DIC Askep
DIC Askep
DIC Askep
Disususn oleh :
1. Ajeng Alfi S (1611012)
2. Eka Yulis S. (1611015)
3. Khusnul Arifianti (1611023)
4. Mufarikhatul Binti L (1611026)
5. Zulfa Alkarimah (1611033)
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB I ................................................................................................................................ 1
2 BAB II....................................................................................................................... 3
2.3 Patofisiologis..................................................................................................... 4
3.3 Intervensi......................................................................................................... 10
3 BAB IV ................................................................................................................... 13
BAB V ............................................................................................................................ 24
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
trombosis, dan perubahan pregangren pada jari, genital, dan hidung akibat
turunnya pasokan darah karena vasospasme atau mikrotrombi. Pada pemeriksaan
lab akan ditemui trombositopenia, PT dan aPTT yang memanjang, penurunan
fibrinogen bebas dibarengi peningkatan produk degradasi fibrin, seperti D-dimer.
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui konsep dasar penyakit DIC
2. Memahami konsep askep pada pasien yang menderita DIC
3. Memahami melalui aplikasi kasus semu pasien DIC
2
2 BAB II
Konsep Dasar Penyakit
2.1 Definisi
Disseminated Intravaskular Coagulation adalah gangguan dimana terjadi
koagulasi atau fibrinolisis (destruksi bekuan). DIC dapat terjadi pada
sembarang malignansi, tetapi yang paling umum berkaitan dengan
malignansi hematologi seperti leukemia dan kanker prostat, traktus GI dan
paru-paru. Proses penyakit tertentu yang umumnya tampak pada pasien
kanker dapat juga mencetuskan DIC termasuk sepsis, gagal hepar dan
anfilaksis. (Brunner & Suddart, 2002)
2.2 Etiologi
Pendarahan terjadi karena :
1. Hipofibrinogemia
2. Trombositopenia
3. Beredarnya antikoagulan dalam sirkulasi darah (hasil perombakan
fibrinogen)
4. Fibrinolisis berlebihan
3
3. Setelah operasi (operasi baru, by pas cardiopulmonal, lobektomi,
gastrektomi, splenektomi)
4. Keganasan (karsinoma prostat, karsinoma paru, leukemia akut)
2.3 Patofisiologis
4
2.5 Pemeriksaan Diagnostik
a) Masa Protombin
Masa protrombin bias abnormal pada DIC, dapat disebabkan beberapa hal. Karena
masa protrombin yang memanjang bisa karena hipofibrinogenemia, gangguan
FDP pada polimerisasi fibrin monomer dan karena plasmin menginduksi lisis
faktor V dan faktor IX. Masa protrombin ditemukan memanjang pada 50-75%
pasien DIC sedang pada kurang 50% pasien bias dalam batas normal atau
memendek. Normal atau memendeknya masa protrombin ini terjadi karena
(1) beredarnya faktor koagulasi aktif seperti trombin atau F Xa yang dapat
mempercepat pembentukan fibrin,
(2) hasil degradasi awal dapat mempercepat pembekuan oleh thrombin atau sistem
pembekuan gel yang cepat. Masa protrombin umumnya kurang bermanfaat dalam
evaluasi DIC.
PTT diaktifkan seharusnya juga memanjang pada DIC fulminan karena berbagai
sebab sehingga parameter ini lebih berguna pada masa protrombin. Plasmin
menginduksi biodegradasi F V, VIII, IX dan XI, yang seharusnya juga
menyebabkan PTT memanjang. Selain itu sama halnya dengan masa protrombin,
PTT juga akan memanjang bila kadar fibrinogen kurang dari 100 mg%.
PTT juga memanjang pada DIC Karena pada FDP menghambat polimerisasi
fibrin monomer. Namun PTT yang memanjang dapat ditemukan pada 50-60%
pasien DIC, dan oleh sebab itu PTT yang normal tak dapat dipakai menyingkirkan
DIC. Mekanisme terjdinya PTT normal atau memendek pada 40-50% pasien DIC
sama seperti pada masa protrombin.
