Anda di halaman 1dari 2

Path Goal theory (teori jalur tujuan) dari kepemimpinan telah dikembangkan untuk

menjelaskan bagaimana perilaku seorang pemimpin mempengaruhi kepuasan dan kinerja


bawahannya. Teori ini pertama kali diungkapkan oleh Evans (1970) dan House (1971).
House (1971) memformulasikan teori ini dengan versi yang lebih teliti dengan menyertakan
variabel situasional. Teori tersebut semakin dimurnikan oleh beberapa penulis seperti Evans
(1974); House dan Dessler (1974); House dan Mitchell (1974; dan House (1996).
Konsep Path Goal Theory of Leadership
Menurut model ini, pemimpin menjadi efektif karena efek positif yang mereka berikan
terhadap motivasi para pengikur, kinerja dan kepuasan. Teori ini dianggap sebagai path-goal
karena terfokus pada bagaimana pemimpim mempengaruhi persepsi dari pengikutnya tentang
tujuan pekerjaan, tujuan pengembangan diri, dan jalur yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan (Ivancevich, dkk, 2007:205).
Dasar dari path goal adalah teori motivasi ekspektansi. Teori awal dari path goal menyatakan
bahwa pemimpin efektif adalah pemimpin yang bagus dalam memberikan imbalan pada
bawahan dan membuat imbalan tersebut dalam satu kesatuan (contingent) dengan pencapaian
bawahan terhadap tujuan sepsifik.
Perkembangan awal teori path goal menyebutkan empat gaya perilaku spesifik dari seorang
pemimpin meliputi direktif, suportif, partisipatif, dan berorientasi pencapaian dan tiga sikap
bawahan meliputi kepuasan kerja, penerimaan terhadap pimpinan, dan harapan mengenai
hubungan antara usaha –kinerja-imbalan.
Model kepemimpinan jalur tujuan (path goal) menyatakan pentingnya pengaruh pemimpin
terhadap persepsi bawahan mengenai tujuan kerja, tujuan pengembangan diri, dan jalur
pencapaian tujuan. Dasar dari model ini adalah teori motivasi eksperimental. Model
kepemimpinan ini dipopulerkan oleh Robert House yang berusaha memprediksi ke-efektifan
kepemimpinan dalam berbagai situasi.
MACAM-MACAM GAYA KEPEMIMPINAN
Tiga gaya kepemimpinan yang pokok yaitu gaya kepemimpinan Otokratis, Demokratis,
Laissez faire.
1. Gaya Kepemimpinan Otokratis
Gaya kepemimpinan Otokratis ini meletakkan seorang pemimpin sebagai sumber
kebijakan. Pemimpin merupakan segala-galanya. Bawahan dipandang sebagai orang yang
melaksanakan perintah. Oleh karena itu bawahan hanya menerima instruksi saja dan tidak
diperkenankan membantah maupun mengeluarkan ide atau pendapat. Dalam posisi
demikian anggota atau bawahan tidak terlibat dalam soal keorganisasian. Pada tipe
kepemimpinan ini segala sesuatunya ditentukan oleh pemimpin sehingga keberhasilan
organisasi terletak pada pemimpin.
2. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Gaya kepemimpinan ini memberikan tanggungjawab dan wewenang kepada semua
pihak, sehingga ikut terlibat aktif dalam organisasi, anggota diberi kesempatan untuk
memberikan usul serta saran dan kritik demi kemajuan organisasi. Gaya kepemimpinan
ini memandang bawahan sebagai bagian dari keseluruhan organisasinya, sehingga
mendapat tempat sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia. Pemimpin
mempunyai tanggungjawab dan tugas untuk mengarahkan, mengontrol dan mengevaluasi
serta mengkoordinasi.
3. Gaya Kepemimpinan Laissez faire
Pada prinsipnya gaya kepemimpinan ini memberikan kebebasan mutlak kepada para
bawahan. Semua keputusan dalam pelaksanaan tugas dan pekerjaan diserahkan
sepenuhnya kepada bawahan. Dalam hal ini pemimpin bersifat pasif dan tidak
memberikan contoh-contoh kepemimpinan. (Ngalim Purwanto, 1992:48-50)

Anda mungkin juga menyukai