PENDAHULUAN
otot, dipisahkan oleh dua sfingter di antara faring di atas dan lambung di bawah.
Fungsi utamanya untuk membawa bahan yang dicerna dari mulut ke lambung
sebagai salah satu differential diagnosis bila terdapat neonatus yang mengalami
Pada atresia esophagus, lebih dari 90% kasus ini berhubungan dengan
abnormal antara trakea dan esofagus. Ketika terdapat hubungan dengan atresia
esofagus, fistula sering terjadi antara bagian distal segmen esofagus dan bagian
trakea yang letaknya di atas karina. Meskipun begitu, kedua kelainan ini dapat
pula muncul pada beberapa tingkat antara kartilago krikoid dan karina, fistula
trakeoesofagus dapat juga berjalan oblik pada bagian akhir proksimal trakea atau
pada tingkat vertebra torakal segmen kedua. Kelainan yang paling sering terjadi
yaitu atresia esofagus dengan FTE di distal (87%), atresia esofagus tanpa fistula
(8%), fistula trakeoesofagus tanpa atresia esofagus (4%), atresia esofagus dengan
fistula di proksimal dan distal trakea (1%), serta atresia esofagus dengan fistula di
proksimal (1%)1,2.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
hipertrofi yang khas memanjang sampai pada tingkat vertebra torakal segmen 2-4.
dinding muskuler yang tipis dan berdiameter kecil. Keadaan ini meluas sampai
diatas diafragma2.
Bayi dengan atresia Esofagus tidak mampu untuk menelan saliva dan
ditandai dengan jumlah saliva yang sangat banyak dan membutuhkan suction
langsung terutama dengan berat badan lahir, kelainan jantung, dan faktor resiko
yang menyertai1.
2.2. EPIDEMIOLOGI
2
Atresia esofagus merupakan kelainan kongenital yang paling sering terjadi
dari esofagus. Atresia esofagus biasanya terjadi 1 dari 4.000 neonatus. Dari semua
kelainan ini > 90 % terdapat juga fistula trakeoesofagus. Dari semua tipe atresia
ujung proksimal esofagus yang mengalami dilatasilah yang paling sering terjadi
87 % dari semua kasus. Berikut merupakan gambar dan prevalensi dari beberapa
Gambar 1. Frekuensi dari beberapa tipe Atresia Esofagus dengan atau tanpa Fistula
Trakeoesofagus, (a) Atresia Esofagus tanpa fistula 5-10% (b) Atresia Esofagus dengan fistula
trakeoesofagus di proximal 1% (c) Atresia Esofagus dengan fistula trakeoesofagus di distal 80-
90% (d) Atresia Esofagus dengan fistula trakeoesfogaus di proximal dengan distal 2-3% (e)
3
Sekitar 50 % dari anak yang mengalami atresia esofagus akan mempunyai
kelainan lain selama lahir, makanya setelah lahir harus segera dilakukan
A = Anorectal, kelainan yang sering terjadi ialah atresia ani atau anus
imperforate5
4
2.3. EMBRIOLOGI
dibedakan dari abdomen pada masa 4 minggu embrio berkembang. Dan di saat
garis tengah dan menyatu. Septum ini terbagi menjadi bagian ventral (tuba
laringotrakheal) dan bagian dorsal (esofagus), septum bagian ventral ini yang akan
lahir, menjadi dua kali lipat saat berumur 2-3 tahun, dan menjadi kurang lebih 25
cm saat dewasa1.
tetapi akan mengecil seiiring dengan waktu. Di lokasi intraabdominal ini, bagian
penting dalam anti refluks. Aktivitas menelan di esofagus dapat terlihat pada masa
5
Polyhidramnion, merupakan tanda dari gangguan proses menelan dari esofagus
atau obstruksi traktus gastrointestinal bagian atas. Oleh karena itu polyhidramnion
merupakan salah satu tanda atau faktor resiko dari terjadinya atresia esofagus1,5.
2.4. ANATOMI
terdapat lobus hepatis sinister dan di posteriornya terdapat crus sinistrum dari
6
diafragma. Nervus vagus terdapat di anterior dan posteriornya. Peralihan esofagus
masuk akan tertahan sementara di sini dan sphincter ini juga berguna untuk
Pembuluh Darah
Suplai darah arteria untuk esofagus bagian atas, tengah dan bawah
arteria bronchialis dan cabang dari arteria gastric sinistra. Darah vena mengikuti
arterinya kecuali bagian tengah yang menuju vena azygos dan vena hemiazygos.
