JARINGAN
TANAMAN
UNIMED
KULTUR JARINGAN TANAMAN
Penerbit UNIMED
Gedung Lembaga Penelitian Lantai I
]I. Willem Iskandar, Pasar V
Kocak Pos 1589- Medan 20221
Telp. (061)6613365 Fax. (061)6614002
Contact person: M.Rizal 0811 60 4291
Enron 0813 6134 1334
ISBN 978-602-8848-58-9
Dicetak oleh:
Perdana Mulya Sarana
jl. Sosro No. 16A Medan 20224
Telp. 061-7347756, 77151020 Faks. 061-7347756
Email: asrulmedan @gmail.com
Contact person: 08126516306
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT pencipta alam semesta
dan merupakan surnber dari segala sumber ilmu, atas izin dan kehendakNya
naskah buku teks yang berjudul "KULTUR JARINGAN TANAMAN" ini dapat
diselesaikan
Naskah buku teks ini disusun benujuan untukmemerjernahkan, merangkurn,
dan mensosialisasikan penelitian yang telah penulis lakukan, juga berbagi
pengalaman selarna penulis mengelola dan meneliti beberapa tanaman di
laboratoriurn kultur jaringan YAHDI serta pengalaman penulis selama mengajar
mata kuliah Kultur Jaringan sejak tahun 2006 hingga sekarang.
Buku inijuga ditujukan untuk penambahan wawasan khususnya untuk
kepentingan perkuliahan mahasiswa dan bahan bacaan bagi peminat lainnya.
Naskah buku ini relah mulai disusun sejak tahun 2007 hingga sat ini sudah
beberapa kali dilakukan penyempumaan. Melalui Kompetisi HIBAH BUKU
TEKS penulis mendapatkan kesempatan mewujudkan buku ini.
lsi buku ini terdiri dari Pendahuluan, Desain Laboratorium, Media Kultur
Jaringan, Konsep Horman, Pernuliaan Tanamansecara/n Virro, Variasi Somaklonal,
Metabolic Sekunde:t; Pelestarian Plasma Nutfah In Vitro dan Aklimatisasi Tanaman
Hasil Kultur Jaringan, Kultur Jaringan Manggis, yang mana dalam setiap Bab
nya berisi hasil penelitian, pengalaman penulis selama melakukan penelitian,
studi literatur dan perkuliahan.
lsi Buku ini disesuaikan dengan materi perkuliahan KULTURJARINGAN
TANAMAN serta perkembangan ilmu saat ini. Mudah mudahan buku ini
dapat bermanfaat bagi pengguna, khususnya mahasiswa dan peminat lainnya.
Kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan isi Buku Teks
ini.
v
DAFTAR lSI
Halaman
Kata Pengantar .......... .... .. ..... .. .............. .............. .............................. v
Daftar lsi ....................................... .. ............ .. .... ..... ...... .................... vi
VI
BAB I
PENDAHU LUAN
Kompetensi Dasar:
1. Mampu mendeskripsikan teori sel yangmerupakan dasar
kultur jaringan.
2. Mampu menjabarkan konsep "Totipotensi sel".
3. Mampu menganalisis kegunaan kultur jaringan.
4. Mampu meneskripsi pembagian teknik kultur jaringan.
Perkembangan ilmu Biologi akhir akhir ini sangat pesat dan sejajar dengan
bidang- bidang lainnya seperti telekomunikasi dan komputer. Dengan prinsip
dasar pemanfaatan sistem biologi pada level sel a tau bagian-bagian sel untuk
menghasilkan produk yang diperlukan, maka muncullah cabang ilmu biologi
terapan yang disebut kultur jaringan.
Kultur jaringan merupakan terjemahan dari Tissue c ulture. Tissue
dalam bahasa Indonesia adalah jaringan yaitu sekelompok sel yang mem-
punyai fungsi dan bentuk yang sama, Culture diterjemahkan sebagai kultur
atau pembudidayaan. Sehingga kultur jaringan diartikan sebagai budidaya
jaringan/ sel tanaman menjadi tanaman utuh yang kecil yang mempunyai
sifat yang sama dengan induknya.
Street (1977) mengemukakan terminologi, Plant tissue culture is generally
used for the aseptic culture of cells, tissues, organs, and their components
under defined physical and chemical condition in vitro. Atau: Kultur Jaringan
adalah kultur aseptik dari sel,jaringan, organ, atau bagian lain yang kompeten
untuk dikulturkan dalarn komposisi kimia tertentu dan keadaan lingkungan
terkendali.
Thorpe (1990) rnelanjutkan definisi tersebut, Plant cell! tissue culture,
also referred to as in vitro, aseptik, or sterile culture is an important tool
in both basic and applied studies as well as in commercial application.
1
2 KULTUR JARINGAN TANAMAN
diri dalam jumlah besar; namun belum dapat berdifrensiasi lebih lanjut,
kecuali jika sumber jaringan tersebut berhubungan dengan sel-sel germinal,
seperti kasus domba Dolly yang berasal dari kelenjar mammae.
Teori dasar dari kultur jaringan adalah apa yang diusulkan oleh Gottlieb
Habe rlandt dari German Acade my of Sciense pada tahun 1902 dengan
eksperimen yang dilakukan dengan "Kultur sel tunggal" yang diisolasi dari
sel vegeratif, hingga penelitian berhasil. Haberlandt disebut sebagai Bapak
Kultur jaringan (Father of plant tissue culture)
Penelitian dilanjutkan oleh pioneer-pioneer seperti White (1963), Bhojwani
(1983), Robb (1922) yang berhasil mengkulturkan ujung akar tomat yang
masih sangat meristematis.
Tehnik kultur jaringan ini berkembang didasarkan pada penelitian-
penelitian Scheilden dan Schwann temang kompetensi sel secara total yang
disebut totipotensial. Scheildein (1833) dan Schwann (1839) mengatakan,
sel merupakan unit dari structural dan fungsional dari organisme yang dapat
berkembang secara otonorni. Teori ini di uji coba oleh Voching (1878) pada
induksi kalus dan akhimya kalus dapat beregenerasi, tumbuh ke bagian atas
membemuk tunas dan ke bagian bawah membentuk akar (bipolar)
Kultur jaringan a tau budidaya jaringan merupakan awal revolusi dalam
bioteknologi, dan disebur sebagai pionir/ cikal bakal munculnya bioteknologi
lanjutan seperti transfer gen dsb. Kloning pada anggrek merupakan sukses
yang penama, dimana satu mata tunas yang ditanam dengan media cair
dan penggojokan dapat menghasilkan 10 jura tanaman anggrek yang seragam
dalam waktu 1 tahun.
Kultur in vitro banyak digunakan untuk melanjutkan a tau memperbaiki
metode pemuliaan tradisional/konvensional dan untuk melakukan modifikasi
terhadap tanaman dan perbaikan tanaman.
Banyak masalah sudah terpecahkan dengan menggunakan tehnik kultur
jaringan ini, beberapa masalah terpecahkan seperti masalah penyilangan
dari tanaman yang inkompatibel, induksi tanaman haploid dengan menggunakan
kultur in vitro, dengan tehnikyang terkontrol dapat memproduksi interspesifik
dan imergenerik hybrids. Contoh lain adalah kultur embrio, ovary dan ovul
pada tanaman barley yang digunakan untuk memperoleh tanaman mono-
ploid, mekanisme ini digunakan unruk mengatasi masalah dormansi biji.
Perkembangan lanjutan dari kultur in vitro adalah budidaya protoplas
yang merupakan sukses besar dengan hasil yang sangat penting untuk kepentingan
banyak ilmu. Dampak dari keberhasilan isolasi protoplas, maka sel hidup
4 KULTUR JARINGAN TANAMAN
Penggunaan air kelapa pada kultur in vitro juga dapat memacu terbentuknya
anakan pada nenas in vitro, namun konsentrasi yang terlalu tinggi dapat
menghambat pembentukan tunas anakan.
Pada media MS, tanaman nenas tumbuh seperti biasa, tunas/anakan tidak
terlalu banyak. Pada media MS +Air Kelapa 5%, tunas/anakan yang tumbuh
terlalu rapat. Pada media MS +air kelapa 10%, pertumbuhan tunas lebih
banyakdan Iebih segcu: Dan pada media MS +air kelapa 15%, tidakdijumpai
adanya tunas/anakan sama sekali dan pertumbuhan nenas juga kurang
baik.
3. Memanipulasi jumlah kromosom, dengan zat kimia seperti kolkhisin,
asenaphthen atau menggunakanjaringan endosperm (3n), dan lainnya.
Harahap (1994), mendapatkan jumlah kromosom kacang hijau dari 23
6 KULTUR JARINGAN TANAMAN
Pertanyaan:
1. Isrilah Tissue Culture biasa diartikan sebagai kultur jaringan. Dimana
kultur jaringan ialah :
a. Menghasilkan tanaman baru yang berbeda dengan induknya
b. Membudidayakan tanaman yang masih kecil
c. Budidaya jaringan/sel tanaman menjadi tanaman utuh yang kecil
yang mempunyai sifat yang sama dengan induknya
d. Budidaya sel danjaringan baru yang dihasilkan dari tanaman yang
hampir punah tetapi ada perbedaan sifat yang dihasilkan
(kunci jawaban : C, tipe soal C2 )
2. Contoh kultur yang menggunakan bahan eksplan dari Iapang untuk
inisiasi disebut dengan :
a. Kultur kalus
b. Kultur organ
c. Kultur haploid
d. Kultur protoplasma
(kunci jawaban : B, tipe soal C1)
10 KUL TUR JARINGAN TANAMAN
Test Essay:
1. Kultur jaringan merupakan terjemahan dari Tissue culture. Tuliskan
pengertiannya.
2. Mengapa perbanyakan dengan menggunakan tehnik kultur jaringan sangat
diperlukan pada tanaman ?
3. Dengan menggunakan rehnik kulrur jaringan, banyak hal dapat dilakukan,
tuliskan minimal 5 hal yang dapat dilakukan dengan rehnik ini.
GLOSARIUP1
Kultur jaringan:
Budidayajaringan/sel tanaman menjadi tanaman utuh yang kecil yang
mempunyai sifat yang sama dengan induknya
In vitro:
Dari bahasa Latin, berani "di dalam kaca" adalah isrilah yang dipakai
dalam biologi untuk menyebutkan kultur suatu ill, jaringan, a tau bagian
organ tenentu di dalam laboratorium
Totipotensi:
Kemampuan total suatu sel untuk dapat meregenerasikan dirinya menjadi
individu/tanaman untuhjika ditempatkan pada media dan kondisi yang
tepat
Ploripotensi:
Sel-sel yang dapat berdiferensiasi menjadi semuajenis sel dalam tubuh,
namun tidak dapat membentuk suatu organisme baru
Kloning:
Proses menghasilkan individu-individu dari jenis yang sama (populasi)
yang identik secara genetik
Sel germinal:
Sel kelarnin, yaitu sel kelamin betina dan sel kelamin jantan
KULTUR JARINGAN TANAMAN 11
Sel somatik:
Semua jenis sel yang membenruksuaru organisme, kecuali sel garnet organisme
terse but
Regenerasi:
Menumbuhkan kembali bagian tubuh yang rusak atau lepas
Meristematis:
Jaringan yang sel-selnya selalu membelah serta belum berdifferensiasi
Embrio:
Hasil peleburan sel kelarnin jantan dan betina, missal: eukariota diploid
multisel dalam tahap paling awal dari perkembangan.
Protoplas:
Sel (tanaman) yang telah kehilangan dinding selnya
Enzim:
Biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang
mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi
kimia organik
Selulas e:
Nama bagi semua enzim yang memutuskan ikatan glikosidik beta-1,4 di
dalam selulosa, sedodekstrin, selobiosa, dan turunan selulosa lainnya
Pektinas e :
Enzim yang digunakan dalam proses degradasi molekul pektin (sejenis
kompleks polisakarida)
Metabo lit sekunder:
Senyawa metabolit yang tidak esensial bagi perrumbuhan organism tersebut
dan ditemukan dalam bentuk yang unik atau berbeda-beda antara spesies
yang satu dan lainnya
Kromosom:
Struktur di dalam sel berupa deret panjang molekul DNA dan berbagai
protein terkait seperti histon dan faktor transkripsi yang terdapat pada
beberapa deret, yang merupakan informasi genetik suatu organisme.
Kolkhisin:
Alkaloid toksik dan karsinogenik yang diperoleh dari ekstrak tumbuhan
Colchicum autumnale dan beberapa anggota suku Colchicaceae lainnya
Asenaphthen:
Hidrokarbon polisiklik aromatik (PAH) yang terdiri dari naftalena dengan etilen
Endosperm:
Jaringan yang diproduksi di dalam biji oleh tanaman berbunga setelah
pembuahan. Jaringan ini mengelilingi embrio dan memberikan nutrisi
dalam bentuk pati atau dapat berisi minyak dan protein
12 KUL TUR JARINGAN TANAMAN
Haploid:
Kond.isi (individu) denganseparuhjwnlah genomsel nonnal (sel somatiknva);
biasa dilambangkan dengan x = n.
Polinasi:
Jatuhnya serbuk sari pada permukaan putik (kepala putik).
Variasi genetik:
Variasi yang terjadi pada bahan genetik, umumnya terekspresi pada fenotif
Histologi:
Bidang biologi yang mempelajari tentang struktur jaringan secara detail
menggunakan mikroskop pada sediaan jaringan yang dipotong tipis.
Isozim:
Variasi yang terjadi pada bagian enzim yang tidak aktif (yang terjadi biasanya
perubahan pada daya kerja enzim) tetapi enzim masih tetap berfungsi.
BAB II
LABORATORIUM
KULTUR JARINGAN
Kornpetensi Dasar :
1. Mampumenggarnbarkan ruangan yang terdapat di dalarn
laboratoriurn kultur jaringan
2. Marnpu menuliskan alat-alat yang terdapat dalarn berbagai
ruangan laboratoriurn kultur jaringan.
3. Marnpu rnendeskripsikan penggunaan alat pada teknik
kultur jaringan
13
14 KULTUR JARINGAN TANAM AN
2. Ruangan Sterilisasi
3. Ruangan Preparasi
4. Ruangan Stok
5. Ruangan lsolasi/Transfer
6. Ruangan Kultur
2 . Ruangan Sterilisasi
Ruangan sterilisasi adalah ruangan tempat dimana seluruh alat kultur
jaringan dibersihkan. Sebaiknya ruangan sterilisasi dibagi dua bagian, yaitu
ruangan pertama digunakan untukmensterilkan alat-alatyang tidak terkonamis~
ruangan kedua digunakan untuk mensterilkan alat-alat yang terkontarninasi.
