KEPERAWATAN GERONTIK
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN LANSIA
DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN
Kelompok 3:
1. Binur Tuasikal
2. Citra Arthana
3. Rindi Ajeng Putrie
4. Ulya Nuraini
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Keperawatan Gerontik ini dengan judul “Asuhan
Keperawatan Klien Lansia Dengan Gangguan Pernafasan”.
Makalah ini disusun untuk melengkapi dan memenuhi salah satu syarat penilaian Mata Ajar Keperawatan
Gerontik di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jayakarta di Jakarta, penulis berharap semoga Makalah ini
bermanfaat bagi pembaca.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan Makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Ibu Teti Rahmawati, S.Kp selaku koordinator Mata Ajar Keperawatan Gerontik.
2. Ibu Eddy Rosfiati, Skp selaku pembimbing dalam penulisan Makalah ini.
3. Rekan-rekan satu tim, yang telah bekerja sama guna terwujud dan terselesaikannya penulisan
Makalah ini.
4. Kedua orang tua, yang tak henti-hentinya memberikan semangat, doa dan bantuan baik moril dan
materil.
5. Seluruh teman-teman yang ikut memberikan saran dan kritikan sehingga dapat menjadi pertimbangan
dan pembahasan.
6. Serta pihak-pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam
pembuatan Makalah ini.
Penulis masih menyadari bahwa Makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun
bahasanya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
menyempurnakan Makalah ini dimasa yang akan datang.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga Makalah ini dapat membawa manfaat bagi penulis sendiri dan
para pembaca sekalian.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER ..................................................................................................................
KATA PENGANTAR ...................................................................................................
DAFTAR ISI .................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................
B. Tujuan Penulisan................................................................................................
1. Tujuan Umum ................................................................................................
2. Tujuan Khusus ...............................................................................................
C. Ruang Lingkup Penulisan ..................................................................................
D. Metode Penulisan ..............................................................................................
E. Sistematika Penulisan ........................................................................................
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan ............................................................................................................
B. Saran ..................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
F. Latar Belakang
Apabila taraf hidup masyarakat meningkat, ditambah dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran, maka dapat memberikan dampak yang sangat luas bagi masyarakat. Dampak yang
timbul antara lain angka kejangkitan dan kematian penyakit-penyakit infeksi menurun, sedangkan
insidensi penyakit lain (misalnya kardiovaskuler) meningkat. Dampak lainnya ialah usaha harapan hidup
menjadi lebih meninggi dan jumlah anggota masyarakat yang berusia lanjut lebih banyak (Mangunegoro,
1992 www.sampoerna.blogspot.com).
Dengan pertambahan umur, ditambah dengan adanya faktor-faktor lingkungan yang lain, terjadilah
perubahan anatomik-fisiologik tubuh. Pada tingkat awal perubahan itu mungkin merupakan homeostasis
martial,kemudian bisa timbul homeostasis abnormal atau reaksi adaptasi dan paling akhir terjadi kematian
sel (Kumar et al, 1992 www.sulandraamensambas.blogspot.com).
Salah satu organ tubuh yang mengalami perubahan anatomik-fisiologik akibat bertambahnya usia
seseorang adalah sistem pernafasan.
Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan. Menua (menjadi tua) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memeperbaiki diri/mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Constantindes, 1994 www.sampoerna.blogspot.com).
Pada usia lanjut, selain terjadi perubahan anatomik-fisiologik dapat timbul pula penyakit-penyakit pada
sistem pernafasan. Umumnya, penyakit-penyakit yang diderita kelompok usia lanjut merupakan
kelanjutan penyakit yang diderita sejak umur muda, akibat dari gejala sisa penyakit yang pernah diderita
sebelumnya, penyakit akibat kebiasaan- kebiasaan tertentu di masa lalu (misalnya kebiasaan merokok,
minum alkohol dan sebagainya dan penyakit-penyakit yang mudah terjadi akibat usia lanjut. Penyakit-
penyakit paru yang diderita kelompok usia lanjut juga mengikuti pola penyebab atau kejadian tersebut
(Mangunegoro, 1992 www.sampoerna.blogspot.com).
Menurut data yang ada, infeksi saluran napas bagian bawah akut dan tuberkulosis paru masih menduduki
lima penyakit terbanyak yang diderita oleh masyarakat (Boedhi-Darmojo, 1992; DepKes RI/SKRT tahun
1980, 1986, 1992).