5
substrat akan memberikan hasil yang tidak dapat diinterpretasi. Sebagai contoh
jika F VIII diperiksa dengan pasien DIC dengan disertai peningikata F Xa, jelas F
VIII yang dicatat akan tinggi karena dalam uji sistem F Xa melintas kebutuhan F
VIII sehingga terjadi perubahan fibrinogen menjadi fibrin dengan cepat dengan
waktu yang dicatat dalam kurva standar pendek, dan ini akan diinterpretasi
sebagai kadar F VIII yang tinggi.
d) FDP
Kadar FDP akan meningkat pada 85-100% kasus DIC. Hasil degradasi ini akibat
biodegradasi fibrinogen atau fibrin oleh plasmin, jadi secara tidak langsung
menunjukkan bahwa jumlah plasmin melebihi jumlah normal dalam darah. Tes
protamin sulfat atau etanol biasanya positif bila dalam sirkulasi darah ada fibrin
monomer soluble. Tetapi sama sepert FDP, tes ini bukan sebagai sarana diagostik,
karena fibrin monomer soluble juga terlihat pada situasi klinis lain, sama seperti
pada situasi klinis lain, seperti pada wanita dengan kontrasepsi oral, pasien
dengan emboli paru, pada beberapa pasien infark miokard, pasien dengan
penyakit ginjal tertentu, pasien dengan thrombosis vena atau arteri, dan pasien
dengan tromboemboli.
e) D- Dimer
Suatu test terbaru untuk DIC adalah D-Dimer.D-Dimer merupakan hasil degradasi
fibrin ikat silang yaitu fibrinogen yang diubah menjadi fibrin kemudian diaktifkan
oleh factor XIII. Dari periksaan atau tes yang paling banyak dilakukan untuk
menilai KID. D-Dimer tamapaknya merupakan tes yang paling dapat dipercaya
untuk menilai kemungkinan DIC, Menunjukkan adanya D-Dimer apnormal pada
93% kasus, kadar AT III apnorml pada 89% kasus, kadar fibri nopeptida apnormal
pada 88% kasus, dan titer FDP abnormal pada 75 % kasus.
Kadang-kadang titer FDP dan reaksi para koagulasi dapat negative pada DIC. Hal
ini disebabkan pada DIC akut jumlah plasmin yang beredar sngat banyak dan
fibrinolisis sekunder mengakibatkan degradasi Fragmen D & E, padahal fragmen
inilah yang dideteksi sebagai FDP. Selain itu penglepasan protease granulosid,
kolagenase dan elastase yang berlebihan dapat juga mengakibatkan dekradasi
pada semua sisa fragmen D & E dan akhirnya memberikan hasil FDP negative.
6
Jadi FDP yang negative belum dapat menyingkirkan diagnosis DIC. Dengan
tersedianya pemeriksaan D-Dimer, pemeriksaan FDP dan tes protamin sulfat
menjadi terbatas perannya dalam mendiagnosis DIC.
2.6 Penatalaksanaan
1. Atasi penyakit primer yang menimbulkan DIC
2. Pemberian heparin. Heparin dapat diberikan 200 U/KgBB iv tiap 4-6 jam.
Kenaikan kadar fibrinogen plasma nyata dalam 6-8 jam, setelah 24-48 jam
sesudah mencapai harga normal.
3. Terapi pengganti. Darah atau PRC diberikan untuk mengganti darah yang
keluar. Bila dalam pengobatan yang baik, jumlah trombosit tetap rendah
dalam waktu sampai seminggu, berarti tetap mungkin terjadi perdarahan
terus atau ulangan, sehingga dalam keadaan ini perlu diberikan platelet
concentrate.
4. Obat penghambat fibrinolitik. Pemakaian Epsilon Amino Caproic Acid
(EACA) atau asam traneksamat untuk menghambat fibrinolisis sama
sekali tidak boleh dilakukan, karena akan menyebabkan trombosis. Bila
perlu sekali, baru boleh diberikan sesudah heparin disuntikkan. Lama
pengobatan tergantung dari perjalanan penyakit primernya. Bila penyakit
primernya dapat diatasi cepat, misalnya komplikasi kehamilan dan sepsis,
pengobatan DIC hanya perlu untuk 1-2 hari. Pada keganasan leukemia dan
penyakit-penyakit lain dimana pengobatan tidak efektif, heparin perlu
lebih lama diberikan. Pada keadaan ini sebaiknya diberikan heparin
subkutan secara berkala. Antikoagulan lain jarang diberikan. Sodium
warfarin kadang-kadang memberikan hasil baik.