Untuk rnensterilkan alat yang tidak terkontaminasi alar yang dibutuhkan di
dalam ruangan ini adalah westafel dan autoklaf.
KULTUR JARINGAN TANAMAN 15
Alat dan bahan yang harus ada pada ruangan ini antara lain: alat pencuci
botol seperti kain! sabut pencuci, sikat gigi, sikat panjang, batang kayu (untuk
mencuci botol besar), autoclaf.
Autoclaf ada beberapajenis, autoklaf sederhana dengan sumber listrik
dan dengan kompor gas dan autoklaf programmable. Autoklafjenis ini memiliki
perangkat pengukur tekanan dan timer untuk mengukur waktu.
3 . Ruangan Pr eparasi
Ruangan preparasi adalah ruangan yang digunakan untuk mempersiapkan
eksplan, membuat media dan hallainnya. Pada ruangan ini dibutuhkan fasilitas,
seperti meja untuk mempersiapkan bahan tanaman, untuk meletakkan alat-
alat. Ruang persiapan dibutuhkan untuk :
Mempersiapkan/ membuat media kultur jaringan Mempersiapkan dan
mensterilisasi eksplan dari lapang yang akan digunakan
Tempat mencuci alar pembuatan media
Tempat penyimpanan alat - alat gelas.
Tempat penyimpanan zat kimia, media kultur jaringan.
2. Alat tanam yang telah bersih: gunting, pinset, pisau, spatula, petridish,
skalpel dll.
3. Spatula
4. Timbangan analitik
5. Lemari es: untuk menyimpan larutan stok, vitamin dan zat pengatur
tumbuh.
6. Hot plate dengan magnetik stirrer
7. Larnpu bunsen
8. Oven/Incubator
9. pH meter (pH meter manual a tau digital) atau kertas indikator.
10. Autoklaf
11. Panci
12. Alat pencuci
13. Rak piring kecil untuk pengeringan alat
14. Lemari, tempat alat-alat, bahan kirnia dan alat lain seperti alumunim foil,
karet, plastik.
15. Sentrifuse (untuk pengembangan laboratorium)
16. Shaker (untuk pengembangan laboratorium)
17. Lemari as am Gika diperlukan)
18. Kereta dorong atau troli, unruk mengangkat media dan alat setelah di
autoklaf ke ruangan isolasi/transfer.
Gambar 10. a). Autoklaf listrik, b). Autok.laf dengan pemanasan kompor.
c) Proses sterilisasi media kultur jaringan
Gambar 11. Destilator; digunakan untuk menghasilkan air bebas ion dan steril
KUL TUR JARINGAN TANAMAN 21
Garnbr 12.a. Stiner dan magnetic stirrer, untuk melarutkan zat tertentu. b.
Kerta pH meter beserta larutan penstabil KOH lN dan HCl 1 N .
Cara mengukur pH media, yaitu dengan mencelup kertas pH, lalu disetarakan
dengan kertas blanko
4. Ruang Transfer
Pada ruangan transfer ini, kondisi harus benar- benar aseptik. Di dalarn
ruangan inilah dilakukan isolasi bagian tanaman yang hendak ditanam, sterilisasi
eksplan tahap ke dua, dan penanaman eksplan ke media tanam. Pintu - pintu
penghubung harus senantiasa tenutup rapat sehingga kemungkinan debu
yang akan masuk sangat kecil.
Ruangan ini harus berhubungan dengan ruangan kultur, karena setelah
penanaman, maka botol berisi tanaman dibawa ke ruang kultur. Juga harus
berhubungan dengan ruang preparasi, untuk kemudahan pengangkatan botol
berisi media, alat tanam dan yang lainnya. Ruangan inijuga harus berhubungan
dengan ruang analisa, untuk keperluan pengamatan mikroskopis. Ruangan
senantiasa dibersihkan dengan desinfektan seperti karbol. Idealnya ruangan-
ruangan di dalam laboratoriurn hendaknya saling berhubungan.
Di dalarn ruangan ini terdapat alat-alat antara lain:
Laminar Air Flow Cabinet
22 KULTUR JARINGAN TANAMAN
Mikroskop
Meja dorong Gika dalam skala besar digunakan troli) unruk mengangkat
media yang akan digunakan.
Alat-alat tanam seperti: pisau, guming, pinset, petridish, botol mini
tempat alkohol, disposible filter a tau milipore, yang berguna untuk sterilisasi
bahan - bahan yang tidak tahan terhadap suhu tinggi.
Hand sprayer yang diisi alkohol 70 %
Lampu Bunsen beserta isinya yaitu spiritus.
Lemari: tempat alat-alat dan alkohol.
Timbangan digital
Gambar 13. a). Laminar Air Flow Cabinet (I.AFC) dalam posisi tertutup dan
lampu UV menyala untuk mensterilkan ruangan I.AFC. b). Alat tanam yang
digunakan, kondisi steril, pada Laminar Air Flow Cabinet yang terbuka, siap
untuk digunakan
5. Ruang Kultur
Ruangan ini merupakan ruangan terbesar dari seluruh ruangan yang
diperlukan dan harus dimungkinkan umuk melakukan perluasan, karena
kemungkinan senantiasa terjadi pertarnbahan kultur setiap peri ode rertentu.
Kultur yang tumbuh dan mampu memperbanyak diri, maka harus senantiasa
di sub kultur setelah 2 - 3 bulan tergantung jenis tanamannya.
Tingkat aseptisitas ruangan ini harus lebih baik dari seluruh ruangan
yang ada, hal ini dikarenakan di ruangan inilah seluruh tanaman botol diletakkan.
Botol kultur berisi tanarnan disusun pad a rak- rak. Jarak antar rak harus diatur
sedernikian rupa, sehingga memudahkan kita memeriksa tanarnan di rak kultur.
Pada ruangan ini senantiasa AC hid up, yang berguna untuk penyaringan
udara yang masuk dan juga untuk mempertahankan tanaman supaya tetap
hidup dengan mempertahankan pada kondisi suhu tertentu.
Ruang kultur harus memiliki pengaturan terhadap suhu (dengan menggunakan
AC) dan cahaya (dengan pemberian lampu) . Walaupun diketahui bahwa proses
pad a tanaman yang ditanam pada kultur jaringan bukanlah fotosintesis murni,
melainkan foto organogenesis melalui pernenuhan kebutuhan karbohidrat dari
guladanjugabahanharalainnyadidalammedia, namuncahayasangatdiperlukan
umuk mengendalikan perkembangan eksplan.
Kualitas cahaya yang baik untuk perkembangan tanaman harus diperhatikan.
Lampu flourescens jauh lebih baik dibanding larnpu pijar, karena panasnya
relatif rendah. Intensitas cahaya yang dibutuhkan berkisar: 1000 - 4000 lux.
Intensitas cahaya diatur dengan menempatkan larnpu dengan kekuatan tertentu,
dengan jarak 40- 50 em dari tabung kultur dan untuk luas tertentu. Umurnnya
tanarnan kultur jaringan membutuhkan sekitar 14- 16 jam untuk panjang
penyinaran yang dibutuhkan. Untuk laboratoriurn berskala besar dan untuk
akurasi penyinaran, timer otomatis digunakan untukmengukur lamanya penyinaran.
Suhu di dalam ruang kultur juga merupakan aspek penting yang harus
diperhatikan, urnumnya suhu 18-25 °C selalu diterapkan, namun beberapa
tanarnan membutuhkan temperatur yang lebih rendah. Untuk penelitian dan
perlakuan tertentu rnisalnya pengumbian ken tang yang dilakukan di PPSHB
Bioteknologi IPB, suhu 20 °C dan penggunaan ruang gelap mudak diperlukan
untuk proses mendapatkan umbi mikro kentang (Wattimena, 2005)
Alat yang harus tersedia di ruang kultur adalah:
Rak kultur yang dilengkapi dengan lampu flourescens
Timer, untuk pengukuran waktu
24 KUL TUR JARINGAN TANAMAN
6. Ruang Stok.
Untuk pembuatan media kultur jaringan, dibutuhkan zat hara makro,
mikro dan trace element lainnya. Untuk kemudahan pembuatan media dan
mengeliminir kesalahan, maka zat - zat hara yang hanya dibutuhkan dalam
jumlah sangat sedikit tersebut, dibuat dalam bentuk stok larutan, artinya
dilakukan pemekatan larutan, sehingga dalam pembuatan media, kita hanya
melakukan pemipetan dalam jumlah kecil sesuai dosis yang dibutuhkan.
Oleh karena itu dibutuhkan ruangan yang berfungsi untuk menyimpan stok
yang telah dibuat tersebut. Ruangan ini berhubungan dengan ruang preparasi
dan ruang kultur. Umumnya alat yang ada di ruangan ini adalah lemari es,
untuk menyimpan stok dalam bentuk larutan dan beberapa zat kimia lainnya.
Desain laboratorium kultur Jaringan
1. Laboratorium skala kecil yang dimodifikasi (Harahap, 2007)
2. Laboratorium skala besar (Gunawan, 1992).
KULTUR JARINGAN TANAMAN 25
Teras ,,. I
a. Ruang Kultur h. Ruang serbaguna/
Jf#/,:-'.r~ analisa/ pertemuan.
... .
. .
~·. ~ ~ ~ ~
'
d. Ruang Preparasi
e. Ruang Sterilisasi
F. Musolla
g. Kamar Mandi Pintu Keluar
26 KULTUR JARINGAN TANAMAN - - - - - - - - - - - - -
Meja ~uane
Sterlllsasl
Alat
Westafe
AI.Jtoela
Kulkas ~uant
~UAC? St.er111sasl
ST()I\ bahan
Pintu
• rol
[][][]
Rak-rak kultur
Pintu
TERAS I
KUL TUR JARINGAN TANAMAN 27
15m
/ / / / / / / /
,.
•
._____,/ .___.,V
8m
E
0
('l
·v;
d
L
a
~
Clo)
L
0..
en
s:::
a
:J
a. R. Sterilisasi
Kulkas
3m 8,5m
5m
Westafe/ I kran
Sterilisasi bahan
KULTUR JARINGAN TANAMAN
RUANG KULTUR
,....--- r--- .--- ,...--- .---
R R R R R
A A A A A
K K K K K
K
K K K K
u u u u u
L
L L T L L
T T u T T
u u R u u
R R R R
- -
m MICROSCOPE I
RUANG e
STOK j
a
t RUANG
i
m TRANSFER
Lemari es b
a L
n A
RUANG- g F
TIMBANG t-- C
Westafel
KANTOR
RUANG PREPARASI
2. Tahapan:
Cuci alat- alat dan botol dengan
menggunakan detergen hingga
seluruh bagian botol bersih dengan
cara menggosok bagiao dalam dan
luar botol secara merata kemudian
bilas dengan air mengalir.
30 KULTUR JARINGAN TANAMAN
•
mengalir, agar benar-benar bersih
Meletakkan botol dan alat yang sudah
dicuci bersih dalam wadah dan menunggu
hingga kering
Pencucian pertama selesai.
Botol botol ini harus di cuci
ulang j ika hendak digunakan
dalam (>l!mbuatan media
Pert anyaan:
1. Ruangan yang dibutuhkan untuk menjadi tempat penambahan koleksi
tanaman kultur yang juga rnerupakan ruang terbesar ialah :
a. Ruang kultur
b. Ruang transfer
c. Ruang preparasi
d. Ruang analisa
(Kunci Jawaban : A, Tipe Seal C2)
2. Dalam laboratoriurn kultur jaringan terdapat beberapa ruangan yang
dibedakan berdasarkan fungsinya antara lain, kecuali :
a. Ruang Preparasi
b. Ruang transfer
c. Ruang kultur
d. Ruang kultivasi
(Kunci Jawaban : D, tipe soal C1)
3. Jelaskan mengapa ruang kulrur lebih tinggi tingkat aseptisitasnya dibandingkan
ruangan lainnya?
Jawab:
Karena pada ruangan inilah seluruh tanaman setelah diperbanyak dilketakkan,
oleh karena itu ruang ini aseptisitasnya lebih tinngi di bandingkan dengan
ruang yang lainnya, seperti: pada ruangan ini senantiasa AC hidup, yang
berguna unruk penyaringan udara yang masuk danjuga unrukrnernpertahankan
tanarnan supaya tetap hid up dengan mempenahankan pada kondisi suhu
tenentu. Ruangan kultur jaringanjuga harus memperhatikan suhu dan
cahaya karena unruk mengendalikan perkernbangan eksplan.
GLOSARIUM
Aseptik:
Bebas dari infeksi/ bersih, steril.
Sitologi:
Ilrnu tentang susunan dan fungsi sel
Bioteknologi:
Cabang ilrnu yang rnernpelajari pemanfaatan makhluk hid up (bakteri, fungi,
virus, dan lain-lain) rnaupun produk dari rnakhluk hid up Cenzirn, alkohol)
dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa
KULTUR JARINGAN TANAMAN 33
Parenkim:
Jaringan dasar karena banyak dijumpai harnpir ditiap bagian tumbuhan,
dengan karakteristiksel berupa sel hid up, strukturdan fungsisangat bervariasi,
bervakuola besat; dinding sel tip is, terdapat kloroplas dan pigmen lainnya.
Suspensi:
Campuran heterogen dari zat cair dan zat padat yang dilarutkan dalam
zat cair.
Sterilisasi:
Proses pemusnahan atau eliminasi semua mikroorganisme, termasuk
spora bakteri, yang sangat resisten
Desinfektan:
Bahan kimia yang d igunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau
pencemaranjasad renikjuga untukmembunuh atau menurunkanjumlah
mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya
Fotosintesis:
Suatu proses biokimia pembentukan zat makanan atau energi dengan
menggunakan karbondioksida, dan air serta dibutuhkan bantuan energi
cahaya matahari
Organogenesis:
Proses pembentukan organ (tunas, daun, akar)
Zat hara makro:
Unsur yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar, yaitu C, H, 0, N,
S, P, K, Ca, Mg, (pendapat sebagaian ahli: Fe)
Zat hara mikro:
Unsur yang hanya dibutuhkan tanaman dalam jumlah sangat sedikit,
dibutuhkan untuk kebutuhan kerja enzim esensial, yaitu B, Cl, Cu, Fe,
Mn, Mo, Na, V, dan Zn
Elektroforesis:
Teknik pemisahan komponen a tau molekul bermuatan berdasarkan perbedaan
tingkat migrasinya dalam sebuah medan listrik
Ruang isolasi:
Ruang penanaman, ruang transfer, ruang tabur. Untuk skala laborato-
ries biasanya tidak begitu luas karena biasanya berisi satu IAFC untuk
seorang atau dua orang bekerja di dalamnya, akan tetapi untukskala industri
ruangan ini biasanya luas tergantung berapa kapasitas orang yang bekerja
sacara bersama-sama.