Roesdi tahun 1980 meneliti secara retrospektif terhadap 31.275 orang penderita yang dirawat di RS Dr.
Kariadi selama satu tahun (1980), ditemukan 226 orang penderita usia lanjut. Di antara 226 orang
penderita tersebut 67 orang (29,4%) menderita penyakit paru dalam berbagai jenis.
Pada tahun 1981 Pranarka , mengadakan survey kesehatan kelompok usia lanjut di daerah pegunungan di
Jawa Tengah (berpenduduk 3.247 jiwa) menemukan sebanyak 274 orang (8,4%) penduduk usia diatas 50
tahun, sebanyak 56 orang (1,7%) menderita penyakit paru, dan 29 orang (0,9%) diantaranya menderita
tuberkulosis paru.
Sutanegara di Bali (1987) memeriksa sebanyak 196 orang kelompok pensiunan (usia lanjut) dikota
Denpasar Bali, menemukan 24,5% diantaranya dengan kelainan/penyakit paru.
Sidharto di Semarang (1987) mengadakan studi retrospektif terhadap penderita-penderita usia lanjut yang
diawatdi RS Dr. Kariadi Semarang yang menderita penyakit infeksi, menemukan sebanyak 614 penderita
usia lanjut menderita penyakit infeksi dan 61,9% diantaranya menderita infeksi saluran napas.
Rahmatullah pada tahun 1993 mengadakan studi retospektif terhadap 55.655 orang penderita yang
dirawat di RS Dr. Kariadi menemukan sebanyak 522 orang usia lanjut menderita penyakit paru dengan
rincian ISPA/pneumoni 16,6%, tuberkulosis paru 25,2%, PPOM 5,6% dan karsinoma paru 4,5%.
Berdasarkan data diatas terkait masalah perubahan sistem pernapasan pada lansia maka kelompok tertarik
untuk membahas mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada lansia dengan gangguan sistem
pernapasan khususnya untuk masalah penyakit TB Paru.
G. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini yaitu untuk memahami perubahan sistem pernafasan dan
dampaknya pada lansia serta asuhan keperawatan yang dapat dilakukan.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini antara lain, yaitu untuk memahami:
a. Pengertian lansia.
b. Pengertian proses penuaan (proces ageing).
c. Fungsi normal dari sistem pernafasan pada manusia.
d. Perubahan struktur dan fungsi sistem pernafasan yang terjadi pada lansia.
e. Perubahan psikososial dan spiritual yang dialami lansia akibat adanya perubahan struktur dan
fungsi sistem pernafasan.
f. Konsep dasar dari penyakit TBC yang mencakup mengenai pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
komplikasi dan penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan.
g. Asuhan keperawatan yang dapat dilakukan pada lansia dengan masalah perubahan sistem
pernafasan khususnya dengan penyakit TBC.
I. Metode Penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan metode deskriptif yaitu dengan menggambarkan dan menjelaskan
perubahan struktur dan fungsi pada sistem pernafasan, konsep dasar dari penyakit sistem pernafasan
(penyakit TBC) dan asuhan keperawatan yang dapat dilakukan pada lansia dengan gangguan sistem
pernafasan. Penulisan makalah ini bersifat kepustakaan untuk mendapatkan informasi dan data yang
diperlukan dalam menyusun makalah ini. Adapun teknik yang penulis gunakan adalah studi pustaka dan
pencariaan informasi dari internet. Hasilnya digunakan untuk membantu penulisan makalah ini serta
untuk mendapatkan data-data sebagai sumber resensi penulis dan juga hasil dari diskusi kelompok yang
dapat disajikan dalam bentuk makalah.
J. Sistematika Penulisan
Pembahasan dalam penulisan ini terdiri dari empat bab dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. Ruang Lingkup Penulisan
D. Metode Penulisan
E. Sistematika Penulisan
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORI
4. Perubahan Psikososial Dan Spiritual Yang Dialami Lansia Akibat Adanya Perubahan Fungsi dan
Struktur Tubuh
4.1 Perubahan-perubahan Psikososial
a) Pensiun: nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas dikaitkan dengan peranan
dalam pekerjaan.
