Anda di halaman 1dari 159

KULTUR

JARINGAN
TANAMAN

Dr. Fauziyah Harahap, M.Si

UNIMED
KULTUR JARINGAN TANAMAN

Penulis: Dr. Fauziyah Harahap, M.Si.

Copyright© 2011, Pada Penulis


Hak cipta dilindungi undang-undang
All rights reserved

Penata letak: Muhammad Yunus Nasution


Perancang sarnpul: Aulia Grafika

Penerbit UNIMED
Gedung Lembaga Penelitian Lantai I
]I. Willem Iskandar, Pasar V
Kocak Pos 1589- Medan 20221
Telp. (061)6613365 Fax. (061)6614002
Contact person: M.Rizal 0811 60 4291
Enron 0813 6134 1334

Cetakan pertarna: Desember 2011

ISBN 978-602-8848-58-9

Dicetak oleh:
Perdana Mulya Sarana
jl. Sosro No. 16A Medan 20224
Telp. 061-7347756, 77151020 Faks. 061-7347756
Email: asrulmedan @gmail.com
Contact person: 08126516306
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT pencipta alam semesta
dan merupakan surnber dari segala sumber ilmu, atas izin dan kehendakNya
naskah buku teks yang berjudul "KULTUR JARINGAN TANAMAN" ini dapat
diselesaikan
Naskah buku teks ini disusun benujuan untukmemerjernahkan, merangkurn,
dan mensosialisasikan penelitian yang telah penulis lakukan, juga berbagi
pengalaman selarna penulis mengelola dan meneliti beberapa tanaman di
laboratoriurn kultur jaringan YAHDI serta pengalaman penulis selama mengajar
mata kuliah Kultur Jaringan sejak tahun 2006 hingga sekarang.
Buku inijuga ditujukan untuk penambahan wawasan khususnya untuk
kepentingan perkuliahan mahasiswa dan bahan bacaan bagi peminat lainnya.
Naskah buku ini relah mulai disusun sejak tahun 2007 hingga sat ini sudah
beberapa kali dilakukan penyempumaan. Melalui Kompetisi HIBAH BUKU
TEKS penulis mendapatkan kesempatan mewujudkan buku ini.
lsi buku ini terdiri dari Pendahuluan, Desain Laboratorium, Media Kultur
Jaringan, Konsep Horman, Pernuliaan Tanamansecara/n Virro, Variasi Somaklonal,
Metabolic Sekunde:t; Pelestarian Plasma Nutfah In Vitro dan Aklimatisasi Tanaman
Hasil Kultur Jaringan, Kultur Jaringan Manggis, yang mana dalam setiap Bab
nya berisi hasil penelitian, pengalaman penulis selama melakukan penelitian,
studi literatur dan perkuliahan.
lsi Buku ini disesuaikan dengan materi perkuliahan KULTURJARINGAN
TANAMAN serta perkembangan ilmu saat ini. Mudah mudahan buku ini
dapat bermanfaat bagi pengguna, khususnya mahasiswa dan peminat lainnya.
Kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan isi Buku Teks
ini.

Medan, 30 Juli 2011


Penulis

v
DAFTAR lSI

Halaman
Kata Pengantar .......... .... .. ..... .. .............. .............. .............................. v
Daftar lsi ....................................... .. ............ .. .... ..... ...... .................... vi

BAB I : PENDAHULUAN ........................................... .. ....... .. .. 1


BAB II : LABORATORIUM KULTUR JARINGAN ...................... 13
BAB III : MEDIA KULTUR JARINGAN .............. ................. .. .... . 34
BAB N : KONSEP HORMON .................................................... 61
BAB V : PEMULIAAN TANAMAN SECARA IN VITRO ... ....... .. . 91
BAB VI : KERAGAMAN SOMAKLONAL.................................... 126
BAB VII : PRODUKSI SENYAWA METABOUT SEKUNDER ....... 139
BAB VIII : PELESTARIAN PLASMA NUTFAH PADA KULTUR
IN VITRO.................................................................... 146
BAB IX : AKLIMATISASI TANAMAN HASIL KULTUR IN
VITRO........................................................................ 154
BAB X : KULTUR JARINGAN TANAMAN MANGGIS............... 160

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ ··· 164


INDEKS ............................................................................................ 171
CURRICULUM VITAE....................................................................... 173

VI
BAB I

PENDAHU LUAN

Kompetensi Dasar:
1. Mampu mendeskripsikan teori sel yangmerupakan dasar
kultur jaringan.
2. Mampu menjabarkan konsep "Totipotensi sel".
3. Mampu menganalisis kegunaan kultur jaringan.
4. Mampu meneskripsi pembagian teknik kultur jaringan.

Perkembangan ilmu Biologi akhir akhir ini sangat pesat dan sejajar dengan
bidang- bidang lainnya seperti telekomunikasi dan komputer. Dengan prinsip
dasar pemanfaatan sistem biologi pada level sel a tau bagian-bagian sel untuk
menghasilkan produk yang diperlukan, maka muncullah cabang ilmu biologi
terapan yang disebut kultur jaringan.
Kultur jaringan merupakan terjemahan dari Tissue c ulture. Tissue
dalam bahasa Indonesia adalah jaringan yaitu sekelompok sel yang mem-
punyai fungsi dan bentuk yang sama, Culture diterjemahkan sebagai kultur
atau pembudidayaan. Sehingga kultur jaringan diartikan sebagai budidaya
jaringan/ sel tanaman menjadi tanaman utuh yang kecil yang mempunyai
sifat yang sama dengan induknya.
Street (1977) mengemukakan terminologi, Plant tissue culture is generally
used for the aseptic culture of cells, tissues, organs, and their components
under defined physical and chemical condition in vitro. Atau: Kultur Jaringan
adalah kultur aseptik dari sel,jaringan, organ, atau bagian lain yang kompeten
untuk dikulturkan dalarn komposisi kimia tertentu dan keadaan lingkungan
terkendali.
Thorpe (1990) rnelanjutkan definisi tersebut, Plant cell! tissue culture,
also referred to as in vitro, aseptik, or sterile culture is an important tool
in both basic and applied studies as well as in commercial application.

1
2 KULTUR JARINGAN TANAMAN

Artinya, kultur jaringan dapat didefenisikan sebagai metode untuk


mengisolasi bagian tanaman seperti protoplasma, sel, sekelompok sel, jaringan
dan organ dan menwnbuhkannya dalam media yang tepat dan kondisi aseptik,
sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi
menjadi tanaman lengkap.
Kadang kala kultur jaringanjuga disebut sebagai kultur in vitro, mengapa
demikian ?, jika kita tarik dari definisi masing-masing kata yaitu: berasal
dari in vitro culture. Culture diterjemahkan sebagai kultur (pembudidayaan,
budidaya), in diterjemahkan sebagai didalam, vitro berasal dari kata vitrus,
yang artinya gelas kaca, transparan, sehingga kultur in vitro adalah budidaya
sel, jaringan pada tabung kaca
Yang menjadi penanyaan adalah, mengapa sel atau jaringan atau bagian-
bagian tanaman tersebut dapat beregenerasi menjadi individu! tanaman utuh ?,
sememara di awalnya hanyalah sebuah set a tau sepotong jaringan ? adakah
sesuatu yang tersimpan yang dimiliki sebuah sel sehingga sel tersebut dapat
beregenerasi menjadi tumbuhan utuh ? .
Keadaan ini dapat terjadi karena adanya kemampuan totipotensi pada
sell jaringan. Totipotensi sel adalah kemampuan total suatu sel untuk dapat
meregenerasikan dirinya menjadi individu! tanaman utuhjika ditempatkan pada
media dan kondisi yang tepat. Pertanyaan lanjutan akan muncul, yaitu mengapa
kemampuan total ini dapat dibangun atau dimiliki oleh sel dan sel dapat ber-
egenerasi? Hal ini tentulah dikarenakan sel terse but memiliki rnateri/ substansi
genetik (DNA).
Kemampuan totipotensi ini belum sepenuhnya berlangsung sukses
pada hewan dan manuasia. Sampai saat ini pada sel hewan keberhasilan baru
pada tahap ploripotensi, walaupun kita ketahui bersama bahwa "Dolly
and Dolly'' hasil kloning berhasil sukses diciptakan namun ada beberapa
hal yang perlu dicatat dari eksperimen tersebut, bahwa sel-sel yang digunakan
sebagai sumber eksplan untuk menciptakan Dolly adalah bersumber dari sel-
sel germinal (sel-sel yang berhubungan dengan sel kelarnin), tepatnya dari
sel kelenjar mammae, bukan dari sel somatic, hal lain yang dapat dicatat adalah
bahwa kesuksesan terse but tidak bertahan lama seperti halnya jika kita meng-
kulturkan sel-sel tumbuhan yang kemudian kita akan dapat menghasilkan
tumbuhan utuh dan dapat diperbanyak.
Perkembangan sampai saat ini ialahjika kita mengkulturkan sel I jaringan
usus pada media yang sesuai untuk pertumbuhan dan regenerasi, maka hasil
yang didapat adalah sell jaringan usus yang dikulturkan tadi memperbanyak
KULTUR JARINGAN TANAMAN 3

diri dalam jumlah besar; namun belum dapat berdifrensiasi lebih lanjut,
kecuali jika sumber jaringan tersebut berhubungan dengan sel-sel germinal,
seperti kasus domba Dolly yang berasal dari kelenjar mammae.
Teori dasar dari kultur jaringan adalah apa yang diusulkan oleh Gottlieb
Habe rlandt dari German Acade my of Sciense pada tahun 1902 dengan
eksperimen yang dilakukan dengan "Kultur sel tunggal" yang diisolasi dari
sel vegeratif, hingga penelitian berhasil. Haberlandt disebut sebagai Bapak
Kultur jaringan (Father of plant tissue culture)
Penelitian dilanjutkan oleh pioneer-pioneer seperti White (1963), Bhojwani
(1983), Robb (1922) yang berhasil mengkulturkan ujung akar tomat yang
masih sangat meristematis.
Tehnik kultur jaringan ini berkembang didasarkan pada penelitian-
penelitian Scheilden dan Schwann temang kompetensi sel secara total yang
disebut totipotensial. Scheildein (1833) dan Schwann (1839) mengatakan,
sel merupakan unit dari structural dan fungsional dari organisme yang dapat
berkembang secara otonorni. Teori ini di uji coba oleh Voching (1878) pada
induksi kalus dan akhimya kalus dapat beregenerasi, tumbuh ke bagian atas
membemuk tunas dan ke bagian bawah membentuk akar (bipolar)
Kultur jaringan a tau budidaya jaringan merupakan awal revolusi dalam
bioteknologi, dan disebur sebagai pionir/ cikal bakal munculnya bioteknologi
lanjutan seperti transfer gen dsb. Kloning pada anggrek merupakan sukses
yang penama, dimana satu mata tunas yang ditanam dengan media cair
dan penggojokan dapat menghasilkan 10 jura tanaman anggrek yang seragam
dalam waktu 1 tahun.
Kultur in vitro banyak digunakan untuk melanjutkan a tau memperbaiki
metode pemuliaan tradisional/konvensional dan untuk melakukan modifikasi
terhadap tanaman dan perbaikan tanaman.
Banyak masalah sudah terpecahkan dengan menggunakan tehnik kultur
jaringan ini, beberapa masalah terpecahkan seperti masalah penyilangan
dari tanaman yang inkompatibel, induksi tanaman haploid dengan menggunakan
kultur in vitro, dengan tehnikyang terkontrol dapat memproduksi interspesifik
dan imergenerik hybrids. Contoh lain adalah kultur embrio, ovary dan ovul
pada tanaman barley yang digunakan untuk memperoleh tanaman mono-
ploid, mekanisme ini digunakan unruk mengatasi masalah dormansi biji.
Perkembangan lanjutan dari kultur in vitro adalah budidaya protoplas
yang merupakan sukses besar dengan hasil yang sangat penting untuk kepentingan
banyak ilmu. Dampak dari keberhasilan isolasi protoplas, maka sel hidup
4 KULTUR JARINGAN TANAMAN

yang telanjang, yang dinding selnya dihilangkan secara enzymatis dengan


selulase dan pektinase, maka budidaya jaringan maju selangkah lagi, yaitu
dengan berhasilnya mengadakan fusi protoplas dengan bantuan zat-zat kimia
antara lain Poll Etilen Glikol (PEG) atau arus lisnik, maka terjadilah apa yang
disebut Somatik Cross.
Beberapa hasil somatic cross yang telah berhasil yaitu: Pomato, suatu
silangan antara kentang (Potato) dan to mat (Tomato). Silangan yang masih
berupa jaringan, diperoleh antara kedele dengan jagung, an tara kedele dengan
padi.
Belum tuntas penelitian mengenai fusi protoplas, budidaya jaringan
telah maju selangkah lagi, yaitu dengan keberhasilan para ilmuan menghasilkan
metabolit sekunder. Metabolit sekunder yang pertama dihasilkan adalah
metabolit berberin dari Copti.s japonica, diikuti dengan metabolit lainnya.
Banyak hal dapat dilakukan dengan menggunakan tehnik kultur jaringan
antara lain :
1. Membuat perbanyakan tanaman. Dengan menggunakan tehnik in vitro
ini kita dapat menghasilkanjumlah tanaman yang berlipat ganda dalam
waktu singkat, seragam, bermutu handal. Beberapa penelitian telah
dilakukan oleh Harahap (200Sa, 2006a, 2007) pada perbanyakan tunas
in vitro tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) dengan berbagai
modifikasi ZPT dan pola pemotongan eksplan yang berbeda dan menunjukkan
keberhasilan.

2. Memacu pertumbuhan. Harahap telah memanfaatkan arang aktif dalam


kultur in vitro untuk meningkatkan pertumbuhan anggrek, pemberian
arang aktif3 gr/ liter media mampu meningkatkanjurnlah tunas anakan
anggrek dendrobium
KUl TUR JARINGAN TANAMAN 5

Media MS MS + Arang Aktif 0,5 g/1 MS + Arang Aktif 1 g/1

MS+A.A 1,5gll MS+AA 2gll MS+AA 3gll

Penggunaan air kelapa pada kultur in vitro juga dapat memacu terbentuknya
anakan pada nenas in vitro, namun konsentrasi yang terlalu tinggi dapat
menghambat pembentukan tunas anakan.

MS MS +Air Kelapa (AK) 5% MS +A K 10% MS+AK15%

Pada media MS, tanaman nenas tumbuh seperti biasa, tunas/anakan tidak
terlalu banyak. Pada media MS +Air Kelapa 5%, tunas/anakan yang tumbuh
terlalu rapat. Pada media MS +air kelapa 10%, pertumbuhan tunas lebih
banyakdan Iebih segcu: Dan pada media MS +air kelapa 15%, tidakdijumpai
adanya tunas/anakan sama sekali dan pertumbuhan nenas juga kurang
baik.
3. Memanipulasi jumlah kromosom, dengan zat kimia seperti kolkhisin,
asenaphthen atau menggunakanjaringan endosperm (3n), dan lainnya.
Harahap (1994), mendapatkan jumlah kromosom kacang hijau dari 23
6 KULTUR JARINGAN TANAMAN

menjadi 46 kromosom dengan mengguna.kan larutan kolkhisin,juga ditemt.ikan


sel-sel yang memiliki dua inti, pembesaran inti dan lain-lain. Harahap
(1998), juga menemukan penggandaan jurnlah kromosom akar bawang
merah akibat perlakuan kolkhisin dengan dosis tertentu.

a. Sel kacang hijau dengan jumlah kromosom=23,


b. kromosom mengalami kelipatan,
c.d. sel menuju pembelahan

4. Mendapatkan tanaman haploid dan double haploid melalui kultur an-


ther. Iswari (2000) mendapatkan tanaman padi haploid yang berasal
dari anther padi. Suharsono dan Muswita (2004) mendapatkan tanaman
cabe haploid yang berasal dari anther cabe.
5. Polinasi yang dilakukan secara in vitro, untk mengatasi em brio- em brio
yang secara normal sering mengalami gugur ( abortit).
6. Mendapatkantanamanyangmemilikivariasisomaklonal,dengan mengguna.kan
zat pengatur tumbuh atau perlakuan fisik. Harahap (2005a) dengan
menggunakan teknik induksi mutasi dengan radiasi sinar gamma mampu
meningkatkan variasi genetik tanaman manggis (Garcinia mangostana
L.) dan telah dilakukan analisis perubahan I pertumbuhan (Harahap,
2003; 2005a) serta telah didapat lethal dosis 50% (Harahap, 2005b),
anal isis perubahan genetikyang dianalisis dengan penanda isozim (Harahap,
2005a; Harahap, 2006b), respon pertumbuhan, perubahan morfologi,
perubahan histologi, Harahap, 2006c, 2006d).
7. Fusi Protoplas, yang bersifat intraspesifik ataupun interspesifik. Purwito
(1999), mendapatkan tanaman kentang yang beragam hasil perlakuan
fusi protoplas dengan menggunakan PEG dan elektrofusi.
KULTUR JARINGAN TANAMAN 7

8. Sebagai alat untuk Bioteknologi dalam transfer gen-gen tertentu. Kultur


jaringan sangat mutlak dibutuhkan, karena dalam setiap transfer gen
tertentu, maka mau tidak mau harus melibatkan tahapan kultur jaringan
karena pelaksanaan hampir seluruh kegiatan transfer gen semuanya
diintegrasikan ke jaringan/ sel tanaman, setelah itu diJakukan pengamatan
apakah gen yang ditransfer terintegrasi ke jaringan tanaman terse but dan
selanjumya bagaimana ekspresi gen tertentu tersebut padajaringan tanaman
itu.

Dalam pelaksanaan metode kultur jaringan syarat-syarat tertentu harus


dipenuhi. Syarat pokok adalah laboratorium dengan segala sarana dan prasarana
serta fasilitasnya. Laboratorium harus menyediakan alat-alat kerja, seperti
autoklap, laminar air flow cabinet, kompor; panci-panci, meja, botol-botol, alat
alat tanam dan lain-lain. Kondisi yang tercipta harus aseptik, sarana pendukung
lainnya seperti air; listrik dan bahan bakar minyak atau gas harus ready stock.
Untuk melaksanakan tehnik kultur jaringan ini, para pelaksananya harus
merniliki Jatar belakang ilmu - ilmu dasar tertentu seperti botani, fisiologi
tumbuhan, kimia dan fisika. Untuk penelitian yang berafiliasi kearah terapan,
dibutuhkan pengetahuan ilmu ilmu lainnya, seperti biokimia, mikrobiologi,
sitologi, histologi, bioteknologi (Suryowinoto, 1994). Para peneliti yang ber-
kecimpung dibidang ini dituntut memiliki ketekunan dan kesabaran yang
tinggi serta dapat bekerja secara serius dan intensif.
Perbanyakan dengan menggunakan tehnik kulrur jaringan, sangat diperlukan
pada tanaman-tanaman yang (Gunawan 1992, Wattimena 2000, Harahap,
2008):
1. Memiliki persentase perkecambahan biji sangat rendah. Dengan bantuan
ZPT tertentu hal ini dapat diatasi.
2. Tanaman hibrida yang berasal dari tetua yang tidak steril
3. Hibrida - hibrida yang unik. Hibrida ini merupakan sumber daya genetik
untuk kelengkapan koleksi sumber plasma nutfah.
4. Tanaman langka, dilakukan perbanyakan normal dengan kultur sel, kalus,
tunas atau dengan mengkombinasikan perlakuan dengan batang bawah
dari tanaman lain yag memiliki kecepatan tumbuh jauh lebih cepat
sehingga memungkinkan diperoleh percepatan pelestarian pohon unik
dan langka tersebut
5. Tanaman yang diperbanyak dengan cara vegetatif, seperti pisang, kentang,
strobery, krisan, anggrek dll.
8 KUL TUR JARINGAN TAN AM AN

Keuntungan lain dari penggunaan tehnik ini adalah, didapatkannya


tanaman dalamjumlah banyak dalam waktu yang singkat, beberapa peneliti
telah mendapatkan hasil yang berbeda secara significant dengan menggunakan
tehnik ini, didapatkan jumlah tanaman yang beribu -ribu, dimana jumlah
sedemikian tidak mungkin dapat dicapai dengan perbanyakan secara konvensional.
Hanya saja dengan tehnik ini terdapat juga faktor pembatas seperti,
tenaga kerja, fasilitas yang terbatas, dan terdapatnya kontaminasi. Dalam
pelaksanaan metode kulrur jaringan ini, semua kegiatan dilakukan di dalam
laboratorium sehingga sangat diperlukan sterilitas yang tinggi.
Seleksi tanaman merupakan kegiatan pertanian yang telah ada sejak
manusia mulai mengadakan budidaya pada tanaman. Seleksi tanaman dengan
segala tujuannya (mengeliminir penyakit, meningkatkan basil, variasi somaklonal,
transfer gen tertentu dan lain-lain) jika dilakukan secara konvensioal, memerlukan
jumlah tanaman yang sangat banyak, lahan yang luas, memerlukan pemeliharaan
yang intensif dan memerlukan waktu yang lama.
Namun dengan adanya kulturjaringan ini, diperoleh tanaman yang memiliki
sifat sesuai keinginan kita, misalnya bebas penyakit, mempunyai hasil tinggi,
bervariasi secara genetik, dapat kita hasilkan dalam waktu yang lebih sing kat.
Walaupun banyak tanaman dapat diregenerasikan namun masih banyak
tanaman, terutama tanaman tropik, belum sepenuhnya dapat dimengerti
mekanisme regenerasinya sehingga masih ada kendala dalam regenerasinya
dan sampai saat ini masih terus dilakukan penelitian untuk hal ini, dengan
berdasar pada percobaan terdahulu yang memberi latar belakang yang sistematis
untuk pemecahan masalah.
Beberapa teknik Kultur Jaringan yang sudah kita kenai saat ini adalaha:
1. Kultur Organ (Organ Culture) : Kultur yang menggunakan sumber eksplan
adalah organ tanaman, seperti: akar, batang, daun, pucuk, tunas aksilar,
aksilar, embrio.
2. Kultur Kalus (Callus Culture) : kalus adalah kumpulan sel yang a mort,
kumpulan sel yang bel urn berdifrensiasi lanjut. Kultur kalus merupakan
kultur yang terdiri dari sel-sel yang belum terorganisir, terdiri dari sel
dan jaringan parenkim.
3. Kultur Suspensi sel (Suspension Culture) : Kultur sel bebas a tau kumpulan
sel yang ditempatkan pada media cair, dan dishaker (digojok) dengan
kecepatan tertentu. Eksplan awal untuk kultur sel biasanya adalah kalus.
4. Kultur protoplasma : Kultur yang memperlakukan eksplan dengan enzim
tertentu sehingga dihasilkan sel tunggal yang tidak memiliki dinding sel.
KULTUR JARINGAN TANAMAN 9

Untuk keperluan hibridisasi somatik, maka difusikan dua macam protoplas


intraspesifik ataupun imerspesifik
5. Kulrur Anther : yairu kultur yang berasal dari anther sebagai sumber
eksplan (alat reproduktif) tanaman.
6. Kultur Ovul: yaitu kulturyang berasal dari ovul sebagai sumber eksplan
(alat reproduktif) tanaman.
7. Kultur em brio. Kultur yang sumber eksplannya adalah embrio tanaman.
8. Dan lain lain

Seleksi tanaman merupakan kegiatan pertanian yang telah ada sejak


manusia mulai mengadakan budidaya pad a tanaman. Seleksi tanaman dengan
segala tujuannya (untuk mengeliminir penyakit, meningkatkan hasil, variasi
somaklonal, transfer gen tertentu dan lain-lain) jika dilakukan secara konvensional,
memerlukanjumlah tanaman yang sangat banyak, lahan yang luas, memerlukan
pemeliharaan yang intensif dan memerlukan waktu yang lama.
Namun dengan adanya kultur jaringan ini, diperoleh tanaman yang
memiliki sifat sesuai keinginan kita, misalnya bebas penyakit, mempunyai
hasil tinggi, bervariasi secara genetik, dapat kita hasilkan dalam waktu yang
lebih singkat.

Pertanyaan:
1. Isrilah Tissue Culture biasa diartikan sebagai kultur jaringan. Dimana
kultur jaringan ialah :
a. Menghasilkan tanaman baru yang berbeda dengan induknya
b. Membudidayakan tanaman yang masih kecil
c. Budidaya jaringan/sel tanaman menjadi tanaman utuh yang kecil
yang mempunyai sifat yang sama dengan induknya
d. Budidaya sel danjaringan baru yang dihasilkan dari tanaman yang
hampir punah tetapi ada perbedaan sifat yang dihasilkan
(kunci jawaban : C, tipe soal C2 )
2. Contoh kultur yang menggunakan bahan eksplan dari Iapang untuk
inisiasi disebut dengan :
a. Kultur kalus
b. Kultur organ
c. Kultur haploid
d. Kultur protoplasma
(kunci jawaban : B, tipe soal C1)
10 KUL TUR JARINGAN TANAMAN

3. Banyak hal dapat dilakukan dengan menggunakan teknik kulrur jaringan


antara lain kecuali :
a. Membuat perbanyakan tanaman
b. Memacu pertumbuhan
c. Memanipulasi jurnlah kromosom, dengan zat ldmia
d. Tidak mempercepat tanaman dalam pertumbuhan dan perkembangan
(Kunci jawaban : D, ripe soal C2)

Test Essay:
1. Kultur jaringan merupakan terjemahan dari Tissue culture. Tuliskan
pengertiannya.
2. Mengapa perbanyakan dengan menggunakan tehnik kultur jaringan sangat
diperlukan pada tanaman ?
3. Dengan menggunakan rehnik kulrur jaringan, banyak hal dapat dilakukan,
tuliskan minimal 5 hal yang dapat dilakukan dengan rehnik ini.

GLOSARIUP1
Kultur jaringan:
Budidayajaringan/sel tanaman menjadi tanaman utuh yang kecil yang
mempunyai sifat yang sama dengan induknya
In vitro:
Dari bahasa Latin, berani "di dalam kaca" adalah isrilah yang dipakai
dalam biologi untuk menyebutkan kultur suatu ill, jaringan, a tau bagian
organ tenentu di dalam laboratorium
Totipotensi:
Kemampuan total suatu sel untuk dapat meregenerasikan dirinya menjadi
individu/tanaman untuhjika ditempatkan pada media dan kondisi yang
tepat
Ploripotensi:
Sel-sel yang dapat berdiferensiasi menjadi semuajenis sel dalam tubuh,
namun tidak dapat membentuk suatu organisme baru
Kloning:
Proses menghasilkan individu-individu dari jenis yang sama (populasi)
yang identik secara genetik
Sel germinal:
Sel kelarnin, yaitu sel kelamin betina dan sel kelamin jantan
KULTUR JARINGAN TANAMAN 11

Sel somatik:
Semua jenis sel yang membenruksuaru organisme, kecuali sel garnet organisme
terse but
Regenerasi:
Menumbuhkan kembali bagian tubuh yang rusak atau lepas
Meristematis:
Jaringan yang sel-selnya selalu membelah serta belum berdifferensiasi
Embrio:
Hasil peleburan sel kelarnin jantan dan betina, missal: eukariota diploid
multisel dalam tahap paling awal dari perkembangan.
Protoplas:
Sel (tanaman) yang telah kehilangan dinding selnya
Enzim:
Biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang
mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi
kimia organik
Selulas e:
Nama bagi semua enzim yang memutuskan ikatan glikosidik beta-1,4 di
dalam selulosa, sedodekstrin, selobiosa, dan turunan selulosa lainnya
Pektinas e :
Enzim yang digunakan dalam proses degradasi molekul pektin (sejenis
kompleks polisakarida)
Metabo lit sekunder:
Senyawa metabolit yang tidak esensial bagi perrumbuhan organism tersebut
dan ditemukan dalam bentuk yang unik atau berbeda-beda antara spesies
yang satu dan lainnya
Kromosom:
Struktur di dalam sel berupa deret panjang molekul DNA dan berbagai
protein terkait seperti histon dan faktor transkripsi yang terdapat pada
beberapa deret, yang merupakan informasi genetik suatu organisme.
Kolkhisin:
Alkaloid toksik dan karsinogenik yang diperoleh dari ekstrak tumbuhan
Colchicum autumnale dan beberapa anggota suku Colchicaceae lainnya
Asenaphthen:
Hidrokarbon polisiklik aromatik (PAH) yang terdiri dari naftalena dengan etilen
Endosperm:
Jaringan yang diproduksi di dalam biji oleh tanaman berbunga setelah
pembuahan. Jaringan ini mengelilingi embrio dan memberikan nutrisi
dalam bentuk pati atau dapat berisi minyak dan protein
12 KUL TUR JARINGAN TANAMAN

Haploid:
Kond.isi (individu) denganseparuhjwnlah genomsel nonnal (sel somatiknva);
biasa dilambangkan dengan x = n.
Polinasi:
Jatuhnya serbuk sari pada permukaan putik (kepala putik).
Variasi genetik:
Variasi yang terjadi pada bahan genetik, umumnya terekspresi pada fenotif
Histologi:
Bidang biologi yang mempelajari tentang struktur jaringan secara detail
menggunakan mikroskop pada sediaan jaringan yang dipotong tipis.
Isozim:
Variasi yang terjadi pada bagian enzim yang tidak aktif (yang terjadi biasanya
perubahan pada daya kerja enzim) tetapi enzim masih tetap berfungsi.
BAB II
LABORATORIUM
KULTUR JARINGAN

Kornpetensi Dasar :
1. Mampumenggarnbarkan ruangan yang terdapat di dalarn
laboratoriurn kultur jaringan
2. Marnpu menuliskan alat-alat yang terdapat dalarn berbagai
ruangan laboratoriurn kultur jaringan.
3. Marnpu rnendeskripsikan penggunaan alat pada teknik
kultur jaringan

Laboratorium kultur jaringan menumut aseptisitas yang sangat tinggi.


Seluruh tahapan/ prosedur teknik kultur jaringan juga harus dalam kondisi
aseptic. Oleh karena itu seluruh ruangan didalarn laboratoriurn hendaknya
dalam keadaan aseptik, terutarna ruangan kultur a tau inkubasi harus dalam
kondisi benar-benar aseptic. Pada ruangan kultur seluruh tanarnan hasil
perbanyakan/ hasil perlakuan ditumbuhkan.
Laboratoriurn kultur jaringan sebaiknya dibangun pada daerah yang
rnemiliki udara bersih,jauh dari debu dan polutan lainnya, hal ini untukrnengelirninir
terjadinya kontarninasi. Oleh karena itu biasanya bangunan ini dibuat diternpat
jauh dari kerarnaian. Bangunan laboratorium sebaiknya rnerniliki pernbagian
ruangan yang teratur sehingga setiap aktivitas yang berbeda dilakukan pada
ruang yang berbeda, tetapi seluruh ruangan harus saling berhubungan.
Ruangan-ruangan pada laboratorium kulturjaringan rnenghendaki beberapa
ruangan standart, narnun dalarn kenyataannya selalu dilakukan rnodifikasih
dan hal ini sudah dilakukan oleh penulis dalam rnendesain beberapa laboratorium
kultur jaringan. Dibawah ini adalah beberapa ruangan yang hams ada dalarn
sebuah laboratorium kultur jaringan:
1. Ruangan Analisa

13
14 KULTUR JARINGAN TANAM AN

2. Ruangan Sterilisasi
3. Ruangan Preparasi
4. Ruangan Stok
5. Ruangan lsolasi/Transfer
6. Ruangan Kultur

1. Ruan gan Analis a/ Ruangan S erba G una


Ruangan ini biasanya digunakan untuk ternpat menganalisis, mengamati
mendiskusikan hasil perlakuan terhadap eksplan yang telah ditanam terdahulu.
Hasil perlakuan yang telah dilakukan terhadap eksplan tertentu perlu diamati
untuk melihat perbedaannya dan untuk membandingkannya dengan keadaan
awal eksplan sewaktu ditanam. Oleh sebab itu dibutuhkan alar- alar dan ruangan
untuk analisa lebih lanjut.
Nat- alat dan bahan yang ada diruangan analisa, antara lain adalah 1).
Gambar- gambar informasi tentang kultur jaringan, 2). Bahan-bahan media:
(di dalam lemari), 3). Alat- alat yang dibutuhkan untuk pengamatan hasil
kultur jaringan (mili meter blok, jangka sorong, mistar) biasanya disimpan
di lemari. Didalam ruangan ini urnurnnya terdapat :
Mikroskop
Object glass dan cover glass
Microtome dan perlengkapannya
Loupe

Untuk kebutuhan yang lebih tinggi/canggih, alat-alat yang berhubungan


dengan pengamatan DNA juga diperlukan seperti : inkubator/water bath,
lemari es, sentrifuge, elektroforesis, pipet mikro dengan berbagai ukuran, eppendorf
1,5 mJ dan 25 j.Ll, ujung tip dengan berbagai ukuran dan perlengkapan pengamatan
(larutan etidium bromide), kamera fo ro folaroid tipe tertentu atau komputer
yang dilengkapi dengan kamera khusus untuk pengamatan DNA.

