Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Haji merupakan rukun Islam yang kelima yang diwajibkan bagi seorang Muslim sekali
sepanjang hidupnya bagi yang mampu melaksanakanya, Setiap perbuatan dalam ibadah haji
sebenarnya mengandung rahasia, contoh seperti ihrom sebagai upacara pertama maksudnya
adalah bahwa manusia harus melepaskan diri dari hawa nafsu dan hanya mengahadap diri
kepada Allah Yang Maha Agung. Memperteguh iman dan takwa kepada allah SWT karena
dalam ibadah tersebut diliputi dengan penuh kekhusyu'an, Ibadah haji menambahkan jiwa tauhid
yang tinggi

Ibadah haji adalah sebagai tindak lanjut dalam pembentukan sikap mental dan akhlak yang
mulia. Ibadah haji adalah merupakan pernyataan umat islam seluruh dunia menjadi umat yang
satu karena memiliki persamaan atau satu akidah. Memperkuat fisik dan mental, kerena ibadah
haji maupun umrah merupakan ibadah yang berat memerlukan persiapan fisik yang kuat, biaya
besar dan memerlukan kesabaran serta ketabahan dalam menghadapi segala godaan dan
rintangan. Ibadah haji Menumbuhkan semangat berkorban, baik harta, benda, jiwa besar dan
pemurah, tenaga serta waktu untuk melakukannya.

Dengan melaksanakan ibadah haji bisa dimanfaatkan untuk membangun persatuan dan kesatuan
umat Islam sedunia. Ibadah haji merupakan muktamar akbar umat islam sedunia, yang peserta-
pesertanya berdatangan dari seluruh penjuru dunia dan Ka'bahlah yang menjadi simbol kesatuan
dan persatuan.

i
DAFTAR ISI

BAB I ............................................................................................................................................................. i
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ i
DAFTAR ISI .................................................................................................................................................... ii
BAB II .......................................................................................................................................................... 1
PEMBAHASAN .......................................................................................................................................... 1
1. Pengertian Ihram ............................................................................................................................ 1
2. Filosofi dari ihram .......................................................................................................................... 2
3. Melafalkan niat ............................................................................................................................... 3
4. Al-Isytirath Dalam Ihram .............................................................................................................. 4
5. Tata Cara Ihram Dan Sunnah-Sunnahnya .................................................................................. 4
6. Larangan dalam Ihram .................................................................................................................. 5
7. Tempat Memulai Ihram dan Masanya ......................................................................................... 7
8. Tempat Ihram Orang Yang Tidak Melalu Miqat ........................................................................ 8
9. Macam-macam ihram..................................................................................................................... 8
BAB III....................................................................................................................................................... 11
PENUTUPAN ............................................................................................................................................ 11

ii
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Ihram

Ihram ialah bahasa arab, berasal dari kata kerja nahrama-yuhrimu-ihraman. Arti
ihram ialah memasuki tanah suci, memasuki bulan suci,menahan diri dari larangan-
larangan yang sebelumnya dibolehkan dan atau berpakaian ihram. Apabila kata ahrama
digandengan dengan kata al-hajj maka artinya adalah berihram haji, sedangkan orang
yang melakukan ihram disebut muhrim.
Ihram dalam shalat dimulai takbiratul ihram sampai salam. Sejak itu, seseorang mesti
menahan dan mengikat diri dari sejumlah perbuatan yang membatalkan sholat yang
sebelumnya tidak dilarang. Seseorang yang memakai pakaian ihram dalam ibadah haji,
dia wajid mengikat dan menahan diridari sejumlah perbuatan yang merusak ibadah
hajinya.
Jadi istilahnihram menurut syara’ (istilah fiqih) ialah niat masuk dalam nusuk
(ibadah). Dengan niat, berati seseorang telah mulai mengikatkan dirinya dari melakukan
larangan-larangan tertentu. Trelah disepakati bahwa ihram tidak sah kecuali dengan iat,
dan ihram ini adalah salah satu rukun-rukunnya haji. Artinya, ibadah haji tidak sah tanpa
niat. Dasar dari hukumnya ialah firman Allah Swt :
ِ ‫َو َمآ أ ُ ِم ُروا إِ اّل ِليَعبُد ُوا هللاَ ُمخ ِل‬
‫صينَ لَهُ الدِينَ ُحنَفَآ َء‬
“padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus...” (Qs. Al-Bayyinah
[98]:5)

Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya sahnya amalan-amalan itu harus


disertai niat. Dan sesungguhnya setiap orang itu akan memperoleh sesuatu tergantung
pada iatnya”.(HR. Bukhari)
Contoh lafal niat
َ َ‫ن ََويتُ ال َح اج َوأ‬
‫حرمتُ ِب ِه هلل تَ َعا َل‬
“saya berniat haji dan melakukan ihram dengannya karena Allah Ta’ala”

Atau teks niat yang singkat


‫لَبَيكَ اللا ُه ام َح ًّجا‬
“ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu dengan menunaikan ibadah haji”

1
2. Filosofi dari ihram

Mengenakan Pakaian Ihram

Mengenakan Baju ihram atau baju putih tampa jahitan menandakan ritus pertama
dalam berhaji dimulai. Ihram dilakukan di salah satu miqat (Perbatasan Tanah Suci) di
dahului dengan bersuci (Mandi dan Wudhu) serta mendirikan shalat dua rakaat1.

Ihram dalam umrah/haji merupakan upaya memenuhi panggilan Allah SWT.


Memenuhi panggilan-Nya dengan kerelaan, misalnya meninggalkan anggota keluarga
tertentu yang dikasihi, rumah yang nyaman dan melepaskan status sosial yang kerap
menjadi pemicu timbulnya persaingan dan perbedaan martabat, serta faktor duniawi
lainnya2
Filosofi mengenakan kain ihram tidak sesederhana jenis pakaiannya. Warna putih
kain atau pakaian ihram melambangkan pentingnya kebersihan diri, kesucian hati dan
pikiran dalam ibadah. Oleh karna itu, terlarang bagi jamaah umrah/ hj memiliki hati yang
dipenuhi dengan kesombongan , iri, dan dengki. terlarangpula mempunyai pikiran-pikiran
yang kotor, jahat serta keburukan pikiran lainnya.

Selain itu juga makna dari filosofi ihram merujuk kepada firman Allah SWT
menyatakan bahwa sesungguhnya manusia diciptakan dengan status yang sama yakni
sebagai khalifah di bumi (QS. 6:165, QS. 10:14) dan sesungguhnya yang membedakan
manusia dihadapan Allah Swt. adalah iman dan taqwa (QS. 49:13). Dengan memakai
ihram, maka manusia dibebaskan dari status-status yang bersifat duniawi.

Kita tidak akan pernah tahu siapa saja yang sedang berhaji ketika itu, mungkin
ada pengusaha, artis, atau mungkin pejabat diantara kita karena ketika kita berhaji, maka
satu-satunya status yang melekat pada diri kita adalah sebagai hamba Allah Swt., tidak
lebih.
Makna lain yang terkandung dalam pemakaian pakaian ihram adalah sesungguhnya kita
menghadap Allah Swt.

tersebut merupakan perumpamaan dimana kita diminta untuk menghadap Allah Swt. dengan apa
adanya, tidak terjebak oleh materi-materi duniawi, seperti pakaian sehari-hari yang, kembali,
dapat melekatkan kita kepada status yang ada di dalam masyarakat.

1
Kementrian Agama RI, Dinamika dan perspektif Haji Indonesia
2
Dr. Muhammad Syafii Antoni , M.Ec, Buku cerdas Haji dan Umrah mabrur itu mudah dan indah (Jakarta: Tazkia
publishing) hal. 309

2
Selain itu, pernahkah anda menyadari bahwa dengan memakai ihram, sesungguhnya kita
diingatkan bahwa kehidupan di dunia ini tidaklah abadi, melainkan hanya senda gurau belaka
(QS. 29:64). Dalam hal ini, pakaian ihram dianalogikan sebagai kain kafan yang setiap saat dapat
membalut tubuh kita. Untuk itu kita harus menyadari benar konsep inna lillahi wa inna ilaihi
raji’un yang mengandung arti bahwa kita semua adalah makhluk ciptaan Allah Swt. dan kepada-
Nyalah kita akan kembali.