Bila seseorang pensiun (purna tugas), ia akan mengalami kehilangan-kehilangan, antara lain :
a. Kehilangan finansial (income berkurang).
b. Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi, lengkap dengan segala
fasilitasnya).
c. Kehilangan teman atau kenalan atau relasi.
d. Kehilangan pekerjaan atau kegiatan.
b) Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of mortality).
c) Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih sempit.
d) Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic deprivation).
e) Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit dan bertambahnya biaya pengobatan.
f) Penyakit kronis dan ketidakmampuan.
g) Gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan ketulian.
h) Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman-teman dan family.
i) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik: perubahan terhadap gambaran diri dan perubahan konsep
diri.
4.2 Pengaruh Proses Penuaan Pada Fungsi Psikososial
a. Perubahan fisik, sosial mengakibatkan timbulnya penurunan fungsi, kemunduran orientasi,
penglihatan, pendengaran mengakibatkan kurangnya percaya diri pada fungsi mereka.
b. Mundurnya daya ingat, penurunan degenerasi sel-sel otak.
c. Gangguan halusinasi.
d. Lebih mengambil jarak dalam berinteraksi.
e. Fungsi psikososial, seperti kemampuan berfikir dan gambaran diri.
4.3 Perubahan Spritual
a. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupan (Maslow, 1970
www.sulandraamensambas.blogspot.com).
b. Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak
dalam sehari-hari (Murray dan Zentner, 1970 www.sulandraamensambas.blogspot.com).
c. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Folwer (1978), Universalizing, perkembangan
yang dicapai pada tingkat ini adalah berpikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara
mencintai keadilan.
2. Etiologi
Penyebabnya adalah kuman mycobacterium tuberculosa. Sejenis kuman yang berbentuk batang dengan
ukuran panjang 1-4 /mm dan tebal 0,3-0,6 /mm. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid).
Lipid ini adalah yang membuat kuman lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik. Kuman ini tahan
hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat bertahan dalam lemari es).
Penyebab Tuberkulosis adalah Mycobacterium Tuberculosis, sejenis kuman yang berbentuk batang
dengan ukuran panjang 1-4 mikron dengan tebal 0,3-0,6 mikron. Kuman ini lebih tahan terhadap asam
lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat kuman ini lebih tahan terhadap terhadap asam, gangguan kimia
dan fisik.
2.1 Yang tergolong yang tergolong dalam kuman mycobacterium tuberculosae complex adalah:
1. M. Tuberculosae
2. Varian Asian
3. Varian African I
4. Varian African II
5. M. Bovis
Pembagian tersebut adalah berdasarkan perbedaan secara epidemiologi.
2.2 Kelompok kuman Mycobacterium tuberculosae dan Mycobacteria Other Than TB (MOTT) atypical
adalah:
1. M. Kansaii
2. M. Avium
3. M. intra cellulare
4. M. Scrofulaceum
5. M. Malmacerse
6. M. Xenopi
Beberapa gambaran klinis yang telah disebutkan diatas merupakan gejala-gejala yang mengarah ke
diagnosis tuberkulosis. Akan tetapi gejala itu tidak jelas. Satu-satunya cara untuk memastikannya yaitu
dengan pengujian sputum untuk mencari kuman tuberkulosis pada individu yang menderita batuk (DR.
Dr. Soeparman, 1994:715, www.ebookyuflihulkhair.blogspot.com).
Tuberkulosis juga dapat mempunyai manifestasi atipikal pada lansia, seperti perilaku tidak biasa dan
perubahan status mental, demam, anoreksia dan penurunan berat badan. (Brunner & Suddarth-2002 hal.
585).
5. Komplikasi
Penyakit tuberculosis paru jika tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi. Komplikasi
di bagi atas 2 yaitu:
5.1 Komplikasi dini
1. Pleurtis
2. Efusi pleura
3. Empiema
4. Laringitis
5. Menjalar ke organ lain yaitu usus
6. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu:
1. Fase Intensif (2-3 bulan).
2. Fase Lanjutan (4-7 bulan).
Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan
sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH, Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol.
Sedangkan jenis obat tambahan adalah Kanamisin, Kulnolon, Makvolide, dan Amoksilin ditambah
dengan asam klavulanat, derivat rifampisin atau INH.
Tuberculosis paru diobati karena agens kemotherapi (agen anti tuberkulosis) selama periode 6 sampai 12
bulan. Lima medikasi garis depan digunakan: isoniasid (INH), rifampicin (RIF), streptomisin (SM),
etambutol (EMB), dan pirazinamid (PZA). Kapreomisin, kanamisin, etionamid, natirum para-
aminosalisilat, amikasin dan siklisin merupakan obat-obat baris kedua.