2 . Ruangan Sterilisasi
Ruangan sterilisasi adalah ruangan tempat dimana seluruh alat kultur
jaringan dibersihkan. Sebaiknya ruangan sterilisasi dibagi dua bagian, yaitu
ruangan pertama digunakan untukmensterilkan alat-alatyang tidak terkonamis~
ruangan kedua digunakan untuk mensterilkan alat-alat yang terkontarninasi.
Untuk rnensterilkan alat yang tidak terkontaminasi alar yang dibutuhkan di
dalam ruangan ini adalah westafel dan autoklaf.
KULTUR JARINGAN TANAMAN 15

Unruk mensteriJkan alat-alat/ botol yang terkontaminasi haruslah dipisahkan


ruangan dan peralatan yang digunakan. Pada laboratorium berskala besar,
ruangan ini dilengkapi dengan autoklafyang khusus digunakan unruk mensterilkan
botol yang terkontaminasi,jadi botol-botol yang berisi tanaman yang terkontaminasi
terlebih dahulu di autoklaf sebelum dicuci secara bersih di westafel.
Pengalaman penulis selama melakukan penelitian, alat-alar yang digunakan
untuk mencuci botol yang terkontaminasi haruslah dibedakan/dipisah dengan
alat untuk mencuci botol yang tidak terkontaminasi, baik kain pencuci,
batang kayu dan wadahnya.
Jika kita tidak memiliki autoklaf dalamjum1ah banyak, kondisi ini dapat
diatasi dengan cara memisahkan rempat dan alat pencucian botol terkontaminasi
dengan borol yang tidak terkontaminasi. Penga1aman menunjukkan botol
terkomaminasi harus dicuci 2 kali untuk memastikan botol benar-benar bersih
sebelum dilanjutkan dengan mengautoklafnya.
Pembagian ruangan sterilisasi dapatjuga dengan cara sebagai berikut:
Kamar mandi, digunakan unruk tempat pencucian botol yang terkontarninasi.
Ruangan yang merniliki westafel, untuk tern pat pencucian alat- alat yang
bersih

Alat dan bahan yang harus ada pada ruangan ini antara lain: alat pencuci
botol seperti kain! sabut pencuci, sikat gigi, sikat panjang, batang kayu (untuk
mencuci botol besar), autoclaf.
Autoclaf ada beberapajenis, autoklaf sederhana dengan sumber listrik
dan dengan kompor gas dan autoklaf programmable. Autoklafjenis ini memiliki
perangkat pengukur tekanan dan timer untuk mengukur waktu.

Gam bar 1: Proses


sterilisasi tahap
pertama dengan
mencuci
menggunakan
detergen dan air
mengalir,

Gambar 2: Proses sterilisasi tahap kedua dengan mengautoklaf botol


dan alae kultur jaringan
16 KULTUR JARINGAN TANAMAN

3 . Ruangan Pr eparasi
Ruangan preparasi adalah ruangan yang digunakan untuk mempersiapkan
eksplan, membuat media dan hallainnya. Pada ruangan ini dibutuhkan fasilitas,
seperti meja untuk mempersiapkan bahan tanaman, untuk meletakkan alat-
alat. Ruang persiapan dibutuhkan untuk :
Mempersiapkan/ membuat media kultur jaringan Mempersiapkan dan
mensterilisasi eksplan dari lapang yang akan digunakan
Tempat mencuci alar pembuatan media
Tempat penyimpanan alat - alat gelas.
Tempat penyimpanan zat kimia, media kultur jaringan.

Gambar 3. Bahan-bahan kimia yang diperlukan untuk pembuatan media kultur


jaringan

Gambar 4. Alat-alat glass yang diperlukan untuk preparasi media, terdapat


pada ruang preparasi
KULTUR JARINGAN TANAMAN 17

Gambar 5. Tempat membuat media, seluruh bahan dicampur ditempat ini

Gambar 6. Berturut-turut: a) Eksplan asam kandis yang sedang dipersiapkan


umuk disterilisasi, b) Sterilisasi eksplan: mencuci eksplan dengan detergen,
c). Tahapan lanjut sterilisasi dengan bak-rerisida dan fungisida. (seluruhnya
dilakukan pada ruang preparasi)

Alat - alat kultur jaringan yang umumnya terdapat dalam ruangan


preparasi ini adalah :
1. Alat gelas standard:
Beaker glass dengan berbagai ukuran, misalnya: 100 ml, 500 ml
Gelas ukur: 10 ml, 25 ml, 50 ml, 100 ml, 500 ml, 1000 ml.
Pipet tetes
Pipet dengan berbagai ukuran
Erlenmeyer: 100 ml, 500 ml, 1000 ml.
Petridish.
Pipet mikro
Botol kultur kecil: tempat alat tanam pada saat penanaman
Botol kultur besar : tempat media dan palnlet ditumbuhkan Satang
pengaduk
18 KUL TUR JARINGAN TANAMAN

2. Alat tanam yang telah bersih: gunting, pinset, pisau, spatula, petridish,
skalpel dll.
3. Spatula
4. Timbangan analitik
5. Lemari es: untuk menyimpan larutan stok, vitamin dan zat pengatur
tumbuh.
6. Hot plate dengan magnetik stirrer
7. Larnpu bunsen
8. Oven/Incubator
9. pH meter (pH meter manual a tau digital) atau kertas indikator.
10. Autoklaf
11. Panci
12. Alat pencuci
13. Rak piring kecil untuk pengeringan alat
14. Lemari, tempat alat-alat, bahan kirnia dan alat lain seperti alumunim foil,
karet, plastik.
15. Sentrifuse (untuk pengembangan laboratorium)
16. Shaker (untuk pengembangan laboratorium)
17. Lemari as am Gika diperlukan)
18. Kereta dorong atau troli, unruk mengangkat media dan alat setelah di
autoklaf ke ruangan isolasi/transfer.

Gambar 7. Ruangan Preparasi


KUL TUR JARINGAN TAN AM AN 19

Gambar 8. Timbangan analitik, a) Timbangan analitik digital, b) Timbangan


analitik manual, c) Proses penimbangan

Gambar 9. a) Kulkas tempat menyimpan berbagai larutan stok media, zpt


dan lainnya.b). Oven, tempat mengeringkan alat-alat
20 KUL TUR JARINGAN TANAMAN

Gambar 10. a). Autoklaf listrik, b). Autok.laf dengan pemanasan kompor.
c) Proses sterilisasi media kultur jaringan

Gambar 11. Destilator; digunakan untuk menghasilkan air bebas ion dan steril
KUL TUR JARINGAN TANAMAN 21

Garnbr 12.a. Stiner dan magnetic stirrer, untuk melarutkan zat tertentu. b.
Kerta pH meter beserta larutan penstabil KOH lN dan HCl 1 N .

Cara mengukur pH media, yaitu dengan mencelup kertas pH, lalu disetarakan
dengan kertas blanko

4. Ruang Transfer
Pada ruangan transfer ini, kondisi harus benar- benar aseptik. Di dalarn
ruangan inilah dilakukan isolasi bagian tanaman yang hendak ditanam, sterilisasi
eksplan tahap ke dua, dan penanaman eksplan ke media tanam. Pintu - pintu
penghubung harus senantiasa tenutup rapat sehingga kemungkinan debu
yang akan masuk sangat kecil.
Ruangan ini harus berhubungan dengan ruangan kultur, karena setelah
penanaman, maka botol berisi tanaman dibawa ke ruang kultur. Juga harus
berhubungan dengan ruang preparasi, untuk kemudahan pengangkatan botol
berisi media, alat tanam dan yang lainnya. Ruangan inijuga harus berhubungan
dengan ruang analisa, untuk keperluan pengamatan mikroskopis. Ruangan
senantiasa dibersihkan dengan desinfektan seperti karbol. Idealnya ruangan-
ruangan di dalam laboratoriurn hendaknya saling berhubungan.
Di dalarn ruangan ini terdapat alat-alat antara lain:
Laminar Air Flow Cabinet
22 KULTUR JARINGAN TANAMAN

Mikroskop
Meja dorong Gika dalam skala besar digunakan troli) unruk mengangkat
media yang akan digunakan.
Alat-alat tanam seperti: pisau, guming, pinset, petridish, botol mini
tempat alkohol, disposible filter a tau milipore, yang berguna untuk sterilisasi
bahan - bahan yang tidak tahan terhadap suhu tinggi.
Hand sprayer yang diisi alkohol 70 %
Lampu Bunsen beserta isinya yaitu spiritus.
Lemari: tempat alat-alat dan alkohol.
Timbangan digital

Gambar 13. a). Laminar Air Flow Cabinet (I.AFC) dalam posisi tertutup dan
lampu UV menyala untuk mensterilkan ruangan I.AFC. b). Alat tanam yang
digunakan, kondisi steril, pada Laminar Air Flow Cabinet yang terbuka, siap
untuk digunakan

Gambar 14. Proses penanaman dengan berbagai sumber eksplan, dilakukan


di I.AFC.
KUL TUR JARINGAN TANAMAN

5. Ruang Kultur
Ruangan ini merupakan ruangan terbesar dari seluruh ruangan yang
diperlukan dan harus dimungkinkan umuk melakukan perluasan, karena
kemungkinan senantiasa terjadi pertarnbahan kultur setiap peri ode rertentu.
Kultur yang tumbuh dan mampu memperbanyak diri, maka harus senantiasa
di sub kultur setelah 2 - 3 bulan tergantung jenis tanamannya.
Tingkat aseptisitas ruangan ini harus lebih baik dari seluruh ruangan
yang ada, hal ini dikarenakan di ruangan inilah seluruh tanaman botol diletakkan.
Botol kultur berisi tanarnan disusun pad a rak- rak. Jarak antar rak harus diatur
sedernikian rupa, sehingga memudahkan kita memeriksa tanarnan di rak kultur.
Pada ruangan ini senantiasa AC hid up, yang berguna untuk penyaringan
udara yang masuk dan juga untuk mempertahankan tanaman supaya tetap
hidup dengan mempertahankan pada kondisi suhu tertentu.
Ruang kultur harus memiliki pengaturan terhadap suhu (dengan menggunakan
AC) dan cahaya (dengan pemberian lampu) . Walaupun diketahui bahwa proses
pad a tanaman yang ditanam pada kultur jaringan bukanlah fotosintesis murni,
melainkan foto organogenesis melalui pernenuhan kebutuhan karbohidrat dari
guladanjugabahanharalainnyadidalammedia, namuncahayasangatdiperlukan
umuk mengendalikan perkembangan eksplan.
Kualitas cahaya yang baik untuk perkembangan tanaman harus diperhatikan.
Lampu flourescens jauh lebih baik dibanding larnpu pijar, karena panasnya
relatif rendah. Intensitas cahaya yang dibutuhkan berkisar: 1000 - 4000 lux.
Intensitas cahaya diatur dengan menempatkan larnpu dengan kekuatan tertentu,
dengan jarak 40- 50 em dari tabung kultur dan untuk luas tertentu. Umurnnya
tanarnan kultur jaringan membutuhkan sekitar 14- 16 jam untuk panjang
penyinaran yang dibutuhkan. Untuk laboratoriurn berskala besar dan untuk
akurasi penyinaran, timer otomatis digunakan untukmengukur lamanya penyinaran.
Suhu di dalam ruang kultur juga merupakan aspek penting yang harus
diperhatikan, urnumnya suhu 18-25 °C selalu diterapkan, namun beberapa
tanarnan membutuhkan temperatur yang lebih rendah. Untuk penelitian dan
perlakuan tertentu rnisalnya pengumbian ken tang yang dilakukan di PPSHB
Bioteknologi IPB, suhu 20 °C dan penggunaan ruang gelap mudak diperlukan
untuk proses mendapatkan umbi mikro kentang (Wattimena, 2005)
Alat yang harus tersedia di ruang kultur adalah:
Rak kultur yang dilengkapi dengan lampu flourescens
Timer, untuk pengukuran waktu
24 KUL TUR JARINGAN TANAMAN

AC, untuk pengaturan suhu dan penyaringan udara.


Mikroskop, Loupe, penggaris, milimeter blok
Shaker

Rak kultur berisi tanaman borol

6. Ruang Stok.
Untuk pembuatan media kultur jaringan, dibutuhkan zat hara makro,
mikro dan trace element lainnya. Untuk kemudahan pembuatan media dan
mengeliminir kesalahan, maka zat - zat hara yang hanya dibutuhkan dalam
jumlah sangat sedikit tersebut, dibuat dalam bentuk stok larutan, artinya
dilakukan pemekatan larutan, sehingga dalam pembuatan media, kita hanya
melakukan pemipetan dalam jumlah kecil sesuai dosis yang dibutuhkan.
Oleh karena itu dibutuhkan ruangan yang berfungsi untuk menyimpan stok
yang telah dibuat tersebut. Ruangan ini berhubungan dengan ruang preparasi
dan ruang kultur. Umumnya alat yang ada di ruangan ini adalah lemari es,
untuk menyimpan stok dalam bentuk larutan dan beberapa zat kimia lainnya.
Desain laboratorium kultur Jaringan
1. Laboratorium skala kecil yang dimodifikasi (Harahap, 2007)
2. Laboratorium skala besar (Gunawan, 1992).
KULTUR JARINGAN TANAMAN 25

-1. Laboratorium skala kecil yang dimodifikasi : Ruang kultur dimungkinkan


diperluas dengan memindahkan ruang isolasi ke ruang preparasi seterusnya
perluasan k~ bagian belakang (sisa areal tanah)

Teras ,,. I
a. Ruang Kultur h. Ruang serbaguna/
Jf#/,:-'.r~ analisa/ pertemuan.
... .
. .
~·. ~ ~ ~ ~
'

Rak - Rak Kultur


,,
b. Ruang transfer
..,
c. Ruang Stok

d. Ruang Preparasi
e. Ruang Sterilisasi

F. Musolla
g. Kamar Mandi Pintu Keluar
26 KULTUR JARINGAN TANAMAN - - - - - - - - - - - - -

Meja ~uane
Sterlllsasl
Alat
Westafe

AI.Jtoela
Kulkas ~uant
~UAC? St.er111sasl
ST()I\ bahan

Pintu

T diet 1 ~uant Sti()IA.T

• rol

[][][]
Rak-rak kultur

Pintu

TERAS I
KUL TUR JARINGAN TANAMAN 27

15m
/ / / / / / / /

,.

._____,/ .___.,V

Rak-rak kultur Ruang Analisa/


Ruang Kultur
Ruang

Ruang Stok Ruang Analisa/


Ruang Pertemuan

8m

E
0
('l

·v;
d
L
a
~
Clo)
L
0..
en
s:::
a
:J
a. R. Sterilisasi
Kulkas
3m 8,5m
5m
Westafe/ I kran

Sterilisasi bahan
KULTUR JARINGAN TANAMAN

2. Laboratorium skala besar (modern)

RUANG KULTUR
,....--- r--- .--- ,...--- .---
R R R R R
A A A A A
K K K K K
K
K K K K
u u u u u
L
L L T L L
T T u T T
u u R u u
R R R R
- -
m MICROSCOPE I
RUANG e
STOK j
a
t RUANG
i
m TRANSFER
Lemari es b
a L
n A
RUANG- g F
TIMBANG t-- C
Westafel

I~ MEJA KERJA I Rak/lemari

KANTOR
RUANG PREPARASI

MEJA TEMPAT ALAT-ALAT PANAS


KULTUR JARINGAN TANAMAN 29

2. Tahapan:
Cuci alat- alat dan botol dengan
menggunakan detergen hingga
seluruh bagian botol bersih dengan
cara menggosok bagiao dalam dan
luar botol secara merata kemudian
bilas dengan air mengalir.
30 KULTUR JARINGAN TANAMAN

atau disimpan dalam ruang


kultur ( maxs 4 hari)
KULTUR JARINGAN TANAMAN 31

Sterilis asi botol yang terkontaminasi


Altematif 1: botol kontam di autoklaf lalu dicuci bersih
Altematif 2: (pencucian 2 kali)

: Botol - botol dan alat yang sudah


terkontaminasi dicuci dengan terlebih
dahulu mengeluarkan isi botol yaitu
media yang telah tcrkontaminasi.
l

Menggosok seluruh bagian botol dan alat


hingga bersih dengan menggunakan
detergen.
Membilas botol dan alat dengan air


mengalir, agar benar-benar bersih
Meletakkan botol dan alat yang sudah
dicuci bersih dalam wadah dan menunggu
hingga kering
Pencucian pertama selesai.
Botol botol ini harus di cuci
ulang j ika hendak digunakan
dalam (>l!mbuatan media

Botol hasil pencucian ulang, siap untuk di


sterilisasi dengan autoklaf
32 KUL TUR JARINGAN TANAMAN

Pert anyaan:
1. Ruangan yang dibutuhkan untuk menjadi tempat penambahan koleksi
tanaman kultur yang juga rnerupakan ruang terbesar ialah :
a. Ruang kultur
b. Ruang transfer
c. Ruang preparasi
d. Ruang analisa
(Kunci Jawaban : A, Tipe Seal C2)
2. Dalam laboratoriurn kultur jaringan terdapat beberapa ruangan yang
dibedakan berdasarkan fungsinya antara lain, kecuali :
a. Ruang Preparasi
b. Ruang transfer
c. Ruang kultur
d. Ruang kultivasi
(Kunci Jawaban : D, tipe soal C1)
3. Jelaskan mengapa ruang kulrur lebih tinggi tingkat aseptisitasnya dibandingkan
ruangan lainnya?
Jawab:
Karena pada ruangan inilah seluruh tanaman setelah diperbanyak dilketakkan,
oleh karena itu ruang ini aseptisitasnya lebih tinngi di bandingkan dengan
ruang yang lainnya, seperti: pada ruangan ini senantiasa AC hidup, yang
berguna unruk penyaringan udara yang masuk danjuga unrukrnernpertahankan
tanarnan supaya tetap hid up dengan mempenahankan pada kondisi suhu
tenentu. Ruangan kultur jaringanjuga harus memperhatikan suhu dan
cahaya karena unruk mengendalikan perkernbangan eksplan.

GLOSARIUM
Aseptik:
Bebas dari infeksi/ bersih, steril.
Sitologi:
Ilrnu tentang susunan dan fungsi sel
Bioteknologi:
Cabang ilrnu yang rnernpelajari pemanfaatan makhluk hid up (bakteri, fungi,
virus, dan lain-lain) rnaupun produk dari rnakhluk hid up Cenzirn, alkohol)
dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa
KULTUR JARINGAN TANAMAN 33

Parenkim:
Jaringan dasar karena banyak dijumpai harnpir ditiap bagian tumbuhan,
dengan karakteristiksel berupa sel hid up, strukturdan fungsisangat bervariasi,
bervakuola besat; dinding sel tip is, terdapat kloroplas dan pigmen lainnya.
Suspensi:
Campuran heterogen dari zat cair dan zat padat yang dilarutkan dalam
zat cair.
Sterilisasi:
Proses pemusnahan atau eliminasi semua mikroorganisme, termasuk
spora bakteri, yang sangat resisten
Desinfektan:
Bahan kimia yang d igunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau
pencemaranjasad renikjuga untukmembunuh atau menurunkanjumlah
mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya
Fotosintesis:
Suatu proses biokimia pembentukan zat makanan atau energi dengan
menggunakan karbondioksida, dan air serta dibutuhkan bantuan energi
cahaya matahari
Organogenesis:
Proses pembentukan organ (tunas, daun, akar)
Zat hara makro:
Unsur yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar, yaitu C, H, 0, N,
S, P, K, Ca, Mg, (pendapat sebagaian ahli: Fe)
Zat hara mikro:
Unsur yang hanya dibutuhkan tanaman dalam jumlah sangat sedikit,
dibutuhkan untuk kebutuhan kerja enzim esensial, yaitu B, Cl, Cu, Fe,
Mn, Mo, Na, V, dan Zn
Elektroforesis:
Teknik pemisahan komponen a tau molekul bermuatan berdasarkan perbedaan
tingkat migrasinya dalam sebuah medan listrik
Ruang isolasi:
Ruang penanaman, ruang transfer, ruang tabur. Untuk skala laborato-
ries biasanya tidak begitu luas karena biasanya berisi satu IAFC untuk
seorang atau dua orang bekerja di dalamnya, akan tetapi untukskala industri
ruangan ini biasanya luas tergantung berapa kapasitas orang yang bekerja
sacara bersama-sama.
BAB IV
KONSEP HORMON

Kompet ensi D asar :


1. Mampurnenganalisis peranan beberapa zat pengatur turnbuh.
2. Mampu menjelaskan fungsi fisiologis zat pengatur tumbuh.
3. Marnpu rnenerapkan penggunaan zat pengatur tumbuh
tertentu untuk pertumbuhan tanaman tertentu.

Istilah hormon mula-mula dipakai oleh ahli fisiologi hewan. Mereka


maksudkan hormon adalah senyawa-senyawa organik, efektif d<:~lam konsentrasi
rendah dibuat didalam sel pada bagian tertentu dari organisme dan diangkut
ke bagian lain dari organisme tersebut dimana dihasilkan suatu perubahan
fisiologis yang khusus. Oleh karena hewan rnempunyai sistem sirkulasi yang
lebih teratur, hormon-hormon itu dapat dikoleksi dalam jurnlah yang ban yak
dan diidentifikasi. Para ahlijuga dapat menelusuri tempat-tempat pernbuatan
horrnon itu dan tempat-tempat yang menjadi sasaran hormon tersebut.
Ahli-ahli fisiologi tumbuhan sangat dipengaruhi oleh konsep-konsep
hormon hewan ini dan mereka mencari zat-zat yang serupa pada tumbuh -
tumbuhan. Sifat beberapa zat pada tumbuh-tumbuhan dianggap menyerupai
sifat-sifat hormon hewan sehingga meyakinkan para ahli untuk memakai
nama fitohormon atau hormon turnbuhan. Penelitian akhir-akhir ini memungki.nkan
bahwa model hormon hewan tidak sesuai untuk model hormon tumbuhan.
Pada turnbuh-tumbuhan, setiap sel yang aktif berrnetabolisme sanggup
mernbuat hormon- hormon tumbuhan pada kondisi tertentu. Tidak demikian
pada hewan dimana sekumpulan sel- sel tertentu atau jaringan (kelenjar) berfungsi
membuat hormon tersebut. Selanjutnya walaupun ada system transport
fitohormon melalui jaringan xylem dan flo em pada kebanyakan hal fitohormon
yang dibuat di dalam sel-sel tertentu dapat mengubah proses -proses metabolisme
pada sel-sel tersebut atau sel-sel sekitamya.
Pertanyaan penting yang perlu dikemukakan baik pada sistem hormon

61
62 KUL TUR JARINGAN TANAMAN

hewan a tau fitohormon adalah sebagai berikut: Apa yang mengawali sintesis
hormon iru? Bagian mana yang menjadi sasaran harmon itu? Bagaimana
respons dari bagian yng menjadi sasaran iru? (fisik dan biokimia). Hal lain
lagi yang menyulitkan di dalam sistem fitohormon ini adalah bahwa suatu
respons fisiologis merupakan kerja sama beberapa fitohormon daripada
fitohormon tunggal. Hal ini menyebabkan sangat sulit untuk menghubungkan
suatu respons fisiologis terrentu dengan fitohormon tertentu.
Konsep hormon yang dikembangkan oleh para ahli fisiologi hewan bahwa
hormon adalah bahan bukan nutrisi yang aktif dalam konsentrasi rendah
dapat termasuk baik senyawa-senyawa organik maupun ion -ion anorganik.
Dilihat dari segi fitohormon defenisi ini terlalu umum dan tidak dapat
mencakup konsep-konsep tertentu di dalam pengaturan dan perkembangan
tanaman. Hal yang lebih penting untuk diperhatikan adalah prinsip kerja
hormon itu, bahwa hormon adalah zat - zat yang dapat menggerakkan (trigger)
suaru perubahan-perubahan metabolisme yang seterusnya menjurus pada
suaru respon fisiologis.
Kebanyakan ahli fisiologi tumbuhan menggunakan istilah zat pengatur
rumbuh tanaman (plant growth substance) dari pada istilah harmon tanaman.
Karena istilah ~ ersbut dapat mencakup baik zat-zat endogen maupun zat
eksogen (sintetik) yang dapat mengubah perrumbuhan ranaman. Zat pengatur
tumbuh tanaman (ZPT) yang dihasilkan oleh tanaman disebut fitohormon,
sedangkan yang sintetik disebut zat pengatur rumbuh tanaman sintetik.
Harmon tanaman didefenisikan sebagai senyawa organik bukan nutrisi
yang aktif dalam jumlah yang kecil (10·6 - 10·5 mM) yang disintetiskan
pada bagian tertentu dari tanaman dan pada umumnya diangkut ke bagian
lain tanaman dimana zat tersebut menimbulkan tanggapan secara biokimia,
fisiologis dan morfologis.
Zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik bukan hara, yang dalam
jumlah sedikit (lmM) dapat merangsang, menghambat dan mempengaruhi
pol a perrumbuhan dan perkembangan tanaman (Wattimena 2000).
Zat pengarur tumbuh ada yang berasal dari tumbuhan itu sendiri (zat
pengatur tumbuh endogen) dan bersifat alami dan ada juga yang berasal
dari luar tumbuhan tersebut dan disebut sintetis.
Zat pengarur tumbuh sangar diperlukan sebagai komponen medium
bagi pertumbuhan dan diferensiasi sel. Tanpa zar pengarur rumbuh, pertumbuhan
eksplan akan rerhambat, bahkan mungkin tidak rumbuh sama sekali.
KUl TUR JARINGAN TAN AM AN 63

Menurut defenisi diatas, harmon tanaman harus memenuhi beberapa


syarat berikut, yaitu :
1) Senyawa organik yang dihasilkan oleh tanaman sendiri
2) Harus dapat ditranslokasikan
3) Tempat sintetis dan kerja berbeda
4) Aktif dalam konsentrasi rendah.

Dengan batasan-batasan terse but vitamin dan gula tidak termasuk dalam
harmon tanaman. Gula diproduksi di daun dan bagian lain yang mengandung
butir hijau daun dan ditranslokasi ke bagian lain, tapi aktif dalam jumlah
besar (10·3 mM). Vitamin juga bahan organik yang aktif dalam jumlah kecil,
tetapi pada umumnya tidak ditranslokasi. Tempat sintetis dan tempat kerja
adalah sama.
DikenalS golongan fitohormon yaitu: auksin, giberelin, sitokinin, asam
absisik dan etilen. Fitohormon ini terdapat di dalam tanaman dalam berbagai
bentuk, sehingga sulit untuk mengerti cara kerja fitohormon itu dengan
cara baik. Selain itu tanamanjuga mengandung senyawa-senyawa lain yang
turut aktif dalam berbagai proses pertumbuhan dan perkembangan. Senyawa-
senyawa iru, antara lain adalah asam polifenolik, vitamin, siklitol dan berbagai
senyawa lainnya.