Pemaparan di atas merupakan makna dari ihram apabila ditinjau dari dimensi yang pertama,
yaitu dimensi vertikal. Lalu apakah makna ihram apabila dilihat dari dimensi yang kedua, yaitu
horizontal? Sesungguhnya, makna yang terkandung sangatlah sederhana yaitu kita diminta untuk
menanggalkan segala kepalsuan dan diminta untuk senantiasa bertindak apa adanya. Salah satu
budaya negatif dari masyarakat Indonesia yang mengandung unsur kepalsuan tersebut adalah
budaya hipokrit atau mungkin kita lebih mengenalnya dalam kalimat asal bapak senang (ABS).
Hipokrit atau munafik, merupakan suatu sikap dimana kita melegalkan kedustaan demi
tercapainya keinginan pribadi. Sebagai contoh, kita sering mendengar seseorang memuji
atasannya demi kenaikan pangkat, bukan karena atasannya memang layak untuk dipuji karena
kepribadiannya ataupun etos kerjanya.
Di samping itu, dengan memakai pakaian ihram kita disadarkan untuk melepaskan diri dari
kesombongan, klaim superioritas, maupun ketidaksamaan derajat atas manusia yang lain.

3. Melafalkan niat

Melafalkan niat (mengucapkan nia dengan lisan) adala masalah furu’iyah (cabang-
cabang dalam amaliah) yang diperselisihkan dikalangan ulama. Ada yang berpendapat
sunnah, makruh bahkan ada juga yang mengatakan haram karena hal itu bid’ah. Namun
berdasarkan hadits yang diriwayatkan muslim melafalkan niat dalam ibadah haji dan umroh
itu adalah berdasar amaliah rosulullah Saw. Atau dengan kata lai dicontohkan oleh beliau.

Anas bin malik ra berkata “ aku mendengar rosulullah SAW berkata (mengucapkan
saat akan menunaikan ibadah haji dan umrah), ‘labbaika bi-‘umritin wa hajjin’ (aku penuhi
panggilan mu untuk haji dan umrah.” (HR. Muslim)

3
4. Al-Isytirath Dalam Ihram

Yang dimaksud al isytirath adalah memasukan syarat dalam ihrom. Yaitu, saat ihram
menyertakan syarat dengan mengucapkan, “in habasani habisun famahalli haitsu habastam:”
(apabila terjadi suatu rintangan yang menimpaku, maka saat itulah tahallulku).

Menurut madzhab imama hambali, isytirath dianjurkan sebab ada dua alasan.

1. Jika ada halangan berupa rintangan musuh,atau tercegah karena gangguan penyakit atau
sebab-sebab lainnya, maka bolehlah dia bertahallul.
2. Apabila bertahallul dikarenakn sebab sebab tersebut , maka dia tidak dikenakan kewajiban
apapun, tidak wajib membayar hadyu dan tidak juga puasa. Sama saja apa halangan itu
berupa musuh, ataupu penyakit lainnya.

Hadits yang diriwayatkan sayyidah aisyah ra yan mengatakan bahwa rosulullah saw
pernah datang menemui dhibaaah binti azzubair. Lalu dia bertanya “ ya rosulullah
sesungguhnya aku ingin menunikan ibadah haji, akan tetapi saya ini sakit” lalu rosulullah saw
menjawab “lakukanlah haji dan bersyaratlah dengan mengucapkan “ inna mahili haitsu
habtsani (tahalulku adlah saat aku bertahan).” (H.R Bukhari Dan Muslim)

5. Tata Cara Ihram Dan Sunnah-Sunnahnya

1. sebagiamana mandi besar, sesuai dengan amaliah rosulullah saw. Ibnu umar ra berkata
“ termasuk diantara sunnah ialah mandi bila hendak ihram dan ketika akan memasuki
kota mekkah” “HR bazzar, daruquthni, dan hakim)
Mandi menjelang ihram itu sunnah muakaddah.jadi Ibnu mundzir berkata bahwa para
ulama sepakat bahwa ihram boleh saja tanpa mandi.
Bagi orang yang menunaikan ibadah haji disunnahkan mandi keadaan :

a) Saat mejelang ihram


b) Ketika akan masuk kota mekkah
c) Ketika akan wukuf diarafah
d) Sebaba akan wukuf di muzdalifah setelah sbuh hari nahar
e) Saat akan melakukan thawaf ifadhah
f) Karena bercukur
g) 3 kali mandi untuk melempar jimar dihari tasyriq
h) Karena akan tahawaf wada’

