Anda di halaman 1dari 7

 Artikel :

Amankah Kantong Kresek untuk Membungkus Daging Kurban?

Ilustrasi pembagian daging kurban. FOTO/ANTARA

Oleh: Widia Primastika - 21 Agustus 2018


Dibaca Normal 3 menit
Hindari plastik kresek hitam atau berwarna untuk mewadahi bahan makanan, apalagi
makanan yang siap dimakan.

Hari Raya Idul Adha identik dengan penyembelihan hewan kurban. Namun, saat
membagikan hewan kurban, ada baiknya kita tak abai dengan kemasan yang kita gunakan.
Sebagian besar dari kita mungkin bergantung pada plastik kresek. Selain murah, ia juga
mudah didapatkan.

Namun, tahukah Anda, sejak 2009 lalu Badan Pengawasan Obat dan Makanan
(BPOM) (PDF) telah mengeluarkan Peringatan Publik tentang Kantong Plastik “Kresek”.
Dalam peringatan tersebut, BPOM menyampaikan bahwa kantong plastik kresek, khususnya
yang berwarna hitam, merupakan produk daur ulang. Ia terbuat dari jenis plastik polietilen.

Ahli Pangan Universitas Semarang, Rohadi, mengatakan bahwa sifat pengemas bahan
pangan haruslah aman.

“Kemasan plastik itu terdiri dari bahan utama dan bahan tambahan. Bahan utama
adalah polimer, jenisnya sesuai dengan tipe plastiknya. Yang perlu dicurigai adalah bahan
tambahannya. Bahan tambahan pada plastik kresek antara lain pewarna, elastitizer, bahan anti
kempal, bahan anti bakteri, dan lain-lain. Kadang mengandung logam berat,” ujar Rohadi.

Biasanya, kandungan dalam plastik tersebut akan bermigrasi ke makanan karena


faktor pH, suhu ekstrem, tekanan, atau adanya bahan kimia pelarut yang mempengaruhi
stabilitas polimer. Akibatnya, tubuh manusia bisa mengalami gangguan kesehatan dan
gangguan metabolisme karena sifat karsinogenik (menyebabkan kanker) pada plastik kresek.

Zat Berbahaya dalam Kantong Plastik


Nurhenu Karuniastuti pernah menulis artikel berjudul “Bahaya Plastik terhadap
Kesehatan dan Lingkungan” (PDF). Dalam tulisan itu, ia menulis bahwa beberapa jenis
plastik menggunakan bahan pelembut agar tidak kaku dan rapuh. Ia membahas Bifenil
Poliklorin (PCB) sebagai salah satu bahan pelembut pada plastik, yang berbahaya bagi tubuh.

“Penggunaan bahan pelembut ini dapat menimbulkan masalah kesehatan, sebagai


contoh, penggunaan bahan pelembut seperti PCB dapat menimbulkan kematian pada jaringan
dan kanker pada manusia (karsinogenik), oleh karenanya sekarang sudah dilarang
pemakaiannya,” ungkap Karuniastuti dalam artikelnya.

Karuniastuti juga mengungkapkan kejadian keracunan PCB yang terjadi di Jepang,


yang dikenal dengan penyakit yusho. Tanda dari gejala keracunan ini berupa pigmentasi pada
kulit dan benjolan-benjolan, gangguan pada perut, serta tangan kaki lemas. Bahkan pada
wanita hamil, PCB dapat menyebabkan kematian bayi dalam kandungan, atau bayi lahir
cacat.

Dalam Concise International Chemical Assessment Document 55 milik WHO yang


berjudul “Polychorinated Biphenyls: Human Health Aspects”, mereka menuliskan bahwa
PCB cepat diserap dari saluran cerna, dan dapat menumpuk pada hati serta jaringan adiposa.
Selain itu, ia juga akan melewati plasenta, disekresikan ke dalam susu, dan menumpuk pada
janin.

Selain PCB, bahan pelembut yang juga berbahaya adalah DEHA yang dapat
menyebabkan kanker hati.