Mycobacterium tuberculosis yang resisten terhadap obat-obatan terus menjadi isu berkembang di seluruh
dunia. Meski TB yang resisten terhadap obat telah teridentifikasi sejak tahun 1950, insiden dari resisten
banyak obat telah menciptakan tantangan baru. Beberapa jenis resisten obat harus dipertimbangkan ketika
merencanakan terapi efektif:
a. Resisten obat primer adalah resisten terhadap satu agens tuberculosis garis depan pada individu yang
sebelumnya belum mendapatkan pengobatan.
b. Resiten obat didapat atau sekunder adalah resisten terhadap satu atau lebih agens anti tuberculosis
pada pasien yang sedang menjalani terapi.
c. Resisten banyak obat adalah resisten terhadap dua agens, sebut saja, INH dan RIF Pengobatan yang
direkomendasikan bagi kasus tuberculosis yang baru didiagnosa adalah regimen pengobatan beragam
termasuk INH, RIF dan PZA selama 4 bulan, dengan INH dan RIF dilanjutkan untuk tambahan 2 bulan
(totalnya 6 bulan).
Sekarang ini, setiap agens di buat dalam pil terpisah. Pil anti tuberculosis baru three in-one yang terdiri
atas INH, RIF dan PZA telah dikembangkan, yang akan memberikan dampak besar dalam meningkatkan
kepatuhan terhadap regimen pengobatan. Pada awalnya etambutol dan streptomycin disertakan dalam
terapi awal sampai sampai pemeriksaan resisten obat didapatkan. Regimen pengobatan, bagaimanapun
tetap dilanjutkan selama 12 bulan.
Individu akan dipertimbangkan non infeksius setelah menjalani 2 sampai 3 minggu terapi obat kontinu.
Isoniasid (INH) mungkin digunakan sebagai tindakan preventif bagi mereka yang diketahui beresiko
terhadap penyakit signifikan, sebagai contoh, anggota keluarga dari pasien yang berpenyakit aktif.
Regimen pengobatan profilaktik ini mencakup penggunaan dosis harian INH selama 6 sampai 12 bulan.
Untuk meminimalkan efek samping, dapat diberikan piridoksin (vitamin B6).
Enzim-enzim hepar, nitrogen urea darah (BUN), dan kreatinin di pantau setiap bulan (Brunner &
Suddarth, 2002 hal. 586-587).
Panduan OAT di Indonesia WHO dan IULTD (Intrenational Union Against Tubercolosis and Lung
Diase) merekomendasikan panduan OAT standar, yaitu:
1. Kategori-1
Tahap intensif terdiri dari Inosiasid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z) dan Etambutol (E). Obat-obatan
tersebut diberikan setiap hari selama 2 bulan (2HRZE). Kemudian diteruskan dengan tahap lanjutan yag
terdiri dari Inosiasid (H) dan Rifampicin (R), diberikan dalam tiga kali dalam seminggu selama empat
bulan (4H3R3). Obat ini diberikan untuk:
ü Penderita baru TBC Paru BTA Positif
ü Penderita TBC Paru BTA negative, Rontgen Positif yang “sakit berat”
ü Penderita TBC Ekstra Paru berat
2. Kategori-2
Tahap intensif diberikan selama 3 bulan, yang terdiri dari 2 bulan dengan Inosiasid (H), Rifampisin (R),
Pirazinamid (Z), Etambutol (E) dan suntikan streptomisin setiap hari di UPK. Dilanjutkan 1 bulan dengan
Inosiasid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z) dan Etambutol (E) setiap hari.
Setelah itu diteruskan dengan tahap lanjutan selama 5 bulan dengan HRE yang diberikan tiga kali dalam
seminggu. Perlu diperhatikan bahwa suntikan streptomisin diberikan setelah penderita selesai menelan
obat. Obat ini diberikan untuk:
ü Penderita kambuh (relaps)
ü Penderita gagal (failure)
ü Penderita dengan pengobatan setelah lalai (after default)
3. Kategori-3
Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari selama 2 bulan (2HRZ), diteruskan dengan tahap
lanjutan terdiri dari HR selama 4 bulan diberikan 3 kali seminggu (4H3R3). Obat ini diberikan untuk:
ü Penderita paru BTA negative dan rontgen positif sakit ringan.