BAB IV
KONSEP HORMON
61
62 KUL TUR JARINGAN TANAMAN
hewan a tau fitohormon adalah sebagai berikut: Apa yang mengawali sintesis
hormon iru? Bagian mana yang menjadi sasaran harmon itu? Bagaimana
respons dari bagian yng menjadi sasaran iru? (fisik dan biokimia). Hal lain
lagi yang menyulitkan di dalam sistem fitohormon ini adalah bahwa suatu
respons fisiologis merupakan kerja sama beberapa fitohormon daripada
fitohormon tunggal. Hal ini menyebabkan sangat sulit untuk menghubungkan
suatu respons fisiologis terrentu dengan fitohormon tertentu.
Konsep hormon yang dikembangkan oleh para ahli fisiologi hewan bahwa
hormon adalah bahan bukan nutrisi yang aktif dalam konsentrasi rendah
dapat termasuk baik senyawa-senyawa organik maupun ion -ion anorganik.
Dilihat dari segi fitohormon defenisi ini terlalu umum dan tidak dapat
mencakup konsep-konsep tertentu di dalam pengaturan dan perkembangan
tanaman. Hal yang lebih penting untuk diperhatikan adalah prinsip kerja
hormon itu, bahwa hormon adalah zat - zat yang dapat menggerakkan (trigger)
suaru perubahan-perubahan metabolisme yang seterusnya menjurus pada
suaru respon fisiologis.
Kebanyakan ahli fisiologi tumbuhan menggunakan istilah zat pengatur
rumbuh tanaman (plant growth substance) dari pada istilah harmon tanaman.
Karena istilah ~ ersbut dapat mencakup baik zat-zat endogen maupun zat
eksogen (sintetik) yang dapat mengubah perrumbuhan ranaman. Zat pengatur
tumbuh tanaman (ZPT) yang dihasilkan oleh tanaman disebut fitohormon,
sedangkan yang sintetik disebut zat pengatur rumbuh tanaman sintetik.
Harmon tanaman didefenisikan sebagai senyawa organik bukan nutrisi
yang aktif dalam jumlah yang kecil (10·6 - 10·5 mM) yang disintetiskan
pada bagian tertentu dari tanaman dan pada umumnya diangkut ke bagian
lain tanaman dimana zat tersebut menimbulkan tanggapan secara biokimia,
fisiologis dan morfologis.
Zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik bukan hara, yang dalam
jumlah sedikit (lmM) dapat merangsang, menghambat dan mempengaruhi
pol a perrumbuhan dan perkembangan tanaman (Wattimena 2000).
Zat pengarur tumbuh ada yang berasal dari tumbuhan itu sendiri (zat
pengatur tumbuh endogen) dan bersifat alami dan ada juga yang berasal
dari luar tumbuhan tersebut dan disebut sintetis.
Zat pengarur tumbuh sangar diperlukan sebagai komponen medium
bagi pertumbuhan dan diferensiasi sel. Tanpa zar pengarur rumbuh, pertumbuhan
eksplan akan rerhambat, bahkan mungkin tidak rumbuh sama sekali.
KUl TUR JARINGAN TAN AM AN 63
Dengan batasan-batasan terse but vitamin dan gula tidak termasuk dalam
harmon tanaman. Gula diproduksi di daun dan bagian lain yang mengandung
butir hijau daun dan ditranslokasi ke bagian lain, tapi aktif dalam jumlah
besar (10·3 mM). Vitamin juga bahan organik yang aktif dalam jumlah kecil,
tetapi pada umumnya tidak ditranslokasi. Tempat sintetis dan tempat kerja
adalah sama.
DikenalS golongan fitohormon yaitu: auksin, giberelin, sitokinin, asam
absisik dan etilen. Fitohormon ini terdapat di dalam tanaman dalam berbagai
bentuk, sehingga sulit untuk mengerti cara kerja fitohormon itu dengan
cara baik. Selain itu tanamanjuga mengandung senyawa-senyawa lain yang
turut aktif dalam berbagai proses pertumbuhan dan perkembangan. Senyawa-
senyawa iru, antara lain adalah asam polifenolik, vitamin, siklitol dan berbagai
senyawa lainnya.
A. Auksin
Charles Darwin dan anaknya Francis mulai membuat beberapa percobaan
di Inggris yang mendukung pernikiran daripada Sachs. Charles sangat tertarik
dalam pergerakan tanaman yang disebut tropisma. Tropisma adalah hasil
respons terhadap perangsang yang datang dari luar seperti cahaya (foto-
tropisrna), gravitasai (geotropisma), sentuhan (tigma tropisma), kimia (chemo-
tropisma) dan elektris (elektro tropisma). Di samping tropisma, Charles
juga menyelidiki ten tang cara melilit dari tumbuh-rumbuhan yang merambat.
Hasil-hasil studi Darwin diterbitkan pada tahun 1880 di dalam suatu buku
yang berjudul ''The Power of Movement in Plants". Di dalam studinya mengenai
fototropisma Darwin mempergunakan koleoptil dari beberapajenis rumput-
rumputan. Bila biji dikecambahkan di dalam gelap, koleoptil bertumbuh
lurus. Jika ujung koleoptil disinari secara searah, koleoptil itu membengkok
kearah datangnya sinar. Jika pangkal koleoptil disinari atau ujung koleoptil
diberi tutupyang tidak tembus cahaya lalu disinari, tidak akan terjadi pembengkokan.
Observasi Darwin ini dilakukan pada tahun 1870, tetapi baru pada tahun 1900
para ahli fisiologi tumbuhan kembali pada masalah fototropisma ini.
64 KULTUR JARINGAN TANAMAN
gunakan sebagai hormon akar, sedangkan 2,4- D adalah auksin yang paHng
aktif dan dipergunakan sebagai herbisida, pada dosis rendah digunakan untuk
induksi kalus .
Senyawa- senyawa karbonat mula- mula dikembangkan sebagai fungisida
tetapi ternyata senyawa tersebut mempunyai aktivitas sebagai auksinjuga.
Karbonat tidak mempunyai bentuk ciri - ciri tetapi mempunyai gugus asam
asetat.
Ratusan senyawa - senyawa lain telah disintesiskan dan diuji aktivitas
auksinnya. Hanya beberapa senyawa saja yang mempunyai aktivitas biologis.
Apa yang paling perlu untuk suatu senyawa mempunyai aktivitas auksin.
Jika dilihat senyawa-senyawa terse but mempunyai ukuran dan bentuk yang
sama. Selanjurnya senyawa-senyawa terse but mempunyai struktur elektron
yang serupa, dimana bagian terrentu lebih elektro negatif daripada bagian yang
lain. Sifat- sifat di atas itu penting bagi senyawa- senyawa tersebut untuk mengatur
molekulnya pada tempat tenentu di dalam sel.
Selain hal-hal tersebut di atas faktor- faktor lain yang mempengaruhi
aktivitas dari auksin sintetik adalah :
1) Kesanggupan senyawa tersebut untuk dapat menembus iapisan kutikula
atau epidermis yang berlilin
2) Sifat translokasi di dalam tanaman
3) Pengubahan auksin menjadi senyawa yang tidak aktif di dalam tanaman
(destruksi atau pengikatan)
4) Berinteraksi dengan hormon turnbuh lainnya
5) Spesies tanaman
6) Fase pertumbuhan
7) Ungkungan (suhu, radiasi dan kelembaban)
Gambar nanas dengan perlakuan: a. IAA 0,1 NAA 0 b. IAA 0,1 NAA
c. 0,2 lAA 0,2 NAA 0,2
68 KULTUR JARINGAN TANAMAN
Gam bar a. Tanaman daun dewa umur 12 MST tanpa perlakuan auksin mampu
menghasilkan akar (artinya tanaman ini cukup merniliki auksin endogen
untuk menginduksi akar). b. Manggis dengan 5 ppm 1M hanya menghasilkan
1 sampai 2 akar
B. Giberelin
Zat pengatur tumbuh (ZPT) lain yang sering ditambahkan kedalam
medium adalah Giberellin, ZPT yang dalam bentuk larutan pad a temperarur
tinggi mudah kehilangan sifamya sebagai ZPT. Giberellin (asam Giberellate)
dalam dosis tinggi menyebabkan gigantisme, sesuai dari penemuan awal
yang menunjukkan bahwa ZPT ini berefek meningkatkan pertumbuhan sampai
beberapa kali. Giberellin berpengaruh terhadap pembesaran dan pembelahan
sel, pengaruh Giberellin ini mirip dengan auksin yaitu antara lain pada pembentukan
akar. Giberellin dapat menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah auksin
endogen.
Sekitar tahun 1920 beberapa ahli Jepang menyelidiki suatu penyakit
cendawan pada bibit padi. Penyakit ini menyebabkan elongasi batang padi.
Diketahui bahwa cendawan yang menyebabkan penyakit tersebut adalah
Gibberella fujikuroi. Pada tahun 1926 E. Kurosawa mendapatkan bahwa cendawan
tersebut mengeluarkan suatu zat ke dalam kultur media yangjika diberikan
kepada tanaman padi sehat akan memberi gejala penyakit yang sama. Zat
tersebut diberi nama giberelin A, temyata dapat juga menyebabkan perpanjangan
batang pada berbagai tanaman.
Penyelidikan orang- orang Jepang ini tidak banyak menarik perhatian
orang di luar Jepang. Sampai pada akhir perang dunia II beberapa team ahli
dari Inggris dan Amerika Serikat mengunjungi Jepang dan menyadari akan
penelitian- penelitian mengenai giberelin ini. Sesudah studi yang mendalam
di tiga Negara tersebut diketahui bahwa giberelin A terdiri dari sekurang-
kurangnya 6 macam giberelin yang disebutG~, G~, G~, GA+' GA,, dan G~.
Giberelin yang umurnnya tersedia di pasaran adalah G~ dan giberelin
KULTUR JARINGAN TANAM AN
dari berbagai jenis tanaman, jika disemprot dengan GA. Demikian juga
terhadap besar bunga dan buah. Besar bunga dari tanaman Camelia dan
Gerannium akan bertambah jika diberi GA eksogen. Ukuran buah dari beberapa
tanaman buah-buahan seperti anggur akan bertambah besar jika diberi GA.
Giberelinjuga mendorong pembentukan buah partenokarpi (tanpa biji) pada
buah anggur dan pada buah - buahan lainnya.
Di samping mempengaruhi besamya organ tanaman, GAjuga mempengaruhi
proses - proses fisiologis lainnya. Kebanyakan tanaman memerlukan suhu
dingin (2° sampai 4°C) selama periode waktu tertentu diikuti hari panjang
umuk dapat berbunga. Pada tanaman- tanaman tersebut suhu dingin menyebabkan
terjadinya "baiting" (perpanjangan batang) yang mengawali proses pembungaan
tersebut. GA dapat mengganti pengaruh suhu dingin pada tanaman-tanaman
tersebut dan dapat mendorong terjadinya pembungaan.
Telah diselidiki juga bahwa proses dormansi dari beberapa biji dan
mata tunas dapat dihilangkan dengan pemberian GA. Pada biji - biji terse but
perkecambahan dapat diawali dengan naiknya kadar GA endogen biji. Pada
biji-biji tersebut dormansi disebabkan oleh rendahnya kadar GA endogen,
sehingga dormansi dapat diatasi dengan pemberian GA eksogen. Mekanisme
yang serupa jnga terdapat pada mata tunas tidur (dorman).
Pada proses pembelahan sel dan pembesaran sel bukan saja dipengaruhi
oleh GA tetapijuga oleh auksin. Perbedaan antara giberelin dan auksin dalam
proses tersebut adalah bahwa GA lebih efektif pada tanaman yang utuh sedangkan
auksin pada potongan-potongan organ tanaman seperti pada stek akar, stek
tunas, dan lain-lain.
GA yang terikat. Contoh: glukosa yang mengikat GA bebas, yang satu melalui
gugus hidroksil (GA, -glukosida) dan yang lain melalui gugus karboksil (GA4 -
glukosil ester). Belum begitujelas apakah bentuk terikat ini berfungsi sebagai
GA cadangan atau GA untuk ditranslokasikan atau kedua - duanya .
Sampai saat ini belum bisa dipahami mengapa tumbuh - tumbuhan
mempunyai begitu banyak GA. Apakah itu bukan suatu "artifac" (tetjadi
selama prosedur ekstrak). Mungkin tidak semua GA yang terdapat dalam
tanaman itu aktif. Perlu penelitian lanjutan mengenai aktivitas dari jenis -
jenis GA yang be bas itu, juga terhadap bentuk - bentuk rerikat dari GA - GA
terse but.
C. Sitokinin
Sitokinin berperan penting dalam pengaturan pembelahan sel dan
morfogenesis. Sitokinin yang pertama sekali ditemukan adalah kinetin.
Kinetin bersama-sama dengan auksin memberikan pengaruh interaksi terhadap
d iferensiasi jaringan. Pada pemberian a uksi n d engan konse ntrasi rei a tif ti nggi,
diferensiasi kalus cenderung ke arah pembentukan primordia akar, sedangkan
pada pemberian kinetin yang relatif tinggi, diferensiasi kalus cenderung ke
arab pembentukan primordia batang atau tunas.
F. Skoog dan C.O. Miller menemukan sesuatu zatyang dapat merangsang
pembelahan sel pad a penelitian mereka. Skoog dan Miller meneliti senyawa-
senyawa pada media kultur jaringan yang dapat menumbuhkan kalus yang
berasal dari empelur tembakau. Media dasar terdiri dari hara tanaman, sukrosa,
vitamin dan glisin. Pada media dasar ini kalus tumbuh sangat lambat, tetapi
perrumbuhan ini dapat dipercepat kalau ditambah zat - zat ekstra. Media dasar
ditambah IAA hanya mendorong perrumbuhan kalus dalam waktu yang singkat
72 KULTUR JARINGAN TANAMAN
saja. Media dasar ditambahkan dengan air kelapa, ekstrak ragi dan IAA
sangat mendorong pertumbuhan kalus dalam waktu yang lama.
Asarn nuklet terutarna RNA temyata kaya akan zat- zat yang mendorong
perturnbuhan kalus tersebut. Di dalam penelitian selanjumya zat yang
aktf itu dapat diisolasi dan diidentiftkasikan kemudian dibuat secara sintetik.
Zat tersebut diberi nama kinetin, karena menyebabkan proses pembelahan
sel (sitokinesis).
Kinetin adalah N6 - furfuril adenine suatu turunan dari basa adenine.
