Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ACUTE KIDNEY INJURY (AKI)

I. Konsep Penyakit Acute Kidney Injury


1.1 Definisi Penyakit
Acute Kidney Injury sebelumnya di kenal juga dengan sebutan gagal ginjal
akut adalah suatu keadaan dimana fungsi ginjal hilang secara mendadak
akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi tubular dan glomelular
(Price & Willson, 2007).

Gagal Ginjal Akut adalah sebagai sindrom klinis akibat kerusakan


metabolik atau patologik pada ginjal yang ditandai dengan penurunan
fungsi yang nyata dan cepat serta terjadinya azotemia (Smeltzer, Suzanne
C. 2002).

I.2 Etiologi
Tiga kategori utama kondisi penyebab gagal ginjal akut adalah :
I.2.1 Pra renal atau hipoperkusi ginjal adalah masalah aliran darah akibat
hipoperfusi ginjal dan turunnya laju filtrasi glomelurus. Kondisi
klinisnya adalah status penipisan volume (hemoragik/kehilangan
cairan melalui saluran gastrointestinal), vasodilatasi (sepsis atau
anafilaksis), gangguan fungsi jantung (infark miokardium, gagal
jantung kongestif, syok kardiogenik), muntaber, perdarahan, luka
bakar yang luas.
I.2.2 Intra-renal atau kerusakan actual jaringan ginjal adalah akibat dari
kerusakan struktur glomelurus atau tubulus ginjal. Kondisi seperti
rasa terbakar, cedera akibat benturan, dan infeksi serta agen
nefrotoksik dapat menyebabkan nekrosis tubulus akut (ATN) dan
berhentinya fungsi renal, pemakaian obat-obatan anti-inflamasi
non-steroid (NSAID) medikasi ini mengganggu prostaglandin yang
secara normal melindungi aliran darah renal menyebabkan iskemia
ginjal, glomerulonefritis akut (muka sembab, kaki bengkak,
tekanan darah meningkat, kadang disertai nyeri pinggang dan
kencing berwarna merah), keracunan obat.
I.2.3 Pasca renal atau obstruksi aliran urin menyebabkan gagal ginjal
akut biasanya akibat dari obstruksi dibagian distal ginjal, tekanan
ditubulus ginjal meningkat, akhirnya laju filtrasi glomelurus
meningkat, sumbatan saluran kemih (batu, tumor, bekuan darah,
dsb). Ditandai nyeri pinggang hebat seperti diremas-remas, kadang-
kadang kencing berwarna merah, berkurang atau sama sekali tidak
kencing

Penyebab umum: Hipovolemia, hipotensi, penurunan curah jantung dan


gagal jantung kongestif, obstruksi ginjal atau traktus urinarius bawah
akibat tumor, bekuan darah, atau batu ginjal, obstruksi vena atau arteri
bilateral ginjal. peradangan lapisan mulut (stomatitis),rasa tidak enak di
mulut, malnutrisi, penurunan berat badan, beberapa penderita merasakan
gatal di seluruh tubuh.

