Anda di halaman 1dari 22

BAB II

KONSEP DAN STRATEGI PENGEMBANGAN

Kaidah-kaidah pengembangan yang dijadikan acuan dalam penyusunan Masterplan


Pengembangan Kawasan Wisata Tepi Air Belawan meliputi konservasi, etika, ekonomi,
dan tata ruang. Pengembangan Kawasan Wisata Air Belawan harus memperhatikan
konservasi sumber daya alam, menjadikannya berdaya tarik, namun tetap sesuai dengan
norma-norma yang dianut masyarakat dan aturan tata ruang wilayah yang telah
ditetapkan sehingga akan dapat memberikan manfaat positif bagi masyarakat dan
pemerintah daerah, baik secara ekonomi, sosial budaya, maupun lingkungan.

Tabel 2.1
Kaidah-kaidah Pengembangan Pariwisata Kawasan Tepi Air Belawan

PENGARUH PADA HASIL PENILAIAN


KAIDAH PERTIMBANGAN KELAYAKAN DAN REKOMENDASI
PENGEMBANGAN YG DIHASILKAN
KONSERVASI 1. Kondisi alam Kawasan Wisata Air  Pengembangan Kawasan Wisata Air
yang kekurangan RTH, serta harus menunjukkan kelayakan dalam
mengandung potensi sumber daya pelestarian sumber daya alam dan
alam yang dapat dikembangkan. nilai-nilai budaya lokal, sekaligus
2. Kekayaan ekosistem pantaiyang khas. dalam meminimumkan dampak dari
3. Fungsi lindung yang diemban potensi ancaman kerusakan/ bencana
Kawasan Pantai. alam yang mungkin terjadi di masa
yang akan datang.
 Arahan pengembangan Kawasan
Wisata Air akan tetap mempertahankan
fungsi RTH yang ada di kawasan ini.
ETIKA Norma-norma budaya dan kepercayaan  Pengembangan Kawasan Wisata Air
masyarakat Belawan khususnya daerah harus dapat diterima masyarakat
pesisir. karena tidak bertentangan dengan
norma-norma budaya dan kepercayaan
yang dianutnya.
 Arahan pengembangan Kawasan
Wisata Air yang dihasilkan akan selaras
dan harmonis dengan keyakinan yang
dianut oleh masyarakatnya.
EKONOMI Potensi sumber daya alam yang sangat  Pengembangan Kawasan Wisata Air
kdapat dikembangkan. harus dapat memberikan keuntungan
ekonomi, baik kepada masyarakat
setempat maupun pemerintah daerah.
 Arahan pengembangan Kawasan Wisata

II-1
PENGARUH PADA HASIL PENILAIAN
KAIDAH PERTIMBANGAN KELAYAKAN DAN REKOMENDASI
PENGEMBANGAN YG DIHASILKAN
Air yang dihasilkan akan memuat
program-program yang dapat menjadi
penggerak pertumbuhan sektor-sektor
ekonomi masyarakat.
TATA RUANG Rencana tata ruang Kota (RTRW, RDTR)  Pengembangan Kawasan Wisata
Airharus sesuai dengan arahan tata
ruang yang telah ditetapkan.
 Arahan pengembangan Kawasan Wisata
Airyang dihasilkan akan sinergi dengan
rencana pengembangan wilayah yang
ada di Kecamatan Belawan khususnya
dan Kota Medan umumnya.

2.1 PRINSIP PERANCANGAN

Selain kaidah-kaidah pengembangan, pengembangan Kawasan Wisata Air juga mengacu


pada pendekatan-pendekatan perencanaan berikut ini.

a. Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan

Pengembangan Kawasan Wisata Air harus direncanakan dan dikembangkan secara ramah
lingkungan dengan tidak menghabiskan atau merusak sumber daya alam dan sosial, tetapi
dipertahankan untuk pemanfaatan yang berkelanjutan. Menurut Piagam Pariwisata
Berkelanjutan tahun 1995, pembangunan pariwisata yang berkelanjutan adalah
pembangunan yang didukung secara ekologis dalam jangka panjang, sekaligus layak
secara ekonomi, adil secara etika dan sosial.

Untuk itu, dalam perencanaan Kawasan Wisata Air harus memperhatikan daya dukung
ekosistem kawasan dalam menampung komponen biotik (makhluk hidup) yang
terkandung di dalamnya, termasuk memperhitungkan faktor lingkungan dan faktor
lainnya yang berperan di alam yang sangat bervariasi dan selalu bergantung pada tingkat
pemanfaatan yang dilakukan oleh manusia. Pengembangan Kawasan Wisata Air juga
harus memperhatikan kelayakan ekonomi agar dapat memberikan manfaat ekonomi yang
sebesar-besarnya bagi masyarakat, pemerintah daerah, maupun pihak swasta. Selain itu,
pengembangan Kawasan Wisata Air harus sesuai dengan daya dukung sosial

II-2
masyarakatnya agar pengembangan pariwisata yang dilakukan nantinya tidak
mengganggu kehidupan sosial masyarakat sekitar kawasan.

b. Pendekatan Partipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat merupakan prinsip utama yang harus dipegang dalam


pengembangan Kawasan Wisata Air. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan
pariwisata mempertimbangkan kebutuhan sosial, lingkungan, dan pelayanan, tidak saja
kepada wisatawan, tetapi juga kepada masyarakat lokal.

