Anda di halaman 1dari 19

Tugas dr. Andry Irawan, M.Si.

Med, SpB

1. Tipe-tipe operasi secara umum (kyknya yg clean, clean-contaminated, dirty)

Tipe-tipe operasi berdasarkan jenis luka:

- Clean wound  luka operasi yang tidak terinfeksi dimana tidak terdapat inflammasi dan luka
dapat ditutup dengan primary closure. Secara definisi, visus tidak dimasuki saat melakukan clean
procedure (cth, respiratory, alimentary, genital, or urinary tract)
- Clean-contaminated wound adalah luka operasi dimana viskus dimasuki namun dalam kondsi
terkontrol tanpa kontaminasi
- Contaminated wounds adalah luka terbuka, luka akibat kecelakaan, operasi dengan dengan
pelanggaran dalam teknik steril maupun tumpahan atau kontaminasi dari saluran pencernaan.
Luka terjadi secara akut dan inflammasi nonpurulen juga dapat ditemui dalam kategori ini
- Luka kotor adalah luka trauma yang lama dimana terdapat benda asing atau sisa-sisa jaringan luka
atau kontaminasi feses atau luka yang terdapat infeksi dan viscus yang mengalami perforasi

Resiko SSI pada tiap jenis luka adalah:

- Clean (1.3 – 2.9)


- Clean – contaminated (2.4 – 7.7)
- Contaminated (6.4 – 15.2)
- Dirty (7.1 – 40.0)

2. Dosis metronidazole

Profilaksis operasi

Oral : 1 gram PO setiap 6-8 jam sebanyak 3 dosis.

IV: 15mg/kg diinfuskan sebagai loading dose dalam 30-60 menit, selesai dalam 1 jam sebelum operasi.
Dapat diberikan alternatif 7.5 mg/kg IV dalam 30-60 menit pada 6 dan 12 jam setelah dosis pertama untuk
rumatan. Dihentikan 12 jam setelah operasi.

3. H202 brp %?

Pada umumnya digunakan 3%

4. Nama defek pada dinding abdomen pada hernia (huruf depan L)


5. Cara pemberian antibiotic pada profilaksis dan terapeutik

Tujuan dari pemberian profilaksis adalah untuk mencegah surgical site infection dengan mengurangi
mikroorganisme di lokasi operasi pada saat tindakan operasi. Profilaksis diberikan jika ada resiko tinggi
nfeksi atau ada kemungkinan terjadinya infeksi pada lokasi operasi (pasien dengan immunocompromise,
bedah jantung, atau pemasangan benda asing). 1

- Pre-operative dose timing – antibiotik diberikan pada waktu optimal pre-operative sekitar 60
menit sebelum insisi dilakukan. Beberapa jenis antibiotik seperti fluoroquinolone dan vancomycin
diberikan sekitar 1 – 2 jam sebelum dilakukan insisi
- Selection and dosing – pemberian antibiotik harus sesuai dengan berat badan dan kebutuhan
untuk dosis ulangan. Obesitas meningkatkan resiko terjadinya surgical site infection. Pemberian
antibiotik ulangan intra-operasi dibuthkan untuk memastikan konsentrasi pada serum dan
jaringan tetap cukup. Terutama jika durasi prosedur melebihi 2x waktu paruh obat atau terjadi
kehilangan darah dalam jumlah banyak
- Duration of prophylaxis – diberikan dalam single dose atau dilanjutkan kurang dari 24 jam post
operasi
6. Kapan pake antibiotic profilaksis dan terapeutik?

Pemberian antibiotik pada contaminated wound atau dirty procedure tidak dianggap profilaksis, pada
kasus tersebut maka antibiotik terapetik harus diberikan. Antibiotik profilaksis diberikan pada clean-
contaminated procedure.

