Anda di halaman 1dari 430

Kurnia Firdaus NIM : 4103810318012

MEMBANGUN MUTU PENDIDIKAN DALAM MENGHADAPI


PERKEMBANGAN ZAMAN

Kurnia Firdaus
SEKOLAH PASCA SARJANA UNINUS

Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk memberikan wawasan tentang perlunya membangun mutu
pendidikan agar bisa menunjang para peserta didik dalam menghadapiperkembangan
zaman. Mutu pendidikan pada abad 21 ini masih belum bisa membuat Negara ini menjadi
pencetak anak-anak yang mempunyai pemikiran yang terampil dalam bidang ilmu
pengetahuan, sosial, teknologi dan lain-lain. Negara kita yang saat ini tertinggal
khusunya dalam bidang teknologi yang dimana ketika kita masih memperbaiki mutu atau
meningkatkan mutu pendidikan sedangkan para Negara tetangga sudah mulai ikut serta
dalam perkembangan atau pasar dunia (global) yang membuat negaranya berkembang
dan maju dengan pesat seiring berkembangnya zaman pada abad ini. Dan saat ini kita
di hadapkan pada masalah pembangunan atau peningkatan mutu pendidikan yang
menjadi dasar pendidikan yang berpengaruh terhadap hasil atau output siswa yang di
cetak oleh sekolah atau perguruan tinggi yang harus bisa dan mampu menghadapi
tantangan zaman pada saat ini atau masa yang akan datang dalam semua bidang ilmu
pengetahuan dan mempunyai ahlak terpuji.

Kata kunci : mutu, pendidikan, pemikiran, siswa, zaman

A. Latar Belakang
Perkembangan pemikiran atau tingkat kecerdasaran seseorang atau anak
dipengaruhi oleh banyak nya faktor yang ada di sekeliling nya atau sekitar ruang lingkup
kehidupannya, yaitu salah satu faktornya adalah bidang pendidikan. Pendidikan yang
menjadi dasar atau bekal kehidupan bagi anak manusia yang akan menjalani kehidupan
di dunia atau kita katakan dalam bermasyarakat atau berinteraksi dengan anak manusia
lainnya. Jika salah satu anak mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang ternilai
bagus atau kompeten maka salah satu penyebabnya adalah kualitas atau mutu pendidikan
yang di berikan atau pendidikan yang sudah di lalui oleh anak tersebut. Di dalam kasus
seperti ini kita dapat menyimpulkan bahwa kecerdasan atau keterampilan anak dapat di
tingkatkan dengan mutu pendidikan yang bisa di sesuaikan dengan jaman atau waktu
yang akan di hadapi oleh anak didik. Dan masih banyakcontoh kasus yang lainnya bukan
hanya di bidang keagamaan.

1
Membangun Mutu Pendidikan Dalam Menghadapi Perkembangan Zaman
Kurnia Firdaus NIM : 4103810318012

Pentingnya mutu pendidikan di karenakan tujuan Negara yaitu salah satunya


tercantum dalam UUD 1945 Mencerdaskan Kehidupan Bangsa, maka dari itu mutu
pendidikan harus bisa di sesuaikan dengan apa yang di butuhkan oleh anak bangsa dalam
menghadapi perkembangan zaman yang percepatan perkembangan nya per-tahun
khususnya dalam dunia iptek atau teknologi. Dan salah satu upaya pemerintah dalam
menghadapi perkembnagan zaman yaitu dengan di dirikannya sekolah-sekolah kejuruan
yang berbasis teknologi. Pemerintah berharap anak bangsa bisa mendapatkan pekerjaan
ketika lulus sekolah menengah atas (sma/smk). Dan yang menjadi permasalahannya
pemerintah terlalu fokus terhadap output siswa ketika keluar harus kerja dan lupa dengan
nilai-nilai dalam pendidikan yang seharusnya siswa dapat menciptakan atau berinovasi,
para siswa/siswi terlalu fokus dengan bagaimana caranya bekerja, bagaimana caranya
agar cepat dapat kerja dan mereka lupa salah satu tujuan utama Negara dalam UUD 1945
Mencerdaskan Kehidupan Bangsa yang mengandung arti kata tersebut adalah
peningkatan pemikiran atau keterampilan yang dimiliki siswa dapat atau mampu
bermanfaat bagi dirinya, orang lain atau bahkan Negara dan dunia. Presiden RI ke 5
Bapak Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Ibu Negara Ani Bambang Yudhoyono
pada acara silaturahmi bersama para teladan nasional, di JI Expo Jakarta (Senin,
18/8/2014): “Bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang kuat bila memiliki anak-anak
bangsa yang cerdas, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki akhlak yang
baik, dan budi pekerti yang luhur”.
Kata ”Mencerdaskan Kehidupan Bangsa” itu mempunyai arti yang dalam dan makna
yang sangat banyak, jadi semua anak bangsa harus cerdas, terampil, berahlak mulia, dan
mempunyai sikap sosial yang baik dalam menjalani kehidupanya, maka dari itu mutu
pendidikan khususnya di Indonesia harus bisa mencakup atau memberikan pemahaman
tentang apa yang menjadi salah satu tujuan Negara .
Negara kita pada abad ini masih belum bisa mengikuti atau ikut bersaing dalam dunia
global di bidang sains, ilmu pengetahuan, teknologi dan lain sebagainya. Negara ini
belum mampu mecetak atau mengeluarkan peserta didik yang berkompeten di semua
bidang ilmu pengetahuan atau pendidikan, dan kalah bersaing dengan Negara yang berada
di limgkup asia seperti jepang yang sudah bisa membuat atau menciptkan teknologi dan
gagasan-gagasan ide baru yang membuat Negara tersebut bisa berkembang dan maju.
Memang tidak semua nya kesalahantentang ketertinggalan ini menjadi sepenuhnya

2
Membangun Mutu Pendidikan Dalam Menghadapi Perkembangan Zaman
Kurnia Firdaus NIM : 4103810318012

tanggung jawab bidang pendidikan (sekolah/perguruan tinggi), namun sebagai salah satu
yang berperan penting dalam menciptakan atau mencetak bahkan mencerdaskan
kehidupan bangsa sekolah atau bidang poendidikan lainnya seperti perguruan tinggi
untuk membangun mutu pendidikan dalam menghadapi perkembangan zaman yang
terjadi dalam abad ini. Dalam kasus yang terjadi saat ini peran pendidikan dalam
menghadapi perkembangan zaman yang di tuntut untuk bisa memberikan pola
pembelajaran yang bisa di sesuaikan atau bisa di terapkan ketika para siswa berada di
lingkungannya, salah satu upayanya yaitu bisa dengan peningkatan mutu pendidikan yang
sesuai dengan standar nasional yang di dalam visi dan misi sekolah atau perguruan tinggi
tujuannya adalah untuk membangun atau meningkatkan mutu pendidikan.

B. Landasan Teori
1. Mutu Pendidikan
Pengertian mutu pendidikan dapat di lihat dari dua sisi, yaitu segi normatif dan segi
deskriptif. Dalam arti normatif, mutu pendidikan mutu ditentukan berdasarkan
pertimbangan intristik dan ekstrinsik. Berdasarkan kriteria intrisik, mutu
pendidikan yakni manusia yang terdidik sesuai standar ideal. Sedangkan
berdasarkan kriteria ekstrinsik, pendidikan merupakan instrument untuk mendidik
tenaga kerja yang terlatih. Adapun dalam arti deskriptif, mutu ditentukan
berdasarkan keadaan senyatanya misalanya hasil tes prestasi belajar.

2. Perkembangan zaman
Perkembangan adalah perubahan yang progesif dan kontinyu
(berkesimnambungan) dalam diri individu mulai lahir sampai mati. Pengertian
lainnya yaitu : Perubahan – perubhan yang dialami individu atau organisme menuju
tingkat kedewasaannya yang berlangsung secara sistematis, progesif, dan
berkesinambungan baik menyangkut fisik maupun psikis.
A. Sistematis adalah perubahan dalam perkembangan itu bersifat saling
ketergantungan atau saling mempengaruhi antara bagian – bagian organisme
(fisik & psikis) dan merupakan satu kesatuan yang harmonis.
B. Progesif : perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat, dan mendalam baik
secara kuantitatif (fisik) maupun kualitatif (psikis)

3
Membangun Mutu Pendidikan Dalam Menghadapi Perkembangan Zaman
Kurnia Firdaus NIM : 4103810318012

C. Berkesinambungan : perubahan pada bagian atau fungsi organisme


berlangsung secara beraturan. Ciri – ciri perkembangan secara umum yaitu :
1. Terjadinya perubahan dalam aspek fisik (perubahan berat badan dan organ-
organ tubuh) dan aspek psikis (matangnya kemampuan berpikir,
mengingat, dan berkreasi)
2. Terjadinya perubahan dalam proporsi; aspek fisik (proporsi tubuh anak
beubah sesuai dengan fase perkembangannya) dan aspek psikis (perubahan
imajinasi dari fantasi ke realitas)
3. Lenyapnya tanda-tanda yang lam; tanda - tanda fisik (lenyapnya kelenjar
thymus (kelenjar anak-anak) seiring bertambahnya usia) aspek psikis
(lenyapnya gerak-gerik kanak-kanak dan perilaku impulsif).
4. Diperolehnya tanda-tanda yang baru; tanda-tanda fisik (pergantian gigi dan
karakter seks pada usia remaja) tanda-tanda psikis (berkembangnya rasa
ingin tahu tentang pengetahuan, moral, interaksi dengan lawan jenis

C. Pembahasan
1. Komponen Mutu Pendidikan
Komponen-komponen yang terkait dengan mutu pendidikan adalah :
a. Kesiapan dan motivasi belajar siswa
b. Kemampuan guru dalam organisasi sekolah
c. Kurikulum yang meliputi relevansi isi dan operasional proses pembelajaran
d. Sarana dan prasarana meliputi kecukupan dan keefektifan dalam mendukung
proses pembelajaran
e. Partisifasi masyarakat (orangtua, lingkunganvpengguna lulusan dan
perguruan tinggi) dalam pengembangan program-program pendidikan
sekolah
2. Pendekatan Mutu Pendidikan
a. Pendekatan yang perlu diperhatikan dalam peningkatan mutupendidikan
yaitu pertama, perbaikan secara terus-menerus (continuous improvement).
Konsep ini mengandung pengertian bahwa pihak pengelola senantiasa
melakukan berbagai perbaikan dan peningkatan secara terus-menerus untuk
menjamin semua komponen penyelenggara pendidikan telah mencapai
standar mutu yang telah ditetapkan. Konsep ini senantiasa memperbaharui

4
Membangun Mutu Pendidikan Dalam Menghadapi Perkembangan Zaman
Kurnia Firdaus NIM : 4103810318012

proses pendidikan berdasarkan kebutuhan dan tuntutan pelanggan. Jika


tuntutan dan kebutuhan pelanggan berubah, maka pihak pengelola institusi
pendidikan dengan sendirinya akan merubah mutu, serta selalu
memperbaharui komponen produksi atau komponen-komponen yang ada
dalam institusi pendidikan.
b. Menentukan standar mutu (quality assurance). Paham ini digunakan untuk
menetapkan standar-standar mutu dari semua komponen yang bekerja dalam
proses produksi atau transformasi lulusan institusi pendidikan. Standar mutu
pendidikan misalnya dapat berupa pemilikan atau akuisisi kemampuan dasar
pada masing-masing bidang pembelajaran, dan sesuai jenjang pendidikan
yang ditempuh. Selain itu, pihak manajemen juga harus menentukan standar
mutu materi kurikulum dan standar evaluasi yang akan dijadikan sebagai alat
untuk mencapai standar kemampuan dasar.Standar mutu proses pembelajaran
harus pula ditetapkan, dalam arti bahwa pihak manajemen perlu menetapkan
standar mutu proses pembelajaran yang diharapkan dapat berdaya guna untuk
mengoptimalkan proses produksi dan untuk melahirkan produk yang sesuai,
yaitu yang menguasai standar mutu pendidikan berupa penguasaan standar
kemampuan dasar. Pembelajaran yang dimaksud sekurang-kurangnya
memenuhi karakteristik; menggunakan pendekatan pembelajaran pelajar
aktif (student active learning), pembelajaran kooperatif dan kolaboratif,
pembelajaran konstruktif, dan pembelajaran tuntas (master learning).
c. Perubahan kultur (change of culture). Konsep ini bertujuan membentuk
budaya organisasi yang menghargai mutu dan menjadikan mutu sebagai
orientasi semua komponen organisasi. Jika manajemen ini ditetapkan di
institusi pendidikan, makapihak pimpinan harus berusaha membangun
kesadaran para anggotanya, mulaidari pemimpin, staf, guru, siswa, dan
berbagai unsur terkait, seperti pemimpin yayasan, orang tua, dan para
pengguna lulusan pendidikan akan pentingnya mempertahankan dan
meningkatkan mutu pembelajaran, baik mutu hasil maupun proses
pembelajaran
d. Perubahan organisasi (upside-down organization). Jika visi dan misi, serta
tujuan organisasi sudah berubah atau mengalami perkembangan, maka sangat

5
Membangun Mutu Pendidikan Dalam Menghadapi Perkembangan Zaman
Kurnia Firdaus NIM : 4103810318012

dimungkinkan terjadinya perubahanorganisasi. Perubahan organisasi ini


bukan berarti perubahan wadah organisasi, melainkan sistem atau struktur
organisasi yang melambangkan hubungan-hubungan kerja struktur organisasi
dan pengawasan dalam organisasi. Perubahan ini menyangkut perubahan
kewenangan, tugas-tugas dan tanggung jawab. Misalnya, dalam kerangka
manajemen berbasis sekolah, struktur organisasi dapat berubah terbalik
dibandingkan struktur konvensional. Jika dalam struktur konvensional
berturut-turut dari atas ke bawah; senior manager, middle manager, teacher
dan support staff; sedangkan struktur yang baru, berupastruktur organisasi
layanandari atas kebawah berturut-turut; learner, team, teacher and support,
staff, dan leader.
e. Mempertahankan hubungan dengan pelanggan (keeping close to the
costumer). Karena organisasi pendidikan menghendaki kepuasan pelanggan,
maka perlunya mempertahankan hubungan baik dengan pelanggan menjadi
sangat penting. Dan inilah yang dikembangkan dalam unit public relations.
Berbagai informasi antara organisasi pedidikan dan pelanggan harus terus-
menerus dipertukarkan, agar institusi pendidikan senantiasa dapat melakukan
perubahan-perubahan atau improvisasi yang diperlukan, terutama
berdasarkan perubahan sifat dan pola tuntutan serta kebutuhan pelanggan.
Bukan hanya itu, pelanggan juga diperkenankan melakukan kunjungan,
pengamatan, penilaian dan pemberian masukan kepada institusi pendidikan.
Semua masukan itu selanjutnya akan diolah dalam rangka mempertahankan
dan meningkatkan mutu proses dan hasil-hasil pembelajaran. Dan yang perlu
diperhatikan adalah bahwa dalam manajemen berbasis sekolah, guru dan
stafjustru dipandang sebagai pelanggan internal, sedangkan pelajar, termasuk
orang tua pelajar dan masyarakat umum, termasuk pelanggan eksternal.
Maka, pelanggan baik internal maupun eksternal harus dapat terpusatkan
melalui interval kretaif pimpinan institusi pendidikan.
3. Penerapan Prinsip Good Governance
Prinsip-prinsip asuhan/bimbingan/penyuluhan yang baik dan benar (good
governance)dapat diterapkan melalui beberapa hal :
a. Akuntabilitas (adanya rasa tanggung jawab)

6
Membangun Mutu Pendidikan Dalam Menghadapi Perkembangan Zaman
Kurnia Firdaus NIM : 4103810318012

b. Keterbukaan (transparansi)
c. Membuka peran serta semua pihak (partisipasi)
d. Kesederajatan/kesetaraan (equality)
e. Kepekaan/kesegaran merespon (responsiveness) terhadap semua tuntutan
pelayanan/pelaksanaan yang wajib dan rasional.
f. Pentaatan/pelaksanaan hukum (rule of law)
g. Efisiensi dan efektifitas dalam menentukan setiap pekerjaan.
h. Visi strategik/memandang jauh ke depan dalam hal-hal yang paling
strategikdan menentukan.
i. Profesionalisme dalam melakukansemua pekerjaan.
j. Entrepreneurship dalam setiap melakukan pekerjaan secara kreatif, berani
memikul risiko yang tak dapat diasuransikan, siap menghadapi perubahan
dan memandang jauh ke depan.
k. Budaya organisasi terdiri dari prinsip menjunjung nilai-nilai organisasi
pemerintahan daerah, lembaga pemerintahan, lembaga pendidikan dan
seluruh aparatur penyelenggara otonom daerah/otonom pendidikan, sebgai
wadah pengembangan nilai-nilai kebersamaan, koordinasi dan keterpaduan
kerja; kepedulian terhadap visi, misi, tujuan, fungsi, arah, strategi, kebijakan
dan program-program yang sudah menjadi keputusan bersama.
l. Budaya kerja mencermati seluruh uraian, wewenang, dan tanggung jawab
secara tepat waktu, tepat perilaku, tepat orang, tepat jabatan (the right man in
the right place), tepat sasaran, tepat anggaran
Prinsip-prinsip di atas adalah salah satu upaya dalam melaksanakan peningkatan
atau pembangunan mutu pendidikan untuk meningkatkan dan membnagun mutu
pendidikan agar proses tercapainya tujuan dan sasaran yang diharapkan cepat
terealisasi. Dalam peningkatannnya komitmen dan kepedulian terhadap mutu
pendidikan yang harus di tingkatkan atau diperkuat oleh semua daerah di seluruh
Indonesia.
Data yangmenunjukan perkembangan atau peningkatan jumlah-jumlah lembaga
kependidikan (dasar, menengah, dan tinggi), namum peningkatan jumlah tersebut
tidak disertai dengan peningkatan mutu pendidikan yang signifikan. Oleh karena
itu peningkatan atau pembangunan mutu pendidikan harus di tangani dan di

7
Membangun Mutu Pendidikan Dalam Menghadapi Perkembangan Zaman
Kurnia Firdaus NIM : 4103810318012

realisasikan secepat mungkin agar bisa mengikuti perkembangan zaman yang


sedan terjadi pada abad 21 ini.
4. Penerapan Aspek Efisiensi Internal Pendidikan
Upaya untuk meningkatkan efisiensi internal pendidikan mengharuskan para
manajer otonomi pendidikan memfokuskan perhatiannya pada tiga hal:
a. Faktor input pendidikan
b. Faktor proses pendidikan
c. Fakto routput pendidikan
Dari ketiga faktor efisiensi internal pendidikan tersebut maka faktor-faktor
tersebut yang meliputi Unsur-unsur sebagai berikut :
1) Unsur SDM berupa jumlah dan mutu guru, pelatih, instruktur dan semua
orang yang berfungsi sebagai fasilitator pendidikan
2) Unsur mutu dan peran serta stake holderspendidikan (peserta didik, siswa,
orang tua, peran serta masyarakat)
3) Unsur pendanaan/pembiayaan pendidikan yang memungkinkan semua
program pendidikan di lembaga pendidikan/ sekolah dapat berlangsung.
4) Unsur prasarana dan sarana (tanah, bangunan gedung, perpustakaan
sekolah, laboratotium, pusat sumber belajar)
5) Unsur teknologi yang diterapkan dan deprogram serta dimiliki oleh lembaga
pendidikan seperti: sarana computer, media pembelajaran, orientasi guru
terhadap penerapan teknologi.
6) Unsur kurikulum/program pendidikan berikut seluruh agenda dan program
pendidikan dan pembelajaran yang diberlakukan di lembaga pendidikan
7) Unsur lingkungan lembaga pendidikan baik lingkungan alam (gunung,
bukit, lembah, pantai, pedalaman, hutan, persawahan, pertambakan, dsb)
8) Unsur reputasi dan prestasi lembaga pendidikan yang memicu dan
mendorong semangat belajar para siswa dan masyarakat sekitarnya.
9) Unsur waktu belajar dan pembelajaran yang sesuai dengan rancangan
kurikulum dan agenda/program pembelajaran.
Unsur input ini sangat menentukan bagi kelangsungan faktor berikutnya yaitu
faktorproses pendidikan (belajar dan pembelajaran) yang meliputi unsur-unsur
sebagai berikut:

8
Membangun Mutu Pendidikan Dalam Menghadapi Perkembangan Zaman
Kurnia Firdaus NIM : 4103810318012

1) Unsur model pendekatan dan metode pembelajaran yang diterapkan oleh


guru dan lembaga pendidikan yang bersangkutan.
2) Unsur pendayagunaan waktu tersedia secara efisien dan efektif.
3) Unsur orientasi dan wawasan belajar dan pembelajaran yang
disosialisasikan di kelas dan dalam forum belajar mengajar.
4) Unsur pendayagunaan kurikulum dan ekstra kurikulum di dalam dan di luar
proses belajar mengajar.
5) Unsur paradigma baru yang diterapkan dalam pendekatan belajar dalam arti
belajar yang lebih inovatif, kreatif, adaptif, dan generik. Faktor input dan
proses akan menentukan faktor output yang juga meliputi unsur-unsur
sebagai berikut:
1) Tepat waktu atau lebih cepat dari waktu program belajar dan
pembelajaran yang ditetapkan.
2) Hasil pendidikan dan lulusan siap kerja melanjutkan pendidikan pada
jenjang berikutnya.
3) Para orang tua dan seluruh stake holders pendidikan merasakan hasilnya
sesuai yang diharapkan.
4) Para lulusan berhasil mendapatkan predikat kelulusan sesuai tuntutan
kompetensi yang ditetapkan dalam tujuan program.
5) Jumlah peserta didik yang tak berhasil sangat minim dibandingkan
mereka yang berhasil.
6) Hasil/output pendidikan dicapai dengan biaya yang sesuai dengan
norma-norma efisiensi, efektifitas, dan produktifitas.
Unsur-unsur yang diuraikan di atas adalah merupakan pembahasan tentang
efisiensi internal pendidikan.
5. Penerapan Aspek Efisiensi Eksternal Pendidikan
Aspek ini juga sangat menentukan pencapaian mutu pendidikan yang meliputi
faktor-faktor sebagi berikut:
a. Faktor manfaat/kegunaan (benefit) output pendidikan
b. Faktor dampak atau pengaruh (impact) hasil pendidikan Faktor manfaat hasil
pendidikan terdiri dari beberapa unsuryaitu :

9
Membangun Mutu Pendidikan Dalam Menghadapi Perkembangan Zaman
Kurnia Firdaus NIM : 4103810318012

1) Manfaat bagi stake holders pendidikan (peserta didik, orang tua,


masyarakat, dunia usaha, pengguna lulusan pendidikan.
2) Manfaat bagi dunia kerja dan pasar kerja dalam memenuhi SDM yang siap
pakai, kompeten, dan bermutu.
3) Manfaat bagi lembaga pendidikan sebagai bukti pencapaian reputasi yang
positif selaku lembaga penghasil SDM yang bermutu.
4) Manfaat bagi daerah/wilayah dengan tersedianya SDM yang lebih terdidik
(better well educated human resources)
Faktor dampak hasil lulusan adalah segala betuk, dampak, pengaruh, dan
konsekuensi output lulusan lembaga pendidikan terhadap:
1) Kehidupan sosial masyarakat
2) Kehidupan kultural
3) Kehidupan ekonomi
4) Kehidupan politik lokal/nasional
5) Kehidupan keamanan/ketentraman masyarakat

10
Membangun Mutu Pendidikan Dalam Menghadapi Perkembangan Zaman
Kurnia Firdaus NIM : 4103810318012

SIMPULAN

Dari semua uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek, faktor-faktor,


unsur-unsur, komponen-komponen, pendekatan-pendekatan yang menentukan
bagaimana cara membangun dan meningkatkan mutu pendidikan sangat luas,
kompleks, dan rumit. Disinilah timbul tantangan yang cukup luas dan kompleks bagi
para para pengelola institusi pendidikan untuk menyelenggarakan tugas, wewenang,
dan tanggung jawabnya bagi peningkatan mutu pendidikan di wilayah masing-
masing, khususnya pemerintah negara.
1. Upaya pemberdayaan dan peningkatan kapasitas kelembagaan dengan
berpedoman kepada 8 tema dan prinsip good govermance yang menjadi kaidah
yang normative untuk merealisasikan seluruh program desentralisasi dan
otonomi daerah khususnya bidang pendidikan.
2. Upaya penerapan aspek efisiensi internal pendidikan dengan fokus : input, proses
dan output.
3. Upaya penerapan aspek eksternal pendidikan dengan memperhatikan faktor
manfaat dan dampak dari hasil pendidikan.
4. Upaya merealisasikan komponen dan prinsip-prinsip yang terkait dengan
peningkatan mutu pendidikan.
5. Upaya memperhatikan pendekatan-pendekatan dalam peningkatan mutu
pendidikan.

11
Membangun Mutu Pendidikan Dalam Menghadapi Perkembangan Zaman
Kurnia Firdaus NIM : 4103810318012

DAFTAR PUSTAKA

Arcaro, Jaromes, 2001. Pendidikan Berbasis Mutu; Prinsip–prinsip Perumusan dan Tata
Langkah Penerapan, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Darmaningtyas, dkk, 2004. Membongkar Ideologi Pendidikan; Jelajah Undang-undang
Sistem Pendidikan Nasional,Yogyakrta : Ar-Ruzz. Media.
Engkoswara & Aan Komariah, 2010. Administrasi Pendidikan, Bandung: Alfabeta
Imam Chourmain, 2007. Kompilasi Manajemen Otonomi Pendidikan, Jakarta : Pasca
Sarjana Universitas Negeri Jakarta.
Nurcholis, Hanif, 2007. Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah, Jakarta
: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Sallis, Edward, 2010. Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan, Jogjakarta: IRCISoD.
Umiarso & Gojali, Imam, 2010. Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan,
Jogjakarta: IRCISoD

12
Membangun Mutu Pendidikan Dalam Menghadapi Perkembangan Zaman
Mukhamad Yusuf Sukandar NIM : 4103810318025

MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM PENDIDIKAN ABAD 21

Mukhamad Yusuf Sukandar


SEKOLAH PASCA SARJANA UNINUS

Abstrak
Di abad 21 telah terjadi transformasi besar pada aspek sosial, ekonomi, politik
dan budaya yang didorong oleh empat kekuatan besar yang saling terkait yaitu kemajuan
ilmu dan teknologi, perubahan demografi, globalisasi, dan lingkungan (Mulford, 2008).
Sebagai contoh, kemajuan teknologi komunikasi dan biaya transportasi yang semakin
murah telah memicu globalisasi dan menciptakan ekonomi global, komunitas global, dan
juga budaya global. Menurut Beare, masyarakat industrial berubah menjadi masyarakat
pengetahuan (Lahamuddin, 2011). Perubahan lingkungan misalnya pemanasan global
telah berdampak pada kebutuhan peningkatan kesadaran dan tanggung jawab
masyarakat terhadap lingkungan. Kekuatan-kekuatan ini juga berdampak pada dunia
pendidikan khususnya persekolahan (Mulford, 2008).
Perubahan tersebut berimplikasi pada berkembangnya tuntutan profesionalitas
guru. Guru profesional abad 21 dengan standar kompetensi guru abad 21 bukanlah guru
yang sekadar mampu mengajar dengan baik. Guru profesional abad 21 adalah guru yang
mampu menjadi pembelajar sepanjang karir untuk peningkatan keefekfifan proses
pembelajaran siswa seiring dengan perkembangan lingkungan; mampu bekerja dengan,
belajar dari, dan mengajar kolega sebagai upaya menghadapi kompleksitas tantangan
sekolah dan pengajaran; mengajar berlandaskan standar profesional mengajar untuk
menjamin mutu pembelajaran; serta memiliki kemampuan berkomunikasi, baik langsung
maupun menggunakan teknologi secara efektif dengan orang tua murid untuk mendukung
pengembangan sekolah.

Kata Kunci : Guru professional abad 21, standar professional mengajar, mutu
pembelajaran

PENDAHULUAN
Di abad 21, pekerjaan guru merupakan pekerjaan yang kompleks dan tidak mudah
seiring dengan perubahan besar dan cepat pada lingkungan sekolah yang didorong oleh
kemajuan ilmu dan teknologi, perubahan demograsi, globalisasi dan lingkungan.
Kompetensi Guru abad 21, guru profesional tidak lagi sekadar guru yang mampu
mengajar dengan baik, melainkan guru yang mampu menjadi pembelajar dan agen
perubahan sekolah, dan juga mampu menjalin dan mengembangkan hubungan untuk
peningkatan mutu pembelajaran di sekolahnya. Untuk itu, guru membutuhkan
pengembangan profesional yang efektif yaitu pembimbingan.

13
Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Pendidikan Abad 21
Mukhamad Yusuf Sukandar NIM : 4103810318025

Secara konseptual guru sebagai tenaga profesional harus memenuhi berbagai


persyaratan kompetensi untuk menjalankan tugas dan kewenangannya secara profesional,
sementara kondisi riil di lapangan masih sangat memprihatinkan, baik secara kuantitas,
kualitas maupun profesionalitas guru. Persoalan ini masih ditambah adanya berbagai
tantangan ke depan yang masih kompleks di era global ini.
Secara umum, sebagaimana diungkapkan oleh Tilaar (Febryani, 2012), pada masa
Pembangunan Jangka Panjang (PJP) II, masyarakat tidak dapat lagi menerima guru yang
tidak profesional. Hal ini sesuai dengan rekomendasi UNESCO, yang ditekankan pada
tiga tuntutan yaitu:
1. Guru harus dianggap sebagai pekerja profesional yang memberi layanan kepada
masyarakat.
2. Guru dipersyaratkan menguasai ilmu dan keterampilan spesialis
3. Ilmu dan keterampilan tersebut diperoleh dari pendidikan yang mendalam dan
berkelanjutan.
Bertitik tolak dari rekomendasi tersebut serta profil guru pada saat ini, seharusnya
guru pada abad 21 benar-benar merupakan guru yang profesional, agar mampu
menghadapi tantangan abad 21. Untuk itu, kompetensi kepribadian, kompetensi
profesional, dan kompetensi sosial, serta kompetensi pedagogik seorang guru perlu
dikembangkan sehingga mampu mendidik siswa yang mempunyai kemampuan
memprediksi dan menanggulangi.
Di sisi lain, tugas-tugas guru yang bersifat profesional harus ditunjang oleh sistem
penghargaan yang sesuai, sehingga guru mampu memfokuskan diri pada peningkatan
kualitas layanan yang diberikan. Hal ini sejalan dengan kriteria pekerjaan profesional
yang menyebutkan bahwa guru berhak mendapat imbalan yang layak, bukan hanya dalam
bentuk materi, tetapi juga dalam bentuk penghargaan, hormat, dan rasa segan masyarakat
terhadap guru.

Tantangan Guru Abad 21


Guru pada abad 21 dan abad selanjutnya ditantang untuk melakukan akselerasi
terhadap perkembangan informasi dan komunikasi. Pembelajaran di kelas dan
pengelolaan kelas, pada abad ini harus disesuaikan dengan standar kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi.
Menurut Sutamto (2010), terdapat 7 tantangan guru di abad 21, yaitu :

14
Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Pendidikan Abad 21
Mukhamad Yusuf Sukandar NIM : 4103810318025

1. Teaching in multicultural society, mengajar di masyarakat yang memiliki beragam


budaya dengan kompetensi multi bahasa.
2. Teaching for the construction of meaning, mengajar untuk mengkonstruksi makna
(konsep).
3. Teaching for active learning, mengajar untuk pembelajaran aktif.
4. Teaching and technology, mengajar dan teknologi.
5. Teaching with new view about abilities, mengajar dengan pandangan baru mengenai
kemampuan.
6. Teaching and choice, mengajar dan pilihan.
7. Teaching and accountability, mengajar dan akuntabilitas.
Lebih lanjut, Yahya (Sarjanaku, 2010) menambahkan tantangan guru di Abad 21 yaitu:
1. Pendidikan yang berfokus pada character building
2. Pendidikan yang peduli perubahan iklim
3. Enterprenual mindset
4. Membangun learning community
5. Kekuatan bersaing bukan lagi kepandaian tetapi kreativitas dan kecerdasan bertindak
(hard skills- soft skills).

Tuntutan Profesionalitas Guru Abad 21


Tuntutan dunia internasional terhadap tugas guru memasuki abad ke-21 tidaklah
ringan. Guru diharapkan mampu dan dapat menyelenggarakan proses pembelajaran yang
bertumpu dan melaksanakan empat pilar belajar yang dianjurkan oleh Komisi
Internasional UNESCO untuk Pendidikan, yaitu :
 learning to know
 learning to do
 learning to be
 learning to live together
Jika dicermati keempat pilar tersebut menuntut seorang guru untuk kreatif,
bekerja secara tekun dan harus mampu dan mau meningkatkan kemampuannya.
Berdasarkan tuntutan tersebut seorang guru akhirnya dituntut untuk berperan lebih aktif
dan lebih kreatif.
1. Guru tidak hanya menguasai ilmu pengetahuan sebagai produk, tetapi terutama
sebagai proses. Dia harus memahami disiplin ilmu pengetahuan yang ia tekuni

15
Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Pendidikan Abad 21
Mukhamad Yusuf Sukandar NIM : 4103810318025

sebagai ways of knowing. Karena itu lebih dari sarjana pemakai ilmu pengetahuan
tetapi harus menguasai epistimologi dari disiplin ilmu tersebut.
2. Guru harus mengenal peserta didik dalam karakteristiknya sebagai pribadi yang
sedang dalam proses perkembangan, baik cara pemikirannya, perkembangan sosial
dan emosional, maupun perkembangan moralnya.
3. Guru harus memahami pendidikan sebagai proses pembudayaan sehingga mampu
memilih model belajar dan sistem evaluasi yang memungkinkan terjadinya proses
sosialisasi berbagai kemampuan, nilai, sikap, dalam proses memperlajari berbagai
disiplin ilmu.
Pelaksanaan kurikulum 2013 merupakan langkah awal bagi perubahan mindset
dunia pendidikan di Indonesia. Pembelajaran yang terpusat pada guru sudah tidak relevan
dengan tuntutan zaman. Perkembangan zaman yang sangat pesat dengan berbagai
penemuan IPTEK mutakhir mendorong manusia mengembangkan berbagai kompetensi
diri, baik pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Era revolusi industri bukanlah hal
yang mudah bagi negara berkembang jika tidak dapat menyiapkan diri dalam menghadapi
tantangan. Begitu pula dengan dunia pendidikan di Indonesia harus siap di dalam
menghadapi perkembangan zaman termasuk era revolusi industri. Pendidikan harus
mampu mendorong pengembangan skills abad 21 yang dibutuhkan. Oleh sebab itu,
berbagai elemen pendidikan harus disiapkan, baik kurikulum, siswa, guru, media,
maupun perangkat pembelajaran.
Implementasi kurikulum 2013 tidak dapat terlepas dari upaya pemerintah untuk
mengembangkan kualitas pendidikan di Indonesia. Hal tersebut terbukti pada revisi
kurikulum 2013, adanya beberapa perbaikan terkait hubungan KI dan KD. Perencanaan
RPP juga menekankan pada munculnya kemampuan abad 21 yaitu penguatan pendidikan
karakter (PPK), Literasi, 4C (creative, critical thinking, communicative, collaborative)
terintegrasi dengan HOTS (Higher Order Thinking Skill). Agar dapat menjalankan
kurikulum 2013 edisi revisi 2017, maka guru tidak hanya membutuhkan kompetensi yang
baik. Guru juga dituntut untuk kreatif dan inovatif supaya dapat mengelola pembelajaran
abad 21 dengan baik.
Belum tuntas kesulitan guru pada implementasi kurikulum 2013 sebelumnya,
sekarang guru harus mempelajari sesuatu yang baru lagi. Kenyataan implementasi
kurikulum 2013 ini memang tidak terlepas dari rendahnya sumber daya manusia (SDM)

16
Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Pendidikan Abad 21
Mukhamad Yusuf Sukandar NIM : 4103810318025

guru pada tahap implementasi di lapangan. Oleh sebab itu, berbagai diklat dan pelatihan
dilakukan oleh pemerintah. Namun, faktanya hal tersebut belum berhasil secara optimal.
Hasil diklat dan pelatihan seringkali tidak membekas dalam keseharian aktivitas guru.
Hal inilah yang mendasari perlunya perbaikan yang menitikberatkan kepada kondisi riil
di lapangan, mulai dari kondisi di kelas, sekolah, dan guru. Segala permasalahan dan
kendala yang dialami oleh guru pada taraf implementasi di lapangan harus diakomodir
sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Berbagai upaya dapat dijadikan solusi di dalam memperbaiki kualitas SDM guru.
Namun, langkah-langkah yang selama ini diambil masih bersifat up to bottom sehingga
belum mengakomodir kebutuhan pengembangan SDM guru di berbagai daerah yang
karakteristiknya berbeda. Oleh sebab itu, pola pengembangan kompetensi perlu bersifat
bottom to up, di mana daerah mengakomodir setiap instansi pendidikan untuk
menganalisis setiap permasalahan dan kendala yang dialami. Pengembangan SDM guru
dengan pola ini dapat dilakukan dengan menekankan pada Program Pembimbingan
melalui pemberdayaan KKG (Kelompok Kerja Guru) sehingga tercipta suatu kolaborasi
yang berorientasi pada pengembangan diri guru untuk mengatasi setiap permasalahan
yang dihadapi dan meningkatkan kualitas profesi secara kolegatif, kontinyu, dan
komprehensif.
Pembelajaran abad 21 tentunya juga menuntut pengembangan guru untuk
memiliki kompetensi yang mumpuni, di antaranya kesadaran guru pada perubahan dasar
kehidupan manusia yang senantiasa berinteraksi dengan teknologi. Oleh sebab itu,
seorang guru juga harus mampu menguasai perkembangan teknologi dengan baik. Di sisi
lain, seorang guru juga menjadi teladan sosial yang harus mampu memperhatikan
kesadaran dan tanggung jawab sosial dalam profesinya. Di dalam konteks pembelajaran
abad 21 maka seorang guru abad 21 harus mampu mengajar dengan mendorong
kemandirian di dalam mengkonstruk pengetahuan melalui pengalaman nyata. Oleh sebab
itu, berbagai model dan metode pembelajaran harus dikembangkan untuk memfasilitasi
belajar siswa. Guru profesional abad 21 senantiasa berkolaborasi untuk menciptakan
inovasi dan mengembangkan kreatifitas yang menunjang karir profesi melalui peran
KKG serta kegiatan-kegiatan penunjang lainnya. Pemanfaatan E-Literasi juga perlu
ditingkatkan sebagai salah satu metode yang dapat digunakan untuk pengembangan
pengetahuan dan wawasan guru. Dalam konteks ini, kesadaran dan tanggung jawab penuh

17
Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Pendidikan Abad 21
Mukhamad Yusuf Sukandar NIM : 4103810318025

seorang guru dibutuhkan untuk memahami perubahan dan tantangan zaman yang tidak
dapat dihindarkan. Sudah tidak zamannya lagi guru mengedepankan kewibawaan dan
acuh terhadap perubahan dan tantangan zaman.

Keterampilan Guru Abad 21


Menurut International Society for Technology in Education karakteristik
keterampilan guru abad 21 dimana era informasi menjadi ciri utamanya, membagi
keterampilan guru abad 21 kedalam lima kategori, yaitu :
1. Mampu memfasilitasi dan menginspirasi belajar dan kreatifitas siswa, dengan
indikator diantaranya adalah sebagai berikut :
 Mendorong, mendukung, dan memodelkan penemuan dan pemikiran kreatif dan

inovatif.
 Melibatkan siswa dalam menggali isu dunia nyata dan memecahkan permasalahan

otentik menggunakan tool dan sumber-sumber digital.


 Mendorong refleksi siswa menggunakan tool kolaboratif untuk menunjukan dan

mengklarifikasi pemahaman, pemikiran, perencanaan konseptual dan proses kreatif


siswa.
 Memodelkan konstruksi pengetahuan kolaboratif dengan cara melibatkan diri

belajar dengan siswa, kolega, dan orang-orang lain baik melalui aktifitas tatap muka
maupun melalui lingkungan virtual.
2. Merancang dan mengembangkan pengalaman belajar dan asessmen era digital, dengan
indikator sebagai berikut :
 Merancang atau mengadaptasi pengalaman belajar yang tepat yang
mengintegrasikan tools dan sumebr digital untuk mendorong belajar dan kreativitas
siswa.
 Mengembangkan lingkungan belajar yang kaya akan teknologi yang
memungkinkan semua siswa merasa ingin tahu dan menjadi partisipan aktif dalam
menyusun tujuan belajarnya, mengelola belajarnya sendiri dan mengukur
perkembangan belajarnya sendiri.
 Melakukan kostumisasi dan personalisasi aktifitas belajar yang dapat memenuhi

strategi kerja gaya belajar dan kemampuan menggunakan tools dan sumber-sumber
digital yang beragam.

18
Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Pendidikan Abad 21
Mukhamad Yusuf Sukandar NIM : 4103810318025

 Menyediakan alat evaluasi formatif dan sumatif yang bervariasi sesuai dengan

standar teknologi dan konten yang dapat memberikan informasi yang berguna bagi
proses belajar siswa maupun pembelajaran secara umum.
3. Menjadi model cara belajar dan bekerja di era digital, dengan indikator sebagai
berikut :
 Menunjukkan kemahiran dalam sistem teknologi dan mentransfer pengetahuan ke

teknologi dan situasi yang baru.


 Berkolaborasi dengan siswa, sejawat, dan komunitas menggunakan tool-tool dan

sumber digital untuk mendorong keberhasilan dan inovasi siswa.


 Mengkomunikasikan ide/gagasan secara efektif kepada siswa, orang tua, dan

sejawat menggunakan aneka ragam format media digital.


 Mencontohkan dan memfasilitasi penggunaan secara efektif daripada tool-tool

digital terkini untuk menganalisis, mengevaluasi dan memanfaatkan sumber


informasi tersebut untuk mendukung penelitian dan belajar.
4. Mendorong dan menjadi model tanggung jawab dan masyarakat digital, dengan
indikator diantaranya sebagai berikut :
 Mendorong, mencontohkan, dan mengajar secara sehat, legal dan etis dalam

menggunakan teknologi informasi digital, termasuk menghagrai hak cipta, hak


kekayaan intelektual dan dokumentasi sumber belajar.
 Memenuhi kebutuhan pembelajar yang beragam dengan menggunakan strategi

pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan memberikan akses yang memadai
terhadap tool-tool digital dan sumber belajar digital lainnya.
 Mendorong dan mencontohkan etika digital tanggung jawab interkasi sosial terkait

dengan penggunaan teknologi informasi.


 Mengembangkan dan mencontohkan pemahaman budaya dan kesadaran global

melalui keterlibatan/partisipasi dengan kolega dan siswa dari budaya lain


menggunakan tool komunikasi dan kolaborasi digital.
5. Berpartisipasi dalam pengembangan dan kepemimpinan profesional, dengan indikator
sebagai berikut :
 Berpartisipasi dalam komunitas lokal dan global untuk menggali penerapan

teknologi kreatif untuk meningkatkan pembelajaran.

19
Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Pendidikan Abad 21
Mukhamad Yusuf Sukandar NIM : 4103810318025

 Menunjukkan kepemimpinan dengan mendemonstrasikan visi infusi teknologi,

berpartisipasi dalam pengambilan keputusan bersama dan penggabungan


komunitas, dan mengembangkan keterampilan kepemimpinan dan teknologi
kepada orang lain.
 Mengevaluasi dan merefleksikan penelitian-penelitian dan praktik profesional

terkini terkait dengan penggunaan efektif daripada tool-tool dan sumber digital
untuk mendorong keberhasilan pembelajaran.
 Berkontribusi terhadap efektifitas, vitalitas, dan pembaharuan diri terkait dengan

profesi guru baik di sekolah maupun dalam komunitas.

Kompetensi Guru Abad 21


Pada abad 21, manusia mengalami perkembangan ilmu pengetahuan dalam segala
bidang. Salah satu yang paling menonjol adalah bidang informasi dan komunikasi. Hal
ini seolah membuat dunia semakin sempat karena segala informasi dari penjuru dunia
mampu diakses dengan instant dan cepat oleh siapapun dan dimanapun. Di sisi lain pada
abad 21 ini permasalahan yang dihadapi manusia semakin kompleks, seperti pemanasan
global, krisis ekonomi global, terorisme, rasisme, drug abuse, human trafficking,
rendahnya kesadaran multikultural, kesenjangan mutu pendidikan, dan lain sebagainya.
Era ini juga ditandai dengan semakin ketatnya persaingan di berbagai bidang antar negara
dan antar bangsa. Keseluruhan hal tersebut mengisyaratkan bahwa pada abad 21 ini
dibutuhkan persiapan yang matang dan mantap baik konsep maupun penerapan untuk
membentuk sumber daya manusia yang unggul. Untuk itu, lembaga pendidikan dan guru
sebagai unsur yang paling dominan memiliki peran yang tidak ringan dalam upaya
peningkatan sumber daya manusia pada abad 21.
Guru pada abad 21 ditantang untuk melakukan akselerasi terhadap perkembangan
informasi dan komunikasi. Kemajuan teknologi informasi telah meningkatkan
fleksibelitas dalam pemerolehan ilmu pengetahuan bagi setiap individu baik guru maupun
siswa. Konsekuensinya, guru dituntut mampu mengembangkan pendekatan dan strategi
pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan lingkungan. Selain itu, tersedia pula
informasi yang melimpah mengenai pendidikan. Kondisi ini meningkatkan alternatif
pilihan pendidikan bagi orang tua dan masyarakat. Hal ini berimbas pada peningkatan
tuntutan mutu pendidikan oleh masyarakat.

20
Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Pendidikan Abad 21
Mukhamad Yusuf Sukandar NIM : 4103810318025

Globalisasi yang telah membuat dunia seolah tanpa batas memicu perbandingan
internasional antar sekolah, kurikulum, metode penilaian, dan prestasi siswa. Sekolah
didesak untuk unggul dan kompetitif serta dihadapkan pada isu-isu seperti identitas,
perbedaan, aturan, hukum, keadilan, modal sosial, dan kualitas hidup. Berbagai
perubahan atau krisis lingkungan yang terjadi memunculkan kebutuhan pendidikan
lingkungan di sekolah untuk meningkatkan kepekaan, kesadaran, dan tanggung jawab
siswa terhadap lingkungan.
Pada abad 21 sekolah diperlakukan layaknya perusahaan yang menyediakan
produk (pembelajaran) kepada konsumen (siswa dan orang tua). Sekolah harus ‘menjual
diri mereka’, menemukan ‘tempat’ di pasar dan berkompetisi. Sekolah diperlakukan
sebagai perusahaan yang berdiri sendiri, memiliki kewenangan mengelola secara mandiri
dan mempertanggungjawabkan pengelolaan secara profesional kepada stakeholder.
Sekolah dituntut berkompetisi memperoleh sumber dana terutama dari pemerintah.
Sekolah yang menyediakan ‘produk’ yang laku di pasar dinilai lebih layak untuk
berkembang, sedangkan sekolah yang menyediakan ‘produk’ yang tidak laku akan
ditinggalkan. Oleh sebab itu, sekolah dan guru dituntut selalu memonitor kinerja sekolah
untuk mengetahui mutu layanan pendidikan dan menunjukan nilai tambah yang dicapai
siswa-siswanya.
Perubahan lingkungan sekolah dan pendekatan ekonomi pasar dalam
persekolahan tersebut berimplikasi pada berkembangnya tuntutan profesionalitas guru.
Kompetensi guru abad 21 merupakan Guru profesional abad 21 harus mampu menjadi
pembelajar sepanjang karir untuk peningkatan efektifitas proses pembelajaran siswa
seiring dengan perkembangan lingkungan. Selain itu, guru abad 21 harus mampu bekerja
dengan kolega, belajar dari kolega, dan mengajar kolega sebagai upaya menghadapi
kompleksitas tantangan sekolah dan pengajaran. Guru abad 21 mengajar berlandaskan
standar profesional mengajar untuk menjamin mutu pembelajaran dan memiliki
komunikasi baik langsung maupun menggunakan teknologi secara efektif dengan orang
tua siswa untuk mendukung pengembangan sekolah.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peran guru abad 21 dapat ditinjau dari tiga
sudut pandang, yakni sudut pandang (1) aktivitas pengajaran dan administrasi pendidikan,
(2) diri pribadi, serta (3) psikologis. Peran guru ditinjau dari sudut pandang aktivitas
pengajaran dan adimistrasi pendidikan, diantaranya:

21
Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Pendidikan Abad 21
Mukhamad Yusuf Sukandar NIM : 4103810318025

1. Pengambil inisiatif, pengarah, dan penilai pendidikan.


2. Wakil masyarakat di sekolah.
3. Seorang pakar dalam bidangnya.
4. Penegak disiplin.
5. Pelaksana administrasi pendidikan.
6. Pemimpin bagi generasi muda.
7. Penyampai berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat.
Peran guru ditinjau dari sudut pandang diri pribadi, diantaranya:
1. Pekerja sosial.
2. Pelajar dan ilmuwan.
3. Wakil orang tua siswa.
4. Model keteladanan.
5. Pemberi keselamatan bagi peserta didik.
Peran guru ditinjau dari sudut pandang psikologis, diantaranya:
1. Pakar psikologi pendidikan.
2. Seniman dalam hubungan antar manusia.
3. Pembentuk kelompok.
4. Inovator.
5. Petugas kesehatan mental
Seiring perubahan demografi, siswa-siswa di sekolah lebih beragam secara
budaya, agama/keyakinan, dan juga bahasanya. Kemajuan teknologi informasi internet
telah meningkatkan fleksibilitas dalam pemerolehan ilmu pengetahuan bagi setiap
individu baik guru ataupun siswa.
Konsekuensinya, guru-guru dituntut mampu mengembangkan pendekatan dan
strategi pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan lingkungan sebagai kompetensi
guru abad 21. Ilmu pengetahuan tidak lagi terbatas milik para guru. Selain itu, tersedia
informasi yang melimpah tentang pendidikan. Kondisi ini meningkatkan altematif pilihan
pendidikan bagi orang tua dan masyarakat dan bersamaan dengan hal ini adalah
peningkatan tuntutan mutu pendidikan oleh masyarakat. Globalisasi yang telah membuat
dunia seakan tanpa batas memicu perbandingan internasional antar sekolah, kurikulum,
metode penilaian, dan prestasi siswa. Contohnya adalah program perbandingan
internasional pada prestasi akademik siswa seperti TIMMS: Third International

22
Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Pendidikan Abad 21
Mukhamad Yusuf Sukandar NIM : 4103810318025

Mathematic and Science Study dan juga Program for International Student Assesment
(PISA). Sekolah didesak untuk unggul dan kompetitif serta dihadapkan pada isu-isu
seperti identitas, perbedaan, aturan-aturan/hukum, keadilan, modal sosial, dan kualitas
hidup, dan sebagainya. Berbagai perubahan atau krisis lingkungan yang terjadi
memunculkan kebutuhan pendidikan lingkungan di sekolah untuk meningkatkan
kepekaan, kesadaran dan tanggung jawab siswa terhadap lingkungan (Mulford, 2008).
Menyoroti pada aspek kebijakan persekolahan, sejak akhir abad 20 hampir
sebagian besar sekolah di seluruh dunia memilih pendekatan ekonomi pasar. Sekolah
diperlakukan layaknya perusahaan yang menyediakan produk (pembelajaran) kepada
konsumennya (siswa dan orang tua). Sekolah diharapkan memberikan kontribusi pada
daya kompetisi ekonomi bangsa. Sekolah dituntut responsif pada komunitas lokal mereka
melalui beragam pendekatan yang memungkinkan konsumen memilih layanan sekolah
yang akan mereka beli. Mereka memiliki kewenangan mengelola sekolah mereka secara
mandiri (self managing) dan mempertanggungjawabkan pengelolaannya secara
profesional kepada stake-holders. Sekolah dituntut berkompetisi untuk memperoleh
sumber dana terutama dari pemerintah. Oleh karena itu, sekolah dan guru-guru dituntut
selalu memonitor kinerja sekolahnya untuk mengetahui mutu layanan pendidikan mereka,
dan menunjukkan nilai tambah yang dicapai siswa-siswanya.
Telah disyaratkan kepada guru-guru di Indonesia melalui Undang Undang Nomor
14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Permen Nomor 17 Tahun 2007 tentang
kualifikasi dan standar kompetensi guru. Guru profesional dituntut tidak hanya memiliki
kemampuan mengajar sebagaimana disyaratkan dalam standar kompetensi pedagogik,
namun guru juga harus mampu mengembangkan profesionalitas secara terus menerus
sebagaimana tertuang dalam kompetensi profesional. Guru juga dituntut mampu menjalin
komunikasi yang efektif dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan
masyarakat sebagaimana disyaratkan dalam kompetensi sosial serta memiliki kepribadian
yang baik sebagaimana dideskripisikan pada kompetensi pribadi. Disamping itu, guru
juga harus memiliki kualifikasi akademik atau latar belakang pendidikan yang memadai
dan relevan dengan bidang ajarnya.
Guru yang mampu menghadapi tantangan dan tuntutan zaman tersebut adalah
guru yang profesional yang memiliki kualifikasi akademik dan memiliki kompetensi-

23
Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Pendidikan Abad 21
Mukhamad Yusuf Sukandar NIM : 4103810318025

kompetensi antara lain kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi


kepribadian, dan kompetensi sosial yang kualifaid.
a. Kompetensi profesional
Kompetensi profesioanal sekurang-kurangnya meliputi :
1. Menguasai substansi bidang studi dan metodologi keilmuannya
2. Menguasai struktur dan materi kurikulum bidang studi
3. Menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam
pembelajaran
4. Mengorganisasikan materi kurikulum bidang studi
5. Meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas
b. Kompetensi pedagogik
Kompetensi pedagogik sekurang-kurangnya meliputi:
1. Memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik, sosial, kultural, emosional,
dan intelektual
2. Memahami latar belakang keluarga dan masyarakat peserta didik dan kebutuhan
belajar dalam konteks kebhinekaan budaya
3. Memahami gaya belajar dan kesulitan belajar peserta didik
4. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik
5. Menguasai teori dan prinsip belajar serta pembelajaran yang mendidik
6. Mengembangkan kurikulum yang mendorong keterlibatan peserta didik dalam
pembelajaran
7. Merancang pembelajaran yang mendidik
8. Melaksanakan pembelajaran yang mendidik
9. Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran
c. Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya meliputi:
1. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa
2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang berakhlak mulia dan sebagai teladan bagi
peserta didik dan masyarakat
3. Memiliki sikap, perilaku, etika, tata cara berpakaian, dan bertutur bahasa yang baik
4. Mengevaluasi kinerja sendiri
5. Mengembangkan diri secara berkelanjutan

24
Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Pendidikan Abad 21
Mukhamad Yusuf Sukandar NIM : 4103810318025

d. Kompetensi sosial
Kompetensi sosial sekurang-kurangnya meliputi:
1. Berkomunikasi secara efektif dan empatik dengan peserta didik, orang tua peserta
didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan dan masyarakat
2. Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di sekolah dan masyarakat
3. Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di tingkat lokal, regional,
nasional dan global
4. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) untuk berkomunikasi
dan mengembangkan diri
5. Memiliki sikap, perilaku, etika, tata cara berpakaian dan bertutur bahasa yang baik
Guru yang profesional selain memiliki empat kompetensi tersebut di atas,
menurut Prof.Dr.Haris Supratno memiliki ciri-ciri profesional sebagai berikut.
1. Memiliki wawasan global holistik
2. Memiliki daya ramal ke depan
3. Memiliki kecerdasan, kreatifitas dan Inovasi
4. Memiliki kemampuan bermasyarakat
5. Menguasai IPTEK
6. Memiliki jiwa dan wawasan kewirausahaan
7. Memiliki akhlakul karimah
8. Memiliki keteladanan
9. Bekerja secara efisien dan efektif
10. Menguasai bahasa asing
Di samping empat kompetensi tersebut, dalam membantu para siswa beradaptasi
terhadap perubahan sosial dan teknologi di abad ke 21 ini guru juga harus mempunyai
kecakapan utama yang meliputi:
a. Akuntabilitas dan Kemampuan Beradaptasi
Sebagai seseorang yang dapat ditiru, apapun yang dikerjakan dan diucapkan harus
dapat dipercaya oleh orang lain. Dalam menjalankan tanggung jawab pribadi mempunyai
fleksibilitas secara pribadi, pada tempat kerja, maupun dalam hubungan dengan
masyarakat sekitarnya. Di samping itu guru harus mampu menetapkan dalam mencapai
standar dan tujuan yang tinggi baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain, dan

25
Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Pendidikan Abad 21
Mukhamad Yusuf Sukandar NIM : 4103810318025

yang tidak kalah pentingnya guru juga harus mampu memaklumi kerancuan yang
dilakukan oleh anak didiknya.
b. Kecakapan Berkomunikasi
Kecakapan yang kedua ini sangat penting bagi guru. Betapapun pintarnya seorang
guru jika tidak mempunyai kecakapan ini maka tidak akan mampu mentransfer ilmu
kepada anak didiknya. Kecakapan ini meliputi : memahami, mengelola, dan menciptakan
komunikasi yang efektif dalam berbagai bentuk dan isi baik secara lisan, tulisan, maupun
menggunakan multimedia.
c. Kreativitas dan Keingintahuan Intelektual
Selama ini pembelajaran yang dilakukan guru berlangsung monoton. Salah satu
penyebabnya adalah tidak adanya kreatifitas dan keingintahuan intelektual guru. Dia
mengajar hanya bermodalkan teori keguruan yang ia peroleh sekian puluh tahun yang
lalu. Kecakapan kreatifitas dan keingintahuan intelektual tersebut mencakup :
mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan gagasan-gagasan baru kepada yang
lain, bersikap terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dan berbeda.
d. Berpikir Kritis dan Berpikir dalam Sistem
Kecakapan berpikir kritis merupakan proses berpikir dan bertindak berdasarkan
fakta yang telah ada, apapun yang akan dilakukan dimulai dari identifikasi terhadap
kemungkinan-kemungkinan yang akan timbul dari suatu perbuatan tersebut, berusaha
untuk memberikan penalaran yang masuk akal dalam memahami dan membuat pilihan
yang rumit serta selalu memahami dan menjalin interkoneksi antara sistem.
e. Kecakapan Melek Informasi dan Media
Agar proses pembelajaran yang dilakukan guru di kelas menarik dan menantang,
maka di era globalisasi dan tanpa batas seperti sekarang ini guru harus mampu
menganalisa, mengakses, mengelola, mengintegrasi, mengevaluasi, dan menciptakan
informasi dalam berbagai bentuk dan media.
f. Kecakapan Hubungan Antarpribadi dan Kerjasama
Sebagai makhluk sosial yang hidup di tengah-tengah masyarakat, guru juga
dituntut harus mampu menunjukkan kerjasama berkelompok dan kepemimpinan, mampu
beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab, mampu bekerja secara produktif
dengan yang lain, mampu menempatkan empati pada tempatnya, serta mampu
menghormati perspektif yang berbeda dengan pendiriannya.

26
Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Pendidikan Abad 21
Mukhamad Yusuf Sukandar NIM : 4103810318025

g. Identifikasi Masalah, Penjabaran, dan Solusi


Dalam menghadapi masalah sekecil apapun guru tidak boleh ceroboh dalam
menanggapinya. Oleh sebab itu guru dituntut untuk mempunyai kemampuan dalam
menyusun, mengungkapkan, menganalisa, dan menyelesaikan masalah dengan baik.
h. Pengarahan Pribadi
Sebagai guru tentu setiap harinya menghadapi siswa yang perilakunya bermacam-
macam. Oleh karena itu guru dituntut memiliki kemampuan dalam memonitor
pemahaman diri dan mempelajari kebutuhan yang diperlukan dalam pembelajaran,
menemukan sumber-sumber belajar yang tepat, serta mentransfer pembelajaran dari satu
bidang ke bidang lainnya.
i. Tanggung Jawab Sosial
Orang tua/masyarakat menyekolahkan anaknya di suatu sekolah mempunyai
harapan agar anaknya berubah, baik dari segi perilaku maupun kecakapan
kompetensinya. Oleh sebab itu sebagai seorang yang dituntut mempunyai kompetensi
sosial, maka tanggung jawab dalam bertindak guru harus mengutamakan kepentingan
masyarakat yang lebih besar, menunjukkan perilaku etis secara pribadi, pada tempat
kerja, dan hubungan antarmasyarakat.

Karakteristik Guru Abad 21


Perubahan paradigma pendidikan tidak dapat dilepaskan dari peran guru karena
berbagai informasi terkini senantiasa mengalir kepada siswa atas kerja keras yang
dilakukannya. Bahwa di luar itu ada media lain yang membantu siswa bukan berarti peran
guru harus ditiadakan.
Harus diakui dalam maraknya arus informasi pada masa kini, guru bukan lagi
satu-satunya sumber informasi tetapi merupakan salah satu sumber informasi. Meskipun
demikian, perannya di dalam proses pendidikan masih tetap diperlukan, khususnya yang
berkenaan dengan sentuhan-sentuhan psikologis dan edukatif terhadap anak didik. Oleh
karena itu, pada hakikatnya guru itu dibutuhkan oleh setiap orang dan semua orang sangat
mengharapkan kehadiran citra guru yang ideal di dalam dirinya. Untuk itu, guru akan
lebih tetap berperan sebagai pendidik sekaligus berperan sebagai manager atau fasilitator
pendidikan, sehingga guru harus sanggup merencanakan, melaksanakan dan mengawasi
sumber daya pendidikan agar supaya peserta didik dapat belajar secara produktif.

27
Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Pendidikan Abad 21
Mukhamad Yusuf Sukandar NIM : 4103810318025

Abad 21 menuntut peran guru yang semakin tinggi dan optimal. Sebagai
konsekuensinya, guru yang tidak bisa mengikuti perkembangan alam dan zaman akan
semakin tertinggal sehingga tidak bisa lagi memainkan perannya secara optimal dalam
mengemban tugas dan menjalankan profesinya.
Guru di abad 21 memiliki karakteristik yang spesifik dibanding dengan guru pada
abad-abad sebelumnya. Adapun karakteristik yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Memiliki semangat juang dan etos kerja yang tinggi disertai kualitas keimanan dan
ketakwaan yang mantap.
2. Mampu memanfaatkan iptek sesuai tuntutan lingkungan sosial dan budaya di
sekitarnya.
3. Berperilaku profesional tinggi dalam mengemban tugas dan menjalankan profesi.
4. Memiliki wawasan ke depan yang luas dan tidak picik dalam memandang berbagai
permasalahan.
5. Memiliki keteladanan moral serta rasa estetika yang tinggi.
6. Mengembangkan prinsip kerja bersaing dan bersanding.
Masih terkait dengan harapan-harapan yang digayutkan di pundak setiap guru, H.
Muhammad Surya, Ketua Umum Pengurus Besar PGRI, mengemukakan ada sembilan
karakteristik citra guru yang diidealkan. Masing- masing adalah guru yang :
 Memiliki semangat juang yang tinggi disertai kualitas keimanan dan ketaqwaan yang
mantap.
 Mampu mewujudkan dirinya dalam keterkaitan dan padanan dengan tuntutan
lingkungan dan perkembangan iptek.
 Mampu belajar dan bekerja sama dengan profesi lain
 Memiliki etos kerja yang kuat
 Memiliki kejelasan dan kepastian pengembangan jenjang karir
 Berjiwa profesionalitas tinggi
 Memiliki kesejahteraan lahir dan batin, material dan nonmaterial
 Memiliki wawasan masa depan
 Mampu melaksanakan fungsi dan peranannya secara terpadu
Untuk dapat berperilaku profesional dalam mengemban tugas dan menjalankan
profesi maka terdapat lima faktor yang harus senantiasa diperhatikan, yaitu :
1. Sikap keinginan untuk mewujudkan kinerja ideal

28
Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Pendidikan Abad 21
Mukhamad Yusuf Sukandar NIM : 4103810318025

2. Sikap memelihara citra profesi


3. Sikap selalu ada keinginan untuk mengejar kesempatan-kesempatan profesionalisme.
4. Sikap mental selalu ingin mengejar kualitas cita-cita profesi
5. Sikap mental yang mempunyai kebanggaan profesi
Kelima faktor sikap mental ini memungkinkan profesionalisme guru menjadi
berkembang.Karakter ideal serta perilaku profesional tersebut tidak mungkin dapat
dicapai apabila di dalam menjalankan profesinya sang guru tidak didasarkan pada
panggilan jiwa.
Menghadapi tantangan abad 21, diperlukan guru yang benar-benar profesional.
Tilaar (Febryani, 2012) memberikan ciri-ciri agar seorang guru terkelompok ke dalam
guru yang profesional. Masing-masing adalah :
 Memiliki kepribadian yang matang dan berkembang
 Memiliki keterampilan untuk membangkitkan minat peserta didik
 Memiliki penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kuat
 Sikap profesionalnya berkembang secara berkesinambungan
 Menguasai subjek (kandungan kurikulum)
 Mahir dan berketrampilan dalam pedagogi (pengajaran & pembelajaran)
 Memahami perkembangan murid-murid dan menyayangi mereka
 Memahami psikologi pembelajaran (cognitive psychology)
 Memiliki kemahiran konseling

Pengembangan Guru Abad 21


Menghadapi tantangan yang jauh lebih besar dari era sebelumnya, setiap guru
membutuhkan pengembangan yang efektif. Beberapa trend pengembangan staf abad 21
yaitu menggunakan pendekatan ‘bottom up’, menekankan kolaborasi yang berorientasi
pada memampukan staf mengatasi setiap permasalahan yang dihadapi, merupakan
program-program yang interaktif dan saling terkait, yang dilaksanakan secara kontinyu
dan direncanakan secara sistematik dan komprehensif (Castetter dalam Lahamuddin,
2011). Kompetensi guru abad 21, Menekankan pada keefektifan pembelajaran, Engstrom
& Danielson (Dwi, 2010) mengatakan bahwa bahwa model pengembangan hendaknya
berlandaskan pada konsep kepemimpinan guru dan menggunakan proses pembelajaran
kooperatif yang otentik dan melekat pada pekerjaan guru sehari-hari. Selain itu, menurut

29
Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Pendidikan Abad 21
Mukhamad Yusuf Sukandar NIM : 4103810318025

Lieberman (Dwi, 2010) strategi-strategi pengembangan guru yang menekankan


pembelajaran dalam konteks sekolah bermanfaat untuk menghilangkan perasaan
terisolasi pada guru ketika ia belajarsesuatu di luar sekolah dan berusaha membawanya
ke dalam sekolah. Strategi ini juga membantu menguatkan pembelajaran kolektif dengan
kompetensi guru abad 21, yang sangat penting untuk menciptakan pembelajaran
profesional sebagai norma di sekolah.
Lebih lanjut, hasil penelitian menunjukkan bahwa program-program
pengembangan guru berbasis sekolah yang berbasis kasus di kelas, bersifat praktis dan
dipraktikkan di tingkat kelas maupun sekolah akan lebih bermakna dan berguna bagi
sekolah, guru, dan staf (Owen, 2003).
Pembimbingan merupakan salah satu strategi efektif untuk peningkatan
profesionalitas guru abad 21. Melalui pembimbingan, mungkin terbangun hubungan
profesional dan juga komunitas pembelajar profesional di sekolah yang efektif untuk
meningkatkan mutu pengajaran dan pembelajaran di sekolah. Pelaksanaan
pembimbingan yang efektif perlu mempertimbangkan hal-hal yang mempengaruhi mutu
hubungan pembimbingan seperti: struktur organisasi pembimbingan, kontrak kerja, mutu
pembimbing, aktivitas dalam sesi-sesi awal hingga akhir pembimbingan. Untuk
menguatkan fungsi dan manfaatnya, pembimbingan perlu diprogramkan. Hal ini
membutuhkan perubahan struktur, budaya dan juga dukungan kepemimpinan dari
sekolah dan juga insititusi terkait.
Adapun kegiatan yang dapat meningkatkan kompetensi guru adalah
pengembangan profesi guru dari aspek kemampuan pedagogi perlu untuk ditingkatkan
dengan berbagai strategi dan bentuk kegiatan. Strategi dan bentuk kegiatan yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pedagogi ini seperti : (a) kegiatan seminar,
penataran guru, workshop, dan pelatihan-pelatihan yang diselenggrakan oleh lembaga
profesi guru. (b) forum guru (KKG), konsorsium, perguruan tinggi, swasta maupun
pemerintah dalam hal ini dinas pendidikan, (c) IHT (In House Training) adalah pelatihan
yang dilaksanakan secara internal di KKG maupun sekolah. Strategi pembinaan melalui
IHT berdasarkan pemikiran bahwa sebagian kemampuan dalam meningkatkan
kompetensi dan karir guru dapat dilakukan oleh guru yang memiliki kompetensi kepada
guru lain sehingga lebih menghemat biaya, (d) Pembelajaran jarak jauh sudah diterapkan
oleh pemerintah melalui GPO (Guru Pembelajar Online) sekarang dikenal dengan

30
Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Pendidikan Abad 21
Mukhamad Yusuf Sukandar NIM : 4103810318025

kegiatan PKB (Pengembangan Keprofesionalan Berkelanjutan) dimana guru


mendapatkan modul dan latihan yang diakses melalui internet, serta dibimbing oleh
mentor ,(e) Kursus singkat di LPTK (Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan) atau
lembaga pendididkan lainnya dimaksudkan untuk melatih dan meningkatkan kompetensi
guru dalam beberapa kemampuan seperti menyusun PTK (Penelitian Tindakan Kelas),
Karya Ilmiah, dan lain-lain.

SIMPULAN
Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggungjawab terhadap
pendidikan murid-murid, baik secara individual maupun klasikal, baik di sekolah maupun
di luar sekolah, ini berarti seorang guru minimal memiliki dasar-dasar kompetensi sebagai
wewenang dan kemampuan dalam nejalankan tugas. Untuk itu seorang guru perlu
memiliki kepribadian, menguasai bahan pelajaran dan menguasai cara-cara mengajar
sebagai dasar kompetensi. Bila guru tidak memiliki kepribadian, tidak menguasai bahan
pelajaran dan cara-cara mengajar, maka guru akan gagal menunaikan tugasnya, sebelum
berbuat lebih banyak dalam pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu khususnya dalam
pendidikan di abad 21 ini, kompetensi mutlak dimiliki guru sebagai kemampuan,
kecakapan atau keterampilan dalam mengelola kegiatan pendidikan. Dengan demikian
kompetensi guru berarti pemilikan pengetahuan keguruan, dan pemilikan keterampilan
serta kemampuan sebagai guru dalam melaksanakan tugasnya.
Guru yang profesional tidak hanya tahu akan tugas, peranan dan kompetensinya.
Namun dapat melaksanakan apa-apa yang menjadi tugas dan perannya, dan selalu
meningkatkan kompetensinya agar tercapai kondisi proses belajar mengajar yang efektif
dan tercapai tujuan belajar secara optimal. Semua itu dapat diperoleh melalui
pembimbingan untuk menambah wawasan dan mengasah keterampilannya dalam
mendidik melalui wadah seperti kegiatan guru secara kolegatif maupun seminar atau
belajar pada LPTK yang relevan dengan profesinya.

31
Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Pendidikan Abad 21
Mukhamad Yusuf Sukandar NIM : 4103810318025

DAFTAR PUSTAKA

Dwi , Andriani (2010). Mengembangkan Profesionalitas Guru Abad 21. hal. 78-92
Manajemen Pendidikan.
Febryani, Yoeyhan. (2012). Guru Abad 21, (Online),
(http://yoeyhanfebryani.blogspot.com/2012/11/guru-abad-21.html), diakses 15
Desember 2018.
Lahamuddin, Basri. (2011). Guru Abad 21,
(Online),(http://edukasi.kompasiana.com/2011/10/04/guru-abad-21/), diakses
15 Desember 2018.
Mulford, B. (2008). The Leadership Challenge: Improving Learning in Schools.
Australian Education Review. Victoria: ACER Press.
Owen, S. (2003). School-Based Professional Development-Building Morale,
Professionalism and Productive Teacher Learning Practice. Journal of
Educational Policy, (4). 2.102-107
Sarjanaku. (2010). Tantangan Guru Sebagai Tenaga Profesional, (Online),
(http://www.sarjanaku.com/2010/11/tantangan-guru-sebagai-tenaga.html),
diakses 14 Desember 2018.
Sutamto. (2010). Tantangan Guru pada Abad Ke-21, (Online),
(http://sutamto.wordpress.com/2010/04/10/tantangan-guru-pada-abad-ke-21/),
diakses 15 Desember 2018.
Undang Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Permen Nomor 17
Tahun 2007

32
Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Pendidikan Abad 21
Ayi Hidayat NIM : 4103810318023

MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA MELALUI


PENDIDIKAN HATI (TARBIYATUL QULUB)

Ayi Hidayat
SEKOLAH PASCA SARJANA UNINUS

Abstrak:
Makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran bahwa Pedidikan Hati
(Tarbiyatul Qulub) efektif meningkatkan kecerdasan emosi siswa. Penelitian ini berdasar
pada teori Tazkiyatunnafs yang digagas oleh Al-Ghazali.
Pedidikan Hati memiliki tiga metode yang sangat penting, yaitu : Memahami Al-
Quran, memikirkan alam, dan dzikir. Dalam hal ini penulis hanya menyoroti metode
dzikir, hal ini dikarenakan metode dzikir dipandang sebagai metode yang sangat efektif
dalam meningkatkan kecerdasan emosional siswa.
Objek penelitian adalah siswa Madrasah Aliyah Al-ulfah Garut, dengan meneliti
kecenderungan prilaku beberapa siswa yang telah mengamalkan dzikir. Adapun sampel
penelitian diambil secara acak (Random Sampling).
Hasil dari penelitian penulis, metode dzikir yang diterapkan dapat merubah
prilaku sebagian besar siswa di Madrasah Aliyah Al-Ulfah, hampir 90 % siswa
mengalami perubahan prilaku ke arah yang lebih baik. Prilaku baik tersebut diantaranya
adalah : Meningkatnya keimanan siswa, berkurangnya angka kriminal di lingkungan
sekolah, patuh dan hormatnya siswa kepada guru, meningkatnya motivasi belajar siswa.

PENDAHULUAN
Salah satu tujuan pendidikan pada dasarnya adalah agar peserta didik mendapatkan
ilmu pengetahuan dan berkarakter atau berakhlak yang mulia. Hal ini sesuai dengan
tujuan pendidikan nasional yaitu bahwa tujuan Pendidikan nasional adalah untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya.
yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan memiliki
budi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggumg jawab kemasyarakatan
dan kebangsaan.
Kecederungan para pendidik di sekolah-sekolah lebih menitikberatkan pada
kecerdasan inteletual (Intellegence quotient / IQ), Akibatnya, terjadilah kesenjangan
antara berkembangnya kecerdasan intelektual dengan kecerdasan emosi, sehingga
muncullah berbagai perilaku negatif para siswa (Poerwanti, 2005). Ada siswa yang
menganiaya teman, Seorang Siswa Alami Gegar Otak (Kompas.com - 26/02/2018, 17:33

Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa Melalui Pendidikan Hati (Tarbiyatul Qulub ) 33


Ayi Hidayat NIM : 4103810318023

WIB). Di samping itu masih banyak lagi contoh-contoh perbuatan negatif yang dapat
diamati pada kehidupan sehari-hari, misalnya pelanggaran lalu-lintas di lampu merah dan
gerakan-gerakan demonstrasi yang merusak kantor-kantor atau bangunan milik
pemerintah.
Seseorang yang cerdas emosi mampu menghadapi tantangan hidup dan mengontrol
emosi lebih baik. Dari hasil-hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa agar tidak
membuat perilaku-perilaku negatif, kecerdasan emosi anak harus tinggi, atau anak harus
dibuat cerdas emosi. Salovey dan Mayer (Lopez et al, 2003) menyatakan bahwa
kecerdasan emosi dapat dicapai atau ditingkatkan melalui pembelajaran dan pengalaman.
Dengan demikian untuk menghindari kemungkinan terjadinya perilaku negatif, perlu ada
usaha pengembangan kecerdasan emosi.
Di Indonesia, misalnya. Pelaksanaan pendidikan sangat diharapkan mampu
mewujudkan manusia beriman yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi
pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
berkepribadian yang mantap dan mandiri, serta mengedepankan rasa tanggungjawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
Hal-hal tersebut sangat relevan dengan yang diamanahkan oleh UU No. 20 Tahun
2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional. Bertolak dari sini, maka pendidikan harus
mampu mempersiapkan warga negara agar dapat berperan aktif dalam seluruh lapangan
kehidupan, cerdas, aktif, kreatif, terampil, jujur, berdisiplin dan bermoral tinggi,
demokratis, dan toleran dengan mengutamakan persatuan bangsa, bukannya perpecahan.
Sehingganya, sangat perlu mengasah inteligensi secara terus-menerus.
Namun secara spesifik, mencapai tujuan pendidikan seutuhnya ternyata
pengembangan intelengensi saja tidak mampu menghasilkan manusia yang utuh.
Berbagai hasil kajian dan pengalaman menunjukkan, bahwa pembelajaran komponen
emosional lebih penting daripada intelektual.
Jika kualitas pendidikan diharapkan tercapai secara optimal, perlu diupayakan
bagaimana membina peserta didik untuk memiliki kecerdasan emosi yang stabil sebagai
penyeimbang dari inteligensi yang ada. Sebab, melalui kecerdasan emosional peserta
didik dapat memahami diri dan lingkungannya secara tepat, memiliki rasa percaya diri,
tidak mudah putus asa, dan dapat membentuk karakter peserta didik secara positif.

Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa Melalui Pendidikan Hati (Tarbiyatul Qulub ) 34


Ayi Hidayat NIM : 4103810318023

Salah satu metode yang digunakan untuk meningkatkan kecerdasan emosi adalah
Pendidikan Hati atau Tarbiyatul Qulub. Al-Ghazali, mengilustrasikan pentingnya
pendidikan hati dalam membentuk karakter dengan diibaratkan tanah , hati yang sehat
diibaratkan dengan tanah yang subur dan hati yang telah dikuasai kehidupan duniawa
diibaratkan tanah yang tandus. Hati menurut Rasulallah SAW berfungsi sebagai penentu
karakter anak didik, Keimanan juga tidak akan dapat istiqomah tanpa dibarengi dengan
hati yang sehat dan baik, bahkan kealiman dan keselamatan seseorang juga tergantung
pada keselamatan dan kebaikan hatinya. Said Hawa berdasar Surat al-Qur’an : 124-125,
menegaskan bahwa ajaran dari al-Qur’an tidak dapat disentuhkan kepada anak didik
menjadi menyatu dengan kepribadiannya mana kala hati mereka ada penyakitnya.
Dengan demikian mendidik hati merupakan titik awal yang harus dilakukan untuk
meningkatkan kecerdasan emosi, karena akan sangat sulit meningkatkan kecerdasan
emosi anak didik yang hatinya masih sakit. Kegagalan lembaga pendidikan dalam
mendidik hati anak didiknya adalah merupakan kesalahan fatal dalam upaya
pembentukan karakter. Dampak dari kesalahan ini dapat mengakibatkan krisis moral dan
etika yang akan sangat sulit ditanggulangi, Muahammad Nur menegaskan : Adab yang
buruk menghasilkan akal yang rusak, akal rusak mengakibatkan kebiasaan buruk,
kebiasaan buruk mengakibatkan watak pemberontak, watak pemberontak mengakibatkan
perbuatan jahat, perbuatan jahat mengakibatkan dibenci Allah swt. dan dibenci Allah
SWT. mangakibatkan kehinaan selamanya.

LANDASAN TEORI
A. Kecerdasan Emosional (Emotional Quotient / EQ)
Emotional Quotient adalah kemampuan berkomunikasi seseorang dalam dua
dimensi, yaitu personal (arah ke dalam) dan interpersonal (arah ke luar).
Personal ialah komunikasi yang dilakukan seseorang pada dirinya sendiri. Hal ini
berguna untuk menumbuhkan kesadaran diri (self awareness), penerimaan diri (self
acceptance), menghargai diri sendiri (self respect), dan penguasaan diri (self mastery).
Sementara interpersonal adalah kemampuan memahami, menerima, mempercayai, dan
mempengaruhi orang lain.
Kecerdasan emosional adalah kemampuan pengendalian diri sendiri, semangat, dan
ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi

Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa Melalui Pendidikan Hati (Tarbiyatul Qulub ) 35


Ayi Hidayat NIM : 4103810318023

frustrasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, tidak melebih-
lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak
melumpuhkan kemampuan berpikir, untuk membaca perasaan terdalam orang lain
(empati) dan berdoa, untuk memelihara hubungan dengan sebaik-baiknya, kemampuan
untuk menyelesaikan konflik, serta untuk memimpin diri dan lingkungan sekitarnya.
Pada tahun 1995, untuk pertama kalinya Daniel Goleman menyodorkan tentang teori
kecerdasan emosional ini. Dengan tegas Daniel Goleman menyimpulkan bahwa IQ hanya
memberikan kontribusi 25 % terhadap kesuksesan hidup manusia, sementara 75 %
sisanya ditentukan oleh kecerdasan lainnya, diantaranya adalah EQ

B. Karakteristik EQ (Emotional Quotient)


Emosi adalah letupan perasaan seseorang, Perasaan (feeling) atau afek yang meliputi
antara perubahan fisiologis dengan tingkah laku nyata (overt behavior). Kecerdasan
emosi adalah kemampuan untuk mengenali perasaan sendiri, perasaan orang lain,
memotivasi diri sendiri, mengelola emosi dengan baik dalam berhubungan dengan orang
lain.
Klasifikasi emosi :
 Positive Affectivity (PA) Range emosi positif mulai dari tenang, bahagia,
senang,tertawa
 Negative Affectivity (NA) Emosi yang bernada (nuansa) negatif : cemas,
marah,bersalah, sedih takut.
Clifford Morgan, Richard King (1956) mengeompokkan emosi seseorang dalam dua
aspek yaitu :
 Perasaan (Emosi) menyenangkan, meliputi : bahagia, senang, sayang, diterima, merasa
mampu/berhasil, bangga, lega, menang
 Perasaan (Emosi) tidak menyenangkan, meliputi : marah, sedih, bingung, ragu/tidak
pasti, khawatir, tidak mampu, ditolak, iri, menyesal, kesal, kesepian, kalah, benci,
diperlakukan tidak adil
Aspek Emotional Quotient(menurut Salovely &Goldman) ada lima:
1. Kemampuan mengenal diri (kesadaran diri).
2. Kemampuan mengelola emosi (penguasaan diri).
3. Kemampuan memotivasi diri.

Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa Melalui Pendidikan Hati (Tarbiyatul Qulub ) 36


Ayi Hidayat NIM : 4103810318023

4. Kemampuan mengendalikan emosi orang lain.


5. Kemampuan berhubungan dengan orang lain (empati).

Perilaku Cerdas Emosi :


1. Menghargai emosi negative orang lain.
2. Sabar menghadapi emosi negative orang lain.
3. Sadar dan menghargai emosi diri sendiri.
4. Emosi negative untuk membina hubungan.
5. Peka terhadap emosi orang lain.
6. Saat emosional adalah saat mendengarkan.
Dr. Daniel Goleman memberikan satu asumsi betapa pentingnya peran EQ dalam
kesuksesan pribadi bahwa 90 % prestasi kerja ditentukan oleh EQ, sedangkan
pengetahuan dan teknis hanya berkontribusi 4 %

C. Kecerdasan Emosional dalam Islam


Kecerdasan emosional dalam perspektif Islam pada dasarnya adalah kemampuan
untuk mengendalikan emosi atau menguasai emosi dalam diri seseorang beserta
perilakunya (Ginanjar, 2001, hlm. 57).
Di dalam Islam hal-hal yang berhubungan dengan kecakapan emosi meliputi
konsistensi (istiqamah), kerendahan hati (tawadhu'), berusaha dan berserah diri (tawakal),
ketulusan/sincerety (keikhlasan), totalitas (kaffah), keseimbangan (tawazun), integritas
dan penyempurnaan (ihsan); semua itu dinamakan Akhlakul Karimah (Ginanjar, 2006,
hlm. 280).
Pengontrolan dan pengendalian emosi dimulai dengan adanya kejujuran pada suara
hati, yang sebenarnya merupakan kunci dari kecerdasan emosional. Dalam al-Qur'an juga
banyak terdapat uraian yang teliti tentang bagaimana emosi yang dirasakan manusia
seperti ketakutan, marah, cinta, kegembiraan, kebencian, cemburu, penyesalan, kehinaan,
dan sedih (Najati, 1997, hlm. 66). Selain itu, Al-Qur'an juga menjelaskan tentang
bagaimana mengendalikan emosi tersebut.
Adapun ayat-ayat tentang emosi serta bagaimana mengendalikannya antara lain
sebagai berikut:
1. Mengendalikan rasa takut, benci, dan iri.

Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa Melalui Pendidikan Hati (Tarbiyatul Qulub ) 37


Ayi Hidayat NIM : 4103810318023

a. Takut
Emosi takut merupakan bagian dari emosi-emosi yang penting dalam diri
manusia. Takut dapat mendorong seorang mukmin kepada perasaan takut terhadap
adzab Allah dalam kehidupan di akhirat kelak. Sebagaimana Allah berfirman dalam
surat az-Zumar ayat 13, yang artinya: Katakanlah: "Sesungguhnya Aku takut akan
siksaan hari yang besar jika Aku durhaka kepada Tuhanku".
Maksud ayat di atas adalah perasaan takut yang diberikan oleh Allah kepada
manusia haruslah semata-mata untuk menyembah kepada-Nya. Manusia seharusnya
hanya merasa takut kepada murka Allah, dan siksaan di hari kiamat nanti, agar
manusia tersebut tetap lurus jalannya dan tidak melanggar larangan-Nya
b. Benci.
Benci adalah suatu emosi yang merupakan lawan dari cinta. Kebanyakan orang
membenci pada peperangan dan kematian.
c. Iri.
Iri adalah emosi atau perasaan yang ditimbulkan karena ketidaksenangan atas
kebahagiaan atau kesenangan yang dimiliki orang lain. Hal ini telah dinyatakan
dalam surat an-Nisa' ayat 54 yang artinya : Ataukah mereka dengki kepada manusia
(Muhammad) lantaran karunia yang Allah Telah berikan kepadanya? Sesungguhnya
kami Telah memberikan Kitab dan hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan kami Telah
memberikan kepadanya kerajaan yang besar
2. Emosi marah sertapengendaliannya, yaitu dengan bersabar.
Marah adalah salah satu bentuk emosi penting yang menjalankan fungsi penting
bagi manusia, yang mana akan membantu seseorang untuk melindungi dirinya.
Marah adalah suatu reaksi yang timbul karena adanya suatu motif yang
terhambat. Hal ini telah tercantum dalam al-Qur'an surat Ali Imran ayat 133-134 yang
artinya: Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga
yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang
bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang
maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan
(kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
3. Emosi cinta dalam membina hubungan sosial

Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa Melalui Pendidikan Hati (Tarbiyatul Qulub ) 38


Ayi Hidayat NIM : 4103810318023

Cinta memainkan peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Cinta adalah
asas kasih sayang antar manusia dan bagi pembentukan hubungan kemanusiaan yang
hangat.
Al-Qur'an membimbing kaum muslimin untuk memperkuat persaudaraan,
tolong-menolong, cinta, dan persatuan di antara mereka. Seperti dijelaskan dalam surat
al-Hujurat ayat 10, yang artinya: Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara.
Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan
takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.

PENDIDIKAN HATI (TARBIYATUL QULUB)


A. Konsep Pendidikan Hati

‫ أﻻ‬:‫ ﲰﻌﺖ رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻳﻘﻮل‬:‫ﻋﻦ اﻟﻨﻌﻤﺎن ﺑﻦ ﺑﺸﲑ رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﻗﺎل‬
‫ أﻻ وﻫﻲ‬،‫ وإذا ﻓﺴﺪت ﻓﺴﺪ اﳉﺴﺪ ﻛﻠﻪ‬،‫وإن ﰲ اﳉﺴﺪ ﻣﻀﻐﺔ إذا ﺻﻠﺤﺖ ﺻﻠﺢ اﳉﺴﺪ ﻛﻠﻪ‬
(‫اﻟﻘﻠﺐ؛ )ﻣﺘﻔﻖ ﻋﻠﻴﻪ‬
Dari Nu’man bin Basyir Radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata : Aku mendengar
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ketahuilah bahwa dalam setiap
tubuh manusia ada sepotong organ yang jika ia sehat maka seluruh tubuhnya juga sehat,
dan jika ia rusak, maka seluruh tubuhnya rusak. Ketahuilah bahwa organ itu adalah
hati”.
Hati yang dalam bahasa Arab disebut qalb berasal dari bahasa Arab qalaba-
yaqlibu-qalban, yang berarti membalikkan, memalingkan, menjadikan yang di atas ke
bawah; yang di dalam keluar. Qalabasy-syai’a artinya membalikkan sesuatu. Dalam
Kamus Al-Munawwir disebutkan bahwa qalb berarti jantung, isi, akal, semangat
keberanian, bagian dalam, bagian tengah, atau sesuatu yang murni. Sedangkan untuk
menyebut organ tubuh yang disebut hati digunakan kata al-kâbid. Kalbu memiliki
karakteristik atau sifat tidak konsisten atau bolak-balik. Sehingga dikatakan, kalbu
disebut qalb karena sifatnya yang tidak konsisten.
Dengan mengutip QS Al-A’râf [7]: 179, Al-Taubah [9]: 93, dan Muhammad [47]:
24, Harun Nasution menulis bahwa al-‘aql dikatakan sama dengan dengan al-qalb yang
berpusat di dada. Demikian pula menurut pendapat Hamka, hati adalah inti fikiran dan
akal budi. Apakah dengan demikian Hamka menyamakan konsep akal (‘aql) dengan hati

Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa Melalui Pendidikan Hati (Tarbiyatul Qulub ) 39


Ayi Hidayat NIM : 4103810318023

(qalb dan fu’ad)? Tidak ditemukan penjelasan Hamka secara langsung tentang hubungan
keduanya, baik dalam Tafsir Al-Azhar maupun buku-bukunya yang lain. Yang jelas
fungsi hati yang dikemukakan Hamka sama persis dengan fungsi akal, yakni sebagai alat
berfikir dan menimbang sesuatu.
Dalam bahasa Indonesia kata hati sering disebut juga dengan kalbu. Tertulis dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa kalbu adalah pangkal perasaan batin; hati yang
suci (murni). Sedangkan kata hati, paling tidak memiliki empat pengertian, yaitu:
1) Organ badan yang berwarna kemerah-merahan di bagian kanan atas rongga perut,
gunanya untuk mengambil sari-sari makanan di dalam darah dan menghasilkan
empedu;
2) Daging dari hati sebagai bahan makanan (terutama hati dari binatang sembelihan);
3) Jantung;
4) Sesuatu yang ada di dalam tubuh manusia yang dianggap sebagai tempat segala
perasaan batin dan tempat menyimpan pengertian-pengertian (perasaan, dan lain
sebagainya).
Penelitian tentang hati dalam buku ini, yang dimaksud penulis adalah pengertian
yang keempat. Di samping itu, sering juga digunakan kata kalbu, karena banyak penulis
memakai kata tersebut untuk menyebut hati (qalb atau fu’ad) dalam bukunya, yang
penulis jadikan sebagai rujukan.
Pengertian hati menurut istilah disampaikan oleh Rasyid Ridla. Ridla sebagaimana
dikutip Ahmad Mubarok menyebutkan bahwa qalb itu ada dua macam, yaitu sepotong
organ tubuh yang menjadi pusat peredaran darah (qalb al-badan) dan qalb yang
merupakan subsistem nafs (qalb al-nafs) yang menjadi pusat perasaan. Bagian pertama
memiliki pengaruh yang besar terhadap kesehatan badan dan bagian kedua memiliki
pengaruh terhadap kesehatan jiwa.
Di samping dengan kata qalb, Al-Quran juga menggunakan kata fu’ad untuk
menyebut hati manusia, seperti disebut dalam QS Ibrahim [14]: 43, wa af’idatuhum
hawâ’ (hati yang kosong). Al-Quran juga menggunakan kata shadr untuk menyebut
suasana hati, seperti dalam QS Al-Insyirah [94]: 1, Alam nasyrah laka shadrak
(Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?). Fu’ad adalah bentuk kata
tunggal dan bentuk jamaknya adalah af‟idah, yang berarti hati atau akal.xix Sedangkan
kata al-shadr merupakan kata tunggal, jamaknya shudûr berarti dada atau permulaan dari

Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa Melalui Pendidikan Hati (Tarbiyatul Qulub ) 40


Ayi Hidayat NIM : 4103810318023

tiap-tiap sesuatu. Al-mashdar, jamaknya mashâdir kata yang terambil dari kata Al-Shadr
berarti tempat terbit sesuatu, sumber, atau asal.
Selain qalb sering pula kita mendengar istilah bashîrah. Bashîrah-bashâir, berarti
akal, kecerdikan, ibrah, saksi, hujah mata. Kata bashîrah jika dihubungkan dengan
manusia mempunyai empat arti, yaitu ketajaman hati, kecerdasan, kemantapan dalam
agama, dan keyakinan hati dalam hal agama dan realita. Meskipun mengandung arti
melihat, tetapi jarang kata ini digunakan dalam literatur Arab untuk indera penglihatan
tanpa disertai pandangan hati.
Setelah menelaah ayat-ayat dalam QS 50: 37, 57: 27, dan 3: 151, 49: 7, Quraish
Shihab menyatakan bahwa kalbu adalah wadah dari pengajaran, kasih sayang, takut, dan
keimanan. Dari isi kalbu yang dijelaskan oleh ayat-ayat di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa kalbu memang menampung hal-hal yang disadari oleh pemiliknya. Ini merupakan
salah satu perbedaan antara kalbu dan nafs (jiwa). Jiwa menampung apa yang berada di
bawah sadar, dan atau sesuatu yang tidak diingat lagi? Di sini dapat dipahami mengapa
yang dituntut untuk dipertanggungjawabkan hanya isi kalbu bukan isi nafs, 2: 225.
Namun dikatakan bahwa, Allah lebih mengetahui (dari kamu sendiri) apa yang terdapat
dalam nafs (diri kamu), 17: 25.
Nafs adalah “sisi dalam” manusia, kalbu pun demikian, hanya saja kalbu berada
dalam satu kotak tersendiri yang berada dalam kotak besar nafs. Al-Quran terkadang
menggunakan kata nafs dalam arti kalbu.
Menyinggung kaitan qalb dan nafs Mubarok menjelaskan bahwa dalam
menggerakkan tingkah-laku dengan segala prosesnya, nafs tidak bekerja secara langsung,
karena nafs bukanlah alat. Nafs bekerja melalui jaringan sistem yang bersifat rohani.
Dalam sistem nafs terdapat subsistem yang bekerja sebagai alat yang memungkinkan
manusia dapat memahami, berpikir, dan merasa, yaitu: qalb, bashîrah, rûh, dan ‘aql.
Dia memberikan contoh apa isi anfus seperti yang dimaksud dalam term mâ bi-
anfusihim (QS Al-Anfal [8]: 53) pastilah suatu potensi, yakni potensi untuk merasa,
berpikir, dan berkemauan. Dari term itu dapat dipahami bahwa nafs bukan alat, tetapi
lebih merupakan wadah yang di dalamnya terdapat aneka fasilitas. Ia merupakan ruang
dalam atau rohani manusia yang sangat luas yang juga menampung aneka fasilitas, ibarat
ruang besar yang berkamar-kamar, menampung seluruh aspek nafs manusia, yang
disadari maupun yang tidak disadari.xxxi Akan tetapi, di samping jiwa itu sebagai wadah,

Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa Melalui Pendidikan Hati (Tarbiyatul Qulub ) 41


Ayi Hidayat NIM : 4103810318023

jiwa juga merupakan penggerak tingkah laku. Hal ini seperti diisyaratkan dalam QS Al-
Ra‟d [13]: 11. Dengan kata lain, dalam konteks nafs manusia, qalb atau hati bukanlah
sepotong organ tubuh, tetapi sebagaimana juga ‘aql dan bashîrah merupakan elemen atau
sub sistem dalam sistem nafs yang bersifat ruhani.
Dari pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan, pertama bahwa hati merupakan
sub sistem jiwa di samping akal, ruh, dan bashîrah yang berfungsi sebagai alat penggerak
tingkah laku dan alat memahami realitas dan nilai-nilai. Kedua, hati merupakan suatu
wadah dari potensi baik dan buruk.
Dengan demikian, upaya pendidikan hati merupakan suatu keniscayaan.
Pendidikan hati tersebut harus dilakukan terus-menerus, sehingga yang bersangkutan
memiliki hati yang beriman dan patuh kepada suara hati nurani (bashîrah) di banding
mengikuti bisikan setan dan hawa nafsunya.xxxvii Dari hati yang beriman yang keluar
adalah perilaku yang baik, sedangkan hati yang kena penyakit setan dan hawa nafsu yang
keluar adalah perilaku yang buruk.

B. Metode Pendidikan Hati


Metode Pendidikan Hati (thurûq al-tarbiyah al-qulûb) paling sedikit, ada tiga hal,
yaitu : (1) memahami Al-Quran, (2) memikirkan alam, dan (3) dzikir. Manusia yang
menjalankan metode tersebut akan mudah menerima bisikan suara Ilahi (nurani) dan
menolak bisikan hawa nafsu dan setan. Sementara itu Ahmad Amin dalam Kitâb Al-
Akhlâk (1929: 13-4) menawarkan dua metode pendidikan hati (tarbiyah al-dhamîr),
yaitu: 1) kondisi lingkungan masyarakat, termasuk kualitas keluarga, 2) derajat akal dan
ilmu seseorang. Jika seseorang berada dalam lingkungan yang baik (al-bî'ah al-hasanah),
akalnya cerdas, dan ilmunya luas maka hatinya akan bekerja sesuai fitrahnya, yaitu
cenderung pada kebaikan dan iman.
1. Memahami Al-Quran
Metode ini sebagaimana isyarat firman Allah, “Maka apakah mereka tidak
memerhatikan Al-Quran ataukah hati mereka terkunci? QS Muhammad [47]: 24.
Dalam pandangan Hamka (1993: 6716), hati yang telah tertutup dan terkunci memang
sukar buat membukanya. Selama hati itu tidak juga diperkenalkan dengan isi Al-
Quran, kunci-kunci itu tidak akan terbuka, malah akan tertutup terus.

Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa Melalui Pendidikan Hati (Tarbiyatul Qulub ) 42


Ayi Hidayat NIM : 4103810318023

Seorang muslim harus terbiasa membaca dan memahami ayat-ayat Al-Quran.


Al-Quran bukan sekedar bacaan biasa, ia bisa memberi petunjuk kepada hati yang
sedang bimbang, sebagai obat bagi hati yang sakit, dan bisa mengurai fikiran yang
kusut. Disebutkan dalam QS Al-Zumar [39]: 23, “Allah telah menurunkan perkataan
yang paling baik (yaitu) Al-Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-
ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian
menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah,
dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang
disesatkan Allah, maka tidak ada seorangpun pemberi petunjuk baginya.”
Orang-orang yang mempunyai sifat seperti dilukiskan Al-Quran itulah yang
dibukakan hatinya menerima kebenaran, condong hatinya ke jalan yang lurus, merdu
didengarnya suara Al-Quran dan masuk ke dalam jiwanya.
Ayat-ayat tentang siksa itu membuat orang mukmin takut, karena memikirkan
nasibnya di masa hidup setelah mati. Ia merasa amal-amal baiknya belum seberapa
banyaknya, dan yang sedikit itu pun apakah Tuhan berkenan menerimanya atau tidak.
Tapi ketika mendengar nama Tuhan, orang mukmin tenang hatinya, karena Dia-lah
satu-satunya tempat berlindung dan memohon pertolongan baginya; ingat pula ia akan
Rahmân dan Rahîm-Nya Allah itu. Harapannya semoga Tuhan berkenan memohonkan
maaf atas segala kekhilafannya.
Ibnu Taimiyah memberikan tiga hal agar Al-Quran benar-benar dapat
memberikan pengaruh positif dalam kehidupan manusia (atsar al-tarbiyah), yaitu: 1)
menjaga ilmu dan amal, 2) mengambil makna Al-Quran secara menyeluruh, bukan
parsial, 3) menyandingkan Al-Quran dengan Sunnah, (Al-Kailani, 1985: 141-144).
2. Memikirkan alam
Banyak isyarat Al-Quran yang menunjukkan metode ini, di antaranya,
“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-
orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia
menyaksikannya”. (QS Qaff [50]: 37).Buku Terjemah Al-Quran versi Depag RI (1989:
854) menerjemahkan kata qalbun pada ayat di atas dengan akal. Hamka dalam Tafsir
Al-Azhar menerjemahkannya dengan hati (Jilid 9: 6881). Bisa jadi keduanya benar.
Yang berpendapat qalbun adalah akal, karena yang dimaksud adalah hati yang
memiliki fungsi berfikir yang sama dengan fungsi akal.

Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa Melalui Pendidikan Hati (Tarbiyatul Qulub ) 43


Ayi Hidayat NIM : 4103810318023

Menurut Hamka (Jilid 9: 6883), orang yang merasa ada hati, orang itulah yang
disebut berfikir. Ada hati, artinya adalah ada inti fikiran dan ada akal budi. Sangatlah
tercela orang yang ada hati tetapi tidak berjalan fikirannya, ada mata tetapi tidak
melihat dan ada telinga tetapi tidak mendengar.
"Memikirkan alam merupakan ibadah, sebagaimana menuntut ilmu itu ibadah,"
tulis Nu'man Abdurrazak Al-Sammarai (1983: 18).
Manusia yang cerdas adalah manusia yang penglihatan, pendengaran, dan
hatinya, mampu menangkap pesan-pesan di balik alam ini. Cara kerjanya adalah mata
dan telinga menyampaikan informasi yang ditangkapnya dari alam ke hati, dan hati
mencernanya menjadi sebuah cara berpikir (paradigma) dan ilmu. Singkatnya, hati
yang bisa mengambil pelajaran dan manfaat dari apa yang dilihat dan didengarnya dari
alam ini.
Hati yang digunakan untuk berfikir dan memahami alam (ayat kauniyah) akan
menjadikan pemiliknya menjadi manusia baik. Namun manusia bisa seperti binatang
bahkan lebih rendah, jika hatinya tidak bisa menarik hikmah dari fakta-fakta yang
ditangkap oleh mata dan telinganya.
3. Dzikir
Dzikir bisa dilakukan di mana pun dan kapan pun, sebagaimana firman Allah
dalam QS Al-Ahzâb [33]: 41, “Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan
menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya”; Laki-laki yang tidak
dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan
(dari) membayar zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan
pengelihatan menjadi goncang. QS Al-Nûr [24]: 37
Ali bin Thalhah menerima ajaran dari Ibnu Abbas tentang maksud dari ayat ini,
bahwa Allah bila menurunkan suatu yang wajib kepada hamba-Nya selalu ada batas
waktunya, dan diberi kelapangan seketika ada uzur yang menimpa. Tetapi dzikir tidak
ada uzurnya. Dzikir itu tidak diberi batas waktu. Tidak diberi uzur seseorang buat
meninggalkan dzikir. (Hamka, Jilid 8: 5740)
Dzikir yang dilakukan dengan terus-menerus akan menjadi sikap batin. Firman
Allah dalam QS ‘Âli ‘Imrân [3]: 191: “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau

Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa Melalui Pendidikan Hati (Tarbiyatul Qulub ) 44


Ayi Hidayat NIM : 4103810318023

menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa
neraka”.
Dzikir bukan sekedar aktifitas mengingat nama Allah, tapi harus dilanjutkan
dengan memikirkan keagungan setiap ciptaan-Nya yang tersebar di bumi dan di langit.
Memang, pada mulanya dzikir itu diucapkan lewat mulut, tapi lama-kelamaan ia akan
menjadi sikap batin. Artinya, batin itu akan selalu berhubungan dengan Tuhan, di
mana pun dan kapan pun. Raghib Ashfahani (2004: 200) menulis: “Dikatakan bahwa
dzikir terbagi dua: dzikir lisan dan dzikir kalbu, keduanya juga terbagi dua: dzikir
karena lupa dan dzikir karena menjaga ingatan—idâmah al-hifzh.”
Selalu mengingat Allah Swt. atau dzikir merupakan tanda iman yang kuat,
seperti firman Allah dalam QS Al-Ra’d [13]: 28, “(yaitu) orang-orang yang beriman
dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”.
Hamka (Jilid 5: 3761) menjelaskan bahwa ketentraman hati adalah pokok
kesehatan ruhani dan jasmani. Ragu dan gelisah adalah pangkal segala penyakit.
Puncak segala penyakit hati adalah kufur akan nikmat Allah.
Orang yang selalu berdzikir kepada Allah menandakan imannya kuat. Orang
semacam ini akan hidup bahagia, terhindar dari kesempitan hidup. Apa pun keadaan
yang menimpanya, sehat maupun sakit, untung maupun rugi, akan ditempuhnya
dengan penuh kesabaran dan kesyukuran. Allah Swt. memerintahkan salat agar
manusia selalu mengingat-Nya, seperti firman-Nya dalam QS Thâ Hâ [20]:
14,“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah
Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku”.
Adanya perintah mengerjakan sembahyang ialah supaya ingat kepada Allah itu
tetap ada. (Hamka, Jilid 6: 4402) “. dzikir merupakan upaya agar manusia selalu
merasakan kehadiran Allah [the Presence of God],” demikian ungkapan Abdullah
Yusuf Ali (2004: 46).
Orang beriman harus mengerjakan salat lima waktu agar hatinya terbiasa
mengingat Allah Swt. Jika tidak, Allah akan jauh dari hatinya, sehingga mudah bagi
hawa nafsu dan setan untuk menuntunnya ke sikap dan perbuatan buruk.
Salat tidak sekedar supaya kita ingat Allah Swt., tapi juga untuk doa atau
memohon kepada-Nya. Salat berintikan doa. Doa adalah keinginan yang dimohonkan

Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa Melalui Pendidikan Hati (Tarbiyatul Qulub ) 45


Ayi Hidayat NIM : 4103810318023

kepada Allah Swt. Saat berdoa atau memohon, maka kita harus merasakan kelemahan
dan kebutuhan kita di hadapan siapa yang kepadanya kita bermohon. Hal ini harus
dibuktikan dalam ucapan dan sikap.
Dalam mengingat Allah Swt. itu hendaknya manusia merasa rendah dan lemah,
tidak sombong, di hadapan-Nya. Firman Allah QS Al-Hadîd [57]: 16, “Belumkah
datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat
Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka
seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian
berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan
kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.”
Dzikir juga mampu menjadi penyelamat manusia dari rayuan setan, seperti
tersebut dalam QS Al-A’râf [7]: 201, “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila
mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga
mereka melihat kesalahan-kesalahannya.”
Setiap manusia akan digoda setan. Orang yang selalu berdzikir mampu menolak
bisikan setan karena ingat Tuhan. Tapi orang yang lalai berdzikir mudah menerima
seruan setan.
Mengenai bagaimana kedudukan orang yang selalu berdzikir dengan yang tidak
dilukiskan oleh hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Musa Al-
Asy’ari:

‫ﻴﱢﺖ‬
ِ ‫اﳊ ﱢَﻲَ واْﻟََﻤ‬
ْ ‫اﻟﱠﺬْي ﻻَ ﻳ َ ﺬُْﻛُﺮ اﷲ َ َ ﻣ ُﺜَﻞ‬
ِ ‫ِي ﻳ َ ﺬُْﻛُﺮَ رﺑﱠﻪُ َ و‬
‫اﻟﱠﺬ‬
ْ ‫َ ﻣ ُﺜَﻞ‬
“Perumpamaan orang yang berdzikir dengan orang yang tidak berdzikir,
adalah seperti orang hidup dengan orang mati.” Itulah sebabnya Rasulullah
mengajarkan kepada beberapa sahabatnya doa memperkuat hati dan doa dimudahkan
Tuhan dalam mengingat-Nya, yaitu:

‫ﺗِﻚ‬
َ ‫ِﻛﺮَِكَ وُﺷﻜْﺮَِكَ ُوْﺣﺴِﻦ ِﻋﺒ َ َﺎد‬
ْ‫ِﲏَﻋﻠَﻰ ذ‬
‫اَﻟﻠﱠﻬﱠﻢ أَﻋﱢ‬
ُ

“Ya Tuhan! Bantulah aku melakukan dzikir (ingat kepada engkau) dan
bersyukur kepada engkau dan melakukan sebaik-baik iabadah kepada Engkau.”
Al-Jailani (1979: 59) mengungkapkan, orang yang berdzikir hidup selamanya.
Pindah dari satu kehidupan pada kehidupan yang lain. Tidak ada kematian baginya

Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa Melalui Pendidikan Hati (Tarbiyatul Qulub ) 46


Ayi Hidayat NIM : 4103810318023

kecuali sebentar. Jika dzikir telah menetap dalam hati, maka seorang hamba akan
selalu mengingat Allah, walaupun ia tidak menyebut-Nya dengan lisan.

PEMBAHASAN
Pembahasan tentang Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa Melalui
Pendidikan Hati (Tarbiyatul Qulub) yang dilakukan penulis, berpijak kepada beberapa
rujukan, diantaranya :
Firman Allah SWT

ً‫ْﺿﻴﱠﺔ‬
ِ‫ﺑﱢﻚَ ر ِاﺿﻴ َ ﺔً َ ﻣﺮ‬
ِ ‫إِﱃَ ر‬
َ ‫ْﺟﻌِﻲ‬
ُ‫ْﺲ اﻟُْﻤﻄَْﻤﺌِ ﻨِارﱠﺔ‬
ُ‫ﻳ َ ﺎ أَﻳـﱠَﺘـُﻬﺎ اﻟﻨـﱠﻔ‬
"Hai jiwa yang tenang-tenteram! Kembalikah kepada Tuhanmu, merasa senang (kepada
Tuhan) dan (Tuhan) merasa senang kepadanya" (QS. Al-Fajr : 27-28).

‫ﱡﻮء‬
ِ‫ﱢئ ﻧـَﻔِْﺴﻲ إِ ﱠن اﻟﻨـﱠﻔَْﺲ ﻷﻣَﱠﺎرةٌ ﺑِﺎﻟﺴ‬
ُ‫ََوﻣﺎ أُﺑـ َ ﺮ‬
"Dan aku tidaklah membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu
suka menyuruh kepada yang buruk". (QS yusuf : 53).
Sabda Nabi Muhammad SAW :

‫اﻟﻘﻠﻮب أرﺑﻌﺔ ﻗﻠﺐ أﺟﺮد ﻓﻴﻪ ﺳﺮاج ﻳﺰﻫﺮ ﻓﺬﻟﻚ ﻗﻠﺐ اﳌﺆﻣﻦ وﻗﻠﺐ أﺳﻮد ﻣﻨﻜﻮس ﻓﺬﻟﻚ ﻗﻠﺐ اﻟﻜﺎﻓﺮ وﻗﻠﺐ‬
‫أﻏﻠﻒ ﻣﺮﺑﻮط ﻋﻠﻰ ﻏﻼﻓﻪ ﻓﺬﻟﻚ ﻗﻠﺐ اﳌﻨﺎﻓﻖ وﻗﻠﺐ ﻣﺼﻔﺢ ﻓﻴﻪ إﳝﺎن وﻧﻔﺎق‬
"Hati itu tempat macam: hati yang bersih, padanya pelita yang bersinar gemilang. Maka
itulah hati orang mu'min. Hati hitam terbalik, maka itulah hati orang kafir. Hati
terbungkus yang terikat bungkusannya. Itulah hati orang munafiq. Dan hati yang
melintang, padanya keimanan dan kemunafikan".
Sedangkan metode pendidikan Hati ini ialah yang menetap ingatannya kepada Allah.
Allan Ta'ala berfirman:

‫ﻠُﻮب‬
ُ ‫ﺌِﻦ اﻟُْﻘ‬
‫اﻟﻠﱠﻪ ﺗَ ﻄَْﻤ ﱡ‬
ِ ‫ِﻛِْﺮ‬
‫أَﻻ ﺑِﺬ‬
"Ketahuilah, bahwa dengan mengingati Allah, hati menjadi tenteram".(QS. Ar-Ra'd : 28)

‫ﻴﱢﺖ‬
ِ ‫اﳊ ﱢَﻲَ و اﻟَْﻤ‬
ْ ‫ِي ﻻَ ﻳ َ ﺬُْﻛُﺮَ رﺑﱠﻪُ َ ﻣ ُﺜَﻞ‬
ْ‫ِي ﻳ َ ﺬُْﻛُﺮَ رﺑﱠﻪُ َ و اﻟﱠﺬ‬
ْ‫َ ﻣ ُﺜَﻞ اﻟﱠﺬ‬
“Perumpamaan orang-orang yang berdzikir kepada Tuhannya dan orang yang tidak
berdzikir kepada-Nya adalah seperti orang yang hidup dan orang yang mati.” (H.R.
Bukhari).
Metode Tarbiyatul Qulub yang dilaksanakan di Madrasah Aliyah Al-Ulfah adalah
metode dzikir, dalam hal ini adalah dzikir Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Dzikir

Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa Melalui Pendidikan Hati (Tarbiyatul Qulub ) 47


Ayi Hidayat NIM : 4103810318023

dilakukan secara terus-menerus (istiqamah), hal ini dimaksudkan sebagai suatu latihan
psikologis (riyadah al-nafs) agar seseorang dapat mengingat Allah di setiap waktu dan
kesempatan.
Adapun dzikir dalam tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah adalah aktivitas lidah
(lisan) maupun hati (batin) sesuai dengan yang telah dibaiatkan oleh mursyid, meliputi 2
(dua) jenis dzikir yaitu: 1) Dzikir nafi isbat yaitu dzikir kepada Allah dengan menyebut
kalimat “lailahaillallah”. 2) Dzikir ismu dzat yaitu dzikir kepada Allah dengan menyebut
kalimat “Allah” secara sirr atau khafi (dalam hati).
Dzikir yang dilakukan secara istiqomah ini dapat merubah prilaku sebagian besar
siswa di Madrasah Aliyah Al-Ulfah, hampir 90 % siswa yang telah mengikuti amalan
dzikir ini mengalami perubahan prilaku ke arah yang lebih baik. Prilaku baik tersebut
diantaranya :
1. Meningkatnya keimanan siswa, hal ini dapat dilihat dari rutinitas siswa dalam
menjalankan ibadah harian siswa.
2. Berkurangnya angka kriminal di lingkungan sekolah.
3. Terbentuknya insan yang berakhlaqul karimah. Hal ini dapat dilihat dari Patuh dan
hormatnya siswa kepada guru
4. Meningkatkan motivasi belajar siswa. Meningkatnya kehadiran siswa dalam
mengikuti proses KBM menjadi lebih baik.

SIMPULAN
Fungsi hati sama persis dengan fungsi akal, yakni sebagai alat berfikir dan
menimbang sesuatu. Hanya saja, di samping sebagai alat menimbang, hati juga mampu
memutuskan sesuatu. Hal ini berbeda dengan akal yang hanya berfungsi sebagai alat
berfikir dan menimbang saja. Dengan kata lain, akal dan hati memikirkan dan menimbang
sesuatu, sedangkan keputusannya diserahkan pada hati.
Hati kadang berpotensi baik, seperti dapat ditundukkan dengan ilmu. Tapi hati juga
bisa berpotensi buruk, seperti bisa ditutup rapat dari kebenaran, menolak, mengingkari,
kesal, dan berpaling dari kebenaran. Di sisi lain, hati pun mengandung dua potensi, seperti
bisa diperluas dan dipersempit, memutuskan sesuatu, dan dapat diuji.
Setiap hati manusia itu bisa kembali kepada kebaikan, asal tidak ia sendiri yang
condong pada kekufuran. Hati yang kufur itu lama kelamaan akan mengeras seperti batu,

Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa Melalui Pendidikan Hati (Tarbiyatul Qulub ) 48


Ayi Hidayat NIM : 4103810318023

sehingga akan sulit menerima pengajaran Islam. Hati manusia itu sukar sekali menerima
ajaran yang benar karena kungkungan dari hawa nafsu. Manusia harus sadar bahwa ia
datang ke dunia ini hanya sekali, sesudah itu pun ia meninggal. Bagi orang-orang yang
terlanjur merasa hatinya sudah banyak buruknya, jika masih adakepercayaan kepada
Rahman dan Rahim-Nya Allah, ia harus segera bertaubat.
Metode pendidikan hati itu ada tiga. Pertama, memahami Al-Quran. Orang yang sudi
merenungkan Al-Quran, hatinya yang kesat akan menjadi lunak. Fikiran yang keras akan
bersikap lemah-lembut kepada sesama manusia. Karena di atas kekuasaan manusia ada
lagi kekuasaan yang lebih tinggi, yaitu kekuasaan Allah.
Kedua, memikirkan alam. Penglihatan, pendengaran dan hati merupakan
penghubung insan dengan alam sekelilingnya. Kehalusan tanggapan pendengaran,
penglihatan dan hati itulah yang mempertinggi kecerdasan manusia di dunia ini.
Ketiga, dzikir (selalu menghadirkan Tuhan). Dzikir tidak diberi batas waktu. Tidak
diberi uzur seseorang buat meninggalkan dzikir.
Ketentaraman hati adalah pokok kesehatan ruhani dan jasmani. Ragu dan gelisah
adalah pangkal segala penyakit. Kalau hati telah ditumbuhi penyakit, dan tidak segara
diobati dengan iman, yaitu iman yang menimbulkan dzikir dan dzikir yang menimbulkan
thuma‟ninah, maka celakalah yang akan menimpa. Adanya perintah mengerjakan
sembahyang ialah supaya ingat kepada Allah itu tetap ada.

Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa Melalui Pendidikan Hati (Tarbiyatul Qulub ) 49


Ayi Hidayat NIM : 4103810318023

DAFTAR PUSTAKA

Goleman, D. 2001. Kecerdasan Emosional untuk Mencapai Puncak Prestasi (Terj.


Widodo, ATK), Cetakan ke 4. Jakarta: PT. Gramedia.
Hurlock, E.B. 1999. Psikologi Perkembangan. Terjemahan Istiwidayanti & Soedjarwo.
Ed. V. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kompas, Harian, 2018. siswa yang menganiaya teman, Seorang Siswa Alami Gegar Otak
(Kompas.com - 26/02/2018, 17:33 WIB).

Poerwanti, E. 2005. Memahami Pertumbuhan Kecerdasan Intelektual dan Kecerdasan


Emosional Anak untuk Kepentingan Pendidikan. www.malang.ac.id/jurnal/-fip/sd
Agustian, Ary Ginanjar, ESQ (Emotional Spiritual Quotient): Berdasarkan 6 Rukun Iman
dan Rukun Islam, Jakarta: Arga, 2003, Cet. XI
Darqawi, Al-, Syaik Al-Arabi, Memerangi Hawa Nafsu: Risalah-risalah Sufi Syaik Al-
Darqawi, Pent. Agung Prihantoro, (Jakarta: Pustaka Hidayah, 2002), Cet. I
Ghazali, Al-, Ihyâ‟ Ulum Al-Dîn, (Kairo: Dar Al-Fikr, t.t.), Juz III Mizan, 2001), Cet. XI
Goleman, Daniel, Emotional Intelligence (Kecerdasan Emosional Mengapa Lebih
Penting daripada IQ), (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000)
Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Singapura: Pustaka Nasional, 1993), Cet. III, Jilid 1-X
Ilham, Muhammad Arifin, Hakikat Zikir: Jalan Taat Menuju Allah, (Jakarta: Intuisi
Press, 2003), Cetakan Ketiga
Jauziyah, Al-, Ibnu Qayyim, Rahasia Hati: Penyakit Hati dan Obatnya, Penerjemah:
Fadli Bahri, (Jakarta: Cendekia Centra Muslim, 2004), Cet. I
Tasmara, Toto, Kecerdasan Ruhaniah (Transcendental Intelligence), (Jakarta: Gema
Insani Press, 2003), Cet. III
Yusuf, M. Yunan, Corak Pemikiran Kalam Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Penamadani, 2003),
Cet. II

Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa Melalui Pendidikan Hati (Tarbiyatul Qulub ) 50


Azhar Muhamad, S.Pd
PENGARUH ORANG TUA TERHADAP KECERDASAN ANAK DI ERA MILENIAL

PENGARUH ORANG TUA TERHADAP KECERDASAN ANAK DI ERA


MILENIAL

Abstrak
Artikel ini mendeskripsikan tentang Pengaruh keluarga dalam menyukseskan
pendidikan dan karakter anak di era millenial. Mengingat di era millenial ini teknologi
semakin canggih sehingga anak perlu pengawasan yang intensif dari orang tua.
Beberapa Pengaruh keluarga yang dapat dilakukan antara lain: (1) Mengatur waktu
belajar dari pukul 18.00 hingga 21.00 WIB; (2) Mengatur waktu bermain anak hanya
satu hingga dua jam per hari; (3) Orang tua tetap mengontrol dan mengatur waktu
belajar anak via telepon; (4) Membimbing anak ketika di rumah selain mengingatkan
anak untuk belajar, juga saat mereka bermain atau menonton TV. Pembentukan karakter
bagi anak harus meliputi tiga aspek perkembangan, yaitu aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik. Untuk memenuhi ketiga aspek tersebut, pembentukan karakter anak dapat
dilakukan dengan memberikan tiga sentuhan, yaitu dengan keteladanan, kasih sayang
dan perhatian. Pendidikan dan pembentukan karakter anak tidak luput dari pola asuh
orang tua. Pola asuh orang tua yang ideal adalah pola asuh demokratis karena terjadi
komunikasi dua arah antara orang tua dengan anak sehingga secara otomatis terjadi
kesepakatan dalam setiap pengambilan keputusan.

Kata Kunci: Orang tua, anak, pendidikan, Kecerdasan, karakter,Millenial

Pendahuluan
REVOLUSI digital telah mengubah kehidupan manusia. Kemunculan internet
menyumbang perubahan perilaku anak dan remaja. Ditunjang teknologi, anak mudah
mengakses konten-konten negatif dari internet, dalam sekali jentikan jari. Sebagai
generasi millenial, anak-anak kita berpeluang membawa perubahan besar, di satu sisi.
Tapi di sisi lain terancam lost generation. Sebabnya, 34 juta pelajar kita hari ini rentan
terpapar pornografi.
Harus kita akui, internet telah melahirkan banyak perilaku anak yang sebelumnya
tak pernah kita bayangkan. Dengan internet, anak millennial terhubung dengan media
digital. Mereka senang saling terkoneksi dan berkomunikasi serta menggandrungi
perubahan. Dengan kondisi seperti itu, sebagai orangtua yang berbeda generasi, perlu
bagi kita memahami apa sesungguhnya tantangan anak millennial, dan Pengaruh seperti
apa yang harus kita kerjakan.
Pendidikan adalah salah satu kontrol sosial yang sangat penting dalam masyarakat.
Pendidikan yang bersifat akademik akan menentukan tingkat intelektual seseorang dalam
lingkungannya yang kemudian keahliannya akan diterapkan di bidangnya masing-

51
Azhar Muhamad, S.Pd
PENGARUH ORANG TUA TERHADAP KECERDASAN ANAK DI ERA MILENIAL

masing. Sedangkan pendidikan karakter menentukan perilaku seseorang berjalan sesuai


norma-norma yang berlaku di masyarakat yaitu norma kesusilaan, norma agama, norma
hukum dan norma kesopanan. Meskipun pendidikan yang paling utama adalah
pendidikan moral, pendidikan akademik (dalam hal ini adalah sekolah) pun perlu
diperhatikan dan dilaksanakan secara optimal, mengingat hampir semua orang pernah
melalui masa sekolah dasar hingga menengah.
Di era Millenial seperti sekarang ini, semua orang sibuk bekerja untuk memenuhi
kebutuhan keluarganya. Maka, tidak sedikit orang tua yang justru melimpahkan seluruh
tanggung jawab pendidikan anaknya kepada pihak sekolah/madrasah. Padahal, keluarga
merupakan media pendidikan yang paling pertama dan utama bagi seorang anak.
Seperti halnya sekolah, keluarga juga merupakan tempat belajar bagi anak-anak
bahkan awal pendidikan sebenar nya berada pada pihak keluarga. Dari sejak lahir hingga
dewasa, mereka akan belajar dan mendapatkan pendidikan di “sekolah keluarga” dimana
orang tua dan anggota keluarga yang lain menjadi guru-gurunya.
Penguatan Pengaruh keluarga dalam pendidikan anak menjadi hal yang sangat
penting, karena keluarga dapat mengajarkan hal-hal yang tidak anak dapatkan di
sekolah/madrasah. Pendidikan dalam “sekolah keluarga” ini harus dilakukan secara baik
dan maksimal, karena masa anak-anak adalah masa membangun pondasi yang kuat untuk
membangun karakter dan menopang ilmu anak hingga dewasa kelak. Seperti yang telah
diungkapkan di atas, anak-anak memerlukan perhatian yang ekstra dari semua pihak.
Pihak-pihak utama yang di maksud di sini adalah pemerintah, sekolah, dan khususnya
keluarga. Semua pihak tersebut harus menjalankan Pengaruh dan fungsi nya masing
masing agar menciptakan sistem pendidikan yang baik. Dalam hal ini, keluarga
mempunyai Pengaruh besar, karena lagi-lagi keluarga merupakan orang terdekat dan
lingkungan utama bagi anak-anak. Keluarga yang harmonis dapat memberikan pelajaran
mengenai tanggung jawab, kejujuran, kemandirian, kedisiplinan dan sebagainya.
Saat ini Tidak sedikit orang tua yang acuh akan rencana pendidikan anak-anaknya.
Tidak sedikit pula orang tua yang terlalu memaksakan kehendak mereka mengenai
pilihan pendidikan anak dijenjang yang lebih tinggi.
Tidak ada nya demokrasi dalam keluarga,tidak terbangun nya komunikasi dua arah
di dalam keluarga ,sehingga jika hal tersebut masih di pertahankan akan mengancam pola
hubungan yang baik antara orang tua dan anak Contohnya, setelah Tamat dari SMP/Mts

52
Azhar Muhamad, S.Pd
PENGARUH ORANG TUA TERHADAP KECERDASAN ANAK DI ERA MILENIAL

ada anak yang ingin melanjutkan pendidikannya di SMA, akan tetapi orang tua anak
tersebut memaksakan anaknya untuk sekolah di SMK . Akhirnya anak tersebut sekolah
dengan terpaksa dan tidak sungguh-sungguh. Pada akhirnya, ia tidak dapat melewati
jenjang pendidikan tingkat menengah tersebut dengan baik dan berujung depresi. Hal
tersebutlah yang melatabelakangi penulis untuk membahas tentang bagaimana Pengaruh
keluarga untuk dapat menyukseskan pendidikan dan membentuk karakter anak di Era
Millenial seperti saat ini.

Definisi Pendidikan
Menurut UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 pengertian Pendidikan adalah sebuah
usaha yang di lakukan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, membangun kepribadian, pengendalian
diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, dan Negara.

Definisi Kecerdasan
pengertian kecerdasan yang dikemukan oleh beberapa ahli berikut ini:
Gregory: Kecerdasan adalah kemampuan atau keterampilan untuk memecahkan
masalah atau menciptakan produk yang bernilai dalam satu atau lebih bangunan budaya
tertentu.
C. P. Chaplin: Kecerdasan adalah kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri
terhadap situasi baru secara tepat dan efektif.
Anita E. Woolfolk: Kecerdasan adalah kemampuan untuk belajar, keseluruhan
pengetahuan yang diperoleh, dan kemampuan untuk beradaptasi dengan situasi baru atau
lingkungan pada umumnya.
Jenis-jenis kecerdasan yang secara umum dipahami dewasa ini terdiri dari;
kecerdasan intelektual atau Intelegent Quotient (IQ), kecerdasan emosional atau
Emotional Quotient (EQ), dan kecerdasan spritual atau Spiritual Quotient (SQ). Berikut
ini penjelasan masing-masing jenis kecerdasan tersebut:
Kecerdasan Intelektual atau Intelegent Quotient (IQ): adalah bentuk kemampuan
individu untuk berfikir, mengolah, dan menguasai lingkungannya secara maksimal serta

53
Azhar Muhamad, S.Pd
PENGARUH ORANG TUA TERHADAP KECERDASAN ANAK DI ERA MILENIAL

bertindak secara terarah. Kecerdasan ini digunakan untuk memecahkan masalah logika
maupun strategis.
Kecerdasan Emosional atau Emotional Quotient (EQ): adalah kemampuan untuk
mengenali, mengendalikan dan menata perasaan sendiri dan perasaan orang lain secara
mendalam sehingga kehadirannya menyenangkan dan didambakan orang lain.
Kecerdasan ini memberi kita kesadaran mengenai perasaan milik diri sendiri dan juga
perasaan milik orang lain, memberi rasa empati, cinta, motivasi, dan kemampuan untuk
menanggapi kesedihan atau kegembiraan secara tepat.
Kecerdasan Spritual atau Spiritual Quotient (SQ): adalah sumber yang mengilhami
dan melambungkan semangat seseorang dengan mengikatkan diri pada nilai-nilai
kebenaran tanpa batas waktu. Kecerdasan ini digunakan untuk membedakan baik dan
buruk, benar dan salah, dan pemahaman terhadap standar moral.

Fungsi-Fungsi pokok Keluarga


Fungsi-fungsi keluarga merupakan suatu hal yang sangat melekat yang tidak dapat
di pisahkan dalam kehidupan masyarakat. Fungsi-fungsi dalam keluarga sangat
menentukan terhadap keberlangsungan kehidupan keluarga. Pada dasarnya keluarga
memiliki fungsi-fungsi yang sangat penting dan tidak dapat digantikan oleh siapapun.
Berbeda dengan fungsi-fungsi yang lain seperti fungsi sosial lebih mudah berubah atau
mengalami perubahan (Khoiruddin, 2008:48). Menurut Narwoko dan Suyanto
(2011:234), Fungsi keluarga yang lebih pokok meliputi:
1. Fungsi Pengaturan Keturunan
Fungsi pengaturan keturunan dalam masyarakat merupakan hakikat untuk
melangsungkan hidup manusia dan sebagai dasar kehidupan sosial dan bukan hanya
kebutuhan biologis saja. Fungsi ini lebih didasarkan pada pertimbangan misalanya
melanjutkan keturunan yang bertujuan sebagai pewaris tahta atau harta dari keluarga serta
pengasuhan pada hari tua. Fungsi biologis atau pengaturan keturunan ini juga mengalami
perubahan, karena keluarga sekarang cenderung lebih mempunyai jumlah anak yang
lebih sedikit (Khoiruddin, 2008:48)

54
Azhar Muhamad, S.Pd
PENGARUH ORANG TUA TERHADAP KECERDASAN ANAK DI ERA MILENIAL

2. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan


Fungsi sosialisasi dan pendidikan merujuk pada Pengaruhan keluarga dalam
membentuk kepribadian anak. Sosialisasi ini bisa melalui interaksi sosial dalam keluarga,
dimana anak akan belajar berbagai pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita, dan nilai
atau norma dalam masyarakat dalam proses perkembangan kepribadiaannya (Khoiruddin,
2008:49). Wujud sosialisasi ini agar anak dalam perkembangannya dapat memahami apa
yang baik dan apa yang buruk, sehingga membantu anak dalam proses bersosialisasi
dalam masyarakat nantinya. Menurut Mac Iver and page (1952), mengatakan “the
primary functions”dalam keluarga modern yaitu: (1) Prokreasi dan memperhatikan serta
membesarkan anak; (2) Kepuasaan yang lebih stabil dari kebutuhan oleh pasangan; (3)
Bagian dari rumah tangga dengan gabungan materialnya, kebudayaan dan afeksi.
3. Fungsi Ekonomi dan Unit Produksi
Dalam fungsi ini keluarga sebagai unit produksi dengan pembagian kerja di antara
anggotanya. Sehingga mengakibatkan keluarga bertindak dalam pelaksanaan unit
produksi yang tertata. Hal ini akan menimbulkan keterlibatan di semua agggota keluarga,
sehingga Pengaruh suami selain kepala rumah tangga juga sebagai kepala produksi.
4. Fungsi Pelindung atau Proteksi
Fungsi perlindungan dalam keluarga sebagai tempat berlindung dan bertumpu
seluruh anggotanya dalam dari berbagai macam bahaya yanmg mengancam, umumnya
fungsi ini sekarang lebih di ambil alih oleh instansi Negara.
5. Fungsi Penerus Status
Keluarga sebagai penerus status yang mewariskan pada anggota keluarganya.
Dimana hak istimewa ini bisa didapat melalui jenjang pendidikan, perkawinan, atau hak-
hak istimewa lain.
6. Fungsi Pemeliharaan
Fungsi pemeliharaan ini sebagai fungsi yang memelihara anggota keluarga yang
sakit, menderita, dan tua. Dalam setiap masyarakat berbeda akan tetapi keluarga memang
menjadi pertanggung jawaban khusus dalam situasi dan kondisi disetiap anggotanya.
7. Fungsi Afeksi
Fungsi afeksi dalam keluarga merupakan kebutuhan dasar setiap manusia, seperti
kebutuhan kasih sayang, dan rasa dicintai. Sehingga hubungan keluarga semakin kuat dan
baik.

55
Azhar Muhamad, S.Pd
PENGARUH ORANG TUA TERHADAP KECERDASAN ANAK DI ERA MILENIAL

PEMBAHASAN
Ada tiga tantangan generasi millennial. Pertama, sekarang kita menghadapi
kompetisi global. Di era kini, anak-anak kita dituntut lebih cakap berkomunikasi,
memiliki kompetensi bahasa standar internasional dan terampil mengoperasikan
kompetensi komputer serta mampu berkolaborasi secara global.
Kedua, anak-anak kita merupakan generasi consumtif tecnology, (keranjingan
teknologi), khususnya gawai dan internet. Ketiga, anak-anak kita berhadapan dengan
masalah karakter. Anak-anak kita cenderung tidak bertumbuh dengan apa yang
seharusnya terjadi.
Tiga hal itu memerlukan perhatian sungguh-sungguh dari semua pihak, khususnya
orangtua. Bagaimana kita mengemas pendidikan, agar-anak kita siap bersaing di tingkat
global tapi memiliki karakter yang kuat. Agar anak-anak kita siap bersaing tapi memiliki
budaya. Mereka memberi nilai lebih dalam diri mereka, yang menunjukkan mereka
memang orang-orang hebat, ramah, rendah hati, dan pandai menghargai orang lain.
Di titik inilah perlu sekali menciptakan kegiatan-kegiatan pembelajaran yang lebih
menarik, yang bisa mengalihkan perhatian anak-anak kita dari keranjingan gawai. Untuk
itu, sekolah tentu harus membikin sistem pendidikan yang lebih komprehensif. Tidak saja
mencetak anak yang cerdas, tapi juga anak berkarakter.

Petakan Potensi Anak


Menyangkut cerdas dan berkarakter, di sinilah kita perlu memetakan kecerdasan
anak. Mana-mana anak yang bisa dikelompokkan berdasarkan kecerdasannya, dan
karakter-karakter seperti apa yang harus dimiliki anak, dan sekarang belum dimilikinya,
sehingga kemudian bisa kita bentuk di sekolah. Sekolah memulai pembentukan karakter
itu tetapi didukung oleh orangtua dan masyarakat.
Pemetaan terhadap anak penting untuk mengetahui mana anak yang berada di jalur
cepat, mana anak yang di jalur sedang dan mana anak yang berada di jalur lambat. Tiga-
tiganya bisa berkembang dan menjulang menjadi hebat, asalkan kita tidak salah
menempatkan anak kita di jalurnya. Misalnya, anak yang jalur lambat, jangan kita paksa
melaju di jalur cepat.
Yang kedua, menentukan bakat anak tidak bisa dilihat dari tampilan fisiknya. Kita
harus deteksi (assesment) potensi anak, sehingga kita bisa tahu bakatnya. Minat itu
tumbuh dari pengaruh lingkungan. Anak yang berminat belum tentu berbakat. Orang-

56
Azhar Muhamad, S.Pd
PENGARUH ORANG TUA TERHADAP KECERDASAN ANAK DI ERA MILENIAL

orang berbakat selalu memberi nilai lebih pada pekerjaannya, sehingga dia bekerja
dengan sangat ahli.
Orangtua dianjurkan untuk tidak memaksakan anak menjadi sesuatu. Anak mesti
tumbuh sesuai bakatnya. Karena itu potensi anak sebaiknya dideteksi sejak kecil, supaya
kita tahu apa bakat mereka dan bisa kita arahkan mereka jauh lebih bagus, sepasti
dilakukan Sekolah Parulian, Medan. Sekolah ini mengambil langkah bijak dengan
menggandeng psikolog sekaligus Analis Bakat dan Perilaku Anak. Orangtua juga punya
andil besar dalam menggali potensi anak sejak masih usia dini.
Ternyata, anak yang tidak dideteksi potensinya sejak kecil, di masa depan mereka
kepayahan meraih sukses. Hari ini, angka pengangguran terdidik (minimal Diploma dan
Sarjana), masih tinggi, sebanyak 856.644 orang. Penelitian di UNY tahun 2011, sebanyak
43 persen pengangguran ini, karena dulunya mereka salah mengambil jurusan. Mereka
sekolah sampai perguruan tinggi, tapi tidak memiliki nilai lebih pada jurusan itu. Itu
sebabnya, mereka tidak berbakat, sehingga ‘tidak layak jual’.
Berbeda dengan anak berbakat, walau masuk jurusan yang tidak favorit, dia malah
menjulang menjadi anak hebat. Itu karena dia memberi nilai lebih pada pekerjaannya.
Jadi yang mengantarkan anak kita jadi hebat, bukanlah jurusan favorit atau tidak,
melainkan bakatnya. Karena itu sekolah harus mengembangkan bakat anak sesuai
dideteksi tim ahli.

Kenali Bakat, Tumbuhkan Minat


Setelah kita tahu apa bakat anak, tugas kita sebagai orangtua adalah menumbuhkan
minat pada bakat tersebut. Kalau anak berbakat jadi dokter, misalnya. Maka, mulai hari
ini kalau ada pameran alat-alat kedokteran, ada talksow mengenai dokter hebat, jumpa
dengan dokter hebat di rumah sakit, itu anak harus diperkenalkan terus. Bahkan perlu
sekali mengundang orang profesional mengajar di kelas. Cara ini sudah dilakukan SD De
Green Camp di Kota Tanjung Pinang, Riau.
Kita juga percaya, bertemu banyak orang hebat kentara memotivasi anak
menggeluti minatnya. Prinsip itulah yang diterapkan SMA Negeri 15 Semarang, Jawa
Tengah. Mereka mengundang orangtua siswa untuk berbagi ilmu dan pengalaman di
depan kelas. Kemudian pasok dengan majalah-majalah kesehatan atau jurnal-jurnal yang
ditulis dokter-dokter hebat. Pastikan anak kita bisa leluasa mengakses bacaan yang

57
Azhar Muhamad, S.Pd
PENGARUH ORANG TUA TERHADAP KECERDASAN ANAK DI ERA MILENIAL

mendukung minat dan bakatnya. Tentu bukan hanya untuk topik dokter. Tetapi juga untuk
profesi lain.

Kerjasama Sekolah dan Orangtua


Selain mendeteksi itu, tugas lain orangtua—dan ini tak kalah penting—adalah
menumbuhkan kerjasama yang baik antara sekolah dengan orangtua. Caranya
bagaimana? Orangtua harus menyadari waktu anak di sekolah itu paling lama hanya
delapan jam sehari. Artinya dua pertiga dari waktunya sehari-hari ada di rumah dan di
lingkungan sekitar.
Karena itu, sudah selayaknyalah orangtua jangan berpikir bahwa dengan
menyekolahkan anak, semua tanggung jawab pengembangan potensi anak dibebankan
kepada sekolah. Tanggung jawab kita yang utama adalah bekerja sama dengan sekolah,
mengembangkan bakat anak kita secara bersama-sama. Sehingga dengan pengembangan
bakat secara terencana ini, anak-anak kita bertumbuh, berkembang dan menjulang di
masa depan.
“Keliru jika orangtua memandang tugas mereka hanya sekadar menyekolahkan
anak. Lebih keliru lagi, jika orangtua tak menyadari perlunya kolaborasi dengan sekolah,”
kata Patimah, pendiri PAUD Cendana.

Bangun Karakter Anak


Yang kedua, orangtua juga harus memahami, bakat saja tidak bisa mengantarkan
anak kita menjadi orang hebat, tetapi karakternya. Karakter seperti daya juang tinggi,
hasrat berprestasi dan kontak sosialnya. Ada anak hebat, cerdas dan semangat, tapi daya
juangnya rendah, sedikit-sedikit kalau ketemu masalah dia gampang menyerah, mudah
bete. Anak begituan, daya juangnya perlu dibangun. Dan seberapa intens kita bercerita
mengenai orang-orang sukses kepada anak kita, itu berpengaruh bagi mereka,
berpengaruh pada hasrat berprestasinya.
Begitu juga soal kontak sosialnya. Ini yang paling penting dan menjadi keprihatinan
kita. Banyak anak yang juara di sekolah tetapi hubungannya dengan orang lain miskin
sekali. Gersang sekali relasinya dengan orang lain. Kita kehilangan anak-anak yang ceria,
yang penuh hormat pada orangtua, yang pandai menyenangkan hati orang lain. Di banyak
tempat dan situasi, teknologi sepasti gawai telah memutus hubungan anak dengan
keluarganya, menjarakkan anak dengan teman-temannya dan dengan gurunya.

58
Azhar Muhamad, S.Pd
PENGARUH ORANG TUA TERHADAP KECERDASAN ANAK DI ERA MILENIAL

Batasi Pemakaian Gawai


Banyak orangtua mengeluhkan anaknya keranjingan gawai. Anak lebih doyan
menghabiskan waktunya berjam-jam ‘bermesraan’ dengan gawainya. Bayangkan, rata-
rata pemakaian gawai di kalangan anak-anak adalah sebelas jam dan sebagian besar hanya
tahan tujuh menit untuk tidak menggunakannya. Mereka merasa hubungan dengan orang
lain tidak butuh. Mereka lebih senang berhubungan dengan benda mati.
Psikolog anak dan keluarga Ajeng Raviando mewanti-wanti, ketergantungan pada
gawai menyebabkan demensia digital pada anak. Demensia digital berupa penurunan
kognitif akibat keranjingan memakai Pengaruhgkat digital. Ancaman demensia digital ini
telah menghantui remaja dan anak muda di Korea Selatan. Menurut penelitian kecanduan
teknologi di masa sekolah menyebabkan tekanan mental dan fisik, panik, bingung, dan
merasa isolasi ekstrem. Kecanduan teknologi membuat anak tak bisa jauh dari gawai
walau hanya sehari. Karena itu, pembatasan pemakaian gawai sangat dianjurkan oleh
Psikolog Ajeng.
Saking kuatirnya akan fenomena ini, pemerintah Korea Selatan dan Taiwan cepat-
cepat menerbitkan aturan yang membatasi pemakaian gawai. Di Korea Selatan, setiap
ponsel yang dipakai remaja 18 tahun ke bawah dipasangi aplikasi pemonitor, bernama
smart sherrif. Aplikasi itu berfungsi mengendalikan akses ke situs berbahaya (konten
dewasa), termasuk ke situs perjudian. Taiwan sedikit lebih tegas. Mereka melarang anak
di bawah umur dua tahun mengakses Pengaruhgkat elektronik. Singapura sendiri hanya
membolehkan anak menggunakan gawai selama satu jam dalam sehari. Dan itu pun anak
baru boleh pegang android jika sudah kelas 1 SMA.
Ini yang tidak diatur di negara kita. Celakanya, anak-anak yang baru usia setahun
sudah dijejali orangtuanya dengan gawai. Jika Taiwan, Korea Selatan dan Singapura
sudah membatasi penggunaan gawai pada anak, pemerintah kita masih merencanakan.
Kominfo sendiri masih sebatas mengajak orangtua terlibat damping anak saat “bermain”
gawai.
Ketika belum ada regulasi yang membatasi pemakaian gawai, mustinya, tiap
keluarga menetapkan aturan di rumah. Harus ada kesepakatan seperti apa pemakaian
gawai dan berapa lama. Begitu juga dengan aturan di sekolah, sehingga ada keselarasan
antara program sekolah dengan kebijakan orangtua di rumah.

59
Azhar Muhamad, S.Pd
PENGARUH ORANG TUA TERHADAP KECERDASAN ANAK DI ERA MILENIAL

Generasi Hebat
Kita harus akui anak-anak kitahari ini adalah generasi hebat. Pada 1923, Sosiolog
Karl Mannheim telah meramalkan, tahun 2000 ke atas akan lahir generasi Z (Gen Z),
generasi penuh problem. Dalam essainya itu, Mannheim mengakui anak-anak millennial
dan Gen Z ini sungguh hebat, penuh potensi dan apa saja bisa mereka lakukan.
Sayangnya, kalau kita tak bisa membina dan mengelola potensinya, mereka akan menjadi
masalah bagi kita.
Anak-anak millennial dan Gen Z ini mengedepankan kreativitas. Fred Tuffile,
Direktur Program studi wirausaha, seperti dikutip Forbes mendefenisikan, anak
millennial dan gen Z suka mencari kericuhan, memiliki kewaspadaan terhadap resiko
dipecat, alergi kehidupan monoton ala kantoran, dan mereka berpikir selalu ‘ada jalan
keluar’.
Di sinilah penting orangtua dan sekolah mengenal betul karakter dua generasi hebat
ini. Di saat bersamaan, harus terjadi hubungan simbiosis mutualisme antara guru, sekolah
dan orangtua murid. Di lain sisi perhatian orangtua terhadap anak musti meningkat seiring
usia anak bertambah.
Begitu juga hubungan antara anak dengan orangtua akan tercermin dalam perilaku
anak di sekolah. Sampai anak dewasa (usia 17 tahun), perhatian kita kepada anak kita
harus intens demi tumbuh kembang anak kita lebih baik. Harus kita akui, semua
kenakalan anak itu, yang berujung pada pidana berawal dari hilangnya pengakuan
orangtua kepada anak. Kelakuan anak kita di masyarakat semua bermuara para
kecenderungan relasi di dalam rumah. Jadi sesibuk apapun kita dengan dalih berupaya
menghidupi keluarga, sesungguhnya jangan lupa memberi perhatian pada anak kita.
Anak-anak millenial dan Gen Z ini sangat memerlukan perhatian dan sentuhan dari
orangtuanya. Semakin kurang perhatian yang mereka dapat di rumah, mereka akan
mencarinya di luar (rumah). Anak millennial ini kuat mencontoh perilaku orangtuanya.
Mereka cepat mencontoh orangtuanya yang merokok di rumah. Mencontoh hal-hal
negatif dan positif. Karena itu gaya hidup yang baik dari orangtua serupa cermin bening
di mata anak-anaknya.
Parenting Forum
Anak-anak millenial dan Gen Z itu karakternya beda dengan generasi sebelumnya.
Karena karakternya berbeda, perilakunya juga berbeda jauh. Sehingga sangat payah jika

60
Azhar Muhamad, S.Pd
PENGARUH ORANG TUA TERHADAP KECERDASAN ANAK DI ERA MILENIAL

orangtua mendidik anak dengan pola-pola lama yang diajarkan nenek moyangnya. Justru
jika pola lama digunakan untuk mendidik anak, hasilnya semakin kontraproduktif.
Generasi millennial dan Gen Z semakin mengandalkan logika. Dan uniknya mereka
sangat mengenal kata persahabatan. Persahabatan itu sangat dihargai anak millennial dan
Gen Z.
Anak lebih menuruti kata sahabatnya, ketimbang nasihat orangtunya. Di sinilah
orangtua harus cerdas mencari ‘celah’ untuk membangun persahabatan dengan anak.
Orangtua yang bisa berPengaruh selayaknya sahabat bagi anaknya, akan lebih mudah
bagi mereka mengarahkan anak-anaknya.
Belum lagi, orangtua juga musti rajin mengikuti parenting forum yang diadakan
sekolah. Psikolog, analis bakat dan perilaku, pakar gizi, ahli kesehatan bisa dihadirkan di
sana. Guru dan orangtua bisa leluasa berbagi uneg-uneg dan pengalaman. Orangtua tentu
punya pengalaman unik mendidik anak. Pengalaman itu bisa dibagikan di forum itu.
Sehingga kemudian orangtua bertambah wawasannya bertambah dalam mendidik anak.
Jadi, kalau kita mau berhasil sebagai orangtua hari ini, pertama kita harus tahu bakat
anak kita. Kedua, kita harus tau cara bagaimana mengembangkan bakat anak kita.
Bagaimana kita membesarkan anak, itu bisa kita dapat dalam forum-forum parenting,
dimana ahli dihadirkan untuk berbicara, dimana guru dan juga orangtua-orangtua hebat
ikut berbagi pengalaman-pengalaman (best practices) mereka mendidik anak.
A. Pengaruh Keluarga dalam Menyukseskan Pendidikan Anak
Pendidikan dalam bahasa Inggris disebut dengan education yang berarti
Pembelajaran, pengetahuan,keterampilan dan kebiasaan sekelompok orang yang
diturunkan dari satu generasi kegenerasi berikut nya melalui pengajaran,pelatihan dan
penelitian. Sedangkan dalam konsep Islam, pendidikan adalah sebuah usaha sadar orang-
orang muslim yang bertakwa dalam mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta
kemampuan fitrah yang dimiliki individu sesuai dengan ajaran Islam (Muhammad
Afandi, 2016:15). Selanjutnya dalam Undang-Undang juga disebutkan bahwa pendidikan
adalah “Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara
(SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003, 2012:2).

61
Azhar Muhamad, S.Pd
PENGARUH ORANG TUA TERHADAP KECERDASAN ANAK DI ERA MILENIAL

Mengontrol dan mengatur waktu belajar anak di era digital seperti sekarang ini
dirasa cukup sulit bagi orang tua, rasanya anak-anak lebih tertarik dengan gadget-nya.
Mereka bisa menghabiskan sepanjang hari hanya untuk bermain games atau menonton
TV. Sebaiknya orang tua dapat mengingatkan dan mengatur waktu belajar anak. Misalnya
dapat dilakukan dengan cara mengatur waktu belajar dari pukul 18.00 hingga 21.00 , atau
mengatur waktu bermain anak hanya satu hingga dua jam per hari. Apabila kedua orang
tua bekerja, mereka bisa tetap mengontrol dan mengatur waktu belajar anak via telepon.
Membimbing anak ketika di rumah selain mengingatkan anak untuk belajar, ketika anak
belajar pun orang tua sebaiknya membimbing dan mengawasi. Membimbing bukan
berarti mengerjakan PR anak sepenuhnya. Bimbingan orang tua juga diperlukan saat
mereka bermain. Misalnya saja ketika anak menonton TV, sebagian program TV kurang
bahkan tidak mendidik. Langkah yang perlu dilakukan oleh orang tua memang tidak
menghentikan program TV tersebut, melainkan mengontrol tayangan yang seharusnya
dan layak ditonton oleh anak-anak.
Terkait dengan rencana pendidikan anak sebaiknya didiskusikan langsung dengan
anak, dan diarahkan serta dibimbing dengan baik. Membangun komunikasi yang baik
dengan pihak sekolah/madrasah . Orang tua juga harus memberikan pengertian kepada
peraturan sekolah/ madrasah karena sesungguhnya peraturan yang dibuat di sekolah /
madrasah semata-mata hanya untuk kebaikan peserta didik itu sendiri. Namun tetap saja,
pengawasan orang tua juga dibutuhkan untuk memastikan peraturan sekolah/madrasah
tidak menyimpang. Untuk itu, dibutuhkan komunikasi yang baik antara orang tua dan
pihak sekolah/madrasah. Sehingga orang tua bisa mengevaluasi bagaimana
perkembangan anak di sekolah/madrasah dan di rumah.
Komunikasi yang dapat dibangun dengan sekolah/madrasah bermacam-macam,
misalnya menghadiri pertemuan orang tua siswa yang diadakan sekolah/madrasah,
mengambil laporan hasil belajar secara langsung, menanyakan perkembangan anak di
sekolah/madrasah, dan sebagainya.
B. Pengaruh Keluarga dalam Membangun Karakter Anak
Istilah karakter merupakan sebuah kata sifat, dalam bahasa Yunani
disebut karasoyang artinya cetak biru atau format dasar (Doni Koesoema, 2011:90).
Sedangkan karakter menurut Kamisa, Pengertian Karakter adalah Sifat-sifat
kejiwaan,akhlak dan budi pekerti yang dapat membuat seseorang terlihat berbeda dari

62
Azhar Muhamad, S.Pd
PENGARUH ORANG TUA TERHADAP KECERDASAN ANAK DI ERA MILENIAL

orang lain. Gaffar dalam Dharma Koesuma (2011:5) berpendapat bahwa penanaman
karakter anak merupakan sebuah transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditanamkan
dalam pribadi seseorang dan kemudian diaplikasikan dalam kegiatan sehari-hari.
Pendidikan karakter menurut Lickona adalah suatu usaha yang di sengaja untuk
membantu seseorang sehingga ia dapat memahami,memperhatikan dan melakukan nilai-
nilai etika yang inti. Selanjutnya Afandi berpendapat bahwa pendidikan karakter adalah
suatu proses secara sadar dan direncanakan untuk membimbing dan menanamkan nilai-
nilai luhur kepada peserta didik agar dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari baik
kepad Allah, diri sendiri maupun orang lain (Muhamad Afandi, 2016:16). Berdasarkan
beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa karakter anak merupakan sebuah
nilai sikap yang wajib ditanamkan kepada anak sejak usia dini sebagai upaya
pembentukan sifat dan akhlak yang mulia sesuai dengan ajaran Islam.
Pendidikan karakter yang disampaikan kepada anak harus meliputi tiga aspek
perkembangan, yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Pertama aspek
perkembangan kognitif, meliputi kemampuan dalam berfikir, pemahaman ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku. Kedua
aspek afektif, meliputi kemampuan dalam bersikap yang ditunjukan dengan kualitas
keimanan, akhlak dan budi pekerti yang luhur. Ketiga aspek psikomotorik, yakni meliputi
kemampuan anak dalam bertingkah laku, mengembangkan kreatifitas dan keterampilan
yang dimiliki anak.
Pengaruh keluarga dalam penanaman karakter anak termasuk pada pendidikan
informal. Dalam hal ini keluarga termasuk didalamnya orang tua dan orang-orang dewasa
memiliki tanggung jawab Pengaruh dan fungsi atas pendidikan dan pembentukan
karakter anak. Karakter anak dapat dibentuk melalui keteladanan, kasih sayang, dan
perhatian. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
a. Keteladanan
Sebagaimana ajaran dari Rasulullah SAW bahwa metode yang paling tepat dalam
mendidik anak adalah dengan metode keteladanan atau pencontohan. Seperti peribahasa
mengatakan buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Jika orang tua mengajarkan sesuatu hal
yang baik, maka anaknya pun akan sama demikian. Begitu juga dengan pepatah
mengatakan guru kencing berdiri,murid kencing berlari

63
Azhar Muhamad, S.Pd
PENGARUH ORANG TUA TERHADAP KECERDASAN ANAK DI ERA MILENIAL

b. Kasih Sayang
Kasih sayang yang diberikan kepada anak tidak harus selalu dalam bentuk materi,
malainkan kasih sayang bisa diwujudkan dalam bentuk keharmonisan keluarga. Adanya
hubungan psikologis yang baik menuntun anak memiliki sifat yang lembut dan taat. Kasih
sayang tidak juga diwujudkan dengan cara memenuhi semua keinginan anak tanpa
mempertimbangkan dampak dan resiko yang mungkin didapat. Kasih sayang orang tua
kepada anak, yang berharga adalah dengan menjalin hubungan psikologis dan emosional
yang baik. Dengan demikian karakter anak akan terbentuk dengan baik sesuai dengan
fungsi dan tujuan pendidikan karakter.
c. Perhatian
Perhatian merupakan komponen yang sangat dibutuhkan oleh anak. Karena dengan
mendapatkan perhatian, anak akan merasa tenang dan terlindungi karena eksistensinya
diakui.
Memberikan perhatian kepada anak mendorong anak dalam menumbuhkan
rasa pecaya diri yang tinggi,kepatuhan, karena dengan perhatian kewibawaan orang tua
lebih muncul dihadapan sang anak. Perhatian diartikan juga sebagai pengawasan bagi
anak dalam pergaulannya. Orang tua memberikan pengawasan sewajarnya kepada anak
untuk menghindari segala sesuatu merugikan yang mungkin terjadi. Karena pengawasan
adalah salah satu bentuk dari perhatian.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa inti dari pembentukan
karakter anak tidak lepas dari pola asuh pengasuhan orang tua. Sebagaimana diketahui
bahwa secara garis besar terdapat tiga macam pola pengasuhan orang tua (Istina
Rakhmawati, 2015:6), meliputi:
1. Pola asuh otoriter
Mendengar istilah otoriter, sudah barang tentu ada unsur pendidikan yang bersifat
keras didalamnya. Orang tua dengan pola asuh otoriter cenderung suka mengatur dan
memaksakan kehendak pribadinya tanpa memperhatikan kondisi disekitar. Pola asuh
seperti ini justru akan membuat anak takut dan dapat berdampak negatif bagi
perkembangan psikologis anak. Bisa jadi anak menjadi seorang yang tidak percaya diri,
sulit mengendalikan diri dan mudah emosi ketika berinteraksi dengan orang lain.

64
Azhar Muhamad, S.Pd
PENGARUH ORANG TUA TERHADAP KECERDASAN ANAK DI ERA MILENIAL

2. Pola asuh permisif


Lain halnya dengan pola asuh otoriter, pada pola asuh permisif lebih bersifat bebas
dan terbuka. Anak diberikan kebebasan untuk memilih apapun yang disukai dan
diinginkannya, akan tetapi orang tua kurang memperdulikan perkembangannya.
Perkembangan psiko dan sosial anak dengan pengasuhan ini dapat berakibat terbentuknya
keegoisan dalam diri anak karena merasa semua kebutuhannya bisa dengan mudah diraih.
Sehingga menyebabkan anak kurang memiliki kompetensi sosial.
3. Pola asuh demokratis
Pola asuh yang ketiga merupakan garis tengah dari kedua pola sebelumnya. Pola
asuh demokratis, orang tua memberikan keluasan kepada anak dalam memilih namun
tidak lepas dari pengawasan dan kontrol orang tua. Dengan adanya komunikasi dua arah
antara orang tua dan anak, maka mendorong anak untuk bersikap bijaksana dengan
karakter yang baik.
Berdasarkan macam pola pengasuhan di atas, pola pengasuhan yang lebih efektif
adalah pola asuh demokratis karena secara tidak langsung telah terjadi kesepakatan
antara dua pihak, yakni antara orang tua dengan anak. Di samping itu dengan pola asuh
demokratis akan mendukung terhadap pelaksanaan ketiga aspek pembentukan karakter
anak sebelumnya, yaitu keteladanan, kasih sayang dan perhatian.
Endah (2012:30-31) dalam Afandi merumuskan tentang nilai-nilai yang
dikembangkan dalam pendidikan karakter berdasarkan dari empat sumber yaitu agama,
pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional. Adapun beberapa pengembangan
nilai-nilai karakter tersebut adalah:
No. Nilai Indikator
1. Nilai Religius Nilai kepatuhan terhadap ajaran agama yang dianutnya serta memiliki rasa
toleransi kepada penganut agama lain.
2. Jujur Berupaya menjadi seorang yang dapat dipercaya baik dalam perkataan dan
tindakannya.
3. Toleransi Mampu menjadi pribadi yang netral dan menghargai segala perbedaan baik
etnis, agama, ras, suku, sikap, dan tindakan orang lain.
4. Disiplin Menempatkan diri sesuai dengan aturannya, bersikap tertib dan taat.
5. Kerja Keras Menjadi seorang yang mampu bertahan dalam menghadapi kesulitan belajar
hingga dapat menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

65
Azhar Muhamad, S.Pd
PENGARUH ORANG TUA TERHADAP KECERDASAN ANAK DI ERA MILENIAL

6. Kreatif Mampu berpikir secara kompleks untuk mendapatkan hasil yang baru dari
sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri Tidak bergantung kepada orang lain. Memiliki keinginan untuk selalu
bergerak sendiri dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas.
8. Demokratis Mampu berpikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan hak dan kewajiban
masing-masing.
9. Rasa ingin tahu Selalu merasa kurang dengan pengetahuan yang dimiliki, sehingga menuntut
agar mampu berpikir lebih luas.
10. Semangat Pola pikir dan bertindak yang menempatkan kepentingan negara diatas
Kebangsaan kepentingan sendiri.
11. Cinta tanah air Pola pikir dan bertindak yang menunjukan kesetiaan dan kecintaan terhadap
lingkungan, budaya, sosial.
12. Komunikatif Mudah bergaul dan bekerjasama dengan orang lain.
13 Tanggung Mampu melaksanakan tugas dan kewajiban yang seharusnya dilakukan, baik
jawab terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, maupun negara.
Sedangkan menurut para ahli bahwa ada 10 tips pola asuh modern untuk orang tua
zaman now yang penulis temukan di LampuHijau.com
1. Batasi memegang gadget saat bersama anak
2. Hadir untuk anak
3. Merawat Diri
4. Jangan terlalu menyibukkan anak
5. Mendengarkan anak dengan sungguh
6. Berhenti mengejar kesempurnaan
7. Berhenti melakukan semua untuk mereka
8. Lakukan Aktifitas dengan anak
9. Bicara Jujur tentang topik besar
10. Berikan Contoh yang Baik
Sedangkan menurut Psikolog dan pendiri yayasan Kita dan Buah Hati Elly Risman
membagikan 7 tips cara mengasuh anak di era digital :
1. Tanggung jawab Penuh
2. Kedekatan
3. Harus jelas tujuan pengasuhan

66
Azhar Muhamad, S.Pd
PENGARUH ORANG TUA TERHADAP KECERDASAN ANAK DI ERA MILENIAL

4. Bicara Baik-baik
5. Mengajarkan nilai-nilai agama
6. Persiapkan anak memasuki usia pubertas
7. Persiapkan anak masuk era digital

67
Azhar Muhamad, S.Pd
PENGARUH ORANG TUA TERHADAP KECERDASAN ANAK DI ERA MILENIAL

SIMPULAN

Manusia merupakan makhluk Allah SWT yang dibekali potensi luar biasa untuk
dikembangkan. Pengembangan potensi tersebut dimulai dari pendidikan yang merupakan
proses transfer ilmu dan pengetahuan. Orang tua merupakan madrasah pertama dan utama
bagi anak. Oleh karena itu orang tua memiliki tanggung jawab penuh atas perkembangan
potensi anak. Selanjutnya melalui pendidikan, orang tua turut berPengaruh dalam
pembentukan karakter anak.
Keluarga turut serta dalam menyukseskan pendidikan anak. Mengingat di era
millenial ini teknologi semakin canggih, maka menjadi tugas tambahan bagi orang tua
dalam mengontrol anak agar tidak terjadi candu terhadap teknologi. Beberapa Pengaruh
keluarga yang dapat dilakukan untuk menyukseskan pendidikan anak adalah: (1)
mengatur waktu belajar dari pukul 18.00 hingga 21.00 WIB; (2) mengatur waktu bermain
anak hanya satu hingga dua jam per hari; (3) apabila kedua orang tua bekerja, mereka
bisa tetap mengontrol dan mengatur waktu belajar anak via telepon; (4) membimbing
anak ketika di rumah selain mengingatkan anak untuk belajar, juga saat mereka bermain
atau menonton TV.
Pembentukan karakter bagi anak harus meliputi tiga aspek perkembangan, yaitu
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Untuk memenuhi ketiga aspek tersebut,
pembentukan karakter anak dapat dilakukan dengan memberikan tiga sentuhan, yaitu
dengan keteladanan, kasih sayang dan perhatian. Keteladanan mendorong anak untuk
bisa berpikir logis melalui apa yang telah dicontohkan orang tuanya. Kasih sayang
melatih aspek afektif anak untuk mendorong anak memiliki sifat yang lembut dan taat.
Sedangkan perhatian lebih mengarah pada aspek psikomotorik karena di dalam perhatian
ada pula pengawasan terhadap tingkah laku atau perilaku anak.
Hingga pada akhirnya Pengaruh keluarga dalam menyukseskan pendidikan dan
karakter anak di era millenial ini sangat besar. Hasil pendidikan dan pembentukan
karakter anak tidak luput dari pola asuh oorang tua. Pola asuh orang tua yang ideal adalah
pola asuh demokratis. Karena terjadi komunikasi dua arah antara orang tua dengan anak
sehingga secara otomatis terjadi kesepakatan dalam setiap pengambilan keputusan.

68
Azhar Muhamad, S.Pd
PENGARUH ORANG TUA TERHADAP KECERDASAN ANAK DI ERA MILENIAL

Pola asuh dapat di defenisikan sebagai pola interaksi antara anak dengan orang tua
yang meliputi pemenuhan kebutuhan fisik dan kebutuhan psikologis serta sosialisasi
norma-norma yang berlaku di masyarakat agar anak hidup selaras dengan lingkungan nya
untuk meningkatkan Pengaruh keluarga dalam pendidikan,kementerian pendiidkan
dan kebudayaanmemiliki laman khusus.
Melalui Laman ini para orang tua dapat mengakses info serta belajar serta
mendapatkan inspirasi keberhasilan orang tua dalam mendidik serta membina anak di era
millenial ini ,salah satu nya adalah artikel berikut ini "Orang tua perlu terapkan pola asuh
generasi millenials "

69
Azhar Muhamad, S.Pd
PENGARUH ORANG TUA TERHADAP KECERDASAN ANAK DI ERA MILENIAL

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Dariyo, Psikologi Perkembangan Anak, Anak Tiga Tahun Pertama, Bandung:PT.
Refika Aditama, 2007.
Amin, Samsul, Munir, Menyiapkan masa depan anak secara Islami, Jakarta: Amzah,
2007.
Anwar, Syamsul, Antologi Pemikiran Hukum Islam di Indonesia: Antara Idealitas dan
Realitas, cet. I, Yogyakarta: Syari’ah Press, 2008.
Basri, Hasan, Keluarga Sakinah Tinjauan Psikologi dan Agama, Cet-IV, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1999.
Desmita, Psikologi Perkembangan, Cet-II, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006.
Dharma Koesuma dkk. Pendidikan Karakter; Kajian Teori dan Praktik di Sekolah.
Bandung: Remaja Rosdakarya. 2011.
Doni Koesoema. Pendidikan karakter; Strategi Mendidik anak di Zaman Global. Jakarta:
Grasindo. 2011.
Endah Sulistyowati. Implementasi Kurikulum Pendidikan Karakter. Yogyakarta: PT.
Citra Aji Parama. 2012.
Ghazali, Al, Ihya ‘Ulumuddin, tentang Keajaiban Hati, alih bahasa oleh Nur Hikmah,
Jakarta:Yayasan Kesejahteraan Keluarga , 1965.
Hartati, Netty dkk, Islam dan Psikologi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001.
Istina Rakhmawati. Pengaruh Keluarga dalam Pengasuhan anak. Konseling
Religi, Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam. 2015.
Kemdiknas. Desain Induk Pendidikan Karakter. Jakarta: Kemdiknas. 2010.
Kompilasi Hukum Islam (KHI) tentang pemeliharaan anak.
Latipun, Psikologi Konseling, Malang:Universitas Muhammadiyah Malang Press, 2001.
Muhamad Afandi. Character Education Investment in SD/MI. Jurnal Elementary. Vol.2
Edisi 2, Juli 2016.
Musthofa, Yasin, EQ untuk anak usia dini dalam pendidikan Islam, Yogyakarta: Sketsa,
2007.
Nadjib, Agus, Moh, Maqasid asy-Syari’ah, IAIN Sunan Kalijaga: BEM-J PMH, 2003.
Nasution, Khoiruddin, Hukum Perkawinan I, (Dilengkapi Perbandingan UU Negara
Muslim Kontemporer), edisi revisi, Yogyakarta: ACAdeMIA + TAZZAFA, 2004.

70
Azhar Muhamad, S.Pd
PENGARUH ORANG TUA TERHADAP KECERDASAN ANAK DI ERA MILENIAL

Rafiq, Ahmad, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Rajawali Press, 1998.


Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan UU Perkawinan (UU No. 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan), cet. 2. Yogyakarta: Liberty, 1986.
Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan.
Undang-undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
Undang-undang RI No 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan nasional
https://lampuhijau.com/berita/10-tips-pola-asuh-modern-untuk-orang-tua-jaman-now-
1538.php
https://m.detik.com/wolipop/read/2016/05/27/tips-pengasuhan-anak-di-era-digital-dari-
psikolog-elly-risman
http://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id.

71
Iim Imron Rosyadi NIM : 4103810318016

KECERDASAN EMOSIONAL DALAM PEMBELAJARAN

Iim Imron Rosyadi


SEKOLAH PASCA SARJANA UNINUS

ABSTRAK
Banyak contoh disekitar kita membuktikan bahwa orang yang memiliki pendidikan
tinggi belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan. Seringkali mereka yang
berpendidikan formal lebih rendah ternyata berhasil di dunia pekerjaan. Menurut survey
di Amerka Serikat tentang apa yang diinginkan oleh para pemberi kerja keterampilan
teknik tidak seberapa penting bila dibandingkan dengan keterampilan dasar untuk
beradaptasi (belajar) dalam bidang pekerjaan, kemampuan mendengar dan
berkomunikasi secara lisan, adaptasi, keativitas, ketahanan mental, kepercayaan diri,
motivasi kerja sama tim, serta keinginan memberi kontribusi terhadap perusahaan.
Maka dengan itu, kecerdasan emosional perlu di sampaikan kepada peserta didik
melalui berbagai upaya agar peserta didik memiliki sifat-sifat diatas.

Key words: Kecerdasan emosional, pembelajaran

A. LATAR BELAKANG
Sekolah merupakan sarana interaksi sosial, tempat peserta didik melaksanakan
kegiatan bersama dalam rangka mengembangkan sikap spiritual dan sosial, pengetahuan
dan keterampilan. Pada umunya peserta didik adalah individu yang berada pada masa
transisi menuju kepada tahapan manusia dewasa, seiring dengan pertambahan usia maka
hal yang paling menonjol adalah perubahan psikologis dan emosional. Perubahan ini
termasuk hal yang wajar terjadi pada masa tersebut yang perlu diwaspadai adalah
perubahan kecerdasan emosional yang berbeda-beda dari tiap individu.
Belakang ini banyak tulisan yang menyoroti secara kritis pentingnya kecerdasan
emosional dalam mewujudkan keberhasilan seseorang. Pendapat sebelumnya
menempatkan kecerdasan intelektual (IQ) sebagai satu-satunya penentu keberhasilan
seseorang. Pergeseran paradigma ini memberikan pencerahan bagi dunia pendidikan
karena semakin terbuka peluang seseorang untuk berhasil menuju sukses dalam
kehidupan dengan mengendalikan kecerdasan emosional (EQ).
Dengan mempelajari kecerdasan emosional ini diharapkan dunia pendidikan
memiliki pemahaman yang baik sebagai bagian penting ari proses pembelajaran. Tidak
lagi dipahami sebagai transfer ilmu pengetahuan semata kepada peserta didik.

72
Kecerdasan Emosional Dalam Pembelajaran
Iim Imron Rosyadi NIM : 4103810318016

B. LANDASAN TEORI
Kemampuan akademik, nilai rapor, predikat kelulusan, pendidikan tinggi tidak bias
menjadi satu-satunya tolak ukur seberapa baik kinerja seseorang dalam pekerjaannya atau
seberapa tinggi sukses yang mampu dicapai. Menurut makalah Mcleland tahun 1973
berjudul “Testing for Competence Rather than Intelligence”, “Seperangkat kecakapan
khusus, seperti empati; disiplin diri; dan inisiatif; akan membedakan antara mereka yang
sukses sebegai bintang kinerja dengan yang hanya sebatas bertahan di lapangan pekerjaan
(Agustian, 2016).

C. PEMBAHASAN
Emotional Quotient (EQ) atau kecerdasan emosional adalah kemampuan
seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan
orang lain di sekitarnya. Kenyataan saat ini banyak penelitian yang mengungkapkan
bahwa kecerdasan emosional memiliki kontribusi yang lebih besar terhadap keberhasilan
seseorang dibanding dengan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosi (EQ) mengacu
kepada perasaan terhadap informasi akan suatu hubungan sedangkan kecerdasan
inteketual (IQ) mengacu kepada kapasitas untuk memberikan alasan yang valid akan
suatu hubungan.
Dalam kecerdasan emosional terdapat lima pokok utama yaitu: mampu menyadari
dan mengelola emosi, memiliki kepakaan terhadap emosi orang lain, mampu merespon
dan bernegosiasi dengan orang lain, serta menggunakan emosi sebagai alat untuk
memotivasi diri. Ke lima elemen tersebut merupakan satu kesatuan yang berfungsi untuk
mengendalikan kecerdasan emosional seseorang.
Dalam kondisi sebenarnya , kecerdasan emosional setiap individu berbeda-beda
ada yang menonjol dan pula yang rendah, jadi seseorang yang cerdas secara emosional
bukan hanya memiliki emosi atau perasaan tetapi juga mampu memahami apa makna dari
rasa tersebut. Dapat melihat dirinya sendiri seperti melihat orang lain serta mampu
memahami orang lain seolah-olah apa yang dirasakan orang lain dapat kita rasakan pula.
Secara teori, kecerdasan emosional meliputi:
1. Kemampuan untuk merasakan secara akurat, menilai dan mengekspresikan emosi,
2. Kemampuan untuk mengakses dan menghasiulkan perasaan ketika ia bersedia
berfikir,

73
Kecerdasan Emosional Dalam Pembelajaran
Iim Imron Rosyadi NIM : 4103810318016

3. Kemampuan untuk memahami emosi dan pengetahuan emosional,


4. Kemampuan untuk mengatur emosi dan mempromosikan pertumbuhan emosi dan
intelektual.
EQ/kecerdasan emosional merupakan kecerdasan paling vital pada diri manusia
yang seharusnya terus dilatih, dikelola dan dikembangkan secara terus menerus. Karena
kecerdasan emosional memiliki kesinambungan yang cukup erat dengan kualitas hidup
manusia dan berkaitan juga dengan adanya jiwa yang sehat. Sehingga dengan jiwa yang
sehat tersebut akan memiliki peluang yang lebih besar untuk kehidupan yang lebih baik.
Perubahan fisik seseorang biasanya diikuti pula dengan perubahan psikologi dan
emosi serta kematangan dalam bersosialisasi. Usia SMA adalah salahsatu masa peralihan
yang dimaksud, penulis lain menyebutnya dengan masa adolensia atau heightened
emotionality.
Kekuatan emosi yang tinggi dapat berupa bentuk tingkah laku seperti bingung,
emjosi berkobar-kobar atau mudah meledak, bertengkar, tidak bergairah, pemalsa,
membentuk mekanisme pertahanan diri, emosi pada masa mini dapat terus menerus
berlanghsung sampai periode tertentu akan berhenti sendiri dan menuju kepada emosi
yang stabil sejalan dengan pertambahan usia. Kecerdasan emosional juga berkaitan
dengan arah yang positif jika remaja dapat mengendalikannya, memang dibutuhkan
proses panjang agar seseorang dapat menjalani hudupnya dengan stabil.
Faktor-faktor pemicu kecerdasan dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Faktor bawaan.
Faktor bawaan ditentukan oleh sifat bawaan sejak lahir. Batas seseorang memiliki
kesanggupan atau kecakapan dalam memecahkan masalah antara lain ditentukan
faktor bawaan. Maka di dalam komunitas kelas ditemukan ada peserta didik yang
sangat cerdas, cukup cerdas, kurang cerdas.
2. Faktor minat dan bawaan khas
Minat mengarahkan perbuatan pada satu tujuan dan menjadi dorongan untuk
perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif yang mendorong
manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar, sehingga apa yang diminati
manusia dapat memberikan dorongan untuk lebih giat dan lebih baik.
3. Faktor pembentukan

74
Kecerdasan Emosional Dalam Pembelajaran
Iim Imron Rosyadi NIM : 4103810318016

Faktor pembentukan ini sangat erat kaitannya dengan kondisi lingkungan sekitar
terhadap intelegensi manusia, Terdapat 2 jenis faktor pembentukan yaitu yang
disengaja seperti yang dilaksanakan di sekolah dan tidak disengaja seperti yang
berlaku di lingkungan masyarakat.
4. Faktor kematangan
Akibat dari perubahan organ tubuh manusia yang mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Setiap organ tubuh manusia baik fisik maupun psikis dapat
dikatagorikan telah matang jika ia telah tumbuh hingga mencapai kesanggupan
menjalankan tugas masing-masing.
Perkembangan emosi remaja banyak dipengaruhi oleh beberapa factor
diantaranya : kepribadian, lingkungan, pengalaman, kebudayaan, dan pendidikan,
merupakan variable yang sangat berperan dalam perkembangan emosi individu.
Perbedaan individu juga dapat dipengaruhi oleh adanya perbedaan kondisi atau keadaan
individu yang bersangkutan.
Berkaitan dengan hal itu maka orang yang memiliki kecerdasan emosional yang
baik diharapkan dapat menampilkan sikap berfikir yang tercermin dari cara berfikir yang
logis, cepat, mempunya kemampuan abstraksi yang baik, mampu mendeteksi,
menafsirkan, menyimpilkan, mengevaluasi dan mengingat, menyelesaikan masalah
dengan baik, bertindak terarah sesuai dengan tujuan.
Jika dilihat dari prestasi belajar, maka kecerdasan emosional merupakan salahsatu
factor yang turut menentukan prestasi. Individu yang memiliki IQ tinggi diharapkan akan
menghasilkan prestasi belajar yang tinggi, karena IQ seringkali dianggap modal potensial
yang memudahkan seseorang dalam belajar. Maka seringkali muncul anggapan bahwa
IQ merupakan factor yang menunjang prestasi belajar yang baik. Bahkan ada sebagian
masyarakat yang menempatkan IQ melebihi porsi yang seharusnya. Mereka menganggap
hasil tes IQ yang tinggi merupakan jaminan kesuksesan belajar seseorang, sebaliknya IQ
yang rendah merupakan vonis bagi individu bahwa dirinya tidak mungkin mencapai
prestasi belajar yang baik, anggapan seperti ini tidaklah tepat karena masih banyak factor
lain yang ikut menentukan prestasi terutama EQ dan SQ. Anggapan tidak tepat di atas
bisa berdampak tidak baik bagi individu karena dapat melemahkan motivasi belajar
peserta didik dalam belajar yang justru menjadi titik awal dari kegagalan yang seharusnya
tidak perlu terjadi. Untuk itu perlu ditanamkan dalam diri peserta didik bahwa kesuksesan

75
Kecerdasan Emosional Dalam Pembelajaran
Iim Imron Rosyadi NIM : 4103810318016

belajar tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan yang dimiliki tetapi juga dipengaruhi oleh
bagaimana mengendalikan diri.
Penerapan kecerdasan emosional dalam pembelajaran bagi peserta didik sangat
penting untuk dilakukan, dimana peserta didik diarahkan secara perlahan untuk
mengembangkan, mengasah serta mengendalikan emosi yang dimiliki, sehingga
berdampak baik bagi kehidupan peserta didik tersebut, baik di dalam maupun diluar
lingkungan sekolah, dalam bidang akademik maupun non akademik.
Seperti yang disampaikan di atas bahwa kecerdasan emosional sangat penting
dalam kehidupan manusia, untuk itu kecerdasan emosional perlu ditanamkan kepada
peserta didik sejak dini. Berbagai upaya penamaman sejak dini kecerdasan emosional
dapat dilakukan oleh orang tua siswa dan para guru di sekolah dengan cara-cara tertentu.
Untuk itu orang tua dan guru harus memahami dan mengetahuisasaran yang terkandung
di dalam setiap kecakapan emosional, dengan demikian arah dan tujuannya akan menjadi
jelas dan terancang.
Kecakapan-kecakapan itu meliputi:
1. Kesadaran diri ( Selfawareness)
2. Pengaturan diri ( Self regulation)
3. Motivasi dii (Self motivation)
4. Empati (Empathy)
5. Membina hubungan (Relationship)
Dari 5 komponen kecerdasan emosional tersebut di atas jelas mengarah kepada
pembentukan kecerdasan emosional. Kecakapan tersebut tidak mudah diperolah kecuali
adanya pendidikan dan pelatihan emosi sejak dini, hal inilah yang menjadi tugas prndidik
dan orang tua untuk mewujudkannya. Pendidikan yang terarah dan terancang dengan baik
akan dapat membina peserta didik untuk mendapatkan kecakapan-kecakapan emosional
sebagaimana tersebut di atas.
Saahsatu cara untuk membentuk kecakapan-kecakapan emosional tersebut adalah
dengan menggunakan ceritera-ceritera keteladanan terutama yang bersumber dari Al
Quran yang sangat kaya akan hikmah dan pelajaran hidup. Pendekatan ini sangt baik
dilakukan oleh orang tua dan pendidik kepada peserta didik agar berhasil seggai manusia
yang seimbang perkembangan intelektualitas, emosi dan ruhaninya.

76
Kecerdasan Emosional Dalam Pembelajaran
Iim Imron Rosyadi NIM : 4103810318016

D. SIMPULAN
Kecerdasan emosional yang dikenal juga dengan EQ adalah kemampuan
seseorang untuk menerima, menilai, mengelola serta mengontrol emosi dirinya dan orang
lain disekitarnya. Peserta didik yang memiliki emosional yang baik akan membentuk
generasi yang memiliki karakter.
Kecerdasan emosional mencakup kemampuan mengungkapkan perasaan,
kesadaran serta pemahaman emosi dan kemampuan untuk mengatur dan
mengendalikannya, atau dapat juga di artikan kemampuan mental untuk membantu kita
mengendalikan diri dan mmahami perasaan kita dan orang lain yang menuntun kepada
kemampuan untuk mengatur perasaan-perasaan tersebut.
Seseorang yang mampu mengatur kecerdasan emosional yang dimilikinya
memiliki peluang untuk lebih sukses dalam hidup, sebagaana tertuang dalam kecakapan
abad 21 yaitu 4C (critical thinking, creativity, commnunication dan collaboration), jika
ditelaah lebih jauh kecakapan abda 21 pun menysiratkan unsur-unsur kecerdasan
emosional.
Pentingnya kecerdasan emosional dipelajari dan disampaikan kepada peserta
didik adalah dalam rangka memberikan kecakapan lain yang berguna dalam kehidupan
sehari-hari, sebagai bagian pentig dari proses kehidupan yang akan menopang kesuksesan
dalam hidup. Kecerdasan emosional berbicara pula tentang etika dan moral sehingga
menjadi bagian terdepan dari implementasi kecakapan abad 21.

77
Kecerdasan Emosional Dalam Pembelajaran
Iim Imron Rosyadi NIM : 4103810318016

E. DAFTAR PUSTAKA

Agustian, Ary G. (2007). ESQ;Emotional Spriritual Quotient.Rahasia Sukses


Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual, New Edition. Jakarta. Arga
DePorter, Bobby.(2000) Quantum Teaching, Mempraktekan Quantum Learning di
Ruang-ruang Kelas. Bandung. Kaifa
Golleman, Daniel.(2000). Kecerdasan Emosi untuk mencapai Prestasi Puncak.
Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama

78
Kecerdasan Emosional Dalam Pembelajaran
Muhamad Baidhawi NIM: 4103810318029

MENGETAHUI PERKEMBANGAN EMOSI PESERTA DIDIK SEBAGAI


MODAL KEBERHASILAN MENGAJAR

Muhamad Baidhawi, S. Ag
SEKOLAH PASCA SARJANA UNINUS

ABSTRAK
Artikel ini berisi tentang perkembangan emosional pada peserta didik sebagai
modal keberhasilan mengajar. Peserta didik atau anak merupakan sosok individu yang
sedang mengalami proses tumbuh kembang dengan pesat di berbagai aspek
perkembangan. Salah satunya adalah aspek perkembangan emosi. Kebutuhan
perkembangan emosi merupakan hal yang harus dipenuhi untuk mencapai kehidupan
yang sehat, bergairah penuh semangat dan bebas dari rasa cemas. Oleh karena itu
peserta didik atau anak membutuhkan kondisi-konsisi yang dapat membuat dirinya
mampu menyalurkan kebutuhan emosinya serta kebutuhan ini datap dilakukan melalui
bersosialisasi. Perkembangan emosi anak tidak terlepas dari bermacam-macam
pengaruh, seperti pengaruh lingkungan tempat tinggal, keluarga, sekolah, dan teman-
teman sebaya serta aktivitas-aktivitas yang dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Hal in didasari masa anak-anak identik dengan berbagai pengetahuan dari
lingkungannya. Emosi berkaitan dengan perasaan yang dialami oleh seseorang. Emosi
muncul dalam diri seseorang yang sering mengungkapkan dengan berbagai ekspresi
seperti sedih, gembira, kecewa, bersemangat, marah, benci dan cinta. Emosi yang
diberikan pada perasaan tertentu mempengaruhi pola piker mengenai perasaan itu dan
cara bertindak. Hal ini disebabkan karena emosi merupakan faktor dominan yang
mempengaruhi perilaku seseorang. Perkembangan anak dapat ditinjau dari berbagai
aspek yaitu fisik, mental, sosial dan emosi. Perkembangan emosi merupakan salah satu
aspek penting dalam perkembangan anak pra sekolah. Emosi mempunyai peranan
penting dalam kehidupan manusia karena mempengaruhi penyesuaian pribadi dan
sosial.

Kata Kunci: Perkembangan emosi, Peserta didik, Keberhasilan mengajar.

A. LATAR BELAKANG
Perasaan pada umumnya sebagai emosi bersama aspek-aspek lain yang sedang
berubah, secara terpadu mengembangkan kepribadian seseorang. Emosi memberi
dampak tertentu dalam perkembangan kepribadian peserta didik. Emosi secara negatif
dapat menghambat perkembangan jiwa, dan mewujudkan perilaku menyimpang. Secara
positif emosi, mendukung perkembangan jiwa dan memelihara kesehatan mental dalam
kepribadian seseorang. Sebab itu pendidik dalam pelaksanaan tugasnya perlu memahami
perkembangan emosi peserta didik.

79
Mengetahui Perkembangan Emosi Peserta Didik Sebagai Modal Keberhasilan Mengajar
Muhamad Baidhawi NIM: 4103810318029

Seseorang manusia dalam menaggapi sesuatu lebih banyak diarahkan oleh penalaran
dan pertimbangan-pertimbangan objektif. Tapi pada saat tertentu, dorongan emosional
banyak campur tangan dan mempengaruhi pemikiran-pemikiran dan tingkah lakunya.
Oleh sebab itu, untuk memahami peserta didik, memang perlu mengetahui apa yang dia
pikirkan dan dia lakukan. Yang lebih penting lagi adalah mengetahui apa yang dia
pikirkan dan dia lakukan. Yang lebih penting lagi adalah mengetahui apa yang mereka
rasakan. Gejala-gejala emosional seperti marah, takut, malu, benci, cinta dan lainnya
perlu dicermati dan dipahami dengan baik. Selanjutnya amrilah kita tinjau secara rinci
tentang perkembangan emosi pada peserta didik.

B. LANDASAN TEORITIS
Menurut Walgito,1997 (dalam DR. Nyanyu Khodijah), mengemukakan tiga teori
emosi, yaitu:
1. Teori Sentral
Menurut teori ini, gejala kejasmanian merupakan akibat dari emosi
terlebih yang dialami individu mengalami emosi terhebih dahulu baru kemudian
mengalami perubahan-perubahan dalam kejasmaniannya. Contohnya: orang
menangis karena sedih
2. Teori Periferal
Teori ini dikemukan oleh seorang ahli berasal dari Amerika Serikat
bernama William James (1842-1910). Menurut teori ini justru sebaliknya, gejala-
gejala kejasmanian bukanlah merupakan akibat dari emosi yang dialmai oleh
indvidu, tetapi malahan emosi yang dialami oleh individu merupakan akibat
gejala-gejala kejasmanian. Menurut teori ini, orang tidak menangis karena susah,
tetapi sebaliknya ia susah karena menangis.
3. Teori Kepribadian
Menurut teori ini, emosi merupakan suatu aktifitas pribadi, dimana pribadi
ini tidak dapat dipisah-pisahkan dalam jasmani dan psikis sebagai dua subtansi
yang terpisah. Karena itu, maka emosi meliputi pulsa perubahan-perubahan
kejasmanian.

80
Mengetahui Perkembangan Emosi Peserta Didik Sebagai Modal Keberhasilan Mengajar
Muhamad Baidhawi NIM: 4103810318029

C. PEMBAHASAN
1. Kenyataan dan Pengamatan
Pendidik (orang tua, guru, pemimpin) sebagai otoritas, sering keliru menggunakan
aspek emosi seperti rasa sakit (fisik), rasa takut (psikis), rasa benci (sosial), dalam proses
pendidikan. Mungkin pendidik menghukum dengan memukul, menakut-nakuti, atau
mengisolir untuk mendisiplin peserta didiknya. Hal ini bersifat sementara. Hukuman
badan mungkin menjadikannya kebal membawa dampak lain pada peserta didik, terhadap
orang tua, atau lingkungannya. Teknik menakut-nakuti dalam pengajaran agama akan
berakibat sebaliknya. Peserta didik akan amat takut menghadapi Tuhan yang perkasa,
sambil kuranng menghayati betapa besar kasih sayang-Nya kepada manusia, termasuk
bagi dirinya. Peserta didik mungkin akan menjauh, bukan mendekati Tuhannya
mengisolirnya mungkin menumbuhkan diri kurang berharga, atau bereaksi negative
terhadap pendidiknya.
Dalam kebersamaan manusia, sering terjadi salah paham yang meningkatkan
perasaan (feeling) menjadi emosi, sehingga banyak pihak dirugikan. Suasana emosional
pujian kepada seseorang yang berprestasi dapat berdampak negatif bagi diri dan orang
lain. Pujian akan menjadi beban jiwa, terlebih jika tidak didukung kemampuan riil atau
nyata. Juga dapat menimbulkan rasa iri pada sesama dalam lingkungannya, kajilah kisah
yusuf, yusuf yang bernampilan baik, banyak kali dipuji dan amat disayang yakub, orang
tuanya. Dampaknya? Yusuf dibenci dan disingkirkan saudara-saudaranya sambil
berdusta kepada ayahnya mereka.
Pujian dalam kelas dapat berakibat penolakan rekan-rekan terhadap keberadaaan
seseorang yang dipuji-puji. Sikap kurang awas pendidik memuji seseorang peserta
didiknya, dapat membawa penderitaan batin dan kehancuran hubungan sosialnya.
Olehnya pendidik perlu memahami perkembangan emosional dan suasana kelompok
peserta didiknya. Di sana pendidik mesti berhati-hati dalam perilakunya agar tak
menumbuhkan respons emosional yang nagatif. Pendidik mesti arif membimbing
individu dan semua peserta didiknya. Dampak pujian berlebihan juga serupa dalam
respons emosi pada masyarakat orang dewasa.

81
Mengetahui Perkembangan Emosi Peserta Didik Sebagai Modal Keberhasilan Mengajar
Muhamad Baidhawi NIM: 4103810318029

2. Perasaan dan Emosi


Perasaan (feeling), adalah pengalaman sadar yang digiatkan oleh rangsangan (tunggal
stimulus; jamak stimuli). Kita dapat mengalami dikotomi perasaan atau variasinya yang
terentang antara senang dampai tak senang mengamati rangsanagan, afeksi adalah
perasaan amat kuat karena terlalu senang atau sangat kecewa, pada seseorang yang
terkena rangsangan baik dalam diri maupun dari lingkungannya.
Rangsangan dapat bersumber dari dalam diri, atau dari lingkungan. Dari dalam diri
misalnya rangsangan perut kosong sehingga lapar. Rangsangan dari lingkungan
menumbuhkan perasaan dalam diri. Misalnya: udara terasa sejuk dan nyaman. Panorama
alam membawa rasa indah dan damai. Perasaan nikmat mencicipi makanan berbumbu
lezat. Perasaan mendengar musik. Sebaliknya perasaan tak enak dapat timbul karena
suasana fisik yang lelah, rasa sakit, atau keracunan zat kimia, dan sebagainya.
Emosi adalah perasaan tak terkuasai secara sadar. Ini dipengaruhi keadaan organisme
dibawah pengaruh fungsi saraf otonom, selaku respons jiwa terhadap rangsangan.
Seseorang yang terbawa emosi; kecepatan detak jantungnya tak terkuasai. Ia tak mampu
menangatur wajah menajdi merah, pucat, atau menjadikan bibir gemetar. Orang yang
sedang marah mungkin tak merasa lapar. Suasana emosional adalah reaksi rumit disertai
perubahan kegiatan dan kondisi biologis visceral seperti tergambar diatas.
Emosi atau perasaan yang kuat adalah lebih dalam daripada afeksi. Emosi lebih
tergantung pada rangsangan dalam suasana jiwa individu pada suatu ruang dan waktu.
Rangsangan dari luar, misalnya ungkapan verbal yang negatif dari seseorang yang
mengecilkan keberadaan, pekerjaan, hasil capai, atau karyanya. Hal-hal ini dapat memicu
ledakan emosi seseorang. Ini dapat dialami peserta didik, sebagai respons emosi positif
atau negatif terhadap sikap pendidiknya. Emosi positif seperti gembira, senang, dan
merasa bahagia. Respons negatif seperti marah, benci, takut, cemas dan fobia.

3. Takut, Cemas, dan Fobia


Perasaan dan emosi seperti takut, cemas, angst atau fobia adalah konsep yang berbeda
tetapi sering digunakan awam secara sama. Takut (fear), adalah reaksi emosional yang
kuat dan berisi perasaan-perasaan subyektif tak menyenangkan. Rasa takut adalah reaksi
umum terhadap bahaya yang sedang mengancam, disertai keinginan menghindar atau
menyembunyikan diri. Kehadiran emosi takut adalah peringatan untuk menghindari

82
Mengetahui Perkembangan Emosi Peserta Didik Sebagai Modal Keberhasilan Mengajar
Muhamad Baidhawi NIM: 4103810318029

bahaya. Ini wajar untuk memenuhi kebutuhan rasa aman. Emosi takut yang demikian
adalah bagian perkembangan normal pada manusia. Ini akan berlalu bersama waktu,
sejalan dengan perkembangan kognitif dan sikap yang makin obyektif.
Umumnya rasa takut muncul berkondisi. Ada kondisi atau alasan mengapa peserta
didik merasa takut. Orang takut pada api karena pengalaman atau mengamati orang lain
tersiksa akibat terbakar. Perlu diajarkan dalam praktik bahwa bahwa api adalah sahabat
dan sekaligus musuh manusia. Api diperlukan untuk memasak. Dan kecerobohan
menimbulkan kebakaran dan malapetaka. Kesalahan mengatasi rasa takut akan
memperkuat emosi negatif peserta didik. Menghadapi hal demikian, pendidik perlu
memebantu peserta didik agar ke luar dari rasa takut. Dalam kaitan perkembangan sosial
ia mempelajari bahwa hal yang menakutkan dapat dihindari dan diatasi sehingga tak
mengganggu rasa aman atau kehormatan dirinya.
Emosi cemas (anxiety) adalah takut terhadap bahaya yang diperkirakan. Secara
menyimpang sering tumbuh rasa takut tak beralasan atau kecemasan, ke masa depan.
Pada akhir masa remaja menyertai perkembangan intelektual, seseorang mulai
berimajinasi tentang masa mendatang. Mungkin tumbuh kecemasannya. Misalnya hasil
capai belajar rendah atau tak lulus ujian, ia cepas tak berpeluang mendapat pekerjaan.
Atau cemas pada hubungan dengan pacar dan perkawinannya nanti. Juga ada kecemasan
yang tumbuh dalam situasi masyarakat dan lingkungan yang tak menentu. Lebih-lebih
dalam suasana penuh ketakadilan, kerusuhan oleh diskriminasi dan prasangka buruk
dalam persaingan tak sehat.
Kecemasan tak beralasan nyata, untuk masa mendatang adalah tidak wajar, apalagi
jika menetap kronis. Mungkin akibat imajinasi yang bersifat irasional. Kecemasan yang
amat kuat menjadi fobia. Fobia adalah suatu emosi cemas atau takut yang amat kuat,
menetap, dan irasional, yang dirangsang oleh suatu suasana. Misalnya, takut: pada
ketinggian (acrophobia); ruangan luas terbuka (agoraphpobia); ruangan tertutukp
(claustrophobia); darah (hematophobia); kegelapan (nyctophobia); orang asing
(xenophobia); dan binatang (zoophobia). Kehadiran fobia, akan menghalangi
perkembangan kesehatan mental seseorang ditengah lingkungannya. Pendidik perlu
membimbing peserta didik agar memahami bahwa fobianya tak beralasan.

83
Mengetahui Perkembangan Emosi Peserta Didik Sebagai Modal Keberhasilan Mengajar
Muhamad Baidhawi NIM: 4103810318029

4. Perkembangan Emosi
Perkembangan emosi berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan, yang menjamin
hubungan-hubungan sehat mental, dalam kehidupan seseorang. Perkembangan emosi
menuju kedewasaan berproses sejalan dengan usia. Proses perubahan berlangsung dari
kongkret dan fisik teramati, menjadi semakin tidak langsung, abstrak dan psikis tak
teramati. Perubahan dalam kadar mutu dan besarnya rangsangan yang efektif
menimbulkan suatu emosi. Juga cara berperilaku selaku respons emosional seseorang
yang sedang berkembang. Perkembangan wujud perilaku bermuatan emosi berlangsung
total bersama berbagai aspek.
Perasaan dan emosi berkembang selaku perwujudan kondisi fisik, suasana jiwa, serta
lingkungan sosial dengan nilai-nilai yang berubah. Dapat diamati perubahan-perubahan
emosi secara berpola, serta variasi da keunikan pada tiap individu. Sering orang
mengungkapkan waganya kekanak-kanakan atau sebaliknya dewasa kehidupan
emosinya. Teramati perubahan wujud perilaku emosional yang menyertai perkembangan
kepribadian sepanjang hayatnya.

a) Masa Bayi
Emosi bayi yang baru lahir tampak pada tangis pertamanya. Bayi menagis karena
rangsangan dari dari tekanan satu atmosfer udara, yang terasa sakit menguak
gelembung paru-paru (biologis). Juga oleh tempratur lingkungan yang menyengat,
berbeda dengan suasana menyenangkan dalam eahim ibunya. Di sini bayi secara
emosional menolak lingkungan baru (psikologis), yang penuh pendiritaan. Ia mau
kembali regresi (psikoanalis) ke dalam Rahim yang hangat dan menyenangkan.
Tangisan kelahiran adalah wujud emosi primitif pertama dalam kehidupan manusia
yang terbawa ke dalam lingkungan baru yang kurang menyenangkan.
Gardner (hlm. 123) mengutip pendapat J.B. Watson (1919) yang menggambarkan
tiga emosi primitif pada kelahiran, yaitu rasa takut (fear), marah (anger), dan cinta
(love). Beliau juga mengutip Katherine Bridges (1930) yang menggambarkan bahwa
bayi yang baru lahir ditandai emosi kegairahan yang belum berdiferensi. Pada
minggu-minggu berikutnya kegairahan tersebut terbagi ke dalam kesedihan, dan
kegembiraan. Beberapa bulan kemudian kesedihan, dan kegembiraan. Beberapa
bulan kemudian kesedihan muncul sebagai rasa takut, marah dan sedih. Sedang

84
Mengetahui Perkembangan Emosi Peserta Didik Sebagai Modal Keberhasilan Mengajar
Muhamad Baidhawi NIM: 4103810318029

kegembiraan mucul sebagai keriangan karena menyukai sesuatu atau menyayangi


seseorang.
Emosi bayi muncul secara tak menyenangkan sewaktu lapar, menyusu, kenyang,
atau karena popoknya yang hangat dengan tinja diganti. Yang tak menyenangkan
menumbuhkan rasa kecewa . mungkin akibat puting tetek terlepas selagi menyusu,
atau digantinya popok yang hangat. Juga akibat pergi atau hilangnya ibu atau orang
yang mulai dikenal dari sisinya. Tampak gerakan-gerakan total tangan, mimik sedih,
diikuti tangisannya. Yang menyenangkan tampak selaku respons terhadap rangsangan
dari orang dan lingkungan. Mulai teramati senyum manis sekitar akhir bulan ketiga.
Ia mulai berkomunikasi dengan lingkungan antara lain karena perkembangan
emosinya. Bayi memerlukan belaian kasih sayang dalam dekapan ibu, kesempatan
menyusu sampai puas, serta pakaian lembut dan cocok kehangatannya.
Kita dapat mengamati perkembangan respons marah sejak masa bayi. Respons
marah bersifat langsung, segera dan primitif, seperti menangis sekuat-kuatnya. Ini
karena mainan atau orang yang disukai hilang dari pandangannya. Perilaku bayi pada
umumnya respons terhadap rasa tak enak yang dialami, atau pemelihara yang disukai
pergi atau hilang dari pandangannya. Perilakunya terwujud gerakan-gerakan tubuh
menjauh dari hal-hal yang tak disukai.

b) Masa Anak-Anak
Emosi pada anak-anak tumbuh dari hal-hal konkret yang langsung memaju
inderanya. Tampak pada tangisan anak, menggigit, atau melemparkan sesuatu yang
terpegang. Ia berkomunikasi dengan bahasa emosi primitif. Sambil berkembang maka
cara berkomunikasi semakin berganti secara motorik dan verbal. Ini sejalan dengan
perkembangan fisik, psikis, dan sosial yang berwujud kemampuan menyenangkan
diri, berbahasa sera berkomunikasi. Tangisan masih dominan untuk mewujudkan
emosi.
Anak kecil menangis secara amat vocal, dan bersemangat, disertai gerakan-
gerakan tubuhnya. Ia menangis karena lapar atau sakit, serta hal yang tak
menyenangkan. Juga karena ingin diperhatikan. Di sini ekspresi mimic mungkin sedih
atau disertai senyum pahitnya. Tangis mulai disertai kata-kata sesuai perkembangan
verbal (kosa kata) dan emosinya. Bentuk emosi makin diungkapkan secara verbal

85
Mengetahui Perkembangan Emosi Peserta Didik Sebagai Modal Keberhasilan Mengajar
Muhamad Baidhawi NIM: 4103810318029

dalam tangisan. Ini makin berkurang pada awal masa remaja. Seseorang mungkin
meneteskan air mata disertai kata-kata tertentu karena emosi gembira, atau sebaliknya
sedih. Menyertai perkembangan individu, bentuk tangisan makin tak bersemangat,
kurang vokal, dan sedikit air mata.
Perkembangan emosi anak makin responsif terhadap hal-hal yang abstrak seperti
pada tanda-tanda atau lambing-lambang tertentu. Emosinya bersemangat,
berlangsung singkat dan sering teramati. Dalam perkembangannya, emosi makin
lama teringat dan berlangsung lebih mendalam secara psikis. Juga makin tak teramati
karena berlangsung dalam dinamika intern jiwa sebagai perilaku tertutup, atau
teramati melalui perilaku terbukanya.

c) Masa Remaja
Ulangan-ulangan pengalaman emosional akan mempengaruhi arah
perkembangan emosi yang cenderung mewarnai kepribadian. Remaja dengan emosi
tumbuh sehat menampakkan kepribadian yang diwarnai rasa gembira, atau senang
dan bahagia. Jika bersedih juga menagis. Umumnya tangisan yang disertai kata-kata
dan perilaku negative makin berkurang. Remaja yang marah menggunakan kata-kata
kasar, tetapi meninggalkan ruangan tanpa berperilaku merusak benda-benda di
sekitarnya. Dalam kebudayaan tertentu, anak, apalagi remaja pria, diajar untuk merasa
malu menangisi sesuatu yang menyakitkan.
Remaja senang dan gemar membangun dan bergiat dalam kelab-kelab percinta
alam, dan olahraga. Remaja mengembangkan rasa senang dengan menikmati
keindahan panorama alam. Ada yang menyukai petualangan seperti panjat tebing
gunung yang curam, eksplorasi gua yang gelap dan dalam atau arung sungai deras,
atau menikmati gemuruhnya air terjun. Ada yang merasa puas berprestasi dalam
olahraga atau seni, sambil ditonton sahabat karib terlebih pacar. Ada yang menyukai
prestasi akademik. Ada yang mengagumi karya seni seperti lukisan, ukuran, atau
patung. Secara verbal remaja senang mengungkapkan puisi yang eksentrik. Remaja
wanita umumnya menggemari seni tari, nyanyi, atau drama. Remaja gemar pada
music berirama yang dapat merangsang gerakan badan, tangan, dan kaki.
Dorongan dan emosi yang tak tersalur akan memacu perkembangan perilaku
menyimpang yang diwarnai emosi takut, kecewa, cemburu, iri hati, benci, atau

86
Mengetahui Perkembangan Emosi Peserta Didik Sebagai Modal Keberhasilan Mengajar
Muhamad Baidhawi NIM: 4103810318029

dendam. Terlebih jika berulang terjadinya dalam berbagai suasana, yang terkait
dengan diri, serta berbagai kemudahan lingkungan. Suasana dalam keluarga, di
sekolah, pada kelompok sebaya, dan masyarakat berdampak pada perkembangan
emosi mereka.
Respons emosional marah pada remaja semakin rumit, bersifat kurang kasar, serta
makin simbolik pengungkapannya. Seseorang yang dikenai emosi marah dalam
kelompok akan diserang, atau disingkirkan oleh sesama warganya. Kemarahan makin
terarah kepada seseorang, serta berubah secara kualitatif dari memberi beban fisik kea
rah derita psikis. Sering terungkap komentar remaja dalam kata-kata menghukum
pihak lain, misalnya, “Rasain lu!”, “Baru kapok!, “Belum tobat?”, “Enak nggak?”
Umumnya emosi marah remaja, adalah akibat kekurang-mampuan dan
kekurangterampilan mereka mengatasi suasana. Juga atas ketidakkonsistenan nilai-
nilai yang ditanamkan serta kenyataan dalam masyarakat orang dewasa. Mereka benci
pada kepalsuan, dan ketidakjujuran dalam lingkungannya. Remaja mengalami konflik
nilai dengan otoritas dalam masyarakatnya. Mereka mudah digerakkan untuk tampil
radikal dalam aksi-aksi massa destruktif, atau untuk mengubah status quo.
Remaja muncul dengan perilaku berontak atau rebellious behavior terhadap
otoritas. Perilaku berontak akan berlalu sejalan dengan kemampuan-kemampuan
yang diperoleh dalam perkembangannya. Penindakan keras atas nama disiplin bagi
remaja yang sedang marah, tidak banyak hasilnya. Malah menumpukkan tegangan
dan konflik. Mereka perlu menghadapi secara sabar dan tenang, dengan mensublimasi
serta menyalurkan emosi marah dan permusuhan ke dalam kegiatan positif. Misalnya
melalui kompetisi dalam bidang olahraga, kerja produktif, bersaing yang saling
melengkapi pencapaian tujuan bersama, atau berjuang bersama melawan musuh
masyarakat negerinya.

d) Masa Dewasa
Pada masa dewasa terjadi pemantapan hasil belajar dan pengalaman tahapan
terdahulu. Manusia dewasa berkemampuan menghadapi rangsangan yang makin
rumit. Rangsangan yang menumbuhkan emosi, direspons dengan perilaku sesuai
nilai-nilai luhur yang dihormati, mereka rak gembira berlebihan karena suatu
kerberhasilan dan pujian, atau tenggekan dalam kesedihan oleh kegagalan. Kegagalan

87
Mengetahui Perkembangan Emosi Peserta Didik Sebagai Modal Keberhasilan Mengajar
Muhamad Baidhawi NIM: 4103810318029

dipandang sebagai titik awal untuk bangkit menuju keberhasilan. Perilaku orang
dewasa ditandai kesabaran, ketenangan, serta berbagai sifat dan gaya berperilaku
yang menunjukan kematanagan. Mereka makin diplomatis dan mampu berpura-pura.
Juga mampu berdrama dengan topeng dalam kepribadian yang sedang mencari
bentuknya. Mungkin mereka tersenyum memuji, tetapi dengan rasa benci dalam hati.
Berbagia emosi infantile seperti rasa takut, marah, iri hati, gembira dan senang yang
negatif teratasi. Sedang yang positif makin mantap dan “muntep” (Tdn)
mendewasakan kepribadian. Mantap karena tak goyah oleh perubahan stimuli. Nilai-
nilai kedewasaan emosinya. Yang berkembang matang makin mampu mengusai
dorongan emosi dalam perilakunya. Yang tak matang emosinya, sering mengalami
kegagalan dan kecewa (frustasi). Perilaku mungkin merosot karena stimuli emosional
yang berat. Dalam suasana emosional yang amat menyedihkan, seperti melepas
jenazah kekasih, sejumlah orang dewasa dan lansia, merosot perilakunya. Tangisan
mereka sering vokal dan tampak kekanak-kanakan, atau isak nonvokal disertai banjir
air mata tak tertahankan.

