Anda di halaman 1dari 49

PT PLN (Persero)

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Transformator

2. TRANSFORMATOR

Transformator adalah suatu alat listrik yang digunakan untuk mentransformasikan daya
atau energi listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya, melalui
suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi-elektromagnet.
Transformator digunakan secara luas, baik dalam bidang tenaga listrik maupun
elektronika. Penggunaan transformator dalam sistem tenaga memungkinkan terpilihnya
tegangan yang sesuai, dan ekonomis untuk tiap tiap keperluan misalnya kebutuhan
akan tegangan tinggi dalam pengiriman daya listrik jarak jauh.

Dalam bidang tenga listrik pemakaian transformator dikelompokkan menjadi:


 Transformator daya.
 Transformator distribusi.
 Transformator pengukuran (transformator arus dan transformator tegangan).

Kerja transformator yang berdasarkan induksi-elektromagnet, menghendaki adanya


gandengan magnet antara rangkaian primer dan sekunder. Gandengan magnet ini
berupa inti besi tempat melakukan fluks bersama.
Berdasarkan cara melilitkan kumparan pada inti, dikenal dua macam transformator,
yaitu tipe inti dan tipe cangkang.

Gambar1. Tipe kumparan transformator

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilainilai perusahaan 19


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Transformator

2.1. KEADAAN TRANSFORMATOR TANPA BEBAN.

Φ
Φ
i0

V1 N2 N2 i0
E1 E2
V1 E1

(a) (b)

Gb.2 Transformator tanpa beban

Bila kumparan primer suatu transformator dihubungkan dengan sumber tegangan V 1


yang sinusoid, akan mengalirkan arus primer I o yang juga sinusoide dan dengan
menganggap belitan N1 rewaktif murni, Io akan tertingagal 900 dari V1 (gambar 2). Arus
primer Io menimbulkan fluks (Φ) yang sefasa juga berbentuk sinusoid.
Φ = Φmaks sin ωt
Fluks yang sinusoid ini akan menghasilkan tegangan induksi e1 ( Hukum Faraday )
e 1 = - N 1 . d Φ / dt
e1 = - N1. d(Φmaks sin ωt)/dt = -N1.ω.Фmaks.cosωt (tertinggal 90º dari Ф)
harga efektifnya adalah E1 = N1.2  ƒФmaks / 2 = 4.44 n1. ƒФmaks
Pada rangkaian skunder, fluks (Ф) bersama tadi menimbulkan
e1 = - N2. d Φ / dt
e1 = - N2. ω.Фmaks.cosωt
E2 = 4.44 N2. ƒФmaks
E1/E2 = N1/N2

Dengan mengabaikan rugi tahanan dan adanya fluks bocor,


E1 / E2 = V1 / V2 = N1 / N2 = a.
a = perbandingan transformasi.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilainilai perusahaan 20


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Transformator

Dalam hal ini tegangan induksi E 1 mempunyai kebesaran yang sama tetapi berlawanan
arah dengan tegangan sumber V1.

2.2. ARUS PENGUAT.


Arus primer I yang mengalir pada saat kumparan sekunder tidak dibebani disebut
arus penguat. Dalam kenyataannya arus primer I bukanlah merupakan arus induktif
murni,sehingga ia terdiri atas dua komponen ( Gambar 3 )
(1) Komponen aru pemagnetan IM, yang menghasilkan fluks (Φ). Karena sifat besi
yang non linear ( ingat kurva B-H ) , maka arus pemagnetan IM dan juga fluks (Ф)
dalam kenyataannya tidak berbentuk sinusoid ( Gambar 4 ).
(2) Komponen arus rugi tmbaga Ic, menyatakan daya yang hilang akibat adanya rugi
histerisis dan arus ‘eddy’. Ic sefasa dengan V1, dengan demikian hasil perkalian ( Ic x
V1 ) merupakan daya (watt) yang hilang.

Gambar 3. Arus penguat. Gambar 4. Pemagnetan.

2.3. KEADAAN BERBEBAN.


Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilainilai perusahaan 21
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Transformator

Apabila kumparan sekunder dihubungkan dengan beban Z 1, I2 mengalir pada

V2
kumparan sekunder dimana I2 = dengan 2 = faktor kerja beban.
ZL

i0 i2

V1 N2 N2
E1 E2 Z1 V2

Gambar 5 . Transformator dalam keadaan berbeban.

Arus beban I2 ini akan menimbulkan gaya gerak magnet (ggm) N 2I2 yang cenderung
menentang fluks (Ф) bersama yang telah ada akibat arus pemagnetan I M. Agar fluks
bersama itu tidak berubah nilainya, pada kumparan primer harus mengalir arus I’ 2,
yang menentang fluks yang dibangkitkan oleh arus beban I 2, hingga keseluruhan arus
yang mengalir pada kumparan primer menjadi :

I1 = I + I’2

Bila rugi besi diabaikan ( Ic diabaikan ) maka I = IM

I1 = IM + I’2

Untuk menjaga agar fluks tetap tidak berubah sebesar ggm yang dihasilkan oleh arus
pemagnetan IM saja, berlaku hubungan :

N1 IM = N1 I1 – N2 I2
N1 IM = N1 ( I1 – I’2) - N2 I2
Hingga N1 I’2 = N2 I2

Karena nilai IM dianggap kecil maka :

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilainilai perusahaan 22


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Transformator

I1 = I’2
N1 N 2 I1 N 2
Jadi   atau 
I1 I2 I2 I1

2.4. RANGAKAIAN PENGGANTI.


Dalam pembahasan terdahulu kita mengabaikan adanya tahanan dan fluks bocor,
Analisa selanjutnya akan memperhitungkan kedua hal tersebut. Tidak seluruh fluks (Ф)
yang dihasilkan
Oleh arus permagnetan IM merupakan Fluks bersama (Ф M), sebagian darinya hanya
mencakup kumparan primer (Φ) atau kumparan sekunder saja (Φ ). Dalam model
rangkaian (rankaian ekivalen) yang dipakai untuk menganalisis kerja suatu
transformator, adanya fluks bocor . Ф 1 dan Ф2 ditunjukkan sebagai reaktansi X 1 dan X2.
Sedang rugi tahanan ditunjukan dengan R 1 dan R2. Dengan demikian ‘model’
rangkaian dapat dituliskan seperti pada gambar 6.

R1 X1 i1 i2 R2 X2

i0

RC IM XM V E2 ZL V2
V1 IC 1

N1 N2

Gambar 6. Rangakaian pengganti transformator.

Dalam rangkaian diatas dapat dibuat vektor diagramnya sebagai terlukis pada gambar
7.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilainilai perusahaan 23


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Transformator

i1
i1R1 i0 i
C
iM
i’2
E1 E2
i1.X1 i2X1
Φ
i2 V2
V1 i2R2

Gambar 7. Vektor diagram rangkaian pengganti


Dari model rankaian diatas dapat pula diketahui hubungan penjumlahan vektor :
V1 = E1 + I1R1 + I1X1
E2 = V2 = I2R2 + I2X2

E1 / E2 = N1 / N2 = a atau E1 = a E2
E1 = a ( I2ZL + I2R2 + I2X2)
Karena I’2 / I2 = N2 / N1 = a atau I2 = aI’2
Maka E1 = a2 ( I’2ZL + I’2R2 + I’2X2)
Dan V1 = E1 = a ( I2ZL + I2R2 + I2X2) + I1(R1 + X1 )

Persamaan terakir mengandung pengertian bahwa apabila parameter rangkaian


sekunder dinyatakan dalam harga primer, harganya perlu dikalikan dengan faktor a 2 .
Sekarang model rangkaian menjadi sebagi terlihat pada gambar 8.