Darah dari bagian akhir esofagus akan mengalir ke vena portae hepatis melalui
Persarafan Esofagus
Persarafan simpatis oleh rami oesophagealis dari ganglia thoracica dan nervus
splanchnicus major8.
7
2.4. ETIOLOGI & PATOFISIOLOGI
Beberapa teori menjelaskan bahwa masalah pada kelainan ini terletak pada
ini pada bagian tengah memisahkan esophagus dari trakea pada hari ke- 26 masa
epitel, keterlibatan sel neural, serta pemisahan yang tidak sempurna dari septum
penggunaan alkohol serta paparan virus dan bahan kimia juga berkontribusi pada
faktor muncul menginduksi laju dan waktu pertumbuhan dan pfroliferasi sel pada
proses embrionik sebelumnya. Kejadian ini biasa terjadi sebelum 34 hari masa
gestasi. Organ lainnya seperti traktus intestinal, jantung, ginjal, ureter dan sistem
Atresia esofagus adalah kelainan yang terjadi pada awal gestasi (22 sampai
36 hari). Esofagus dan trakea berasal dari foregut primitif. Selama 4 sampai 5
bergabung ke arah garis tengah dan menyatu. Septum ini terbagi menjadi bagian
fistula trakeoesofagus.2,3
9
Gambar 3. Patofisiologi Atresia Esofagus
tidak dapat menelan makanan maupun minuman yang diberikan padanya. Defek
ini menimbulkan pengeluaran air liur yang menetap, aspirasi atau regurgitasi
makanan. Atresia esofagus sering dihubungkan dengan fistula yang terletak antara
trakea dan esofagus. Fistula ini menyebabkan komplikasi tambahan sebagai akibat
adanya hubungan antara esofagus dan trakea. Ketika bayi dengan fistula
melalui fistula. Akibatnya, perut dan usus kecil berdilatasi yang akan mengangkat
diafragma. Keadaan ini akan membuat bayi kesulitan bernafas. Reflux makanan
dan sekresi lambung melalui fistula menuju trakeobronkus dan naik ke esofagus
dapat juga terjadi. Reflux ini dapat menyebabkan pneumonia dan atelektasis. Oleh
10
karena itu, pneumonia dan distress pernafasan merupakan komplikasi yang
Pada atresia esofagus, kelainan juga terjadi pada trakea. Kelainan tersebut
terdiri atas defisiensi absolut cartilago trakea dan meningkatnya panjang muskulus
tranversus yang terletak di posterior dinding trakea. Pada kasus yang berat,
abnormalitas ini dapat menjadi tracheomalacia dengan kolaps trakea sekitar 1-2
2.5. KLASIFIKASI
Klasifikasi asli oleh Vogt pada tahun 1929 dan masih digunakan sampai
saat ini. Ladd (1944) dan Gross (1953) memodifikasi klasifikasinya. Adapun
Gross C)
Ini merupakan jenis yang paling sering terjadi. Esofagus bagian proksimal
berdilatasi dan dinding muskular akan menebal dan berujung pada mediastinum
superior setinggi vertebra thoracis III sampai IV. Esofagus distal (Fistel), yang
mana lebih tipis dan sempit, memasuki dinding posterior trakea setinggi carina
atau 1-2 cm diatasnya. Jarak antara esophagus proksimal yang buntu dan fistula
trakheaesofagus distal bervariasi mulai dari bagian yang overlap hingga yang
berjarak jauh.10
11
Gambar 4. Esophageal atresia (EA) with distal tracheoesophageal fistula (TEF). Frontal view of
the chest and abdomen of a neonate demonstrates a tube in the proximal pouch in this patient with
EA. The presence of bowel gas implies the presence of a distal TEF, making this the most
dengan segmen esophagus proksimal, dilatasi dan dinding menebal dan biasanya
distal sangat pendek dan berakhir pada jarak yang bervariasi diatas diagframa.10
12
Gambar 5. Isolated esophageal atresia (EA). Frontal view of the chest and abdomen demonstrates
a catheter in the proximal pouch in this patient with EA. Note the absence of bowel gas in this
patient with EA, but it is not associated with a tracheoesophageal fistula (TEF).