5. Dampak berbagai faktor


Suasana emosional tumbuh karena berbagai faktor fisik, psikis dan sosial dalam
diri serta interaksi seseorang dengan lingkungan. Secara fisik, merasa letih akibat
kerja keras dengan hasil mengecewakan, atau karena kesehatan terganggu. Bagi siswa
karena gagal dalam ujian. Secara psikis akibat kegagalan dan perasaan kecewa, yang
mengganggu rasa mampu, percaya da harga diri. Yang frustasi makin peka terhadap
rangsangan tertentu. Secara sosial karena hubungan –hubungan terganggu. Mungkin
karena putus cinta, mengecil atau hilangnya kesempatan menumbuhkan serta
mewujudkan diri dalam pekerjaan, jabatan, status, dan peranan. Juga karena
terbatasnya kebebasan, tekanan pendisiplinanyang keras, kurang kasih sayang,
prasangka, diskriminasi dan sikap orang lain yang mengecewakan dirinya.
Ada banyak faktor yang menjadi sumber emosi takut, cemas dan fobia. Pada masa
anak-anak intensitas rangsangan secara irasional dikukuhkan orang lain. Misalnya
tiba-tiba bunyi Guntur mengelegar lalu muncul gejala supranatural, binatang, atau
orang asing, yang diikuti cerita menakutkan. Berikut pengalaman menyedihkan di
masa lampau, seperti suasana ditinggal teman, kekasih, atau seseorang tempat

88
Mengetahui Perkembangan Emosi Peserta Didik Sebagai Modal Keberhasilan Mengajar
Muhamad Baidhawi NIM: 4103810318029

berlindung. Demikian pula takut pada orang jahat. Juga suasana tak menentu seperti
ketaktenangan di rumah, kerusuhan dalam masyarakat atau perang. Pun takut pada
kegagalan dalam belajar, sukar memperoleh pekerjaan dan mengembangkan profesi.
Takut pada penyakit apalagi yang belum ada obatnya seperti AIDS, serta bayangan
terhadap ancaman bahaya mendatang.
Sementara itus sering teramati remaja dan manusia dewasa yang menghadapi
berbagai masalah emosi dalam kehidupannya. Celakalah jika akibat permasalahan,
mereka menyendiri, kesepian, dan merasa tak berharga lagi. Juga tanpa pengertian,
rasa kasih sayang, serta perhatian dan bantuan berbentuk bimbingan dari orang lain.
Di sana emosi negatif mungkin mengakibatkan frustasi, rasa putus asa yang diikuti
bunuh diri. Bimbingan pastoral sesuai agama dapat mengikuti doa yang tulus, perlu
bagi manusia khususnya yang frustasi atau sedang menghadapi masalah rumit yang
amat berat.

6. Implikasi emosi dalam pendidikan


Menghadapi Susana emosional yang negatif, pendidik pertama-tama perlu
mengusai diri memahami emosinya. Pendidik patut mengajarkan hal-hal yang wajar
ditakuti, serta cara mencegah, atau menghindarinya dengan tenang. Juga
menumbuhkan semangat dan keberanian peserta didik untuk mengatasi rasa takut tak
beralaskan, seperti fobia.
Peserta didik memerlukan bimbingan agar menyadari bahwa banyak hal yang
mencemaskan, atau ditakuti secara tidak beralasan, dapat diatasi. Tunjukkan bahwa
kegelapan tak perlu di takuti dan dapat teratasi dengan obor atau lampu sorot.
Bimbingan agama bagi semua, khususnya peserta didik yang merasa putus asa, akan
mengatasi upaya-upaya lain yang gagal. Yakinkan bahwa ada kasih sayang Tuhan
yang disembah dan selalu menyertai serta siap membantu umat-Nya.
Bimbingan anak tau remaja menumbuhkan rasa aman, dan mampu untuk
mewujudkan diri seoptimalnya. Buka kesempatan, dan dorong mereka membentuk
kelab minat seperti pecinta alam, peminat seni, atau penggemar olahraga, sebagai
wadah kegiatan dan latihan. Kembangkan secara wajar hubungan sosial dan kegiatan-
kegiatan emosional positif, antara sesame. Tumbuuhkan emosi positif pada
penerimaan diri dalam hubungan-hubungan saling menerima dan membantu.

89
Mengetahui Perkembangan Emosi Peserta Didik Sebagai Modal Keberhasilan Mengajar
Muhamad Baidhawi NIM: 4103810318029

Hindarkan perkembangan emosi takut, cemas, atau fobia. Mantapkan kegiatan-


kegiatan pendidikan, pengajaran, bimbingan konseling, dan latihan dalam dan luar
sekolah, untuk mendukung perkembangan sehat emosi peserta didik.

D. SIMPULAN
Emosi adalah pengalaman efektif yang di sertai penyesuaian diri dalam diri individu
tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang nampak.
Perkembangan emosional juga dapat dipengaruhi oleh adanya gangguan kecemasan,
rasa takut dan faktor-faktor eksternal yang seringkali dikenal sebelumnya oleh anak yang
sedang tumbuh.
Emosi dapat mempengaruhi tingkah laku, misalnya rasa marah atau rasa takut dapat
menyebabkan seorang gemetar dalam ketakutannya, mulut menjadi kering, detak jantung
semakin cepat, sistempencernaan berubah selama pemunculan emosi ini.

90
Mengetahui Perkembangan Emosi Peserta Didik Sebagai Modal Keberhasilan Mengajar
Muhamad Baidhawi NIM: 4103810318029

DAFTAR PUSTAKA

Bee, Helen, The Developing Child, Harper and Row Publisher, London, 1978.
Sinolungan, A.E, Prof.DR, , S. Pd. S.H. Psikologi perkembangan peserta didik. Toko
gunung agung Jakarta, Tahun 1997.
Chaplin, J.P., Dictionary of Psychology, New Revised Edition, A Laurel Original, New
York, 1975
Gardner, Howard, Developmental Psychology. Little Brown and company, Boston, 1978.
Powell, Marvin, The Psychology of Adolescence, The Bobbs-Merril Company, Inc.,
Indianapolis, 1963
http://www.google.com/amp/s/pe2nk87.wordpress.com/2010/12/13/perkembangan-
emosi/amp/ diakses 1:18 PM 1/2/2019
http://www.google.com/amp/s/punyashellya.wordpress.com/2013/04/28/perkembangan-
emosi-pada-peserta-didik-psikologi-perkembangan/amp/ diakses 1:42 PM 1/2/2019

91
Mengetahui Perkembangan Emosi Peserta Didik Sebagai Modal Keberhasilan Mengajar
Rida Rostiana NIM : 4103810318010

PENGARUH MOTIF BERPRESTASI TERHADAP PENINGKATAN


KEBERHASILAN BELAJAR SISWA

Rida Rostiana
SEKOLAH PASCA SARJANA UNINUS

Abstrak
Berprestasi adalah idaman setiap individu, baik itu prestasi dalam bidang
pekerjaan, pendidikan, social, seni, politik, budaya dan lain-lain. Dengan adanya
prestasi yang pernah diraih oleh seseorang akan menumbuhkan suatu semangat baru
untuk menjalani aktifitas. Adanya motivasi dalam diri individu akan menumbuhkan jiwa
kompetisi yang sehat, akan menumbuhkan individu yang bertanggung jawab dan dengan
motivasi berprestasi yang tinggi juga akan membentuk individu menjadi pribadi yang
kreatif.
Motivasi salah satu factor yang menentukan keberhasilan seseorang. Dalam
kegiatan belajar dibutuhkan sebuah motivasi untuk mendorong dalam mencapai
keberhasilan belajar dan meraih sesuatu yang diinginkannya. Motif adalah keadaan
dalam diri individu yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas tertentu guna
mencapai suatu tujuannya telah ditentukan oleh dirinya. Motif berprestasi merupakan
dorongan dari diri sendiri untuk berusaha mencapai suatu kesuksesan.

Key Word : motivasi, motif, prestasi,

A. LATAR BELAKANG
Sepanjang kehidupan manusia, mulai dari anak-anak hingga dewasa setiap orang
memiliki cita-cita. Setiap orang memiliki cita-cita yang berbeda, antara satu individu
dengan individu lainnya belum tentu mempunyai cita-cita yang sama. Misalnya waktu
kecil seseorang ingin menjadi seorang pilot, tetapi setelah dewasa menginginkan menjadi
seseorang yang sukses dengan usahanya sendiri. Salah satu faktor yang berperan dapat
mewujudkan cita-cita adalah motif berprestasi atau motivasi berprestasi.
Seseorang yang mempunyai motivasi yang tinggi maka dia akan berusaha
melakukan yang terbaik, memiliki kepercayaan terhadap kemampuan untuk bekerja
mandiri dan bersikap optimis, memiliki ketidakpuasan terhadap prestasi yang telah
diperoleh serta mempunyai tanggung jawab yang besar atas perbuatan yang dilakukan
sehingga seseorang yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi pada umumnya
lebih berhasil dalam menjalankan tugas dibandingkan dengan mereka yang memiliki
motif berprestasi yang rendah. Motivasi berprestasi ini dipengaruhi oleh factor internal
92
Pengaruh Motif Berprestasi Terhadap Peningkatan Keberhasilan Belajar Siswa
Rida Rostiana NIM : 4103810318010

yaitu kemampuan, kebutuhan dan minat sedangkan eksternal yaitu situasional keadaan
yang mendukung atau tidaknya dalam mencapai tujuan, dan lingkungan keluarga,
sekolah, dan dimana ia berada.

B. LANDASAN TEORI
a. Pengertian Motivasi
Motivasi adalah daya penggerak di dalam diri seseorang untuk berbuat sendiri.
Motivasi merupakan kondisi internal individu yang mendorongnya untuk berbuat
sesuatu. Peran motivasi adalah sebagai pemasok daya (energizer) untuk tingkah laku
secara terarah (Gleitman 1986, Reber 1988 dalam Muhibinsyah, 2000).
Motif adalah salah satu aspek penting yang harus dipahami untuk dapat mengerti
mengenai tingkah laku manusia, karena motif meliputi sebab atau alas an mengapa
seseorang bertingkah laku tertentu. Menurut Sumadi (1993) mengatakan bahwa
motif adalah keadaan dalam diri individu yang mendorong individu untuk
melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuannya telah ditentukan oleh
dirinya. Bimowalgito (1982) berpendapat bahwa motif adalah suatu kekuatan yang
terdapat dalam diri organisme yang menyebabkan organisme itu bertindak, dan
biasanya dorongan tindakan ini ditujukan untuk suatu tujuan tertentu.
a. Pengertian Prestasi
Berprestasi adalah idaman setiap individu, baik itu prestasi dalam bidang
pekerjaan, Pendidikan, social, seni, politik, budaya dan lain-lain. Dengan adanya
prestasi yang pernah diraih oleh seseorang akan menumbuhkan suatu semangat
baru untuk menjalani aktifitas.
Kebutuhan berprestasi adalah salah satu motif dari motif social.
Prestasi adalah perilaku yang berorientasi tugas yang mengijinkan prestasi
individu di evaluasi menurut kriteria dari dalam maupun dari luar, melibatkan
individu berkompetensi dengan orang lain.
b. Motif Berprestasi
Motivasi Berprestasi menurut McClelland dan Atkinson (1953:78) bahwa
motivasi berprestasi merupakan ciri seorang yang mempunyai harapan tinggi
untuk mencapai keberhasilan dari pada ketakutan, kegagalan. Selanjutnya
dinyatakan McClelland (1953:78)

93
Pengaruh Motif Berprestasi Terhadap Peningkatan Keberhasilan Belajar Siswa
Rida Rostiana NIM : 4103810318010

bahwa motivasi berprestasi merupakan kecenderungan seseorang dalam


mengarahkan dan mempertahankan tingkah laku untuk mencapai suatu standar
prestasi.
McClelland (1967) mengatakan bahwa motif berprestasi adalah suatu motif
yang ada dalam diri seseorang yang mendorong orang tersebut untuk berusaha
mencapai suatu kesuksesan atau keberhasilan dalam suatu kompetisi dengan suatu
standard atau ukuran keunggulan. Menurut McClelland ada tiga motif berprestasi
yang antara lain :
1. motif berafiliasi (affiliation motive) yaitu motif yang akan mengarahkan
tingkah laku seseorang dalam berhubungan dengan orang lain. Bagi dirinya
keakraban dalam berhubungan dengan orang lain tujuan utamanya dimana
terdapat suasana yang penuh keakraban, santai, harmonis. Ia mempunyai
perhatian besar terhadap diri orang lain, persoalan orang lain dihayati
sebagaiman ia menghayati dirinya sendiri. Demikian pula pada toleransinya
cukup besar. Notif ini ditunjukkan melalui lebih suka Bersama dan bergaul
dengan orang lain daripada sndirian, lebih mementingkan aspek-aspek
interpersonal (hubungan manusia) daripada aspek-aspek yang menyangkut
tugas-tugas dalam pekerjaannya. Berusaha mendapatkan persetujuan orang
lain. Lebih efektif bekerja dalam suasana bersahabat pemikirannya.
Pemikirannya : Keinginan untuk mengadakan, memperbaiki atau memelihara
persahabatan. Keinginan untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan
persahabatan.
2. Motif Berkuasa (power motive) ialah motif yang menyebabkan seseorang
ingin menguasai atau medominir orang lain dalam berhubungan dengan
lingkungannya. Ia senang apabila ia dapat bertindak dan berkuasa atas orang
lain, dan orang-orang yang ia kuasai itu mau berbuat seperti apa yang ia
katakana. Motif ini ditunjukkan melalui aktif dalam berorganisasi politik.
Peka terhadap struktur unterpersonal (atasan-bawahan dll) dari suatu
kelompok. Mencoba membantu orang lain tanpa diminta dan atau diinginkan
orang yang bersangkutan. Menunjukkannya melalui tindakan-tindakan, kata-
kata, dll.

94
Pengaruh Motif Berprestasi Terhadap Peningkatan Keberhasilan Belajar Siswa
Rida Rostiana NIM : 4103810318010

Pemikirannya : pemikiran untuk berbuat sesuatu yag menimbulkan perasaan


kuat, baik yang positif maupun negative bagi orang lain. Berusaha menguasai
orang lain dengan mengatur tingkah laku atau keadaan hidup orang lain
3. Motif Breprestasi (achievement motive) adalah motif yang mengarahkan
tingkah lakunya dengn titik berat pada tercapainya suatu prestasi tertentu.
Mencapai atau memperoleh sesuatu yang lebih baik adalah suatu kebutuhan
yang sulit dihilangkan, ia akan berusaha terus sampai pada suatu saat ia
memperoleh apa yang diinginkannya. Sesuatu yang ada dalam pikiran orang-
orang yang memiliki motivasi berprestasi ini adalah suatu usaha, perjuangan
agai ia bisa memperoleh prestasi.

C. PEMBAHASAN
Apabila seseorang mempunyai motivasi maka ia akan memperlihatkan minat,
mempunyai perhatian, dan keinginan melakukan suatu kegiatan. Selain itu, bila ia belajar
akan memberikan waktu untuk pelajaran itu serta berusaha menyelesaikannya. Orang
yang tinggi motif berprestasinya dalam mencapai suatu hasil lebih bertendensi untuk
mencapai keberhasilan sehingga cenderung lebih senang bekerja pada tugas yang tingkat
kesulitannya sedang. Orang yang rendah motif berprestasinya dalam mengerjakan tugas,
lebih bertendensi menghindari kegagalan melakukan sesuatu tindakan dalam situasi yang
memaksa atau pada taraf kesukaran yang rendah. Jika mereka dihadapkan pada yang lebih
sukar atau lebih mudah motif berprestasinya akan lebih rendah. Dalam bekerja mereka
lebih bertendensi bagaimana menghindari kegagalan yang didasari rasa kecemasan atau
was-was karena takut gagal, sehingga cenderung memilih tugas yang sulit atau yang
sangat mudah.
McClelland (dalam Marwisni Hasan 2006) menyatakan bahwa orang yang
mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Mempunyai tanggung jawab pribadi.
Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi akan melakukan tugas sekolah atau
bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. Siswa yang bertanggung jawab terhadap
pekerjaannya akan puas dengan hasil pekerjaannya karena merupakan hasil usahanya
sendiri. Contoh : Mengerjakan tugasnya sendiri, tidak mencontek.
2. Menetapkan nilai yang akan dicapai atau menetapkan standar keunggulan

95
Pengaruh Motif Berprestasi Terhadap Peningkatan Keberhasilan Belajar Siswa
Rida Rostiana NIM : 4103810318010

Menetapkan nilai yang akan dicapai. Nilai yang lebih tinggi dari nilai sendiri atau
lebih tinggi dari nilai yang dicapai orang lain. Untuk mencapai nilai yang sesuai
dengan standar keunggulan, siswa harus menguasai secara tuntas materi yang
dipelajari. Contoh : Nilai standar 75, nilai yang ingin di capai 90.
3. Berusaha bekerja kreatif
Siswa yang bermotivasi tinggi, gigih dan giat mencari cara yang kreatif untuk
menyelesaikan tugas sekolahnya. Cara belajar yang kreatif.
4. Berusaha mencapai cita-cita
Siswa yang mempunyai cita-cita akan belajar denngan baik dan memiliki motivasi
yang tinggi. Contoh : rajin mengerjakan tugas , belajar dengan keras, tekun, tidak
mengulur waktu untuk belajar.
5. Memiliki tugas yang moderat
Memiliki tugas yang tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Membagi tugas
menjadi beberapa bagian sehingga muda dikerjakan.
6. Melakukan kegiatan sebaik-baiknya
Melakukan kegiatan belajar sebaik mungkin dan tidak ada yang dilupakan.
Contoh : membuat kegiatan belajar, mengerjakan soal-soal latihan, belajar
kelompok.
7. Mengadakan antisipasi
Melakukan kegiatan untuk menghindari kegagalan atau kesulitan yang mungkin
terjadi.
Contoh : menyiapkan peralatan sekolah sebelum berangkat sekolah, datang lebih
awal dari jadwal masuk, mengerjakan soal-soal untuk latihan, membaca materi untuk
berikutnya.
Ada dua factor yang menyebabkan motivasi berprestasi yaitu factor intern dan
ekstern. Factor intern adalah :
1. Kemampuan adalah kekuatan penggerak untuk bertindak yang dicapai oleh
manusia melalui latihan belajar
2. Kebutuhan adalah kekurangan yang artinya ada sesuatu yang kurang dan oleh
karena itu timbul kehendak untuk memenuhi atau mencukupinya

96
Pengaruh Motif Berprestasi Terhadap Peningkatan Keberhasilan Belajar Siswa
Rida Rostiana NIM : 4103810318010

3. Minat adalah suatu kecenderungan yang agak menetap dalam diri subjek untuk
merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merada senang berkecimpung
dalam bidang itu.
Factor ekstern adalah :
1. Situasional keadaan yang mendukung atau malah menghambat individu dalam
mencapai tujuannya
2. Lingkungan dalam hal ini juga sangat berpengaruh pada motivasi berprestasi
individu misalnya lingkungan keluargaga, sekolah dan lingkungan dimana ia
berada (social).
Motivasi berprestasi yang tinggi akan mempengaruhi usaha seseorang dalam
melakukan yang terbaik sehingga akan menghasilkan keberhasilan dalam
menjalankan tugasnya.

D. KESIMPULAN
Motivasi adalah sesuatu yang menunjuk ke kekuatan yang mendorong dan
mengarahkan keberhasilan perilaku yang tetap kearah tujuan yang tertentu. Sedangkan
motif sendiri sering diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut
merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Suatu ciri dari motif adalah bahwa
kita tidak akan pernah mengamati motif ini secara langsung. Motif disimpulkan dari
perilaku (segala sesuatu yang dikatakan dan dilakukan).
Kebutuhan berprestasi adalah salah satu motif dari motif sosial
Motif berprestasi merupakan motif yang mengarahkan tingkah lakunya dengn
titik berat pada tercapainya suatu prestasi tertentu

E. DAFTAR PUSTAKA
1. Epicentrum 2009. Faktor-faktor yang mempengaryi prestasi.
http://episentrum.com/artikel-psikologi/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-
prestasi/#more- 515. 17 Desember 2018.
2. Konseling Indonesia. Aspek Motivasi Berprestasi.
http://konselingindonesia.com/index.php?option=com_alphacontent&section=4
&cat=16&task=view&id=71&Itemid=144. 17 Desember 2018

97
Pengaruh Motif Berprestasi Terhadap Peningkatan Keberhasilan Belajar Siswa
Ana Laila Fauziah NIM : 4103810318011

PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN IMPLEMENTASI


PENGUATAN KARAKTER DILINGKUNGAN SEKOLAH

Ana Laila Fauziah


SEKOLAH PASCA SARJANA UNINUS

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: Pelaksanaan dan peran serta warga
sekolah serta factor pendukung dan penghambat dalam program Penguatan Pendidikan
Karakter melalui kegiatan pembiasaan dalam peningkatan mutu sekolah. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif, di MA Al Husna Subang. Teknik pengumpulan
datanya wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisisnya reduksi, display dan
penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini (1) perencanaan dimulai dari SKL sampai
sosialiasasi, (2) pelaksanaan diterapkan dalam dua basis: kelas dan sekolah, (3) peran
warga sekolah sebagai pengawas, pembina dan pelaksana. (4) faktor pendukung dan
penghambat ialah pada peserta didik, guru, fasilitas serta keterlibatan pihak komite
sekolah dan orangtua.

A. PENDAHULUAN
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003
disebutkan bahwa pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan serta
membentuk watak peradaban bangsa yang bemartabat serta berupaya untuk
mengembangkan potensi serta kemampuan peserta didik dan menjadikan mereka
menjadi manusia yang beriman, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta tenggung jawab.
Berangkat dari apa yang dikemukakan di atas, upaya menyiapkan kegiatan
pendidikan yang mengarah kepada pembentukan karakter peserta didik yang
merupakan tujuan dari pendidikan nasional, merupakan sebuah keharusan yang wajib
dilaksanakan di setiap jenjang pendidikan, dari mulai Pendidikan Anak Usia Dini
sampai Pendidikan Tinggi. Setiap Lembaga Pendidikan wajib meyelenggarakan
kegiatan pembelajaran yang menitikberatkan pembentukan karakter.
Dinyatakan oleh Muhadjir Effendy, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia, bahwa “Penguatan karakter bangsa menjadi salah satu butir
Nawacita yang dicanangkan Presiden Joko Widodo melalui Gerakan Nasional
Revolusi Mental (GNRM). Komitmen ini ditindaklanjuti dengan arahan Presiden

98
Peningkatan Mutu Pendidikan Dengan Implementasi Penguatan Karakter di Lingkungan Sekolah
Ana Laila Fauziah NIM : 4103810318011

kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk mengutamakan dan


membudayakan pendidikan karakter di dalam dunia pendidikan. Atas dasar ini,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mencanangkan Penguatan Pendidikan
Karakter (PPK) secara bertahap mulai tahun 2016”.
PPK lahir karena kesadaran banyaknya tantangan masa depan yang semakin
kompleks, sekaligus melihat ada banyak harapan bagi masa depan bangsa. Kondisi
seperti ini menuntut lembaga pendidikan, khususnya madrasah, harus bisa
mewujudkan siswa yang berkepribadian utuh dan tangguh dengan nilai-nilai moral,
sikap spiritual, keilmuan dan ketrampilan.

B. LATAR BELAKANG MASALAH


Runtuhnya nilai moral di kehidupan masyarakat saat ini juga berdampak buruk
pada nilai dan sikap anak remaja pada saat ini. Turunnya etika dan moral ini juga
membuat sekolah harus bekerja sangat keras dalam mendidik dan menyampaikan
ilmu pengetahuan kepada para peserta didiknya. Salah satu cara memperbaiki
kemerosotan moral ini adalah dengan menggunakan pendidikan karakter yang tak
hanya di rumah, namun juga secara terstruktur di sekolah.
Salah satu upaya pemerintah tentang pendidikan karakter adalah Penguatan
Pendidikan Karakter (PPK) yang terintegrasi dalam Gerakan Nasional Revolusi
Mental, yaitu perubahan cara berpikir, bersikap dan bertindak menjadi lebih baik
(Azwar, 2017). PPK merupakan lanjutan dari program sebelumnya yang memberikan
solusi terhadap turunnya moral anak bangsa, karena menurut Kemendikbud (2017)
salah satu urgensi PPK adalah “Keterampilan abad 21 yang dibutuhkan siswa guna
mewujudkan keunggulan bersaing Generasi Emas 2045: Kualitas Karakter, Literasi
Dasar, Kompetensi 4 C (Critical Thinking an Problem Solving, Creativity,
Communication Skills, dan Ability to Work Collaboratively)”. Melalui program
tersebut, kemampuan anak baik dalam kepribadian maupun life skills-nya akan
berkembang baik seiring dengan berkembangnya teknologi yang ada dan tentunya
dapat mengurangi dampak buruknya.
Beberapa sekolah telah menerapkan dan mengimplementasikan program diatas
sesuai dengan kebutuhan sekolah. Sesuai dengan kebutuhan sekolah ini juga diartikan

99
Peningkatan Mutu Pendidikan Dengan Implementasi Penguatan Karakter di Lingkungan Sekolah
Ana Laila Fauziah NIM : 4103810318011

sebagai cara yang disesuaikan dengan kebutuhan sekolah seperti kegiatan pembiasaan
dan lain sebagainya.
Pada dasarnya pendidikan formal di sekolah akan sangat membantu jika pihak
sekolah menekankan pada pendidikan yang membentuk karakter anak. Seiring
dengan lunturnya nilai moral di masyarakat saat ini membuat sekolah harus dapat
meningkatkan mutu pendidikannya dan memperbanyak program pendidikan karakter.
Menurut Hamid (2017:3) “Sekolah (pendidikan) merupakan salah satu tempat yang
strategis dalam pembentukan karakter selain di keluarga dan masyarakat”. Hal itulah
yang mendasari perlu adanya program pendidikan karakter di sebuah sekolah, baik di
dalam kelas maupun di luar kelas. Maka dari itu perlu penanaman pendidikan karakter
untuk tiap sekolah dengan berbagai kegiatan yang bisa menunjang penanaman
karakter yang baik ini. Salah satu kegiatan yang bisa dilakukan untuk menguatkan
dan menanamkan nilai-nilai karakter adalah dengan kegiatan pembiasaan yang
dilakukan di sekolah. Karena memang hal yang rutin dilakukan setiap hari akan
tertanam dengan baik dalam diri peserta didik maupun warga sekolah yang lain. Maka
dari itu kegiatan pembiasaan ini menjadi kegiatan yang sangat penting bagi
terlaksananya pendidikan karakter yang ada di sekolah. Seperti yang dijabarkan oleh
Wibowo (2013:21-22) bahwa “Nilai-nilai pendidikan karakter juga harus
ditumbuhkan lewat kebiasaan kehidupan keseharian di sekolah (habituasi), melalui
budaya sekolah karena budaya sekolah (school culture) merupakan kunci dari
keberhasilan pendidikan karakter itu sendiri”.

LANDASAN TEORI
1. PENDIDIKAN KARAKTER
Secara psikologis, istilah karakter (watak) dan kepribadian sering
dipergunakan secara bergantian, namun Allport dalam Suryabrata menunjukkan,
bahwa biasanya kata kepribadian menunjukkan arti normative. Dia menyatakan
“character is personality evaluated and personality is character
devaluated”(Sumadi Suryabrata,1986:241). Namun menurut Ngalim Purwanto
(2000:140), “kepribadian bukan hanya mengenai tingkah laku yang dapat diamati,
melainkan juga termasuk di dalamnya apakah sebenarnya individu itu. Jadi selain

100
Peningkatan Mutu Pendidikan Dengan Implementasi Penguatan Karakter di Lingkungan Sekolah
Ana Laila Fauziah NIM : 4103810318011

tingkah laku yang tampak, juga diketahui motivasinya, minatnya, sikapnya, dan
sebagainya yang mendasari pernyataan tingkah laku tersebut”.
Menurut Poedjawiatna (1970:129) Karakter (watak) merupakan bagian dari
kepribadian (personality); di dalam kepribadian terdapat unsur sikap (attitude),
sifat (traits), temperamen dan karakter (watak).Sikap merupakan suatu cara
bereaksi (meresepon) terhadap suatu rangsangan (stimulus) yang disertai dengan
pendirian dan atau perasaan orang tersebut. Sifat merupakan ciri-ciri tingkah laku
yang tetap (hampir tetap) pada seseorang. Temperamen adalahsifat-sifat jiwa yang
sangat erat hubungannya dengan konstitusi tubuh, yakni keadaan jasmani
seseorang yang terlihat dalam hal-hal yang khas baginya, seperti keadaan darah,
pekerjaan, kelenjar, pencernaan, pusat sarat, dan lain-lain (Ngalim Purwanto,
2000:145).
Lebih lanjut Ngalim menjelaskan bahwa Temperamen lebih merupakan
pembawaan dan sangat dipengaruhi oleh konstitusi tubuh, sehingga sukar diubah
dan dididik, tidak dapat dipengaruhi oleh kemauan atau kata hati orang yang
bersangkutan.(2000:151) Perbedaan utamanya, sikap merupakan hasil pengaruh
dari lingkungan, sedangkan temperamen hampir-hampir tidak dipengaruhi oleh
lingkungan, dan sifat berada di tengah-tengah, merupakan percampuran antara
sifat-sifat pembawaan dan pengaruh lingkungan. (Ngalim, 2000:142) Adapun
karakter mengandung pengertian yang lebih luas, yang mencakup pengertian sikap,
sifat-sifat dan temperamen. Karakter merupakan struktur batin manusia yang
tampak pada tindakan tertentu dan bersifat tetap, baik tindakan itu baik maupun
buruk, serta merupakan ciri khas dari pribadi orang yang bersangkutan. Bila
temperamen sangat dipengaruhi oleh konstitusi tubuh dan pembawaannya, maka
karakter lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, seperti pengalaman,
pendidikan, intelijensi dan kemauan
Kerchensteiner dalam Ngalim (2000:140) membagi karakter manusia
menjadi dua bagian, yaitu karakter biologis dan karakter intelijibel. Karakter
biologis mengandung nafsu atau dorongan insting yang rendah, terikat pada
kejasmanian. Karakter biologis tidak dapat diubah dan dididik, Sedangkan karakter
intelijibel berkaitan dengan kesadaran dan intelejensi manusia. Karakter intelijibel
inilah yang bisa dirubah dan dididik. Ia menyatakan bahwa untuk mendidik

101
Peningkatan Mutu Pendidikan Dengan Implementasi Penguatan Karakter di Lingkungan Sekolah
Ana Laila Fauziah NIM : 4103810318011

karakter peserta didik dengan baik, didiklah kemauannya, cara berpikirnya, dan
kehalusan perasaan ke arah yang baik. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)
merupakan proses pembentukan, trasformasi, trasmisi dan mengembangkan
potensi peserta didik agar berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai
dengan falsafah hidup Pancasila (Kemendikbud, 2016:21) Sudah tentu karakter
anak itu merupakan hasil interaksi antara pembawaan dan lingkungan, sehingga
dalam Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang ditekankan bukanlah
pembawaan dan lingkungan kulturnya, namun interaksi keduanya.
Pendidikan karakter merupakan suatu system penerapan nilai-nilai moral
pada peserta didik melalui ilmu pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan
implementasi nilai-nilai tersebut, baik terhadap diri sendiri, sesama, lingkungan,
bangsa dan negara maupun Tuhan Yang Maha Esa, kebangsaan sehingga menjadi
manusia yang memiliki akhlaqul karimah (Dalimunthe,2015)
Pendidikan karakter merupakan gerakan nasional untuk menciptakan sekolah
yang membina peserta didik yang beretika, bertanggung jawab, dan peduli.
Pendidikan karakter juga bukan hanya sekedar mengajarkan mana yang benar dan
mana yang salah. Lebih dari itu, pendidikan karakter adalah usaha menanamkan
kebiasaaan-kebiasaan yang baik sehingga peserta didik mampu bersikap dan
bertindak berdasarkan nilai-nilai yang telah menjadi kepribadiaannya. Dengan kata
lain pendidikan karakter yang baik harus melibatkan pengetahuan yang baik (moral
knowing), perasaan yang baik atau loving good (moral feeling) dan perilaku yang
baik (moral action) (Safitri,2015). Pendidikan karakter merupakan penciptaan
lingkungan sekolah yang membantu peserta didik dalam perkembangan etika,
tanggung jawab dalam perkembangan etika, tanggung jawab melalui model, dan
pengajaran karakter yang baik melalui nilai-nilai universal (Berkowitz & Bier,
2005:7)
Menurut Suprapto (2014) large population is the most important for the
progress and setbacks of a nation depends on human factors. The problems of
politic, economic, social can also be cmpleted by human resources. However, to
solve the problems and deal with the high civilization competition become more
advanced, Indonesia needs revitalization and strengthening strong character of
human resources. One aspect that can be done to prepare for the strong human

102
Peningkatan Mutu Pendidikan Dengan Implementasi Penguatan Karakter di Lingkungan Sekolah
Ana Laila Fauziah NIM : 4103810318011

character is through education (Kristiawan, 2015). Menurut Suyatno (2010)


Education is the only key that can achieve strong human resources (Kristiawan,
2015). Ahmad dkk (2017) berpendapat bahwa pendidikan karakter peserta didik
sangat penting untuk ditingkatkan. Melihat masyarakat Indonesia sendiri lemah
sekali dalam penguasaan soft skill.
Dari uaraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan
sebuah usaha sadar dan terencana untuk membina peserta didik menjadi manusia
yang beretika, lebih dari mengetahui mana yang salah dan mana yang benar
melalui pembiasaan dan penilaian nilai –nilai universal.

2. FUNGSI PENDIDIKAN KARAKTER


Fungsi pendidikan karakter adalah untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk bakat serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam mencerdasakan
bangsa. Secara lebih khusus dan terperinci Kememdiknas (2011:9-10)
menyebutkan bahwa pendidikan karakter mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Fungsi pembentukan dan pengembangan potensi. Pendidikan karakter
membentuk dan mengembangkan potensi siswa agar berpikiran baik, berhati
baik, dan berperilaku sesuai dengan falsafah pancasila.
b. Fungsi perbaikan dan penguatan. Pendidikan karakter memperbaiki dan
memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan,masyarakat dan pemerintah
untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi
warga negra dan pembangunan bangsa menuju bangsa yang maju, mandiri, dan
sejahtera.
c. Fungsi penyaring. Pendidikan karakter memilah budaya bangsa sendiri dan
menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya
bangsa dan karakter bangsa yang bermartabat.
Sedangkan berdasarkan Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter (2011) ,
fungsi pendidikan karakter yaitu :
a. Membangun kehidupan kebangsaan yang multicultural.
b. Membangun peradaban bangsa yang cerdas, berbudaya luhur,dan mampu
berkontribusi terhadap kehidupan umat manusia.

103
Peningkatan Mutu Pendidikan Dengan Implementasi Penguatan Karakter di Lingkungan Sekolah
Ana Laila Fauziah NIM : 4103810318011

c. Membangun sikap warganegara yang cinta damai, kreatif, mandiri, dan mampu
hidup berdampingan dengan bangsa lain dalam suatu harmoni.

3. TUJUAN PENDIDIKAN KARAKTER


Berdasarkan Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter (2011) , Pendidikan
karakter bertujuan mengembangakan nilai-nilai yang membentuk karakter bangsa
yaitu Pancasila, yaitu :
1. Mengembangakan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang baik hati.
2. Membangun bangsa yang berkarakter Pancasila.
3. Mengembangkan potensi warganegara agar memiliki sikap percaya diri, bangga
pada bangsa dan negaranyan serta mencintai umat manusia.
Menurut Kesuma (2011:9) , tujuan pendidikan karakter adalah sebagai
berikut :
1. Meningkatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap
penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian/kepemilikan peserta didik yang
khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan.
2. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai
yang dikembangkan oleh sekolah.
3. Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam
memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.

4. NILAI-NILAI KARAKTER
Secara umum telah kita ketahui bahwa nilai adalah sesuatu yang berharga dan
berguna bagi kehidupan manusia. Namun nilai yang dimaksud dalam karkater ini
dapat dikatakan sebagai keyakinan seseorang dalam menentukan pilihan. Seperti
yang dikemukakan oleh Gordon Alfort yang dikutip oleh Mulyana (2004:9) “nilai
adalah keyakinan yang membuat seseorang bertidak atas dasar pilhannya. Allfort
menetapkan keyakinan pada posisi yang lebih tinggi, ketimbang hasrat, motif,
sikap kenginan dan kebutuhan”.

104
Peningkatan Mutu Pendidikan Dengan Implementasi Penguatan Karakter di Lingkungan Sekolah
Ana Laila Fauziah NIM : 4103810318011

Menurut Heri Gunawan (2012:31) “ nilai adalah merupakan rujukan untuk


bertindak. Nilai merupakan standar untuk mempertimbangkan dan meraih perilaku
tentang baik atau tidak baik dilakukan”.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai adalah suatu
keyakinan seseorang yang menjadi pertimbangan sebaelum ia bertindak dalam
menentukan pilihannya yang menghasilkan perilaku positif baik bagi yang
menjalankan maupun bagi orang lain.
Character Count di Amerika sebagaimana dikutip oleh Majid (2011:43)
mengidentifikasi bahwa karakter –karakter yang menjadi pilar yang harus
ditanamkan kepada siswa , mencakup 10 karakter utama, yang mencakup; (1) dapat
dipercaya (2) rasa hormat dan perhatian (3) tanggung jawab (4) jujur (5) peduli (6)
kewarganegaraan (7) ketulusan (8) berani (9) tekun (10) integritas.
Adapun nilai-nilai pendidikan karakter yang dikembangkan di Indonesia
bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu:
a. Religious, sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama
yang dianutnya,toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain dan hidup
rukun dengan pemeluk agama lain.
b. Jujur, Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sabagai orang
yang dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.
c. Toleransi, Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dengan dirinya.
d. Disiplin, Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
e. Kerja Keras, Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas
dengan sebaik baiknya.
f. Kreatif, Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil
baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
g. Mandiri, Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas.
h. Demokratis, Cara berpikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.

105
Peningkatan Mutu Pendidikan Dengan Implementasi Penguatan Karakter di Lingkungan Sekolah
Ana Laila Fauziah NIM : 4103810318011

i. Rasa ingin tahu, Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui
lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat dan
didengar.
j. Semangat Kebangsaan, Cara berpikir, bertindak dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan diri dan
kelompoknya.
k. Cinta Tanah Air, Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian dan penghargaan tinggi terhadap bangsa, lingkungan
fisik , social, budaya, ekonomi dan politik bangsa.
l. Menghargai Prestasi, Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui serta
menghormati keberhasilan orang lain.
m. Bersahabat/komunikatif, Tindakan yang memperlihatkan rasa senang bicara,
bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
n. Cinta Damai, Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain
senang dana man atas kehadiran dirinya.
o. Gemar Membaca, Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai
bacaan yang memberikan kebajikan bagi drinya.
p. Peduli Lingkungan, Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya
untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
q. Peduli Sosial, Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada
orang lain dan masyarakat yang membeutuhkan.
r. Tanggung Jawab, Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat,
lingkungan (alam,social dan budaya), Negara, dan Tuhan Yang Maha Esa.
(Puskurbuk, 2011 :9-10).
Terdapat 5 unsur nilai utama karakter yang menjadi prioritas Gerakan
Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah. Lima nilai tersebut merupakan satu
kesatuan utuh yang tidak bisa dipisah-pisahkan, saling mempengaruhi dan saling
mennetukan dan ditentukan, yakni :
(1) Religius

106
Peningkatan Mutu Pendidikan Dengan Implementasi Penguatan Karakter di Lingkungan Sekolah
Ana Laila Fauziah NIM : 4103810318011

Karkater religious merupakan cerminan kataatan manusia kepada Allah SWT


yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan
yang dianut, menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap toleran
terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai
dengan pemeluk agama lain. Implementasi nilai karakter religious ini ditujukan
dalam sikap cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama dan
kepercayaan, teguh pendirian , percaya diri, kerja sama antar pemeluk agama dan
kepercayaan , anti perundungan dan kekerasan, persahabatan, ketulusan , tidak
memaksakan kehendak, mencintai lingkungan , melindungi yang kecil dan
tersisih.
(2) Nasionalis.
Merupakan cara berpikir , bersikap, dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap Bahasa, lingkungan
fisik, social, budaya , ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan kepentingan
bangsa dan negara diatas kepentingan diri dan kelompoknya.
Sikap nasionalis ditujukan melalui sikap apresiasi budaya bangsa sendiri,
menjaga kekayaan budaya bangsa , rela berkorban, unggul , dan berprestasi, cinta
tanah air, menjaga lingkungan , taat hokum, disiplin, menghormati keragaman
budaya, suku dan agama.
(3) Integritas
Merupakan nilai yang mendasari perilaku yang didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai
kemanusiaan dan moral.
Karakter integritas meliputi sikap tanggung jawab sebagai warga negara,
aktip terlibat dalam kehidupan social, melalui konsistensi tindakan dan perkataan
berdasarkan kebenaran. Seseorang yang berintegritas juga menghargai martabat
individu (terutama penyendang disabilitas) serta mampu menunjukkan
keteladanan.
(4) Mandiri

107
Peningkatan Mutu Pendidikan Dengan Implementasi Penguatan Karakter di Lingkungan Sekolah
Ana Laila Fauziah NIM : 4103810318011

Merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang lain dan
mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan,
mimpi,dan cita-cita.
Siswa yang mandiri memiliki etos kerja yang baik,tangguh,berdaya
juang,mprofesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.
(5) Gotong Royong
Mencerminkan tindakan menghargai semangat kerja sama dan bahu
membahu menyelesaikan persoalan bersama,menjalin komunikasi dan
persahabatan, memberi bantuan/pertolongan pada orang-orang yang
membutuhkan.
Diharapkan siswa dapat menunjukkan sikap menghargai sesama, dapat
bekerja sama, inklusif, mampu berkomitmen atas keputusan bersama ,
musyawarah mufakat, tolong menolong, memilki empati dan rasa solidaritas, anti
diskriminasi, anti kekerasan dan sikap kerelawanan.
Tim Penyusun PPK, 2016;13)

4. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif untuk mengungkap
strategi sekolah dalam memaksimalkan penguatan pndidikan karakter siswa di
MA Al HUSNA Subang. Subjek penelitian ini adalah
kepala sekolah, siswa, dan guru. Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Wawancara
digunakan untuk menjaring data atau informasi yang berkaitan dengan berbagai
kebijakan yang dilakukan sekolah dalam memaksimalkan upaya penguatan
pendidikan karakter siswa. Observasi dilakukan untuk melihat implementasi
pendidikan karakter yang dilakukan oleh sekolah dan orang tua. Teknik
dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang startegi sekolah dan
rencana yang dibuat oleh sekolah. Untuk memperoleh data yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah, dalam penelitian ini dilakukan
pemeriksaan keabsahan data. Dalam penelitian ini teknik pemeriksaan keabsahan
data yang digunakan adalah teknik triangulasi, yaitu teknik penyilangan informasi

108
Peningkatan Mutu Pendidikan Dengan Implementasi Penguatan Karakter di Lingkungan Sekolah
Ana Laila Fauziah NIM : 4103810318011

yang diperoleh dari sumber sehingga pada akhirnya hanya data yang absah saja
yang digunakan untuk mencapai hasil penelitian (Arikunto, 2006:18).
Teknik triangulasi dilakukan dengan cara triangulasi metode, yaitu dengan
mengecek ulang informasi hasil wawancara dengan dokumentasi dan observasi.

PEMBAHASAN
Pelaksanaan penguatan pendidikan karakter di MA Al Husna Subang sudah
dilaksanakan sebelum program PPK digulirkan pemerintah. Penguatan dilakukan dengan
cara pembiasaan,penggunaan kegiatan pembiasaan ini tentu memiliki alasan kuat. Karena
memamg penanaman karkater yang palng kuat adalah melalui kegiatan pembiasaan. Hal
ini juga diungkapkan oleh Licktona (2000:87) bahwa pendidikan moral untuk anak
memerlukan kegiatan secara berulang-ulang untuk melatih menjadi orang baik, dimana
anak harus diberikan kesempatan terus menerus berbuat jujur, bersikap santun dan adil
sehingga menjadi sebuah kebiasaan yang selalu dilakukan dalam keadaan yang sulit
sekalipun. Sehingga memang kegiatan pembiasaan ini adalah membentuk mindset serta
karakter anak secara tidak langsung dengan menempatkan mereka pada posisi yang sama
setiap hari atau berkali-kali.
Setiap guru memiliki tanggungjawab untuk bisa menanamkan nilai-nilai tersebut
terhadap semua siswa, melalui proses pendidikan di dalam kelas maupun di luar kelas.
Salah satu peranan penting guru dalam pembelajaran adalah sebagai korektor, dimana
guru menilai dan mengoreksi semua sikap, tingkah laku maupun perbuatan yang
berkaitan nilai baik dan buruk peserta didik dalam kehidupan sehari-hari (Eni
FF,2016:72)
Terdapat sembilan prinsip dalam pelaksanaan dan pengembangan Gerakan
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) di MA Al Husan , yakni:
a. Moral Universal, terfokus pada penguatan nilai-nilai moral umum yang didukung
oleh seluruh individu dari berbagai macam latar belakang agama, keyakinan,
kepercayaan, sosial dan budaya.
b. Holistik, dalam arti pengembangan fisik, intelektual, estetika, etika dan spiritual
dilakukan secara simultan dan bersamaan, baik melalui intrakurikuler, ko kurikuler,
ekstra kurikuler maupun sinergi dan berkolaborasi dengan komunitas-komunitas di
masyarakat.

109
Peningkatan Mutu Pendidikan Dengan Implementasi Penguatan Karakter di Lingkungan Sekolah
Ana Laila Fauziah NIM : 4103810318011

c. Terintegrasi, yakni memadukan, menghubungkan, dan mengutuhkan berbagai


elemen pendidikan, serta menjadi program utama pendidikan.
d. Partisipatif, yakni menyertakan berbagai pihak sebagai pemangku kepentingan
pendidikan bersama. Dalam hal ini, kepala madrasah, wakil kepala, staf madrasah,
wali kelas, wali siswa, dan komite madrasah dapat menyetujui prioritas nilai-nilai
utama karakter dan kekhasan madrasah yang diperjuangkan dalam PPK,
menyepakati bentuk dan strategi pelaksanaan PPK, bahkan pembiayaan PPK.
e. Kearifan lokal, yakni bertumpu dan responsif terhadap kearifan lokal yang beragam,
mengembangkan dan Indonesia.
f. Kecakapan, yakni harus bisa membentuk peserta memperkuat kearifan lokal agar
dapat berkembang dan berdaulat sehingga dapat memberi indentitas dan jati diri
peserta didik sebagai bangsa didik yang memiliki kecakapan berpikir kritis dan
kreatif, penguasaan bahasa, kecakapan komunikasi, kecakapan bekerja sama dan
gotong royong, kecakapan beradaptasi dan kecekatan menyesuaikan diri, semangat
ingin tahu dan berimajinasi, dan literasi.
g. Adil dan inklusif, yakni dilaksanakan dan dikembangkan berdasarkan prinsip
keadilan, tidak diskriminasi, tidak sektarian, menghargai kebhinekaan dan perbedaan
(inklusif), serta menjunjung harkat dan martabat manusia.
h. Selaras dengan perkembangan peserta didik, baik perkembangan biologis, psikologis
maupun sosial, agar tingkat kecocokan dan keberterimaannya tinggi selain hasilnya
maksimal.
i. Terukur, yakni dapat dimati dan diketahui proses dan hasilnya secara objektif.
Madrasah harus mendeskripsikan nilai-nilai utama karakter yang menjadi prioritas
pengembangan dalam sebuah sikap dan perilaku yang dapat diamati dan diukur
secara objektif; mengembangkan program-program penguatan nilai-nilai karakter
bangsa yang mungkin dilaksanakan dan dicapai oleh madrasah; dan mengerahkan
sumber daya yang dapat disediakan oleh madrasah dan pemangku kepentingan
pendidikan (Tim PPk, 2016:10-12)
Pelaksanaan PPK di MA Al Husna Subang diterapkan pada 3 basis dengan jenis
kegiatan yang berbeda beda. Hal ini selaras dengan bentuk Implementasi yang
dicanangkan oleh Tim PPK (2017:27), implementasi PPK dapat dilakukan dengan 3
pendekatan utama yaitu berbasis kelas, berbasis budaya sekolah, dan berbasis

110
Peningkatan Mutu Pendidikan Dengan Implementasi Penguatan Karakter di Lingkungan Sekolah
Ana Laila Fauziah NIM : 4103810318011

masyarakat. Dimana memang ketiga hal ini memiliki poin-poin yang semestinya
dilaksanakan oleh sekolah sebagai salah satu bentuk program pendidikan karakter.
Dimana memang MA Al Husna menerapkan kegiatan pembiasaan dalam rangka untuk
penerapan PPK yang sesuai dengan Perpres No. 87 mengenai Penguatan Pendidikan
Karakter pasal 6 ayat 1 bahwa inti dari ayat terebut adalah menyebutkan penguatan
pendidikan karakter diintegrasiikan ke dalam 3 aspek yakni intrakurikuler, kokurikuler
dan ekstrakurikuler. Dimana memang dalam ketiga hal tersebut juga didukung dengan
kegiatan rutin yang dilakukan di lingkungan sekolah maupun di kelas.
Kegiatan pembiasaan yang dilakukan di MA AL Husna Subang untuk yang
berbasis kelas adalah: Membaca kitab suci; kegiatan Pra KBM yang diantaranya adalah
membaca Pancasila, menyanyi Lagu Indonesia Raya dan berdoa; kemudian kegiatan
Literasi, berdoa setelah pembelajaran selesai; Melaksanakan piket kebersihan kelas
sebelum dan sesudah pembelajaran; dan mengucapkan salam kepada guru sebelum dan
sesudah pembelajaran. Dimana kegiatan pembiasaan ini diangkat dari Karakter Religius
dan Akhlak Mulia serta Karakter Peduli Lingkungan. Hal ini sejalan dengan
Fathurrohman (2013:115) yang mengemukakan bahwa pendidikan karakter adalah
salah satu usaha untuk menanamkan nilai-nilai baik pada peserta didik yang berkaitan
dengan Tuhan YME, diri sendiri, sesama manusia, dan lingkungan serta kebangsaan
berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, serta adat istiadat.
Berdasarkan temuan yang ada di MAN AL Husna Subang, ada beberapa yang
terbiasa dilakukan di lingkungan sekolah, yang diantaranya adalah Bersalaman ketika
bertemu guru; adanya etika dan aturan keluar masuk kelas dan sekolah ; Turun dari
Kendaraan ketika memasukki gerbang sekolah; Budaya 5S (Salam, Senyum, Sapa,
Sopan, dan Santun); Pelaksanaan upacara; Program adiwiyata: Kegiatan Keagamaan:
sholat berjamaah dan kegiatan Madin dengan materi yang disampaikan adalah Fikih,
Aqidah dan Akhlak, serta Usmani; dan Program ASBN dan PIK-R yang merupakan
program kegiatan yang dibina oleh pihak luar sekolah guna menangani penyimpangan
yang mungkin saja terjadi pada peserta didik. Kegiatan dari anggota kedua program ini
lebih diarahkan untuk membantu kegiatan Adiwiyata, dimana memang keseluruhan dari
kegiatan tersebutlah yang membentuk karakter. Yang juga merupakan cara penerapan
pendidikan karakter yang baik pada tingkat satuan pendidikan dalam rangka
pembentukan budaya sekolah yang baik, atau jika dikaitkan dengan PPK adalah termasuk

111
Peningkatan Mutu Pendidikan Dengan Implementasi Penguatan Karakter di Lingkungan Sekolah
Ana Laila Fauziah NIM : 4103810318011

sebagai PPK berbasis budaya sekolah. Dimana memang pendidikan karakter bisa
membentuk budaya sekolah sesuai dengan pendapat Amri, dkk (2011:31) bahwa
“pendidikan karakter pada tingkatan instusi mengarah pada pembentukan budaya
sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan
simbol-simbol yang dipraktikan oleh semua warga sekolah dan masyarakat sekitar
sekolah”.
Penguatan pendidikan karakter di sekolah ini melibatkan semua orang dalam
implementasi PPK melalui kegiatan pembiasaan di MA AL Husna Subang sehingga
untuk semua warga sekolah harus tetap saling mengingatkan dan memberi teladan
terhadap warga sekolah yang lain secara konsisten karena telah menjadi kebiasaan.
Seperti yang diungkapkan oleh Wibowo (2013:153) bahwa memang dalam pendidikan
karakter diutamakan keteladanan dari semua warga atau komponen sekolah baik kepala
sekolah, guru dan staf, harus selalu konsisten dalam kata, sikap dan perbuatan.
Berdasarkan temuan dan teori yang ada, bahwa faktor pendukung dan penghambat
dalam implementasi PPK melalui kegiatan pembiasaan adalah meliputi dari beberapa
aspek seperti peserta didik, guru, sarana dan prasarana, serta orang tua peserta didik. Hal
yang menjadi pendukung dalam pelaksanaan program PPK dalam kegiatan pembiasaan
juga menjadi penghambat. Contoh yang menjadi pendukung dan hambatan dalam
pelaksanaan pendidikan karakter yang ditemukan dalam penelitian dari Fortunata
(2017:72) adalah meliputi beberapa aspek yang diantaranya peserta didik, waktu, guru,
dan fasilitas sekolah. Tanpa adanya dukungan dari ke empat aspek tersebut, PPK yang
berjalan di MA Al Husna Subang melalui kegiatan pembiasaan tidak dapat berjalan
dengan baik. Sehingga memang ke empat hal tersebut harus bersinergi dalam
mensukseskan pendidikan karakter yang ada di sekolah dengan dukungan dari sistem
yang ada di sekolah yang sudah tersusun mulai dari kurikulum sekolah, tata tertib sampai
cara sekolah yang digunakan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi

112
Peningkatan Mutu Pendidikan Dengan Implementasi Penguatan Karakter di Lingkungan Sekolah
Ana Laila Fauziah NIM : 4103810318011

Simpulan
Implementasi program PPK melalui kegiatan pembiasaan dalam meningkatkan
mutu sekolah dimulai dengan melakukan perencanaan kegiatan melalui SPMI dan
penyusunan SKL yang akan berdampak pada perubahan kurikulum, RPP, jadwal
pelajaran, dan tersusunnya SOP pelaksanan. Dimana kegiatan perencanaan ini
menghasilkan kegiatan pembiasaan di 2 basis yakni basis kelas dengan kegiatan yang
dilakukan adalah Membaca kitab suci; kegiatan Pra KBM yang diantaranya adalah
membaca Pancasila, menyanyi Lagu Indonesia Raya dan berdoa; kemudian kegiatan
Literasi, berdoa setelah pembelajarann selesai; Melaksanakan piket kebersihan kelas
sebelum dan sesudah pembelajaran; dan mengucapkan salam kepada guru sebelum dan
sesudah pembelajaran Membaca kitab suci; kegiatan Pra KBM yang diantaranya adalah
membaca Pancasila, menyanyi Lagu Indonesia Raya dan berdoa; kemudian kegiatan
Literasi, berdoa setelah pembelajaran selesai; Melaksanakan piket kebersihan kelas
sebelum dan sesudah pembelajaran; dan mengucapkan salam kepada guru sebelum dan
sesudah pembelajaran.
Sedangkan untuk yang berbasis budaya sekolah adalah Bersalaman ketika bertemu
guru; adanya etika dan aturan keluar masuk kelas dan sekolah dengan IKK dan IKS;
Turun dari sepeda ketika memasukki gerbang sekolah; Budaya 5S (Salam, Senyum, Sapa,
Sopan, dan Santun); Pelaksanaan upacara; Program adiwiyata: Kegiatan Keagamaan:
sholat berjamaah dan kegiatan Madin; dan Program ASBN dan PIK-R. Dan untuk
mensukseskan kegiatan pembiasaan tersebut dilibatkan seluruh komponen yang terkait
dengan sekolah untuk tetap mendukung. Namun, segala hal yang mendukung juga bisa
menjadi hambatan jika tidak dimaksimalkan seperti dari aspek: warga sekolah (guru, staf
dan karyawan), peserta didik, sarana dan prasarana serta orang tua.

Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas terdapat beberapan saran untuk beberapa pihak
yang terkait dengan subjek penelitina ini, yang diantaranya:
(1) Bagi Kepala MA Al Husna Subang , disarankan lebih meningkatkan kekompakan
dan kerja sama dari seluruh warga sekolah

113
Peningkatan Mutu Pendidikan Dengan Implementasi Penguatan Karakter di Lingkungan Sekolah
Ana Laila Fauziah NIM : 4103810318011

(2) Bagi Guru MA Al Husna Subang , disarankan untuk meningkatkan kesadarannya


dan kepeduliannya kepada peserta didik sehingga bisa berkomitmen untuk datang
lebih pagi agar bisa melaksanakan kegiatan pembiasaan di pagi hari:
(3) Bagi Tenaga Administrasi MA Al Husna Subang , disarankan untuk tidak hanya
menjalankan tugas yang diperintahkan, namun juga peduli terhadap pembentukan
budaya yang baik untuk memberikan penguatan karakter pada peserta didik melalui
kegiatan pembiasaan setiap harinya;
(4) Bagi peneliti lain, disarankan agar hasil penelitian ini dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dan referensi untuk penelitian selanjutnya dan lebih bisa
dikembangkan dengan topik-topik yang lebih mendalam

114
Peningkatan Mutu Pendidikan Dengan Implementasi Penguatan Karakter di Lingkungan Sekolah
ASEP JAYA SUKMANA NIM : 4103810312135 2018

UNINUS ANGKATAN 45 KELAS A :


PERUBAHAN MINDSET GURU PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

ABSTRAK
Mindset menjadi penentu keberhasilan seseorang dalam mengarungi pencapaian
kesuksesan. Apapun profesi yang ia geluti, termasuk guru, mindset menjadi variabel
dalam memahami diri, profesi, apa yang harus dilakukan, dan cerminan harapan
khalayak. Dari semua itu, Mindset pendidik atau guru harus berada pada lingkaran
tugas, fungsi dan tujuan hidup manusia, pendidikan harus menjadikan dan atau
memanusiakan manusia, dengan kata lain terbentuknya Insan Kamil yang memiliki
wawasan Kaffah agar mampu menjalankan tugas-tugas kehambaan, kekhalifahan, dan
pewaris Nabi.
Kegagalan dalam mengubah mindset guru akan menjadi sumber kegagalan
implementasi inti dan tujuan pendidikan itu sendiri. Permasalahannya adalah perubahan
Mindset guru tidak bisa dilakukan dalam waktu yang singkat, melainkan membutuhkan
waktu yang cukup lama dan apabila tidak segera di mulai maka akan semakin
menghawatirkan
Mindset apa saja yang harus segera di ubah oleh seorang guru? Guru atau
pendidik harus mengubah pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi berpusat pada
perserta didik, pembelajaran pribadi menuju pembelajaran berbasis pada tim, dari
isolasi menuju lingkungan jejaring, dari pembelajaran pasif menuju aktif-faktual-kritis-
meneliti, dari abstrak menuju konteks dunia nyata, dari luas menuju khas
memberdayakan kaidah keterikatan, dari alat tunggal menuju alat multimedia, dari
produksi massa/kuantitas menuju kebutuhan pelanggan/kualitas, dari usaha sadar
tunggal menuju usaha sadar jamak, dari satu ilmu pengetahuan menuju pengetahuan
didiplin jamak, dari pembelajaran penyampaian pengetahuan menuju pertukaran
pengetahuan.
Dalam hal ini pengembangan pendidikan Islam terutama dalam kontek
kelembagaan perlu penguatan daya dukung guru. Hal ini mengarah pada pencapaian
mutu pendidikan sesuai dengan orientasi perubahan perkembangan pendidikan.

Keyword : Pendidikan Islam, Perubahan, Mindset, Guru

A. Latar belakang
Pendidikan pada prinsipnya merupakan kebutuhan manusia untuk mengembangkan
dirinya, agar ia mampu berperan secara baik dan benar di dalam lingkungannnya.
Pekerjaan mendidik bukanlah pekerjaan yang mudah jika harus dilaksanakan dengan baik
dan benar. Dalam menjalankan tugasnya, seorang pendidik hendaknya memperhatikan
banyak hal, salah satunya adalah tahapan perkembangan yang dialami anak didik dari
berbagai aspeknya. Proses perkembangan adalah hakekat dari kesejatian anak didik,
karena tidak ada seorang anak didikpun yang dapat menghindari, mempercepat atau

115

UNINUS ANGKATAN 45 KELAS A : PERUBAHAN MINDSET GURU PERSFEKTIF PENDIDIKAN ISLAM


ASEP JAYA SUKMANA NIM : 4103810312135 2018

memperlambatnya. Prosesnya akan berjalan secara wajar, alami, individual dan


berangsur-angsur. Hal demikian ini sebagai bukti akan ke Maha Kuasaan Allah Ta’ala.
Pendidikan sebagai upaya memanusiakan manusia, seperti yang diungkap
Driyarkara- hendaknya mampu mengembangkan eksistensi dan potensi yang dimiliki
manusia supaya mampu menjalankan misi mulia di muka bumi ini. Jika konsep
pendidikan diakui prinsip kebenarannya koheren dengan konsep manusia, praksis
pendidikan secara filosofis sejatinya harus mampu mengupayakan manusia untuk
mengenal siapa dirinya, potensi, tugas hidup, dan tujuan hidupnya. Tak ada yang lebih
mengetahui mengenai siapa diri manusia, kenapa ia diciptakan, dan apa yang menjadi
tujuan hidupnya kecuali Allâh Swt, sebagai Yang Maha Menciptakan (al-Khâliq).
Tulisan ini dimaksudkan untuk menjelaskan sekilas tentang gejolak pemikiran atau
kegelisahan penulis ketika berada di dalam kelas yang terdiri dari tenaga kependidikan
(operator, TU), guru (TK,RA,SD, SMP, SMK, SMA), kepala sekolah, pengurus yayasan
pendidikan dan calon guru. Selama satu semester menerima materi dari mata kuliah
Perbandingan system pendidikan, Paradigma dan manajemen pendidikan, intelegensi
dan Lingkungan pendidikan. Berada diantara mereka, semakin menyadarkan bahwa
betapa pentingnya perubahan mindset guru dalam menyongsong masa depan karena
perubahan adalah sebuah kemestian dan keniscayaan.
Meskipun perubahan sudah merupakan sebuah keniscayaan, akan tetapi perlu
adanya prakondisi yang harus dan bahkan wajib dipenuhi oleh pihak-pihak yang
berkompeten dalam hal ini, terutama terkait dengan kesiapan para guru (pendidik) selaku
garda terdepan dalam proses implementasinya.
Perlu disadari bahwa guru adalah ujung tombak keberhasilan pendidikan. Apabila
guru memiliki kesiapan yang memadai dan matang, mulai dari kesiapan dari segi
kualifikasi, kompetensi serta juga siap dalam hal kesamaan pemahaman dan paradigma
(pola pikir) terhadap perubahan tersebut.
Lantas seperti apakah lembaga pendidikan menyiapkan calon guru ini, juga menjadi
kegelisahan penulis, dalam lingkungan baru ini, inilah catatan awal dari UNINUS
Angkatan 45 Kelas A.

116

UNINUS ANGKATAN 45 KELAS A : PERUBAHAN MINDSET GURU PERSFEKTIF PENDIDIKAN ISLAM


ASEP JAYA SUKMANA NIM : 4103810312135 2018

B. Landasan Teori
1. Pendidikan Islam
Pendidikan Islam secara umum adalah upaya sistematis untuk membantu anak didik
agar tumbuh berkembang melalui aktualisasi potensi diri berdasarkan kaidah-kaidah
moral Al-Quran, ilmu pengetahuan dan keterampilan hidup (life-skill). Akan tetapi,
walaupun telah dilakukan usaha-usaha pembaharuan pendidikan Islam, dunia pendidikan
masih saja dihadapkan pada beberapa problem. Al-Quran dan sunah seharusnya
ditempatkan sebagai sumber otentik pengembangan pemikiran teoritis atau pun praktis
bagi dasar, tujuan, proses maupun rumusan panduan/petunjuk dalam pendidikan. Akan
tetapi saat ini umat Islam belum optimal dalam pengembangan pendidikan.
Sampai dengan hari ini, dunia pendidikan dan gerakan-gerakan Islam dalam
berbagai ragam konsentrasi dan aliran pemahaman masih sulit menumbuhkan tradisi
intelektual kritis sebagai etika dasar penafsiran terhadap kedua sumber teks utama Islam
(Al-Quran dan Al-Sunah) tersebut. Namun demikian seharusnya terus dilakukan upaya-
upaya kreatif inovatif dalam bidang pendidikan. karena itu, untuk mengetahui bagaimana
pemecahan problem-problem pendidikan Islam saat ini, maka usaha-usaha pembaharuan
pendidikan Islam lewat pemikiran yang mendalam perlu dilakukan dan harus menjadi
sangat penting.
Saat ini, banyak institusi pendidikan telah berubah menjadi industri bisnis yang
yang pragmatis. Pendidikan diarahkan untuk melahirkan individu-individu pragmatis
yang bekerja untuk meraih kesuksesan materi dan profesi sosial yang akan memakmurkan
diri, perusahaan dan negara. Pendidikan dipandang secara ekonomis dan dianggap
sebagai investasi yang merupakan tujuan utama, ingin segera dan secepatnya diraih
supaya modal yang selama ini dikeluarkan dapat menuai keuntungan. Dengan sistem
pendidikan yang seperti ini, sekalipun akan memproduksi anak didik yang memiliki status
pendidikan yang tinggi, namun status tersebut tidak akan menjadikan mereka sebagai
individu-individu yang beradab.
1. Pengertian Bahasa (Etimologi)
Dalam Kamus Bahasa Indonesia kat pendidikan merupakan kata yang berasal dari
kata didik yang diberi awalan pe dan akhiran an yang berarti proses pengubahan sikap
dan tatalaku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonseia, pendidikan adalah suatu usaha manusia untuk mengubah

117

UNINUS ANGKATAN 45 KELAS A : PERUBAHAN MINDSET GURU PERSFEKTIF PENDIDIKAN ISLAM


ASEP JAYA SUKMANA NIM : 4103810312135 2018

sikap dan tatalaku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Pada hakikatnya adalah usaha untuk
memanusiakan manusia itu sendiri.
Ada dua subjek pokok yang saling berinteraksi di dalam pendidikan. Kedua subjek
itu adalah pendidik dan subjek terdidik/didik. Subjek-subjek itu tidak harus selalu
manusia, tetapi juga bias berupa media atau alat-alat pendidikan, sehingga pada
pendidikan terjadi interaksi antara pendidik dengan subjek didig untuk mencapai tujuan
pendidikan.
Ada tiga istilah uang umum Pendidikan Islam yang digunakan oleh kalangan tokoh
pendidikan Islam, yaitu al-Tarbiyah, al-Ta’lim dan al-Ta’dib.
a. Tarbiyah.
Kata tarbiyah beradsal dari kata rabba yang mengandung arti, mendidik,
membesarkan, memelihara sekalian alam. Kata ini diulang sebanyak 169 kali dan
terhubung dengan beberapa objek yang berbeda, misalnya alam,manusia dan yng lainnya.
Dalam statusnya sebagai khalifah di muka bumi, berarti manusia hidup di alam ini
mendapat kuasa dari Allah Swt untuk mengolah , memelihara dan melestarikan alam.
Dalam bentuk kata kerja, kata ini dapat di jumpai di antaranya dalam surat QS. Asy-
Syura : 18 yang artinya: berkata (Firaun), bukankan kami telah mengasuhmu
(mendidikmu) dalam keluarga kami semenjak kamu kecil dan menghabiskan beberapa
tahun dari umur mu. dan QS : al-Isra : 24, yang artinya …ya Allah kasihilah keduanya
(orang tua) sebagaimana keduanya telah mengasihi dan mendidikku semenjak kecil.
b. Ta’lim
Secara bahasa Ta’lim berarti pengajaran (masdar dari ‘alama-yu’alimu-ta’liman),
secara istilah berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian pengertian,
pengetahuan dan keterampilan. Menurut abdul Fattah Jalal. Ta’lim merupakan proses
pemberian pengetahuan, pemahaman, pengertian, tanggungjawab, sehingga diri manusia
itu menjadi suci atau bersih dari segala kotoran sehingga siap menerima hikmah dan
mampu mempelajari hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya. Hal ini ini tergambarkan
dalam QS.an-Nahl : 78, QS:al-Baqarah : 31, QS: ar-Rahman : 1-4, QS: al-’Alaq : 4-5
c. Ta’dib
Al-Ta’dib secara bahasa berarti pengenalan dan pengetahuan secara berangsur-
angsur ditanamkan kedalam diri manusia (peserta didik) tentang tempat-tempat yang

118

UNINUS ANGKATAN 45 KELAS A : PERUBAHAN MINDSET GURU PERSFEKTIF PENDIDIKAN ISLAM


ASEP JAYA SUKMANA NIM : 4103810312135 2018

tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan. Dengan pendekatan ini pendidikan
akan berfungsi sebagai pembimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan
yang tepat dalam tatanan wujud dan keperibadiannya.
Menurut Syed Naquib al-Attas, istilah yang paling tepat untuk menunjukan konsep
pendidiakan Islam adalah Ta’dib, konsep ini didasarkan pada Hadis Nabi yang artinya :
Tuhan telah mendidikku,maka ia sempurnakan pendidikan ku (HR.Al-Askary dari Ali
RA)
Dari ketiga kata tersebut (tarbiyah, ta’lim, ta’dib) kata tarbiyah mempunyai
pengertian yang lebih luas, dan lebih pas dipakai untuk kata atau konsep pendidikan
dibanding dengan dua kata yang lainnya. Kata Ta’lim lebih menitikberatkan kepada
pengajaran karena lebih fokus kepada pengatahuan kecerdasan dan
keterampilan.sedangkan pendidikan lebih luas dari sekedar pengajaran. Sementara kata
Ta’dib lebih banyak mengacu kepada pendidikan Akhlak dan budi pekerti seperti yang di
ungkapkan oleh para ahli pendidikan, diantaranya Prof.Zakiah Darajat dan Abdur
Rahman an Nahlawi, meskipun demikian Muhammad Naquib Al-Attas mengatakan kata
Ta’lim lebih cocok dipakai untuk kata Pendidikan.
Dari pengertian lugawi di atas dapat kita simpulkan bahwa pendidikan merupakan
proses mengubah keadaan anak didik dengan berbagai cara untuk mempersiapkan masa
depannya yang baik.
Abdur Rahman, Al-Bani misalnya menyimpulkan dari ketiga kata bahasa Arab
yang sudah kita sebutkan tadi bahwa pendidikan itu memiliki empat unsur, yaitu :
1) Menjaga dan memelihara fitrah anak menjelang dewasa (balig)
2) Mengembangkan seluruh potensi
3) Mengarahkan seluruh fitrah dan potensi menuju kesempurnaan
4) Melaksanakannya secara bertahap
Dari pendapat Al-Bani ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
pendidikan dalam hal ini ialah pendidikan Islam yang meliputi unsur-unsur memelihara
dan mengembangkan potensi atau fitrah anak didik secara bertahap sesuai dengan
perkembangannya.
1. Pengertian Istilah (Terminologi)
Berikut beberapa pengertian tentang Pendidikan dan Pendidikan Islam menurut
para Ahli :

119

UNINUS ANGKATAN 45 KELAS A : PERUBAHAN MINDSET GURU PERSFEKTIF PENDIDIKAN ISLAM


ASEP JAYA SUKMANA NIM : 4103810312135 2018

a. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2004 disebutkan bahwa


Pendidikan adalah Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spriritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara. Dari kedua pengertian di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu tindakan atau usaha
menumbuhkembangkan atau mewujudkan suasana belajar agar potensi yang ada
pada peserta didiak dapat berkembang.
b. Menurut George F. Kneller dalam Umi Zulfah (2010) dijelaskan bahwa pendidikan
adalah suatu tindakan atau pengalaman yang mempunyai pengeruh yang
berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan jiwa (Mind), watak
(character), atau kemampuan fisik (physical ability).
c. Ensiklopedi Indonesia dinyatakan bahwa pendidikan adalah proses membimbing
manusia dari kebodohan menuju ke kecerahan pengetahuan. Lebih lanjut dikatakan
bahwa proses tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dresure atau
paksaan, latihan utnuk membentuk kebiasaan dan pendidikan untuk membentuk
kata hati.
d. Ahmad D. Marimba, seorang pakar filsafat pendidikan merumuskan bahwa
pendidikan adalah bimbingan atau tuntutan secara sadar oleh pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian
utama.
Selanjutnya pendapat beberapa tokoh Muslim tentang pengertian Pendidikan
Islam :
a. Menurut Ahmad D. Marimba, pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani, rohani
berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama
menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian lain sering kali beliau
mengatakan kepribadian utama tersebut dengan istilah kepribadian muslim, yakni
kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan serta
berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-
nilai Islam.

120

UNINUS ANGKATAN 45 KELAS A : PERUBAHAN MINDSET GURU PERSFEKTIF PENDIDIKAN ISLAM


ASEP JAYA SUKMANA NIM : 4103810312135 2018

b. Menurut Abdur Rahman An-Nahlawi, pendidikan Islam adalah pengaturan pribadi


dan masyarakat sehingga dapat memeluk Islam secara logis dan sesuai secara
keseluruhan baik dalam kehidupan individu maupun kolektif.
c. Menurut Burlian Shomad, pendidikan Islam ialah pendidikan yang bertujuan
membentuk individu menjadi makhluk yang bercorak diri, berderajat tinggi
menurut ukuran Allah dan sisi pendidikannya untuk mewujudkan tujuan itu adalah
ajaran Allah.
2. Mindset
Mindset ialah posisi atau pandangan mental seseorang yang mempengaruhi
pendekatan orang tersebut dalam menghadapi suatu Fenomena. Mindset merupakan
seperangkat asumsi, catatan atau metode yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok
yang tertanam dengan sangat kuat, mindset merupakan sikap mental mapan yang dibentuk
melalui pendidikan, pengalaman dan prasangka.(Mulyadi : 2007 : 71).
Menurut Adi W.Gunawan (2007) Mindset adalah kepercayaan yang mempengaruhi
sikap seseorang; sekumpulan kepercayaan atau suatu cara berfikir yang menentukan
prilaku dan pandangan, sikap dan masadepan seseorang).
Rahmat Sugiharto (2013) Mindset adalah sekumpulan kepercayaan (belief) atau
cara berfikir yang mempengaruhi perilaku dan sikap seseorang, yang akhirnya akan
menentukan level keberhasilan hidupnya.
Carol S. Dweck (2008) dalam bukunya Change Your Mindset – Change Your Life,
mengatakan bahwa pada dasarnya ada dua jenis pola pikir manusia, yaitu pola pikir tetap
(Fixed Mindset) dan pola pikir berkembang (Growth Mindset). Seseorang tidak dapat
mengadopsi kedua mindset ini, umumnya ia akan lebih condong pada salah satu dari
kedua mindset itu.
Fixed Mindset adalah mereka yang menganggap bahwa kecerdasan seseorang itu
adalah tetap atau tidak bias di ubah. Sedangkan Growth Mindset adalah mereka yang
menganggap bahwa kecerdasan seseorang adalah sesuatu yang bisa di ubah atau
dikembangkan.
3. Guru
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Guru adalah orang yang pekerjaannya
(mata pencahariannya, profesinya) mengajar. Dalam UU no 2 tahun 2003 pasal 39 ayat
2, Guru merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan

121

UNINUS ANGKATAN 45 KELAS A : PERUBAHAN MINDSET GURU PERSFEKTIF PENDIDIKAN ISLAM


ASEP JAYA SUKMANA NIM : 4103810312135 2018

proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan


pelatihan, serta melakukan pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat,
terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
Dalam undang undang no.14 tahun 2005 tentang guru. Guru yaitu pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usian dini jalur
pendidikan formal, Pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Sedangkan menurut Husnul Chotimah (2008) Guru dalam pengertian sederhana
adalah”orang yang memfasilitasi proses peralihan ilmu pengetahuan dari sumber belajar
ke peserta didik”. pengertian lain juga dikemukakan oleh Dr.Atmaka (2004) Guru adalah
orang dewasa yang bertanggungjawab memberikan pertolongan kepada anak didik dalam
perkembangan baik jasmani, maupun rohaninya. Agar tercapai tingkat kedewasaan,
mampu berdiri sendiri memenuhi tugasnya sebagai makhluk Tuhan, makhluk sosial dan
makhluk indivindu yang mandiri.

C. Pembahasan
Mindset merupakan penggabungan dari dua kata dalam bahasa Inggris yang
digabung menjadi satu yaitu “Mind” dan “set”, Mind berarti pikiran, ingatan, akal.
Sedangkan “set” adalah kumpulan, perangkat. Jadi secara harfiah bisa diartikan sebagai
perangkat atau kumpulan pikiran atau ingatan atau akal. Akan tetapi yang dimaksud
mindset di sini adalah pola pikir yang mempengaruhi pola kerja. Dengan kata
lain, mindset adalah sebuah sikap individu yang singkronnya antara pola
pikir/pengetahuan, keterampilan dan sikap prilaku. Orang yang memiliki hal tersebut,
maka ia akan memiliki kesadaran/keihklasan untuk menerima serta berkemauan untuk
memperjuangkannya, dalam organisasi hal ini disebut dengan budaya kerja.
Pendidik atau guru, perlu memiliki mindset yang utuh terhadap kurikulum yang
berlaku, dengan kata lain; memiliki sikap dan menyikapi dengan baik terhadap perubahan
dan dengan ikhlas menerima dan memperjuangkannya. Hal ini sangat penting karena
tugas resmi guru adalah mengajarkan kurikulum, hal inilah yang menyebabkan ia
mendapatkan gaji. (Muhammad Abdullah ad-Duweisy, 2005 : 115). Ia melanjutkan
bahwa ketika guru mengetahui ini adalah bahagian dari tanggung jawabnya, maka ia akan
berperan aktif dalam pelaksanaan tugasnya. Perubahan mindset merupakan faktor

122

UNINUS ANGKATAN 45 KELAS A : PERUBAHAN MINDSET GURU PERSFEKTIF PENDIDIKAN ISLAM


ASEP JAYA SUKMANA NIM : 4103810312135 2018

pertama yang harus disentuh dalam setiap perubahan dan juga sebelum sebuah kebijakan
diberlakukan.
Sebagaimana yang dikutip Wikipedia, Carol Dweck menyatakan bahwa pola piker
merupakan sumber kekuatan kemampuan seseorang. Dan mengenai kekuatan ini
dibedakan dalam dua pandangan, Pertama bahwa pola pikir itu tetap “pixed mindset”
atau karakteristiknya dibawa sejak lahir. Pandangan kedua pola piker dipandang sebagai
sesuatu yang tumbuh “growth mindset”. Jadi yang dimaksud adalah bahwa mindset itu
bias dibentuk sesuai dengan tujuan dan orientasi yang diharapkan.
Di dalam kurikulum 2013, guru adalah desain pembelajaran, guru diposisikan
sebagai fasilitator serta mediator, guru harus mendorong peserta didik menjadi lebih aktif,
kreatif dan mandiri. Peserta didik diharapkan mampu belajar sendiri dan mencari tahu.
Proses pembelajaran yang mendorong siswa untuk aktif –kreatif tersebut tersebut hanya
mungkin terwujud apabila mindset telah berubah, telah berjalan sesuai dengan arah
perubahan tersebut. Kegagalan dalam mengubah mindset guru akan menjadi sumber
kegagalan implementasi kurikulum. Permasalahannya adalah perubahan Mindset guru
tidak bisa dilakukan dalam waktu yang singkat, melainkan membutuhkan waktu yang
cukup lama dan apabila tidak segera di mulai maka akan semakin menghawatirkan.
Setiap kegiatan apabila pelaksanaan nya dirancang pasti akan memiliki tujuan yang
di harapkan. Pendidikan sebagai sebuah usaha sadar tentunya memerlukan tujuan yang
dirumuskan, tanpa adanya tujuan, pelaksanaan pendidikan akan kehilangan arah. Tujuan
pendidikan dijadikan pedoman bagaimana proses pendidikan seharusnya dilaksanakan.
Selain itu tujuan pendidikan juga dijadikan alat ukur menentukan hasil yang diharapkan
dalam sebuah proses pendidikan.
Demikian pentingnya tujuan pendidikan tersebut, menurut Abudin Nata yang di
kutip oleh Rudi Ahmad Suryadi dalam bukunya “rekonstruksi pendidikan Islam, sebuah
penafsiran qurani”, menyatakan, tidak mengherankan jika dijumpai banyak kajian yang
sungguh-sungguh dikalangan para ahli mengenai tujuan tersebut. Berbagai buku yang
mengkaji poendidikan senantiasa berusaha merumuskan tujuan baik secara umum
maupun khusus.
Tujuan pendidikan Islam pada dasarnya adalah untuk mencapai derajat menuju
Iman dan Taqwa kepada Allah SWT. Perumusan tujuan pendidikan mengarah kepada
kondisi yang diharapkan dalam proses pendidikan. Kondisi yang diharapkan atau tujuan

123

UNINUS ANGKATAN 45 KELAS A : PERUBAHAN MINDSET GURU PERSFEKTIF PENDIDIKAN ISLAM


ASEP JAYA SUKMANA NIM : 4103810312135 2018

yang hendak dicapai tentunya akan berbeda, kondisi ini harus sesuai dengan pandangan
hidup seseorang, juga lingkungan dimana ia tinggal dan Negara tenpa ia hidup.
Contohnya, pandangan hidup manusia tentang tujuan pendidikan di Negara-negara
kapitalis agak berbeda dengan tujuan pendidikan di Negara-negara sosialis. Bahkan
tujuan pendidikan suatu Negara akan berbeda dengan tujuan pendidikan di Negara
lainnya. Walaupu ndemikian ada satu kesamaan dalam tujuan pendidikan itu yaitu
membentuk manusia cerdas, terampil dan menjadi warga negera yang baik.
Di dalam proses pencapaian tujuan pendidikan tersebut didasarkan pada materi
pembelajarannya dan metode penyampaiannya, dimana target pencapaian pada dasarnya
membentuk Insan kamil, menurut al-Ghazali Pendidikan Islam tercermin dalam dua
segi :
a. Insan purna yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT
b. Insan purna yang bertujuan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat
Seperti yang telah di kemukakan di atas, tujuan pendidikan bias berbeda antara satu
Negara dengan Negara lainnnya, serta pandangan hidup suatu masyarakat dengan
masyarakat lainnya. Begitupun dalam perspektif agaga (baca: Islam), tujuan pendidikan
mempunyai pemahaman tertentu. Kehendak Negara, pandangan hidup, dan juga agama
bias dijadikan sumber bagi tujuan pendidikan.
Sehubungan dengan sumber tujuan pendidikan Islam, tujuan tersebut bersumber
dari Agama, bersumber dari rujukan utama teks kitab suci agama yaitu al-quran dan
sunnah. Sementara itu, sumber tujuan pendidikan di suatu Negara adalah pandangan
hidup Negara tersebut, baik dari pandangan filosofis maupun pandangan hidup
masyarakatnya. Hal tersebut tentunya, terkadang menjadikan perumusan pendidikan
nasional disuatu Negara menghadapi perdebatan. Agamawan menginginkan tujuan
pendidikan berdasarkan dan disesuaikan dengan Agamanya; dan filsif ingin agar tujuan
pendidikan sesuai dengan ajaran filsafatnya, demikian pula orang yang berpegang teguh
pada ajaran nenek moyangnya menginginkan tujuan pendidikan sesuai dengan ajaran
nenek moyang nya.
Meskipun demikian, orang yang tidak menyetujui tujuan pendidikan di negeranya
harus menerimanya secara politis, hal ini karena kebijakan Negara tersebut berhubungan
dengan kebijakan politik dan falsafah yang dipilihnya yang tentunya tujuannya sama
untuk meningkatkan harkat martabat bangsa.

124

UNINUS ANGKATAN 45 KELAS A : PERUBAHAN MINDSET GURU PERSFEKTIF PENDIDIKAN ISLAM


ASEP JAYA SUKMANA NIM : 4103810312135 2018

Pendidikan Islam, kata Abdin Nata, merupakan salah satu kajian yang mendapat
banyak perhatian dari para Ilmuan. Hal inikarena peranannya yang strategis dalam
meningkatkan sumber daya manusia, pendidikan Islampun mendapat berbagai macam
sorotan terutama dalam berbagai masalah yang kompleks dan memerlukan penanganan
yang segera, salah satunya adalah masalah yang serius yang “hinggap” dalam konsep
pendidikan adalah orientasi pendidikan yang cendrung rasionalis. Pendidikan ala Barat
lah yang memegang kunci peran pendidikan rasional ini. Karena konsep pendidikan
semacam ini yang akhirnya akan menyudutkan manusia pada satu aspek, yaitu aspek akal.
Aspek emosi, aspek spiritual bahkan aspek Agama tidak tersentuh. Akhirnya akan
menghasilkan manusia yang resah dan rapuh, dalam kata lain, menurut Ahmad Tafsir
menyatakan bahwa proses pendidikan harus meliputi aspek jasmani, ruhani dan kalbu.
Hal ini menegaskan bahwa masalah yang lebih besar dalam pendidikan bukan dalam
pemenuhan tuntutan lapangan kerja (sebagai perpanjangan dari skill), melainkan belum
bias menciptakan manusia yang berakhlak mulia, karena bangsa-bangsa yang
dimusnahkan oleh Allah SWT buka karena tidak menguasai Iptek atau tidak pandai, akan
tetapi karena buruknya perilaku/akhlak yang buruk.
Wacana di atas memberikan image mengenai kebobrokan pendidikan yang terjadi
sekarang ini, kebobrokan tersebut diakibatkan paradigm yang salah dipahami dan
dijadikan landasan pendidikan. Paradigma yang memobrokan itu adalah paradigma
manusia an sich; paradigma yang dibuat ukurannya oleh akal manusia yang relatif.
Pendidikan Islam menjadi paradigm alternative, karena paradigm dalam pendidikan
Islam tidak hanya dilandaskan pada paradigm an sich/homosentris manusia yang rasional,
tetapi ditopang pula oleh paradigm ilahiyah; paradigm yang didasari oleh wahyu dan
sunnah/hadis dan penafsiran terhadap sumber-sumber itu. Perbedaan paradigm itu
tuntunya akan mempengaruhi pandangan tentang prinsip-prinsipnya. Pendidikan Barat
yang mengacu pada paradigm dan prinsip-prinsip yang ditopang oleh akal yang relative
kebenarannya. Sedangkan pendidikan Islam ditopang oleh sumbernya Wahyu dari Tuhan
dan Assunah. Al-Quran bersifat absolut kebenarannya karena ia berasal dari Tuhan dan
akan dijaga kebenarannya oleh Nya.
Al-kailani sebagaimana yang di kutip oleh Rudi A.Suryadi, membagi prinsip-
prinsip pendidikan Islam menjadi beberapa bagian. Pertama, prinsip pendidikan dan
perkembangan. Kedua, prinsip kritisasi terhadap tradisi dan budaya yang berkembang.

125

UNINUS ANGKATAN 45 KELAS A : PERUBAHAN MINDSET GURU PERSFEKTIF PENDIDIKAN ISLAM


ASEP JAYA SUKMANA NIM : 4103810312135 2018

Ketiga, prinsip keterbukaan terhadap informasi-informasi yang berkembang. Keempat,


kesempurnaan ilmu dan iman. Kelima, prinsip keharusan mengajar. Keenam, prinsip
Ikhlas. Ketujuh, Kontinuitas belajar. Kedelapan, keterbatasan akal. Kesembilan “
Persahabatan” antara guru dan murid.
a. Prinsip Pertama : Pendidikan dan Perkembangan (prinsip Perubahan)
Perubahan adalah suatu keniscayaan, setiap objek di dunia ini pasti mengalami
perubahan. Salah satu bentuk perubahan dan pergerakan adalah perkembangan. Selain
Dzat-Nya semua akan mengalami perubahan, ini salah satu sunnatulloh semua akan
mengalami perubahan dan dalam keadaan menjadi.dunia ini akan terus mengalami
pergerakan dan perubahan, dari muncul, matang, sempurna dan hancur lagi hanya DIA
lah yang tidak akan hancur (baqa).
Al-Quram mengilustrasikannnya sebagai berikut, semua yang ada di langit dan di
bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu dia dalam keadaan menjadi. (Qs.ar-
Rahman :29).
Ayat ini menegaskan bahwa manusia haruslah memberdayakan potensinya untuk
melihat realitas yang terjadi/perubahan yang ada di alam ini. Ia harus peka terhadap
perubahan yang terjadi. Ketika ia mengetahui dan peka terhadap perubahan tersebut,
maka ia akan tahu target dan arah mana yang harus ia tuju. Karena pada dasarnya proses
pendidikan adalah proses menumbuhkembangkan seseorang menuju tahap
kesempurnaannya, pendidikan merupaka upaya untuk mengembangkan bakat dan
kemampuan individu sehingga potensi-potensi kejiwaannya dapat diaktualisasi secara
sempurna. Sederhananya, manusia sendirilah yang sebenarnya harus mendidik dan
dididik
b. Prinsip Kedua : Memahami tradisi dan budaya secara kritis
Setiap masyarakat mempunyai tradisi dan budaya tertentu, masyarakat dari masa
ke masa mempunyai tradisi dan budaya yang berbeda tergantung pada ruang dan waktu
serta tingkat pemahaman masyarakat itu sendiri. Tak dapat dipungkiri, manusia akan
terlibat dengan tradisi dan budaya dimana ia tinggal.
Pendidikan tidak hanya membudayakan tradisi yang sudah ada sebagai warisan dari
generasi sebelumnya. Akan tetapi, pendidikan menuntuk tikap kritis terhadap
perkembangan budaya yang sedang berjalan.