R1 X1 i1 a2R2 a2X2 i’2

i0

RC IM XM a2ZL aV2
V1 IC

Gambar 8. Rangkaian pengganti dilihat dari isi primer.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilainilai perusahaan 24


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Transformator

Untuk memudahkan analisis (perhitungan), model rangkaian tersebut dapat diubah


menjadi seperti dapat dilihat pada gambar 9.

i1 R1 X1 a2R2 a2X2 i’2

i0

V1 RC IM XM a2ZL aV2
IC

Gambar 9. Rangkaian pengganti dilihat dari sisi primer.


Vektor diagram rangkaian diatas untuk beban dengan faktor kerja terbelakang dapat
dilukiskan pada gambar 10.

i1
2
i2’a R2
i0 iC
i2’R1 aV2 i2’ iM
i2’a2X1 Φ
i2’X1

Gambar 10. Vektor diagram rangkaian pengganti.

2.5. PENENTUAN PARAMETER.


Parameter traformator yang terdapat pada model rangkaian (rangkaian ekivalen)
Rc,XM,r,Rek dan Xek , dapat ditentukan besarnya dengan dua macam pengukuran (test)
yaitu pengukuran beban nol dan pengukuran hubungan singkat.

2.5.1. PENGUKURAN BEBAN NOL.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilainilai perusahaan 25


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Transformator

Dalam keadaan tanpa beban bila kumparan primer dihubungkandengan sumber V 1,


seperti telah diterangkan terdahulu maka hanya I  yang mengalir. Dari pengukuran
daya yang masuk (P1),arus I dan tegangan V1 akan diperoleh harga

Rc = V2 / P
Z = V1 / I = j (XM Rc ) / (Rc + jXM)

Dengan demikian, dari pengukuran beban nol dapat diketahui Harga Rc dan X M

A W
i0

V
RC XM

Gambar 11. Rangkaian pengukuran beban nol.

2.5.2. PENGUKURAN HUBUNG SINGKAT.


Hubung singkat berarti impedansi Z L deiperkecil menjadi nol, sehingga impedansi Z ek =
Rek + jXek. Yang membatasi arus. Karena harga Rek dan Xek ini relatif kecil, harus
dijaga tegangan yang masuk (V hs) cukup kecil sehingga arus yang dihasilkan tidak
melebihi arus normal. Harga I akan relatif kecil jika dibandingkan dengan arus
nominal,sehingga pada pengukuran ini dapat diabaikan.

Dengan mengukur tegangan Vhs, arus Ihs dan daya Phs akan dapat dihitung parameter:
Rek = Phs / ( Ihs )2
Zek = Vhs / Ihs = Rek + jXek
Xek = Z 2 ek  R2 ek

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilainilai perusahaan 26


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Transformator

Rek Xek
A W

V A
ihs

Gambar 12. Rangkaian pengukuran hubung singkat.

2.6. PENGATURAN TEGANGAN.


Pengaturan tegangan suatu transformator ialah perubahan tegangan sekunder antara
beban nol
dengan beban penuh pada suatu faktor kerja tertentu, dengan tegangan primer
konstan.

V2. tan pa .beban  V2.beban. penuh


Pengaturan =
V2.beban. penuh

Dengan mengingat model rangkaian yang telah ada ( dalam hal ini harga sekunder
ditransformasikan ke harga primer ) :

i1 R1 X1 a2R2 a2X2 i’2

i0

V1 RC IM XM a2ZL aV2
IC

Gambar 13. Rangkaian pengganti dilihat dari sisi primer.

aV2. tan pa.beban  aV2.beban. penuh


Pengaturan =
aV2.beban. penuh

Dari rangkaian diatas ternyata :


a.V2 tanpa beban = V1
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilainilai perusahaan 27
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Transformator

a.V2 beban penuh = harga tegangan nominal ( dalam hal ini tegangan nominal primer ).

V1  aV2 ( no min al )
Pengaturan =
aV2 ( no min al )

Contoh 1.
Pengukuran hubungan singkat transformator fasa tunggal 15 Kva yang mempunyai
perbandingan tegangan 2400 V /240 V. f = 50 c/s menghaasilkan data pengukuran sbb:
Arus hubung singkat Ihs = 6.25 A
Tegangan yang dipasang Vhs = 131 V
Daya masuk Phs = 214 W

Hitunglah prosentasi pengaturan untuk beban dengan Cosφ = 0.8 terbelakang.


Pemecahan:
Phs
Faktor kerja pada keadaan hubungan singkat =
Vhs .I hs
214
= 131.6,25 = 0,261 tertinggal 74052’

Vhs 131o o
Zek =  = 20,96  74º52’ ohm
I hs 6,2574 o

Rek = 20.90 x cos 74º52’ = 59 ohm


Xek = 20.90 x sin 74º52’ = 19,97 ohm
Sehingga
V1 = 2400(0.8 + j 0.6 ) + 6.25 (5.49 + j 1564.8 )
= 1920 + j 1440 + 34.3 + j 124.8 = 1954.3 + j 1564.8
= 2502.2 volt

Jadi % pengaturan
= {(2502.2 – 2400) / 2400 }x 100 % = 4.26 %

2.7. RUGI DAN EFISIENSI.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilainilai perusahaan 28


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Transformator

Rugi Rugi
Tembaga Tembaga

Output
SUMBER KUMPARAN FLUKS KUMPARAN
PRIMER BERSAMA SKUNDER

Fluks
bocor
Rugi besi
Histeresis,
Eddy current

Gambar 14. Rugi rugi pada transformator.


Rugi Tembaga ( Pcu )
Rugi yang disebabkan arus beban mengalir pada kawat tembaga dapat ditulis sbb :
Pcu = I2 R
Karena arus beban berubah ubah , rugi tembaga juga tidak konstan bergantung pada
beban

Rugi Besi ( Pi )
Rugi besi terdiri dari :
(1) Rugi histerisis, yaitu rugi yang disebabkan fluks bolak balik pada inti besi, yang
dinyatkan sebagai :
Ph = Kh ƒBmaks watt
Kh = konstanta
Bmaks = fluks maksimum ( weber )

(2) Rugi ‘eddy current’ yaitu rugi yang disebabkan arus pusar pada inti besi.
Dirumuskan sebagai :
Pe = Ke ƒBmaks watt
Jadi rugi besi (rugi inti) adalah:
Pi = P h + P e

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilainilai perusahaan 29


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Transformator

Efisiensi
Efisiensi dinyatakan sebagai :

daya.keluar Daya.keluar  rugi


 =   1
Daya.masuk Daya.keluar   rugi Daya.masuk
dimana  rugi = Pcu + Pi

Perubahan Efisiensi terhadap beban


Perubahan efisiensi terhadap beban dinyatkan sebagai :
V2 . cos 
= Pi
V2 cos   I 2 R2.ek 
I2
Agar  maksimum maka :
Pi
d ( I 2 Rek  )
I2
0
dI 2
Pi
R2ek = 2
I 2 Rek
Pi = I22 Rek = Pcu

Artinya : Untuk beban tertentu . Efisiensi maksimum terjadi ketika rug tembaga = rugi
inti.
Perubahan Efisiensi terhadap faktor kerja ( cos  ) Beban.
Perubahan Efisiensi terhadap faktor kerja ( cos ) beban dapat dinyatakan sebagai :.
rugi
η=1-
V2 I 2 . cos   rugi

rugi / V2 I 2
η=1-
cos   rugi / V2 I 2

bila Σ rugi / V2I2 = X = konstan


maka:
X
η = 1 - cos   X

X / cos 
η = 1 - 1  X / cos 

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilainilai perusahaan 30


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Transformator

0,99

0,98
1,0 PF

0,97 0,8 PF

0,6 PF
0,96
0 0,25 0,50 0,75 1,00 1,25 pu Beban

Gambar 15. Perubahan efisiensi terhadap cos φ beban.