intak dengan trachea. Traktus yang mempunyai fistula seperti ini biasa sangat tipis
dengan diameter 3-5 mm dan umumnya berlokasi pada daerah servikal paling
bawah. Biasanya fistulanya hanya satu tapi pernah ditemukan dua atau tiga
fistula.10
13
Gambar 6. H-type tracheoesophageal fistula (TEF). Oblique barium esophagogram demonstrates
a fistula (arrow) arising from the anterior esophagus and extending anterosuperiorly to the trachea.
Gross B)
terisolasi. Fistula bukan pada ujung distal esofagus tapi berlokasi 1-2 cm diatas
14
Gambar 7. A blind pouch with a fistula to the trachea from the upper portion of the esophagus
diterapi sebagai atresia proksimal dan fistula distal. Sebagai akibatnya infeksi
15
Gambar 8. Two fistula connections to the trachea from the upper and lower portions of the
atresia usus halus, hernia diaphragmatica maupun lesi intrathoracal. Akan tetapi
tidak ditemukannya gelembung perut (bubble stomach) pada bayi masa gestasi 18
minggu dengan ibu yang polyhidramnion kemungkinan besar oleh karena atresia
16
Gambar 9. Hasil USG tidak terdapatnya gambaran stomach bubbe/gelembung gas pada
atresia esophagus.
jumlah cairan amnion yang sangat banyak. Tanda ini bukanlah diagnosa pasti,
polihidramion.
17
Gambar 10. Hasil USG: Polihidramnion berat pada atresia esofagus
meningkatkan keakuratan diagnosa ialah USG pada leher janin untuk melihat
kantong esofagus yang buntu di proximal dan untuk mengamati proses menelan
Jika kateter yang digunakan untuk resusitasi pada waktu lahir tidak bisa
Jika bayi yang baru lahir timbul sesak nafas yang disertai sekresi mulut
yang berlebihan
Bayi baru lahir dengan ibu polihidramnion dapat dites dengan nasogastric
tube yang dapat masuk sampai ke lambung setelah kelahiran untuk menyingkirkan
18
kemungkinan adanya atresia esofagus. Bayi dengan Atresia Esofagus tidak
mampu menelan saliva dan ditandai dengan saliva yang banyak, sering batuk dan
tidak bisa lewat melebihi 9-10 cm dari hidung ke gaster. Rongent dada dan
sementara gas pada perut & usus menunjukkan adanya fistula trakheoesofagus
distal. Tidak adanya gas gastro intestinal menunjukkan atresia esofagus yang
terisolasi1,3
gelembung mukus yang berbusa, dan putih di mulut bayi, serta kadang kadang
pada hidung. Bayi juga mengalami pernapasan yang tersedak disertai episode
batuk dan muntah serta sianosis. Episode ini biasanya bertambah berat pada saat
janin di beri ASI. Jika terdapat fistula pada trakeoesofagus maka akan tampak
pencernaan.6,11,19
kelainan fistula trakeoesofagus yang ada. Pada bayi yang dengan hanya atresia,
diagnosis biasanya dibuat setelah kelahiran. Saliva tidak bisa terletak secara
mengisi mulut dan nostril kemudian mengalami regurgitasi. Bayi dengan fistula
makan. Pada bayi dengan atresia dan fistula distula, saliva yang banyak dan
19
regurgitasi muncul bersamaan dengan sianosis dan pneumonia sekunder yang
terjadi akibat refluks dari isi lambung. Selain itu, udara biasanya masuk keperut,
sehingga perut menjadi timpani dan mungkin menjadi begitu kembung sehingga
mengganggu pernapasan. Jika kedua fistula proksimal dan distal ada, biasanya
fistula proksimal yang memberikan gejala. Tipe yang berikutnya merupakan tipe
fistula trakeoesofagus tanpa atresia atau fistula tipe-H, akan menimbulkan gejala
batuk dan tersedak sewaktu makan, pneumonia berulang dan distensi abdomen
intermitten. Pada beberapa kasus yang jarang, kelainan dapat diagnosis pada masa
Trhaceomalacia berarti trakea menjadi lebih lunak dan rigiditasi lebih rendah
tambahan.5
GAMBARAN RADIOLOGI
esofagus:
20
Foto Thorax
lambung ke dalam esofagus, kalau perlu kateter diisi kontras non ionic.