I.3 Tanda dan Gejala


I.3.1 Anuria (kurang dari 50 ml perhari )
I.3.2 Oliguria ( urin kurang dari 400 ml perhari)
I.3.3 Peningkatan kadar nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin serum
dan retensi produk sampah metabolik yang normalnya dieksresikan
oleh ginjal
I.3.4 Tampak menderita, letargi disertai mual persisten, muntah dan
diare
I.3.5 Kulit dan membran mukosa kering akibat dehidrasi dan nafas
mungkin berbau urin ( fetor uremik)
I.3.6 Rasa lemah, sakit kepala, kedutan otot, kejang
I.3.7 Perubahan aluran urin sedikit dan dapat mengandung darah dan
gravitas spesifiknya rendah ( N: 1,015 – 1,025)
I.3.8 Hiperkalemia tidak mampu mengekresikan kalium, menyebabkan
disritmia dan henti jantung
I.3.9 Asidosis metabolik, ditandai dengan penurunan kandungan
karbondikosida darah dan pH darah
I.3.10 Anemia, akibat dari penurunan produksi eritropoetin, lesi
gastrointestinal uremik, penurunan sel darah merah, kehilangan
darah.
I.4 Patofisiologi
Seluruh etiologi AKI dapat sama-sama berakibat pada penurunan aliran
darah ke ginjal yang berujung pada penurunan LFG. Penurunan aliran
darah ke ginjal dapat menyebabkan iskemia dan kematian sel. Iskemia ini
dapat menimbulkan efek kaskade, termasuk di dalamnya produksi oksigen
radikal bebas, sitokin, enzim, aktivasi endotel dan leukosit. Iskemia juga
dapat mengaktifkan koagulasi dan menginisiasi apoptosis. Hal ini akan
terus terjadi walaupun aliran darah ke ginjal sudah terestorasi. Dengan
kata lain, keadaan jaringan yang hipoksia menyebabkan kerusakan dari sel
tubulus dan mengganggu taut antar sel yang menjadikan tubulus menjadi
bocor dan filtrat glomerulus keluar dari lumen. Ditambah lagi terdapat
disregulasi elemen yang menyebabkan kebocoran tubulus. Hal ini semakin
menurunkan efektivitas LFG. Di samping itu, sel tubulus yang mati akan
mengelupas dan membentuk silinder yang dapat mengobstruksi saluran
dan akan semakin menurunkan LFG hingga terjadi oligouria.

I.5 Pemeriksaan Penunjang


Dalam memberikan pelayanan keperawatan terutama intervensi maka
perlu pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan baik secara medis ataupun
kolaborasi antara lain:
I.5.1 Pemeriksaan lab.darah
I.5.1.1 Hematologi
Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit
I.5.1.2 RFT ( renal fungsi test )
Ureum dan kreatinin
I.5.1.3 LFT ( liver fungsi test )
I.5.1.4 Elektrolit
Klorida, kalium, kalsium
I.5.1.5 Koagulasi studi
I.5.1.6 PTT, PTTK
I.5.1.7 BGA
I.5.2 Urine
I.5.2.1 Urine rutin
I.5.2.2 Urin khusus : benda keton, analisa kristal batu
I.5.3 Pemeriksaan kardiovaskuler
I.5.3.1 ECG
I.5.3.2 ECO
I.5.4 Radidiagnostik
I.5.4.1 USG abdominal
I.5.4.2 CT scan abdominal
I.5.4.3 BNO/IVP, FPA
I.5.4.4 Renogram
I.5.4.5 RPG ( retio pielografi )

I.6 Komplikasi
I.6.1 Hiperkalemia akibat penurunan eksresi, asidosis metabolic,
katabolisme dan masukan diet berlebih.
I.6.2 Asidosis metabolic
I.6.3 Edema paru
I.6.4 Encephalphaty uremia (Dermawan, 2010).

I.7 Penatalaksanaan
Setelah penyebab ditemukan, tujuan pengobatan adalah untuk membantu
ginjal bekerja lagi dan mencegah cairan dan limbah menumpuk didalam
tubuh. Tidak ada pengobatan khusus, sehingga penanganan manajemen
AKI adalah mengobati penyebab, pemantauan keseimbangan cairan dan
elektrolit secara ketat dan mengoptimalkan status hemodinamik dengan
terapi cairan yang tepat. Manajemen ini meliputi:
I.7.1 Memantau kreatinin, natrium, kalsium, fosfat, glukosa.
I.7.2 Mengidentifikasi dan mengobati infeksi.
I.7.3 Mengoptimalkan keseimbangan cairan.
I.7.4 Mengidentifikasi dan mengobati komplikasi.
I.7.5 Rujukan untuk terapi pergantian ginjal (RRT) :
I.7.5.1 Hiperkalemia
I.7.5.2 Asidosis metabolik
I.7.5.3 Overload cairan
I.7.5.4 Edema paru
I.7.5.5 Gejala atau komplikasi uremia seperti perikarditis atau
uremia encephalophaty