Untuk mencapai efek profilaksis, maka antimikroba diberikan untuk melawan mikroba yang dapat
mengkontaminasi lokasi oeprasi, diberikan pada dosis yang tepat dan waktu yang tepat untuk mencapai
konsentrasi pada jaringan dan serum pada saat kemungkinan terjadinya kontaminasi, diberikan dengan
waktu sependek mungkin untuk meminimalisir efek samping dan kemungkinan resistensi. 2

7. Apa yang harus dicari pada BNO pada ileus obstruktif/paralytic / partial /complete dan peritonitis

Algoritma untuk interpretasi foto abdomen


Pola gas pada usus dapat mengarahkan kecurigaan pada suatu diagnosis. Penting sekali untuk menilai
pola dari sebaran gas pada usus untuk menentukan penyebab dari keluhan pasien. Juga sangat penting
untuk menentukan posisi posien ketika mengambil foto abdomen polos dan x-ray 3 posisi merupakan
suatu standard dalam menilai keluhan tertentu seperti acute abdomen. Abnormalitas pada foto abdomen
dapat berupa:

- free air  disebabkan oleh perforasi hollow viscus dan selalu merupakan kegawatdaruratan
bedah yang membutuhkan intervensi segera.

- Generalized ileus uniform, gaseous distention dari large and small bowel
- Localized ileus  sentinel loop merupakan dilatasi dari small bowel loop yang terlokalisir akibat
proses inflammasi lokal. Sebagai contoh pada pankreatitis akut atau appendisitis akut
- Volvulus  volvulus terjadi ketika terjadi puntiran kolon pada mesenterium dan membentuk
closed loop obstruction. Sigmoid merupakan tempat tersering terjadinya volvulus dilanjutkan oleh
caecum. Sigmoid volvulus akan memberikan gambaaran upside down U-Shape loop of dilated
bowel with the apex twist in the pelvis. Gambaran ini dikelan juga dengan classic “coffee bean
sign” yang dapat membesar dan memenuhi seluruh foto abdomen.

- Volvulus pada caecum merupakan kegawatdaruratan karena meningkatkan resiko perforasi. Pada
umumnya memberikan gambaran dilatasi dari viscus yang terisi oleh gas diserai dengan obstruksi
usus halus dan tidak ditemukan udara pada kolon.
- Appendicolit dapat ditemukan pada right iliac fossa dan berupa temuan kalsifikasi

8. Luka bakar apa yang harus di fasciotomy?

Fasciotomy merupakan tindakan untuk mengatasi acute compartment syndrome untuk mengurangi
tekanan intracompartment guna memperbaiki darah ke jaringan. Selain itu pada high-voltage injury
(burns) merupakan indikasi untuk dilakukannya fasciotomi karena high-voltage electrical burns dapat
menyebabkan kerusakan jaringan yang cukup dalam dan menyebabkan terjadinya swelling dan
inflammasi yang berujung pada penekanan dari pembuluh darah.

9. Keyakinan % app per Alvarado score


Sumber : 3

10. Patof hemmoroid (selain teori Anal cushion ada teori baru)

Mekanisme patofisiologi dari pembentukan hemorrhoid tidak diketahui secara pasti. Selama bertahun-
tahun, teori varicose vein yang dipostulasikan bahwa hemorrhoid disebabkan oleh varicose vein pada anal
canal telah ditinggalkan karena pasien dengan peningkatan tekanan vena porta dan varises tidak
meningkatkan angka insidensi dari hemorrhoid.

Teori sliding dari pelapis anal canal mulai diterima oleh para klinisi. Teori ini menjabarkan bahwa
pembentukan hemorrhoid disebabkan oleh jaringan penyangga dari anal cuhsion mengalami disintegrasi.
Oleh sebab itu hemorrhoid disebutkan sebagai terminologi patologis untuk mendeskripsikan dari
turunnya anal cushion secara abnormal menyebabkan dilatasi dari vena.