Senyawa sintetik yang mempunyai struktur yang serupa dengan kinetin juga
dapat mendorong pembelahan sel - sel kalus tembakau tersebut. Ahli - ahli
fisiologi tumbuhan memberi nama sitokinin yang menggarnbarkan fungsinya
dalarn pembelahan sel (sitokinesis). Kinetin bel urn pemah diisolasi dari jaringan
jaringan tanaman, tetapi dari hasil - hasil khromatografi ekstrak ranaman
diduga kinetin juga terdapat dalam tanaman dalam konsentrasi yang rendah.
Zat-zat dengan aktivitas sitokinin (diuji dengan metode kalus) dapat
diisolasi dari berbagai jenis turnbuhan. I..etharn mengisolasi dan mengidentifikasikan
sitokinin yang terdapat dalam biji jagung muda yang diberi nama zeatin.
Zeatin didapatjuga dari hasil hidrolisis RNA dari kacang buncis, bayam Amerika,
gandum, umbi kentang dan lain-lain tanaman. Salah satu fraksi RNA yaitu
tRNA sangar kaya akan ~eatin. Zeatin terdapat dalam bentuk trans maupun
cis, tetapi bentuk trans lebih umum. Juga bentuk nukleosida dan nukleotida
dari zeatin banyak terdapat dalam ranaman. Hal ini tidak mengherankan sebab
cincin sitokinin yaitu adenine juga terdapat dalarn bentuk nukleosida dan
nukleotida.
Sitokinin lainnya yang banyak terdapat dalam tanaman adalah isopentanil
adenine beserta turunannya isopentenil adenosine. Kedua bentuk isopentenil
ini merupakan bagian dari pada tRNA. Pada zeatin terdapat gugusan hidroksil
(OH) pada rantai samping isopentenil sedangkan pada isopentenil adenine
tidak terdapat gugusan hidroksil pada rantai sarnping isopentenil. Semua sitokinin
endogen rnerniliki isopentenil adenine sebagai struktur dasar. Modifikasi hanya
terdapat pada rantai samping isopentenil atau penambahan gugus pada
posisi 9 dari cincin adenine. Golongan Sitokinin yang lebih sering digunakan adalah
Kinetin dan Benzil amino purin dibanding dengan Zeatin dan 2 iP.
Pada keadaan "stress" fisik maupun kimia kandungan ABA itu meningkat
dan segera turun kembali setelah hilangnya "stress". Pada keadaan "stress"
air daun kehilangan turgor dan layu, kandungan ABA meningkat dan stomata
menutup. Jika tanaman diairi, turgor daun menjadi normal kembali dan
konsentrasi ABA menurun. Di sini terlihat bahwa ABA terbentuk di dalam daun
pada waktu "stress" dan diuraikan dan diinaktifkan sesudah tidak ada "stress"
lagi.
1. Fenolik
Sejumlah besar senyawa-senyawa dapat dikelompokkan ke dalam senyawa-
senyawa fenolik terdapat di dalam tanaman. Seyawa- senyawa fenolik sangat
beragam dalam struktur kimianya, mulai dari senyawa- senyawa seperti katecol,
asam kafeik dan aeskulin sampai kepada anthosianidin dan senyawa-senyawa
fenolik yang kompleks. Banyak fenolik merupakan warna pigmen (biru, merah,
kuning,jingga) dan berfungsi dalam pewarnaan tajuk bunga, daun danjaringan-
jaringan. Fenol kebanyakan terdapat dalam bentuk terikat dengan gula dalam
bentuk glukosida (anthosianidin + guJa = antosianin). Beberapa fenol
yang sederhana berfungsi sebagai fungisida dan bakterisida yang kuat yang
melindungi tanaman dati serangan cendawan dan bakteri.
Percobaan dengan berbagaijenis senyawa-senyawa fenoliksintetik (eksogen)
menunjukkan bahwa senyawa - senyawa fenolik menghambat pembelahan
sel, pembesaran sel, pertumbuhan dan perkecambahan biji. Apakah senyawa-
senyawa fenolik endogen mempunyai pengaruh yang serupa, masih terus
diadakan penelitian ke arah itu.
2. Vitamin
Sebagiansudah diuraikan pada bab media kulturjaringan. Vitamin digolongkan
ke dalam vitamin yang larut dalam air dan dalam lemak. Vitamin yang larut
KUL TUR JARINGAN TANAMAN
dalam air termasuk vitamin C (asam askorbat) dan golongan vitamin B yang
terdiri dari vitamin B1 (thiamine), vitaminB2 (riboflavin), vitamin B6 (pyrodoxine),
asam folat, nicotianamide, asam pantetonat, vitamin B12 (kobalamin) dan
biotin. Termasuk vitamin yang larut dalam lemak adalah vitamin A (carotene),
vitamin D, vitamin E, vitamin K, vitamin Q (ubiquinone) dan vitamin F.
Fungsi dari vitamin tersebut pada hewan cukup jelas. Golongan vita-
min B merupakan komponen penting dari koenzim - koenzim yang penting
dalam metabolisme sel- sel, thiamin pirofosfat adalah bagian yang aktif
dari enzim karboksilase; nicotianarnide sebagai komponen NAD dan NADP
dan asam panthetonat adalah bagian dari koenzim A. Vitamin A berpengaruh
pada sistem pigmen, vitamin K adalah komponen dari guinone (elektro transpor
pada proses fotosintesis). Karena vitamin berfungsi sebagai ko-faktor dalarn
reaksi - reaksi enzim, vitamin biasanya terdapat di dalam sel dalarn jumlah
yang kecil.
3. Cyclitols
Steward dkk, rnernpelajari komposisi air kelapa, didapat bahwa fraksi
dari air kelapa mengandung beberapa jenis cyditols yaitu myoinositol dan
suelonositol dalam jumlah yang cukup tinggi. Inositol secara tersendiri tidak
dapat rnendorong pertumbuhan kalus dari wortel, tetapi bersama-sama
dengan fraksi air kelapa yang aktif, inositol dapat mendorong perturnbuhan
kalus tersebut. Inositol juga dapat mendorong pertumbuhan tanaman kalus
lainnya, jika diberi tambahan auksin, kinetin dan vitamin. Tidak diketahui
apakah semua jenis kalus memerlukan inositol, tetapi sekurang-kurangnya
beberapa jenis kalus mutlak rnemerlukan inositol.
Peranan inositol di dalam pertumbuhan kalus belum diketahui sampai
saat ini. Penemuan-penemuan akhir-akhir ini menunjukkan bahwa inositol
ikut berperan di dalam beberapa proses rnetabolisme penting yang berhubungan
dengan pertumbuhan sel. Inositol adalah suatu bahan antara dalam rnengubah
glukosa menjadi asam glukoronat dan asam galakturonat, kedua asam ini adalah
bahan-bahan penyusun dinding sel primer.
4. Bassinolide
Beberapa tahun lalu John W. Mitchell dari USDA Beltsville, Maryland,
mengawali suatu program yang rnenyelidiki tepung sari tanaman sebagai
zat tumbuh tanaman. Ekstrak dari tepung sari bunga "rape" (B. napus) ternyata
dapat rnendorong pertumbuhan kecambah kacang buncis. Bassinolide menaikkan
KUL TUR JARINGAN TAN AM AN 79
basil dari beberapa jenis tanaman seperti lobak, kentang, kacang buncis, selada
jika tanaman tersebut disemprot bassinolide dengan konsentrasi rendah.
5. Tiacontanal (TRIA)
Pada tabun 1977 S.K. Ries dari Michigan State University mendapatkan
bahwa pemberian bubuk daun alfalfa ke dalam media tanah dapat mendorong
pertumbuhan dan menaikkan basil tanaman kedelai,jagung, gandum, padi,
to mat dan wortel. Beliau dan kawan-kawannya selanjumya menemukan bahwa
bahan aktif dalam daun alfalfa itu adalah suatu alkobol alifatik berantai panjang
yaitu 1- hidroksi triacontane.
6 . Hormon Bunga
Pembungaan dapat dikonrrol oleh suatu zat yang mendorong pembungaan
yang ditranslokasi di dalam tanaman. M. Kh. Chailakan seorang ahli fisiologi
tumbuhan Uni Sovyet memberikan nama flo rig en untuk zat tersebut. Beberapa
peneliti mendapatkan bahwa ada ekstrak (florigen) yang dapat mendorong
pembungaan tetapi belurn dapat mengisolasi dan mengidentifikasi zat terse but.
Percobaan-percobaan dengan ekstrak tanaman sukar untuk membuktikan
adanya florigen endogen, oleh karena itu florigen sampai saar ini dianggap
suatu hal yang tentative.
_____,/
.....,_ CH2 COOH
KULTUR JARINGAN TANAMAN 81
Cl
C l - d - 0 CH2 COOH
CH2COOH
OJ
4) IBA (Indole Butyric Acid) , berat molekul 203.24
____;;/CH2CH2CH2COOH
...,__
~
I
N
I
H
0 CH2 COOH
o:)
KULTUR JARINGAN TANAMAN
Cl -Q-o
/
CH2 COOH
Cl
8) Dicamba (3,6- Dichloro Anisic Acid), berat molekul 221.04
b-COOH
"\. Cl
Cl
Cl COOH
10) 1M conjugate: IAA sp (Indole Acetylaspartic Acid).
COOH
I
N-CH
I
N H CH2
I
H COOH
KUL TUR JARINGAN TANAMAN 83
I
H
2) Zeatin (3- methyl- trans- 2- butenyl amino purine), berat molekul219.25
CH2-CH=C
I ~CH 2 0H
NH
tJC> N N
I
H
3) 2iP (N6- 2- isopentanyl adenine) a tau 6- (t,t- dimetyl allyl amino purine),
berat molekul 203.21
84 KULTUR JARINGAN TANAMAN - - - - - - - - - - - -
4) BAPI BA (6- benzyl amino purine I 6- benzyl adenine), berat molekul 225.26
(H'-o
NH
cXN> N N
I
H
5) PBA (SD 8339): 6 (- benzylamino) - 9- (2- tetrahydropyranyl) - 9H-
purine, berat molekul 309.37
KUL TUR JARINGAN TANAMAN 8S
bNHcoNHD
7 ) 2,6- C 1- 4 PU: N (2,&- d.ichloro-4 pyridyl)- N- pnenylurea, beratmolekul282.13
Cl
ND_ HCO N~
Cl
8 ) Thidiazuron (N- phenyl· N- 1,2,3- thiadiazol- 5- yL- urea), berat molekul220.25
N
I~
~s_)l "- co D
NH NH
n
Cl OH
a
~-
C= <f_JH-C(CH)
I J 33
H N
0
86 KULTUR JARINGAN TANAMAN
Ancymidol
.
,/)
Cl
N cr
l,_. '
cr
A.\lO 1618
QH
HOI.1 ,,,0H
HO''' y
OH
'''OH
OH
Pertanyaan:
1. Ada dikenal 5 golongan fitohormon dalam mendukung penumbuhan
tanaman yaitu, kecuali :
a. Auksin
b. Sitokinin
c. Giberelin
d. Hormon
(Kunci Jawaban : D, Tipe Soal C)
2. Senyawa organik bukan nutrisi yang aktif dalam jumlah yang kecil
(10·6 - 10·5 mM) yang disintetiskan pada bagian tertentu dari tanaman
dan pada umumnya diangkut ke bagian lain tanaman dimana zat tersebut
menimbulkan tanggapan secara biokimia, fisiologis dan morfologis.
Hal itu merupakan pengenian dari :
a. Zat Tanaman
b. Hormon Tanaman
c. Senyawa Organik Tanaman
d. Zat Aktif Tanaman
(Kunci Jawaban : B, Tipe Soal C)
3. Suatu gas jari pembakaran gas yang tidak sempuma dari senyawa-senyawa
yang kaya akan ikatan karbon seperti batu bara, minyak bumi dan gas alam
disebut dengan :
a. Etilen
b. Sitokonin
c. Giberelin
d. Asam Absisik
(Kunci Jawaban : A, Tipe Soal C2)
GLOSARIUM
Hormon:
Pembawa pesan kimiawi antarsel atau antarkelompok sel
Tropisma:
Hasil respon terhadap peransang yang dating dari luar sepeni cahaya
(foto-tropisma, gravitasi (geotropisma), sentuhan, kimia, dan elektris)
Meristem apical:
Meristem yang terdapat pada ujtu1g akar dan pada ujung batang. Meristem
apikal selalu menghasilkan sel-sel untuk tumbuh memanjang
KUL TUR JARINGAN TANAMAN
Absisi
Lapisan sel pada daerah absisi yang dapat memisahkan bagian-bagian
tumbuhan satu sama lainnya misal daun, cabang, bunga, atau buah
Herbisida:
Senyawa a tau material yang disebarkan pada lahan pertanian untukmenekan
a tau memberantas tumbuhan yang menyebabkan penurunan hasil (gulma)
Giga ntisme:
Kondisi seseorang yang kelebihan pertumbuhan, dengan tinggi dan besar
yang di atas normal. Gigantisme disebabkan oleh kelebihan jumlah honnon
pertumbuhan
Partenokarpi:
Merupakan gejala terbentuknya buah tanpa melalui proses pembuahan
inti generatif terhadap sel telur
Dormansi:
Suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialarni organisme hidup atau bagiannya
sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak mendukung pertumbuhan
normal
Morfogenesis:
Semua perubahan bentuk dan letak (lokasi) dari sebuah a tau sekelompok
sel atau jaringan.
Khromatografi :
Suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan pola pergerakan
antara fase gerak dan fase diarn untuk memisahkan komponen (berupa molekul)
yang berada pada larutan
Etilen:
Suaru gas dari pembakaran gas yang tidak sempurna dari senyawa-senyawa
yang kaya akan ikatan karbon seperti batu bara, minyak bumi dan gas alam
Inositol:
Suatu bahan antara dalam mengubah glukosa menjadi asam glukoronat
dan asam galakturonat, kedua asam ini
Alifatik:
Senyawa organik yang tidak mempunyai gugus fenil
Allelopati:
Suatu fenomena alarn dimana suatu organisme memproduksi dan mengeluarkan
suatu senyawa biomolekul (disebut alelokimia) ke lingkungan dan senyawa
tersebut memengaruhi perkembangan dan pertumbuhan organisme lain di
sekitarnya
90 KUL TUR JARINGAN TANAMAN
Multiplikasi:
Kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan rnenanam eksplan pada media
Gynogenesis:
Embrio yang berasal dari ovary yang belum dibuahi
Androgenesis:
Proses terbentuknya embrio dari kultur amher atau mikrospora.
BAB V
PEMULIAAN TANAMAN SECARA
IN VITRO
Kompetensi Dasar :
1. Mampu menerapkan prinsip kultur jaringan pad a seleksi
jaringan, transfer eksplan, inkubasi dan aklimatisasi.