126

UNINUS ANGKATAN 45 KELAS A : PERUBAHAN MINDSET GURU PERSFEKTIF PENDIDIKAN ISLAM


ASEP JAYA SUKMANA NIM : 4103810312135 2018

Ketika Islam dating proses perubahan tradisi di mulai. Islam menghendaki


perubahan tradisi dari Jahiliyah menjadi tradisi Ilahiyah. Secara sosio-antropologis,
tradisi merupakan refleksi atas pola kehidupan bermasyarakat, ia akan berjalan sejalan
dengan arus perubahan dan perkembangan zaman.. namun dalam Islam , tradisi tersebut
bukanlan berjalan serta merta, melainkan memiliki landasan normative sesuai dengan
petunjuk Allah SWT. Disinilah terlihat bahwa Islam menginginkan perubahan
masyarakat sesuai dengan tradisi landasannya adalah petunjuk Allah SWT. Oleh karena
itu pendidikan dituntut untuk mengkritisi tradisi dan budaya yang berkembang supaya
sejalan dengan kehendah Nya guna membentuk Khair ummah (umat terbaik).
c. Prinsip Ketiga : Keterbukaan terhadap informasi-informasi yang
berkembang.
Kami tinggikan derajat orang yang kami kehendaki; dan di atas tiap-tiap orang
yang berpengatahuan itu ada lagi yang Maha Mengetahui (QS. Yusuf: 76). Dalam ayat
itu Allah menggambarkan keterbukaan Islam terhadap pengetahuan lain dari luar Islam.
Dalam hal ini Islam bersifat inklusif. Inklusifitas memegang peranan penting dalam
mengembangkan pengetahuan dalam masyarakat Islam.
Islam mendorong pemeluknya untuk menerima kenyataan dan keterbukaan atas
informasi yang datang dari luar. Al-Quran juga menyedarkan pemeluknya bahwa dalam
realitas terdapat hierarki pengetahuan; diantara orang-orang yang berilmu, ada yang
Maha Menguasai Pengetahuan.
d. Prinsip Keempat : Kesempurnaan Ilmu Dan Iman
Dalam Islam Iman dan Ilmu keduanya sangat berhubungan dat kedua-duanya tidak
dapat dipisahkan. Ilmu membawa keimanan dan iman akan membawa ilmu. Seseorang
jangan menelan mentah mentah suatu kepercayaan, tanpa melibatkan proses penelitian,
sebagai gambaran dari prose pengetahuan.
Konsep keyakinan dalam Islam berlandaskan pada pengetahuan. Dalam Islam,
terkenal suatu ungkapan ad-din”aql. La dina liman la aqla lahu (agama adalah akal dan
tidak ada agama bagi yang tidak berakal).
Menurut Armahedi Mazhar dalam pengantar Keith Ward, dan Tuhan tidak Bermain
Dadu (2003: 35), menyatakan bahwa Islam menggandengkan Ilmu dengan Iman dalam
suatu posisi yang sinergis. Keduanya saling mendukung. Islam menghendaki ummatnya
untuk memperhatikan dan memikirkan apa yang ada dan Nampak. Banyak ayat al-Quran

127

UNINUS ANGKATAN 45 KELAS A : PERUBAHAN MINDSET GURU PERSFEKTIF PENDIDIKAN ISLAM


ASEP JAYA SUKMANA NIM : 4103810312135 2018

yang mendorong manusia untuk memperhatikan dan memikirkan fenomena alam, sebagai
bentuk ayat kauniyyah-Nya, yang pada akhirnya mendorong manusia untuk meyakini
bahwa dibalik semua fenomena alam ini ada yang Maha Cerdas, yang mengatur
pergerakan alam lewat hukum tertentu (sunnatullah). berkenaan dengan Pendidikan
Islam, prinsip ini merupakan salah satu hal yang esensial, karena proses pendidikan
berkaitan dengan ilmu, isi proses pendidikan adalah ilmu dan dalam pandangan Islam,
Allah SWT adalah sumber ilmu dan guru adalah “perpanjangan tangah” Tuhan dalam
mendidik manusia, menamusiakan manusia. Guru hanyalah mediator pengetahuan yang
menghubungkan pengetahuan seseorang kepada sumbernya lewat pemahaman atas
realitas-realitas dan konsep pengetahuan yang ada.
e. Prinsip Kelima : Keharusan Mengajar
Allah berfirman dalam al-Quran yang artinya sesungguhnya orang yang
menyembunyuikan apa yang telah Kami turunkan mengenai penjelasan dan petunjuk
setelah Kami jelaskan kepada manusia dalam al-kitab, maka mereka adalah orang yang
dilaknat oleh Allah dan dilaknat oleh manusia (QS.al-Baqoroh : 150).
Ketika seseorang mempuyai ilmu, ia berkewajiban menyebarkan dan mengajarkan
ilmu tersebutdalam konteks tanggungjawab keilmuan dan tanggungjawab sosialnya.
Kemanfaatan ilmu diperoleh dengan cara mengamalkannya. Dalam pandangan Islam
dicelalah orang yang menyembunyikan ilmunya; tidak mau menyebarkannya kepada
orang lain, menurut Arsyan Al-kailani, quran melarang seseurang menyembunyikan atau
tidak mau menyebarkan ilmunya kepada orang lain. Sebagaimana ayat di atas.
Rasulullah Saw menegaskan, sebagaimana dalam Hadis yang diriwayatkan oleh al-
Bukhari, “Barangsiapa yang ditanyai tentang suatu pengetahuan kemudian ia
menyembunyikannya, pada hari kiamat ia akan dicambuk dengan cambuk dari api”.
inilah ancaman bagi orang yang menyembunyikan ilmunya; hanya membuat pintar
dirinya dan tidak memperhatikan orang lain.
f. Prinsip Keenam : Keikhlasan
Ikhlas biasanya dikaitkan dengan niat. Niat menggambarkan tujuan dimaksud
seseorang untuk melakukan sesuatu. Nilai seseorang, selain prosesnya juga akan dilihat
niatnya. Dalam bahasa kerennya, niat bisa diartikan sebagai motif. Apa yang menjadi
latar belakang atau motif seseorang untuk melakukan sesuatu, itulah niat. Dalam setiap

128

UNINUS ANGKATAN 45 KELAS A : PERUBAHAN MINDSET GURU PERSFEKTIF PENDIDIKAN ISLAM


ASEP JAYA SUKMANA NIM : 4103810312135 2018

pekerjaan, niat dianggap penting. Niat akan mengantarkan seseorang dalam mencapai
tujuan yang diharapkannya.
Ada sebuah hadis yang sudah populer-walaupun tidak dicantumkan sanadnya-
dikalangan kita, yaitu “Setiap perbuatan tergantung pada niat. Segala sesuatu tergantung
pada apa yang di niatkannya. Barangsiapa yang tujuannya adalah ridha Allah dan Rasul-
Nya, ia mendapatkan ridha Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang tujuannya adalah
duniawi atau perempuan yang akan dinikahi, ia mendapatkan apa yang diniatkannya.”
(Hr al-Bukhari).
Dalam hadis ini terdapat dua kecenderungan niat. Pertama niat yang mengarah
kepada Allah dan Rasul-Nya, inilah orang yang Ikhlas. Kedua, niat yang mengarah pada
pencapaian perkara-perkara duniawi. Dan inilah orang yang tidak ikhlas.
Berkaitan dengan hal ini, maka proses pendidikan dapat dipandang dalam dua hal.
Pertama, dari segi proses, subjek pendidikan, baik guru maupun murid atau semua orang
yang terlibat dalam menjalankan dan mengatur proses pendidikan, harus ikhlas dalam
berbuat dan hanya bertujuan untuk menggapai Ridha AllahSWT. Kedua dari segi hasil,
proses pendidikan diharapkan menghasilan manusia yang baik akhlaknya dan terbentuk
pribadi-pribadi yang ikhlas.hal ini yang belum disentuh pendidikan Barat, karena mereka
hanya berorientasi pada perkembangn kognisi dan jasmani.
g. Prinsip Ketujuh : Kontinuitas Belajar.
Dalam proses pendidikan, untuk mencapai hasil yang maksimal, salah satu
kontennya adalah pengembangan pengetahuan, maka kegiatan belajar haruslan kontinyu.
Kontonuitas belajar akan meningkatkan dan menambah pengetahuan seseorang. Semakin
sering seseorang belajar, semakin banyak pengetahuan yang ia dapatkan. Ada sebuah
ungkapan yang dinisbatkan kepada Nabi- yang menguatkan kontinuitas belajar ini, yaitu
“tuntutlah ilmu mulai dari belaian hingga akhir hayat” oleh karena itu Islam mempunyai
konsep Pendidikan sepanjang hayat (lifelong educatioan), sebelum para pakar pendidikan
Barat menggagas konsep ini.
h. Prinsip Kedelapan : Keterbatasan Akal.
Dalam kajian filsafat ada dua kecendrungan pengetahuan, khususnya dalam
epistemologis, yaitu pengetahuan yang logis dan pengetahuan yang empiris. Pengetahuan
yang logis adalah pengetahuan yang b

129

UNINUS ANGKATAN 45 KELAS A : PERUBAHAN MINDSET GURU PERSFEKTIF PENDIDIKAN ISLAM


ASEP JAYA SUKMANA NIM : 4103810312135 2018

Kebenarannya berdasarkan pertimbangan akal. Sedangkan pengetahuan empirin


adalah pengetahuan yang dirasakan oleh panca indra, terasa oleh panca indra. Karena
indra terbatas, pengetahuan empiris terkadang menimbulkan kebingungan atau anomali
dalam hakikatnya.contohnya ketika kita melihat fatamorgana di jalan aspal, kita
melihatnya seperti air. Padahal itu bukan air, hanya cahaya yang membias seolah-olah
air. Seperti halnya pancaindra, akal pun terbatas, karena ada sesuatu yang supralogis.
Biasanya hal ini berkaitan dengan Ke-Tuhan-an, Agama dan fenomena kewahyuan.
Dalam hal ini hatilah yang bertindak, bukan akal, disinilah iman diletakan bukan aturan
logika, seperti apa yang diungkapkan Kant. “Agama adalah hati bukannya akal teoritis”
i. Prinsip Kesembilan : “Persahabatan” antara Guru dan Murid.
Dalam proses pendidikan khususnya pengajaran, mengandung kegiatan interaksi
antara guru dan murid, terdapat pesan pesan yang dihantarkan dari guru ke murid atau
dari murid keguru dalam kajian komunikasi pun, interaksi tersebut mengandung
transfer and delivering of message.
Hubungan antara guru dan murid haruslah berjalan sinergis. Hubungan yang
sinergis akan memudahkan murid memahami materi yang disampaikan. Persahabatan
yang terjalin antara murid dan guru membuat murid merasa aman dan nyaman di sisinya,
serta tidak merasa canggung dalam membahas suatu hal. Suasana yang hangat antara
murid dan guru harus dijadikan syarat dalam mendukung keberhasilan belajar.ketika
suasana persahabatan ini harmonis, murid dapat belajar dengan tenang, dan guru dapat
menyampaikan materinya dengan lancar, maka proses pendidikanpun akan berjalan
sukses.
Prinsip prinsip ini harus dipegang dalam kerangka pengembangan pendidikan Islam
baik teoritis maupun praktis. Prinsip-prinsip ini bias diderivasikan pada kurikulum dan
metodologi pendidikan, artinya dalam penyusunan kurikulum dan metodologi
pendidikan, prinsip-prinsip ini harus di pegang.
Abdal Rahman Saleh dalam bukunya, Educational Theory, al-Qur’anic outlook
menyatakan tujuan pendidikan Islam dapat diklasifikasikan menjadi empat dimensi
yaitu :
1. Tujuan Pendidikan Jasmani (al-Ahdaf al-Jismiyah)
Mempersiapkan diri manusia sebagai pengembah tugas Khalifah di bumi, melelui
keterampilan-keterampilan Fisik. Ia berpijak pada pendapat dari Imam Nawawi yaqng

130

UNINUS ANGKATAN 45 KELAS A : PERUBAHAN MINDSET GURU PERSFEKTIF PENDIDIKAN ISLAM


ASEP JAYA SUKMANA NIM : 4103810312135 2018

menafsirkan “al-qawiy” kebagai kekuatan iman yang ditopang oleh fisik (QS. Al-
Baqoroh : 247), ( al-Anfal : 60) Dan siapkanlah untuk menghadapi merekakekuatan
apasaja yang kamu sanggupi dari kuda-kuda yangditambat untuk berperang(yang
dengan persiapan itu) kamu menggetarkan musuh Allah, musuh mu, dan orang-oramng
selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada
jalan Allag niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya
(dirugikan).
2. Tujuan Pendidikan Rohani (al-Ahdaf al-Ruhaniyah)
Meningkatkan jiwa dari kesetiaan kepada Allah SWT semata dan melaksanakan
moralitas Islami yang diteladani oleh Nabi Muhammad SAW dengan berdasarkan pada
cita-cita Ideal dalam al-Quran (QS.al-Imran : 19). Indikasi pendidikan rohani adalah tidak
bermuka dua (QS. Al-Baqarah : 10), berupaya memurnikan dan menyucikan diri manusia
secara individual dari sikap negative (QS.al-Baqarah : 126) inilah yang disebut tazkiyah
(purification) dan hikman (wisdom).
3. Tujuan Pendidikan Akal (al-Ahdaf al-Aqliyah).
Tujuan pendidikan akal berhubungan dengan pengarahan intelegensia untuk
menemukan kebenaran dan sebab sebabnya dengan telaah tanda-tanda kekuasaan Allah
dan menemukan pesan-pesan pada ayat-ayat Nya yang berimplikasi kepada peningkatan
Iman kepada sang Pencipta. Tahapan pendidikan akal ini sebagai berikut :
a. Pencapaian kebenaran ilmiah (‘ilm al-yaqin) (QS.at-Takasur : 5)
b. Pencapaian kebenaran empiris (‘ain al-yaqin) (QS.at-Takasur : 7)
c. Pencapaian kebenaran metaempiris atau filosofis (haq al-yaqin) (QS.al-Waqiah :
95)
4. Tujuan Pendidikan Sosial (al-ahdaf al-Ijtimaiyah)
Tujuan pendidikan sosial adalah pembentukan kepribadian yang utuh yang menjadi
bagian dari komunitas sosial. Manusia sebagai khalifah tidak akan hidup dalam
keterasingan.identitas individu yang tercermin dalam “al Nas’ hidup pada masyarakat
yang majemuk (plural).
Menurut Muhammad Athahiyah al-Abrasy tujuan pendidikan Islam adalah tujuan
yang telah ditetapkan dan dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW sewaktu hidupnya,
yaitu pembentukan moral yang tinggi, karena pendidikan moral merupakan jiwa
pendidikan Islam, tanpa mengabaikan pendidikan akal, ilmu praktis dan jasmaninya. Hal

131

UNINUS ANGKATAN 45 KELAS A : PERUBAHAN MINDSET GURU PERSFEKTIF PENDIDIKAN ISLAM


ASEP JAYA SUKMANA NIM : 4103810312135 2018

ini berpijak pada Sabda Nabi SAW “ sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan
akhlak”.
Dari beberapa rumusan tujuan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan Pendidikan
Islam adalah terbentuknya Insan Kamil yang memiliki wawasan Kaffah aga mampu
menjalankan tugas-tugas kehambaan, kekhalifahan, dan pewaris Nabi

D. Simpulan
Setiap kegiatan apabila pelaksanaan nya dirancang pasti akan memiliki tujuan yang
di harapkan. Pendidikan sebagai sebuah usaha sadar tentunya memerlukan tujuan yang
dirumuskan, tanpa adanya tujuan, pelaksanaan pendidikan akan kehilangan arah. Tujuan
pendidikan dijadikan pedoman bagaimana proses pendidikan seharusnya dilaksanakan.
Tujuan pendidikan harus dijadikan alat ukur menentukan hasil yang diharapkan dalam
sebuah proses pendidikan.
Perlu disadari bahwa guru adalah ujung tombak keberhasilan sebuah pendidikan.
Apabila guru memiliki kesiapan yang memadai dan matang, mulai dari kesiapan dari segi
kualifikasi, kompetensi serta juga siap dalam hal kesamaan pemahaman dan paradigma
(pola pikir) terhadap berbagai perubahan zaman karena perubahan sudah merupakan
sebuah keniscayaan, kesiapan para guru (pendidik) selaku garda terdepan dalam proses
pendidikan harus menjadi hal utama.
Mindset adalah sebuah sikap individu yang singkronnya antara pola
pikir/pengetahuan, keterampilan dan sikap prilaku. Orang yang memiliki hal tersebut,
maka ia akan memiliki kesadaran/keihklasan untuk menerima serta berkemauan untuk
memperjuangkannya, dalam organisasi hal ini disebut dengan budaya kerja. Pendidik atau
guru, perlu memiliki mindset yang utuh terhadap tujuan pendidikan, dengan kata lain;
memiliki sikap dan menyikapi dengan baik terhadap perubahan dan dengan ikhlas
menerima dan memperjuangkannya. ketika guru mengetahui ini adalah bahagian dari
tanggung jawabnya, maka ia akan berperan aktif dalam pelaksanaan tugasnya.
Guru adalah desain pembelajaran, guru diposisikan sebagai fasilitator serta
mediator, guru harus mendorong peserta didik menjadi lebih aktif, kreatif dan mandiri.
Peserta didik diharapkan mampu belajar sendiri dan mencari tahu. Proses pembelajaran
yang mendorong siswa untuk aktif –kreatif tersebut tersebut hanya mungkin terwujud
apabila mindset telah berubah, telah berjalan sesuai dengan arah perubahan tersebut.

132

UNINUS ANGKATAN 45 KELAS A : PERUBAHAN MINDSET GURU PERSFEKTIF PENDIDIKAN ISLAM


ASEP JAYA SUKMANA NIM : 4103810312135 2018

Mindset apa saja yang harus segera di ubah oleh seorang guru? Guru atau pendidik harus
mengubah :
1. Pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi berpusat pada perserta didik,
2. Pembelajaran pribadi menuju pembelajaran berbasis pada tim,
3. Pembelajaran isolasi menuju lingkungan jejaring,
4. Pembelajaran pembelajaran pasif menuju aktif-faktual-kritis-meneliti,
5. Pembelajaran abstrak menuju konteks dunia nyata,
6. Pembelajaran luas menuju khas memberdayakan kaidah keterikatan, d
7. Pembelajaran alat tunggal menuju alat multimedia,
8. Pembelajaran produksi massa/kuantitas menuju kebutuhan pelanggan/kualitas,
9. Pembelajaran usaha sadar tunggal menuju usaha sadar jamak,
10. Pembelajaran satu ilmu pengetahuan menuju pengetahuan didiplin jamak,
11. Pembelajaran penyampaian pengetahuan menuju pertukaran pengetahuan.
Dari semua itu, Mindset pendidik atau guru harus berada pada lingkarang tugas,
fungsi dan tujuan hidup manusia, pendidikan harus menjadikan dan memanusiakan
manusia, dengan kata lain terbentuknya Insan Kamil yang memiliki wawasan Kaffah agar
mampu menjalankan tugas-tugas kehambaan, kekhalifahan, dan pewaris Nabi.
Kegagalan dalam mengubah mindset guru akan menjadi sumber kegagalan
implementasi kurikulum dan tujuan pendidikan itu sendiri. Permasalahannya adalah
perubahan Mindset guru tidak bisa dilakukan dalam waktu yang singkat, melainkan
membutuhkan waktu yang cukup lama dan apabila tidak segera di mulai maka akan
semakin menghawatirkan.

133

UNINUS ANGKATAN 45 KELAS A : PERUBAHAN MINDSET GURU PERSFEKTIF PENDIDIKAN ISLAM


ASEP JAYA SUKMANA NIM : 4103810312135 2018

Daftar Pustaka

Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005).
Abd al-Rahman Shaleh Abdullah, teori-teori Pendidikan Berdasarkan al-Qur’an, terj.
Arifin HM, judul asli : Educational Theory, a Qur’anic outlook, (Jakarta: Rineka
Cipra, 2007).
Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofis dan kerangka dasar
Operasionalnya (Bandung: Trigenda Karya, 1993).
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Prenada Press, 2008).
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung : Al-Ma’arif, 1989).
Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Rosda karya, 2006).
Asy-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1989).
Fathiyah Hasan Sulaiman, Sistem Pendidikan versi al-Ghazali, terj.Fathur Rahman,
(Bandung : al-Maarif, 1986).
Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta : PT Ichtiar Baru
Van Hoeven, 2000).
Mahmud dan Tedi Priatna, Pemikiran Pendidikan Islam (Bandung: Sahifa, 2005).
Rudi A. Suryadi, Rekonstruksi Pendidikan Islam, sebuah penafsiran qurani, (Bandung :
Nuansa, 2017)
Ruhimat, Toto, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : Rajawali Pess: 2012)

134

UNINUS ANGKATAN 45 KELAS A : PERUBAHAN MINDSET GURU PERSFEKTIF PENDIDIKAN ISLAM


Diah Sabariah Nim : 4103810318015

PERAN PENDIDIKAN AGAMA UNTUK MENYIAPKAN GENERASI YANG


TANGGUH

Diah Sabariah,S.Pd
SEKOLAH PASCA SARJANA UNINUS

Abstrak
Artikel ini dimaksudkan untuk meyakinkan betapa pentingnya peran pendidikan
agama dalam menyiapkan generasi penerus bangsa yang tangguh dan mampu
menghadapi berbagai tantangan zaman. Tantangan zaman saat ini dimana nampak
sebuah generasi yang sangat menghawatirkan, dekadensi moral, kenakalan remaja,
hilangnya kepekaan dan kepedulian sosial, tawuran antar sekolah, maraknya geng
motor, banyak kasus siswa yang dibuli temannya serta pelecehan seksusal dan kekerasan,
yang mana kesemua itu mampu diatasi oleh pendidikan agama, karena pendidikan
agama dengan buah akhlakul karimah mampu menyiapkan generasi yang kuat dengan
keseimbangan duniawi dan ukhrowi, serta keseimbangan antara jasamani dengan
mental spiritual.

Kata Kunci : Pendidikan agama, generasi, tantangan zaman dan pendidikan karakter.

A. Latar Belakang
Generasi penerus merupakan generasi yang dapat membawa bangsa ini kearah
kemajuan atau kearah kemunduran.Menyiapkan generasi penerus adalah tanggung jawab
kita bersama sebagai orang tua, guru, masyarakat dan pemerintah. Generasi yang
diperlukan di masa depan adalah sebuah generasi yang tangguh yang mampu menghadapi
berbagai tantangan zaman.
Amat sangat menghawatirkan ketika kita meninggalkan generasi yang
lemah.Seperti yang disabdakan Rosulullah SAW “janganlah kita menigggalkan generasi
yang lemah”,atinya kita harus menyiapkan generasi masa depan adalah sebbuah generasi
yang kuat dan tanggguh yaitu yang kuat kemampuan kecerdasannya, kemampuan
berfikir, kuat fisiknya (sehat), kuat finansialnya (memiliki kemandirian ekonomi) serta
memiliki akhlak / karakter yang kuat.
Realitanya kondisi generasi sekarang ini sangat menghawatirkan. Generasi
sekarang yang dinamakan generasi milenial itu memiliki karakter yang tidak kita
harapkan.Banyak anak yang tidak memiliki kemampuan sosial/bermasyarakat, cenderung

135
Peran Pendidikan Agama Untuk Menyiapkan Generasi Yang Tangguh
Diah Sabariah Nim : 4103810318015

pemarah, malas, serta mudah stress. Semua itu adalah tantangan bagi kita sebagai orang
tua dan guru.
Tantangan zaman itu berbeda-beda,sekarang disebut generasi cyber yang lahir
tahun 1995 ke atas dan identik dengan era digital dengan ciri fasih tekhnologi dan
memiliki jaringan media sosial. Pada zaman ini sulit menemukan anak yang tidak
memiliki jaringan sosial setidaknya pasti ia menggunakan facebook, twitter, ataupun
path. Keinginannya selalu instan, apapun ingin serba cepat.
Adapun dampak kualitas generasi cyber adalah :
1. Menjadi asosial
2. Terburu buru dan menjadi tidak teliti
3. Tidak tangguh dan gampang putus asa
4. Techno junkies yaitu lebih takut kehilangan gadget dari pada orang tua
5. Pulsa dan paket data merupakan kebutuhan primer ,rela lapar demi pulsa
6. Konsumtif, mengikuti pola perkembangan tekhnologi tanpa mengukur gaji orang tua
7. Ikut-ikutan dan mudah dipengaruhi
Kita harus menyiapkan anak yang mamapu mengahadapi tantangan zaman, jika
tidak ia akan stroke jiwa tidak siap menghadapi realitas dan collapse jika realitas tidak
sesuai dengna harapan. Hendaknya kita harus khawatir meninggalkan generasi yang
lemah, karena ia akan mudah roboh, mudah galau, dan mudah putus asa.

B. Landasan Teori
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan
peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani ajaran
agama Islam diiringi dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain
dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud
persatuan dan kesatuan bangsa (Kurikulum PAI, 3:2002).
Pendidikan Agama Islam menurut Zakiyah Darajat adalah suatu usaha untuk
membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran
Islam secara menyeluruh, lalu menghayati tujuan sampai pada akhirnya dapat
mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.

136
Peran Pendidikan Agama Untuk Menyiapkan Generasi Yang Tangguh
Diah Sabariah Nim : 4103810318015

Menurut Dr. Armai Arief,MA pendidikan Islam adalah sebuah proses yang
dilakukan untuk menciptakan manusia yang seutuhnya, beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan serta mampu mewujudkan eksistensinsya sebagai khalifah Allah di
muka bumi yang bersandar kepada ajaran Al Qur’an dan Assunah, maka tujuan
dalam konteks ini adalah insan kamil setelah proses berakhir.
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan pendidikan agama Islam di sekolah adalah unutk menumbuhkan dan
menigkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan,
penghayatan dan pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama
Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal
keimanan dan ketaqwaan berbangsa dan bernegara serta untuk dapat melanjutkan
pada jenjanag pendidikan yang lebih tainggi.
Tujuan pendidikan Agama Islam menurut para ulama :
a. Menurut Abdurahman shaleh bahwa pendidikan agama Islam bertujuan
untuk membentuk kepribadian sebagai khalifah Allah SWT sekurang-
kurangnya mempersiapkan diri kepada tujuan akhir yakni beriman kepada
Allah dan tunduk serta patuh secara total kepada-Nya.
b. Menurut Imam Al Ghazali mengatakan bahwa ada dua tujuan utama yakni
membentuk insan purna yang pada akirnya dapat mendekatkan diri kepada
Allah SWT dan membentuk insan purna untuk memperoleh kebahagiaan
di dunia dan di akhirat.
3. Fungsi pendidikan Agama Islam
Fungsi pendidkan Agama Islam menurut Abdul Majid dan Dian Andayani dalam
bukunya Pendidikan Agama Islam berbasis kompetensi adalah sebagai berikut :
a. Fungsi pengembangan
Yaitu pengembangan keimanana dan ketaqwaan peserta didik yang telah
ditanamkan dalam lingkungna pendidikan keluarga.
b. Penanaman nilai
Yaitu sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan dunia akhirat
c. Penyesuaian mental

137
Peran Pendidikan Agama Untuk Menyiapkan Generasi Yang Tangguh
Diah Sabariah Nim : 4103810318015

Yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungananya baik lingkungna


fisik maupun lingkungna sosial dan dapat mengubah lingkungan sesuai
ajaran agama Islam.
d. Perbaikan
Yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-
kekuranagan, dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan
pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
e. Pencegahan
Yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungan atau dari budaya
lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat
perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhya.
f. Pengajaran
Yaitu tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum sistem dari
fungsional.
g. Penyaluran
Yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di
bidang agama Islam agar dapat berkembang secara optimal.
4. Pengertian Generasi penerus
Pengertian generasi menurut Prof. Dr Sartono Kartadiharjo ditinjau dari dimensi
waktu, Semua yang ada pada lokasi sosial saat itu dapat dipandang sebagai
generasi. Sedangkan menurut Aguste Comte (pelopor sosiologi modern) generasi
adalah jangka waktu kehidupan sosial manusia yang didasarkan pada dorongan
keterikatan pada pokok-pokok pikiran yang asasi. Menurut john Stuart Mill dalam
bukunya Endang Sumantri generasi yaitu setiap dalam pola pembinaan dan
pengembangan generasi muda (Mentri Muda Urusan Pemuda Jakarta 1982) secara
umum generasi muda dpat diartikan sebagai golongan manusia yang berusia
muda.

C. Pembahasan
Thomas Lickona (seorang professor pendidikan dari Cortland Univesity)
mengungkapkan bahwa ada sepuluh tanda zaman yang kini terjadi dan harus diwaspasai

138
Peran Pendidikan Agama Untuk Menyiapkan Generasi Yang Tangguh
Diah Sabariah Nim : 4103810318015

karena dapat membawa bangsa menuju jurang kehancuran.Sepuluh tanda zaman tersebut
adalah :
1. Menigkatnya kekerasan dikalangan remaja dan masyarakat
2. Penggunaan Bahasa /kata- kata yang buruk /tidak baku
3. Pengaruh peer group (geng) dalam tindak kekerasn menguat
4. Meningkatnya perilaku merusak diri
5. Semakin kaburnya pedoman moral baik dan burukMenurunnbya etos kerja
6. Semakin rendahnya rasa hormat kepada orang rua dan guru
7. rendahnya rasa tanggung Jawab individu dan kelompok
8. Membudayanya kebohongan dan ketidakjujuran
9. Adanya rasa curiga dan kebencian antar sesama
Peran pendidikan agama menjadi sangat penting saat ini,karena pendidikan
agama menjadi benteng yang kokoh untuk melindungi generasi kita dari berbagai
tantangan zaman. Pendidikan Agama merupakan jalur strategis yang dapat menyentuh
langsung seluruh aspek kehidupan dengan wawasan ilmu pengetahuan yang terintegrasi
melalui tharbiyah, ta’dib dan ta’lim. Konsep pendidikan agama Islam pada dasarnya
menitikberatkan pada kemampuan manusia yang menyeluruh yang berujung pada
kualitas budi pekerti dan akhlak mulia.
Adapun dasar dari pendidikan Islam adalah Al Qur’an dan As Sunah dengan
prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Prinsip Integrasi (tauhid)
Yaitu penyatuan antara dunia dan akhirat
b. Prinsip keseimbangan
Yaitu adanya keseimbangan antara jasmanai dan rohani,keseimbangn antara ilmu murni
dengan ilmu terapan,keseimbangan antara teori dengan praktik serta keseimbangan
antara nilai-nilai aqidah, akhlak, syariah maupun ibadah.
c. Prinsip persamaan dan pembebasan
Yaitu yang mengakui bahwa semua mahluk diciptakan oleh Tuhan yang sama dan
melalui pendidiaknnya diharapkan manusia akan terbebas dari kebodohan,kemiskinan
dan terbebas dari nafsu hayawanniyahnya sendiri.
d. Prinsip kontinuitas

139
Peran Pendidikan Agama Untuk Menyiapkan Generasi Yang Tangguh
Diah Sabariah Nim : 4103810318015

Yaitu prinsip keberlanjutan yang dikenal dengan pendidiakn seumur hidup (long life
learning).
e. Prinsip kemaslahatan
Yaitu berjuang untuk membela hal-hal yang maslahat atau berguna untuk kehidupan
manusia.
Pendidikan agama identik dengan pendidikan karakter dimana sekarang
pendidikan karakter itu sangat penting. Pendidikan karakter adalah pendidikan yang
lebih menitikberatkan pada pengembangan aspek kepribadian khususnya aspek afektif,
konatif, sikap, nilai dan moral atau yang disebut dengan karakter. Pendidikan karakter
disebut juga sebagai pendidiakn nilai, pendiidkan budi pekerti, pendidikan moral atau
pendidikan watak.
Dalam pendidikan karakter kepribadian dan karakter pendidik sangat memegang
peranan penting karena dalam mendidik peserta didik dengan kepribadian yang
dimilikinya. Para pendidik memperlihatkan,memberikan contoh teladan dan
menularkannya kepada peserta didik.
Pendidikan karakter harus dilaksanakan di semua Lembaga pendidikan baik
formal, non formal dan terutama informal.
Adapun tujuan pendidikan karakter adalah:
(1).Mengembangkan potensi speserta didik agar menjaadi manusia berhati baik,
berpikiran baik, dan berprilaku baik.
(2).Membangun bangsa yang berkarakter Pancasila
(3).Mngembangkan potensi warga negar agar memilki sikap percaya diri, bangga pada
bangsa dan negaranya serta mencintai umat manusia.
2). Fungsi pendidikan karakter
(1). Membangun kehidupan kebangsaan yang multicultural
(2).Membangun peradaban bangsa yang cerdas, berbudaya, luhur dan mampu
berkontribusi terhadap pengembangan umat manusia, mengembangkan potensi dasar,
agar berhati baik, berpikiran baik, berperilaku baik serta keteladan baik.
(3).Membangun sikap warga negara yang cinta damai, kreatif, mandiri, dan mampu hidup
berdampingan dengan bangsa lain dalam suatu harmoni.
3).Nilai-nilai pembentuk karakter
Hasil kajian empirik pusat kurikulum menetapkan 5 nilai dasar karakter yaitu:

140
Peran Pendidikan Agama Untuk Menyiapkan Generasi Yang Tangguh
Diah Sabariah Nim : 4103810318015

a. Nilai Religius
b. Nilai Nasionalis
c. Nilai Kemandirian
d. Nilai Gotong royong
e. Nilai Integritas
5 nilai dasar karakter tersebut dikembangkan ke dalam 18 nilai karaker yaitu:
1) Religius
2) Jujur
3) Toleransi
4) Disiplin
5) Kerja keras
6) Kreatif
7) Mandiri
8) Demokratis
9) Rasa ingin tahu
10) Semangat kebangsaan
11) Cinta tanah air
12) Menghargai prestasi
13) Bersahabat/komunkatif
14) Cinta damai
15) Gemar membaca
16) Peduli lingkungan
17) Peduli sosial
18) Tanggung jawab

D. Simpulan
Pendidikan agama yang bertujuan membentuk manusia yang paripurna atau
disebut juga insan kamil yang memiliki keseimbangan kemampuan berfikir baik,
berhati baik serta bersikap baik yang dapat menjadi benteng yang kokoh yang mampu
melindungi generasi penerus dari berbagai tantangan zaman yang mungkin akan
menyebabkan kehancuran sebuah bangsa. Pendidikan agama dengan mengembangkan
karakter yang baik dan kuat akan mampu melindungi generasi penerus dari berbagai

141
Peran Pendidikan Agama Untuk Menyiapkan Generasi Yang Tangguh
Diah Sabariah Nim : 4103810318015

pengaruh lingkungan yang kian memburuk Di tangan generasi penerus bangsalah


kemajuan suatu bangsa. Kehilangan generasi (lost generation) janganlah sampai terjadi
di negeri ini. Menyiapkan generasi yang tangguh adalah tanggung jawab kita bersama
antara orang tua, masyarakat dan pemerintah. Pemerintanh memiliki peranan yang
sangat penting dalam menyiapkan generasi penerus bangsa karena pemerintah dapat
membuat kebijakan- kebijakan yang tepat dalam penerapan pendidikan agama dengan
meningkatkan sinergi antara keluarga, masyarakat dan lingkungan sekolah.

Daftar Pustaka

Dadi Permadi dan Daeng Arifin. 2016. Pendidikan Karakter. Bandung : Pustaka Al
Kasyaf.
Daeng Arifin dan Pipin Arifin. 2010. Menuju Guru Profesional. Bandung :
Pustaka Al Kasyaf.
Nana Syaodih Sukmadinata. 1997. Pengembangan Kurikulum. Bandung : Rosda karya.
Dian Sukmana. 2003. Implementasi Program Lifeskill. Bandung : Mughni
Sejahtera.
KPAI. 2002. Panduan Sekolah dan Madrasah Ramah Anak. Bandung : Erlangga

142
Peran Pendidikan Agama Untuk Menyiapkan Generasi Yang Tangguh
Gregorius Genius Waruwu, S.S NIM : 4103810318003

EKSISTENSI IMAJINASI DAN INTUISI


DALAM DIRI MANUSIA

Gregorius Genius Waruwu, S.S


SEKOLAH PASCA SARJANA UNINUS

Abstrak
Sistem pendidikan formal di Indonesia bukan hanya sedang stagnan, tetapi masih
mengalami krisis konsep fundamental, metodologi dan orientasi tentang substansi
pendidikan. Pola pendidikan di Indonesia terjebak pada metodologi doktrinasi,
penekanan pada rasionalitas “logos” yang berdampak pada hafalan atau penguasaan
materi tanpa memberi ruang bagi peserta didik untuk kreaktif mencari proses
pembentukan dalil-dalil dan terbentuknya sebuah formula yang dirumuskan oleh para
ahli, yang dipelajarin di kelas – yang akhirnya peserta didik tidak mampu menemukan
formula sendiri. Sistem pendidikan di atas, sesungguhnya mengabaikan dan bahkan
menguburkan kekuatan subjektivitas, yakni mematikan imaji-imaji dan intuisi peserta
didik sebagai kekuatan superpower dari manusia. Imaji dan intuisi adalah daya
penggerak manusia untuk hidup dan mengaktualisasikan diri. Imaji dan intuisi
merupakan roh yang memungkinkan manusia survivel, memahami situasi dan membuka
tabir peluang memanfaatkan kesempatan untuk menghasilkan sesuatu yang nampaknya
mustahil dalam perspektif rasio. Singkatnya, imaji dan intuisi dapat mungkinkan
seseorang menciptakan sesuatu dari ketiadaan menjadi ada, dan bahkan mengangkat
pengakuan eksistensi individu sebagai mahkluk unik “aku menghasilkan sesuatu, maka
aku ada, karena imaji dan intuisiku yang memungkinkannya ada”.

Kata kunci: pendidikan, imajinatif, intuitif, membebaskan, kreaktivitas.

A. Pendahuluan
Kualitas pendidikan di Indonesia masih stagnan, yakni kondisi kualitas terhenti,
berjalan sangat lambat, dan bahkan memungkinan orang sinis yang sedang menikmati
kualitas pendidikan berbagai negara maju, seperti Finlandia, Jepang, Amerika memberi
penilaian bahwa pendidikan di Indonesia nampaknya tidak menunjukkan adanya
kemajuan yang berarti. Tentu, orientasi kritik di sini, bukan hanyak sebatas dilihat dari
output problem moralitas, misalnya maraknya korupsi, pelanggaran HAM, kerusakan
ekosistem alam karena ulah keegoisan manusia, hilangan pemahaman dan penghayatan
etiket/falsafah lokal seiring tergerusnya kearifan budaya lokal dari pengaruh globalisasi.
Inti persoalan pendidikan di Indonesia lebih dari kompleksitas moralitas, yaitu sejauh
mana sistem pendidikan di Indonesia mampu menjamin membantu generasi menciptakan

143
Gregorius Genius Waruwu, S.S NIM : 4103810318003

produk-produk mutakhir sehingga generasi menikmati persaingan global, seperti industri


4.0 modern. Selain itu, gerenasi unggul dan survivel ditengah peradaban dunia
teknokultural. Secara sederhana, sebuah pertanyaan penting, yakni bagaimana
perkembangan daya cipta generasi bangsa Indonesia sejak kemerdekaan, dibandingkan
berbagai negara lain, secara eksplisit negara yang baru mengalami kebebasan setelah
Indonesia lepas kolonialis?
Secara fakta bahwa segala produk teknologi, seperti, mobil, komputer, jam
tangan, dan lain sebagainya merupakan hasil ekspor dari luar negeri. Sebuah contoh lain
perbandingan kualitas pendidikan Indonesia dengan negara lain, yakni kualitas film. Dari
berbagai hasil kualitas film, seperti Hollywood tetap imajinatif dibandingkan berbagai
film karya generasi bangsa Indonesia. Selain itu, berbagai teori, seperti ilmu sains (kimia,
fisika, biologi, matematika), sosiologi, antropologi, psikologi masih menggunaka hasil
konstruksi pemikiran ahli luar. Artinya, setelah kemerdekaan, pendidikan Indonesia
hanya segelintir yang menjadi seorang ahli. Sedangkan, sistem pendidikan luar, misalnya
negara barat menghasilkan berbagi tokoh ilmuwan, filsuf, psikolog, antropolog, sosiolog,
fisikawan, matematikawan yang mampu mempengaruhi dan mengubah dunia. Mengapa
demikian? Pendidikan di Indonesia terjebak dalam pola metodologi doktrinasi, yakni
hafalan, sekederan menerima teori dari kelas dan menjadi tolak ukur penilaian
kemampaun peserta didik. Artinya, system pendidikan di Indonesia membiasakan
kesadaran peserta didik sebatas menerima dan menggunakan teori (jastifikasi), tanpa
membangun kesadaran peserta didik menjadi seorang penemu/ahli (klarifikasi). Problem
fundamental, yakni tenaga pendidik (dosen dan guru) tidak mengarahkan peserta didik
untuk mengdekonstruksi teori yang diterima, termasuk proses terbentuknya dalil-dalil
teori yang digunakan di kelas. Akhirnya, mematikan imaji siswa, dan kematian imaji
adalah kematian daya kreaktivitas.

B. Esensi Imajinasi dan Intuisi


Sesungguhnya, manusia hidup dan digerakan oleh imaji, dibentuk oleh imaji, dan
bahkan dirayakan dengan imaji. Melalui imaji manusia memahami dan membentuk
dirinya, sesamanya, dan bahkan seluruh kehidupan ini. Sebaliknya, lewat imaji manusia
melakukan tindakan-tindakan dekstrutif, seperti menghancurkan diri sendiri, membunuh
manusia lain, dan merusak bumi. Setiap manusia bertindak, merasa, dan berpikir selalu

144
Gregorius Genius Waruwu, S.S NIM : 4103810318003

berada dalam ruang kekuatan imaji, misalnya saat beribadat untuk membangun relasi
dengan Allah, merencanakan membeli mobil mewah, mendesain masa depan, membeli
baju tahun baru, dan bahkan saat orang lain bertindak secara dekstruktif pun, seperti
membakar mall, membakar rumah ibadat agama lain, mencopot spanduk atau bendera
partai lain, dan lain sebagainya, sasaran sesungguhnya bukan benda-benda tersebut,
melainkan imaji atas benda-benda itu. Selain itu, manusia menangis, marah, kesel,
bahagia, tertawa karena peranan imaji atas sesuatu objek dari tertentu.
Dengan demikian, termonologi imajinasi sendiri senantiasa terkait dengan
pengertian “imaji”, “citra”, dan “gambaran”. Sedangkan intuisi adalah kemampuan
memahami sesuatu yang tidak kelihatan “abstrak”, sekalipun berada jauh di masa depan,
masa lalu, atau berbagai kemungkinan korelasi dari tindakan, pikiran, atau realitas dari
dalam dan luar diri manusia. Namun, imajinasi dan intuisi berada dalam kesatuan dengan
“kesadaran”. Ketika seseorang sadar akan sesuatu, dan ingin didalami lebih lanjut, imaji
dan intuisi akan sangat berperan membantu memberikan pemahaman secara luas dan
dalam, dibandingkan dengan sekedar kekuatan pengetahuan “logos”. Secara fundamental
bahwa pengetahuan “logos” berasal dari hasil penelusuran “search” imaji dan intuisi.
Dengan demikian, eksistensi imajinasi dan intuisi merupakan kekuatan superpower, dan
bahkan memberikan esensi dan membunyikan substansi kekuatan akal “logos” dalam diri
manusia.
Marilah kita menilik peranan imajinasi dan intuisi terhadap perkembangan
intelektual, produktivitas dan penemuan para ilmuwan, misalnya Sir Isaac Newton yang
dikenal sebagai seorang fisikawan, matematikawan, ahli astronomi, filsuf alam,
alkimiawan, dan teolog. Newton menjadi terkenal dari keberhasilan mengolah sebuah
pengalaman sederhana “jatuhnya sebuah apel” menjadi sebuah peristiwa yang mampu
mengubah mindset dan pemahaman seluruh dunia berabad-abad tentang tatana kosmik.
Dari pengalaman melihat jatuhnya apel, Newton menggunakan imaji dan intuisi, dan
akhirnya melahirkan sebuah teori yang menggemparkan dunia, yakni hukum gravitasi.
Newton berhasil menunjukkan bahwa gerak di bumi dan benda-benda luar angkasa
lainnya diatur oleh sekumpulan hukum yang sama. Maka, sejak saat itu, gambaran tatanan
dunia segera berubah dari teosentrisme menjadi heliosentrisme, dan akhirnya mendorong
terjadinya revolusi ilmiah. Pertanyaan sederhana, bagaimana bisa terjadi Newton dapat
memahami hukum gravitasi seluruh alam semesta dari pengalaman peristiwa melihat

145
Gregorius Genius Waruwu, S.S NIM : 4103810318003

jatuhnya sebuah apel? Sesungguhnya, Isaac Newton menggunakan imaji dan intuisi, dan
bukan akal “logos”. Akal “logos” merupakan instrumen yang memastikan kebenaran
penemuan imaji dan intuisi, akal hanya memberi dan mengangkat ke atas agar jelas dalam
pikiran dan bahasa, tetapi ia tidak menemukan hukum gravitasi itu.
Peranan imaji dan intuisi, kita bisa amati dalam hidup Albert Einstein yang
menemukan hukum relativisme yang menjadi dasar munculnya teori-teori sistemik yang
digunakan baik dalam ilmu alam (fisik, biologi, geografis, dll) dan juga ilmu sosial
(sosiologi, antropologi, psikologi, dan bahkan dalam menyusun pembangunan
administrasi publik). James Watt penemu mesin uap yang akhirnya menjadi dasar
revolusi industri. Stephen William Hawking yang menemukan teori lubang hitam dalam
kondisi fisik yang lemah di atas kursi roda. Artinya, sekilas kita bisa memahami bahwa
imajinasi dan intuisi adalah dasar yang memungkinkan manusia survivel, kekuatan dari
dalam diri manusia yang memberikan mutiara pengetahuan paling sempurna bagi
manusia secara integral, holistik dan otentik. Dan bahkan, sesungguhnya imaji dan intuisi
roh dari evolusi maupun revolusi peradaban, karena memungkinkan setiap individu
menemukan dan menghasilkan suatu kreaktivitas yang memungkau. Imaji dan intuisi
hanya hidup dan berkembang dalam diri manusia, dan tidak semua orang mengutamakan
dan menggunakan imaji dan intuisi dalam kehidupan sehari-hari, dan paling mengerikan
banyak orang tidak mengetahui adanya kekuatan paling superpower dalam dirinya
sendiri, yakni bernama “imajinasi dan intuisi”. Ada juga orang mempunyai pengetahuan
tentang adanya imaji dan intuisi dalam diei dirinya, tetapi tidak memahami “ia sebatas
mengetahui” bagaimana menggunakan imaji dan intuisi, terutama berbagai persoalan,
misalnya kasus pendidikan di Indonesia terlalu menekankan sistem mengajar doktrinasi
sehingga mematikan imajinasi dan intuisi peserta didik. Mengapa sistem pendidikan di
Indonesia masih menekankan metodologi mengajar berbasis doktrinasi? Pengaruh dari
sistem pendidikan agama (metodologi menghafal ayat-ayat kitab suci), dimana agama
cenderung memandang dunia dan kehidupan secara hitam dan putih. Secara faktual,
“pendapat pengalaman pribadi” orientasi pendidikan di Indonesia terlalu agamis, yakni
penekanan pendidikan berbau moralis atau persoalan karakter. Hal ini secara tidak
langsung memiliki kausalitas atas kematian imajinasi dan intuisi gerenasi bangsa. Akan
tetapi, saya tidak berfokus membahas persoalan demikian karena melenceng dari inti

146
Gregorius Genius Waruwu, S.S NIM : 4103810318003

pembahasan. Selanjutnya, saya berikhtiar membahas bagaimana idealnya sebuah model


pendidikan yang mengutamakan dan memberikan ruang bagi imajinasi dan intuisi.

C. Pendidikan Imajinatif dan Intuitif


Dalam sub-tema ini, saya hendak mengangkat dan membahas konsep, yakni
bagaimana menghadirkan pendidikan berbasis paradigma imajinatif dan intuitif. Ketika,
kita membuat sebuah wancana atau opini tentang formula baru pendidikan di Indonesia,
terpaksa harus ada sesuatu yang berubah, dan umumnya tenaga pendidik tidak mudah
menerima perubahan, karena beberapa alasan, misalnya tidak mau keluar dari zona
nyaman, tidak mau berpikir ulang tentang sesuatu yang baru, malas mencari dan membuat
metode terkini. Hal ini nampak dari reaksi tenaga pendidik saat pergantian kurikulum.
Ketika kita mengakui adanya perubahan sosial, seharusnya kita harus rendah hati, berani
menerima tantangan, dan berusaha sebagai bagian transformasi ilmu pengetahuan,
serentak berani mengakui bahwa kurikulum harusnya juga berubah menyesuaikan
kebutuhan zaman.
Memunculkan sistem pendidikan berbasis imajinatif dan intuisi, dengan rendah hati
harus adanya perubah, yakni sistem pendidikan lama berbasis doktrinasi (penekatan pada
“logos”, justifikasi teori, hafalan), dan juga orientasi pendidikan yang terlalu moralis
(penekanan pada pembentukkan karakter). Bagaimana cara mengaktualisasikan sistem
pendidikan berbasis imajinatif dan intuisi?
1. Justifikasi menuju Verifikasi. Tenaga pendidik harus membuat terobosan baru,
yakni menciptakan tradisi akademik, dimana siswa tidak hanya sekedar menerima,
menghafal, menggunakan teori dari para ahli (justifikasi), tetapi siswa berani
mendekonstruksi teori yang dipelajari - mulai dari proses terbentuknya dalil hingga
muncul sebuah konklusif, dan bahkan paling penting peserta didik mampu membuat
atau menemukan teori sendiri (klarifikasi dekonstruksi).
2. Pengetahuan kompleks (eksklopedi berjalan). Tantangan pendidikan masa kini,
yakni pendidikan jatuh pada spesifikasi, yang akhirnya peserta didik terperangkap
pada linieritas dan kedangkalan berpikir. Bahayanya, adanya peraturan bagi tenaga
pendidikan yang berijazah linier, sedangkan bagi tenaga pendidikan non-linier
mengalami tantangan kesulitan, walau “idealnya” justru ia memiliki pengetahuan
yang bersifat holistik dan dalam sehingga mampu memahami realitas dan mampu

147
Gregorius Genius Waruwu, S.S NIM : 4103810318003

menawarkan solusi tantaran kompleksitas. Artinya, tenaga pendidikan perlu


mendorong siswa untuk mengasah kemampuan dalam tataran holistik. Ketika,
peserta didik mempelajari berbagai jenis ilmu pengetahuan, dengan sendirinya imaji
dan intuisi ditantang untuk aktif menghubungkan makna, substansi, paradigma, dan
paling penting korelasi dari setiap ilmu pengetahuan.
3. Paradigma sistemik saintifik menuju sistemik estetik dan organik. Kesadaran
paradigma siswa perlu diasah secara holistik, yakni tidak sebatas kausalitas, tetapi
memahami realitas harus berada dalam tataran paradigma sistemik estetik dan
organik. Kekuatan paradigma sistemik estetik dan organik, yakni menghargai dan
mengakui otonomi dan kebenaran fenomena dan subjektifitas (epoche). Memberi
waktu bagi realita untuk mengungkapkan diri, dengan demikian imajinasi dan intuisi
memiliki peranan penting untuk menangkap pesan dari subyek sehingga kebenaran
semakin tersingkapkan, tidak membunuh dan mengekang subyek.

D. Simpulan
Menurut Paulo Freire bahwa esensi pendidikan adalah kebebasan dari kemiskinan.
Entitas kemiskinan yang dimaksud oleh Freire adalah lebih pada persoalan krisis
paradigma, daripada persoalan kemiskinan secara ekonomi. Sesungguhnya, kausalitas
kemiskinan ekonomi adalah krisis paradigma, yakni dimana generasi tidak mampu
mengatasi dan mencari solusi untuk menyelesaikan masalah, ketidakmampuan untuk
survivel ditengah persaingan dan tuntutan alam, sosial dan ekonomi. Dengan demikian,
siswa perlu ditantang untuk menghasikan produktifitas (kreaktif dan inovasi), dan hal itu
akan terwujud ketika sistem pendidikan memberi ruang bagi imaji dan intuisi hidup.

148
Gregorius Genius Waruwu, S.S NIM : 4103810318003

DAFTAR PUSTAKA

Tedjoworo, Hadrianus. Imaji dan Imajinasi: Suatu Telaah Filsafat Postmodern.


Yogyakarta: Kanisius. 2001.
________. Imagologi: Jalan (Kembali) Imajerialitas Seni. Bandung: Jurnal Seni Murni -
Universitas Kristen Maranatha. Vol. 1 – No. 2 Februari 2006.
Gaarder, Jostein. Sophies’s World: A Novel about the Histori of Philosophy. Norwegia.
Berkly Books. 1995.
Steeves, James B. Imagining Bodies: Marleau Ponty’s Pholosophy of Imagination.
Duquesne University Press. 2004.
Blenkinsop, Sean. The Imagination in Education: Extending the Boundaries of Theory
and Practice. Amarican States. Cambridge Scholars. 2009.

149
Tedy Sukamto NIM : 4103810318004

MEMBENTUK KARAKTER PESERTA DIDIK MELALUI KEGIATAN


PEMBIASAAN SEBAGAI UPAYA MENGEMBANGKAN EQ ANAK

Tedy Sukamto, S.Pd


SEKOLAH PASCA SARJANA UNINUS

Abstract
The purpose on reviewing this article is about to form the students’ character
through habituation activity as an effort to develop their EQ as well as a reference
especially for the readers involved in education field and generally for parents and
common societies. The form of this research is qualitative descriptive and the data is
collected by using library research. The result shows that: (1) character’s building should
be done in early ages, both in family and in environment including at school which can
be carried on through the way of teaching and learning process and school culture
development, such as reflected in the routine, spontaneous, and conditioning activities
that can lead the students to have a good model and by following various kind of
extracurricular activities like scout, art, and so on. (2) The process of building students’
character based on habituation activity is implemented through several ways, not only in
family but also at school by integrating it into daily life activities at home and positive
habituation activity at school. Character’s building has so close relationship with
emotional quotient that we do not have to be worried if we find that a child has only an
average IQ, since there is still another important thing that are EQ and SQ which can be
developed and improved to make someone successful.

The keyword character can be formed through habituation.

Abstrak
Tujuan menelaah artikel tentang membentuk karakter peserta didik melalui kegiatan
pembiasaan sebagai upaya mengembangkan EQ anak ini adalah sebagai bahan referensi
bagi pembaca khususnya dunia pendidikan dan masyarakat atau orang tua. Bentuk
penelitian ini descriptive kualitatif. Pengumpulan data melalui studi pustaka (library
esearch). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) penanaman pendidikan karakter
harus dilakukan sejak anak usia dini di dalam keluarga dan lingkungannya termasuk di
sekolah dilakukan dengan cara mendidik dan dalam proses pembelajaran,
pengembangan budaya sekolah, seperti kegiatan rutin, kegiatan spontan, keteladanan,
pengkondisian, dan kegiatan ekstrakuri-kuler seperti pramuka, dan seni. (2) Proses
penanaman karakter berbasis kegiatan pembiasaan ini dilakukan melalui beberapa cara,
di lingkungan keluarga dan di sekolah diantaranya dengan mengintegrasikan ke dalam
kehidupan sehari-hari dalam keluarga dan lingkungan termasuk di sekolah melalui
pembiasaan yang positif. Pembentukan karakter sangat erat kaitannya dengan
kecerdasan emosional, maka jangan khawatir ketika sesorang anak memiliki IQ biasa-
biasa saja, karena masih ada kecerdasan lain yaitu EQ dan SQ yang dapat dibentuk dan
dikembangkan untuk keberhasilan seseorang

Kata kunci karakter dapat terbentuk melalui pembiasaan

150
Membentuk Karakter Peserta Didik Melalui Kegiatan Pembiasaan Sebagai Upaya Mengembangkan Eq Anak
Tedy Sukamto NIM : 4103810318004

A. Latar Belakang
Perilaku generasi muda Indonesia saat ini sangat jauh berbeda dengan generasi-
generasi sebelumnya. Mereka jadi generasi 'menunduk' karena terpaku pada alat
komunikasi gawai canggih, memiliki hubungan lekat di dunia maya namun kebalikan di
dunia nyata. Generasi muda saat ini diistilahkan sebagai Generasi Z yaitu generasi yang
lahir di medio tahun 2000-an setelah tersedianya gawai (gadget) dan segala fasilitas, juga
memiliki sebutan tersendiri, yaitu digital native. Hal itu merujuk pada kecenderungan
anak-anak tersebut untuk selalu bersentuhan dengan gawai mereka setiap waktu.
"Generasi 'Z' ini sangat kuat relasinya di dunia maya, sedangkan di dunia nyata
kurang, Generasi remaja saat ini lebih bersifat skeptis dan sinis, menjunjung tinggi
privasi, memiliki kemampuan multi-tasking yang hebat, ketergantungan terhadap
teknologi, pola pikir yang sangat luas dan penuh kewaspadaan. Dengan adanya gawai
seharusnya anak-anak lebih cerdas dibanding generasi sebelumnya karena informasi
tersedia oleh perangkat tersebut. Namun, banyak anak justru mengalami adiksi
(kecanduan) yang menyebabkan seorang anak tidak bisa lepas dari gawai. Dampaknya,
kurang sosialisasi, tidak fokus, dan kompetensi sosialnya sangat kurang. Di sisi lain
Indonesia sebagai bangsa yang besar memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah
dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Jika kondisi
generasi Z demikian adanya, maka dapat dipastikan bangsa dan negara ini akan semakin
terbelakang dibandingkan dengan negara lainnya.
Sebagaimana kita ketahui, bahwa kemajuan suatu bangsa juga sering dikaitkan
dengan bagaimana peran pemuda di dalamnya, seperti bagaimana produktifitas pemuda
dalam kontribusinya pada kemajuaan dan eksistensi bangsanya. Tidak terkecuali bagi
bangsa Indonesia, generasi muda juga menjadi suatu tonggak bagi kemajuan dan
pembangunan bangsan yang selanjutnya akan meneruskan cita-cita bangsa. Sebagai
generasi yang siap untuk memimpin dan mengatur sebuah negara, haruslah memiliki
kepribadian yang baik, kecerdasan yang dilandasi dengan ilmu dan wawasan yang luas,
memiliki jiwa yang penuh semangat, pikiran terbuka dan tujuan yang baik, berbobot dan
bermanfaat serta berguna untuk kemajuan bangsa dan negara. Sayangnya generasi muda
atau generasi Z Indonesia pada saat ini telah banyak terjerumus pada dunia modernisasi
dan westernisasi, sehingga melupakan adat ketimuran yang kita miliki dan di kenal oleh
negara lain sebagai negara yang menjunjung tinggi moral dan adat kesopanan tapi fakta

151
Membentuk Karakter Peserta Didik Melalui Kegiatan Pembiasaan Sebagai Upaya Mengembangkan Eq Anak
Tedy Sukamto NIM : 4103810318004

mengatakan lain. Generasi Indonesia saat ini mengalami krisis identitas dan korban dari
gaya hidup hedonisme barat. Semakin banyak life style dari luar negara Indonesia yang
masuk, semakin tidak terkendali generasi muda Indonesia saat ini.
Sebagai contoh prilaku yang negatif sebagai dampak dari degradasi moral dengan
karakter yang buruk adalah laporan Kepala B2P3KS Dr. Yusnar Yusuf MA dari hasil
penelitiannya tentang kehamilan tidak di kehendaki alias hamil di luar nikah dari tahun
2002 – 2005 angkanya meningkat signifikan. Secara umum remaja hamil di luar nikah
terbesar terjadi tahun 2002 (640 kasus). Kemudian tahun 2004 sebanyak (560 kasus) dan
tahun 2005 (551 kasus). (sumber: majalah sabili No. 14 Th XV 24 januari 2008/15)
Kondisi tersebut merupakan cermin tindakan amoral dan tidak bertanggung
jawab. Hal ini harus segera disadari oleh kita semua selaku orang tua dan masyarakat di
lingkungannya masing-masing dan para pelaku pendidikan di sekolah-sekolah untuk
memperbaiki agar kembali kepribadian kita, akhlak kita, moral kita, dan lihatlah ke dalam
diri kita sendiri dan renungkan kembali apa yang harus kita lakukan untuk menyiapkan
generasi muda Indonesia agar negara kita menjadi negara yang bersih, sehat, maju, kuat,
dan cerdas. Apalagi yang kita harapkan selain generasi-generasi muda yang cerdas,
bersemangat, baik, berwawasan luas, sehat jasmani dan rohani, memiliki moral yang baik
dan menjunjung tinggi kesopanan.

B. Landasan Teori
Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab. Hal ini sesuai dengan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Jika kita perhatikan kalimat yang tertuang dalam tujuan pendidikan nasional
tersebut terdapat pernyataan menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab hanya dapat terwujud melalui

152
Membentuk Karakter Peserta Didik Melalui Kegiatan Pembiasaan Sebagai Upaya Mengembangkan Eq Anak
Tedy Sukamto NIM : 4103810318004

proses pendidikan yang panjang dan indikator keberhasilannya ditunjukkan dengan


terbentuknya karakter yang dibentuk melalui pengembangan kecerdasan IQ, EQ, dan SQ.
Kata “karakter” dalam kamus Bahasa Indonesia diartikan sebagai tabiat, sifat-
sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain.
Kata karakter itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu ‘kharassein’ yang berarti
memahat atau mengukir, sedangkan dalam bahasa Latin karakter bermakna membedakan
tanda. Menurut Simon Philips, karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada
suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap dan prilaku yang ditampilkan. Karakter
dapat pula dipahami sebagai sifat pribadi yang relatif stabil pada diri individu yang
menjadi landasan bagi penampilan perilaku dalam standar nilai dan norma yang tinggi.
Beberapa pendapat pakar mengenai makna karakter tersebut hampir serupa yang
menggam-barkan tata nilai dan sifat seorang individu yang tercermin melalui perilaku
seseorang. Pola yang diharapkan oleh pemerintah dalam rangka pembentukan karakter:

Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat (Ali Ibrahim


Akbar, 2000), ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh
pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan
mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan
hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill,
bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung
kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan
karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan. Timbul dari kesadaran bahwa
kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill) sangatlah penting dalam menunjang
peningkatan kualitas manusia, maka tidak heran bila pakar pendidikan, perumus

153
Membentuk Karakter Peserta Didik Melalui Kegiatan Pembiasaan Sebagai Upaya Mengembangkan Eq Anak
Tedy Sukamto NIM : 4103810318004

kurikulum dari masa ke masa selalu mengutamakan soft skill dalam perumusan tujuan
pembelajaran, standar kompetensi, ataupun kompetensi inti yang dikenal dalam
kurikulum 2013.
Karakter tidak bisa lepas dari perilaku seseorang, sedangkan perilaku seseorang
mencerminkan tingkat kecerdasan emosionalnya (EQ). Selama ini orang memandang dan
menghargai sesorang disandingkan dengan IQ-nya, di mana jika seorang anak memiliki
IQ yang tinggi akan membuat kehidupannya berhasil dan tidak akan mendapatkan
masalah. Tetapi mengapa banyak orang cerdas yang IQ-nya tinggi dapat melakukan
korupsi. Mereka melakukan bukan karena bodoh tetapi karena tidak mempunyai rasa
malu dan tanggung jawab atau EQ-nya rendah. Menurut Howard Gardner atau Daniel
Goleman orang-orang yang memiliki “IQ mereka tinggi tapi EQ mereka rendah, mereka
adalah orang-orang yang tidak berperasaan; mereka adalah orang-orang yang cerdas
secara rasional tapi bodoh secara emosional.” Mungkin Howard Gardner atau Daniel
Goleman benar, bukankah banyak di negeri kita Indonesia terdapat orang yang cerdas
yang menjadi anggota DPR RI, banyak pula menjadi pejabat Gubernur dan Bupati dan
lain sebagainya. Mereka bukan orang bodoh bahkan sebagian besar lulusan perguruan
tinggi. Tetapi melakukan korupsi uang negara tanpa merasa malu.
Jika karakter bangsa Indonesia sudah mayoritas berkarakter koruptor maka tidak
lama lagi Indonesia akan ambruk dan akan menjadi porak poranda dilanda utang dan
penjajahan. Sejarah penjajahan akan kembali berputar seperti zaman kolonial Belanda.
Untuk membentuk karakter seseorang tidak dapat dilakukan seperti membalikan
telapak tangan, tetapi butuh proses dan dilakukan secara terus-menerus atau dengan cara
pembiasaan yang baik. Pembiasaan yang baik adalah rangkaian perilaku yang baik yang
harus dilakukan oleh seseorang setiap saat secara periodik dan dilaksanakan dengan suka
rela terus menerus, sehingga diharapkan akan terus dilakukan sebagai kebiasaan.
Pembiasan baik yang rutin dilakukan diharapkan akan dapat menjelma menjadi karakter
yang baik. Pembiasaan sebagaimana menurut E. Mulyasa, merupakan metode yang
paling tua. Beliau mengartikan pembiasaan adalah sesuatu yang secara sengaja dilakukan
berulang-ulang agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan. Dalam bidang psikologi
pendidikan, metode pembiasaan dikenal dengan istilah operant conditioning.
Pembiasaan akan membangkitkan internalisasi nilai dengan cepat. Internalisasi
adalah upaya menghayati dan mendalami nilai, agar tertanam dalam diri manusia. Karena

154
Membentuk Karakter Peserta Didik Melalui Kegiatan Pembiasaan Sebagai Upaya Mengembangkan Eq Anak
Tedy Sukamto NIM : 4103810318004

pendidikan karakter berorientasi pada pendidikan nilai, perlu adanya proses internalisasi.
Pendidikan karakter merupakan upaya untuk menumbuhkan kemampuan merasakan,
memahami dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber
energi, informasi koneksi dan pengaruh yang manusiawi.
Hal ini mengindikasikan bahwa kecerdasan manusia bukan hanya terletak pada
pendayagunaan akal semata, tetapi juga berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
memahami kondisi lingkungannya, sehingga dia dapat berhasil dalam hidupnya. Kondisi
memahami ini direspon manusia dengan "aktivitas" emosinya seperti amarah, kesedihan,
rasa takut, kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel atau malu. Kecerdasan model ini juga
dianggap sebagai kunci utama keberhasilan pribadi seseorang. Menurut Howard Gardner,
kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan atau menciptakan sesuatu yang
bernilai bagi budaya tertentu. Sedang menurut Alfred Binet dan Theodore Simon,
kecerdasan terdiri dari tiga komponen: (1) kemampuan mengarahkan pikiran dan
tindakan, (2) kemampuan mengubah arah tindakan jika tindakan tersebut telah dilakukan,
dan (3) kemampuan mengkritik diri sendiri. Kecerdasan Emosional (EQ/ Emotional
Quotient) sebagaimana termaktub dalam Al-Qur'an aktivitas kecerdasan emosional
seringkali dihubungkan dengan kalbu, atau term lain yang mirip dengan aktivitas kalbu.
Dengan demikian kata "qalb" dapat diartikan dengan emosi. Jika ada emosi yang cerdas
dan tidak cerdas, maka emosi cerdas ditunjukkan dalam Al-Qur'an dengan pengungkapan
qalb yang positif, seperti: Kalbu yang damai (qalb salīm) (Q.S. al-Syu'arā/26: 89), kalbu
yang penuh rasa takut (qalb munīb) (Q.S.Qāf/50: 33), kalbu yang tenang (qalb
muthmain) (Q.S. al-Nahl/16: 106), kalbu yang berpikir (ya'qilu bihi) (Q.S.al-Haj/22:46)
dan kalbu yang mukmin (qalb mu'min) (Q.S.al-Fath/48: 4). Keterangan ini lahir sebelum
Goleman (2002 : 512) yang juga berpendapat, bahwa kecerdasan emosional adalah
kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan kecerdasan (to manage our
emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the
appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri,
pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.

C. Pembahasan
Merujuk pada uraian di atas mengisyaratkan bahwa generasi muda atau generasi
Z di zaman sekarang rasanya begitu mengkhawatirkan, tetapi kita masih punya harapan.

155
Membentuk Karakter Peserta Didik Melalui Kegiatan Pembiasaan Sebagai Upaya Mengembangkan Eq Anak
Tedy Sukamto NIM : 4103810318004

Hal itu ditunjukkan dengan masih banyak orang Indonesia yang memiliki EQ yang baik,
sehingga masih memberikan harapan membentuk karakter yang baik. Dan dengan
terbentuknya karakter yang baik pada gilirannya akan memperbaiki citra generasi muda
sebagai harapan bangsa dan penerus cita-cita bangsa yang selama ini dipandang skeptis
menjadi optimis .
Membentuk karakter memang tidah mudah, butuh waktu dan proses yang cukup
panjang. Karakter dibentuk dimulai dari hal-hal yang kecil, sehingga perilaku-perilaku
negatif yang besar terantisipasi karena telah dibentuk dari hal-hal yang kecil sebelumnya.
Berbagai upaya yang harus dilakukan untuk mewujudkan generasi muda yang memiliki
karakter baik. Meskipun kenyataan di lapangan karakter generasi muda sekarang belum
nampak menunjukkan insan yang berkarakter. Berbagai penyimpangan masih banyak
terjadi yang diasumsikan, bahwa semua itu disebabkan karena belum berhasilnya
pendidikan karakter.
Upaya yang harus dilakukan untuk membentuk karakter generasi muda harus
dilakukan sejak dini dimulai sejak anak-anak yang diawali dari lingkungan keluarga.
Keluarga adalah faktor penting dalam pendidikan seorang anak. Karakter seorang anak
berasal dari keluarga. Di mana sebagian anak-anak sampai usia 18 tahun menghabiskan
waktunya 60% – 80% bersama keluarga. Sampai usia 18 tahun, mereka masih
membutuhkan orangtua dan kehangatan dalam keluarga. Sukses seorang anak tidak lepas
dari kehangatan dalam keluarga, sehingga penanaman nilai yang ada dalam keluarga
menjadi representasi perilaku keluarga. Selain dari itu, pembentukan karakter juga dapat
terjadi di sekolah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang efektif sebagai
pembentuk karakter secara terpadu melalui proses pendidikan. Di sekolah setidaknya
pembentukan karakter dapat ditempuh melalui berbagai cara atau strategi secara terpadu.
Misalnya dengan mngintegrasikan konten pendidikan karakter yang telah dirumuskan ke
dalam seluruh mata pelajaran, mengitegrasikan pendidikan karakter ke dalam kegiatan
sehari-hari di sekolah, mengitegrasikan pendidikan karakter ke dalam kegiatan yang
diprogramkan atau direncanakan, dan dengan membangun komunikasi dan kerjasama
antara sekolah dengan orang tua peserta didik.
Fungsi sekolah dalam pembentukan karakter meliputi membentukan dan
pengembangan potensi, perbaikan dan penguatan, dan penyaring. Agar ketiga fungsi ini
dapat tercapai, diperlukan cara yang baik dan efektif yaitu dalam bentuk pembiasaan.

156
Membentuk Karakter Peserta Didik Melalui Kegiatan Pembiasaan Sebagai Upaya Mengembangkan Eq Anak
Tedy Sukamto NIM : 4103810318004

Pengembangan karakter yang sehat dapat dilakukan melalui pembiasaan dengan


membentuk:
1. Pengetahuan tentang apa yang benar; kesadaran prinsip moral, dan berbagai alasan
yang mendasari prinsip moral, sehingga menjadi landasan intelektual.
2. Sikap dan keinginan yang benar, apresiasi terhadap kualitas karakter yang baik dalam
diri sendiri dan orang lain. Dalam hal ini emosi memainkan peran besar.
3. Kebiasaan berperilaku yang benar.
Keiga fungsi dalam pembentukan karakter ini tercermin dalam tindakan
kebiasaan. Apa yang yang ditunjukkan oleh apa yang dilakukan seseorang. Sikap dan
kebiasaan yang benar memberikan motif untuk tindakan yang benar dan kebiasaan hidup
yang terpadu. Pengetahuan saja tidak cukup, begitu pula niat, jika tidak disertai dengan
tindakan yang benar. Seorang anak atau siswa harus memiliki kesempatan untuk
memahami mengapa beberapa tindakan terkategori baik dan buruk. Mereka harus dibantu
untuk mengembangkan sikap-sikap emosional untuk melakukan hal-hal yang baik dalam
pelbagai kesempatan yang beragam.

D. Simpulan
Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan
Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang
terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-
norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat. Pendidikan karakter ini
hendaknya dilakukan sejak usia dini, karena usia dini merupakan masa emas
perkembangan (golden age) yang keberhasilannya sangat menen-tukan kualitas anak di
masa dewasanya. Dalam masa emas ini, seluruh aspek perkembangan pada anak usia dini,
memang memasuki tahap atau periode yang sangat peka. Artinya, jika tahap ini mampu
dioptimalkan dengan memberikan berbagai stimulasi yang produktif, maka
perkembangan anak di masa dewasa, juga akan berlangsung secara produktif.
Pembentukan karakter dapat dilakukan dengan cara pembiasaan dimana anak
diajarkan tidak hanya bagaimana memahami karakter secara teoritis tetapi juga
bagaimana secara praktek dalam bentuk tindakan dengan cara meniru dan mencontoh
karakter yang baik dan benar sehingga dapat menerapkannya sesuai dengan kepribadian
masing-masing anak. Dalam tatanan sekolah, siswa adalah target pembelajaran karakter

157
Membentuk Karakter Peserta Didik Melalui Kegiatan Pembiasaan Sebagai Upaya Mengembangkan Eq Anak
Tedy Sukamto NIM : 4103810318004

dan dengan model pembiasaan, siswa diharapkan dapat melakukan pembiasaan karakter
yang baik dan benar. Pembiasaan karakter pada siswa sangat tergantung pada faktor-
faktor lingkungan yang ada di sekolah, terutama pada guru. Guru berperan sebagai faktor
yang berhubungan secara langsung dalam proses belajar mengajar dengan siswa.
Karakter sangat erat kaitannya dengan kecerdasan emosional (EQ), anak atau
siswa yang memiliki EQ yang baik, maka ada kecenderungan dia akan memiliki karakter
baik, karena karakter mencerminkan kemampuan seseorang dalam mengelola emosi. Jika
kemampuan seseorang dalam mengelola emosi rendah, maka dia akan bertindak dan
berperilaku cenderung negatif karena lebih mengedepankan ego dan kepuasan diri semata
tanpa peduli dengan lingkungannya. EQ bukanlah kelebihan yang sudah dimiliki sejak
lahir. Tingginya EQ seseorang bisa terus dikembangkan dengan banyak melatih
mengontrol emosi dalam segala hal. Misalnya, belajar memahami karakter orang lain,
menjadi pribadi yang lebih sabar, berprilaku baik, dan bertindak dengan penuh
pertimbangan dan kebijaksanaan. Bentuk melatih EQ adalah dengan pembiasaan yang
baik dan positif bagi dirinya dan lingkungannya dimulai dari hal yang kecil.

E. Daftar Pustaka

Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian Dan Pengembangan Pusat


Kurikulum. 2010. Pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.
Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai
Budaya Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa. Jakarta.
Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter Bangsa: Puskurbuk, Januari 2011
……….. (2006), Pendidikan Untuk Kehidupan Bermakna. Makalah, Orasi Ilmiah pada
Hari Wisuda Universitas Kristen Maranatha Bandung, 25 Maret 2006
http://lppse-dikdas-2.blogspot.com/2012/01/pendidikan-karakter-bangsa-di-
sekolah.html
http://www.academia.edu/10160804/pendidikan_karakter_melalui_kegiatan_pembiasaan
https://www.idntimes.com/life/inspiration/stella/7-bukti-eq-lebih-penting-dari-iq-1

158
Membentuk Karakter Peserta Didik Melalui Kegiatan Pembiasaan Sebagai Upaya Mengembangkan Eq Anak
Yayah Rokayah NIM: 4103810318066

PEMBELAJARAN AKTIF KREATIF EFEKTIF MENYENANGKAN (PAKEM)


DI PAUD

Yayah Rokayah, S.Pd


SEKOLAH PASCA SARJANA UNINUS

ABSTRAK
Artikel ini disusun untuk memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan
bagi anak-anak usia dini khususnya di PAUD, yang mana masih banyak anak-anak yang
sekolah di TK ataupun di PAUD dibebani dengan berbagai tugas dan PR sehingga
kebutuhan bermain yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan usianya diabaikan
oleh sebagian para pendidik dan orangtua yang lebih mengutamakan anak-anaknya bisa
membaca dan menulis setelah keluar dari TK ataupun PAUD. PAKEM adalah
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan yang dapat di terapkan oleh
pendidik di PAUD dan orangtua di rumah, dengan tidak mengabaikan kebutuhan dan
minat anak yang sesuai dengan tingkat perkembangannya.

Kata kunci: Pembelajaran di PAUD harus menyenangkan

A. Latar Belakang
Saat ini masih banyak lembaga-lembaga pendidikan PAUD menggunakan
model-model pembelajaran yang tidak sesuai dengan tingkat usia dan perkembangan
anak, misalnya dengan diberikannya materi calistung seperti layaknya di Sekolah Dasar.
Model pembelajaran ini memang anak terlihat bisa dan cepat dalam membaca, menulis
dan berhitung, akan tetapi anak keliatan terpaksa dan mempunyai beban belajar yang
berdampak pada perkembangan di masa depan. Orangtuanya merasa bangga melihat
anaknya yang baru masuk TK sudah terampil dalam membaca, menulis dan berhitung,
namun tidak disadari bahwa hal tersebut merupakan keberhasilan sesaat yang berdampak
pada perkembangan anak selanjutnya.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan
pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan
perkembangan sikap, fisik (koordinasi motoric kasar dan motoric halus), kecerdasan
(daya pikir, kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap perilaku
dan agama), bahasa dan komunikasi sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap yang dilalui
anak usia dini. Dengan melihat kajian tersebut, maka strategi pembelajaran yang sesuai
dengan tingkat usia dan perkembangan anak, salah satunya PAKEM, yaitu pembelajaran

159
Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan (Pakem) Di Paud
Yayah Rokayah NIM: 4103810318066

yang aktif, kreatif, efektif dan mbsetiap aspek pembelajaran yang dikembangkan
disesuaikan dengan tingkat usia dan perkembangan anak.
B. Landasan Teori
1. Pengertian pembelajaran Aktif menurut para ahli
Pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar
serta aktif. Ketika peserta didik belajar dengan aktif berarti mereka yang
mendominasi pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak
baik untuk menemukan ide pokok dari materi pelajaran, memecahkan persoalan
atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam satu persoalan yang
ada dalam kehidupan nyata. Dengan belajar aktif ini peserta didik diajak untuk
turut serta dalam semua proses pembelajaran tidak hanya mental, akan tetapi juga
melibatkan fisik. Dengan cara ini biasanya peserta didik akan merasakan suasana
yang lebih menyenangkan sehingga dapat dimaksimalkan. (Zaini, 2008)
Pembelajaran aktif merupakan suatu bentuk pembelajaran yang lebih banyak
melibatkan aktivitas peserta didik dalam mengakses berbagai informasi dan
pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas sehingga
mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman
dan kompetensinya. Lebih dari itu pembelajaran aktif memungkinkan peserta didik
mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti menganalisis dan
mensintesis serta melakukan penilaian terhadap berbagai peristiwa belajar dan
menerapkan kehidupan sehari-hari (Rusman, 2011)
2. Apa itu PAKEM
PAKEM berasal dari konsep bahwa pembelajaran harus berpusat pada anak
(student centre learning) dan pembelajaran harus bersifat menyenangkan (learning
is fun), agar mereka termotivasi untuk terus belajar sendiri tanpa diperintah dan
agar mereka tidak merasa terbebani atau takut (Rusman, 2010:321)
Untuk itu, maka aspek learning is fun menjadi salah satu aspek pembelajaran
PAKEM disamping upaya untuk memotivasi anak agar mengadakan eksplorasi,
kreatif, dan bereksperimen terus dalam pembelajaran.
PAKEM adalah penerjemahan dari pilar pendidikan yang dicanangkan oleh
UNESCO, diantaranya:

160
Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan (Pakem) Di Paud
Yayah Rokayah NIM: 4103810318066

a. Learning to know, yaitu mempelajari ilmu pengetahuan berupa aspek kognitif


dalam pembelajaran
b. Learning to do, yaitu belajar mmelakukan yang merupakan aspek pengalaman
dan pelaksanaannya
c. Learning to be, yaitu belajar menjadi diri sendiri berupa aspek kepribadian dan
kesesuaian siri anak (ini juga sesuai dengan konsep “multiple intelligent” dari
Howard Gardner)
d. Learning to life together, yaitu belajar hidup dalam kebersamaan yang
merupakan aspek kesosialan anak, bagaimana bersosialisasi, dan bagaimana
hidup toleransi dalam keberagaman yang ada disekeliling peserta didik.
Tujuan PAKEM adalah terdapatnya perubahan paradigma di bidang pendidikan,
seperti yang dicanangkan Depdiknas bahwa pendidikan di Indonesia saat ini sudah
harus beranjak dari:
a. Schooling menjadi learning
b. Instructive menjadi facilitative
c. Government role menjadi community role
d. Centralistic menjadi decentralitic
Dengan demikian perubahan paradigma pendidikan saat ini berarti bukan hanya
menjadi tanggung jawab lembaga pendidikan formal, seperti sekolah tapi sudah
menjadi tanggung jawab semua pihak. Hal ini juga senada dengan konsep tripusat
yang diciptakan oleh Ki Hajar Dewantara, yaitu:
a. Pendidikan di lembaga pendidikan (formal)
b. Pendidikan di lembaga masyarakat (non formal)
c. Pendidikan di keluarga (informal)
Perubahan paradigm juga harus terjadi bahwa pada kondisi sekarang ini peran guru
harus menjadi seorang fasilitator yang dapat membantu peserta didik, dan bukan
sebaliknya hanya sebagai pemberi informasi, belajar bukan hanya sekedar
menyampaikan materi saja tanpa mengetahui apakah materi yang disampaikan itu
sudah bisa dipahami oleh peserta didik atau belum. Perubahan paradigm juga
berkenaan dengan pengambilan keputusan.
PAKEM merupakan model pembelajaran dan menjadi pedoman dalam bertindak
untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Rusman, 2010:332). DEngan pelaksanaan

161
Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan (Pakem) Di Paud
Yayah Rokayah NIM: 4103810318066

PAKEM diharapkan berkembangnya berbagai macam inovasi kegiatan,


pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang partisipatif, aktif, efektif
dan menyenangkan.
Pembembelajaran merupakan implementasi kurikulum di sekolah dari kurikulum
yang sudah dirancang dan amenuntut aktivitas serta kreativitas guru dan peserta
didik sesuai dengan rencana yang telah di programkan secara efektif dan
menyenangkan. Ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Brooks (Rusman,
2010:223) yaitu pembaruan dalam harus dimulai dari bagaimana anak belajar, dan
bagaimana guru mengajar, bukan dari ketentuan hasil.
Guru harus mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat ketika siswa
dapat membentuk kompetensi dasar dan standar, kompetensi berdasarkan interaksi
yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus mampu
menciptakan suasana pembelajaran partisipatif, aktif, kreatif dan menyenangkan
supaya kompetensi dasar san standar kompetensi yang telah dirancang dapat
tercapai. Guru juga dituntut harus memiliki pengetahuan yang luas mengenai
jenis-jenis belajar (multimetode dan multimedia) dan suasana belajar yang
kondusif, baik eksternal maupun internal dalam model PAKEM
C. Pembahasan
PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus
menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif bertanya,
mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu
proses aktif dari peserta didik dalam membangun pengetahuannya, bukan proses
pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Sehingga,
jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berperan
aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif
dari peserta didik sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif,
yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif
juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga
memenuhi berbagai tingkat kemampuan peserta didik. Menyenangkan adalah
suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga peserta didik memusatkan
perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi.

162
Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan (Pakem) Di Paud
Yayah Rokayah NIM: 4103810318066

Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah terbukti meningkatkan hasil belajar.
Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak
efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai peserta didik setelah proses
pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan yang harus
dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka
pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa. Secara garis besar,
gambaran PAKEM adalah sebagai berikut: Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan
yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada
belajar melalui:
1. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan
semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk
menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi peserta
didik.
2. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar
yang lebih menarik dan menyediakan pojok baca
3. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif,
termasuk cara belajar kelompok
4. Guru mendorong peserta didik untuk menemukan caranya sendir i
dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan
melibatkam peserta didik dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan PAKEM, adalah:
1. Memahami sifat yang dimiliki anak
Pada dasarnya anak memiliki sifat rasa ingin tahu dan berimajinasi. Anak desa,
anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan
Indonesia – selama mereka normal – terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat
tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis dan kreatif.
Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita olah sehingga
subur bagi berkembangnya kedua sifat, anugerah Tuhan, tersebut. Suasana
pembelajaran dimana guru memuji anak karena hasil karyanya, guru mengajukan
pertanyaan yang menantang, dan guru yang mendorong anak untuk melakukan
percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang subur seperti yang dimaksud.

163
Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan (Pakem) Di Paud
Yayah Rokayah NIM: 4103810318066

2. Mengenal anak secara perorangan


Para peserta didik berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki
kemampuan yang berbeda. Dalam PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan) perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam
kegiatan pembelajaran. Semua peserta didik dalam kelas tidak selalu mengerjakan
kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Anak-
anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya
yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat
membantunya bila mendapat kesulitan sehingga belajar anak tersebut menjadi optimal.
3. Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar
Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau
berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian
belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak dapat bekerja
berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak
akanmenyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti
ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian,
anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya
berkembang.

4. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan


memecahkan masalah
Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal ini memerlukan
kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah dan kreatif
untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis
dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak
sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan
sering-sering memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka.
Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata “Apa yang terjadi jika …” lebih baik
daripada yang dimulai dengan kata-kata “Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup
(jawaban betul hanya satu).
5. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik

164
Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan (Pakem) Di Paud
Yayah Rokayah NIM: 4103810318066

Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAKEM.
Hasil pekerjaan peserta didik sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas.
Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi peserta didik
untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi peserta didik lain. Yang
dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok.
Pajangan dapat berupa gambar, peta,diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan
sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan peserta didik,
dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam pembelajaran karena dapat
dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah.
6. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk
bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga
sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar
sering membuat anak merasa senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan
lingkungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke
ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat
mengembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera),
mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi, membuat tulisan,
dan membuatgambar/diagram.
7. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar
Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian
umpan balik dari guru kepada peserta didik merupakan salah satu bentuk interaksi
antara guru dan peserta didik. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan
daripada kelemahan peserta didik. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus
secara santun. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih percaya diri dalam
menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil
pekerjaan peserta didik dan memberikan komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan
dengan pekerjaan peserta didik lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa dari
pada hanya sekedar angka
8. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental
Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan peserta didik kelihatan
sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta

165
Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan (Pakem) Di Paud
Yayah Rokayah NIM: 4103810318066

peserta didik duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang
sebenarnya dari PAKEM. Aktif mental lebih diinginkan dari pada aktif fisik. Sering
bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan
merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah
tumbuhnya perasaan tidak takut ditertawakan, tidak takut disepelekan, atau tidak
takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab
rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya.
Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan‘PAKEM menyenangkan.
Pelaksanaan PAKEM di PAUD dengan menggunakan berbagai metode yang
menyenangkan, diantaranya:
1. Problem Solving (Metode pemecahan masalah)
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam
kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih paserta didik menghadapi berbagai
masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok
untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Orientasi pembelajarannya
adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.
Adapun keunggulan metode problem solving sebagai berikut:
a. Melatih peserta didik untuk mendesain suatu penemuan.
b. Berpikir dan bertindak kreatif
c. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
d. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan
e. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan
f. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir peserta didik untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat
g. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan,
khususnya dunia kerja.
Sedangkan kelemahan metode problem solving sebagai berikut:
a. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini, misal
terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan peserta didik untuk melihat dan
mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut
b. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan
metode pembelajaran yang lain.

166
Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan (Pakem) Di Paud
Yayah Rokayah NIM: 4103810318066

2. Pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Instruction)


Problem Based Instruction (PBI) memusatkan pada masalah
kehidupannya yang bermakna bagi peserta didik, peran guru menyajikan masalah,
mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Langkah-
langkahnya adalah:
a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang
dibutuhkan, memotivasi peserta didik terlibat dalam aktivitas pemecahan
masalah yang dipilih.
b. Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas
belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas,
jadwal, dll)
c. Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah
d. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang
sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan
temannya
e. Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan
Kelebihannya adalah
a. Peserta didik dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya
benar-benar diserapnya dengan baik
b. Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan peserta didik lain.
c. Dapat memperoleh dari berbagai sumber
Kekurangannya adalah:
a. Untuk peserta didik yang malas tujuan dari metode tersebut tidak dapat
tercapai
b. Membutuhkan banyak waktu dan dana
c. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini

167
Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan (Pakem) Di Paud
Yayah Rokayah NIM: 4103810318066

3. Cooperative Script
Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana peserta didik bekerja berpasangan
dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
Langkah-langkahnya adalah:
a. Guru membagi peserta didik untuk berpasangan
b. Guru membagikan wacana / materi tiap peserta didik untuk dibaca dan
membuat ringkasan
c. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara
dan siapa yang berperan sebagai pendengar
d. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan
memasukan ide-ide pokok dalam ringkasannya, sementara pendengar
menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan
membantu mengingat/menghapal ide-ide pokok dengan menghubungkan
materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
e. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan
sebaliknya, serta lakukan seperti di atas
f. Kesimpulan guru
g. Penutup
Kelebihannya adalah
a. Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan.
b. Setiap peserta didik mendapat peran.
c. Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan
Kekurangannya adalah:
a. Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu
b. Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi
hanya sebatas pada dua orang tersebut).
4. Picture and Picture
Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan
dipasangkan dan diurutkan menjadi urutan logis.
Langkah-langkahnya adalah:
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b. Menyajikan materi sebagai pengantar

168
Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan (Pakem) Di Paud
Yayah Rokayah NIM: 4103810318066

c. Guru menunjukkan dan memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan


dengan materi
d. Guru menunjuk dan memanggil peserta didik secara bergantian memasang
dan mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis
e. Guru menanyakan alasan dasar pemikiran urutan gambar tersebut
f. Dari alasan dan urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan
konsep dan materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
g. Kesimpulan dan rangkuman.
Kelebihannya adalah:
a. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing peserta didik
b. Melatih berpikir logis dan sistematis
Kekurangannya adalah:
a. Memakan waktu banyak
b. Banyak siswa yang pasif.
5. Numbered Heads Together
Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap peserta didik
diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru
memanggil nomor dari peserta didik.
Langkah-langkahnya adalah:
a. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat
nomor
b. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya
c. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota
kelompok dapat mengerjakannya
d. Guru memanggil salah satu nomor peserta didik dengan nomor yang
dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka
e. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain
f. Kesimpulan
Kelebihannya adalah:
a. Setiap peserta didik menjadi siap semua
b. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh
c. Peserta didik yang pandai dapat mengajari peserta didik yang kurang pandai

169
Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan (Pakem) Di Paud
Yayah Rokayah NIM: 4103810318066

Kelemahannya adalah:
a. Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru
b. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
6. Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation)
Metode investigasi kelompok sering dipandang sebagai metode yang paling
kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif.
Metode ini melibatkan peserta didik sejak perencanaan, baik dalam menentukan
topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini
menuntut para peserta didik untuk memiliki kemampuan yang baik dalam
berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills).
Para guru yang menggunakan metode investigasi kelompok umumnya membagi
kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 sampai 6 orang dengan
karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas
kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para
peserta didik memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam
terhadap berbagai sub topik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan
menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan.
Langkah-langkah metode investigasi kelompok dapat dikemukakan sebagai
berikut:
a. Seleksi topik para peserta didik memilih berbagai sub topik dalam suatu
wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru.
Para siswa selanjutnya di organisasikan menjadi kelompok-kelompok yang
berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 sampai 6
orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun
kemampuan akademik
b. Merencanakan kerjasama para peserta didik dan guru merencanakan berbagai
prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan
berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkaha di atas
c. Implementasi para peserta didik melaksanakan rencana yang telah dirumuskan
pada langkah (b) Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan
ketrampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para peserta didik untuk

170
Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan (Pakem) Di Paud
Yayah Rokayah NIM: 4103810318066

menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar


sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan
memberikan bantuan jika diperlukan
d. Analisis dan sintesis para peserta didik menganalisis dan mensintesis berbagai
informasi yang diperoleh pada langkah (c) dan merencanakan agar dapat
diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik didepan kelas
e. Penyajian hasil akhir Semua kelompok menyajikan suatu presentasi
yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua peserta didik
dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai
topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru
f. Evaluasi guru beserta peserta didik melakukan evaluasi mengenai kontribusi
tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi
dapat mencakup tiap peserta didik secara individu atau kelompok, atau
keduanya.
7. Metode Jigsaw
Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar
menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi peserta
didik ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari 4 orang sehingga
setiap anggota bertanggung jawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik
yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Peserta didik dari masing-masing
kelompok yang bertanggung jawab terhadap subtopik yang sama
membentuk kelompok lagi yang terdiri dari 2 atau 3 orang. Setiap peserta didik ini
bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam:
a. Belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya
b. Merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota
kelompoknya semula. Setelah itu peserta didik tersebut kembali lagi ke
kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam sub topiknya dan mengajarkan
informasi penting dalam subtopik tersebut kepada temannya.
c. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa sehingga seluruh siswa
bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh
materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap peserta didik
dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan.

171
Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan (Pakem) Di Paud
Yayah Rokayah NIM: 4103810318066

8. Metode Team Games Tournament (TGT)


Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model
pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh
peserta didik tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran peserta didik
sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran
kooperatif model TGT memungkinkan peserta didik dapat belajar lebih rileks
disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan
eterlibatan belajar.
Ada 5 komponen utama dalam TGT yaitu:
a. Penyajian kelas Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam
penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan
ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini peserta
didik harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang
disampaikan guru, karena akan membantu peserta didik bekerja lebih baik pada
saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan
skor kelompok
b. Kelompok (team) biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang yang anggotanya
heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik.
Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman
kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar
bekerja dengan baik dan optimal pada saat game
c. Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji
pengetahuan yang didapat peserta didik dari penyajian kelas dan belajar
kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana
bernomor, dan peserta didik memilih kartu bernomor kemudian mencoba
menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Peserta didik yang
menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor dan ini nantinya
dikumpulkan peserta didik untuk turnamen mingguan
d. Turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru
melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja.
Turnamen pertama guru membagi peserta didik ke dalam beberapa meja

172
Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan (Pakem) Di Paud
Yayah Rokayah NIM: 4103810318066

turnamen, tiga peserta didik tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja


I, tiga peserta didik selanjutnya pada meja II danseterusnya
e. Team recognize (penghargaan kelompok) Guru kemudian mengumumkan
kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat sertifikat atau
hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan, team
mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great
Team” apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila rata-ratanya
30-40
9. Model Student Teams – Achievement Divisions (STAD)
a. Peserta didik dikelompokkan secara heterogen dan yang pandai menjelaskan
kepada anggota lain sampai mengerti.
b. Langkah-langkahnya adalah:
c. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran
menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll)
d. Guru menyajikan pelajaran
e. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan, dan anggota yang
tahu menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semuanya mengerti
f. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik dan pada saat
menjawab kuis tidak boleh saling membantu
g. Memberi evaluasi
h. Penutup
Kelebihannya adalah:
a. Seluruh peserta didik menjadi lebih siap
b. Melatih kerjasama dengan baik
Kekurangannya adalah:
a. Anggota kelompok semua mengalami kesulitan
b. Membedakan peserta didik

10. Model Examples Non Examples


Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh
kasus/gambar yang relevan dengan Kompetensi Dasar (KD).
Langkah-langkahnya adalah:

173
Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan (Pakem) Di Paud
Yayah Rokayah NIM: 4103810318066

a. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran


b. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP
c. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk memperhatikan dan menganalisa gambar
d. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang dhasil dn hasil diskusi dari analisa
gambar tersebut dicatat pada kertas
e. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya mulai dari
komentar sampai hasil diskusi, dan guru mulai menjelaskan materi sesuai
tujuan yang ingin dicapai
f. Kesimpulan
Kelebihannya adalah:
a. Peserta didik lebih kritis dalam menganalisa gambar
b. Peserta didik mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar
c. Peserta didik diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya
Kekurangan adalah:
a. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar
b. Memakan waktu yang lama.
11. Model Lesson Study
Lesson Study adalah suatu metode yang dikembangkan di Jepang yang dalam
bahasa Jepang disebut Jugyokenkyuu. Istilah lesson study sendiri diciptakan oleh
MakotoYoshida. Lesson Study merupakan suatu proses dalam mengembangkan
profesionalitas guru-guru di Jepang dengan menyelidiki/menguji praktik mengajar
mereka agar menjadi lebih efektif.
Langkah-langkahnya adalah
a. Sejumlah guru bekerjasama dalam suatu kelompok membahas tentang
Perencanaan, praktek mengajar, observasi, refleksi/kritikan terhadap
pembelajaran
b. Salah satu guru dalam kelompok tersebut melakukan tahap perencanaan yaitu
membuat rencana pembelajaran yang matang dilengkapi dengan dasar-dasar
teori yang menunjang
c. Guru yang telah membuat rencana pembelajaran pada poin (2) mengajar di
kelas sesungguhnya yang berarti tahap praktek mengajar terlaksana

174
Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan (Pakem) Di Paud
Yayah Rokayah NIM: 4103810318066

d. Guru-guru lain dalam kelompok tersebut mengamati proses pembelajaran


sambil mencocokan rencana pembelajaran yang telah dibuatyang berarti tahap
observasi terlaksana
e. Semua guru dalam kelompok dan guru yang telah mengajar bersama-sama
mendiskusikan pengamatan mereka terhadap pembelajaran yang telah
berlangsung. Tahap ini merupakan tahap refleksi, dan dalam tahap ini juga
didiskusikan langkah-langkah perbaikan untuk pembelajaran berikutnya
f. Hasil pada poin (5) selanjutnya diimplementasikan pada kelas/pembelajaran
berikutnya dan seterusnya kembali ke poin (2).
Kelebihannya adalah:
a. Dapat diterapkan di setiap bidang mulai seni, bahasa, matematika, olahraga
pada setiap tingkatan kelas
b. Dapat dilaksanakan antar/ lintas sekolah.

D. Daptar Pustaka
1. http://pgtk--darunnajah.blogspot.com/2011/10/konsep-pakem-pembelajaran-
aktif-kreatif.html#ixzz5af3kczPj
2. https://www.wawasanpendidikan.com/2017/08/Pengertian-dan-Ciri-Ciri-
Pembelajaran-Aktif-Menurut-Pendapat-Ahli.html
3. https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/22/konsep-pakem/
4. https://utamiree310.wordpress.com/2013/09/26/model-pakem-partisipasi-aktif-
kreatif-efektif-dan-menyenangkan/

175
Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan (Pakem) Di Paud
Riva Rizkin Faliq Muhtar NIM : 4103810318057

PEMBELAJARAN DALAM PELATIHAN

Riva Rizkin Faliq Muhtar


SEKOLAH PASCA SARJANA UNINUS

ABSTRAK
Pelatihan pada dasarnya bermakna sebagai upaya yang dilakukan untuk
memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat digunakan segera untuk
meningkatkan kinerja. Pelatihan merupakan sarana yang efektif dan efisien untuk
meningkatkan Sumber Daya Manusia karena materi pelatihan didesain sesuai dengan
kebutuhan peserta didik. Namun, manfaat pelatihan ini harus ditunjang dengan kesiapan
peserta didik untuk mengikuti kegiatan pelatihan. Kesiapan peserta didik ini salah
satunya adalah motivasi yang kuat dalam mengikuti pembelajaran yang akan
berlangsung.

Kata kunci: Model Induktif, Model Deduktif, Model Klasik

A. Pendahuluan
1. Perkembangan pelatihan
Pelatihan sebagai sebuah konsep program yang bertujuan meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan seseorang (sasaran didik), berkembang sangat pesat dan
modern. Perkembangan model pelatihan (capacity building, empowering, training dll)
saat ini tidak hanya terjadi pada dunia usaha, akan tetapi pada lembaga- lembaga
profesional tertentu model pelatihan berkembang pesat sesuai dengan kebutuhan belajar,
proses belajar (proses edukatif), assessment, sasaran, dan tantangan lainnya (dunia global
dll.).
Model pelatihan pada awalnya berkembang pada dunia usaha terutama melalui
magang tradisional, dalam sebuah magang tradisional kegiatan belajar membelajarkan
dilakukan oleh seorang warga belajar (sasaran didik) dan seorang sumber belajar (tutor),
maka dalam perkembangan selanjutnya interaksi edukatif yang terjadi tidak hanya
melalui perorangan akan tetapi terjadi melalui kelompok warga belajar (sasaran didik,
sasaran pelatihan) yang memiliki kebutuhan dan tujuan belajar yang sama dengan
seorang, dua orang, atau lebih pelatih (sumber belajar, trainers). Salah satu konsep
mengapa model pelatihan dibangun adalah sangat bergantung pada kondisi itu (warga
belajar, sasaran didik dan pelatih/tutor). Hal tersebut sangat beralasan karena kebutuhan

176
Pembelajaran Dalam Pelatihan
Riva Rizkin Faliq Muhtar NIM : 4103810318057

dan tujuan pelatihan (Allison Rosset, 1987) dapat tercapai apabila warga belajar, tutor
saling memahami, menghargai, pengertian dan saling membelajarkan satu dengan
lainnya. (Djudju Sudjana, 1993: 12).
Di dalam dunia usaha model pelatihan (Training) dibangun atas dasar kebutuhan
peningkatan produksi, memperluas pemasaran, dan kemampuan perusahaan dalam
memantapkan pengelolaan unit usaha itu sendiri. Interaksi edukatif yang terjadi pada
model pelatihan itu adalah adanya interaksi edukatif antara tiga kelompok orang dalam
kegiatan belajar nya. Kelompok pertama, adalah orang-orang yang telah memiliki
keahlian dalam bidang usaha. Merekalah yang menguasai pengetahuan dan keterampilan
untuk meningkatkan produksi, pengadaan bahan Baku, dan pemilikan Dana. Kelompok
kedua, yakni orang-orang yang telah memiliki keahlian sebagaimana keahlian kelompok
pertama. Keahlian itu mereka peroleh dengan belajar dari kelompok pertama, namun
mereka tidak memiliki modal usaha. Kelompok ketiga adalah orang-orang yang belum
memiliki keahlian sebagaimana keahlian yang telah dimiliki oleh orang pertama dan
kedua. Orang-orang yang termasuk pada kelompok ketiga ini sedang belajar dari
kelompok pertama dan atau kelompok kedua pada saat mereka bekerja di perusahaan.
Dengan kata lain mereka belajar sambil bekerja. (Djudju Sudjana, 1993:13) Kondisi dan
perkembangan interaksi edukatif tersebut terjadi pada abad pertengahan, ketika dunia
industri mulai berkembang. (Abad pertengahan sampai awal abad ke-19)
Sejak masa rintisan sampai masa sekarang latihan terus tumbuh dan berkembang,
Latihan dilakukan oleh berbagai lembaga pemerintah, badan-badan swasta, dan
organisasi kemasyarakatan lainnya. Lembaga-lembaga pemerintah baik yang berstatus
departemen maupun non-departemen, menyelenggarakan pelatihan dalam berbagai
bidang terutama yang berhubungan dengan tugasnya, latihan tersebut di antaranya
bertujuan meningkatkan kemampuan staf dan petugas dalam lingkungan mereka masing-
masing. (BP3K, 1973). Beberapa kategori dan model pelatihan yang dilakukan lembaga
pemerintah departemen dan non-departemen di antaranya adalah dalam bentuk: pre-
service training (pra jabatan), in-service training (latihan dalam jabatan) dan social
service training (latihan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat). Pelatihan-
pelatihan tersebut di antaranya berdasar pada konsep kebutuhan jabatan dan atau self-
actualisation.
Perkembangan pelatihan sehingga melahirkan model-model pelatihan yang

177
Pembelajaran Dalam Pelatihan
Riva Rizkin Faliq Muhtar NIM : 4103810318057

sederhana sampai pada model pelatihan yang kompleks sangat bergantung pada budaya
manusia (masyarakat itu sendiri). Terutama yang berkaitan dengan dunia pendidikan
(belajar), usaha, manajemen, teknologi, masyarakat dll.).
Suatu model pelatihan dianggap efektif manakala mampu dilandasi kurikulum,
pendekatan dan strategi yang sesuai dengan kebutuhan belajar sasaran didik dan
permasalahan-permasalahan yang terjadi di tengah-tengah nya. Untuk itu diperlukan
persyaratan khusus dalam membangun sebuah model pelatihan yang efektif dan efesien.
Persyaratan tersebut diantaranya adalah kebutuhan belajar peserta pelatihan (sasaran
didik, warga belajar dll.) istilah tersebut dalam dunia pendidikan luar sekolah dikenal
dengan TNA (Training Needs Assessment), SMA (Subject Matter Analysis) dan ATD
(Approaches to Training and Development). (Allison Rossett and Joseph W. Arwady,
1987).
2. Pelatihan berdasar pada kebutuhan (Training Needs Assessment)
Kebutuhan pelatihan sangat berkaitan erat dengan kebutuhan belajar, kebutuhan
belajar diartikan dengan kesenjangan kemampuan di antara kemampuan yang telah
dimiliki dengan kemampuan yang dituntut, atau dipersyaratkan dalam kehidupan sasaran
didik (peserta pelatihan). Kemampuan tersebut menyangkut kemampuan pengetahuan,
sikap, nilai, dan tingkah laku sesuai dengan aspek yang menjadi konteks perhatian.
Apabila kita sedang berbicara dalam kaitannya dengan peserta pelatihan (sasaran), maka
kebutuhan peserta pelatihan (sasaran) tersebut sangat berkaitan dengan pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang berlaku pada kehidupannya atau pada dunia kerjanya.
Kebutuhan belajar pada peserta pelatihan (sasaran) (manusia) dapat berkembang,
bertambah dan berkurang, bahkan dapat secara berkelanjutan dan berganti-ganti.
Terpenuhi nya suatu kebutuhan, dapat menjadi potensi untuk melahirkan kebutuhan baru
yang kedudukannya lebih tinggi. Apabila peserta pelatihan (sasaran) telah memperoleh
kemampuan membaca (sebagai kebutuhan dasar), kemudian dia menilai kemampuan
membaca dirinya, setelah tahu bahwa dia mampu, dia akan berlanjut untuk mengetahui
secara mendalam isi buku yang ditemuinya. Begitu pula apabila peserta pelatihan
(sasaran) telah memahami pengetahuan dasar, maka secara langsung akan melakukan
self-assessment dan hasil assessment tersebut akan menjadi modal untuk mengetahui
pengetahuan yang lebih tinggi di atasnya. Akan tetapi di balik itu kebutuhan akan berubah
bertambah dan berkurang, hal ini diakibatkan oleh keterbatasan peserta pelatihan

178
Pembelajaran Dalam Pelatihan
Riva Rizkin Faliq Muhtar NIM : 4103810318057

(sasaran) dalam memandang penting atau tidaknya pengetahuan untuk diri sendiri, serta
kemauan dan kemampuan dalam memahami diri.
Oleh karena itu kebutuhan belajar yang tumbuh dalam diri menuntut adanya
program belajar yang dapat memenuhinya. Begitu pula keaneka ragaman kebutuhan
belajar yang dirasakan menuntut adanya program belajar yang lebih aktif dan beraneka
ragam pula. Sehingga usaha penetapan kebutuhan belajar perlu ada usaha untuk
melakukan identifikasinya (approaches to training and development dan need
assessment). Beberapa teknik TNA yang dapat dikenali diantaranya adalah: interviewing,
Observing, working with groups, and writing questioners and surveys.
Ada beberapa model dalam melakukan identifikasi kebutuhan belajar: 1) model
induktif, 2) model deduktif, 3) model klasik.
B. Model-model training yang berdasar kepada kebutuhan pelatihan (training need
assessment).
1. Model Induktif
Pendekatan yang digunakan dalam model Induktif menekankan pada usaha yang
dilakukan dari pihak yang terdekat, langsung, dan bagian-bagian ke arah pihak yang luas,
dan menyeluruh. Oleh karena itu, melalui pendekatan ini diusahakan secara langsung
pada kemampuan yang telah dimiliki setiap Sasaran didik (pelatihan), kemudian
membandingkannya dengan kemampuan yang diharapkan atau harus dimiliki sesuai
dengan tuntutan yang datang kepada dirinya. Model ini digunakan untuk mengidentifikasi
jenis kebutuhan belajar yang bersifat kebutuhan terasa (felt needs) atau kebutuhan belajar
dalam pelatihan yang dirasakan langsung oleh peserta pelatihan. Pelaksanaan
identifikasinya pun harus dilakukan secara langsung kepada peserta pelatihan itu sendiri.
Untuk itu, model pendekatan ini digunakan bagi peserta pelatihan yang sudah ada (hadir
menjadi peserta pelatihan).
Keuntungan Model induktif ini adalah dapat diperoleh informasi yang langsung, dan
tepat mengenai jenis kebutuhan Peserta pelatihan, sehingga memudahkan kepada tutor
(pelatih) untuk memilih materi pelatihan (belajar) yang sesuai dengan kebutuhan tersebut.
Namun kerugiannya, dalam menetapkan materi pendidikan yang bersifat menyeluruh,
dan umum untuk peserta pelatihan yang banyak dan luas akan membutuhkan waktu, dana,
dan tenaga yang banyak. Karena setiap peserta pelatihan yang mempunyai
kecenderungan ingin atau harus belajar dimintai informasinya mengenai kebutuhan

179
Pembelajaran Dalam Pelatihan
Riva Rizkin Faliq Muhtar NIM : 4103810318057

pelatihan (belajar) yang diinginkan.