2.7 Komplikasi
Acute respiratory distress syndrome (ARDS)
Penurunan fungsi ginjal
Gangguan susunan saraf pusat
Gangguan hati
Ulserasi mukosa gastrointestinal : perdarahan
7
Peningkatan enzyme jantung : ischemia, aritmia
Purpura fulminan
Insufisiensi adrenal
Lebih dari 50% mengalami kematian
8
BAB III
KONSEP ASKEP
3.1 Pengkajian
1. Kaji adanya faktor- faktor predisposisi
a. Septikemia
b. Komplikasi obstetric
c. Sindrom distres pernafasan dewasa / ARDS
d. Luka bakar berat dan luas
e. Neoplasia
f. Gigitan ular
g. Penyakit hepar
h. Bedah kardiopulmonal
i. Trauma
2. Pemeriksaan fisik dapat menunjukkan hal-hal dibawah ini
a. Perdarahan
- Hematuria
- Rembesan darah dari sisi pungsi vena dan luka
- Epistaksis
- Perdarahan GI tract ( hematemesis melena)
b. Kerusakan perfusi jaringan
1. Serebral : perubahan pada sensorium, gelisah, kacau mental,
atau sakit kepala
2. Ginjal : penurunan pengeluaran urine
3. Paru-paru : dispnea, ortopnea
4. Kulit : akrosianosis ( ketidakteraturan bentuk bercak sianosis
pada lengan perifer atau kaki )
3. Pemeriksaan diagnostic
a. Jumlah trombosis rendah
b. PT (Protombin time) dan PTT memanjang
c. Degradasi produk fibrin meningkat
9
d. Kadar fibrinogen plasma darah rendah
3.2 Diagnosa
1. Risiko Cedera
2. Nyeri akut
3.3 Intervensi
1. Risiko Cedera : Rentan mengalami cedera fisik akibat kondisi
lingkungan yang berinteraksi dengan sumber adaptif dan sumber
defensive individu, yang dapat mengganggu kesehatan. (NANDA. Hal
412)
Koagulasi darah : Tingkatan dimana pembekuan darah terjadi dalam
periode waktu yang normal (NOC. Hal 226)
Indikator :
a. Pembentukan bekuan
b. Waktu protombin
c. Rasio kenormalan waktu protombin
d. Waktu parsial tromboplastin
e. Hemoglobin
f. Fibrinogen plasma
g. Fibrin split products
h. Hematocrit
i. Waktu pembekuan aktif
j. Perdarahan
k. Memar
l. Petekis
m. Ekimosis
n. Hematuria
o. Hematemesis
p. Gusi berdarah
10
Aktivitas :
11
Pemberian analgesik : Penggunaan agen farmakologi untuk
mengurangi atau menghilangkan nyeri (NIC. Hal 247)
Aktivitas :
12
3 BAB IV
APLIKASI KASUS SEMU
4.1 Pengkajian
1) Data Pasien :
Nama : Nn. Danias
Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 23 Januari 1988
Alamat : Tangerang Selatan, No 27
Umur : 24 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Karyawan
Status perkawinan : Belum Nikah
Status pendidikan : SMA
2) Riwayat penyakit :
a. Keluhan Utama :
Nyeri pada tangan tangan dan timbul bercak-bercak merah pada
kulit
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
Nyeri dan demam dengan suhu tinggi >38 sehingga perlu rawat
inap di RS pada tanggal 23 november 2011
c. Riwayat Penyakit Dahulu :
Menderita penyakit ginjal
d. Riwayat Kesehatan Keluarga :
-
3) Pemeriksaan fisik
Perdarahan abnormal pada semua system dan pada sisi prosedur invatif
a. Kulit dan mukosa membrane
Perembesan difusi darah atau plasma
13
Purpura yang teraba pada awalnya di dada dan abdomen
Bula hemoragi
Hemoragi subkutan
Hematoma
Luka bakar karena plester sianosis akral ( estrimitas
berwarna agak kebiruan, abu –abu, atau ungu gelap )
Akrosianosis ( ketidakteraturan bentuk bercaksianosis pada
lengan perifer dan kaki )
b. Sistem GIMual dan muntah
Uji guayak positif pada emesis atau aspirasi
Nasogastrik dan feses
Nyeri hebat pada abdomen
Peningkatan lingkar abdomen
c. Sistem ginjal
Hematuria
Oliguria
Penurunan pengeluaran urin
d. Sistem pernafasan
Dispnea
Takipnea
Sputum mengandung darah
Orthopnea
e. Sistem kardiovaskuler
Hipotensi meningkat dan postural
Frekuensi jantung meningkat
Nadi perifer tidak teraba
f. Sistem saraf perifer
o Perubahan tingkat kesadaran
o Gelisah
o Ketidaksadaran vasomotor
g. Sistem muskuloskeletal
Nyeri : otot,sendi,punggung
14
h. Perdarahan sampai hemoragi
Insisi operasi
Uterus post partum
Fundus mata perubahan visual
Pada sisi prosedur invasif : suntikan, IV, kateter arteral dan
selang nasogastrik atau dada, dll.