2. Mampu menulis "Critical book report" untuk 3 bab tpik
kultur jaringan (kultur sel, kultur kalus; tanaman hap-
loid; kultur protoplasma), dengan kriteria tertentu.
3. Mampu mendesain "mini research" untuk perbanyakan
tanaman melalui kultur jaringan.
91
92 KUL TUR JARINGAN TANAMAN
Setelah ditemukan bahwa Auksin dan Sitokinin serta zat pengatur rumbuh
lainnya, sangat berperan dalam proses diferensiasi sel menjadi organ tertentu,
maka kendala untuk organogenesis dan embriogenesis tanaman dapat dieliminir.
Walaupun banyak tanaman dapat diregenerasikan namun masih banyak
tanaman, terutama tanaman tropik, belum sepenuhnya dapat dimengerti
mekanisme regenerasinya sehingga masih ada kendala dalam regenerasinya
dan sampai saat ini masih terus dilakukan penelitian untuk hal ini, dengan
berdasar pada percobaan terdahulu yang memberi Iatar belakang yang sistematis
untuk pemecahan masalah.
1. Kultur Pucuk
Perbanyakan tanaman melalui kultur pucuk telah banyak dilakukan
pad a laboratorium kultur jaringan komersial. Ada 2 cara yang dapat dilakukan
untuk kultur pucuk yaitu:
Melalui kultur pucuk (Shoot tip culture).
Melalui kultur mata tunas (single node culture):
Tujuan dari kultur pucuk adalah untuk perbanyakan secara vegetatif pada
tanaman. Bagian tanaman yang digunakan sebagai eksplan adalah ujung
tunas lateral, atau terminal dengan ukuran kira-kira 20 mm. Pengaruh dominansi
apikal dapat dihilangkan dengan menggunakan ZPT terutama Sitokinin kedalam
medium, yang akan menghasilkanjumlah tunas yang banyak. Ukuran pucuk
mempengaruhi keberhasilan kultur ini, pucuk berukuran lebih besar lebih
cepat berkembang dan lebih tahan sehingga lebih banyak menghasilkan tunas
aksilar.
Robbins pada tahun 1922 merupakan orang pertama yang melakukan
kultur pucuk, setelah itu perkembangannya lambat. Baru tahun 1970-an
banyak dipublikasikan hasil penelitian dengan menggunakan teknik ini.
Faktor penyebab digunakannya teknik kultur pucuk untuk tujuan komersial
adalah:
1. Metode kultur pucuk dapat diterapkan pada berbagai jenis tanaman
dengan menggunakan prinsip yang sama.
2. Memungkinkan untuk mendapatkan I mengontrol tunas yang dihasilkan
adalah bebas virus.
3. Tanaman yang dihasilkan secara genetik seragam dan true to type
4. Pada banyak tanaman, memiliki laju perbanyakan yang tinggi
94 KULTUR JARINGAN TANAMAN
Pada kultur pucuk, eksplan yang digunakan adalah pucuk apikal atau
lateral yang mengandungjaringan meristematis. Pada kulrur pucuk, banyak
digunakan medium dengan konsentrasi sitokinin tinggi untuk mendorong
pembentukan tunas aksilar.
Teknik kultur mata tunas lebih mengunrungkan untuk diterapkan jika
mempunyai tujuan mengelirninir perubahan genetik, narnun laju multiplikasinya
lebih rendah dibanding dengan kultur pucuk. Untuk perbanyakan kentang
skala besar dalarn rangka mendapatkan kenrang bebas fusarium, kultur ini
sudah diterapkan di PAU IPB (Wattimena, 2000).
Eksplan untuk kultur rnata tunas adalah rnata tunas aksilar dari kecarnbah
atau tanaman dewasa. Media yang digunakan hampir sama dengan kultur pucuk,
sering ditambahkan giberellin untuk pemanjangan tunas untuk memperrnudah
pernisahan tunas - tunas yang terbentuk. Teknik ini banyak digunakan pad a
tanaman: krisan, daun dewa, kentang.
Garnbar pucuk tanaman gaharu in vitro ini dapat digunakan sebagai sumber
eksplan baru
2 . Embriogenesis
Embriogenesis adalah proses terbentuknya embrio sornatik. Ernbrio
somatik adalah ernbrio yang bukan berasal dari zigot, tetapi berasal dari
sel biasa dari jaringan tanaman. Jika embrio terbentuk dari kultur anther
a tau mikrospora, maka prosesnya disebut: androgenesis. Embrio yang berasal
dari ovari yang belurn dibuahi disebut gynogenesis. Tanaman lengkap yang
berasal dari regenerasi pada teknik kultur jaringan disebut planlet.
Norstog (1979) menyimpulkan bahwa pada proses embriogenesis somatik
selalu didahului oleh pembentukan kurnpulan sel yang bel urn terdiferensiasi,
seperti protocorm dan dari protocorm kemudian terbentuk proembryonic bud.
Biji- biji anggrek (seperti tanaman sa profit atau semi parasit) mengandung
KUL TUR JARINGAN TANAMAN 95
embrio yang berdiameter kira- kira 0,1 mm, tidak mengandung endosperm
a tau kotiledon. Saat berkecambah, embrio ini akan membentuk protocorm
(srruktur seperti corm) yang berwama hijau dan mampu berfotosintesis, runas
dan akar baru akan terbentukjika senyawa - senyawa organi.k di dalam protocorm
cukup.
Kemampuan untuk membentuk em brio aseksual dari jaringan ovular
tanpa terjadinya fusi sel a tau inti, dikenal sebagai apomiksis a tau embrio somatik
Pembemukan embrio somatic dapat berasal dari: sel - sel somatik dip-
loid didalam kantung embrio (apospori), sel- sel nusellus (nucellar embryoni),
sel somatik yang berasal dari eksplan yang dikulturkan.
Secara in- vitro, embrio somatik dapat terjadi dari sel - sel somatik yang
berasal dari eksplan yang dikulturkan.
Embrio somatik yang dihasilkan secara in - vitro dapat berasal dari:
Kultur anther
Kultur suspensi
Kultur kalus
3. Kultur Embrio
Kultur embrio adalah memisahkan em brio yang bel urn dewasa I dewasa
secara steril dan menumbuhkannya secara in- vitro, dengan maksud memperoleh
tanaman yang via bel. Penelitian tentang kultur em brio dimulai oleh Hanning
pada tahun 1904 dengan menggunakan tanaman Rapanus. Embrio yang
dipisahkan dari bakal biji dalam berbagai tingkat perkembangan membutuhkan
makanan yang optimal untuk pertumbuhannya.
Berdasar makanan yang dlbutu.hkan selama perl<embangan, fuse peri<embailc,aan
embrio dibedakan atas:
KULTUR JARINGAN TANAMAN
1. Fase heterotrofik: bentuk embrio dalam fase akhir ini berbentuk bulat
dan sangat tergantung pada endosperm sebagai sumber makanan.
2. Fase autotrofi.k: bentuk embrio dalam fase akhir ini berbentuk hati, embrio
tidak tergantung lagi pada makanannya.
itu, untuk mengambil jaringan ini agar dapat digunakan sebagai eksplan,
kita membutuhkan mikroskop.
Jadi pada setiap pengambilan sampel, terlebih dahulu dilakukan pengirisan
bagian pucuk secara transversal, lal u jaringan meristem yang tertutupi oleh
primordia daun akan dapat diambil, semua kegiatan ini dilakukan dibawah
mikroskop.
Aplikasi kultur meristem ini adalah untuk: mengeliminir penyakit, terutama
virus, karena jaringannya jauh berada dibagian dalam, sehingga penetrasi
penyakit diharapkan belum menjauhkanjaringan ini, penyimpanan plasma
nutfah bebas virus
Kultur meristem telah banyak diterapkan pada berbagai tanaman. Pada
anggrek cymbidium, ternyata dengan teknik ini dapat dihasilkan kelipatan jurnlah
planlet di banding kultur lainnya. Tanaman yang dihasilkan dari kultur meristem
ini berasal dari jaringan vegetatif, sehingga planlet yang dihasilkan berupa
klon (seragam).
Umuk pelaksanaan perbanyakan rnikro dengan teknik kultur jaringan
ini, apabila kita menggunakan eksplannya adalah daerah meristem pucuk
(yaitu bagian ujung dari pucuk, dimana jaringannya terdapat dibagian dalam
dan banyak dilapisi oleh jaringan- jaringan primordial yang nantinya akan
membentuk tunas dan daun) yang berukuran sangat kecil ( ± 0,2 mm ), dan
dalam pelaksanaannya digunakan perlakuan pemberian zat kimia untuk membunuh
penyakit, maka hasil yang diperoleh kemungkinan besar adalah be bas patogen.
Tanaman yang dihasilkan dari kultur meristem disebut meriklon (mericlone).
Saat ini sudah banyak beredar anggrek meriklon terutama, Vcmda dan Cymbidium,
karena harganya yang cukup mahal. Namun sayangnya anggrek-anggrek
tersebut adalah hasil import dari negara Taiwan. Tanaman meriklon lainnya
adalah kedelai, kentang, anyelir, capsella.
Melalui kultur meristem, jaringan meristem sebagai sumber eksplan
dapat langsung diregenerasikan untuk membentuk tunas dengan subkultur
berulang dan menggunakan variasi ZPT, a tau melalui fase kalus terlebih dahulu,
seperti yang telah dilakukan ahli kultur jaringan Morel, yang memperoleh
meristem pucuk anggrek yang be bas virus, kemudian dikulturkan membentuk
kalus, kemudian dikulturkan untuk membentuk protocorm dan akhirnya dikulturkan
umuk berdifrensiasi lebih lanjut guna membentuk tunas dan akar.
5 . Kultur Akar
Umuk pembuatan kultur akar, pertama yang harus dilakukan adalah
KULTUR JARINGAN TANAMAN
sering digunakan), pucuk, buah, akar, nodul akar. Jaringan mesofil daun
(diutamakan berasal dari in -vitro) yang paling mudah dtisolasi karena sustmannya
yang jarang sehingga penetrasi enzim lebih cepat.
Seluruh rangkaian isolasi protoplas, menuntut sterilitas lebih tinggi
dibanding dengan kultur in - vitro biasa, hal ini dikarenakan kita bekerja
dengan sel telanjang. Media untuk mengkulturkan protoplas maupun hasil
fusi protoplas umumnya adalah media MS a tau BS, dengan berbagai modifikasi
garam mineral dan ZPT.
Osmotikum sangat dibutuhkan mulai dari proses isolasi, mengkulturkan
hasil fusi protoplas, hingga terbentuk din ding sel. larutan osmotikum biasanya
digunakan mannitol dan sorbitol. Setelah dinding sel terbentuk maka harus
diteteskan media tanpa mannitol atau sorbitol, untuk menurunkan tekanan
osmotik. Jika tekanan osmotik tetap tinggi pembelahan dan regenerasi sel
menjadi terhambat.
Fusi sel (protoplas) tanaman dilakukan dengan cara memfusikan 2
macam protoplas yang sama atau berbeda.
Teknik fusi protoplas yang dikembangkan saat ini :
Fusi antara protoplas dengan protoplas
Fusi antara sub proroplas dengan protoplas
Fusi antara sub protoplas dengan sub protoplas. Sub protoplas terdiri
dari: sitoplasma (protoplas tanpa inti), inti (karioplas, protoplas mini),
kloroplas, mitokondria.
Pada gambar dibawah ini terlihat 1). Cacahan daun pada larutan enzim,
untuk mendapatkan protoplas, 2). Tahapan isolasi protoplas. (atas kebaikan
Bapak Dr.Agus Purwito, BDP IPB) :
100 KULTUR JARINGAN TANAMAN
Sd:~ ~"'
~ --
P.-i"'torl~s dir'~t
h:.ti
/
t1.\Ci
uI .. I I ,;:~. .. IIi
lij:un I
-ca.:aa
- ..c::::l
-.c;t,4i~
d 2!2m bo"Vbn c.tUiM
UILul~ pow'b 17C_
t~cmur
mC"l~u
~I ~tT,ra:e1i
Pt"OICIPI-•<s
-·M~r .~:·'i ·~
CaCll-Mo:att,tol
I Obk .......
8. -~ - u • - 'o"'."" ~
--- - - -~
Proses fusi protoplas dapat dilakukan secara kimia dan secara fisik
dengan menggunakan alat elektrofusi. Dibawah ini adalah gambar peralatan
elektrofusi protoplas (atas kebaikan Bapak Dr.Agus Purwito, BDP IPB) :
102 KULTUR JARINGAN TANAMAN
G3Jllixlr Oeralatan elelaro tim protoplas yana terdiri dan AI .. Gc:nr~to arus
AC, A2= Generator aros OC, A3• M icro~p tn~'Cled. A4- Kamera.
A5"0slk)slcop, 8= Elelaroda paralel dengan pembcntt botol kcx:1l yang
diletakkao pada litik paodang m.ikrosk<>p dan C• Flckirod.a J!Ql81el
KULTUR JARINGAN TANAMAN 103
Gan~br t>roses eldctro fusi protoplas 1\ l'rotoplas scgar hasi1 iS<IIast, B. Protopl.'s
rncmbcntuk nnw alr.:ibllt ipl\k~ arus AC, C. protoplas berfusi hasil apli-
ka.~ arus I>C. 0. Sd )'lint! bec;~SAJ dar• pro1opl<&s yang SiClU<~t membelah,
t-~ miluobh dalatn mc:dit•m re~c n ens. F dan G. Regene:-as• kalus n..e'V:!dl
CJ.4n~otlAra
'---- - - - - - -------·---
Garnbar . Skeroa kettlllllf>ktnan d~rib"' r--"ontliiH dan suopb<mil. Jl'l(ta
<¢1 hasil hibt idosa<i wm:ui\: dJn hJbrldo>M i ><"ksu•l
Medium yang digunakan untuk kultur kalus adalah medium dasar dengan
rnodifikasi ZPT, umumnya digunakan auksin 2,4- D, kadang- kadang digunakan
bahan organik kompleks seperti sari pisang, air kelapa, yeast ekstrak.
Eksplan yang digunakan untuk menginduksi kalus adalah: batang, akat;
daun, embrio, kotiledon dan lainnya. Eksplan awal ini kemudian ditempatkan
pada media padat. Kalus yang tumbuh, harus disubkultur ke media baru
dalam kurun waktu tertentu, agar ketersediaan hara dan airnya tetap ada
dan mencegah terhambatnya pertumbuhan kalus akibat keluarnya senyawa-
senyawa basil rnetabolisme kalus tersebut.
Subkultur dapat dilakukan ke media yang sama atau media regenerasi.
Hal ini tergantung kepada tujuan subkultur tersebut. Untuk tujuan menghasilkan
senyawa I metabolit sekunder makajangan menggunakan media regenerasi.