2. Membersihkan anggota badan secara maksimal dengan cara menata rambut, merapikan
kumis dengan janggut, mengerat kuku, mencukur bulu ketiak bahkan bulu kemaluan,
dsb. Diriwayatkan zaid bin tsabit ra “sesungguhnya rosulullah saw membersihkan diri
menjelang ihram, kemudian beliau mandi.” (hadits riwayat tirmidzi)

4
3. Menggunkan wangi-wangian, seperti parfum, misisk atau lainnya pada anggota badan:
kepala, janggut, bukan pada pakaian. Ini berdasarkan hadits riwayat aisyah yang
mengatakan “ aku memberikan harum haruman pada badan rosulullah disebabkan
ihramnya, sebelum beliau berihram. Dan untuk tahahllulnya (sebelum melempar
jumrah dimina). Dan sebelum beliau thawaf dibaitullah” (HR mutafaqqun ‘alaih)
Juga diriwayatkan dari aisyah ra “sepertinya, aku melihat putihnya (kilatan) minyak
wangi pada belahan rambut rosulullah saw. Padahal beliau sedang ihram” HR. Bukhori
dan muslim
4. Menanggalkan pakaian biasa, lalu menggantinya dengan memakai busana ihram
dengan kain yang berwarna putih. Ibnu mundzir menyatakan bahwa rosulullah saw
bersabda, “hendaklah kamu semua berihram engan memakai kain dan selendang yang
keduanya berwarna putih dan menggunkan seoasang sandal”
5. Menggunkan sepasang sandal
6. Sholat sunnah ihram dua rakaat saat akan memulai ihramcaranya sama dengan sholat
sunnah yang lain.
7. Melafalkan niat.maksudnya niat didalam hati lalu diucapkan dengan lisan secara pelan
dan lirih. Yang afdhal niat ihram diamalkan setelah sholat sunnah ihram dalam posisi
duduk. Tetapi pendapat yang shahih ialah niat dimulai saat akan berangkat baik naik
kendaraan atau berjalan kaki. Dan dianjurkan saat niat ihram menghadap kiblat.
8. Memperbanyak membaca talbiyah sejak dari miqat sampai di depan ka’bah saat akan
thawaf, bagi ihram umrah. Dan untuk ihram haji talbiyahitu dihentikan saat sampai
dijamrah aqabah. Bagi laki-laki sunnnah menyaringkan bacaan talbiyah sedangkan
untuk wanita cukup sekedar terdengar oleh dri sendiri.

6. Larangan dalam Ihram

Dengan berniat,orang yang bersangkutan disebut muhrim (orang yang sedang dalam
ihram). Maka sejak itu dia dilarang untuk melakukan semua mahzhuratul ihram ( larangan
larangan ihram).

Berikut adalah larangan larangan dalam ihram bagi laki laki dan perempuan.

A. Larangan dalam ihram bagi laki laki


a. Mengenakan pakian yang berjahit, misal celana, baju, kaos, kaos tangan dll.
b. mengenakan tutup kepala atau sebagainya yang melekat di kepala
c. memakai sepatu yang menutupi mata kaki

5
B. Larangan dalam ihram bagi perempuan
a. Menutup wajah sebagian atau seluruhnya seperti cadar, masker dan lain
sebagainya. Tetapi dalam kondisi darurat, maka memakai masker tak
mengapa begitu pula dengan cadar. Ada ulama yang berpendapat justru harus
dipakai saat mereka melintasi laki laki yang bukan mahram nya, khawatir
menimbulkan fitnah. Ini pandangan imam Abu Hanifah.
b. Memakai kaos tangan (quffazin). Ini pendapat imam syafi’i yang disepakati
juga oleh Imam Ahmad dan Imam Malik.

C. Larangan dalam ihram bagi laki laki dan perempuan


a. Menggunakan wangi wangian pada bagian badan atau pakaian seperti parfum,
atau apapaun namanya yang tujuannya agar wangi.
b. Memakai minyak rambut, baik berbau harum ataupun tidak
c. Sengaja memotong atau menggunting rambut kepala, menghilangkan bulu
badan atau memotong kuku kecuali karena uzur, maka tidak haram akan tetapi
membayar dam
d. Berburu atau membunuh binatang liar yang halal dimakan diwilayah tanah
haram. Juga haram memakan hasil buruannya.
e. Menikah atau menikahkan , barangsiapa yang melakukannya maka haram dan
batal pernikahannya
f. Melakukan gerakan atau ucapan yang menimbulkan nafsu syahwat
g. Jimak (berhubungan badan antara suami dan istri) atau perbuatan seperti
berpegangan yang menimbulkan syahwat, berciuman, dan lain sebagainya.
Jika jimak itu terjadi sebelum tahallul awal. Maka dia bukan hanya dosa tetapi
juga hajinya batal. Wajib membayar dam seekor unta dan tahun berikutnya
wajib Qadha’ walaupun demikian. Dia masih wajib menyelesaikan ibadahnya
agar bisa bertahallul sedangkan ibadahnya dianggap sebagai umrah.
h. Menebang atau mencabut pepohonan yang masih hidup ( belum kering) yang
tumbuh di Tanah Haram.