ü Penderita ekstra paru ringan, yaitu TBC kelenjar limfe (limfadenitis), pleuritis eksudativa unilateral,
TBC kulit, TBC tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal.
OAT sisipan (HRZE) Bila pada akhir tahap intensif pengobatan penderita baru BTA positif dengan
kategori 2, hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif, diberikan obat sisipan (HRZE) setiap hari selama
1 bulan.
Kasus
Tn. A (62 th), datang ke rumah sakit dengan mengeluh kepada perawat bahwa sudah 3 minggu
mengalami batuk disertai dahak dan darah, sesak napas dan nyeri dada. Klien juga mengatakan bahwa
setiap malam klien selalu berkeringat walaupun klien tidak melakukan kegiatan yang berat dan
mengalami demam. Klien mengatakan tidak nafsu makan sehingga klien mengalami penurunan berat
badan dari 57 kg menjadi 47 kg. Klien terlihat lemah, lemas dan keadaan postur tubuh klien yang tampak
terangkat kedua bahunya. Klien terlihat agak kurus. Saat dilakukan pengkajian didapatkan TD: 110/60
mmHg, Suhu 39° C, RR : 27 x/menit, N : 107 x/menit. Saat di auskultasi terdengar suara Ronchi (+), BB :
46 kg, TB : 157 cm, konjungtiva klien terlihat pucat, mukosa bibir telihat pucat, Leukosit : 11.000 mg/dL.
Klien bertanya kepada perawat mengapa keluhan-keluhan yang ia rasakan tidak kunjung menghilang dan
apa yang menyebabkan klien seperti itu.
A. Pengkajian
Proses keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilaksanakan untuk memecahkan masalah klien
secara bertanggung jawab dan berkesinambungan dengan didasari atas prinsip-prinsip ilmiah yang
memandang klien secara menusia yang utuh (holistik) yaitu Bio, Psiko, Sosial, dan Spritual. Penerapan
proses keperawatan terhadap klien ini terdiri dari empat langkah yaitu: pengkajian, perencanaan,
implementasi dan evaluasi.
Pada klien dengan TB paru data yang dapat dikumpulkan meliputi:
1. Riwayat kesehatan keperawatan
2. Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan klien sebelumnya pernah menderita sakit seperti ini atau pernah kontak dengan penderita
tuberkulosis, tidak dapat imunisasi BCG dan mempunyai riwayat status gizi yang kurang baik.
Pengkajian perawatan pada klien dengan tuberculosis paru antara lain difokuskan pada:
1. Aktifitas dan istirahat
Gejala:
· Kelelahan umum dan kelemahan.
· Nafas pendek karena bekerja.
· Kesulitan tidur pada malam atau demam pada malam hari, menggigil dan atau berkeringat.
· Mimpi buruk.
Tanda :
· Takhikardi, takipneu atau dispneu pada kerja.
· Kelelahan otot, nyeri dan sesak (pada tahap lanjut).
2. Integritas Ego
Gejala :
· Adanya faktor stres lama.
· Masalah keuangan, rumah.
· Perasaan tak berdaya atau tak ada harapan.
· Populasi budaya.
Tanda :
· Menyangkal (khususnya selama tahap dini).
· Anxietas, ketakutan dan mudah tersinggung.
Tanda :
· Turgor kulit buruk.
· Kehilangan lemak subkutan pada otot.
4. Pernafasan
Gejala :
· Batuk produktif atau tidak produktif.
· Nafas pendek.
· Riwayat tuberkulosis atau terpajan pada individu yang terinfeksi.
Tanda :
· Peningkatan frekuensi nafas.
· Pengembangan pernafasan tak simetris.
· Perkusi dan penurunan fremitus vokal, bunyi nafas menurun tak secara bilateral atau unilateral
(efusi pleura atau pneumothorax) bunyi nafas tubuler atau bisikan pektoral diatas lesi luas, krekels tercatat
diatas apeks paru selama inspirasi cepat setelah batuk pendek (krekels-posttusic).
· Karakteristik sputum: hijau purulen, mukoid kuning atau bercampur darah.
· Deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).
· Tak perhatian, mudah terangsang yang nyata dan perubahan mental (tahap lanjut).