Pengembangan Kawasan Wisata Air harus dapat melibatkan masyarakat dalam tahap
perencanaan dan pengambilan keputusan, serta dalam pengembangan dan pengelolaan
pariwisata. Masyarakat lokal juga seyogyanya diuntungkan secara sosial-ekonomi dalam
pengembangan pariwisata tersebut.

c. Pendekatan Keterkaitan Antarsektor

Pengembangan wilayah melihat sektor-sektor sebagai suatu sistem yang saling berkaitan.
Sektor ekonomi yang utama di suatu wilayah perlu dikembangkan dalam kerangka saling
melengkapi dan mendukung dengan sektor lain.

Pariwisata sangat multisektoral dan tidak dapat maju dan berkembang dengan sendirinya
tanpa dukungan dari sektor lain. Di lain pihak, sektor lain pun dapat memanfaatkan
pariwisata untuk bersinergi secara positif sehingga saling mendukung dan
menguntungkan. Dengan kreativitas dan inovasi perencanaan, pariwisata dapat
dikembangkan seiring dengan sektor lainnya tanpa harus memunculkan konflik.

Oleh karena itu, pengembangan Kawasan Wisata Air harus:

1. Terkait dan selaras dengan sektor ekonomi dasar yang berkembang atau berpotensi di
daerah yang bersangkutan, misalnya pengembangan wisata kuliner, wisata
memancing dan budaya yang berkembang di Belawan.

2. Secara kreatif menggali potensi, baik yang tangible (teraba) maupun intagible (tak
teraba) dari potensi sumber daya sektor-sektor di wilayah.

II-3
3. Bekerja sama dan berkoordinasi dengan sektor lain dalam berbagai tahapan
perencanaan, implementasi dan pengawasan pembangunan.

d. Pendekatan Pasar Pariwisata

Pengembangan produk pariwisata harus disesuaikan dengan karakteristik dan preferensi


dari pasar pariwisata yang akan mengonsumsi produk tersebut. Keberhasilan
pengembangan pariwisata ditentukan pula oleh tingkat kepuasan wisatawan terhadap
produk pariwisata yang ditawarkan. Untuk itu, pengembangan pariwisata di Kawasan
Wisata Air harus mempertimbangkan karakteristik dan preferensi dari wisatawan
eksisting yang berkunjung ke kawasan ini dan juga wisatawan yang berkunjung ke daya
tarik wisata lain di Kota Medan. Lebih jauh lagi, pada tahap selanjutnya, pengembangan
Kawasan Wisata Air harus juga memperhatikan potensi pasar yang lebih luas.

2.1.1 Prinsip Perancangan Normatif

Landasan Normatif berdasarkan Pelaksanaan UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem


Perencanaan Pembangunan Nasional menghendaki arah dan tujuan kebijakan
pembangunan diselenggarakan berdasarkan demokrasi dengan prinsip-prinsip
kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan,berwawasan lingkungan, serta kemandirian
dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan Nasional. Perencanaan
pembangunan nasional disusun secara sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh, dan
tanggap terhadap perubahan. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
diselenggarakan berdasarkanatas Asas Umum Penyelenggaraan Negara. Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional bertujuan untuk :

a. Mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan.

b. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baikantardaerah, antar


ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintahmaupun antara Pusat dan Daerah.

c. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,penganggaran,


pelaksanaan, dan pengawasan.

d. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat.

II-4
e. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien,efektif,
berkeadilan, dan berkelanjutan.

2.1.2 Prinsip Umum Penataan Kawasan

Pengembangan fisik di Kawasan Wisata Air Bagan Deli mengikuti prinsip umum sebagai
berikut dijabarkan sebagai berikut:

1. Mengembangkan tema-tema tertentu (tematik) pada berbagai segmen yang ada di


kawasan wisata tanpa melupakan tema utama (wisata tirta). Keragaman tema
menghasilkan variasi daya tarik berupa kegiatan beserta fasilitas yang dibutuhkan,
bertujuan untuk meningkatkan kepuasan wisatawan, menambah pengalaman dan
wawasan wisatawan, sekaligus menambah pendapatan ekonomi masyarakat.