A. Auksin
Charles Darwin dan anaknya Francis mulai membuat beberapa percobaan
di Inggris yang mendukung pernikiran daripada Sachs. Charles sangat tertarik
dalam pergerakan tanaman yang disebut tropisma. Tropisma adalah hasil
respons terhadap perangsang yang datang dari luar seperti cahaya (foto-
tropisrna), gravitasai (geotropisma), sentuhan (tigma tropisma), kimia (chemo-
tropisma) dan elektris (elektro tropisma). Di samping tropisma, Charles
juga menyelidiki ten tang cara melilit dari tumbuh-rumbuhan yang merambat.
Hasil-hasil studi Darwin diterbitkan pada tahun 1880 di dalam suatu buku
yang berjudul ''The Power of Movement in Plants". Di dalam studinya mengenai
fototropisma Darwin mempergunakan koleoptil dari beberapajenis rumput-
rumputan. Bila biji dikecambahkan di dalam gelap, koleoptil bertumbuh
lurus. Jika ujung koleoptil disinari secara searah, koleoptil itu membengkok
kearah datangnya sinar. Jika pangkal koleoptil disinari atau ujung koleoptil
diberi tutupyang tidak tembus cahaya lalu disinari, tidak akan terjadi pembengkokan.
Observasi Darwin ini dilakukan pada tahun 1870, tetapi baru pada tahun 1900
para ahli fisiologi tumbuhan kembali pada masalah fototropisma ini.
64 KULTUR JARINGAN TANAMAN

Pada tahun 1907 Fitting menunjukkan bahwa penggoresan secara lateral


di bawah ujung koleoptil tidak dapat mencegah pembengkokan koleoptil
ke arah datangnya sinar. Boysen Jensen menunjukkan jika ujung koleoptil
dipotong dan selapis gelatin a tau agar disisipkan an tara potongan itu, maka
koleoptil itu tetap tumbuh. Tetapi jika bahan yang tidak tembus air (mika)
yang disisipkan maka koleoptil itu tidak akan tumbuh.
Pada tahun 1918 Peal mendemonstrasikan bahwajika potongan ujung
koleoptil itu diletakkan kembali pada salah satu sisi dari tunggak koleoptil,
maka penumbuhan akan lebih cepat pada sisi tersebut. Akhirnya Went
pada 1928 mendemonstrasikan dengan beberapa seri percobaan bahwa
ujung koleoptil itu mengandung zat yang dapat mendorong elongasi dari
koleoptil yang dipotong itu.
Went mempergunakan koleoptil tanaman obat Oat (Avena sativa).
Percobaan-percobaan itu dilakukan di dalan gelap. Ujung-ujung koleoptil
dipotong-potong dan diletakkan di atas lembaran agar untuk beberapa
jam. Sesudah itu ujung-ujung koleoptil itu diangkat dari lembaran-lembaran
agar tersebut dan dipotong menjadi potongan kecil - kecil. Jika potongan
agar itu diletakkan pada tunggak koleoptil untuk beberapa jam maka koleoptil
itu akan tumbuh sama cepat dengan koleoptil yang tidak dipotong. Went
juga mendemonstrasikanjika potongan agar itu diletakkan pada salah satu
sisi dari tunggak koleoptil untuk beberapa jam maka koleoptil itu akan
membengkok, dan tingkat pembengkokan itu sesuai dengan konsentrasi
zat tumbuh yang terdapat dalam agar tersebut. Percoban Went ini menjadi
dasar percobaan bio-assay untuk mengukur aktivitas-aktivitas auksin .
Auksin didefinisikan sebagai zat tumbuh yang mendorong elongasi
jaringan kol~pti pada percobaan-percobaan bio-assay dengan Avena atau
tanaman lainnya. Indole Asetic Acid (IAA) adalah auksin endogen atau
auksin yang terdapat pada tanaman.
Sitokinin dan auksin merupakan dua golongan zat pengatur tumbuh
yang sangat penting dalam budidaya jaringan tanaman. Golongan auksin
yang lebih sering digunakan adalah 2,4-D, IAA, NAA, IBA. Auksin yang
paling efektif untuk menginduksi pembelahan sel dan pembentukan kalus
adalah 2,4-D dengan konsentrasi antara 0,2-2 mg/1 untuksebagianjaringan
tanaman. NAA dan 2,4 D lebih stabil dibandingkan dengan IAA, yaitu tidak
mudah terurai oleh enzim - enzim yang dikeluarkan oleh sel atau karena
pemanasan pada saat proses sterilisasi. lAA juga kurang menguntungkan
karena cepat rusak oleh cahaya dan oksidasi enzimatik.
KULTUR JARINGAN TANAMAN 6S

1. Pengaruh Fisiologis dari Auksin


IAA dan Auksin lain berperan pada berbagai aspek pertumbuhan dan
perkembangan tanarnan. Beberapa aspek diuraikan secara singkat sebagai
berikut:
a. Pembesaran sel
Studi mengenai perturnbuhan koleoptil menunjukkan bahwa IAA
dan auksin- auksin yang lain mendorong pembesaran set tersebuc.
Perpanjangan koleoptil a tau batang merupakan hasil dari pembesaran
sel terse but. Penyebaran yang tidak sarna dari auksin ini menyebabkan
pembesaran sel yang tidak merata dan terjadi pembengkokan dari
koleoptil atau organ tanaman (geotropisma dan fototropisma)
b. Penghambatan mara tunas samping
Pertumbuhan dari mata tunas samping dihambat oleh IAA yang
diproduksi pada meristem apical yang diangkut secara basepetal.
Konsentrasi auksin yang tinggi menghambat pertumbuhan mara tunas
tersebut. Jika sumber auksin ini dihilangkan denganjalan memotong
meristem apical itu rnaka tunas sarnping ini akan tumbuh menjadi
tunas.
c. Absisi (pengguguran daun)
Pengguguran daun terjadi sebagai akibat dari proses absisi (proses-
proses fisik dan biokimia) yang terjadi di daerah absisi. Daerah absisi
adalah kumpulan sel yang terdapat pada pangkal tangkai daun. Proses
absisi ada hubungannya dengan IAA pada sel - sel di daerah absisi.
d. Aktivitas daripada kambium
Pertumbuhan sekunder termasuk pembelahan sel-sel di daerah
kambium dan pembentukanjaringan xylem dan floem dipengaruhi
oleh IAA. Pembelahan sel - sel di daerah kambium dirangsang oleh
IAA.
e. Pertumbuhan akar
Selang konsentrasi auksin untuk pembesaran sel - sel pada batang,
menjadi pengharnbat pada pembesaran sel-sel akar. Selang konsentrasi
yang mendorong pembesaran sel- sel pada akar adalah sangat rendah.
Semua efek ini dibahas seakan- akan IAA sebagai satu-satunya fitohormon
yang mempengaruhi proses-proses tersebut. Sekarang telah diketahui
bahwa IAA berinteraksi dengan fitohormon yang lain seperti giberelin,
sitokinin, etilen dan ABA di dalam mempengaruhi berbagai proses -
proses fisiologis.
66 KUL TUR JARINGAN TANAMAN

2. Ikatan Indo! lainnya


Thmbuhan mengandung beberapa macam senyawa-senyawa indollainnya
selain asam indol asetat. Senyawa indo! tersebut berupa basil amara
dari biosintesis IAA, basil katabolisme IAA, bentuk-bentuk cadangan
dari IAA dan bentuk IM yang ditranslokasikan.
IAA dalam bentuk cadangan umumnya IAA asam aspartat, IAA-rnioinositol
dan IAA glukosa. Bentuk-bentuk cadangan ini tidak aktif sebagai auksin
kecuali bila dihidrolisis kembali menjadi IAA bebas. Di dalam tanaman
terdapat berbagai enzirn yang dapat rnengubah IAA dari bentuk yang
satu ke bentuk yang lain ata u dari bentuk yang aktif ke bentuk yang non
aktif dan sebaliknya. Adanya enzirn-enzirn tersebut, penting bagi tanarnan
di dalam pengaturan konsentrasi IM di dalarn tanarnan sesuai dengan
kebutuhan tanaman.
3. Auksin Tanarnan Bukan Indol
Walaupun auksin bentuk indol yang umumnya terdapat di dalarn tanaman,
ada beberapa tanaman rnernpunyai auksin bukan senyawa indol seperti
asam fenil asetat yang mempunyai peranan serupa dengan asam indol
asetat. Dengan teknik analisa yang lebih baik, auksin bukan senyawa indol
akan dapat ditemukan pada tanaman - tanaman lainnya.
4. Auksin Sintetik
Setelah diketemukan IAA sebagai salah satu fitohormon yang penting,
maka disintesis senyawa-senyawa serupa dan diuji keaktifan biologis
dari senyawa- senyawa terse but. Golongan- golongan senyawa sintetik
yang pertama dibuat adalah substitusi-substitusi indol seperti propi-
onate dan asam indol butirat. Keduanya mempunyai keaktifan biologis
dan dipergunakan sebagai hormon akar; untuk mendorong pembentukan
akar pada stek. Keduanya mempunyai ciri-ciri'indol dan gugus karboksilat
pada rantai samping. Perbedaannya terletak pada panjang rantai samping.
Jika rantai sarnping iru lebih panjang dari butirat senyawa-senyawa
tersebut kehilangan aktivitas biologisnya.

Beberapa spesies tumbuhan mempunyai enzim yang dapat memotong


rantai salnping itu sehingga dapat mengubah senyawa indol berantai samping
yang panjang yang tidak aktif rnenjadi senyawa indol yang aktif.
Senyawa-senyawa yang tidak mempunyai ciri-ciri indol tapi mempunyai
gugus asam asetat juga mempunyai keaktifan biologis seperti IAA. Asam
naftalene asetat (NM) dan asam 2,4 diklor asetat (2,4- D) adalah senyawa
tanpa ciri-ciri indol tapi mempunyai aktivitas biologis seperti IAA. NM diper-
KUL TUR JARINGAN TANAMAN 67

gunakan sebagai hormon akar, sedangkan 2,4- D adalah auksin yang paHng
aktif dan dipergunakan sebagai herbisida, pada dosis rendah digunakan untuk
induksi kalus .
Senyawa- senyawa karbonat mula- mula dikembangkan sebagai fungisida
tetapi ternyata senyawa tersebut mempunyai aktivitas sebagai auksinjuga.
Karbonat tidak mempunyai bentuk ciri - ciri tetapi mempunyai gugus asam
asetat.
Ratusan senyawa - senyawa lain telah disintesiskan dan diuji aktivitas
auksinnya. Hanya beberapa senyawa saja yang mempunyai aktivitas biologis.
Apa yang paling perlu untuk suatu senyawa mempunyai aktivitas auksin.
Jika dilihat senyawa-senyawa terse but mempunyai ukuran dan bentuk yang
sama. Selanjurnya senyawa-senyawa terse but mempunyai struktur elektron
yang serupa, dimana bagian terrentu lebih elektro negatif daripada bagian yang
lain. Sifat- sifat di atas itu penting bagi senyawa- senyawa tersebut untuk mengatur
molekulnya pada tempat tenentu di dalam sel.
Selain hal-hal tersebut di atas faktor- faktor lain yang mempengaruhi
aktivitas dari auksin sintetik adalah :
1) Kesanggupan senyawa tersebut untuk dapat menembus iapisan kutikula
atau epidermis yang berlilin
2) Sifat translokasi di dalam tanaman
3) Pengubahan auksin menjadi senyawa yang tidak aktif di dalam tanaman
(destruksi atau pengikatan)
4) Berinteraksi dengan hormon turnbuh lainnya
5) Spesies tanaman
6) Fase pertumbuhan
7) Ungkungan (suhu, radiasi dan kelembaban)

Gambar nanas dengan perlakuan: a. IAA 0,1 NAA 0 b. IAA 0,1 NAA
c. 0,2 lAA 0,2 NAA 0,2
68 KULTUR JARINGAN TANAMAN

Gam bar a. Tanaman daun dewa umur 12 MST tanpa perlakuan auksin mampu
menghasilkan akar (artinya tanaman ini cukup merniliki auksin endogen
untuk menginduksi akar). b. Manggis dengan 5 ppm 1M hanya menghasilkan
1 sampai 2 akar

B. Giberelin
Zat pengatur tumbuh (ZPT) lain yang sering ditambahkan kedalam
medium adalah Giberellin, ZPT yang dalam bentuk larutan pad a temperarur
tinggi mudah kehilangan sifamya sebagai ZPT. Giberellin (asam Giberellate)
dalam dosis tinggi menyebabkan gigantisme, sesuai dari penemuan awal
yang menunjukkan bahwa ZPT ini berefek meningkatkan pertumbuhan sampai
beberapa kali. Giberellin berpengaruh terhadap pembesaran dan pembelahan
sel, pengaruh Giberellin ini mirip dengan auksin yaitu antara lain pada pembentukan
akar. Giberellin dapat menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah auksin
endogen.
Sekitar tahun 1920 beberapa ahli Jepang menyelidiki suatu penyakit
cendawan pada bibit padi. Penyakit ini menyebabkan elongasi batang padi.
Diketahui bahwa cendawan yang menyebabkan penyakit tersebut adalah
Gibberella fujikuroi. Pada tahun 1926 E. Kurosawa mendapatkan bahwa cendawan
tersebut mengeluarkan suatu zat ke dalam kultur media yangjika diberikan
kepada tanaman padi sehat akan memberi gejala penyakit yang sama. Zat
tersebut diberi nama giberelin A, temyata dapat juga menyebabkan perpanjangan
batang pada berbagai tanaman.
Penyelidikan orang- orang Jepang ini tidak banyak menarik perhatian
orang di luar Jepang. Sampai pada akhir perang dunia II beberapa team ahli
dari Inggris dan Amerika Serikat mengunjungi Jepang dan menyadari akan
penelitian- penelitian mengenai giberelin ini. Sesudah studi yang mendalam
di tiga Negara tersebut diketahui bahwa giberelin A terdiri dari sekurang-
kurangnya 6 macam giberelin yang disebutG~, G~, G~, GA+' GA,, dan G~.
Giberelin yang umurnnya tersedia di pasaran adalah G~ dan giberelin
KULTUR JARINGAN TANAM AN

ini yang banyak dipergunakan pada penelitian- penelitian fisiologi tumbuhan.


Di dalarn diskusi giberelin a tau GA dipakai untuk giberelin yang telah diketahui
struktur kimianya (GAl' GA3 , GA 7 dan seterusnya) sedangkan zat- zat yang
aktivitas biologisnya seperti GA tetapi belurn diketahui struktur kimianya
disebut gibberellin like compounds (GAL)

1 . Giberelin padaTumbuhan Berhijau Daun


Dengan dikembangkannya cara- cara anal isis yang baru didapat bahwa
ekstrak dari kebanyakan tumbuhan mempunyai aktivitas GAL. Srudi selanjumya
menunjukkan bahwa rurnbuh- rumbuhan yang berhijau daun mengandung
jenis - jenis GA yang serupa dengan GAyang diisolasi dari Gibberellafujikuroi
maupun beberapa jenis GA yang baru.
Pada saat ini telah diketahui lebih dari 50 GA dan lebih dari 40 GA
yang terdapat pada turnbuhan. GA yang paling urn urn adalah GA, GA3 8 ,
dan GA17 20 dan yang lain hanya terdapat pada spesies tumbuhan tertentu.
Jadi GA bukan saja basil metabolisme dari cendawan dengan pengaruh
fisiologis yang menarik pada turnbuh - turnbuhan, tetapi juga merupakan
zat pengatur tumbuh yang endogen. GA ini terdapat pada berbagai organ
dan jaringan tumbuhan seperti akar, tunas, rnata tunas, daun, bunga, bintil
akar, buah dan jaringan kalus.

2 . Pengaruh Fisiologis dari Gibere lin


Kebanyakan tanaman berespons terhadap pernberian GA dengan perrarnbahan
panjang batang. Pengaruh GA terutama di dalam perpanjangan ruas tanarnan
yang disebabkan oleh benambah besar dan jurnlah sel - sel pada ruas - ruas
terse but. Brian dan Hemming melihat bahwa GA rnempunyai pengaruh yang
berbeda terhadap tanaman yang normal dan tanaman yang kate. Bila tanaman
kapri dari kultivar yang kate disemprot dengan GA rnaka terjadi perpanjangan
batang dan tinggi tanarnan tersebut serupa dengan tanarnan yang normal.
Sebaliknya jika tanarnan dari kultivar yang normal diberi GA, rnaka tanarnan
tersebut tidak berespons. Ada kurang lebih 20 kultivar jagung kate (sifat
genetik) diberi perlakuan GA. Sebagian dari kultivar - kutivar tersebut berespons
terhadap pemberian GA dan sebagian tidak. Mungkin jagung - jagung kate
yang berespons, kekurangan GA endogen dan yang tidak berespons mempunyai
proses biokimia yang lain untuk sifat kate yang tidak ada kaitannya dengan
kandungan GA endogen.
Selain perpanjangan batang, giberelin juga memperbesar luas daun -
...---:... -~:.
70 KUL TUR JARINGAN TANAMAN

dari berbagai jenis tanaman, jika disemprot dengan GA. Demikian juga
terhadap besar bunga dan buah. Besar bunga dari tanaman Camelia dan
Gerannium akan bertambah jika diberi GA eksogen. Ukuran buah dari beberapa
tanaman buah-buahan seperti anggur akan bertambah besar jika diberi GA.
Giberelinjuga mendorong pembentukan buah partenokarpi (tanpa biji) pada
buah anggur dan pada buah - buahan lainnya.
Di samping mempengaruhi besamya organ tanaman, GAjuga mempengaruhi
proses - proses fisiologis lainnya. Kebanyakan tanaman memerlukan suhu
dingin (2° sampai 4°C) selama periode waktu tertentu diikuti hari panjang
umuk dapat berbunga. Pada tanaman- tanaman tersebut suhu dingin menyebabkan
terjadinya "baiting" (perpanjangan batang) yang mengawali proses pembungaan
tersebut. GA dapat mengganti pengaruh suhu dingin pada tanaman-tanaman
tersebut dan dapat mendorong terjadinya pembungaan.
Telah diselidiki juga bahwa proses dormansi dari beberapa biji dan
mata tunas dapat dihilangkan dengan pemberian GA. Pada biji - biji terse but
perkecambahan dapat diawali dengan naiknya kadar GA endogen biji. Pada
biji-biji tersebut dormansi disebabkan oleh rendahnya kadar GA endogen,
sehingga dormansi dapat diatasi dengan pemberian GA eksogen. Mekanisme
yang serupa jnga terdapat pada mata tunas tidur (dorman).
Pada proses pembelahan sel dan pembesaran sel bukan saja dipengaruhi
oleh GA tetapijuga oleh auksin. Perbedaan antara giberelin dan auksin dalam
proses tersebut adalah bahwa GA lebih efektif pada tanaman yang utuh sedangkan
auksin pada potongan-potongan organ tanaman seperti pada stek akar, stek
tunas, dan lain-lain.

3. Bentuk-bentuk Giberelin dalam Tanaman


Telah diketahui bahwa lebih dari 50 jenis GA telah diisolasi dan diidenti.fikasikan.
Tiap - tiap jenis tanaman mempunyai beberapa jenis GA tertentu. Metzger
dan Zeev Vart (1980) mendaparkan 6 macam GA pada akar bayam Amerika
(spinach) yaitu : GA17, GA19, GA20, G~ 9 GAw dan GA53 • Jenis - jenis GA
yang sama juga terdapat pada biji muda dari Vicia faba. Pada biji kacang
kapri (Cv Progrees No. 9) yang sedang mengalami proses pematangan
terdapat 7 jenis GA yaitu : GA9 , GA17, G~ G~ 9 , G~ 8 , GA.w dan GA51
(Sponsel dan McMillan, 1978). Pada waktu biji tersebur marang tidak terdapat
GA- GAyang be bas lagi, hanya terdapat "giberelin like" yang tidak mempunyai
aktivitas biologis lagi.
Selain GA bebas, di dalam tanamanpun telah ditemukan berbagai bentuk
KULTUR JARINGAN TANAMAN 71

GA yang terikat. Contoh: glukosa yang mengikat GA bebas, yang satu melalui
gugus hidroksil (GA, -glukosida) dan yang lain melalui gugus karboksil (GA4 -
glukosil ester). Belum begitujelas apakah bentuk terikat ini berfungsi sebagai
GA cadangan atau GA untuk ditranslokasikan atau kedua - duanya .
Sampai saat ini belum bisa dipahami mengapa tumbuh - tumbuhan
mempunyai begitu banyak GA. Apakah itu bukan suatu "artifac" (tetjadi
selama prosedur ekstrak). Mungkin tidak semua GA yang terdapat dalam
tanaman itu aktif. Perlu penelitian lanjutan mengenai aktivitas dari jenis -
jenis GA yang be bas itu, juga terhadap bentuk - bentuk rerikat dari GA - GA
terse but.

Gamba GA diberikan dengan konsentrasi rendah pada berbagai jenis tanaman


(a). gaharu, (b) anggrek phalaeonopsis sp, (c) vanili sp) memberikan efek
pemanjangan dan pembesaran pada tanaman

C. Sitokinin
Sitokinin berperan penting dalam pengaturan pembelahan sel dan
morfogenesis. Sitokinin yang pertama sekali ditemukan adalah kinetin.
Kinetin bersama-sama dengan auksin memberikan pengaruh interaksi terhadap
d iferensiasi jaringan. Pada pemberian a uksi n d engan konse ntrasi rei a tif ti nggi,
diferensiasi kalus cenderung ke arah pembentukan primordia akar, sedangkan
pada pemberian kinetin yang relatif tinggi, diferensiasi kalus cenderung ke
arab pembentukan primordia batang atau tunas.
F. Skoog dan C.O. Miller menemukan sesuatu zatyang dapat merangsang
pembelahan sel pad a penelitian mereka. Skoog dan Miller meneliti senyawa-
senyawa pada media kultur jaringan yang dapat menumbuhkan kalus yang
berasal dari empelur tembakau. Media dasar terdiri dari hara tanaman, sukrosa,
vitamin dan glisin. Pada media dasar ini kalus tumbuh sangat lambat, tetapi
perrumbuhan ini dapat dipercepat kalau ditambah zat - zat ekstra. Media dasar
ditambah IAA hanya mendorong perrumbuhan kalus dalam waktu yang singkat
72 KULTUR JARINGAN TANAMAN

saja. Media dasar ditambahkan dengan air kelapa, ekstrak ragi dan IAA
sangat mendorong pertumbuhan kalus dalam waktu yang lama.
Asarn nuklet terutarna RNA temyata kaya akan zat- zat yang mendorong
perturnbuhan kalus tersebut. Di dalam penelitian selanjumya zat yang
aktf itu dapat diisolasi dan diidentiftkasikan kemudian dibuat secara sintetik.
Zat tersebut diberi nama kinetin, karena menyebabkan proses pembelahan
sel (sitokinesis).
Kinetin adalah N6 - furfuril adenine suatu turunan dari basa adenine.
Senyawa sintetik yang mempunyai struktur yang serupa dengan kinetin juga
dapat mendorong pembelahan sel - sel kalus tembakau tersebut. Ahli - ahli
fisiologi tumbuhan memberi nama sitokinin yang menggarnbarkan fungsinya
dalarn pembelahan sel (sitokinesis). Kinetin bel urn pemah diisolasi dari jaringan
jaringan tanaman, tetapi dari hasil - hasil khromatografi ekstrak ranaman
diduga kinetin juga terdapat dalam tanaman dalam konsentrasi yang rendah.
Zat-zat dengan aktivitas sitokinin (diuji dengan metode kalus) dapat
diisolasi dari berbagai jenis turnbuhan. I..etharn mengisolasi dan mengidentifikasikan
sitokinin yang terdapat dalam biji jagung muda yang diberi nama zeatin.
Zeatin didapatjuga dari hasil hidrolisis RNA dari kacang buncis, bayam Amerika,
gandum, umbi kentang dan lain-lain tanaman. Salah satu fraksi RNA yaitu
tRNA sangar kaya akan ~eatin. Zeatin terdapat dalam bentuk trans maupun
cis, tetapi bentuk trans lebih umum. Juga bentuk nukleosida dan nukleotida
dari zeatin banyak terdapat dalam ranaman. Hal ini tidak mengherankan sebab
cincin sitokinin yaitu adenine juga terdapat dalarn bentuk nukleosida dan
nukleotida.
Sitokinin lainnya yang banyak terdapat dalam tanaman adalah isopentanil
adenine beserta turunannya isopentenil adenosine. Kedua bentuk isopentenil
ini merupakan bagian dari pada tRNA. Pada zeatin terdapat gugusan hidroksil
(OH) pada rantai samping isopentenil sedangkan pada isopentenil adenine
tidak terdapat gugusan hidroksil pada rantai sarnping isopentenil. Semua sitokinin
endogen rnerniliki isopentenil adenine sebagai struktur dasar. Modifikasi hanya
terdapat pada rantai samping isopentenil atau penambahan gugus pada
posisi 9 dari cincin adenine. Golongan Sitokinin yang lebih sering digunakan adalah
Kinetin dan Benzil amino purin dibanding dengan Zeatin dan 2 iP.

1 . Efek Fisiologis dari Sitokinin


Sitokinin rnempengaruhi berbagai proses fisiologis di dalam tanaman.
Aktivitas yang terutarna ialah mendorong pembelahan sel dan aktiviras ini
KULTUR JARINGAN TAN AM AN 77

Pada keadaan "stress" fisik maupun kimia kandungan ABA itu meningkat
dan segera turun kembali setelah hilangnya "stress". Pada keadaan "stress"
air daun kehilangan turgor dan layu, kandungan ABA meningkat dan stomata
menutup. Jika tanaman diairi, turgor daun menjadi normal kembali dan
konsentrasi ABA menurun. Di sini terlihat bahwa ABA terbentuk di dalam daun
pada waktu "stress" dan diuraikan dan diinaktifkan sesudah tidak ada "stress"
lagi.

F. Senyawa-senyawa Organik Tanaman Lainnya yang


Secara Biologis A.ktif
Selain auksin, giberelin, sitokinin, asam absisik dan etilen, tanaman
juga mengandung banyak senyawa organik lainnya. Banyak dati senyawa-
senyawa tersebut menunjukkan aktivitas seperti zat turnbuhjika diuji pada
ranaman, organ, jaringan a tau sel. Beberapa diantara senyawa tersebut dapat
meningkatkan hasil tanaman pangan dan tanaman sayuran.

1. Fenolik
Sejumlah besar senyawa-senyawa dapat dikelompokkan ke dalam senyawa-
senyawa fenolik terdapat di dalam tanaman. Seyawa- senyawa fenolik sangat
beragam dalam struktur kimianya, mulai dari senyawa- senyawa seperti katecol,
asam kafeik dan aeskulin sampai kepada anthosianidin dan senyawa-senyawa
fenolik yang kompleks. Banyak fenolik merupakan warna pigmen (biru, merah,
kuning,jingga) dan berfungsi dalam pewarnaan tajuk bunga, daun danjaringan-
jaringan. Fenol kebanyakan terdapat dalam bentuk terikat dengan gula dalam
bentuk glukosida (anthosianidin + guJa = antosianin). Beberapa fenol
yang sederhana berfungsi sebagai fungisida dan bakterisida yang kuat yang
melindungi tanaman dati serangan cendawan dan bakteri.
Percobaan dengan berbagaijenis senyawa-senyawa fenoliksintetik (eksogen)
menunjukkan bahwa senyawa - senyawa fenolik menghambat pembelahan
sel, pembesaran sel, pertumbuhan dan perkecambahan biji. Apakah senyawa-
senyawa fenolik endogen mempunyai pengaruh yang serupa, masih terus
diadakan penelitian ke arah itu.

2. Vitamin
Sebagiansudah diuraikan pada bab media kulturjaringan. Vitamin digolongkan
ke dalam vitamin yang larut dalam air dan dalam lemak. Vitamin yang larut
KUL TUR JARINGAN TANAMAN

dalam air termasuk vitamin C (asam askorbat) dan golongan vitamin B yang
terdiri dari vitamin B1 (thiamine), vitaminB2 (riboflavin), vitamin B6 (pyrodoxine),
asam folat, nicotianamide, asam pantetonat, vitamin B12 (kobalamin) dan
biotin. Termasuk vitamin yang larut dalam lemak adalah vitamin A (carotene),
vitamin D, vitamin E, vitamin K, vitamin Q (ubiquinone) dan vitamin F.
Fungsi dari vitamin tersebut pada hewan cukup jelas. Golongan vita-
min B merupakan komponen penting dari koenzim - koenzim yang penting
dalam metabolisme sel- sel, thiamin pirofosfat adalah bagian yang aktif
dari enzim karboksilase; nicotianarnide sebagai komponen NAD dan NADP
dan asam panthetonat adalah bagian dari koenzim A. Vitamin A berpengaruh
pada sistem pigmen, vitamin K adalah komponen dari guinone (elektro transpor
pada proses fotosintesis). Karena vitamin berfungsi sebagai ko-faktor dalarn
reaksi - reaksi enzim, vitamin biasanya terdapat di dalam sel dalarn jumlah
yang kecil.

3. Cyclitols
Steward dkk, rnernpelajari komposisi air kelapa, didapat bahwa fraksi
dari air kelapa mengandung beberapa jenis cyditols yaitu myoinositol dan
suelonositol dalam jumlah yang cukup tinggi. Inositol secara tersendiri tidak
dapat rnendorong pertumbuhan kalus dari wortel, tetapi bersama-sama
dengan fraksi air kelapa yang aktif, inositol dapat mendorong perturnbuhan
kalus tersebut. Inositol juga dapat mendorong pertumbuhan tanaman kalus
lainnya, jika diberi tambahan auksin, kinetin dan vitamin. Tidak diketahui
apakah semua jenis kalus memerlukan inositol, tetapi sekurang-kurangnya
beberapa jenis kalus mutlak rnemerlukan inositol.
Peranan inositol di dalam pertumbuhan kalus belum diketahui sampai
saat ini. Penemuan-penemuan akhir-akhir ini menunjukkan bahwa inositol
ikut berperan di dalam beberapa proses rnetabolisme penting yang berhubungan
dengan pertumbuhan sel. Inositol adalah suatu bahan antara dalam rnengubah
glukosa menjadi asam glukoronat dan asam galakturonat, kedua asam ini adalah
bahan-bahan penyusun dinding sel primer.

4. Bassinolide
Beberapa tahun lalu John W. Mitchell dari USDA Beltsville, Maryland,
mengawali suatu program yang rnenyelidiki tepung sari tanaman sebagai
zat tumbuh tanaman. Ekstrak dari tepung sari bunga "rape" (B. napus) ternyata
dapat rnendorong pertumbuhan kecambah kacang buncis. Bassinolide menaikkan
KUL TUR JARINGAN TAN AM AN 79

basil dari beberapa jenis tanaman seperti lobak, kentang, kacang buncis, selada
jika tanaman tersebut disemprot bassinolide dengan konsentrasi rendah.

5. Tiacontanal (TRIA)
Pada tabun 1977 S.K. Ries dari Michigan State University mendapatkan
bahwa pemberian bubuk daun alfalfa ke dalam media tanah dapat mendorong
pertumbuhan dan menaikkan basil tanaman kedelai,jagung, gandum, padi,
to mat dan wortel. Beliau dan kawan-kawannya selanjumya menemukan bahwa
bahan aktif dalam daun alfalfa itu adalah suatu alkobol alifatik berantai panjang
yaitu 1- hidroksi triacontane.

6 . Hormon Bunga
Pembungaan dapat dikonrrol oleh suatu zat yang mendorong pembungaan
yang ditranslokasi di dalam tanaman. M. Kh. Chailakan seorang ahli fisiologi
tumbuhan Uni Sovyet memberikan nama flo rig en untuk zat tersebut. Beberapa
peneliti mendapatkan bahwa ada ekstrak (florigen) yang dapat mendorong
pembungaan tetapi belurn dapat mengisolasi dan mengidentifikasi zat terse but.
Percobaan-percobaan dengan ekstrak tanaman sukar untuk membuktikan
adanya florigen endogen, oleh karena itu florigen sampai saar ini dianggap
suatu hal yang tentative.

G. Zat Penghambat / Perlambat Tumbuh (Growth


Retarding Chemicals)
Pada tahun-tabun permulaan dalam program screening itu temyata
ditemukan beberapa bahan kimia yang dapat memperpendek perpanjangan
batang dan memperlambat pertumbuhan. Amo 1618 dan Cycocel adalab
suatu senyawa ammonia-kuaternair (atom XI sebagai inti yang mengikuti 4
gugus lainnya), sedangkan fosfon D adalah suatu ikatan fosfonium (P sebagai
inti dengan 4 gugus lainya). Tipe-tipe struktur kimia tersebut adalab serupa
dengan struktur kaolin (choline) suatu molekul yang sangat penting dalam
komponen membrane sel dan mengatur aktivitas membrane sel. Tidak diketahui
apakah Amo 1618, Cycocel dan Fosfon D berantagonisma atau mengbambat
aktivitas kolin.
8o KUL TUR JARINGAN TANAMAN

H. Senyawa Metabolit Sekunder Tanarnan: Alelokimia


Tanaman banyak mengandung zar- zat yang fungsinya belum jelas di
dalam tanaman. Tidak cliyakini bahwa tiap - tiap zat mempunyai fungsi fisiologis
di dalam pertumbuhan tanaman. Pada umumya zat - zat tersebut disebut
zat- zat tanaman sekunder (secondary plant substances). Zat-zat ini memegang
peranan penting eli dalam interaksi antara spesies tanaman maupun antara
tanaman dengan organisme lainnya.
Interaksi alelokimia yang lain adalah antara spesies tanaman. Spesies
tanaman tertentu mengeluarkan senyawa- senyawa kimia yang menghambat
pertumbuhan spesies tanaman yang lain, yang dikenal dengan istilah alelopati
(allelopathy). Zat alelopati ini dapat dilepaskan dalam bentuk senyawa-
senyawa yang mudah menguap atau dalam bentuk yang mudah larut. Senyawa-
senyawa tersebut dapat dilepaskan dalam bentuk aktif atau bentuk non
aktif, tetapi di udara atau di tanah zat - zat yang tidak aktif dapat di konversikan
ke dalam bentuk yang aktif. Naringenin adalah suatu flavonine yang diisolasi
dari mata tunas yang dorman dari tanaman Peach dan diperkirakan zat ini
berperan dalam proses dormansi mata tunas tersebut. Dormansi mara tunas
dari kebanyakan tanaman dikendalikan oleh asam absisit. Tidakjelas apakah
asam absisit dan naringenin bekerja sama dalam mengendalikan dormansi
mara tunas tanaman Peach tersebut. Naringenin adaJah suatu ikatan polifenolik
dan sangat menghambat pertumbuhan koleoptil avena.
Gambar rumus bangun beberapa Zat Pengatur Thmbuh (ZPT) tertera
dibawah ini.
Auksin yang sering digunakan dalam Kultur Jaringan Tanaman adalah
(atas kebaikan beberapa ternan):
1) IAA (Indole Acetik Acid) dengan berat molekul 175.19

_____,/
.....,_ CH2 COOH
KULTUR JARINGAN TANAMAN 81

2) 2,4-D (2,4- dichlorophenoxy acetik acid), berat molekul 221.04

Cl

C l - d - 0 CH2 COOH

3) Napthyl Acetic Acid, berat molekul 186.21, NAA (Naphtalcine Acetic


Acid)

CH2COOH

OJ
4) IBA (Indole Butyric Acid) , berat molekul 203.24

____;;/CH2CH2CH2COOH
...,__

~
I
N
I
H

5) NOA (Naphtoxy Acetic Acid), berat molekul 202.21

0 CH2 COOH

o:)
KULTUR JARINGAN TANAMAN

6) 4- CPA (4- Chlorophenoxy Acetic Acid), berat molekul 186.60

crQ- 0 CH2 COOH

7) 2,4,5- T (2,4,5- TrichloroAcetic Acid), berat molekul 255.49


Cl

Cl -Q-o
/
CH2 COOH

Cl
8) Dicamba (3,6- Dichloro Anisic Acid), berat molekul 221.04

b-COOH
"\. Cl

9) Picloram (4- Amino- 3,5,6,- Trichloro Picolinic Acid), berat molekul241

Cl

Cl COOH
10) 1M conjugate: IAA sp (Indole Acetylaspartic Acid).