6
7. Tempat Memulai Ihram dan Masanya

Adapun tempatnya mamulai ihram ialah kawasan yang disebut miqat. Sedangkan waktu untuk
ihram haji ialah sepanjang waktu pada bulan-bulan haji, mulai syawal, dzulqadah, dan sepuluh
hari pertama bulan dzulhijjah. Sedangkan untuk ihram umrah waktunya ialah sepanjang yahun,
selain waktu hari raya qurban dan hari-hari tasyriq. Ini menurut Al-Hanafiyah dan Al-Malikiyah.

Waktu haji atau lebih tepatnya musim haji adalah tiga bulan, seperti yang dijelaskan dalan Al-
Quran surat Al-Baqarah [2]: 197 “(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi.” Yang
dimaksud ialah bulan syawal, dzulqadah, dan sepuluh hari dari bulan dzulhijjah, menurut jumhur,
dan bulan haji keseluruhannya, menurut Al-Malikiyah. (lihat entri: Miqat dan Bulan haji)

Sepetri telah kita ketahui bahwa rosulullah Saw. Telah menetapkan lima tempat miqat.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka ada tiga ketentuan yang perlu dipahami :

1. Ahlul afaq, yaitu orang-orang yang tempat tinggalnya berada diluar miqat. Dalam hal ini
rasulullah Saw menetapkan: Dzulkhulaifah untuk pendudk Madinah, Juhfah untuk
penduduk Syam, Qarnul Namazil untuk penduduk Najd, Yalamlam untuk penduduk
yaman, dan Dzati Irqin untuk penduduk Iraq.
2. Ahlul hall, yaitu masyarakat yang kediamannya berada didalam wilayah miqat tapi diluat
tanah Haram, seperti penduduk pemukiman Bani Amir dan lainnya. Tempat ihram mereka
ialah rumah-rumah keluarganya, kawasan perkampungan tempat tinggal keluarga atau di
mana saja mereka mau, asalkan masih di antara tanah Halal (rumah mereka) dan Tanah
Haram.
3. Ahlul makkatul haram, yaitu penduduk makkah, atau orang yang menetap (mukim) di
Makkah walaupun bukan penduduk Makkah, maka tempat ihram haji mereka di rumahnya.
Sedangkan ihram umrah mereka ialah di tanah halal. Oleh karena itu, masyarakat yang
menetap di Makkah berihram haji dari rumah tempat tinggal keluarganya atau dimana saja
asalkan masih ditanah haram, sedangkan untuk Ihram umrah ialah tanah halal. Maksudnya
ialah mereka harus keluar dari tanah haram ke tanah halal, seperti ke tan’in atau ji’ranah
dan lainnya

7
8. Tempat Ihram Orang Yang Tidak Melalu Miqat

Jamaah haji yang datang dari berbagai Negara yang tidak melalu miqat-miqat tersebut,
maka sebagaimana dijelaskan oleh Syeikh Zainuddin Al-Malibari dalam kitabnya Fathul Mu’in,
“Mereka memulai ihram di tempat (kawasan) yang sejajar dengan miqat-miqat tersebut bila
terdapat pensejajaran baik di darat maupun di laut. Jika tidak ada, maka (miqatnya) dari jarak
dua (2) marhalah dari kota Makkah.