Kerusakan perfusi jaringan
Serebral : perubahan pada sensorium, gelisah, kacau mental,
sakit kepala
15
hemoragi
- Pada klien ditemukan hemoragi
subkutan dan hematoma
- Pada klien ditemukan sputum
mengandung darah
- Pada klien terlihat perubahan
tingkat kesadaran
2 DS : Resiko Kekurangann
- Klien mengeluh buang air kecil Volume Cairan
terus
- Klien mengeluhkan mual dan
muntah
DO :
- TTV =
- Nadi : 130 X / menit
- Napas : 30 x / menit
- Suhu : 40oC
- TD : 80 / 50 mmHg
- Pada klien ditemukan capilarry
refill > 2 detik
- Pada klien ditemukan hipotensi
meningkat dan postural
- Klien terlihat napas cepat dan
dangkal
- Pada klien ditemukan orthopnea
- Pada klien ditemukan frekuensi
jantung meningkat
- Pada klien ditemukan nadi
perifer tidak teraba
3 DS : Ketidakseimbangan
- Klien mengatakan badan nya nutrisi kurang dari
kurus kebutuhan tubuh
16
- Klien mengeluh nyeri pada
perut nya
- Klien mengatakan mual dan
muntah
DO:
- Klien terlihat gelisah
- Klien terlihat sesak napas
(Dispnea)
- Klien terlihat memegangi perut
nya
- Klien terlihat mual dan muntah
- Klien terlihat kurus dan terjadi
penurunan berat badan : 46 kg
- Ditemukan porsi makan nya
setengah
4 DS : Kecemasan (ansietas) Ansietas
- Klien mengatakan tidak napsu
makan
- Klien mengeluh lemah dan
lemas
- Klien mengeluh tidak tenang
dan merasa dirinya kacau
- Klien mengeluh gelisah
DO:
- Pada klien ditemukan frekuensi
jantung meningkat
- Klien terlihat meringis sakit
- Pada klien ditemukan akral
dingin
- Klien terlihat pucat
- Klien terlihat gelisah
- Pada klien
17
ditemukan perubahan pada
sensorium, kacau mental, sakit
kepala
18
tetap tirah baring jika
terjadi perdarahan aktif
6. Lindungi pasien dari
trauma yang dapat
menyebabkan
perdarahan
7. Jangan masukkan benda
apapun pada lubang
sumber perdarahan
8. Instruksikan pasien
untuk meningkatkan
makanan yang kaya
vitamin K
9. Instrusikan pasien dan
keluarga untuk
memonitor tanda
perdarahan dan
mengambil tindakan
yang tepat jika terjadi
perdarahan (mislnya
lapor kepada perawat)
2 Resiko Keseimbangan Cairan Manajemen Cairan
Kekurangann Dipertahankan pada skala 1 Aktivitas-aktivitas :
Volume Cairan Ditingkatkan ke skala 3 1. Timbang BB setiap hari
Indikator : 2. Masukkan kateter utin
1. TD 3. Monitor status hidrasi
2. Denyut nadi radial (misalnya membrane
3. Tekanan arteri rata – mukosa lembab, denyut
rata nadi adekuat dan TD
4. Tekanan vena sentral ortostatik)
5. Berat badan stabil 4. Monitor TTV pasien
6. Turgor kulit 5. Monitor perubahan bb
19
7. Kelembapan pasien sebelum dan
membrane mukosa setelah dialysis
8. Serum elektrolit 6. Kaji lokasi da luasnya
9. Hematocrit edema, jika ada
10. Berat jenis urin 7. Monitor makanan/cairan
11. Kehausan yang dikonsumsi dan
12. Kram otot hitung asupan kalori
13. pusing harian
8. Monitor status gizi
9. Berikan cairan dengam
tepat
10. Berikan diuretic yang
diresepkan
11. Distribusikan asupan
cairan selama 24 jam
12. Monitor reaksi pasien
terhadap terapi elektrolit
yang diresepkan
3 Ketidakseimbangan Status Nutrisi : Asupan Nutrisi Manajemen Nutrisi
nutrisi : kurang dari Dipertahankan pada skala 2 Aktivitas-aktivitas :
kebutuhan tubuh Ditingkatkan ke skala 3 1. Tentukan status gizi
Indikator : pasien dan kemampuan
