Tabel 2.1
Kaidah-kaidah Pengembangan Pariwisata Kawasan Tepi Air Belawan
II-1
PENGARUH PADA HASIL PENILAIAN
KAIDAH PERTIMBANGAN KELAYAKAN DAN REKOMENDASI
PENGEMBANGAN YG DIHASILKAN
Air yang dihasilkan akan memuat
program-program yang dapat menjadi
penggerak pertumbuhan sektor-sektor
ekonomi masyarakat.
TATA RUANG Rencana tata ruang Kota (RTRW, RDTR) Pengembangan Kawasan Wisata
Airharus sesuai dengan arahan tata
ruang yang telah ditetapkan.
Arahan pengembangan Kawasan Wisata
Airyang dihasilkan akan sinergi dengan
rencana pengembangan wilayah yang
ada di Kecamatan Belawan khususnya
dan Kota Medan umumnya.
Pengembangan Kawasan Wisata Air harus direncanakan dan dikembangkan secara ramah
lingkungan dengan tidak menghabiskan atau merusak sumber daya alam dan sosial, tetapi
dipertahankan untuk pemanfaatan yang berkelanjutan. Menurut Piagam Pariwisata
Berkelanjutan tahun 1995, pembangunan pariwisata yang berkelanjutan adalah
pembangunan yang didukung secara ekologis dalam jangka panjang, sekaligus layak
secara ekonomi, adil secara etika dan sosial.
Untuk itu, dalam perencanaan Kawasan Wisata Air harus memperhatikan daya dukung
ekosistem kawasan dalam menampung komponen biotik (makhluk hidup) yang
terkandung di dalamnya, termasuk memperhitungkan faktor lingkungan dan faktor
lainnya yang berperan di alam yang sangat bervariasi dan selalu bergantung pada tingkat
pemanfaatan yang dilakukan oleh manusia. Pengembangan Kawasan Wisata Air juga
harus memperhatikan kelayakan ekonomi agar dapat memberikan manfaat ekonomi yang
sebesar-besarnya bagi masyarakat, pemerintah daerah, maupun pihak swasta. Selain itu,
pengembangan Kawasan Wisata Air harus sesuai dengan daya dukung sosial
II-2
masyarakatnya agar pengembangan pariwisata yang dilakukan nantinya tidak
mengganggu kehidupan sosial masyarakat sekitar kawasan.
Pengembangan Kawasan Wisata Air harus dapat melibatkan masyarakat dalam tahap
perencanaan dan pengambilan keputusan, serta dalam pengembangan dan pengelolaan
pariwisata. Masyarakat lokal juga seyogyanya diuntungkan secara sosial-ekonomi dalam
pengembangan pariwisata tersebut.
Pengembangan wilayah melihat sektor-sektor sebagai suatu sistem yang saling berkaitan.
Sektor ekonomi yang utama di suatu wilayah perlu dikembangkan dalam kerangka saling
melengkapi dan mendukung dengan sektor lain.
Pariwisata sangat multisektoral dan tidak dapat maju dan berkembang dengan sendirinya
tanpa dukungan dari sektor lain. Di lain pihak, sektor lain pun dapat memanfaatkan
pariwisata untuk bersinergi secara positif sehingga saling mendukung dan
menguntungkan. Dengan kreativitas dan inovasi perencanaan, pariwisata dapat
dikembangkan seiring dengan sektor lainnya tanpa harus memunculkan konflik.
1. Terkait dan selaras dengan sektor ekonomi dasar yang berkembang atau berpotensi di
daerah yang bersangkutan, misalnya pengembangan wisata kuliner, wisata
memancing dan budaya yang berkembang di Belawan.
2. Secara kreatif menggali potensi, baik yang tangible (teraba) maupun intagible (tak
teraba) dari potensi sumber daya sektor-sektor di wilayah.
II-3
3. Bekerja sama dan berkoordinasi dengan sektor lain dalam berbagai tahapan
perencanaan, implementasi dan pengawasan pembangunan.
II-4
e. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien,efektif,
berkeadilan, dan berkelanjutan.
Pengembangan fisik di Kawasan Wisata Air Bagan Deli mengikuti prinsip umum sebagai
berikut dijabarkan sebagai berikut:
Lebih lanjut, adanya zonasi yang membagi peruntukan lahan sekaligus berfungsi
sebagai filter pengunjung dan dapat mengkonsentrasikan arus dan jumlah
pengunjung sehingga dapat meminimalisir terjadinya wisata massal yang dapat
menurunkan kualitas lingkungan fisik.