Langkah-langkah pelaksanaan identifikasi kebutuhan pelatihan (belajar)
berdasarkan model Induktif ini adalah sebagaimana digambarkan dalam flow chart di
bawah ini.
FLOW CHART MODEL INDUKTIF
Pengukuran kemampuan peserta pelatihan

Pengelompokan kemampuan dalam


kawasan program pelatihan

Membandingkan kemampuan peserta


dengan materi pelatihan (belajar)

Menetapkan kesenjangan kemampuan,


keterampilan

Mengembangkan proses pelatihan


(belajar)

Melaksanakan Pelatihan
(Pembelajaran)

Penelitian

Pelaksanaan pengukuran (assessment) kemampuan yang telah dimiliki calon peserta


pelatihan disesuaikan dengan kondisi calon itu sendiri. Apabila calon sudah bisa
membaca dan menulis, maka identifikasi dapat dilakukan melalui kegiatan pemberian
angket, atau juga bisa melalui wawancara, dengan pokok-pokok pertanyaan diantaranya
(contoh):

180
Pembelajaran Dalam Pelatihan
Riva Rizkin Faliq Muhtar NIM : 4103810318057

Kemampuan apa yang diinginkan untuk dipelajari pada


kesempatan sekarang? atau Ingin belajar apa sekarang?

Juga dapat dilakukan melalui pengajuan daftar isian atau kartu kebutuhan belajar. Calon
peserta menjawab dan mengisi kuesioner pada bagian yang sudah disediakan. Begitu
pula, apabila peserta pelatihan diberi kartu Kebutuhan Belajar, maka peserta pelatihan
(sasaran) tinggal menuliskan jenis kemampuan yang ingin dipelajarinya pada kartu, yang
telah disediakan.
Setelah memperoleh sejumlah kebutuhan belajar baik dari satu atau beberapa
peserta, maka pelatih, tutor perlu menetapkan prioritas kebutuhan belajar. Penetapan
prioritas ini dapat dilakukan tutor bersama-sama peserta pelatihan, atau dilakukannya
sendiri yang kemudian diinformasikan lebih lanjut kepada peserta yang didasarkan
kepada hasil jenis kebutuhan belajar yang diperoleh. Teknik yang digunakan untuk
penetapan ini dapat dilakukan melalui diskusi, atau curah. pendapat, atau pasar data.
Pengajuan prioritas dari setiap peserta pelatihan dibarengi dengan alasan-alasannya.
Namun demikian, pada akhirnya penetapan prioritas ini perlu disesuaikan dengan
berbagai macam kemungkinan dari segi bahan belajar, sumber belajar, waktu, serta sarana
penunjang lainnya.
Apabila tutor/pelatih sudah memperoleh penetapan prioritas, maka tutor/pelatih
bertugas untuk mengembangkan materi pelatihan, serta menyelenggarakan proses
pelatihan.
2. Model Deduktif
Pendekatan pada model ini dilakukan secara deduktif, dalam, pengertian bahwa
identifikasi kebutuhan pelatihan dilakukan secara umum, dengan sasaran yang luas.
Apabila akan menetapkan kebutuhan pelatihan (belajar) untuk peserta pelatihan yang
memiliki karakteristik yang sama, maka pelaksanaan identifikasinya dilakukan pengajuan
pertimbangan kepada semua peserta pelatihan (sasaran). Hasil identifikasi diduga
dibutuhkan untuk keseluruhan peserta pelatihan (sasaran) yang mempunyai ciri-ciri yang

181
Pembelajaran Dalam Pelatihan
Riva Rizkin Faliq Muhtar NIM : 4103810318057

sama. Hasil identifikasi macam ini digunakan dalam menyusun materi pelatihan (belajar)
yang bersifat massal dan menyeluruh. Hal ini sebagaimana telah dilakukan dalam
menetapkan kebutuhan pelatihan minimal untuk peserta pelatihan dengan sasaran tertentu
seperti melihat latar belakang pendidikan, usia, atau jabatan dll. Kemudian dikembangkan
ke proses pembelajaran dalam pelatihan yang lebih khusus.
Keuntungan dari tipe ini adalah bahwa hasil identifikasi dapat diperoleh dari
sasaran yang luas, sehingga ada kecenderungan penyelesaiannya menggunakan harga
yang murah, dan relatif lebih efesien dibanding dengan tipe induktif karena informasi
kebutuhan belajar yang diperoleh dapat digunakan untuk penyelenggaraan proses belajar
dalam pelatihan secara umum. Namun demikian, model ini mempunyai kelemahan dari
segi efektifitasnya, karena belum tentu semua peserta pelatihan (sasaran) diduga memiliki
karakteristik yang sama akan memanfaatkan, dan membutuhkan hasil identifikasi
tersebut. Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa keanekaragaman peserta pelatihan
(sasaran) cenderung memiliki minat dan kebutuhan belajar yang berbeda.
Kebutuhan belajar hasil identifikasi model deduktif termasuk jenis kebutuhan
terduga (expected needs), dalam pengertian bahwa peserta pelatihan (sasaran) pada
umumnya diduga membutuhkan jenis kebutuhan belajar tersebut. Hal menarik bahwa,
pernyataan jenis kebutuhan bisa tidak diungkapkan oleh diri peserta pelatihan (sasaran)
secara langsung, akan tetapi oleh pihak lain yang diduga memahami tentang kondisi
peserta pelatihan (sasaran). Oleh karena itu, mengapa banyak terjadi "Drop out dalam
pelatihan", atau kebosanan belajar, tidak adanya motivasi, malas, karena ada
kecenderungan bahan belajar yang dipelajarinya dalam pelatihan kurang sesuai dengan
kebutuhan belajar yang dirasakannya.
Langkah-langkah identifikasi kebutuhan belajar dalam pelatihan model ini adalah
sebagaimana terdapat dalam flow chart di bawah ini.
Identifikasi pada model ini dilakukan secara massal kepada tiga pihak sasaran,
yaitu:
1) Keluarga peserta pelatihan atau anggota masyarakat lain yang berkepentingan
dengan pelatihan (pendidikan).
2) Pelaksana dan Pengelola Pelatihan: Kepala, penyelenggara, pelatih (tutor) dll.
Sasaran ini memiliki pengalaman tentang wujud penyelenggaraan pelatihan yang
telah diselenggarakan serta berbagai hal yang berkaitan dengan aspek-aspek kegiatan

182
Pembelajaran Dalam Pelatihan
Riva Rizkin Faliq Muhtar NIM : 4103810318057

pelatihan.
3) Peserta pelatihan, untuk setiap jenis materi pembelajaran yang akan dikembangkan
di kelas, sasaran ini ditetapkan untuk mencocokan keinginan dan kemampuan pelatih
(tutor) dalam mengembangkan proses dan materi pelatihan (pembelajaran).

Peserta pelatihan

Keluarga (Orang Tua) Pelaksana Pelatihan

(Ishak Abdulhak, 2000:34)

Tanda panah di bawah bagan di atas menggambarkan bahwa pelaksanaan identifikasi


kebutuhan pelatihan (kebutuhan belajar) dimulai dari identifikasi kepada kedua pihak
(keluarga, orang tua, dan pengelola pelatihan) kemudian penetapan keputusannya
disesuaikan dengan jenis kebutuhan pelatihan yang diharapkan oleh peserta.
Teknik yang digunakan dalam kegiatan identifikasi kebutuhan model ini adalah
kuesioner, dan inventori yang disampaikan kepada ketiga pihak di atas, yang intinya
menanyakan atau menyusun daftar jenis-jenis kebutuhan belajar yang diduga diperlukan
untuk peserta.
Sebagai contoh:
Materi-materi apa yang perlu dimiliki oleh peserta pelatihan (sasaran), sesuai dengan
mata pelajaran dalam pelatihan ……….?

1. ...............
2. ...............
3. ...............

183
Pembelajaran Dalam Pelatihan
Riva Rizkin Faliq Muhtar NIM : 4103810318057

4. ...............
5. ...............

Hasil identifikasi tersebut dikelompokan ke dalam rumpun-rumpun pengetahuan


dan keterampilan, kemudian ditetapkan prioritas. Selanjutnya, jenis kebutuhan belajar
dalam pelatihan terpilih dikembangkan ke dalam bentuk program belajar yang akan
digunakan oleh peserta pelatihan (sasaran). Begitu pula dalam memilih metoda, bahan
dan alat pembelajaran dalam pelatihan.
3. Model Klasik
Model klasik ini ditujukan untuk menyesuaikan bahan belajar yang telah ditetapkan
dalam kurikulum atau program belajar dengan kebutuhan belajar yang dirasakan peserta
pelatihan (sasaran). Berbeda dengan model yang pertama, pada model ini pelatih (tutor)
telah memiliki pedoman yang berupa kurikulum, umpamanya Kurikulum pelatihan
prajabatan, kurikulum pelatihan kepemimpinan, satuan pelajaran dalam pelatihan, modul,
hand-out dll. Identifikasi kebutuhan belajar pelatihan dilakukan secara terbuka dan
langsung kepada peserta pelatihan (sasaran) yang sudah ada di kelas. Pelatih (tutor)
mengidentifikasi kesenjangan di antara kemampuan yang telah dimiliki peserta pelatihan
(sasaran) dengan bahan belajar yang akan dipelajari.
Tujuan dari model klasik ini adalah untuk mendekatkan kemampuan yang telah
dimiliki dengan kemampuan yang akan dipelajari, sehingga peserta pelatihan (sasaran)
tidak akan memperoleh kesenjangan dan kesulitan dalam mempelajari bahan belajar yang
baru. Keuntungan dari model ini adalah untuk memudahkan peserta pelatihan (sasaran)
dalam mempelajari bahan belajar, di samping kemampuan yang telah dimiliki akan
menjadi modal untuk memahami bahan belajar yang baru. Kelemahannya adalah bagi
peserta pelatihan (sasaran) yang terlalu jauh kemampuan dasarnya dengan bahan belajar
yang akan dipelajari menuntut untuk mempelajari terlebih dahulu kesenjangan
kemampuan tersebut, sehingga dalam mempelajari kebutuhan belajar yang
diharapkannya membutuhkan waktu yang lama. Langkah- langkah kegiatan pada model
klasik ini adalah sebagai berikut:

184
Pembelajaran Dalam Pelatihan
Riva Rizkin Faliq Muhtar NIM : 4103810318057

Mengidentifikasikan kemampuan pada tujuan


pelatihan

Mengidentifikasikan kemampuan peserta


pelatihan (sasaran)

Menetapkan kesenjangan kebutuhan pelatihan

Mengembangkan program pelatihan

Melaksanakan kegiatan pelatihan

Penilaian

Kegiatan identifikasi kebutuhan pelatihan model klasik ini dilakukan pelatih


kepada peserta pelatihan, dengan cara pemberian tes, wawancara, atau kartu kebutuhan
belajar, untuk menetapkan kemampuan awal peserta (entry behaviour level). Selanjutnya,
kemampuan awal tersebut dibandingkan dengan susunan pengetahuan yang terdapat
dalam materi (modul, satpel dll) yang sudah ada. Apabila pelatih (tutor) memperoleh hasil
bahwa kemampuan peserta pelatihan (sasaran) di bawah batas awal bahan belajar yang
terdapat pada program belajar, maka peserta pelatihan (sasaran) perlu memberikan
supplement terlebih dahulu, sampai mendekati batas bahan pelatihan yang akan dipelajari.
Namun, apabila pelatih (tutor) memperoleh hasil bahwa kemampuan awal sudah berada
pada pokok bahasan yang ada pada program, maka peserta pelatihan bertugas untuk
menetapkan strategi belajar dalam pelatihan yang tepat untuk membelajarkan peserta dari
pokok bahasan pertama. Penetapan metode belajar ini ditujukan untuk menghilangkan
kebosanan pada diri peserta.
c. Model-model Pelatihan berdasar pada Proses dan Materi Latihan. Subject Matter
Analysis (SMA).
Ada beberapa model latihan yang dikembangkan para ahli yang disesuaikan
dengan pendekatan, strategi serta materi latihan, Model-model pelatihan tersebut

185
Pembelajaran Dalam Pelatihan
Riva Rizkin Faliq Muhtar NIM : 4103810318057

sebenarnya sudah lama dikembangkan, namun sampai saat ini model-model tersebut
masih tetap dipergunakan namun demikian proses dan langkah-langkahnya disesuaikan
dengan perkembangan kemampuan sasaran pelatihan, masalah-masalah yang perlu
dipecahkan, kebutuhan kurikulum dan metodelogi pelatihan itu sendiri. Pelatihan-
pelatihan tersebut diantaranya adalah:
Model latihan keterampilan kerja (Skill training for the job) model latihan ini
dikembangkan oleh Louis Genci (1966). Model ini mencakup empat langkah yang harus
ditempuh dalam penyelenggaraan pelatihan. Langkah pertama, mengkaji alasan dan
menetapkan program latihan.
Kegiatan lainnya mencakup identifikasi kebutuhan, penentuan tujuan latihan,
analisis isi latihan, dan pengorganisasian program latihan. Kedua, merancang tahapan
pelaksanaan latihan. Kegiatannya mencakup penentuan pertemuan-pertemuan formal dan
informal selama latihan (training sessions), dan pemahaman terhadap masalah-masalah
pada peserta latihan. Ketiga, memilih sajian yang efektif. Kegiatannya mencakup
pemilihan dan penentuan jenis-jenis sajian, pengkondisian lingkungan termasuk di
dalamnya penggunaan sarana belajar dan alat bantu, dan penentuan media komunikasi.
Keempat, melaksanakan dan menilai hasil latihan. Kegiatannya meliputi transformasi
pengetahuan dan keterampilan dan nilai berdasarkan program latihan, serta evaluasi
tentang perubahan tingkah laku peserta setelah mengikuti program latihan.
Otto dan Glaser (1970) dalam bukunya yang berjudul “The Management of
Training: A Handbook for Training and Development Personnel”, mengemukakan Model
Pengembangan Strategi Latihan. Model ini terdiri atas lima langkah. Pertama,
menganalisis masalah latihan. Kedua, merumuskan dan mengembangkan tujuan - tujuan
latihan. Ketiga, memilih bahan latihan, media belajar, metode dan teknik latihan.
Keempat, menyusun kurikulum dan unit, mata latihan, dan topik latihan. Kelima, menilai
hasil latihan.
Parker mengembangkan Model Rancang Bangunan Latihan dan Evaluasi
(Training Design and Evaluation Model) sebagaimana dimuat Craig dalam buku
“Training and Development Handbook: A Guide to Human Resource Development”
(1976: 19-2). Model ini terdiri atas tujuh tahapan kegiatan. Ketujuh tahapan kegiatan itu
adalah menganalisis kebutuhan-kebutuhan latihan, mengembangkan tujuan-tujuan
latihan, merancang kurikulum latihan, merancang dan memilih latihan, merancang

186
Pembelajaran Dalam Pelatihan
Riva Rizkin Faliq Muhtar NIM : 4103810318057

pendekatan evaluasi latihan, melaksanakan program latihan, dan mengukur hasil latihan.
Tahapan-tahapan tersebut merupakan kegiatan berangkai dan berurutan.
Crone dan Hunter (1980), dalam buku “From the Field-Tested Participatory Activities
for Trainers”, memaparkan model pelaksanaan latihan yang terdiri atas empat langkah
(Model empat langkah). Langkah pertama adalah mempersiapkan kelompok belajar. Ke
dalam langkah ini termasuk upaya menggali harapan warga belajar terhadap program
latihan, pembinaan keakraban dan kerjasama di antara mereka, pembagian sub-sub
kelompok. Langkah kedua ialah mengidentifikasi kebutuhan belajar dan analisis tujuan
latihan. Kegiatannya mencakup pengumpulan informasi tentang kebutuhan belajar para
warga belajar dari para warga belajar, dan dari masyarakat dan lembaga terkait dengan
tugas atau aktivitas warga belajar. Analisis tujuan latihan didasarkan atas kebutuhan
belajar tersebut. Langkah ketiga adalah memilih dan mengembangkan metode serta
bahan belajar. Kegiatan ini mencakup analisis model tingkah laku yang sedang dan akan
ditampilkan oleh warga belajar, menentukan bahan belajar dan tahapan pembelajaran,
serta memilih teknik- teknik pembelajaran. Langkah Keempat yaitu menilai pelaksanaan
dan hasil latihan.
Termasuk ke dalam kegiatan ini adalah menentukan strategi evaluasi terhadap proses dan
perolehan latihan. Langkah-langkah tersebut saling berkaitan antara yang satu dengan
yang lainnya.
Parker (1976) mengembangkan model latihan yang dapat dinamai Model Tujuh
Langkah (The Seven-step Model). Model ini mencakup langkah-langkah sebagai berikut.
Pertama adalah melaksanakan identifikasi dan analisis kebutuhan latihan. Kedua ialah
merumuskan dan mengembangkan tujuan-tujuan latihan. Ketiga, merancang kurikulum
latihan. Keempat, Memilih dan mengembangkan metode latihan. Kelima, menentukan
pendekatan evaluasi latihan. Keenam, melaksanakan program latihan. Ketujuh,
melakukan pengukuran hasil latihan. Langkah-langkah hendaknya dilakukan secara
berurutan. Namun, hasil langkah ketujuh, yaitu pengukuran hasil latihan, dapat digunakan
sebagai masukan bagi langkah kedua, yaitu untuk mengembangkan tujuan-tujuan latihan
atau langkah pertama, yaitu untuk mengidentifikasi dan menganalisis kebutuhan-
kebutuhan latihan.
Model latihan lainnya dikembangkan oleh Centre for International Education
(CIE) University of Massachusetts. Model latihan Sembilan Langkah. Urutan langkah

187
Pembelajaran Dalam Pelatihan
Riva Rizkin Faliq Muhtar NIM : 4103810318057

model ini adalah sebagai berikut:


1. Mengidentifikasi kebutuhan, sumber-sumber, dan kemungkinan hambatan.
2. Merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus latihan.
3. Menyusun dan mengembangkan alat penilaian awal (pre-test) dan alat penilaian
akhir (post-test) peserta latihan
4. Menyususn urutan kegiatan latihan dan mengembangkan bahan belajar.
5. Melatih para pelatih dan staf program latihan.
6. Melakukan penilaian awal terhadap peserta latihan.
7. Melaksanakan program latihan.
8. Melakukan penilaian akhir terhadap peserta latihan.
9. Melakukan penilaian program latihan dan memberikan umpan balik. Umpan balik dari
hasil evaluasi program dapat digunakan untuk kesembilan langkah tersebut di atas.
Model Sembilan Langkah tersebut pernah diterapkan dalam beberapa program
latihan di Indonesia.
Model Latihan Partisipatif (Participatory Training Model). Model latihan ini mencakup
10 langkah kegiatan berurutan yang dapat digambarkan sebagai berikut. Model pelatihan
ini sebenarnya merupakan pembaharuan (inovasi) dari model-model yang telah diuraikan
terdahulu. Model pembelajaran partisipatif sebenarnya menekankan pada proses
pembelajaran, di mana kegiatan belajar dalam pelatihan dibangun atas dasar partisipasi
aktif (keikut sertaan) peserta pelatihan dalam semua aspek kegiatan pelatihan, mulai dari
kegiatan merencanakan, melaksanakan, sampai pada tahap menilai kegiatan
pembelajaran dalam pelatihan. Upaya yang dilakukan pelatih pada prinsipnya lebih
ditekankan pada motivasi dan melibatkan kegiatan peserta.

188
Pembelajaran Dalam Pelatihan
Riva Rizkin Faliq Muhtar NIM : 4103810318057

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1992). Undang-Undang Republik


Indonesia dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. Bagian Proyek Pengembangan
Ketenagaan Diklusepora Direktorat Jenderal Pendidikan Luas Sekolah Pemuda, dan
Olahraga Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta
Laird, Dugan. (1985). Approaches To Training and Development. Second Edition.
Addison-Wesley Publishing Company
Rossett, Allison & W. Arwady, Joseph. (1987). Training Needs Assesment.
Educational Technology Publications Englewood Cliffs, New Jersey 07632
Sudjana, D., (1993), Metoda dan teknik pembelajaran partisipatif, Bandung,
Nusantara Press.
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/196111
091987031001-MUSTOFA_KAMIL/Model-model_pelatihan.pdf

189
Pembelajaran Dalam Pelatihan
Siti Sutini NIM : 4103810318022

LINGKUNGAN PENDIDIKAN ANAK UDIA DINI- ORANG TUA SEBAGAI


GURU PERTAMA

Siti Sutini
SEKOLAH PASCA SARJANA UNINUS

Abstrak
Pendidikan anak usia dini merupakan satuan pendidikan yang terdiri dari
pendidikan formal, non formal dan informal. Lembaga pendidikan anak usia dini formal
atau pun non formal sering dijumpai dilingkungan sekitar. Sedangkan satuan pendidikan
informal yaitu keluarga sering dilupakan dan dianggap tidak memiliki pengaruh
terhadap perkembangan anak usia dini. Sebagai salah satu bagian pendidikan, keluarga
adalah lingkungan yang pertama anak kenali. Orang tua sebagai guru pertama anak
berkewajiban menanamkan karakter yang positif agar masa perkembangan anak
berkembang sesuai tahapannya. Selain orang tua sebagai role model, haruslah lebih
bijak memilih perlakuan yang diberikan kepada anak, karena anak akan mengamati
setiap sikap yang dilakukan oleh orang tua.

Kata Kunci: Orang tua, guru pertama,Anak

A. Latar Belakang
Dalam masa perkembangan anak usia dini, lingkungan terdekat anak akan
menjadi bagian yang paling penting di masa perkembangannya. Keluarga sebagai
lingkungan yang paling dekat dengan anak memiliki pengaruh yang besar dalam
proses Pendidikan aanak usia dini.
Orang tua sebagai bagian dari keluarga yang berinteraksi dengan anak pertama
kali, memberikan kesan yang sangat mendalam bagi anak. Sebelum memasuki
lingkungan sekolah, rumah adalah sekolah pertama yang akan anak alami. Dengan
rumah sebagai sekolahnya, orang tua sebagai guru pertama yanag akan ditemui anak.
B. Landasan Teori
Menurut Ngalim Purwanto (2007 : 80) orang tua adalah pendidik
sejati,pendidik karena kodratnya. Oleh karena itu kasih sayang orang tua terhadap
anak-anak hendaklah kasih sayang yang sejati pula, yang berarti pendidik atau orang
tua mengutamakan kepentingan dan kebutuhan anak-anak, dengan mengesampingkan
keinginan dan kesenangan sendiri. Pada hakekatnya keluarga atau rumah tangga
merupakan tempat pertama dan yang utama bagi anak untuk memperoleh pembinaan

190
Lingkungan Pendidikan Anak Udia Dini- Orang Tua Sebagai Guru Pertama
Siti Sutini NIM : 4103810318022

mental dan pembentukan kepribadian yang kemudian ditambah dan disempurnakan


oleh sekolah.
Dalam hal ini hendaknya orang tua harus ingat bahwa pendidikan berdasarkan
kasih sayang saja kadang-kadang mendatangkan bahaya. Kasih sayang harus dijaga
jangan sampai berubah menjadi memanjakan anak. Kasih sayang harus dilengkapi
dengan pandangan yang sehat tentang sikap orang tua terhadap anak. Dari penjelasan
di atas, dapat dikatakan bahwa peran orang itu sangat penting, karena tanpa peran
orang tua, semuanya tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, merekalah yang
memberikan kita kasih sayang yang tulus,yang tidak pernah kita dapatkan kepada
orang lain.
ST.Vembriarto (1990:39-41), mempunyai 7 fungsi yang ada hubungan keluarga
dengan kehidupan anak yaitu :
a) Fungsi biologi : keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak secara biologis
anak berasal dari orang tuanya.
b) Fungsi afeksi : keluarga merupakan tempat terjadinya hubungan social yang penuh
dengan kemesraan dan afeksi (penuh kasih sayang dan rasa aman).
c) Fungsi sosialisasi : keluarga dalam membentuk kepribadian anak. Melalui
interaksi sosial dalam keluarga anak mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap,
keyakinan, cita-cita dan nilai-nilai dalam masyarakat dalam rangka perkembangan
kepribadiannya.
d) Fungsi pendidikan : keluarga sejak dahulu merupakan institusi pendidikan.
Dahulu keluarga merupakan satu-satunya institusi untuk mempersiapkan anak
agar dapat hidup secara sosial dan ekonomis di masyarakat. Sekarangpun keluarga
dikenal sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan utama dalam
mengembangkan dasar kepribadian anak. Selain peran orang tua dalam
membangkitkan motivasi seorang anak dapat dikategorikan sebagai sesuatu yang
penting dimana orang tua berperan merangsang atau menumbuhkan rasa motivasi
dalam diri anak.
Menurut Hasbullah (2008:89) Tanggung jawab pendidikan yang perlu
disadarkan dan dibina kedua orang tua terhadap anak antara lain:

191
Lingkungan Pendidikan Anak Udia Dini- Orang Tua Sebagai Guru Pertama
Siti Sutini NIM : 4103810318022

1) Memelihara dan membesarkannya, tanggung jawab ini merupakan dorongan alami


untuk dilaksanakan karena anak memerlukan makan, minum, dan perawatan agar ia
dapat hidup secara berkelanjutan.
2) Melindungi dan menjamin kesehatannya, baik secara jasmaniah maupun rohaniah
dari berbagai gangguan penyakit atau bahaya lingkungannya yang dapat
membahayakan dirinya.
3) Mendidiknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna
bagi kehidupannya kelak sehingga ia telah dewasa mampu berdiri sendiri dan
membantu orang lain.
4) Membahagiakan anak untuk dunia dan akhirat dengan memberinya pendidikan
agama sesuai dengan ketentuan Allah SWT.keluarga atau orang tua sebagai kesatuan
hidup bersama,
C. Pembahasan
Kegiatan dan proses pendidikan dapat terjadi dalam tiga lingkungan yaitu
keluarga, sekolah dan masyarakat. Ketiga lingkungan ini harus bekerja sama dan
saling mendukung untuk hasil yang maksimal dalam membentuk kepribadian seorang
anak yang baik dan sholeh.
Lingkungan pertama yang punya peran adalah lingkungan keluarga, disinilah
anak dilahirkan,di rawat dan dibesarkan. Disinilah proses pendidikan berawal, orang
tua adalah guru pertama dan utama bagi anak. Orang tua adalah guru agama, bahasa
dan sosial pertama bagi anak, kenapa demikian? Karena orang tua (ayah) adalah orang
yang pertama kali melafazdkan adzan dan iqomah ditelinga anak di awal kelahirannya.
Orang tua adalah orang yang pertama kali mengajarkan anak berbahasa dengan
mengajari anak mengucapkan kata ayah,ibu, nenek, kakek dan anggota keluarga
lainnya. Orang tua adalah orang yang pertama mengajarkan anak bersosial dengan
lingkungan sekitarnya.
Orang tua, ibu khususnya karena seorang ibu yang biasanya punya banyak
waktu bersama anak dirumah, bisa menjadi guru yang baik bagi anak-anaknya, jika
seorang ibu mampu mengarahkan, membimbing dan mengembangkan fitrah dan
potensi anak secara maksimal pada tahun-tahun pertama kelahiran anak dimana anak
belum disentuh oleh lingkungan lain, dalam artian anak masih suci. Masa-masa anak

192
Lingkungan Pendidikan Anak Udia Dini- Orang Tua Sebagai Guru Pertama
Siti Sutini NIM : 4103810318022

hanya berinteraksi dengan anggota keluarga, ini adalah saat yang tepat bagi orang tua
untuk membentuk karakter seorang anak.
Orang tualah yang mengarahkan kehidupan anak dengan kebiasaan yang
dilakukan sehari-hari dirumah yang merupakan teladan bagi anak. Disadari atau tidak
oleh orang tua, gerak-gerik dan tingkah laku mereka sehari-hari yang setiap waktu
bahkan setiap saat dilihat, dirasakan dan di dengar oleh anak adalah proses belajar bagi
mereka. Kalau materi yang sering diterima anak baik, sebuah keluarga yang harmonis,
hubungan yang hangat dan penuh kasih sayang, secara otomatis unsur-unsur kebaikan
itu akan tertransfer kedalam diri anak, disaat itu bisa dikatakan orang tua telah berhasil
menjadi seorang guru yang baik bagi anaknya. Namun jika materi yang sering diterima
anak tidak baik, seperti kekerasan dalam rumah tangga, perhatian dan kasih sayang
yang kurang karena orang tua sibuk dengan urusan masing-masing, ucapan-ucapan
yang tidak baik, disaat itu orang tua telah gagal menjadi guru pertama dan utama bagi
anak.
Proses kehidupan dalam sebuah keluarga adalah proses belajar pertama bagi
anak sebelum mereka hidup dalam lingkungan yang lebih luas yaitu sekolah dan
masyarakat. Oleh karena itu seharusnya setiap orang tua harus mampu memanfaatkan
masa-masa ini untuk mengembangkan potensi anak untuk membentuk pribadi yang
sempurna. Setiap oarng tua selalu mengatakan dan berharap punya anak yang baik dan
sholeh. Jadi untuk mewujudkan keinginan dan harapan itu, jadilah orang tua sekaligus
guru bagi anak dirumah, dengan menyajikan materi-materi yang mereka butuhkan
yaitu suasana yang tenang tanpa pertengkaran dan kekerasan, kasih sayang dan
perhatian yang cukup dari sosok seorang ibu dan ayah (jadilah ayah dan ibu ideal bagi
anak-anak Anda).
Selanjutnya agar fitrah dan potensi anak semakin berkembang dan terarah,
yang mungkin dalam hal ini orang tua punya keterbatasan, anak mendapatkan
bimbingan dan arahan dari guru disekolah sebagai lembaga pendidikan secara formal.
Disini anak di didik dan dibimbing oleh seorang guru, dan anak berinteraksi dengan
teman sebaya.Di sekolah terlihat hasil dari pola asuh orang tua dirumah sebelum anak
terjun kelingkungan sekolah. Ada anak yang baik dan punya sopan santun, dan ada
juga yang terbiasa berkata tidak sopan dan banyak lagi macam karakter-karakter anak

193
Lingkungan Pendidikan Anak Udia Dini- Orang Tua Sebagai Guru Pertama
Siti Sutini NIM : 4103810318022

yang lain. Semua model karakter anak tersebut adalah hasil dari didikan orang tua
dirumah.
Sesuatu yang ditanamkan dan dibiasakan oleh orang tua sebagai dasar karakter
anak itulah yang kelihatan dalam diri anak pada tahap berikutnya. Perbedaan-
perbedaan ini bisa terlihat ketika anak-anak berkumpul dan bergabung jadi satu,
disanalah terlihat bermacam-macam kepribadian dan karakter mereka. Tugas guru
disini membantu orang tua untuk membimbing dan mengembangkan potensi anak agar
lebih terarah. Sekali lagi sifatnya hanya membantu, semaksimal apapun usaha yang
dilakukan seorang guru tanpa bantuan dari orang tua hasilnya sia-sia. Karena waktu
guru bersama anak dan orang tua bersama anak berbanding 25% dan 75%. Anak lebih
kurang hanya punya waktu 25% perhari bersama guru disekolah, sisanya 75% lagi
anak menghabiskan waktu bersama orang tua dirumah. Lagi pula saat anak berada
disekolah, seorang guru tidak akan mampu memperhatikan anak didiknya satu persatu
yang kadang jumlahnya melebihi kapasitas, dan dalam masalah ini guru tidak punya
wewenang apa-apa, guru hanya menjalankan tugas mengajar dan menjadi seorang
pendidik.
Intinya walaupun anak sudah diserahkan kesekolah bukan berarti urusan
pendidikan anak adalah tanggung jawab sekolah dan orang tua lepas tangan dan
melalaikan pendidikan anak. Yang harus dilakukan adalah orang tua menjalin kerja
sama dan komunikasi yang baik dengan pihak sekolah atau guru, agar tidak terjadi
kesalah pahaman dalam mendidik anak.
Setelah orang tua dibantu oleh guru disekolah, selanjutnya anak akan masuk
pada lingkungan sosial yaitu masyarakat. Kematangan anak untuk masuk pada
lingkungan masyarakat tidak terlepas dari peran orang tua. Tentunya orang tua telah
mempersiapkan anaknya untuk memasuki lingkungan masayarakat, disekolah juga
anak telah belajar hidup bersosial dengan adanya interaksi antara anak yang satu
dengan yang lainnya. Pelajaran yang diperoleh anak dari orang tua dan guru menjadi
bekal bagi anak untuk berinteraksi dengan lingkungan sosial yang lebih luas.
Tugas lingkungan masyarakat adalah memelihara dan melestarikan apa yang
sudah dimiliki anak, dengan cara menciptakan lingkungan masyarakat yang sehat dan
bebas dari penyimpangan-penyimpangan yang bisa merusak jiwa anak. Usaha ini
masih titik awalnya berasal dari setiap orang tua, karena masyarakat itu merupakan

194
Lingkungan Pendidikan Anak Udia Dini- Orang Tua Sebagai Guru Pertama
Siti Sutini NIM : 4103810318022

gabungan dari satu keluarga dengan keluarga lainnya. Apabila setiap orang tua yang
ada disatu lingkungan yang disebut masyarakat sudah melaksanakan kewajiban, tugas
dan tanggung jawab masing-masing pada anaknya niscaya akan tercipta lingkungan
yang baik dan sehat selanjutnya anak juga akan berkembang dengan baik dan
sempurna.
Dari uraian di atas terlihat jelas bahwa titik awal dari pembentukan kepribadian
seorang anak dan masyarakat adalah orang tua. Seandainya setiap orang tua menyadari
tugas dan tanggung jawabnya serta mampu menjadi guru pertama bagi anak-anaknya,
mungkin akan terlahir generasi muda yang punya kepribadian tangguh dan anak-anak
sholeh.

D. Simpulan
Al umm madrasatul ula wal aula, Ibu adalah madrasah pertama dan
utama. tempat berlangsungnya proses pendidikan anak maka orang tua sebagai
penanggung jawab pendidikan keluarga harus benar-benar dapat mengkondisikan
lingkungan keluaraga dengan suasana pendidikan. Pengkondisian ini dilaksanakan
melalui pengajaran pembiasaan dan keteladanan. Dengan adanya pengkondisian ini.,
diharapkan nantinya anak-anak akan tumbuh dan berkembang sebagai manusia-
manusia Pendidikan yang berguna bagi dirinya sendiri, agamnya, keluarganya dan
masyarakatnya sehingga anak akan menjadi generasi penerus yang berakhlaqul
karimah.

E. Daftar Pustaka
Saefullah 2012 Psikologi Perkembangan dan Pendidikan Pustaka Setia Bandung
Prof DR Moh Shochib Pola Asuh Orang Tua
Istiqamah 2017 Madrasah terbaik itu Ibu MediaGuru

195
Lingkungan Pendidikan Anak Udia Dini- Orang Tua Sebagai Guru Pertama
Wiwin Supriatin NIM : 4103810318021

PENTINGNYA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


DI ERA GLOBALISASI

Wiwin Supriatin,S.Pd.
SEKOLAH PASCA SARJANA UNINUS

Abstrak
Era globalisasi saat ini membawa pengaruh dan dampak terhadap
perkembangan pendidikan anak usia dini secara signifikan. Anak usia dini kini
dihadapkan dengan persoalan dan dinamika zaman yang kompleks. Hal ini ditandai
dengan derasnya arus informasi, komunikasi, dan teknologi dalam setiap lini
kehidupan. Oleh karena itu, upaya memfilterisasi anak seyogyanya melalui penanaman
karakter dan orang tua diharapkan mampu memahami pentingnya nilai-nilai
pendidikan sejak usia dini. Anak-anak harus mengeksplor kemampuannya secara
variatif melalui bermain, karena pada tahap ini anak memiliki karakteristik unik, aktif,
energik, dan memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusiasme pada banyak hal untuk
dapat berpetualang, serta kaya dengan fantasi. Manfaat bermain bagi anak usia dini
untuk dapat menjalin solidaritas, kerjasama dengan teman, rasa memiliki,
persaudaraan, cinta lingkungan, kejujuran dan melahirkan karakter yang sesuai
dengan nilai-nilai tumbuh kembang anak.

Kata kunci: pendidikan anak usia dini, di era globalisasi.

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang sedang mengalami dinamika dan
perkembangan globalisasi yang sangat signifikan. Kondisi tersebut menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dalam kehidupan seorang anak. Hal itu ditandai dengan derasnya arus
informasi, komunikasi, serta semakin menjamurnya teknologi dan modernisasi di segala
bidang kehidupan. Globalisasi yang dirasakan saat ini berdampak terhadap dunia
pendidikan, termasuk dalam pendidikan anak. Anak merupakan harapan bangsa dan
negara yang menjadi tumpuan segenap bangsa Indonesia. Oleh karena itu,anak harus
mendapatkan perhatian dan pendidikan sejak usia dini.Hal ini pada hakikatnya bahwa
pendidikan anak merupakan hak dasar untuk memperoleh pendidikan, sehingga menjadi
modal utama untuk menyiapkan anak yang berkualitas yang berkembang secara optimal
baik fisik maupun psikis.Sehingga diharapkan pendidikan pada anak usia dini dapat
menjadi landasan dan pijakan bahwa pentingnya pendidikan anak usia dini era
globalisasi saat ini.

196
Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini Di Era Globalisasi
Wiwin Supriatin NIM : 4103810318021

Konsep pendidikan menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang


sistem pendidikan nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara
(Depdiknas, 2003:1).
Dalam konteks pendidikan, maka anak di posisikan sebagai subjek dan objek dalam
proses pembentukan karakter anak sejak dini dan menjadikan anak cerdas secara
komprehensif. Hal itu mengacu pada UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada Pasal 3 menyatakan bahwa “pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”. Pendidikan nasional
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab (Depdiknas, 2003:4).
Secara yuridis,konseptualisasi pendidikan anak usia dini (PAUD) dijelaskan
dalam pasal 1 ayat 14 Undang-undang nomor 20 tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan
Nasionalbahwa Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepadaanak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
melalui pemberianrangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmanidan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut (Depdiknas, 2003:2).
Sementara itu, implementasi pendidikan anak usia dini di Indonesia diselenggarakan
sebelum jenjang pendidikan dasar.Hal ini bertujuan untuk dapat mengembangkan
kemampuan anak dan menggali potensi anak yang dimiliki sejak dini.Adapun
penyelenggaraan pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui: (1) jalur
pendidikan formalberbentuk taman kanak-kanak (TK), Raudhatul Athfal (RA), atau
bentuk lain yang sederajat, (2) jalur Pendidikan nonformal berbentuk kelompok bermain
(KB), taman penitipan anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat, dan (3) jalur

197
Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini Di Era Globalisasi
Wiwin Supriatin NIM : 4103810318021

pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang


diselenggarakan oleh lingkungan (Depdiknas, 2003:9).
Pendidikan anak usia dini di Indonesia saat ini sedang mengalami perkembangan
yang signifikan. Hal ini sejalan dengan kesadaran orang tua dan insan pendidikan
terhadap pendidikan anak. Seiring dengan peningkatan pemahaman orang tua terhadap
pentingnya pendidikan anak sejak usia dini, maka pada saat ini semakin menjamurnya
lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini yang beredar di Indonesia. Namun
demikian, masih banyak problematika dalam proses pendidikan anak usia dini yang
menjadi tantangan dalam menghadapi era globalisasi.Situasi globalisasi saat ini,anak
usia dini dihadapkan dalam situasi lingkungan yang berbeda, karena hal ini dilihat dari
banyaknya tantangan, hambatan baik internal maupun eksternal dalam kehidupan
bermasyarakat.
Selain itu, sejalan dengan perkembangan globaliasasi dewasa ini ditandai dengan
kemajuan teknologi yang semakin pesat disegala penjuru bidang kehidupan.Situasi
lingkungan yang tidak mendukung dan belum memadai sangat mempengaruhi
perkembangan anak ditinjau dari psikologis dan sosiologis. Sehingga secara sosiologis,
anak-anak zaman sekarang lebih cenderung egois, individualis dan kurangnya interaksi
dengan orang lain, karena disebabkan anak lebih suka menonton tayangan TV dan
tayangan-tayang yang tidak mendidik. Hal ini sangat mempengaruhi tingkat
perkembangan anak untuk kelanjutan masa depannya.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dipahami bahwa pendidikan anak usia dini
menjadi bagian penting dalam kehidupan seseorang terutama bagi orang tua dan para
pendidik untuk lebih aktif dalam mengembangkan dan menumbuhkan stimulasianak
baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Sehingga orang tua dan para pendidik,
pengasuh anak dengan rasa senang melakukan proses pendidikan anak sejak dini
dengan melakukan aktivitas permainan yang dapat mengembangkan kemampuan otak
anak, serta melatih anak untuk dapat membentengi dari pengaruh globalisasi. Oleh
karena itu, saatnya konsep mementingkan kembali pendidikan anak usia dini untuk
dapat dijadikan sebagai wahana pengembangan anak usia dini, khususnya dalam
memfilterisasi pengaruh global.

198
Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini Di Era Globalisasi
Wiwin Supriatin NIM : 4103810318021

B. Landasan Teori
Pendidikan anak usia dini menjadi instrumen dalam mengembangkan
kemampuan dan menggali potensi anak yang dimiliki sejak dini. Hal ini di maksudkan
untuk menstimulasi perkembangan anak sesuai dengan perkembangan anak. Stimulasi
menjadi hal penting dalam upaya mengembangkan kemampuan anak secara optimal.
Hal ini didasarkan bahwa pada masa ini, anak berada dalam masa keemasan
disepanjang rentang usia perkembangan manusia sebagaimana diungkapkan oleh
Montessori dalam Sujiono yang mengatakan bahwa masa ini merupakan periode sensitif
(Sensitif periods), selama masa inilah anak secara khusus mudah menerima stimulus-
stimulus dari lingkungannya (Sujiono, 2010:20).
Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa usia keemasan merupakan masa dimana anak mulai
peka untuk menerima berbagai stimulasi dan berbagai upaya pendidikan dari
lingkungannya baik disengaja maupun tidak disengaja (Sujiono, 2010:20).Keemasan
yang dimiliki oleh anak usia dini dapat berkembang sesuai dengan tingkat usia
perkembangannya dengan akvitas yang memberikan kesempatan pada anak untuk
bereksplorasi, imajinasi, kreasi.
Sementara itu, menurut Catron dan Allen (1999:23-26) menambahkan bahwa terdapat 6
aspek perkembangan anak usia dini, yaitu kesadaran personal, kesehatan emosional,
sosialisasi, komunikasi, kognisi dan keterampilan motorik sangat penting dan harus
dipertimbangkan sebagai fungsi interaksi.Aspek perkembangan tersebut dapat menjadi
acuan dalam memberikan stimulasi pada anak usia dini. Sehingga perkembangan anak
dapat tumbuh dan berkembang secara optimal berdasarkan pemahaman yang dimiliki
oleh orang disekitarnya dengan memberikan permainan yang dapat melatih anak untuk
dapat berkembang berdasarkan tingkat kemampuannya.
Dengan demikian, pada masa anak usia dini menjadi masa emas dengan
berbagai potensi dan karakteristik yang ada pada setiap perkembangannya. Hal ini
dikarenakan anak bersifat unik dan berbagai potensi dapat berkembang sesuai dengan
stimulasi yang diberikan secara langsung.
Berbicara konsep mengenai anak usia dini, Ki Hajar Dewantara (Nugraha, 2008: 48)
menjelaskan bahwa masa kanak-kanak berada pada rentang usia 1 sampai 7 tahun.
Selanjutnya menurut Hurlock (1980:20)menjelaskan bahwa masa kanak-kanak itu di
mulai setelah bayi yang penuh dengan ketergantungan, yaitu kira-kira usia 2 tahun

199
Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini Di Era Globalisasi
Wiwin Supriatin NIM : 4103810318021

sampai saat anak matang secara seksual, kira-kira 13 tahun untuk wanita dan 14 tahun
untuk laki-laki. Masa kanak-kanak di bagi lagi menjadi dua periode yang berbeda, yaitu
awal dan akhir masa kanak-kanak. Periode awal berlangsung dari umur 2-6 tahun, dan
periode akhir pada masa usia 6 sampaitiba saatnya anak matang secara seksual
(1980:20).
Berdasarkan kajian tersebut, bahwa pada masa kanak-kanak menjadi masa penting
dalam tahapan periode perkembangan manusia dengan mengembangkan potensi dan
karakteristik perkembangan anak usia dini. Sementara itu, Semiawan (Mariani, 2009:2)
menyebutkan bahwa anak usia dini dapat dikatakan sebagai usia yang belum dapat
dituntut untuk berpikir secara logis, yang ditandai dengan pemikiran sebagai berikut.
1. Berpikir secara konkrit, dimana anak belum dapat memahami atau memikirkan hal-
hal yang bersifat abstrak (seperti cinta dan keadailan).
2. Realisme, yaitu kecenderungan yang kuat untuk menanggapi segala sesuatu sebagai
hal yang riil atau nyata.
3. Egosentris, yaitu melihat segala sesuatu hanya dari sudut pandangnya sendiri dan
tidak mudah menerima penjelasan dari orang lain.
4. Kecenderungan untuk berpikir sederhana dan tidak mudah menerima sesuatu yang
majemuk.
5. Animisme, yaitu kecenderungan untuk berpikir bahwa semua objek yang ada
dilingkungannya memiliki kualitas kemanusiaan sebagaimana yang dimiliki anak.
6. Sentrasi, yaitu kecenderungan untuk mengonsentrasikan dirinya pada satu aspek dari
suatu situasi.
7. Anak usia dini dapat dikatakan memiliki imajinasi yang sangat kaya dan imajinasi ini
yang sering dikatakan sebagai awal munculnya bibit kreativitas pada anak.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak
dengan usia dibawah 8 tahun. Usia ini juga sering disebut usia emas (Golden Age). Usia
pada masa ini di klasifikasikan ke dalam kelompok anak usia SD kelas bawah (kelas 1-
3), Taman Kanak-Kanak/RA (Kindergarten), Kelompok Bermain (Play Group), dan
masa sebelumnya (masa bayi).
Karakteristik anak usia dini pada umumnya bersifat unik. Keunikan yang
dimiliki oleh anak adalah kemampuan dalam mengenali lingkungan sekitarnya. Selain
itu, anak juga memiliki karakteristik yaitu kemampuan dalam mencoba sesuatu dan

200
Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini Di Era Globalisasi
Wiwin Supriatin NIM : 4103810318021

melakukan hal-hal yang dilakukan oleh orang dewasa. Kegiatan dan aktivitas yang
diperankan oleh orang dewasa, anak mulai meniru gerakan secara sederhana dengan
rasa senang dan gembira.
Hal ini sejalan dengan pendapat Santoso (2004:51) karakteristik anak usia dini
pada usia 4-5 tahun secara umum yaitu: suka meniru, ingin mencoba, spontan, jujur,
riang, suka bermain, ingin tahu (suka bertanya), banyak gerak, suka menunjukan
akunya, unik dan lain-lain. Aktivitas yang menonjol dalam diri anak adalah suka meniru
dan mencoba sesuatu yang dimainkan oleh orang lain. Kegiatan ini menjadi
karakteristik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya. Karakteristik anak usia dini
merupakan bagian yang ada pada diri anak. Hal ini di amati dari perilakunya yaitu anak
sudah mulai mengenali lingkungan sekitarnya dengan rasa keingintahuannya dan
dilakukan secara spontan tanpa ada tekanan dari pihak manapun. Anak melakukan
permainan dengan rasa senang, dan penuh kegembiraan serta menunjukan keakuannya
sebagai cara untuk bisa menunjukan eksistensinya.
Sementara itu, menurut Bredecamp (Masitoh, 2007:114-116) menjelaskan
bahwa Anak usia dini bersifat unik, mengekpresikan perilakunya secara relatif spontan,
bersifat aktif dan energik, anak bersifat egosentris, memiliki rasa ingin tahu yang kuat
dan antusias terhadap banyak hal, bersifat eksploratif dan berjiwa petualang, kaya
dengan fantasi, masih mudah frustasi, kurang pertimbangan dalam bertindak, memiliki
daya perhatian yang pendek, merupakan masa belajar yang paling potensial, semakin
menunjukan minat terhadap teman. Hal lain yang di lakukan oleh anak adalah dengan
cara berekplorasi dan berimajinasi. Aktivitas ekplorasi dan imajinasi anak menjadi salah
satu ciri karakteristik anak usia dini. Oleh karena itu, pada anak usia dini menjadi
bagian penting dalam memunculkan kemampuan anak dalam mengembangkan
kemampuan kognitif anak secara optimal. Bermain menjadi ciri khas anak dalam
mengemkan kemampuan dirinya melalui kegiatan bermain peran dan bermain
kelompok.
Sedangkan menurut Mustafa (Nugraha, 2008:50-51) mengemukakan bahwa
karakteristik anak usia dini sebagai berikut:
1) menggunakan semua indera untuk menjelajahi benda, belajar melalui kegiatan
motorik dan partisipasi sosial,
2) rentang perhatiannya masih pendek, mudah bosan,

201
Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini Di Era Globalisasi
Wiwin Supriatin NIM : 4103810318021

3) mulai mengembangkan dasar-dasar keterampilan bahasa, bermain-main dengan


bunyi, mempelajari kosa kata dasar dengan konsep-konsepnya, mulai mempelajari
aturan yang bersifat implisit yang mengatur ekspresinya,
4) perkembangan keterampilan bahasa yang pesat,
5) aktif memperhatikan segala sesuatu tetapi dengan rentang atensi yang pendek,
6) menempatkan diri sebagai pusat dunianya sendiri, minat perilaku dan pikiran yang
terfokus pada diri (Egocentric),
7) serba ingin tahu tentang dunianya sendiri sebagai kanak-kanak,
8) mulai tertarik dengan bagaimana mekanisme kerja berbagai hal dan dunia luar di
sekitarnya. Anak usia dini mulai aktif melakukan aktivitas yang berhubungan
kegiatan yang melatih kemampuan fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial,
emosional dengan arahan dan petunjuk dari orang yang ada disekitarnya.
Dengan demikian, masa anak usia dini mempunyai karakteristik dan sifat yang menjadi
modal dalam mengembangkan potensinya dengan berbagai stimulasi sesuai dengan
tingkat perkembangan. Selain itu juga, masa anak usia dini memiliki tingkat keunikan
yang variatif.
Hal itu dapat dilihat dari aktivitas yang dimainkan oleh anak tersebut. Pendapat
lain diperkuat secara lebih lengkap oleh Ratnawati (2008:54-55) bahwa karakteristik
anak usia dini, khususnya hingga usia Taman Kanak-Kanak yaitu usia 4-5 tahun yang
dikaitkan dengan potensi-potensi belajarnya, terutama terkait dengan berpikir,
eksplorasi dan komunikasi yaitu sebagai berikut:
1) dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan jelas,
2) dapat menceritakan mengenai hal yang terjadi pada situasi nyata atau melalui
bantuan gambar,
3) dapat memberi informasi atau berbicara tentang pengalaman yang telah dilaluinya,
walaupun masih sulit dalam mencari atau menggunakan kata-kata untuk
diucapkannya ketika ditanya,
4) dapat mendongeng, bercanda, berhumor dan menjawab soal tebak-tebakan,
5) mampu menerima pesan-pesan yang diberikan,
6) dapat menghitung 5 hal atau buah ketika diminta,
7) dapat menulis dan menarik garis,
8) dapat menggambar orang, rumah, mesin-mesin, binatang,

202
Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini Di Era Globalisasi
Wiwin Supriatin NIM : 4103810318021

9) senang membuat dan membentuk sesuatu,


10) dapat menggunakan kata “dan” “ tetapi”,
11) mungkin mampu menulis nama “sendiri”
.Anak usia dini dalam proses pengembangan dirinya melalui dengan bermain
yang dapat mengasah kemampuan anak dari berbagai macam aspek pengembangan.
Kemampuan yang dimiliki oleh seorang anak dapat berjalan apabila, anak mampu
merasa nyaman dan senang dalam melakukan kegiatannya tersebut.
Dalam konteks ini, anak sudah mulai mengenali lingkungannya secara sederhana
dengan melakukan tindakan dan gerakan yang dapat menjadi pertanda bahwa pada masa
ini, anak menyadari dan merasakan sebagai bagian dari lingkungan sekitarnya. Anak
usia dini dengan berbagai karakteristiknya menjadi bagian penting dalam proses
pembelajarannya. Sehingga dapat menjadi suatu cara untuk bisa melakukan sesuai
dengan keinginannya dan menjawab rasa ingin tahunya. Sementara itu, Jamaris
(2006:23) menjelaskan bahwa pada usia taman kanak-kanak berada pada fase pra
operasional yang mencakup tiga aspek, diantaranya adalah:
(a) berpikir simbolis, yaitu kemampuan untuk berpikir tentang objek dan peristiwa
walaupun objek dan peristiwa tersebut tidak hadir secara fisik dihadapan anak,
(b) berpikir egosentris, yaitu cara berpikir tentang benar atau tidak benar, setuju atau
tidak setuju, berdasarkan sudut pandang sendiri. Oleh sebab itu, anak belum dapat
meletakan cara pandangnya disudut pandang orang lain,
(c) berpikir intuitif, yaitu kemampuan untuk menciptakan sesuatu, seperti menggambar
atau menyusun balok akan tetapi tidak mengetahui dengan pasti alasan untuk
melakukannya.
Berdasarkan uraian tersebut, hal ini dapat dijelaskan bahwa karakteristik anak usia dini
yaitu seorang anak sebagai individu unik yang mempunyai kemampuan untuk dapat
mengeksplorasi keinginan yang dikehendakinya sesuai dengan dunianya sendiri serta
mampu dan senang berkomunikasi dengan orang lain. Karakteristik anak usia dini
merupakan seorang anak yang selalu senang bermain dan ingin tahu tentang sesuatu
yang belum diketahui, sehingga anak dapat memahami makna dan arti dalam
kehidupannya sebagai seorang kanak-kanak.
Anak usia dini merupakan masa emas dengan berbagai karakteristik yang dimilikinya.
Pada masa ini, anak suka bermain yang menyenangkan dan ikut terlibat secara langsung

203
Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini Di Era Globalisasi
Wiwin Supriatin NIM : 4103810318021

dalam setiap aktivitas yang dilakukan oleh orang lain. Anak usia dini memiliki keunikan
tersendiri dalam meniru dan mencoba secara spontan apa yang dilihat sesuai dengan
keinginannya sendiri.

C. Pembahasan
1. Hakikat Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini
a. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini
Anak usia dini merupakan anak usia dimana masa-masa anak tumbuh dan
berkembang secara optimal baik secara fisik maupun psikis. Hal ini ditandai dengan
anak mulai mengenali dunianya secara nyata berdasarkan pengalaman yang dimilikinya.
Anak usia dini juga dipahami sebagai usia keemasan anak, karena usia ini anak tumbuh
sel-sel otak berkembang secara bertahap. Selain itu juga, pada masa ini kemampuan
otak anak dapat berkembang sesuai dengan stimulasi yang diberikan oleh orang di
sekitarnya. Kegiatan stimulasi otak menjadi penting untuk bisa menumbuhkan
rangsangan anak untuk bisa bereksplorasi dan berimajinasi sesuai dengan tingkat
perkembangannya. Otak merupakan unsur penting dalam perkembangan seorang anak,
hal ini menjadi bukti bahwa pada masa ini anak sedang tumbuh dan berkembang
kemampuan otaknya.
Pendidikan anak usia dini menjadi instrumen dalam mengembangkan kemampuan dan
menggali potensi anak yang dimiliki sejak dini. Hal ini di maksudkan untuk
menstimulasi perkembangan anak sesuai dengan perkembangan anak. Stimulasi
menjadi hal penting dalam upaya mengembangkan kemampuan anak secara optimal.
Hal ini didasarkan bahwa pada masa ini, anak berada dalam masa keemasan
disepanjang rentang usia perkembangan manusia.

2. Pentingnya Bermain Bagi Anak Usia Dini Di Era Globalisasi


Globalisasi merupakan kenyataan hidup dan kesadaran baru bagi setiap manusia.
Hal ini disebabkan karena globalisasi banyak memberikan pengaruh terhadap
perkembangan manusia. Secara konseptual, Istilah “globalisasi” berhubungan dengan
peningkatam saling keterakaitan antarbangsa, dan antarmanusia di seluruh dunia melalui
perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang
lain. Hal yang paling dirasakan dengan globalisasi adalah meningkatnya arus informasi

204
Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini Di Era Globalisasi
Wiwin Supriatin NIM : 4103810318021

yang cepat dalam segala aspek bidang kehidupan. Selain itu, munculnya alat berbasis
teknologi, sehingga peran manusia sudah mulai tergantikan oleh teknologi yang
mutakhir. Oleh karena itu, globalisasi dapat dirasakan oleh seluruh manusia di dunia.
Hal ini diperkuat menurut pendapat Martin Albrow (Listyarti: 2007:109) menjelaskan
bahwa globalisasi menyangkut seluruh proses dimana penduduk dunia teriinkorporasi
(tergabung) ke dalam masyarakat dunia yang tunggal, masyarakat global. Globalisasi
memiliki dampak-dampak dalam kehidupan manusia. Hal itu ditandai dengan
tersedianya informasi secara cepat dan akurat. Selanjutnya, bahwa globalisasi juga
adanya kemajuan teknologi komunikasi, dan arus derasnya informasi yang cepat
dirasakan oleh masyarakat. Menurut Listyarti (2007:132) globalisasi mempengaruhi
hampir semua aspek yang ada di masyarakat, termasuk di antaranya aspek budaya.
Kebudayan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat atau
persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Perkembangan
globalisasi kebudayaan ditandai oleh ciri-ciri berikut: (1) berkembangnya pertukaran
kebudayaan internasional, (2) penyebaran prinsip multikebudayaan (multiculturalism),
(3) berkembangnya pariwisata, (4) berkembangnya mode yang berskala global, (4)
bertambah banyaknya event-event berskala global (Listyarti: 2007:121). Gelombang
globalisasi mempunyai dua sisi, yaitu tantangan dan peluang. Globalisasi menjadi
sebuah tantangan sekaligus harapan dalam dunia pendidikan. Dalam konteks pendidikan
anak usia dini, globalisasi memiliki tantangan terhadap pembentukan karakter anak
sejak dini. Kondisi tersebut memaksa anak untuk hidup di era globalisasi yang penuh
dengan persaingan, individualistis, materialistis, dan memunculkan banyaknya
permainan-permainan modern yang dapat mengikis permainan yang biasa anak lakukan
sehari-hari di rumahnya. Hal ini menunjukan bahwa era globalisasi memiliki dampak
yang signifikan terhadap aspek perkembangan anak. Dampak tersebut menjadi bagian
yang ada dalam diri anak, sehingga anak lebih cenderung menyukai permainan modern
dibandingkan dengan permainan asli budaya lokal. Disamping itu juga, globalisasi dapat
mengubah pola pikir anak dan pergaulan anak secara sosial. Secara sosiologis, anak
senang bermain dengan teman-temannya yang sebaya dan seusianya. Hal ini dapat
menjadi bukti bahwa anak menyukai permainan asli, akan tetapi banyak tontotan dan
hiburan yang memaksa anak untuk bisa mengurangi masa-masa bermain dilingkungan
sekitarnya, akibat dari banyaknya tontonan yang bisa menyibukana anak didepan TV

205
Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini Di Era Globalisasi
Wiwin Supriatin NIM : 4103810318021

dan alat-alat elektronik lainnya. Oleh karena itu, dikaji secara akademis bahwa
pentingnya bermain bagi anak usia dini dalam menghadapi era globalisasi saat ini.

3. Bermain Bagi Anak Usia Dini


Bermain merupakan aktivitas anak untuk bisa menyalurkan keinginannya
dengan rasa senang dan gembira. Melalui bermain pula, anak dapat mengekplorasi dan
berimajinasi berdasarkan kemampuan yang dimilikinya. Bermain menjadi bagian
penting dalam kehidupan seorang anak usia dini. Hal ini diperkuat menurut Karl Buhler
dkk(Suryadi, 2007:116) mengemukakan bahwa pengertian bermain adalah kegiatan
yang menimbulkan kenikmatan, dan kenikmatan itu menjadi rangsangan bagi perilaku
lainnya, yaitu ketika anak mampu berbicara dan berfantasi. Bermain merupakan sarana
anak untuk bisa mengembangkan kemampuan dan meniru aktivitas yang orang dewasa
lakukan, dan terpenting adalah melalui bermain anak dapat mengasah kecerdasannya.
Sementara itu, Freud (Suryadi, 2007:117) berpendapat bahwa dengan bermain anak
yakin dapat menumpahkan seluruh perasaan, bahkan mampu mengatur, menguasai,
berpikir, dan berencana. Selanjutnya pendapat tersebut diperkuat oleh pendapatnya
Piaget yang menyatakan bahwa bermain menunjukan 2 realita anak yaitu: 1) adaptasi
terhadap apa sudah mereka ketahui, dan 2) respons mereka dalam hal-hal baru.
bermain anak merasakan berbagai pengalaman emosi, senang, sedih, bergairah, kecewa,
bangga, marah. Melalui bermain pula memahami aturan apapun tata cara pergaulan.
bermain suatu kegiatan yang berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan/kepuasan
bagi diri seseorang.
Bermain berarti berlatih, mengeksploitasi, merekayasa, mengulang latihan
apapun yang dapat dilakukan untuk mentransformasi secara imajinatif hal-hal yang
sama dengan dunia orang dewasa. bermain adalah hal yang nyata, hal yang penting
membantu anak mempelajari tentang dunianya secara alamiah, bermain adalah kegiatan
yang dilakukan tidak mempunyai peraturan lain kecuali yang ditetapkan pemain sendiri
dan tidak ada hasil akhir yang dimaksudkan dalam realitas luar.Pendapat dikemukakan
oleh Musfiroh (2008:4) ia menjelaskan bahwa kegiatan bermain mengandung unsur:
(1) menyenangkan dan menggembirakan bagi anak-anak menikmati kegiatan bermain
tersebut, tampak riang dan senang,
(2) bermain muncul dari anak bukan paksaan orang lain,

206
Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini Di Era Globalisasi
Wiwin Supriatin NIM : 4103810318021

(3) anak melakukan karena spontan dan sukarela, anak tidak merasa diwajibkan,
(4) semua anak ikut serta secara bersama-sama sesuai peran masing-masing,
(5) anak berlaku pura-pura marah atau pura-pura menangis,
(6) anak menetapkan aturan main sendiri, baik aturan yang diadopsi dari orang lain
maupun aturan yang baru, aturan main dipatuhi oleh semua peserta bermain.
(7) anak berlaku aktif; mereka melompat atau menggerakan tubuh, tangan dan tidak
sekedar melihat,
(8) anak bebas memilih maun bermain apa dan beralih ke kegiatan bermain lain,
bermain bersifat fleksibel
Berdasarkan pendapat yang telah terurai tersebut dapat disimpulkan bahwa
bermain merupakan bermacam bentuk kegiatan yang memberikan kepuasan pada diri
anak yang bersifat nonserius, lentur, dan bahan mainan terkadang dalam kegiatan dan
yang secara imajinatif ditransformasikan sepadan dengan dunia orang dewasa. Bermain
juga merupakan suatu aktivitas yang dilakukan anak untuk bereksplorasi, membantu
anak mempelajari tentang dirinya, orang lain, dan lingkungan, sehingga dapat
mempengaruhi semua aspek perkembangan melalui kegiatan yang menyenangkan,
spontan tanpa aturan yang mengikat, gembira, sukarela, dan penuh kebebasan.

4. Reaktualisasi fungsi Bermain Bagi Anak Usia Dini


Bermain mempunyai fungsi untuk dapat menjadi sarana eksplorasi anak dalam
melakukan aktivitasnya. Selain itu, bermain pula dapat menjadi fungsi edukatif dan
entainment/hiburan. Fungsi edukatif dipahami bahwa bermain dapat menunjukan
kemampuan dan mengasah otak anak melalui kegiatan bermain yang bersifat edukatif.
Sementara melalui fungsi entertainmen/hiburan, anak dapat menyalurkan keinginannya
dengan rasa senang dan gembira. Secara konseptual, fungsi bermain di jelaskan menurut
Santoso (2004:50) bahwa salah satu fungsi bermain adalah melatih kerjasama, gotong
royong, toleransi, saling menghargai dan saling membutuhkan antar anak. Selain yang
dijelaskan diatas, bahwa fungsi bermain juga untuk bisa melatih kebersamaan dan
menumbuhkan kerjasama antar teman, merangsang tumbuh kembang otak, dan
menggali Sementara itu, Suratno (2005:80-81) menjelaskan bahwa melalui bermain
anak dapat berlatih dalam kehidupan bersosial seperti keterampilan berkomunikasi dan
bernegoisasi. Pendapat lain dijelaskan menurut Bruner (Suratno, 2005:76) bahwa fungsi

207
Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini Di Era Globalisasi
Wiwin Supriatin NIM : 4103810318021

bermain adalah sebagai sarana untuk mengembangkan kreativitas dan fleksibilitas anak.
Hal ini menjadi penting bahwa bermain menjadi bagian penting dalam kehidupan anak
untuk melakukan penjelajahan terhadap dunianya.Pendapat tersebut diperkuat oleh
Frank dan Goldenson (Moeslihatoen, 2004:33-34) menjelaskan bahwa bermain bagi
anak memiliki 8 fungsi antara lain: 1) Menirukan apa yang dilakukan oleh orang
dewasa, seperti meniru ibu masak didapur, dokter mengobati orang sakit, 2) untuk
melakukan berbagai peran yang ada di dalam kehidupan nyata seperti guru mengajar di
kelas, supir mengendarai mobil, 3) untuk mencerminkan hubungan dalam keluarga dan
pengalaman hidup yang nyata. Contohnya ibu memandikan adik, ayah membaca koran,
kakak mengerjakan tugas sekolah, 4) untuk menyalurkan perasaan yang kuat seperti
memukul-mukul kaleng, menepuk-nepuk air, 5) untuk melepaskan dorongan-dorongan
yang tidak dapat diterima seperti berperan sebagai pencuri, 6) untuk kilas balik peran-
peran yang biasa dilakukan seperti gosok gigi, sarapan pagi, naik angkutan kota, dan
lain sebagainya, 7) Mencerminkan pertumbuhan seperti pertumbuhan misalnya semakin
bertambah tinggi tubuhnya, semakin gemuk badannya dan semakin dapat berlari cepat,
dan 8) untuk memecahkan masalah dan mencoba berbagai penyelesaian masalah seperti
menghias ruangan, menyiapkan jamuan makan, pesta ulang tahun.
Berdasarkan paparan pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi
bermain adalah sebagai upaya pengembangan potensi dan kreativitas anak melalui
proses yang dialaminya dengan melakukan ekplorasi terhadap keinginannya secara
bebas dan spontan. Selanjutnya dengan bermain pula anak dapat mengetahui
kemampuan yang dimilikinya sebagai modal dasar dalam melakukan tindakan dan
aktivitasnya secara langsung.

D. Simpulan
Era globalisasi saat ini menjadi bagian dalam kehidupan seorang anak. Hal ini di
tandai dengan adanya perubahan dalam setiap aspek kehidupan anak. Globalisasi juga
memiliki dampak yang signifikan terhadap perkembangan anak ditinjau dari aspek
psikologis dan sosiologis. Oleh karena itu, pentingnya pendekatan pada anak usia dini
sebagai masa keemasan untuk bisa memanfaatkan kesempatan anak dapat berkembang
secara keseluruhan baik aspek fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial dan emosional.
Salah satu hal yang menjadi perhatian orang tua dan pendidik anak usia dini di era

208
Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini Di Era Globalisasi
Wiwin Supriatin NIM : 4103810318021

globalisasi adalah pentingnya pengenalan nilai-nilai kearifan lokal dan budaya lokal,
sehingga mampu membentengi anak dari pengaruh global. Bermain merupakan cara
sekaligus strategi yang dapat di gunakan dalam memfilter pengaruh anak dari
globalisasi. Dalam konteks bermain yang mampu mengasah dan mengembangkan
kemampuan anak secara keseluruhan. Orang tua harus mengetahui mengingat
pentingnyanya pendidikan anak usia dini di era globalisasi yang semakin maju dan
cepat merambah seluruh aspek kehidupan anak. Oleh karena itu, sebaiknya pendidikan
anak usia dini harus dikembalikan ke fitrahnya pada konsep bermain secara utuh.
Melalui permainan yang dimainkan oleh anak-anak dengan memanfaatkan lingkungan
sekitar untuk dapat berinteraksi sesama manusia.
Pentingnya pendidikan anak usia dini harus dipahami oleh orang tua, guru,
pengasuh, pembimbimng untuk bisa melakukan kegiatan yang dapat menumbuhkan dan
mengembangkan potensi diri, serta dapat mengembangkan aspek pengembangan baik
fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial dan emosional secara berkesinambungan. Dalam
konteks bermain, anak menjadi aktif bergerak sehingga terhindar dari ancaman di era
globalisasi yang saat ini sedang menjamur di seluruh pelosok negara. Anak usia dini
harus bebas aktif dengan rasa senang serta gembira untuk bisa melakukan aktivitas yang
mampu memberikan dorongan dan imajinasi terhadap perkembangan anak di era
globalisasi.

E DAFTAR PUSTAKA

Brewer, Jo Aan. (2007). Introduction to early Chilhood Education. United


States: Pearson Education.
Catron, Carol dan Jan Allen. (1999). Early Childhood Curriculum: S
Creativite Play Model, New Jersey: USA, Prentice Hall
Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Depdiknas.
Departemen Sosial. (2002). Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak. Jakarta: Direktorat Bina Pelayanan Sosial Anak.
Hurlock, Elizabet B. (1999). Perkembangan Anak Jilid 1(Edisi 6). Jakarta:
Penerbit Erlangga.

209
Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini Di Era Globalisasi
Wiwin Supriatin NIM : 4103810318021

Jamaris, Martini. (2006). Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia


Taman Kanak-Kanak. Jakarta: PT. Grasindo.
Masitoh. (2007).Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: Universitas Terbuka.
Mayesky, Mary. (1990).Creative Activities For Young Children, Fourth
Edition, Albany, New York: Delmar Publisher.
Moeslihatoen. (2004). Metode Pengajaran di Taman Kanak- Kanak. Jakarta:
Rineka Cipta.
Musfiroh,Tadzkiroatun. (2008). Cerdas Melalui Bermain: Cara Mengasah
Multiple Intelligences pada anak sejak usia dini. Jakarta: PT.
Gramedia.
Nugraha, Ali. (2008). Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia
Dini. Bandung: Jilsi Foundation.

210
Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini Di Era Globalisasi
Tuti Irawati NIM : 4103810318031

STRATEGI UNTUK MENINGKATKAN MUTU LAYANAN PAUD


TUTI IRAWATI, S.Pd

ABSTRAK

Artikel ini ditujukan untuk mendeskripsikan bahwa Pendidikan dini bagi


anak-anak usia pra-sekolah (3-6 tahun) merupakan masa membentuk dasar-dasar
kepribadian manusia, kemampuan berfikir, kecerdasan, keterampilan serta
kemandirian maupun kemampuan bersosialisasi, yang mengawali dunia anak
adalah dari perkembangan manusia menuju manusia dewasa yang sempurna.
Selama tahun pra-sekolah, PAUD menekankan pembelajaran melalui kegiatan
bermain. Akibatnya baik sendiri atau berkelompok kegiatan pembelajaran di
PAUD menjadi unsure yang penting dari aktivitas bermain anak.
Sebagian besar masyarakat mempunyai pandangan yang keliru, mereka
berpendapat bahwa memberikan pendidikan anak usia dini cukup dilakukan oleh
orang dewasa yang tidak memerlukan pengetahuan tentang PAUD. Selain itu juga
mereka menganggap mendirikan lembaga PAUD tidak memerlukan
profesionalisme.
Berdasarkan kekeliruan pandangan masyarakat itulah maka semakin
banyak bermunculan lembaga – lembaga PAUD namun tidak memperhatikan
mutu layanan terbaik yang dapat diberikan kepada masyarakat.Banyak lembaga
PAUD yang tidak menggunakan strategi jitu dalam usaha meningkatkan mutu
layanan PAUD.
Kata Kunci : Layanan PAUD,strategi, mutu

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan bagi anak usia dini merupakan invetasi yang sangat penting bagi
sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu bermunculan lembaga
pendidikan yang melayani pendidikan untuk anak usia dini. Menjamurnya lembaga –
lembaga PAUD justru menimbulkan permasalahan intern bagi penyelenggaraan
PAUD. Munculnya lembaga-lembaga PAUD dengan berbagai karakteristik
mendorong adanya persaingan antar lembaga untuk mendapat simpati dari

211
Strategi Untuk Meningkatkan Mutu Layanan PAUD
Tuti Irawati NIM : 4103810318031

masyarakat. Dalam hal ini orang tua memiliki pengaruh terhadap kemajuan sebuah
lembaga, karena semakin banyak lembaga dapat merekrut peserta didik, semakin
besar kesempatan lembaga untuk mengembangkan diri.
Jumlah peserta didik, layanan terbaik dan kualitas pendidik serta aneka ragam
kegiatan pembelajaran yang menarik menunjukkan eksistensi sebuah lembaga,
karena di lingkungan masyarakat sering muncul anggapan bahwa lembaga yang
memiliki jumlah peserta didik terbanyak dalam suatu wilayah menunjukkan lembaga
tersebut berkualitas. Fenomena semacam ini menjadi tantangan tersendiri bagi
lembaga PAUD, mengingat jumlah lembaga PAUD sangat banyak dan semua
membutuhkan peserta didik. Saat ini ini para orang tua mulai kritis dalam menentukan
lembaga yang tepat untuk buah hati mereka, banyak pertimbangan yang dilakukan
sebelum menjatuhkan pilihan. Letak geografis sebuah lembaga dengan tempat
tinggal, kualitas pembelajaran, layanan terbaik, dan eksistensi lembaga dalam
organisasi maupun kemitraan menjadi faktor utama yang sangat
menentukan.Pertimbangan orang tua itulah yang mendorong lembaga PAUD untuk
berlomba meningkatkan kualitas pendidik nya dan juga kualitas pembelajarannya
melalui keberagaman kegiatan pembelajaran. Padahal dalam kenyataannya, sebuah
lembaga tidak mungkin dapat menjalankan peran secara individual. Masih banyak
dijumpai kekurangan di setiap lembaga PAUD, khususnya masih banyak lembaga
yang belum memenuhi standar pendidikan.
Mutu pendidikan pada sebuah lembaga akan tercapai apabila input, proses,
output, PTK, sarana dan prasarana serta pengelolaan biaya telah memenuhi syarat
tertentu. Namun dari beberapa komponen tersebut yang lebih banyak berperan adalah
tenaga kependidikan yang bermutu yaitu yang cerdas, kreatif, inovatif dan mampu
menjawab tantangan-tantangan dengan cepat dan bertanggung jawab. Tenaga
kependidikan pada masa mendatang akan semakin penuh daya saing, sehingga
menuntut tenaga kependidikan untuk selalu melakukan berbagai peningkatan dan
penyesuaian penguasaan kompetensinya. Pendidikan yang bermutu sangat
membutuhkan tenaga kependidikan yang professional.
Beberapa kelemahan dalam penyelenggaraan yang menonjol diantaranya
1. Belum di pahaminya 8 standar PAUD yang tertera dalam Permen no.137 Tahun
2014 tentang Standar Nasional Pendidikan anak Usia Dini yang merupakan satu

212
Strategi Untuk Meningkatkan Mutu Layanan PAUD
Tuti Irawati NIM : 4103810318031

kesatuan utuh dalam pengelolaan dan penyelenggaraan PAUD dan dijadikan


sebagai acuan dalam pengembangan, implementasi, dan evaluasi kurikulum
PAUD, serta berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan dan tindak lanjut pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan
nasional dan dasar penjaminan PAUD yang bermutu.
2. Masih kurang berani dan percaya diri nya para pengelola mengeksplorasi ide - ide
nya dalam memberikan layanan PAUD yang bermutu
3. Terbatasnya anggaran, sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan di tiap
lembaga

B. Landaan Teori
 keluarga merupakan institusi atau lembaga yang paling penting bagi
pendidikan anak ( Martin Luther 1438 – 1546 )
 petunjuk tekhnis penyelenggaraan pendidikan pada Taman Penitipan
Anak terdapat pada kalbu atau rohani seseorang yang di berikan Tuhan.
Moral ini mengacu pada agama dan atas dasar moral manusia memberikan
penilaian terhadap baik dan buruk, serta benar atau salah. Aplikasinya
dalam masyarakat, manusia membaktikan dirinya dengan landasan moral
yang mengacu pada agama, tradisi dan adat istiadat ( emil salim, 1996 )

C. PEMBAHASAN
layanan Pendidikan Anak usia Dini yang akan datang harus dapat
dimanfaatkan oleh seluruh lapisan masyarakat. Layanan yang dapat di berikan
misalnya layanan bagi calon orangtua, layanan pelatihan bagi tenaga pendidik
PAUID, layanan pelatihan bagi pengelola lembaga, layanan penelitian dan
informasi. Untuk memberikan layanan terbaik kepada masyarakat dalam hal
memberikan kontribusi dalam perkembangan Pendidikan Anak Usia Dini
diantaranya dapat di lakukan dengan beberapa strategi unik di bawah ini, yaitu
:

1. Meningkatkan mutu penyelenggaraan Layanan PAUD secara terus-


menerus.

213
Strategi Untuk Meningkatkan Mutu Layanan PAUD
Tuti Irawati NIM : 4103810318031

Semakin meningkatnya pengertian dari masyarakat terhadap pentingnya


pendidikan sejak dini seharusnya memicu para pengelola lembaga PAUD untuk
semakin meningkatkan mutu layanannya baik dari segi layanan kelompok usia
maupun dari segi layanan mutu pembelajaran nya. Yang menjadi kendala saat ini
adalah adanya Permen No 137 dan 146 tahun 2013 yang mengatur tentang
layanan usia untuk satuan pendidikan yang membatasi layanan usia yang boleh
di berikan oleh satuan pendidikan, sedangkan hal itu berhubungan dengan hak
masyarakat untuk memperoleh pendidikan bahkan dari usia dini. Namun lepas
dari itu tetaplah menjadi kewajiban bagi seorang pengelola untuk secara terus
menerus meningkatkan layanan mutu layanan PAUD nya. seorang pengelola
harus memahami karakter dari lembaganya sendiri dan mempunyai layanan yang
dapat ditonjolkan sehingga menjadi daya tarik bagi para orangtua dan
masyarakat.

2. Memenuhi standar layanan PAUD secara bertahap, khususnya standar


pembelajaran, pendidik, dan sarana/prasarana pendidikan

Setiap lembaga Paud memiliki sarana prasarana, APE, yang berbeda-beda, juga
tingkat pendidikan untuk PTK di lembaga Paud beragam jenjang nya. Maka dari
itu diperlukan kecerdasan seorang pengelola dalam memanfaatkan sumber daya
yang ada di lembaganya baik itu penggunaan sarpras maupun pemanfaatan SDM
dalam hal ini para pendidik nya. Pengadaan Sarpras dan APE yang semakin
lengkap akan menunjang kekreatifan para pendidiknya dalam mengemas setiap
kegiatan pembelajaran menjadi semakin menarik dan menyenangkan sehingga
mampu membantu merangsang aspek perkembangan anak. Kendalanya adalah
untuk mendapatkan sarana prasarana yang memenuhi standar dan menarik untuk
saat ini sangat membutuhkan biaya yang banyak, maka setiap lembaga yang
mempunyai masalah dalam hal biaya di tuntut lebih kreatif memanfaatkan alam
dan lingkungan sekitar untuk dijadikan sarana pembelajaran yang menarik.

3. Mengoptimalkan penanaman pendidikan karakter di PAUD.

214
Strategi Untuk Meningkatkan Mutu Layanan PAUD
Tuti Irawati NIM : 4103810318031

Pendidikan karakter yang paling sederhana yang dapat di terapkan di PAUD dan
dapat di terima oleh para orang tua diantaranya adalah nilai religius, kejujuran,
kreatif, komunikatif, cinta tanah air, peduli lingkungan, gemar membaca,
tanggungjawab, rasa ingin tahu, kemandirian, dan disiplin. Berbagai macam nilai
pendidikan karakter yang akan di tanamkan pada anak tersebut bisa diaplikasikan
melalui berbagai macam kegiatan pembiasaan sehari – hari anak di sekolah dan
juga dapat di komunikasikan kepada orangtua untuk menjadi kegiatan
pembiasaan di rumah sehingga pendidikan di rumah dan di sekolah berjalan
berdampingan.

4. Memperluas layanan PAUD holistik-integratif yang mengintegrasikan


layanan pendidikan, kesehatan, gizi, pengasuhan dan perlindungan anak.

Lembaga Paud akan lebih memberikan kesan tersendiri di hati masyarakat


apabila lembaga tersebut dapat melibatkan kemitraan dengan masyarakat
setempat atau organisasi dalam beberapa kegiatan pembelajarannya sehingga
menjadikan pengalaman bermain anak menjadi semakin menarik dan
menyenangkan dan secara tidak langsung memberikan pembelajaran bermakna
dan bermanfaat untuk anak. Semakin banyak mitra yang ikut bekerjasama dalam
kegiatan pembelajaran maka akan semakin menarik minat para orangtua juga
membantu lembaga dalam pengelolaan pembiayaaan operasiona pembelajaran.
Selain itu pengelola perlu arahan, dan bimbingan dalam mengemban tugasnya,
khususnya dalam bidang penjalinan dan perluasan kemitraan.. Sehingga
diharapkan melalui kinerja pengelola dalam memperluas jaringan kemitraan
dapat mewujudkan lembaga PAUD yang mandiri. Selama ini keberlangsungan
kemitraan yang dijalin oleh sebuah lembaga PAUD dengan mitra dilakukan tanpa
kesadaran. Pengelola sebagai pelaku kemitraan terkadang tidak memahami
bahwa wujud kerja sama yang dilakukan dengan beberapa pihak merupakan
wujud dari hubungan kemitraan. oleh karena itu pelaksaanaan kemitraan
cenderung dilakukan secara spontan tanpa konsep. Padahal dalam menjalin
kemitraan diperlukan adanya identifikasi kebutuhan sebuah lembaga agar

215
Strategi Untuk Meningkatkan Mutu Layanan PAUD
Tuti Irawati NIM : 4103810318031

kegiatan kemitraan dapat dilakukan sesuai tujuan. Hal ini tentu akan berpengaruh
pada perkembangan sebuah lembaga. Menyikapi permasalahan ini, diperlukan
petunjuk atau acuan dalam menjalin kemitraan. Sebagai contoh , lembaga
menjalin kemitraan dengan DKM dalam kegiatan keagamaan, dengan
HIMPAUDI menjalin kemitraan dalam berorganisasi, dengan PENILIK menjalin
kemitraan dalam kedinasan, dengan POMG menjalin kemitraan dalam kegiatan
bersama di sekolah, dan dengan Dinas Pemerintah seperti DAMKAR, Kantor
Polisi, Kantor Pos, Bon bin, Puskesmas, dapat menjalin kemitraan dalam
kegiatan pembelajaran berdasarkan tema untuk dijadikan sebagai media yang
konkrit atau nyata yang dapat di tunjukkan kepada peserta didik.

5. Menerapkan layanan PAUD berbasis Parenting

Pada umumnya setiap lembaga paud secara tidak langsung sudah menjalankan
layanan paud berbasis parenting, namun alangkah lebih baiknya apabila dapat
lebih di tingkatkan dan di perdalam lagi pengetahuan para pendidik tentang
parenting. Salah satu kegiatan yang telah di laksanakan yaitu seperti hari
konsultasi, dimana para pendidik bersama dengan orangtua saling mendiskusikan
perkembangan anak dan bersama mencari solusi dan juga saling mendukung
antara pendidk dan orangtua agar pembelajaran di sekolah dan di rumah
setidaknya dapat berjalan seirama. Selain itu masih ada lagi berbagai macam
kegiatan parenting sebagai layanan yang di berikan oleh lembaga PAUD seperti
Day Parents, senam bersama, Jalan bersama, makan bersama, bermain bersama,
kreatifitas bersama dan lain-lain. Komunikasi antara orangtua, pengelola, dan
pendidik sangat menentukan keberhasilan dari layanan parenting di lembaga
PAUD.

6. Meningkatkan kualifikasi dan kompetensi PTK PAUD (TK, KB, TPA dan
SPS).

Sekarang ini begitu besarnya perhatian dari Pemerintah pusat maupun Dinas
Pendidikan setempat untuk membantu lembaga PAUD dalam meningkatkan

216
Strategi Untuk Meningkatkan Mutu Layanan PAUD
Tuti Irawati NIM : 4103810318031

kualifikasi dan kompetensi PTK PAUD diantaranya dengan di berikannya


beasiswa untuk para pendidk yang ingin menempuh jenjang S1 Paud dan juga
pemberian layanan paket A, B, C. Bahkan sudah banyak sekali bentuk perhatian
dari pemerintah berupa diklat ataupun seminar dan workshop yang betujuan
menambah wawasan para PTK PAUD. Padahal menurut Permendiknas 2009,
menyatakan bahwa pengelola harus memiliki kualifikasi akademik minimal sama
dengan guru atau pendidik serta sebelumnya bepengalaman sebagai pendidik
minimal 2 tahun. Sudah menjadi tanggungjawab bagi Pengelola lembaga untuk
mengikutsertakan para pendidik nya dalam berbagai kegiatan penunjang yang
bertujuan menambah wawasan dan kompetensi para pendidik tentang pendidikan
anak usia dini terutama bagi para pendidik yang tingkat pendidikannya masih
rendah atau yang belum menempuh jalur pendidikan yang linear dengan bidang
tugasnya saat ini. Namun di era tekhnologi yang serba canggih seperti saat ini
kita dapat memperoleh ilmu ataupun informasi tentang berbagai macam hal yang
bermanfaat bagi peningkatan kompetensi dan memotivasi kreatifitas pendidik
melalui media sosial dan media lainnya. Semakin meningkatnya kompetensi para
pendidiknya maka akan semakin meningkat pula mutu layanan pendidikan
lembaga tersebut.

7. Melaksanakan tertib administrasi dan manajemen kelembagaan PAUD,


khususnya di tingkat satuan pendidikan.

Pada dasarnya tugas dari pendidik adalah mendidik, namun didalam kegiatan
mendidik itu ada kegiatan administrasi berupa perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi. Tugas sebagai pengelola adalah membantu mengarahkan para pendidik
untuk melaksanakan tertib administrasi di dalam kelas dan juga tugas pengelola
untuk selalu memperbaiki dan melaksanakan tertib administrasi kelembagaan
menjadi lebih baik lagi. Apabila para pengelola dan pendidik dapat tertib dalam
administrasi dan pengelolaan manajemen, maka akan dapat melakukan evaluasi
dengan baik karena sudah mempunyai bukti fisik yang dapat dijadikan acuan
dalam menentukan keputusan dan juga dapat menjadi tolak ukur ketika
mengkomunikasikan perkembangan anak kepada orangtuanya. Sedangkan untuk

217
Strategi Untuk Meningkatkan Mutu Layanan PAUD
Tuti Irawati NIM : 4103810318031

pengelola tertib administrasi dan pengelolaan manajemen yang baik dapat


menjadi tolak ukur bagi program yang telah direncanakan dan di laksanakan,
sehingga dapat lebih mudah menyusun program peningkatan layanan paud
selanjutnya.

D. KESIMPULAN
Lembaga PAUD harus berusaha lebih profesional dalam memberikan layanan
pendidikan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan Layanan PAUD juga
meningkatkan kualitas kompetensi para pendidiknya. Mengemas kegiatan dengan
sedemikian rupa sehingga menjadi lebih unggul di lingkungan lembaga dan
lingkungan di sekitar masyarakat , menciptakan strategi- strategi baru yang semakin
maju mengikuti perkembangan zaman, kreatif, menarik namun bermakna.
Mempersiapkan saraana dan prasarana yang sesuai dan bermanfaat untuk
penongkatan mutu layanan lembaga.
Programkan pendidikan karakter yang sesuai dengan kebutuhan anak sebagai
peserta didik agar penanaman pendidikan karakter menjadi optimal. Menjalin
kerjasama dan komunikasi yang baik dengan aparat desa, lembaga kemasyarakatan,
dinas terkait, serta mitra lembaga untuk mempermudah akses menerima layanan demi
peningkatan mutu lembaga.
Meningkatkan Pengelolaaan manajemen dan administrasi lembaga, tertib
administrasi menurut aturan yang berlaku namun tidak membebani tugas guru
atau pendidik di lembaga.

Strategi peningkatan mutu layanan paud juga harus dapat memberikan para
pendidik ruang yang sangat luas dalam mengekspresikan kreatifitasnya saat
mengelola kelas, karena pengelola membantu dengan memfasilitasi para pendidik
dan juga memberikan ide kegiatan yang sepemikiran dengan pendidik sehingga
ketika pelaksanaan kegiatan antara pengelola, pendidik, peserta didik, dan
orangtua saling mendukung yang akhirnya menjadikan setiap kegiatan menjadi
berkesan. Layanan paud berbasis parenting yang juga sangat ampuh dan sangat
positif, karena selain pencapaian perkembangan anak menjadi lebih baik, juga
menjadi sarana promosi lembaga melalui orangtua tentang pelayanan yang bisa di
berikan kepada mereka. Keaktifan lembaga di setiap kegiatan yang diadakan oleh

218
Strategi Untuk Meningkatkan Mutu Layanan PAUD
Tuti Irawati NIM : 4103810318031

mitra seperti HIMPAUDI, kedinasan, mitra usaha, dan lain – lain juga bisa
membuat lembaga menjadi semakin bertambah pengalaman dan wawasan karena
banyak hal positif yang dapat di ambil dan di terapkan.

E. Daftar Pustaka
 Prof. dr. Soegeng Santoso 2004, Pendidikan Anak Usia Dini, Citra Pendidikan
 http://digilib.uinsuka.ac.id/27043/1/Novan%20Ardy%20Wiyani%20%20Ko
mpetisi%20dan%20Strategi%20Pengembangan%20Lembaga%20PAUD%
20Islam%20Berdaya%20Saing%20di%20TK%20Islam%20Al-
Irsyad%20Banyumas.pdf
 http://eprints.iain-surakarta.ac.id/142/1/2016TS0036.pdf

219
Strategi Untuk Meningkatkan Mutu Layanan PAUD
Dewi Komalasari,S.Pd 4103810318013
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) BERBASIS MULTIPLE
INTELLIGENCES
Dewi Komalasari, S.Pd

ABSTRACT

The discovery of the human intelligence are not single that is intellectual intelligence,
have any consequences and implications to the world of education. The Howard
Gardner’s concept of multiple intelligences make the world of education aware the
presence of the forms of developing student’s intelligence for their success in the
future. The concept of multiple intelligences has implications for the learning process of
students.

Keyword: Multiple Intelligences, Early Child

A. Pendahuluan
Diyakini, pemberian pendidikan itu sebaiknya dilakukan sejak usia dini. Karena
pendidikan sejak usia dini dapat menjadi fondasi kesuksesan anak pada masa depan dan
dapat pula menentukan masa depan bangsa. Wajar jika pemerintah menjadikan
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai bagian dari program untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa.
PAUD merupakan program pembelajaran untuk mengembangkan semua potensi
anak yang ditujukan terhadap anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun (0-6)
(Hariwijaya dan Sukaca, 2009: 14). Program pendidikan anak usia dini lazimnya
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut.
Setiap anak memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Dalam mengembangkan
potensi anak, dilakukan secara bertahap dan integral dalam setiap usia sesuai dengan
tahapan tumbuh kembang anak. Diharapkan nantinya lahir generasi muda Indonesia, yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkepribadian

220
Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) Berbasis Multiple Intelligences
Dewi Komalasari,S.Pd 4103810318013
luhur, sehat, berilmu, cakap, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri, dan menjadi
warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Usia dini merupakan periode paling penting dan mendasar dalam kehidupan
manusia, yang biasa dinamakan Golden Ages atau masa keemasan. Usia dini adalah masa
eksplorasi, masa identifikasi/imitasi, masa peka, masa bermain (Trianto, 2011: 6-7).
Setiap anak memiliki kecerdasan berbeda. Antara anak yang satu dengan anak lainnya
berbeda, sehingga perlu dipahami oleh pendidik di sekolah dan orang tua di rumah untuk
mengoptimalkan kecerdasan yang dimiliki oleh anak.
Dalamm konsep kecerdasan manusia, ada yang dinamakan kecerdasan majemuk
(multiple intelligent). Dalam konsep kecerdasan majemuk ini, anak dipandang tidak
memiliki semua kecerdasan dalam kecerdasan majemuk itu, melainkan memilikin satu,
dua, tiga, bahkan empat kecerdasan.
Dengan demikian, penting bagi para pendidik PAUD untuk memandang bahwa
PAUD itu penting perannya dalam menentukan masa depan bangsa. Selian itu, penting
juga mengembangkan kecerdasan majemuk ini di lembaga-lembaga PAUD, untuk
melahirkan generasi yang mampu menjawab tantangan masa depan bangsa.
Tulisan ini mengkaji penerapan konsep kecerdasan majemuk dalam PAUD untuk
melahirkan generasi baru Indonesiayang mampu menjawab tantangan masa depan
bangsa. Tujuan penulisan ini adalah untuk memaparkan dan menelaah penerapan konsep
kecerdasan majemuk dalam praktik PAUD.

B. Kajian Teori
1. Konsep Anak Usia Dini
Anak usia dini itu adalah individu unik yang memiliki pola pertumbuhan
dan perkembangan secara fisik, kognitif, sosio-emosional, kreativitas, bahasa dan
komunikasi yang khusus sesuai dengan tahapan yang sedang dilalui anak tersebut
(Augusta, 2012). Sedangkan secara fisik, nak usia dini itu adalah anak yang
berusia 0-8 tahun, meski secara spesifik disebut Beichler dan Snowman (dalam
Dwi Yulianti, 2010:7), anak usia dini adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun.
Pada masa usia dinia itu, anak-anak belum mampu mengembangkan
semua potensi yang ada pada dirinya. Pada usia dinia, anak-anak cenderung
senang bermain, ingin menang sendiri dan sering mengubah aturan main untuk

221
Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) Berbasis Multiple Intelligences
Dewi Komalasari,S.Pd 4103810318013
kepentingan diri sendiri. Karena itu, anak membutuhkan pendidikan untuk
mengoptimalkan semua aspek perkembangannya, secara fisik dan psikis. Selain
itu juga penting mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya seperti potensi
kognitif, bahasa, sosio-emosional, kemampuan fisik.

2. Kecerdasan Majemuk
Teori kecerdasan majemuk dikembangkan pakar psikologi perkembangan
dan professor pendidikan dari Graduate School of Education, Harvard University
Amerika Serikat Howrad Gardner pada tahun 1983. Gardner mendefinisikan
kecerdasan itu sebagai kemampuan memecahkan masalah dan menghasilkan
produk dalam berbagai situasi dan dalam situasi nyata. Kecerdasan itu bukan
kemampuan menjawab soal-soal tes IQ dalam ruang tertutup yang lepas dari
lingkungannya. Kecerdasan itu merupakan kemampuan memecahkan masalah
nyata dalam berbagai situasi.
Kecerdasan merupakan penentu keberhasilan belajar dan keberhasilan
hidup. Kecerdasan itu, dalam pandangan Gardner tidak tunggal melainkan
majemuk. Manusia memiliki berbagai kecerdasan. Dalam teori kecerdasan
majemuk ini juga diakui adanya perbedaan-perbedaan individu.
Implikasi teori kecerdasan majemuk ini pada dunia pendidikan adalah
bukan hanya harus diasadari adanya perbedaan-perbedaan individu, tapi juga
mengakui adanya perbedaan dalam cara belajar dan bidang minat siswa. Manusia
belajar mengembangkan kecerdasannya berdasarkan potensi kecerdasannya dan
dengan cara yang dipengaruhi kecerdasannya itu.
Gardner menyebut kecerdasan majemuk itu mencakup kecerdasan-
kecerdasan linguistik, matematis, visual, musikal, kinestetik, interpersonal,
intrapersonal, dan naturalis. Lalu, Gardner menambahkan adanya dua
kecerdasaran lain eksistensial dan kecerdasan naturalistik.
Konsekuensi dari konsep kecerdasan ini pada kegiatan pembelajaran maka
bagaimana membelajarkan disesuaikan dengan gaya belajar siswa. Dengan cara
demikian dapat dikembangkan potensi kecerdasan-kecerdasan yang dimiliki
sisiswa. Dengan mempertimbangkan dan melihat cara belajar apa yang paling
menonjol dari masing - masing individu, maka seorang pendidik/orangtua

222
Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) Berbasis Multiple Intelligences
Dewi Komalasari,S.Pd 4103810318013
diharapkan dapat bertindak secara arif dan bijaksana dalam memilih gaya
mengajar yang sesuai dengan gaya belajar siswa.
Suharsono menyebutkan, temuan Gardner ini banyak diadaptasi oleh
berbagai pihak, karena fungsinya sebagai deteksi dini terhadap bakat intelektual
(gifted) maupun bakat seni (talented). Teori belajar kuantum (quantum learning)
juga merujuk pada pola kecerdasan ini. Dengan konsep kecerdasan majemuk
Gardner ini, dimungkinkan menjaring dan menyaring anak-anak berbakat, yang
diharapkan memberi kontribusi pada pengembangan keunggulan dan motivasi
manusia.
Pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk secara umum dapat diartikan
sebagai proses yang memberi “ruang gerak” bagi setiap individu siswa untuk
mengembangkan potensi kecerdasannya. Siswa dituntut agar dapat belajar secara
enjoy, tidak merasa terpaksa, dan memiliki motivasi yang tinggi. Pada hakikatnya,
pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk dapat juga dimaknai sebagai
pembelajaran yang membiarkan anak didik untuk selalu kreatif. Tentunya,
kreativitas yang dibangun adalah bentuk kreatifan yang dapat mendukung
terhadap keberlangsungan proses pembelajaran dengan menghasilkan target
motivasi akademik yang membanggakan.

C. Pembahasan
1. Konsep PAUD Berbasis Kecerdasan Majemuk
Menurut Gardner kecerdasan merupakan kemampuan menyelesaikan
masalah atau menciptakan produk yang berharga atau bernilai dalam satu atau
lebih latar belakang budaya atau masyarakat tertentu (Gardner, 1993: 7). Setiap
anak memiliki kecerdasan majemuk, oleh karena itu bagi Gardner tidak ada anak
yang bodoh atau pintar. Anak bisa menonjol dalam salah satu atau berbagai
kecerdasan (Gardner, 2003: 23). Dengan demikian dalam menilai dan
menstimulasi kecerdasan anak, guru hendaknya senantiasa jeli dan cermat
merancang metode pebelajaran dengan lebih cerrmat.