1. Asupan kalori (pasien) untuk
2. Asupan protein memenuhi kebutuhan
3. Asupan lemak gizi
4. Asupan karbohidrat 2. Identifikasi (adanya)
5. Asupan serat alergi atau intoleransi
6. Asupan vitamin makanan yang dimiliki
7. Asupan mineral pasien
8. Asupan zat besi 3. Tentukan apa yang
9. Asupan zat besi menjadi preferensi
10. Asupan natrium makanan bagi pasien
20
4. Tentukan jumlah kalori
dan jenis nutrisi yang
dibutuhkan untuk
memenuhi persyaratan
gizi
5. Lakukan atau bantu
pasien terkait dengan
perawatan mulut
6. Anjurkan pasien untuk
duduk pada posisi tegak
di kursi jika
memungkinkan
7. Pastikan makanan
disajikan dengan cara
yang menarik dan pada
suhu yang paling cocok
untuk konsumsi secara
optimal
8. Tawarkan makanan
ringan yang padat gizi
9. Monitor kalori dan
asupan makanan
10. Monitor kecenderungan
terjadinya penurunan
dan kenaikan berat
badan
11. Anjurkan pasien untuk
memantau kalori dan
intake makanan
4 Ansietas Kontrol Kecemasan Diri Pengurangan Kecemasan
Dipertahankan pada skala 3 Aktivits-aktivitas :
Ditingkatkan ke skala 4 1. Gunakan pendekatan
21
Indikator : yang tenang dan
1. Memantau intensitas meyakinkan
kecemasan 2. Nyatakan dengan jelas
2. Mengurangi penyebab harapan terhadap
kecemasan perilaku klien
3. Mengurangi rangsang 3. Berada di sisi klien
lingkungan ketika untuk meningkatkan
cemas rasa aman dan
4. Mencari informasi mengurangi ketakutan
untuk mengurangi 4. Dorong keluarga untuk
cemas mendampingi klien
5. Memonitor durasi tiap dengan cara yang tepat
episode cemas 5. Puji/kuatkan perilaku
6. Mempertahankan yang baik secara tepat
hubungan sosial 6. Dorong verbalisasi
7. Mempertahankan perasaan, persepsi dan
konsentrasi ketakutan
8. Mempertahankan tidur 7. Identifikasi pada saat
adekuat terjadi perubahan tingkat
9. Memantau manifestasi kecemasan
fisik dari kecemasan 8. Berikan aktivitas
10. Mengendalikan respon pengganti yang
kecemasan bertujuan untuk
memngurangi tekanan
9. Bantu klien
mengidentifikasi situasi
yang memicu
kecemasan
10. Dukung penggunaan
mekanisme koping yang
sesuai
11. Atur penggunaan obat-
22
obatan untuk
mengurangi kecemasan
secara tepat
23
BAB V
5.1 Kesimpulan
Penyakit Koagulasi Intravaskular Diseminata (KID) atau yang
lebih dikenal sebagai Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)
merupakan suatu gangguan pembekuan darah yang didapat, berupa
kelainan trombohemoragic sistemik yang hampir selalu disertai dengan
penyakit primer yang mendasarinya. DIC merupakan salah satu
kedaruratan medik, karena mengancam nyawa dan memerlukan
penanganan segera.
Dapat disimpulkan bahwa Disseminated intravascular coagulation
(D.I.C) adalah suatu keadaan hiperkoagulabilitas darah yang disebabkan
oleh bermacam penyakit atau keadaan, dimana pada suatu saat darah
merah bergumpal didalam kapiler diseluruh tubuh. Gangguan DIC ini
disebabkan oleh hipofibrinogenemia, rombositopenia, beredarnya
antikoagulan, dalam sirkulasi darah, fibrinolisis berlebihan, Infeksi,
komplikasi kehamilan, setelah operasi, trauma berat, keganasan. Bila
penyakit sudah parah dapat terbentuk banyak bekuan yang menyebabkan
hambatan aliran darah di semua organ tubuh. Dapat terjadi kegagalan
organ yang luas. Angka kematian lebih dari 50 %.
24
Daftar Pustaka
25