Oleh:
Pembimbing:
Tanah longsor atau dalam bahasa Inggris disebut Landslide, adalah perpindahan material
pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut,
bergerak ke bawah atau keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor dapat diterangkan sebagai
berikut: air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut
menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi
licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng
a. Hujan
Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November karena
meningkatnya intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang akan menyebabkan
terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah besar. Hal itu
mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga tanah hingga terjadi retakan dan
merekahnya tanah permukaan. Ketika hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak
sehingga tanah dengan cepat mengembang kembali. Pada awal musim hujan, intensitas
hujan yang tinggi biasanya sering terjadi, sehingga kandungan air pada tanah menjadi
jenuh dalam waktu singkat.
Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor, karena melalui
tanah yang merekah air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga
menimbulkan gerakan lateral. Bila ada pepohonan di permukaannya, tanah longsor
dapat dicegah karena air akan diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga akan
berfungsi mengikat tanah.
b. Lereng terjal
Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng
yang terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin.
Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor adalah 180 apabila ujung
lerengnya terjal dan bidang longsorannya mendatar.
f. Getaran
Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempabumi, ledakan, getaran
mesin, dan getaran lalulintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya adalah tanah,
badan jalan, lantai, dan dinding rumah menjadi retak.
g. Susut muka air danau atau bendungan
Akibat susutnya muka air yang cepat di danau maka gaya penahan lereng
menjadi hilang, dengan sudut kemiringan waduk 220 mudah terjadi longsoran dan
penurunan tanah yang biasanya diikuti oleh retakan.
i. Pengikisan/erosi
Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai ke arah tebing. Selain itu akibat
penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan menjadi terjal.
1. Peningkatan Morbiditas
Tingginya angka kesakitan dalam keadaan terjadinya bencana dibagi dalam 2 katagori, yaitu:
a. Kesakitan primer, adalah kesakitan yang terjadi sebagai akibat langsung dari kejadian
bencana tersebut, kesakitan ini dapat disebabkan karena trauma fisik, termis, kimiawi,
psikis dan sebagainya.
b. Kesakitan sekunder, kesakitan sekunder terjadi sebagai akibat sampingan usaha
penyelamatan terhadap korban bencana, yang dapat disebabkan karena sanitasi
lingkungan yang buruk, kekurangan makanan dan sebagainya.
Korban tanah longsor berisiko terkena crush injury atau crush syndrome. Crush injury
dapat menyebabkan nekrosis kulit dan cedera tulang, sedangkan crush syndrome ditandai dengan
rhabdomyolysis, gagal ginjal dan hiperkalemia.
Kematian akibat terjadinya bencana alam dibagi dalam dua kategori, yaitu:
a. Kematian primer, adalah kematian langsung akibat terjadi bencana, misalnya tertimbun
tanah longsor.
b. Kematian Sekunder, adalah kematian yang tidak langsung disebabkan oleh bencana,
melainkan dipengaruhi oleh faktor-faktor penyelamatan terhadap penderita cedera berat,
seperti. kurangnya persediaan darah, obat-obatan, tenaga medis dan para medis yang
dapat bertindak cepat untuk mengurangi kematian tersebut.
Berdasarkan studi penelitian selama tanah longsor yang terjadi di Chuuk, Mikronesia,
faktor risiko. Penyebab kematian pada 43 korban jiwa yang ditemukan terbanyak ialah sufokasi
yang terjadi akibat terkubur di tanah longsor, kemudian trauma tumpul yang menyebabkan
kematian mendadak karena cedera kepala multiple, sepsis akibat fraktur tulang, dan akibat
trauma abdomen dan pelvis. Umumnya luka yang diderita korban selamat relatif kecil; Secara
keseluruhan, 48 orang membutuhkan ruang gawat darurat, 43 di antaranya dirawat di rumah
sakit.
Apabila kekurangan suplai bahan makanan dan obat-obatan untuk membantu korban
bencana, maka kemungkinannya akan menimbulkan berbagai masalah, diantaranya:
Tanah longsor berkaitan dengan wabah penyakit menular. Peningkatan kejadian malaria
sangat besar terjadi setelah gempa dan longsor di Kosta Rika pada tahun 1991. Sebagian
peningkatan kejadian malaria mungkin disebabkan oleh peningkatan nyamuk akibat
deforestasi dan perubahan pola aliran sungai.
Dari penelitian Atuyambe dkk pada orang-orang yang kehilangan tempat tinggal setelah
terjadi longsor di Uganda Timur ditemukan bahwa tidak cukupnya akses terhadap air
bersih atau kakus, yang diperburuk oleh kepercayaan dan sikap tradisional terhadap air
dan kebersihan, dengan banyak penduduk kembali ke sumber air di sungai. Walapun
demikian, jumlah penyakit diare yang ditemukan jauh lebih sedikit dibandingkan yang
mengalami infeksi pernafasan dan malaria.
Puing-puing dari bagian longsor dapat memasuki jalur air, yang meningkatkan kekeruhan
dan mengubah parameter lainnya. Jika tanah longsor melewati daerah-daerah yang dihuni
maka dapat mengganggu pengelolaan sampah dan mencemari persediaan air yang ada.
Hal ini mengakibatkan peningkatan pertumbuhan bakteri, termasuk peningkatan koliform
fekal sepuluh kali lipat dan peningkatan populasi Vibrio cholera penyebab diare. Selain
itu dapat terjadi demam lembah (valley fever) yang disebabkan oleh bakteri akibat
terjadinya rekahan-rekahan pada tanah.
Kennedy ITR, Petley DM, Williams M, Murray V. 2015. A Systematic Review of the Health
Impacts of Mass Earth Movements (Landslides). ed 1. PLoS Med. Available at
http://currents.plos.org/disasters/article/a-systematic-review-of-the-health-impacts-of-mass-
earth-movements-landslides
Schipper, L and Pelling, M, 2006. Disaster Risk, Climate Change and International
Development: Scope for, and Challenges to, Integration. Journal of Disasters, Volume 30,
Number 1, Maret 2006, pp 19-38.