2. Membentuk linkage atau keterkaitan yang menghubungkan kawasan wisata dengan


pusat kegiatan masyarakat (ibukota desa) dan daya tarik wisata lainnya melalui
penetapan entry point, simpul/node utama dan sekunder.

3. Memperhatikan prinsip perencanaan dan perancangan fisik yang ramah lingkungan


dengan memperhatikan potensi dan batasan alam serta daya dukung lingkungannya
(fisik, sosial ekonomi, budaya). Hal ini dicapai dengan:

 Adanya pengembangan zonasi atau pemintakatan yang dapat mendefinisikan dan


mengarahkan strategi berupa pengembangan konsentrasi pembangunan dengan
berdasarkan kriteria dan ciri tersendiri yang harus dipenuhi sesuai dengan
kemampuan lahan dalam menerima beban pembangunan (carrying capacity).

 Lebih lanjut, adanya zonasi yang membagi peruntukan lahan sekaligus berfungsi
sebagai filter pengunjung dan dapat mengkonsentrasikan arus dan jumlah
pengunjung sehingga dapat meminimalisir terjadinya wisata massal yang dapat
menurunkan kualitas lingkungan fisik.

 Sedapat mungkin tidak mengembangkan penyelesaian tapak melalui sistem cut


and fill secara besar-besaran dalam membangun kawasan wisata dengan
mengoptimalkan kondisi topografi bagi pembangunan fasilitas wisata. Tidak

II-5
hanya mengakibatkan tanah longsor akan tetapi merusak topografi kawasan
tersebut.

 Sedapat mungkin tidak membuka jalur baru, baik untuk jalur primer maupun jalur
sekunder dan tersier dengan mengoptimalkan jalur-jalur yang sudah terbentuk
sebelumnya dalam mempertahankan kelestarian habitat liar melalui konservasi
koridor sebagai arena pergerakan habitat liar.

 Luas netto sekumpulan areal hijau yang besar lebih memberikan kesempatan yang
lebih besar bagi keanekaragaman hayati untuk berkembang dibanding luas netto
yang kecil-kecil dan tersebar.

5. Mengembangkan kawasan wisata secara demokratis, dalam arti harus aksesibel bagi
semua yang memiliki kemampuan fisik terbatas (manula, kaum difable), serta dapat
diakses bagi semua orang dan bukan golongan yang disesuaikan dengan kriteria dan
standar-standar perancangan.

6. Melibatkan dan memberdayakan masyarakat setempat dalam proses perencanaan dan


perancangan kawasan wisata baik melalui saran berupa kearifan lokal dan tenaga, dan
kearifan lokal (tacit knowledge). Komunitas setempat juga harus merupakan pelaku
utama dalam pengelolaan kawasan wisata.

8. Memanfaatkan potensi sumber daya alam dan binaan lokal, seperti bahan
baku/material bangunan, sumber makanan, akomodasi lokal, ataupun alat transportasi
khas. Hal ini dapat meminimalisir leakage yang dapat merugikan perekonomian lokal
atau tidak memberikan nilai tambah bagi perekonomian lokal.

2.2 KONSEP PENGEMBANGAN

Konsep Pengembangan yang akan dikembangkan dalam pengembangan kawasan wisata


tepi air Bagan Deli Belawan adalah konsep pengembangan wisata Wisata Air atau tirta
yang dikaitkan dengan potensi yang ada di wilayah perencanaan yaitu Desa Bagan Deli.

II-6
Kawasan Wisata Air sesuai dengan definisi parc regionaux (Billet, 1982), yang bertujuan
untuk:

 Mempreservasi warisan natural dan kultural

 Mengembangkan aktivitas tradisional (perikanan)

 Menyediakan kegiatan leisure dan wisata outdoor yang melibatkan masyarakat


lokal serta menguntungkan ekonomi lokal.

Konsep umum penataan fisik kawasan didasari oleh pertimbangan sebagai berikut:

1. Kawasan Wisata Air Bagan Deli merupakan kawasan yang terletak di antara
Kawasan Lindung, Pelabuhan, dan Perdagangan, sehingga diperlukan pemetaan
yang selain memperhitungkan carrying capacity lingkungan juga memperhatikan
batas-batas kepemilikan dan fungsi guna lahan eksisting.

2. Fitur alam yang unik (berupa lansekap dan air) dan fitur kultural
(tradisi/kebiasaan masyarakat, bentuk arsitektural, dll) yang terdapat di kawasan
dapat dioptimalkan sebagai point of interest.

3. Kawasan Tepi Air merupakan sumber mata pencaharian yang dimanfaatkan oleh
penduduk sekitar bagi kegiatan sehari-hari masyarakat yaitu aktifitas nelayan.