Apabila seseorang baru berihram setelah melewati miqatnya, maka dia wajib membayar
dam walaupun karena lupa atau karena tidak mengetahui kecuali kalau dia kembali ke miqatnya
dan belum terlanjur melakukan nusuk seperti thawaf Qudum, misalnya. Bahkan,bagi yang
melewati miqat tanpa ihram,dia berdosa. Dan senada dengan itu, di dalam kitab Khifayatul
Akhyar, Imam Taqiyuddin menjelaskan, “ barang siapa melewati batas miqat ,sedangkan dia
hendak melaksanakan nusuk , lalu dia ihram setelah melampaui miqat orang itu berdosa dan
wajib membayar dam, yaitu seekor kambing. Dia wajib membayar dam karena meninggalkan
kewajiban, yaitu tidak niat ihram dari miqat, berdasarkan hadits dari ibnu abbas ra, secara marfu
dan mauquf, bahwa nabi Muhammad saw. Bersabda,” Mantaraka nusukan fa-alaihi damun
(barangsiapa meninggalkan nusuk wajib baginya membayar dam).” Sama saja tidak melakukan
ihram itu disengaja atau karena lupa , dia wajib kembali miqat,kecuali karena uzur umpamanya
karena takut dalam perjalanan atau khawatir tertinggal haji. Jika dia kembali ke miqat maka
gugurlah kewajiban dam,dengan syarat dia belum terlanjur melakukan nusuk. Kalau sudah
sempat melakukan nusuk maka tetap wajib membayar dam.” (Fathul Mu’in I, dan Khifayatul
Akhyar 1:315

9. Macam-macam ihram

Ihram itu ada tiga macam, yaitu ifrad, tamattu, dan qiran. Ketiga cara ihram haji ini telah
disepakati oleh para ulama tentang kebolehannya, dan para jamaah diberi kebebasan memilh
diantara tiga cara tersebut.

Diriwayatkan dari Aisyah Ra, “Kami berangkat bersama Rasulullah Saw. pada tahun Haji
Wada’. Lalu di antara kami ada yang ihlal (berihram) dengan umrah, dan ada yang berihlal dengan
haji dan umrah, dan sebagian yang lain ihlal dengan haji, sedangkan Rasulullah Saw. sendiri ihlal
dengan haji. Adapun orang yang ihlal dengan umrah, maka boleh bertahallul pada hari

8
kedatangannya. Sedangkan orang yang ihlal dengan haji dan umrah maka tidak boleh berada dalam
keadaan halal (tahallul) sehingga tiba Hari Nahar.”(HR. Ahmad, Bukhori, dan Malik).

1. Ihram Ifrad
Yang dimaksud dengan ifrad ialah seseorang berniat haji dalam bulan-bulan haji,
setibanya di miqat saat ihram dia mengucapkan “nawaitul hajja wa ahramtu bihii lillahi
ta’aalaa” (aku berniat haji dan melakukam ihram dengannya karena Allah ta’ala). Atau dia
mengucapkan, “Labbaik allahumma bihajjin” (aku penuhi panggilan-Mu, ya Allah, dengan
melakukan haji).
Dia terus dalam ihramnya sehingga semua amalan haji (rukun dan wajib-wajibnya)
tuntas dikerjakan. Usai haji. Jika mengehendaki, baru dia melaksanakan umrah. Jadi,
melakukan haji terlebih dahulu, baru kemudian melakukan umrah. Menurut Imam Syafi’I,
ifrat adalah afdhalul kaifiyat (tata cara haji yang paling utama), dengan syarat melakukan
umrah dalam tahun itu juga, yakni sebelum berakhirnya Dzulhijjah. Salah satu alasannya
ialah karena dalam haji cara Ifrad, tidak ada dam (denda) sebagaimana dalam Tamattu’ dan
Qiran sedangkan dam itu menunjukkan adanya kekurangan.
2. Ihram Tamattu
Ihram tamattu ialah mengerjakan umrah terlebih dahulu pada bulan-bulan haji,
kemudian melanjutkannya dengan mengerjakan haji pada musim haji tahun itu juga. Di
miqat saat memulai ihram, mengucapkan, “Nawaitul umrata wa ahramtu bihaa lillahi
ta’alaa” (saya berniat umrah dan berihram dengannya karena Allah ta’ala). Atau
mengucapkan, (Labbaika allahumma bi-‘umratin’ (Ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu
dengan ibadah umrah).
Setibanya di Makkah, terus melaksanakan semua rangkaian amalan umrah; yaitu
thawaf, sa’I, dan mencukur rambut (tahallul). Kemudian tanggal 8 Dzulhijjah mulai
melakukan ihram haji dengan miqat di Makkah, dan seterusnya hingga selesei semua
amalan haji.
Disebut tamattu’ (bersenang-senang/rileks) karena dua hal. Pertama, menggunakan
kesempatan melakukan dua ibadah (yakni umrah dan haji) dalam satu musim, tanpa pulang
terlebih dahulu ke kampong halaman. Kedua, karena setelah tahallul dari umrah dapat
menikmati kesenangan yang dirasakan orang yang sedang tidak ihram, seperti berpakaian
biasa, menggunakan harum-haruman, dan lain sebagaianya sambil menunggu waktu

