Analisa Kualitatif Dan Kuantitatif Pewarna Sistetis
Analisa Kualitatif Dan Kuantitatif Pewarna Sistetis
KIMIA DASAR
Disusun oleh :
KELAS B
1. Viki Gilang Ramadhan 26030112130056
2. Fatin Hidayati 26030112140057
3. Happy Hapsari S 26030112130082
Makanan jajanan (street food) telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan
jajanan adalah murah dan mudah didapat, serta cita rasanya enak dan cocok dengan
tampak lebih berkualitas, lebih menarik serta rasa dan teksturnya lebih sempurna.
Zat-zat itu ditambahkan dalam jumlah sedikit, namun hasilnya memuaskan bagi
konsumen dan produsen. Sering tidak kita sadari bahwa dalam makanan yang kita
konsumsi sehari-hari ternyata mengandung zat-zat kimia yang bersifat racun, baik itu
sebagai pewarna, penyedap rasa dan bahan campuran lain. Zat-zat kimia ini
Beberapa jenis bahan makanan yang diuji Badan Pemeriksaan Obat dan
Makanan (BPOM) mengandung bahan berbahaya seperti pewarna tekstil, kertas, dan
cat (rhodamin b), methanyl yellow, dan amaranth. Pemakaian ini sangat berbahaya
karena bisa memicu terjadinya kanker serta merusak ginjal dan hati yang disebabkan
oleh bahan-bahan yang ditambahkan pada jajanan untuk anak-anak seperti es sirup
atau cendol, minuman ringan seperti limun, kue, gorengan, kerupuk, dan saus sambal
(Eka, 2013).
2. Menjelaskan mengenai jenis - jenis dan stuktur kimia pewarna sintetis pada
makanan
makanan
pewarna yang termasuk dalam golongan bahan tambahan pangan, yaitu pewarna
alami dan pewarna sintetis. Tanaman dan hewan memiliki warna menarik yang dapat
digunakan sebagai pewarna alami pada makanan. Beberapa pewarna alami yang
berasal dari kunyit, paprika, dan bit digunakan sebagai pewarna pada bahan pangan
yang aman dikonsumsi. Pewarna dari hewan diperoleh dari warna merah yang ada
pada daging.
Menurut Cahyadi (2009), pewarna sintetis merupakan zat warna yang dibuat
melalui perlakuan pemberian asam sulfat atau asam nitrat yang sering terkontaminasi
oleh arsen atau logam berat lain yang bersifat racun. Sebelum mencapai produk akhir,
pembuatan zat pewarna organik harus melalui senyawa antara yang cukup berbahaya
dan senyawa tersebut sering tertinggal dalam produk akhir atau terbentuk senyawa-
senyawa baru yang berbahaya. Menurut Winarno (2002), penggunaan zat pewarna
untuk bahan pangan sering disalahgunakan dengan pemakaian pewarna untuk tekstil
dan kulit. Proses pembuatan zat pewarna sintetik biasanya melalui perlakuan
pemberian asam sulfat atau asam nitrat yang sering terkontaminasi oleh arsen atau
Adanya residu logam berat pada zat pewarna tersebut sangat berbahaya bagi
pangan dan harga zat pewarna untuk industri jauh lebih murah dibandingkan dengan
dari zat pewarna sintetis adalah warnanya lebih cerah, lebih homogen dan memiliki
variasi warna yang lebih banyak bila dibandingkan dengan zat pewarna alami.
Disamping itu penggunaan zat pewarna sintetis pada makanan bila dihitung
berdasarkan harga per unit dan efisiensi produksi akan jauh lebih murah bila
seluruh industri makanan utama. Karena sifat pewarna sintetis mendasari sifat
kelarutannya dalam air, maka sangatlah mutlak diperlukan untuk mewarnai makanan
yang mengandung air. Jika kelarutannya dalam air kurang sempurna, tentu saja warna
yang diinginkan tidak akan tercapai dengan baik dan menarik. Secara lebih khusus
lagi, pewarna sintetik masih dibagi menjadi dua macam yaitu Dyes dan Lakes.
a. Dyes
Dyes adalah zat warna yang larut dalam air sehingga larutannya
minuman ringan, roti, dan kue-kue produk susu, pembungkus sosis dan lain-
lain. Zat warna ini stabil untuk berbagai macam penggunaan dalam bahan
b. Lakes
penyerapan dye pada bahan dasar. Produk-produk makanan yang kadar airnya
misalnya untuk pelapisan tablet, campuran adonan kue, cake dan donat.
Dibandingkan dengan dyes, maka lakes pada umumnya bersifat lebih stabil
terhadap cahaya, kimia dan panas sehinga harga lakes umumnya lebih mahal
permitted color atau certified color. Untuk penggunaan zat warna tersebut harus
menjalani tes dan prosedur penggunaan yang disebut proses sertifikasi. Proses
sertifikasi ini meliputi pengujian kimia, biokimia, toksikologi, dan analisis media
zat pewarna sintetis dapat digolongkan dalam beberapa kelas berdasarkan rumus
kimianya, yaitu azo, triarilmetana, quinolin, xanten, dan indigoid. Untuk lebih
Tidak ada
menyebabkan sifat kumulatif yaitu iritasi saluran pernafasan, iritasi kulit, iritasi pada
mata, iritasi pada saluran pencernaan, keracunan, dan gangguan hati (Trestiati, 2003).