Narnun, sub-kultur yang berulang-ulang dengan surnber eksplan yang terdiri
dari sel-sel yang heterogen dapat menyebabkan perubahan berupa:
Aberasi krornosom; dapat terjadi pematahan kromosom, mengakibatkan
terjadinya mutasi gen
Poliploidi, yang disebabkan oleh pembelahan krornosom yang tidak
diikuti dengan terbentuknya dinding sel anak, sehingga tetjadi penggandaan
jumlah kromosorn.
Delesi, Translokasi, Substitusi
sangat baik bekerja dengan kondisi gelap, sementara dengan adanya cahaya
maka kerja auksin akan terganggu, sehingga kalus yang dihasilkan juga
tidak baik kualitasnya.
Perlakuan membungkus dengan kain hiram pada tanaman yang akan
diinduksi kalusnya, pada tanaman krisan menunjukkan respon yang sangat
baik, dengan memperlihatkan kurnpulan kalus yang terbetu.k lebih banyak
dibanding botol yang tidak dibungkus kain hiram.
Kalus yang baik adalah kalus yang vriable dan mempunyai spot-spot
hijau pada permukaan atasnya. Kalus yang padat akan sulit beregenerasi
membentuk embriosomatik dan tunas.
Gambar a). Kalus yang berasal sumber eksplan daun bunga krisan. b). Kalus
mampu beregenerasi membentu.k embrio somatic dan tunas
2 . Kultur sel
Kultur suspensi sangat berguna dalam penelitian metabolic primer maupun
sekunder, juga untuk regulasi nitrogen di dalam organ dan asirnilasi sulfur,
metabolisme karbohidrat dan karbon fotosintetik. Namun kultur sel sulit
dipakai untuk penelitian- penelitian path way (bio sintesis) senyawa tertentu.
Peneltian Skoog dan Miller (1957), mengenai keseimbangan hormon
menjadi dasar penelitian selanjutnya, sampai pada penelitian mengenai
transformasi dengan modifikasi menggunakan Agrobacterium T - DNA.
Kultur sel dilakukan dengan menggunakan eksplan adalah kalus. Kalus
dipindahkan ke media cair untu.k menginduksi sel-sel independen I inisiasi
suspensi sel. Pada kultur sel ini juga harus dilakukan sub-kultur secara periodik,
tergantung rujuannya, yaitu ke media yang sama/ modifikasi untukmemperbanyak
suspensi sel atau ke media regenerasi (media padat). Untuk regenerasi harus
KULTUR JARINGAN TANAMAN 107
D. Kultur Anther
Kultur anter (anther culture) sering juga disebut kultur haploid. Jika
serbuk sari yang digunakan sebagai sumber eksplan maka disebut kultur
serbuk sari (pollen culture). Kultur serbuk sari ini lebih tepat disebut kultur
haploid dibanding dengan kultur anter. Kultur haploid lain adalah kultur
ovul, dimana sebagai sumber eksplannya adalah ovul. Kultur haploid adalah
kulturyang menghasilkan tanaman haploid. Tanaman haploid adalah tanaman
yang memiliki jumlah kromosom yang sama dengan jumlah kromosom
garnet (N). Jadi tidak harus sama dengan kromosom dasar. Untuk tanaman
diploid (2N), jumlah kromosom garnet (N) adalah sama dengan kromosom
dasar, tetapi untuk tanaman tetraploid ( 4 N) maka jumlah kromosom garnet
adalah dua kali kromosom dasar (N = 2X). Dengan demikian istilah hap-
loid pada tanaman tetraploid dibedakan atas ctihaploid (N = 2X) dan monohaploid
(N =X).
Keuntungan dari tanaman haploid adalah:
Semua sifat ditampilkan dalam kondisi monohaploid, baik sifat dominan
ataupun resesif.
Seleksi pada level haploid jauh lebih mudah dibanding dengan level
ploidi yang tinggi
Penggandaan kromosom tanaman haploid akan menghasilkan tanaman
dihaploid yang homozigot, panggandaan kromosom berikutnya akan
menghasilkan tanaman tetraploid homozigot.
Hibridisasi seksual dengan tanaman diploid akan menghasilkan tanaman
triploid
108 KUL TUR JARINGAN TANAMAN
Gambar isi buah anggrek yang berasal dari lapang, sesaat setelah disterilisasi,
ditanam pada media MS dengan penambahan arang aktif dan ZPT BAP, untuk
menginduksi terbentuknya Protrocorm llke Bodys (PLB). b. PLB anggrek sudah
berkembang membentuk tunas in vitro dengan penambahan Kinetin. c. Thnas
anggrek berkembang baik pada media MS dengan penambahan arang aktif.
112 KUlTUR JARINGAN TAN AM AN
Tanaman Anggrek
Media yang digunakan :
MS
MS + Arang Aktif 0,5 g/1
MS + Arang Aktif 1 g/1
MS + Arang Aktif 1,5 g/1
MS + Arang Aktif 2 g/1
MS + Arang Aktif 3 g/1
Gam bar tanaman anggrek dengan perlakuan berbagai dosis a rang aktif
Tanaman Nenas
Media yang digunakan :
MS
MS + Air Kelapa 5 %
MS + Air Kelapa 10 %
MS + Air Kelapa 15 %
Gambar pada media MS, tanaman nenas tumbuh seperti biasa, tunas/anakan
tidak terlalu banyak. Pada media MS +Air Kelapa 5%, tunas/anakan yang tumbuh
terlalu rapat. Pada media MS + air kelapa 10%, pertumbuhan tunas lebih banyak
dan lebih segar. Dan pada media MS + air kelapa 15%, tidak dijumpai adanya
tunas/ anakan sama sekali dan pertumbuhan nenas juga kurang baik.
114 KULTUR JARINGAN TANAMAN
Gambar daun dewa diatas memperlihatkan pada media MS, tidak dijumpai
tunas/ anakan sama sekali, namun penumbuhan ruas dan akar lebih cepat
dibandingkan dengan media lainnya. Pada media MS + NAA 0,1 ppm +
BAP 0,2 ppm, perturnbuhan tunas sangat lambat, seperti tumbuh kalus pada
dasartanaman. Dan pada media MS + NM 0,2 ppm + BAP 0,4 ppm, perumbuhan
tunas, ruas, daun maupun akar lebih bagus dan subur dibandingkan dengan
media lainnya.
TANAMAN KRISAN
Media yang digunakan:
MS
MS + Arang Aktif 0,5 g/1
MS + Arang Aktif 1 g!l
MS + Arang Aktif 1,5 g!l
MS + Arang Aktif 2 g/1
MS + Arang Aktif 3 gil
Pada media MS, pertumbuhan tanaman krisan sangat baik, ruas dan
akar terlihat sangat subur. Pada media MS + Arang aktif 0,5 g/1, tanaman
terlihat subur. Pada media MS + Arang aktif 1 g/1, pertumbuhan tanaman
krisan tidak berbeda dengan pada media MS + Arang aktif 0,5 g!l.
Pada media MS + Arang aktif 1,5 g/1, terlihat lebih bagus dari pada
media lainnya. Pada media MS + Arang aktif 02 g/1 pertUmbuhan ruas terlihat
1ebih tinggi. Pada media MS + Arang aktif 3 g/1, pertumbuhan ruas, daun,
akar dan tunas mulai membesar
3. Eksplan dimasukkan ke
dalam larutan tleterjen dan
direndam selama 5-10 menit
(tergantung sumber eksplan},
lalu dibilas 2 kali dengan air
mengalir dan bilas dengan
akuades steril sebanyak 2 kali
118 KUL TUR JARINGAN TANAMAN
6. Eksplan d1masukkan
dalam larutan kloroks 10 %
selama 5 - 10 men it lalu
dicuci dengan aquades
stenl sebanyak 3 kah
7. Eksplan dimasukkan ke
dalam larutan antiseptic/
antibiotik (betad1ne/amoxilin
500 gram/tablet yang telah
dilarutkan dalam 100 ml
aquades steril)
KUL TUR JARINGAN TANAMAN 119
120 KUL TUR JARINGAN TANAMAN
(KRISAN/E~T ANG/NENAS/ANGGREK)
Prosedur
. mo. ..
-.,~ 'J! .
panaskan mulut botol dan tutup rapat
'"';.. .......,.. ... .... " ~,;'.: ..,;;.,
: '7;·~
9.Beri tanggal, label dan
letakkan pada rak kultur
"·~':.
Anggrek Huran
Ang.,orek asal Australia. Daun
senanriasa tclah habis baru berbunga
KUlTUR JARINGAN TANAMAN 123
Pertanyaan:
1. Perbanyakan melalui kultur pucuk sering dilakukan dalam kultur jaringan.
Dimana ada cara yang dapat dilakukan yaitu :
a. Embryogenesis
b. Kultur anther dan kultur kalus
c. Kultur suspensi dan kultur sel
d. Melalui kultur pucuk dan kultur mata tunas
(Kunci Jawaban : D, Tipe Soal C1)
2. Berdasarkan makanan yang dibutuhkan selama perkembangan, fase
perkembangan embrio dibedakan atas dua yaitu fase heterotrofik dan fase
autotrofik. Dimana fase autotrofik ialah :
a. Bentuk embrio dalam fase akhir ini berbentuk bulat dan sangat
tergantung pada endosperm sebagai sumber makanan
b. Bentuk embrio dalam fase akhir ini berbentuk hati, embrio tidak
bergantung lagi pada makanannya
c. Bentuk embrio dalam fase akhir ini berbentuk lonjong, ernbrio
tergantung pada makanan
d. Bentuk embrio dalam fase akhir ini berbentuk bulat, embrio tidak
bergantung lagi pada makanannya
(Kunci Jawaban : B, Tipe Soal C4)
3. Proses terbentuknya embrio somatic disebut dengan :
a. Embrio
b. Kultur embrio
c. Embryogenesis
d. Embrio somatic
(Kunci Jawaban : C, Tipe Soal C2)
GLO SARIUM
Somatok embryogenesis:
Proses terbentuknya embrio somatik
Kotille don:
Kotiledon merupakan organ cadangan makanan pada biji sekelompok
tumbuhan, sekaligus organ fotosintetik pertama yang dimiliki oleh
tumbuhan yang baru saja berkecambah, Bakal daun yang terbentuk
pada embrio.
Planlet:
Tanaman lengkap yang l>erasal dari regenerasi pada teknik kultur jaringan
124 KUL TUR JARINGAN TANAMAN
Embrio s omatik:
Embrio yang bukan berasal dari zigot tetapi berasal dari sel biasa/ sel
omatic dari jaringan tanaman
Kultur e mbrio:
Kultur dengan sumber eksplannya adalah embrio, dengan cara memisahkan
embrio yang belum dewasa/ dewasa secara steril dan menumbuhkan
secara in vitro dengan maksud memperoleh mnaman yang viable
Geno tip:
Istilah yang dipakai untuk menyatakan keadaan genetik dari suatu
individu atau sekumpulan individu populasi. Genotipe dapat merujuk
pada keadaan genetik suatu lokus maupun keseluruhan bahan genetik
yang dibawa oleh kromosom (genom)
Kultur meristem:
Kultur yang menggunakan eksplan yang berasal dari jaringan meristem,
biasanya diperoleh dari meristem apical atau meristem tunas aksilar
Plasma nutfah:
Substansi yang terdapat dalam setiap kelompok mahluk hidup yang
merupakan sumber sifat keturunan yang dapat dirakit untuk menciptakan
jenis unggul atau kultivar baru
Virus:
Parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis.
Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hid up dengan menginvasi
dan memanfaatkan sel makhlukhidup karena virus tidakmemiliki perlengkapan
selular untuk bereproduksi sendiri
Meriklon:
Tanaman yang dihasilkan dari kultur meristem
Pro to plas:
Sel dalam keadaan telanjang
Plas modes mata:
Suatu saluran terbuka pada pada ruang antar sel di sebagai penghubung
dengan sel tetangganya
Plasmolisis s e l:
Merupakan dampak dari peristiwa osmosis dimana Jika sel tumbuhan
diletakkan di larutan garam terkonsentrasi (hipertonik), sel tumbuhan
akan kehilangan air dan juga tekanan turgor; menyebabkan sel tumbuhan
lemah. Thmbuhan dengan sel dalam kondisi seperti ini layu. Kehilangan
air lebih banyak akan menyebabkan terjadinya plasmolisis
KUL TUR JARINGAN TANA MAN 125
Kalus:
Sekumpulan sel amorphous (tidak berbentuk a tau bel urn terdiferensiasi)
yang terbentuk dari sel-sel yang mernbelah terus rnenerus secara in vitro
Resisten:
Merujuk kepada ketahanan missal resisten terhadap penyakit.
BABVI
KERAGAMAN SOMAKLONAL
Kornpetensi Dasar :
1. Mampu menjelaskan peranan kultur jaringan pada induksi
variasi somaklonal sumber eksplan.
2. Mampu menerapkan prinsip kultur jaringan pada induksi
variasi somaklonal.
3. Mampu menjabarkan mekanisme kerja perlakuan fisik
(sinar gamma) pada induksi variasi somaklonal.
4. Mampu menjabarkan peran perlakuan zat pengatur tumbuh
pada induksi variasi somaklonal.
126
KUL TUR JARINGAN TAN AM AN 127
4. Tipe kultur yang digunakan atau sistem kultur (kultur kalus, suspensi
sel, kultur protoplas). Ataujumlah perlakuan sub kultur yang berulang-
ulang. Nursandi (2006), mendapatkan variasi somaklonal pada tanaman
nenas dengan perla1.ruan sub kultur yang berulang pada kultur in vitro
dan pengaruh ZPT BAP dan TDZ, setelah ditanam dilapang, perubahan
tersebut menetap.
5. Genotif induk (homozigot atau heterozigot) dapat memungkinkan terjadinya
benang - benang kromosom yang abnormal.
6. Perlakuan fisik lainnya (dengan cara buatan) seperti radiasi sinar ganur.a,
beta, alpa, melukai, tumor dan lainnya. Penelitian telah dilakukan yaitu:
Peningkatan variasi genetik tanaman manggis dengan Induksi radiasi
sinar gamma (Harahap, 2003; Harahap, 200Sa; Harahap, 200Sb), Induksi
Variasi GenetikTanamanManggis (Gardnia mangostana L.) dengan Radiasi
Sinar Gamma, yang meliputi respon perrumbuhan, perubahan morfologi,
perubahan histologi, analisis perubahan genetik dengan marka isozim
(Harahap, 200Sa ; Harahap, 2006b, 2006c, 2006d).
7. Sumber eksplan. Keragaman pada eksplan dapat disebabkan adanya
sel-sel yang bermuatan atau adanya polisomik dari jaringan tertentu.