Hubungan antara efisiensi dengan beban pada cos φ yang berbeda-beda dapat
dilihat pada diatas.

2.8. TRANSFORMATOR 3 FASA.


Transformator 3 fasa pada umumnya digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik
pada sistem tegangan 3 fasa (arus bolak-balik). Pada sisi primer dan skunder
masing-masing mempunyai lilitan identik dengan 3 buah transformator satu fasa,
yang ujung kumparan primer dan skunder dapat disambung (dihubungkan) secara
bintang (Y) atau segi-tiga (∆).

Identik dengan 3 buah transformator satu fasa, yang ujung kumparan primer clan
sekunder dapat disambung (dihubungkan) secara bintang (I) atau segi tiga.
Kadang-kadang untuk suatu maksud tertentu sisi sekunder dihubungkan secara zig-
zag (Z) yang mempunyai 6 belitan. Bila tegangan nominal kumparan primer sama
dengan tegangan antara fasa dari sistem sumber, maka kumparan tersebut
tersambung secara segi tiga.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilainilai perusahaan 31


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Transformator

Ph1 Ph1

Ph2 Ph2

Ph3 Ph3

Gambar 16. Hubungan ∆ - ∆

Bila tegangan nominal kumparan sekunder sama dengan tegangan antara fase dari
sistem sumber , maka kumparan tersebut tersambung secara segi tiga. Bila tagangan
nominal kumparan sama dengan tegangan antara fasa dengan netral dari sistem
sumber, maka kumparan tersebut tersambung secara bintang.

Ph1 Ph1

Ph2 Ph2

Ph3 Ph3

Gambar 17. Hubungan Y - Y

Bila tegangan nominal kumparan sekunder sama dengan tegangan antara fasa dengan
netral dari system sumber maka kumparan-kumparan..tersebut tersambung secara
bintang.
Gambar hubungan bintang dapat dilukiskan demikian.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilainilai perusahaan 32


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Transformator

Eg1 El3 E1
El2
Eg3 E3

V
Eg2 W E2
El1

Gambar 18. Hubungan generator Y dan Transformator Y

El2 Eg1 Eg1

El3

Eg3

Eg2
El1 Eg3 Eg2

El1 = Eg2 - Eg3


El2 = Eg3 – Eg1
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilainilai perusahaan 33
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Transformator

EI3 = Eg1 – Eg2


Gambar 19. Vektor group generator dan group formation.

U V W

e1 e2 e3 e1
E1

E3 e2
E1 E2 E3
e3 E2

U, V, dan W = Ujung permulaan setiap bilitan primer


X, Y, dan Z = Ujung akhir setiap belitan primer
Pada contoh diata sisi primer trafo dihubungkan secara bintang X, Y dan Z
dihubungkan menjadi satu dan disebut titik bintang atau netral . Perbedaan fase
antara titik-titik U, V dan W masing-masing bergeser sebesar 120 0.
Masing-masing belitan sisi primer adalah identik , demilciam pula masing-masing
belitan sekunder. Artinya bahvva setiap belitan mempunyai : Jumlah lilitan (N)
yang sama, penampang (q) yang sama tahanan (R) dan reaktansi (X) yang sama
serta arah melilit (polaritet) yang sama pula.
Dengan demikian tegangan induksi yang ditimbulkan oleh masing-masing belitan
dari setiap sisi adalah sama. Tegangan induksi yang ditimbulkan dalam belitan
primer menentang arah dari tegangan jepitan. Jadi tegangan induksi e 1 ; e2 dan e3
menentang arah E1; E2 dan E3 baik dalam belitan maupun Vektor diagramnya.
Apabila sisi primer dihubungkan segi maka hubungan menjadi sebagai berikut :

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilainilai perusahaan 34


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Transformator

R S T R S T
El2 El1 El2 El1

U V El3 W U V El3 W

X Y Z X Y Z

Vektor Diagramnya

Gambar 22 :Vektor Goup Δ

Ternyata bahwa veltor diagramnya sama, kecuali urutan tegangan induksi e1, e2, dan
e3, bergeser 120° . E1 , E2 dan E3 masing-masing adalah tegangan-tegangan jepitan
dari belitan primer 1, 2 dan 3 pada gambar diatas.
E1 =E13 ; E2= E1 , dan= E 3 = El2 sedang gambar b:
E1 = E12 ; E2 = E13 dan E3 =El1
Pada hubungan segi tiga ini ujung akhir dari telitan satu dihubungkan dengan ujung
awal belitan berikutnya. Pada hubung bintang , titik netral merupakan hubungan dari
ujung akhir atau ujung akhir dari tiga belitan. Pada kenyataanya hubunganya adalah :

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilainilai perusahaan 35


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Transformator

U V W

+ + +
- - -
X Y Z
u
+ v+ w+
- - -

x y z

Gambar 23. Hubungan Y – Y

Apabila sisi sekunder ujung-ujung belitanya dihubungkan seperti diatas, maka disebut
hubungan bintang. Bila pada sisi primer dihubungkan dengan sistem tegangan 3 fasa,
maka pada belitan primer akan timbul tegangan-tegangan induksi pada setiap bilitanya.
Tegangan induksi ini akan berlawanan dengan tegangan jepitannya. Oleh kama belitan
primer dan sekunder mempunyai arah polaritet (cara melilit) yang sama maka pada
belitan sekunder akan timbul tegangan induksi yang arahnya sama dengan tegangan
induksi belitan primer. Sedang tegangan jepitan sekunder beban nol besar-arahnya
sama dengan tegangan induksi sekunder.
Dengan demikian hubungan trafo diatas dapat digambarkan sebagai berikut :

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilainilai perusahaan 36


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Transformator

keterangan :
U, V, W atau E1 ;E2 ;E 3 sama dengan tegangan jepitan tiap phasa belitan primer.
e1; e2: ; e3 samia dengan tegangan induksi primer tiap phasa.
2e1 ; 2e2 ; 2e3 sama dengan tegangan induksi sekunder setiap phasa.
X; Y; Z atau 2E1 ; 2E2 ; 2E3 sama dengan tagangan jepitan tiap phasa belitan
sekunder (pada beban nol arah dan besarnya sama dengan tegangan
induksinya ).
Berdasarkan perbedaan sudut (letak) antara tegangan jepitan primer dengan
tegangan jepitan sekunder (yang dihubung keluar) dari setiap phasa, maka
hubungan trafo tiga phasa dibagi menjadi golongan atau group.
Group tersebut dinyatakan dalam penunjukan jam, dengan anggapan :
Sisi primer = Sisi tegangan tinggi = jarum panjang sisi sekunder = Sisi tegangan
rendah = jarum pendek.
Dengan demikian trafo diatas mempunyai veldor group Y y 6 yang artinya : Y =
belitan primer / tegangam tinggi dalam hubungan bintang.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilainilai perusahaan 37


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Transformator

U
E1

1800

2E1

y = Belitan sekunder/tegangan redah dalam hubungan bintang.