COOH
I
N-CH
I
N H CH2

I
H COOH
KUL TUR JARINGAN TANAMAN 83

Sitokinin yang biasa digunakan dalam kultur jaringan adalah :


1) Kinetin (6- furfuryl amino purine), berat molekul 215.25

I
H
2) Zeatin (3- methyl- trans- 2- butenyl amino purine), berat molekul219.25

CH2-CH=C
I ~CH 2 0H
NH

tJC> N N
I
H
3) 2iP (N6- 2- isopentanyl adenine) a tau 6- (t,t- dimetyl allyl amino purine),
berat molekul 203.21
84 KULTUR JARINGAN TANAMAN - - - - - - - - - - - -

4) BAPI BA (6- benzyl amino purine I 6- benzyl adenine), berat molekul 225.26

(H'-o
NH

cXN> N N
I
H
5) PBA (SD 8339): 6 (- benzylamino) - 9- (2- tetrahydropyranyl) - 9H-
purine, berat molekul 309.37
KUL TUR JARINGAN TANAMAN 8S

6) 2Cl- 4 PU: N (2- chloro- 4pyridyl) - N- phenylurea, berat molekul247.69

bNHcoNHD
7 ) 2,6- C 1- 4 PU: N (2,&- d.ichloro-4 pyridyl)- N- pnenylurea, beratmolekul282.13

Cl

ND_ HCO N~
Cl
8 ) Thidiazuron (N- phenyl· N- 1,2,3- thiadiazol- 5- yL- urea), berat molekul220.25

N
I~
~s_)l "- co D
NH NH

Zat-zat pengatur tumbuh yang lain, yaitu:


1. Zat Pengatur Tumbuh Abscisic acid

2. Zat Pengatur Tumbuh Paclobutrazol

n
Cl OH

a
~-
C= <f_JH-C(CH)
I J 33
H N

0
86 KULTUR JARINGAN TANAMAN

3. Zat Pengatur Tumbub Ancymidol

Ancymidol

4. Zat Pengatur Tumbuh Chlormequat chloride

.
,/)
Cl
N cr
l,_. '
cr

A.\lO 1618

5. Zat Pengatur Tumbuh Myo Inositol. Beberapa peneliti menggolongkan


Myo Inositol kedalam zat pengatur tumbuh.

QH
HOI.1 ,,,0H

HO''' y
OH
'''OH

6. Zat Pengatur Thmbuh 200 px Claro Indole Acetic Acid


KUL TUR JARINGAN TANAMAN 87

7. Zat Pengatur Turnhuh Vzorec Absicic

OH

8. Zat Pengatur Tumbuh 120 Px Giberelin 4520

9. Zat Pengatur 1\rmbuh 800 px Giberelin A1

10. Zat Pengatur Tumbuh Brassinolide


88 KULTUR JARINGAN TANAMAN

Pertanyaan:
1. Ada dikenal 5 golongan fitohormon dalam mendukung penumbuhan
tanaman yaitu, kecuali :
a. Auksin
b. Sitokinin
c. Giberelin
d. Hormon
(Kunci Jawaban : D, Tipe Soal C)
2. Senyawa organik bukan nutrisi yang aktif dalam jumlah yang kecil
(10·6 - 10·5 mM) yang disintetiskan pada bagian tertentu dari tanaman
dan pada umumnya diangkut ke bagian lain tanaman dimana zat tersebut
menimbulkan tanggapan secara biokimia, fisiologis dan morfologis.
Hal itu merupakan pengenian dari :
a. Zat Tanaman
b. Hormon Tanaman
c. Senyawa Organik Tanaman
d. Zat Aktif Tanaman
(Kunci Jawaban : B, Tipe Soal C)
3. Suatu gas jari pembakaran gas yang tidak sempuma dari senyawa-senyawa
yang kaya akan ikatan karbon seperti batu bara, minyak bumi dan gas alam
disebut dengan :
a. Etilen
b. Sitokonin
c. Giberelin
d. Asam Absisik
(Kunci Jawaban : A, Tipe Soal C2)

GLOSARIUM
Hormon:
Pembawa pesan kimiawi antarsel atau antarkelompok sel
Tropisma:
Hasil respon terhadap peransang yang dating dari luar sepeni cahaya
(foto-tropisma, gravitasi (geotropisma), sentuhan, kimia, dan elektris)
Meristem apical:
Meristem yang terdapat pada ujtu1g akar dan pada ujung batang. Meristem
apikal selalu menghasilkan sel-sel untuk tumbuh memanjang
KUL TUR JARINGAN TANAMAN

Absisi
Lapisan sel pada daerah absisi yang dapat memisahkan bagian-bagian
tumbuhan satu sama lainnya misal daun, cabang, bunga, atau buah
Herbisida:
Senyawa a tau material yang disebarkan pada lahan pertanian untukmenekan
a tau memberantas tumbuhan yang menyebabkan penurunan hasil (gulma)
Giga ntisme:
Kondisi seseorang yang kelebihan pertumbuhan, dengan tinggi dan besar
yang di atas normal. Gigantisme disebabkan oleh kelebihan jumlah honnon
pertumbuhan
Partenokarpi:
Merupakan gejala terbentuknya buah tanpa melalui proses pembuahan
inti generatif terhadap sel telur
Dormansi:
Suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialarni organisme hidup atau bagiannya
sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak mendukung pertumbuhan
normal
Morfogenesis:
Semua perubahan bentuk dan letak (lokasi) dari sebuah a tau sekelompok
sel atau jaringan.
Khromatografi :
Suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan pola pergerakan
antara fase gerak dan fase diarn untuk memisahkan komponen (berupa molekul)
yang berada pada larutan
Etilen:
Suaru gas dari pembakaran gas yang tidak sempurna dari senyawa-senyawa
yang kaya akan ikatan karbon seperti batu bara, minyak bumi dan gas alam
Inositol:
Suatu bahan antara dalam mengubah glukosa menjadi asam glukoronat
dan asam galakturonat, kedua asam ini
Alifatik:
Senyawa organik yang tidak mempunyai gugus fenil
Allelopati:
Suatu fenomena alarn dimana suatu organisme memproduksi dan mengeluarkan
suatu senyawa biomolekul (disebut alelokimia) ke lingkungan dan senyawa
tersebut memengaruhi perkembangan dan pertumbuhan organisme lain di
sekitarnya
90 KUL TUR JARINGAN TANAMAN

Multiplikasi:
Kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan rnenanam eksplan pada media
Gynogenesis:
Embrio yang berasal dari ovary yang belum dibuahi
Androgenesis:
Proses terbentuknya embrio dari kultur amher atau mikrospora.
BAB V
PEMULIAAN TANAMAN SECARA
IN VITRO

Kompetensi Dasar :
1. Mampu menerapkan prinsip kultur jaringan pad a seleksi
jaringan, transfer eksplan, inkubasi dan aklimatisasi.
2. Mampu menulis "Critical book report" untuk 3 bab tpik
kultur jaringan (kultur sel, kultur kalus; tanaman hap-
loid; kultur protoplasma), dengan kriteria tertentu.
3. Mampu mendesain "mini research" untuk perbanyakan
tanaman melalui kultur jaringan.

Penyediaan bibit untuk mengembangkan suaru tanaman atau untuk


skala produksi merupakan salah saru aspek dan tahapan yang sangat penting.
Untuk perkebunan, akan memerlukan bibit dalamjumlah yang sangat besar,
seragam, varietas ungul, bebas hama dan penyakit serta ketersediaannya harus
continue.
Beberapa tanaman hortikultura, tanaman berkayu, tanaman pangan
banyak yang sulit diperbanyak dengan konvensional baik secara generatif
ataupun vegetatif. Contohnya adalah tanaman manggis, untuk penyediaan
bibit sampai saat ini masih terkendala, karena jumlah bijinya yang sedikit
serta perrumbuhannya yang lambat hingga mencapai umur 10 tahun baru
dapat berbuah. Tehnik kultur jaringan sampai saat ini masih terus mencari-
cari alternatif untuk memecahkan persoalan ini.
Dengan berkembangnya teknik in - vitro ini, beberapa kendala dalam
perbanyakan tanaman/ penyediaan bibit untuk beberapa jenis tanaman
sudah dapat di atasi.
Jenis tanaman yang diperbanyak dengan teknik kultur jaringan terutama
bertujuan unruk pemecahan masalah seperti : rendahnya perkecambahan biji,

91
92 KUL TUR JARINGAN TANAMAN

tanaman-tanaman hibrida yang tetua jantannya steril, tanaman langka,


tanaman yang diperbanyak secara vegetatif.
Dinegara maju seperti Amerika, Jepang, negara Eropa, teknik kultur
jaringan sudah berkembang pesat, tidak hanya untuk perbanyakan, tetapi
juga untuk tujuan:
1. Mendapatkan tanaman- tanaman bebas penyakit, terutama virus,jamur,
bakteri.
2. Memproduksi senyawa metabolic sekunder.
3. Perbaikan tanaman melalui :
Manipulasi jumlah kromosom
Polinasi invitro
Penyelamatan embrio
Pembuatan tanaman haploid melalui kultur anther dan kultur ovul
Pembuatan tanaman hibrida somatik melalui fusi protoplas intraspesifik
dan imerspesifik
Transfer DNN gen/ organel untuk sifat yang dikehendaki
Mendapatkan tanaman yang memiliki variasi somaklonal.
4. Pelestarian plasma nutfah

A. Perbanyakan Tanaman (Organogenesis) :


Eksplan yang ditanam pada media yang tepat, akan dapat beregenerasi
dengan proses yang disebut organogenesis yaitu proses terbentuknya organ-
organ, seperti: pucuk dan akar. Namun terdapat istilah tunas adventif: yaitu
tunas yang terbentuk tidak pada tempatnya.
Bagian tanaman sebagai sumber eksplan seperti kotiledon, hipokotil,
dan kalus, banyak digunakan dalam studi morfogenesis untuk menghasilkan
sejumlah planlet. Ilmu fisiologi dan biokirnia sangat diperlukan untukmempelajari
morfogenesis. Morfogenesis dari embrio somatik sangat pesat diteliti sejak
tahun 1980 an. Dicatat ada 130 spesies dan berhasil menunjukkan sel bipolai;
khususnya pada tanaman Cereal, rumput-rumputan, legum dan conifer.
Organogenesis dan embriogenesis tanaman sangatterganrung pada kemampuan
sel tersebut dalam beregenerasi. Peneliti-peneliti terdahulu memulai penelitian
dan mengalami kegagalan dalam meregenerasikan suatu jaringan menjadi
tanaman.
Keterbatasan pengetahuan tentang zat pengarur rumbuh menjadi hambatannya.
KUL TUR JARINGAN TANAMAN 93

Setelah ditemukan bahwa Auksin dan Sitokinin serta zat pengatur rumbuh
lainnya, sangat berperan dalam proses diferensiasi sel menjadi organ tertentu,
maka kendala untuk organogenesis dan embriogenesis tanaman dapat dieliminir.
Walaupun banyak tanaman dapat diregenerasikan namun masih banyak
tanaman, terutama tanaman tropik, belum sepenuhnya dapat dimengerti
mekanisme regenerasinya sehingga masih ada kendala dalam regenerasinya
dan sampai saat ini masih terus dilakukan penelitian untuk hal ini, dengan
berdasar pada percobaan terdahulu yang memberi Iatar belakang yang sistematis
untuk pemecahan masalah.

1. Kultur Pucuk
Perbanyakan tanaman melalui kultur pucuk telah banyak dilakukan
pad a laboratorium kultur jaringan komersial. Ada 2 cara yang dapat dilakukan
untuk kultur pucuk yaitu:
Melalui kultur pucuk (Shoot tip culture).
Melalui kultur mata tunas (single node culture):

Tujuan dari kultur pucuk adalah untuk perbanyakan secara vegetatif pada
tanaman. Bagian tanaman yang digunakan sebagai eksplan adalah ujung
tunas lateral, atau terminal dengan ukuran kira-kira 20 mm. Pengaruh dominansi
apikal dapat dihilangkan dengan menggunakan ZPT terutama Sitokinin kedalam
medium, yang akan menghasilkanjumlah tunas yang banyak. Ukuran pucuk
mempengaruhi keberhasilan kultur ini, pucuk berukuran lebih besar lebih
cepat berkembang dan lebih tahan sehingga lebih banyak menghasilkan tunas
aksilar.
Robbins pada tahun 1922 merupakan orang pertama yang melakukan
kultur pucuk, setelah itu perkembangannya lambat. Baru tahun 1970-an
banyak dipublikasikan hasil penelitian dengan menggunakan teknik ini.
Faktor penyebab digunakannya teknik kultur pucuk untuk tujuan komersial
adalah:
1. Metode kultur pucuk dapat diterapkan pada berbagai jenis tanaman
dengan menggunakan prinsip yang sama.
2. Memungkinkan untuk mendapatkan I mengontrol tunas yang dihasilkan
adalah bebas virus.
3. Tanaman yang dihasilkan secara genetik seragam dan true to type
4. Pada banyak tanaman, memiliki laju perbanyakan yang tinggi
94 KULTUR JARINGAN TANAMAN

Pada kultur pucuk, eksplan yang digunakan adalah pucuk apikal atau
lateral yang mengandungjaringan meristematis. Pada kulrur pucuk, banyak
digunakan medium dengan konsentrasi sitokinin tinggi untuk mendorong
pembentukan tunas aksilar.
Teknik kultur mata tunas lebih mengunrungkan untuk diterapkan jika
mempunyai tujuan mengelirninir perubahan genetik, narnun laju multiplikasinya
lebih rendah dibanding dengan kultur pucuk. Untuk perbanyakan kentang
skala besar dalarn rangka mendapatkan kenrang bebas fusarium, kultur ini
sudah diterapkan di PAU IPB (Wattimena, 2000).
Eksplan untuk kultur rnata tunas adalah rnata tunas aksilar dari kecarnbah
atau tanaman dewasa. Media yang digunakan hampir sama dengan kultur pucuk,
sering ditambahkan giberellin untuk pemanjangan tunas untuk memperrnudah
pernisahan tunas - tunas yang terbentuk. Teknik ini banyak digunakan pad a
tanaman: krisan, daun dewa, kentang.

Garnbar pucuk tanaman gaharu in vitro ini dapat digunakan sebagai sumber
eksplan baru

2 . Embriogenesis
Embriogenesis adalah proses terbentuknya embrio sornatik. Ernbrio
somatik adalah ernbrio yang bukan berasal dari zigot, tetapi berasal dari
sel biasa dari jaringan tanaman. Jika embrio terbentuk dari kultur anther
a tau mikrospora, maka prosesnya disebut: androgenesis. Embrio yang berasal
dari ovari yang belurn dibuahi disebut gynogenesis. Tanaman lengkap yang
berasal dari regenerasi pada teknik kultur jaringan disebut planlet.
Norstog (1979) menyimpulkan bahwa pada proses embriogenesis somatik
selalu didahului oleh pembentukan kurnpulan sel yang bel urn terdiferensiasi,
seperti protocorm dan dari protocorm kemudian terbentuk proembryonic bud.
Biji- biji anggrek (seperti tanaman sa profit atau semi parasit) mengandung
KUL TUR JARINGAN TANAMAN 95

embrio yang berdiameter kira- kira 0,1 mm, tidak mengandung endosperm
a tau kotiledon. Saat berkecambah, embrio ini akan membentuk protocorm
(srruktur seperti corm) yang berwama hijau dan mampu berfotosintesis, runas
dan akar baru akan terbentukjika senyawa - senyawa organi.k di dalam protocorm
cukup.
Kemampuan untuk membentuk em brio aseksual dari jaringan ovular
tanpa terjadinya fusi sel a tau inti, dikenal sebagai apomiksis a tau embrio somatik
Pembemukan embrio somatic dapat berasal dari: sel - sel somatik dip-
loid didalam kantung embrio (apospori), sel- sel nusellus (nucellar embryoni),
sel somatik yang berasal dari eksplan yang dikulturkan.
Secara in- vitro, embrio somatik dapat terjadi dari sel - sel somatik yang
berasal dari eksplan yang dikulturkan.
Embrio somatik yang dihasilkan secara in - vitro dapat berasal dari:
Kultur anther
Kultur suspensi
Kultur kalus

Kultur kalus umumnya dapat dihasilkan pada media padat dengan


penambahan ZPT 2,4 D. Untuk perkembangan kalus menjadi embriogenik,
tidak diperlukan auksin, karena akan mengganggu morfogenesis. Suspensi sel
ernbriogeni.k pada umurnnya di inisiasi dari kalus embriogenik yang dikulturkan
dalam medium cair.
Pembentukan embrio somatik yang berasal dari kalus dan kultur suspensi
sel, telah banyak dilakukan. Kalus yang berasal dari inisiasi awallebih mampu
beregenerasi membentuk embrio somatik dibanding kalus hasil sub- kultur.

3. Kultur Embrio
Kultur embrio adalah memisahkan em brio yang bel urn dewasa I dewasa
secara steril dan menumbuhkannya secara in- vitro, dengan maksud memperoleh
tanaman yang via bel. Penelitian tentang kultur em brio dimulai oleh Hanning
pada tahun 1904 dengan menggunakan tanaman Rapanus. Embrio yang
dipisahkan dari bakal biji dalam berbagai tingkat perkembangan membutuhkan
makanan yang optimal untuk pertumbuhannya.
Berdasar makanan yang dlbutu.hkan selama perl<embangan, fuse peri<embailc,aan
embrio dibedakan atas:
KULTUR JARINGAN TANAMAN

1. Fase heterotrofik: bentuk embrio dalam fase akhir ini berbentuk bulat
dan sangat tergantung pada endosperm sebagai sumber makanan.
2. Fase autotrofi.k: bentuk embrio dalam fase akhir ini berbentuk hati, embrio
tidak tergantung lagi pada makanannya.

Pada prinsipnya ada 2 ripe kultur embrio:


1. Kultur embrio muda (immature embryo) berasal dari biji yang bel urn masak.
Tipe ini digunakan untuk menghindari keguguran (abortive) embrio,
hingga dihasilkan tanaman yang viabel. Tipe ini sangat sulit, terkait dengan
cara pengirisan sumber eksplan dan nutrien yang dibutuhkan. Sudarsono
(2003), men&oounakan sumber eksplan embrio kedelai muda untuk penelitian
mencari kedelai tahan kering, Armini (2011), menggunakan embrio muda
kelapa sawit untuk program breeding lanjutan
2. Kultur embrio dewasa, berasal dari biji yang masak. Tipe ini relatif mudah,
penggunaan medium sederhana dengan mineral-mineral pada urnumnya.

Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan kultur embrio:


1. Genotip. Perbedaan kultiva.J; menyebabkan timbulnya embrio yang mudah
dan sukar dikulturkan.
2. Tingkat perl<embangan embrio. Embrio yang masih kecillebih sulit dikulturkan
dibanding dengan embrio yang sudah berkembang.
3. Kondisi pertumbuhan tanaman induk. Tanaman induk yang terkontrol
biasanya menghasilkan sumber embrio yang lebih baik.
4. Komposisi media. Komposisi media untuk embrio awal dan dewasa sangat
berbeda.
5. Oksigen, cahaya, temperatur.

Kegunaan kultur embrio:


l. Memperpendek siklus breeding
2. Uji kecepatan viabilitas biji
3. Untuk memperbanyak tanaman langka
4. Memperoleh hibrid yang langka

4. Kultur Meristem dan Mericlone


Kultur meristem adalah kultur yang menggunakan eksplan yang berasal
dari jaringan meristem, biasanya diperoleh dari meristem apikal a tau meristem
tunas aksilar. Pada ujung pucuk,jaringan ini berada dibagian dalam, oleh karena
KULTUR JARINGAN TANAMAN 97

itu, untuk mengambil jaringan ini agar dapat digunakan sebagai eksplan,
kita membutuhkan mikroskop.
Jadi pada setiap pengambilan sampel, terlebih dahulu dilakukan pengirisan
bagian pucuk secara transversal, lal u jaringan meristem yang tertutupi oleh
primordia daun akan dapat diambil, semua kegiatan ini dilakukan dibawah
mikroskop.
Aplikasi kultur meristem ini adalah untuk: mengeliminir penyakit, terutama
virus, karena jaringannya jauh berada dibagian dalam, sehingga penetrasi
penyakit diharapkan belum menjauhkanjaringan ini, penyimpanan plasma
nutfah bebas virus
Kultur meristem telah banyak diterapkan pada berbagai tanaman. Pada
anggrek cymbidium, ternyata dengan teknik ini dapat dihasilkan kelipatan jurnlah
planlet di banding kultur lainnya. Tanaman yang dihasilkan dari kultur meristem
ini berasal dari jaringan vegetatif, sehingga planlet yang dihasilkan berupa
klon (seragam).
Umuk pelaksanaan perbanyakan rnikro dengan teknik kultur jaringan
ini, apabila kita menggunakan eksplannya adalah daerah meristem pucuk
(yaitu bagian ujung dari pucuk, dimana jaringannya terdapat dibagian dalam
dan banyak dilapisi oleh jaringan- jaringan primordial yang nantinya akan
membentuk tunas dan daun) yang berukuran sangat kecil ( ± 0,2 mm ), dan
dalam pelaksanaannya digunakan perlakuan pemberian zat kimia untuk membunuh
penyakit, maka hasil yang diperoleh kemungkinan besar adalah be bas patogen.
Tanaman yang dihasilkan dari kultur meristem disebut meriklon (mericlone).
Saat ini sudah banyak beredar anggrek meriklon terutama, Vcmda dan Cymbidium,
karena harganya yang cukup mahal. Namun sayangnya anggrek-anggrek
tersebut adalah hasil import dari negara Taiwan. Tanaman meriklon lainnya
adalah kedelai, kentang, anyelir, capsella.
Melalui kultur meristem, jaringan meristem sebagai sumber eksplan
dapat langsung diregenerasikan untuk membentuk tunas dengan subkultur
berulang dan menggunakan variasi ZPT, a tau melalui fase kalus terlebih dahulu,
seperti yang telah dilakukan ahli kultur jaringan Morel, yang memperoleh
meristem pucuk anggrek yang be bas virus, kemudian dikulturkan membentuk
kalus, kemudian dikulturkan untuk membentuk protocorm dan akhirnya dikulturkan
umuk berdifrensiasi lebih lanjut guna membentuk tunas dan akar.

5 . Kultur Akar
Umuk pembuatan kultur akar, pertama yang harus dilakukan adalah
KULTUR JARINGAN TANAMAN

mengisolasi akar dan menumbuhkannya dalam media cair kemudian di shaker


(digojok) dengan kecepatan tenentu. Media yang diberikan adalah umumnya
medium dasar (umumnya medium White) dengan penambahan garam-
garam mineral yang sedikit berlebih seperti yodium dan besi, namun tergantung
dari jenis tanamannya.
Penambahan ZPT umumnya adalah auksin, karena untuk menginduksi
terbentuknya ak~ sitokinin tidak dibutuhkan didalam kultur akar ini. Banyak
keberhasilan kultur akar yang telah diperoleh, namun spesies yang berbeda
memiliki respon yang berbeda dalam kultur ini.
Kultur akar saat ini yang dikembangkan adalah kultur akar berambut
(hairy root). Kultur akar berambut diperoleh dengan menginokulasikan suspensi
bakteriAgrobacterium rhizogenes pada bagian tanaman yang dilukai (pembahasan
lebih lanjut pada produksi metabolic sekunder)

B. Kultur Protoplas dan Fusi Protoplas


Pro top las adalah sel dalam keadaan telanjang. Fusi protoplas (yang terjadi
didalam sel tanpa campur tangan manusia) adalah proses alamiah yang
terjadi pada tumbuhan rendah sampai tingkat tinggi. Pada proses pembuahan
terjadi penyatuan gametjantan (sub protoplas) dengan garnet betina (pro toplas)
menjadi zigot (hibrida seksual). Sel-sel tanaman tingkat tinggi berhubungan
satu dengan lainnya melalui plasmodesmata, hubungan sel melalui plasmodesmata
ini merupakan fusi protoplas dengan protoplas tetapi terjadi secara alamiah.
Modifikasi genetik dengan fusi protoplas berrujuan umuk:
1. Mengatasi masalah Incompatibilitas
2. Mengatasi masalah Sterilitas
3. Mendapatkan sifat yang diinginkan
4. Melalukan fusi sel guna menghasilkan hibrida somatik
5. Mendapatkan tanaman be bas virus, penyakit.
6. Mendapatkan tanaman dengan variasi somaklonal yang baik

Pro toplas dapat diisolasi secara mekanik dengan menggunakan prinsip


proses plasmolisis sel, juga dapat diisolasi secara enzimatis. Umumnya
saat ini digunakan cara terakhir ini. Enzim-enzim yang digunakan untuk meng-
isolasi protoplas antara lain: sellulase, driselase, zymolase, pectiolyase, pectinase,
hemisellulase, maserase.
Sumber protoplas yang umum untuk diisolasi adalah: daun (paling
KULTUR JARINGAN TANAMAN 99

sering digunakan), pucuk, buah, akar, nodul akar. Jaringan mesofil daun
(diutamakan berasal dari in -vitro) yang paling mudah dtisolasi karena sustmannya
yang jarang sehingga penetrasi enzim lebih cepat.
Seluruh rangkaian isolasi protoplas, menuntut sterilitas lebih tinggi
dibanding dengan kultur in - vitro biasa, hal ini dikarenakan kita bekerja
dengan sel telanjang. Media untuk mengkulturkan protoplas maupun hasil
fusi protoplas umumnya adalah media MS a tau BS, dengan berbagai modifikasi
garam mineral dan ZPT.
Osmotikum sangat dibutuhkan mulai dari proses isolasi, mengkulturkan
hasil fusi protoplas, hingga terbentuk din ding sel. larutan osmotikum biasanya
digunakan mannitol dan sorbitol. Setelah dinding sel terbentuk maka harus
diteteskan media tanpa mannitol atau sorbitol, untuk menurunkan tekanan
osmotik. Jika tekanan osmotik tetap tinggi pembelahan dan regenerasi sel
menjadi terhambat.
Fusi sel (protoplas) tanaman dilakukan dengan cara memfusikan 2
macam protoplas yang sama atau berbeda.
Teknik fusi protoplas yang dikembangkan saat ini :
Fusi antara protoplas dengan protoplas
Fusi antara sub proroplas dengan protoplas
Fusi antara sub protoplas dengan sub protoplas. Sub protoplas terdiri
dari: sitoplasma (protoplas tanpa inti), inti (karioplas, protoplas mini),
kloroplas, mitokondria.

Pada gambar dibawah ini terlihat 1). Cacahan daun pada larutan enzim,
untuk mendapatkan protoplas, 2). Tahapan isolasi protoplas. (atas kebaikan
Bapak Dr.Agus Purwito, BDP IPB) :
100 KULTUR JARINGAN TANAMAN

Sd:~ ~"'
~ --
P.-i"'torl~s dir'~t
h:.ti
/
t1.\Ci

uI .. I I ,;:~. .. IIi
lij:un I

-ca.:aa
- ..c::::l
-.c;t,4i~
d 2!2m bo"Vbn c.tUiM
UILul~ pow'b 17C_
t~cmur
mC"l~u
~I ~tT,ra:e1i
Pt"OICIPI-•<s

-·M~r .~:·'i ·~
CaCll-Mo:att,tol

I Obk .......
8. -~ - u • - 'o"'."" ~

--- - - -~

Gan>l>:>r· 1 alnpan b;obsi pmtoplas

Berikut adalah proses isolasi, fusi, regenerasi rnenjadi tanarnan (atas


kebaikan Bapak D:r:Agus Purwito, BDP IPB) :
KULTUR JARINGAN TANAMAN 101

Gambar A; J>rotoplas segar beberapa saat setelab i:;olasi, B• Koloni-koloni


sel (miboka!J) berun= 2 ming~ !il:tea~ ~aburn, Cr n~okah
dalam pcmbesaran 10 kal~ D,. Mikrokah dttana_m ~lam med 1~
regcnerasi, E dan F• Regcocrns• miUokah _menjadttanaman, G-
RcgeJJeran setelah dipinduhkao dalam medtu~ MS_tunpa hormon,
dan H= Alditnatisasi tanaman asal protoplas dt pohhng

Proses fusi protoplas dapat dilakukan secara kimia dan secara fisik
dengan menggunakan alat elektrofusi. Dibawah ini adalah gambar peralatan
elektrofusi protoplas (atas kebaikan Bapak Dr.Agus Purwito, BDP IPB) :
102 KULTUR JARINGAN TANAMAN

G3Jllixlr Oeralatan elelaro tim protoplas yana terdiri dan AI .. Gc:nr~to arus
AC, A2= Generator aros OC, A3• M icro~p tn~'Cled. A4- Kamera.
A5"0slk)slcop, 8= Elelaroda paralel dengan pembcntt botol kcx:1l yang
diletakkao pada litik paodang m.ikrosk<>p dan C• Flckirod.a J!Ql81el
KULTUR JARINGAN TANAMAN 103

Gan~br t>roses eldctro fusi protoplas 1\ l'rotoplas scgar hasi1 iS<IIast, B. Protopl.'s
rncmbcntuk nnw alr.:ibllt ipl\k~ arus AC, C. protoplas berfusi hasil apli-
ka.~ arus I>C. 0. Sd )'lint! bec;~SAJ dar• pro1opl<&s yang SiClU<~t membelah,
t-~ miluobh dalatn mc:dit•m re~c n ens. F dan G. Regene:-as• kalus n..e'V:!dl
CJ.4n~otlAra

Proses elektrofusi protoplas (atas kebaikan Bapak Dr.Agus Purwito, BDP


IPB):
104 KULTUR JARINGAN TANAMAN

'---- - - - - - -------·---
Garnbar . Skeroa kettlllllf>ktnan d~rib"' r--"ontliiH dan suopb<mil. Jl'l(ta
<¢1 hasil hibt idosa<i wm:ui\: dJn hJbrldo>M i ><"ksu•l

Skema kemungkinan distribusi genom inti dan sitoplasmik pada sel


hasil hibridisasi somatik dan hibridisasi seksual (atas kebaikan Bpk Dr.Agus
Purwito, BDP IPB) :

C. Kultur S el dan Kultur Kalus


1. Kultur kalus
Pada awalnya kultur kalus bertujuan unruk mempelajari proses dediferensiasi
dan diferensiasi sel dan jaringan pada kultur in - vitro dan memperoleh kalus
dari eksplan yang dikulturkan. Saat ini kultur kalus dan suspensi sel banyak
dilakukan dalam penelitian untuk menghasilkan metabolic sekunder.
Kalus adalah kumpulan massa sel yang amorphus yang terdiri dari sel-
sel I jaringan - jaringan yang mernbelah diri terus - menerus. Kalus tersusun oleh
KULTUR JARINGAN TANAMAN 105

sel-sel parenkim yang mana ikatannya dengan sellainnya sangat renggang.