Dasar Pertimbangan Perencanaan Kawasan

1. Tupoksi/karakteristik fisik kawasan berdasarkan hasil analisis topografi dan


hidrologi kawasan
2. Jumlah dan sebaran penduduk pada kawasan perencanaan
3. Memanfaatkan jaringan jalan eksisting
4. Memanfaatkan lahan-lahan kosong/ruang terbuka yang ada untuk peruntukan
RTH.
5. Memanfaatkan pola jaringan drainase sekunder dan tersier yang ada

Sasaran penanganan :

II-7
1. Meningkatnya kualitas kondisi lingkungan fisik lingkungan karena teratasinya
daerah tergenang
2. Meningkatnya kualitas dan jangkauan layanan PSU kawasan baik jalan, drainase,
air bersih, persampahan serta MCK.
3. Meningktanya tingkat kesejahteraaan ekonomi penduduk
4. Meningkatnya kepedulian dan pemahaman terhadap lingkungan bersih dan sehat.

Strategi Penanganan Perencanaan

1. Daerah-daerah semula selalu basah/tergenang akibat pasang naik/rob air laut


dijaga aliran airnya dengan cara :
a. Pembuatan tanggul dan pintu air pada kanal Pertamina mulai dari jalan besar
bagan deli sampai dengan ujung kanal yang diarahkan ke tepi laut.
b. Pembuatan Kanal Utama (main canal)/saluran primer sejajar pipa pertamina
untuk mengaliri buangan hujan dan buangan saluran rumah tangga menuju
laut.
c. Drainase lingkungan diarahkan menuju kanal utama (saluran sekunder dan
tersier)
d. Pada ujung kanal/pertemuan kanal dengan laut dibuat pintu air besar untuk
mengatur tingkat volume air di kanal pada saat air pasang

2. Daerah yang merupakan lahan kosong yang dimiliki oleh Gereja akan dibeli dan
dimanfaatkan untuk pembangunan Rumah susun dan sekolah SMP yang belum
ada di kelurahan Bagan Deli.
3. Filterisasi/penyaringan status kepemilikan lahan hasil survey dan identifikasi
status kejelasan kepemilikan lahan.
4. Pengaturan area perumahan dan permukiman didalam kawasan perencanaan
dengan pendekatan tingkat kekumuhan
5. Pengaturan konsep jaringan jalan pada prinsipnya mengikuti dan
mempertimbangkan konsep drainase/kanalisasi yang ada, termasuk pengaturan
antar lingkungan didalam kawasan, ditambah dengan jalan akses utama dan
sirkulasi didalam kawasan

II-8
6. Pengadaan RTH
7. Penyediaan ruang untuk kegiatan ekonomi khususnya kegiatan wisata kuliner.
8. Penyediaan fasilitas umum dan fasilitas sosial terkait dengan jumlah penduduk
dan skala pelayanan lingkungan.

2.2.1 Konsep Zonasi Kawasan Wisata Air Belawan

Konsep pengembangan zoning atau pemetaan yang ada di Kawasan Wisata Air Belawan
didasari oleh pertimbangan:

 Kondisi eksisting tapak dan bangunan, dimana diupayakan meminimasi


pergeseran bangunan dan struktur yang telah ada.

 Tata guna lahan eksisting.

 Alur kegiatan yang direncanakan dan hubungan antar ruang, dimana suatu
kegiatan harus bersifat kompatibel atau tidak saling mengganggu dengan lainnya.

 Alur hubungan publik-privat, dimana kegiatan yang bersifat publik


dikelompokkan dan tidak berhubungan langsung dengan zona privat. Secara
ideal, zona publik diletakkan pada areal yang paling dekat dengan pintu masuk
dan mudah dicapai.

 Kemampuan fisik wisatawan, sehingga diperlukan rest area atau kantong


peristirahatan pengunjung yang tersebar di jalur utama internal. Rest area ini
selayaknya dilengkapi plaza, bangku yang memberikan kenyamanan bagi
wisatawan.

Sebagai alat utama untuk mendistribusikan pengunjung, konsep zonasi atau pemintakatan
di Kawasan Wisata Air Bagan Deli akan membagi kawasan berdasarkan 3(tiga) zona
kegiatan seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, yaitu :

1. Zona Wisata Air

Zona ini merupakan kawasan yang mempunyai ciri kegiatan yang bersifat aktif
dan semi aktif dan menerima tekanan/beban yang besar dari jumlah pengunjung.

II-9
Berbagai kegiatan dapat dilakukan dengan jangka waktu lama di satu tempat
dengan menikmati objek dan daya tarik wisata yang tersedia dengan motivasi
mencari hiburan. Zona ini tidak mengenal pembatasan pengunjung dan diletakkan
di tepi air. Secara keseluruhan penempatan ini memanfaatkan lingkungan binaan
yang akan dibangun sehingga tidak bersifat invasif dan merusak kealamian zona-
zona lain.
Terbagi atas subzona penerima, budidaya perikanan, wisata tirta, dan permainan.