6 = jam 6 atau beda sudut 1800

Apabila hubungan sisi sekunder seperti ini :

U V W

x y z

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilainilai perusahaan 38


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Transformator

Vektor diagram group nya sebagai berikut :


U x

E1

U
W
E3
V
E2
W V z y

Gambar 25. Vektor group

Sedangkan bila hubungan sisi sekunder tidak teratur maka vektor diagram akan
mempunyai bentuk yang tidak teratur sebagai berikut.
Tulislah tanda-tanda pada hubungan bilitan dan vektor diagram nya !

U V W

+ + +

_ _ _
x y z

+ _ +

_ + _

Hubungan lain :
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilainilai perusahaan 39
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Transformator

U V W
U

+ + +
z x
y
W
_ _ _ V
x y z

U V W
Z
u
w
Y

v
X

X Y Z

Gambar 27. Hubungan belitan dengan vektornya


Hubungan ini mempunyai vektor group : Y d 5 yaitu sisi primer dihubungkan
bintang, sisi sekunder dihubungkau segi tiga (delta) sedang beda sudutnya adalah
150° atau jam 5.00. Beda sudut (angular displacement) atau jam ini ditentukan oleh
titik-titik masuk dan titik keluar dari setiap phasa , yaitu : U dengan X, V dengan Y
atau W dengan Z.

Pada hubungan segitiga arah jarum ditentukan oleh garis yang menghubungkan
antara titik berat segi tiga dengan masing-masing titik keluamya (X ; Y atau Z ).
Apabila vektor primer dan sekunder kita jadikan satu sehingga titik bintang primer
berimpit dengan titik berat sekunder, maka apabila U - X dianggap jarum panjang
dan x - o jarum pendek, akan menunjuk suatu jam 5:00 atau beda sudut 150°

Cara melukisnva :
1. Buat vektor diagram primer.
2. Buat vektor 2e1 sejajar e1 (karena polaritet sama) disini titik Z dan U berimpit.
3. 2e3 sejajar e3 ; y dan W berimpit.
4. 2e2 sejajar e2; x dan v berimpit.
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilainilai perusahaan 40
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Transformator

Pada gambar diatas x; y dan z dihubungkan langsung keluar (beban).


Apabila titik-titik u ;v dan w dihubungkan keluar, maka vektor groupnya menjadi : Y
d1
Oleh karna yang menunjuk jam adalah vektor U - X dan u –o.

R S T

V
U V W

EL2 EL3

EL1
U
W

Gambar 28. Sambungan dan vektor DY 5


Vektor group adalah : D y 5
Bila x;y dan z sebagai titik bintang dan u ; v dan w dihubungkan keluar, maka akan
didapat vektor group : D y 11 ( gambarkan )

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilainilai perusahaan 41


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Transformator

Vektor group D d 6

R S T U

U V W
e3 e1
EL3 EL2
e1 e2 e3
EL1
W e2 V

v
u v w y 2e2
u z

e1 e2 e3 2e1 2e3

x y z w x

Gambar 29. Sumber hubungan dan vektor group D d 6

Bila u; v dan w.dihubungkan keluar, maka vektor group menjadi D d 11


(gambarkan !!).
Ini sama halnya dengan bila x; y dan z yang dihubung keluar tetapi menganggap y
sebagai u, z sebagai v dan x sebagai w. Hubungan lain lagi yang istimewa dan
hampir sama dengan hubungan bintang disebut : Hubungan zig-zag disingkat
dengan : z
Pada hubungan ini mempunyai cin-ciri :
1. Mempunyai titik bintang.
2. setiap phasa mempunyai dua belitan yang identik (N sama, q sama; resistensi
dan reaktansi sama).
Seluruhnya terdapat 6 belitan.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilainilai perusahaan 42


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Transformator

Vektor group yang banyak dipakai adalah : Yz5 seperti berikut :

Nomenclature ( ketentuan-ketentuan khusus trafo ) :


1. Menurut normalisasi British Standart jepitan-jepitan traf dikeluarkan sejajar pada
sisi yang satu terdapat jepitan-jepitan tengangan tinggi dan pada sisi yang lain
terdapat jepitan tegangan rendah.
Pemberian huruf dari kiri kekanan dengan menghadap pada sisi tegangan tinggi.

Pada sisi tegangan rendah : U-V-W.


Pada sisi tegangan rendah : u-v-w

2. Bila tegangan induksi dalam phasa tegangan tinggi U - X dalam arah dari U ke X
suatu saat yang sama arahnya dari u ke x. ini menunjukan bahwa polaritetnya
adalah a; adiditive (penjumlahan).

3. Sudut pergeseran dinyatakan dengan jarum jam. Vel.rtor tegangan tinggi


menunjuk jam 12 : 00 (00:00) dan vektor tegangan-tegangan rendah sebagai
jarum pendek (penunjuk).
Misalnya ; Y d 11 artinya :
a. Sisi tegangan tinggi dalam hubungan bintang.
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilainilai perusahaan 43
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Transformator

b. Sisi tegangan rendah dalam hubungan segi tiga/delta.


c. Pergeseran sudut : + 300 atau menunjuk jam 11:00

4. Klassifikasi trafo-trafo (menurut VDE)


Grotip 1 ; pergeseran phasa nol (Yy0 ; Dd0 ; Dzo)
Group 2 ; pergeseran phasa 1500 (Dy 5 : Yd 5; Yz 5)
Group 3 ; pergeseran phasa 1800 (Da 6 ; Yy 6; Dz 6)
Group 4 ; pergeseran phase 3300 (Dy..ll,; Yd 11 ; Yz 11)

Arus dan Tegangan pada trafo 3 fasa

A). Trafo hubungan Y-Y

N1
a = :
N2

N1 = jumlah lilitan primer per fasa


N2 = jumlah lilitan sekunder per fasa

EL = tegangan line sisi primer


2EL = tegangan line sisi sekunder
1Ep = tegangan jepit tiap lilitan primer
2Ep = tegangan jepitan lilitan sekunder
1ep = tegangan induksi lilitan primer
2ep = tegangan induksi lilitan sekunder

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilainilai perusahaan 44


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Transformator

1. Keadaan Beban Nol ; dengan mengabaikan arus nol

EL = Ep  3 = ep  3

2 EL = 2 Ep  3 = 2 ep  3

1 Ep = 2 ep.a

1 Ep = 1 Ep.a

2 EL
a
EL

2. Keadaan Berbeban :

IL = Arus Line Primer


2 IL = Arus Line Sekunder
Ip = Arus Primer per fasa
2 Ip = Arus Sekunder per fasa

IL = Ip
2 IL = 2 Ip
2 Ip
Ip =
a

b) Trafo Hubungan D - D

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilainilai perusahaan 45


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Transformator

Gambar trafo hubungan -   ( D-D )