223
Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) Berbasis Multiple Intelligences
Dewi Komalasari,S.Pd 4103810318013
Kecerdasan majemuk pada anak diidentifikasi melalui observasi terhadap
perilaku, tindakan, kecenderungan bertindak, kepekaan anak terhadap sesuatu,
kemampuan yang menonjol, reaksi spontan, sikap, dan kesenangan. Salah satu
cara yang baik untuk mengenali kecerdasan yang paling berkembang dari anak-
anak adalah dengan mengamati cara mereka dalam menggunakan waktu luang.
Pada saat jadwal anak tidak diatur secara eksternal oleh orang lain, maka anak-
anak dapat tampil alamiah dan apa adanya. Oleh karena itu, aktifitas mereka
menunjukan cara belajar mereka dan jenis-jenis kecerdasan yang menonjol pada
diri mereka.
Jasmine berpendapat bahwa pembelajaran dengan pendekatan kecerdasan
majemuk pada pendidikan anak usia dini sangat penting terutama untuk mengenali
perbedaan individu anak didik (Yuliani, 2011: 185). Implikasi teori kecerdasan
majemuk dalam pembelajaran adalah pendidik perlu mengenali kecerdasan yang
dimiliki anak.

224
Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) Berbasis Multiple Intelligences
Dewi Komalasari,S.Pd 4103810318013

Adapun pengembangan konsep PAUD berbasis Multiple Intelligences menurut Howard


Gardner di antaranya:

No Kecerdasan Karakteristik Implikasi


1. Kecerdasan Linguistik a. Suka menulis kreatif. a. Mengobservasi kemauan
(Linguistic Intelligence) b. Suka mengarang kisah dan kemampuan
khayalan atau menuturkan berbicara, karena anak
lelucon. dengan kecerdasan
c. Membaca di waktu senggang. linguistik banyak bicara,
d. Mengeja kata dengan tepat suka bercerita, pandai
dan mudah. melucu dengan kata-
e. Menyukai pantun lucu dan kata.
permainan kata. b. Mengamati kegiatan di
f. Suka mengisi teka-teki silang kelas dan mengamati

225
Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) Berbasis Multiple Intelligences
Dewi Komalasari,S.Pd 4103810318013
g. Menikmati dengan cara bagaimana anak-anak
mendengarkan, bermain dengan huruf-
h. Memiliki kosa kata yang luas. huruf, seperti mencocok
i. Unggul dalam mata pelajaran huruf, menukarkan
bahasa (membaca, menulis huruf, menebak kata-
dan berkomunikasi). kata, dan kegiatan
bermain lain yang
melibatkan bahasa, baik
lisan maupun tulis.
c. Mengamati kesenangan
mereka terhadap buku
serta kemampuan
mereka membaca dan
menulis

226
Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) Berbasis Multiple Intelligences
Dewi Komalasari,S.Pd 4103810318013
2. Kecerdasan Matematis- a. Menghitung masalah a. Kesenangan mereka
Logis (Logical- aritmetika dengan cepat di terhadap angka-angka,
Mathematical luar kepala mampu membaca angka,
Intelligence) b. Menikmati penggunaan dan berhitung.
bahasa komputer. b. Kemahiran mereka
c. Suka mengajukan pertanyaan berpikir dan
yang bersifat analisis. menggunakan logika.
d. Ahli dalam permainan Anak yang cerdas logis-
strategi. matematis mampu
e. Mampu menjelaskan masalah memecahkan masalah
secara logis. secara logis, cepat
f. Suka merancang eksperimen memahami
untuk pembuktian sesuatu. permasalahan, mampu
g. Menghabiskan waktu dengan menelusuri sebab dan
permainan logika. akibat suatu masalah.

227
Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) Berbasis Multiple Intelligences
Dewi Komalasari,S.Pd 4103810318013
h. Mudah memahami hukum c. Kesukaan mereka
sebab akibat. bertanya dan selalu ingin
tahu..
d. Kecenderungan mereka
untuk memanipulasi
lingkungan dan
menggunakan strategi
coba-ralat, serta
menduga-duga dan
mengujinya.
e. Kecenderungan mereka
untuk bermain
konstruktif, bermain
dengan polapola,
permainan strategi,

228
Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) Berbasis Multiple Intelligences
Dewi Komalasari,S.Pd 4103810318013
menikmati permainan
dengan komputer atau
kalkulator.
f. Kecenderungan untuk
menyusun sesuatu dalam
kategori atau hierarki
seperti urutan besar ke
kecil, panjang ke
pendek, dan
mengklasifikasi benda-
benda yang memiliki
sifat sama.

229
Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) Berbasis Multiple Intelligences
Dewi Komalasari,S.Pd 4103810318013
3. Kecerdasan Visual- a. Memberikan gambaran a. Kemampuan menangkap
Spasial (Spatial visual yang jelas ketika warna serta mampu
Intelligence) menggambarkan sesuatu. memadukan warna-
b. Mudah membaca peta, grafik warna saat mewarnai,
dan diagram. dan mendekorasi.
c. Menggambar sosok benda b. Kesenangan mereka
atau orang persis aslinya, mencoret-coret,
senang melihat film, slide, menggambar, berkhayal,
foto-foto atau karya seni membuat desain
lainnya. sederhana.
d. Sangat menikmati kegiatan c. Kemampuan anak dalam
visual, seperti teka-teki atau memahami arah dan
sejenisnya. bentuk.
e. Suka melamun dan d. Kemampuan anak
berfantasi. mencipta suatu bentuk,

230
Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) Berbasis Multiple Intelligences
Dewi Komalasari,S.Pd 4103810318013
f. Suka membangun konstruksi seperti bentuk pesawat
tiga dimensi. terbang, rumah, mobil,
g. Mencoret-coret di atas kertas burung, atau bentuk lain
atau di buku sekolah. yang mengesankan
adanya unsur
transformasi bentuk
yang rumit.

4. Kecerdasan Musikal a. Senang bernyanyi. a. Kesenangan dan


(Musical Intelligence) b. Senang mendengarkan kemampuan mereka
musik. menyanyi dan menghafal
c. Senang belajar jika diiringi lagu-lagu, bersiul,
irama. bersenandung, dan
d. Peka terhadap suara. mengetuk-ngetuk benda

231
Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) Berbasis Multiple Intelligences
Dewi Komalasari,S.Pd 4103810318013
e. Senang membuat suara-suara untuk membuat bunyi
musikal dengan tubuhnya berirama;
(bersenandung, bertepuk b. Kepekaan dan
tangan, atau menghentakkan kemampuan mereka
kaki). menangkap nada-nada,
f. Mudah mengenali banyak irama, dan kemampuan
lagu yang berbeda-beda yang menyesuaikan suara
dimainkan bersama-sama. dengan nada yang
g. Bernyanyi sambil berpikir mengiringi.
atau mengerjakan tugas, c. Kecenderungan musikal
mudah menangkap irama saat anak berbicara dan
dalam suara-suara kemerduan suara mereka
sekelilingnya. pada saat menyanyi.

232
Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) Berbasis Multiple Intelligences
Dewi Komalasari,S.Pd 4103810318013
d. Kesenangan dan
kemampuan mereka
memainkan alat music.
e. Kemampuan mereka
mengenali berbagai jenis
suara di sekitarnya,
mulai dari suara
manusia, mesin, hewan,
dan suara-suara khas
lainnya.
5. Kecerdasan Kinestetik- a. Banyak bergerak ketika a. Frekuensi gerak anak
Jasmani (Bodily- duduk atau mendengarkan yang tinggi serta
Kinesthetic Intelligence) sesuatu. kekuatan dan kelincahan
b. Aktif dalam kegiatan fisik. tubuh.

233
Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) Berbasis Multiple Intelligences
Dewi Komalasari,S.Pd 4103810318013
c. Perlu menyentuh sesuatu b. Kemampuan koordinasi
yang sedang dipelajarinya. mata-tangan dan mata-
d. Menikmati kegiatan atau kaki, seperti
kegiatan fisik lainnya. menggambar, menulis,
e. Memperlihatkan memanipulasi objek,
keterampilan dalam bidang menaksir secara visual,
kerajinan tangan. melempar, menendang,
f. Pandai menirukan gerakan, menangkap.
kebiasaan atau prilaku orang c. Kemampuan,keluwesan,
lain. dan kelenturan gerak
g. Bereaksi secara fisik terhadap lokomotor, seperti
jawaban masalah yang berjalan, berlari,
dihadapinya. melompat, berbaris,
meloncat, mencongklak,
merayap, berguling, dan

234
Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) Berbasis Multiple Intelligences
Dewi Komalasari,S.Pd 4103810318013
h. Suka membongkar berbagai merangkak, serta
benda kemudian keterampilan
menyusunnya lagi. nonlokomotor yang
i. Berprestasi dalam mata baik, seperti
pelajaran olahraga dan yang membungkuk,
bersifat kompetitif. menjangkau, memutar
tubuh, merentang,
mengayun, jongkok,
duduk, berdiri.
d. Kemampuan mereka
mengontrol dan
mengatur tubuh seperti
menunjukkan kesadaran
tubuh, kesadaran ruang,
kesadaran ritmik,

235
Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) Berbasis Multiple Intelligences
Dewi Komalasari,S.Pd 4103810318013
keseimbangan,
kemampuan untuk
mengambil start,
kemampuan
menghentikan gerak,
dan mengubah arah.
e. Kecenderungan
memegang, menyentuh,
memanipulasi, bergerak
untuk belajar tentang
sesuatu serta
kesenangannya meniru
gerakan orang lain.

236
Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) Berbasis Multiple Intelligences
Dewi Komalasari,S.Pd 4103810318013
6 Kecerdasan a. Mempunyai banyak teman di a. Kepekaan anak terhadap
Interpersonal sekolah maupun di perasaan, kebutuhan,
(Interpersonal lingkungannya. dan peristiwa yang
Intelligence) b. Suka bersosialisasi di sekolah dialami teman
atau di lingkungan tempat sebayanya. Kepekaan ini
tinggalnya. mendorong anak
c. Banyak terlibat dalam memberikan perhatian
kegiatan kelompok di luar yang tinggi pada anak
jam sekolah. lain, senang membantu
d. Berperan sebagai penengah teman lain.
ketika terjadi konflik b. Kemampuan anak
antartemannya. mengorganisasi teman-
e. Berempati besar terhadap teman sebayanya.
perasaan atau penderitaan Kemampuan ini
orang lain. mendorong anak

237
Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) Berbasis Multiple Intelligences
Dewi Komalasari,S.Pd 4103810318013
f. Sangat menikmati pekerjaan menggerakkan teman-
mengajari orang lain. temannya untuk tujuan
g. Berbakat menjadi pemimpin bersama, dan cenderung
dan berperestasi dalam mata memimpin.
pelajaran ilmu sosial. c. Kemampuan anak
memotivasi dan
mendorong orang lain
untuk bertindak. Hal ini
disebabkan oleh
kemampuan mereka
mengenali dan membaca
pikiran orang lain, dan
karenanya anak dapat
mengambil sikap yang
tepat.

238
Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) Berbasis Multiple Intelligences
Dewi Komalasari,S.Pd 4103810318013
d. Sikap yang ramah,
senang menjalin kontak,
menerima teman baru,
dan cepat bersosialisasi
di lingkungan baru. Hal
ini disebabkan oleh
dorongan anak untuk
selalu bersama orang
lain dan menjalin
komunikasi dengan
sesame.
e. Kecenderungan anak
untuk bekerja sama
dengan orang lain, saling

239
Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) Berbasis Multiple Intelligences
Dewi Komalasari,S.Pd 4103810318013
membantu, berbagi, dan
mau mengalah.
f. Kemampuan untuk
menengahi konflik yang
terjadi di antara teman
sebayanya,
menyelaraskan perasaan
teman-teman yang
bertikai, dan
kemampuan
memberikan usulan-
usulan perdamaian
7. Kecerdasan a. Memperlihatkan sikap a. Kecenderungan anak
Intrapersonal independen dan kemauan untuk diam (pendiam),
kuat. tetapi mampu

240
Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) Berbasis Multiple Intelligences
Dewi Komalasari,S.Pd 4103810318013
(Intrapersonal b. Bersikap realistis terhadap melaksanakan tugas
Intelligence) kekuatan dan kelemahannya. dengan baik, cermat.
c. Memberikan reaksi keras b. Sikap dan kemauan yang
terhadap topik topik kuat, tidak mudah putus
kontroversial dengan dirinya. asa, kadang-kadang
d. Bekerja atau belajar dengan terlihat keras.
baik seorang diri. c. Sikap percaya diri, tidak
e. Memiliki rasa percaya diri takut tantangan, tidak
yang tinggi. pemalu.
f. Banyak belajar dari kesalahan d. Kecenderungan anak
masa lalu. untuk bekerja sendiri,
g. Berpikir fokus dan terarah mandiri, senang
pada pencapaian tujuan. melaksanakan Kegiatan
seorang diri, tidak suka
diganggu.

241
Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) Berbasis Multiple Intelligences
Dewi Komalasari,S.Pd 4103810318013
h. Banyak terlibat dalam hobi e. Kemampuan
atau proyek yang dikerjakan mengekspresikan
sendiri. perasaan dan keinginan
diri dengan baik;

8. Kecerdasan Lingkungan a. Suka dan akrab pada berbagai a. Kesenangan mereka


(Naturalist Intelligence) hewan peliharaan. terhadap tumbuhan,
b. Sangat menikmati berjalan- bunga-bungaan, dan
jalan di alam terbuka. kecenderungan untuk
c. Suka berkebun atau dekat Merawat tanaman,
dengan taman dan tampak “seolah-olah
memelihara binatang. berbicara” dengan
d. Mmenghabiskan waktu di tumbuhan.
dekat akuarium atau sistem b. Sikap mereka yang
kehidupan alam. sayang terhadap hewan

242
Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) Berbasis Multiple Intelligences
Dewi Komalasari,S.Pd 4103810318013
e. Suka membawa pulang piaraan (membelai,
serangga, daun bunga atau memberi makan-minum,
benda alam lainnya. mengoleksi binatang atau
f. Berprestasi dalam gambar atau miniatur).
mengetahui lingkungannya. c. Kemampuan mereka
dalam mengenal dan
menghafal nama-
nama/jenis binatang dan
tumbuhan. Mereka hafal
nama-nama ikan, nama-
nama burung, dan
mengenali tumbuhan.
d. Kesukaan anak melihat
gambar binatang dan
hewan, serta sering

243
Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) Berbasis Multiple Intelligences
Dewi Komalasari,S.Pd 4103810318013
mengajukan pertanyaan-
pertanyaan tentangnya.
Apabila sudah dapat
membaca, anak sering
memilih bacaan tentang
hewan atau tumbuhan
untuk dibaca.
e. Kepekaan terhadap
bentuk, tekstur, dan ciri
lain dari unsur alam,
seperti daun-daunan,
bunga-bungaan, awan,
batu-batuan.
f. Kesenangan terhadap
alam, menyukai kegiatan

244
Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) Berbasis Multiple Intelligences
Dewi Komalasari,S.Pd 4103810318013
di alam terbuka, seperti
pantai, tanah lapang,
kebun, sungai, sawah,
dan dalam alam terbatas
menghabiskan waktu di
dekat kolam, dekat
aquarium.
9. Kecerdasan Eksistensial a. Mempertanyakan hakekat a. Kecenderungan anak
(Existential Intelligence) segala sesuatu. untuk mengajukan
b. Mempertanyakan keberadaan pertanyaan-pertanyaan
peran diri sendiri di alam/ mendasar tentang
dunia. hakikat sesuatu, tujuan
c. Kalau bermain sering bicara sesuatu, dan manfaat
dengan diri sendiri. sesuatu.

245
Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) Berbasis Multiple Intelligences
Dewi Komalasari,S.Pd 4103810318013
d. Lebih tenang dan menguasai b. Kepekaan anak untuk
diri. merasakan keberadaan
e. Lebih cenderung diri dan sesuatu sebagai
mengutamakan kepentingan bagian dari komposisi
keyakinan atau agama. yang lebih besar.
f. Mampu menempatkan diri c. Kemampuan anak untuk
disetiap situasi dan menjabarkan penilaian
lingkungan. dan reaksi tentang sesuatu.
Anak mampu menjawab
pertanyaan-pertanyaan
pendidik tentang berbagai
hal yang dirasakan,
diimpikan, dan
dipikirkannya.

246
Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) Berbasis Multiple Intelligences
Dewi Komalasari,S.Pd 4103810318013
d. Reaksi anak yang relatif
terkendali terhadap
peristiwa yang
dialaminya,
e. Belajar mengambil
hikmah dari suatu
peristiwa.

247
Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) Berbasis Multiple Intelligences
Dewi Komalasari,S.Pd 4103810318013

D. Kesimpulan
Setiap anak mempunyai kecerdasan yang berbeda karena dipengaruhi
beberapa faktor. Karena kecerdasan manusia itu tidak tunggal, melainkan majemuk
seperti yang dikemukakan Gardner. Karena itu perlu bagi pendidik PAUD untuk
mampu mengenali kecerdasan majemuk ini pada anak didiknya dan
mengembangkannya sebagai bentuk pengembangan potensi anak untuk
keberhasilan hidup pada masa depan.

248
Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) Berbasis Multiple Intelligences
Dewi Komalasari,S.Pd 4103810318013

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. (2003). Multiple intelligences: Mengenali dan Merangsang Potensi


Kecerdasan Anak. Seri Ayah bunda Mei; edisi khusus: 6-116
Armstrong, Thomas. (1993). 7 Kinds of Smart : Identifying and Developing Your
Intelligences. New York: Penguin Group.
________________. (2003). Setiap Anak Cerdas: Panduan Membantu Anak
Belajar dengan Memanfaatkan Multiple Intelligence-nya, pen., Rina
Buntaran. Jakarta: PT Gramedia.
Craf, Anna. (2000). Me-Refresh Imajinasi dan Kreativitas Anak-anak, peny.,
Suharosno, pen., M. Chairul Annam. Depok: Cerdas Pustaka.
Gardner, Howard. (1993). Multiple Intelligences : The Theory in Practice A Reader.
New York: Basic Books.
______________. (2003). Multiple Intelligence (Kecerdasan Majemuk) Teori dan
Praktek. Jakarta: Interaksara.
Jasmine, Julia. (2007). Panduan Praktis Mengajar Berbasis Multiple Intelligences.
Bandung: Nuansa.
Kristanto, Purnawan. (2009). Cara Jitu bikin Seru di Sekolah Minggu. Jakarta:
Gloria Grafa.
Hariwijaya, M dan Sukaca, Bertiani Eka (2009), PAUD: Melejitkan Potensi Anak
dengan Pendidikan Sejak Dini, Yogyakarta: Mahadhika Publishing
Munif Chatib dan Alamsyah Said. (2012). Sekolah Anak-Anak Juara: Berbasis
Kecerdasan Jamak dan Pendidikan Berkeadilan. Bandung: Kaifa.
Narwanti, Sri. (2011). Creative Learning: Kiat menjadi Guru Kreatif dan Favorit.
Yogyakarta: Familia.
Noorlaila, Iva. (2010). Panduan Lengkap Mengajar PAUD. Yogyakarta: Pinus
Book Publisher
Sumiyati. (2014). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam.
Yogyakarta: Cakrawala Institute.

249
Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) Berbasis Multiple Intelligences
Dewi Komalasari,S.Pd 4103810318013

Suparno, Paul. (2007). Konsep Inteligensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah: Cara
Menerapkan Konsep Multiple Intelligences Howard Gardner.Yogyakarta:
Kanisius.
Trianto. (2011). Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi Anak Usia
Dini TK/RA & Anak Kelas Awal SD/MI. Jakarta: Kencana.
Yuliani, N.S. (2011). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : PT.
Indeks.
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. (2009). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

250
Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) Berbasis Multiple Intelligences
Iin Fitriyani, S.Pd. NIM : 4103810318014

PENTINGNYA PENDIDIKAN ANAK USIA BAGI TUMBUH KEMBANG


ANAK

Iin Fitriyani, S.Pd.


SEKOLAH PASCA SARJANA UNINUS

AbstraK
Anak usia dini berada dalam masa keemasan di samping rentan usia
perkembangan manusia . Masa ini merupakan periode sensitif , selama masa inilah anak
secara khusus mudah menerima stimulus stimulus dari lingkungannya . Pada masa ini
anak siap melakukan berbagai kegiatan dalam rangka memahami dan menguasai
lingkungannya . Usia keemasan merupakan masa di mana anak mulai peka untuk
menerima berbagai stimulus dari berbagai upaya pendidikan. Pada masa peka inilah
terjadi pematangan fungsi – fungsi fisik dan psikis sehingga siap merespon dan
mewujudkan semua tugas – tugas perkembangan yang diharapkan muncul pada pola
prilaku sehari – hari . Pendidikan pada anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh
upaya dan tindakan yang dilakukan pendidik dan orang tua dalam proses perawatan
pengasuhan dan pendidikan pada masa anak dengan menciptakan lingkungan yang
kondusif dan nyaman untuk anak .
Kata Kunci : Tumbuh Kembang Anak Usia Dini .

A. Latar Belakang
Anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan
dan perkembangan unik . Anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan (
koordinasi motorik halus dan motorik kasar ), daya pikir , daya cipta, bahasa, dan
komunikasi , yang tercakup adalah kecerdasan intelektual ( IQ ), kecerdasan
emosional, (EQ) ,kecerdasan spiritual (SQ),atau kecerdasan agama atau religious
(RQ) , sesuai dengan tinggkat pertumbuhan dan perkembangan anak .
Pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini perlu diarahkan pada peletakan
dasar – dasar yang tepat bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia seutuhnya
(Mansur,2011:vii)

251
Pentingnya Pendidikan Anak Usia Bagi Tumbuh Kembang Anak
Iin Fitriyani, S.Pd. NIM : 4103810318014

Proses pembelajaran pada anak usia dini hendaknya dilakukan dengan tujuan
memberikan konsep – konsep dasar melalui pengalaman nyata yang
memungkinkan anak untuk menunjukan aktivitas dan rasa ingin tahu . Pendidikan
adalah asset penting bagi kemajuan sebuah bangsa .Oleh karena itu setiap warga
Negara harus dan wajib mengikuti jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan
dasar, pendidikan menengah maupun tinggi.

B. Landasan Teori
Proses pembelajaran pada anak usia dini hendaknya dilakukan dengan
tujuan memberikan konsep – konsep dasar yang memiliki kebermaknaan bagi anak
melalui pengalaman nyata yang memungkinkan anak untuk menunjukkan aktifitas
dan rasa ingin tahu . Montesori dalam Hainstock , 1999 : 12 ) menyatakan bahwa pada
rentang usia lahir sampai 6 tahun anak mengalami masa keemasan , yang merupakan
masa diman anak mulai peka / sensitive .untuk menerima berbagai rangsangan.
Teori Perkembangan Kognitif oleh Piaget Anak usia dini yang berusia 4-
6 tahun berada pada tahapan ini. Dimana anak mampu berfikir tentang obyek benda,
kejadian atau orang lain. Anak sudah memgenal symbol berupa kata- kata,angka,
gambar, dan gerak tubuh.
Teori Perkembangan Psikososial oleh Erikson membagi tahapan
perkembangan psikososial ini ke dalam rentang perkembangan , yang dalam rentang
usia 3 tahun hingga 6 tahun tengah berada dalam tahapan Inisiatif.
Teori Sosio – Kultural oleh Vygosky sangat setuju adanya pesan budaya
dalam proses pembelajaran di sekolah . Ia mengatakan bahwa kontruksi budaya ,
Interaksi social , dan sejarah dalam perkembangan mental individu sangat
berpengaruh , khususnya dalam perkembangan bahasa, membaca dan menulis pada
anak
Teori Pekembangan Moral oleh Kohiberg dan Thomas Lickona.Sebagai
pakar perkembangan moral , bertumpu pada teori Piaget yang menyatakan bahwa
perkembangan afektif (affective development ) terjadi pada anak usia 1 hingga 5
tahun . Saat itu anak berada pada “self oriented Morality “. Sebagai tahapan awal dari
perkembangan moral kondisi ini merupakan “ The Golden Rule “, karena pada
tahapan ini mulai tumbuh “ mutual respect “ pada diri anak.

252
Pentingnya Pendidikan Anak Usia Bagi Tumbuh Kembang Anak
Iin Fitriyani, S.Pd. NIM : 4103810318014

C. Pembahasan
Pendidikan adalah merupakan asset penting bagi kemajuaan sebuah
Bangsa .Oleh karena itu setiap Warga Negara harus dan wajib mengikuti jenjang
pendidikan , baik jenjang pendidikan anak usia dini . pendidikan dasar , pendidikan
menengah maupun tinggi . Kebanyakan anak – anak Indonesia dalam memulai proses
masuk ke lembaga pendidikan, mengabaikan pendidikan anak usia dini , padahal untuk
membiasakan diri dan mengembangkan pola pikir anak pendidikan usia dini mutlak
diperlukan .
Sudah bukan informasi baru , mengenai 3 tahun pertama anak usia dini adalah usia
emas bagimya untuk menyerap informasi sebanyak banyaknya. Berdasarkan pengetahuan
itu pun makin banyak didengungkan mengenai pentingnya pentingnya anak usia dini .
Perlu orang tua ketahui bahwa anak memiliki berbagai kemampuan yang perlu diasah
sejak dini , karena dengan mereka memiliki berbagai kemampuan yang perlu diasah sejak
dini , karena dengan mereka memiliki berbagai kemampuan tersebut tentunya sudah
tentunya sudah dapat dibentuk sedari dini. Sayangnya banyak orang tua yang
menganggap pendidikan anak usia dini tidak begitu penting , dengan alasan tidak ingin
anaknya mengalami stress atau kehilangan masa bermain . Padahal , 70% pembentukan
karakter manusia itu dimulai dari usia nol bulan hingga 3 tahun . Sejak dini , anak – anak
berhak mendapat saran pendidikan yang nyaman , penuh kasih sayang , dan dalam
lingkungan mendukung , “ kata Novita Tandry , Director Tumble Tot Indonesia di acara
peresmiaan SGM Prestasi Center, Jakarta , (1/5)
Saat ini sudah ada kesadaran kearah sana, namun namun dengan luas dan jumlah
penduduk Indonesia yang besar dan lembaga pendidikan anak usia dini masih bersifat
seadanya dan banyak yang belum memenuhi kriteria anak usia dini , apalagi pos PAUD
yang merupakan perkembangan dari pos yandu terintegrasi , dimana awalnya lembaga ini
diarahkan untuk mengadakan timbangan badan dan memberikan makanan sehat , yang
akhirnya difungsikan untuk memberi stimulasi pendidikan .
Pendidikan anak usia dini adalah pemberian upaya untuk menstimulasi ,
membimbing , mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan
kemampuan dan keterampilan anak . Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu
bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakkan dasar kearah
pertumbuhan dan perkembangan fisik ( koordinasi motoric halus dan kasar ) kecerdasan

253
Pentingnya Pendidikan Anak Usia Bagi Tumbuh Kembang Anak
Iin Fitriyani, S.Pd. NIM : 4103810318014

, daya cipta, kecerdasan emosi, dan kecerdasan spiritual . Disamping itu pula oleh Novita
, ada 2 hal yang penting untuk membantu perkembangan anak , yakni nutrisi serta
stimulasi.
“Nutrisi harus presisi sesuai tumbuh kembang anak. Begitu pula dengan stimulasinya.
Dengan dukungan menyeluruh , penggabungan nutrisi dan stimulasi yang presisi sesuai
usia perkembangan bias menciptakan anak – anak yang berprestasi.”
Sesuai dengan keunikan dan pertumbuhan anak usia dini maka penyelenggaraan
pendidikan bagi anak usia dini di sesuaikan dengan tahap perkembangan yang di lalui
oleh anak usia didi. Umunya pada usia 4 tahun si kecil baru masuk TK ( Taman Kanak
–kanak )), Baik TK yang biasa atau TK Al Quran yang di kenal dengan TKA ( Taman
kanak –kanak Al Quran ). Itu artinya , sebagian tanggung jawab pendidikan terlimpahkan
pada guru TK tersebut . Namun demikian adalah salah besar apabila orang tua
menyerahkan pendidikan anak 100% pada lembaga pendidikan . Kegagalan pendidikan
pepribadian anak kebanyakan karena kegagalan pendidikan dalam keluarga , yakni
pendidikan orang tua . Dalam konstek pendidikan orang tua , ibulah yang paling
memegang peranan penting . Oleh karena itu sukses tidaknya masa depan anak dan baik
buruknya kepribadian nya , akan sangat tergantung seberapa peran ibu dalam proses
pendidikannya. Terutama dalam pendidikan anak usia dini ( PAUD )yakni usia 0 - 6
tahun dan 6 - 16 tahun ( usia SD, SMP ) Tentu saja peran ayah tak kalah pentingnya ,
terutama dalam proses pembangunan kepribadain (character buiding )
Masalahnya bagaimanakah pendidikan anak usia dini dalam konstek pendidikan
nasional ? Pembahasannya adalah dalam periode emas bagi perkembangan anak adalah
dimaksudkan untuk memperoleh proses pendidikan , dan perode ini tahun – tahun yang
sangat berharga bagi seorang anak untuk mengenali berbagai macam fakta di
lingkungannya sebagai stimulus terhadap perkembangan kepribadian, psikomotor,
kognitif maupun sosialnya.
Berdasarkan hasil penelitian sekitar 50 % kapasitas kecerdasan orang dewasa
telah terjadi ketika anak berumur 4 tahun , 8.0 % telah terjadi perkembangan yang sangat
pesat tentang jaringan otak ketika anak berumur 8 tahun dan mencapai puncaknya ketika
anak berumur 18 tahun , dan setelah itu walaupun di lakukan perbaikan nutrisi tidak akan
berpengaruh terhadap perkembangan hal ini berarti bahwa perkembangan yang terjadi
dalam kurun waktu 4 tahun pertama sama besarnya dengan perkembangan yang terjadi

254
Pentingnya Pendidikan Anak Usia Bagi Tumbuh Kembang Anak
Iin Fitriyani, S.Pd. NIM : 4103810318014

pada kurun waktu 14 tahun berikutnya . Sehingga periode ini merupakan periode kritis
bagi anak , dimana perkembangan yang di peroleh pada periode ini sangat berpengaruh
terhadap perkembangan periode berikutnya hingga masa dewasa . Sementara masa emas
ini hanya datang sekali , sehingga apabila terlewatkan berarti habislah peluangnya.
Untuk itu pendidikan anak usia dini seharusnya memberikan rangsangan
(stimulasi )dari lingkungan terdekat adalah sangat diperlukan untuk mengoptimalkan
kemampuan anak . Pemerintah dalam hal ini jangan sekali kali melakukan pendekatan
yang sangat diskriminatif terutama dalam pengambilan kebijakan terhadap PAUD ( baik
PAUD formal , non formal maupun PAUD in formal )tertama pada pos PAUD , karena
UU No 20 tahun 2003 tidak mengenal istilah pos paud ( secara tersurat ), sekali lagi
pemerintah tidak boleh berlaku deskriminatif.
Pemerintah Indonesia telah memperkenalkan panduan stimulasi dalam program
Bina Keluarga Balita (BKB ) sejak tahun 1980 , namun implememtasinya belum
masyarakat. Hasil penelitian Herawati (2002) di Bogor menemukan bahwa dari 265
keluarga yang diteliti hanya 15% yang mengetahui program BKB , factor lain adalah
rendahnya partisifasi orang tua dalam program BKB.
Masih rendahnya layanan pendidikan dan perawatan bagi anak usia dini saat ini
antara lain disebabkan masih terbatasnya jumlah lembaga pendidikan usia dini jika di
bandingkan dengan jumlah anak usia 0 – 6 tahun yang seharusnya memperoleh layanan
tersebut . Berbagai program yang ada baik langsung ( melalui Bina Keluarga Balita dan
pos yandu ) yang telah di tempuh selama ini ternyata belum memberikan layanan secara
utuh , belum bersinergi dan belum terintegrasi pelayanan antara aspek pendidikan ,
kesehatan dan gizi . Padahal ketiga asep tersebut sangat menentukan tingkat intelektual ,
kecerdasan dan tumbuh kembang anak.
Pada lembaga pendidikan anak usia dini , kini sudah mengajarkan anak tentang
dasar – dasar dalam cara belajar . Di usianya yang masih sangat dini tersebut , anak akan
di perkenalkan terlebih dahulu padai sebuah fondasi . Mereka akan mengetahui semuanya
sedikt demi sedikit melalui apa yang mereka lihat dan pelajari . Dengan mereka bermain
akan diajarkan bagaimana cara yang tepat dalam bersosialisasi , mengatur waktu dan
terpenting bias menguasai 1 – 3 bahasa.

255
Pentingnya Pendidikan Anak Usia Bagi Tumbuh Kembang Anak
Iin Fitriyani, S.Pd. NIM : 4103810318014

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan diantara
sei – sel dengan kata lain bertambahnya ukuran fisik dan sruktur tubuh . Misal anak
bertambah tinggi badan , berat badan dan lingkar kepalanya.
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh (kemampuan)
yang lebih kompleks meliputi kemampuan gerak kasar , gerak halus, bicara,
bahasa,sosialisasi, dan kemandirian,Misal : kemampuan melakukan gerak yang
kompleksberintegrasi dan berkomunikasi , kemampuan kongnitif, bersosialisasi ,
kreatifitas dll.
Pertumbuhan dan perkembanga terjadi secara bersamaan (simultan)
Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan syaraf pusat dengan organ
tubuh yang di pengaruhinya . Misal : kemampuan berbicaramerupakan hasil dari
perkembangan system syaraf yang mengendalikan proses bicara . Tumbuh kembang
sangat penting : Kualitas generasi penerus banyak ditentukan oleh kualitas tumbuh
kembang anak, terutama anak berusia 0 – 5 tahun , sesuai dengan hak anak untuk
mendapatkan yang terbaik maka keluarga harus mengupayakan agar anaknya tumbuh
kembang optimal , penyimpangan tumbuh kembang harus dideteksi ( ditemukan ) sejak
dini , terutama, sebelum anak berumur 3 tahun supaya dapat segera di intervesi (diperbaiki
), bila deteksi terlambat maka penanganan terlambat sehingga penyimpangan sukar di
perbaiki .Lima tahun pertama kehidupan anak perlu di mamfaatkan oleh orang tua untuk
meletakkan dasar – dasar kesehatan fisik dan mental kemampuan menalar,
pengembangan kepribadian dan nilai – nilai kemandirian dan kemampuan beradaptasi
dengan lingkungan social budayanya secara benar agar setelah dewasa menjadi manusia
yang berkualitas tinggi sesuai harapan orang tua.
Ada 2 hal yang perlu dilakukan orang tua , pengasuh, dan pendidik yaitu
memenuhi kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang yang optimal dan melakukan
pelayanan yang optimal yang berkualitas dan komprehensif bagi anak melalui kegiatan
yang disebut Stimulasi.
Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK ) . Dahulu program SDIDTK
bernama “ Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK ) “ sekarang SDIDTK di sebut juga
SIDIDITK
Menurut para ahli tumbuh kembang anak , periode 5 tahun ( lima ) tahun
pertama ( sekarang di katakana 1000 hari pertama ) kehidupan anak merupakan “ Masa

256
Pentingnya Pendidikan Anak Usia Bagi Tumbuh Kembang Anak
Iin Fitriyani, S.Pd. NIM : 4103810318014

Emas “ ( golden period ) , jendela kesempatan dan sekaligus sebagai masa kritis , apakah
periode 5 tahun pertama kehidupan anak (masa balita ) merupakan masa pertumbuhan
dan perkembangan yang paling pesat pada otak manusia , periode ini merupakan masa
yang sangat peka tetapi juga kritis bagi otak anak dalam menerima berbagai masukan /
pembelajaran / pengaruh dari lingkungan di sekitarnya, dan asupan gizi karena “Jendela
kesempatan “ , maka masa ini harus di manfaatkan sebaik mungkin . Pada periode ini
otak balita bersifat lebih plastis dibandingkan dengan otak orang dewasa artinya anak
balita sangat terbuka dalam menerima berbagai macam pembelajaran dan pengayaan baik
yang bersifat positif maupun bersifat negative . Sisi lain darifenomena ini yang juga perlu
mendapatkan perhatian adalah otak balita pada masa ini lebih peka terhadap asupan yang
kurang mendukung pertumbuhan otaknya seperti asupan gizi yang berimbang , kurang
stimulus dan kurang mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai .
Pendidikan anak usia dini yang orang tua berikan bagi anak merupakan suatu
persiapan kematangan anak dalam menghadapi masa demi masa untuk perkembangannya
di masa yang akan datang . Saat ini telah banyak berbagai sekolah Taman Kanak Kanak
memberikan pendidikan yang baik dan berkualitas untuk mengembangkan kemampuan
dan bakat dalam diri anak tersebut . Oleh Karena itu , diperlukan usaha dan orang tua
dalam mengajarkan dan mendidik anak terutama dalam membaca tidak harus melihat
berupa usia tepat untuk mengajarkannya .Yang terpenting disini adalah kita berusaha
memberikan yang terbaik dalam pendidikannya kelak.
Untuk membantu menstimulus anak ,ada beberapa prinsif dasar yang perlu di
perhatikan para pendidik , pengasuh dan orang tua , yaitu : Stimulasi di lakukan dengan
cara – cara yang benar sesuai petunjuk tenaga kesehatan yang menangani bidang tumbuh
kembang anak , Stimulus di lakukan dengan di landasi rasa cinta dan kasih saying
terhadap anak , Selalu menungukkan perilaku yang baik karena anak cenderung meniru
tingkah laku orang – orang terdekat dengannya, Dunia anak bermain , oleh karena itu di
lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain , bernyanyi dan variasi lain yang
menyenangkan , tanpa paksaan dan hukuman, Lakukan stimulasi secara bertahap dan
berkelanjutan sesuai umur anak , Menggunakan alat bantu / alat permainan yang
sederhana , aman, da nada di sekitar kita, Anak laki – laki dan perempuan di berikan
kesempatan yang sama, Lalukan stimulasi sesuai kondisi dan kemampuan anak jangan

257
Pentingnya Pendidikan Anak Usia Bagi Tumbuh Kembang Anak
Iin Fitriyani, S.Pd. NIM : 4103810318014

sampai membuat anak stress ( misalnya ketika mengajar anak menulis , biarkan anak mau
melak
ukan dengan riang gembira , hindari cara- cara memaksa yang membuat anak takut atau
trauma )
D. Kesimpulan
Pada lembaga pendidikan anak usia dini , kini sudah di berkan
dasar dalam cara belajar.
Di usianya yang masih dini tersebut anak akan di perkenalkan terlebih dahulu
pada sebuah fondasi . Mereka akan mengetahui semuanya sedikit demi sedikit melalui
apa yang mereka lihat dan pelajari . Dengan mereka bermain akan diajarkan bagaimana
cara yang tepat dalam bersosialisasi , mengatur waktu dan pentingnya bias berkomunikasi
dengan orang lain.
Pendidikan anak usia dini yang orang tua berikan bagi anak merupakan suatu
persiapan kematangan anak dalm menghadapi masa demi masa untuk perkembangannya
di masa yang akan datang. Saat ini telah banyak berbagai sekolah taman kanak-kanak
memberikan pendidikan yang baik dan berkualitas demi mengembangkan kemampuan
dan bakat dalam diri anak tersebut. Oleh karena itu,diperlukan usaha dan orangtua dalam
mengajar dan mendidik anak terutama dalam membaca. Mengajar dan mendidik anak
terutama dalam membaca. Mengajar anak membaca tidak harus melihat berapa usia yang
tepat untuk mengajarkannya.

258
Pentingnya Pendidikan Anak Usia Bagi Tumbuh Kembang Anak
Iin Fitriyani, S.Pd. NIM : 4103810318014

DAFTAR PUSTAKA

Elizabeth G Hainstock. 2016 Metode pengajaran Montessori


Untuk Anak Prasekolah. Jakarta : Pustaka
Delaprata
Conny Setiawan. 2006. Belajar dan Pembelajaran dalam Taraf
Usia Dini : Pendidikan Prasekolah dan Dasar
Jakarta : Prenhalindo
Ariyanti Tutik (2006). Pendidikan Anak Usia Dini Bagi
Perkembangannya,( online ), (http:// www.
Tutik . com /2007 / 10/ pendidikan- anak- usia
Dini-bagi-tumbuh-kembangnya)di akses 17
Desember 2018.
Novan Ardy Wiyani 2014 Psikologi Perkembangan Anak Usia
Dini. Yogyakarta: Gava Media.
Yuliani Nurani . (2011) Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia
Dini,(Online),( http://www.Nurani.com/2012/1konsep-dasar-pendidikan-
anak
Usia-dini.httml) diakses 1 januari 2013
Undang Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen dan Permen Nomor 17 Tahun 2007
Undang Undang No 20 Tahun 2003 . Sistem Pendidikan
Nasional . Jakarta:Visimedia.

259
Pentingnya Pendidikan Anak Usia Bagi Tumbuh Kembang Anak
Maryati NIM : 4103810318017

KOMUNIKASI ISLAMI PADA ERA TEKNOLOGI DALAM PENDIDIKAN


ANAK USIA DINI

Maryati ,S.Pd
SEKOLAH PASCA SARJANA UNINUS

ABSTRAK
Melihat segala aktivitas kehidupan yang banyak sekali perubahan terutama
melihat gaya hidup zaman Tecnologi canggih yang sangat terlihat pada perubahan
kehidupan manusia di kalangan anak usia dini yang sudah gemar dan pandai
menggunakan tecnologi yang serba canggih memudahkan untuk mendapatkan segala
sesuatu baik hal positif ataupun sebaliknya tergantung bagaimana pengguna tecnologi
tersebut , sedangkan anak usia dini rentang sekali dengan kekeliruan juga sebagai
peniru ulung segala aktivitas orang dewasa terkait komunikasi. Penyalahgunaan
tecnologi disebabkan oleh orang orang dewasa yang ditiru oleh anak anak terutama
anak usia dini , dimana anak usia dini dalam masa proses perkembangan baik fisik dan
mentalnya yang harus di stimulus oleh orang dewasa atau kedua orang tuanya .
Kekeliruan penggunaan bahasa dalam berkomunikasi dan penyalah gunaan
tecnologi menjadikan timbulnya masalah masalah baru dalam kehidupan manusia
terutama untuk anak usia dini, sehingga menjadi permasalahan yang harus dipecahkan
bersama dan mencari solusi bagaimana sebaiknya komunikasi orang tua dengan anak
usia dini terjalin harmonis agar dapat memahami hal hal yang patut di lakukan dan
digunakan untuk keberlangsungan aktivitas kehidupan di masa sekarang dan yang akan
datang atau masa depan zaman Era Tecnologi atau zaman Milenia.
Komunikasi menurut islam di contohkan oleh Nabi Muhammad SWA dan di
perintahkan Allah SWT yang di firmankan melalui Al Qur an disabdakan melalui Hadist
oleh Nabi Muhammad SWA. Dalam hal ini perlu penguatan dan contoh dari orang orang
dewasa terutama orang tua dari anak usia dini , yang akan mengarah pada tercapainya
komunikasi dan pendidikan yang islami di Era Tecnologi akrab di katakana masa ini
zaman Milenia.

Pendahuluan
Kemajuan zaman dan teknologi membuat perubahan yang begitu pesat dalam
kehidupan manusia diberbagai bidang dan memberikan dampak yang begitu besar pada
nilai – nilai kemanusiaan dan kebudayaan . Kemajuan teknologi juga seakan akan tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan manusia . Semakin berkembangnya teknologi , manusia
semakin mudah untuk mendapatkan segala sesuatu termasuk akses berbagai informasi
dari semua penjuru dunia di muka bumi ini. Demikian pula melalui teknologi pengaruh
budaya asing baik positif maupun negative dengan mudahnya masuk dan seolah olah

260
Komunikasi Islami Pada Era Teknologi Dalam Pendidikan Anak Usia Dini
Maryati NIM : 4103810318017

membudaya pada masyarakat. Kecanggihan teknologi bagaikan pisau tajam yang dapat
digunakan tergantung kepada yang menggunakannya untuk hal positif atau sebaliknya.
Seiring dengan segala kemajuan teknolagi berbagai fenomena di lingkungan
sekitar kita , para orangtua karena sayang kepada anaknya,ataupun karena kesibukan
pekerjaan yang harus dilakukan sehingga terlena membiarkan anaknya dan malah merasa
bangga ketika anak anaknya terutama anak usia dini memegang dan bermain HP atau
gadget dengan canggihnya , tanpa tahu apa yang dilihat anak. Tanpa mengetahui apa dan
manfaat apa yang yang akan didapatkan anak usia dini ketika di biarkan memainkan atau
menggunakan gedgetnya. Anak – anak senang bermain gadget dengan fitur fitur yang
beragam , tanpa disaring dan bimbingan orangtuannya, tanpa disadari hal tersebut akan
membahayakan tumbuh dan berkembangnnya anak tersebut, baik secara kejiwaan atau
mental anak terutama untuk anak usia dini . Seharusnya anak usia dini mendapatkan
bimbingn dari para orangtua melalui komunikasi dan berinteraksi secara langsung
seoptimal mungkin dan semaximal mungkin. Melihat fenomena yang ada dan terjadi pada
saat ini sehingga penulis merasa mernngundang sebuah tanda Tanya ‘ Bagaimanakah
seharusnya sebagai orangtua sebagai pendidik anak anaknya terutama anak usia dini ,
dalam memberikan pemahaman , pembelajaran dalam komunikasi anak yang islami.

Pembahasan
Hovland ,Janis dan Kelly mendifinisikan komunikasi sebagai “ the process by chich and
individual ( the communicator ) transmits stimuli ( usally verbal ) to modify the
behavior of other individulas ( the audience )”. Sedang Dance mengartikan komunikasi
dalam kerangka psikologi behaviorisme sebagai usaha menimbulkan respon melalui
lambing – lambing verbal tersebut bertindak sebagai stimuli .
Komunikasi merupakan kebutuhan bagi setiap makhluk hidup . Komunikasi
adalah hal yang selalu dan pasti dilakukan oleh manusia secara sadar maupun tidak sadar
. Interaksi yang dilakukan oleh individu terhadap individu , individu terhadap kelompok
, kelompok terhadap individu , maupun kelompok terhadap kelompok .
Keluarga sebagai preparatory stage atau fase persiapan , merupakan hal yang tidak
sembarangan ,pendidikan yang sangat penting untuk perkembangan anak sebelum anak
turun ke masyarakat dan lingkungan luas . Dalam perannya orangtua sebagai pendidik
mempunyai tanggung jawab yang sangat besar untuk menanamkan etika kepada anak

261
Komunikasi Islami Pada Era Teknologi Dalam Pendidikan Anak Usia Dini
Maryati NIM : 4103810318017

anaknya, oleh karenaa itu orang tua dianggap pula sebagai madrasah keluarga untuk
penanaman etika hingga keagamaan anak yang menjadi pondasi kelak hidup di
masyarakat.
Pada umumnya kebanyakan orang tua yang tidak mengetahui dan memahami
seberapa penting peran komunikasi islami dalam pengasuhan . Tanpa komunikasi yang
baik tidak aka nada keluarga yang mampu menciptakan keluarga yang bahagia. Tanpa
orang tua yang bekerja sama sebagai satu tim ,disiplin akan mustahil tercapai. Tanpa ada
komunikasi dalam hal ini percakapan efektif tidak aka nada kesefahaman untuk mencapai
sebuah kesepakatan . Inilah mengapa seringkali orang tua tidak saling setuju dalam satu
hal , misalnya ayah adalah pendisiplin sedangkan ibu lemah. Yang satu berteeriak seperti
Polisi yang baik dan yang laoin seperti polisi yang buruk yang satu hanya berteriak dan
yang satu hanya memeluk menenangkan .
Misalnya dikeseharian dalam suatu rumah tangga , kita akan menemukan suatu
kondisi dimana ibu berjata “ Iya “ dan Ayah berkata “ Tidak “ Ibu berkata “ Tidak apa
apa sayang dan Ayah berkata “ masuk kamar sana “ Ibu berkata “ Lihat saja kalou
Ayahmu pulang ! “ dan ketika Ayah tiba ,kejadian itu dilupakan .Ibu berkata “ Jangan
teriak lagi ! “ dan Ayah mulai berteriak ketika ia melewati pintu depan pagar , ini harus
dihentikan dan komunikasi merupakan jalan keluar.
Sesungguhnya pendidikan yang utama dan pertama bagi anak usia dini berada di
rumah bersama kedua orang tua ( Ayah dan Ibu ) karena : Orangtua ( Ayah dan Ibu )
merupakan orang yang paling bertanggung jawab terhadap perkembangan anak –
anaknya . Orangtua ( Ayah dan Ibu ) merupakan orang yang paling pertama berinteraksi
dengan anak anaknya sebelum mereka beriteraksi dengan orang lain , Lingkungan
keluarga merupakan lingkungan terdekat ( mikro system ) yang sangat berpengaruh
terhadap kepribadian anak , dan Waktu yang dimiliki anak lebih banyak dihabiskan di
rumah bersama orang tua . . Dengan demikia pemberian asah, asih dan asuh kepada anak
usia dini menjadi tanggung jawab utama bagi orang tua ( Ayah dan Ibu ) . ( Dirjen
PAUDNI , 2013 )
Peran orang tua sebagai pendidik , terutama pada tingkat anak usia dini sangat
penting demi terjaganya budaya di masa yang akan datang , untuk menunjang hal tersebut
diperlukan strategi dalam mendidik anak kita ,agar mereka dapat mengetahui , memahami
dan melaksanakan ajaran ajaran islam secara benar sejak usia dini . Pendidikan anak usia

262
Komunikasi Islami Pada Era Teknologi Dalam Pendidikan Anak Usia Dini
Maryati NIM : 4103810318017

dini merupakan pendidikan yang paling mendasar dan menempati kedudukan sebagai
golden age ( usia keemasan ) dan sangat strategis dalam pembangunan sumber daya
manusia ( Direktorat PAUD,2005 ) . Rentang anak usia dini dari lahir sampai usia enam
tahun adalah usia kritis sekaligus strategis dalam proses pendidikan dan dapat
mempengaruhi proses serta hasil pendidikan seseorang selanjutnya artinya pada periode
ini merupakan periode kondusif untuk menumbuh kembangkan berbagai kemampuan ,
kecerdasan ,bakat,kemampuan fisik ,kognitif,bahasa,sosio-emisional ,dan spiritual.
Peramn orang tua sebagai pendidik dalam berinteraksi dengan anak sangat
menentukan masa depannya , karena akan menjadi sebuah pola aasuh bagi mereka.
Interaksi terjadi melalui bahasa baik bahasa verbal maupun nonverbal . Bahasa menjadi
salah satu jembatan bagaimana seorang AYan dan Ibu dalam berinteraksi dengan anak
sebagai sang buah hati, bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan
,keinginan ,pikiran, harapan,permintaan , dan lain lain untuk dirinya sendiri .
Perkembangan dan Pembelajaran Bahasa Anak Usia Dini dapat dilihat dari :
1. Teori Behavioristik ( Teori Prilaku ) dari skinner
2. Teori Nativisistik dari Chomsky
3. Teori Konstruktivisme dari Piaget,Vygottsky,Gardner
Demikian juga dalam hal pola asuh , sebagaimana kita ketahui terdapat beberapa
tipe
a. Pola Asuh Otoriter – Identik dengan hukuman
b. Pola Asuh Permisif – Anak anak tumbuh dengan kebebasan ( serba boleh )
c. Pola Asuh Demokratis – Menyeimbangkan kebebasan dan keteraturan
d. Pembiaran
Namun komunikasi dalam islam pengasuhan tidak terlepas dari 6 ( enam ) prinsip
gaya komunikasi islami, yaitu prinsip qawlan kariman ( perkataan yang benar atau
mulia) , qawlan sadidan ( perkataan yang jujur apa adanya ), prinsip qawlan
ma’rufan ( perkataan yang baik ) , qawlan Balighan ( perkataan yang berbekas
atau mengena ) , prinsip qawlan layyina ( perkataan yang lemah lembut ), ,.
1. Qawlan kariman ( perkataan yang benar atau mulia)
Komunikasi yang baik tidak dinilai dari tinggi rendahnya atau pangkat
seseorang , tetapi ia dinilai dari perkataan seseorang , cukup banyak orang yang gagal
berkomunikasi dengan baik kepada oranglain disebsbkan mempergunakan perkataan

263
Komunikasi Islami Pada Era Teknologi Dalam Pendidikan Anak Usia Dini
Maryati NIM : 4103810318017

yang keliru dan berpotensi merendahkan orang lain . Islam mengajarkan agar
mempergunakan perkataan yang baik dan mulia dalam berkomunikasi kepada siapapun
seperti terdapat dalam ayat Al-Qur’an Surat Ai Isra Ayat 23 Allah berfirman:

‫َ ﱡ َرﻚ َ ﱠ أﻻ َ ْ ُ ُﻌﺒ ْﺪوا ﱠ ِ إﻻ ِ ﱠإﻳُﺎﻩ َ ِ ْو َﺎﻟﻮاﻟِ َ ْﺪ ِﻳﻦ ِ ْإﺣٰ ۗ ًﺴﻨﺎ ِ ﱠإﻣﺎ َُ ْ َﻳﺒﻠﱠﻐﻦ ْﻋِ َﻨ َﺪك ْ َِاﻟ َﻜ َ َأ ُﺣﺪ‬ ٰ‫َوﻗ‬

‫ٍ ﱠ ّو ُف َﻤ َﺎ ْ أو ٰ ِ ُﻠَﻤﺎ َ َ ﻓﻼ َ ُ ﺗ ْﻘﻞ ﱠ ُﻟَ ُﻤﺎ أ‬

٢٣ ‫َ ﻻ َ ْ َﺗ ْ ُﺮ َﻤﺎ َ ُ و ْﻗﻞ ﱠ ُ َﻟﻤﺎ َ ًْﻗﻮﻻ َ ِْﻛ ًﺮﻤﺎ‬

Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang diantara keduanya atau
kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah
engkau mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah engkau membentak
keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.
2. Qawlan sadidan ( perkataan yang jujur apa adanya ).
Dalam al-quran ayat 9 surat an –Nisa Allah berfiman :
‫ا‬ ‫ﺳﺪِﯾ ًﺪ‬ ‫ﯿ وََﺨْﻟْﺶَ اﻟ ﱠﺬِﯾﻦَ ﻟ َﻮْ ﺗَﺮَ ﻛُﻮا ﻣِﻦْ ﺧَﻠ ْ ﻔ ِﮭِﻢْ ذُرﱢ ﯾ ﱠﺔ ً ﺿِ ﻌ َﺎﻓ ًﺎ ﺧَ ﺎﻓ ُﻮا ﻋَﻠ َﯿْﮭِﻢْ ﻓ َﻠْ ﯿ َﺘﱠﻘ ُﻮا ﱠ‬
َ ‫ﷲ َوَ ﻟْ ﯿ َﻘ ُﻮﻟ ُﻮا ﻗ َﻮْ ًﻻ‬

Artinya:“Dan hendaklah orang-orang takut kepada Allah, bila seandainya mereka


meninggalkan anak-anaknya, yang dalam keadaan lemah, yang mereka khawatirkan
terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan mengucapkan perkataan yang benar ( qawlan sadidan )”. (an-Nisa’: 9)
Berkata benar berarti berkata jujur apa adanya jauh dari kebohongan ,orang yang
jujur adalah orang yang dapat dipercaya setiap perkataan yang keluar dari mulutnya selalu
mengandung kebenaran.
Dalam kehidupan keluarga , masalah berkata benar ini penting apalalagi dalam konteks
pendidikan anak . Islam mengajarkan agar orang tua selalu berkata benar kepada anak .
Berbicara kepada orang lain harus benar , katakana yang benar dan yang salah itu salah .
3. . Qawlan ma’rufan ( perkataan yang baik dan pantas)
Qawlan ma’rufan ( perkataan yang baik dan pantas) dapat diterjemahkan
dengan ungkapan yang pantas atau baik .
Dalam qur an surat al baqarah ayat 263 Allah berfirman :
◌‫ْ َ َﻳ ُﺒ َﻌ ًﺂأذى َ و ُﷲ َ ِﻏ ﱞ َ ﻠِﺣ ُ ُﻴﻢ‬ ‫ﺻﺪ ٍﻗﺔ‬
َ َ ‫وف◌ َ و َ ْﻣ ﻔِﻐ ٌ َﺮة َ ْ ُﺧ ُ ◌ ّ ْ ِﻦﻣ‬
ُ ُ ‫َ ْﻗ ُﻮ ُل◌ ﱠ ْﻣ ُﻌﺮ‬

264
Komunikasi Islami Pada Era Teknologi Dalam Pendidikan Anak Usia Dini
Maryati NIM : 4103810318017

Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan
sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Mahakaya lagi Maha
Penyantun.” (Al-Baqarah: 263).
Islam mengajarkan agar ketika memberi orang lain yang minta sedekah disertai
dengan perkataan yang baik ,bukan diiringi dengan perkataan yang kasar sebab perkataan
yang kasar dapat menyakiti perasaan hati orang lain .
4. Qawlan Balighan ( perkataan yang berbekas atau mengena ) , berkata yang
bermanfaat atau mengena jiwa , tepat sasaran , komunikatif ,to the point , mudah
dimengerti .Qawlan balighan adalah komunikasi yang efektif dalam Al Qur an Allah
SWT berfirman Surat An – Nissa ayat : 63
‫ﺴ ْﻢ َ ً ْ ۢﻗﻮﻻ َ ﻠِﺑ ًﻴﻐﺎ‬
ِ ِ ‫ِض َ ْ ُﻋ ْﻢ َ وﻋِ ْ ُﻈْﻢ َ ُوﻗﻞ ﱠ ُﻟ ْﻢ ِ ٓ َ ُأﻧﻔ‬
ْ ‫ُ ﻗﻠﻮِ ْﻢ َ ْﻓﺄﻋﺮ‬ ِ ‫ُ َ ٰ۟ ٓأوﻟ َﺌِﻚ ﱠ ِٱﻟﺬ َﻳﻦ َ َ ْ ُﻌﻠﻢ ﱠ ُٱﻟﻠﮫ َ ﻣﺎ‬

ulaa-ika ladziina ya'lamu laahu maa fii quluubihim fa-a'ridh 'anhum wa'izhhum waqul
lahum fii anfusihim qawlan baliighaa
Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka.
Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah
kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.
Ayat diatas memberikan isyarat bahwa komunikasi itu efektif bila perkataan yang
disampaikan itu berbekas di jiwa adalah penting . Komunikasi seperti ini hanya terjadi
bila komunikasi yang berlangsung itu efektif mengenai sasaran yang dituju ( pendekatan
rasional dan emisional ) .

5. Qawlan layyina ( perkataan yang lemah lembut )

Islam mengajarkar agar menggunakan komunikasi yang lemah lembut kepada


siapapun . Dalam keluarga orang tua sebaiknya berkomunikasi pada anak terutama pada
anak usia dini dengan cara yang lemah lembut , jauh dari kekerasan dan permusuhan .
Dengan menggunakan menggunakan komunikasi yang lemah lembut ,selain ada perasaan
bersahabat yang menyusup kedalam relung hati anak. Ia juga berusaha menjadi pendengar
yang baik, perintah menggunakan perasaan yang lemah lembut ini terdapat dalam Qur’an
surat Thaahaa ayat 44 Allah berfirman :

ٰ ‫َ ُﻓ َﻘﻮﻻ َ ُ ﻟ ۥﮫ َ ً ْﻗ ﱠﻮ ّﻻ ﻟﻴ ً ِ ﻨﺎ ﱠ ﱠ َ ُﻟﻌﻠ ۥﮫ َ َ ﱠﻳﺘﺬ ُﻛ َﺮ ْ أو َ ْﻳ َﺨ‬

maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-
mudahan ia ingat atau takut.

265
Komunikasi Islami Pada Era Teknologi Dalam Pendidikan Anak Usia Dini
Maryati NIM : 4103810318017

6. Qawlan Maysura ( Perkataan yang ringan atau pantas )

Dalam Qur’an surat al Isra ayat 28 Allah SWT berfirman :

‫ِﺿﻦ َ ْ ُﻋ ُﻢ ْ َٓﺘِٱﺑ َﻐﺎء َ ْر َﺣﻤٍ ّﺔﻣ ِ ﱠّﻦر ِ َﻚ َ ْﺗ ُﺮﺟ َﻮ ﺎ َ ُﻓﻘﻞ ﱠ ُﻟ ْﻢ َ ً ْﻗﻮﻻ ﱠ ْﻣ ُﺴ ًﻮرا‬
‫َ ِ ﱠوإﻣﺎ ُ ْﻌ َﺮ ﱠ‬

wa-immaa tu'ridhanna 'anhumu ibtighaa-a rahmatin min rabbika tarjuuhaa faqul lahum
qawlan maysuuraa
Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang
kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas.
Dalam komunikasi baik lisan ataupun tulisan dianjurkan untuk mempergunakan
bahasa yang mudah , ringkas ,dan tepat sehingga mudah di cerna atau di fahami dan
dimengerti . Dalam ayat ini ditemukan ditemukan istilah qawlan maisuran yang
merupakan salah satu tuntunan untuk melakukan komunikasi dengan mempergunakan
bahasa yang mudah dimengerti dan melegakan perasaan , berisi hal hal yang
menggembirakan . Ketika orang tua menyampaikan pesan atau berbicara bukan hanya
menyampaikan isi ( conten ) kepada anak terutama anak usia dini , melainkan isi
pesannyapun seharusnya menggembirakan , kemudian menyampaikan isi pesannyapun
harus baik karena merupakan cara yang ampuh bagi orang tua sebagai komunikator dalam
melakukan proses komunikasi.
Hadist
Didalam hadist nabi Muhammad SWA mengajarkan dan ditemukan prinsip
prinsip etika komunikasi kepada seluruh umatNya berikut hadist – hadist yang di
sabdakan dan di contohkan :

1. Qulil haqqa waukana murran ( katakanlah apa yang benar walaupun pahit
rasanya )
2. Falyakun khairan ai liyasmut ( katakanlah bila benar kalau tidak bisa diamlah
)
3. Laa takul qabla tafakur ( janganlah berbicara sebelum berpikir terlebih dahulu
)
4. “ Sebutkanlah apa apa yang baik mengenai sahabatmu yang tidak hadir dalam
pertemuan , terutama hal hal yang kamu sukai terhadap sahabatmu itu
sebagaimana sahabatmu menyampaikan kebaikan dirimu pada saat kamu

266
Komunikasi Islami Pada Era Teknologi Dalam Pendidikan Anak Usia Dini
Maryati NIM : 4103810318017

tidak hadir “ Nabi menganjurkan bicara yang baik baik saja sebagaimana
diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dunya tersebut.
5. Nabi Muhammad SWA berpesan “ Sesungguhnya Allah tidak suka kepada
orang orang … yaitu mereka yang memutar balikan fakta dengan lidahnya
seperti seekor sapi yang mengunyah – ngunyah rumput dengan lidahnya “

Ayat ayat Al Qur’an dan pesan Nabi Muhammad SWA tersebut bermakna luas
bahwa dalam berkomunikasi hendaklah sesuai dengan fakta yang kita lihat , kita dengar
, dan kita alami. Prinsip prinsip etika tersebut, sesungguhnya dapat di jadikan landasan
bagi setiap muslim , ketika melakukan proses komunikasi , baik dalam pergaulan sehari
hari , antar keluarga , dalam berdakwah , maupun aktivitas aktivitas lainnya.
Berkomunikasi dengan anak usia dini , tidak cukup dengan cinta , kalau kita
mengingat nasehat ‘Ali bin Abi Thalib Ra. Tentang anak anak kita , tentang betapa
mereka lahir untuk zaman yang akan datang dan bukan zaman saat kita menepuk dada
hari ini . Masa masa emas mereka jangan terlewatkan begitu saja tanpa sentuhan
komunikasi islami .

Simpulan
Komunikasi adalah alat berhubungan antar satu dengan sesama lainnya , symbol
dan bunyi beragam dalam komunikasi . Dalam Islam komunikasi diatur dalam Al Qur’an
dan di contohkan oleh Rasululloh SWA melalui Hadist – hadist Riwayat, sehingga di
jadikan pedoman dan panduan bagi setiap muslim , demikian budayapun mengajarkan
dalam etika berbahasa dan berbuat ,yang akan mewariskan kepada keturunan yang
disebut anak usia dini pada saat ini.
Anak adalah amanah dari Allah SWT yang di titipkan kepada setiap hamba hamba
pilihaNya ,yang akan dipertanyakan di akhir nanti itu artinya harus dipertanggung
jawabkan oleh yang telah Allah SWT pilih. Komunikasi islami adalah sebagai panduan
pedoman bagi setiap orang tua dalam mendidik anak anaknya terutama anak usia dini ,
yang pada saat ini telah dipengaruhi zaman yang semakin maju atau tecnologi semakin
canggih , sehingga anak anak harus lebih kuat tertanam keyakinannya akan hal mana yang
dapat di lakukan atau di contohnya, orang tua atau orang dewasalah sebagai model atau
contoh bagi mereka .

267
Komunikasi Islami Pada Era Teknologi Dalam Pendidikan Anak Usia Dini
Maryati NIM : 4103810318017

DAFTAR PUSTAKA

- Iswandi , 2007 . Komunikasi Profetik dan Pendekatan ,Smbiosa, Bandung


- Mohammad Fuziddin , 2014 ,Pembelajaran PAUD Bermain,Cerita dan Menyanyi
secara Islami,Rosda,Bandung.
- Martinis Yamin,dkk,2013,Panduan PAUD ,Referensi Ciputat Jakarta.
- Mohammad Fauzil Adhim ,2008. Positive Parenting – Cara cara Islami
Mengembangkan Karakter Positif Pada Anak Anda . Cet ke-4 ,Mizania, Bandung.
- Tim dirjen PAUDNI , 2013.Buku Ajar Komunikasi Pengasuhan pada Diksar PAUDNI
– tingkat Nasional.
- Yeni Rachmawati,dkk.2011. Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Cet ke 2
.Kencana ,Jakarta.
- Ujang Saefullah ,2007.Kapita Selekta Komunikasi , Simbiosa,Bandung.

268
Komunikasi Islami Pada Era Teknologi Dalam Pendidikan Anak Usia Dini
Popon Suwili NIM: 4103810318024

6 PILAR PENGASUHAN ANAK

Oleh: Popon Suwili, S.Pd


SEKOLAH PASCA SARJANA UNINUS

Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dampak dan solusi yang ditimbulkan dari
pengasuhan orang tua terhadap perkembangan anak. Pengasuhan dalam keluarga
memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral dan pendidikan anak.
Orang tua yang pertama memberikan pengasuhan dan pendidikan bagi anak.
Pengaruh pengasuhan dan pola asuh orang tua memiliki pengaruh yang berbeda
pada perkembangan kepribadian anak. Dampak dari pola asuh kelearga
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perilaku dan karakter anak.

A.Latar Belakang Masalah


Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat ia belajar dan
menyatakan diri sebagai mahluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak ada dalam
hubungan interaksi yang intim. Keluarga memberikan dasar pembentukan tingkah laku,
watak, moral dan pendidikan anak (Kartono, 1992). Keluarga merupakan lingkungan
pertama dan utama bagi anak yang mempunyai pengaruh besar. Haryoko (1997:2)
berpendapat bahwa lingkungan keluarga sangat besar pengaruhnya sebagai stimlans
dalam perkembangan anak. Bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan
keluarga. Orang tua dikatakan pendidik pertama karena dari merekalah anak
mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya dan dikatakan pendidik utama karena
pendidikan dari orang tua menjadi dasar perkembangan dan kehidupan anak di kemudian
hari.
Apabila cara orang tua mendidik anaknya di rumah dengan baik, maka di sekolah atau
di lingkungan masyarakat anak itupun akan berperilaku baik pula. Tapi sebaliknya
apabila cara orang tua mendidik anaknya dirumah dengan kurang baik seperti lebih
banyak santai, bermain, dimanjakan, maka di sekolah atau di lingkungan masyarakat yang
kondisinya berbeda dengan lingkungan di keluarganya maka anak tersebut akan menjadi
pemberontak, nakal, kurang sopan dan malas.

269
6 Pilar Pengasuhan Anak
Popon Suwili NIM: 4103810318024

Masalah pengasuhan orang tua terhadap terhadap anak anak.


1. Rumusan Masalah
a. Bagaimana pengasuhan orang tua terhadap perkembangan anak
b. Apa dampak yang ditimbulkan dan solusi dari pengasugan orang tua terhadap
perkembangan anak?

2. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui pengasuhan asuh orang tua terhadap perkembangan anak
b. Untuk mengetahui tentang dampak dan solusi yang ditimbulkan dari pengasuhan
orang tua terhadap perkembangan anak
3. Manfaat Penulisan
a. Dapat memberikan pemahaman tentang pengaruh pola asuh orang tua terhadap
perkembangan anak
b. Dapat memberikan pemahaman tentang dampak dan solusi yang ditimbulkan dari
pengaruh pola asuh orang tua perkembangan anak

B. Landasan Teori
1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua
Berdasarkan tata bahasanya, pola asuh terdiri dari kata pola dan asuh. Menurut
Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata pola berarti model, sistem, cara kerja, bentuk
(struktur yang tetap), sedangkan kata asuh mengandung arti menjaga, merawat, mendidik
anak agar dapat berdiri sendiri. Orang tua adalah pendidik utama dan pertama sebelum
anak memperoleh pendidikan di sekolah, karena dari keluargalah anak pertama kalinya
belajar. Jadi keluarga tidak hanya berfungsi terbatas sebagai penerus keturunan saja,
tetapi lebih dari itu adalah pembentuk kepribadian anak.
 Menurut Kohn, pola asuh merupakan sikap orang tua dalam berinteraksi dengan
anak-anaknya. Sikap orang tua ini meliputi cara orang tua memberikan aturan-
aturan, hadiah maupun hukuman, cara orang tua menunjukkan otoritasnya, dan
cara orang tua memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anaknya.
 Tarsis Tarmudji, menyatakan bahwa, pola asuh merupakan interaksi antara orang
tua dengan anaknya selama mengadakan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orang

270
6 Pilar Pengasuhan Anak
Popon Suwili NIM: 4103810318024

tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk


mencapai kedewasaan dengan norma-norma yang ada di masyarakat.
http://pangeranrajawawo.blogspot.com/2011/12/pola-asuh-orang-tua.html
 Menurut Bjorklund dan Bjorklund, dkk. (1992) dalam Daeng Ayub Natuna (2007:
144) bahwa pola asuh orang tua adalah cara-cara orang tua berinteraksi secara
umum dengan anaknya. Dalam hal ini banyak macam klasifikasi yang dapat
dilakukan, salah satunya adalah kalasifikasi berikut: otoriter, permisif, dan
otoritatif.
 M. Shochib (1998: 14) mengatakan bahwa pola pertemuan antara orang tua
sebagai pendidik dan anak sebagai terdidik dengan maksud bahwa orang tua
mengarahkan anaknya sesuai dengan tujuannya, yaitu membantu anak memiliki
dan mengembangkan dasar-dasar disiplin diri. Orang tua dengan anaknya sebagai
pribadi dan sebagai pendidik, dapat menyingkap pola asuh orang tua dalam
mengembangkan disiplin diri anak yang tersirat dalam situasi dan kondisi yang
bersangkutan.
 Sementara itu, Alex Sobur (1991: 23) mengatakan bahwa sebenarnya anak-anak
yang diasuh secara langsung oleh ibu dan ayah adalah anak-anak yang beruntung,
karena mereka tidak hanya mengalami satu tetapi beberapa pendekatan yang
membuatnya dewasa. Proses pendewasaan ini akan banyak menentukan
pembentukan kepribadian anak kelak. Ia akan memiliki cara berpikir dan
kehidupan perasaan yang kaya dan seimbang karena terbiasa menghadapi dua
macam individu yang berbeda secara dekat dan terus menerus.
http://aindah.wordpress.com/2010/07/03/pola-asuh-orang-tua/

2. Jenis-jenis Pola Asuh Orang Tua


a) Pola Asuh Permissif
Definisi pola asuh permissif menurut beberapa ahli yaitu :
 Hurlock (2006) mengemukakan bahwa orang tua yang menerapkan pola asuh
permissif memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut: orang tua cenderung
memberikan kebebasan penuh pada anak tanpa ada batasan dan aturan dari orang
tua, tidak adanya hadiah ataupun pujian meski anak berperilaku sosial baik, tidak
adanya hukuman meski anak melanggar peraturan.

271
6 Pilar Pengasuhan Anak
Popon Suwili NIM: 4103810318024

 Gunarsa (2000) mengemukakan bahwa orang tua yang menerapkan pola asuhü
permissif memberikan kekuasaan penuh pada anak, tanpa dituntut kewajiban dan
tanggung jawab, kurang kontrol terhadap perilaku anak dan hanya berperan
sebagai pemberi fasilitas, serta kurang berkomunikasi dengan anak. Dalam pola
asuh ini, perkembangan kepribadian anak menjadi tidak terarah, dan mudah
mengalami kesulitan jika harus menghadapi larangan-larangan yang ada di
lingkungannya.
 Prasetya dalam Anisa (2005) menjelaskan bahwa pola asuh permissif atauü biasa
disebut pola asuh penelantar yaitu di mana orang tua lebih memprioritaskan
kepentingannya sendiri, perkembangan kepribadian anak terabaikan, dan orang tua
tidak mengetahui apa dan bagaimana kegiatan anak sehari-harinya.
 Dariyo dalam Anisa (2005) juga menambahkan bahwa pola asuh permissifü yang
diterapkan orang tua, dapat menjadikan anak kurang disiplin dengan aturan-aturan
sosial yang berlaku. Namun bila anak mampu menggunakan kebebasan secara
bertanggung jawab, maka dapat menjadi seorang yang mandiri, kreatif, dan mampu
mewujudkan aktualitasnya.
b) Pola Asuh Otoriter
Definisi pola asuh otoriter menurut beberapa ahli yaitu :
 Hurlock (2006) mengemukakan bahwa orang tua yang mendidik anak denganü
menggunakan pola asuh otoriter memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut: orang
tua menerapkan peraturan yang ketat, tidak adanya kesempatan untuk
mengemukakan pendapat, anak harus mematuhi segala peraturan yang dibuat oleh
orang tua, berorientasi pada hukuman (fisik maupun verbal), dan orang tua jarang
memberikan hadiah ataupun pujian.
 Menurut Gunarsa (2000), pola asuh otoriter yaitu pola asuh di manaü orang tua
menerapkan aturan dan batasan yang mutlak harus ditaati, tanpa memberi
kesempatan pada anak untuk berpendapat, jika anak tidak mematuhi akan diancam
dan dihukum. Pola asuh otoriter ini dapat menimbulkan akibat hilangnya
kebebasan pada anak, inisiatif dan aktivitasnya menjadi kurang, sehingga anak
menjadi tidak percaya diri pada kemampuannya.

272
6 Pilar Pengasuhan Anak
Popon Suwili NIM: 4103810318024

 Senada dengan Hurlock, Dariyo dalam Anisa (2005), menyebutkan bahwaü anak
yang dididik dalam pola asuh otoriter, cenderung memiliki kedisiplinan dan
kepatuhan yang semu.

c) Pola Asuh Demokratis


Definisi pola asuh demokratis menurut beberapa ahli yaitu :
 Hurlock (2006) mengemukakan bahwa orang tua yang menerapkan pola asuh
demokratis memperlihatkan ciri-ciri adanya kesempatan anak untuk berpendapat
mengapa ia melanggar peraturan sebelum hukuman dijatuhkan, hukuman
diberikan kepada perilaku salah, dan memberi pujian ataupun hadiah kepada
perilaku yang benar.
 Gunarsa (2000) mengemukakan bahwa dalam menanamkan disiplin kepada anak,
orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis memperlihatkan dan menghargai
kebebasan yang tidak mutlak, dengan bimbingan yang penuh pengertian antara
anak dan orang tua, memberi penjelasan secara rasional dan objektif jika keinginan
dan pendapat anak tidak sesuai. Dalam pola asuh ini, anak tumbuh rasa tanggung
jawab, mampu bertindak sesuai dengan norma yang ada.
 Dariyo dalam Anisa (2005) mengatakan bahwa pola asuh demokratis ini, di
samping memiliki sisi positif dari anak, terdapat juga sisi negatifnya, di mana anak
cenderung merongrong kewibawaan otoritas orang tua, karena segala sesuatu itu
harus dipertimbangkan oleh anak kepada orang tua.
Diakui dalam prakteknya di masyarakat, tidak digunakan pola asuh yang tunggal,
dalam kenyataan ketiga pola asuh tersebut digunakan secara bersamaan di dalam
mendidik, membimbing, dan mengarahkan anaknya, adakalanya orang tua
menerapkan pola asuh otoriter, demokratis dan permissif. Dengan demikian, secara
tidak langsung tidak ada jenis pola asuh yang murni diterapkan dalam keluarga,
tetapi orang tua cenderung menggunakan ketiga pola asuh tersebut.
 Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Dariyo dalam Anisa (2005),
bahwa pola asuh yang diterapkan orang tua cenderung mengarah pada pola asuh
situasional, di mana orang tua tidak menerapkan salah satu jenis pola asuh tertentu,
tetapi memungkinkan orang tua menerapkan pola asuh secara fleksibel, luwes, dan
sesuai dengan situasi dan kondisi yang berlangsung saat itu.

273
6 Pilar Pengasuhan Anak
Popon Suwili NIM: 4103810318024

d) Tipe Penelantar
Orang tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada
anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan pribadi mereka, seperti
bekerja, dan juga kadangkala biayapun dihemat-hemat untuk anak mereka. Termasuk
dalam tipe ini adalah perilaku penelantar secara fisik dan psikis pada ibu yang depresi.
Ibu yang depresi pada umumnya tidak mampu memberikan perhatian fisik maupun psikis
pada anak-anaknya.

Indikator dari pola asuh orang tua terhadap anaknya dapat dikelompokkan sebagai berikut
:
a) Pola asuh permissif, antara lain mempunyai indikator :
 Memberikan kebebasan kepada anak tanpa ada batasan dan aturan dari orang tua
 Anak tidak mendapatkan hadiah ataupun pujian meski anak berperilaku sosial baik
 Anak tidak mendapatkan hukuman meski anak melanggar peraturan
 Orang tua kurang kontrol terhadap perilaku dan kegiatan anak sehari-hari
 Orang tua hanya berperan sebagai pemberi fasilitas.
b) Pola asuh otoriter, antara lain mempunyai indikator
 Orang tua menerapkan peraturan yang ketat
 Tidak adanya kesempatan untuk mengemukakan pendapat
 Segala peraturan yang dibuat harus dipatuhi oleh anak
 Berorientasi pada hukuman (fisik maupun verbal)
 Orang tua jarang memberikan hadiah ataupun pujian
c) Pola asuh demokratis, antara lain mempunyai indikator :
 Adanya kesempatan bagi anak untuk berpedapat
 Hukuman diberikan akibat perilaku salah
 Memberi pujian ataupun hadiah kepada perilaku yang benar
 Orang tua membimbing dan mengarahkan tanpa memaksakan kehendak kepada
anak
 Orang tua memberi penjelasan secara rasional jika pendapat anak tidak sesuai
 Orang tua mempunyai pandangan masa depan yang jelas terhadap anak.
http://pangeranrajawawo.blogspot.com/2011/12/pola-asuh-orang-tua.html

274
6 Pilar Pengasuhan Anak
Popon Suwili NIM: 4103810318024

3. 6 Pilar Pengasuhan Anak


Pada dasarnya, ada enam pilar penting dalam pengasuhan anak, demikian menurut
Hanny Muchtar Darta, saat peluncuran sekaligus bedah bukunya, Six Pillars of Positive
Parenting, di arena Islamic Book Fair, Istora Senayan, Jakarta, Selasa (8/3/2011). Hal ini
yang belum diketahui orangtua pada umumnya.
a. Kemitraan atau kerja sama antara ayah dan ibu (partnership parenting).
Orangtua harus belajar bekerja sama dengan baik, terutama dalam mengajarkan
nilai-nilai kehidupan kepada anak. Jangan sampai ada perbedaan pendapat dalam
mengajarkan kedisplinan dan norma-norma kehidupan. Dengan demikian, anak akan
mematuhi bimbingan orangtua karena melihat baik ayah maupun ibunya sepakat
memberikan pandangan yang sama.
b. Belailah, bicaralah, bermain, dan berpikir
Berapa kali belaian yang Anda berikan pada anak setiap harinya akan memengaruhi
tumbuh-kembangnya. Misalnya, empat belaian pada anak dalam sehari bisa membuat
anak selalu survive. Delapan belaian sehari dapat mendukung masa tumbuh anak.
Sedangkan 12 belaian akan membuat anak sehat secara fisik maupun emosi. Fungsi
belaian ini pun berlaku bagi pasangan suami-istri. Belaian mampu mengusir depresi,
membuat kita awet muda, tidur lebih nyenyak, dan meningkatkan kekebalan tubuh.

c. Kesepakatan dalam melaksanakan kedisiplinan, dan terapkan aturan secara


konsisten.
Aturan tidak harus selalu dibuat oleh orangtua. Contohnya dalam menyepakati jam
belajar. Anak dan orangtua bisa berdiskusi, berapa jam yang dibutuhkan anak untuk
mengulang pelajaran sekolahnya. Orangtua menunjukkan cinta kasih tetapi tetap dengan
ketegasan.

d. Memahami emosi negatif anak sejak dini.


Ketika anak kita sedih dan menangis, tanyakan mengapa ia sedih, atau apa yang
membuatnya menangis. Kita coba pahami perasaan anak untuk memperbaiki emosi-
emosi negatifnya.

e. Gaya bahasa positif agar anak sehat secara fisik dan emosional.

275
6 Pilar Pengasuhan Anak
Popon Suwili NIM: 4103810318024

Pada bagian ini, Hanny mengutip pernyataan dari Task Force for Personal and Social
Responsibilities di Amerika yang menjelaskan bahwa setiap harinya orang mendengarkan
432 kata dan kalimat negatif, dan hanya 32 kata dan kalimat positif. Sebanyak 80 persen
kata-kata tersebut menyakitkan, memberikan dampak psikologis yang buruk, dan tidak
memotivasi orang untuk bangkit. Sisanya, 20 persen orang bertahan meskipun mendengar
kata-kata tersebut. Oleh karena itu, orangtua perlu belajar untuk tidak marah secara
berlebihan, apalagi mengancam anak.

f. pola asuh tanpa hukuman.


Ternyata hukuman saja tidak membuat anak mampu melakukan perubahan positif.
Orangtua sepatutnya memberikan kebebasan pada anak, bukan dalam arti kebebasan
penuh, melainkan membiarkannya memilih konsekuensi dari tindakan yang
dilakukannya. Dengan demikian anak bisa memetik pelajaran atas apa yang sudah
dilakukannya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "6 Pilar Pengasuhan Positif pada
Anak",
https://lifestyle.kompas.com/read/2011/03/09/0848179/6.pilar.pengasuhan.positif.pada.a
nak.

4. Pengasuhan
Pengasuhan adalah pengalaman, ketrampilan, kualitas dan tanggung jawab sebagai
orangtua dalam mendidik dan merawat anak. Ada 2 faktor yang saling berkaitan untuk
tumbuh kembang anak yaitu interaksi ibu dan anak secara timbal balik dan pemberian
stimulasi, sehingga pengasuhan adalah bentuk interaksi dan pemberian stimulasi dari
orang dewasa di sekitar kehidupan anak. Orangtua sebagai pengasuh utama anak di rumah
mempunyai pola pengasuhan dimana orangtua mengharapkan anak untuk mandiri,
matang, percaya diri, rasa ingin tahu, bersahabat dan orientasi untuk sukses. Ada 2 unsur
penting dalam pengasuhan yaitu :
a. Responsiveness yaitu tingkat responsive dari orangtua ke anak yang berupa dukungan
dan kehangatan kepada anak

276
6 Pilar Pengasuhan Anak
Popon Suwili NIM: 4103810318024

b. Demandingness yaitu tuntutan dari orangtua kepada anak yang berupa aturan dan
konsekuensi atas perbuatan anak.
Gaya pengasuhan adalah cara interaksi orangtua kepada anak. Pada dasarnya ada 2
tipe pengasuhan yaitu:
a. Gaya pelatihan emosi (parental emotional styles). Gaya ini dibagi 2 :

1) Gaya pelatih emosi (coaching)


Pola pengasuhan dimana orangtua mampu membantu anak untuk menangani
emosi terutama emosi negative. Orangtua tipe ini mampu menilai emosi negative anak
sebagai kesempatan untuk menciptakan keakraban tanpa kehilangan kesabaran. Bentuk
pengasuhan ini berhubungan dengan kepercayaan orangtua terhadap anak untuk
mengatur emosi dan menyelesaikan suatu masalah sehingga orangtua bersedia
meluangkan waktu saat anak sedih, marah dan takut serta mengajarkan cara
mengungkapkan emosi yang dapat diterima orang lain.
2) Gaya pengabai emosi (dismissing parenting style)
Pola pengasuhan dimana orangtua tidak punya kesadaran dan kemampuan untuk
mengatasi emosi anak serta percaya bahwa emosi negative sebagai cerminan buruknya
ketrampilan pengasuhan. Orangtua tipe ini menganggap bahwa anak terlalu cengeng saat
anak sedih sehingga orangtua tidak menyelesaikan masalah anak dan beranggapan bahwa
emosi anak akan hilang dengan sendirinya.

b. Gaya pendisiplinan
1) Otoriter (authoritarian)
pola asuh dimana orangtua memberi aturan yang ketat dan adanya otoritas dari orangtua
untuk menetapkan aturan yang bersifat kaku dan tanpa penjelasan. Orangtua dengan tipe
ini biasanya menerapkan pengawasan yang tinggi kepada anak dan mendikte segala
perbuatan yang seharusnya dilakukan anak serta tidak mengharapkan anak membantah
keputusan yang telah ditetapkan.
2) Demokratis (authoritative)
pola asuh dimana orangtua memberi batasan yang tinggi namun juga member penjelasan
sesuai pola pikir anak serat toleran kepada anak. Orangtua tipe ini memberikan batasan
dan aturan kepada anak tetapi juga memberikan konsekuensi yang bersifat naluriah

277
6 Pilar Pengasuhan Anak
Popon Suwili NIM: 4103810318024

kepada anak apabila mereka melakukan kesalahan kepada anak. Selain itu orangtua tipe
ini juga menjelaskan pentingnya aturan yang telah disepakati dan mengapa aturan
tersebut harus dijalankan oleh anak.
3) Membiarkan (permissive)
pola asuh dimana orangtua tipe ini memberi aturan / batasan yang longgar ke anak dan
kurang memberi pengarahan / penjelasan ke anak dalam memahami masalah kehidupan.
Orangtua tipe ini lebih responsive terhadap kebutuhan anak namun tidak member batasan
yang tepat bagi perilaku anak sehingga anak dapat membuat aturan, jadwal dan aktifitas
sendiri.
5. Metode Dan Teknik Pengasuhan
Dalam mengasuh anak, ada beberapa metode yang harus disesuaikan dengan karakteristik
anak diantaranya :
a. Pemberian rewards / penghargaan
Pemberian rewards / penghargaan kepada anak biasanya dalam bentuk mainan, uang,
makanan dll. Namun rewards bisa dalam bentuk privilages / keistimewaan yaitu hadiah
yang memungkinkan anak memperoleh banyak kebebasan dan kesempatan. Bentuknya
dapat berupa waktu main yang lebih banyak, membolehkan anak meminjam mainan yang
disukainya dll. Saat memberikan rewards, orangtua harus memperhatikan bahwa rewards
berupa sesuatu yang spontan sebagai penghargaan atas tindakan anak yang baik dan
bukan untuk menyuap anak. Rewards bukan untuk mengubah perilaku anak tapi untuk
menghargai hasil karya anak.
b. Disiplin
Disiplin pada anak dapat berupa untuk menentukan kepercayaan diri anak sehingga
mereka memiliki control yang ada pada dirinya. Teknik disiplin :
1) Memberi batasan (setting limits) dan aturan (rules)

Adanya batasan dan aturan untuk menghindari masalah pada anak, selain itu juga
pastikan anak untuk mengerti alasan ditetapkannya aturan tersebut.
2) Konsekuensi
Bentuk disiplin dengan cara membiarkan anak mencoba pengalamannya sendiri,
misalnya : ketika anak merusakkan mainan maka anak tidak dapat bermain lagi.
3) Mengasingkan / menghukum anak di luar

278
6 Pilar Pengasuhan Anak
Popon Suwili NIM: 4103810318024

Ketika anak kecil dihukum di dalam kamar, pastikan orangtua harus duduk bersama di
dalam kamar dan biarkan mereka menangis. Setelah tenang, berikan penjelasan kepada
anak mengapa mereka tidak boleh melakukan hal itu dan ajarkan anak untuk minta maaf
sebelum keluar kamar.
4) Menunjukan perasaan kecewa pada saat anak berlaku salah
Saat anak berlaku salah, tunjukan perasaan / ekspresi kecewa karena anak telah
melanggar aturan yang telah ditetapkan.
5) Menahan kebebasan anak
Ketika anak berbuat suatu kesalahan, orangtua dapat menahan kebebasan anak, misalnya
waktu main yang biasanya 1 jam, dikurangi menjadi ½ jam.
c. Time-out
Time out adalah proses bagi anak untuk menenangkan diri dan menyadari kesalahannya.
Time out bukan hukuman, namun memberi waktu dan kesempatan pada anak untuk
memperoleh control atas perilakunya. Tujuan time out adalah mengajarkan anak
mengontrol diri, mengakhiri perilaku keliru dan member kesempatan pada anak untuk
memikirkan kembali tindakannya dan dampaknya.
d. Role modeling
Anak belajar dari mengamati tingkah laku, perbuatan, persepsi, pemikiran, cara
komunikasi dari orang dewasa yang ada di sekitarnya sehingga ubahlah perilaku dan cara
komunikasi kita agar anak dapat meniru perbuatan positif dari kita.
e. Encouragement
Adanya dorongan / semangat untuk memperoleh perilaku positif pada anak.
f. Attention ignore
Metode ini memfokuskan pada perbuatan baik yang dilakukan oleh anak sehingga anak
akan mengulangi perbuatan tersebut dan mengabaikan perilaku buruk anak sehingga ia
tidak akan melakukannya lagi. Orangtua juga perlu membatasi diri sampai berapa lama
ia akan

C. PEMBAHASAN
1. Pengaruh pola asuh orang tua terhadap perkembangan anak
Pengasuhan anak dilakukan oleh orang tua dengan menggunakan pola asuh tertentu.
Penggunaan pola asuh ini memberikan sumbangan dalam mewarnai perkembangan

279
6 Pilar Pengasuhan Anak
Popon Suwili NIM: 4103810318024

terhadap bentuk-bentuk perilaku social pada anak. Pola asuh yang diberikan orang tua
pada anak berbeda-beda hal ini sangat dipengaruhi oleh dua factor, yaitu factor internal
dan eksternal. Yang termasuk factor internal, misalnya latar belakang keluarga orang
tuanya, usia orang tua dan anak, pendidikan dan wawasan orang tua, jenis kelamin orng
tua dana anak, karakter anak dan konsep peranan orang tua dalam keluarga. Sedangkan
yang termasuk factor eksternal, misalnya adalah tradisi yang berlaku dalam
lingkungannya, sosial ekonomi dalam lingkungannya, dan semua hal yang berasal dari
luar lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi pola asuh keuarganya.
Oleh karena itu peran orang tua dalam penerapan pola asuh pada anaknya sangat
penting dan harus menyeimbangkan dengan pendidikan agama pada anak sedari dini
mungkin supaya membentuk kepribadian anak yang yang baik dan membanggakan orang
tuanya serta selalu mensyukuri segala yang telah diberikan oleh sang pencipta.
2. Dampak yang ditimbulkan dari pengaruh pola asuh orang tua terhadap perkembangan
anak
Dampak yang ditimbulkan dari pola asuh orang tua yang salah akan membentuk
kepribadian anak yang salah pula, begitu pula sebaliknya apabila pola asuh orang tua
benar maka pembentukan kepribadian anak pun akan benar. Menurut psikolog anak dari
Universitas Indonesia, Prasetyawati (Tempo,2009) mengatakan tangguh tidaknya
kepribadian seorang anak bergantung pada pola asuh yang diterapkan oleh orang tuanya,
biasanya pola asuh permisif yaitu orang tua cenderung menggantungkan diri pada
penalaran dan manipulasi, tidak menggunakan kekeuasaan terbuka, sehingga anak lebih
bebas melakukan sesuatu sesuai kehendaknya. Orang tua dianggap berkuasa dan tidak
membimbing anak untuk patuh pada semua perintah orang tuanya. Kebebasan yang
berlebihan seperti ini tidak sesuai dengan perkembangan jiwa anak yang dapat
menyebabkan anak menjadi imfulsif dan agresif.
Bermacam-macam pola asuh dan pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua ini sangat
mempengaruhi bagaimana anak melakukan penyesuaian diri dengan lingkungannya
sosialnya, seperti pengaruh-pengaruh dari pola asuh seperti ini :
 Pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik anak anak yang mandiri,
dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu
menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal baru, dan koperatif terhadap
orang-orang lain.

280
6 Pilar Pengasuhan Anak
Popon Suwili NIM: 4103810318024

 Pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam,
tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar norma,
berkepribadian lemah, cemas dan menarik diri.
 Pola asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang impulsive,
agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya
diri, dan kurang matang secara sosial.
 Pola asuh penelantar akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang moody,
impulsive, agresif, kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah, Self Esteem
(harga diri) yang rendah, sering bolos, dan bermasalah dengan teman.
 6 pilar pengasuhan akan menghasilkan
Agar dampak yang ditimbulkan dari pola asuh orang tua yang salah tidak terjadi, maka
sebaiknya orang tua menerapkan pola asuhnya disertai dengan beberapa hal sebagai
berikut :
 Usahakan untuk selalu menanamkan ajaran agama pada anak-anak sejak dini. Pola
asuh keluarga berbasis agama yang dinilai sebagai pendidikan paling baik saat ini.
 Anak akan meniru orang tua, jadi sebaiknya orang tua pun harus menjadi teladan
yang baik. Jika ingin memiliki anak yang berperilaku positif, orang tua pun harus
menjauhi segala hal yang negatif.
 Menjalin komunikasi antara orang tua dan anak adalah hal yang sangat penting,
hal ini agar terjadi saling pengertian dan tidak menimbulkan salah paham.
 Orang tua wajib memberikan aturan-aturan tertentu agar anak tidak terlalu
dibebaskan, namun aturan-aturan tersebut harus disesuaikan dengan kemampuan
atau kebutuhana anak, sehingga anak pun tidak merasa berat dan terbebani.
 Hukuman memang boleh diberikan, bahkan dianjurkan agar si anak menjadi jera.
Tapi hukuman yang dimaksud bukanlah kemarahan yang menjadi-jadi atau
kekerasan fisik yang membuat anak kesakitan. Anak yang masih labil, bisa salah
paham dan berpikiran buruk pada orang tua yang suka memberikan hukuman fisik.
Hukuman orang tua pada anak adalah bentuk kasih sayang, jadi sebagai orang tua
harus pintar-pintar memberikan hukuman yang cocok bagi anak.

D. Kesimpulan

281
6 Pilar Pengasuhan Anak
Popon Suwili NIM: 4103810318024

Penggunaan pola asuh orang tua memberikan sumbangan dalam mewarnai


perkembangan terhadap bentuk-bentuk perilaku social pada anak. Pola asuh yang
diberikan orang tua pada anak berbeda-beda hal ini sangat dipengaruhi oleh dua factor,
yaitu factor internal dan eksternal.

DAFTAR PUSTAKA

 Anisa, Siti. 2005. Kontribusi Pola Asuh Orang tua terhadap Kemandirian Siswa
Kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2004/2005
. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
 Hastuti ,Dewi. Artikel Pengasuhan . 2010
 http://etd.eprints.ums.ac.id (diakses pada tanggal 14 Agustus 2011 pukul 16.15)
Anonim. Pola Asuh Orang Tua.
 http://www.Dep.Dik.Nas/Go.Id (diakses pada tanggal 14 Agustus 2011 pukul
15.43)
Atkinson, Rita et.al.
 Pengantar Psikologi Edisi Kesebelas. Batam : Interaksara Gunarsa, Singgih. 2000.
Psikologi Perkembangan. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia
 Hurlock, Elisabeth. 2006. Psikologi Perkembangan Edisi Kelima. Jakarta :
Erlangga
 http://pangeranrajawawo.blogspot.com/2011/12/pola-asuh-orang-tua.html
 http://aindah.wordpress.com/2010/07/03/pola-asuh-orang-tua/
 http://www.anneahira.com/pola-asuh-keluarga.htm
 http://organisasi.org/jenis-macam-tipe-pola-asuh-orangtua-pada-anak-cara-
mendidik-mengasuh-anak-yang-baik
 http://blog.elearning.unesa.ac.id/emilia-ardi-rahayu/bagaimana-membentuk-
karakter-anak-sejak-dini
 ttps://chaderinsaputra.wordpress.com/2012/06/05/makalah-pola-asuh/
 https://lifestyle.kompas.com/read/2011/03/09/0848179/6.pilar.pengasuhan.positif
.pada.anak.

282
6 Pilar Pengasuhan Anak
Nandang Gumilar, S.Pd. NIM : 4103810318005

PENANAMAN NILAI-NILAI AKHLAQ MULIA PADA ANAK


( Melalui Metode Storytelling Berbasis Media Audio Visual & Manajemen Cinta )

Nandang Gumilar, S.Pd.


SEKOLAH PASCA SARJANA UNINUS

ABSTRAK
Pendidikan akhlak dalam struktur ajaran Islam merupakan yang terpenting.
Penguatan akidah adalah dasar. Sedangkan ibadah adalah sarana serta pengembangan
akhlak mulia adalah tujuan akhirnya. Dari pernyataan di atas, penulis merasa tergugah
qolbu, terbersit sebuah motivasi dan teriring keinginan setinggi langit sedalam palung
samudera menjadikan anak-anak menjadi anak-anak yang sholehah yang memiiki akhlaq
yang mulia.
Metode storytelling berbasis media audio-visual mempermudah peran dan tugas
orangtua dalam menanamkan nilai-nilai hakiki pada anaknya. Seperti pendidikan shalat
pada anak, menghormati orangtua, berkata jujur, tidak bersikap sombong, bersikap
lemah lembut dan lebih baik memberi dari pada meminta. Ditambah penerapan
manajemen cinta pada penanaman nilai akhlaq mulia.
Alhamdulillah, proses penanaman nilai-nilai akhlaq mulia yang bersumber dari
Al-Quran dan Hadist melalui storytelling berbasis audio-visual yang dipadukan dengan
manajemen cinta pada kedua anak kami bisa dikatakan berhasil. Hal ini dapat terlihat
dari kehidupan sehari-hari putri kami melalui sikap dan perilakunya sehari-hari.

Kata Kunci : Nilai-nilai Akhlaq Mulia, Storytelling-Audio Visual, Manajemen Cinta,


Implementasi sikap dan perilaku akhlaq mulia.

“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya”
dan orang yang paling baik islamnya adalah yang paling baik akhlaknya”
(Sabda Nabi Muhammad Saw)

LATAR BELAKANG
Penyempurnaan akhlak merupakan misi utama Nabi Muhammad saw. diutus ke
dunia ini. Sesuai dengan apa yang tercantum dalam al-Qur’an bahwa Nabi Muhammad
saw. diutus hanyalah untuk menebarkan kasih sayang kepada semesta alam. Pendidikan
akhlak dalam struktur ajaran Islam merupakan yang terpenting. Penguatan akidah adalah
dasar. Sedangkan ibadah adalah sarana serta pengembangan akhlak mulia adalah tujuan
akhirnya.