“Berdasarkan hasil uji pada hewan, DEHA dapat merusak sistem peranakan dan
menghasilkan janin yang cacat, selain mengakibatkan kanker hati. Meskipun dampak DEHA
pada manusia belum diketahui secara pasti, hasil penelitian yang dilakukan pada hewan
sudah seharusnya membuat kita berhati-hati,” tulis Karuniastuti.

Peneliti lain bernama Ohidul Alam bersama dua rekannya pernah melakukan studi
berjudul “Characteristics of plastic bags and their potential environmental hazards” (PDF)
terhadap bermacam-macam karakter kantong plastik berbeda polimer dan warna yang biasa
digunakan. Dalam penelitian itu, Alam, dkk menggunakan 33 jenis kantong plastik pada
beberapa supermarket di Shanghai, China.

Studi itu menemukan adanya kandungan logam berat dalam kantong plastik yang
membahayakan kesehatan, salah satunya adalah kandungan Pb (Timbal) yang ada pada
kantong plastik jenis PE, HDPE, LDPE, PVC, PP, PS, dan PA, meskipun tak ada yang
memiliki kandungan Pb melebihi batas.

Selain Pb, dalam penelitian itu juga diketahui adanya kandungan Kromium (Cr) yang
melebihi standar pada kantong plastik HDPE berwarna hitam, LDPE multi warna, serta
LDPE berwarna hitam. Selain itu, mereka juga menemukan adanya kandungan Cadmium
(Cd) pada kantong plastik berbahan PVC berwarna ungu dan PVC berwarna hitam.
Proses Daur Ulang Plastik Kresek
Menurut Thomas S. Kaihatu dalam buku Manajemen Pengemasan (2014:21), ada
beberapa syarat kemasan bahan pangan. Pertama, ia harus melindungi produk dari kotoran
dan kontaminasi (bahan kemasan bersih dan tidak mengganggu kesehatan seperti adanya
kandungan Pb). Ia juga mesti melindungi bahan pangan dari kerusakan fisik, perubahan kadar
air, gas, dan cahaya, mudah dibuka-tutup, mudah ditangani, dan mudah diangkut serta
didistribusikan.

Selain karena adanya kandungan zat berbahaya dalam kantong plastik, plastik kresek
juga berbahaya karena melalui proses daur ulang. Kita tentu tidak tahu, kegunaan awal dari
plastik itu sebelum daur ulang. Bisa jadi, plastik kresek yang kita gunakan dulu digunakan
untuk plastik bekas pestisida, limbah logam berat, atau mungkin juga untuk kotoran hewan/
manusia.

Menurut keterangan BPOM, daur ulang plastik kresek diawali dengan pencucian
plastik bekas, dipotong-potong, lalu dilelehkan. Biasanya, saat proses pelelehan ini plastik
diberi berbagai zat aditif, seperti pewarna hitam/ karbon, antioksidan, atau pemlastis
(plasticizer). Batas maksimal daur ulang plastik kresek hanya tiga kali, dan kantong plastik
berwarna hitam dibuat dalam proses daur ulang tahap ketiga.

Plastik daur ulang tentu berbahaya bagi kesehatan. Sebab, saat proses pelelehan
terjadi pemutusan rantai plastik polietilen yang menghasilkan senyawa radikal bebas, yang
ditandai dengan bau hangus. Untuk mengikat radikal bebas inilah biasanya ditambahkan
antioksidan ke dalam plastik. Adonan plastik ini biasanya akan menghasilkan warna yang tak
menarik, sehingga akan ditambahkan zat warna untuk menutupinya.

Pengemas yang Baik


Ahli Pangan Universitas Semarang, Rohadi, menyebutkan ada beberapa bahan
pengemas yang cukup aman untuk daging. Bahan itu adalah HDPP (High Density
Polypropylene) yang merupakan jenis pengemas yang dapat memperlambat kenaikan kadar
air, HDPE (High Density Polyethylene) yang merupakan pengemas yang tahan terhadap zat
kimia serta memiliki ketahanan cukup terhadap lemak dan minyak, PET (Polietilena
Tereftalat) yang jernih, kuat, tahan terhadap pelarut, kedap gas dan air, serta alumunium foil.