II-5
hanya mengakibatkan tanah longsor akan tetapi merusak topografi kawasan
tersebut.
Sedapat mungkin tidak membuka jalur baru, baik untuk jalur primer maupun jalur
sekunder dan tersier dengan mengoptimalkan jalur-jalur yang sudah terbentuk
sebelumnya dalam mempertahankan kelestarian habitat liar melalui konservasi
koridor sebagai arena pergerakan habitat liar.
Luas netto sekumpulan areal hijau yang besar lebih memberikan kesempatan yang
lebih besar bagi keanekaragaman hayati untuk berkembang dibanding luas netto
yang kecil-kecil dan tersebar.
5. Mengembangkan kawasan wisata secara demokratis, dalam arti harus aksesibel bagi
semua yang memiliki kemampuan fisik terbatas (manula, kaum difable), serta dapat
diakses bagi semua orang dan bukan golongan yang disesuaikan dengan kriteria dan
standar-standar perancangan.
8. Memanfaatkan potensi sumber daya alam dan binaan lokal, seperti bahan
baku/material bangunan, sumber makanan, akomodasi lokal, ataupun alat transportasi
khas. Hal ini dapat meminimalisir leakage yang dapat merugikan perekonomian lokal
atau tidak memberikan nilai tambah bagi perekonomian lokal.
II-6
Kawasan Wisata Air sesuai dengan definisi parc regionaux (Billet, 1982), yang bertujuan
untuk:
Konsep umum penataan fisik kawasan didasari oleh pertimbangan sebagai berikut:
1. Kawasan Wisata Air Bagan Deli merupakan kawasan yang terletak di antara
Kawasan Lindung, Pelabuhan, dan Perdagangan, sehingga diperlukan pemetaan
yang selain memperhitungkan carrying capacity lingkungan juga memperhatikan
batas-batas kepemilikan dan fungsi guna lahan eksisting.
2. Fitur alam yang unik (berupa lansekap dan air) dan fitur kultural
(tradisi/kebiasaan masyarakat, bentuk arsitektural, dll) yang terdapat di kawasan
dapat dioptimalkan sebagai point of interest.
3. Kawasan Tepi Air merupakan sumber mata pencaharian yang dimanfaatkan oleh
penduduk sekitar bagi kegiatan sehari-hari masyarakat yaitu aktifitas nelayan.
Sasaran penanganan :
II-7
1. Meningkatnya kualitas kondisi lingkungan fisik lingkungan karena teratasinya
daerah tergenang
2. Meningkatnya kualitas dan jangkauan layanan PSU kawasan baik jalan, drainase,
air bersih, persampahan serta MCK.
3. Meningktanya tingkat kesejahteraaan ekonomi penduduk
4. Meningkatnya kepedulian dan pemahaman terhadap lingkungan bersih dan sehat.
2. Daerah yang merupakan lahan kosong yang dimiliki oleh Gereja akan dibeli dan
dimanfaatkan untuk pembangunan Rumah susun dan sekolah SMP yang belum
ada di kelurahan Bagan Deli.
3. Filterisasi/penyaringan status kepemilikan lahan hasil survey dan identifikasi
status kejelasan kepemilikan lahan.
4. Pengaturan area perumahan dan permukiman didalam kawasan perencanaan
dengan pendekatan tingkat kekumuhan
5. Pengaturan konsep jaringan jalan pada prinsipnya mengikuti dan
mempertimbangkan konsep drainase/kanalisasi yang ada, termasuk pengaturan
antar lingkungan didalam kawasan, ditambah dengan jalan akses utama dan
sirkulasi didalam kawasan
II-8
6. Pengadaan RTH
7. Penyediaan ruang untuk kegiatan ekonomi khususnya kegiatan wisata kuliner.
8. Penyediaan fasilitas umum dan fasilitas sosial terkait dengan jumlah penduduk
dan skala pelayanan lingkungan.
Konsep pengembangan zoning atau pemetaan yang ada di Kawasan Wisata Air Belawan
didasari oleh pertimbangan:
Alur kegiatan yang direncanakan dan hubungan antar ruang, dimana suatu
kegiatan harus bersifat kompatibel atau tidak saling mengganggu dengan lainnya.