Perubahan patologis yang ditemukan pada pasien dengan hemorrhoid termasuk dilatasi vena, thrombosis
vaskular, proses degenerasi dari serat kolagen dan jaringan fibroelastic, distorsi dan ruptur dari otot
subepithelial dari anal.4

11. Risk factor hemmoroid


- Konstipasi kronis dan feses keras diperkirakan menyebabkan obstruksi venous return dan
perbesaran dari plexus hemorrhoidalis
- Konsumsi alkohol
- Konsumsi makanan rendah serat atau kaya rempah (spicy foods)
- Obesitas
- Kebiasaan duduk dalam jangka waktu lama
- Gaya hidup sedenter
- Hubungan sexual via anus
- Hilangnya kekuatan otot-otot pelvis akibat usia, kehamilan, kelahiran maupun tindakan bedah
- Penyakit jantung maupun hepar yang menyebabkan kongesti dari aliran darah vena

12. Penangan akut hemooroid externa + thrombosis, brp jam idealnya?

Nyeri akut serta thrombosis hemorrhoid external dapat dilakukan hemorrhoidectomy dalam 72 jam
setelah munculnya gejala untuk pertama kali. Setelah 72 jam, upaya untuk meredakan nyeri akibat
thrombosis tidak akan bermakna dibanding rasa tidak nyaman akibat tindakan bedah itu sendiri. 5

13. Special test epididymidis

Penting sekali untuk membedakan epididimitis akut dengan torsio testis dengan melakukan serangkaian
pemeriksaan fisik yaitu

- Prehn’s sign – hemiscrotum di elevasi, maka rasa nyeri akan berkurang pada epididitis namun
membuat nyeri bertambah pada torsio testis (prehn’s sign positif)
- Cremaster reflex – jika cremaster reflex ditemukan normal, maka kecil kemungkinan terjadinya
torsio testis. Refleks ini akan muncul jika dilakukan penggoresan atau menusuk paha bagian
anterior medial dan akan ditemukan testis ipsilateral akan tertarik kearah cranial.

14. Urethra mulai darimana, bagian2 secara umum dan spesifik, seberapa panjang

Uretra laki-laki memiliki panjang sekitar 15-25 cm pada orang dewasa dan memiliki kurva yang
membentuk huruf S jika dilihat dari bidang sagital median. Uretra berasal dari leher kandung kemih dan
bermuara pada meatus uretra pada glans penis.

Secara anatomis, uretrha dapat dibagi menjadi 4 bagian yaitu


- Pre-prostatic (intramural): dimulai pada orifisium urethral interna yang terletak pada leher dari
buli, turun melewati dinding dari buli dan berakhir pada prostat
- Prostatic: melewati glands prostat.
- Membranous: melewati lantai pelvis dan deep perineal pouch. Dikelilingi oleh external urethral
sphincter yang mmemberikan kontrol volunter pada saat berkemih
- Spongy: melewati bulbus dan corpus spongiosum dari penis dan berakhir pada external urethral
orifice. Pada glans penis, urethra mengalami dilatasi membentuk fossa navicularis.

15. Cairan yang diproduksi masing-masing organ (usus, lambung, pancreas) brp?
16. periappendicular mass itu apa ?

Appendisitis akut adalah inflammasi dari vermiform appendix dan merupakan penyebab tersering dari
acute abdomen pada usia muda. Terminologi appendisitis dengan komplikasi kadang digunakan untuk
mendeskripsikan massa pada appendix yang terpalpasi, penyebaran dari proses inflammasi dengan
pembentukan eksudat yang purulent (phlegmon) atau abses yang terlokalisasi. Sebuah phlegmon adalah
adalah sebuah inflammatory tumor yang terdiri dari appendix yang mengalami peradangan, viscera
sekitar dan omentum majus. Sedangkan abses adalah massa appendix yang berisi pus. Biasanya
ditemukan pada saat pemeriksaan fisik (ditemukan massa) atau ketika dilakukan CT, US atau saat
eksplorasi abdomen.6