I.8 Pathway

Faktor penyebab : Pra


renal, Intra renal, Pasca
renal

Sumber : Suzanne, Smeltzer.2006


II. Rencana Asuhan Klien dengan AKI
2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat keperawatan
Riwayat penyakit yang diderita sebelum AKI seperti DM,
glomerulo nefritis, hipertensi, rematik, hiperparatioridisme,
obstruksi saluran kemih, dan traktus urinarius bagian bawah juga
dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD.
2.1.2 Pemeriksaan fisik: data focus
2.1.2.1 Keadaan umum
Keadaan umum ini dapat meliputi kesan keadaan sakit
termasuk ekspresi wajah dan posisi pasien, kesadaran yang
dapat meliputi penilaian secara kualitas seperti compos
mentis, apatis, samnolen, spoor, koma dan delirium, dan
status giinya, GCS (Glasow Coma Scale).
2.1.2.2 Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan pasien
Gejalanya adalah pasien mengungkapkan kalau dirinya
saat ini sedang sakit parah. Pasien juga mengungkapkan
telah menghindari larangan dari dokter.Tandanya adalah
pasien terlihat lesu dan khawatir, pasien terlihat bingung
kenapa kondisinya seperti ini meski segala hal yang telah
dilarang telah dihindari.
2.1.2.3 Pola nutrisi dan metabolic
Gejalanya adalah pasien tampak lemah.Tandanya adalah
anoreksia, mual, muntah, asupan nutrisi dan air naik dan
turun.
2.1.2.4 Pola eliminasi
Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output
dan input. Tandanya adalah penurunan BAK, pasien terjadi
konstipasi, terjadi peningkatan suhu dan tekanan darah
atau tidak sinkronnya antara tekanan darah atau suhu.
2.1.2.5 Pola aktivitas dan latihan
Gejalanya adalah pasien mengatakan lemas dan tampak
lemah, serta pasien tidak dapat menolong dirinya
sendiri.Tandanya adalah aktifitas dibantu.
2.1.2.6 Pola istirahat dan tidur
Gejalanya adlah pasien terlihat mengantu, letih dan
terdapat kantung mata.Tandanya adalah pasien terlihat
sering menguap
2.1.2.7 Pola persepsi dan kognitif
Gejalanya penurunan sensori dan rangsang.Tandanya
adalah penurunan kesadaran seperti bicaranya nglantur dan
tidak dapat berkomunikasi dengan jelas.
2.1.2.8 Pola hubungan dengan orang lain
Gejalanya pasien sering menghindari pergaulan,
penurunan harga diri sampai terjadinya HDR (harga diri
rendah).Tandanya lebih menyendiri, tertutup, komunikasi
tidak jelas.
2.1.2.9 Pola reproduksi dan seksual
Gejalanya penurunan keharmonisan pasien, dan adanya
penurunan kepuasan dalam hubungan.Tandanya terjadi
penurunan libido, keletihan saat berhubungan, penurunan
kualitas hubungan.
2.1.2.10 Pola persepi diri
Gejalanya konsep diri pasien tidak terpenuhi.Tandanya
kaki menjadi edema, citra diri jauh dari keinginan,
terjadinya perubahan fisik, perubahan peran, dan percaya
diri.
2.1.2.11 Pola mekanisme koping
Gejalanya emosi pasien labil.Tandanya tidak dapat
mengambil keputusan dengan tepat, mudah terpancing
emosi.
2.1.2.12 Pola kepercayaan
Gejalanya pasien tampak gelisah, pasien mengatakan
merasa bersalah meninggalkan perintah agama.Tandanya
pasien tidak dapat melakukan kegiatan agama seperti
biasanya.