283
Penanaman nilai-nilai akhlaq mulia pada anak ( melalui metode storytelling berbasis media audio visual &
manajemen cinta )
Nandang Gumilar, S.Pd. NIM : 4103810318005

Dari pernyataan di atas, penulis merasa tergugah qolbu, terbersit sebuah motivasi
dan teriring keinginan setinggi langit sedalam palung samudera menjadikan anak-anak
kami menjadi anak-anak yang sholehah yang memiiki akhlaq yang mulia.
Pada saat penulis membuat artikel ini, dua anak kami alhamdulillah sudah
bersekolah. Anak kami yang pertama bernama Nabila Zahra Salsabila sekolah di SMP
negeri 2 Cileunyi kelas IX dan anak kami yang kedua bernama Nayla Shafa Aulia Dwi
Putri duduk di bangku Sekolah Dasar kelas III di SD Negeri Cibiru 6. Memang usia anak-
anak Kami sudah bukan lagi usia dini, tapi kami memiliki keinginan kuat untuk
menjadikan anak-anak kami memiliki akhlaq mulia. Walaupun terkadang suka terbersit
“terlambatkah atau masihkah ada kesempatan?”
Pertanyaan itu memang selalu menjadi “hantu” dan bahkan sebuah motivasi bagi
keluarga kecil kami. Selama itu bisa dilakukan tidak ada kata terlambat bagi kami. Karena
kami menyakini yang namanya belajar itu sepanjang hayat (long life education).
Keluarga merupakan lembaga pertama dan utama dalam pengembangan nilai hakiki
pada anak. Keluarga yang mampu mempersiapkan penerus keluarga yang bermoral atau
berakhlak mulia adalah keluarga yang mampu memberikan pendidikan nilai hakiki pada
keluarganya, yaitu pada sikap atau watak sehingga kepribadiannya dapat terbentuk sejak
dini pada keluarga. Seandainya pendidikan mereka tidak dilaksanakan dengan baik, maka
mereka akan menjadi masalah bagi orang tua, masyarakat dan manusia secara keseluruhan
(Muhammad Ali Al-Hasyimi, 2004:199).
Sebagai contoh yang terjadi pada masyarakat kita, keluarga yang melaksanakan
pendidikan kepada anak-anaknya berdasarkan nilai-nilai Al-Quran dan Hadist cenderung
membuat anak-anaknya lebih memiliki akhlaq yang baik, berbudi pekerti luhur dan shaleh
shalehah. Sebaliknya apabila pendidikan anak di keluarga tanpa berpedoman pada nilai-nilai
Al-Quran dan Hadist tidak sedikit anak-anak mereka berakhlaq tidak baik, tidak memiliki
kesopanan bahkan berani melawan orangtuannya.
Keluarga sebagai lembaga terkecil dalam susunan tingkatan masyarakat diharapkan
mampu mempersiapkan moral atau akhlak anak dalam menghadapi hidupnya pada masa
yang akan datang. Apabila didikan anak dalam keluarga baik dan terarah, maka kelak
anak akan tumbuh dewasa sebagai manusia yang baik dan bermanfaat bagi masyarakat
(Ali Qaimi, 2002: 36). Untuk mempersiapkan generasi yang baik tersebut tidaklah mudah.
Orang tua sebagai pendidik di lingkungan keluarga harus memiliki pengetahuan tentang

284
Penanaman nilai-nilai akhlaq mulia pada anak ( melalui metode storytelling berbasis media audio visual &
manajemen cinta )
Nandang Gumilar, S.Pd. NIM : 4103810318005

pendidikan akhlak/ moral dan perkembangan anak, di samping juga harus mengetahui
kewajiban dalam mendidik anak. Selain itu kesibukan orangtua pun menjadi salah satu
kendala, sehingga dapat memberikan pengaruh terhadap moral dan akhlak anak. Tidak
sedikit anak-anak dititipkan ditempat penitipan anak atau diasuh oleh seorang pengasuh
dirumahnya. Kondisi ini menyebabkan waktu pelaksanaan pendidikan di dalam keluarga
menjadi lebih sedikit, apalagi dalam kondisi capek, memikirkan pekerjaan, stres
mengakibatkan pendidikan anak dalam keluarga menjadi kurang optimal.
Keluarga merupakan lingkungan yang paling utama dan bertanggung jawab dalam
mempersiapkan anak didiknya untuk hidup di lingkungan masyarakat yang pluralistik
dan penuh tantangan. Lingkungan keluarga merupakan pendidikan yang pertama, karena
dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan didikan dan bimbingan.
Dikatakan yang utama, karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah di dalam
keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah di dalam
keluarga. Adapun tujuan pendidikan anak dalam keluarga adalah agar anak itu menjadi
shaleh atau agar anak itu kelak tidak menjadi musuh orang tuanya, yang akan
mencelakakan orang tuanya (Ahmad Tafsir, 1994 : 163).
Keluarga merupakan masyarakat alamiyah yang pergaulan diantara anggotanya
memiliki karakteristik. Dalam lingkungan ini terletak dasar-dasar pendidikan. Tugas
utama dari keluarga bagi pendidikan anak adalah sebagai peletak dasar bagi pendidikan
akhlaq dan pandangan hidup keagamaan (Zakiah Daradjat dkk, 1991 : 66). Di dalam
keluarga inilah tempat meletakkan dasar-dasar kepribadian anak didik pada usia masih
muda.
karena pada usia ini anak lebih peka terhadap pengaruh dari pendidikannya (Zuhairini
dkk,1992 : 177). Sejalan dengan hal tersebut, sabda Nabi:
‫اﻦرﺻ وأ ﻨﺎدوﻩيوأ ﻨﺎ ﻴﻢ هاوﺄ اﻧﻢإو ةرﻃﻔﻼ ﯨﻠﻊ دلوي دولوم ﻟﻚ‬

Hadits nabi tersebut memberikan suatu kebebasan kepada kita untuk membentuk
anak didik sesuai dengan keinginan kita, dengan prinsip tidak bertentangan dengan nilai-
nilai Islami. Disini orang tua diberikan kebebasan untuk mendidik anak-anaknya dengan
cara atau teknik masing-masing dengan tetap berpedoman pada Al-Quran dan Hadist.

Dalam hal ini pendidikan Islam yang berlandaskan pada al-Qur’an sebagai sumber
hukum Islam yang pertama memberikan tawaran tepat, yang sesuai dengan kebutuhan

285
Penanaman nilai-nilai akhlaq mulia pada anak ( melalui metode storytelling berbasis media audio visual &
manajemen cinta )
Nandang Gumilar, S.Pd. NIM : 4103810318005

manusia pada saat ini (Syaykh Abdul Qadir al-Murabit, 1982 : 7), karena pendidikan
Islam ini mencakup terhadap aspek kehidupan duniawi dan kehidupan ukhrawi (Ali
Kholil Abul ‘Ain, 1987 : 147). Pendidikan Islam yang berlandaskan pada al-Qur’an dan
sumber-sumber hukum Islam ini bertujuan untuk membentuk kebahagiaan hidup
manusia yang hakiki di dunia dan akhirat.
Agar tujuan Pendidikan tersebut dapat tercapai, maka perlu adanya upaya secara
holistik, sistemik, komprehensif dan terpadu, baik pendidikan itu dilakukan dalam
lingkungan keluarga sebagai organisasi terkecil yang menjadi tanggung jawab orang tua,
di sekolah yang menjadi tanggung jawab guru, dan di masyarakat yang menjadi tanggung
jawab masyarakat, pemimpin masyarakat, seperti para ulama’, muballigh dan lain-lain.
Antara ketiga lembaga tersebut haruslah berjalan terpadu, seiring, sejalan, sinergis, serta
satu tujuan dan bersifat saling interdefedensi.
Oleh karena itu, yang menjadi prasarat utama dalam upaya mencapai tujuan
pendidikan adalah dengan memulai dari diri kita sendiri (ibda’ bi nafika), utamanya
dalam pendidikan keluarga yang menjadi titik tolak dan titik pangkal dari berkembang dan
bertumbuhnya anak didik dalam pembentukan sikap dan kepribadiannya dengan
mengambil nilai-nilai Islami yang terkandung dalam al-Qur’an dan Hadits Nabi.
(pendidikan nilai hakiki).

LANDASAN TEORITIS
1. Pengertian Nilai
Goldon Allport dalam Mulyana (2004:9). Nilai adalah keyakinan yang
membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya.
Kupperman dalam Mulyana (2004:9). Nilai adalah patokan normatif yang
mempengaruhi manusia dalam menentukan pilihannya di antara cara- cara tindakan
alternatif.
Hans Jonas dalam Mulyana (2004:9). Nilai adalah alamat sebuah kata “ya” (value
is address of yes) yang diterjemahkan secara kontekstual, adalah sesuatu yang
ditunjukkan dengan kata “ya”.
Djahiri dalam Rachman (2011:8) berpendapat bahwa: Nilai adalah harga,
makna, isin dan pesan, semangat, atau jiwa yang tersurat dan tersirat dalam fakta,
konsep, dan teori, sehingga bermaksa secara fungsional.

286
Penanaman nilai-nilai akhlaq mulia pada anak ( melalui metode storytelling berbasis media audio visual &
manajemen cinta )
Nandang Gumilar, S.Pd. NIM : 4103810318005

Kluckohn dalam Mulyana (2004:9) berpendapat bahwa: Nilai sebagai konsepsi


(tersirat atau tersurat, yang sifatnya membedakan individu atau ciri-ciri kelompok)
dari apa yang diinginkan, yang mempengaruhi pilihan terhadap cara, tujuan antara
dan tujuan akhir tindakan.
Rachman, (2011:9). Nilai adalah suatu bobot atau kualitas perbuatan kebaikan
yang terdapat dalam berbagai hal yang dianggap sebagai sesuatu yang berharga,
berguna, dan memiliki manfaat.
Menurut pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai adalah
sebuah keyakinan yang mengarahkan seseorang untuk berperilaku sebagaimana
yang diyakini benar.
Pendidikan Nilai Hakiki
Pendidikan nilai hakiki merupakan proses pendidikan yang dilakukan berdasarkan dan
bersumber dari Al-Quran dan Hadist.

2. Keluarga
Keluarga merupakan salah satu unit terpenting yang membentuk masyarakat.
Ia adalah institusi sosial yang menentukan “akal” dan orientasi suatu masyarakat. Ia
merupakan institusi penting yang dibangun oleh manusia sekaligus paling merata
penyebarannya. Keluarga merupakan batu pertama dalam bangunan suatu masyarakat.
Ada definisi lain yang menyatakan bahwa keluarga adalah mini organisasi sosial yang
terdiri dari ayah, ibu, dan seorang anak atau lebih, terjalin rasa saling mencintai,
berbagi tanggungjawab, dan melaksanakan aktivitas pendidikan terhadap anak
sehingga memungkinkan mereka melaksanakan tanggungjawabnya dalam kehidupan,
(Hamdan Rajih,2002:41-42).
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 pasal 1 ayat 4. Keluarga adalah unit
terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anaknya,
atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya, atau keluarga sedarah dalam garis lurus
ke atas atau ke bawah sampai dengan derajat ketiga.
Solaeman, (1994:85-115). Keluarga memiliki beberapa fungsi, yaitu:
1. Fungsi Edukasi; fungsi edukasi adalah fungsi keluarga yang berkaitan dengan
pendidikan anak khususnya dan pendidikan serta pembinaan anggota keluarga
pada umumnya.
2. Fungsi Sosialisasi; tugas keluarga dalam mendidik anaknya tidak saja

287
Penanaman nilai-nilai akhlaq mulia pada anak ( melalui metode storytelling berbasis media audio visual &
manajemen cinta )
Nandang Gumilar, S.Pd. NIM : 4103810318005

mencakup pengembangan individu anak agar menjadi pribadi yang mantap, akan
tetapi meliputi upaya membantunya dan mempersiapkannya menjadi anggota
keluarga yang baik.
3. Fungsi Proteksi atau Fungsi Lindungan; baik fungsi pendidikan maupun fungsi
sosialisasi anak tidak saja melibatkan anak pada saat pelaksanaannya berlangsung,
melainkan juga menjangkau masa depannya. Secara implisit, kedua fungsi
tersebut mengandung pengakuan adanya fungsi proteksi atau fungsi lindungan.
4. Fungsi Afeksi atau Fungsi Perasaan; anak berkomunikasi dengan lingkungannya
dan dengan orang tuanya tidak hanya dengan mata dan telinganya, seperti diduga
sementara orang tua pada saat memberi nasehat kepada anaknya melainkan
berkomunikasi dengan keseluruhan pribadinya, terutama pada saat anak masih
kecil yang masih mengahayati dunianya secara global dan belum terdefinisikan.
5. Fungsi Religius; keluarga memiliki fungsi religius. Artinya keluarga berkewajiban
memperkenalkan dan mengajak serta anak dan anggota keluarga lainnya kepada
kehidupan beragama.
6. Fungsi Ekonomis; fungsi ekonomis keluarga meliputi pencaharian nafkah,
perencanaannya serta pembelanjaan dan pemanfaatannya.
7. Fungsi Rekreasi; fungsi rekreasi ini hendaknya tidak diartikan seolah- olah
keluarga itu harus terus menerus berpesta-pora. Rekreasi itu dirasakan orang
apabila ia menghayati suatu suasana yang tenang, damai jauh dari ketegangan
batin, segar dan santai, dan kepada yang bersangkutan memberikan perasaan bebas
terlepas dari ketegangan dan kesibukan sehari-hari.
8. Fungsi Biologis; fungsi biologis keluarga berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan biologis anggota keluarga.
Berdasar pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa fungsi dari
keluarga, di mana masing-masing fungsi tersebut memiliki peranan masing-masing
dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, sebab semua fungsi tersebut mengarahkan
pada tujuan dibentuknya keluarga secara real.

3. Peranan Keluarga dalam Pendidikan


Keluarga adalah merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam
masyarakat, karena dalam keluargalah manusia dilahirkan, berkembang menjadi dewasa.

288
Penanaman nilai-nilai akhlaq mulia pada anak ( melalui metode storytelling berbasis media audio visual &
manajemen cinta )
Nandang Gumilar, S.Pd. NIM : 4103810318005

Bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan di dalam keluarga akan selalu mempengaruhi
tumbuh dan berkembangnya watak, budi pekerti dan kepribadian tiap-tiap manusia.
Pendidikan yang diterima dalam keluarga inilah yang akan digunakan oleh anak sebagai dasar
untuk mengikuti pendidikan selanjutnya di sekolah. Kita sebagai orangtua harus ingat
bahwa pembentukan kepribadian/karakter anak akan terbentuk dan tertanam pada diri
anak saat anak kita berusia 3 tahun dan akan sulit untuk mengubah karakter yang
sudah terbentuk tadi kelak usia anak kita sudah dewasa. Disinilah esensi dari
penanaman nilai-nilai hakiki pada anak usia dini. Kita tidak boleh melewatkan masa-
masa itu, berikan rasa kasih sayang dengan pendekatan cinta pada anak-anak kita.
Luangkan waktu kita pada anak-anak kita tercinta.
Tugas dan peran orang tua dalam keluarga terhadap pendidikan anak-anaknya lebih
bersifat pembentukan watak dan budi pekerti, latihan keterampilan dan pendidikan
kesosialan, seperti tolong-menolong, bersama- sama menjaga kebersihan rumah, menjaga
kesehatan dan ketenteraman rumah tangga, dan sejenisnya.
Kewajiban mendidik ini secara tegas dinyatakan Allah dalam surat At-
Tahrim ayat 6, yang artinya sebagai berikut:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.”(QS. At-Tahrim : 6)
Kalam Illahi di sini adalah kata kerja perintah atau fiil amar yaitu suatu kewajiban
yang harus ditunaikan oleh kedua orang tua terhadap anaknya. Kedua orang tua adalah
pendidik yang pertama dan utama bagi anaknya. Karena sebelum orang lain mendidik
anak ini, kedua orang tuanyalah yang mendidik terlebih dahulu.
Jika kita telaah hadits yang diriwayatkan oleh Anas, tugas dan tanggung jawab
kedua orang tua ini dirinci oleh Nabi Muhammad SAW, yang artinya sebagai
berikut:
“Anas mengatakan bahwa Rasulullah SAW. bersabda : “Anak itu pada hari
ketujuh dari hari kelahirannya disembelihkan akikahnya, serta diberi nama dan
disingkirkan dari segala kotoran. Jika ia telah berumur sembilan tahun,
dipisahkan tempat tidurnya, dan jika telah berumur tiga belas tahun dipukul agar

289
Penanaman nilai-nilai akhlaq mulia pada anak ( melalui metode storytelling berbasis media audio visual &
manajemen cinta )
Nandang Gumilar, S.Pd. NIM : 4103810318005

sembahyang (diharuskan). Bila ia telah berumur enam belas tahun boleh


dikawinkan. Setelah itu ayah berjabatan tangan dengannya dan mengatakan,
“saya telah mendidik, mengajar dan mengawinkan kamu, saya mohon
perlindungan kepada Allah dari fitnah-fitnah di dunia dan akhirat.”
Bila kita telaah secara mendalam, memang benar apabila tanggung jawab pendidikan
terletak di tangan kedua orang tua dan tidak dapat dipikulkan kepada orang lain. Kecuali
apabila orang tua merasa tidak mampu melakukan sendiri, maka diperbolehkan tanggung
jawabnya diserahkan kepada orang lain.

4. Klasifikasi Nilai
Klasifikasi nilai ada enam, dalam pemunculannya enam nilai tersebut
cenderung menampilkan sosok yang khas terhadap pribadi seseorang, enam
nilai yang dimaksud adalah:
1. Nilai Teoritik; Nilai ini melibatkan pertimbangan logis dan rasional dalam
pemikiran dan membenarkan sesuatu. Dalam nilai ini memiliki kadar benar salah
berdasarkan pertimbangan akal. Karena itu, nilai erat kaitannya dengan konsep,
aksioma, dalil, prinsip, teori, dan generalisasi yang diperoleh dari sejumlah
pengamatan dan pembuktian ilmiah.
2. Nilai Ekonomis; Nilai ekonomis terkait dengan pertimbangan nilai yang
berkadar untung-rugi. Obyek yang ditimbangnya adalah “harga” dari suatu barang
atau jasa. Karena itu, nilai ini lebih mengutamakan kegunaan sesuatu bagi
manusia.
3. Nilai Estetik; Nilai estetik lebih mencerminkan pada keragaman, sementara nilai
teoritik mencerminkan identitas pengalaman.
Dalam arti kata nilai estetik lebih mengandalkan pada hasil penilaian pribadi
seseorang yang bersifat subyektif, sedangkan nilai teoritik lebih
mempertimbangkan pada pertimbangan obyek yang diambil dari kesimpulan atas
sejumlah fakta kehidupan.
4. Nilai Sosial; Nilai tertinggi dalam nilai ini adalah kasih sayang antar manusia.
Nilai sosial banyak dijadikan pegangan hidup bagi orang yang senang bergaul,
suka berderma, dan cinta sesama manusia yang dikenal sebagai sosok filantropik.
5. Nilai Politik; Nilai tertinggi dalam nilai ini adalah kekuasaan. Karena itu kadar

290
Penanaman nilai-nilai akhlaq mulia pada anak ( melalui metode storytelling berbasis media audio visual &
manajemen cinta )
Nandang Gumilar, S.Pd. NIM : 4103810318005

nilainya akan bergerak dari intensitas nilai yang rendah sampai pada pengaruh
yang tinggi (otoriter). Kekuatan merupakan faktor terpenting dalam pemilikan
nilai politik.
6. Nilai Agama; Secara hakiki nilai ini merupakan nilai yang memiliki dasar
kebenaran yang paling kuat dibandingkan dengan nilai-nilai sebelumnya. Nilai
ini bersumber dari kebenaran tertinggi yang datangnya dari Tuhan.

Dalam filsafat, nilai dibedakan dalam tiga macam, yaitu: a. Nilai logika adalah
nilai benar salah. b. Nilai estetika adalah nilai indah tidak indah. c. Nilai
etika/moral adalah nilai baik buruk.

5. Keutamaan Moral
Pengertian Moral
Wila Huky dalam Daroeso (1986:22). Mengatakan kita dapat memahami moral
dengan tiga cara:
a. Moral sebagai tingkah laku hidup manusia, yang mendasarkan diri pada
kesadaran, bahwa ia terikat oleh keharusan untuk mencapai yang baik sesuai
dengan nilai dan norma yang berlaku dalam lingkungannya.
b. Moral sebagai perangkat ide-ide tentang tingkah laku hidup, dengan warna
dasar tertentu yang dipegang oleh sekelompok manusia dalam lingkungan
tertentu.
c. Moral adalah ajaran tentang tingkah laku hidup yang baik berdasarkan pandangan
hidup atau agama tertentu.
Driyarkara alam Daroeso (1986:22). Dalam bukunya yang berjudul
percikan filsafat, dikatakan “moral atau kesusilaan” adalah nilai yang sebenarnya
bagi manusia. Dengan kata lain moral atau kesusilaan adalah kesempurnaan
bagi manusia atau kesusilaan adalah kodrat manusia.
Boeman dalam Daroeso (1986:22). Menyatakan bahwa: moral adalah
suatu perbuatan atau tingkah laku manusia yang timbul karena adanya
interaksi individu-individu di dalam pergaulan.
Berdasar pernyataan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwasanya moral
adalah tuntutan, akhlak, tata aturan dalam diri batin manusia yang menjadi

291
Penanaman nilai-nilai akhlaq mulia pada anak ( melalui metode storytelling berbasis media audio visual &
manajemen cinta )
Nandang Gumilar, S.Pd. NIM : 4103810318005

pembimbing manusia dalam berperilaku. Seseorang dikatakan bermoral apabila


telah bertindak dan berperilaku sebagaimana yang diharuskan oleh kaidah-
kaidah moral, yaitu baik dan susila. Dan jika seseorang berperilaku tidak
sesuai dengan kaidah-kaidah moral yang ada maka orang tersebut dikatakan
sebagai seorang yang bermoral buruk.

6. Metode Storytelling Berbasis Media Audio Visual & Pendekatan Cinta


Metode storytelling merupakan salah satu cara yang efektif untuk
mengembangkan aspek- aspek kognitif (pengetahuan), afektif (perasaan), sosial, dan
aspek konatif (penghayatan). Storytelling merupakan sebuah seni bercerita yang dapat
digunakan sebagai sarana untuk menanamkan nilai- nilai pada anak usia sekolah
yang dilakukan tanpa perlu menggurui (Asfandiyar, 2007). Dengan bercerita atau
dongeng dapat ditanamkan berbagai macam nilai moral, nilai agama, nilai sosial,
nilai budaya, dan sebagainya. (Hidayat, 2007). Oleh karena itu storytelling merupakan
salah satu metode yang dikembangkan untuk kecerdasan moral anak dan remaja.
Metode storytelling akan lebih efektif jika kita padukan dan dikolaborasikan
dengan kemajuan teknologi. Penulis menyebutnya metode storytelling berbasis media
audio visual. Dengan audio visual anak-anak akan lebih tertarik untuk mempelajari
dan lebih mudah memahami isi dari amanat/pesan yang disampaikan melalui media
ini. Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Hamalik dalam Azhar Arsyad
(2007:15) di bawah ini.
Media Audio-Visual adalah media penyampai informasi yang memiliki
karakteristik audio (suara) dan visual (gambar). Jenis media ini mempunyai
kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua karaktaristik tersebut. Media
audio-visual dibagi dua, yaitu a) audio-visual diam yaitu media yang menampilkan
suara dan gambar diam seperti film bingkai suara (sound slide) dan b) audio-visual
gerak yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak.
Dari kedua jenis audio-visual tersebut tentunya audio-visual gerak yang paling sesuai
dengan karakteristik perkembangan anak usia dini.

292
Penanaman nilai-nilai akhlaq mulia pada anak ( melalui metode storytelling berbasis media audio visual &
manajemen cinta )
Nandang Gumilar, S.Pd. NIM : 4103810318005

PEMBAHASAN
Pendidikan Nilai Hakiki Pada Keluarga
1. Pendidikan Shalat Pada Anak
a. Al-Qur’an
Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan
sholat, ya Tuhan kami, perkenankanlah do’aku. (QS 14:40)
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan sholat dan bersabarlah kamu
dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, Kamilah yang memberi
rezki kepadamu. (QS 20:132)
b. Penelusuran Hadist
1) Sunan al-Turmudzi; hadis dimaksud adalah:
Ali bin Hujr menceritakan kepada kami, Harmalah bin Abdul Aziz bin Rabi‟ bin
Sabrah al-Juhni mengabarkan
kepada kami, dari pamannya: Abdul Malik bin Rabi‟ bin Sabrah dari Ayahnya, dari
Kakeknya, Dia berkata: Rasulullah SAW bersabda, ajarkanlah anakmu shalat ketika telah
berusia tujuh tahun dan pukullah dia pada saat berusia sepuluh tahun (apabila
meninggalkannya). (HR. al-Turmudzi).
2) Sunan Abu Daud; hadis dimaksud adalah:
Muhammad bin Isa-yaitu bin Atthiba‟ menceritakan kepada kami, Ibrahim bin
Sa‟ad menceritakan kepada kami, dari Abdul Malik bin Rabi‟ bin Sabrah dari
ayahnya dari kakeknya, kakeknya yaitu Sabrah bin Ma‟bad al-Juhni dia berkata: Nabi
SAW bersabda: suruhlah anak-anak mengerjakan shalat, apabila telah berumur tujuh
tahun dan pukullah dia apabila meninggalkannya apabila telah berumur sepuluh tahun.
(HR. Abu Daud).
Mu‟mal bin Hisyam yakni al-Yaskuri menceritakan kepada kami, Isma‟il
menceritakan kepada kami, dari Sawwar Abi Hamzah as-Sairofi, dari Amr bin Syuaib
dari ayahnya, dari kakeknya. Dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: suruhlah anak-
anakmu mengerjakan shalat, sedang mereka berumur tujuh tahun. Dan pukullah
mereka karena meninggalkannya, sedang mereka berumur sepuluh tahun. Dan pisahlah
diantara mereka itu dari tempat tidurnya. (HR. Abu Daud).
3) Musnad Ahmad bin Hanbal

293
Penanaman nilai-nilai akhlaq mulia pada anak ( melalui metode storytelling berbasis media audio visual &
manajemen cinta )
Nandang Gumilar, S.Pd. NIM : 4103810318005

Abdullah menceritakan kepada kami, Ayahku menceritakan kepada kami, Waki‟


menceritakan kepada kami, Daud bin Sawwar menceritakan kepada kami, dari Umar bin
Syu‟aib, dari Ayahnya, dari Kakeknya, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda,
perintahkanlah anak- anakmu mengerjakan shalat ketika sampai pada usia tujuh tahun,
dan pukullah mereka apabila meninggalkannya apabila telah berumur sepuluh tahun,
dan pisahlah diantara mereka itu dari tempat tidurnya. (HR. Ahmad bin Hanbal).

2. Menghormati Orangtua
a. Dalil Alqur'an tentang kewajiban berbakti kepada orang tua.
Allah berfirman di dalam surat Al-Isra’ ayat 23-24.
‫فﻻ‬
‫ﺣ ًﺴﺎﻧﺎ ۚ◌ ِ ﱠإﻣﺎ َُ ْ َﻳﺒﻠﱠﻐﻦ ْﻋِ َﻨ َﺪك ْ َِاﻟ َﻜ َ َأُﺣ ُﺪ َﻤﺎ َ ْ أو َِﻛ ُﻼ َﻤﺎ َ َ ﻓﻼ َ ُ ﺗ ْﻘﻞ َ ُ َﻟﻤﺎ ٍ ُ َّ أو‬
َ ‫َ ِ ْو َﺎﻟﻮاﻟِ َ ْﺪ ِﻳﻦ ِ ْإ‬ ‫َو َﻗ ٰ َ ﱡ َرﻚ َ ﱠ أﻻ َ ْ ُ ُﻌﺒﺪوا ﱠ ِ إﻻ ِ ﱠإ ُﻳﺎﻩ‬

‫َ ْ َﺗ ْ ُﺮ َﻤﺎ َ ُ وْﻗﻞ َ ُ َﻟﻤﺎ َ ًْﻗﻮﻻ َ ِﻛﺮ ًﻤﺎ‬

Artinya :
“Dan Rabb-mu telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah
melainkan hanya kepadaNya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan
sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut
disisimu maka janganlah katakan kepada keduanya ‘ah’ dan janganlah kamu membentak
keduanya” [Al-Isra : 23]
‫اﻟﺮ َﺣﻤِﺔ َُ وْﻗﻞ ِ َ ّرب ْ َار ْﺣ ُﻤ َﻤﺎ َ َﻛﻤﺎ َ ﱠ َرﻴﺎ ِ ﻲ َﺻﻐِ ً ا‬
ْ ‫اﻟﺬﻣِل َﻦ ﱠ‬
ّ ‫ِﱡ‬ ‫ﺾ َ ُﻟَﻤﺎ َ َﺟﻨ َﺎح‬
ْ ِ‫َ وْاﺧﻔ‬

Artinya :
“Dan katakanlah kepada keduanya perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu
terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang. Dan katakanlah, “Wahai Rabb-ku
sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu kecil” [Al-Isra : 24]

a. Tinjauan Hadist
Merupakan Amal Yang Paling Utama ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu
berkata.
‫ ِ ﱡْﺑﺮ َاﻟﻮاﻟِ َ ْﺪ ِﻳﻦ‬: ‫ َ ﻗ َﺎل ُ ْ ُﻗﻠﺖ ُ ﱠﺛﻢ َ ﱡأي؟ َ ﻗ َﺎل‬،‫ﻟﺼﻼة َﻋ َْ و َِﻗ ﺎ‬
ُ َ ‫ َ ا ﱠ‬: ‫ﻀﻞ؟ َ ﻗ َﺎل‬
ُ ‫ﺳﻠﻢ َ ﱡأي ْ َاﻟَﻌ ِﻤﻞ َ ْ أ َﻓ‬
َ ‫ َ َ ْﺳُﺄﻟﺖ َ ُرﺳ َﻮل ﷲِ ﱠ َﺻ ُﷲ َ ْﻋﻠ ِﻴﮫ َ ﱠَو‬،

ِ‫ﺳ ِﻴﻞ ﷲ‬
ِْ َ ِ ‫ ْ ا ِ َ ُﺎد‬: ‫ ُ ْ ُﻗﻠﺖ ُ ﱠﺛﻢ َ ﱡأي؟ َ ﻗ َﺎل‬: ‫َ ﻗ َﺎل‬

294
Penanaman nilai-nilai akhlaq mulia pada anak ( melalui metode storytelling berbasis media audio visual &
manajemen cinta )
Nandang Gumilar, S.Pd. NIM : 4103810318005

“Aku bertanya kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, ‘Amal apakah yang
paling utama?’ Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Shalat pada waktunya
(dalam riwayat lain disebutkan shalat di awal waktunya).’ Aku bertanya lagi, ‘Kemudian
apa?’ Nabi menjawab: ‘Berbakti kepada kedua orang tua.’ Aku bertanya lagi: ‘Kemudian
apa?’ Nabi menjawab, ‘Jihad di jalan Allah.

3. Berkata Jujur
a. Al-Qur'an Surat al-Maidah ayat 8.
‫ٱﻋِ ۟ﺪﻟﻮا ُ َﻮ َ ْ َأﻗ ُﺮب‬
ُ ْ ◌ ۚ ‫َ ْﻳ ِﺠ َ ﱠ ُﺮﻣﻨ ْﻜﻢ َ َﺷﻨُـﺎن َ ْﻗ ٍﻮم َ ٰﻋ ٓ َ ﱠ أﻻ َ ْ ُﻌِ ۟ﺪﻟﻮا‬ ‫ﺷ َﺪاء ِْ ﺑ ﻘِﭑﻟ ْﺴ ِﻂ ۖ ◌ َ وﻻ‬
َٓ َ ُ ‫َ ٰ ٓ َﻳ ﱡ َﺄ ﺎ ﱠ ِٱﻟﺬ َﻳﻦ َ ء َ ُ ۟اﻣﻨﻮا ُ ُ ۟ﻮﻧﻮاَ ﱠﻗ ٰﻮ ﻣِ َ ن ﱠ ﻟِ ِﻠﮫ‬

‫ﻟِ ﱠ ْﻠﺘ َﻘ ٰﻮى ۖ ◌ َ ﱠوُ ۟ٱﺗﻘﻮا ﱠ َٱﻟﻠﮫ ۚ◌ ِ ﱠإن ﱠ َٱﻟﻠ َﮫ ِﺧﺒ ٌ ۢ ِ َﺑﻤﺎ َ ْ ُ َﻌﻤﻠ َﻮن‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena
Allah (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu
kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih
dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Mahateliti terhadap
apa yang kamu kerjakan.” (QS. al-Maidah : 8)

b. Hadis Tentang Kejujuran.


1. Hadis dari Abdullah bin Mas’ud ra.
‫اﻟﺼق َ ْ ِﺪي َ ِ إ ْ ِ ّاﻟ ِ َ ِ ﱠوإن ْ ِ ﱠاﻟ َ ْ ِﺪي َ ِ إ‬
‫ِ ْ َّﺪ‬ ‫ﺎﻟﺼق َ ِ ﱠﻓﺈن‬
‫ِ ﺑ ِ ْ ّ ِﺪ‬ ‫ﺳﻠﻢ َ ُْﻋﻠﻴ ْﻜﻢ‬
َ ‫اﻟﻠﮫ ﱠ َﺻ ﱠ ُاﻟﻠﮫ َ ْﻋﻠﻴِﮫ َ َﱠو‬
ِ ‫اﻟﻠﮫ َ ﻗ َﺎل َ ﻗ َﺎل َ ُرﺳ ُﻮل ﱠ‬
ِ ‫َ ْﻋﻦ َ ْﻋﺒِﺪ ﱠ‬

‫ﺻﺪ ِ ًﻳﻘﺎ َ ِ ﱠوإُﻳ ْﺎﻛﻢ َ ْ َواﻟﻜِﺬ َب َ ِ ﱠﻓﺈن ْ َ اﻟﻜِﺬ َب َ ْ ِﺪي َ ِ إ ْ ُاﻟ ُﻔﺠ ِﻮر‬
ّ ِ ‫اﻟﻠﮫ‬
ِ ‫ُْ َﻳﻜ َﺘﺐ ْﻋِ َﻨﺪ ﱠ‬ ‫اﻟﺼق َ ﱠﺣ‬
‫ِ ْ َّﺪ‬ ‫اﻟﺮ ُﺟﻞ َ ﻳ ْ ُﺼ ُﺪق َ َو َﺘﺤﺮﱠى‬
ُ ‫ْ ا َ ﱠ ِﻨﺔ َ َوﻣﺎ َ َﻳﺰ ُال ﱠ‬

‫اﻟﻠﮫ َ ﱠﻛ ًﺬاﺑﺎ‬
ِ ‫اﻟﺮ ُﺟﻞ َْ ﻳ ِﻜﺬ ُب َ َو َﺘﺤﺮﱠى ْ َاﻟ ِﻜﺬ َب َ ﱠﺣ ُْ َﻳﻜ َﺘﺐ ْﻋِ َﻨﺪ ﱠ‬
ُ ‫َ ِ ﱠوإن ْ ُاﻟ ُﻔﺠ َﻮر َ ْ ِﺪي َ ِ إ ﱠاﻟﻨ ِﺎر َ َوﻣﺎ َ َﻳﺰ ُال ﱠ‬

Diriwayatkan dari ‘Abdullah ra., Rasulullah Saw. bersabda, “Hendaklah kamu


berlaku jujur karena kejujuran menuntunmu pada kebenaran, dan kebenaran menuntunmu
ke surga. Dan sesantiasa seseorang berlaku jujur dan selalu jujur sehingga dia tercatat di
sisi Allah Swt. sebagai orang yang jujur. Dan hindarilah olehmu berlaku dusta karena
kedustaan menuntunmu pada kejahatan, dan kejahatan menuntunmu ke neraka. Dan
seseorang senantiasa berlaku dusta dan selalu dusta sehingga dia tercatat di sisi Allah Swt.
sebagai pendusta.” (HR. Muslim)

2. Hadis dari Abdullah bin Mas’ud ra.

295
Penanaman nilai-nilai akhlaq mulia pada anak ( melalui metode storytelling berbasis media audio visual &
manajemen cinta )
Nandang Gumilar, S.Pd. NIM : 4103810318005

‫ﺳﻠﻢ ِ ﱠإُﻳ ْﺎﻛﻢ َ ْ َواﻟﻜِﺬ َب َ ِ ﱠﻓﺈن ْ َاﻟ ِﻜﺬ َب َ ْ ِﺪي َ ِ إ ْ ُاﻟ ُﻔﺠ ِﻮر َ ِ ﱠوإن ْ ُاﻟ ُﻔﺠ َﻮر‬
َ ‫اﻟﻠﮫ ﱠَﺻ ﱠ ُاﻟﻠﮫ َ ْﻋﻠ ِﻴﮫ َ َﱠو‬
ِ ‫اﻟﻠﮫ َ ﻗ َﺎل َ ﻗ َﺎل َ ُرﺳ ُﻮل ﱠ‬
ِ ‫َ ْﻋﻦ َ ْﻋﺒِﺪ ﱠ‬

‫اﻟﺼق َ ْ ِﺪي َ ِ إ ْ ِ ّاﻟ ِ َ ِ ﱠوإن‬


‫ِ ْ َّﺪ‬ ‫ﺎﻟﺼق َ ِ ﱠﻓﺈن‬
ِ‫ِ ﺑ ِ ْ ّﺪ‬ ‫اﻟﻠﮫ َ ﱠﻛ ًﺬاﺑﺎ َ َو ُْﻋﻠﻴ ْﻜﻢ‬
ِ ‫اﻟﺮ َﺟﻞ َ َْ ﻟﻴﻜِﺬ ُب َ َو َﺘﺤﺮﱠى ْ َاﻟﻜِﺬ َب َ ﱠﺣ ُ ْ َﻳﻜ َﺘﺐ ْﻋِ َ ﻨﺪ ﱠ‬
ُ ‫َ ْ ِﺪي َ ِ إ ﱠاﻟﻨ ِﺎر َ ِ ﱠوإن ﱠ‬

‫ﺻﺪ ِ ًﻳﻘﺎ‬
ّ ِ ‫اﻟﻠﮫ‬
ِ ‫اﻟﺼق َ ﱠﺣ ُْ َﻳﻜ َﺘﺐ ْﻋِ َﻨﺪ ﱠ‬
‫ِ ْ َّﺪ‬ ‫اﻟﺮ َﺟﻞ َ َ ﻟﻴ ْ ُﺼ ُﺪق َ َو َﺘﺤﺮﱠى‬
ُ ‫ْ ِ ﱠاﻟ َ ْ ِﺪي َ ِ إ ْ ا َ ﱠ ِﻨﺔ َ ِ ﱠوإن ﱠ‬

Dari Abdullah ia berkata, "Rasulullah Saw bersabda: "Jauhilah kebohongan, sebab


kebohongan menggiring kepada keburukkan, dan keburukkan akan menggiring kepada
neraka. Dan sungguh, jika seseorang berbohong dan terbiasa dalam kebohongan hingga
di sisi Allah ia akan ditulis sebagai seorang pembohong. Dan hendaklah kalian jujur,
sebab jujur menggiring kepada kebaikan, dan kebaikan akan menggiring kepada surga.
Dan sungguh, jika seseorang berlaku jujur dan terbiasa dalam kejujuran hingga di sisi
Allah ia akan ditulis sebagai orang yang jujur." (HR. Abu Dawud)

4. Tidak Bersikap Sombong


• Q.S Al-Isra’: 37
) ٣٧( ‫ض َ ﻣ ًﺮَﺣﺎ ﱠ ِ إَﻧﻚ َ ْﻟﻦ َ ْ ﺗ ِ َﺨﺮق ْاﻷر َض َ َ ْوﻟﻦ َ ُ ْ َﺗﺒﻠﻎ ْ ا ِ َ ﺒ َﺎل ُ ﻃﻮﻻ‬
ِ ‫َ وﻻ َ ْﺗﻤ ِﺶ ِ ْاﻷر‬

dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena
Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak
akan sampai setinggi gunung.
• AS-SAJDAH :15
)١٥( ‫ﱠ ِ َإﻧﻤﺎ ُ ْ ﻳ ﻣِﺆ ُﻦ ِ َﺑﺂﻳ َﺎﺗِ ﻨﺎ ﱠ ِاﻟﺬ َﻳﻦ َ ِ ُإ ِاذﻛ ّ ُﺮوا َِ ﺎ َ ﱡﺧﺮوا ُ ﱠ ً ﺪا َ َو ﱠﺳ ُﺒﺤﻮا ِ َﺑ ْﺤﻤ َِ ِﺪر ّ ِ ْﻢ َ ُو ْﻢ ﻻ َ ْ َ ْﺴﺘ ِ ُﻜ َون‬

Sesungguhnya orang yang benar benar percaya kepada ayat ayat Kami adalah
mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat ayat itu mereka segera bersujud seraya
bertasbih dan memuji Rabbnya, dan lagi pula mereka tidaklah sombong.
• AZ-ZUMAR :60
)٦٠( ‫َ َﱠﺟ َﻨﻢ َْ ًﻣﺜﻮى ْ ﻟِ ُ َﻠﻤﺘ ِﻜ ّ ِ َﻳﻦ‬ ِ ‫اﻟﻠﮫ ُ ُوﺟ ُﻮ ُ ْﻢ ُ ْﻣ َﺴ ﱠ ٌﻮدة َ َ ْ أﻟ َﺲ‬
ِ ‫ﺎﻣﺔ َ ﺗﺮَى ﱠ ِاﻟﺬ َﻳﻦ َ َ ُﻛﺬﺑﻮا َﻋ ﱠ‬
ِ َ ‫َ َ ْو َﻮم ْ ِاﻟَﻘﻴ‬

60. dan pada hari kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat Dusta
terhadap Allah, mukanya menjadi hitam. Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada
tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri?
"Rasulullah Saw berkata: “ Orang yang memiliki sikap sombong tidak akan masuk
surga”

296
Penanaman nilai-nilai akhlaq mulia pada anak ( melalui metode storytelling berbasis media audio visual &
manajemen cinta )
Nandang Gumilar, S.Pd. NIM : 4103810318005

5. Bersikap Lemah Lembut


Allah ta’ala berfirman
)٤( ‫ُ ٍﺧﻠﻖ َﻋ ِﻈ ٍﻴﻢ‬ ‫َ ﱠ ِو َإﻧﻚ َ َﻟﻌ‬

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Qs. Al


Qalam: 4)
Allah mensifati beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan sifat lemah lembut dan
penyayang. Allah ta’ala berfirman,
‫اﻟﻠﮫ ْ ﻟِ َﻨﺖ َ ُﻟْﻢ َ ْوﻟﻮ ُ ْ َﻛﻨﺖ َ ﻓﻈﺎ َ ﻠِﻏ َﻴﻆ ْ َْاﻟﻘ ِﻠﺐ ْ َﻻﻧﻔ ﱡﻀﻮا ﻣِ ْﻦ َ ْﺣ ﻟِﻮ َﻚ‬
ِ ‫َ ِﻓَﺒﻤﺎ َ ر ْ َﺣﻤٍﺔ ﻣِ َﻦ ﱠ‬

“Maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka, sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekelilingmu.” (Qs. Ali Imran: 159)
Allah juga mensifati beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan sifat pengasih dan
penyayang kepada kaum mukminin. Allah ta’ala berfirman
)١٢٨( ‫ﺺ َ ُْﻋﻠﻴ ْﻜﻢ ِ ْﺑُ ْﺎﳌ ﻣِﺆ ﻨِ َن َ ُرء ٌوف َ ِرﺣ ٌﻴﻢ‬
ٌ ‫َ َ ْﻟﻘﺪ َﺟ َُﺎء ْﻛﻢ َ ُرﺳ ٌﻮل ﻣِ ْﻦ َ ْ ُ أﻧﻔ ِ ُﺴ ْﻜﻢ َ ِﻋﺰٌ ﺰ َ ْﻋﻠ ِﻴﮫ َ ﻣﺎ َ ﱡﻨِﻋ ﺘ ْﻢ َ ِﺣﺮ‬

“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa
olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat
belas kasih lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (Qs. At Taubah)
"Rasulullah Saw menganjurkan kepada kita untuk lembut bertutur kata dan
berperilaku santun kepada orang tua, guru, kakak, adik, teman dan kepada siapapun,
bahkan Rasulullah Saw menganjurkan untuk bersikap lemah lembut kepada binatang dan
tumbuhan.

6. Memberi Lebih Baik dari Meminta


َ ْ ‫ َ ْ َ ُاﻟﻴﺪ ْ ْ ُ َاﻟﻌﻠﻴﺎ َ ْ ٌﺧ ﻣِ َﻦ ْ َاﻟﻴِﺪ ﱡ‬: ‫ﺳﻠﻢ َ ﻗ َﺎل‬
‫ َ ْو َاﺑﺪأ ِ َﺑ ْﻤﻦ‬، ‫اﻟﺴﻔ‬ َ ‫َ ْﻋﻦ َﺣ ِ ْﻜ ِﻴﻢ ْ ِﺑﻦ ِ َﺣﺰ ٍام َ ر ِ َ ُﷲ َ ْ ُﻋﻨﮫ َ ِﻋﻦ ﱠ ِاﻟﻨّ ِ ﱠَﺻ ُﷲ َ ْﻋﻠ ِﻴﮫ َ َﱠو‬

‫ َ َوْﻣﻦ َ ْ َ ْﺴﺘ ِﻐﻦ ُ ْ ﻨِﻐ ِﮫ ُﷲ‬،‫ﺴﺘﻌﻔِ ْﻒ ُ ﱠﻌِ ُﻔﮫ ُﷲ‬


ْ َ ْ َ ‫ َ َوْﻣﻦ‬، ِ‫اﻟﺼﺪ ِﻗﺔ َ ْﻋﻦ َ ْﻇ ِﺮ ًﻏ‬
ََ‫ﱠ‬ ‫ َ َ ْو ُﺧ‬،‫َ ُ ْﻌ ُﻮل‬

Dari Hakîm bin Hizâm Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Tangan yang di atas lebih baik daripada
tangan yang di bawah. Dan mulailah dari orang yang menjadi tanggunganmu. Dan sebaik-
sebaik sedekah adalah yang dikeluarkan dari orang yang tidak membutuhkannya.
Barangsiapa menjaga kehormatan dirinya maka Allâh akan menjaganya dan barangsiapa
yang merasa cukup maka Allâh akan memberikan kecukupan kepadanya.”

297
Penanaman nilai-nilai akhlaq mulia pada anak ( melalui metode storytelling berbasis media audio visual &
manajemen cinta )
Nandang Gumilar, S.Pd. NIM : 4103810318005

SIMPULAN
Dengan menggunaan metode storytelling berbasis media audio-visual
mempermudah peran dan tugas orangtua dalam menanamkan nilai-nilai hakiki pada
anaknya. Ke enam nilai hakiki yang telah diutarakan sebelumnya (pendidikan shalat pada
anak, menghormati orangtua, berkata jujur, tidak bersikap sombong, bersikap lemah
lembut dan lebih baik memberi dari pada meminta) akan lebih cepat tertanam pada diri
anak dan tidak akan mudah lupa. Anak akan selalu ingat dengan apa yang sudah
dipelajarinya.
Tetapi kita sebagai orangtua harus ingat dan jangan hanya mengandalkan media
tersebut. Kita harus tetap mendampingi, mengarahkan dan memberi penekanan-
penekanan terhadap hal-hal yang penting dari tayangan melalui media tersebut. Curahkan
rasa kasih sayang dan cinta kasih kita kepada anak-anak kita, dan yang lebih baik adalah
kehadiran ayah dan bundanya yang sama-sama mencurahkan kasih sayang dengan penuh
cinta. Inilah yang dikatakan manajemen cinta seperti yang penulis tulis sebelumnya.
Alhamdulillah, proses penanaman nilai-nilai akhlaq mulia yang bersumber dari Al-
Quran dan Hadist melalui storytelling berbasis audio-visual yang dipadukan dengan
manajemen cinta pada kedua anak kami bisa dikatakan berhasil. Hal ini dapat terlihat dari
kehidupan sehari-hari putri kami melalui sikap dan perilakunya sehari-hari.
Diakhir paragraf ini penulis mengajak kepada seluruh orangtua untuk menanamkan
nilai hakiki pada anak-anak kita sedini mungkin. Hal ini dilakukan agar kelak dewasa
anak-anak kita memiliki akhlaq yang mulia dan menjadi kebanggaan orangtua.

“Kasih Sayang Orangtua adalah Cinta Sejati yang Sesungguhnya”

298
Penanaman nilai-nilai akhlaq mulia pada anak ( melalui metode storytelling berbasis media audio visual &
manajemen cinta )
Nandang Gumilar, S.Pd. NIM : 4103810318005

DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata, 2013. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia.
Jakarta : Rajagrafindo Persada.

Fitri, Agus Zainul. 2012. Pendidikan Karakter Berbasis


Nilai dan Etika di Sekolah. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.

Mulyana, Rohmat. 2004. Mengaktualisasikan Pendidikan Nilai. Bandung:


Alfabeta.

Rachman, Maman. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Moral dalam


Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Campuran, Tindakan, dan
Pengembangan. Semarang: UNNES PRESS.

Tri Maryani. 2015. Penanaman Nilai-Nilai Keutamaan Moral


Pada Remaja Dalam Keluarga Tni-Ad Di Asrama Depo
Pendidikan (Dodik) Secata Rindam Iv/Diponegoro.
Skripsi. Tidak diterbitkan. Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Semarang.

299
Penanaman nilai-nilai akhlaq mulia pada anak ( melalui metode storytelling berbasis media audio visual &
manajemen cinta )
Siti Marliah NIM : 4103810318028

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI HOLISTIK INTERGRATIF BERDIMENSI


SOSIAL, BUDAYA DAN EKONOMI (PAUD HIBER)
.
Siti Marliah
SEKOLAH PASCA SARJANA UNINUS

ABSTRAK

Pengembangan Anak Usia Dini Holistik Integratif (PAUD HI) direncanakan


secara sistematis dan diterapkan secara sistemik di Satuan PAUD (TK/KB/TPA/SPS)
untuk mengoptimalkan potensi tumbuh kembang anak secara optimal agar kelak
menjadi anak yang berkualitas dan berdaya saing di masa depan. Layanan stimulasi
holistik mencakup layanan pendidikan, kesehatan, gizi, perawatan, pengasuhan,
perlindungan dan kesejahteraan menjadi kebijakan pengembangan anak usia dini
dengan melibatkan pihak terkait baik instansi pemerintah, organisasi kemasyarakatan,
organisasi profesi, tokoh masyarakat, dan orang tua. PAUD Hiber ( Holistik Integratif
berdimensi sosial, budaya dan ekonomi) sebagai inovasi dari PAUD Holistik Integratif
yang tidak saja yang memberikan layanan pendidikan, kesehatan, gizi, perawatan,
pengasuhan perlindungan dan kesejahteraan juga mengembangkan karakter dengan
memperhatikan aspek sosial, budaya dan ekonomi lokal secara simultan, sistematis,
menyeluruh, terintegrasi dan berkesinambungan.

Kata kunci : Pembelajaran, Holistik-Integratif, Anak Usia Dini

Latar Belakang
Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) di Kota Bandung cukup tinggi. Besarnya partisipasi masyarakat ini
berkontribusi pada angka partisipasi kasar (APK) PAUD di Kota Bandung yang
ditargetkan mencapai 80% pada tahun 2018.
Berdasarkan Data Pokok Pendidik (Dapodik) Tahun 2017 jumlah lembaga
PAUD 1.098, terdiri dari 1.096 lembaga PAUD yang diselenggarakan oleh masyarakat
dan 3 lembaga yang diselenggarakan oleh pemerintah. Peranan pemerintah selanjutnya
mendorong peningkatkan mutu layanan PAUD, sehingga layanan PAUD di Kota
Bandung menjadi berkualitas.
Dalam rangka meningkatkan layanan PAUD berkualitas, pada tahun 2017
Pemerintah Kota Bandung mengembangkan PAUD Hiber ( Holistik Integratif
berdimensi sosial, budaya dan ekonomi) sebagai inovasi dari PAUD Holistik Integratif
300

Pendidikan Anak Usia Dini Holistik Intergratif Berdimensi Sosial, Budaya Dan Ekonomi (PAUD Hiber)
Siti Marliah NIM : 4103810318028

yang tidak saja yang memberikan layanan pendidikan, kesehatan, gizi, perawatan,
pengasuhan perlindungan dan kesejahteraan juga mengembangkan karakter dengan
memperhatikan aspek sosial, budaya dan ekonomi lokal secara simultan, sistematis,
menyeluruh, terintegrasi dan berkesinambungan.
Layanan PAUD bermutu bagi semua anak merupakan kebutuhan agar potensi
yang dimiliki anak tidak sia-sia. Di sisi lain, perlu disadari ada keterbatasan prasarat
mutu partisipasi masyarakat dalam menyelenggarakan PAUD. Oleh karena itu Kota
Bandung mencanangkan PAUD bermutu dengan Model Hiber.
Keberadaannya minimal satu perkecamatan dan menjadi rujukan. Dengan
begitu, melalui PAUD Hiber diharapkan PAUD dapat terbang. Membantu PAUD
sekitar ikut menjadi terbang menuju cita-cita atau standar PAUD bermutu. Selain itu,
PAUD Hiber diharapkan dapat mengoptimalkan kualitas layanan pendidikan anak usia
dini di Kota Bandung dengan menghadapi tantangan perkembangan masalah sosial
kemasyarakatan yang semakin kompleks.

Landasan Teori
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), seperti dinyatakan dalam Pasal 1 Butir 14,
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah
upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun.
Dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan
dan perkembangan jasmani dan rohani, agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebuh lanjut.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 tahun 2013 tentang
Pendidikan Anak Usia Dini Holistik Integratif. Pengembangan Anak usia Dini Holistik
Integratif adalah upaya pengembangan anak usia dini untuk memenuhi kebutuhan
esensial anak yang beragam. Saling terkait secara simultan, sistematis dan terintegrasi.
Dalam setiap pelaksanaan pembelajaran di sekolah anak usia dini, seorang guru
harus mempertimbangkan banyak faktor. Selain karena pembelajaran, pada dasarnya
merupakan implementasi dari kurikulum yang berlaku dan selalu membutuhkan
landasan-landasan yang kuat dan didasarkan atas hasil pemikiran yang mendalam.
Pembelajaran pada hakikatnya menempati posisi/kedudukan yang sangat strategis dalam
keseluruhan kegiatan pendidikan dan sangat menjadi penentu terhadap keberhasilan

301

Pendidikan Anak Usia Dini Holistik Intergratif Berdimensi Sosial, Budaya Dan Ekonomi (PAUD Hiber)
Siti Marliah NIM : 4103810318028

pendidikan. Dengan posisi yang penting itu, maka proses pembelajaran tidak bisa
dilakukan secara sembarangan, dibutuhkan berbagai landasan atau dasar yang kokoh
dan kuat. Landasan-landasan tersebut pada hakikatnya adalah faktor-faktor yang harus
diperhatikan dan dipertimbangkan oleh para guru pada waktu merencanakan,
melaksanakan, serta menilai proses dan hasil pembelajaran (Patmonodewo,2000:38).

Pembahasaan
Siapa Anak Usia Dini?
Anak usia dini adalah semua anak yang berusia 0-6 tahun dengan segala
karakteristiknya, baik yang mengikuti pendidikan pada satuan pendidikan anak usia dini
atau tidak. Definisi anak usia dini menjadi dasar dalam program Pendidikan Anak Usia
Dini Holistik Intergratif berdimensi sosial, budaya dan ekonomi (PAUD Hiber) di Kota
Bandung.

Apa itu Pendidikan Anak Usia Dini?


Pendidikan Anak Usia Dini selanjutnya disebut PAUD, adalah suatu upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun. Dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan,
perkembangan jasmani dan rohani. Agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut. Hal ini tertuang dalam pasal 1 Butir 14 Undang-undang Nomor
20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional 2003.

Apa itu PAUD Hiber?


PAUD Hiber adalah model pengembangan pendidikan anak usia dini di Kota
Bandung. Kata Hiber berasal dari Bahasa Sunda yang berarti terbang. Sebagai bagian
dari semangat bagi PAUD Kota Bandung untuk maju dan juara.
Pelaksanaan PAUD Hiber menangani masalah pengembangan anak, perempuan
dan keluarga dengan memperhatikan dimensi sosial, budaya dan ekonomi. Sebagai
inovasi dalam mengembangkan konsep PAUD Holistik Itegratif yang meliputi aspek
pendidikan, kesehatan gizi, pengasuhan, perlindungan dan kesejahteraan. Pendekatan
PAUD Hiber diterapkan secara kolaboratif dan partisipatif yang melibatkan pemerintah,
perguruan tinggi, lembaga mitra , organisasi masyarakat maupun dunia usaha.

302

Pendidikan Anak Usia Dini Holistik Intergratif Berdimensi Sosial, Budaya Dan Ekonomi (PAUD Hiber)
Siti Marliah NIM : 4103810318028

Dalam praktiknya, pertama pada pendekatan dimensi sosial memiliki berbagai


aktivitas sosial yang dapat menumbuhkan nilai empati. Contoh, nilai berbagi pada
kegiatan makan bersama, berkunjung ke teman yang sakit, berbagi dengan memberi
bantuan kepada teman yang kurang secara ekonomi.
Dimensi budaya berisi berbagai aktivitas pelayanan yang memiliki muatan
budaya. Dalam menjaga, memelihara, melestarikan serta menjunjung nilai kearifan
lokal budaya sunda, silih asih, silih asah,silih asuh dan silih wawangi. Berlandaskan
pada kegiatan rebo nyunda, kaulinan tradisional dan festival budaya.
Terakhir, kegiatan pada pendekatan dimensi ekonomi merupakan kegiatan yang
memiliki nilai ekonomis dan berdampak positif menanamkan nilai jiwa wirausaha.
Seperti melatih menabung, melatih hidup sederhana, rekreasi ke pasar, proses transaksi,
pagelaran atau festival hasil produk anak, guru dan orangtua.

Keterlibatan Mitra kerja PAUD Hiber


1. Pemerintah Pusat dan Daerah
Pemerintah pusat memiliki peran sebagai pengatur kebijakan PAUD secara
nasional. Melakukan monitoring dan evaluasi agar implementasinya sesuai dengan
Peraturan Presiden nomor 60 tahun 2013 Tentang PAUD Holistik Integratif.
Pemerintah daerah Kota Bandung berperan sebagai pelaksanan kebijakan
pemerintah pusat,skaligus berperan aktif dalam mengelola kegiatan ataupun
program PAUD Hiber. Disamping itu, mendirikan kelompok kerja PAUD Hiber,
yang terdiri atas berbagai komponen pemilik peran dari perangkat daerah di Kota
Bandung, diantaranya :
 Dinas Pendidikan, melaksanakan pelayanan pendidikan meliputi bimbingan
teknis, supervisi, pelatihan, pendampingan evalusi dan pelaporan terkait layanan
PAUD Hiber.
 Dinas Kesehatan, mendukung layanan PAUD Hiber sesuai bidang kewenangan
meliputi pemeriksaan kesehatan, gizi, imunisasi, pemberian vitamin kepada
anak, penyuluhan kesehatan untuk orangtua, dan program lain yang
dikoordinasikan oleh dinas kesehatan.

303

Pendidikan Anak Usia Dini Holistik Intergratif Berdimensi Sosial, Budaya Dan Ekonomi (PAUD Hiber)
Siti Marliah NIM : 4103810318028

 Dinas Sosial, mendukung layanan PAUD Hiber sesuai bidang kewenangan.


Meliputi pelayanan perlindungan, rehabilitasi untuk anak yang mengalami kasus
kekerasan, penelantaran dan penyuluhan kepada orangtua.
 Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP2KB), mendukung
layanan PAUD Hiber terkait bidang kewenangan. Misal, layanan pengasuhan di
satuan PAUD termasuk penyuluhan tentang pengasuhan kepada orangtua.
 Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, mendukung layanan PAUD Hiber
sesuai bidang kewenangan. Miasal, memberi perlindungan hak-hak sipil anak,
seperti memiliki identitas akta kelahiran.
 Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Pemberdayaan
Masyarakat (DP3APM), mendukung layanan PAUD Hiber sesuai bidang
kewenangan. Misal, mengintegrasikan program-program pemberdayaan
perempuan dan perlindungan anak dalam proses layanan PAUD Hiber.
 Dinas Koprasi, usaha mikro, kecil dan menengah, melaksanakan pelayanan,
bimbingan teknis, supervisi, advokasi fasilitas layanan PAUD Hiber dengan
mengoptimalkan daya dukung yang ada di masyarakat.
 Polres dan Polsek, melaksanakanpelayanan, bimbingan teknis, supervisi,
advokasi berupa pelatihan, evaluasi dan pelaporan terkait layanan keamanan dan
ketertiban di satuan PAUD termasuk penyuluhan tentang jaminan keamanan dan
perlindungan hukum dari tindak penelantaran dan kekerasan terhadap anak di
dalam keluarga.
 Perangkat Daerah lain yang memiliki keterkaitan langsung ataupun tidak
langsung dalam pengembangan PAUD Hiber sesuai kewenangan.
2. Perguruan Tinggi
Perguruan tinggi yang di maksud adalah Laboratorium Pendidikan Luar Sekolah
(PLS) UPI Bandung, Pusat Studi Desentralisasi dan Pembangunan Partisipasif
FISIP UNPAD, dan Perguruan tinggi lain yang berpotensi terlibat aktif. Dalam
pengembangan PAUD Hiber yang akan datang sebagai bentuk pengabdian mereka
kepada masyarakat.
3. Lembaga Mitra
Lembaga mitra berperan strategis mendukung program-program pengembangan
PAUD Hiber sesuai fungsi dan program yang dimiliki.

304

Pendidikan Anak Usia Dini Holistik Intergratif Berdimensi Sosial, Budaya Dan Ekonomi (PAUD Hiber)
Siti Marliah NIM : 4103810318028

4. Organisasi Masyarakat
Organisasi masyarakat berperan aktif mengawal, memfasilitasi dan mendukung
PAUD Hiber dalam mengembangkan program PAUD Hiber melalui kajian,
pendampingan dan pengembangan program.
5. Dunia Usaha
Kalangan dunia usaha berperan strategis mendukung program –program
pengembangan PAUD Hiber. Sesuai dengan program dimiliki, seperti
memanfaatkan agenda corporate social responsibility (CSR), baik pendanaan
maupun kontribusi lain, seperti kunjungan anak dan lain-lain.
6. Tokoh Masyarakat
Tokoh masyarakat berperan mendukung program-program pengembangan
PAUD Hiber sesuai peran yang dimiliki. Misal, mendampingi, membina, dan
memfasilitasi pelaksanaan PAUD Hiber.

Keunggulan PAUD Hiber


PAUD Hiber bersifat multidimensi, diterapkan secara kolaboratif partisipatif
dan bermuara pada pemberdayaan masyarakat. Secara sosial dan budaya kolaborasi
partisipasi masyarakat diberlakukan dengan menanamkan nilai empati, etika dan
kecintaan budaya sunda. Kemudian kolabirasi partisipasi secara ekonomi dilakukan
melalui menanamkan jiwa Kewirausahaan.

Prinsip Pelaksanaan PAUD Hiber


 Menyeluruh dan Terintegrasi, satuan PAUD sebagai wadah pemberian layanan
pemenuhan kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan anak. Mencakup
pendidikan, kesehatan, gizi, perawatan, pengasuhan, perlindungan, kesejahteraan
anak, sosial, budaya dan kesejahteraan (ekonomi), oleh berbagai pihak dan
pemangku kebijakan.
 Kolaboratif, PAUD Hiber dilaksanakan secara kolaboratif dengan semua pihak
yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini. Memperhatikan
berbagai kondisi, sumber daya, dan potensi yang ada di lingkungan masing-
masing. Dengan pendekatan Hiber, PAUD didorong berintegrasi dengan cara

305

Pendidikan Anak Usia Dini Holistik Intergratif Berdimensi Sosial, Budaya Dan Ekonomi (PAUD Hiber)
Siti Marliah NIM : 4103810318028

membangun kolaborasi antar pihak, bertahap dan saling percaya (mutual


understanding).
 Berkesinambungan, merupakan pelayanan yang terkoordinasi dan terintegratif.
Simultan secara baik, memberi pelayanan secara berkelanjutan, sejak janin
sampai usia enam tahun.
 Inklusi dan Berkeadilan, pelayanan yang memberikan perlakuan adil kepada
seluruh anak usia dini. Baik laki-laki maupun perempuan, termasuk anak-anak
dengan kebutuhan khusus yaitu anak-anak dengan kecacatan, yatim piatu
terlantar dan anak dari keluarga miskin.
 Keterjangkauan, pelayanan yang tersedia dapat dijangkau oleh semua
masyarakat. Lokasi layanan PAUD Hiber diupayakan dekat dengan tempat
tinggal masyarakat dan terjangkau dari aspek biaya. Untuk itu, dibentuk dari
tingkat RW dan kelurahan, merujuk pada PAUD Hiber kecamatan terpilih.
 Partisipatif, menumbuhkan partisipasi masyarakat dengan melibatkan
masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi program
PAUD Hiber.
 Berbasis Sosial, Budaya dan Ekonomi yang Konstruktif, dilakukan dengan
memanfaatkan potensi lokal dan memperhatikan nilai sosial, budaya dan
ekonomi setempat yang sejalan dengan prinsip layanan PAUD Hiber.
Mengembangkan pengetahuan, inovasi, jejaring, tata kelola yang baik, yakni
pengelolaan program dilakukan secara efektif, efisien, transparan dan dapat
dipertanggungjawabkan dengan profesional. Baik dalam pengelolaan maupun
support, termasuk prosen monitoringnya.
 Akuntabilitas dan Keterbukaan, tata kelola kelembagaan yang memiliki
transparansi, akuntabilitas, partisipatif, serta efesiensi dan efektifitas
pemanfaatan sumber daya yang ada. Dengan begitu diharapkan seluruh potensi
pemangku kebijakan yang peduli anak usia dini dapat tergali dan berkembang
secara optimal.

Simpulan
Pendidikan Anak Usia Dini Holistik Integratif Berdimensi Sosial, Budaya dan
Ekonomi merupakan layanan Paud di Kota Bandung untuk meningkatkan kemampuan

306

Pendidikan Anak Usia Dini Holistik Intergratif Berdimensi Sosial, Budaya Dan Ekonomi (PAUD Hiber)
Siti Marliah NIM : 4103810318028

pengelola PAUD dalam memberikan penguatan pelayanan Anak Usia Dini dengan
Pendekatan Holistik Integratif Sosial, Budaya dan Ekonomi disesuaikan dengan
kearifan lokal Kota Bandung.
Pendidikan Anak Usia Dini Holistik Integratif berdimensi Sosial, Budaya dan
Ekonomi merupakan inovasi Dinas Pendidikan Kota Bandung untuk mengembangkan
pendidikan PAUD yang holistik dan integratif. Meliputi aspek pendidikan, kesehatan
gizi, dan perlindungan kesejahteraan. Hal ini berpedoman pada Peraturan Presiden No.
60 Tahun 2013 tentang PAUD Holistik Integratif.
Pendidikan Anak Usia Dini penting bagi anak-anak untuk menciptakan situasi
lingkungan yang positif bagi anak-anak. Di PAUD, anak-anak belajar untuk
bersosialisasi dengan teman sebayanya di luar lingkungan keluarga. Anak juga
diberikan ruang untuk berkreasi sesuai dengan kapasitas usianya.

Daftar Pustaka
Petunjuk Teknis Penyelenggaraan PAUD Holistik Integratif di Satuan PAUD (2015),
Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak usia Dini
Pedoman pengelola paud (2017), Dinas Pendidikan Kota Bandung Bidang Pembinaan
dan pengembangan PAUD Dikmas.

307

Pendidikan Anak Usia Dini Holistik Intergratif Berdimensi Sosial, Budaya Dan Ekonomi (PAUD Hiber)
Ai Tuti Alawiyah NIM : 4103810318001

SPIRITUAL PARENTING DI PAUD UNTUK MENGHADAPI TANTANGAN


ZAMAN

Ai Tuti Alawiyah, S. Pd.


SEKOLAH PASCA SARJANA UNINUS

Abstrak
Artikel ini disusun untuk memberikan alternatif pembelajaran di PAUD dalam
menghadapi tantangan zaman. Perilaku anak-anak yang tidak wajar seperti meniru
perilaku artis yang berlebihan, manja, egois dan berbicara tidak sopan merupakan
pemandangan yang biasa di zaman sekarang ini. Spiritual parenting merupakan metode
yang menanamkan keimanan dan kesadaran rohani pada anak usia dini. Langkah-
langkah dalam meningkatkan kecerdasan spiritual bisa diterapkan di rumah maupun di
sekolah. Dengan spiritual parenting anak diharapkan memiliki jati diri dan bisa
menghadapi tantangan zaman.

Kata kunci : spiritual parenting, anak usia dini

A. Latar Belakang
Saat ini kita sering menyaksikan anak-anak yang lebih mengidolakan artis dan
meniru semua tingkah laku mereka dilayar televisi atau di ponsel mereka, sehingga
menimbulkan perilaku yang labil, sikap manja, egois, dan berbicara tidak sopan. Semua
ini disebabkan beberapa faktor salah satunya penerapan spiritual (keagamaan) di rumah
dan di sekolah belum maksimal, selain dari dampak globalisasi. Anak-anak akan hidup
di zaman yang akan datang dengan berbagai tantangan dan hambatan yang harus di
hadapi, kita harus mempersiapkan anak-anak kita untuk bisa hidup di zamannya.
Masalah yang terjadi dalam pendidikan kita saat ini adalah adanya
ketidakseimbangan dalam perkembangan anak didik. Artinya pendidikan kita hanya
memfokuskan pada perkembangan kognitif dan fisik saja, dan melupakan perkembangan
afektif peserta didik, hingga pada akhirnya lahirlah generasi yang mahir namun tidak
berkarakter.
Spiritual parenting merupakan upaya yang dilakukan untuk membantu
mengembangkan dan mengarahkan jiwa individu dari sifat bawaannya menuju peradaban
yang lebih baik. Hal yang harus diterapkan dalam spiritual parenting ialah menghadirkan
Tuhan dalam setiap langkah kehidupan anak. Penanaman keimanan ini tidak dapat

308
Spiritual Parenting Di Paud Untuk Menghadapi Tantangan Zaman
Ai Tuti Alawiyah NIM : 4103810318001

dilakukan dengan instan, perlu adanya keberanjutan dalam pendidikan tersebut,


tujuannya adalah agar keimanan tersebut dapat mengakar dalam diri anak.
B. Landasan Teori
1. Pengertian Spiritual Parenting
Spiritual parenting merupakan sistem pengasuhan anak dengan paradigma
menanamkan keimanan dan kesadaran rohani. Dalam spiritual parenting membantu
menyadarkan anak sedini mungkin bahwa mereka ciptaan Tuhan dan bagian dari
keseluruhan alam semesta (Jahja, 2011;410).
2. Perkembangan Spiritual Anak
Perkembangan spiritual anak sangat tergantung pada lingkungan keluarga. Yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama faktor keturunan (orang tua), pembiasaan dan
lingkungan, serta makanan yang dimakannya (Mulyasa, 2012:31). Oleh karena itu
sebagai guru dan orang tua kita harus melakukan pembiasaan dan menyediakan
lingkungan yang kondusif bagi anak-anak serta memberikan makanan-makanan yang
halal.
3. Meningkatkan Kecerdasan Spiritual
Untuk meningkatkan kemampuan dan terus menerus mengasah kecerdasan spiritual
yang dimiliki anak, berikut merupakan langkah yang disarankan ;
a. Jadilah orang tua spiritual
b. Bantulah merumuskan “misi” hidup anak
c. Bersama-sama membaca kitab suci dan menjelaskan maknanya dalam kehidupan
d. Ceritakanlah kisah dan tokoh spiritual
e. Diskusi berbagai persoalan dengan perspektif rohaniah
f. Libatkan anak dalam kegiatan ritual keagamaaan
g. Bacakan puisi atau lagu yang spiritual dan inspiratif
h. Bawa anak menikmati keindahan alam
i. Bawa mereka ke tempat orang menderita
j. Ikut serta dalam kegiatan sosial
4. Kebiasaan Belajar Anak Usia Dini
Pada umumnya anak usia dini memandang segala sesuatu sebagai satu kesatuan yang
utuh, sehingga pembelajaran masih bergantung pada objek kongkret, lingkungan dan

309
Spiritual Parenting Di Paud Untuk Menghadapi Tantangan Zaman
Ai Tuti Alawiyah NIM : 4103810318001

pengalaman yang dialaminya. Berdasarkan hal tersebut kebiasaan belajar anak usia dini
dapat didefinisikan sebagai berikut :
a. Belajar melalui gerakan reflek dan aktivitas tubuh,
b. Belajar memerankan perasaan dan hati nurani,
c. Belajar sambil bermain,
d. Belajar melalui komunikasi, interaksi dan sosialisasi,
e. Belajar dari lingkungan,
f. Belajar memenuhi hasrat dan kebutuhan
5. Peran Guru sebagai Motivator dalam Spiritual Parenting
Berikut dikemukakan beberapa petunjuk umum bagi guru dalam rangka
meningkatkan motivasi belajar siswa (Safullah, 2012:301), yaitu:
a. Memperjelas tujuan yang ingin dicapai,
b. Membangkitkan minat siswa,
c. Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar,
d. Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa,
e. Berikan penilaian,
f. Berikan komentar terhadap hasil pekerjaan siswa,
g. Ciptakan persaingan dan kerja sama
6. Perubahan Perilaku dalam Belajar
Moh.Surya dalam Saefullah (2012:210) mengemukakan ciri-ciri dari perubahan
perilaku, sebagai berikut :
a. Perubahan yang disadarai dan disangka, yaitu perubahan yang terjadi merupakan
usaha sadar dan disengaja dari individu tersebut;
b. Perubahan yang berkesinambungan, bertambahnya pengetahuan dan keterampilan
merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan sebelumnya. Dan akan
menjadi dasar perngembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap berikutnya;
c. Perubahan yang fungsional, setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan hidup anak, baik saat ini atau masa yang akan
datang;
d. Perubahan yang bersifat positif, perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif
dan menunjukan ke arah kemajuan;

310
Spiritual Parenting Di Paud Untuk Menghadapi Tantangan Zaman
Ai Tuti Alawiyah NIM : 4103810318001

e. Perubahan yang bersifat aktif, untuk memperoleh perilaku baru, anak aktif berupaya
melakukan perubahan;
f. Perubahan yang bersifat permanen, perubahan perilaku yang diperoleh dari proses
belajar cenderung menetap dan menjadi bagian yang melekat pada dirinya;
g. Perubahan yang bertujuan dan terarah, anak yang melakukan kegiatan belajar
pastimemiliki tujuan yang ingin dicapai;
h. Perubahan perilaku secara keseluruhan, perubahan perilaku belajar bukan hanya
memperoleh pengetahuan, melainkan termasuk memperoleh perubahan dalam sikap
dan keterampilan.

C. Pembahasan
Spiritual parenting merupakan sistem pengasuhan anak dengan paradigma
menanamkan keimanan dan kesadaran rohani. Dalam spiritual parenting membantu
menyadarkan anak sedini mungkin bahwa mereka ciptaan Tuhan dan bagian dari
keseluruhan alam semesta (Jahja, 2011;410). Spiritual parenting merupakan metode baru
yang merangsang anak untuk berpikir tentang Tuhan. Teologinya memberikan pencitraan
Tuhan yang mencintai yang begitu tinggi dan luas, sehingga menghindarkannya dari
pengaruh buruk lingkungan karena mereka telah memiliki kendali atas diri mereka
sendiri. Jika anak-anak merasakan kehadiran Tuhan dalam setiap aspek kehidupan,
mereka tidak akan tumbuh menjadi manusia yang sekuler yang memisahkan kehidupan
agama dari kehidupan sehari-hari. Mereka akan menyadari bahwa beribadah dalam
kehidupan sama dengan beribadah dalam agama.
Pada dasarnya, masa anak usia dini ialah masa yang sangat berharga dalam
pertumbuhannya. Pada masa ini terjadi pematangan fungsi, baik fungsi psikis maupun
fisik yang mampu menanggapi rangsangan dari lingkungannya. Oleh karenanya masa ini
adalah masa paling cocok untuk menanamkan dasar utama dalam berbagai potensi dan
kemampuan fisik, kognitif, bahasa, seni, sosial, emosional, spiritual, konsep diri, disiplin
diri, dan kemandirian.
Langkah-langkah dalam meningkatkan kecerdasan spiritual pada anak bisa diterapkan
di rumah maupun di sekolah, dengan memperhatikan kebiasaan belajar pada anak.
Penerapan spiritual parenting di PAUD diterapkan melalui tahapan-tahapan sebagai
berikut: pertama tahap perencanaan, dalam tahap ini sebaiknya dipilih nilai-nilai spiritual

311
Spiritual Parenting Di Paud Untuk Menghadapi Tantangan Zaman
Ai Tuti Alawiyah NIM : 4103810318001

yang cocok dengan tema kegiatan pembelajaran, menyesuaikan indikator perkembangan


nilai keimanan dengan perkembangan anak, serta menentukan tahapan dan jenis kegiatan
yang akan dilakukan.
Kedua, tahap pelaksanaan, nilai-nilai keimanan untuk anak usia dini dilaksanakan
melalui pembiasaan dan kegiatan yang terprogram. Kegiatan yang terprogram seperti: (a)
penggalian pemahaman nilai keimanan pada diri anak, kegiatannya bisa dilakukan
dengan bercerita atau berdialog yang dibimbing oleh guru. Misalnya dalam tema
binatang, guru melontarkan pertanyaan terkait Tuhan yang menciptakan semua mahluk
termasuk binatang, contoh pertanyaan, “Siapa yang menciptakan binatang?”. Anak dapat
memberikan jawaban yang berbeda, semua jawaban dihargai karena itu adalah
pemahaman mereka. (b) membangun kesadaran (moral feeling) anak untuk melaksanakan
nilai keimanan (bertanggung jawab), proses ini dapat dibangun dengan memberikan
pertanyaan terbuka maupun melalui observasi terhadap kondisi sekitar lembaga PAUD,
misalnya setelah berdialog terkait tema tanggung jawab, guru dan anak didik berkeliling
PAUD untuk mengeksprorasi binatang dan mendapati kucing yang sehat dan sakit,
kemudian guru memberikan pertanyaan, “kucingnya sakit, apa yang bisa kita lakukan
agar ia kembali sehat?”. (c) mengajak anak untuk menerapkan nilai-nilai keimanan
bersama, misalnya guru memberi tugas seperti memberi makan binatang (kucing). (d)
tercapainya tahap perkembangan anak. Selanjutnya anak diminta untuk mengungkapkan
perasaanya setelah melakukan kegiatan, guru bisa memberikan penguatan, pujian, dan
sentuhan kasih sayang terhadap anak, misal dengan mengatakan “terimakasih sudah
bersedia memberi makan kucing, kalian sudah bertanggung jawab”.
Kegiatan pembiasaan dilakukan dengan kegiatan keseharian di PAUD , yaitu kegiatan
wajib di lembaga seperti mengucap salam saat bertemu, mengantri saat cuci tangan,
berdo’a sebelum dan sesudah belajar, bergantian menjadi ketua kelompok, dan lain-lain.
Kegiatan spontan, yaitu kegiatan yang dilaksanakan saat itu juga, biasanya dilakukan saat
guru melihat perbuatan yang kurang baik, sehingga penting untuk dikoreksi atau
diapresiasi, seperti berebut mainan dengan teman, membuang sampah sembarangan.
Semua kegiatan selalu kita kaitkan dengan keberadaan Tuhan yang Maha Melihat dan
Maha Mendengar.
Ketiga, tahap penilaian, mencakup tujuan, prinsip, cara penilaian, lingkup penilaian,
instrument penilaian, serta pengembangan indikator (Direktorat PAUD, 2012).

312
Spiritual Parenting Di Paud Untuk Menghadapi Tantangan Zaman
Ai Tuti Alawiyah NIM : 4103810318001

Motivasi guru dalam spiritual parenting sangat membantu anak-anak dalam


meningkatkan kecerdasan spiritual anak tersebut seperti memberi pujian atas perilaku
anak yang baik. Cara lain dalam penerapan spiritual parenting adalah melalui kerjasama
dengan orang tua. Karena sebagus apapun metode spiritual parenting di sekolah, jika tidak
didukung dengan pembiasaan di keluarga hasilnya akan sia-sia. Kepada orang tua di
utaran kebiasaan penanaman keimanan di sekolah harus sesuai dengan kebiasaan di
rumah. Misalnya di sekolah dibiasakan berdo’a sebelum dan sesudah kegiatan (belajar
dan makan) maka dirumahpun kebiasan berdo’a harus diterapkan (tidur, bepergian dan
lain-lain).
Selain itu, beberapa elemen pendukung dalam penerapan spiritual parenting adalah
buku pendukung misalnya buku cerita, media bercerita seperti boneka tangan, media
belajar yang tersedia di lingkungan lembaga PAUD dan dapat mendukung metode
spiritual parenting tersebut.
Spiritual parenting bagi anak ditujukan untuk menanamkan keimanan kepada Tuhan
pada diri anak, sehingga ada perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Moh.Surya
dalam Saefullah (2012:210) mengemukakan ciri-ciri dari perubahan perilaku, sebagai
berikut : (1) Perubahan yang disadarai dan disangka, yaitu perubahan yang terjadi
merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu tersebut; (2) Perubahan yang
berkesinambungan, bertambahnya pengetahuan dan keterampilan merupakan kelanjutan
dari pengetahuan dan keterampilan sebelumnya. Dan akan menjadi dasar perngembangan
pengetahuan, keterampilan dan sikap berikutnya; (3) Perubahan yang fungsional, setiap
perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup anak, baik
saat ini atau masa yang akan datang; (4) Perubahan yang bersifat positif, perubahan
perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menunjukan ke arah kemajuan; (5) Perubahan
yang bersifat aktif, untuk memperoleh perilaku baru, anak aktif berupaya melakukan
perubahan; (6) Perubahan yang bersifat permanen, perubahan perilaku yang diperoleh
dari proses belajar cenderung menetap dan menjadi bagian yang melekat pada dirinya;
(7) Perubahan yang bertujuan dan terarah, anak yang melakukan kegiatan belajar pasti
memiliki tujuan yang ingin dicapai; (8) Perubahan perilaku secara keseluruhan,
perubahan perilaku belajar bukan hanya memperoleh pengetahuan, melainkan termasuk
memperoleh perubahan dalam sikap dan keterampilan.

313
Spiritual Parenting Di Paud Untuk Menghadapi Tantangan Zaman
Ai Tuti Alawiyah NIM : 4103810318001

D. SIMPULAN
Spiritual parenting merupakan metode yang tepat diterapkan di PAUD untuk
menjadikan anak memiliki kendali atas diri mereka sendiri. Dengan merasakan kehadiran
Tuhan disetiap langkah kehidupannya.
Langkah-langkah untuk meningkatkan kecerdasan spiritual anak bisa dilakukan
di rumah, maupun di sekolah. Spiritual parenting di PAUD diawali dari tahap
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.
Ciri-ciri dari perubahan perilaku, sebagai berikut : perubahan yang disadarai dan
disangka, perubahan yang berkesinambungan, perubahan yang fungsional, perubahan
yang bersifat positif, perubahan yang bersifat aktif, perubahan yang bersifat permanen,
perubahan yang bertujuan dan terarah, perubahan perilaku secara keseluruhan.
Dengan penerapan metode spiritual parenting di PAUD diharapkan anak-anak
memiliki kendali atas diri mereka sendiri yang bisa dia terapkan dalam keseharian mereka
dan menjadi jiwa (karakter) sampai dewasa kelak. Sehingga apapun hambatan dan
tantangn di zaman yang akan datang mereka bisa hadapi dengan memiliki keimanan pada
Tuhan yang kuat.

E. DAFTAR PUSTAKA
Jahja Yurdik, 2011, Psikologi Perkembangan, Kencana Prenada Media Grup, Jakarta
Mulyasa E, 2012, Manajemen PAUD, Remaja Rosdakarya, Bandung.
Saefullah, 2012, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung

314
Spiritual Parenting Di Paud Untuk Menghadapi Tantangan Zaman
Arina Ulfah Abdullah NIM : 4103810318027

BELAJAR DARI BERBAGAI KEUNIKAN ANAK DI SEKOLAH DASAR

Arina Ulfah Abdullah


SEKOLAH PASCA SARJANA UNINUS

ABSTRAK
Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan
bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit. Tindakan belajar
tampak sebagai perilaku belajar yang tampak dari luar. Di dalam belajar diperlukan
pendekatan – pendekatan terhadap anak didik khusunya anak didik di sekolah dasar.
pendekatan dalam pembelajaran merupakan jalan yang akan di tempuh guru dan siswa
dalam mencapai tujuan pembelajaran, dengan pendekatan pun guru dapat belajar
berbagai keunikan yang di hasilkan selama proses pembelajaran. Pendekatan tersebut
bertitik tolak pada aspek psikologis yang dilihat dari pertumbuhan dan perkembangan
anak. Anak usia dini merupakan individu yang berbeda, unik, dan memiliki karakteristik
tersendiri sesuai dengan tahapan usianya. Pada masa ini stimulasi seluruh aspek
perkembangannya memiliki peran penting untuk tugas perkembangan selanjutnya. Sel-
sel tubuh anak usia dini tumbuh dan berkembang sangat pesat, pertumbuhan otak pun
sedang mengalami perkembangan yang sangat luar biasa, demikian halnya dengan
pertumbuhan dan perkembangan fisiknya. Tahap awal perkembangan janin sangat
penting dalam pengembangan sel-sel otak, bahkan ada yang berpendapat bahwa saat
lahir jumlah sel otak tidak bertambah lagi. Selanjutnya setelah lahir terjadi proses
eliminasi dari sel-sel saraf dan pembentukan hubungan antarsel. Dalam hal ini terdapat
dua hal yang sangat penting dan diperhatikan dalam pembentukan kecerdasan.

Kata kunci : Belajar, Keunikan, Anak sekolah dasar

A. Latar Belakang
Pandangan orang terhadap anak cenderung berubah dan berkembang setiap
waktu, serta berbeda satu sama lain sesuai teori yang melandasinya. Ada yang
memandang anak sebagai makhluk yang sudah di bentuk oleh bawaannya, ada yang
memandang bahwa mereka dibentuk oleh lingkungannya, dan ada yang
memandangnya sebagai miniatur orang dewasa, bahkan ada yang memandangnya
sebagai individu yang berbeda total dari orang dewasa. memiliki masa peka dalam
perkembangannya, dan terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap
merespon berbagai rangsangan dari lingkungannya. Masa ini merupakan masa yang
paling tepat untuk meletakkan dasar pertama dan utama dalam mengembangkan
berbagai potensi dan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, seni, sosial emosional,

315
Belajar Dari Berbagai Keunikan Anak Di Sekolah Dasar
Arina Ulfah Abdullah NIM : 4103810318027

spiritual, konsep diri,disiplin diri, dan kemandirian. Anak sekolah dasar memiliki
karakteristik yang khas, baik secara fisik, psikis, sosial, moral, spiritual maupun
emosional. Anak sekolah dasar merupakan masa yang paling tepat untuk membentuk
fondasi dan dasar kepribadian yang akan menentukan pengalaman selanjutnya. Oleh
karena itu, memahami anak usia dini merupakan sesuatu yang sangat penting bagi
orangtua, guru, pemerintah, dan masyarakat pada umumnya. Melalui pemahaman
tersebut akan sangat membantu mengembangkan mereka secara optimal sehingga
kelak menjadi generaso-generasi unggul yang siap memasuki era globalisasi yang
penuh dengan berbagai macam tantangan dan permasalahan yang semakin rumit dan
kompleks.

B. Landasan Teori
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinyauntuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara (UUSPN No. 20 th 2003) Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa
yang kompleks sebagai tindakan beajar yang hanya dialami oleh siswa sendiri
(Mudjiono,1997:7). Sedangkan, keunikan memiliki makna keadaan, hal unik,
kekhususan dan keistimewaan.
Anak – anak akan selalu berbeda dengan yang lainnya. Berbeda alam
kepribadiannya maupun dalam kecerdasannya sebagaimana tampak dalam
penampilan dan cara berpikir atau memecahkan masalah mereka masing-masing.
Dimanapun proes pendidikan berlangsung alasan utama kehadiran guru adalah untuk
membantu siswa agar dapat belajar sebik-baiknya dan guru dapat memahami
keadaan setiap anak didiknya.
Pekerjaan guru adalah lebih bersifat psikologis dariapada pekerjaan seorang
dokter, insinyur, atau yang lainnya. Untuk itu guru hendaknya mengenal anak didik
serta menyelmi kehidupan keiwaan anak didik sepanang waktu (Soemanto: 1998:7).

316
Belajar Dari Berbagai Keunikan Anak Di Sekolah Dasar
Arina Ulfah Abdullah NIM : 4103810318027

C. Pembahasan
Sekolah Dasar merupakan jenjang paling dasar dalam pendidikan formal di
Indonesia. Sekolah dasar di laksanakan dalam waktu 6 tahun mulai dari kelas 1 – 6
yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta. Sebutan masa sekolah dasar
merupakan keserasian bersekolah, artinya anak sudah maatang bersekolah.
Karakteristik anak sekolah dasar
Anak usia sekolah dasar memiliki ciri – ciri sebagai berikut:
1. Merespon (menaruh perhatian) terhadap macam – mcam apek dari duni sekitar.
2. Penyelidik (menemukan sendiri hal – hal yang ingin mereka ketahui
3. Minat yang kuat
4. Rasa ingin tahu
5. Berimajinasi
Setiap anak itu unik. Anak- anak merupakan individu yang berbeda, unik, dan
memiliki karakteristik tersendiri sesuai dengan tahapan usianya. Pada masa ini
stimulasi seluruh aspek perkembangannya memiliki peran penting untuk tugas
perkembangan selanjutnya. Sel-sel tubuh anak tumbuh dan berkembang sangat pesat,
pertumbuhan otak pun sedang mengalami perkembangan yang sangat luar biasa,
demikian halnya dengan pertumbuhan dan perkembangan fisiknya. Tahap awal
perkembangan janin sangat penting dalam pengembangan sel-sel otak, bahkan ada
yang berpendapat bahwa saat lahir jumlah sel otak tidak bertambah lagi. Selanjutnya
setelah lahir terjadi proses eliminasi dari sel-sel saraf dan pembentukan hubungan
antarsel. Dalam hal ini terdapat dua hal yang sangat penting dan diperhatikan dalam
pembentukan kecerdasan; yaitu makanan yang bergizi dan seimbang serta stimulasi
yang positif dan kondusif. Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara
fisik, psikis, sosial, moral, spiritual maupun emosional. Anak usia sekolah merupakan
masa yang paling tepat untuk membentuk fondasi dan dasar kepribadian yang akan
menentukan pengalaman selanjutnya.Oleh karena itu, memahami anak merupakan
sesuatu yang sangat penting bagi orangtua, guru, pemerintah, dan masyarakat pada

317
Belajar Dari Berbagai Keunikan Anak Di Sekolah Dasar
Arina Ulfah Abdullah NIM : 4103810318027

umumnya. Melalui pemahaman tersebut akan sangat membantu mengembangkan


mereka secara optimal sehingga kelak menjadi generaso-generasi unggul yang siap
memasuki era globalisasi yang penuh dengan berbagai macam tantangan dan
permasalahan yang semakin rumit dan kompleks. Karena pada dasarnya semua anak
itu memiliki kecerdasan dan keunikan masing-masing. Kreativitas dan bakat itulah
yang harus didukung dan dikembangkan. Jangan biasakan anak untuk menghafal dan
meniru tapi biarkan dia berkreasi bebas. Guru dan orang tua harus punya cara yang
menyenangkan dalam mengajari anak
Beberapa manfaat memahami karakteristik anak usia dini dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Pemahaman terhadap karakteristik anak usia dini dapat dijadikan sebagai dasar
pertimbangan untuk memberikan pendidikan dan layanan yang efektif.
2. Untuk merancang program-program yang tept untuk mengantarkan anak sukses
dalam setiap langkah kehidupannya.
Ciri Khas anak masa kanak-kanak
Sebagai berikut:
1. Bersifat egosentris naif
Yaitu anak memandang dunia luar dari pandangannya sendiri sesuai dengan
pengetahuan dan pemahamannya yang dibatasi oleh perasaan dan pikirannya yang
masih sempit.
2. Relasi sosial yang primitif
Merupakan akibat dari egosentris yang naif. Ciri ini di tandai oleh kehidupan anak
yang belum dapat memisahkan antara keadaan dirinya denganlingkungannya.
3. Sikap hidup yang fisiognomis
Artinya secara langsung anak memberikan sifat lahiriah atau konkrit nyata
terhadap apa yang dihayatinya.
Sebagai implikasinya pendidik tidak mungkin memberi perlakuan sama kepada
setiap anak sekalipun mereka mungkin memiiki kesamaan. Oleh karena anak sekolah
dasar memilikikeunikan masing-masing sebagai individu yang khas yang sedang
mengalami pertumbuhan dan perkembangan, untuk menttalitaskan potensi yang
dimilikinya maka pendidik memerlukan adanya pemahaman terhadap sikap, bakat dan
minat anak serta karakter. Mereka punya cara belajar dan kecerdasan yang berbeda

318
Belajar Dari Berbagai Keunikan Anak Di Sekolah Dasar
Arina Ulfah Abdullah NIM : 4103810318027

antara satu dgn lainnya. Belum bisa baca dan tulis bukan berarti mereka bodoh, itu
karena orang tua atau guru belum menemukan metode yang tepat untuk mengajarinya.

SIMPULAN
Anak – anak akan selalu berbeda dengan yang lainnya. Berbeda alam
kepribadiannya maupun dalam kecerdasannya sebagaimana tampak dalam penampilan
dan cara berpikir atau memecahkan masalah mereka masing-masing. Dimanapun proes
pendidikan berlangsung alasan utama kehadiran guru adalah untuk membantu siswa agar
dapat belajar sebik-baiknya dan guru dapat memahami keadaan setiap anak didiknya.
Setiap anak itu unik. Anak- anak merupakan individu yang berbeda, unik, dan memiliki
karakteristik tersendiri sesuai dengan tahapan usianya. Pada masa ini stimulasi seluruh
aspek perkembangannya memiliki peran penting untuk tugas perkembangan selanjutnya.
Oleh karena anak sekolah dasar memilikikeunikan masing-masing sebagai individu yang
khas yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan, untuk menttalitaskan
potensi yang dimilikinya maka pendidik memerlukan adanya pemahaman terhadap sikap,
bakat dan minat anak serta karakter.

DAFTAR PUSTAKA
Sagala, Syaiful. 2007. Konsep dan Makna. Bandung: Alfabeta
Mulyasa.2012. menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosda
Chatib.Munif. 2009. Sekolahnya Manusia. Bandung: Kaifa

319
Belajar Dari Berbagai Keunikan Anak Di Sekolah Dasar
Dahlan, S.Pd. NIM: 4103810318064

PENDIDIKAN KARAKTER ANAK SEKOLAH DASAR

Dahlan, S.Pd.
SEKOLAH PASCA SARJANA UNINUS

Abstrak
Isu pendidikan sekolah dasar miskin pembentukan karakter semakin menguat,
padahal usia anak sekolah dasar strategis untuk pembentukan karakter. Proses
penyadaran pentingnya pendidikan karakter perlu dilakukan, karena hakekat pendidikan
adalah pembentukan karakter. Revitalisasi sumber daya yang ada di sekolah dapat
dilakukan dalam upaya mengaktualisasikan, dan mengoptimalkan pendidikan karakter.

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah upaya untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia,
peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia tak hanya peningkatan kecerdasan
intelektual, di dalamnya termasuk pembentukan karakter. Upaya peningkatan
kecerdasan intelektual dan pembentukan karakter harus dilakukan terintegrasi,
simultan, dan seimbang, namun pada kenyataannya pendidikan di sekolah dasar tidak
sarat dengan pembentukan karakter, melainkan sarat dengan transfer ilmu
pengetahuan. Hal ini bertentangan dengan filosofis pendidikan, karena filosofis
pendidikan sesungguhnya pembentukan karakter, yaitu upaya untuk mendewasakan
anak didik.
Pada saat ini transfer ilmu pengetahuan tidak saja dilakukan di sekolah, anak
didik dapat mencari berbagai ilmu pengetahun dari berbagai sumber lainnya seperti
televisi, radio, internet, dan lain-lain. Dengan demikian, sekolah penting membentuk
karakter anak didik, agar anak didik mampu beradaftasi dengan perkembangan ilmu
pengetahuan yang terjadi saat ini.
Proses pendidikan di sekolah dasar saat ini tidak menyeimbangkan transfer ilmu
pengetahuan dan pembentukan karakter anak didik. Hal ini melenceng dari hakekat
tujuan pendidikan nasional. Berbagai dimensi dari pertumbuhan, dan perkembangan
anak didik yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional hanya dapat dicapai
melalui pendidikan karakter.
Billy Graham mengatakan: ”When wealth is lost, nothing is lost; when health is
lost, something is lost; when character is lost, everything is lost” (M. Nasih, Harian

320
Pendidikan Karakter Anak Sekolah Dasar
Dahlan, S.Pd. NIM: 4103810318064

Umum Pelita, 2007). Pernyataan dari Billy Graham mengingatkan kita bahwa
pendidikan karakter sangat penting. Karakter merupakan jati diri seseorang, yang
sangat menentukan gerak langkah, dan perilaku seseorang dalam menjalani hidup,
dengan “karakter” seseorang akan sukses, atau gagal menjalani hidup.
Karakter merupakan energi kehidupan seseorang, kelompok, bangsa, dan
negara. Jika kita bercermin dari bangsa-bangsa lain misalnya Jepang, dan Korea
Selatan. Saat pertama kali mereka bangkit dari kehancuran, hal yang mereka lakukan
adalah pembangunan Sumber Daya Manusia, kemudian dengan SDM yang
berkualitas mereka mambangun bangsa, hasilnya saat ini mereka menjadi negara
maju.
Sebagai bangsa kita dapat berupaya mengejar ketertinggalan dengan cara
mengoptimalkan pendidikan karakter dalam sistem pendidikan nasional kita.

B. Landasan teori
1. Tujuan Pendidikan Nasional berdasarkan UU no. 20 tahun 2003.
Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
2. Tujuan pendidikan pada pendidikan dasar PP Nomor 28 Tahun 1990 pasal 3.
Memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk
mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga
negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan peserta didik untuk
mengikuti pendidikan menengah.
3. Ciri-ciri Tugas Perkembangan anak 6-12 tahun.
Menurut Eka Wianti dalam http://ekawianti89.blogspot.com /2013 /12/tugas-
perkembangan-anak-usia-sekolah.html. Ciri-ciri pada ma sa kelas-kelas rendah
(6/7 – 9/10 tahun) :
a. Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi.
b. Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan tradisional.
c. Adanya kecenderungan memuji diri sendiri.
d. Membandingkan dirinya dengan anak yang lain.

321
Pendidikan Karakter Anak Sekolah Dasar
Dahlan, S.Pd. NIM: 4103810318064

e. Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap tidak
penting.
f. Pada masa ini (terutama usia 6 – 8 tahun) anak menghendaki nilai angka rapor
yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai
baik atau tidak
Ciri-ciri pada masa kelas-kelas tinggi (9/10-12/13 tahun) :
a. Minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret.
b. Sangat realistik, rasa ingin tahu dan ingin belajar.
c. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal, atau mata pelajaran
khusus sebagai mulai menonjolnya bakat-bakat khusus.
d. Sampai usia 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya
untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas usia ini
pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha
untuk menyelesaikannya.
e. Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran tepat
mengenai prestasi sekolahnya.
f. Gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama. Dalam
permainan itu mereka tidak terikat lagi dengan aturan permainan tradisional
(yang sudah ada), mereka membuat peraturan sendiri.
4. Pengertian Karakter
Watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari
hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini
dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan
bertindak (Puskur, 2010:3). Karakter adalah watak atau sifat seseorang yang
tumbuh dan berekembang bersama temperamen. Characteristically adalah watak
yang khas dimiliki dan melekat pada seseorang (Dadi & Daeng, 2016).
5. Pendidikan karakter
Sesungguhnya definisi pendidikan merupakan tersangkut di dalamnya proses
pembangunan karakter, pendidikan merupakan proses pendidikan karakter.
Sedangkan menyampaikan materi pelajaran merupakan mengajar (Dadi & Daeng,
2016).