Jaringan ini belurn mengalami diferensiasi lanjut. Untuk mengindul<si terbentuknya
tunas, diperlukan media regenerasi, dengan modifikasi ZPT.
Kemarnpuan jaringan dalam membentuk kalus sangat terkait dengan:
Umur fisiologi jaringan waktu isolasi dilakukan. Jaringan yang masih
meristematis lebih mudah penanganannya dibanding jaringan yang
sudah berdifrensiasi.
Musim pada saat tanaman di isolasi.
Jenis tanaman. Jenis tanaman berkayu seperti manggis sangat sulit
untuk mendapatkan kalus yang vriable.
Bagian tanaman yang di isolasi, bagian yang sudah tua akan memerlukan
modifikasi dengan merejuvenilisasikan selnya kembali

Medium yang digunakan untuk kultur kalus adalah medium dasar dengan
rnodifikasi ZPT, umumnya digunakan auksin 2,4- D, kadang- kadang digunakan
bahan organik kompleks seperti sari pisang, air kelapa, yeast ekstrak.
Eksplan yang digunakan untuk menginduksi kalus adalah: batang, akat;
daun, embrio, kotiledon dan lainnya. Eksplan awal ini kemudian ditempatkan
pada media padat. Kalus yang tumbuh, harus disubkultur ke media baru
dalam kurun waktu tertentu, agar ketersediaan hara dan airnya tetap ada
dan mencegah terhambatnya pertumbuhan kalus akibat keluarnya senyawa-
senyawa basil rnetabolisme kalus tersebut.
Subkultur dapat dilakukan ke media yang sama atau media regenerasi.
Hal ini tergantung kepada tujuan subkultur tersebut. Untuk tujuan menghasilkan
senyawa I metabolit sekunder makajangan menggunakan media regenerasi.
Narnun, sub-kultur yang berulang-ulang dengan surnber eksplan yang terdiri
dari sel-sel yang heterogen dapat menyebabkan perubahan berupa:
Aberasi krornosom; dapat terjadi pematahan kromosom, mengakibatkan
terjadinya mutasi gen
Poliploidi, yang disebabkan oleh pembelahan krornosom yang tidak
diikuti dengan terbentuknya dinding sel anak, sehingga tetjadi penggandaan
jumlah kromosorn.
Delesi, Translokasi, Substitusi

Untuk melakukan praktekkultur kalus,dari pengalaman penulis menunjukkan,


penempatan pada daerah gelap tanpa sinar akan lebih memacu pembentukan
kalus. Hal ini dapat kita pahami bersama karena untuk proses pembentukan
kalus, zat pengatur tumbuh yang sangat berperan adalah auksin. Auksin akan
106 KULTUR JARINGAN TANAMAN

sangat baik bekerja dengan kondisi gelap, sementara dengan adanya cahaya
maka kerja auksin akan terganggu, sehingga kalus yang dihasilkan juga
tidak baik kualitasnya.
Perlakuan membungkus dengan kain hiram pada tanaman yang akan
diinduksi kalusnya, pada tanaman krisan menunjukkan respon yang sangat
baik, dengan memperlihatkan kurnpulan kalus yang terbetu.k lebih banyak
dibanding botol yang tidak dibungkus kain hiram.
Kalus yang baik adalah kalus yang vriable dan mempunyai spot-spot
hijau pada permukaan atasnya. Kalus yang padat akan sulit beregenerasi
membentuk embriosomatik dan tunas.

Gambar a). Kalus yang berasal sumber eksplan daun bunga krisan. b). Kalus
mampu beregenerasi membentu.k embrio somatic dan tunas

2 . Kultur sel
Kultur suspensi sangat berguna dalam penelitian metabolic primer maupun
sekunder, juga untuk regulasi nitrogen di dalam organ dan asirnilasi sulfur,
metabolisme karbohidrat dan karbon fotosintetik. Namun kultur sel sulit
dipakai untuk penelitian- penelitian path way (bio sintesis) senyawa tertentu.
Peneltian Skoog dan Miller (1957), mengenai keseimbangan hormon
menjadi dasar penelitian selanjutnya, sampai pada penelitian mengenai
transformasi dengan modifikasi menggunakan Agrobacterium T - DNA.
Kultur sel dilakukan dengan menggunakan eksplan adalah kalus. Kalus
dipindahkan ke media cair untu.k menginduksi sel-sel independen I inisiasi
suspensi sel. Pada kultur sel ini juga harus dilakukan sub-kultur secara periodik,
tergantung rujuannya, yaitu ke media yang sama/ modifikasi untukmemperbanyak
suspensi sel atau ke media regenerasi (media padat). Untuk regenerasi harus
KULTUR JARINGAN TANAMAN 107

didahulukan menginduksi munculnya tunas, setelah muncul tunas kemuctian


baru kemudian di induksi pembentukan akar.
Umumnya kultur sel digunakan untuk:
Sumber protoplas
Perlakuan dengan mutagen kimia, penyakit dan lain lain.
Memproduksi metabolit sekunder
Untuk keperluan seleksi in-vitro dalam pemuliaan tanaman.

Kultur sel terus berkembang terutama untuk melihat hubungan tanaman


dengan mikroba, tidak hanya dalam pembentukan tunas tetapi juga dalam
proses biokimia dan perkembangan virus, phytotoksin, resistensi penyakit

D. Kultur Anther
Kultur anter (anther culture) sering juga disebut kultur haploid. Jika
serbuk sari yang digunakan sebagai sumber eksplan maka disebut kultur
serbuk sari (pollen culture). Kultur serbuk sari ini lebih tepat disebut kultur
haploid dibanding dengan kultur anter. Kultur haploid lain adalah kultur
ovul, dimana sebagai sumber eksplannya adalah ovul. Kultur haploid adalah
kulturyang menghasilkan tanaman haploid. Tanaman haploid adalah tanaman
yang memiliki jumlah kromosom yang sama dengan jumlah kromosom
garnet (N). Jadi tidak harus sama dengan kromosom dasar. Untuk tanaman
diploid (2N), jumlah kromosom garnet (N) adalah sama dengan kromosom
dasar, tetapi untuk tanaman tetraploid ( 4 N) maka jumlah kromosom garnet
adalah dua kali kromosom dasar (N = 2X). Dengan demikian istilah hap-
loid pada tanaman tetraploid dibedakan atas ctihaploid (N = 2X) dan monohaploid
(N =X).
Keuntungan dari tanaman haploid adalah:
Semua sifat ditampilkan dalam kondisi monohaploid, baik sifat dominan
ataupun resesif.
Seleksi pada level haploid jauh lebih mudah dibanding dengan level
ploidi yang tinggi
Penggandaan kromosom tanaman haploid akan menghasilkan tanaman
dihaploid yang homozigot, panggandaan kromosom berikutnya akan
menghasilkan tanaman tetraploid homozigot.
Hibridisasi seksual dengan tanaman diploid akan menghasilkan tanaman
triploid
108 KUL TUR JARINGAN TANAMAN

Dapat digunakan untuk menghasilkan tanaman jantan supe.r; yang sudah


terlihat hasilnya misal pad a asparagus yang menghasilkan rebung dalam
jumlah tinggi.
Tanaman diploid atau tetraploid dapat dilepas sebagai kultivar baru.

Sejarah kultur anter dimulai dengan keberhasilan Guha dan Maheswari


pada tahunl966 di India berhasil mengkulturkan anther dari tanaman Datura
innoxia. Sejak saat itu kultur anther berkembang pesat. Kultur anther yang
telah dilakukan adalah pada tanaman: padi, gandum, kacang kedele, kubis,
cabe, anggu.r; tebu, kapas, tembakau, karet.
Faktor-faktor yang menentukan keberbasilan kultur anther adalah (Chu,l982;
Hu dan Zeng, 1984 ; Dixon, 1985) :
Lingkungan pertumbuhan tanaman donor
Suhu
Lama penyinaran
Intensitas cahaya dari tanaman donot; sangat menentukan keberhasilan
kultur ini. Faktor ini sangat spesifik untuk masing-masing tanaman.
Umur tanaman donor. Seharusnya pengambilan anther dilakukan pada
tanaman yang mulai berbunga.
Fase perkembangan serbuk sari. Untuk berbagai tanaman berbeda-beda.
Pada tembakau, fase yang baik adalah pada waktu serbuk sari mulai
membelah atau fase pollen grain mitosis (PGM). Pada serealia pada
fase gase berinti satu (uni nucleate)
Pra perlakuan dari anther: Anther sebelum dan sesudah ditanam dapat
diberi suhu dingin untuk beberapa waktu kemudian dipindah ke ruang
inkubasi. Pra perlakuan pada padi dengan suhu lO'C selam 4- 7 hari
Kultur media. Media untuk kultur ini dapat dengan media cair atau semi
padat. Agar-agar dapat memberi pengaruh negatif terhadap pertumbuhan
serbuk sari. Oleh karena itu dianjurkan memakai media cair dari pada
media padat, jika media padat yang digunakan, gunakan agarose sebagai
pengganti agar.
Sukrose: Familia Solanaceae dan Liliceae memerlukan kandungan sukrose
yang rendah ( 2 -4 %) . Gramineae dan Cruciferae memerlukan konsentrasi
sukrose yang tingg (8-12 %)
Garam anorganik. Pada umumnya memakai garam anorganik dari media
MS
Vitamin dan zat pengatur tumbuh. Pada umumnya digunakan senyawa
KULTUR JARINGAN TANAMAN 111

Gambar isi buah anggrek yang berasal dari lapang, sesaat setelah disterilisasi,
ditanam pada media MS dengan penambahan arang aktif dan ZPT BAP, untuk
menginduksi terbentuknya Protrocorm llke Bodys (PLB). b. PLB anggrek sudah
berkembang membentuk tunas in vitro dengan penambahan Kinetin. c. Thnas
anggrek berkembang baik pada media MS dengan penambahan arang aktif.
112 KUlTUR JARINGAN TAN AM AN

Gambar berturut-turut a-g adalah: Berbagai tanaman dengan berbagai perlakuan


ZPT: a. Bunga Krisan dengan sumber eksp1an intemodus, b. Nenas, c. Manggis,
d. Vanili, e. Cendana, f. Krisan dengan sumber eksp1an nodus, g. Perbanyakan
bawang putih, eksp1an yang berasa1 dari 1apang

Tanaman Anggrek
Media yang digunakan :
MS
MS + Arang Aktif 0,5 g/1
MS + Arang Aktif 1 g/1
MS + Arang Aktif 1,5 g/1
MS + Arang Aktif 2 g/1
MS + Arang Aktif 3 g/1

Media MS MS + A A 0,5 gil MS +M lg/1


KUL TUR JARINGAN TAN AM AN 113

MS + AA 1,5 g/1 MS + AA 2 g/1 MS + AA 3g/l

Gam bar tanaman anggrek dengan perlakuan berbagai dosis a rang aktif

Tanaman Nenas
Media yang digunakan :
MS
MS + Air Kelapa 5 %
MS + Air Kelapa 10 %
MS + Air Kelapa 15 %

MS MS+Air Kelapa 5% MS+Air Kelapa 10% MS+Air Kelapa 15%

Gambar pada media MS, tanaman nenas tumbuh seperti biasa, tunas/anakan
tidak terlalu banyak. Pada media MS +Air Kelapa 5%, tunas/anakan yang tumbuh
terlalu rapat. Pada media MS + air kelapa 10%, pertumbuhan tunas lebih banyak
dan lebih segar. Dan pada media MS + air kelapa 15%, tidak dijumpai adanya
tunas/ anakan sama sekali dan pertumbuhan nenas juga kurang baik.
114 KULTUR JARINGAN TANAMAN

TANAMAN DAUN DEWA


Media yang digunakan:
MS
MS + NAA 0,1 ppm+ BAP 0,2 ppm
MS + NAA 0,2 ppm+ BAP 0,4 ppm

MS MS + NAA 0,1 + BAP 0 ,2 MS + NAA 0,2 +BAP 0,4

Gambar daun dewa diatas memperlihatkan pada media MS, tidak dijumpai
tunas/ anakan sama sekali, namun penumbuhan ruas dan akar lebih cepat
dibandingkan dengan media lainnya. Pada media MS + NAA 0,1 ppm +
BAP 0,2 ppm, perturnbuhan tunas sangat lambat, seperti tumbuh kalus pada
dasartanaman. Dan pada media MS + NM 0,2 ppm + BAP 0,4 ppm, perumbuhan
tunas, ruas, daun maupun akar lebih bagus dan subur dibandingkan dengan
media lainnya.

TANAMAN KRISAN
Media yang digunakan:
MS
MS + Arang Aktif 0,5 g/1
MS + Arang Aktif 1 g!l
MS + Arang Aktif 1,5 g!l
MS + Arang Aktif 2 g/1
MS + Arang Aktif 3 gil

MS MS + AA 0,5 g/1 MS + AA l g/1


KUL TUR JARINGAN TANAMAN 115

MS + AA 1,5 g/1 MS +AA 2g/l MS + AA 3 g/1

Pada media MS, pertumbuhan tanaman krisan sangat baik, ruas dan
akar terlihat sangat subur. Pada media MS + Arang aktif 0,5 g/1, tanaman
terlihat subur. Pada media MS + Arang aktif 1 g/1, pertumbuhan tanaman
krisan tidak berbeda dengan pada media MS + Arang aktif 0,5 g!l.
Pada media MS + Arang aktif 1,5 g/1, terlihat lebih bagus dari pada
media lainnya. Pada media MS + Arang aktif 02 g/1 pertUmbuhan ruas terlihat
1ebih tinggi. Pada media MS + Arang aktif 3 g/1, pertumbuhan ruas, daun,
akar dan tunas mulai membesar

TANAMAN KENTANG (GRANULA)


Media yang digunakan :
MS
MS + Arang Aktif 0,5 g/1
MS + Arang Aktif 1 g/1
MS + Arang Aktif 1,5 g/1
MS + Arang Aktif 2 g/1
MS + Arang Aktif 3 g/1

MS MS + AA 0,5 g/1 MS + M 1g/1


116 KUL TUR JARINGAN TAN AM AN

MS + A A 1,5 g/1 MS + AA 2 g/1 MS +A A 3g/l

Gambar kentang pada pengamatan minggu ke-11, semua tanaman kentang


(granu1a) sudah mulai mengering. Tidak terdapat banyak perbedaan morfo1ogi
pada setiap media yang digunakan (MS, MS + Arang aktif 0,5 g/1, MS +
Arang aktif 1 g/1, MS + Arang aktif 1,5 g/1, MS + Arang aktif 2 g/1, MS + Arang
aktif 3 g/1).
KULTUR JARINGAN TANAMAN 117

1. Bahan yang dlgunakan


sebagai eksplan d ikup as
kulitnya dan dlbuang b a g lan
ujungnya untuk
mengollmln lr kontam lnasl
( gamba r: asam gelugur)

2. eksplan disikat perlahan dengan sikat


gigi halus

3. Eksplan dimasukkan ke
dalam larutan tleterjen dan
direndam selama 5-10 menit
(tergantung sumber eksplan},
lalu dibilas 2 kali dengan air
mengalir dan bilas dengan
akuades steril sebanyak 2 kali
118 KUL TUR JARINGAN TANAMAN

4. Eksplan dim,tsukkan ke dalam


larutan fungisida atau bakterisida
selama 2 jam kemudian dicuci dengan
aquades !>tcril. Pcrlakuan no 1-4 di
Jakukan di luar Laminar Air FlO\\
Cabinet tLAFC) -+ dalam gambar :

• 5. Seluruh eksplan dipindah


ke laminar. Perlakuan no 5 - 8
dilakukan didalam LAFC .
Eksplan dimasukan dalam
larutan klorok 15% selama
3-5 menit) lalu dicuci dengan
aquadcs steri I

6. Eksplan d1masukkan
dalam larutan kloroks 10 %
selama 5 - 10 men it lalu
dicuci dengan aquades
stenl sebanyak 3 kah

7. Eksplan dimasukkan ke
dalam larutan antiseptic/
antibiotik (betad1ne/amoxilin
500 gram/tablet yang telah
dilarutkan dalam 100 ml
aquades steril)
KUL TUR JARINGAN TANAMAN 119
120 KUL TUR JARINGAN TANAMAN

(KRISAN/E~T ANG/NENAS/ANGGREK)
Prosedur

2.. Matikan lampu UV,


hidupkan lampu
tlourescense dan blower,
semprot LAFC dengan
alkohol70%

4. Siapkan alat tanam.


masukkan ke dalam LAFC,
sterilisasi dengan alkohol
96% dan api buosen

5. Panaskan mulut botol media


dan mulut botol planlet dengan
Bunsen selama 1 menit

~-Ambit plan let dengan menjepitnya


dengan pinset dan memotongnya
dengan gunting, dan letakkan pada ;
petridish
-~
KULTUR JARINGAN TANAMAN 121

8. Pindahkan ke media perlakuan,

. mo. ..
-.,~ 'J! .
panaskan mulut botol dan tutup rapat
'"';.. .......,.. ... .... " ~,;'.: ..,;;.,
: '7;·~
9.Beri tanggal, label dan
letakkan pada rak kultur
"·~':.

terhadap parameter, misalnya %


kontaminasi, jumlah helai daun,
tinggi tanaman, jumlah akar dan

12. Pengolahan data


122 KUL TUR JARINGAN TANAMAN

a. Anggrek Panda, b. Dendrobium sp, c. Dendrobium sp


(ungu ma bcsar) (ungu besar)

Dendrobium sp Dendrobium (ungu muda besar) lokal

Anggrek Huran
Ang.,orek asal Australia. Daun
senanriasa tclah habis baru berbunga
KUlTUR JARINGAN TANAMAN 123

Pertanyaan:
1. Perbanyakan melalui kultur pucuk sering dilakukan dalam kultur jaringan.
Dimana ada cara yang dapat dilakukan yaitu :
a. Embryogenesis
b. Kultur anther dan kultur kalus
c. Kultur suspensi dan kultur sel
d. Melalui kultur pucuk dan kultur mata tunas
(Kunci Jawaban : D, Tipe Soal C1)
2. Berdasarkan makanan yang dibutuhkan selama perkembangan, fase
perkembangan embrio dibedakan atas dua yaitu fase heterotrofik dan fase
autotrofik. Dimana fase autotrofik ialah :
a. Bentuk embrio dalam fase akhir ini berbentuk bulat dan sangat
tergantung pada endosperm sebagai sumber makanan
b. Bentuk embrio dalam fase akhir ini berbentuk hati, embrio tidak
bergantung lagi pada makanannya
c. Bentuk embrio dalam fase akhir ini berbentuk lonjong, ernbrio
tergantung pada makanan
d. Bentuk embrio dalam fase akhir ini berbentuk bulat, embrio tidak
bergantung lagi pada makanannya
(Kunci Jawaban : B, Tipe Soal C4)
3. Proses terbentuknya embrio somatic disebut dengan :
a. Embrio
b. Kultur embrio
c. Embryogenesis
d. Embrio somatic
(Kunci Jawaban : C, Tipe Soal C2)

GLO SARIUM
Somatok embryogenesis:
Proses terbentuknya embrio somatik
Kotille don:
Kotiledon merupakan organ cadangan makanan pada biji sekelompok
tumbuhan, sekaligus organ fotosintetik pertama yang dimiliki oleh
tumbuhan yang baru saja berkecambah, Bakal daun yang terbentuk
pada embrio.
Planlet:
Tanaman lengkap yang l>erasal dari regenerasi pada teknik kultur jaringan
124 KUL TUR JARINGAN TANAMAN

Embrio s omatik:
Embrio yang bukan berasal dari zigot tetapi berasal dari sel biasa/ sel
omatic dari jaringan tanaman
Kultur e mbrio:
Kultur dengan sumber eksplannya adalah embrio, dengan cara memisahkan
embrio yang belum dewasa/ dewasa secara steril dan menumbuhkan
secara in vitro dengan maksud memperoleh mnaman yang viable
Geno tip:
Istilah yang dipakai untuk menyatakan keadaan genetik dari suatu
individu atau sekumpulan individu populasi. Genotipe dapat merujuk
pada keadaan genetik suatu lokus maupun keseluruhan bahan genetik
yang dibawa oleh kromosom (genom)
Kultur meristem:
Kultur yang menggunakan eksplan yang berasal dari jaringan meristem,
biasanya diperoleh dari meristem apical atau meristem tunas aksilar
Plasma nutfah:
Substansi yang terdapat dalam setiap kelompok mahluk hidup yang
merupakan sumber sifat keturunan yang dapat dirakit untuk menciptakan
jenis unggul atau kultivar baru
Virus:
Parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis.
Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hid up dengan menginvasi
dan memanfaatkan sel makhlukhidup karena virus tidakmemiliki perlengkapan
selular untuk bereproduksi sendiri
Meriklon:
Tanaman yang dihasilkan dari kultur meristem
Pro to plas:
Sel dalam keadaan telanjang
Plas modes mata:
Suatu saluran terbuka pada pada ruang antar sel di sebagai penghubung
dengan sel tetangganya
Plasmolisis s e l:
Merupakan dampak dari peristiwa osmosis dimana Jika sel tumbuhan
diletakkan di larutan garam terkonsentrasi (hipertonik), sel tumbuhan
akan kehilangan air dan juga tekanan turgor; menyebabkan sel tumbuhan
lemah. Thmbuhan dengan sel dalam kondisi seperti ini layu. Kehilangan
air lebih banyak akan menyebabkan terjadinya plasmolisis
KUL TUR JARINGAN TANA MAN 125

Kalus:
Sekumpulan sel amorphous (tidak berbentuk a tau bel urn terdiferensiasi)
yang terbentuk dari sel-sel yang mernbelah terus rnenerus secara in vitro
Resisten:
Merujuk kepada ketahanan missal resisten terhadap penyakit.
BABVI

KERAGAMAN SOMAKLONAL

Kornpetensi Dasar :
1. Mampu menjelaskan peranan kultur jaringan pada induksi
variasi somaklonal sumber eksplan.
2. Mampu menerapkan prinsip kultur jaringan pada induksi
variasi somaklonal.
3. Mampu menjabarkan mekanisme kerja perlakuan fisik
(sinar gamma) pada induksi variasi somaklonal.
4. Mampu menjabarkan peran perlakuan zat pengatur tumbuh
pada induksi variasi somaklonal.

Variasi somaklonal adalah variasi genetik tanaman yang dihasilkan


melalui kultur jaringan atau kultur sel, yang meliputi semua variasi genetik
yang terjadi pada tanaman yang diregenerasikan dari sel yang tidak berdiffrensiasi
protoplas, kalus ataupun jaringan (Larkin dan Scowcroft, 1981).
Variasi genetik ini akan diekspresikan pada tanaman regeneran dalam
bentuk karakter-karakter varian. Variasi ini merupakan manifestasi mutasi
dan akan diturunkan kepada keturunannya melalui perbanyakan vegetatif
1taupun generatif (lgnacimuthu et al, 1997)
Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya keragaman somaklonal
adalah (Jacobsen, 1987; Peloquin, 1981) yaitu :
1. Komposisi zat kimia yang digunakan dalam media, zat kimia tertentu
digunakan untuk menginduksi variasi somaklonal, misalnya : Kolkhisin,
Asenapthen, dan lain lain.
2. Lamanya fase pertumbuhan kalus. Sub kultur yang berulang - ulang
dapat menyebabkan terjadinya mutasi.
3. Zat pengatur tumbuh yang dipakai. ZPT tertentu dapat menginduksi
terjadinya variasi somaklonal.

126
KUL TUR JARINGAN TAN AM AN 127

4. Tipe kultur yang digunakan atau sistem kultur (kultur kalus, suspensi
sel, kultur protoplas). Ataujumlah perlakuan sub kultur yang berulang-
ulang. Nursandi (2006), mendapatkan variasi somaklonal pada tanaman
nenas dengan perla1.ruan sub kultur yang berulang pada kultur in vitro
dan pengaruh ZPT BAP dan TDZ, setelah ditanam dilapang, perubahan
tersebut menetap.
5. Genotif induk (homozigot atau heterozigot) dapat memungkinkan terjadinya
benang - benang kromosom yang abnormal.
6. Perlakuan fisik lainnya (dengan cara buatan) seperti radiasi sinar ganur.a,
beta, alpa, melukai, tumor dan lainnya. Penelitian telah dilakukan yaitu:
Peningkatan variasi genetik tanaman manggis dengan Induksi radiasi
sinar gamma (Harahap, 2003; Harahap, 200Sa; Harahap, 200Sb), Induksi
Variasi GenetikTanamanManggis (Gardnia mangostana L.) dengan Radiasi
Sinar Gamma, yang meliputi respon perrumbuhan, perubahan morfologi,
perubahan histologi, analisis perubahan genetik dengan marka isozim
(Harahap, 200Sa ; Harahap, 2006b, 2006c, 2006d).
7. Sumber eksplan. Keragaman pada eksplan dapat disebabkan adanya
sel-sel yang bermuatan atau adanya polisomik dari jaringan tertentu.
Contohnya: jika sumber eksplan yang digunakan adalah daun, dimana
daun telah tersusun dari berbagai jaringan, jadi sumber selnya juga
sudah heterogen, dan jika proses endomitosis terjadi, maka kemungkinan
terjadi kelipatan ploidi sangat besar. Keragaman genetik yang terjadi
di dalam kultur jaringan disebabkan oleh penggandaan jumlah kromosom
(fusi, endomitosis), perubahan struktur kromosom (pindah silang),
perubahan gen dan perubahan pada sitoplasma.

Variasi somaklonal dapat digunakan sebagai sumber keragaman genetik


untuksifat-sifatyang berguna (useful traits) untuk tujuan pemuliaan tanaman.
Variasi somaklonaljuga merupakan sarana alternatif dalam pemuliaan
tanaman untuk menciptakan varietas baru yang resisten terhadap penyakit,
herbisida, toleran terhadap kondisi lingkungan ekstrim seperti kekeringan,
pH rendah dan memperbaiki kualitas hasil (Larkin dan Scowcroft, 1981,
Griga et al, 1995, Ignacimuthu et al, 1997, Kuksova et al, 1997).
Aplikasi tehnik ini telah banyak dilakukan pada tanaman budidaya,
misalnya ; tebu yang resisten terhadap virus penyebab penyakit Fiji, tomat
resisten terhadap Fusarium oxysporum dengan memperoleh variasi jumlah
kromososm, pigmen daun dan buah, kentang dengan penggandaan kromosom,
dan kedelai yang tahan lahan asam, kacang polong (Griga et al, 1995), anggur
128 KUL TUR JARINGAN TANAMAN

(Kuskova et al, 1997), jagung (Moon et al, 1997), asparagus (Gavidia et al,
1999) dan sorgum (Maralappanavar et al, 2000).
Perkembangan tehnik invitro yang pesat memberi harapan untuk mencari
sumber keragaman genetik baru melalui evaluasi dan seleksi variasi somaklonal.
Untuk memperoleh regeneran mutan yang akan diseleksi baik di tingkat sel
ataujaringan (in vitro) maupun di tingkat plantlet, maka sel-sel ataujaringan
mutan harus bisa diregenerasikan menjadi planlet yang akan di transfer ke
lapangan.
Melalui tehnik kultur jaringan terdapat dua hal yang berbeda kepentingan
bagi pemulia tanaman yaitu: mempertahankan kestabilan genetik
dan merangsang keragaman genetik.
Pembagian kelompok variasi genetik tanaman (variasi somaklonal)
berdasarkan asal keragaman yaitu :
1. Perubahanjumlahkrornosom (Gross caryoptic changes), contoh: aneuploid
dan euploid (poliploid). Telah banyak dipelajari pada tanaman kentang,
tebu, sorgum, pelargonium, tembakau. Harahap (1995), mendapatkan
peningkatan kelipatan jumlah kromosom akar, kadar protein biji dan
perubahan morfologi tanaman kacang hijau dengan perlakuan kolkhisin.
Juga ditemukan kelainan - kelainan seperti sel yang mempunyai 2
inti, inti yang sangat membesar; daun yangjumlahnya mengalami penambahan.
Penelitianjuga dilakukan pada akartanaman bawang merah yang mengalami
kelipatanjumlahakibatperlakuan kolkhisin (Harahap, 1998), perubahan
struktur anatomi tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) hasil perlakuan
kolkhisin (Harahap, 2000),
2. Perubahan struktur dan susunan kromosom (Caryoptic changes asso-
ciated with cromosome rearrangemen t). Pada umumnya terjadi pada
kultur sel, seperti delesi, inverse dan translokasi.
3. Pindah silang somatik. Radio isotop disinyalir meningkatkan terjadinya
proses pindah silang di dalam sel
4. Transposon (transposable element). Karena adanya e lemen loncat ini,
maka utas DNA dapat pindah dari satu lokus ke lokus gen lainnya, sehingga
dapat menyebabkan delesi, inversi.
5. Penambahan dan pengurangan produk gen. Telah ban yak diungkapkan
bahwa gen yang spesiflk dapat bertambah selama proses diffrensiasi
sebagai respon terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan.
6. Pembebasan terhadap virus. Dengan tehnik kultur meristem dan dipadu
dengan menginduksi variasi somaklonalnya, maka beberapa tanaman
bebas virus telah didapat.
KULTUR JARINGAN TANAMAN 129

Tehnik mendapatkan Somaklon:


1. Regenerasi langsung :
a. Eksplan -7 tunas -7 tanaman atau embrio somatik
b. Eksplan -7 kalus -7 tunas -7 tanaman
2. Kultur sel tunggal (pada bab sebelumnya)
3. Kultur protoplas (pada bab sebelumnya)

Variasi somaklonal juga dapat digolongkan berdasarkan sumbemya:


1. Variasi yang terbentuk dalam jaringan turnbuhan (preexisting variability)
Lebih dari 90 % tumbuhan Angiospermae berkembang diiringi dengan
perubahan secara langsung pada DNA dan Nukleus. Hasilnya adalah
kebanyakan tumbuhan denganjaringan yang matang dan terdifrensiasi
seperti korteks dan pembuluh lainnya, menunjukl<an adanya variasi
kromosom dalam selnya. Pada meristem apeks (tudung akar dan pucuk)
dimana sintesis DNA yang diikuti oleh kariokinesis dan sitokinesis
lebih giat terjadi, pada umumnya kondisi selnya pada tingkat diploid
yang seragam, tetapi kemudian derivat sel meristem tidak membelah
secara mitosis normal, namun melalui duplikasi DNA dan endoreduplikasi.
Bentuk dari poliploidisasi didalam sel yang terdifnsa~ yaitu endopoliploidi
dalam sel somatisnya
2. Variasi yang dipengaruhi oleh faktor in vitro
@ Media kultur
Setengah dari komposisi media terutama dalam pertambahan besar
mempengaruhi variasi somaklonal. Suatu penelitian yang menggunakan
akar kacang-kacangan, apabila media yang digunakan adalah 2,4
D, maka hanya sel diploid yang membelah, tetapi jika kinetin dan
ekstrak yeast ditambahkan, setengah sel tetraploid akan membelah.
Ada laporan yang mengatakan bahwa 2,4 D dapat merangsang
tetjadinya poliploid dan merangsang pembelahan sel poliploid, sitokinin
dapat merangsang pertumbuhan poliploid pada kalus.
@ Pola pertumbuhan melalui regenerasi
Kalus embrionik menunjukkan kemungkinan sel yang mempunyai
gen yang lebih stabil, dibandingkan dengan kal us yang melalui difrensiasi
organ. Pada organ, kasus-kasus tertenru contoh: kalus embriogenik
eery dan jagung menghasilkan varian yang sangat rendah. Regenerasi
secara langsung akan menghasilkan klan.
@ Jangka wakru kultur dan frekwensi subkultur
Variasi kariotip dapat terjadi apabila umur kalus meningkat dan jumlah
130 KULTUR JARINGAN TANAMAN

sub kultur bertambah. Pada umumnya sub kultur dapat mengurangi


variasi dengan perbandingan terhadap kalus yang tidakdipindahkan
dalam jangka waktu lama.
@ Jumlah ploidi dan genotip
Genotif merupakan faktor yang penting, contoh : pada frekwensi
pertumbuhan pelargonium dan flax berubah mengikuti genotip
yang digunakan.
@ Faktor fisik
Faktor fisik dapat mempengaruhi perlakuan sitologis sel yang dikultut;
misalnya, suhu dapat mempengaruhi proses mutasi. Pada kasus
jumlah tanaman albino Lolium longiflorum yang meningkat pada
embrio somatik yang dikultur pada suhu 10 - 15' C. Pada kalus
tembakau, embrio somatik meningkat pada suhu 35' C. Sel dip-
loid menjadi kariotip tidak stabil pad suhu 25 'C
@ Prosedur yang digunakan
Regenerasi protoplas dapat memberikan ratusan variasi yang lebih
tinggi dibandingkan dengan regenerasi yang menggunakan eksplan
biasa, karena pada kultur protoplas terdiri dari berbagai prosedur
yang memberikan tekanan kepada sel, yang dapat menginduksi
perubahan, yang mana perubahan tersebut bukan dikarenakan
penggunaan media kultur dalam waktu yang lama untuk regenerasi
(yang cenderung dapat menghasilan variasi)

