas buatan (artificial airway) adalah suatu alat pipa (tube) yang
dimasukkan ke dalam mulut atau hidung sampai pada tingkat ke-2 dan ke-
3 dari lingkaran trakhea untuk memfasilitasi ventilasi dan atau
pembuangan sekresi
a) Rute pemasangan :
 Orotrakheal : mulut dan trakhea
 Nasotrakheal : hidung dan trakhea
 Trakheostomi : tube dimasukkan ke dalam trakhea melalui
suatu insisi yang diciptakan pada lingkaran kartilago ke-2 atau
ke-3
 Intubasi endotrakheal
2) Latihan napas dalam dan batuk efektif
Biasanya dilakukan pada pasien yang bedrest atau post operasi
Cara kerja :
a) Pasien dalam posisi duduk atau baring
b) Letakkan tangan di atas dada
c) Tarik napas perlahan melalui hidung sampai dada mengembang
d) Tahan napas untuk beberapa detik
e) Keluarkan napas secara perlahan melalui mulut dampai dada
berkontraksi
f) Ulangi langkah ke-3 sampai ke-5 sebanyak 2-3 kali
g) Tarik napas dalam melalui hidung kemudian tahan untuk beberapa
detik lalu keluarkan secara cepat disertai batuk yang bersuara
h) Ulangi sesuai kemampuan pasien
i) Pada pasien pot op. Perawat meletakkan telapak tangan atau bantal
pada daerah bekas operasi dan menekannya secara perlahan ketika
pasien batuk, untuk menghindari terbukanya luka insisi dan
mengurangi nyeri
3) Posisi yang baik
a) Posisi semi fowler atau high fowler memungkinkan pengembangan
paru maksimal karena isi abdomen tidak menekan diafragma
b) Normalnya ventilasi yang adekuat dapat dipertahankan melalui
perubahan posisi, ambulasi dan latihan
4) Pengisapan lendir (suctioning)
Pengisapan lendir adalah suatu metode untuk melepaskan sekresi yang
berlebihan pada jalan napas, suction dapat dilakukan pada oral,
nasopharingeal, trakheal, endotrakheal atau trakheostomi tube.
5) Pemberian obat bronkhodilator
Pemberian obat bronkhodilator adalah obat untuk melebarkan jalan napas
dengan melawan oedema mukosa bronkhus dan spasme otot dan
mengurangi obstruksi dan meningkatkan pertukaran udara. Obat ini dapat
diberikan peroral, sub kutan, intra vena, rektal dan nebulisasi atau
menghisap atau menyemprotkan obat ke dalam saluran napas.
b. Mobilisasi sekresi paru
1) Hidrasi
Cairan diberikan 2±secara oral dengan cara menganjurkan pasien
mengkonsumsi cairan yang banyak - 2,5 liter perhari, tetapi dalam batas
kemampuan/cadangan jantung.
2) Humidifikasi
Pengisapan uap panas untuk membantu mengencerkan atau melarutkan
lendir.
3) Postural drainagea
Postural drainagea adalah posisi khuus yang digunakan agar kekuatan
gravitasi dapat membantu di dalam pelepasan sekresi bronkhial dari
bronkhiolus yang bersarang di dalam bronkhus dan trakhea, dengan
maksud supaya dapat membatukkan atau dihisap sekresinya.mBiasanya
dilakukan 2 - 4 kali sebelum makan dan sebelum tidur / istirahat.
Tekniknya :
a) Sebelum postural drainage, lakukan :
 Nebulisasi untuk mengalirkan sekret
 Perkusi sekitar 1 - 2 menit
 Vibrasi 4 - 5 kali dalam satu periode
 Lakukan postural drainage, tergantung letak sekret dalam paru.
c. Mempertahankan dan meningkatkan pengembangan paru
1) Latihan napas
Latihan nafas adalah teknik yang digunakan untuk menggantikan defisit
pernapasan melalui peningkatan efisiensi pernapasan yang bertujuan
penghematan energi melalui pengontrolan pernapasan. Jenis latihan napas :
a) Pernapasan diafragma
b) Pursed lips breathing
c) Pernapasan sisi iga bawah
d) Pernapasan iga dan lower back
e) Pernapasan segmental
2) Pemasangan ventilasi mekanik
Pemasangan ventilasi mekanik adalah alat yang berfungsi sebagai pengganti
tindakan pengaliran / penghembusan udara ke ruang thoraks dan diafragma.
Alat ini dapat mempertahankan ventilasi secara otomatis dalam periode yang
lama. Ada dua tipe yaitu ventilasi tekanan negatif dan ventilasi tekanan positif.
3) Pemasangan chest tube dan chest drainage
Chest tube drainage / intra pleural drainage digunakan setelah prosedur
thorakik, satu atau lebih chest kateter dibuat di rongga pleura melalui
pembedahan dinding dada dan dihubungkan ke sistem drainage. Indikasinya
pada trauma paru seperti : hemothoraks, pneumothoraks, open pneumothoraks,
flail chest. Tujuannya :
a) Untuk melepaskan larutan, benda padat, udara dari rongga pleura atau
rongga thoraks dan rongga mediastinum
b) Untuk mengembalikan ekspansi paru dan menata kembali fungsi normal
kardiorespirasi pada pasien pasca operasi, trauma dan kondisi medis
dengan membuat tekanan negatif dalam rongga pleura.
Tipenya :
a) The single bottle water seal system
b) The two bottle water
c) The three bottle water
d. Mengurangi / mengoreksi hipoksia dan kompensasi tubuh akibat hipoksia
Dengan pemberian O2 dapat melalui :
1) Nasal canule
2) Bronkhopharingeal khateter
3) Simple mask
4) Aerosol mask / trakheostomy collars
5) ETT (endo trakheal tube)
6) Meningkatkan transportasi gas dan Cardiak Output