Penampakan radiografi pada kasus atresia esofagus tergantung dari tipe atresia
esofagus itu sendiri, apakah terdapat fistula trakeoesfagus atau tidak beserta letak
dari fistula itu sendiri. Atresia esofagus sendiri terdapat beberapa tipe, berikut tipe
Distensi gas pada bagian perut dan usus halus (disebabkan udara melewati fistula
sedikit jika fistula okolusi. Sejumlah udara akan terlihat pada esofagus, meskipun
biasanya udara dalam esofagus pada neonatus dan anak-anak normal, selain itu
Gambar 11. Gambaran Atresia esofagus dengan fistula trakeoesofagus di bagian distal. Tampak
orogastric tube di bagian proximal esofagus serta terlihat gas pada usus di abdomen. 12
21
Gambar 12. Pada gambaran thorax dan abdomen tampak depan neonatus memperlihatkan saluran
di kantung proksimal pada pasien dengan AE ini. Adanya gas pada bagian perut menunjukkan
adanya fistula trakeoesofagus distal. Kelainan ini yang paling sering terjadi. 2
22
Gambar 13. Gambaran Atresia esophagus tanpa adanya fistula trakeoesofagus di bagian distal
maupun proximal esofagus. Tampak abdomen tidak memperlihatkan gas sama sekali12.
Gambar 14. Esophageal Atresia. Tampak ujung kateter yang tidak mencapai abdomen, serta tidak
23
Pada gambaran radiografi, tanda-tandanya sama dengan yang didapatkan pada
proksimal2
Gambar 15. Pada pemeriksaan barium meal posisi pronasi oblik menunjukkan aspirasi pada paru
secara umum. Penggambaran fistula sulit dilakukan. Sejumlah udara akan terlihat
dapat digunakan sebagai kontras alternatif. Jika pasien diintubasi atau dengan foto
24
kontas menunjukkan trakea tanpa gambaran fistula, maka esofagram sebaiknya
Gambar 16. Foto Sebelah Kanan: Fistula trakeoesofagus tanpa atresia. Pada pemeriksaan
esofagogram menunjukkan adanya fistula ( tanda panah) dari bagian anterior esofagus (e) menuju
bagian posterior trakea (t). Foto Sebelah Kiri : H-Type Fistula Trakeoesofagus4,14.
CT-SCAN
esofagus. Biasanya pemeriksaan ini digunakan pada pasien yang lebih dewasa.
25
Gambar CT-scan penampakan aksial sulit untuk diindefikasi; fistula kemungkinan
Gambar 17. Gambaran CT pada neonatus perempuan yang berumur 1 hari dengan esophageal
atresia. Pada gambaran CT helical tranversal menunjukkan adanya distensi udara pada esofagus
proksimal (tanda panah). Adanya volume yang berkurang berhubungan dengan opasifikasi cairan
yang menipis pada hemithorax kanan, berdilatasi, esofagus distal yang terisi cairan yang
26
USG
pada perut fetus yang dikombinasikan dengan polihidramnion pada ibu, yang
area anehoik pada bagian tengah leher fetus, tanda ini membedakan atresia
kantung esofagus yang buntu pada pemeriksaan ini dapat merujuk ke atresia
esofagus. Tanda kantung ini telah didapatkan secara langsung pada usia 26
Gambar 18. Pada ultrasound sagital sisi kiri fetus menunjukkan jantung, polihidramion dan tidak
esofagus pada bayi setelah kelahiran. Meskipun begitu, MRI memberikan gambar
esofagus dan sekitarnya pada posisi sagital dan karonal, dan resolusi kontrasnya
memberikan gambar lesi sekitar esofagus dan hubungan dan hubungan anatomi.