2. Zona Transisi

Merupakan zona antara zona wisata air dan zona permukiman yang bersifat semi
privat serta ditujukan untuk mewadahi fasilitas yang mendukung kegiatan wisata
air, misalnya pengembangan akomodasi dan aktifitas perdagangan untuk
mendukung kegiatan beristirahat para wisatawan.
Terbagi atas subzona peristirahatan, memancing dan perdagangan.

3. Zona Permukiman

Zona ini merupakan kawasan yang mempunyai ciri khas kegiatan bersifat aktif
dan semi aktif akan tetapi hanya mampu menerima tekanan/beban yang relatif
kecil dibanding zona wisata air. Zona ini merupakan zona permukiman yaitu zona
kampung nelayan. Zona ini terbagi atas subzona permukiman panggung dan
permukiman biasa.

2.2.2 Konsep Penataan Bangunan Kawasan Wisata Air Bagan Deli

Secara umum konsep penataan bangunan di Kawasan Wisata Air Bagan Deli harus
bersifat ramah lingkungan, baik dari segi konstruksi dan operasional bangunan, dengan
beberapa kriteria sebagai berikut:

 Sedapat mungkin menggunakan teknologi tradisional pada teknik konstruksi dan


material yang memerlukan sedikit energi dan menghasilkan dampak minimal pada
lingkungan.

II-10
 Konstruksi bangunan sebaiknya menggunakan bahan-bahan alami yang mudah
didapatkan dari area lokal dengan tidak mengambil bahan bangunan yang bersifat
langka.

 Sedapat mungkin meniadakan sistem cut and fill untuk melestarikan lingkungan
alam di kawasan.

 Bagian struktur bawah seperti pondasi dan kolom panggung harus bertahan lama,
sedang bagian struktur atas dapat mudah diganti.

 Penggunaan material harus memperhitungkan ketahanan material terhadap


kekuatan alam, berrsifat ekonomis sekaligus energi efisien.

 Memanfaatkan bangunan yang telah ada demi efisiensi sumber daya.

 Bangunan akomodasi dapat memanfaatkan elemen air yang menghasilkan nilai


estetis tinggi.

 Mempertimbangkan penggunaan prosedur pembangunan tradisional dalam


memperkerjakan tenaga ahli dan pekerja lokal dalam meningkatkan keuntungan
sosial ekonomi masyarakat setempat.

 Mempergunakan bahan-bahan finishing yang berbasis pada bahan organik dan


mudah terurai.

 Pemanfaatan energi pasif pada bangunan seperti ventilasi dan pencahayaan alami
sehingga selain menekan biaya pembangunan, energi efisien, juga ramah
lingkungan. Misalnya dengan penempatan jendela dan bukaan yang tepat dan
memperhatikan sirkulasi angin tanpa memerlukan energi tambahan seperti air
conditioner (ac) maupun kipas angin.

 Pemilihan struktur yang tepat untuk pembangunan di setiap zona untuk


mengurangi dampak lingkungan, misalnya dengan pemilihan struktur panggung
pada daerah yang berada di pinggir air untuk menjaga tatanan ekosistem alami
serta membantu memperlancar sistem air pasang.

II-11
 Sedapat mungkin membangun pada kawasan yang telah dibuka sebelumnya
dengan memanfaatkan struktur/bangunan yang ada.

 Diusahakan untuk membangun konstruksi sepanjang kontur dan menghindari


gangguan terhadap topsoil (lapisan tanah paling atas).

 Penggunaan konsep desain kluster untuk efisiensi penggunaan infrastuktur dan


fasilitas pendukung wisata, serta minimasi footprint dari pengembangan wisata.

 Bangunan sebaiknya berorientasi diantara lintasan matahari dan arah angin,


dengan memilih sisi pendek bangunan membujur timur-barat serta tegak lurus
terhadap angin.

 Pemanfaaatan bangunan mengakomodasi penggunaan energi minimal,


diantaranya dengan penggunaan listrik/lampu yang hemat energi serta
penggunaan material yang dapat didaur ulang.

Sementara itu dari segi estetika bentuk dan gaya adalah sebagai berikut:

 Menggunakan nilai arsitektur tradisional setempat yang selain memunculkan citra


lokalitas juga berintegrasi dengan lingkungan sekitar, dengan mengadopsi bahan-
bahan yang terdapat dari alam.

 Detail bangunan harus seragam dan diterapkan pada seluruh bangunan sehingga
mempunyai ciri khas tersendiri.

 Proporsi bangunan harus memperhitungkan titik ketinggian lahan dan pohon di


sekitarnya.

 Penggunaan warna pada bangunan hendaknya disesuaikan dengan lingkungan


sekitar dan tidak boleh terlalu menyolok.