Contohnya: jika sumber eksplan yang digunakan adalah daun, dimana
daun telah tersusun dari berbagai jaringan, jadi sumber selnya juga
sudah heterogen, dan jika proses endomitosis terjadi, maka kemungkinan
terjadi kelipatan ploidi sangat besar. Keragaman genetik yang terjadi
di dalam kultur jaringan disebabkan oleh penggandaan jumlah kromosom
(fusi, endomitosis), perubahan struktur kromosom (pindah silang),
perubahan gen dan perubahan pada sitoplasma.
(Kuskova et al, 1997), jagung (Moon et al, 1997), asparagus (Gavidia et al,
1999) dan sorgum (Maralappanavar et al, 2000).
Perkembangan tehnik invitro yang pesat memberi harapan untuk mencari
sumber keragaman genetik baru melalui evaluasi dan seleksi variasi somaklonal.
Untuk memperoleh regeneran mutan yang akan diseleksi baik di tingkat sel
ataujaringan (in vitro) maupun di tingkat plantlet, maka sel-sel ataujaringan
mutan harus bisa diregenerasikan menjadi planlet yang akan di transfer ke
lapangan.
Melalui tehnik kultur jaringan terdapat dua hal yang berbeda kepentingan
bagi pemulia tanaman yaitu: mempertahankan kestabilan genetik
dan merangsang keragaman genetik.
Pembagian kelompok variasi genetik tanaman (variasi somaklonal)
berdasarkan asal keragaman yaitu :
1. Perubahanjumlahkrornosom (Gross caryoptic changes), contoh: aneuploid
dan euploid (poliploid). Telah banyak dipelajari pada tanaman kentang,
tebu, sorgum, pelargonium, tembakau. Harahap (1995), mendapatkan
peningkatan kelipatan jumlah kromosom akar, kadar protein biji dan
perubahan morfologi tanaman kacang hijau dengan perlakuan kolkhisin.
Juga ditemukan kelainan - kelainan seperti sel yang mempunyai 2
inti, inti yang sangat membesar; daun yangjumlahnya mengalami penambahan.
Penelitianjuga dilakukan pada akartanaman bawang merah yang mengalami
kelipatanjumlahakibatperlakuan kolkhisin (Harahap, 1998), perubahan
struktur anatomi tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) hasil perlakuan
kolkhisin (Harahap, 2000),
2. Perubahan struktur dan susunan kromosom (Caryoptic changes asso-
ciated with cromosome rearrangemen t). Pada umumnya terjadi pada
kultur sel, seperti delesi, inverse dan translokasi.
3. Pindah silang somatik. Radio isotop disinyalir meningkatkan terjadinya
proses pindah silang di dalam sel
4. Transposon (transposable element). Karena adanya e lemen loncat ini,
maka utas DNA dapat pindah dari satu lokus ke lokus gen lainnya, sehingga
dapat menyebabkan delesi, inversi.
5. Penambahan dan pengurangan produk gen. Telah ban yak diungkapkan
bahwa gen yang spesiflk dapat bertambah selama proses diffrensiasi
sebagai respon terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan.
6. Pembebasan terhadap virus. Dengan tehnik kultur meristem dan dipadu
dengan menginduksi variasi somaklonalnya, maka beberapa tanaman
bebas virus telah didapat.
KULTUR JARINGAN TANAMAN 129
c.
Gambar a. Kromosom kacang hijau (kontrol), b, Hasil perlakuan dosis
0,01 % kolkhisin menunjukkan jumlah kromosom berlipat. c dan d. Hasil
perlakuan dosis 0,015 % kolkhisin menunjuk.kan sel yang akan membelah
namun tidak terbentuk skat anatara sel (Harahap, 2000)
KUl TUR JARINGAN TANAMAN 135
Gambar Morfologi daun tanaman manggis in vitro ini hasil perlakuan sinar
gamma dengan berbagai dosis radiasi. Misalnya tanaman yang dikarakterisasi
dengan nomor a. 13.40.1, b. 5.10.2 dan c. 13.35.2 dengan pangkal daun
rucing dan turnpul, susunan daun bertangkai dan duduk dan ujung terbelah.
d. 20.10.1.daun berwama hijau tua, helai daunjorong, ujungdaun meruncing,
pangkal daun runcing, pinggir daun bergerigi. Susunan daun bertangkai,
permukaan daun berkerut. e.5.10.1. dan £.15.45.1 merniliki dua daun dalam
satu tangkai dengan wama daun hijau muda dan hijau tua.
Pertanyaan :
1. Variasi genetik tanaman yang dihasilkan melalui kultur jaringan dan
kultur sel, yang meliputi semua variasi genetik yang tetjadi pada tanaman
yang diregenerasikan dari sel yang tidak berdifferensiasi protoplas, kalus
ataupun jaringan. Hal tersebut merupakan pengertian dari :
a. Variasi genetik
b. Variasi somaklonal
c. Variasi protoplas
d. Variasi regenerasi
(Kunci Jawaban : B, Tipe Soal C2)
2. Teknik untuk mendapatkan somaklon ialah dengan cara berikut ini, kecuali:
a. Regenerasi langsung
b. Kultur sel tunggal
c. Kultur protoplas
d. Kultur genetik
(Kunci Jawaban : D, Tipe Soal C1)
KUL TUR JARINGAN TANAMAN 137
GLOSARIUM
Variasi somaklonal:
Variasi genetik tanaman yang dihasilkan melalui kultur jaringan atau
kultur sel, yang meliputi semua variasi genetik yang tetjadi pada tanaman
yang diregenerasikan dari sel yang tidak berdiffrensiasi protoplas, kalus
araupun jaringan
Amitosis:
Reproduksi sel di mana sel membelah diri secara langsung tanpa melalui
rahap-tahap pembelahan sel.
Kariokinesis:
Pembagian inti menjadi dua bagian
Sitokinesis :
Pembagian sitoplasma menjadi dua bagian, peristiwa pembelahan sel.
Mutan:
Individu yang mengalami perubahan materi genetic DNA maupun RNA,
baik pada tara£ urutan w (disebut mutasi titik) maupun pada tarafkromosom
Fertilitas:
Subur, berpeluang umuk menghasilkan keturunan
Fragmentasi:
Reproduksi aseksual atau kloning di mana suatu organisme dibagi menjadi
fragmen-fragmen
Biosintesis:
Proses penyusunan suatu molekul, senyawa.
Eksplorasi:
Tindakan mencari a tau melakukan petjalanan dengan tujuan menemukan
sesuaru
Viabilitas:
Kemampuan hidup (missal : benih)
138 KUL TUR JARINGAN TAN AM AN
Kriopreservasi:
Suatu proses pembekuan untuk menghentikan sementara kegiatan hid up
dari sel tanpa mematikan fungsi sel, dimana proses hid up dapat berlanjut
setelah pembekuan dihentikan
Aldimatisasi:
Suatu tahapan penyesuaian diri tanaman hasil kultur jaringan terhadap
lingkungan sekitar
Polinisasi:
Proses penyerbukan (istilah yang biasanya dengan bantuan manusia)
Inisiasi:
Pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan dikulturkan dan
digunakan untuk proses pembentukan (misalnya tunas)
BAB VII
PRODUKSI SENYAWA METABOLIT
SEKUNDER
Kompetensi Dasar :
1. Mampu menjelaskan peranan kultur jaringan dalam
memproduksi metabolit sekunder.
2. Mampu menerapkan prinsip kultur jaringan pada produksi
metaboli sekunder.
3. Mampu mengkritisi jwnal yang berhubungan dengan rnateri
''produksi metabolit sekunder"
139
140 KUL TUR JARINGAN TANAMAN
Produksi Biomassa.
Hal hal yang sangat menentukan keberhasilan produksi biomasa adalah:
Surnber karbohidrat : glukosa, fruktosa, galaktosa, sukrosa, molase, pari
dan lainnya. Berbeda tanarnan, maka sumber karbohidrat yang dibutuhkan
juga berbeda.
Suplay nitrogen. Nitrogen diberikan ke dalam media dalarn bentuk
NH.. N0 3 dan KN0 3, tetapi ada kecenderungan KN0 3 mempengaruhi
perturnbuhan kultur.
Kalium ( K), Kalsiurn (C), Fosfor.
Perlu optirnasi khusus karena tanaman yang berbeda memberi respon
yang berbeda untuk kultur sel dan kalus dalam rangka menghasilkan
metabolic sekunder.
Vitamin. Keuntungan menambahkan vitamin pada kultur metabolit
sekunder adalah untuk menurunkan stress pada eksplan atau kultur
Zat pengatur turnbuh (ZPT).
Pertanyaan:
1. Beberapa keuntungan pemakaian kultur jaringan untuk memproduksi
senyawa metabolit sekunder antara lain, kecuali :
KULTUR JARINGAN TANAMAN 145
GLOSARIUM
Metabolit sekunder:
Senyawa sampingan yang dikeluarkan suatu tanaman dalam jumlah
sedikit, dengan jalur yang berbeda dengan metabolic primer.
Agrobacterium rhizogenes:
Bakteri yang berasal dari tanah yang mempunyai kemampuan mentranfer
bahan genetiknya untuk membentuk tumor di akar, dimanfaatkan untuk
proses transfer gen dalam produksi metabolit sekunder
Alkaloid:
Suatu senyawa metabolit sekunder yang dapat dihasilkan dari tanaman,
umumnya bermanfaat bagi manusia.
Flavonoid:
suatu senyawa metabolit sekunder yang dapat dihasilkan dari tanaman,
umurnnya bermanfaat bagi manusia.
Mahkota dewa:
Tanaman obat tradisional yang populer di masyarakat yang khasiatnya
dipercaya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit diantaranya
Diabetes Melitus (DM), anti oksidan, anti inflamasi.
BAB VIII
PELESTARIAN PLASMA NUTFAH
PADA KULTUR IN VITRO
Kompetensi Dasar :
1. Mampumerigaitkanperanankulturjaringandalampelestarian
plasma nutfah
2. Mampu mengkritisi jumal yang berhubungan dengan
materi ''pelestarian plasma nutfah" dengan teknik kultur
jaringan.
untuk berkembang dan benahan dalam keadaan lingkungan alam dan habitamya
yang asli, tanpa campur tangan man usia. Kawasan konservasi in situ antara
lain: Suaka alam (eagar alam dan suaka margasatwa), kawasan pelestarian
alam (taman nasional, taman hutan raya, taman wisata alam)
Pelestarian plasma nutfah dapat dilakukan dengan cara konvensional
atau moder (bioteknologi). Dhanutirto (1990) mengatakan kelebihan cara
konvensional adalab aneka ragam nutfab dapat dilestarikan karena menggunakan
laban yang luas, kekurangan cara ini adalab sulimya memonitor pelaksanaannya
karena luasnya laban, kestabilan genetik plasma nutfab sulit dijamin. Kelebihan
cara modern menggunakan ruang yang sempit (secara in vitro), mudah
memonitOJ; tenaga kerja sedikit, sementara kekurangannya adalab menghendaki
investasi awal yang tinggi.
Metode konvensional sudah ada yang berhasil menyelamatkan berbagai
plasma nutfah, yang berguna untuk kelangsungan hidup jenis tertentu di
muka burni.
Dalarn pelaksaan pelestarian plasma nutfah, hal-hal berikut perlu diperhatikan
(Dhanutirto, 1990):
Pengkajian teknologi pelestarian
Penyediaan tenaga ahli
Pembangunan saran dan prasarana
Eksplan terbaik untuk proses ini adalah jaringan meristem, tunas dan
152 KULTUR JARINGAN TANAMAN
embrio. Hal ini perlu untuk menjaga kestabilan genetik dan untuk mengeliminir
kerusakan morfogenesis.
Konservasi in vitro sudah dilaksanakan di banyak negara. Indonesia,
sebaiknya sudah mengerjakan hal ini. Mengingat sumber daya plasma nutfah
kita yang berlimpah dapat saja pada akhirnya akan beralih ke negara lain
dan kembali ke Indonesia dengan cara diimpor dari negara terse but, dengan
nama plasma nutfah baru yang berinisial Bangkok, Jepang, Australia dan
lainnya, yang semestinya adalah merupakan asset negara kita.
Selain konservasi terhadap jaringan biasa, terdapat juga konservasi
untuk melestarikan tanaman seca.ra in vitro melalui embrio rescue (pengawetan
em brio), konservasi yang dilakukan terhadap embrio embrio tanaman langka.
Pertanyaan :
1. Substansi yang terdapat dalam setiap kelompok mahluk hidup yang
merupakan sumber sifat keturunan yang dirakit untuk menciptakan jenis
unggul atau kultivar baru. Pemyataan tersebut merupakan pengertian dari:
a. Kultur Jaringan
b. Plasma Nutfah
c. Zat Pengatur Thmbuh
d. Vitamin
(Kunci Jawaban : B, Tipe Soal C- 2 )
2. Untuk mengurangi dan mencegah terjadinya erosi genetik, diperlukan
upaya pengelolaan plasma nutfah secara optimal dalam bentuk kegiatan:
a. lnventarisasi, pendataan dan pelestarian
b . Inventarisasi, pendataan dan konversi
c. Inventarisasi, survey, pendataan
d. Konversi, inventarisasi dan survey langsung
(Kunci Jawaban : A, Tipe Soal C3)
3. Ada dua macam konservasi yaitu ek situ dan in situ. Pengertian konservasi
situ ialah :
a. Pelestarian di luar habitat aslinya
b. Pelestarian di habitat aslinya
c. Pelestarian tidak langsung
d. Pelestarian langsung
(Kunci Jawaban : B, Tipe Soal C2)
KULTUR JARINGAN TANAMAN 153
GLOSARIUM
Plasma nutfah:
Substansi yang terdapat dalam setiap kelompok mahluk hidup yang
merupakan sumber sifat keturunan yang dapat dirakit untuk menciptakan
jenis unggul atau kultivar baru
Habitat:
Tempat hidup
Varietas:
Jenis keragaman setelah spesies
Morfologi:
Bentuk luar
Fisiologi:
Bagian fungsi dalam rubuh
Konservasi:
Upaya perlindungan, penelitian dan pemberdayaan
Ploidi:
Jumlah set kromosom
Pelestarian plasma nutfah ins itu:
Pelestariannya pada habitamya
Pelestarian plasma nutfah eksitu:
Pelestariannya diluar habitatnya, misal berupa kebun koleksi, kebun
raya, laboratorium kultur jaringan dan lain-lain
Kriopreservasi:
Penyimpanan dibawah titik beku - 196° C
Embrio:
Bakal individu baru
Embrio rescue:
Pengawetan embrio
I •
BAB IX
AKLIMATISASI TANAMAN
HASIL KULTUR IN VITRO
Kompetensi Dasar :
1. Mampu menuliskan prosedur aklimatisasi tanaman hasil
kultur jaringan.