1. Keadaan Beban Nol ; dengan mengabaikan arus nol

EL = 1 Ep = 1 ep
2 EL = 2 Ep = 2 ep
1 Ep = 2 Ep. a
1 Ep = 2 Ep. a
2 E1
a
1E1

2. Keadaan Berbeban

1L = Ip  3
2IL = 2 Ip  3

2 Ip
Ip =
a

IL 1 = Ip 1 = Ip 3
IL 2 = Ip 2 = Ip 1
IL 3 = Ip 3 = Ip 2
IL1 + IL2 + IL3 = 0

c) Trafo Hubungan D - Y

1 Ep = 2 Ep.a
Iep.a = 2 ep a

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilainilai perusahaan 46


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Transformator

2 E L = 2 EP  3
2 EL a
 (buktikan) .
EL 3

Hubungan Y - D

Gambar . Trafo hubungan -  Y ( D- Y )

1 Ep = 2 Ep a

1 ep = 2ep a

EL = 1 Ep = 1Ep 3

E1 = 1 Ep3 3

Rugi tembaga primer = 3 Ip2 r1/ fasa


Rugi tembaga sekunder Pj2 = 3.2Ip2 r2/ fasa
Rugi hysterisis : P > H = b 31f Ep

Sehingga

W masuk – (PJ1 + Pj2 + 1 H ) = W keluar

Wk
Jadi x100%
Wk  ( PJ 1  PJ 2 Ph )

Apabila bebannya asymetris

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilainilai perusahaan 47


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Transformator

PJI = Ip 1 r1 + 1p2 r2 + Ip3 r3

PJ2 = 2I Ip1. 2 r1 + 2Ip2.2r2 + 2 Ip3 .2r3

Tenaga Trafo 3 fasa

W = EL I Cos   3 watt

W keluar = 2 E 2 I Cos   3

 1= pergeseran fasa antara EL dan IL

 2= pergeseran fasa antara 2EL dan 2 IL

Wkeluar
Rendemen = x100%
Wmasuk

2.9. KONSTRUKSI TRANSFORMATOR .


Jenis transformator ( trafo) distribusi.
Trafo yang umum dipergunakan untuk sistem distribusi adalah trafo 3 fasa dan satu
fasa sedangkan trafo tiga fasa merupakan trafo yang paling banyak dipakai hal ini
dikarenakan .
1. Untuk daya yang sama tidak memerlukan ruang yang besar.
2. Mempunyai nilai ekonomis.
3. Pemeliharaan persatuan barang lebih murah dan mudah.

Menurut jenisnya trafo dibedakan :


1. Over head transformer.
2. Underground transformer.

1 . Over head Transformer terdiri dari :


1. Konvensional.
2. CSP ( Completely Self Protection ).

2.9.1. Transformator Konvensional

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilainilai perusahaan 48


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Transformator

Trafo konvensional tidak memiliki alat pengaman seperti arester, pengaman


beban lebih sebagai suatu kesatuan unit trafo . namun alat alat pengaman
tersebut di sdapat dan dipasang secara terpisah
Untuk nilai pengenal (rating) yang tidak terlalu besar tipe konvesional adalah
dalam bentuk pasangan tiang , sedang untuk rating yang besar ditempatkan pada
gardu distribusi.
Pada gambar terlihat trafo distribusi tipe konvensional yang diperlengkapi dengan
terminal terminalnya.

2.9.2. Transformator CSP


Trafo distribusi tipe CSP ini memiliki pengaman sebagai kesatuan unit trafo
pengaman yang terdapat adalah pengaman terhadap gangguan surja petir dan
surja hubung , pengaman beban lebih dan pengaman hubung singkat.Selai itu
trafo ini juga dilengkapi dengan lampu merah peringatan yang akan menyala bila
temperatur kumparan melebihi batas yang di ijinkan un tuk isolasinya Kondisi ini
apabila tidak diambil tindakan dan temperatu mencapai batas bahaya maka CB
( circuit breaker ) akan bekerja membuka
Apabila diperlukan CB dapat diset pada posiusi darurat untuk melakukan beban
lebih sementara. Dalam gambar terlihat bentuk trafo tipe CSP satu fasa dan alat
alat proteksi

2.9.3. KONSTRUKSI UMUM

Transformator - transformator distribusi tiga fasa terdiri dari bagian-bagian :

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilainilai perusahaan 49


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Transformator

Keterangan-keterangan lebih lanjut adalah :


1. Bhusing Primer.
2. Indikator tinggi permukaan minyak.
3. Penapas pengering.
4. Lobang untuk pembukaan.
5. Lobang untuk penarikan.
6. Kran untuk pemasukan/pengeluaran minyak.
7. Pelat nama.
8. Thermometer.

10. Tap trafo (alat untuk merubah tegangan).

Gambar. Konstruksi lengkap transformator.


Name platelpelat pengeaal :
Tiap Transformator harus dilengkapi dengan pelat pengenal, terbuat dari bahan
tahan cuaca, dipasang pada posisi yang mudah dilihat berisikan rincian seperti
yang ditunjukan dibawah ini. Keseluruhan pelat harus bertanda yang tak mudah
terhapus (misalnya dengan memahat, mencetak-cetak ).

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilainilai perusahaan 50


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Transformator

Imformasi yang diperlukan


a. Jenis transformator (misalnya: transformator, oto-transformator, transformator
penguat dan sebagainya).
b. Nomor spesifikasi.
c. Nama pabrik.
d. Nomor seri pembuatan
e. Tahun pembuatan
f. JumIah fasa
g. Daya mengenal ( u n t u k transformator belitan banyak, ganda, daya pengenai
tiap belitan harus diberikan, kombinasi pembebanan harus ditunjukan pula, jika
tidak pengenal salah satu belitan merupan jumlah daya pengenal belitan lainnya).
h. Frekuensi pengenal
i. Tegangan pengenal
j. A.rus pengenal
k. Lambang hubungan
1. Tegangan impendans pada arus pengenal (nilai terukur dan bila perlu,daya
acuan).
m. Jenis pendingin. (Bila transformator mempunyai mempunyai cara pendingin
keluaran yang brrbeda dari pengenalnya dapat ditunjukan oleh presentasi daya
pengenal, misaLnva ONAN/ONAP 100 % )
n. Massa keseluruhan.
o. Masa minyak isolasi.
Apabila nilai pengenal transformator lebih dari satu, tergantung dari hubungan yang
berbedabeda,dengan desain mengikuti kekususanya, nilai-nilai pengenal perlu
ditambahkan adalah plat pengenal.

2.9.4. KONSTRUKSI DAN BAHAN INTI


Inti trafo adalah sebagai arus penghantar magnetic (fluks) untuk dapat membentuk
rangkaian arus magnit, sehingga belitan/kumparan (coil) dapat diinduksikan suatu
tegangan. Inti terbentuk dari lapisan-lapisan plat dinamo yang bahanya dibuat dari
baja alloy atau baja silicon yang mempunyai sifat resistansi yang tinggi dan
histerisis yang kecil.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilainilai perusahaan 51


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Transformator

Tebal plat ini berkisar antara 0,35 - 0,5 mm, tergantung besar kecilnya fasilitas trafo.
untuk menghindari /mengurangi adanya arus pusar (Eddy, current), maka antara
plat satu dengan yang lainnya diberi semacam lapisan isolasi (vernish) yang tahan
terhadap suhu tinggi . Lapisan ini harus ditekan (press) untuk menghilangkan
adanya celah udara antara plat yang satu dengan yang lainnya yang dapat
menimbulkan suara keras pada waktu trafo kerja (operasi).
Untuk memudahkan pemasangan kumparan (coil) maka penampang inti dibuat
berbentuk bulat dengan susunan sebai gambar dibawah ini.