Sebagai alat utama untuk mendistribusikan pengunjung, konsep zonasi atau pemintakatan
di Kawasan Wisata Air Bagan Deli akan membagi kawasan berdasarkan 3(tiga) zona
kegiatan seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, yaitu :
Zona ini merupakan kawasan yang mempunyai ciri kegiatan yang bersifat aktif
dan semi aktif dan menerima tekanan/beban yang besar dari jumlah pengunjung.
II-9
Berbagai kegiatan dapat dilakukan dengan jangka waktu lama di satu tempat
dengan menikmati objek dan daya tarik wisata yang tersedia dengan motivasi
mencari hiburan. Zona ini tidak mengenal pembatasan pengunjung dan diletakkan
di tepi air. Secara keseluruhan penempatan ini memanfaatkan lingkungan binaan
yang akan dibangun sehingga tidak bersifat invasif dan merusak kealamian zona-
zona lain.
Terbagi atas subzona penerima, budidaya perikanan, wisata tirta, dan permainan.
2. Zona Transisi
Merupakan zona antara zona wisata air dan zona permukiman yang bersifat semi
privat serta ditujukan untuk mewadahi fasilitas yang mendukung kegiatan wisata
air, misalnya pengembangan akomodasi dan aktifitas perdagangan untuk
mendukung kegiatan beristirahat para wisatawan.
Terbagi atas subzona peristirahatan, memancing dan perdagangan.
3. Zona Permukiman
Zona ini merupakan kawasan yang mempunyai ciri khas kegiatan bersifat aktif
dan semi aktif akan tetapi hanya mampu menerima tekanan/beban yang relatif
kecil dibanding zona wisata air. Zona ini merupakan zona permukiman yaitu zona
kampung nelayan. Zona ini terbagi atas subzona permukiman panggung dan
permukiman biasa.
Secara umum konsep penataan bangunan di Kawasan Wisata Air Bagan Deli harus
bersifat ramah lingkungan, baik dari segi konstruksi dan operasional bangunan, dengan
beberapa kriteria sebagai berikut:
II-10
Konstruksi bangunan sebaiknya menggunakan bahan-bahan alami yang mudah
didapatkan dari area lokal dengan tidak mengambil bahan bangunan yang bersifat
langka.
Sedapat mungkin meniadakan sistem cut and fill untuk melestarikan lingkungan
alam di kawasan.
Bagian struktur bawah seperti pondasi dan kolom panggung harus bertahan lama,
sedang bagian struktur atas dapat mudah diganti.
Pemanfaatan energi pasif pada bangunan seperti ventilasi dan pencahayaan alami
sehingga selain menekan biaya pembangunan, energi efisien, juga ramah
lingkungan. Misalnya dengan penempatan jendela dan bukaan yang tepat dan
memperhatikan sirkulasi angin tanpa memerlukan energi tambahan seperti air
conditioner (ac) maupun kipas angin.
II-11
Sedapat mungkin membangun pada kawasan yang telah dibuka sebelumnya
dengan memanfaatkan struktur/bangunan yang ada.
Sementara itu dari segi estetika bentuk dan gaya adalah sebagai berikut:
Detail bangunan harus seragam dan diterapkan pada seluruh bangunan sehingga
mempunyai ciri khas tersendiri.
II-12
Gambar 2.1 Konsep Promenade
Secara lebih terinci, konsep penataan bangunan pada masing-masing zona adalah sebagai
berikut:
Zona ini terletak pada bagian selatan kawasan. Pada zona ini terdapat node utama
sirkulasi, yang berupa jalan utama kawasan (promenade = tempat luas untuk pejalan
kaki). Pembangunan fasilitas ini hendaknya memperhatikan kemudahan akses dan
orientasi pengunjung yang datang atau meninggalkan kawasan.
Zona wisata air mempunyai ruang penerima yang mempunyai fasilitas sebagai berikut:
II-13
- warung makan/restoran/cafetaria
- kios cinderamata
- loket penyewaan perahu
- toilet umum
- panggung budaya (plaza)
Bangunan-bangunan yang dikembangkan bersifat permanen dengan kerapatan yang
relatif tinggi dibanding zona lain dan memperhatikan ketahanan konstruksi. Penataan
bangunan membentuk suatu ruang terbuka yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan
pejalan kaki dan rekreasi air.