Analisis pewarna sintetis pada makanan dan minuman dapat dilakukan baik
Prinsip uji bahan Pewarna Tambahan Makanan (BTP) adalah zat warna dalam
contoh makanan/minuman diserap oleh benang wool dalam suasana asam dengan
diteteskan diujung kertas rembesan (elusi), air dari bawah akan mampu menyeret zat-
zat pewarna yang larut dalam air (zat pewarna makanan) lebih jauh dibandingkan
dengan zat pewarna tekstil.Setelah zat pewarna yang diidentifikasi telah diketahui,
maka dapat disimpulkan jenis zat warna yang digunakan pada makanan tersebut.
memakan banyak waktu. Selain itu, metode ini memberikan resolusi yang jelek dan
Berikut ini contoh prosedur analisis zat warna yang terdapat dalam bahan
makanan.
a. Tahap Ekstraksi
pemisahan kromatografi.
b. Analisa Kromatografi
ukuran 12 x 20 cm. Jarak penetesan 1,5 cm dari batas bawah kertas dan
yang telah berisi eluen jenuh. Eluen yang digunakan untuk pemisahan
standar yang dipakai. Untuk analisa kuantitatif, noda yang terjadi discan
e. Mengambil benang wool, dicuci dengan air dan dibilas dengan aquades.
tersebut.
h. Benang wool dibuang, larutan diuapkan di atas water bath sampai kering.
adalah alat yang digunakan untuk mengukur transmitansi, reflektansi dan absorbsi
dengan namanya merupakan alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer.
dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang
spektrum sinar tampak yang sinambung dan monokromatis. Sel pengabsorbsi untuk
larutan pembanding, misalnya blangko dalam sel pertama sedangkan larutan yang
akan dianalisis pada sel kedua. Kemudian pilih foto sel yang cocok 200nm-650nm
(650nm-1100nm) agar daerah λ yang diperlukan dapat terliputi. Dengan ruang foto
tombol dark-current. Pilih h yang diinginkan, buka fotosel dan lewatkan berkas
cahaya pada blangko dan “nol” galvanometer didapat dengan memutar tombol
100%. Lewatkan berkas cahaya pada larutan sampel yang akan dianalisis. Skala
2050,8 µl dan 3076,3 µl standar tartrazine 487,6 ppm ke dalam labutakar 100
dikocok. Deret standar ini mengandung 0, 1, 2.5, 5, 7.5 dan 10 ppm tartrazine
dan 2214,8 standar tartrazine 451,5 ppm ke dalam labu takar 100 ml.
b. Preparasi Sampel
yaitu :
5. Mengambil benang wool, dicuci dengan air dan dibilas dengan aquades.
tersebut.
7. Memanaskan benang wool sampai warna yang tertarik pada benang wool
luntur kembali.
8. Warna yang telah ditarik dari benang wool dan masih larut dalam amoniak
kesehatan, seperti timbulnya kanker usus dan pankreas. Hal ini disebabkan oleh
kandungan arsen melebihi 0,00014% dan timbal melebihi 0,001%. Adapun batas
konsumsi untuk zat pewarna buatan yang direkomendasikan oleh Depkes berkisar
1,25-1,5 mg/kg berat badan (untuk warna merah), 2,5 mg/kg, berat badan (untuk
warna biru), 12,5 mg/kg berat badan (untuk warna hijau), dan 5-7,5 mg/kg (untuk
warna kuning).
Tabel 4. Jenis pewarna sintesis pada produk makanan dan batas maksimum
penggunaannya
No. Nama bahan Jenis / bahan makanan Batas maksimum
tambahan penggunaan
makanan
1 Biru berlian Kapri kalengan, ercis 100 mg – 300 mg /
kalengan, es krim, jem, acar kg
ketimun dalam botol, saus apel
kalengan, makanan lain, jeli
2 Coklat HT Minuman ringan, makanan 70 mg – 300 mg /
lain, makanan cair kg
3 Eritrosin Es krim, buah pir kalengan, 15 mg – 300 mg /
jem, udang beku, saus apel kg
kalengan, makanan lain, jeli,
Astuti, R., Meikawati, W., & Sumarginingsih, S. 2010. Penggunaan Zat Warna
Rhodamin B Pada Terasi Berdasarkan Pengetahuan & Sikap Produsen
Terasi Di Desa Bonang Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang, Jurnal
Kesehatan Masyarakat Indonesia, (Online), 6 (2)
:(http://jurnal.unimus.ac.id/ index.php/jkmi/article/view/153/135), diakses
pada 19 September 2014.
Rompas, Ivone Cecilia. Identifikasi Zat Pewarna Rhodamin B Pada Saus Tomat
Bakso Tusuk Di Sekolah Dasar Kota Manado. Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi
Sumarlin, L. 2010. Identifikasi Pewarna Sintetis Pada Produk Pangan Yang Beredar
di Jakarta dan Ciputat. FST UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Wirasto. 2008. Analisis Rhodamin B Dan Metanil Yellow Dalam Minuman Jajanan
Anak Sd Di Kecamatan Laweyan Kotamadya Surakarta Dengan Metode
Kromatografi Lapis Tipis [Skripsi]. Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah Surakarta Surakarta
http://ivahaveiro.blogspot.co.id/2012/10/analisa-zat-pewarna-pada-makanan-
metode.html