“Plastik untuk packing daging yang hendak dibekukan, jenis plastiknya tertentu.
Dalam hal ini, harus memperhatikan ketahanan terhadap suhu beku dan tekanan. Plastik
kresek, apalagi bekas atau daur ulang, sangat tidak memenuhi syarat sebagai pengemas,”
tutur Rohadi.

Penulis: Widia Primastika


Editor: Maulida Sri Handayani
 Resume :

Amankah Kantong Kresek untuk Membungkus Daging Kurban?

Hari Raya Idul Adha sangat identik dengan penyembelihan hewan. Dimana daging dari
hewan tersebut akan dibagikan kepada orang sekitar. Dan sering sekali pembungkusan daging
tersebut menggunakan kantong plastik terutama yang berwarna hitam. Dalam artikel tersebut,
menjelaskan asal usul kresek atau kantong plastik dan bahayanya jika penggunaannya tidak
sesuai.
Kresek sendiri merupakan produk dari daur ulang (polietilen). Dari proses
pembuatannya saja sudah dapat dibayangkan bagaimana kondisi dari hasil daur ulang.
Penggunaan plastik sebelum daur ulang juga tidak ada yang mengetahuinya. Bisa jadi plastik
digunakan sebagai tempat pestisida, makanan basi, bahkan kotoran manusia.
Beberapa kandungan dalam plastik juga dapat berpindah ke suatu objek karena
beberapa fakor, seperti Ph, tekanan, suhu, dan lain-lain. Hal tersebut akan berbahaya jika
penggunaan plastik tidak sesuai, misalnya digunakan sebagai tempat makanan. Kandungan
berbahaya dalam plastik dapat berpindah ke dalam makanan sehingga dapat menimbulkan
penyakit karena sifat karsinogenik (menyebabkan kanker) yang ada pada plastik.
Ada beberapa zat berbahaya dalam kantong plastik yang dijelaskan artikel diatas. Yang
pertama adalah PCB (Bifenil Poliklorin) sebagai bahan pelembut pada plastik. Bersifat
karsinogenik dan dapat menyebabkan kematian pada janin, ataupun kecacatan janin. Yang
kedua adalah DEHA biasanya digunakan sebagai pelembut. Dapat menyebabkan kanker hati.
Plastik juga mengandung Timbal (Pb), Kromium (Cr), dan Cadmium (Cd). Tentunya bahan
kimia tersebut berbahaya jika sampai masuk ke tubuh manusia.
Proses daur ulang plastik sendiri maksimal dilakukan sebanyak 3 kali. Nah, kantong
plastik hitam yang biasanya digunakan untuk membungkus daging merupakan hasil dari daur
ulang pada tahap ketiga atau terakhir. Plastik daur ulang tentu berbahaya bagi manusia. Karena
ketika proses pembakaran terjadi pemutusan rantai plastik polietilen sehingga mengeluarkan
radikal bebas.
Berikut beberapa pengemas makanan yang baik. Yang pertama yaitu HDPP (High
Density Polypropylene yang dapat memperlambat kenaikan kadar air. Selanjutnya terdapat
HDPE (High Density Polyethylene) yang tahan terhadap zat kimia, lemak dan minyak. Dan
yang terakhir adalah PET (Polietilena Tereftalat) yang tahan terhadap pelarut.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa plastik hasil daur ulang sangat berbahaya jika digunakan
sebagai bungkus makanan. Mengingat proses pembuatan dan kandungan yang ada yang dapat
berpindah ke dalam makanan. Masyarakat dihimbau untuk selektif dalam memilih bungkus
ataupun wadah khususnya untuk makanan. Karena hal sepele seperti inipun dapat berdampak
besar jika diabaikan.
 Peran Biologi dalam Memecahkan Masalah Sosial dalam Artikel diatas.