Pemanfaatan kondisi tepi pantai untuk dibuatkan Promenade memang bisa menjadi
pilihan untuk dikembangkan sebagai pusat wisata. Namun ada beberapa hal yang perlu
menjadi catatan untuk bisa mengembangkan lokasi Promenade ini, yaitu :
- kondisi tanah dibawah tinggi muka air (kekuatan mekanika tanah)
- naik turunnya muka air laut
- kondisi backwater dan ombak yang terjadi di pesisir pantai
Namun kondisi ini bisa diatasi dengan pengukuran yang jelas terhadap kondisi
permukaan air sehingga bisa dipastikan tinggi promenade agar muka air dengan kondisi
tertinggi tidak mengganggu lintasan promenade. Dukungan dari pilihan atas jenis pondasi
yang memadai atas kekuatan bangunan promenade atas kondisi ombak, dan juga tanah
bawah air.
II-14
Gbr. Simulasi kekuatan tanah (hingga batasan tanah keras), hasil survey Geoteknik di
daerah lokasi pengembangan
Dengan melihat dari hasil simulasi, dan juga melihat data analisis data yang sudah diolah,
maka ditentukan jenis pondasi yang dipilih adalah Pondasi Dalam dengan tipe tiang
pancang beton. Kedalaman dimaksimalkan hingga kedalaman Lapisan Tanah Padat untuk
mendapatkan Daya Dukung Tanah yang bisa menahan beban maksimal yang didapatkan
dari perumusan kobinasi pembebanan (yang memperhitungkan beban hidup, beban mati,
kondisi getaran akibat gempa, dan lain-lain). Sebenarnya alternatif pondasi tiang pancang
ini juga ada yang bertipe tiang pancang baja, namun mengingat faktor pengkaratan akibat
gerusan air garam yang membuat usia layan pondasi lebih singkat, sehingga jenis pondasi
tiang pancang yanh dipilih adalah pondasi tiang pancang beton. Pertimbangan design
untuk pondasi akan dilakukan kemudian dengan kondisi tinggi muka air akibat pasang
surut, sebab kondisi pengujian sondir yang dilakukan bertitik tolak dari dasar tanah
dibawah permukaan air, untuk itu design pondasi ini juga menerus menjadi tiang-tiang
penyangga promenade yang menambah nilai arsitektural dan keindahan dengan kondisi
mengekspos tiang pondasi dari mulai dasar tanah bawah air hingga ke batas tertinggi
pasang naik dan hempasan ombak sebagai acuan ketinggian promenade dari dasar tanah.
II-15
Gbr.2.2 Lintasan (kuning) Promanade yang akan didesain
B. Zona transisi
Merupakan pembatas antara zona wisata air dan zona perumahan. Karakteristik tempat
yang merupakan transisi antara kegiatan yang berintensitas tinggi sampai menengah
sehingga cocok untuk memfasilitasi kegiatan istirahat yang bersifat semi privat dan
privat.
C. Zona Permukiman
Sebagai zona yang mempunyai fungsi untuk permukiman kampung nelayan dengan
intensitas kegiatan menegah sampai rendah, maka fasilitas yang dikembangkan adalah
sebagai berikut:
II-16
Dari permasalahan yang ada di lapangan dan penjaringan aspirasi yang dilakukan pada
saaat rembug warga I, dan analisis yang dilakukan pada bab sebelumnya maka konsep
awal untuk penanganan permasalahan tersebut diatas adalah sebagai berikut :
II-17
Gambar 2.3 : Konsep Penanganan Permukiman
Dari konsep penanganan diatas ada beberapa keuntungan dan kerugian jika digunakan
untuk penanganan masalah yang ada di kawasan perencanaan. Adapun keuntungan dan
kerugiaan penggunaan dari konsep ini adalah :
A. Keuntungan
1. Kanal Pertamina tetap dapat berfungsi seperti saat ini, pipa relatif aman karena tetap
terendam
2. Tidak adanya permasalahan budaya karena tetap mempertahankan kondisi kampong
nelayan.
3. Tidak memerlukan biaya pembangunan yang besar
II-18
B. Kerugian
Konsep penataan sirkulasi di Kawasan Wisata Air Bagan Deli secara umum dijabarkan
sebagai berikut :
1. Menerapkan desain yang harmonis dan sesuai dengan konteks fisik dan kultural
setempat.