17. BOLOGNA guideline buat ASBO - cari indikasi operasi ASBO

18. Untuk ASBO kalau obstructionnya partial, kenapa ga konservatif aja treatmentnya?

Bologna guideline for ASBO

Jika tidak terdapat tanda-tanda dari strangulasi dan riwayat dari muntah persisten atau temuan pada CT-
Scan (cairan bebas, edemea mesenteric, small-bowel feces sign, devaskularisasi). Pasien dengan ASBO
parsial dapat tatalaksana non bedah dan dekompresi dengan NGT atau long tube. Pada tatalaksana
konservatif pasien dengan ASBO, volume drainase menggunakan long tube pada hari ke 3 (> 500ml)
merupakan indikasi dari tindakan bedah.
Indikasi bedah:

- Gagal tindakan konservatif


- Pasien denga nriwayat operasi dalam 6 minggu sebelum muncul keluhan SBO
- Pasien dengan tanda-tanda strangulasi atau peritonitis (demam, tachycardia, leukositosis,
asidosis metabolik dan nyeri konstan)
- Pasien dengan hernia irreducible
- Complete SBO (tidak ada udara pada large bowel)
- Serum creatinine phosphokinase (NOM failure)
- Cairan bebas pada intraperitoneum
- Edeme mesenterica
- Tidak adanya small bowel feces sign pada CT

Takikardia, demam dan nyeri fokal serta kenaikan WBC dan serum laktat merupaka indikator dari iskemia
instestinal, namun tidak spesifik. Saat kemungkinan iskemia intestinal rendah, maka dapat dilanjutkan
dengan terapi konservatif untuk 24-48 jam.

Tatalaksana non bedah dengan tidak adanya tanda-tanda strangulasi atau peritonitis dapat diperpanjang
hingga 72 jam. Jika tidak ada perbaikan dalam 72 jam, maka tindakan bedah direkomendasikan. Tindakan
Open surgery sering digunakan pada ASBO dengan strangulata atau pada pasien yang gagal mendapatkan
penanganan konservatif.
Pasien dengan ASBO yang tidak dilakukan prosedur bedah memiliki jangka waktu dirawat dirumah sakit
lebih lama dengan angka rekurensi yang lebih tinggi.

Tindakan bedah dari ASBO menuai kontroversi karena tindakan bedah sendiri dapat menyebabkan
adhesi dan tindakan konservatif tidak dapat menghilangkan penyebab dari obstruksi.7
REFERENSI

1. Bratzler DW, Dellinger EP, Olsen KM, Perl TM, Auwaerter PG, Bolon MK, et al. Clinical practice
guidelines for antimicrobial prophylaxis in surgery. AmJ Heal SystPharm. 2013;70(1535–2900
(Electronic)):195–283.

2. Harris A, Editor MPHD. Official reprint from UpToDate ® www.uptodate.com ©2017 UpToDate ®
Antimicrobial prophylaxis for prevention of surgical site infection in adults. 2017;

3. Ohle R, O’Reilly F, O’Brien KK, Fahey T, Dimitrov BD. The Alvarado score for predicting acute
appendicitis: a systematic review. BMC Med [Internet]. 2011 Dec 28 [cited 2017 Jun 4];9:139.
Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22204638

4. Lohsiriwat V. Hemorrhoids: from basic pathophysiology to clinical management. World J


Gastroenterol [Internet]. 2012 May 7 [cited 2017 Jun 4];18(17):2009–17. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22563187

5. American Academy of Family Physicians. American family physician. [Internet]. Vol. 65, American
Family Physician. American Academy of Family Physicians; 1970 [cited 2017 Jun 4]. 1641 p.
Available from: http://www.aafp.org/afp/2002/0415/p1641.html

6. Tannoury J, Abboud B. Treatment options of inflammatory appendiceal masses in adults. World J


Gastroenterol [Internet]. 2013 Jul 7 [cited 2017 Jun 4];19(25):3942–50. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23840138

7. Coccolini F, Ansaloni L, Manfredi R, Campanati L, Poiasina E, Bertoli P, et al. Peritoneal adhesion


index (PAI): proposal of a score for the “ignored iceberg” of medicine and surgery. World J Emerg
Surg [Internet]. 2013 [cited 2017 Jun 4];8(1):6. Available from:
http://wjes.biomedcentral.com/articles/10.1186/1749-7922-8-6

Anda mungkin juga menyukai