5. Nyeri dan kenyamanan
Gejala:
· Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Tanda:
· Berhati-hati pada area yang sakit.
· Perilaku distraksi dan gelisah.
6. Keamanan
Gejala:
· Adanya kondisi penekana imun, contoh ; AIDS, kanker, tes HIV positif (+)
Tanda:
· Demam rendah atau sakit panas akut.
7. Interaksi sosial
Gejala:
· Perasaan isolasi atau penolakan karena penyakit menular.
· Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab atau perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan
peran.
A. Data Biografi
Nama : Tn. A
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat dan tanggal lahir : Surabaya, 21 Januari 1949
Pendidikan terakhir : SD
Agama : Islam
Status perkawinan : Duda
Tinggi badan atau berat badan : 157 cm, 46 kg
Penampilan umum : Cukup baik, tubuh kurus, lemah
Alamat : Jl. Makmur Penganten Ali Jakarta Timur
Orang yang mudah dihubungi : Ibu R
Hubungan dengan klien : Anak
Alamat dan telepon : Jl. Makmur Penganten Ali Jakarta Timur
08567891204
Diagnosa medis : TB Paru
B. Riwayat Keluarga
Genogram:
Ket:
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
X : Meninggal
C. Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan saat ini : Pensiun
Pekerjaan sebelumnya : Pekerja pabrik asbes
Sumber-sumber pendapatan : Dari hasil pemberian anak
Kecukupan terhadap kebutuhan : Cukup terpenuhi
F. Sistem Pendukung
Di dekat rumah klien terdapat seorang dokter yang memang kenal dengan keluarga klien. Terkadang
keluarga klien meminta tolong kepada dokter tersebut untuk memeriksa kondisi Tn.A. adapun jarak
rumah dokter tersebut dengan rumah klien hanya berjarak 5 km. Rumah klien tidak jauh dr R.S Pasar
Rebo yang berjarak sekitar 500 km dari rumahnya. Selain itu juga terdapat klinik Sejahtera di dekat
rumah klien yang berjarak sekitar 50 km. Keluarga masih kurang memperhatikan kondisi klien
dikarenakan kesibukan mereka bekerja di luar rumah. Namun keluarga tetap membantu mengawasi
kesehatan klien.
G. Diskripsi Kekhususan
Biasanya klien melaksanakan kewajibannya sebagai hamba Allah yang beragama islam, klien
melaksanakan sholat lima waktu secara rutin dan mengaji atau terkadang muhasabah diri untuk
menghilangkan pikiran-pikiran negatifnya dan untuk membantu menenangkan dirinya akibat dari respon
stres yang ditimbulkan karena penyakit yang klien derita.
H. Status Kesehatan
Klien mengatakan pernafasannya mulai mengalami penurunan dan gangguan-gangguan kurang lebih 3
tahun yang lalu. Klien mengatakan tidak menderita penyakit lain, klien merasa dirinya sehat-sehat saja.
Namun klien mengalami sedikit gangguan pada pernafasannya, klien merasakan batuk yang tak kunjung
reda dan pula sesak nafas serta nyeri dada yang dirasakan sangat mengganggu aktivitasnya.
· Provokative/Paliative : Batuk disertai dahak dan terkadang juga darah, serta sesak nafas dan nyeri
dada.
· Quality/Quantity : Batuk, sesak nafas dan nyeri dada dirasakan sangat mengganggu
aktivitasnya, dan sudah cukup lama klien mengalami keluhan-keluhan tersebut.
· Region : Nyeri dada yang klien rasakan menyebar disekitar dada, nyeri tersebut
dirasakan setelah klien batuk-batuk dan juga disertai dengan sesak nafas.
· Severity scale : Bila batuk, sesak nafas dan nyeri dada itu timbul klien mengatakan sulit
tidur.
· Timming : ketika ada rangasan yang mempengaruhi pernafasan klien atau setelah
klien melakukan pekerjaan yang cukup berat danwaktu yang lama.
Obat-obatan : Dokter memberikan resep obat berupa obat batuk dan juga obat untuk
membantu mengurangi sesak dan nyeri dada serta memberikan expectorant untuk memudahkan
mengeluarkan lendir atau dahak klien yang diminum 3xsehari.
Status imunisasi : lengkap
Alergi (obat-obatan/makanan/faktor lingkungan) seperti debu dan cuaca yang tidak menentu.