2. Menerapkan desain yang memperhatikan fungsi ekologis wilayah pesisir dan
perairan di sekelilingnya.
3. Meminimasi keberadaan "ecological footprint' dengan pembukaan jalur sirkulasi
seminimal mungkin.
4. Memanfaatkan elemen binaan yang telah ada untuk meminimasi pemakaian
sumber daya alam secara berlebihan.
5. Menerapkan desain yang memperhatikan faktor kenyamanan dalam arti aksesibel
bagi semua pengunjung.
Berikut adalah penjabaran konsep sirkulasi di Kawasan Wisata Air Bagan Deli.
1. Pola sirkulasi
Pola sirkulasi dalam tapak direncanakan merupakan gabungan antara pola cul de-
sac dan loop. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari seminimal mungkin
pembukaan jalur-jalur baru agar relatif tidak mengganggu keberlangsungan
berbagai habitat yang ada di dalam kawasan.
II-19
Jika diperlukan pengembangan atau pembukaan jalur sekunder atau tersier baru
maka diharapkan seminimal mungkin memotong patches yang telah terbentuk.
Pola cul de saac diperuntukkan bagi jalur yang menuju sub-sub zona sedang pola
loop dipakai pada jalur utama yang mengelilingi kawasan. Penataan jalur sirkulasi
sebagian besar direncanakan tetap memakai jalur sirkulasi eksisting sebagai jalur
utama dengan bukaan menuju zona wisata air, bukaan menuju zona transisi, dan
bukaan menuju zona permukiman.
Jalur sirkulasi menuju zona wisata air dan zona transisi selain ini ditujukan bagi
sirkulasi pedestrian juga dapat dilalui oleh kendaraan roda empat untuk keadaan
darurat. Sedang akses di dalam zona wisata maupun zona transisi disarankan
menggunakan jalur pejalan kaki, disarankan berbahan beton yang dipasang diatas
permukaan air pasang untuk mengakomodir pergerakan air pasang.
Rute yang diperuntukkan bagi kegiatan wisata, yaitu promenade harus berkesan
terbuka yang menghasilkan kontras dan suasana terbuka. Hal ini didapat pola jalan
yang loop yang langsung berhadapan dengan pemandangan laut.
2. Material
3. Aksesibilitas
Pencapaian dari luar ke dalam kawasan dapat diakses melalui dua pintu, yaitu pintu
bagian utara (Jalan Besar Bagan Deli) dan timur. Pencapaian yang mempunyai dua
pintu masuk ini mempunyai keuntungan tersendiri, karena dapat meminimasi
penumpukan arus keluar-masuk pengunjung.
II-20
4. Parkir
Areal parkir utama dialokasikan pada kawasan penerima yaitu di sekitar TPI dan
sebelah barat Bagan Deli. Material lahan parkir dianjurkan untuk memakai bahan
beton dan berposisi tinggi untuk menghindari air pasang.
Kegiatan pengembangan Wisata Air di Bagan Deli tidak terlepas dari kondisi lingkungan
dan masyarakat Bagan Deli sendiri. Pengembangan kawasan ini tidak hanya
memperhatikan kegiatan wisata tetapi juga kondisi permukiman dan infrastruktur yang
ada di Bagan Deli. Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Air Bagan Deli yang akan
dilaksanakan pengembangannya secara bertahap adalah :
2. Menjadikan Kawasan Bagan Deli sebagai salah satu Kawasan wisata Bahari dengan
memanfaatkan sumber daya yang terdapat di kawasan Bagan Deli seperti hasil
tangkapan ikan laut, pemandangan laut, wisata kuliner seafood
II-21
7. Penyediaan lahan RTH di Bagan Deli Belawan baik berupa RTH di tiap-tiap
kavling perumahan maupun di kawasan perencanaan.
8. Penyediaan infrastruktur yang sesuai untuk kawasan Bagan Deli yang terpengaruhi
pasang surut air laut seperti Rumah Panggung, Steiger untuk jalan (promenade),
dan Talud (Bendungan).
10. Melibatkan masyarakat dalam kegiatan pariwisata di Kawasan Bagan Deli Belawan
dengan memberikan pelatihan (kreatifitas RT, pelayanan terhadap pengunjung dll)
II-22