Penilaian Variasi Somaklonal


Variasi yang berguna adalah variasi yang dapat menghasilkan ciri yang
baik sebagai kultivar induk, dengan penambahan ciri yang dikehendaki. Oleh
karena itu pemilihan perlu dilakukan sejak awal untuk menghinari permasalahan
pada kultur jaringan.
Variasi somaklonal dapat dinilai dari ciri keseluruhan fenotip, genotip
maupun biokimia tanaman. Untuk penilaian genotip, antara lain hal yang
diukur adalah jumlah kromosom.
Anal isis DNA dengan tehnik Rectriction Fragment Length Polymorphism
(RFLP) sering digunakan untuk memperjelas perbedaan kecil pada tanaman.
Anal isis tanaman secara RFLP dapat mengenal dengan jelas perubahan pada
jpola pita DNA yang menghasilkan varian.
Untuk memastikan variasi somaklonal dapat berguna, maka
harus memiliki beberapa ciri:
KUL TUR JARINGAN TANAMAN 131

Melibatkan ciri yang penting


Ciri yang berubah harus lebih baik dari yang ada pada induknya.
Cirinya dapat berubah meski ciri pada induk sudah baik
Variasi dapat diturunkan pada generasi berikutnya, dengan propagasi
yang dipilih

Pemanfaatan dan penerapan keragaman Somaklonal


Pada tahap awal variasi somaklonal dapat memberikan kontribusi yang
nyata pada pemuliaan tanaman. Regenerasi selanjumya selalu menunjukkan
variasi yang luas dalam morfologi tetapi sebagian besar akan hilang pada
turunan I yang dihasilkan, walaupun variasi tidak mempengaruhi semua
sifat dan tidakselalu menguntungkan dalam pertanian, tetapi dalam pelaksanaan
penelitian selalu ada dengan nomor - nomor yang berguna dari sumber
variasi tersebut, misalnya hasil penelitian pada induksi variasi somaklonal
jagung, diperoleh peningkatan ketahanan terhadap herbisida pada tanaman
terse but, kenaikan toleransi imidazilinone pada jagung, ketahanan terhadap
Helminthosporium sativum pada gandum dan barley, toleransi terhadap garam
pad a rami, juga peningkatan terhadap pembekuan, kualitas butir dan kandungan
protein pada gandum, serta peningkatan ukuran biji dengan kandungan
protein yang tinggi pada padi.
Beberapa contoh hasil pemanfaatan variasi somaklonal sebagai tanaman
unggul baru diantaranya:
a. Mawar mini (Rosa hibrida L.)
Mawar yang banyak ditanam di Indonesia umumnya merupakan hasil
introduksi. Untuk meningkatkan keragaman genetik tanaman tersebut
maka dilakukan keragarnan somaklonal dengan cara melakukan perlakuan
kombinasi radiasi sinar gamma 0-12 rad pada mata tunas in vitro. Setelah
eksplan beregenerasi, mara tunas in vitro tersebut diisolasi dari biakan
dalam botol. Hasil yang diperoleh :terjadinya perubahan pada warna
kelopak bunga hal ini dapat terjadi karena adanya mutasi pada kumpulan
sel somatik dan dapat terekspresi pada sel meristem dan akan membentuk
suatu sektor yang stabil.
b. Panili (Vanilla planifolia)
Panili merupakan salah satu tanaman industri yang potensial untuk
dikembangkan. Masalah utama dalam pengembangannya adalah serangan
patogen Fusarium oxysporum. Untuk mendapatkan genotip baru yang
tahan penyakit telah dilakukan seleksi invitro dengan komponen seleksi
berupa toksin murni asam fusarar dan filtrat.
132 KULTUR JARINGAN TANAMAN

c. Nilam (Pogostemo cablin)


Nilam merupakan tanaman penghasil minyak atsiri yang penting. Indo-
nesia sebagai pemasok utama dipasaran dunia. Peningkatan rendemen
miyak dan varietas yang telah ada, sulit dilakukan karena nilam di
Indonesia tidak berbunga. Salah satu tehnologi yang dapat dimanfaatkan
adalah melalui keragaman somaklonal. Perlakuan radiasi mengakibatkan
nilai rataan menjadi lebih kecil a tau bahkan tidak berpengaruh. Adanya
keragaman diantara nomor-nomor yang diharapkan memiliki sifat-sifat
yang lebih baik. Dari sekitar 411 somaklon yang berhasil ditanam dilapang,
setelah diana] isis kadar rninyaknya lebih tinggi dibandingkan tanarnan
induknya, yaitu nil am Aceh. Keanekaragaman yang timbul tidak hanya
pada kadar rninyaknya. Tetapi juga pada komponen pertumbuhan lainnya.
d. Kedelai (Glycine max (L.) Merr.)
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi
adalah rnemanfaatkan lahan masam yang luasnya mencapai 101.519
jura Ha. Namun masalah yang dihadapi dalam usaha pengembangannya
adalah terbatasnya varietas yang tahan lahan masam. Untuk mengatasi
masalah terse but dapat dilakukan dengan seleksi in vitro. Melalui seleksi
in vitro, massa sel somatik dari varietas sindoro yang diinduksi dari embriozigotik
muda diseleksi dengan AI dan pH rendah. Selain tahan AI dan pH rendah
juga telah diperoleh nomor-nomor kedelai yang tahan kekeringan melalui
seleksi in vitro dengan radiasi gamma 400 rad pada massa sel embriogenik
(kalus) dan seleksi massa sel dengan Poly ethylen Glycol = PEG (0, 25,
50 dan 75 %) untukmemperoleh mutan yang toleran terhadap cekarnan
kekeringan. Setelah diseleksi, dilakukan regenerasi sel yang toleran terhadap
PEG untuk mernbentuk struktur embrio somatik dan benih somatik.
e. Padi (Oryza sativa L.)
Lestari dkk (2005) telah berhasil memperoleh somaklon padi yang
menunjukkan keragaman genetik yang tinggi dan tahan kekeringan.
f. Pisang (Musa spp)
Peningkatan keragaman dapat diperoleh dari sel-sel somatik, yang pada
dasamya merupakan individu yang berkemampuan untuk beregenerasi
membentuktanaman lengkap. Hasil penelitian Mariska dkk (2006) menunjukkan
bahwa radiasi sinar gamma 100 rad dapat menginduksi mutasi pada
kalus pisang ambon kuning dengan bibit yang berasal dari kalus.
g. Bawang (Allium spp)
Kulturjaringan juga telah dilakukan pada berbagaiAllium spp. Untuk prod.uksi
KULTUR JARINGAN TANAMAN 133

massal secara in vitro, perkembangan poliploid dan konservasi secara in


vitro.
h. Anggur (Vitis vinivera)
Variasi somaklonal dan mutasi yang diinduksi secara invitro juga telah
diteliti pada tanaman anggur, yang diregenerasikan dari eksplan daun
melalui somatik embriogenesis Perhitungan kromososm ujung akar
digunakan untuk menskrining tanaman yang diregenerasikan. Radiasi
sinar gamma 5-100 Gy meningkatkan frekwensi pembentukan tanaman
tetraploid, kalus embriogenik (7,6%) dan tanaman aneuploid.

Kendala dan Prospek


Variasi somaklonal mempunyai aspek positip dan negatif. Dalam propagasi
in vitro yang tidak menyenangkan adalah progeni tidak true- type, biasanya
bernilai rendah. Perubahan spontan kemungkinan juga merupakan problem
dan percobaan transformasi sel tanaman. Frekwensi perubahan yang tinggi
dan tidak berhubungan dengan perlakuan pada penelitian dapat menimbulkan
interpretasi hasil yang membingungkan dan mengganggu hasil dibandingkan
dengan keuntungan dalam transfer gen spesifik. Walaupun variabilitas diantara
kultur sel mungkin menurunkan mutagen awal pada seleksi in vitro, dan
dapat mengakibatkan variasi spesifik yang dapat diseleksi.
Prospek kultur in vitro untuk meningkatkan keragaman genetik terhadap
perubahan sifat tertentu dan tipe tanaman yang beradaptasi dengan baik
akan sangat baik untuk dikembangkan walaupun tanpa melalui hibridisasi.
Variasi yang berasal dari kultur jaringan harus diperhatikan secara serius
sebagai komponen program pemuliaan dengan syarat berikut:
Perubahan harus stabil
Perubahan harus merupakan sifat yang penting seperti vigour, hasil,
kemasakan, tipe tanaman, fertilitas.
Variasi somaklonal yang menarik pada umumnya meliputi sifat positip
yang bel urn ada pada nomor- nomor galuryang dihasilkan pemulia tanaman.
Kemampuan identifikasi dan karakterisasi variasi somaklonal tidak melebihi
dari syarat- syarat yang diperlukan dalam pemuliaan secara konvensional.
Variasi somaklonal yang nyata sebagai sumber bagi pemulia juga tergantung
pada proses pembentukannya (pada galur- galur penting).
134 KUL TUR JARINGAN TANAMAN

c.
Gambar a. Kromosom kacang hijau (kontrol), b, Hasil perlakuan dosis
0,01 % kolkhisin menunjukkan jumlah kromosom berlipat. c dan d. Hasil
perlakuan dosis 0,015 % kolkhisin menunjuk.kan sel yang akan membelah
namun tidak terbentuk skat anatara sel (Harahap, 2000)
KUl TUR JARINGAN TANAMAN 135

GambarTanaman Nenas Cv. Smoot Cayen yang mengalami variegata dengan


perlakuan: sub kultur berulang-ulang dan beberapa kombinasi ZPT BAP
dan TDZ( atas kebaikan Nursandi, F. 2006)

Hasil penelitian penulis pada induksi varisi genetik tanaman manggis


in vitro menunjukkan bahwa terjadi perubahan pada level DNA, Isozim,
anatomi dan sitologi maupun morfologi tanaman dengan perlakuan sinar
gamma. Hal ini dapat terjadi karena sinar gamma, dalam mekanisme ketjanya
merupakan pancaran gelombang elektromagnetik yang daya tembusnya tidak
hanya pada bagian perifer saja namun gelombang elektromagnetik tersebut
dapat menembus hingga ke materi genetik.

Gambar a. Tunas Manggis albino dan bersulur b. Thnas Manggis berakar di


bagian atas, hasil perlakuan berbagai dosis radiasi sinar gamma (Harahap,
2005)
136 KULTUR JARINGAN TANAMAN

Gambar Morfologi daun tanaman manggis in vitro ini hasil perlakuan sinar
gamma dengan berbagai dosis radiasi. Misalnya tanaman yang dikarakterisasi
dengan nomor a. 13.40.1, b. 5.10.2 dan c. 13.35.2 dengan pangkal daun
rucing dan turnpul, susunan daun bertangkai dan duduk dan ujung terbelah.
d. 20.10.1.daun berwama hijau tua, helai daunjorong, ujungdaun meruncing,
pangkal daun runcing, pinggir daun bergerigi. Susunan daun bertangkai,
permukaan daun berkerut. e.5.10.1. dan £.15.45.1 merniliki dua daun dalam
satu tangkai dengan wama daun hijau muda dan hijau tua.

Pertanyaan :
1. Variasi genetik tanaman yang dihasilkan melalui kultur jaringan dan
kultur sel, yang meliputi semua variasi genetik yang tetjadi pada tanaman
yang diregenerasikan dari sel yang tidak berdifferensiasi protoplas, kalus
ataupun jaringan. Hal tersebut merupakan pengertian dari :
a. Variasi genetik
b. Variasi somaklonal
c. Variasi protoplas
d. Variasi regenerasi
(Kunci Jawaban : B, Tipe Soal C2)
2. Teknik untuk mendapatkan somaklon ialah dengan cara berikut ini, kecuali:
a. Regenerasi langsung
b. Kultur sel tunggal
c. Kultur protoplas
d. Kultur genetik
(Kunci Jawaban : D, Tipe Soal C1)
KUL TUR JARINGAN TANAMAN 137

3. Perubahan jumlah kromosom, perubahan strukrur dan susunan kromosom,


pindak silang somatik, transposon, penambahan dan pengurangan produk
gen, pembebasan terhadap virus. Hal diatas merupakan pembagian
kelompok variasi genetic tanaman berdasarkan :
a. Makanannya
b. Asal keragaman
c. Bemuk tanaman
d. Pembagian struktur
(Kunci Jawaban : B, Tipe Soal C3)

GLOSARIUM
Variasi somaklonal:
Variasi genetik tanaman yang dihasilkan melalui kultur jaringan atau
kultur sel, yang meliputi semua variasi genetik yang tetjadi pada tanaman
yang diregenerasikan dari sel yang tidak berdiffrensiasi protoplas, kalus
araupun jaringan
Amitosis:
Reproduksi sel di mana sel membelah diri secara langsung tanpa melalui
rahap-tahap pembelahan sel.
Kariokinesis:
Pembagian inti menjadi dua bagian
Sitokinesis :
Pembagian sitoplasma menjadi dua bagian, peristiwa pembelahan sel.
Mutan:
Individu yang mengalami perubahan materi genetic DNA maupun RNA,
baik pada tara£ urutan w (disebut mutasi titik) maupun pada tarafkromosom
Fertilitas:
Subur, berpeluang umuk menghasilkan keturunan
Fragmentasi:
Reproduksi aseksual atau kloning di mana suatu organisme dibagi menjadi
fragmen-fragmen
Biosintesis:
Proses penyusunan suatu molekul, senyawa.
Eksplorasi:
Tindakan mencari a tau melakukan petjalanan dengan tujuan menemukan
sesuaru
Viabilitas:
Kemampuan hidup (missal : benih)
138 KUL TUR JARINGAN TAN AM AN

Kriopreservasi:
Suatu proses pembekuan untuk menghentikan sementara kegiatan hid up
dari sel tanpa mematikan fungsi sel, dimana proses hid up dapat berlanjut
setelah pembekuan dihentikan
Aldimatisasi:
Suatu tahapan penyesuaian diri tanaman hasil kultur jaringan terhadap
lingkungan sekitar
Polinisasi:
Proses penyerbukan (istilah yang biasanya dengan bantuan manusia)
Inisiasi:
Pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan dikulturkan dan
digunakan untuk proses pembentukan (misalnya tunas)
BAB VII
PRODUKSI SENYAWA METABOLIT
SEKUNDER

Kompetensi Dasar :
1. Mampu menjelaskan peranan kultur jaringan dalam
memproduksi metabolit sekunder.
2. Mampu menerapkan prinsip kultur jaringan pada produksi
metaboli sekunder.
3. Mampu mengkritisi jwnal yang berhubungan dengan rnateri
''produksi metabolit sekunder"

Thmbuhan merupakan sumber utama senyawa-senyawa kimia yang


digunakan untuk industri farmasi, industri makanan (food additive), minyak
wangi. Banyak dari senyawa cersebuc diekstrak dari tumbuhan tropis, namun
karena ketersediaan, biaya yang mahal serra struktur senyawa cersebut yang
sangat kompleks, hal ini menyebabkan sintesis senyawa ini menjadi tidak
ekonomis.
Dalam usaha menghasilkan metabolic sekunder untuk skala besru; sangac
diperlukan pemahaman tenrang tingkah laku sel, path way (bio sinresis)
metabolic tersebut di dalam tubuh tanaman tersebut.
Untuk mempelajari tingkah laku sel, perlu dipelajari tenrang Cytology,
Nutrisi, metabolisme primer dan sekunder, mitosis dan endomitosis, plorifikasi
dan fragmentasi inti. Path way metabolit tertentu menjadi syarat mutlak
yang harus dikuasai, dikarenakan hal tersebut merupakan kunci untuk melakukan
modifikasi-modifikasi khusus untuk meningkatkan produk metabolit tersebut.
Oleh karena itu, biosintesis metabolic sekunder ini dengan menggunakan
tehnik kultur jaringan menjadi altematif pilihan dan akhimya menjadi tujuan.
Namun dari banyak penelitian dan usaha komersial, masih banyak menghadapi
kendala.

139
140 KUL TUR JARINGAN TANAMAN

Senyawa yang sudah diproduksi secara komersial adalah Shikonin yang


merupakan Naphtaquinone merah dan Lithospermum eryhrorhizone, Codein
(alkaloid) berasal dari tanarnan Papaver somiferum sebagai analgesik. Diosgenin
(steroid) berasal dari Dioscorea deltoidea sebagai anti fenilitas. Pyrethrin
dari tanaman Chrysanthemum dnerariae sebagai insektisida. Untuk industri
makanan,yaitusenyawa Thaumatine (chalcon) berasaldari tanaman Thaumatococcus
danielli sebagai pemanis, pada industri kosmetik adalah senyawa jasmin
berasal dari tanaman Jasminium sp sebagai parfum.
Beberapa keunrungan pemakaian tehnik kulturjaringan untuk memproduksi
senyawa metabolit sekunder antara lain :
1. Tidak tergantung faktor lingkungan (hama, penyakit, iklim, hambatan
geografiS)
2. Sistem produksi dapat diatur. Produksi dapat dilakukan pada saat dibutuhkan
dan dalam jumlah yang diinginkan.
3. Kualitas dan hasil produk lebih konsisten.
4. Mengurangi penggunaan lahan.

Untuk produksi metabolit sekunder skala komersial, bagaimanapun


pertimbangan yang utarna adalah keuntungan secara komersial. Dengan teknologi
kultur sel yang memerlukan dana besar pada awal pendirian laboratorium,
fasiltas laboratorium dan alat-alat yang dibutuhkan
Industri farmasi merupakan industri yang didukung oleh senyawa- senyawa
alami dari turnbuhan. Sampai batas - batas tenentu senyawa tersebut tidak
dapat digantikan dengan senyawa sintetik, karena daya kerja aktifnya untuk
dapat menyembuhkan penyakit. Berbeda halnya dengan food additive dan
kosmetik yang dapat tergantikan dengan senyawa sintetik.

Faktor- faktor yang mempengaruhi produksi metabolit selrunder:


.1. Ekspresi sintesis senyawa metabolit sekunder.
a. Sintesis senyawa metabolit sekunder dipengaruhi banyak faktor
an tara lain: faktor genetik, faktor di dalam kultur dan diluar kultur.
b. Ekspresi sintesis senyawa metabolit sekunder tergantung kepada
tahap perkembangan organ yang menghasilkannya. Pada kultur
invitro produksi senyawa metabolit sekunder seringkali berasosiasi
dengan difrensiasi sel dan jaringan yang dikulturkan.
2. Asal eksplan.
Sebelum kultur in vitro dilakukan harus dilakukan lebih dahulu analisis
KULTUR JARINGAN TANAMAN 141

secara in vivo bagian organ yang mana yang mampu menghasilkan


metabolit tertinggi. Deteksi dapat dilakukan dengan bantuan alar Spec-
trophotometer a tau Thin layer Chromatography. Berdasarkan informasi
tersebut maka bagian tanarnan tertentu tersebut yang digunakan sebagai
surnber eksplan dan dirnodifikasi sehingga dapat dihasilkan produk dalarn
jumlah banyak dan berkualitas baik
3. Kondisi-kondisi yang mempengaruhi kultur in vitro.
Hal hal yang harus dipertimbangkan apakah sintesis senyawa yang diinginkan
sejalan dengan produksi biomassa atau tidak berhubungan sa rna seka.ll,
jadi path way (bio sintesis) senyawa tersebut harus sudah dipahami sebelurn
tehnlk ini di pergunakan.

Produksi Biomassa.
Hal hal yang sangat menentukan keberhasilan produksi biomasa adalah:
Surnber karbohidrat : glukosa, fruktosa, galaktosa, sukrosa, molase, pari
dan lainnya. Berbeda tanarnan, maka sumber karbohidrat yang dibutuhkan
juga berbeda.
Suplay nitrogen. Nitrogen diberikan ke dalam media dalarn bentuk
NH.. N0 3 dan KN0 3, tetapi ada kecenderungan KN0 3 mempengaruhi
perturnbuhan kultur.
Kalium ( K), Kalsiurn (C), Fosfor.
Perlu optirnasi khusus karena tanaman yang berbeda memberi respon
yang berbeda untuk kultur sel dan kalus dalam rangka menghasilkan
metabolic sekunder.
Vitamin. Keuntungan menambahkan vitamin pada kultur metabolit
sekunder adalah untuk menurunkan stress pada eksplan atau kultur
Zat pengatur turnbuh (ZPT).

Harus dilakukan uji pendahuluan apakah eksplan yang digunakan setelah


diletakkan didalam media perturnbuhan akan mengeluarkan auksin dan
sitokinin endogennya, atau eksplan tersebut yang memerlukan tambahan
ZPT dari luar.

Us aha-usaha untuk meningkatkan produksi metabolit s ekunder:


1. Seleksi sel. Seleksi klon pada kultur jaringan untuk mendapatkan lini sel
dengan produksi metabolic sekunder yang tinggi. Seleksi dapat dilakukan
142 KULTUR JARINGAN TANAMAN

secara visual, berdasarkan analisis kimia a tau berdasarkan ukuran agregar


sel. Kemudian lini sel tersebut dikembangkan sebagai kultur metabolit baru.
2. Menggunakan fusi sel, seperti kultur protoplas. Fusi protoplas ini dikembangkan
dari kultur kulrur protoplas yang memiliki lini lini sel yang menghasilkan
metabolit sekunder tinggi. Protoplas-protoplas tersebut difusikan sehingga
diharapkan hasilnya (hibrida somatik) dengan produk metabolit sekunder
yang tinggi.
3. Penggunaan Elicitor untuk memproduksi metabolit sekunder. Pada kultur
sel ini, dimanfaatkan alterasi metabolisme sel melalui faktor-faktor eksternal,
misalnya stress. Enzim enzim untuk memproduksi metabolit sekunder
banyak diinduksi oleh patogen, infeksi patogen menginduksi pembentukan
produk (fitoaleksin). Elicitor berperan dalam menginduksi enzim yang
terlibat dalam siklus metabolisme ini. Sebagai elicitor umumnya adalah
karbohidrat.
4. Penggunaan kultur akar berambut (hairy root).
Pada mulanya, Agrobacterium rhyzogenes merupakan bakteri gram negatif
yang terdapat didalam tanah, yang dapat menyebabkan hairy root (akar
berambut) pada tanaman.Agrobacterium rhyzogenes mempunyai kemampuan
unruk mentransfer sebagian bahan genetiknya (DNA) pada sel tanaman
melalui pelukaan. DNA yang ditransfer disebut t DNA, merupakan potongan
beberapa ratus kilo basa dari plasmid yang dikenal dengan Ri plasmid
(Root inducing plasmid). T-DNA akan terintegrasi pada kromosom tanaman
dan akan mengekspresikan gen-gen untuk mensintesis senyawa opin.
T-DNAjuga mengandung onkogen yaitu gen-gen yang berperan untuk
menyandi harmon penumbuhan, auksin dan sitokinin. Apabila onkogen
terekspresi maka akan terjadi pertumbuhan yang sangat pada sel tersebut.
Ekspresi onkogen pada plasmid Ri mencirikan pembentukan akar adventif
secara besar-besaran pada tempat yang diinfeksi dan dikenal dengan hairy
root.
Kultur sel, jaringan, organ diinfeksi dengan Agrobacterium rhyzogenes
yang kemudian menginfeksikan DNA nya ke kultur akar, sehingga dihasilkan
kultur akar berambut dalam jumlah banyak. Untuk skala komersial tehnik
ini sangat banyak dipakai dikombinasikan dengan penggunaan bioreaktor.
Keuntungan menggunakan tehnik ini adalah : perturnbuhan kultur sangat
cepat, produktif dalam kemampuannya menghasilkan senyawa metabolit
sekunder dan mudah dimodifikasi, relatif seragam, kestabilan genetik
cukup tinggi, dapat menggunakan medium tanpa menggunakan tambahan
KUL TUR JARINGAN TANAMAN 143

ZPT Emawati dalam Wattimena dkk (1995), pemanfaatan akar berambut


untuk menghasilkan senyawa metabolit sekunder telab banyak dilakukan
amara lain lobelin dari Lobelia inflanta, kataramin dan ajmalin dari
Cataranthus roseus (Mukarlina dkk, 2005), dari saponin dari Solanum
aculeatissum, glukotropaeolin dari Tropaelum majus, hiosiamin danskopolamin
dari Atropa belladonna dan Datura innoxia.
5. Penambaban inducer (pemacu)
Penambaban inducer kedalam media kultur dapat merangsang aktivitas
enzirn tertentu yang terlibat dalarn jalur biosintesis sebingga dapa<
meningkatkan produksi metabolit sekunder. Inducer yang digunakan
untuk meningkatkan kandungan senyawa triterpene secara in vitro adalah
skualen, yang rnerupakan senyawa triterpene linier takjenuh dan inducer
untuksemua triterpene. Penambaban skualen pada kultur selAzadirachta
indica akan dapat meningkatkan kandungan azadiracbtin secara in vitro
(Zakiab dkk, 2003)
Metode bioteknologi telah terbukti dapat meningkatkan produksi beberapa
metabolit sekunder pada tanaman. Untuk mengingkatkan perolehan
metabolit sekunder digunakan tanaman basil transformasi genetic dengan
induksi Agrobacterium rhizogenes. Transformasi g~netic menggunakan
Agrobacterium rhizogenes adalah salah satu teknik yang digunakan untuk
produksi metabolit sekunder ini.

Melalui metode kultur jaringan dilakukan transforrnasi genetik yaitu


memindabkan suatu DNA bakteri Agrobacterium rhizogenes ke dalam sel
tanaman. Selain itu, juga bertujuan untuk mengkondisikan dengan menggunakan
Nicotiana tabacum. Diperoleh akar rambutArtemisia annua basil transformasi
genetik yang bentuk akar dan kadar artemisinin yang berbeda dengan akar
biasa.
Tabapan dari tranformasi guna mengbasilkan metabolit yang meningkat
adalah sebagai berikut:
Isolasi. Penelitian yang dilakukan meliputi pemiliban koleksi tanaman
obat dan determinasi tanaman Nicotiana tabacum L. dan Artemisia annua
L. Bagian dari kedua tanaman yang digunakan dalarn penelitian ini adalah
daun. Dilakukan optirnasi terbadap perturnbuhan bakteri Agrobacterium
rhizogenes dengan rnenggunakan dua komposisi media yang berbeda.
Proses selanjutnya adalah dengan melakukan persiapan. Laboratorium
kultur jaringan tertentu menggunakan tanarnan Nicotiana tabacum L. Kernudian
dilakukan beberapa proses optirnasi untuk tanaman Nicotiana tabacum L.
144 KUL TUR JARINGAN TANAMAN

ini . Optimasi tersebut mencakup optimasi sterilisai tanaman, pemilihan


medium pertumbuhan tanaman, optimasi komposisi hormon pertumbuhan
tanaman. Proses optimasi ini juga dilakukan pada tanaman Artemisia annua
L. dengan menggunakan Nicotiana tabacum L. sebagai acuan.
Setelah diperoleh hasil yang optimal, masing-masing daun tanaman
diinduksi h ingga berbentuk kalus. Dari kalus yang terbentuk inilah kemudian
diberi 3 perlakukan yang berbeda. Pertama disubkultur dalam media tanpa
hormon, kdua disubkultur dengan menggunakan media dengan hormon,
dan yang ketiga dilakukan induksi dengan merendam kat us di dalam suspensi
bakteri Agrobacterium rhizogenes.
Evaluasi dilakukan dengan membandingkan kadar plk.aloid pada Nicotiana
tabacum dan artemisinin padaArtemisia annua L. dengan melakukan ekstraksi
terlebih dahulu. Ekstraksi untuk kedua senyawa ini dilakukan dengan cara
maserasi dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Dari hasil ekstraksi
kemudian dipantau dengan menggunakan kromatografi lapis tipis lalu kadarnya
diukur dengan menggunakan spektrofotodensitometer.
Hasil optimasi menunjukkan bahwa baik Nicotiana tabarum L dan Artemisia
annuaL tumbuh optimal pada media Murashige-Skoog (MS). Untukkornposisi hormon
pada tanaman tembakau adalah NAA 2 mg/L dan BAP 1 mg/1 sedangkan untuk
Artemisia annua I... digunakan komposisi hormon NAA 2 mg/1 dan BAP 0,5 mg/1.
Akar hasil transformasi, akar tanpa transformasi, dan tanaman asli kemudian
diekstraksi dengan cara maserasi menggunakan pelarut yang sesuai. Lalu eksrrak
yang diperoleh dipantau dengan menggunakan kromatografi lapis tipis dan
dibandingkankadarrnetabolitsekl.mdemyadenganrrenggunal<anspektrofotodensitometez:
Diperoleh kadar alkaloid pada kalus yang berbentuk akar relatif lebih
tinggi dibandingkan dengan kadar pada kalus. Sedangkan pada Artemisia
annua L. hasil transformasi genetik diperoleh kadar artemisinin yang lebih
tinggi dibandingkan dengan kadar Artemisia annua L.. , tanpa trasformasi
dari tanaman aslinya. Oleh karena bentuk akar yang terbentuk berbeda dan
kadar artemisinin yang meningkat dapat disimpulkan bahwa telah terjadi
transformasi genetik pada tanaman yang telah diinduksi dengan menggunakan
Agrobacterium rhizogenes (atas kebaikan labortorium farmasi ITB).

Pertanyaan:
1. Beberapa keuntungan pemakaian kultur jaringan untuk memproduksi
senyawa metabolit sekunder antara lain, kecuali :
KULTUR JARINGAN TANAMAN 145

a. Tidak tergantung faktor lingkungan


b. Sistem produksi dapat diatur
c. Kualitas dan hasil produk lebih konsisten
d. Menambah penggunaan lahan
(Kunci Jawaban : D, Tipe Soal C2)
2. Hal-hal yang sangat menentukan keberhasiran produksi biomassa ialah:
a. Carbon
b. Hidrogen
c. Karbohidrat
d. Zat-zat tanaman
(Kunci Jawaban : C, Tipe Soal C3)
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi metabolit sekunder ialah:
a. Ekspresi sintesis senyawa metabolit sekunder
b. Makanan
c. Zat pengatur tumbuh
d. Vitamin
(Kunci Jawaban : A, Tipe Soal C4)

GLOSARIUM
Metabolit sekunder:
Senyawa sampingan yang dikeluarkan suatu tanaman dalam jumlah
sedikit, dengan jalur yang berbeda dengan metabolic primer.
Agrobacterium rhizogenes:
Bakteri yang berasal dari tanah yang mempunyai kemampuan mentranfer
bahan genetiknya untuk membentuk tumor di akar, dimanfaatkan untuk
proses transfer gen dalam produksi metabolit sekunder
Alkaloid:
Suatu senyawa metabolit sekunder yang dapat dihasilkan dari tanaman,
umumnya bermanfaat bagi manusia.
Flavonoid:
suatu senyawa metabolit sekunder yang dapat dihasilkan dari tanaman,
umurnnya bermanfaat bagi manusia.
Mahkota dewa:
Tanaman obat tradisional yang populer di masyarakat yang khasiatnya
dipercaya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit diantaranya
Diabetes Melitus (DM), anti oksidan, anti inflamasi.
BAB VIII
PELESTARIAN PLASMA NUTFAH
PADA KULTUR IN VITRO

Kompetensi Dasar :
1. Mampumerigaitkanperanankulturjaringandalampelestarian
plasma nutfah
2. Mampu mengkritisi jumal yang berhubungan dengan
materi ''pelestarian plasma nutfah" dengan teknik kultur
jaringan.