MRI pada fetus memberikan bukti akurat untuk diagnosis atresia esofagus pada
anak dengan resiko tinggi berdasarkan penemuan USG. Akan tetapi, pemeriksaan
MRI sulit untuk dilakukan pada kasus polihidramnion karena kualitas gambar
28
Gambar 19. Merupakan fetus berumur 32 minggu dengan atresia esofagus dan tidak adanya
DIAGNOSIS BANDING
Gejala awal dari atresia esofagus yang merupakan salah satu faktor resiko
1. Atresia Intestinal
Gambar 20. Pada pemeriksaan sonografi pada fetus yang berumur 35 minggu menunjukkan
adanya tanda “double bubble” yang merupakan karakteristik atresia duodenal sama dengan
polihidramion.11
29
2. Hernia Diafragmatica
Gambar 21. Gambaran Radiologis pada anak yang mengalami hernia diafgramatica11
suction kontinus dari kantung atas esofagus, kepala bayi harus elevasi. Cairan
Intra Vena (10% dextrose) dapat diberika, O2 tetapi digunakan sebagai kebutuhan
emergensi.3
Jika diduga terjadi spesis atau infeksi pulmonal, antibiotik spekrum luas
30
peningkatan resiko aspirasi. Bayi harus dipindahkan ke senter tersier yang
memiliki NICU.3
Foto thoraks dan abdomen biasanya sudah mencukupi, penggunaan kontraks tidak
pnemonia signifikan atau atelektasis untuk mencegah refluk isi lambung melewati
fistel dan menuju trakea. Bayi yang sehat tanpa komplikasi pulmonal atau anomali
mayor yang lain biasanya menjalani perbaikan primer pada beberapa hari
kehidupan, rata-rata harapan hidup pada pasien kelompok ini hampir 100%.3
pneumonia atau anomali mayor yang lain. Bayi prematur dengan BBLR dan bayi
gastrotomi dan suction kantong atau sampai mereka dapat dioperasi. Rata-rata
harapan hidup keluarga ini antara 80-95% anomali jantung khusunya merupakan
31
Gambar 22. Tampak esofagus anak yang telah menjalani operasi perbaikan dari atresia esofagus
2.8. PROGNOSIS
Tahun 1962, Waterson dkk membuat klasifikasi bayi yang lahir dengan Atresia
Esofagus menjadi 3 grup dengan harapan hidup yang berbeda. Klasifikasi menurut
Grup B :
Grup C :
2. BB lahir > tinggi & pneumonia berat & kelainan kongenital berat.
32
Klasifikasi ini merujuk pada 113 kasus yang ditangani dari RS Great
Ormond Street dari 1951-1959. 38 bayi di grup A, hampir semua selamat (95%)
hanya 2 yang tidak. Dari 43 bayi di grup B, 29 selamat (68%) sementara hanya 2
dengan diagnosis dan terapi pada kelainan lain yang berhubungan. Kemajuan di
bidang teknik anastesi dan intensive care bagi neonatus cukup memuaskan.
Klasifikasi Waterson berdasarkan 357 bayi dengan atresia esofagus yang dirawat
sianotik yang memerlukan terapi paliatif atau lebih atau kelainan jantung
33
22 % pada tahun 1980, tetapi sudah meningkat menjadi 98 %, 82% dan 58 % pada
signifikan. 10
34
BAB III
KESIMPULAN
35
DAFTAR PUSTAKA
Saunders Elsevier. Amerika Serikat. 2007. Chapter 315 Page 1541 &
http://emedicine.medscape.com/article/414368-overview
from: http://surgery.med.umich.edu/pediatric/clinical/patient_content/a-
m/esophageal_atresia_patient.shtml
36
6. Barksdale, Edward M in Basil J. Zitelli and Holly W. Davis. Atlas of
http://www.lpch.org/DiseaseHealthInfo/HealthLibrary/digest/tracheo.html
10. Spitz, Lewis. Oesophageal atresia. Orphanet Journal of Rare Disease. Bio
37
14. Radiological Society of North America. Congenital anomalies of the upper
http://radiographics.rsna.org/content/19/4/855/F6.expansion
:http://www.ajronline.org/cgi/content/full/181/5/1391/FIG6
http://imaging.consult.com/image/case/dx/Obstetrics%20and%20Gynecol
ogy?title=Atresia,%20Esophageal&image=fig1&locator=gr1&pii=S1933-
0332(08)70523-8
http://radnet.bidmc.harvard.edu/fetalatlas/chest/esophatresia/esophatresia.h
tml
19. Rasad, Sjahriar. Radiologi diagnostik FKUI. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
38