II-12
Gambar 2.1 Konsep Promenade

Secara lebih terinci, konsep penataan bangunan pada masing-masing zona adalah sebagai
berikut:

A. Zona Wisata Air

Zona ini terletak pada bagian selatan kawasan. Pada zona ini terdapat node utama
sirkulasi, yang berupa jalan utama kawasan (promenade = tempat luas untuk pejalan
kaki). Pembangunan fasilitas ini hendaknya memperhatikan kemudahan akses dan
orientasi pengunjung yang datang atau meninggalkan kawasan.

Zona wisata air mempunyai ruang penerima yang mempunyai fasilitas sebagai berikut:

- pusat informasi/tourist information center


- ruang serba guna

II-13
- warung makan/restoran/cafetaria
- kios cinderamata
- loket penyewaan perahu
- toilet umum
- panggung budaya (plaza)
Bangunan-bangunan yang dikembangkan bersifat permanen dengan kerapatan yang
relatif tinggi dibanding zona lain dan memperhatikan ketahanan konstruksi. Penataan
bangunan membentuk suatu ruang terbuka yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan
pejalan kaki dan rekreasi air.

Konsep Promenade (Steigher)

Pemanfaatan kondisi tepi pantai untuk dibuatkan Promenade memang bisa menjadi
pilihan untuk dikembangkan sebagai pusat wisata. Namun ada beberapa hal yang perlu
menjadi catatan untuk bisa mengembangkan lokasi Promenade ini, yaitu :
- kondisi tanah dibawah tinggi muka air (kekuatan mekanika tanah)
- naik turunnya muka air laut
- kondisi backwater dan ombak yang terjadi di pesisir pantai

Namun kondisi ini bisa diatasi dengan pengukuran yang jelas terhadap kondisi
permukaan air sehingga bisa dipastikan tinggi promenade agar muka air dengan kondisi
tertinggi tidak mengganggu lintasan promenade. Dukungan dari pilihan atas jenis pondasi
yang memadai atas kekuatan bangunan promenade atas kondisi ombak, dan juga tanah
bawah air.

II-14
Gbr. Simulasi kekuatan tanah (hingga batasan tanah keras), hasil survey Geoteknik di
daerah lokasi pengembangan

Dengan melihat dari hasil simulasi, dan juga melihat data analisis data yang sudah diolah,
maka ditentukan jenis pondasi yang dipilih adalah Pondasi Dalam dengan tipe tiang
pancang beton. Kedalaman dimaksimalkan hingga kedalaman Lapisan Tanah Padat untuk
mendapatkan Daya Dukung Tanah yang bisa menahan beban maksimal yang didapatkan
dari perumusan kobinasi pembebanan (yang memperhitungkan beban hidup, beban mati,
kondisi getaran akibat gempa, dan lain-lain). Sebenarnya alternatif pondasi tiang pancang
ini juga ada yang bertipe tiang pancang baja, namun mengingat faktor pengkaratan akibat
gerusan air garam yang membuat usia layan pondasi lebih singkat, sehingga jenis pondasi
tiang pancang yanh dipilih adalah pondasi tiang pancang beton. Pertimbangan design
untuk pondasi akan dilakukan kemudian dengan kondisi tinggi muka air akibat pasang
surut, sebab kondisi pengujian sondir yang dilakukan bertitik tolak dari dasar tanah
dibawah permukaan air, untuk itu design pondasi ini juga menerus menjadi tiang-tiang
penyangga promenade yang menambah nilai arsitektural dan keindahan dengan kondisi
mengekspos tiang pondasi dari mulai dasar tanah bawah air hingga ke batas tertinggi
pasang naik dan hempasan ombak sebagai acuan ketinggian promenade dari dasar tanah.

II-15
Gbr.2.2 Lintasan (kuning) Promanade yang akan didesain

B. Zona transisi

Merupakan pembatas antara zona wisata air dan zona perumahan. Karakteristik tempat
yang merupakan transisi antara kegiatan yang berintensitas tinggi sampai menengah
sehingga cocok untuk memfasilitasi kegiatan istirahat yang bersifat semi privat dan
privat.

Fasilitas yang ditempatkan di daerah ini adalah:


- Akomodasi.
- Toilet
- Restoran
- Toko Aksessories
Bangunan yang dikembangkan bersifat permanen dengan kerapatan yang relatif renggang
sehingga menghasilkan ruang-ruang privat dan semi privat menurut kebutuhan
pengunjung.