Wilayah Indonesia yang membentang luas dengan kondisi geografi


dan ekologi yang bervariasi mempunyai potensi keanekaragaman plasma
nutfah yang sangat tinggi. Tingginya tingkat keanekaragaman plasma nutfah
tersebut, merupakan potensi untuk memperoleh manfaat yang tinggi pula.
Dengan tingginya keaneka ragaman plasma nutfah, maka terbuka peluang
yang besar bagi upaya mencari dan memanfaatkan sumber-sumber gen
yang ada untuk program pemuliaan. Oleh karena itu tingginya keaneka
ragaman ini merupakan aspek yang penting untuk dipertahankan.
Kenyataan selama ini, kegiatan penduduk yang terus meningkat diberbagai
aspek kehidupan telah menimbulkan dampak negatif terhadap kelestarian
plasma nutfah, yaitu hilangnya habitat, eksploitasi berlebihan, polusi,
kebakaran,bencana alam, intensifnya penggunaan varietas-varietas unggul
baru tanpa diimbangi dengan upaya mempertahankan penggunaan varietas
lokal a tau land race, tingginya kegiatan pengambilan serta pertukaran materi
plasma nutfah secara illegal telah menambah percepatan terjadinya erosi
genetik plasma nutfah.
Untuk mengurangi dan mencegah terjadinya erosi genetik, diperlukan
upaya pengelolaan plasma nutfah secara optimal dalam bentuk kegiatan
inventarisasi (koleksi), pendataan (dokumentasi) dan pelestarian (konservasi).
KULTUR JARINGAN TANAMAN 147

Pe ngertian Plasma Nutfah


Plasma nutfah adalah substansi yang terdapat dalam setiap kelompok
mahluk hidup yang merupakan sumber sifat keturunan yang dapat dirakit
untuk menciptakan jenis unggul atau kultivar baru.
Gerakan keplasmanutfahan ditingkat International telah dimulai pada
pertengahan tahun 1960 an, ketika dirasakan mulai melenyapnya sebagian
dari plasma nutfah yang pemah ada di dunia. PBB melalui FAO telah melakukan
berbagai langkah seperti mendirikan Bank-bank pelestarian biji.
Pada usaha budidaya tanaman khususnya pada kegiatan pemuliaan
tanaman disadari pentingnya plasma nutfah sebagai sumber keragaman.
Thjuan dari koleksi plasma nutfah adalah untuk menyediakan sumber genetik
yang luas. Dari koleksi tersebut pemulia tanaman dapat memperoleh sifat
genotif yang diinginkannya.

1 . Plasma Nutfah Tanaman Hias


Plasma nutfah tanaman hi as memiliki prospek untuk berkembang dalam
pembangunan florikultur di Indonesia. Hal ini dikarenakan secara nasional
maupun international kebutuhan akan jenis dan varietas baru tanaman
hias semakin meningkat. Pemulia tanaman sering menjadi pengguna utama
dari koleksi plasma nutfah, karena mereka yang selalu mencari sifat-sifat
unik yang akan dirakit kedalam varietas baru. Masyarakat pengguna terkadang
mengalami kesulitan dalam mengakses material untuk koleksi plasma nutfah,
salah satu penyebabnya adalah data karakterisasi dan evaluasi pendahuluannya
tidak tersedia I tidak baku. Oleh karena itu, karakterisasi tanaman koleksi
perlu dibakukan atau mengikuti pedoman yang sudah ditetapkan dan diskripsinya
mengikuti panduan agar dapat digunakan sebagai bahan dalam pengujian
keunikan, keseragaman, dan kestabilan (DUS)

Eksplorasi dan Koleksi


Eksplorasi dan koleksi berguna untuk meningkatkan sumber daya genetik
(SDG), juga untuk perbanyakan dalam skala terbatas untuk skala penelitian.
Untuk memperkaya SDG, perlu dilakukan eksplorasi dan koleksi plasma
nutfah pada daerah sentra produksi, pada daerah yang masyarakatnya menggunakan
komoditas tersebut (tanaman obat, untuk kegiatan ritual), pada wilayah
pertanian, lereng perbukitan, lahan rawa (untuk tanaman hias liar)
148 KUL TUR JARINGAN TANAMAN

Karakterisasi Plasma Nutfah Tanaman Hias


Karakterisasi diperlukan untuk mengetahui sifat morfologi, fisiologi,
komponen hasil, golongan umur berbunga dan umur panen suatu spesies plasma
nutfah baik secara kualitatitf maupun kuantitatif. Sifat kualitatif merupakan
ciri utama suatu spesies/varietas, karena sifat tersebut tidak dipengaruhi
oleh lingkungan. Sifat kuantitatif dikendalikan oleh banyak gen, penampilan
sifattersebutmerupakan interaksi antara pengaruh faktor genetik dengan lingkungan.
Hal ini sangat diperlukan untuk pengelolaan plasma nutfah terse but a tau untuk
mendeteksi duplikasi genotip, pemberian nomor yang salah, sebagai alat
penilai keragaman plasma nutfah.

Dokumentasi Plasma Nutfah Tanaman Hias


Plasma nutfah merupakan materi penyedia sumberdaya genetik untuk
berbagai karakter penting. Upaya pengelolaannya dan pemanfaatannya melibatkan
berbagai kegiatan yang saling berkait, mulai dari eksplorasi, konservasi, karakterisasi
dan evaluasi. Dari kegiatan terse but akan dihasilkan banyak data yang berguna
untuk pengguna yang berminat terhadap plasma nutfah tersebut. Selain materi
fisik plasma nutfah, data dan informasi tentang identitas materi plasma
nutfah perlu dikelola, dipelihara dalam sistem dokumentasi untuk menjamin
ketersediaan informasi yang memadai.
Sistem dokumentasi berguna untuk:
Membantu dalam perencanaan dan pelaksanaan aktivitas bank genetik
Memperrnudah dalam entri data, data storage, data managemen. Dengan
adanya sistem dokumen tasi yang baik maka akan mempermudah calon
pengguna untuk mengakses informasi yang senantiasa harus up to date.

Evaluasi dan Utilisasi Plasma Nutfah Tanaman Hias


Evaluasi plasma nutfah tanaman hias merupakan kegiatan penelitian
untuk mendapatkan sumber gen yang memiliki sifat penting yang diperlukan
untuk program pemuliaan guna perakitan varietas baru.
Evaluasi dilakukan terhadap karakter penting (kualitatif dan kuantitatit)
terutama dalam pemilihan tetua untuk induk persilangan. Karakter kuantitatif
misalnya tingkat ploidi Gumlah kromosom) , jumlah bunga/ buah/ anakan,
kandungan minyak atsiri. Sedangkan karakter kualitarif meliputi sifat ketahanan
terhadap cekaman biotik Chama dan penyakit), cekaman abiotik (kekeringan,
naungan, pH), hubungan kekerabatan, mutu (kerapatan bunga, aroma),
kegenjahan panen.
KULTUR JARINGAN TANAMAN 149

Pada pelaksanaan evaluasi untuk karakteryang dipengaruhi oleh lingkungan,


perlu dilakukan pengulangan dalam pengamatannya berdasar waktu, lokasi
nunbuh, ini diperlukan untuk mendapat gambaran spesifik tentang aksesi tersebur.

2 . Plas ma Nutfah Tanaman Pangan


Plasma nutfah merupakan bahan dasar untuk merakit varietas unggul yang
mempunyai sifat produksivitas tinggi, tahan hama penyakit, mutu yang tinggi.
Untuk merakit varietas unggul diperlukan keaneka ragaman plasma nutfah
Contoh plasma nutfah tanaman pangan:

Plas ma nutfah Padi (Ory.za sativa)


Padi digunakan sebagai makanan pokok, tepung untuk kue, mie, bahan
makanan bayi. Kadar amilosa 4-30 %. Kadar arnllosa < 15% menunjukkan
bahwa padi itu termasuk golongan ketan. Kadar amilosa 20-22% merupakan
padi yang mempunyai rasa pulen. Selain karbohidrat, padi mengandung protein,
Fe, Zinc. Budidaya dapat dilakukan pada daerah sa wah, dataran tinggi, lahan
kering (gogo), rawa (pasang surut). Balitbio gen mempunyai koleksi 3500
nomor aksesi padi (padi sawah, gogo, pasang surut)

Plas ma nutfah jagung (Zea mays)


Jagung berasal dari Peru, Equador, Bolivia, Meksiko Selatan, Amerika
Tengah. Jagung dapat dibudidayakan sampai ketinggian 3600 dpl. Jagung
merupakan sumber karbohidrat sesudah padi. Juga digunakan sebagai sayuran
baby com, makanan ringan (pop corn), klobot keringnya dimanfaatkan
sebagai pembungkus wajid. Jenis jagung opaque yang mengandung tryp-
tophan dan lysine dimanfaatkan sebagai sumber makanan untuk meningkatkan
gizi. Balitbio gen mempunyai koleksi 875 nomor aksesi jagung.
Indonesia merupakan salah satu pusat sumber plasma nutfah dunia.
Keanekaragaman plasma nutfah ini harus dilestarikan. Pelestariannya dapat
dilakukan secara insitu (pelestariannya pada habitatnya) maupun secara
eksitu (diluar habitatnya, berupa kebun koleksi, kebun raya, penyimpanan
benih dan kultur in vitro)

Pelestarian Plasma Nutfah In-Situ


Ada 2 macam konserva~ in situ dan ek situ. Pelestarian in situ, bersifat pasrr:
menggunakan tempat tumbuh asli suatu jenis. Jenis-jenis tertentu diberi kesempatan
150 KULTUR JARINGAN TANAMAN

untuk berkembang dan benahan dalam keadaan lingkungan alam dan habitamya
yang asli, tanpa campur tangan man usia. Kawasan konservasi in situ antara
lain: Suaka alam (eagar alam dan suaka margasatwa), kawasan pelestarian
alam (taman nasional, taman hutan raya, taman wisata alam)
Pelestarian plasma nutfah dapat dilakukan dengan cara konvensional
atau moder (bioteknologi). Dhanutirto (1990) mengatakan kelebihan cara
konvensional adalab aneka ragam nutfab dapat dilestarikan karena menggunakan
laban yang luas, kekurangan cara ini adalab sulimya memonitor pelaksanaannya
karena luasnya laban, kestabilan genetik plasma nutfab sulit dijamin. Kelebihan
cara modern menggunakan ruang yang sempit (secara in vitro), mudah
memonitOJ; tenaga kerja sedikit, sementara kekurangannya adalab menghendaki
investasi awal yang tinggi.
Metode konvensional sudah ada yang berhasil menyelamatkan berbagai
plasma nutfah, yang berguna untuk kelangsungan hidup jenis tertentu di
muka burni.
Dalarn pelaksaan pelestarian plasma nutfah, hal-hal berikut perlu diperhatikan
(Dhanutirto, 1990):
Pengkajian teknologi pelestarian
Penyediaan tenaga ahli
Pembangunan saran dan prasarana

Pemeliharaan intensif secara in situ dapat melibatkan masyarakat dan


daerah, seperti mengelola : hutan, pantai, padang, hamparan rurnput dll.

Pelestarian Plasma Nutfah Ek - Situ


Pelestarian eksitu bersifat aktif, dengan cara rnemindahkan suatu jenis
ke suaru lingkungan atau tempat pemeliharaan baru diluar habitat alamiahnya.
Konservasi plasma nutfah tanarnan yang dilakukan secara ek situ dalarn
bentuk;
1. Bank gen koleksi benih, untuk plasma nutfah padi, jagung, sorgurn, kedelai,
kacang tanab, kacang hijau, kacang tunggak, kacang gude, komak, kacang
bogo:r; kacang koro, padi liar. Lokasinya: di Laboratoriurn Bank Gen dan
Genetika Tanarnan, BB Biogeo Bogor
2. Bank gen di lapang (field gene bank), untuk: ubi kayu, ubi jalar, ubi-
ubian minor (ubi kelapa, talas, gembili, ganyong, patat, iles-iles), berlokasi
di BB Biogen Bogo:r; kebun percobaan Cikeurneuh Bogo:r; Kebun Percobaan
pacet, Cianjur, Kebun percobaan muara, Bogor.
KULTUR JARINGAN TANAMAN 151

3. Konservasi secara in vitro


Pelestarian in vitro merupakan salah satu aplikasi dari konservasi ek- situ.
Pelestarian in vitro dilakukan pada tanaman yang mempunyai viabilitas
benih yang singkat, dan pada tanaman yang diperbanyak secara vegetatif.

Pelestarian in vitro memlliki keuntungan:


Hemat dalam pemakaian ruang.
o Karena tidak menanam secara konvensional dilapangan atau menanam
seperti layaknya kultur in vitro biasa, tetapi melakukan modifikasi
(misalnya; pengkerdilan) terhadap tanaman maka ruangan yang
dibutuhkan juga semakin kecil.
Dapat menyimpan tanaman langka.
o Dengan penggunaan ZPT tertentu ataupun cryopreservation, kita
dapat menyimpan tanaman sehingga koleksi tanaman langka (sumber
plasma nutfah) tidak habis.
Dapat mempertahankan tanaman yang tidak dapat menghasilkan biji.
o Altematif cara yang dilakukan adalah dengan perbanyakan vegetatif,
kultur kalus, kultur sel dengan penambahan ZPT retardan.
Bebas dari gangguan hama dan penyakit.
o Ruangan yang digunakan diusahakan tertutup dari komunikasi dengan
dunia luar, karena tingkat aseptisitas tetap dijaga, maka gangguan
dapat diperkecil.
Dapat disimpan lama.
o Dengan menggunakan retardan dan perlakuan lainnya, pertumbuhan
tanaman yang dikonservasi tidak terlalu banyakmembutuhkan sumber
hara dan pertumbuhannyajuga dapat dikatakan "mati segan hid up
tetap berjalan"

Pelestarian in vitro dapat dilakukan dengan cara:


Kriopreservasi (penyimpanan dibawah titik beku -196'C)
Pertumbuhan minimal (dengan menggunakan senyawa - senyawa retard an
= CCC, Ancymidol, SADH, Paclobutrazol, Suhu rendah).
Kombinasi suhu rendah dan retardan. Merupakan cam yang baik dibanding
dengan cara lainnya. Paclobutrazol mempunyai sifat translokasi yang lebih
baik sehingga lebih efektif dalam menghambat pertumbuhan, yang sangat
diperlukan untuk keadaan konservasi di in vitro.

Eksplan terbaik untuk proses ini adalah jaringan meristem, tunas dan
152 KULTUR JARINGAN TANAMAN

embrio. Hal ini perlu untuk menjaga kestabilan genetik dan untuk mengeliminir
kerusakan morfogenesis.
Konservasi in vitro sudah dilaksanakan di banyak negara. Indonesia,
sebaiknya sudah mengerjakan hal ini. Mengingat sumber daya plasma nutfah
kita yang berlimpah dapat saja pada akhirnya akan beralih ke negara lain
dan kembali ke Indonesia dengan cara diimpor dari negara terse but, dengan
nama plasma nutfah baru yang berinisial Bangkok, Jepang, Australia dan
lainnya, yang semestinya adalah merupakan asset negara kita.
Selain konservasi terhadap jaringan biasa, terdapat juga konservasi
untuk melestarikan tanaman seca.ra in vitro melalui embrio rescue (pengawetan
em brio), konservasi yang dilakukan terhadap embrio embrio tanaman langka.

Pertanyaan :
1. Substansi yang terdapat dalam setiap kelompok mahluk hidup yang
merupakan sumber sifat keturunan yang dirakit untuk menciptakan jenis
unggul atau kultivar baru. Pemyataan tersebut merupakan pengertian dari:
a. Kultur Jaringan
b. Plasma Nutfah
c. Zat Pengatur Thmbuh
d. Vitamin
(Kunci Jawaban : B, Tipe Soal C- 2 )
2. Untuk mengurangi dan mencegah terjadinya erosi genetik, diperlukan
upaya pengelolaan plasma nutfah secara optimal dalam bentuk kegiatan:
a. lnventarisasi, pendataan dan pelestarian
b . Inventarisasi, pendataan dan konversi
c. Inventarisasi, survey, pendataan
d. Konversi, inventarisasi dan survey langsung
(Kunci Jawaban : A, Tipe Soal C3)
3. Ada dua macam konservasi yaitu ek situ dan in situ. Pengertian konservasi
situ ialah :
a. Pelestarian di luar habitat aslinya
b. Pelestarian di habitat aslinya
c. Pelestarian tidak langsung
d. Pelestarian langsung
(Kunci Jawaban : B, Tipe Soal C2)
KULTUR JARINGAN TANAMAN 153

GLOSARIUM
Plasma nutfah:
Substansi yang terdapat dalam setiap kelompok mahluk hidup yang
merupakan sumber sifat keturunan yang dapat dirakit untuk menciptakan
jenis unggul atau kultivar baru
Habitat:
Tempat hidup
Varietas:
Jenis keragaman setelah spesies
Morfologi:
Bentuk luar
Fisiologi:
Bagian fungsi dalam rubuh
Konservasi:
Upaya perlindungan, penelitian dan pemberdayaan
Ploidi:
Jumlah set kromosom
Pelestarian plasma nutfah ins itu:
Pelestariannya pada habitamya
Pelestarian plasma nutfah eksitu:
Pelestariannya diluar habitatnya, misal berupa kebun koleksi, kebun
raya, laboratorium kultur jaringan dan lain-lain
Kriopreservasi:
Penyimpanan dibawah titik beku - 196° C
Embrio:
Bakal individu baru
Embrio rescue:
Pengawetan embrio

I •
BAB IX
AKLIMATISASI TANAMAN
HASIL KULTUR IN VITRO

Kompetensi Dasar :
1. Mampu menuliskan prosedur aklimatisasi tanaman hasil
kultur jaringan.
2. Mampu mendeskripsikan tahapan aklimatisasi pada berbagai
jenis tanaman hasil kultur jaringan.
3. Mampu mengkritisi jumal yang berhubungan dengan
materi "aklimatisasi tanaman basil kultur jaringan"

Seluruh rangkaian proses kultur jaringan, pada akhirnya bertujuan


menghasilkan produk berupa tanaman kultur jaringan yang memiliki kualitas
unggul. Tanamana-tanaman ini, setelah kurun waktu tertenru dibesarkan
di ruang kultur, maka untuk kelanjutannya harus di tanam di lapang. Untuk
keperluan tersebut maka tanaman hasil kultur terse but terlebih harus melewati
tahapan AKLIMATISASI.
Aklimatisasi adalah suatu tahapan penyesuaian diri ranaman hasil
kultur jaringan terhadap lingkungan sekitar. Aklimatisasi dapat disebut sebagai
tahapan penyesuaian diri, sebelum pada akhirnya tanaman mampu hidup
di lapangan. Tahapan ini sering diabaikan oleh banyak orang, mereka senantiasa
lebih terfokus pada perawatan tanaman in vitronya. Padahal, seunggul apapun
tanaman yang dihasilkan dari teknik kulturjaringan tersebut, jika tidak dilakukan
proses aklimatisasi dengan benar maka tanaman yang dihasilkan dari teknik
kultur jaringan tersebut akan mati.
Tahapan aklimatisasi merupakan satu tahapan kritis. Mengapa dikatakan
demikian? karena tahapan ini merupakan tahapan peralihan dari keadaan
yang selama ini terkondisi dengan baik di dalam ruang kulttn; menuju ke kondisi
alam yang suhu, iklim, temperatur dan lainnya dapat berubah-ubah.

154
KULTUR JARINGAN TANAMAN 155

Dibawah ini dituliskan beberapa saran dan petunjuk untuk melakukan


aklimatisasi pada berbagai jenis tanaman, untuk lebih lengkapnya tentang
aklimatisasi, dipersilakan membaca pedoman praktikurn.
1. Proses aklimatisasi adalah proses penyesuaian diri, disarankan jika
tanarnan kultur hendak dipindah, maka harus diperhatikan media turnbuh
yang tepat untuk tanaman tersebut.
2. Sebelum digunakan, media tumbuh harus "dijenuhi dengan dengan
air''. Hal ini dilakukan karena tanaman berikut media turnbuh (biasanya
di tanam dengan pot gelas aqua), harus disungkup selama 1-2 hari,
sehingga diperlukan sedikit kelembaban.
3. Pemakaian tray untuk tempat aklimatisasijuga dapat digunakan, tetapi
harus menggunakan sungkup plastik selama beberapa hari sebelurn
sungkup dibuka.
4. Tanaman diletakkan pada ruang kulrur selarna 1-2 hari, setelah itu baru
dipindah ke luar ruangan. Penutup I sungkup dibuka sedikit demi sedikit, agar
tanaman secara perlahan-lahan mampu menerima kondisi alam luar.
5. Tanaman tidak langsung ditanam dilapang, tetapi masih memerlukan
naungan umuk beberapa hari sampai tanaman tersebut benar-benar
kuat untuk ditanam dilapang.
6. Berdasarkan pengalaman penulis, untuk tanaman nenas, daun dewa,
krisan, pertumbuhan anakan lanjutan dapat dilakukan langsung dibawah
terik matahari. Untuk tanaman anggrek, rnemerlukan naungan 30-50%
sesuai habitat aslinya. Khusus untuk tanaman manggis, mulaisaat dikeluarkan
dari botol kul~ masa anakan sampai umur 3 tahun, manggis memerlukan
naungan sekitar 50%, biasanya digunakan paranee ataupun a tap nipah
yang berlubang (Harahap, 2008).

Dibawah ini diuraikan skema proses aklimatisasi tanaman yang berasal


dari kultur jaringan
156 KUL TUR JARINGAN TANAMAN

1. Menyiapkan media tumbuh


yang terdiri dari tanah, pupuk
kandang , pasir (modifikasi
peneliti).Tanah dijenuhi dengan
menggunakan air

~ • • q ...:" ' .... " ••

:.1 ir;.t •' f . ~\·1 :·1~. ~.(' .. ~·


media agar, lalu dicuci dengan
menggunakan deterjen dan air
mengalir, rendaro dalam
fungisida dan bakterisida selama

3. Tunas in
tanam pada
disediakan

·~
4. Pot ditutup dengan plastik
dan diikat dengan karet
KULTUR JARINGAN TANAMAN 157

invitro berada di dalam


ruang kultur (±2 hari) untuk proses
penyesuaian, keroudian di keluarkan
dari ruang kultur dengan

7. Tutup plastik dibuka, letakkan pot


pada lingkungan dengan diberi
naungan (2-3 minggu)

8. Khusus pada tanaman manggis


proses aklimatisasi mernerlukan
waktu lebih lama

9. Tunas invitro siap untuk ditanam


di polibag dan seterusnya di lapang

I0. Khusus Tunas in vitro


(manggis) memerlukan
naungan 50-60 % hingga
berumur 2-3 tahun
158 KULTUR JARINGAN TANAMAN

Pertayaan:
1. Suatu tahapan penyesuaian diri tanaman diri hasil kultur jaringan terhadap
lingkungan sekitar disebut.. .....
a. Transfer gen
b. AkJimatasi
c. Kulrur jaringan
d. Plasma Nutfah
Kunci jawaban : B
2. Dalarn aklirnatisasi sebelurn digunakan media tumbuh harus ..
a. Dibiarkan
b. Dipanaskan
c. Dijenuhi dengan air
d. Ditanam langsung
Kunci jawaban : C
3. Proses penyungkupan dalam ak.lirnatisasi biasanya rnemerlukan waktu..
a. 1-2 hari
b. 2-3 hari
c. 3-4 hari
d. 4-5 hari
Kunci jawaban : A
4. Dalam proses ak.limatisasi tanarnan anggrek membutuhkan naungan ...
a. 30-50 % sesuai habitat aslinya
b. 40-60 % sesuai habitat aslinya
c. 50-70 % sesuai habitat aslinya
d. 60-80 % sesuai habitat aslinya
Kunci jawaban : A

GLOSARIUM
Aklimatisasi:
Suatu tahapan penyesuaian diri tanarnan hasil kultur jaringan terhadap
lingkungan sekitar
Naungan:
Pelindung dari intensitas sengatan matahari, biasanya digunakan para
net atau tanarnan lain yang lebih besar
Rumah kaca:
Suatu bangunan yang rnerniliki atap yang terbuat dari kaca, seluruh
KULTUR JARINGAN TANAMAN 159

dindingnya di tutup dengan kawat kaca, digunakan umuk tempat proses


pembesaran tanaman hasil kultur jaringan. Ruangan harus dilengkapi
dengan pengatur suhu, kelembaban dan lain lain.
BAB X
KULTUR JARINGAN
TANAMAN MANGGIS
(Media Pertumbuhan dan Pengal~r
Tanaman Manggis)

A. Pendahuluan
Thlisan pada bab ini bertujuan untuk memberi informasi kepada mahasiswa
dan peneliti pemula pada bidang kultur jaringan, khususnya kultur jaringan
canaman manggis. Tulisan ini terdiri dari pendahuluan, tinjauan pustaka,
metode, hasil dan pembahasan, kesimpulan.
Beberapa masalah dihadapi dalam pengembangan manggis, terutama
lambacnya percumbuhan yang diakibatkan dari lambacnya percurnbuhan
meristem apikal, masa juvenil dan masa dormansi yang lama. Hal ini menyebabkan
sulitnya mendapatkan bibit manggis yang siap canam, yang disebabkan
oleh sulitnya mendapat batang bawah siap sambung (Wieble, Chako dan
Downtown 1992; Ramlan et al 1992; Cox 1988; Poerwanto 2000, 2003) .
Cara perbanyakan yang sudah dilakukan seperti grafting dan sambung
pucuk membutuhkan batang bawah yang berasal dari biji. Pertumbuhan
batang bawah sangat lambat membutuhkan waktu 2 sampai 3 tahun untuk
mencapai siap sambung. Selain itu masalah yang dihadapi dalam perbanyakan
manggis adalah biji yang dihasilkan sedikit, semua ini menyebabkan harga
bibit manggis menjadi mahal.
Tersedianya bibit yang berkualitas, seragam dan harga yang terjangkau
oleh petani merupakan langkah awal untuk meningkatkan produksi buah
manggis. Tehnik kultur jaringan merupakan alternatif pemecahan dalam
masalah ini sehingga dapat dihasilkan bibit yang seragam dan kualitas
tetjamin. Hasil perbanyakan tunas terse but dapac langsung digunakan sebagai
bibit atau dapatjuga digunakan sebagai batang atas. Melalui kultur jaringan
ini dapat dihasilkan lebih dari 10 canaman dari satu biji manggis.

160
DAFTAR PUSTAKA

Anomin, 2005. Fisiologi Thmbuhan Jilid III. ITB Bandung. Bandung. 343
hal (Terjernahan)
Bhagwat A; Krishna T.G; Bhatia C.R. 1997. RAPD Analysis oflnduced Mutants
of Groundnut (Arachis hypgea L.) Journal of Genetics. 1997 Dec;
76(3) : 201-8 (http://indmed.nic.in/)
Bhojwani, S.S. 2000. Plant Tissue Culture. Elsevier Science Publishing Company
Ing, Netherlands.
Cantor, M.I. Korosfoys P. 2002. Studies Concerning the Effect of Gamma
Radiation and Magnetic Field Exposure on Gladiolus. Journal Central
European Agriculture. Vol 3 (2002) No.4.
Dixon, R.A. and Gonzales, R.A.1994. Plant Cell Culture, A Practical Approach
nd ~d • Oxford University Press. New York.

Davies P. J . 1995. Plant Hormone, Physiology, Biochemistry and Molecular


Biology. KJuwer Academic Publishers. London. 833 hal.
Dwidjosepurro, D. 1985. Pengantar Fisiologi Thmbuhan. Gramedia. Jakarta
Evans, D.A. and Sharp WR. 1986. Sornaclonal and Gametoclonal Variation
in Evans D.A. and Sharp, WR and Amirato, P.V. (eds) Hand Book of
Plant Cell Culture, Volume 4. Me Milland Publ Co. New York. P:97-
132
Flick C. E., Evans and W R. Sharp. 1981. Growth and Behaviour of Cell
Cultures; Embryogenesis and Organogenesis. In Thorpe, T. A. (eds),
Plant Cell and Tissue Culture : Methods and Aplications in Agri-
culture. Academic Press Inc, New York, USA. 353 hal.
Fitter, A.H. and Hay, R.K.M. 1991. Fisiologi Ungkungan Tanaman. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta. Penerjemah Andani S dan ED
Purbayanti.
Gardner, F. P. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia.
428 hal (Terjernahan)
165 KULTUR JARINGAN TANAMAN

Gamborg, O.L. and Phillips, G.C. 1995. Plant Cell, Tissue and Organ Cul-
ture, Fundamental Methods. Springer, New York.
Griga, M.; Stejskal, J. and Bebet; K. 1995. Analysis ofT!ssue Culture. Exegenetics
Limited. England
Gupta, P.K. ; Balyan, H.S. ; Sharma, P.C. ; Ramesh, B. 1996. Microsatellites
in Plants: A new class of Molecular Markers. Current Science 70
(1): 45-54.
Gunawan, L.W 1992. Tehnik Kultur Jaringan Thmbuhan. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan. DIKTI - PAU IPB, Bogor
Harahap, F. 1994. Analisis Fenotip dan Kadar Protein Tanaman Kacang
Hijau (Vigna radiata L.) Wilczek Akibat Perlakuan Kolkhisin. Tesis,
Program Pasca Sarjana UGM, Yogyakarra.
Harahap, F. 1998. Analisis Sitologi Tanaman Bawang Merah (Allium cepa L.)
Hasil Perlakuan Kolkhisin. Proseeding Penelitian PPD HEDS, Padang.
Harahap, F. 2000. Struktur Anatomi Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.)
Wilczek Hasil Perlakuan Kolkhisin. Proseeding Penelitian PPD HEDS,
Padang.
Harahap, F. 2003. Peningkatan Variasi Genetik Tanaman Manggis (Garcinia
mangostana L.) dengan :nduksi Radiasi Sinar Gamma. Prosiding
Simposium PERAGI VIII. Bandar Lampung.
Harahap, F. 2005a. Induksi Variasi Genetik Tanaman Manggis (Garcinia
mangostana L.) Dengan Radiasi Sinar Gamma. Disertasi. Sekolah
Pascasarjana, IPB Bogar
Harahap, F. 2005b. Induksi Mutasi Pada Kultur in vitro Tanaman Manggis
(Garcinia mangostana L.) dengan Radiasi Sinar Gamma. Prosiding
APISORA 2005. Badan Tenaga Nuklir Nasional. Jakarta.
Harahap, F. 2006a. Optimasi Media Pertumbuhan Tanaman Manggis (Garcinia
mangostana L) (Pengaruh BAP dan Pola Pemotongan Eksplan Terhadap
Pembentukan Thnas Secara In Vitro) Prosiding Seminar Nasional
Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman IPB, Bogar
Harahap, F. 2006b Variasi Genetik Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L)
Hasil Perlakuan Radiasi Sinar Gamma dengan Penanda Isozim, Prosiding
Seminar Nasional PERHORTI 2006. Ditjen Hortikultura, Jakarta.
Harahap,F. 2006c. Analysis of Mangosteen Culture after Gamma Ray Treatment
with Random Amplified Polymorphic DNA Marker. Proceedings THE
KULTUR JARINGAN TANAMAN
166