2.1.3 Pemeriksaan penunjang


2.1.3.1 Pemeriksaan lab.darah
1) Hematologi
Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit
2) RFT ( renal fungsi test )
Ureum dan kreatinin
3) LFT ( liver fungsi test )
4) Elektrolik
Klorida, kalium, kalsium
5) koagulasi studi
PTT, PTTK
6) BGA
2.1.3.2 Urine
1) Urine rutin
2) Urin khusus : benda keton, analisa kristal batu
2.1.3.3 Pemeriksaan kardiovaskuler
1) ECG
2) ECO
2.1.3.4 Radiagnostik
1) USG abdominal
2) CT scan abdominal
3) BNO/IVP, FPA
4) Renogram
5) RPG ( retio pielografi )

2.2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1 : Gangguan eliminasi urine (00016)
2.2.1 Definisi
Disfungsi eliminasi urine
2.2.2 Batasan karakteristik
Anyang-anyangan, Disturia
Dorongan berkemih
Inkontinensia urine, Retensi urine
Sering berkemih
2.2.3 Faktor yang berhubungan
Gangguan sensori berkemih, Infeksi saluran kemih
Obstruksi anatomic, Penyebab multiple

Diagnosa 2: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


(00002)
2.2.1 Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme.
2.2.2 Batasan karakteristik
Berat badan 20 % atau lebih dibawah rentang berat badan ideal
ideal
Bising usus hiperaktif
Cepat kenyang setelah makan
Diare
Gangguan sensasi rasa
Kehilangan rambut berlebihan
Kelemahan otot pengunyah
Kelemahan otot untuk menelan
Kerapuhan kapiler
Ketidakmampuan memakan makanan
Kram abdomen
Kurang informasi
Kurang minat pada makanan
Membrane mukosa pucat
Nyeri abdomen
Penurunan berat badan dengan asupan makan adekuat
Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
Sariawan rongga mulut
Tonus otot menurun
2.2.3 Faktor yang berhubungan
Factor biologis
Factor ekonomi
Gangguan psikososial
Ketidakmampuan makan
Ketidakmampuan mencerna makanan
Ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient
Kurang asupan makanan

Diagnosa 3: Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan


haliran urin dengan retensi cairan dan natrium (00026)
2.2.1 Definisi
Peningkatan retensi cairan isotonic
2.2.2 Batasan Karakteristik
Ada bunyi jantung S3, Anasarka
Ansietas, Asupan melebihi haluaran
Azotemia, Bunyi napas tambahan
Dyspnea nocturnal paroksismal, Distensi vena jugularis
Edema, Efusi pleura
Gangguan pola napas, Gangguan tekanan darah
Gelisah, Hepatomegaly
Ketidakseimbangan eletrolit, Kongesti pulmonal
Oliguria, Ortopenea
Penambahan BB dalam waktu sangat singkat, pe↑ tekanan vena
sentral
Penurunan hemotokrit, Penurunan hemoglobin
Perubahan berat jenis urine, Perubahan status mental
Perubahan tekanan arteri pulmonal, Reflex hepatojugularis positif
2.2.3 Faktor yang berhubungan
Gangguan mekanisme regulasi
Kelebihan asupan cairan
Kelebihan asupan natrium

2.3 Perencanaan
Diagnosa1 : Gangguan eliminasi urine (00016)
2.3.1 Tujuan dan kriteria hasil
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
ganggguan eliminasi urine berkurang dengan kriteria hasil:
2.3.1.1 Kontinensia urina : pengendalian eliminasi urine dari
kandung kemih
2.3.1.2 Eliminasi urine : pengumpulan dan pengeluargan urine
2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional.
2.3.2.1 Pelatihan kandung kemih : Meningkatkan fungsi kandung
kemih pada individu yang mengalami inkontinensia urine
dengan meningkatkan kemampuan kandung kemih untuk
menahan urine dan kemampuan pasien untuk menekan
urinasi
2.3.2.2 Manajemen eliminasi urine : mempertahankan pola
eliminasi urine yang optimum.