C. Zona Permukiman

Sebagai zona yang mempunyai fungsi untuk permukiman kampung nelayan dengan
intensitas kegiatan menegah sampai rendah, maka fasilitas yang dikembangkan adalah
sebagai berikut:

- Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial


- Permukiman Panggung

II-16
Dari permasalahan yang ada di lapangan dan penjaringan aspirasi yang dilakukan pada
saaat rembug warga I, dan analisis yang dilakukan pada bab sebelumnya maka konsep
awal untuk penanganan permasalahan tersebut diatas adalah sebagai berikut :

KAWASAN PERENCANAAN DIKEMBANGKAN SESUAI DENGAN

KARAKTERISTIK ALAM NYA

Adapun dasar pertimbangan yang digunakan untuk konsep permukiman adalah :

• Lingkungan ditata setelah dikurangi lahan-lahan milik negara.


• Lingkungan ditata dengan mempertimbangkan status kepemilikan tanah, apakah
tanah perorangan atau tanah garap/sewa.
• Untuk lingkungan yang berstatus tidak jelas kepemilikannya dikategorikan sebagai
area squater sehingga penanganannya harus relokasi.
• Kanal Pertamina merupakan drainage utama dari kawasan perencanaan menuju laut
disamping fungsi Sungai Deli yang berfungsi sebagai drainage utama dari kawasan
menuju laut.
• Pada lingkungan Bagan Deli, sudah ada bangunan dan lingkungan yang merespond
terhadap kondisi alam rawa dengan rumah model panggung dan jalan-jalan
lingkungan yang terbuat dari kayu dengan model panggung juga.

Sedangkan pendekatan terhadap konsep penanganan ini, yaitu :

• Kawasan merupakan Daerah Tergenang yang Dipengaruhi pola Pasang Surut


• Dilihat dari kondisi fisik dasar, kawasan dapat dibagi menjadi 2 zona, Zona basah
dan zona kering.
• Zona Basah (lingkungan 5, 4, 3 dan 15) : - dikembangkan apa adanya - rumah dan
infrastruktur didesain mengikuti karakter terkait
• Zona Kering ( lingkungan 6) : - dikembangkan untuk perumahan, area terbuka,
ruang bersama, pusat kegiatan lokal penduduk (terdapat kantor lurah dan fasilitas
pendidikan)
Untuk lebih jelasnya mengenai konsep penataan kawasan dapat dilihat pada gambar
berikut :

II-17
Gambar 2.3 : Konsep Penanganan Permukiman

Dari konsep penanganan diatas ada beberapa keuntungan dan kerugian jika digunakan
untuk penanganan masalah yang ada di kawasan perencanaan. Adapun keuntungan dan
kerugiaan penggunaan dari konsep ini adalah :

A. Keuntungan

1. Kanal Pertamina tetap dapat berfungsi seperti saat ini, pipa relatif aman karena tetap
terendam
2. Tidak adanya permasalahan budaya karena tetap mempertahankan kondisi kampong
nelayan.
3. Tidak memerlukan biaya pembangunan yang besar

II-18
B. Kerugian

1. Sampah yang ditinggalkan air pasang surut menyebabkan lingkungan Kotor


2. Mobilitas pergerakan warga didalam kawasan terbatas karena adanya area tergenang
3. Ruang kegiatan untuk aktivitas ekonomi penduduk terbatas
4. Pada zona basah, perlu penanganan khusus dalam penyediaan PSU (air bersih
dengan perpipaan, Jalan harus dengan jalan panggung, Drainase yang menuju saluran
induk berupa parit harus dijaga sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi secara
maksimal, MCK terkendala area genangan, Sampah harus disediakan
penampungannya.

2.2.3 Konsep Penataan Sirkulasi

Konsep penataan sirkulasi di Kawasan Wisata Air Bagan Deli secara umum dijabarkan
sebagai berikut :

1. Menerapkan desain yang harmonis dan sesuai dengan konteks fisik dan kultural
setempat.
2. Menerapkan desain yang memperhatikan fungsi ekologis wilayah pesisir dan
perairan di sekelilingnya.
3. Meminimasi keberadaan "ecological footprint' dengan pembukaan jalur sirkulasi
seminimal mungkin.
4. Memanfaatkan elemen binaan yang telah ada untuk meminimasi pemakaian
sumber daya alam secara berlebihan.
5. Menerapkan desain yang memperhatikan faktor kenyamanan dalam arti aksesibel
bagi semua pengunjung.
Berikut adalah penjabaran konsep sirkulasi di Kawasan Wisata Air Bagan Deli.

1. Pola sirkulasi

Pola sirkulasi dalam tapak direncanakan merupakan gabungan antara pola cul de-
sac dan loop. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari seminimal mungkin
pembukaan jalur-jalur baru agar relatif tidak mengganggu keberlangsungan
berbagai habitat yang ada di dalam kawasan.

II-19
Jika diperlukan pengembangan atau pembukaan jalur sekunder atau tersier baru
maka diharapkan seminimal mungkin memotong patches yang telah terbentuk.