2. Mampu mendeskripsikan tahapan aklimatisasi pada berbagai
jenis tanaman hasil kultur jaringan.
3. Mampu mengkritisi jumal yang berhubungan dengan
materi "aklimatisasi tanaman basil kultur jaringan"
154
KULTUR JARINGAN TANAMAN 155
3. Tunas in
tanam pada
disediakan
·~
4. Pot ditutup dengan plastik
dan diikat dengan karet
KULTUR JARINGAN TANAMAN 157
Pertayaan:
1. Suatu tahapan penyesuaian diri tanaman diri hasil kultur jaringan terhadap
lingkungan sekitar disebut.. .....
a. Transfer gen
b. AkJimatasi
c. Kulrur jaringan
d. Plasma Nutfah
Kunci jawaban : B
2. Dalarn aklirnatisasi sebelurn digunakan media tumbuh harus ..
a. Dibiarkan
b. Dipanaskan
c. Dijenuhi dengan air
d. Ditanam langsung
Kunci jawaban : C
3. Proses penyungkupan dalam ak.lirnatisasi biasanya rnemerlukan waktu..
a. 1-2 hari
b. 2-3 hari
c. 3-4 hari
d. 4-5 hari
Kunci jawaban : A
4. Dalam proses ak.limatisasi tanarnan anggrek membutuhkan naungan ...
a. 30-50 % sesuai habitat aslinya
b. 40-60 % sesuai habitat aslinya
c. 50-70 % sesuai habitat aslinya
d. 60-80 % sesuai habitat aslinya
Kunci jawaban : A
GLOSARIUM
Aklimatisasi:
Suatu tahapan penyesuaian diri tanarnan hasil kultur jaringan terhadap
lingkungan sekitar
Naungan:
Pelindung dari intensitas sengatan matahari, biasanya digunakan para
net atau tanarnan lain yang lebih besar
Rumah kaca:
Suatu bangunan yang rnerniliki atap yang terbuat dari kaca, seluruh
KULTUR JARINGAN TANAMAN 159
A. Pendahuluan
Thlisan pada bab ini bertujuan untuk memberi informasi kepada mahasiswa
dan peneliti pemula pada bidang kultur jaringan, khususnya kultur jaringan
canaman manggis. Tulisan ini terdiri dari pendahuluan, tinjauan pustaka,
metode, hasil dan pembahasan, kesimpulan.
Beberapa masalah dihadapi dalam pengembangan manggis, terutama
lambacnya percumbuhan yang diakibatkan dari lambacnya percurnbuhan
meristem apikal, masa juvenil dan masa dormansi yang lama. Hal ini menyebabkan
sulitnya mendapatkan bibit manggis yang siap canam, yang disebabkan
oleh sulitnya mendapat batang bawah siap sambung (Wieble, Chako dan
Downtown 1992; Ramlan et al 1992; Cox 1988; Poerwanto 2000, 2003) .
Cara perbanyakan yang sudah dilakukan seperti grafting dan sambung
pucuk membutuhkan batang bawah yang berasal dari biji. Pertumbuhan
batang bawah sangat lambat membutuhkan waktu 2 sampai 3 tahun untuk
mencapai siap sambung. Selain itu masalah yang dihadapi dalam perbanyakan
manggis adalah biji yang dihasilkan sedikit, semua ini menyebabkan harga
bibit manggis menjadi mahal.
Tersedianya bibit yang berkualitas, seragam dan harga yang terjangkau
oleh petani merupakan langkah awal untuk meningkatkan produksi buah
manggis. Tehnik kultur jaringan merupakan alternatif pemecahan dalam
masalah ini sehingga dapat dihasilkan bibit yang seragam dan kualitas
tetjamin. Hasil perbanyakan tunas terse but dapac langsung digunakan sebagai
bibit atau dapatjuga digunakan sebagai batang atas. Melalui kultur jaringan
ini dapat dihasilkan lebih dari 10 canaman dari satu biji manggis.
160
DAFTAR PUSTAKA
Anomin, 2005. Fisiologi Thmbuhan Jilid III. ITB Bandung. Bandung. 343
hal (Terjernahan)
Bhagwat A; Krishna T.G; Bhatia C.R. 1997. RAPD Analysis oflnduced Mutants
of Groundnut (Arachis hypgea L.) Journal of Genetics. 1997 Dec;
76(3) : 201-8 (http://indmed.nic.in/)
Bhojwani, S.S. 2000. Plant Tissue Culture. Elsevier Science Publishing Company
Ing, Netherlands.
Cantor, M.I. Korosfoys P. 2002. Studies Concerning the Effect of Gamma
Radiation and Magnetic Field Exposure on Gladiolus. Journal Central
European Agriculture. Vol 3 (2002) No.4.
Dixon, R.A. and Gonzales, R.A.1994. Plant Cell Culture, A Practical Approach
nd ~d • Oxford University Press. New York.
Gamborg, O.L. and Phillips, G.C. 1995. Plant Cell, Tissue and Organ Cul-
ture, Fundamental Methods. Springer, New York.
Griga, M.; Stejskal, J. and Bebet; K. 1995. Analysis ofT!ssue Culture. Exegenetics
Limited. England
Gupta, P.K. ; Balyan, H.S. ; Sharma, P.C. ; Ramesh, B. 1996. Microsatellites
in Plants: A new class of Molecular Markers. Current Science 70
(1): 45-54.
Gunawan, L.W 1992. Tehnik Kultur Jaringan Thmbuhan. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan. DIKTI - PAU IPB, Bogor
Harahap, F. 1994. Analisis Fenotip dan Kadar Protein Tanaman Kacang
Hijau (Vigna radiata L.) Wilczek Akibat Perlakuan Kolkhisin. Tesis,
Program Pasca Sarjana UGM, Yogyakarra.
Harahap, F. 1998. Analisis Sitologi Tanaman Bawang Merah (Allium cepa L.)
Hasil Perlakuan Kolkhisin. Proseeding Penelitian PPD HEDS, Padang.
Harahap, F. 2000. Struktur Anatomi Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.)
Wilczek Hasil Perlakuan Kolkhisin. Proseeding Penelitian PPD HEDS,
Padang.
Harahap, F. 2003. Peningkatan Variasi Genetik Tanaman Manggis (Garcinia
mangostana L.) dengan :nduksi Radiasi Sinar Gamma. Prosiding
Simposium PERAGI VIII. Bandar Lampung.
Harahap, F. 2005a. Induksi Variasi Genetik Tanaman Manggis (Garcinia
mangostana L.) Dengan Radiasi Sinar Gamma. Disertasi. Sekolah
Pascasarjana, IPB Bogar
Harahap, F. 2005b. Induksi Mutasi Pada Kultur in vitro Tanaman Manggis
(Garcinia mangostana L.) dengan Radiasi Sinar Gamma. Prosiding
APISORA 2005. Badan Tenaga Nuklir Nasional. Jakarta.
Harahap, F. 2006a. Optimasi Media Pertumbuhan Tanaman Manggis (Garcinia
mangostana L) (Pengaruh BAP dan Pola Pemotongan Eksplan Terhadap
Pembentukan Thnas Secara In Vitro) Prosiding Seminar Nasional
Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman IPB, Bogar
Harahap, F. 2006b Variasi Genetik Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L)
Hasil Perlakuan Radiasi Sinar Gamma dengan Penanda Isozim, Prosiding
Seminar Nasional PERHORTI 2006. Ditjen Hortikultura, Jakarta.
Harahap,F. 2006c. Analysis of Mangosteen Culture after Gamma Ray Treatment
with Random Amplified Polymorphic DNA Marker. Proceedings THE
KULTUR JARINGAN TANAMAN
166
171
KULTUR JARINGAN TANAMAN 172
1. Identitas Pribadi
Nama Lengkap dan Gelar : Dr. Fauziyah Harahap, MSi
Tempat I tanggallahir : Yogyakarta, 28 Juli 1966
Kultur
S1
UNIMED/ Biologi dan I Genap / 2006 s.d
jaringan Pendidikan Biologi sekarang
Ganjilf 2008 s.d
S2 UNIMED/ Pendidikan Biologi
sekarang
UNIMED/Biologi dan Pendidikan Genap I 2006 s.d
Praktikum S1
Biologi sekarang
Kultur
Jaringan Ganjilf 2008 s.d
S2 UNIMED/ Pendidikan Biologi
sekarang
UNIMED/Biologi dan Pendidikan Ganjill 2006 s.d
S1
Biologi sekarang
Fisiologi
S1 Bilingual UNIMED/Pendidikan Biologi Ganjill 2009
Tumbuhan
Ganjil / 2008 s.d
S2 UNIMED/Pendidikan Biologi
sekarang
UNIMED/Biologi dan Pendidikan Ganjil/2006 s.d
S1
Biologi sekarang
Genetika
Genap/2008 s.d
S2 UNIMED/Pendidikan Biologi
sekarang
Praktikum Ganjil/2006 s.d
S1 UNIMED/Biologi
Genetika 2008
-
173
KULTUR JARINGAN TANAMAN 174
Genap/2010 s.d
S1 Bilingual UNIMED/Pendidikan Biologi
Bioteknologi sekarang
Genap/2008 s.d
S2 UNIMED/Pendidikan Biologi
sekarang
5. Pengalaman Riset
Pengalaman Penelitian
Tahun Judul Penelitian Jabatan Sumber Dana
2005 Seleksi In vitro Tanaman Padi terhadap Alumunium Anggota Dikti-Hibah
dan pH Rendah Melalui Keragaman Somaklonal Pekerti
dan lradiasi Sinar Gamma I
I
2006 Seleksi In vitro Tanaman Padi terhadap Alumunium Anggota Dikti-Hibah
dan pH Rendah Melalui Keragaman Somaklonal Pekerti
dan lradiasi Sinar Gamma
2006 lnduksi Keragaman Somaklonal Kearah Keteng- Anggota Dikti-Hibah
gangan Terhadap Alumunium dan pH Rendah Bersaing
pada Tanaman Padi Melalui Kultur In vitro dan
lrradiasi sinar Gamma
175 KUl TUR JARINGAN TANAMAN
B. Makalah/Poster
Tahun Judul Penyelenggara
2003 Peningkatan Variasi Genetik Tanaman Manggis UNILA Lampung
(Garcinia- mangostana L.) dengan lnduksi
Radiasi Sinar Gamma.
2005 lnduksi Mutasi pada Kultur in vitro Tanaman Badan Tenaga Nuklir
Manggis (Garcinia mangostana L.) dengan Nasional. Jakarta
Radiasi Sinar Gamma.
2006 Analysis of Mangosteen Culture after Gamma The Fifth RegionaiiMT-
Ray Treatment with Random Amplified GT Uninet Conference
Polymorphic DNA Marker. and International Seminar
2006, on 22-23 June in
Tiara Convention Center,
Medan, Indonesia
2006 Optimasi Media Pertumbuhan Tan<~ Manggis IPB
(Garcinia mangostana L) (Pengaruh BAP dan Pola
Pemotongan Eksplan Terhadap Pembentukan
Tunas Secara In Vitro)
'----'
9. Penghargaan:
Memperoleh IP= 4 selama 3 semester berturut-turut (tahun 2000-
2001) di IPB
Dosen Berprestasi I UNIMED Tahun 2009
Dosen Berprestasi Nasional Non Finalis Tahun2009
Presenter Terbaik III Seminar Hasil Penelitian Research Grant 2010
17/ KULTUR JARINGAN TANAMAN
2006 lnduksi Mutasi pada Kultur Tanaman Manggis PERAGI DAN UGM
(Garcinia mangostana L) dengan Radiasi Sinar
Gamma dan Analisis Perubahan DNA dengan
Penanda Molekuler.
2006 Variasi Genetik Tanaman Manggis (Garcinia PERHORTI dan Diljen
mangostana L) Hasil Perlakuan Radiasi Sinar Hortikultura, Jakarta
Gamma dengan Penanda lsozim.
2008 Pemanasan Global (Apa, Mengapa, Bagaimana UNIMED
dan Alternatif Solusi)
2008 Taman Perkotaan untuk Kehidupan untuk Keindahan · UNIMED
2008 Pelatihan Perbanyakan Tanaman dengan Metode Growth Centre Kopertis
Kultur Jaringan Bagi Mahasiswa PTS Kopertis Wilayah I Sumut- NAD,
Wilayah I Sumut - NAD Depdiknas
2008 Revolusi Belajar bagi mahasiswa PPs UNIMED
2008 Kegiatan Training Of Trainer (Tot) Mata Pelajaran Dinas Pendidikan Prov.
IPA Tingkat SMP Provinsi Sumatera Utara Sumatera Utara
2008 Diklat Sosialisasi Sertifikasi Guru dalam Jabatan Perguruan YAHDI Medan
dan Petunjuk Pengisian Portofolio
2009 Lingkungan sebagai Sumber Belajar Biologi untuk UNIMED
Pembelajaran Kontekstual, Seminar : Pembl~arn
Aneka Sumber (Resources-Based Instruction)
2009 Pemanfaatan IT (Information Technology) dan UNIMED
ICT (Information Communication Tecnology) pada
Pembelajaran Kultur Jaringan untuk Peningkatan
Efektifitas Pembelajaran Mahasiswa
2010 Seminar Hasil Penelitian : Seleksi dan Pengang- Lemlit UNIMED
karan Tumbuhan Manggis (Garcini Mangostan L)
In Vitro Hasillnduksi Radiasi Gamma Untuk Men-
dapatkan Mutan Potensial.
2010 Analisis DNA Manggis (Garcinia-mangostana L.) Universitas Negeri
Hasillrradiasi Sinar Gamma dengan Penanda Malang
Molekuler
2010 Media dan Pembuatan Media Kultur Jaringan. PHKI UNIMED
2010 Seminar Hasil Penelitian Dosen UNIMED: Pengaruh UNIMED
Kinetin dan Pola Pemotongan Eksplan terhadap
Pembentukan Tunas Manggis (Garcinia-mangostana
L.) In Vitro
2010 Kultur Jaringan Tanaman (materi untuk SMA) MAN 2 Model Medan
2010 Kultur Jaringan Tanaman (Plant Tissue Culture) MAN 2MEDAN
Lampiran 6
LEMBAR
F{ASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER REVIEW
KARYA ILMIAH : BUKU MONOGRAF
LEMBAR
HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER REVIEW
KARYA ILMIAH : BUKU MONOGRAF
LEMBAR.
HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER
REVIEW
KARYA ILMIAH : BUKU MONOGRAF
a
Reviewer - 3