Diagnosa 2 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


(000022)
2.3.1 Tujuan dan kriteria hasill
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam di
harapkan kebutuhan nutrisi teratasi dengan kriteria hasil :
2.3.1.1 Intake makanan dan cairan
2.3.1.2 Energy
2.3.1.3 Berat badan
Data subjekti : klien mengatakan nafsu makan meingkat
Data objektif : tidak terjadi mual dan muntah, turgor kulit
baik
2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional
2.3.2.1 Kaji kebutuhan nutrisi pasien : sebagai informasi dasar
untuk perencanaan awal dan palidasi data
2.3.2.2 Atur posisi semi fowler selama pemberian nutrisi :
menghindari terjadinya muntah
2.3.2.3 Tingkatkan intake pemberian nutrisi dan sajikan dalam
kondisi hangat : untuk meningkatkan intake dan
menghindari mual
2.3.2.4 Tingkatkan intake nutrisi, sedikit tapi sering :
meningkatkan intake makanan
2.3.2.5 Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antiemetic :
menurunkan mual/muntah yang dapat meningkatkan
tekanan / nyeri intra abdomen
2.3.2.6 Kalaborasi dengan ahli gizi dalam diet : agar dapat
memberikan nutrisi yang tepat pada klien.
Diagnosa 3 : Kelebihan volume cairan (00026)
2.3.1 Tujuan dan kriteria hasil
Tujuan : Setelah Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3x24 jam kelebihan cairan / edema tidak terjadi dengan kriteria
hasil :
Data subjektif : Klien merasa nyaman
Data objektif : Tercipta kepatuhan pembatasan diet dan cairan,
turgor kulit normal tanpa edema, dan tanda-tanda vital normal.
2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional
2.3.2.1 Monitor status cairan, timbang berat badan harian,
keseimbangan input dan output, turgor kulit dan adanya
edema, tekanan darah, denyut dan irama nadi: Pengkajian
merupakan dasar berkelanjutan untuk memantau
perubahan dan mengevaluasi intervensi.
2.3.2.2 Batasi masukan cairan : Pembatasan cairan akan
menentukan berat tubuh ideal, keluaran urine dan respons
terhadap terapi.
2.3.2.3 Identifikasi sumber potensial cairan, medikasi dan cairan
yang digunakan untuk pengobatan, oral dan intravena :
Sumber kelebihan cairan yang tidak diketahui dapat
diidentifikasi.
2.3.2.4 Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan
cairan : Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan
keluarga dalam pembatasan cairan.
2.3.2.5 Bantu pasien dalam menghadapi ketidaknyamanan akibat
pembatasan cairan : Kenyamanan pasien meningkatkan
kepatuhan terhadap pembatasan diet.
2.3.2.6 Kolaborasi pada medis dalam pembatasan cairan intravena
antara 5-10 tetes permenit, dan pembatasan obat-obatan
cair : dengan pembatasan cairan intravena dapat
membantu menurunkan resiko kelebihan cairan.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (2001). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.
Doengoes, M.E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.
Mansjoer, A dkk. (2007). Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 Edisi 3, Jakarta : Media
Aesculapius.
Nahas, Megiud El & Adeera Levin.(2010). Chronic Kidney disease: APractice Guide
to Understanding and Management. USA : Oxford University Press.
Nurarif, A. H. & Kusuma H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & Nanda. Jilid 1. Jogjakarta : Mediaction.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare.(2001).Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddart.Edisi 8. Jakarta : EGC.
Suyono, Slamet. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Edisi 3. Jilid I, II. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI.
Martapura, Mei 2017

Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

(.............................................) (.............................................)

Anda mungkin juga menyukai