Pola cul de saac diperuntukkan bagi jalur yang menuju sub-sub zona sedang pola
loop dipakai pada jalur utama yang mengelilingi kawasan. Penataan jalur sirkulasi
sebagian besar direncanakan tetap memakai jalur sirkulasi eksisting sebagai jalur
utama dengan bukaan menuju zona wisata air, bukaan menuju zona transisi, dan
bukaan menuju zona permukiman.

Jalur sirkulasi menuju zona wisata air dan zona transisi selain ini ditujukan bagi
sirkulasi pedestrian juga dapat dilalui oleh kendaraan roda empat untuk keadaan
darurat. Sedang akses di dalam zona wisata maupun zona transisi disarankan
menggunakan jalur pejalan kaki, disarankan berbahan beton yang dipasang diatas
permukaan air pasang untuk mengakomodir pergerakan air pasang.

Rute yang diperuntukkan bagi kegiatan wisata, yaitu promenade harus berkesan
terbuka yang menghasilkan kontras dan suasana terbuka. Hal ini didapat pola jalan
yang loop yang langsung berhadapan dengan pemandangan laut.

2. Material

Penataan sirkulasi harus mempertimbangkan tatanan lingkungan yang ada karena


aktivitas konstruksi sekecil apapun dapat mengakibatkan perubahan pada
konfigurasi bentuk permukaan tanah (landform), pengikisan topsoil (lapisan atas
tanah), menimbulkan erosi dan peningkatan run off (limpasan air). Berdasarkan
pertimbangan tersebut maka konstruksi pada jalur sirkulasi utama menggunakan
perkerasan beton.

3. Aksesibilitas

Pencapaian dari luar ke dalam kawasan dapat diakses melalui dua pintu, yaitu pintu
bagian utara (Jalan Besar Bagan Deli) dan timur. Pencapaian yang mempunyai dua
pintu masuk ini mempunyai keuntungan tersendiri, karena dapat meminimasi
penumpukan arus keluar-masuk pengunjung.

II-20
4. Parkir

Areal parkir utama dialokasikan pada kawasan penerima yaitu di sekitar TPI dan
sebelah barat Bagan Deli. Material lahan parkir dianjurkan untuk memakai bahan
beton dan berposisi tinggi untuk menghindari air pasang.

2.3 STRATEGI PENGEMBANGAN

Kegiatan pengembangan Wisata Air di Bagan Deli tidak terlepas dari kondisi lingkungan
dan masyarakat Bagan Deli sendiri. Pengembangan kawasan ini tidak hanya
memperhatikan kegiatan wisata tetapi juga kondisi permukiman dan infrastruktur yang
ada di Bagan Deli. Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Air Bagan Deli yang akan
dilaksanakan pengembangannya secara bertahap adalah :

1. Merekonstruksi dan memelihara kondisi infrastruktur jalan menuju Bagan Deli


tetap terawat agar dapat mendukung kegiatan pariwisata.

2. Menjadikan Kawasan Bagan Deli sebagai salah satu Kawasan wisata Bahari dengan
memanfaatkan sumber daya yang terdapat di kawasan Bagan Deli seperti hasil
tangkapan ikan laut, pemandangan laut, wisata kuliner seafood

3. Membangun dan merevitalisasi permukiman penduduk di kawasan Bagan Deli


sesuai dengan standart peraturan yang berlaku (SNI) dan memperhatikan kondisi
fisik dan budaya pada kawasan tersebut.

4. Membangun dan memperbaiki sistem jaringan drainase di kawsan Bagan Deli


dengan memperhatikan kondisi pasang surut air laut di kawasan sesuai dengan
standart peraturan yang berlaku (SNI)

5. Menggunakan pendekatan konsep waterfont city untuk perencanaan Kawasan


Bagan Deli dan pendekatan community Based Approach (partisipasi masyarakat)
untuk kegiatan wisata di Kawasan Bagan Deli.

6. Membangun fasilitas dan utilitas permukiman ( listrik, air bersih, telepon) di


Kawasan Bagan Deli sesuai dengan standart pelayanan permukiman (SPM
Permukiman dan perumahan).

II-21
7. Penyediaan lahan RTH di Bagan Deli Belawan baik berupa RTH di tiap-tiap
kavling perumahan maupun di kawasan perencanaan.

8. Penyediaan infrastruktur yang sesuai untuk kawasan Bagan Deli yang terpengaruhi
pasang surut air laut seperti Rumah Panggung, Steiger untuk jalan (promenade),
dan Talud (Bendungan).

9. Pemilihan kegiatan pariwisata yang sesuai dengan karakteristik kawasan Bagan


Deli Belawan (Restoran Seafood, wisata keliling hutan mangrove, wisata
memancing).

10. Melibatkan masyarakat dalam kegiatan pariwisata di Kawasan Bagan Deli Belawan
dengan memberikan pelatihan (kreatifitas RT, pelayanan terhadap pengunjung dll)

II-22

Anda mungkin juga menyukai