Gambar : Inti besi transformator

Bahan - bahan untuk inti trafo


1. Low aloy steel : 0.8 s/d 1,8°o silicon
2. Medium aloy steel : 1,8 s/d 2,8°o silicon
3. Medium to high aloy steel : 2,8 s/d 4°o silicon
4. High aloy steel :4 s/d 4,8°o silicon.

Untuk bahan-bahan tersebut mempunyai sifat-sifat :


l.Rugi besi  Normal
2.Rugi besi  Kurang
3.Rugi besi  Kecil
4. Rugi besi  Sangat kecil.
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilainilai perusahaan 52
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Transformator

Spiral Core cut `C" core Cut " E ` Core

Cut' C ° Carz Cut'C° Core SgirsICoTe

Half Cruciform FuII Cruciform F -u l l C r u c i f o r m

Cut °E' Core


Full Cruciform
Gambar. Bentuk inti besi transformator

2 . 9 . 5 . K O N S T R U K S I D A N B A H A N L I L I TA N
Kumparan terdiri dari suatu penghantar (Coductor) dan isolasi yang menpunyai
tegangan tembus yang tinggi dan tahan terhadap suhu yang tinggi pula. Konduktor
terbuat dari allumunium. Pada umumnya digunakan tembaga dengan keuntungan-
keuntungan :
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilainilai perusahaan 53
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Transformator

a. Mempunyai tahanan jenis yang kecil 0,0175 Ω mm 2 /m.


b. Kekuatan mekanis yang lebih besar dari allumunium.
c. Tahan terhadap korosi dari atmosfir.
d. Titik cair atau lebur lebih tinggi (1083°C).
e. Mudah pengerjaanya : dibengkokan, diratakan, dibor, dipres, disolder, dilass
dsb.
Kerugian allumunium
a. Titik cair rendah + 657 ° C.
b. Tahanan jenis tinggi 0,0292 Ω - mm2/m
c. Sukar pengerjaanya.

Dua macam konstruksi dari kumparan


1. Consentric winding
Kumparan berbentuk silinder , kumparan tegangan rendah diletakkan berdekatan
dengan inti, sedang kumparan tegangan tinggi disebelah luarnya. Antara keduanya
terdapat semacam isolasi kertas bakalit yang tahan terhadap tegangan yang tinggi
(kv/cm) dan suhu yang tinggi. Kumparan tegangan tinggi penampang (q) kecil
jumlah lilitan (N) banyak,isolasi lebih baik. Kumparan tegangan rendah : q besar, N
lebih sedikit, isolasi sesuai dengan tegangan.
2. Sandwich winding
Kumparan tegangan rendah dan kumparan tegangan tinggi dibuat saling
menumpuk dan diarrtaranya terdapat satu isolasi kertas bakelit.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilainilai perusahaan 54


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Transformator

GAMBAR .Bentuk-bentuk winding

2.9.6. KONSTRUKSI DAN BAHAN TANGKI PENDINGIN

Transformator berdasarkan cara-cara pendinginanya dapat diklasifikasikan dalam


beberapa macam system pendingin sebagai berikut :

AN : Pendingin alam (natural cooling) oleh sirkulasi udara sekitarnya tanpa alat-alat
khusus. Inti dan kumparan trafo terbuka, tanpa minyak. Sistim ini digunakanuntuk
trafo-trafo kecil dan bertegangan rendah, misalnya set-up trafo dirumah-rumah.

AB : Pendinginan oleh air (air blast) langsung yang dihasilkan oleh fan (kipas angin).
Sistim ini juga tidak mengunakan minyak.

ON : Pendingin minyak (oil immerset) disertai pendingin alam (natural cooling). Panas
yang ditimbulkan oleh pada inti dan kumparan diteruskan melalui minyak
kedinding trafo yang kemudian didinginkan oleh udara luar sekitarnya .
Keuntungan cara hal ini adalah bahwa kotoran-kotoran (debu) semua uap air
tidak masuk pada inti dan kumparan maupun minyak trafo. Sistim ini digunakan
untuk trafo tenaga yang lebih dari 10 kVA.
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilainilai perusahaan 55
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Transformator

OB : Sistim ini adalah sama dengan hembusan sistim ON yang dilengkapi dengan
hembusan angin dari fan pada dinding trafo.

OFN : Pendinginan ini sama dengan sistim ON, tetapi untuk sirkulasi minyaknya
melalui radiator mengunakan suatu cara. Pada sistim ini tidak ada fan.

OFB : Adalah sistim OFN yang dilengkapi hembusan angin dari fan. Digunakan untuk
trafo-trafo yang berkapasitas besar.

ON : Gabungan dari pendinginan minyak dengan pendinginan air sirkulasi pada


dinding luar radiator tanpa fan .

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilainilai perusahaan 56


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Transformator

OF : a. Sama d:agan OFB, tetapi tanpa fan.


b. Minyak dialirkan keradiator oleh suatu pompa.
c. Dinding luar radiator didinginkan oleh sirkulai air sebagai penganti fan.
Sistim campuran : Adalah gabungan dari beberapa sistim, misalnya :
ON/OB, ON/OFW ; ON/OB/OFW ; ON/OW/OFW.

2.9.7. KENAIKAN SUHU TRAFO (TEMPERATUR RISE)


Kenaikan suhu dari kumparan, minyak dan inti trafo menurut B.S (British standard) adalah
MACAM KUMPARAN
CLASS A CLASS B MINYAK INTI
PENDINGIN
AN, AB 550C 750C
Sesuai dengan
ON, OB, OW 600C - 500C
kumparan
0 0
OFN, OFB 65 C - 50 C
yang terdekat
OFW 700C 600C

Kenaikan temperatur (suhu) ini didasarkan atas temperatur udara luar atau suhu dari
air pendingin masuk. Harga-harga ini adalah = 25 0 C untuk air dan 40 0 C maximum
dengan harga rata-rata 35 0 C selama 24 jam untuk udara.
Artinya :
Niaalnva sistim ON dengn klass A : suhu tertinggi dari kamparan yang diperkenankan
adaIah : 400 C + 600C = 1000 C untuk beberapa jam (2-3 jam ) dan 35 0 C + 600 C =
950 C untuk 24 jam terus menurun.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilainilai perusahaan 57


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Transformator

Gambar. Berapa Sistim Pendingan Pada Transformator

2.9.8. KONSTRUKSI DAN BAHAN BUSHING (TIPE INDOOR DAN OUT DOOR )
Bushing sangat menentukan dalam pengambilan tegangan dan pemasukan
tegangan pada tranformator, pada sisi tegangan tinggi bushing harus mempunyai
syarat titik tembus. Bahan utama untuk bushing adalah dari bahan keramik. Dan
pada bushing tegangan tinggi biasanya dilengkapi arcing horn.