Ilmu biologi sangat berperan penting dalam memecahkan berbagai masalah yang ada
di kehidupan. Sebagai contohnya adalah artikel diatas yang memaparkan salah satu masalah
yang ada di sekitar kita, yaitu penggunaan kantong plastik sebagai wadah makanan. Seperti
yang telah dipaparkan diatas bahwa kantong plastik mengandung bahan-bahan yang berbahaya
dan dapat mengganggu kesehatan.
Salah satu bidang ilmu biologi yang berhubungan dengan masalah diatas adalah ilmu
bioteknologi. Mengapa ilmu bioteknologi dapat dikaitkan dengan pemecahan masalah artikel
diatas? Dan apa kaitannya ilmu bioteknologi dalam memecahkan masalah tersebut?
Penggunaan plastik tentunya tidak akan ada habisnya. Setelah di daur ulang sebanyak
tiga kali, yang menghasilkan plastik berwarna hitam. Lalu limbah plastik selanjutnya akan
dibawa kemana? Mengingat proses daur ulang maksimal hanya dilakukan tiga kali. Nah, dalam
kasus ini ilmu bioteknologi mempunyai peran yang sangat penting.
Sebelum membahas lebih lanjut, alangkah baiknya jika terlebih dahulu mengenal istilah
Bioremediasi. Bioremediasi adalah proses penggunaan mikroorganisme untuk penanganan
limbah dan pencemaran lingkungan. Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau
mendegradasi zat pencemar menjadi zat yang tidak berbahaya atau beracun.
Bakteri yang biasanya digunakan untuk bioremediasi adalah bakteri
Sphingomonas dan Pseudomonas. Bakteri ini mampu menurunkan jumlah polystyrene (sejenis
karet sintesis) yang terkandung dalam limbah plastik. Nah, hal ini tentunya akan
menguntungkan baik untuk manusia, lingkungan, dan makhluk hidup lainnya.
Jadi, ilmu pengetahuan seperti ini termasuk biologi mempunyai peran yang sangat
penting terutama dalam memberikan solusi terhadap permasalahan yang ada. Ilmu ini tidak
hanya penting untuk dipelajari, tetapi juga harus diaplikasikan kedalam kehidupan sehari-hari.
 Kaitan Ilmu Biologi dengan Disiplin Ilmu yang lain.

Dalam memecahkan suatu masalah yang berkaitan dengan ilmu biologi, tentu masih
ada hubungannya dengan ilmu-ilmu yang lain. Karena suatu ilmu tidak akan bisa berdiri sendiri
tanpa diimbangi ilmu yang lain. Sebagai contoh artikel yang dibahas diatas, dalam artikel
tersebut, selain menggunakan konsep ilmu biologi juga terdapat ilmu-ilmu yang lain seperti
ilmu kimia, fisika, dan matematika.
Keempat ilmu tersebut sebenarnya mempunyai keterkaitan yang sangat kuat. Sebagai
contoh, ilmu biologi dapat mengetahui mikroorganisme apa saja dan cara-cara untuk
menangani limbah plastik salah satunya dengan cara bioremediasi. Ilmu kimia juga sangat
dibutuhkan agar dapat mengetahui kandungan apa saja yang terdapat pada kantong plastik serta
sifat-sifat dari bahan kimia tersebut. Alat-alat yang digunakan untuk mengamati dan meneliti
objek merupakan hasil penerapan dari ilmu fisika. Begitu juga dengan ilmu matematika, tanpa
ilmu tersebut tidak akan menghasilkan perhitungan yang akurat.
Jadi, suatu permasalahan dapat dengan mudah dipecahkan apabila terdapat kolaborasi
antara satu bidang keilmuan dengan ilmu yang lain. Maka dari itu, seorang ilmuwan ataupun
saintis harus dapat menguasai semua bidang ilmu yang berkaitan dengan bidang ilmu yang ia
pelajari. Misalnya bagi seorang saintis biologi, maka ia harus dapat menguasai ilmu fisika,
kimia, dan matematika agar dapat diimplementasikan pada kehidupan sehari-hari.

~Sekian~
Terima Kasih

Nama : Zuhrotul Mufidah


NIM : 180341617558
Prodi : S1 Pendidikan Biologi
Offering :A

Anda mungkin juga menyukai