Penyakit yang diderita : TB Paru
Berpakaian
ü
Melakukan eliminasi
ü
Pergerakan
ü
Makan
ü
Kemampuan perawatan diri:
Skor:
0 = mandiri, 1 = dibantu sebagian, 2 = perlu bantuan orang lain, 3 = perlu bantuan orang lain dan alat, 4
= tergantung/ tidak mampu.
Psikologis
· Persepsi klien terhadap penyakit cukup baik, karena klien merasa wajar karena umurnya sudah tua.
· Konsep diri klien baik, karena klien mampu memandang dirinya secara positif dan mau bekerja
sama dengan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan yang klien alami.
· Emosi cukup baik (stabil).
· Kemampuan adaptasi klien adaptasi klien cukup baik karena klien masih suka berkumpul dengan
teman-teman sebayanya disekitar rumah klien.
· Mekanisme pertahanan diri : klien mengatakan senang tinggal di rumah anaknya
dibanding klien harus tinggal di panti, karena dengan tinggal di rumah anaknya tersebut klien merasa
masih diperhatikan, dihargai dan dicintai oleh keluarganya. Apabila ada masalah klien melakukannya
dengan cara pemecahan masalah yang sebelumnya dibicarakan dengan keluarga klien.
L. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : melakukan pemeriksaan darah lengkap khususnya leukosit klien meningkat.
Radiologi : melakukan pemeriksaan rontgen dada untuk melihat perkijuan yang ada pada
paru-paru klien
EKG :-
USG :-
CT-Scan :-
Analisa Data
No.
Data
Masalah
Penyebab
1.
Ds :
· Klien mengeluh kepada perawat bahwa sudah 3 minggu mengalami batuk disertai dahak dan darah,
sesak napas dan nyeri dada.
Do :
TD : 110/60 mmHg
Suhu 39° C
RR : 27 x/menit
N : 107 x/menit.
Saat di auskultasi terdengar suara Ronchi (+).
Bersihan jalan napas tidak efektif.
Penumpukan sekret kental atau sekret darah.
2.
Ds :
· Klien mengeluh kepada perawat bahwa sudah 3 minggu mengalami batuk disertai dahak dan darah,
sesak napas dan nyeri dada.
Do :
· Klien terlihat lemah, lemas dan keadaan postur tubuh klien yang tampak terangkat kedua bahunya.
TD : 110/60 mmHg
Suhu 39° C
RR : 27 x/menit
N : 107 x/menit.
Saat di auskultasi terdengar suara Ronchi (+).
Dt :
Nilai AGD
Tanda-tanda sianosis
Do :
· TD : 110/60 mmHg
· Klien terlihat lemah.
· Klien tampak lemas.
Klien terlihat agak kurus.
Konjungtiva klien terlihat pucat,.
Mukosa bibir telihat pucat.
BB : 47 kg
TB : 157 cm
Dt :
Nilai Hb
Bising usus
Pemeriksaan Serum Albumin
IMT
LLA
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Sering batuk atau produksi sputum meningkat.
4.
Ds :
· Klien juga mengatakan bahwa setiap malam klien selalu berkeringat walaupun klien tidak
melakukan kegiatan yang berat.
· Klien mengatakan mengalami demam.
Do :
TD : 110/60 mmHg
Suhu 39° C
RR : 27 x/menit
N : 107 x/menit.
Leukosit : 11.000 mg/dL
Dt :
Tanda-tanda infeksi
Pemeriksaan rontgen dada
Ada tidaknya perkijuan pada paru
Resiko tinggi terjadinya infeksi dan penyebaran infeksi.
Penurunan imunitas, kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen.
5.
Ds :
Klien bertanya kepada perawat mengapa keluhan-keluhan yang ia rasakan tidak kunjung menghilang.
Klien mengatakan apa yag menyebabkan klien seperti itu.
Do : -
Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan serta pengobatan.
Tidak akurat dan tidak lengkap informasi yang ada.
B. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin muncul, antara lain:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret kental atau sekret darah.
2. Gangguan atau Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveolar-kapiler.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan sering batuk atau produksi sputum
meningkat.
4. Resiko tinggi terjadinya infeksi dan penyebaran infeksi berhubungan dengan kurang pengetahuan
untuk menghindari pemajanan patogen.
5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan serta pengobatan
berhubungan dengan tidak akurat dan tidak lengkap informasi yang ada.