Beberapa contoh konstruksi bushing.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilainilai perusahaan 58


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Transformator

Gambar . Bentuk (Konstruksi Bushing)

1. Bushing untuk 11 kv (in door)


2. Bushing untuk 11 kv (out door)
3. Bushing untuk 33 kv (out door)
4. Bushing untuk 33 kv untuk cable

2.9.10.KONSTRUKSI PERALATAN TAMBAHAN

Minyak Trafo :

Minyak trafo merupakan bagian yang terpenting dalam trafo

Fungsi minyak trafo :


1. Sebagai bahan isolasi.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilainilai perusahaan 59


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Transformator

2. Sebagai pendingin.
3. Sebagai penghantar panas dari bagian yang panas (coil dan inti) ke dinding bak.

Sifat Dari Minyak Trafo


1. Besar jenis (spesific grafity) = 0,85 – 0,9 gr/cm pada 13,5 0 C
2. Viscilitas (kekentalan) rendah untuk memudahkan cirkulasi dari bagian yang
panas kebagian yang dingin ; 100 – 110 saybolt second pada 40 0 C
3. Titik didih tidak kurang dari 1350 C
4. Titik beku tidak lebih dari -450 C
5. Tekanan tembus minyak trafo tidak kurang dari 30 kv/2,5 mm atau 120 kv/cm
6. Coefisien volume (cv ) = 0,069 % per 1o C
7. Titik api (flash point ) = 1800 C – 1900 C
8. Titik nyala (burning point) = 2050 C
9. Kelembaban terhadap uap air (moisture) = nihil

2.9.11. Radiator
Radiator berfungsi sebagai alat pendingin dari trafo. Minyak trafo yang panas
mempunyai berat jenis yang rendah, sehingga berada dibagian atas ; kemudian
masuk kebagian atas dari pipa radiator. Didalam radiator minyak didinginkan
oleh udara luar atau angin. Minyak turun fdari bagian atas pipa masuk bak trafo
bagian bawah (lihat arah panah gambar didepan). Pada trafo-trafo kecil radiator
diganti dengan sirip-sirip (ribbon) yang fungsinya memperluas permukaan
dinding trafo sehingga pendinginan lebih baik / sempurna

2.9.11.1.Conservator :
Apabila suatu trafo mempunyai beban yang tinggi atau kenaikan suhu udara
luar, maka minyak trafo akan mengembang. Pnegembangan minyak ini diterima
oleh Conservator expansion tank. Udara diatas permukaan minyak didalam
conservator terdesak keluar melalui silingel dan alat pernapasan udara (air
breather) apabila minyak trafo dingin, maka udara dari luar akan masuk melalui
alat pernapasan, silica gel dan kembali ke conservator. Tinggi rendahnya minyak
didalam conservator dapat dilihat dalam gelas pendingin yang menempel pada
conservator tersebut.
Untuk menghindari hubungan langsung antara bagian dalam dari trafo dengan
udara luar maka didalam alat pernafasan diberi minyak trafo. Hal ini juga untuk

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilainilai perusahaan 60


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Transformator

dimaksud untuk menjaga agar udara yang masuk dari luar tidak mengandung
kotoran-kotoran (debu), uap air dll.

2.9.11.2. Silica gel :


Adalah suatu bahan higroscopis yang dimaksud untuk menyerap uap air dari
udara yang sedang naik pada waktu trafo menjadi dingin (bernafas). Uap air
harus dihindarkan sebab dapat mengakibatkan menurunnya tegangan tembus
dari minyak hal ini dapat berakibat adanya lompatan api (flash over) didalam
trafo bahan lain yang dipergunakan selain silica gel adalah calsium chloride

2.9.11.3. Emergency Release :


Gunanya untuk mengeluarkan tekanan yang besar didalam bak trafo apabila
timbul panas yang tinggi, sehingga tidak mengakibatkan misalnya yang dapat
merusak bagian-bagian lain (bak trafo kembung dan sebagainya). Emergency
release (selaput pengaman) berupa suatu bagian tipis atau kaca yang mudah
pecah bila mendapat tekanan tertentu.

2.9.11.4. Tap Changer :


Tap changer atau trap dari trafo adalah merupakan suatu bagian dari trafo yang
digunakan untuk mengatur tegangan di sisi skunder sesuai keinginan..

2.10. DAYA TRANSFORMATOR DISTRIBUSI.

DAYA PENGENAL.

Nilai-nilai daya pengenal yang lebih disukai dalam SPLN 8° : 1978 IEC 76 – 1
(1976) seperti dibawah ini sedang yang bertanda * adalah nilai-nilai standar PLN.

kVA KVA KVA

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilainilai perusahaan 61


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Transformator

200*
25* 250*
5 31,5 315*
6,3 40 400*
8 50* 500*
10 63 500*
12,5 80 630*
16* 100* 630*
20 125 800*
160* 1000*
1250*
1600* dst

Catatan :
Nilai-nilai dalam tabel diatas berlaku bagi transformator fasa tiga dan fasa tunggal.
Bagi transformator fasa tunggal yang akan dipasang pada bangku fasa tiga, nilainya
seperti dari nilai-nilai tercantum dalam tabel diatas.

Pembebanan Transformator :

Pembebanan transformator dilaksanakan sesuai dengan SPLN 17° : 1979 (Publikasi


IEC 354.1972) lampiran dan SPL 17 : 1979 masing-masing tentang Pedoman
Pembebanan Transformator Terendam minyak dan Pedoman Penerapannya. Nilai-nilai
beban yang tercantum dalam tabel 1 s/d x dari lampiran A menunjukkan
dimungkinkannya pembebanan lebih pada suhu sekitar dan jangka waktu tertent.
Dengan nilai-nilai tersebut transformator dijamin tidak mengalami susut umur (umur
transformator tetap sesuai dengan disain) karena pengaruhnya dengan isolasi sama
dengan transformator yang bekerja pada daya pengenal dan suhu sekitar 20 C,
sehingga suhu tidak panas pada lilitan mencapai 98 C. Dengan demikian untuk
menguji pemamfaatan Publikasi IEC 354 (1872 tersebut, maka umur transformator
perlu ditetapkan

yaitu selama 20 tahun atau7300 hari, sehingga transformator akan mempunyai susut
normal (normal loss of life) O, 0137 % perhari

Catatan :

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilainilai perusahaan 62


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Transformator

Dalam SPLN 17 A ; 1979, lampiran A, sub ayat 2.2. diberikan pengertian dan contoh
perhitungan mengenai susut umur (use of life) sbb :
Dengan dibebaninya transformator pada daya pengenal dan suhu sekitar 20 C, maka
transformator akan mengalami pemburukan isolasi dan karenanya mengalami susut
umur yang normal, sehingga umur transformator sesuai dengan desain, misalnya 30
tahun.
Dibawah ini adalah tabel susut umur sebagai fungsi dari suhu titik panas 0c :

Oc Susut Umur

80
0,125
86
0,25
92
0,5
98
1,0
104
2,0
110
4,0
116
8,0
122
16,0
128
32,0
134
64,0
140
128,0

Contoh 1 :
Transformator dibebani 10 jam pada 0c = 104 C dan 14 jam pada 0c = 86 C. Susut
umurnya = 10 x 2 + 14 x 0,25 = 23,5 jam umur selama 24 jam (harian). Karena masih
kurang dari 24 jam, transformator tidak mengalami kenaikan susut umur, sehingga
tetap sesuai dengan desain (tabel 1 s/d x )

Contoh 2 :
Transformator dibebani 4 jam pada 0c = 110 (pada beban puncak) dan 20 C jam pada
0c = 90 C. Susut umurnya = 4 x 4 + 20 x 0,9 ( intrapolasi ) = 24 jam umur, selama 24
jam. Ini juga berarti mengalami susut umur yang normal tabel 1 s/d x

Contoh 3 :

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilainilai perusahaan 63


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Transformator

Transformator dibebani 12 jam pada suhu 0c 104 C dan 12 jam pada 0c = 90 C. Susut
umurnya = 12 = 12 x 2 + 12 x 1 = 36 jam umur, selama 24 jam. Ini berarti susut
umurnya normal, sehingga umurnya menjadi 2/3 x 30 tahun = 20 tahun.