Dengan resusitasi jantung paru (RJP), yang mencakup tindakan ABC,


yaitu :

1) A : Air way adalah mempertahankan kebersihan atau membebaskan jalan


napas
2) B : Breathing adalah pemberian napas buatan melalui mulut ke mulut atau
mulut ke hidung
3) C : Circulation adalah memulai kompresi jantung atau memberikan
sirkulasi buatan
Jadi secara umum intervensi keperawatan mencakup di dalamnya :
a. Health promotion
1) Ventilasi yang memadai
2) Hindari rokok
3) Pelindung / masker saat bekerja
4) Hindari inhaler, tetes hidung, spray (yang dapat menekan nervus 1)
5) Pakaian yang nyaman
b. Health restoration and maintenance
1) Mempertahankan jalan napas dengan upaya mengencerkan sekret
2) Teknik batuk dan postural drainage
3) Suctioning
4) Menghilangkan rasa takut dengan penjelasan, posisi fowler/semi fowler,
significant other
5) Mengatur istirahat dan aktifitas dengan memberikan HE yang bermanfaat,
fasilitasi lingkungan, tingkatkan rasa nyaman, terapi yang sesuai, ROM
6) Mengurangi usaha bernapas dengan ventilasi yang memeadai, pakaian
tipis dan hangat, hindari makan berlebih dan banyak mengandung gas, atur
posisi
7) Mempertahankan nutrisi dan hidrasi juga dengan oral hygiene dan
makanan yang mudah dikunyah dan dicerna
8) Mempertahankan eliminasi dengan memberikan makanan berserat dan
ajarkan latihan
9) Mencegah dan mengawasi potensial infeksi dengan menekankan prinsip
medikal asepsis
10) Terapi O2
11) Terapi ventilasi
12) Drainage dada
F. Penutup
1. Kesimpulan
Hal yang dapat disimpulkan mengenai laporan pendahuluan asuhan keperawatan
pada pasien dengan gangguan kebutuhan oksigenasi ialah berkaitan dengan :
1. Asuhan keperawatan
2. Kebutuhan oksigenasi
3. Gangguan oksgenasi
4. Tanda dan gejala pada pasien dengan gangguan kebutuhan oksigenasi
5. Pohon masalah pada pasien dengan gangguan kebutuhan oksigenasi.
(Dengan bentuk bagan berdasarkan patofisiologi)
6. Pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan gangguan kebutuhan
oksigenasi
7. Pengkajian keperawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan
oksigenasi
8. Diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan
oksigenasi
9. Rencana keperawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan oksigenasi

Yang keseluruhannya telah dibahas pada pada pembahasan diatas.

2. Saran

G. Referensi
1. Jaringan internet :
a. https://rosfina26.wordpress.com/2015/05/20/pemenuhan-kebutuhan-dasar-
pada-manusia-oksigenasi/. Diakses pada Minggu, 4 September 2016, Pukul
11.00.
b. http://sumbermakalahkeperawatan.blogspot.co.id/2012/12/kebutuhan-
oksigenasi.html. Diakses pada Minggu, 4 September 2016, Pukul 11.00.
c. https://apriyanipujihastuti.wordpress.com/2012/07/09/konsep-dasar-asuhan-
keperawatan/. Diakses pada Minggu, 4 September 2016, Pukul 11.00.
d. http://askep-net.blogspot.co.id/2012/02/asuhan-keperawatan.html. Diakses
pada Minggu, 4 September 2016, Pukul 11.00.
e. http://ariskha-nurrahmawati.blogspot.co.id/p/asuhan-keperawatan-
oksigenasi.htm. Diakses pada Minggu, 4 September 2016, Pukul 11.00.
2. Buku Ajar :
a. Diktat Biologi untuk SMA kelas XI mengenai sistem Respirasi
b. Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada pasien gangguan pernafasan oleh Arif
Mutaqin.
c. Buku Paket Biologi untuk SMA kelas XI, Penerbit : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai