Anda di halaman 1dari 37

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang
sulit bagi hampir semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja
terjadi yang akan membahayakan bagi  pasien. Perawat mempunyai
peranan yang sangat penting dalam setiap tindakan  pembedahan baik pada
masa sebelum, selama maupun setelah operasi. Intervensi keperawatan
yang tepat diperlukan untuk mempersiapkan klien baik secara fisik
maupun  psikis. Tingkat keberhasilan pembedahan sangat tergantung pada
setiap tahapan yang dialami dan saling ketergantungan antara tim
kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter anstesi dan  perawat), di
samping peranan pasien yang kooperatif selama proses perioperatif.
Salah satu faktor penting yang terkait dalam proses pembedahan,
yaitu teknik draping atau penutupan pasien menggunakan alat tenun steril.
Dalam hal ini untuk memberikan  penegasan lapang area operasi untuk
mengawali sayatan/pembedahan. Teknik ini meruakan tahapan awal
sebelum dilakukannya tindakan operasi. Kesuksesan tindakan pembedahan
secara keseluruhan sangat tergantung pada fase ini. Hal ini merupakan
awalan yang menjadi landasan untuk kesuksesan tahapan berikutnya.
Draping juga sangat diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu
operasi. Secara khusus, teknik drapping berbeda pada setiap tempat/
daerah incisi dan tergantung kepada bentuk posisi pembedahan. Secara
umum, teknik draping bertujuan untuk mempertahankan kesterilan pada
daerah sekitar incisi operasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang muncul
yaitu “bagaimana persiapan linen dan teknik drapping di kamar operasi?”
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan persiapan linen dan
teknik draping kamar operasi.
2. Mampu memahami dan melakukan persiapan linen dan teknik
draping dengan baik dan benar saat operasi.
b. Tujuan Khusus
1. Menjelaskan konsep persiapan linen di ruang operasi.
2. Menjelaskan pengertian, tujuan dan prinsip teknik draping.
3. Memahami teknik draping.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Drapping
1. Pengertian
Draping adalah istilah yang digunakan di instalasi bedah
sebagai suatu teknik atau seni dalam menutup daerah sayatan
pembedahan. Drapping merupakan prosedur menutup pasien yang
sudah berada di atas meja operasi dengan menggunakan alat tenun
steril, dengan tujuan memberi batas yang tegas pada daerah steril
pembedahan (Depkes RI,1993).
Draping adalah satu lagi dari kegiatan presisi yang dilakukan
di kamar operasi. Draping bedah pasien adalah menempatkan penutup
steril pada pasien sehingga hanya tempat operasi yang terkena. Dengan
demikian, daerah kulit yang belum siap untuk operasi tertutup agar
tidak akan mencemari bagian yangsteril. Sterilitas tirai tergantung pada
mereka yang tersisa kering dan tak terganggu. Oleh karena itu,
penempatan tirai adalah prosedur terakhir dilakukan sebelum membuat
sayatan bedah. Selain pasien,peralatan yang digunakan dalam area
bedah segera harus ditutupi dengan tirai steril untuk mencegah
kontaminasi luka (AORN, 2008).
2. Tujuan
Secara khusus, teknik draping berbeda pada setiap tempat atau

daerah insisi dan tergantung kepada bentuk posisi pembedahan. Secara

umum, teknik draping bertujuan untuk mempertahankan kesterilan

pada daerah sekitar inisisi operasi. Tujuan dari draping adalah untuk

menciptakan lapangan steril dengan cara penempatan yang tepat dan

hati-hati dari linen sebelum operasi dimulai dan untuk menjaga

sterilitas permukaan instrumen yang steril dan sarung tangan dapat

ditempatkan selama operasi.


3. Prinsip

Menurut Association of periOperative Registered Nurses

(AORN), 2006. Prinsip dari draping adalah sebagai berikut

1) Terisolasi (Isolated)

Kotor dari bersih (misal, pangkal paha, kolostomi dan

peralatan dari daerah yang akan disiapkan). Isolasi dicapai dengan

menggunakan penghalang yang tahan dari air, biasanya dibuat dari

bahan plastik. Banyak bahan untuk menahan yang dapat digunakan

2) Penghalang (Barrier)

Menyediakan lapisan kedap dan harus memiliki film plastik

untuk mencegah pemogokan-selesai.

3) Lapangan Steril

Penciptaan lapangan steril adalah melalui presentasi steril

dari tirai dan teknik aplikasi aseptik. Jika penghalang yang

digunakan tidak mempan, lapisan kedap tambahan perlu

ditambahkan.

4) Permukaan steril

Karena kulit tidak dapat disterilkan, maka perlu

menerapkan penghalang untuk menciptakan permukaan steril.

Hanya menggores penghalang untuk dapat menciptakan

permukaan steril.
5) Penutup Peralatan

Tirai steril menutupi peralatan steril atau mengatur

peralatan yang digunakan di lapangan steril. Hal ini membantu

untuk melindungi pasien dari peralatan serta untuk melindungi dan

memperpanjang umur peralatan.

6) Kontrol Cairan

Pengumpulan cairan menjaga pasien tetap kering,

mengurangi paparan pekerja kesehatan dan menurunkan

membersihkan. Sebuah sistem kontrol cairan harus digunakan

setiap saat dan prosedur ini dikenal untuk menyertakan sejumlah

besar cairan tubuh atau mengakhiri irigasi.

Sedangkan menurut Depkes tahun 1993, prinsip dari draping yaitu:

1) Harus dilaksanakan dengan teliti dan hati-hati

2) Perawat Instrumen (Scrub Nurse) harus memahami dengan

tepat prosedur draping

3) Drape yang terpasang tidak boleh berpindah-pindah sampai

operasi berakhir dan harus dijaga sterilitasnya.

4) Pakailah duk klem pada setiap sudut daerah sayatan agar alat

tenun tidak mudah bergeser.

5) Tim bedah yang memakai baju steril harus selalu menghadap

tempat yang sudah tertutup alat tenun steril.


6) Perawat sirkuler (circulating nurse) harus berdiri menghadap

scrub nurse untuk mengingatkan jangan sampai draping

terkontaminasi.

7) Bila alat tenun sudah terkontaminasi, harus segera diganti

8) Sekitar lantai tidak boleh ada genangan air.

9) Hindari mengibas alat tenun terlalu tinggi sehingga dapat

menyentuh lampu operasi atau alat tenun lainnya.

10) Lindungilah sarung tangan dengan cara meletakkan tangan di

bawah lipatan pada saat drapping, hindari menyentuh kulit

pasien.

11) Jika pemasangan alat tenun steril sudah selesai dan ada yang

jatuh di bawah batas pinggang jangan diambil.

12) Jika ragu-ragu terhadap sterilitas alat tenun, maka alat tenun

dinyatakan sudah terkontaminasi.

4. Karakteristik Drape

Terlepas dari bahan yang digunakan, semua bahan surgical

drape harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Resistensi abrasi permukaan material tidak harus mengikis selama

penggunaan normal, di bawah basah dan kering kondisi.

b. Sifat-Hambatan kemampuan suatu material untuk menahan

penetrasi cairan dan / atau organisme mikro.

c. Biokompatibilitas-Bahan bebas dari bahan beracun.


d. Drapeability-Kemampuan material untuk menyesuaikan diri

dengan bentuk dari objek di mana ia ditempatkan.

e. Elektrostatik sifat-Dalam konteks tirai bedah, kemampuan material

untuk menerima atau menghilang muatan listrik yang diinginkan.

f. Nonflammability-Bahan tidak harus mendukung pembakaran

terbuka.

g. bahan Nonlinting-Drape harus tidak mengandung, atau

menghasilkan dengan penggunaan normal, partikel serat gratis.

h. Tarik bahan kekuatan-Drape harus cukup kuat untuk menahan

tekanan yang dihadapi selama Penggunaan khas saat basah atau

kering. Selain sifat-sifat yang diperlukan disebutkan di atas,

beberapa aplikasi panggilan untuk bahan penghalang.

i. Bernapas yaitu mampu memungkinkan gas dan kelembaban uap

untuk melewati materi tetap menjaga penghalang untuk cairan dan

mikroorganisme.

j. Penyerap yaitu kemampuan untuk menyerap dan menahan cairan


tetap menjaga penghalang untuk penetrasi cairan dan
mikroorganisme melalui tirai itu.

OR Staf bahan draping terpisah menjadi dua kategori umum:

a. Reusable atau menggunakan beberapa produk, yang biasanya


terbuat dari tekstil.
b. Disposable atau penggunaan tunggal produk, yang biasanya terbuat
dari bahan non-woven.
5. Bahan Untuk Drapping
1) Bahan Pakai ulang (reusable)

a. Penggunaannya terutama untuk penggunaan drapping atau jas

operasi yg digunakan berkali-kali, bahannya impermeable

terhadap cairan (dlm kondisi tertentu).

b. Proses pencucian,setrika dan sterilisasi tidak menyebabkan

seratnya mengkisut.

c. Siklus diatas menyebabkan kecenderungan mengubah struktur

material.

d. Beberapa pabrikan melaporkan kerusakan struktur material

setelah 75-100 kali siklus.

2) Bahan sekali pakai (Disposible)

a. Mencegah penetrasi bakteri dan lelehan cairan,

b. Lembut, bebas serat, ringan, padat, tahan kelembaban, non

iritasi dan bebas listrik static.

c. Menurunkan kontaminasi mikroorganisme berbahaya atau

infeksius dari ekskresi dan cairan tubuh dalam proses laundry

dimana pada bahan pakai ulang mempunyai resiko yang besar.

d. Penyimpanan, transportasi, dan pembuangan limbah biasanya

menjadi masalah

e. Penggunaan insenerator cukup baik tetapi harus di olah

dengan baik agar tidak mencemarkan lingkungan.

3) Non Woven (Kertas)

a. Baik sebagai proteksi terhadap kontaminasi


b. Tidak lembab

c. Kedap air

d. Dispossible

e. Mahal

4) Plastic Inscisional drapes

a. Terbuat dari bahan polyvinyl

b. Tersedia dalam kemasan steril dalam berbagai ukuran.

c. Insisi dapat dilakukan langsung diatas permukaan yg melekat.

d. Memudahkan draping pada area tubuh yang ireguler (leher,

sekitar telinga, ekstermitas dan sendi)

6. Jenis Drapping

a. Plain Sheet

Plain sheet disebut juga minor sheet, top sheet atau bottom

sheet. Plain sheet dipakai menutup bagian bawah atau bagian atas

dari daerah insisi.

b. Tube Stockinetle

Drape yang menyerupai kaos kaki, Biasanya terbuat dari

kain yang elastis dan Biasa digunakan pada pembedahan tungkai.

c. Head Drape

Digunakan untuk pembedahan daerah kepala (spt:

toksilektomy, pembedahan pada hidung). Biasanya

dikombinasikan dengan dua towels atau small sheet.


d. Plastik Drape

Berfungsi sebagai pelindung steril di atas kulit di daerah

incisi dan Terbuat dari plastik yang sangat tipis, terdapat perekat

pada salah satu sisi plastik drape ini dapat menahan dan

mempertahankan sterilitas area karena menghambat perkembang

biakan mikroorganisme kulit karena terbungkus dari plastik steril.

7. Jenis Prosedur Drape

a. Lapatomy drape

b. Split sheet

c. Thyroid sheet

d. Perineal sheet

e. Ear or Eye drape

f. Cranitomy sheet

8. Standarisasi Drapping

a. Hanya drapes steril yang digunakan pada area steril.

b. Drapes menjadi barier untuk lapangan operasi dengan area yang

kemungkinan bermikroba

c. Tidak dianjurkan untuk di reposisi/geser

d. Kompromi dengan integritas drape terhadap barier mikroba akan

menyebabkan kontaminasi area operasi

e. Drape tidak boleh robek, lubang atau bocor

f. Drapes harus resistant terhadap penetrasi cairan

g. Drapes harus bebas dari serabut


h. Drapes sebaiknya resisten terhadap api/panas

i. Drapes yang reusable harus mempunyai daya proteksi yang sama

dengan yang disposibel drapes

j. Gunakan perlindungan yang tepat untuk penggunaan drape dengan

operasi menggunakan Sinar Laser gunakan drape berlapis

aluminium.

k. Tim bedah harus terlibat dalam pemilihan dan penggunaan drape di

kamar bedah

9. Yang Bertanggung Jawab

a. Instrumen.

Instrumen yang bertanggung jawab untuk menyediakan

area yang cukup besar untuk semua persediaan steril yang akan

digunakan. Instrumen menumpukan drap untuk pasien,

menyiapkan meja operasi dalam urutan yang tepat penggunaannya,

dan menata handuk yang diperlukan untuk kasus ini dan

menyerahka, dengan klip handuk ke dokter bedah. Jika dokter

bedah tidak memiliki asisten petugas medis untuk kasus,spesialis

membantu dia untuk menutuppasien.

b. Dokter Bedah. Dokter bedah bertanggung jawab untuk

mengalungkan pasien. Ketika dokter bedah telah mencuci tangan

dan mengenakan gaun dan sarung tangan, ia menempatkan handuk

(mengamankan mereka dengan klip handuk) menguraikan daerah

sayatan, setelah kulit telah disiapkan dan telah kering. setelah


selesai, ahli bedah dapat memilih untuk menempatkan tirai sendiri

dengan bantuan asistennya atau untuk mengawasi penempatan

mereka dengan asistennya.

10. Material Drapping

Karakteristik utama yang harus dievaluasi dalam memilih tirai

bedah, baik pakai atau non pakai, yang bakteri efektivitas penghalang,

kekuatan, generasi serat rendah, sterilizability, efektivitas biaya, dan

mudah terbakar.

a. Kualitas Barrier

Kemampuan penghalang untuk menghilangkan sumbu

adalah bergantung pada kualitas penolak nya. Non tenunan tirai

sekali pakai yang dibuat dengan berbagai hambatan fluida.

Beberapa tahan selama mereka tetap utuh. Banyak tirai pakai

menggabungkan lapisan bahan tahan sekitar fenestration mana

paparan cairan terbesar. Beberapa produsen tirai dapat digunakan

kembali tenun juga menggunakan lebih penolak penguatan sekitar

fenestration drape. tirai kain diolah secara kimia adalah cairan-

penolak tapi kehilangan kualitas ini dengan pencucian berulang

dan sterilisasi. Penggunaan tirai menoreh plastik diatas area

fenestrated dari yang menggantungkan tenun disarankan sebagai

cara untuk memastikan suatu penghalang yang efektif.


b. Kekuatan

Selama prosedur bedah, tirai dapat dikenakan abrasi dan

tekanan lain yang memiliki potensi untuk menyeabkan air mata

dan tusukan. tirai Reusable harus diperiksa antara kegunaan untuk

lubang kecil atau air mata dan diperbaiki dengan bahan patching

panas-disegel dari kualitas yang sama materi sebagai penghalang

asli. tirai sekali pakai bisa dievaluasi secara subjektif dengan

mencoba untuk merobek mereka. Itu materi tidak harus mudah

robek.

c. Linting

Kebanyakan partikel serat yang mikroskopis, membuat

evaluasi generasi serat yang sulit. Perhatian dengan serat adalah

bahwa bakteri dapat menempel pada partikel serat dan bermigrasi

ke sayatan bedah. Studi ECRI menunjukkan yang memadukan

kapas dan polyester hasil di linting rendah dari katun 100%. Tirai

pakai memproduksi sebanyak lint sebagai tirai dapat digunakan

kembali atau bahkan lebih, terutama ketika dikenakan pasukan

abrasif. Pemotongan tirai jenis apa pun tidak disarankan, karena

meningkatnya pelepasan serat partikel. Kedua selulosa dan kapas

serat dapat menyebabkan peritonitis granulomatosa atau

embolisasi arteri
d. Sterilizability

Kebanyakan fasilitas perawatan kesehatan menggunakan

baik uap atau etilena oksida untuk mensterilkan tirai. Ini

melibatkan terutama tenun tekstil dapat digunakan kembali.

Produsen menggunakan etilen oksida dan teknologi radiasi.

e. Efektivitas biaya

Meskipun biaya seharusnya tidak menjadi penentu tunggal

untuk memilih tirai, dalam lingkungan ekonomi saat ini, tanggung

jawab fiskal menyatakan bahwa biaya memiliki beberapa bearing.

Namun, biaya dianggap hanya setelah menentukan bahwa kedua

pasien dan keselamatan karyawan memiliki telah dipastikan.

f. Mudah terbakar

Semua tirai menimbulkan bahaya kebakaran. Meskipun

tirai dapat memenuhi api standar perlawanan, suasana yang kaya

oksigen selama operasi meningkatkan mudah terbakar ketika tirai

yang terkena panas dan sumber cahaya (yaitu, electrosurgical

perangkat, laser, serat optik kabel lampu). kain drape menyerap

dan mempertahankan oksigen.

11. Persiapan Alat

1) Jenis alat tenun untuk draping

a. Laken operasi besar rapat

b. Laken operasi besar bolong

c. Pembungkus alat (laken berlobang)


d. Alas meja dorong (trolley)

e. Duk bolong

f. Duk rapat

g. Laken kecil

h. Sarung mayo

i. Baju dan celana operasi

j. Topi operasi

k. Sarung couter

l. Barakshort

m. Mitella

n. Kantong sarung tangan

o. Kantong canulla, suction dan cauter

p. Sarung kaki

q. Sarung tabung 02

r. Lap tangan atau handuk

s. Baju pasien

t. Perlak besar dan kecil

12. Prosedur

Aplication of draping surgery

Penerapan tirai bedah adalah latihan dasar teknik aseptik.

Prinsip untuk mengikuti yang akan membantu dalam berhasil

menerapkan tirai dan mencapai steril bidang bedah adalah:


a. Memastikan bahwa kulit di sekitar lokasi sayatan adalah kering

untuk memungkinkan kepatuhan tirai dan untuk mencegah wicking

kelembaban melalui tirai.

b. Luangkan waktu yang cukup dan ruang untuk mengamati dan

mempertahankan teknik steril.

c. Menangani tirai sesedikit mungkin. Hindari gemetar atau

mengepakkan tirai.

d. Membawa tirai untuk bidang steril masih terlipat, memegang tirai

lebih tinggi dari tempat tidur kamar operasi

e. Tirai Terus di atas area yang akan tertutup sampai ditempatkan

dengan benar. Buang tirai yang berada di bawah ini tingkat.

Tempatkan dalam posisi yang tepat dan terungkap hati-hati dan

sengaja. Jangan reposisi tirai sekali di tempat.

f. Jika tirai menjadi terkontaminasi selama draping yang proses,

membuangnya tanpa mengkontaminasi lainnya item steril.

g. Selalu menjaga jarak aman dari yang tidak steril daerah.

h. Lindungi sarung tangan steril oleh memborgol drape atas mereka.

i. Drape dari situs sayatan (steril) ke pinggiran menggantungkan

daerah terdekat Anda pertama kali. Tidak menjangkau seluruh area

steril.

j. Gunakan non perforating klem untuk mengamankan barang-barang

ke tirai.
k. Setiap kali sterilitas tirai adalah di pertanyaan, menganggapnya

terkontaminasi.

l. Jika penghalang yang menjadi robek selama prosedur, menutupi

area yang terkontaminasi segera dengan penghalang lain steril atau

menoreh plastik drape. Hapus semua instrumen yang

terkontaminasi dari bidang.

m. Pada akhir prosedur, menutupi sayatan dengan dressing steril

sebelum melepas tirai.

13. Gambar
B. Linen
1. Konsep Linen
a. Antiseptik adalah desinfektan yang digunakan pada permukaan
kulit dan membran mukosa untuk menurunkan jumlah
mikroorganisme.
b. Dekontaminasi adalah suatu proses untuk mengurangi jumlah
pencemaran mikroorganisme atau substansi lain yang berbahaya
sehingga aman untuk penanganan lebih lanjut.
c. Disinfeksi adalah proses inaktivasi mikroorganisme melalui
sistem
d. Infeksi adalah proses dimana seseorang yang rentan terkena
invasi agen patogen atau infeksius yang tumbuh, berkembang
biak dan menyebabkan sakit
e. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat di rumah sakit
dimana pada saat masuk rumah sakit tidak ada tanda/gejala atau
tidak dalam masa inkubasi
f. Steril adalah kondisi bebas dari semua mikroorganisme termasuk
spora
g. Linen adalah bahan/alat yang terbuat dari kain tenun
h. Kewaspadaan universal adalah suatu prinsip dimana darah, semua
jenis cairan tubuh, sekreta, kulit yang tidak utuh, dan selaput
lendir pasien DIANGGAP sebagai sumber potensial untuk
penularan infeksi HIV maupun infeksi lainnya. Prinsip ini berlaku
bagi SEMUA pasien, tanpa membedakan risiko, diagnosis
ataupun status
i. Linen kotor terinfeksi adalah linenyang terkontaminasi dengan
darah, cairan tubuh dan feses terutama yang berasal dari infeksi
TB paru, infeksi Salmonella dan Shigella (sekresi dan ekskresi),
HBV, dan HIV (jika terdapat noda darah) dan infeksi lainnya
yang spesifik (SARS) dimasukkan ke dalam kantung dengan
segel yang dapat terlarut di air dan kembali ditutup dengan
kantung luar berwarna kuning bertuliskan terinfeksi.
j. Linen kotor tidak terinfeksi adalah linen yang tidak
terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh dan feses yang berasal
dari pasien lainnya secara rutin, meskipun mungkin linen yang
diklasifikasikan dari seluruh pasien berasal dari sumber ruang
isolasi yang terinfeksi.
2. Jenis Linen
Ada bermacam – macam jenis linen yang digunakan di rumah
sakit. Jenis linen dimaksud antara lain :
1) Sprei/laken
2) Steek laken
3) Perlak/Zeil
4) Sarung bantal
5) Sarung guling
6) Selimut
7) Boven laken
8) Alas kasur
9) Bed cover
10) Tirai/gorden
11) Vitrage
12) Kain penyekat/scherm
13) Kelambu
14) Taplak
15) Barak schort (tenaga kesehatan dan pengunjung)
16) Celemek, topi, lap
17) Baju pasien
18) Baju operasi
19) Kain penutup (tabung gas, troli dan alat kesehatan lainnya)
20) Macam macam doek
21) Popok bayi, baju bayi, kain bedong, gurita bayi
22) Steek laken bayi
23) Kelambu bayi
24) Laken bayi
25) Selimut bayi
26) Masker
27) Gurita
28) Topi kain
29) Wash lap
30) Handuk
31) Handuk untuk petugas
32) Handuk pasien untuk mandi
33) Handuk pasien untuk lap tangan
34) Handuk pasien untuk muka
35) Linen operasi (Baju,celana,jas,macam-macam laken,topi,
masker, doek,sarung kaki, sarung meja mayor,alas meja
instrumen,mitela,barak schort)
3. Bahan Linen
Bahan linen yang digunakan biasanya terbuat dari :
a. Katun 100%
b. Wool
c. Kombinasi seperti 65% acolinic dan 35% wool
d. Silk
e. Blacu
f. Flanel
g. Tetra
h. CVC 50% - 50%
i. Polyester 100%
j. Twill/drill
4. Prinsip Pengelolaan Linen

5. Alur pengelolaan linen melalui unit terkait

6. Tata laksana pengelolaan linen


Tata laksana pengelolaan pencucian linen terdiri dari :
a. Perencanaan
b. Penerimaan linen kotor
c. Penimbangan
d. Pensortiran/pemilahan
e. Proses pencucian
f. Pemerasan
g. Pengeringan
h. Sortir noda
i. Penyetrikaan
j. Sortir linen rusak
k. Pelipatan
l. Merapikan, pengepakkan/pengemasan
m. Penyimpanan
n. Distribusi
o. Perawatan kualitas linen
p. Pencatatan dan pelaporan
7. Sarana prasarana linen
a. Sarana
Sarana fisik instalasi pencucian terdiri beberapa ruang
antara lain :
1) Ruang penerimaan linen
Ruang ini memuat :
a) Meja penerima yaitu untuk linen yang terinfeksi dan
tidak terinfeksi. Linen yang diterima harus sudah
terpisah, kantung warna kuning untuk yang
terinfeksi dan kantung warna putih untuk yang tidak
terinfeksi.
b) Timbangan duduk
c) Ruang yang cukup untuk troli pembawa linen kotor
untuk dilakukan desinfeksi sesuai standart sanitari
rumah sakit.
d) Sirkulasi udara perlu diperhatikan dengan memasang
fan atau exhaust fan dan penerangan minimal
kategori pencahayaan C = 100 – 200 Lux sesuai
pedoman pencahayaan rumah sakit.
2) Ruang pemisah linen
Ruang ini memuat meja panjang untuk mensortir
jenis linen yang tidak terinfeksi Sirkulasi udara perlu
diperhatikan dengan memasang fan atau exhaust fan dan
penerangan minimal kategori pencahayaan D = 200 – 500
Lux sesuai pedoman pencahayaan rumah sakit,lantai dalam
ruang ini tidak boleh dari bahan yang licin.
3) Ruang pencucian dan pengeringan linen
Ruang ini memuat :
a) Mesin cuci
b) Mesin pengering
Bagi rumah sakit kelas C dan D yang belum memiliki
mesin pencuci harus disiapkan :
a) Bak pencuci yang terbagi tiga yaitu bak untuk
perendam non infeksius, bak infeksius dengan
desinfektan, dan bak untuk pembilas.
b) Disiapkan instalasi air bersih dengan drainasenya.
c) Lantai dalam ruang ini tidak dibuat dari bahan yang
licin dan diperhtikan kemiringannya.
d) Jika rumah sakit sudah menggunakan mesin pencuci
otomatis maka daya listrik yang diperlukan antara
4,8 – 5 Kva. Petunjuk penggunaan mesin pencuci
harus selalu berada dekat mesin cuci tersebut agar
petugas operator selalu bekerja sesuai prosedur.
e) Sirkulasi udara perlu diperhatikan dengan memasang
exhaust fan dan penerangan minimal kategori
pencahayaan C = 100 – 200 Lux sesuai pedoman
pencahayaan rumah sakit.
4) Ruang penyetrikaan linen
Ruang ini memuat :
a) Penyetrikaan linen menggunakan Flatwork Ironers,
pressing ironer yang membutuhkan tenaga listrik
sekitar 3,8 Kva – 4 Kva per alat atau jenis yang
menggunakan uap dari boiler dengan tekanan kerja
uap sekitar 5 Kg/cm2 dan tenaga listrik seitar 1 Kva
per unit alat.
b) Alat setrika biasa yang menggunakan listrik sekitar
200 Kva per alat.
c) Sirkulasi udara perlu diperhatikan dengan memasang
fan dan exhoust fan untuk penerangan minimal
kategori pencahayaan D = 200 – 500 Lux sesuai
pedoman pencahayaan rumah sakit.
5) Ruang penyimpanan linen
Ruang ini memuat :
a) Lemari dan untuk menyimpanan linen
b) Meja administrasi
Ruang ini bebas dari debu dan pintu selalu tertutup.
Sirkulasi udara diperhatahankan tetap baik dengan
memasang fan/exhoust fan dan penerangan minimal
kategori pencahayaan D = 200 – 500 Lux sesuai
pedoman pencahayaan rumah sakit, suhu 22 – 27oC
dan kelembaban 45 – 75% RH.
6) Ruang distribusi linen
Ruang ini memuat :
a) Meja panjang untuk penyerahan linen bersih kepada
pengguna.
b) Sirkulasi udara perlu diperhatikan dengan memasang
fan dan penerangan minimal kategori pencahayaan
C = 100 – 200 Lux sesuai pedoman pencahayaan
rumah sakit.
b. Prasarana
1) Prasarana listrik
Sebagian besar peralatan pencucian menggunakan
daya listrik. Kabel yang diperlukan untuk instalasi listrik
sebagai penyalur daya digunakan kabel dengan jenis NYY
untuk instalasi dalam gedung, dan jenis NYFGBY untuk
instalasi luar gedung pada kabel Feeder antara panel induk
utama sampai panel gedung instalasi pencucian. Pada
persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000)
untuk pendistribusian daya listrik yang besar, kabel feeder
harus disambung langsung dengan panel utama (Main
Panel) rumah sakit, atau panel utama distribusi (Kios) jika
rumah sakit berlangganan Tegangan Menengah (TM) 20
KV dan sudah menggunakan sistem Ring TM 20 KV.
Adapun tenaga listrik yang digunakan di Instalasi Pencucian
terbagi dua bagian (line) antara lain :
a) Instalasi Penerangan
b) Instalasi Tenaga
Daya di instalasi pencucian cukup besar
terutama untuk mesin cuci, mesin pemeras, mesin
pengering, dan alat setrika. Disarankan menggunakan
kabel dengan jenis NYY terutama pada kotak kontak
langsung ke peralatan tersebut, dan menggunakan tuas
kontak (hand switch), atau kotak kontak dengan
sistem plug dengan kemampuan 25 amper agar tidak
terjadi loncatan bunga api pada saat pembebanan
sesaat. Grounding harus dilakukan, teruama untuk
peralatan yang menggunakan daya besar, digunakan
instalasi kabel dengan diameter minimal sama dengan
kabel daya yang tersalurkan.
Untuk instalasi kotak kontak biasa disarankan
untuk memperhatikan penempatan, yaitu harus
menjauhi daerah yang lembab dan basah. Jenis kotak
hendaknya yang tertutup agar terhindar dari udara
lembab, sentuhan langsung dan paralel yang melebihi
kapasitas penggunaan.
2) Prasarana air
Prasarana air untuk instalasi pencucian memerlukan
sedikitnya 40% dari kebutuhan air di rumah sakit atau
diperkirakan 200 liter per tempat tidur per hari. Kebutuhan
air untuk proses pencucian dengan kualitas air bersih sesuai
dengan standar air. Reservoir dan pompa perlu disiapkan
untuk menjaga tekanan air 2 kg/cm2.
3) Standar air
Air yang digunakan untuk mencuci mempunyai
standart air bersih berdasarkan PerMenKes No. 416 tahun
1992 dan standar khusus bahan kimia dengan penekanan
tidak adanya :
a) Hardness – Garam (Calcium, Carbonate dan Chloride)
(1) Standart baku mutu : 0 – 90 ppm
(2) Tingginya konsentrasi garam dalam air
menghambat kerja bahan kimia pencuci sehingga
proses pencucian tidak berjalan sebagaimana
seharusnya.
(3) Efek pada linen dan mesin
(4) Garam akan mengubah warna linen putih menjadi
keabu – abuan dan linen warna akan cepat pudar.
Mesin cuci akan berkerak (scale forming),
sehingga dapat menyumbat saluran – saluran air
dan mesin
b) Iron – Fe (besi)
(1) Standart baku mutu : 0 – 0,1 ppm
(2) Kandungan zat besi pada air mempengaruhi
konsentrasi bahan kimia, dan proses pencucian
(3) Efek Pada linen dan mesin
(4) Linen putih akan menjadi kekuning – kuningan
(yellowing) dan linen warna akan cepat pudar.
Mesin cuci akan berkarat.
(5) Kedua polutan tersebut (hardness dan besi)
mempunyai sifat alkali, sehingga linen yang
rusak akibat kedua kotoran tersebut harus
dilakukan proses penetralan pH.
4) Sasaran Uap
Prasarana uap pada instalasi pencucian digunakan
pada proses pencucian, pengeringan dan setrika,
yakni penggunaan uap panas dengan tekanan uap
minimum 5 kg/cm2. kualitas uap yang baik
adalah dengan fraksi kekeringan minimum 70%
(pada skala 0 – 100%) dan temperatur ideal
70oC.
8. Persiapan ruangan dan linen
a. Persiapan kamar operasi
1) Pembersihan Rutin
a) Pembersihan Harian
(1) Setiap hari seluruh permukaan lantai kompleks OK
– VK di bersihkan dan di desinfeksi
(2) Setiap hari dilakukan pemeriksaan prasarana
seperti penyediaan air bersih, kelistrikan,
pencahayaan, ventilasi, dsb
(3) Setelah dibersihkan dilakukan sterilisasi ruangan
dengan lampu ultraviolet secara terus menerus
hingga saat dibersihkan keesokan harinya.
(4) Pelaksana adalah tim pemeliharaan, dan
penanggung jawab adalah Kepala OK dan Kepala
VK
b) Pembersihan Mingguan
(1) Seluruh permukaan dinding Kamar Operasi
dibersihkan dengan air mengalir dan didesinfeksi
(2) Lantai dibersihkan dengan air mengalir / disemprot
, dicuci dengan detergent, di keringkan dan
didesinfeksi
(3) Seluruh permukaan lain seperti permukaan lampu
operasi,trolley anestesi, Kabel-kabel dan selang ,
cuff, Tabung O2,
(4) Tabung N2O, meja obat, kursi, AC dll dibersihkan
dan didesinfeksi
(5) Kamar mandi dibersihkan
(6) Semua peralatan sterilisasi dibersihkan
(7) Dilakukan rutin dan teratur seminggu sekali .
(8) Pelaksana adalah tim pemeliharaan dan
penanggung jawab adalah kepala OK dan Kepala
VK
c) Pembersihan Bulanan
(1) Dilakukan Pemeriksaan dan penilaian kondisi dan
fungsi serta inventarisasi dan kondisi sarana fisik
bangunan, prasarana dan peralatan serta obat-
obatan di kompleks OK– VK
(2) Semua bahan medis yang disterilisasi kering
diperiksa kapasitas formalinnya
(3) Semua hasil pemeriksaan dilaporkan di rapat
bulanan
b. Pembersihan pra dan pasca operasi
1) Pembersihan Pra Operasi
a) Bila jadwal operasi dilaksanakan setelah dilakukan
pembersihan rutin maka ruangan bedah tidak perlu
dibersihkan lagi.
b) Bila jadwal operasi sebelum dilaksanakan pembersihan
rutin, maka segera dilakukan pembersihan ruangan
Operasi dan sekitarnya.
2) Pembersihan Pasca Operasi
a) Cipratan pada dinding dibersihkan dan didesinfeksi
b) Lantai dibersihkan dan di desinfeksi
c) Meja Operasi dibersihkan dan didesinfeksi. Bebaskan
pengunci roda, lantai dibawah meja operasi dibersihkan
dan didesinfeksi. Roda meja operasi digelindingkan ke
atas cairan desinfektan bolak balik. Setelah selesai
semua,kembalikan meja operasi ke posisi semula dan
kunci rodanya.
d) Semua kabel dan selang alat yang beada di dalam
ruangan bedah dibersihkan
e) Alat-alat penunjang seperti suction, cauter meja
instrumen bila terkontaminasi cairan tubuh pasien
dibersihkan dan dibawa keluar OK. Hati hati
kontaminasi roda. Bila perlu roda dibersihkan
sebelumnya.
f) Setelah selesai, ruangan operasi ditutup dan lampu UV
dinyalakan
g) Bersihkan koridor dan ruangan lainnya
h) Penanggung Jawab adalah paramedik yang bertugas di
OK
c. Persiapan instrumen, Linen dan peralatan lain
1) Persiapan Instrumen
a) Persiapan instrumen dilakukan oleh instrumenter dibantu
oleh Omloop dan Asisten dua.
b) Bila Operasi cito, maka persiapan dapat dilakukan oleh
paramedik jaga rawat inap
c) Instrumenter mengetahui rencana tindakan operasi.
d) Bila diperlukan instrumenter bisa melihat langsung
pasien sehingga mendapatkan gambaran tentang segala
kebutuhan di ruang operasi
e) Instrumen , dan omloop berbagi tugas mempersiapkan
instrumen, alat dan ruangan
f) Instrumen yang akan dipakai dikeluarkan dan disusun
pada trolley.
g) Jenis instrumen dan jumlah disesuaikan standar .
h) Instrumen diperiksa kelayakan pakainya. Pastikan
kebersihannya.
i) Instrumen dikelompokkan per jenis instrumen.
j) Pastikan semua kunci instrumen terbuka.
k) Lakukan sterilisasi
l) Sterilisasi dapat dilakukan dengan steam pressure
(autoclave) atau dry heat ( UV+panas) sesuai prosedur.
m) Siapkan nampan yang sudah dialasi duk steril, Siapkan
Trolley yang sudah dialasi Duk steril berlapis
n) Keluarkan instrumen, letakkan pada nampan kemudian
pindahkan pada trolley. Teknik dapat dimodifikasi
sedemikian rupa sehingga jarak antara bahan medik atau
instrumen yang keluar dari sterilisator dengan trolley
sependek mungkin dan setertutup mungkin dari
kemungkinan kontaminasi pasca sterilisasi
o) Susun sedemikian rupa sehingga instrumen mudah
disediakan secara berurutan sesuai urutan tindakan.
p) Tutup trolley denganduk sehingga instrumen diatas
trolley tertutup seluruhnya.
2) Persiapan Linen
a) Instrumenter dibantu omloop menyiapkan sejumlah linen
sesuai kebutuhan jenis tindakan operasi
b) Jenis linen disesuaikan dengan standar
c) Lakukan sterilisasi. Sterilisasi linen harus sudah selesai
sebelum instrumen
d) Nampan dan Trolley diberi alas linen steril. Bila perlu
berlapis 2.
e) Letakkan linen pada trolley
f) Tutup trolley dengan linen steril
9. Sop persiapan linen, instrumen, dan bahan steril lainnya
a. Definisi
Petugas mempersiapkan instrument, linen, dan bahan steril
lainnya yang dibutuhkan pada tindakan operasi
b. Tujuan
1) Untuk memperlancar tindakan operasi.
2) Supaya keadaan menjadi siap disaat akan dilaksanakan
operasi
c. Langkah kerja
1) Persiapan instrument, linen dan bahan lainnya ini di
laksanakan oleh Instrumenter dibantu oleh Omloop dan
Asisten 2.
2) Petugas mengetahui rencana tindakan operasi.
3) Bila diperlukan petugas bisa melihat langsung pasien
sehingga mendapatkan gambaran tentang segala kebutuhan
diruang operasi.
4) Petugas membagi tugas mempersiapkan instrument, linen
dan alat lain yang dibutuhkan pada saat operasi.
5) Instrument yang dibutuhkan dikeluarkan dari tempat
penyipanan dan di tempatkan sekaligus disusun di meja
mayo.
6) Linen dan bahan lain yang dibutuhkan dikeluarkan dari
tempat penyimpanan dan di tata rapi di troli yang
disediakan.
7) Instrument, linen dan bahan lainnya apabila sudah di
pakain, dipilah dan di cuci bagi instrument, dikeluarkan
bagi linen sesuai SOP yang berlaku
10. Set instrumen
Pembagian intrumen dibagi menjadi 4, di antaranya :
a. Instrument dasar (basic instrument)
Instrument dasar digunakan untuk pembedahan yang
sifatnya sederhana dan tidak memerlukan instrument tambahan.
1) Pinset anatomis (Tissue forceps) : 2 buah
2) Pinset chirurgis (Dissecting forceps) : 2 buah
3) Gunting metzembaum (Metzemboum scissor): 1 buah
4) Gunting jaringan (Surgical scissor) : 1 buah
5) Gunting lurus (Surgical scissor straiht) : 1 buah
6) Desinfeksi klem (washing and dressing forcep): 1 buah
7) Doek klem (towel klem) : 4 buah
8) Mosquito klem (Baby mosquito klem pean) : 2 buah
9) Klem pean bengkok (Forcep pean curve) : 3 buah
10) Klem kocher bengkok (Forcep kocher curve) : 10 buah
11) Alise klem (Allies clamp) : 2 buah
12) Hak tajam gigi 4 (wound hook sharp) : 2 buah
13) Langenbeck (Rectractor US army) : 2 buah
14) Nald volder ( Needle holder ) : 2 buah
15) Handle mess : 1 buah
b. Instrument tambahan
Instrument tambahan yang dimaksud adalah alat-alat yang
dipergunakan untuk tindakan pembedahan yang sifatnya
kompleks dalam macam pembedahan maupun jenis
pembedahan.
c. Linen Set
1) Duk besar :3
2) Duk sedang : 4
3) Duk kecil : 4
4) Duk kombinasi : 1
5) Duk lubang : 1
6) Scort/baju Operasi : 4
7) Sarung meja Mayo : 1
8) Perlak : 2
9) Handuk kecil : 4
d. Bahan Habis Pakai
1) Mess
2) Jarum
3) Benang jahit
4) Handscoun
5) Underpad
6) Sufratul
7) Sponsngostan
8) Urin bag
9) Kateter
10) Spuit
11) Betadine 10 %
12) NaCl 0,9 %
13) Jelly
14) Kassa
15) Hepavik

Anda mungkin juga menyukai