PLN menetapkan nilai maksimum bagi rugi total ( dalam % terhadap daya pengenal),
yaitu rugi besi dan tembaga pada 75 C faktor daya 1,0 dan beban 100 %

Tabel-Rugi total maximum


Fasa
Fasa Tiga
Tunggal
25 50 50 100 160 200 250 315 400 500 630
2,21 1,75 800 1000 1250 1600
2,2 2,07 1,76 1,71 1,56 1,48 1,37 1,32 1,24
1,52 1,44 1,42 1,33

2.10.11. TEGANGAN PENGENAL DAN PENYADAPNYA (TEGANGAN


PRIMER).

Tegangan primer ditetapkan sesuai dengan tegangan nominal sistem pada


jaringan tegangan menengah (JTM) yang berlaku dilingkungan PLN, 6 kv dan 20
kv. Dengan demikian ada tiga macam transformator yang dibedakan tegangan
primernya, yaitu :

a). Transformator bertegangan primer 6 kv ;


b). Transformator bertegangan primer 20 kv
c). Transformator bertegangan primer 6 kv dan 20 kv, yang dapat dipindahkan
dengan sebuah pemindahan tegangan (komutator). Transformator
bertegangan ganda ini dibuat dengan kapasitas 100 kVA sampai dengan 630
kVA

Catatan :
Pada sistem distribusi fasa tiga, 4 kawat maka transformator fasa tunggal yang
dipasang tentunya mempunyai tegangan pengenal 20 kV/V3 = 12 kV. Karena
SPLN 1 : 1978 menetapkan tegangan nominal sistem 20 kV, maka masih perlu
dipasang transformator fasa tungga dengan tegangan pengenal 12 kV
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilainilai perusahaan 64
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Transformator

Tegangan sekunder :
Tegangan sekunder ditetapkan tampa deisesuaikan dengan tegangan nominal
sistem pada jaringan tegangan rendah (JTR) yang berlaku dilingkungan PLN
( 127 & 220 V untuk sistim fasa tunggal dan 127/220 V dan 220 / 380 V untuk
sistem fasa tiga, yaitu : 133 / 231 V dan 231 / 400 V pada kedaaan tampa beban)

Dengan demikian ada empat macam transformator yang dibedakan oleh


tegangan sekundernya, yaitu :
(a). Transformator bertegangan sekunder 133 / 231 V;
(b). Transformator bertegangan sekunder 133 / 400 V;
(c). Transformator bertegangan sekunder 133 / 231 V / 400 V yang dapat
digunakan secara serentak (stimulan)
(d). Transformator bertegangan sekunder 133 / 231 V / 400 V yang digunakan
terpisah

Catatan :
Bilamana dipakai tidak serentak maka dengan bertegangan sekunder 231/400 Volt
daya transformator tetap 100 % daya pengenal, sedang dengan tegangan
sekunder 133 / 231 Volt dayanya hanya 75 % daya pengenal.

Tabel-Komposisi Sistem Tegangan


Daya
ITP/TS TP/TS1+ 2TP / 2TP/TS1+
Pengenal ITP/TS 2 2TP/TS 1
1 TS 2 TS 2 Ts2
KVA

16
* * * * * *
25
* * * * * *
50
* * * * * *
100
* * * * * *
160
* * * * * *
200
* * * * * *
250
* * * * * *
315
* * * * * *
400
* * * * * *
500
* * * * * *
630
* * * * * *
800
+ * + + + +
1000
+ * + + + +
1250
+ * + + + +
1600
+ * + + + +

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilainilai perusahaan 65


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Transformator

Keterangan :

1 TP : Tegangan Primer Tunggal


2 TP : Tegangan Primer Ganda
TS 1 : Tegangan Sekunder 133/231 V
TS 2 : Tegangan Sekunder 231/400V
TS 1 + TS 2 : Tegangan Sekunder Ganda Dapat Bekerja Ganda
Dinyatakan Sebagai Standar Dilingkungan PLN
+ : Belum standar, dipesan sesuai kebutuhan

Penyadapan :
Ada tiga macam penyadapan tampa beban, yaitu :
(a). Sadapan tampa beban (STB) tiga langkah : 21, 20, 19 kV.
(b). Sadapan tampa beban lima langkah : 22, 21, 20, 19, 18 kV.
(c). Sadapan tampa beban lima langkah : 21; 20,5; 20; 19,5; 19 kV.

Penyadapan dilakukan dengan pemgubah sadapan (komotator) pada keadaan


tampa beban pada sisi primer.

Catatan :

Nilai-nilai tegangan sadapan, khususnya penyadap utama (principle tapping),


adalah nilai-nilai yang beresuaian dengan besaran-besaran pengenal (arus,
tegangan ,daya) sebagaimana didefenisikan dalam publikasi IEC 76 – 1 (1976)
sub. Ayat 3, 5, 1, 1.

2.11. KELOMPOK VEKTOR


Kelompok vektor
Ada tiga macam transformator yang dibedakan oleh kelompok vektornya dan titik
netralnya yaitu :
 Kelompok vektor Y, yn 5
Dipakai pada transformator berka[asitas sampai dengan 250 kVA
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilainilai perusahaan 66
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Transformator

Catatan : zn berarti titik netralnya dikeluarkan


 Kelompok vektor D, yn 5
Dipakai pada transformator berkapasitas 200 kVA sampai dengan 1600 Kva
Sisi sekunder bertegangan ganda 133 / 231 / 400 V yang bekerja serentak
 Kelompok vektor Y, zn 5 dan Y, yn 6
Kedua vektor ini terdapat pada sebuah transformator bertegangan sekunder
ganda yang bekerja tidak serentak, dipakai pada transformator berkapasitas
sampai dengan 250 kVA untuk keperluan jaringan distribusi.
Pada umumnya ; diatas 250 kVA sampai dengan 630 kVA hanya dibuat untuk
keperluan jaringan yang sesuai dengan kapasitas serta kelompok vektor dan
tegangan sekunder ganda tersebut. Kelompok vektor Y, yn 6 dipakai pada
tegangan sekunder 133 / 231 V

2.11. TINGKAT ISOLASI DASAR

Tingkat isolasi dasar (TID) bagi transformator distribusi telah ditetapkan dalam
SPLN 7 :1978, yaitu 125 kV

Karateristik Elektris
Tabel berikut ini adalah estándar PLN, kecuali nilai rugi besi dan temabaga, arus
beban nol, efesiensi serta pengaturan tegangan yang hanya merupakan contoh.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilainilai perusahaan 67

Anda mungkin juga menyukai