FIFil-I REGIONAL IMf-Gf UNlNET CONFERENCE & INTERNATIONAL


SEMINAR 2006, Tiara Convention Center, Medan, North Sumatra,
Indonesia.
'
Harahap, F. 2006d. Induksi Mutasi pada Kultur Tanaman Manggis (Garcinia
mangostana L) dengan Radiasi Sinar Gamma dan Analisis Perubahan
DNA dengan Penanda Moleku~ Presiding Seminar Nasional PERAGI
2006. UGM, Yogyakarta
Harahap, F. 2007 Pengaruh Benzyl Amino Purine (BAP) dan Pola Pemotongan
Eksplan Terhadap Pembentukan Thnas Manggis (Garcinia mangostana
L) In vitro. BuletinAgronomi. DepartemenAgronomi dan Hortikultura,
Fakultas Pertanian, IPB Bogar. Vol 12, Maret 2007.
Harahap, F. 2008. Seleksi dan Pengakaran tanaman manggis (Garcinia-mangostana
(L.) In vitro Hasil perlakuan radiasi Sinar Gamma (Laporan Hibah
Bersaing 2007/2008)
Harahap, F. 2009. Seleksi dan Pengakaran tanaman manggis (Garcinia-mangosrana
(L.) In vitro Hasil perlakuan radiasi Sinar Gamma (Laporan Hibah
Bersaing 2007/2008}
Harahap, F. 2008. Penguasaan Kompetensi Teknologi Kultur Jaringan untuk
Pengembangan Kewirausahaan Lulusan Biologi Unimed, Jurnal LPM
UNIMED Medan Voll4 No 53 Tahun XIV September 2008, Hal:44-Sl.
Harahap, F. 2008. Pemanfaatan Teknologi Kultur Jaringan untuk Perbanyakan
Anggrek Dendrobium, Jurnal LPM UNIMED Medan Vol 14 No 54
Tahun XIV Desember 2008, Hal 15-22.
Harahap, F. 2009. Teknik praktis budidaya tanaman anggrek, Jurnal LPM
UNIMED Medan Vol 15 No 55 .Tahun YN Maret 2009, Hal: 16-26.
Harahap, F. 2009. Penguasaan Kompetensi Kultur Jaringan Bagi Mahasiswa
Biologi dan Peluang Berkarir untuk Keilmuan dan Pengembangan
Budaya Kewirausahaan, Jurnal LPM UNIMED Medan, Vol 15 No
56 Tahun XV Juni 2009, Hal: 54-60.
Harahap, F. 2010. Pertumbuhan Pengakaran dan Aklimatisasi Tanaman Manggis
(Garcinia mangostana 1.) In Vitro dengan Berbagai TeknikRekayasa,
Laporan Penelitian Fundamental,
Harahap, F. 2010. Teknik praktis membuat anggrek selalu berbunga. Jurnal
LPM UNIMED Medan Vol 16 No 61 Tahun XVI September 2010,
Hal: 15-22.
167 KUL TUR JARINGAN TANAMAN

Harahap, E 2010. Analisis DNA Manggis (Garcinia mangostana L) Hasil Iradiasi


Sinar Gamma dengan Penanda Molekulet; Seminar MIPA Universitas
Malang, 13 Juni 2010.
Harahap, F. 2010. Pengaruh Kinetin dan Pola Pemotongan Eksplan terhadap
Pembentukan 1\.rnas Manggis (Garcinia Mangostana L.) In Vitro.
Seminar Hasil Penelitian Dosen- Dosen UNIMED, PR I UNIMED,
3 Nopember 2010
Harahap ,F. 2011. Induksi Thnas In Vitro Tanarnan Manggis (Gardnia mangostana
L.) Hasil Perlakuan Kinetin dan Pola Pemotongan Eksplan yang
Berbeda. Seminar Nasional Biologi, USU, 22 Januari 2011
Harahap, F. 2011. Implementasi Kompetensi Dosen Dan Mahasiswa Jurusan
Biologi Untuk Mengatasi Kesenjangan Penguasaan Guru Terhadap
Materi Kultur Jaringan. Seminar Hasil Penelitian Dosen- Dosen UNIMED,
PR I UNIMED, 10 Nopember 2011
Harahap, F. 2011. Pengakaran Thnas Manggis (Garcinia mangostana L.) In
Vitro dengan Pemberian Berbagai Zat Pengatur Thmbuh. Proseding
Seminar Perhimpunan Biologi Indonesia, Unsyiah, Banda Aceh,
26-27 Nopember 2011
Harahap, E 2011. Studi Pengakaran 1\mas Manggis In Vitro dengan Penyambungan
dan Kaki Ganda. Proseding Seminar Perhimpunan hortikultura Indonesia,
Balai Tanaman Sayuran, BAUTSA Lembang, Bandung 23-24 Nopernber
2011
Harahap, F. 2011. Panduan Teori Fisiologi Tumbuhan. FMIPA UNIMED,
UNIMED Press, Medan
Hendaryono, D. P. S. 2000. Pembibitan Anggrek Dalam Botol. Kanisius.
Yogyakarta.
Hussin, G. ; Harun, A.R. ; Sarnsudin, S. 2002. Study on Mutagenesis of Signal
grass (Brachiaria decumbens) by Gamma Radiation, Malaysian Institute
for Technology Research (MINT), Malaysia,
IAEA. 2005. Mutation Breeding for Disease Resistence Using in-vitro Culture
Techniques. IAEA, Vienna.
Ibrahim, R. 2008. In vitro mutagenesis in Roses. A Roses by Any Other
Name : Application of Radiation Technique and Biotechnology for
production of Mutant Varieties of Roses.
Ignacimuthu, S. 1997. Plant Biotechnology. Science Publishers Inc. London
KUL TUR JARINGAN TANAMAN 168

Irwansyah. 2010. Regenerasi Jaringan Kalus Bawang Putih (Allium sativum


L) yang Diradiasi dengan Neutron Cepat. Risalah Pertemuan Ilmiah
Aplikasi lsotop dan Radiasi Dalam Bidang Pertanian, Petemakan,
Biologi, BATAN, Jakarta.
Iswanto, H. 2010. Anggrek Phalaenopsis. Agro Media Pustaka. Depok.
Iswanto, H. 2004. Petunjuk Perawatan Anggrek. Agro Media Pus taka. Depok.
Johansen, D. A.1940. Plant Microtechnique. McGraw - Hill Book Company,
Inc. New York and London.
Krikorian, A. D. 1995. Hormones in Tissue Culture and Micropropagation.
P 774- 796. In P. J. Davies (ed) Plant Hormones. Physiology, Biochemistry
and Molecular Biology. Kluwer Acad. Pub!. The Netherlands.
Kuksova, V. B.; Piven, N.M.; Gleba, Y.Y. 1997. Somaclonal Variation and in
vitro Induced Mutagenetis in Grapevine. Plant Cell Tissue and Organ
Culture 49: 17-27
Larkin, P. J. and Scowroft. 1981. Somaclonal Variation a Novel Source of
Variation from Cell Culture. Theoritical and Applied Genetics 60:
197-214.
Leal, M. R. 1996. Somaclonal Variation as a Source of Resistence to Eyespot
Disease of Sugarcane. Plant Breeding 115. 37-42
Maralappanavar; M.S. ; Kuruvinashetti, M.S. ; Harti, C. C. 2000. Regeneration,
Establishment and Evaluation of Somaclones in Shorgum bicolor (L.)
Moench. Euphytica 115: 173-180
Mille!; D. R ; Waskom, RM. ; Chapman, P.I.. 2010. Transfering in vitro technology
to Field. Journal of Biotechnology . Vol. 9
Moon, D. H. ; Ottoboni, M.M. and Souza, A.P. 2007. Sornaclonal Variation-
Induced Alurnunium Sensitive Mutan from an Alumunium-Inbred
Maize Toleran Line. Plant Cell Report 16: 686-691.
Murashige, T. and F. Skoog. 1962. A Revised Medium for Rapid Growth and
Bioassays with Tobacco Tissue Culture. Physiol. Plant. 15: 473-497.
Mowrey, B. D and Weme, D.J. 1990. Inheritance oflsocitrate Dehydrogenase,
Malate Dehydrogenase and Shikimate Dehydrogenase in Peach and
Peach X Almond Hybrids. J Amer. Soc. Hort. Sci. 115 (2): 312-319.
Mukarlina, Esyanti, R, Sireg~ A, 2006. Pengaruh Pemberian Elicitor Homogenat
Jamur Pytium aphanidermatum (L.) terhadap Kandungan Ajrnalisin
169 KUL TUR JARINGAN TANAMAN

dalam Kultur Akar Cathantus roseus (L.), Jumal matematika dan


sains Vol 11 No 2, Juni 2006, Ha11-7.
Murashige, T and Skoog F. 1962. a Revised Medium for Rapid Growth and
Bioassays with Tobacco Tissue Culture. Physiol. Plant 15: 473-497.
Negrutiu, I. 1989. In vitro Mutagenesis. In Dix, P.J. (ed) Plant Cell Line Selec-
tion, Procedures and Application. VCH.New York. P: 19-38.
Nursandi, F. 2006. Studi Perbanyakan In vitro Tanaman Nenas (Ananas
com usus L. Merr) dan Analisis Kestabilan Genetik Berdasarkan Karakter
Morfologi, Isozim dan RAPD. Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana IPB,
Bogar.
Okeyo, P. 0. and KakoS. 2007. In vitro and in vivo Characterization of Cymbidium
Cultivars by Isozyme Analysis. Journal of Horticultural Science 72(2)
263-270
Pierik, R. L. M. 2007. In vitro Culture of Higher Plants. Martinus Nijhoff
Publ. Dordrecht.
Poespodarsono S. 1988. Dasar-dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman, PAU- IPB,
Bogar
Posvec, Z. Griga M. 2000. Utilization of Isozyme Polymorphism for Cultivar
Identification of 45 Commercial Peas (Pisum Sativum L.). Euphytica
113: 251-258.
Prasetyorini. 2010. Pengaruh Radiasi Sinar Gamma danJenis Eksplan terhadap
Keragaman Somaklonal pada Tanaman Gerbera (Gerbera Jameonii
Bolus Ex Hook), Tesis Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor;
Bogar
Ramulu, K. S 1995. Apomixis, a Clonal Reproduction through Seed ;
New Molecular Genetic Strategies at CPRO-DLO. In : Yves Savidan
(Ed) Apomixis News Letter 8 , Juni 1995.
Roningsih, S. 2007. Pengaruh Pemberian Kinetin Terhadap Pertumbuhan
Planlet Anggrek (Dendrobium sp.) Secara In Vitro. Skripsi. FMIPA
UNIMED, Medan.
Sandra, E. 2004. Kultur Jaringan Anggrek Skala Rumah Tangga. AgroMedla
Pustaka. Depok.
Sarwono, B. 2002 .Aggrek Hibrida. Agro Media Pustaka. Depok.
Salisbury, F. Band Ross, C.W 2007.. Plant Physiology. third edition. Wadsworth
Publishing Company, Belmont. California. Teljemahan.
KULTUR JARINGAN TANAMAN 170

Soltis, D.E and Soltis P. E. 1989. Isozyme in Plant Biology. Dioscorides


Press. Portland Oregon. p63
Sihotang, H. 2000. Multiplikasi Tunas Anggrek (Dendrobium sp.) Secara In
Vitro dengan Pemberian Zat Pengatur Thmbuh BAP pada Media
MS. Skripsi. FMIPA UNIMED, Medan.
Staba, E. J. 1980. Plant Tissue Culture as a Source of Biochemicals. CRC
Press Inc, Florida.
Wareing, P. F and Phillips I.D.J. 1981. Growth and Differentiation in Plants
rd ed, Pergamon Press, England.
Wattimena, G. A. 1988. Zat Pengatur Thmbuh Tanaman. Pusat Antar Uni-
versitas IPB Bogor Bekelja Sarna dengan Lembaga Sumberdaya Informasi
IPB, Bogor.
Wattimena G. A. Mattjik NA. 1992. Pemuliaan Tanaman Secara in vitro.
Dalam Tim Laboratoriurn Kulrur Jaringan (ed). Bioteknologi Tanarnan.
PAU Bioteknologi. IPB. Bogor.
Wattimena, G. A. 2000. Pengembangan Propagul Kentang Berrnutu dan
Kultivar Kentang Unggul dalam Mendukung Peningkatan Produksi
Kentang di Indonesia. Orasi Ilrniah Guru BesarTetap Ilmu hortikultura.
Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
Weaver, R. J. 1972. Plant Growth Substances in Agriculture. WH Freeman
and Company. San Fransisco. 594 p
We there I, D. F. 1976. Pengantar Propagasi Tanaman secara in vitro. Terjemahan
Avery Publishing Group Inc, Wayne. New Jersey. 110 p.
Yusnita. 2003. Kultur Jaringan, Cara Memperbanyak Tanaman Secara Efisien.
Agro Media Pustaka. Bogor
Zakiah, Z., Marwani, E., Siregar, A. 2003. Peningkatan Produksi azadirachtin
dalam kultur suspensi selAjadirachta indica A. Juss melalui penambahan
squalene, jurnal Matematika dan Sains Vol 8 No 4, Desember 2003,
Hal : 141-146.
INDEKS
(Angka didalam kurung menunjukkan di halaman berapa
kata - kata tersebut ditemukan)

Asam amino (26, 32) Fotosintesis (9)


Absisi (56) Genotip (91)
Aleuron (71) Gigantisme (60)
Alifatik (75) Gynogenesis (88)
Allelopati (76) Haploid ( 7)
Amorphus (101) Herbisida (58)
Androgenesis ( 88) Heterotrop (29)
Aseptik ()8 Histologi ( 8)
Asenaphthen (7) Hormon (50)
Basepetal (56 Incompatibilitas (94)
Biosimesis (131) Inisiasi (33)
Biote1anologi ( 9) Inositol (74)
Buffer (33) In vitro ( 2, 7, 22, 56, 78, 112)
Desinfektan (17) Isozim (8)
Difrensiasi (29) Kalus (43)
Dormansi (63) Kariokinesis ( 116)
Elongasi (60) Kolkhisin ( 7)
Ekstrak ( 64) Konvensional (33)
Elektroforesis ( 21) Klorofil (28)
Embryo ( 4) Kotilledon (88)
Embryogenesis (88) Konversi (28)
Embrio somatic (89) Koleoptil (53)
Enzymatik (4) Kloning (2 )
Endosperm ( 7) Khromatografi (66 )
Endoreduplikasi (116) Kultur embrio (90)
Endopoliploidi (116) Kultur jaringan (1 , 3, 5, 15, 34, 56,
Etilen (69) 77, 112, 145, 178, 180)
Fenolik (34) Kromosom (7)

171
KULTUR JARINGAN TANAMAN 172

Kultur meristem (91) Resistensi (103)


Parenkim (10) Regenerasi ( 3)
Prekursor (29) Sel germinal ( 3)
Primordia daun ( 92) Sel somatic ( 3, 5)
Plasma nutfah ( 92) Selulase ( 4)
Meristem apical ( 56) Sitologi ( 9)
Mobilitas ( 33) Suspensi ( 11)
Morfogenesis ( 64) Sterilisasi (14)
Meristematis (3) Sitokinesis (116)
Metabolisme (70) Stratifikasi (72)
Mutan (114) Thiamin (30)
Metabolit sekunder ( 5) Translokasi ( 28)
Meriklon ( 92) Toksik ( 34)
Nutrisi (26) Totipotensi ( 2)
Osmotikum ( 95) Translokasi ( 52)
Organik ( 26) Tropisma (53)
Organogenesis ( 19) Tunas aksilar ( 87)
Partenokarpi (62) Viabel (90)
Pektinase ( 5) Variasi genetic (7)
Plasmodesmata ( 94) Virus (92)
Plasmolisis sel (94) Variasi somaklonal (112)
Ploripotensi ( 2) Zat hara makro (20)
Polinasi (7)
Protoplas ( 94)
Protoplas (4, 5, 11)
Primordial akar (64)
Planlet (114)
Presipitat (38)
Ruang isolasi ( 22)
Ruang kultur (18)
Ruang transfer (17)
Ruang stok (20)
Ruang preparasi (22)
Respirasi (28)
Reduksi (28)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Identitas Pribadi
Nama Lengkap dan Gelar : Dr. Fauziyah Harahap, MSi
Tempat I tanggallahir : Yogyakarta, 28 Juli 1966

2 . Pendidikan (dari sarjana yang sederajat ke atas)

Universitas/lnstitut dan Lokasi Gelar Tahun Selesai Bidang Studi


IKIP Medan Dra 1990 Pendidikan Biologi
UGM M.Si 1994 Biologi
IPB Dr 2005 Biologi

3. Mata Kuliah yang diasuh

Kultur
S1
UNIMED/ Biologi dan I Genap / 2006 s.d
jaringan Pendidikan Biologi sekarang
Ganjilf 2008 s.d
S2 UNIMED/ Pendidikan Biologi
sekarang
UNIMED/Biologi dan Pendidikan Genap I 2006 s.d
Praktikum S1
Biologi sekarang
Kultur
Jaringan Ganjilf 2008 s.d
S2 UNIMED/ Pendidikan Biologi
sekarang
UNIMED/Biologi dan Pendidikan Ganjill 2006 s.d
S1
Biologi sekarang
Fisiologi
S1 Bilingual UNIMED/Pendidikan Biologi Ganjill 2009
Tumbuhan
Ganjil / 2008 s.d
S2 UNIMED/Pendidikan Biologi
sekarang
UNIMED/Biologi dan Pendidikan Ganjil/2006 s.d
S1
Biologi sekarang
Genetika
Genap/2008 s.d
S2 UNIMED/Pendidikan Biologi
sekarang
Praktikum Ganjil/2006 s.d
S1 UNIMED/Biologi
Genetika 2008
-

173
KULTUR JARINGAN TANAMAN 174

Genap/2010 s.d
S1 Bilingual UNIMED/Pendidikan Biologi
Bioteknologi sekarang
Genap/2008 s.d
S2 UNIMED/Pendidikan Biologi
sekarang

4a. Data 5 mahasiswa Sl yang dibimbing yang relefan

No Nama Judul penelitian Stambuk


Mahasiswa
1 Siska Pratiwi Pengakaran Nanas dengan Zat Pengatur Tumbuh 2003
IAAdan NAA
2 Rani Silaen Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh BA terhadap 2005
Pertumbuhan Tunas Manggis In Vitro
3 Fani Manihuruk Aklimatisasi Tanaman Anggrek dengan Modifikasi 2004
Media Tumbuh
4 Oktavia Eka Aklimatisasi Tanaman Nanas dengan Media 2004
Tumbuh yang Berbeda
5 Efry Lumbangaol lnduksi Pertumbuhan Tunas Manggis In Vitro 2006
dengan pemberian Zat Pengatur Tumbuh BAP

4b. Pengalaman Membimbing 5 tahun terakhir

No Jenjang Pendidikan Program Studi Jumlah


1 S1 Biologi dan Pendidikan Biologi UNIMED 30 orang
2 S2 Pendidikan Biologi PPs UNIMED 35 orang
3 S3 Agronomi USU 1 orang

5. Pengalaman Riset
Pengalaman Penelitian
Tahun Judul Penelitian Jabatan Sumber Dana
2005 Seleksi In vitro Tanaman Padi terhadap Alumunium Anggota Dikti-Hibah
dan pH Rendah Melalui Keragaman Somaklonal Pekerti
dan lradiasi Sinar Gamma I
I
2006 Seleksi In vitro Tanaman Padi terhadap Alumunium Anggota Dikti-Hibah
dan pH Rendah Melalui Keragaman Somaklonal Pekerti
dan lradiasi Sinar Gamma
2006 lnduksi Keragaman Somaklonal Kearah Keteng- Anggota Dikti-Hibah
gangan Terhadap Alumunium dan pH Rendah Bersaing
pada Tanaman Padi Melalui Kultur In vitro dan
lrradiasi sinar Gamma
175 KUl TUR JARINGAN TANAMAN

2007 lnduksi Keragaman Somaklonal Kearah Keteng- Anggota Dikti-Hibah


gangan Terhadap Alumunium dan pH Rendah Bersaing
pada Tanaman Padi Melalui Kultur In vitro dan
lrradiasi sinar Gamma
2008- Seleksi Dan Pengakaran Tanaman Manggis Ketua Dikti-Hibah
2009 (Garcinia Mangostana L.) In Vitro Hasillnduksi Bersaing
Radiasi Sinar Gamma untuk Mendapatkan
Mutan Potensial.
lmplementasi Kompetensi Mahasiswa Jurusan Ketua UNIMED
2009 Biologi Dalam Upaya Mengatasi Kesenjangan Research Grant
Pengajaran Materi Kultur Jaringan Di SMA. PHKI2009.
2009 Rintisan Dan Penerapan Media Pembelajaran Anggota UNIMED
Berbasis Animasi Sebagai Upaya Untuk Mening- Teaching Grant
katkan Kompetensi Mahasiswa Biologi Pada PHKI2009.
Materi Kultur Jaringan.
2009 Pertumbuhan Aklimatisasi dan Pembesaran Blbit Anggota Dikti-Hibah
Manggis (Garcinia mangos/ana L) In Vitro dengan Riset Unggulan
Berbagai Zat Pengatur Tumbuh dan Sumber Strategis
Eksplan yang Berbeda
2010 lmplementasi Kompetensi Dosen dan Mahasiswa Ketua UNIMED
Jurusan Biologi untuk mengatasi Kesenjangan Research Grant
Penguasaan Guru terhadap Materi Kultur Jaringan PHKI 2010.
2011 lnduksi Pertumbuhan Nan as (Ananas comosus LJ Anggota UNIMED
In Vitro Asal Pangaribuan dengan Pemberian Research Grant
Zat Pengatur Tumbuh Kinetin PHKI2011 .
2010- Pertumbuhan Pengakaran dan Aldimatisasi Ketua Dikti-Hibah
2011 Tanaman Manggis (Garcinia mangostana 1.) In Fundamental
Vitro dengan Berbagai Teknik Rekayasa, Laporan
Penelitian Fundamental.

6. Publikasi Ilmiah 4 tahun terakhir


Karya Ilmiah
A. Buku!Bab/ Jurnal
Tahun Judul Penerbit/Jurnal
2007 Anal isis Morlologi Tanaman Manggis (Garcinia Jumal Penelitian SAINTIKA, Vol.
mangostana L.) Hasil Radiasi sinar Gamma. 7 No. 1/Maret 2007, Hal45-50.
2008 Penguasaan Kompetensi Teknologi Kultur Jumal Pengabdia1 kepada Masya-
Jaringan untuk Pengembangan Kewirausahaan rakat Vol 14 No 53 Tahun XIV
Lulusan Biologi Unimed September 2008, Hal:44-51
2008 Pemanfaatan Teknologi Kultur Jaringan Jurnal Pengabdian kepada
untuk Perbanyakan Anggrek Dendrobium Masyarakat Vol14 No 54 Tahun
XIV Desember 2008, Hal15-22.
KULTUR JARINGAN TANAMAN

Jumal Pengabdial kepada Masya-


2009 Teknik praktis budidaya tanaman anggrek rakat Vol 15 No 55 Tahun XV
Maret 2009, Hal: 16-26.
Penguasaan Kompetensi Kultur Jaringan Bagi Jurnal Pengabdia'l kepada Masya-
2009 Mahasiswa Biologi dan Peluang Berk.arir untuk rakat Vol 15 No 56 Tahun XV
Keilmuan dan Pengembangan Budaya Kewira- Juni 2009.
usahaan
Pengaruh Model Pembelajaran Jigsaw dan Jurnal Pendidikan Biologi
2010 Motivasi terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Volume 1 No. 2 Juni 2010
DARMA WANGSA Kelas X.
lmplementasi Kompetensi Mahasiswa jurusan Jurnal Tabularasa Volume 07
2010 Biologi dalam Upaya Mengatasi Kesenjangan No 1 Juni 2010
Pengajaran Materi Kultur Jaringan di SMA
Pembuatan dan Penerapan Media Animasi
2010 sebagai Upaya untuk Meningkatkan Kompetensi Jumal Pendidikan Biologi, Volume
Mahasiswa Biologi pada Materi Kultur Jaringan 1 No. 3, Desember 2010.
Budidaya Rumput Laut dengan Spora dan Jurnal Pengabdian kepada
2010 Kultur Jaringan untuk Peningkatan Pendapatan Masyarakat Vol 16 No 62
Keluarga Tahun XVI Desember 2010
lnduksi Pembentukan Tunas Manggis (Garcinia
2011mangostana L) In V'tro Hasil Perlakuan Kinetin Jumal Sains Indonesia Onpress)
dan Pola Pemotongan El<splan yang Berbeda
2011 Fisiologi Tumbuhan (Buku ISBN) FMIPA UNIMED
2011 Kultur Jaringan Tanaman UNIMED

B. Makalah/Poster
Tahun Judul Penyelenggara
2003 Peningkatan Variasi Genetik Tanaman Manggis UNILA Lampung
(Garcinia- mangostana L.) dengan lnduksi
Radiasi Sinar Gamma.
2005 lnduksi Mutasi pada Kultur in vitro Tanaman Badan Tenaga Nuklir
Manggis (Garcinia mangostana L.) dengan Nasional. Jakarta
Radiasi Sinar Gamma.
2006 Analysis of Mangosteen Culture after Gamma The Fifth RegionaiiMT-
Ray Treatment with Random Amplified GT Uninet Conference
Polymorphic DNA Marker. and International Seminar
2006, on 22-23 June in
Tiara Convention Center,
Medan, Indonesia
2006 Optimasi Media Pertumbuhan Tan<~ Manggis IPB
(Garcinia mangostana L) (Pengaruh BAP dan Pola
Pemotongan Eksplan Terhadap Pembentukan
Tunas Secara In Vitro)
'----'

9. Penghargaan:
Memperoleh IP= 4 selama 3 semester berturut-turut (tahun 2000-
2001) di IPB
Dosen Berprestasi I UNIMED Tahun 2009
Dosen Berprestasi Nasional Non Finalis Tahun2009
Presenter Terbaik III Seminar Hasil Penelitian Research Grant 2010
17/ KULTUR JARINGAN TANAMAN

2006 lnduksi Mutasi pada Kultur Tanaman Manggis PERAGI DAN UGM
(Garcinia mangostana L) dengan Radiasi Sinar
Gamma dan Analisis Perubahan DNA dengan
Penanda Molekuler.
2006 Variasi Genetik Tanaman Manggis (Garcinia PERHORTI dan Diljen
mangostana L) Hasil Perlakuan Radiasi Sinar Hortikultura, Jakarta
Gamma dengan Penanda lsozim.
2008 Pemanasan Global (Apa, Mengapa, Bagaimana UNIMED
dan Alternatif Solusi)
2008 Taman Perkotaan untuk Kehidupan untuk Keindahan · UNIMED
2008 Pelatihan Perbanyakan Tanaman dengan Metode Growth Centre Kopertis
Kultur Jaringan Bagi Mahasiswa PTS Kopertis Wilayah I Sumut- NAD,
Wilayah I Sumut - NAD Depdiknas
2008 Revolusi Belajar bagi mahasiswa PPs UNIMED
2008 Kegiatan Training Of Trainer (Tot) Mata Pelajaran Dinas Pendidikan Prov.
IPA Tingkat SMP Provinsi Sumatera Utara Sumatera Utara
2008 Diklat Sosialisasi Sertifikasi Guru dalam Jabatan Perguruan YAHDI Medan
dan Petunjuk Pengisian Portofolio
2009 Lingkungan sebagai Sumber Belajar Biologi untuk UNIMED
Pembelajaran Kontekstual, Seminar : Pembl~arn
Aneka Sumber (Resources-Based Instruction)
2009 Pemanfaatan IT (Information Technology) dan UNIMED
ICT (Information Communication Tecnology) pada
Pembelajaran Kultur Jaringan untuk Peningkatan
Efektifitas Pembelajaran Mahasiswa
2010 Seminar Hasil Penelitian : Seleksi dan Pengang- Lemlit UNIMED
karan Tumbuhan Manggis (Garcini Mangostan L)
In Vitro Hasillnduksi Radiasi Gamma Untuk Men-
dapatkan Mutan Potensial.
2010 Analisis DNA Manggis (Garcinia-mangostana L.) Universitas Negeri
Hasillrradiasi Sinar Gamma dengan Penanda Malang
Molekuler
2010 Media dan Pembuatan Media Kultur Jaringan. PHKI UNIMED
2010 Seminar Hasil Penelitian Dosen UNIMED: Pengaruh UNIMED
Kinetin dan Pola Pemotongan Eksplan terhadap
Pembentukan Tunas Manggis (Garcinia-mangostana
L.) In Vitro
2010 Kultur Jaringan Tanaman (materi untuk SMA) MAN 2 Model Medan
2010 Kultur Jaringan Tanaman (Plant Tissue Culture) MAN 2MEDAN
Lampiran 6

LEMBAR
F{ASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER REVIEW
KARYA ILMIAH : BUKU MONOGRAF

Judul Buku Monograf : 66Kultur Jaringan Tanaman"

Penulis Buku Monograf Fauziyah Harahap

Identitas Buku a. Nama Buku Monograf


b. Cetakan Pertama oleh Perdana Mulya Sarana
c.ISBN 978-602-8848-58-9
d. Tahun Terbit Desember 2011
e. Penerbit Unimed
f. Jumlah halaman 191 halaman

Kategori Publikasi Buku Mono g*, f, Buku Monograf


(beri /pada kategori yang tepat) n Buku Referensi

Hasil Penilaian Peer Review :

Nilai Maksimal Buku


Komponen Nilai Akhir
Yang Dinilai Buku Referensi Buku Monograf
tl V
Yang
Diperoleh

a. Kelengkapan unsur isi buku Monograf (10%)


2,O 2_, o
b. Ruang lingkup dan kedalaman pembahasan (30%)
L,O S.y
c. Kecukupan dan kemutahiran data/informasi dan
metodologi (30%) 6.o t1
d. Kelengkapan unsur dan kualitas penerbit (30%)
6.0 S"1
Total = (100%)
2O.o tE. a

Padang, 2A 0CT 2015


Reviewer - I
PA Universitas Andalas

yafrizal Sy Prof. Dr. Syamsuardi, M.Sc


807199309100r NIP. 19610910198901 1 001
Unit kerja : Jurusan Biologi
Universitas Andalas, Padang
Lampiran 6

LEMBAR
HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER REVIEW
KARYA ILMIAH : BUKU MONOGRAF

Judul Buku Monograf : "Kulfur Jaringan Tanaman"

Penulis Buku Monograf : Fauziyah Harahap

Identitas Buku : a. Nama Buku :Monograf


b. Cetakan : Pertama oleh Perdana Mulva Smana
c. ISBN : 978-602-8848-58-9
d. Tahun Terbit : Desernber 2011
e. Penerbit :Unimed
f. Jumlah halaman : 191 halaman

Kategori Publikasi Buku Monograf: n Buku Monograf


(beri /pada kategori yang tepat) tl Buku Referensi

Hasil Penilaian Peer Reyiew :

Nilai Maksimal Buku


Komponen Nilai Akhir
Yang Dinilai
r
Buku Referensi Buku Monograf
V Yang
Diperoleh

a. Kelengkapan unsur isi buku Monograf (10%)


z !,,9
b. Ruang lingkup dan kedalaman pembahasan (30%)
e v,1
c. Kecukupan dan kernutahiran data/informasi dan
metodologi(30%)
L V r'7
d. Kelengkapan unsur dan kualitas penerbit (30o/o)
L i,7
Total = (100%) 2o L9
-2A
Medan, 0cT 2015
Revi
U Medan

Sc Prof. iuddin Ilyas,M.Biomed


199103 1001 NiP. 1 w9243 1003
Unit keri Ka. Prodi 52 Biologr
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6

LEMBAR.
HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER
REVIEW
KARYA ILMIAH : BUKU MONOGRAF

Judul Buku Monograf : ,oKultur Jaringan Tan amantt


Penulis Bulcu Monograf : Fauziyah Harahap

ldentitas Buku : a. Nama Buku Monograf


b. Cetakan Pertama oleh Perdana Mulya Sarana
c.ISBN 918-602-8848-58_9
d. Tahun Terbit Desember 2011
e. Penerbit Unimed
f. Jumlah halaman 191 halaman

KategoriPublikasi Buku Monograf:


tepat) Iry
Buku Monograf
(beri kategori yang Buku ReferJnsi
"pada
Hasil Penila ian Pecr Review :

Nilai Maksimal Buku


Komponen
Yang Dinilai Buku Referensi
Nilai Akhir
Buku Monograf
tl w
Yang
Diperoleh

^^,*r"--" ,-- is*-" t""--(rtd /,9


br. Ruang lingkup dan kedalaman pembahasan (30%)
,5?
;K
metodologi (30%)
,1, t{
d. Kelengkapan unsur dan kualitas penerbit (30%)
8,7
Totat = (100%)
t{
Medan, September 2015

a
Reviewer - 3

Prof. Dr. Herbert Sipahutar, MS, M.Sc


NIP. 1 9610626 198710 i001
Unit kerja : Guru Besar MIPA LINIMED

Anda mungkin juga menyukai