9
pelaksanaan haji. Jadi dalam waktu Antara umrah dan haji, kita bebas dari larangan-
larangan ihram. Berdasarkan nash Al Quran, surat Al Baqarah: 196, haji cara Tamattu’ ini
diwajibkan membayar dam nusuk, dengan beberapa syarat.
3. Ihram Qiran
Yaitu melakukan haji dan umrah secara bersamaan (menggabungkan keduanya)
dalam bulan-bulan haji, dengan mengucapakan niat ihram di miqat. “Nawaitul hajja wal
umrata wa ahramtu bihimaa lillahi ta’aalaa” (saya niat haji dan umrah dengan melakukan
ihram untuk keduanya karena Allah Ta’ala). Atau dengan lafal, “Labbaika allahumma
bihajjin wa’umratin” (Ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu dengan ibadah haji dan umrah).
Setibanya di Makkah, melakukan thawaf Qudum (thawaf selamat dating), lalu
melakukan sa’i haji. Jika mau, sa’I ini boleh dikerjakan kelak setelah thawaf Ifadhah.
Seteah itu, dilanjutkan dengan melakukan semua amalan haji: wukuf, Mabit di Muzdalifah,
thawaf ifadhah, sa’I (jika setelah thawaf Qudum belum bersa’i), mencukur rambut, dan
lain sebagainya. Dengan sendirinya, amalan umrah sudah tercakup di damanya. Jadi, dalam
haji qiran, cukup dengan thawaf satu kali, sa’I satu kali, dan mencukur rambut satu kali.
Tentang hal ini Rasulullah Saw bersabda, (barang siapa mengerjakan ihram haji dan umrah,
cukuplah ia melakukan thawaf satu kai (7 kai putaran-pen), s’I satu kali (7 kali bulak-balik)
sehingga dia bertahallul dari keduanya.” (HR. Tirmidzi)
Menurut Mazhab Syafi’I tidak boleh memasukkan umrah ke dalam haji, tetapi
boleh sebalikny, (memasukkan haji ke dalam umrah), dengan kesepakatan ulama. Dan Ibnu
Taimiyah cenderung membolehkan kedua-duanya.

10
BAB III

PENUTUPAN

Kesimpulan

Ihram adalah salah satu bagian dari rangkaian ibadah haji dan umroh, ihram di dalam 2 ibadah
ini memiliki filosofi yang sangat mendalam, karena filosofi dari ihram ini adalah bagaimana cara
kita berhubungan dengan Allah SWT dengan menanggalkan semua aksesoris keduniaan dan
hanya mengenakan kain suci yang tak mewah hanya berwarna putih. Karena sejatinya kita lahir
tidak mengenakan apa apa dan meninggalkan dunia tidak membawa apa apa hanya mengenakan
kain berwarna putih. Selain itu juga makna yang terkandung dalam ihram ini adalah semua
manusia di hadapan Allah SWT sama saja hanya amal dan ketaqwaan saja yang
membedakannya. Jadi statsus sosail, jabatan dan hal keduniaan tidak ada manfaatnya saat
menghadap Allah SWT.

DAFTAR PUSTAKA

Romli, KH Ahmah Chodri.2018. Ensiklopedia Haji dan Umrah. Diva press. Yogyakarta

Prof. Dr. Nasarudin Umar, M.A. 2010. Haji & Umroh. Jakarta. Ichtiar Baru Van Hoeve.

Hasbi As-Siddiqie. 1954. Kuliah Ibadah. Jakarta. Bulan Bintang.

Dr. Zakiah Daradjat. 1992. Haji Ibadah Yang Unik. Jakarta. Yayasan Pendidikan Islam
“Ruhama”.

Drs. Lahmiddin Nasution, M. Ag. 1995. Fiqh 1. Logos Wacana Ilmu Dan Pemikiran.

Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid Analisa Fiqih Para Mujtahid. Pustaka AMANI. Jakarta.Cet II
,2002

11

Anda mungkin juga menyukai