322
Pendidikan Karakter Anak Sekolah Dasar
Dahlan, S.Pd. NIM: 4103810318064

C. Pembahasan
Dalam buku “Pendidikan Karakter Gampang atau Susah” Dadi Permadi &
Daeng Arifin menjelaskan adanya 400 karakter, tempat untuk mengajarkan,
menularkan, mencegah, dan memberi contoh/teladan. Sedangkan Kemendiknas
merumuskan 18 karakter untuk dikembangkan di sekolah.
Dalam proses pembentukan karakter anak didik, nilai-nilai karakter tidak dapat
dipilah satu-persatu, berbagai karakter muncul dalam satu momen atau proses
pendidikan. Oleh sebab itu selain transfer ilmu pengetahuan, maka proses pendidikan
harus sarat dengan nilai-nilai pembentukan karakter.
Dengan memahami ciri-ciri tugas perkembangan pada usia sekolah dasar, maka
usia sekolah dasar sangat strategis dalam upaya pembentukan karakter, dengan
demikian perlu adanya kehendak bersama sekolah, masyarakat, dan pemerintah
untuk mengaktualisasikan pendidikan karakter dalam proses pendidikan terutama
menyangkut program dan pembiayaan. Proses pembentukan karakter di sekolah
dasar meliputi:
1. Interaksi Guru dan Murid.
Dalam pengembangan karakter peserta didik di sekolah, guru memiliki
posisi yang strategis sebagai pelaku utama (Dadi & Daeng 2016). Dalam kontek
pendidikan, kompetensi memberi gambaran bahwa seorang guru harus memiliki,
menguasai, mengamalkan ilmu-ilmu, konsep-konsep pendidikan secara
(kaffah), sebagai bentuk pengabdian kepada Allah (Hablumminallaah) dan
hablumminannaas (Daeng & Pipin, 2010:28)
Keseluruhan proses pembelajaran dan interaksi guru dengan murid
merupakan media terbentuknya karakter anak didik, mulai dari kegiatan awal,
kegiatan inti, dan kegiatan akhir akan ada karakter-karakter tertentu yang
membentuk anak didik. Guru harus memiliki pemahaman komprehensif tentang
pendidikan karakter.
Guru harus memahami konsep, definisi, dan ruang lingkup pendidikan
karakter, agar guru mengetahui, dan sadar sepenuhnya bahwa tiap langkah dalam
proses pendidikan ada karakter-karakter tertentu yang terbentuk pada diri anak
didik. Guru menyadari sepenuhnya bahwa proses pendidikan tidak hanya

323
Pendidikan Karakter Anak Sekolah Dasar
Dahlan, S.Pd. NIM: 4103810318064

transfer ilmu pengetahuan, tetapi didalamnya harus dilibatkan suatu proses


pembentukan karakter anak didik.
Integritas dan kepribadian guru merupakan tauladan bagi terbentuknya
karakter anak didik, seyogyanya perilaku guru terukur mengacu pada nilai-nilai
karakter yang baik, karena secara tidak langsung perilaku guru akan membentuk
karakter anak didik.
2. Program Pendidikan Karakter.
Interaksi guru dan siswa menjadi bagian dari proses pembentukan karakter
secara eksplisit. Proses pembentukan karakter yang implisit harus tertuang
dalam program artinya direncanakan, dilaksanakan, didanai, dievalusai, dan
ditindak lanjuti. Program-program pembentukan karakter yang dapat dilakukan
di sekolah dasar:
a) Pembentukan karakter-karakter religius.
 Berdoa, dan tadarus sebelum belajar setiap hari.
 Sholat Dhuhur berjamaah setiap hari.
 Sholat dhuha.
 Kuliah keagamaan setiap Jum’at.
 Memperingati Hari Besar Islam.
b) Pembentukan karakter-karakter cinta tanah air.
 Kegiatan Pramuka setiap Sabtu.
 Upacara bendera setiap Senin.
 Menyanyikan lagu wajib setiap awal belajar atau akhir belajar.
c) Pembentukan karakter-karakter cinta lingkungan.
 Piket membersihkan kelas setiap hari secara bergilir
 Gotong royong membersihkan lingkungan sekolah seminggu sekali
 Memelihara taman dan pohon sebulan sekali.
d) Pembentukan karakter-karakter cinta budaya Sunda
 Memakai baju adat sunda seminggu sekali.
 Wajib berbicara menggunakan Bahasa Sunda seminggu sekali
 Ekstra kurikuler Pencak Silat/ Seni Sunda.
3. Peraturan, Kebiasaan, dan Budaya

324
Pendidikan Karakter Anak Sekolah Dasar
Dahlan, S.Pd. NIM: 4103810318064

Pembentukan karakter dapat dilakukan melalui, peraturan, kebiasaan, dan


budaya. Peraturan harus ditegakkan, dan sangsi bagi anak didik yang
melanggarnya, dengan cara seperti ini diharapkan peraturan yang ditaati menjadi
kebiasaan, dan selanjutnya menjadi budaya.
Sebagai contoh peraturan 10 menit sebelum pembelajaran, anak didik telah
ada di dalam kelas. Bagi anak didik yang melanggar, atau kesiangan maka
mendapat sangsi, dengan cara sepeti ini diharapkan anak didik menjadi terbiasa
hadir di sekolah 10 menit sebelum pembelajaran, dan selanjutnya menjadi
budaya disiplin bagi seluruh anak didik.
Contoh lainnya memberikan sangsi bagi siswa yang membuang sampah
sembarangan, hal ini dimaksudkan agar siswa terbiasa membuang sampah pada
tempatnya, dan tercipta budaya menjaga kebersihan di sekolah.
Jika ditegakkan, peraturan dan tata tertib sekolah salah satu cara efektif
dalam pembentukan karakter anak didik.
4. Infra Struktur
Infra struktur diperlukan dalam pelaksanaan program pembentukan karakter
anak didik. Infra struktur sekolah yang tertata rapih dan bersih akan membentuk
karakter anak didik hidup bersih, peduli, tanggung jawab, displin dan lain-lain.
Masjid sekolah yang dikelola dengan baik akan membentuk karakter anak
yang religius. Masjid menjadi sarana pelaksanaan program pendidikan karakter.
Program sholat dhuha, sholat dhuhur berjamaah, kuliah keagamaan, dan
peringatan Hari Besar Islam dapat dilakukan di Masjid secara terprogram.
Idealnya satu sekolah satu Masjid.
Pembuatan taman, dan keberadaan pohon-pohon akan membentuk karakter
cinta lingkungan, diantaranya karakter peduli, peka, sabar, cinta, rela, ikhlas dan
lain-lain.
Di sekolah dasar yang seringkali luput dari perhatian adalah kebersihan WC,
WC disekolah dasar pada umumnya kotor hal ini disebabkan perbandingan
jumlah siswa dan jumlah WC tidak proporsional, namun hal tersebut bisa
ditanggulangi jika managemen sekolah mengelolanya dengan baik. WC yang
bersih akan membentuk karakter yang baik pada diri anak. Hal-hal lain yang

325
Pendidikan Karakter Anak Sekolah Dasar
Dahlan, S.Pd. NIM: 4103810318064

perlu diperhatikan di sekolah dasar adalah saluran pembuangan air, dan


pengelolaan sampah.
Internalisasi pendidikan karakter bukan dengan teori. Proses kehidupan,
proses pendidikan, lingkungan tempat hidup merupakan faktor penting dalam
pembentukan karakter anak didik.

D. Simpulan
Pendidikan karakter penting. Esensi pendidikan adalah pendidikan karakter,
pembangunan Sumber Daya Manusia adalah pembangunan karakter manusia,
Sumber Daya Manusia yang berkualitas adalah manusia yang berkarakter, kemajuan
suatu bangsa sangat tergantung dari kemampuan bangsa tersebut dalam membangun
karakter manusia-manusianya.
Usia sekolah dasar strategis untuk pembentukan karakter manusia, dengan
demikian optimalisasi berbagai sumber daya di sekolah dasar perlu dilakukan untuk
mengoptimalkan peran pendidikan karakter dalam proses pendidikan.

E. Daftar Pustaka
Arifin, Daeng. 2010, Manajemen Pembelajaran Efektif. Bandung: Pustaka Al
Kasyaf.
Arifin, Daeng, dan Pipin Arifin. 2010. Menuju Guru Profesional. Bandung: Pustaka
Al-Kasyaf.
Permadi, Dadi, dan Daeng Arifin. 2016. Pendidikan Karakter Gampang atau Susah.
Bandung: Pustaka Al Arif.
Rizal, Syamsu, dkk. 2016. Membentuk Karakter Kemanusiaan. Banjarmasin: Aswaja
Pressindo Yogjakarta.

326
Pendidikan Karakter Anak Sekolah Dasar
Deden Ginanjar NIM: 4103810318032

AKTUALISASI MODEL PEMBELAJARAN SASTRA


BERDASARKAN KECERDASAN VERBAL-LINGUISTIK

Deden Ginanjar,S.Pd
SEKOLAH PASCA SARJANA UNINUS

Artikel ini terinspirasi oleh konsep kecerdasan linguistik Howard


Gardner dan juga dari beberapa tulisan penulis sebelumnya. Semuanya
menjadi referensi penulis dalam mengembangkan gagasan untuk
membangun model pembelajaran sastra berdasarkan kecerdasan
linguistik. Penulisan artikel ini tidak dilakukan dengan mengumpulkan
data secara empiris, tetapi dengan mengembangkan dan membangun
konsep yang ada, yaitu konsep kecerdasan linguistik, yang
disebarluaskan ke dalam literature-pembelajaran berdasarkan
kecerdasan verbal-linguistik. Tujuan makalah ini adalah untuk
menjawab pertanyaan tentang bagaimana menerapkan model
pembelajaran sastra berdasarkan kecerdasan verbal-linguistik.
Kemudian, terkait konsep Gardner, penulis merumuskan model
pembelajaran sastra berdasarkan kecerdasan verbal-linguistik melalui
model pembelajaran bercerita dengan lima langkah yaitu berdebat,
berdiskusi, menafsirkan, berbicara, dan menulis tentang karya sastra.
Singkatnya, penulis menarik kesimpulan bahwa model kecerdasan
verbal-linguistik berbasis pembelajaran dapat dirancang dengan
perhatian ke dalam lima komponen yaitu (1) definisi, (2) karakteristik,
(3) strategi pengajaran, (4) hasil akhir pembelajaran, dan (5) angka.

Kata kunci: Kecerdasan Verbal-Linguistik, Kecerdasan Jamak, Model


Pembelajaran Sastra

327
Aktualisasi Model Pembelajaran SastraBerdasarkan Kecerdasan Verbal-Linguistik
Deden Ginanjar NIM: 4103810318032

PENDAHULUAN

Bahasa atau Verbal-Linguistic Intelligence adalah salah satu


jenis kecerdasan ganda yang dimiliki anak-anak. Kemudian, kecerdasan
veristem-linguistik ini adalah kecerdasan yang paling sering digunakan
dalam kegiatan sehari-hari. Dengan kata lain, kecerdasan verbal-linear
adalah kecerdasan yang dikaitkan dengan kemampuan untuk melakukan
serta memahami informasi dan komunikasi dari lawan bicaranya, baik
dalam bentuk lisan atau dalam bentuk tertulis. Setiap orang di dunia ini
setuju bahwa bahasa menjadi hal yang paling penting dalam kehidupan
manusia karena mereka berkomunikasi dengan orang lain dengan
menggunakan bahasa Indonesia, Inggris, atau bahasa lain yang dimiliki
oleh seseorang.
Di Indonesia, konsep kecerdasan majemuk belum terintegrasi
secara optimal di setiap tingkat pendidikan di sekolah. Selain itu, mereka
merupakan bagian integral dalam manajemen pendidikan di negara
berkembang. Implementasi multiple intelligence baru saja dilakukan
secara parsial dalam lingkungan pendidikan yang terbatas. Implementasi
multiple intelligence baru saja dilakukan dalam pendidikan anak usia
dini, namun tidak ditangani secara profesional sehingga aspek
fundamental dari multiple intelligence mungkin diabaikan.
Di sinilah pentingnya menerapkan pilar pendidikan
sebagaimana diamanatkan oleh UNESCO, yang meliputi (1) belajar
untuk mengetahui, (2) belajar untuk melakukan pekerjaan, (3) belajar
untuk hidup bersama, dan (4) belajar untuk menjadi diri sendiri (
UNESCO, 2009). Mengenai pilar-pilar yang disediakan oleh UNESCO,
beberapa ahli di Indonesia menambahkan satu pilar lagi yaitu belajar

328
Aktualisasi Model Pembelajaran SastraBerdasarkan Kecerdasan Verbal-Linguistik
Deden Ginanjar NIM: 4103810318032

untuk melayani (belajar untuk beribadah) kepada Tuhan Yang Maha


Kuasa. Kelima pilar tersebut berfungsi sebagai aset sosial untuk
membangun seluruh Indonesia secara kualitatif yang memiliki
kecerdasan tinggi dan kepribadian yang luhur sehingga mereka dapat
mengembangkan diri dan orang Indonesia lainnya yang beradab serta
demokratis dan juga menghargai keragaman nasional atau Bhineka
Tunggal. Ika.
Pelaksanaan pilar pendidikan tersebut erat kaitannya dengan
kecerdasan peserta didik, terutama kecerdasan linguistik verbal.
Sebagian orang percaya bahwa kecerdasan verbal adalah sifat alami. Itu
berarti bahwa itu adalah anugerah Tuhan yang dipengaruhi oleh
pewarisan genetik dan faktor biologis, dan tidak ada campur tangan
manusia. Sementara beberapa orang lain percaya bahwa kecerdasan
verbal adalah pengasuhan. Itu artinya itu bisa diajarkan. Anak-anak yang
memiliki kecerdasan kognitif verbal yang rendah mungkin dapat
mengembangkan kecerdasan ini melalui proses pengasuhan dengan
bantuan guru. Hal ini juga berlaku untuk anak-anak dengan kecerdasan
linguistik verbal yang tinggi. Dengan bantuan para guru, mereka dapat
mempercepat proses pengembangan kecerdasan linguistik verbal
mereka. Tulisan ini mencoba untuk menawarkan model pembelajaran
sastra berdasarkan kecerdasan linguistik verbal untuk mendorong
perkembangan linguistik verbal mereka di bawah panduan pertanyaan
penelitian ini: bagaimana menerapkan model pembelajaran sastra
berdasarkan kecerdasan verbal-linguistik?

329
Aktualisasi Model Pembelajaran SastraBerdasarkan Kecerdasan Verbal-Linguistik
Deden Ginanjar NIM: 4103810318032

TINJAUAN LITERATUR

Keragaman Intelijen
Gardner (1983) mengemukakan berbagai kecerdasan juga
dipengaruhi oleh budaya tempat di mana kita dilahirkan sehingga
kecerdasan tidak lagi ditafsirkan sebagai tunggal dalam wacana kognitif.
Menurut Gardner (1993), adalah kesalahan besar jika kita berasumsi
bahwa IQ adalah entitas atau kuantitas tunggal dan menjaganya, yang
dapat diukur dengan menggunakan pensil dan kertas. Gardner
memperkuat kembali perspektifnya tentang definisi kecerdasan kognitif
manusia dan telah menunjukkan kepada kita, bagaimana kecerdasan
memiliki spektrum yang sangat luas, bahkan dimensi Pierce spiritualitas
emosionalisme, di mana terletak kemampuan imajinasi, kreativitas, dan
pemecahan masalah. Definisi Gardner adalah budaya yang diciptakan
dari proses belajar, perilaku, pola pikir hidup ini, dan lingkungan alam
yang terkristalisasi dalam kebiasaan (adat). Dengan kata lain, kecerdasan
adalah perilaku yang berulang.
Jika demikian, kecerdasan itu adalah perilaku yang dilakukan
berulang kali, maka pertanyaannya adalah mengapa sebagian besar dari
mereka yang digambarkan sebagai jurnalis / reporter, atau penyiar radio,
wartawan, dan reporter berita di televisi tidak memiliki Sarjana
pendidikan latar belakang studi komunikasi atau sastrawan. Demikian
pula, sebagian besar karyawan di beberapa bank tidak berasal dari
departemen ekonomi atau akuntansi, tetapi jurusan mereka adalah
pertanian atau sistem Informatika. Bahkan, mereka mampu
mengasumsikan sekali pekerjaan yang diterima, proses pelatihan atau
magang dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Dalam proses pelatihan

330
Aktualisasi Model Pembelajaran SastraBerdasarkan Kecerdasan Verbal-Linguistik
Deden Ginanjar NIM: 4103810318032

dan magang yang akan terjadi nanti, pembelajaran akan terakumulasi


dalam bentuk kecerdasan yang telah terstandardisasi. Kemudian,
pertanyaan selanjutnya adalah dari mana kecerdasan itu berasal?
Mungkin pertanyaan ini dapat dijawab dengan mengatakan bahwa otak
manusia adalah sumber yang bagus untuk banyak hal. Pertanyaan ini
membuat Hawkins dan Blakeslee (2002) percaya bahwa mesin pintar
yang nyata dapat dibuat dengan mempelajari otak manusia.
Selain itu, kita harus tahu bahwa otak manusia itu rumit dan
misterius, yang menyimpan kepribadian dan kecerdasan. Kecerdasan
adalah anugerah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Melalui studi ilmiah
psikologi, Garner (1993), yang juga seorang ahli saraf di Harvard
University, membuat klasifikasi kecerdasan, berdasarkan fakta empiris.
Kemudian, pada tahun 1999, ia mereproduksi karya intelektual berjudul
Intelig Reframed. Dia menyatakan bahwa otak manusia setidaknya
menyimpan sembilan jenis kecerdasan yang disepakati, sementara
sisanya masih merupakan misteri, yang terdiri dari kecerdasan linguistik;
kecerdasan logis-matematis; kecerdasan spasial; kecerdasan kinestetik;
kecerdasan musikal; kecerdasan interpersonal; kecerdasan intrapersonal;
kecerdasan naturalis; dan kecerdasan eksistensialis.
Salah satu dari sembilan kecerdasan yang ditunjukkan oleh
Gardner, adalah kecerdasan linguistik yang biasa disebut Vebal-
Linguistic Intelligence. Jenis kecerdasan ini kemudian dikaitkan dengan
studi literatur yang akan menjadi fokus pembahasan dalam tulisan ini.
Dalam kehidupan anak-anak, peran bahasa sangat penting dalam upaya
untuk membuat kehidupan anak lebih berwarna. Bahkan bahasa dilihat
sebagai aktivitas sosial karena anak-anak menggunakannya
keterampilan mereka untuk membangun persahabatan, berkompromi,

331
Aktualisasi Model Pembelajaran SastraBerdasarkan Kecerdasan Verbal-Linguistik
Deden Ginanjar NIM: 4103810318032

bernegosiasi, dan menyelesaikan masalah. Bahasa juga memainkan


peran penting karena selalu dikaitkan dengan berbagai aspek
perkembangan anak untuk perkembangan emosi anak-anak dan
kebanyakan pemula. Kegiatan yang sama sering dilakukan dengan bayi
serta tersenyum, menggoda, dan menanggapi orang tua,
mengembangkan ikatan kasih sayang dan ikatan emosional (Sonawat
dan Gogri, 2008, hal. 20).
Model kecerdasan lain diusulkan oleh McKenzie (2005). Dia
mengusulkan model baru MI dengan menguraikan model intelijen
Gardner dengan kebutuhan baru dari tempat kerja di abad ke-21. Model
yang ia usulkan terdiri dari Keterampilan Teknologi Informasi
(kemampuan untuk mengakses informasi dan memanipulasinya dengan
menggunakan berbagai alat digital), Keterampilan Literasi Informasi
(kemampuan untuk mengevaluasi validitas dan keandalan informasi
menggunakan berbagai strategi berpikir kritis), Pemecahan Masalah
Keterampilan (kemampuan untuk menghasilkan solusi yang efektif dan
efisien untuk masalah), Keterkaitan Keterampilan (kemampuan untuk
berinteraksi dengan orang-orang di masyarakat dan tempat kerja),
Fleksibilitas (kemampuan untuk beradaptasi dan menyesuaikan ide), dan
Kreativitas (kemampuan untuk menyajikan informasi serta ide dengan
cara baru atau kreatif). Keterampilan tersebut berkaitan dengan model
kecerdasan Gardner. Keterampilan teknologi informasi sangat didukung
oleh kecerdasan kinestetik. Keahlian literasi informasi berkaitan dengan
kecerdasan intrapersonal dan naturalis. Kecerdasan logis beroperasi
lebih baik dalam keterampilan pemecahan masalah. Kecerdasan
interaktif dan verbal memainkan peran penting dalam keterampilan
kolaborasi. Kecerdasan musikal dapat diterapkan dalam fleksibilitas, dan

332
Aktualisasi Model Pembelajaran SastraBerdasarkan Kecerdasan Verbal-Linguistik
Deden Ginanjar NIM: 4103810318032

kecerdasan visual serta eksistensial memiliki kontribusi besar dalam


kreativitas.

Kecerdasan Linguistik
Kemudian, definisi bahasa menurut van der Putten (2010)
adalah sebagai alat komunikasi yang terdiri dari kata-kata dan diatur oleh
perangkat dan konvensi, serta diidentifikasi oleh sekelompok pengguna
di suatu wilayah geografis tertentu yang mengacu pada para pengguna
itu sendiri. Jadi, pada dasarnya, bahasa atau linguistik (bahasa) budaya
memiliki entitas sosial. Saya percaya bahwa hampir seluruh wilayah di
nusantara memiliki dialek bahasa dan variasi intonasi: mulai dari suara
bunyi naik-turun tradisional, sampai nada yang terdengar seperti marah
atau nyaris tidak terdengar karena kehalusan intonasinya. Mbok-mbok
(seorang perempuan tua) di pasar Bering-harjo yang berbicara dengan
orang Mekonggan (orang-orang pribumi yang tinggal di daerah
Mowewe, Watupute, Sulawesi Tenggara) akan terkejut karena dorongan
bahasa itu kasar dan juga dialek tidak diketahui oleh penatua. Situasi ini
sering digambarkan oleh seorang teman yang berasal dari Jawa. Dia
mengatakan bahwa kami berbicara hanya dengan dua orang, tetapi
kedengarannya seperti berbicara dengan lima orang. Kondisi ini dapat
dipengaruhi oleh lingkungan (gunung dan laut) serta budaya nenek
moyang penduduk yang telah terjadi sejak zaman nomaden (tidak
menetap).
Setiap budaya menawarkan cita rasa beragam terhadap
kemampuan untuk menggunakan bahasa seperti bahasa Indonesia
vernakular, Arab, Cina, Perancis, Jepang, Inggris, dan juga bahasa untuk

333
Aktualisasi Model Pembelajaran SastraBerdasarkan Kecerdasan Verbal-Linguistik
Deden Ginanjar NIM: 4103810318032

ilmu pengetahuan yang memerlukan kemampuan khusus untuk


menggunakannya dengan benar dan tepat.
Bahkan, tidak semua orang bisa menggunakannya dengan baik
dalam menyampaikan ide-ide secara logis dan juga terstruktur dengan
baik, apalagi di depan umum. Mereka yang memiliki kekuatan kata,
kemampuan untuk mengatur kata-kata, kemampuan menyampaikan
pidato di depan umum, dan kemampuan menulis dianggap memiliki
potensi kecerdasan linguistik.
Dalam kehidupan anak-anak, peran bahasa sangat penting dalam upaya
untuk mendidik kehidupan anak-anak. Bahkan bahasa dilihat sebagai
aktivitas sosial; anak-anak menggunakan keterampilan berbahasa untuk
membangun persahabatan, berkompromi, bernegosiasi, dan
memecahkan masalah yang terjadi di antara mereka. Bahasa juga
memainkan peran penting karena selalu dikaitkan dengan berbagai aspek
perkembangan anak dan perkembangan emosional untuk anak-anak
yang paling dingin.
Gardner (1999) mengatakan bahwa bahasa adalah contoh awal
khusus kecerdasan manusia. Ini termasuk kecerdasan bahasa proses
kualitas otak kiri dan otak kanan, baik dalam bahasa dalam arti linear dan
dalam arti holistik. Kecerdasan bahasa kemudian menjadi kombinasi
berbagai sistem yang berbeda seperti ekspresi gerakan, intonasi, dan
kemampuan kognitif untuk memberi nama dan mengklasifikasikan
deskripsi kalimat. Dengan demikian, seorang anak yang memiliki
kecerdasan bahasa yang tinggi akan dapat berbicara dengan baik,
membuat lelucon lucu, menulis lebih baik daripada anak-anak rata-rata
lainnya yang seumuran dengannya, memiliki ingatan yang baik tentang
mengingat nama, tempat, tanggal, dan informasi lain selain anak-anak

334
Aktualisasi Model Pembelajaran SastraBerdasarkan Kecerdasan Verbal-Linguistik
Deden Ginanjar NIM: 4103810318032

pada umumnya, menyukai permainan kata, suka membaca buku, untuk


menghargai puisi dan permainan kata, suka mendengar cerita tanpa
melihat buku, mengomunikasikan pikiran, perasaan, dan ide yang bagus,
untuk dengarkan dan tanggapi bunyi, ritme, warna, variasi kata-kata
yang diucapkan (Lane, 2009, hlm. 3).
Kwok-Cheung, (2009, p. 10) melihat bahwa seorang anak yang
memiliki bahasa lebih dari anak-anak lain suka meniru bunyi bahasa,
membaca dan menulis, belajar untuk mendengar, membaca, menulis dan
berdiskusi, mendengarkan secara efektif , memahami, meringkas,
menafsirkan, menjelaskan karya baru dengan menulis atau komunikasi
lisan lisan. Mereka juga sering mengajukan banyak pertanyaan, kesulitan
untuk berbicara, memiliki banyak kosakata, suka membaca dan menulis,
memahami fungsi bahasa, dan dapat berbicara tentang keterampilan
berbahasa. Untuk ditambahkan, kecerdasan ini dianggap sangat berharga
dalam proses pembelajaran karena cocok dengan cara mengajar
tradisional di kelas. Dengan demikian kecerdasan verba-linguistik
menjadi salah satu kecerdasan yang paling sangat penting di kelas
(McKenzie, 2005). Kecerdasan linguistik meliputi (1) fonologi, nama-
kemampuan siswa dalam mengeluarkan, meniru, atau
menggunakan bunyi bahasa, (2) morfologi, kemampuan peserta didik
untuk memperoleh kosakata, memilih kata kosakata yang sesuai, dan
mengembangkannya menjadi kombinasi morfem dan kata, (3) sintaksis,
kemampuan peserta didik dalam mengatur frasa, klausa, dan kalimat
yang dapat diterima, baik kalimat sederhana yang hanya terdiri dari satu
subjek dan satu predikat, dan juga dalam membentuk kalimat kompleks
dengan struktur bahasa yang benar, termasuk kemampuan untuk
menyusun esai sederhana dalam sebuah wacana dengan unsur-unsur

335
Aktualisasi Model Pembelajaran SastraBerdasarkan Kecerdasan Verbal-Linguistik
Deden Ginanjar NIM: 4103810318032

kohesi dan koherensi dalam membangun ide. Selain itu, ia juga mampu
menghasilkan bahasa formal. Kecakapan bahasa juga memiliki
hubungan erat dengan aspek sosial seperti sosiolinguistik dan
psikolinguistik.

Karakteristik Anak-anak yang memiliki Kecerdasan Verbal-Linguistik


Proses pendidikan pengajaran linguistik-verbal sulit untuk
dilatih. Dengan demikian proses ini harus dilakukan untuk anak-anak
pada usia aktif di masa kecil mereka. Kadang-kadang orang tua takut
ketika anak mereka aktif berkeliaran, sehingga mereka melarang anak
mereka untuk pindah ke tempat yang dia inginkan. Ini akan membuat
perkembangan anak dalam membuat gerakan progresif berhenti karena
rasa takut orang tua mereka.
Berdasarkan konsep kecerdasan verbal-linguistik yang telah
dibahas sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan verbal-
linguistik berkaitan erat dengan keterampilan berbahasa dan dalam
penggunaannya. Orang yang berbakat dalam seni seperti bermain dengan
bahasa, seperti membaca dan menulis, mudah dikuasai oleh suara, makna
dan cerita atau narasi. Mereka sering menjadi pengeja yang baik dan
mudah diingat langkah-langkah prosedur, tempat dan nama. Selain itu,
ada beberapa karakteristik lain yang berkaitan dengan anak-anak yang
memiliki kecerdasan verbal-linguistik, yaitu:
1. mampu menulis pengalaman sehari-hari mereka
2. mampu menjelaskan ide-ide mereka lebih baik daripada anak-anak di
usia mereka,
3. mampu menghasilkan banyak kosakata dan juga digunakan dengan
tepat daripada anak-anak pada usia mereka,

336
Aktualisasi Model Pembelajaran SastraBerdasarkan Kecerdasan Verbal-Linguistik
Deden Ginanjar NIM: 4103810318032

4. membaca banyak buku, koran, majalah, artikel di internet, dan banyak


lainnya; sering memberikan pemikiran, umpan balik, dan kritik
mereka kepada orang lain,
5. pandai mengeja kata-kata asing dan baru dengan benar,
6. menikmati mendengar pernyataan lisan (cerita, ulasan radio, buku
suara), seperti rima, permainan kata-kata, seperangkat kata yang sulit
untuk diucapkan,
7. mampu berbicara panjang lebar atau mampu menceritakan lelucon dan
cerita.
Mereka sangat terampil bermain kata-kata. Orang yang
memiliki kecerdasan ini memiliki kemampuan untuk menyusun
pikirannya dengan jelas. Mereka juga mampu mengekspresikan pikiran
dalam bentuk kata-kata seperti berbicara dan menulis. Orang dengan
kecerdasan verbal sangat mahir dalam bahasa, bercerita, berdiskusi,
berdiskusi, menafsirkan, mengirim laporan dan kegiatan lain yang
berkaitan dengan berbicara dan menulis. Kecerdasan ini diperlukan
dalam profesi seorang pengacara, penulis, penyiar / televisi, editor, guru,
dll. Mereka yang memiliki kecerdasan ini adalah John F Kennedy, Bung
Karno (Presiden pertama Indonesia), Kak Seto, dan banyak pemimpin
dunia lain yang memiliki kecerdasan verbal-linguistik.
Kecerdasan berpikir logis anak dapat ditunjukkan pada
kecerdasan bahasa yang mereka miliki. Anak-anak yang mampu
berbicara dengan baik dan lancar, mungkin memiliki pemikiran logis
yang baik.
Dalam kehidupan sehari-hari, anak-anak cenderung sering
menggunakan kata-kata yang tidak teratur atau mereka mencampurkan
bahasa tradisional mereka dengan bahasa Indonesia. Oleh karena itu,

337
Aktualisasi Model Pembelajaran SastraBerdasarkan Kecerdasan Verbal-Linguistik
Deden Ginanjar NIM: 4103810318032

anak-anak sering salah menggunakan kata-kata terutama bagi mereka


yang terpapar dengan bilingualisme di usia dini. Untuk mengatasi dan
menstimulasi kecerdasan linguis verbal anak-anak, kita dapat
mengambil beberapa cara berikut:

1. sering mengundang anak-anak untuk bercakap-cakap;


2. sering membaca cerita / fabel;
3. sering mengajar nyanyian.
Mampu berbicara tidak hanya berarti menguasai banyak
bahasa, tetapi juga memiliki kemampuan untuk memproses bahasa. Oleh
karena itu, sangat penting untuk mengajarkan bahasa ibu terlebih dahulu
untuk meningkatkan perkembangan pemikiran logis anak. Tidak semua
anak pintar dan siap berbicara bahasa. Sebagai contoh, jika seorang anak
tidak siap untuk menerima banyak bahasa, maka Anda tidak perlu
baginya untuk mulai belajar bahasa baru. Ketika orang tua memaksa
anak-anak untuk belajar banyak bahasa, itu dapat membuat anak itu
bingung dalam pengalaman bahasa atau bahkan dia akan menjadi stres.
Perlu juga disadari bahwa lingkungan adalah pengaruh besar
pada kemampuan otak anak, yang pada gilirannya, akan memengaruhi
keterampilan dalam memproses kata dan berbicara. Kurangnya
komunikasi di masa kecil mereka akan menyebabkan kurangnya
keterampilan bahasa anak-anak. Ini juga akan membuat mereka terawat
kembali.
Sementara itu, Gardner (2001, p. 342) menjelaskan
karakteristik orang-orang yang memiliki kecerdasan verbal-linguistik
sebagai berikut: peka terhadap pola, rapi, sistematis, pandai
mengarahkan, suka mendengarkan, suka membaca dan menulis, mudah

338
Aktualisasi Model Pembelajaran SastraBerdasarkan Kecerdasan Verbal-Linguistik
Deden Ginanjar NIM: 4103810318032

mengeja, suka memainkan kata-kata, kenangan indah tentang hal-hal


sepele, dan menjadi pembicara dan debater publik yang andal.
Oleh karena itu, kecerdasan verbal-linguistik termasuk bahasa
keterampilan mendengarkan, membaca secara efektif, pidato, dan
menulis. Orang-orang yang cepat menangkap informasi lisan dan tertulis
dapat dianggap linguistik cerdas meskipun mereka mungkin tidak benar-
benar pandai berbicara atau menulis (memproduksi bahasa). Kecerdasan
verbal-linguistik memiliki beberapa indikator atau ciri-ciri khusus
kecerdasan. Kecerdasan ini mencakup kepekaan suara, struktur, makna,
kata-kata fungsi, dan bahasa. Individu yang memiliki kecurigaan ini
cenderung:
1. berbahagialah dan efektif dalam komunikasi di kedua lisan dan
formulir tertulis,
2. pandai mengarang cerita,
3. terbuka untuk mendiskusikan dan mengikuti perdebatan tentang isu-
isu tertentu,
4. menikmati belajar bahasa asing,
5. suka bermain game bahasa, seperti permainan suara, dan peka
terhadap humor yang muncul sebagai akibat dari pertukaran suara,
6. suka membaca dan dapat mengungkap makna di balik kata-kata,
7. ingat kutipan, pernyataan dari pakar dan spesialis dengan mudah,

8. mengeja kata-kata secara akurat,


9. pandai membuat lelucon dengan mengaitkan fakta-fakta serius dengan
fakta-fakta serupa yang tidak secara langsung terkait menyebabkan
hiburan,
10. tulis puisi.

339
Aktualisasi Model Pembelajaran SastraBerdasarkan Kecerdasan Verbal-Linguistik
Deden Ginanjar NIM: 4103810318032

11. peka terhadap struktur dan jarang membuat kesalahan dalam


membentuk kalimat,
12.memiliki berbagai kosakata dan menggunakan berbagai macam kata-
kata untuk menggambarkan sesuatu dengan jelas, dan
13. tulis dengan jelas agar pembaca bisa mengerti apa yang mereka tulis
dengan mudah.

Untuk anak-anak, kecerdasan verbal-linguistik dapat muncul melakukan


berbagai kegiatan. Anak-anak yang cerdas secara verbal:
1. usia 2-6 suka berkomunikasi dengan orang lain, keduanya dengan
teman sebaya dan orang dewasa;
2. usia 3-6 suka berbicara panjang lebar tentang pengalaman sehari-hari
mereka;
3. usia 2-6 mudah mengingat nama teman dan anggota keluarga, tempat
atau hal-hal sepele yang pernah mereka dengar atau lihat, termasuk
iklan;
4. usia 2-4 suka membawa buku dan pura-pura membacanya;
5. mengeja lebih cepat daripada anak-anak pada usia mereka (4-6 tahun);
6. usia 3-6 merasa mudah bermain dengan kata-kata dan suka permainan
kata-kata dan humor;
7. usia 2-6 cinta dan sangat memperhatikan cerita atau membaca cerita
dari guru;
8. usia 4-6 dapat menceritakan kembali dengan baik;
9. usia 3-6 memiliki rentang kosakata yang melebihi sebagian besar
anak-anak pada usia mereka;
10. suka meniru prasasti dan menunjukkan pencapaiannya anak-anak
seusia mereka;

340
Aktualisasi Model Pembelajaran SastraBerdasarkan Kecerdasan Verbal-Linguistik
Deden Ginanjar NIM: 4103810318032

11. usia 4-6 dapat membuat pengulangan linier, tanda acak, dan menulis
dengan bunyi atau ejaan fonetik (Kelas Remaja Kinematika) dan
menulis bagian ejaan yang benar (Kelas Siswa Senior TK)
12.suka membaca tulisan pada label elektronika makanan, tanda, rumah
toko, judul, dan sejenisnya; dan
13.menikmati permainan bahasa, seperti menebak kata, huruf acak,
kalimat campur aduk, dan mengisi bagian-bagian dari cerita yang
diceritakan.

Artikel ini didasarkan pada konsep dan pemikiran tentang


Howard Gardner (1993). Menurutnya, setiap orang atau anak dilahirkan
dengan kecerdasan. Otak manusia adalah kompleks dan misterius, di
mana kepribadian dan kecerdasan disimpan. Untuk ditambahkan,
kecerdasan adalah anugerah Tuhan. Dalam karyanya yang berjudul
Intelijen Reframed, Gardner (1999) menyatakan bahwa otak manusia
menyimpan setidaknya sembilan jenis kecerdasan yang disepakati,
sedangkan sisanya masih misterius. Sembilan jenis kecerdasan adalah
(1) kecerdasan linguistik, (2) kecerdasan logis-matematis, (3) kecerdasan
spasial, (4) kecerdasan kinestetik, (5) kecerdasan musik, (6) kecerdasan
interpersonal, (7) kecerdasan intrapersonal, (8) kecerdasan naturalis, dan
(9) kecerdasan eksistensialis.
Kecerdasan linguistik sebagai salah satu dari sembilan
kecerdasan yang telah diusulkan akan menjadi fokus dalam studi literatur
ini. Berfokus pada Verbal-Linguistic Intelligence, penulis akan
membangun model desain pembelajaran yang mencakup definisi,
karakteristik, strategi pengajaran, hasil pembelajaran terbaik yang
diharapkan, dan karakter yang memainkan peran menciptakan karya

341
Aktualisasi Model Pembelajaran SastraBerdasarkan Kecerdasan Verbal-Linguistik
Deden Ginanjar NIM: 4103810318032

mereka. Penulis membangun sebuah konsep, yaitu mengajarkan kegiatan


strategi dan hasil pembelajaran yang diharapkan. Dalam kegiatan strategi
pengajaran, menulis informasi dan menulis naskah sebagai contoh dapat
menciptakan hasil akhir pembelajaran terbaik seperti penulis cerita
pendek, sastrawan, pembaca puisi, novelis, dan penulis buku.
Konsep kecerdasan linguistik Howard Gardner dan beberapa
teori yang telah diulas di bagian sebelumnya menjadi referensi penulis
dalam mengembangkan ide ini. Kemudian, penulis juga akan mencoba
membangun model pembelajaran sastra yang dikembangkan atas dasar
potensi kecerdasan linguistik. Dalam artikel ini istilah kecerdasan
verbal-linguisik digunakan. Penulisan artikel ini tidak dilakukan dengan
mengumpulkan data secara empiris, tetapi dengan mengembangkan dan
membangun konsep yang ada, yaitu konsep kecerdasan linguistik.

AKTIVITAS MENGEMBANGKAN KECERDASAN VERBAL


Ada beberapa model belajar kecerdasan verbal-linguistik yang
dapat dikembangkan melalui studi literatur. Modelnya adalah (a)
menceritakan sebuah kisah, (b) berdebat, (c) diskusi,
(D) menafsirkan, (e) mengirimkan laporan, dan (f) berbicara dan menulis
tentang sastra.
Ada lima komponen yang terkait satu sama lain dari intoleransi
verbal-linguistik. Komponen-komponen ini adalah definisi,
karakteristik, strategi pembelajaran, hasil belajar akhir terbaik, dan
angka-angka. Di sini kita akan membahas setiap komponen secara detail.
Pada awalnya, definisi mengacu pada menggambarkan
kemampuan berpikir dalam kata-kata, yang menggunakan bahasa untuk
mengekspresikan, dan menghargai makna yang kompleks. Komponen

342
Aktualisasi Model Pembelajaran SastraBerdasarkan Kecerdasan Verbal-Linguistik
Deden Ginanjar NIM: 4103810318032

ini adalah tujuan umum atau kompetensi dasar yang harus dicapai oleh
pembelajar. Peserta didik ditargetkan memiliki kemampuan untuk
mengkonseptualisasikan ide-ide dalam bentuk kata-kata, untuk
mengekspresikan, dan untuk berkomunikasi, dan juga mampu
menghargai makna kompleks yang dialami oleh peserta didik dalam
kehidupan mereka.
Kedua, karakteristik mengacu pada kompetensi dasar yang
akan dicapai pada akhir setiap pelajaran. Karakteristik yang harus
dicapai dalam bagian ini termasuk empat keterampilan bahasa, yaitu
keterampilan mendengarkan; keahlian berbicara; kemampuan membaca;
dan keterampilan menulis. Selanjutnya, setiap keterampilan bahasa
dioperasionalkan sebagai berikut. Keterampilan mendengarkan
mencakup respons terhadap bunyi ritme, warna berbagai frasa kata-kata,
meniru bunyi bahasa, membaca, dan menulis dari orang lain. Berikutnya
adalah keterampilan berbicara. Mereka mencakup berbicara secara
efektif ke berbagai audiens dengan tujuan yang berbeda, dan tahu
bagaimana membuat pembicaraan kecil, fasih, persuasif dan
bersemangat pada waktu dan tempat yang tepat. Selain itu, para
pembelajar juga diharapkan menguasai bahasa lain. Yang ketiga adalah
keterampilan membaca. Mereka mencakup pemahaman, meringkas,
menafsirkan atau menjelaskan, dan mengingat apa yang telah dibaca.
Terakhir, keterampilan menulis mencakup penulisan secara efektif,
memahami dan menerapkan aturan bahasa, ejaan, tanda baca, dan
menggunakan kosakata yang efektif. Akhir dari komponen karakter
adalah karakter standar yang merupakan kombinasi dari keterampilan
bahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
Karakter standar dioperasionalkan sebagai berikut: menggunakan

343
Aktualisasi Model Pembelajaran SastraBerdasarkan Kecerdasan Verbal-Linguistik
Deden Ginanjar NIM: 4103810318032

keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis untuk


mengingat, mendiskusikan, mempengaruhi, menciptakan pengetahuan,
membangun makna, dan menggambarkan bahasa itu sendiri.
Yang ketiga adalah strategi belajar. Strategi pembelajaran
adalah sarana yang dipilih untuk menyampaikan materi pembelajaran
dalam lingkungan belajar tertentu. Lebih lanjut, dijelaskan oleh mereka
bahwa strategi pembelajaran meliputi; sifat, ruang lingkup, dan urutan
kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar
kepada peserta didik. Strategi pembelajaran yang dipilih dipilih adalah
strategi belajar yang berkaitan dengan keterampilan bahasa yang
dirumuskan dalam kata-kata operasional sebagai berikut: mis. menulis
naskah, menulis informasi, wawancara, presentasi, mempertanyakan,
berdebat, wawancara, menebak, melaporkan suatu peristiwa dan
sebagainya. Yang keempat adalah hasil akhir pembelajaran. Ini adalah
pencapaian tujuan akhir dari strategi pembelajaran itu membuat peserta
didik yang memiliki karakter dan profesionalisme yang baik dalam
setiap profesi yang diminati oleh peserta didik. Hasil pembelajaran yang
diharapkan cenderung ada dalam profesi berikut: penulis, penulis cerita
pendek, penulis skenario, penyair, penulis, jurnalis, editor, orator,
pembicara, guru / dosen, pengacara, pembaca berita, penerjemah,
komedian, negosiator, pendongeng, novelis, dll. Yang terakhir adalah
karakter. Dalam bagian ini, peneliti akan menyebutkan daftar nama-
nama pemimpin yang sukses dalam berbagai profesi yang diyakini
memberikan stimulus dalam pembelajaran sastra. Daftar figur nasional
dan internasional adalah figur-figur yang telah berhasil dalam profesi
mereka masing-masing. Kepercayaan ini tentu masuk akal, karena
hampir semua orang mengidolakan atau memiliki idola sesuai dengan

344
Aktualisasi Model Pembelajaran SastraBerdasarkan Kecerdasan Verbal-Linguistik
Deden Ginanjar NIM: 4103810318032

profesi dan kecerdasan mereka. Beberapa tokoh sukses dalam politik dan
pemerintahan, adalah presiden pertama Republik Indonesia Soekarno,
sampai presiden Republik Indonesia saat ini yaitu Joko Widodo. Tokoh-
tokoh dari profesi lain adalah Andrea Hirata (novelis), Adnan Buyung
Nasution (pengacara), dan karakter lain yang akan menginspirasi pelajar
untuk melakukan yang terbaik sebagai figur yang diidolakan.
Selain itu, kecerdasan verbal-linguistik adalah model pembelajaran yang
dapat membantu guru merancang strategi kegiatan seperti berdebat,
berdiskusi, menafsirkan, menyampaikan laporan, berbicara dan menulis
(Gambar 1). Penerapan kegiatan tersebut memungkinkan peserta didik
untuk mencapai hasil pembelajaran terbaik yang memenuhi syarat
standar minimal kompetensi yang harus dicapai pada akhir kursus
berdasarkan model pembelajaran verbal-linear. Kegiatan-kegiatan
tersebut mempersiapkan peserta didik untuk profesi masa depan mereka
sebagai penulis, presenter, negosiator, jurnalis, editor, orator, serta
profesi lainnya. Bagan sederhana berikut menggambarkan beberapa
kegiatan yang dapat mengembangkan kecerdasan linguistik verbal.
Menceritakan kembali cerita yang telah dibaca atau didengar
oleh siswa dalam karya sastra, seperti dongeng, drama, novel, puisi, atau
balada dapat mengembangkan kecerdasan linguistik mereka. Siswa
dapat diminta untuk menceritakan kisah mengikuti langkah-langkah di
bawah ini:
1. Siswa diminta untuk mendengarkan atau membaca literatur yang telah
disiapkan oleh guru.
2. Siswa mencatat poin-poin utama dari cerita yang sedang terjadi
mendengar atau dibaca.

345
Aktualisasi Model Pembelajaran SastraBerdasarkan Kecerdasan Verbal-Linguistik
Deden Ginanjar NIM: 4103810318032

3. Siswa menceritakan kembali kisah yang telah mereka baca atau dengar
baik secara lisan atau dalam bentuk tertulis.
Saat menerapkan langkah-langkah ini, guru harus ingat bahwa
karya sastra harus sesuai dengan perkembangan kognitif siswa dan akan
lebih baik jika karya sastra dilokalisasikan. Kisah yang secara tidak
langsung melayani nilai-nilai dan budaya lokal dalam hal kedua konten

Figure.1

dan bahasa akan sangat menarik bagi para pembelajar. Akhirnya,


penjatahan waktu harus sesuai dengan jenis cerita yang akan diceritakan
kembali. Apa yang berikut adalah contoh dari suatu kegiatan:
1. Baca cerita rakyat Sulawesi Tenggara yang berjudul "Larumbalangi".
2. Tuliskan poin utama dari cerita yang Anda miliki Bacalah.
3. Ceritakan kembali cerita secara tertulis dengan berfokus pada
pokoknya.
Kegiatan alternatif lainnya adalah:
1. Guru membacakan dongeng untuk siswa.
2. Guru membaca dongeng yang tidak terlalu panjang, tetapi masih
mencerminkan integritas cerita.
3. Sambil mendengarkan dongeng yang dibaca oleh guru, siswa catat
titik-titik utama dari cerita.

346
Aktualisasi Model Pembelajaran SastraBerdasarkan Kecerdasan Verbal-Linguistik
Deden Ginanjar NIM: 4103810318032

Kemudian, kecerdasan verbal-linguistik peserta didik dapat


dikembangkan lebih lanjut melalui studi literatur dengan
mempertahankan pendapat tentang peristiwa, perilaku, atau fenomena
lain yang terkandung dalam karya sastra yang dibaca atau didengar.
Untuk membuat implementasi model ini efektif, karya sastra yang dipilih
harus menjadi karya yang isinya dapat memicu perdebatan di antara para
siswa. Contoh karya sastra yang bagus adalah cerita rakyat Sulawesi
Tenggara, yang disebut Larumbalangi. Para pembelajar dapat berdebat
tentang asal mula tokoh-tokoh yang diilustrasikan dalam cerita rakyat.
Langkah-langkah berikut berlaku untuk mendorong perdebatan topik
sastra:
1. Untuk membuat proses debat terorganisir dengan baik dan berjalan
dengan baik, kelas dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok pro
dan kontra. Kelompok pro menyetujui sikap, perilaku, dan pendapat
karakter utama, sedangkan kelompok kontra menolak sikap, perilaku,
dan pendapat karakter utama.
2. Ketika debat selesai di bawah bimbingan guru, para siswa diminta
untuk membaca cerita rakyat yang telah disiapkan oleh guru.
3. Setiap kelompok berkewajiban untuk membela pendapat mereka
dengan berdebat dan menyajikan berbagai alasan untuk mendukung
pendapat mereka.
Guru hendaknya mengingat bahwa pendapat dari masing-
masing kelompok (baik kelompok pro dan kontra) harus dirumuskan
dengan jelas oleh guru untuk memfasilitasi pencarian siswa untuk alasan
yang terdapat dalam karya sastra yang sedang diperdebatkan. Sekali lagi,
waktu yang dialokasikan untuk debat harus memadai sehingga setiap

347
Aktualisasi Model Pembelajaran SastraBerdasarkan Kecerdasan Verbal-Linguistik
Deden Ginanjar NIM: 4103810318032

kelompok (baik kelompok pro dan kontra) dapat menyajikan argumen


mereka sepenuhnya. Berikut ini contohnya:
1. Baca cerita rakyat lain dari Sulawesi Tenggara yang berjudul
“Konggaaha”.
2. Identifikasi sikap, tindakan, dan pendapat dari karakter utama.
3. Kelompok pro mencari alasan mengapa mereka setuju dengan sikap,
tindakan, dan pendapat karakter utama. Sebaliknya, kelompok kontra
mencari alasan mengapa mereka menolak atau tidak setuju dengan
sikap, tindakan, dan pernyataan pelaku.
4. Setelah itu, mulailah berdebat tentang sikap, tindakan, dan pendapat
tokoh utama dalam cerita rakyat Konggaaha Sulawesi Tenggara, yang
dibimbing oleh guru.
Aktivitas alternatif adalah:
1. Guru membacakan cerita kepada siswa.
2. Saat mendengarkan cerita yang dibacakan oleh guru, para siswa
mencatat poin-poin utama dari cerita, terutama sikap, tindakan, dan
pendapat tokoh utama.
3. Cerita yang dibacakan oleh guru tidak terlalu panjang, tetapi masih
mencerminkan integritas cerita.
4. Guru memberi tahu siswa (kelompok pro atau kontra) kepada berikan
alasan untuk setiap argumen yang mereka berikan.
5. Setelah itu, kelompok pro dan kontra berdebat di bawah panduan guru.
Kegiatan-kegiatan ini memungkinkan siswa untuk
memanipulasi gram- mar, fonologi, semantik, dan pragmatik dari bahasa
yang mereka pelajari. Secara pedagogis, makalah ini berfokus pada
model pembelajaran berbasis linguistik. Telah ditunjukkan bahwa model
pembelajaran ini mencoba untuk menawarkan desain dengan perhatian

348
Aktualisasi Model Pembelajaran SastraBerdasarkan Kecerdasan Verbal-Linguistik
Deden Ginanjar NIM: 4103810318032

kepada lima komponen dan menyajikan contoh kegiatan pembelajaran


berbasis kecerdasan verbal-linear dengan memperluas contoh yang
diambil dari peristiwa budaya yang terjadi di distrik Kolaka, Provinsi
Sulawesi Tenggara. Model pembelajaran yang dijelaskan sebelumnya
adalah model pembelajaran berdasarkan kecerdasan verbal-linearistik
dengan menghadirkan lima komponen yaitu, (1) definisi, (2)
karakteristik, (3) strategi pengajaran (4) hasil belajar akhir terbaik, dan
(5) karakter. Dari lima komponen yang dijelaskan, komponen kedua dan
ketiga yaitu karakteristik dan hasil akhir pembelajaran terbaik dianggap
tepat. Dalam komponen karakteristik, penulis mencoba untuk
memaksimalkan kecerdasan verbal-linguistik anak-anak untuk
menampilkan keterampilan dan keterampilan bahasa yang mereka
miliki. Dalam komponen hasil akhir pembelajaran, beberapa profesi dan
latar belakang ilmiah ditunjukkan dengan pertimbangan bahwa profesi
akan memotivasi anak-anak dalam pilihan mereka.

349
Aktualisasi Model Pembelajaran SastraBerdasarkan Kecerdasan Verbal-Linguistik
Deden Ginanjar NIM: 4103810318032

SIMPULAN
Model kecerdasan verbal-linguistik berbasis pembelajaran
dapat dirancang dengan memperhatikan lima komponen yaitu: (1)
definisi, (2) karakteristik, (3) strategi pembelajaran (4) hasil akhir
pembelajaran terbaik, dan (5) angka. Kelima komponen terkait satu sama
lain. Kecerdasan verbal-linguistik adalah kemampuan untuk
menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tertulis.
Kecerdasan ini mencakup kepekaan terhadap makna kata-kata, susunan
kata-kata, bunyi, ritme dan intonasi dari kata yang diucapkan,
kemampuan untuk memahami kekuatan kata-kata untuk mengubah
keadaan pikiran dan informasi rahasia. Komponen inti kecerdasan
verbal-linguisik, meliputi keterampilan memanipulasi tata bahasa,
fonologi, semantik, dan pragmatik. Untuk merangsang kecerdasan
seorang anak menggunakan bahasa verbal, kita dapat mengajak anak-
anak untuk bercakap-cakap, membaca cerita / fabel, dan mengajari
mereka menyanyikan sebuah lagu.
Ada beberapa model kecerdasan verbal-linguistik pendidikan
yang dapat dikembangkan melalui studi literatur. Mereka melibatkan
kegiatan seperti berdebat, berdiskusi, menafsirkan, mengirim laporan,
berbicara, dan menulis tentang karya sastra. Singkatnya, model
kecerdasan verbal-linear berbasis pembelajaran dapat dirancang dengan
memperhatikan lima komponen yang terkait satu sama lain, yaitu
definisi, karakteristik, strategi pembelajaran, pembelajaran akhir terbaik
out-comes, dan angka.
Makalah ini menyajikan ide untuk peneliti masa depan baik
dalam perspektif teoritis dan praktis. Dari perspektif teoritis, model
desain pembelajaran berbasis kecerdasan verbal-linguistik harus terus

350
Aktualisasi Model Pembelajaran SastraBerdasarkan Kecerdasan Verbal-Linguistik
Deden Ginanjar NIM: 4103810318032

dikembangkan sehingga kita bisa menghasilkan desain pembelajaran


berbasis kecerdasan verbal-linguistik yang sesuai dengan tuntutan
kemajuan dalam sains. Penelitian tentang desain pembelajaran berbasis
kecerdasan verbal-linguistik masih sangat terbatas dan penelitian yang
lebih rinci, komprehensif, dan lebih mendalam diperlukan di bidang ini.
Dalam rangka meningkatkan keberhasilan program pengajaran
bahasa di sekolah serta perguruan tinggi, dosen dan guru harus secara
konstan memperbarui model pembelajaran, terutama model
pembelajaran bahasa yang terinspirasi dari budaya lokal.

351
Aktualisasi Model Pembelajaran SastraBerdasarkan Kecerdasan Verbal-Linguistik
Deden Ginanjar NIM: 4103810318032

DAFTAR PUSTAKA:

Armstrong, T. (1996). Multiple Intellegancas in the Class- room.


Virginia: Assosiation for Supervision and Curri- kulum Development.
Armstrong, T. (1993). 7 Kinds of Smart: Identifying and De- velopment
Your Intellegences. New York: Penguin Group. Gardner, H. (2003).
Creators: Multiple intelligences. In B. Adolphe (Ed.), The origins of
creativity (pp. 117-145).
Oxford: Oxford University Press.
Gardner, H. (1999). Intelligence Reframed: Multiple Intel- ligences for
the 21st Century. NewYork: Basic Books.
Gardner, H. (1993). Multiple Intellegences: The Theory in
Practice A Reader. New York: Basic Books.
Hawkins, J. & Blakeslee, S. (2002). On Intelligence. Jakarta:
Dunia Pustaka Jaya.
Kwok-Cheung, Cheung. (2009). Reforming Teaching and Learning
Using Theory of Multiple Intelligences: The Macao Experiences.
Springer Science (online book): Business Media B.V.
Lane, C. (2009). Implementing Multiple Intelligences and Learning
Styles in Distributed Learning/MS Projects. [Online] Available:
(http://www.tecweb.org/styles/ imslsindl.pdf). (April 21, 2017)
McKenzie, W. (2005). Multiple Intellligences and Instruc- tional
Technology. Washington: International Society for Technology in
Education.
Sonawat, R. & Gogri, P. (2008). Multiple Intelligences for Pre-school
Children. Mumbai: Multi-Tech Publishing Co.

352
Aktualisasi Model Pembelajaran SastraBerdasarkan Kecerdasan Verbal-Linguistik
Deden Ginanjar NIM: 4103810318032

van der Putten, J. (2010). Bongkar Bahasa: Meninjau Kem- bali Konsep
yang Beraneka Makna dan Beragam Fungsi (Dibukukan oleh editor:
Mikihiro Moriyama dan Man- neke Budiman dalam Geliat Bahasa
Selaras Zaman. Pe- rubahan Bahasa-Bahasa di Indonesia Pasca Orde
Baru. Jakarta: KPG.

353
Aktualisasi Model Pembelajaran SastraBerdasarkan Kecerdasan Verbal-Linguistik
Yani Mulyani NIM : 4103810318009

PERANAN MIND MAPPING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN


SPEAKING SISWA SMP

YANI MULYANI,S.Pd
SEKOLAH PASCA SARJANA UNINUS

ABSTRACT
Speaking is one of language skills that can be an indicator the success of
language learning, as at the time of speaking, people can directly identify ; whether
someone speaks fluently or not, whether his pronunciation and intonation is good
or not, whether he has self confidence or not . But, it is not easy for students to speak
English, especially speaking in front of the class. It needs braveness and readiness
for them to speak well and fluently in front of the public. The constraints in speaking
English among other things are the lack of vocabularies, and the limitation of
grammar included pronunciation and intonation. That’s why they don’t dare to
speak. Therefore, Mind mapping is a way to facilitate students in order to be able
to speak English well. The steps to use mind mapping in speaking English are : first
determine a topic and the sub topics to be delivered in speaking; second express
the idea in form of map or diagram on a piece of paper and the last , speak in front
of the class by using the mind mapping which has been prepared. By using mind
mapping, students will be easier to speak English .and they are getting used to
build their high order thinking skills and their imagination will be developed , as
well.
(Keywords : Mind Mapping, Speaking, high order thinking , imagination)

Berbicara (Speaking) merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang


dapat dijadikan indikator keberhasilan siswa berbahasa Inggris karena pada saat
orang berbicara dapat diidentifikasi langsung ; apakah lancar atau tidaknya siswa
berbicara bahasa Inggris (fluency), fasih atau tidaknya melafalkan kata-kata
(Pronounciation & intonation), percaya diri atau tidakkah siswa itu berbicara
bahasa Inggris (Performance). Namun bukanlah hal yang mudah bagi siswa untuk
dapat berbicara bahasa Inggris, terutama kalau berbicara di depan kelas. Perlu
keberanian yang tinggi dan kesiapan yang matang agar dapat berbicara dengan
baik dan lancar di depan umum. Kendala dalam berbicara umumnya adalah
kurangnya kosakata, lemahnya dalam tata bahasa , termasuk pelafalan dan
intonasinya, sehingga tidak punya keberanian untuk berbicara bahasa Inggris.
Oleh karena itu, mind mapping atau peta konsep adalah salah satu teknik yang
menyenangkan dan efektif untuk memfasilitasi para siswa agar dapat berbicara
dengan baik. Langkah-langkah menggunakan peta konsep dalam berbicara adalah
(1) menentukan ide/gagasan yang mau disampaikan, (2) menuangkan gagasan
pokok juga pikiran penjelas di kertas dalam bentuk peta konsep (3) berbicara
dengan menggunakan peta konsep yang sudah dibuat. Dengan menggunakan peta

354
Peranan Mind Mapping Dalam Meningkatkan Kemampuan Speaking Siswa Smp
Yani Mulyani NIM : 4103810318009

konsep ini, para siswa akan dengan mudah berbicara dan kemampuan berpikir kiri
tingkat tinggi (high order thinking skill) juga terasah sekaligus juga
mengembangkan daya imajinansi siswa.

( Kata kunci : Peta konsep, Berbicara, berpikir kritis, imajinasi ).

A. LATAR BELAKANG
Perubahan zaman menuntut perubahan sikap,perilaku, mental,
keterampilan, dan pola pikir manusia agar dapat mengikuti perkembangan zaman
itu dengan baik. Begitu pula dalam dunia pendidikan, kurikulum berubah-ubah dan
disempurnakan agar dapat memenuhi tuntutan zaman tersebut.
Perubahan kurikulum 2006 (KTSP) dalam pembelajaran bahasa Inggris
khususnya yang berdasarkan Competence Based Approach menjadi Kurikulum
2013 yang Scientific Based Approach menuntut kesiapan dari semua pihak agar
kurikulum tersebut dapat terlaksana sesuai dengan tujuannya. Peran bahasa,
khususnya bahasa Inggris, semakin penting dalam era globalisasi ini sebagai salah
satu penentu kesuksesan seseorang dalam membangun networking.
Pada Era globalisasi ini, ada 4 keterampilan (skills) abad ke-21 yang harus
siswa pelajari dan miliki, yaitu Critical Thinking, Creative, Collaborative dan
Communicative. Salah satu cara untuk memiliki Communivcative skill adalah
dengan penguasaan bahasa Inggris, yang merupakan bahasa pengantar efektif
karena bahasa Inggris adalah bahasa Internasional.
Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan sosial sebagai media
komunikasi. Bahasa yang komunikatif harus memiliki tata bahasa dan kebahasaan
yang benar agar terjalin komunikasi yang baik antara Pembicara dengan Pendengar
(bahasa lisan), atau antara Penulis dengan Pembaca (bahasa Tulis).
Menurut kurikulum 2006, ada 4 keterampilan berbahasa dalam bahasa
Inggris, yaitu Listening, Speaking, Reading dan Writing. Dan menurut Kurikulum
2013, speaking dan writing adalah keterampilan (KD 4) yang harus peserta didik
kuasai setelah belajar bahasa Inggris. Dari ke 4 keterampilan tersebut, Speaking lah
yang bisa dijadikan indikator apakah siswa mampu berbahasa Inggris atau tidak.
Karena Speaking merupakan keterampilan bahasa yang bisa diidentifikasi langsung
; apakah lancar atau tidak nya siswa berbicara bahasa Inggris (fluency), fasih atau

355
Peranan Mind Mapping Dalam Meningkatkan Kemampuan Speaking Siswa Smp
Yani Mulyani NIM : 4103810318009

tidaknya melafalkan kata-kata (Pronounciation & intonation), percaya diri atau


tidakkah siswa itu berbicara bahasa Inggris (Performance).
Namun bukanlah hal yang mudah bagi siswa untuk dapat berbicara bahasa
Inggris, terutama kalau berbicara di depan kelas. Perlu keberanian yang tinggi dan
kesiapan yang matang agar dapat berbicara dengan baik dan lancar di depan umum.
Kendala dalam berbicara umumnya adalah kurangnya kosakata, lemahnya dalam
tata bahasa , termasuk pelafalan dan intonasinya, sehingga tidak punya keberanian
untuk berbicara bahasa Inggris, apalagi kalau tampil di depan umum. Di era digital
ini, anak-anak dimanjakan dengan fasilitas dengan kemajuan teknologi yang
semakin canggih. Sementara itu, teknologi memiliki 2 sisi yang berbeda. Di satu
sisi , adanya gadget memfasilitasi para siswa agar dapat dengan mudah mengakses
informasi dan pengetahuan . Di sisi lain, para siswa banyak yang kecanduan games,
sehingga mereka terlalu lama di depan TV atau gadget, sehingga lupa akan tugasnya
sebagai pembelajar yaitu belajar. Mereka agak enggan untuk menyimpan informasi
atau menghafal sesuatu di dalam otaknya karena mereka pikir, semua informasi
dapat dengan mudah diakses di handpone atau internet, tidak usah bersusah payah
menghapalkannya. Begitu juga dalam belajar bahasa, belajar berbicara khususnya
Para siswa enggan membawa kamus. Kamus digital yang ada di Handphone juga
tidak dimanfaatkan secara maksimal untuk meningkatkan keterampilan speaking.
Pada saat giliran untuk berbicara , tidak mempunyai alat untuk berbicara
(Vocabularies, pronounciation-intonation, grammar, self confidence,dll) karena
semuanya ada di handphone atau di internet. Mereka tidak terlatih dengan baik
untuk berkomunikasi dengan bahasa yag baik dan bisa difahami.
Oleh karena itu, mind mapping atau peta konsep adalah salah satu teknik
yang menyenangkan dan efektif untuk memfasilitasi para siswa agar dapat berbicara
dalam bahasa Inggris dengan baik.

B. LANDASAN TEORI
1. MIND MAPPING
1.1. Definisi Mind Mapping

356
Peranan Mind Mapping Dalam Meningkatkan Kemampuan Speaking Siswa Smp
Yani Mulyani NIM : 4103810318009

Menurut Wikipedia.Mind Map (Peta Konsep) adalah suatu diagram yang


digunakan untuk menyusun informasi secara visual.
Menurut Tony Buzan:
a. Mind Map adalah suatu cara mudah untuk mendapatkan informasi atau
mengirim informasi dari otak kita.
b. Mind Map merupakan cara belajar baru atau cara memperbaiki suatu karya
dengan cepat.
c. Mind Map adalah cara baru dalam membuat catatan yang tidak
membosankan.
d. Mind Map adalah cara terhebat untuk mengungkapkan gagasan baru dan
merencanakan suatu proyek.
e. Mind map adalah suatu cara berpikir yang keren yang membantu kita
untuk berpikir 2 kali lebih baik, lebih cepat, lebih jelas dan lebih
menyenangkan.
Mind map terdiri dari kata-kata, warna-warna, garis-garis dan gambar-
gambar.

1.2 Fungsi Mind Mapping


Otak kita cara bekerjanya tidak berbentuk garis lurus. Itulah alasannya
mengapa menghapal sesuatu dengan membaca dan dengan membuat catatan
tidaklah efektif. Itu hanya membuang waktu , karena dengan membaca hal
yang sama secara berulang-ulang, akan membuat bosan.
Otak kita terdiri dari 2 bagian, yaitu otak kiri dan kanan, dan masing-masing
mempuyai fungsi, yaitu

357
Peranan Mind Mapping Dalam Meningkatkan Kemampuan Speaking Siswa Smp
Yani Mulyani NIM : 4103810318009

Fungsi OTAK KIRI Fungsi OTAK KANAN


Kata-kata Rythim
Logic Kesadaran
Numbers Imaginasi
Urutan/sequence Melamun
Analysis Warna
Lists Dimensi

Dan yang sering kita gunakan adalah otak kiri. Mind Map menjaga agar kita
terus focus pada gagasan-gagasan utama dan semua informasi tambahan.
Mind map ini membantu siswa agar terlatih menggunakan kedua bagian dari
otak ini agar seimbang. Mind maps dapat membuat hidup kita jauh lebih
mudah dan lebih menyenangkan.

2. SPEAKING
2.1 Definisi “Speaking”
Menurut Tarigan (1990:3-4), Speaking merupakan keterampilan
bahasa yang berkembang dalam kehidupan anak sebagai hasil dari belajar
“Listening’. Beliau juga menegaskan (1990:8) bahwa berbicara adalah cara
untuk berkomunikasi yang berpengaruh pada hidup kita sehari-hari
Speaking memegang peran penting dalam berkomunikasi . Dalam
speaking, para siswa menghadapi kesulitan, antara lain : lemahnya kosa kata,
masalah dengan pelafalan (karena perbedaan antara penulisan kata-kata
bahasa Inggris dengan cara pengucapannya, tentunya sangat berbeda
karakteristiknya dengan bahasa Indonesia), dan adanya rasa takut salah
berbicara bahasa Inggris.
Speaking termasuk productive skills yang tak terpisahkan dari
listening skill. Ketika berbicara kita menghasilkan teks yang bermakna.
Ladause (in Nuna, 1991:23), Speaking adalah suatu kemampuan
untuk mengungkapkan diri dalam situasi tertentu, atau dalam suatu kegiatan
untuk melaporkan kejadian-kejadian ,atau suatu kemampuan untuk
mengungkapkan serangkaian gagasan secara fasih.

358
Peranan Mind Mapping Dalam Meningkatkan Kemampuan Speaking Siswa Smp
Yani Mulyani NIM : 4103810318009

Menurut Ubaydillah Ibnu Solihin dalam jurnalnya “Definiton of


Speaking (Juni 2013), Berbicara adalah apa yang kita katakan tentang apa
yang kita lihat, apa yang kita rasa dan apa yang kita pikir.
Menurut Wikipedia, Speaking itu penting karena tujuan bahasa adalah
komunikasi. Sementara tujuan Speaking adalah untuk meningkatkan
komunikasi yang efisien. Sehingga siswa menilai Speaking itu lebih dari
keterampilan bahasa lainnya (Listening, Reading dan writing).
Ketika siswa berbicara kepada orang lain, disitulah adanya
keterkaitan. Keterkaitan itulah yang disebut komunikasi , (Wilson,1983;5).
Oleh karena itu, Speaking adalah perkembangan keterkaitan antara pembicara
(Speaker) dengan pendengar (Listener).

2.2. Speaking is Productive Skill


Speaking merupakan suatu proses interaksi dalam membentuk makna
yang meliputi menghasilkan, menceritakan dan memproses suatu informasi
(Brown;1994, Burna & Joice;1997). Dalam membentuk makna itu harus
memperhatikan hal-hal berikut, yaitu menentukan topic yang mudah
dimengerti, memilih kosakata, menghasilkan suara, menekankan pada pola,
ritme dan intonasi, menggunakan strategi untuk mempermudah pemahaman
dengan menggunakan mimic (gesture) dan bahasa tubuh (body language).

2.3. Teknik dalam Pengajaran Speaking


Menurut Harmer (Tarigan, 1990:32), mengajarkan berbicara
(Speaking) atau productive skill itu, kita dapat menerapkan 3 langkah utama,
yaitu:
1). Memperkenalkan Bahasa Baru
2). Berlatih
3). Kegiatan komunikatif
Ketika mengajarkan bahasa baru, guru harus menentukan jenis teksnya apa,
dan mengajarkan kata-kata baru (new vocabularies) berikut maknanya.
Teknik lain dalam pengajaran bahasa adalah:
1) Melengkapi teks rumpang dengan menggunakan gambar.

359
Peranan Mind Mapping Dalam Meningkatkan Kemampuan Speaking Siswa Smp
Yani Mulyani NIM : 4103810318009

2) Menggunakan lagu.
3) Menggunakan foto
4) Menggunakan suatu misteri (Mystery box)
5) Menggunakan Drama, role play.

C. PEMBAHASAN
Speaking merupakan salah satu keterampilan berbahasa dari 4
keterampilan bahasa yang harus dipelajari dan dikuasai oleh siswa. Speaking adalah
keterampilan berbahasa yang mudah diidentifikasi ketercapaiannya secara langsung.
Dari keterampilan berbicara inilah orang dapat mengenali apakah si pembicara
mampu atau tidaknya berbahasa Inggris . Speaking merupakan keterampilan
berbahasa yang komprehensif karena dalam Speaking menyangkut beberapa
indikator atau alat keterampilan berbahasa, yaitu kosa kata (vocabularies), tata
bahasa (grammar), unsur kebahasaan (linguistic features), pelafalan dan intonasi
(pronounciation and intonation), unsur kebahasaan (generic structure) dan
performance (kepercayaan diri , mimic dan bahasa tubuh). Maka tidaklah mudah
memperoleh keterampilan ini, sehingga walaupun Speaking adalah keterampilan
kedua setelah Listening dan sebelum Reading dan Writing, Speaking merupakan
keterampilan terakhir yang dikuasai oleh siswa setelah Writing. Para siswa biasanya
dapat berbicara setelah menuliskan konsepnya untuk berbicara. Tidaklah heran,
Speaking ,bagi siswa tertentu , keterampilan yang ditakuti. Banyak siswa
berpendapat bahwa Speaking merupakan keterampilan berbahasa yang paling sulit
dibanding keterampilan bahasa lainnya.
Oleh karena itu, Kita sebagai guru perlu menemukan teknik yang tepat
agar para siswa termotivasi untuk berlatih berbicara bahasa Inggris dan terbiasa
untuk berbicara bahasa Inggris, tanpa rasa takut ataupun malu, bahkan senang
melakukannya. Karena belajar berbicara memerlukan suatu proses yang lama seperti
kita belajar bahasa Ibu, perlu pembiasaan dan pengulangan terus menerus sehingga
dapat berbahasa dengan baik agar dapat berkomunikasi dengan lancar sesuai dengan
fungsinya.
Salah satu teknik yang digunakan untuk pembelajaran Speaking adalah
dengan menggunakan teknik Mind Mapping. Dengan mind mapping kesulitan

360
Peranan Mind Mapping Dalam Meningkatkan Kemampuan Speaking Siswa Smp
Yani Mulyani NIM : 4103810318009

berbicara akan terbantu. Siswa tidak perlu menghafalkan teks dengan susah payah.
Para siswa cukup memahami konsep yang akan disampaikan dalam berbicara ,
kemudian menuangkannya dalam secarik kertas dengan menggunakan pensil warna
dan menggambarkan diagram atau gambar. Sehingga pada saatnya mereka berbicara
mereka dapat lancar berbicara secara natural dengan melihat konsep yang telah
mereka buat.
Seandainya kita mengharapkan peserta didik dapat berbicara teks Report
( misalnya ) tentang Natural Resources, kemudian kita meminta para siswa untuk
menghapalkan teks seperti di bawah ini :
Materials which are supplied by the earth, that is, by nature are
called natural resources. Some natural resources can be used again and
again. They are called renewable resources. Other natural resources can
be used only once. They are called non-renewable resources.
Some areas of the earth have been supplied with a lot of certain
natural resources. Others have few natural resources, or perhaps none
at all. Japan, for examples, imports iron sand from Indonesia, because
this country does not have enough iron sand for its industry. If a country
has few natural resources, it will have to import material from other
countries.
Among our natural resources are fuels such as coal and oil.
Precious minerals such as gold and silver are natural resources too.
Copper is a natural resource. The minerals we use come from the inside
of the earth. The salt we use to flavor our food is a natural resource. Our
food too, for example rice, is supplied by nature.
The important parts of the earth’s surface provide many of our
natural resources. For example, we get our water from lakes and stream.
Water is a natural resource. We got wood from our forest. Wood is a
natural resource.
Air is a natural resource too. In fact, it is one of our most important
natural resources. We will die without air to breathe. In some cities the
air become polluted because cars and other motor vehicles emit gas that
mixes with the air. Now, make the air clean and to keep it clean.

361
Peranan Mind Mapping Dalam Meningkatkan Kemampuan Speaking Siswa Smp
Yani Mulyani NIM : 4103810318009

Akan berapa lamakah siswa dapat menghapalkan teks tersebut, dan akan
berapa orangkah yang sanggup melakukannya?
Bandingkan kalau menggunakan teknik Mind mapping, dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Siswa membaca dan memahami teks yang harus disampaikan.
b. Siswa menuliskan topic atau gagasan pokok dari teks itu di tengah, di dalam
diagram/gambar, bisa berbentuk wajah, atau lingkaran atau bentuk lainnya
sesuai keinginan. Kemudian menuliskan subtopic dan pikiran penjelas dengan
menambahkan cabang-cabang dari gagasan pokok tadi. Bila dipandang perlu bisa
menambahkan lagi gagasan penjelas berikutnya.
c. Agar tampak lebih menarik bisa menambahkan warna dengan menggunakan
pensil warna atau spridol.
Dan hasilnya akan terlihat seperti berikut ini:

362
Peranan Mind Mapping Dalam Meningkatkan Kemampuan Speaking Siswa Smp
Yani Mulyani NIM : 4103810318009

363
Peranan Mind Mapping Dalam Meningkatkan Kemampuan Speaking Siswa Smp
Yani Mulyani NIM : 4103810318009

d. Setelah itu siswa tampil di depan kelas dengan menggunakan peta konsep yang
mereka telah buat.
Dari satu topik yang sama, peserta didik dapat mentransfer menjadi
beragam bentuk informasi. Selain itu imajinasi peserta didik dapat berkembang
dengan baik dan pada saatnya giliran untuk berbicara semua siswa siap dengan penuh
percaya diri, dan dapat mengembangkan daya improvisasi juga dari peta konsep yang
telah dibuat.

364
Peranan Mind Mapping Dalam Meningkatkan Kemampuan Speaking Siswa Smp
Yani Mulyani NIM : 4103810318009

Dan hal ini juga bisa dilakukan bila siswa ingin mengungkapkan gagasannya
berdasarkan ide mereka sendiri, kemudian mereka tuangkan ke dalam peta konsep,
dan berbicara berdasarkan konsep yang sudah dibuat.
Keuntungan menggunakan teknik ini, peserta didik akan merasa senang,
karena pada dasarnya anak-anak senang gambar, senang dengan warna-warni, tidak
usah menghapalkan teks yang merupakan tantangan yang berat bagi anak-anak
sekarang yang tak terbiasa dengan hapalan. Disamping itu juga dengan metode ini
dapat mengembangkan kemampuan siswa pada tingkat kognitif yang lebih tinggi
(analisis, sintesis dan evaluasi) tidak sekedar menghapal, Anak-anak akan menjadi
terbiasa untuk berpikir high order thinking (berpikir tingkat tinggi) sesuai dengan
Kurikulum 2013. Dengan menggunakan peta konsep ini berarti siswa belajar
menggunakan High Order Thinking yaitu meminimalkan proses penghapalan dan
menekankan pada transfer ilmu dari satu konteks ke bentuk yang lain dan menerapkan
informasi.
Dalam pembelajaran dengan teknik Mind Mapping ini dapat
mengembangkan keterampilan berkomunikasi siswa lewat bahasa, yaitu keterampilan
berbicara sekaligus mengembangkan keterampilan siswa lainnya dalam berimajinasi
melalui gambar. Selain itu, para guru tidak perlu menghabiskan waktu menunggu
peserta didik menghapalkan teks yang harus ditampilkan. Dengan mind mapping ini,
bila dilakukan secara terus-menerus akan menjadi pola pikir peserta didik dan pola
pikir seperti ini sangat diperlukan di era digital ini, yaitu berpikir komprehensif dan
utuh tentang sesuatu, tidak dangkal dan partial. Peserta didik harus terbiasa
memahami gagasan utama tentang suatu konsep dengan menambahkan informasi -
informasi pendukungnya. Dengan metode ini, para siswa akan lebih mudah dan
senang berbicara (joyful Speaking).

D. KESIMPULAN
Keterampilan berbicara (Speaking) merupakan salah satu keterampilan
berbahasa dari 4 keterampilan bahasa yang harus dipelajari dan dikuasai oleh para
siswa. Meskipun Speaking adalah keterampilan kedua setelah Listening Skill, namun
dalam pelaksanaannya di lapangan, Speaking Skill sering muncul terakhir setelah
keterampilan” Writing”, karena para siswa merasa malu dan tidak percaya diri untuk

365
Peranan Mind Mapping Dalam Meningkatkan Kemampuan Speaking Siswa Smp
Yani Mulyani NIM : 4103810318009

berbicara bahasa Inggris dan menganggap susah dapat berbicara lancar dalam
bahasa Inggris. Mind mapping adalah salah satu teknik atau model pembelajaran
yang memfasilitasi para siswa agar siswa dapat berbicara bahasa Inggris dengan
lancar, dan menyenangkan tanpa harus bersusah payah menghapalkan kata-kata atau
teks yang harus disampaikan. Selain itu, dengan Mind Mapping, para siswa terlatih
untuk selalu berpikir komprehensif dan berpikir tingkat tinggi (higher order
thinking).

E. DAFTAR PUSTAKA
1. Lampiran Permen No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Mata Pelajaran
Bahasa Inggris. (Kurikulum 2006/KTSP)
2. Lampiran Permen No. 21 tahun 2016 tentang Standar Isi untuk Mata Pelajaran
Bahasa Inggris. (Kurikulum 2013)
3. Toni Crasnic: “Learning More & Score Higher on less Time and Less Effort”.
4. Tony Buzon, “Mind Mapping For Kids”
5. Panitia Sertifikasi Guru dalam Jabatan Rayon 110, UPI, “Bahan Ajar
Profesionalisme Guru, KTI dan PTK”, 2011.
6. Ubaydillah Ibnu Sholihin, “Definition of Speaking” (Skripsi Pendidikan Bahasa
Inggris, UPI) , 13 Juni 2013.
7. Definition of speaking, Wikipedia, The Free encyclopedia For the Act of
Speaking.
8. http: /www.nclre.org/essentials/speaking/spandex.htm
9. http: /www.nclre.org/essentials/speaking/goalsspeak.htm

366
Peranan Mind Mapping Dalam Meningkatkan Kemampuan Speaking Siswa Smp
Agus Mochamad Sopyan NIM. 4103810318006

Tantangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam Era Global


Agus Mochamad Sopyan
SEKOLAH PASCA SARJANA UNINUS

Abstrak
Sekolah Menengah Kejuruan sebagai pranata utama untuk penyiapan tenaga kerja
yang siap pakai memiliki tugas yang sangat berat. Hal ini sangat beralasan karena
fenomena dunia kerja dalam era global selalu ditandai oleh ketidakpastian, semakin
cepat dan sering berubah, dan menuntut fleksibilitas yang lebih besar. Perubahan ini
secara mendasar tidak saja menuntut angkatan kerja yang mempunyai kemampuan
bekerja dalam bidangnya (hard competencies) namun juga sangat penting untuk
menguasai kemampuan menghadapi perubahan serta memanfaatkan perubahan itu
sendiri (soft competence). Oleh karena itu menjadi tantangan sekolah menengah
kejuruan untuk mampu mengintegrasikan kedua macam komponen kompetensi tersebut
secara terpadu dalam menyiapkan peserta didik untuk memiliki kemampuan bekerja dan
berkembang di masa depan. Pembelajaran adalah inti dari pendidikan. Oleh karenanya
pemecahan masalah sekolah menengah kejuruan untuk menghadapi tantangan era
global tidak akan terlepas dari perlunya inovasi-inovasi yang terfokus pada peningkatan
kualitas pembelajaran. Wujud, bentuk, dan upaya inovasi ini dapat bermacam-macam
namun semua memiliki tujuan umum yang sama yaitu terwujudnya suatu proses
pembelajaran yang berkualitas sehingga dapat meningkatkan kompetensi, kemampuan,
ketrampilan, serta daya saing lulusan. Model pembelajaran berdasar konstruktivisme,
pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning), pembelajaran
berbantuan media komputer dan holistic assessment merupakan model pembelajaran
yang layak diterapkan dalam rangka menghadapi tantangan global sebagai upaya untuk
menghasilkan lulusan sekolah menengah kejuruan yang profesional.

Kata kunci: Tantangan era global, Sekolah Menengah Kejuruan

LATAR BELAKANG
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tantangan era
global membawa konsekuensi pada sekolah menengah kejuruan sebagai pranata utama
untuk penyiapan tenaga kerja yang siap pakai, memiliki tugas yang berat. Terkait dengan
hal tersebut maka sekolah menengah kejuruan harus dapat menghasilkan lulusan yang
mampu bersaing, adaptif dan antisipatif terhadap berbagai perubahan dan kondisi baru,
terbuka terhadap perubahan, mampu belajar bagaimana belajar (learning how to
learn),multi-skilling, mudah dilatih ulang, serta memiliki dasar-dasar kemampuan luas,
kuat, dan mendasar untuk berkembang di masa yang akan datang (Wardiman
Joyonegoro, 1998). Lebih lanjut Pardjono (2003), menyatakan agar dapat tetap eksis
dalam menghadapi adanya perubahan struktur ketenagakerjaan, juga dituntut
kemampuan komunikasi, interpersonal, kepemimpinan, team working, analisis, academic

367
Tantangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam Era Global
Agus Mochamad Sopyan NIM. 4103810318006

disipline, memahami globalisasi, terlatih dan memiliki etika, serta memiliki kemampuan
dalam penguasaan bahasa asing. Dengan demikian perubahan tersebut secara mendasar
tidak saja menuntut angkatan kerja yang mempunyai kemampuan bekerja dalam
bidangnya (hard competencies) namun juga sangat penting untuk menguasai kemampuan
menghadapi perubahan serta memanfaatkan perubahan itu sendiri (soft competence).
Oleh karena itu menjadi tantangan sekolah menengah kejuruan untuk mampu
mengintegrasikan kedua macam komponen tersebut secara terpadu dalam menyiapkan
peserta didik untuk memiliki kemampuan bekerja dan berkembang di masa depan melalui
proses pembelajaran. Sekolah menengah kejuruan sebagai pranata utama penyiapan
tenaga kerja sudah seharusnya berorientasi sesuai dengan kondisi dan tuntunan
kebutuhan masyarakat, sekaligus juga merintis transformasi yang diinginkan oleh
masyarakat.

KAJIAN TEORI
Pada hakikatnya proses belajar dan hasil belajar dipengaruhi oleh dua kelompok
faktor, yaitu faktor yang berasal dari diri individu yang sedang belajar dan faktor yang
berasal dari luar individu. Faktor yang terdapat di dalam individu dikelompokkan
menjadi dua faktor yaitu faktor psikis dan faktor fisik. Yang termasuk faktor psikis
antara lain : kognitif, afektif, psikomotor, campuran, dan kepribadian, sedangkan yang
termasuk faktor fisik antara lain kondisi : indera, anggota badan, tubuh, kelenjar, syaraf
dan organ-organ dalam tubuh. Faktor yang berasal dari luar individu dapat
dikelompokkan menjadi faktor lingkungan alam, faktor sosial-ekonomi, pendidik / guru
dan non guru, sistem pengajaran / model pembelajaran, kurikulum, program, materi
pelajaran, sarana dan prasarana.
Dengan demikian tercapai tidaknya tujuan sekolah menengah kejuruan dalam
menyiapkan tenaga kerja yang memiliki kompetensi sebagaimana yang diharapkan,
sangat tergantung pada mutu masukan dan sejumlah variabel dalam proses pendidikan.
Salah satu faktor penting yang menentukan ketercapaian tujuan tersebut adalah
pelaksanaan proses pembelajaran yang diterapkan. Terkait dengan hal tersebut maka
permasalahan penting yang perlu kita perhatikan adalah perlunya reorientasi
pembelajaran pada sekolah menengah kejuruan sebagai sarana untuk pembentukan
kompetensi lulusan sebagaimana yang diharapkan.

368
Tantangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam Era Global
Agus Mochamad Sopyan NIM. 4103810318006

Terkait dengan pembelajaran pada sekolah menengah kejuruan untuk


penyiapan tenaga kerja yang berkualitas, maka terdapat beberapa model pembelajaran
yang dapat diterapkan antara lain: 1) pembelajaran siswa aktif, 2) pembelajaran dengan
pendekatan kontekstual, 3) pembelajaran kooperatif dan kolaboratif, 4) pembelajaran
discovery-learning, 5) pembelajaran tematik (proyek/tugas), 6) pembelajaran problem-
solving, dan 7) model pembelajaran berbasis teknologi informasi.

Model Pembelajaran siswa aktif (Learning by Doing)

Teori Dewey: learning by doing (1959-1952), merupakan dasar dari belajar


aktif. Dewey sangat tidak setuju pada rote learning, atau belajar dengan hafalan. Ia
menerapkan prinsip- prinsip learning by doing, yaitu siswa perlu terlibat dalam proses
belajar secara spontan. Keingintahuan peserta didik (siswa) mendorong keterlibatannya
secara aktif dalam proses belajar. Pengajar berperan menyediakan sarana bagi siswa
untuk dapat belajar. Di sisi lain belajar aktif merupakan pendekatan pengelolaan sistem
pembelajaran melalui cara-cara belajar aktif menuju belajar mandiri. Kemampuan belajar
mandiri merupakan tujuan akhir dari belajar aktif.
Belajar mandiri, didefinisikan sebagai usaha individu dari siswa yang otonom
untuk mencapai suatu kompetensi. Siswa berkesempatan untuk menentukan tujuan,
merencanakan proses, menggunakan sumber, dan membuat keputusan. Belajar mandiri
bukan berarti mengisolasi siswa dari bimbingan pengajar yang berfungsi sebagai sumber,
pemandu dan pemberi semangat. Siswa tidak tergantung pada pengarahan pengajar yang
terus menerus. Ia juga mempunyai kreativitas dan inisiatif sendiri dengan merujuk pada
bimbingan yang diperolehnya (Self Directed Learning, Knowles: 1975).
Dengan kata lain bahwa belajar yang bermakna terjadi bila siswa berperan secara
aktif dalam proses belajar dan akhirnya mampu memutuskan apa yang akan dipelajari
dan cara mempelajarinya.

Model Pembelajaran Kontekstual


Menurut Blanchard (2001), pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and
Learning), adalah suatu pembelajaran yang berusaha mengaitkan isi pembelajaran dengan
situasi dunia nyata dan memotivasi siswa agar membuat hubungan antara pengetahuan
dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari mereka. Dengan model ini pembelajaran

369
Tantangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam Era Global
Agus Mochamad Sopyan NIM. 4103810318006

akan lebih bermakna dan menyenangkan bagi siswa. Dalam model pembelajaran
kontekstual terdapat tujuh aspek penting yang harus diperhatikan yaitu : (1) penemuan,
(2) bertanya, (3) konstruktif, (4) masyarakat belajar, (5) penilaian autentik, (6) refleksi,
(7) pemodelan (The Washington State Consortium fo Contextuel Teaching and
Learning).
Dengan pembelajaran kontekstual diyakini siswa akan lebih mudah memahami
materi pelajaran dengan gambaran yang lebih kongkrit, pembelajaran yang lebih dekat
dengan kehidupannya dan pada akhirnya akan tercipta pembelajaran yang bermakna serta
menyenangkan. Dengan demikian model pembelajaran ini dapat digunakan untuk
mengembangkanknow how dari siswa, dan siswa akan lebih mudah memahami konsep
dan terekam dalam long term memory.

Belajar Kooperatif dan Kolaboratif


Belajar kooperatif dapat membantu siswa dalam mendifinisikan struktur
motivasi dan organisasi untuk menumbuhkan kemitraan yang bersifat kolaboratif
(collaborative partnership) (Slavin, 1987). Lebih lanjut disebutkan bahwa belajar
kolaboratif berfokus pada berbagai kelebihan yang bersifat kognitif yang muncul karena
adanya interaksi yang akrab pada saat bekerja sama. Memodifikasi tujuan pembelajaran
dari sekedar penyampaian informasi (transfer of information) menjadi konstruksi
pengetahuan (construction of knowledge) oleh siswa melalui belajar kelompok.
Pembelajaran kolaboratif memudahkan para peserta didik belajar dan bekerja
bersama, saling menyumbangkan pemikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian
hasil belajar secara kelompok maupun individu. Berbeda dengan pembelajaran
konvensional, tekanan utama pembelajaran kolaboratif maupun kooperatif adalah
“belajar bersama”.
Struktur tujuan pembelajaran berbasis kolaboratif dicirikan oleh jumlah saling
ketergantungan yang begitu besar antar peserta didik dalam kelompok. Dalam
pembelajaran kolaboratif, peserta didik mengatakan “we as well as you”, dan mereka
akan mencapai tujuan hanya jika peserta didik lain dalam kelompok yang sama dapat
mencapai tujuan mereka bersama (Arends, 1998; Heinich et al., 2002; Slavin, 1995; Qin
& Johnson, 1995).

370
Tantangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam Era Global
Agus Mochamad Sopyan NIM. 4103810318006

Pembelajaran kolaboratif dapat menyediakan peluang untuk menuju pada


kesuksesan praktek-praktek pembelajaran. Sebagai teknologi untuk pembelajaran
(technology for instruction), pembelajaran kolaboratif melibatkan partisipasi aktif para
peserta didik dan meminimisasi perbedaan-perbedaan antar individu. Pembelajaran
kolaboratif telah menambah momentum pendidikan formal dan informal dari dua
kekuatan yang bertemu, yaitu: (1) realisasi praktek, bahwa hidup di luar kelas
memerlukan aktivitas kolaboratif dalam kehidupan di dunia nyata; (2) menumbuhkan
kesadaran berinteraksi sosial dalam upaya mewujudkan pembelajaran bermakna.
Menurut Johnsons (1974), paling tidak terdapat lima unsur dasar agar dalam
suatu kelompok terjadi pembelajaran kolaboratif, yaitu: (1) Saling ketergantungan
positif, (2) Interaksi langsung antar peserta didik, (3) Pertanggungjawaban individu, (4)
Keterampilan berkolaborasi, dan (5) Keefektifan proses kelompok.

Model Pembelajaran Tematik


Pembelajaran tematik adalah suatu kegiatan pembelajaran dengan
mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema atau topik
pembahasan. Sutirjo dan Sri Istuti Mamik (2004: 6) menyatakan bahwa pembelajaran
tematik merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai,
atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema. Dari
pernyataan tersebut dapat ditegaskan bahwa pembelajaran tematik dilakukan dengan
maksud sebagai upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan,
terutama untuk mengimbangi padatnya materi kurikulum. Disamping itu pembelajaran
tematik akan memberi peluang pembelajaran terpadu yang lebih menekankan pada
partisipasi/keterlibatan siswa dalam belajar. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat
dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar.
Dalam menerapkan dan melaksanakan pembelajaran tematik, ada beberapa
prinsip dasar yang perlu diperhatikan yaitu: 1) bersifat terintegrasi dengan lingkungan,
2) bentuk belajar dirancang agar siswa menemukan tema, dan 3) efisiensi proses
pembelajaran, yaitu dalam satu kegiatan belajar harus bisa mencakup banyak pokok
bahasan dan bahkan pokok bahasan dari beberapa mata pelajaran. Terkait dengan hal
tersebut maka bentuk pembelajaran tematik yang paling ideal adalah dalam bentuk tugas
proyek.

371
Tantangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam Era Global
Agus Mochamad Sopyan NIM. 4103810318006

Model Pembelajaran Discoveri Learning


Discovery learning merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan
berdasarkan pandangan konstruktivisme. Model ini menekankan pentingnya pemahaman
struktur atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu melalui keterlibatan siswa
secara aktif dalam proses pembelajaran.
Menurut Wilcox (Slavin, 1977), dalam pembelajaran dengan penemuan
(discovery learning) siswa didorong untuk belajar melalui keterlibatan aktif mereka
sendiri dengan konsep- konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk
memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka
menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.

Model Pembelajaran Problem-Based Learning


Model pembelajaran Problem Based learning atau pembelajaran berbasis
masalah adalah proses dimana peserta didik melaksanakan kerja kelompok, umpan balik,
dan diskusi yang dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi, penyelidikan
dan dalam pembuatan laporan akhir. Dengan demikian peserta didik didorong untuk lebih
aktif terlibat dalam materi pelajaran dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis
(Arends, 2008).
Karakteristik Problem Based Learning (PBL) atau Model Pembelajaran
Berbasis Masalah. meliputi: (1) driving question or problem, (2) interdisciplinary focus,
(3) authentic investigation, (4) production of artifacts and exhibits, and (5)
collaboration.
Tujuan Problem Based Learning (PBL adalah untuk membantu peserta didik
mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan menyelesaikan masalah, dan
keterampilan intelektualnya melalui berbagai situasi riil atau situasi yang disimulasikan,
untuk membentuk peserta didik yang mandiri dan otonomi.

Model Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi


Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi telah memudahkan manusia
untuk dapat saling berhubungan dengan cepat, mudah dan terjangkau oleh hampir semua
masyarakat. Perkembangan teknologi informasi sangat berpengaruh terhadap inovasi
model pembelajaran. Penemuan berbagai jenis teknologi yang dapat digunakan menjadi

372
Tantangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam Era Global
Agus Mochamad Sopyan NIM. 4103810318006

fasilitas pendidikan seperti komputer, CD-ROM dan LAN telah mendorong


pemanfaatnya dalam inovasi model pembelajaran.
Pembelajaran dengan menggunakan komputer berkembang sangat pesat
terutama setelah tersedianya komputer “superhighway” dan “internet”. Sistem
pembelajaran melalui internet dikenal dengan nama: e-learning, online learning, virtual
learning, virtual campus, school-net, web-based learning, resource based learning,
distance learning, dan nama-nama lainnya (Heinich, dkk.,2002).
Dengan menggunakan jaringan internet pembelajaran lebih kaya akan sumber dan
teknik belajar. Saat mendiskusikan hal baru misalnya guru dan siswa dapat
menggunakan berbagai contoh yang diakses melalui internet. Karena itu program
pembelajaran melalui internet ini dapat disebut pembelajaran berbasis aneka sumber
(Resource-Based Learning).

PEMBAHASAN
1. Karakteristik SDM Masa Depan
Abad XXI baru berjalan satu dekade, namun dalam dunia pendidikan sudah
dirasakan adanya pergeseran, dan bahkan perubahan yang bersifat mendasar pada tataran
filsafat, arah serta tujuannya. Tidaklah berlebihan bila dikatakan kemajuan ilmu tersebut
dipicu oleh lahirnya sains dan teknologi komputer. Dengan piranti mana kemajuan sains
dan teknologi terutama dalam bidang cognitive science, bio-molecular, information
technology dan nano-science kemudian menjadi kelompok ilmu pengetahuan yang
mencirikan abad XXI. Salah satu ciri yang paling menonjol pada abad XXI adalah
semakin bertautnya dunia ilmu pengetahuan, sehingga sinergi di antaranya menjadi
semakin cepat. Dalam konteks pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di dunia
pendidikan, telah terbukti semakin menyempitnya dan meleburnya faktor “ruang dan
waktu” yang selama ini menjadi aspek penentu kecepatan dan keberhasilan penguasaan
ilmu pengetahuan oleh umat manusia.
Sadar akan tingginya tuntutan “penciptaan” SDM, maka sistem serta model
pendidikan pun harus mengalami transformasi. Telah banyak literatur yang merupakan
buah pemikiran dan hasil penelitian yang membahas mengenai hal ini, bahkan beberapa
model pendidikan yang sangat berbeda telah diterapkan oleh sejumlah sekolah maupun
kampus di berbagai belahan dunia. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dideskripsikan

373
Tantangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam Era Global
Agus Mochamad Sopyan NIM. 4103810318006

sejumlah ciri dari model pendidikan terkini yang perlu dicermati dan dipertimbangkan
dalam kerangka pembentukan SDM yang berkualitas.
Terkait dengan adanya berbagai perubahan yang mendasar akibat dari
perkembangan sain dan teknologi tersebut berbagai negara di dunia berusaha untuk
mendefinisikan karakteristik kompetensi dan keahlian terkait dengan pembentukan
SDM. Berdasarkan “21st Century Partnership Learning Framework”, terdapat beberapa
kompetensi dan/atau keahlian yang harus dimiliki oleh SDM abad XXI, yaitu:
a. Kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah (Critical-Thinking and Problem-
Solving Skills) – mampu berfikir secara kritis, lateral, dan sistemik, terutama dalam
konteks pemecahan masalah;
b. Kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama (Communication and Collaboration
Skills) mampu berkomunikasi dan berkolaborasi secara efektif dengan berbagai pihak;
c. Kemampaun berpikir kritis dan pemecahan masalah (Critical-Thinking and Problem-
Solving Skills) mampu berfikir secara kritis, lateral, dan sistemik, terutama dalam konteks
pemecahan masalah;
d. Kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama (Communication and Collaboration
Skills) mampu berkomunikasi dan berkolaborasi secara efektif dengan berbagai pihak;
e. Kemampuan mencipta dan membaharui (Creativity and Innovation Skills) mampu
mengembangkan kreativitas yang dimilikinya untuk menghasilkan berbagai terobosan
yang inovatif;
f. Literasi teknologi informasi dan komunikasi (Information and Communications
Technology Literacy) mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
untukmeningkatkan kinerja dan aktivitas sehari-hari;
g. Kemampuan belajar kontekstual (Contextual Learning Skills) mampu menjalani
aktivitas pembelajaran mandiri yang kontekstual sebagai bagian dari pengembangan
pribadi;
h. Kemampuan informasi dan literasi media (Information and Media Literacy Skills)
mampu memahami dan menggunakan berbagai media komunikasi untuk menyampaikan
beragam gagasan dan melaksanakan aktivitas kolaborasi serta interaksi dengan beragam
pihak. Di samping itu didefinisikan pula sejumlah aspek berbasis karakter dan perilaku
yang dibutuhkan manusia abad XXI, yaitu:

374
Tantangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam Era Global
Agus Mochamad Sopyan NIM. 4103810318006

a. Leadership – sikap dan kemampuan untuk menjadi pemimpin dan menjadi yang
terdepan dalam berinisiatif demi menghasilkan berbagai terobosan-terobosan;
b. Personal Responsibility sikap bertanggung jawab terhadap seluruh perbuatan yang
dilakukan sebagai seorang individu mandiri;
c. Ethics menghargai dan menjunjung tinggi pelaksanaan etika dalam menjalankan
kehidupan sosial bersama;
d. People Skills memiliki sejumlah keahlian dasar yang diperlukan untuk menjalankan
fungsi sebagai mahluk individu dan mahluk sosial;
e. Adaptability mampu beradaptasi dan beradopsi dengan berbagai perubahan yang terjadi
sejalan dengan dinamika kehidupan;
f. Self-Direction memiliki arah serta prinsip yang jelas dalam usahanya untuk mencapai
cita-cita sebagai seorang individu;
g. Accountability kondisi di mana seorang individu memiliki alasan dan dasar yang jelas
dalam setiap langkah dan tindakan yang dilakukan;
h. Social Responsibility memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan kehidupan
maupun komunitas yang ada di sekitarnya; dan
i. Personal Productivity mampu meningkatkan kualitas kemanusiaannya melalui
berbagai aktivitas dan pekerjaan yang dilakukan sehari-hari.

2. Model Pembelajaran untuk Penyiapan Tenaga Kerja


Revitalisasi pembelajaran dengan menerapkan pendekatan konstruktivisme
untuk melengkapi atau lebih mengaktualisasi pendekatan kompetensi yang diterapkan
saat ini diyakini akan memberi peluang lebih besar untuk menunjang keberhasilan
pendidikan dalam penyiapan tenaga kerja. Agar pendekatan ini memberikan hasil yang
optimal maka beberapa prinsip yang harus ditaati adalah:
a. Pembelajaran diselenggarakan dengan pengalaman nyata dan lingkungan
alternatif,karena hal ini diperlukan untuk memungkinkan seseorang berproses
dalambelajar(learning to know, learning to do, dan actually doing) secara kontekstual.
b. Isi pembelajaran harus didesain agar relevan dengan karakteristik peserta didik karena
pembelajaran difungsikan sebagai mekanisme adaptif dalam proses konstruksi,
dekonstruksi dan rekonstruksi pengetahuan, sikap dan kemampuan.

375
Tantangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam Era Global
Agus Mochamad Sopyan NIM. 4103810318006

c. Isi pembelajaran harus dipahami dan didesain dalam kerangka atau konteks bekal awal
(entry level behaviour) peserta didik, sehingga pengalaman belajar dapat diefektifkan
secara optimal.
d. Assesment peserta didik dilakukan secara formatif sebagai diagnosis untuk
menyesuaikan pengalaman belajar secara berkesinambungan dalam bingkai belajar
sepanjang hayat (Life-long-continuing-education).
e. Pendidik yang berfungsi sebagai fasilitator memberi keleluasaan dan mendorong
munculnya kemajemukan dalam perspektif dan skema pengorganisasian pengetahuan dan
kemampuan sehingga pengetahuan atau ketrampilan yang dikuasai peserta didik kaya
akan
konteks.
Menurut rekomendasi Unesco (2001), pendidikan vokasi/kejuruan bagi orientasi
dan pendidikan siswa harus mencakup pembelajaran teori dan praktik yang seimbang.
Selain itu pengelola program studi harus bekerja sama dengan para komunitas
profesional di bidangnya. Proses pembelajaran di program studi hendaknya: (1)
didasarkan pada pendekatan pemecahan masalah dan eksperimental dan melibatkan
pengalaman dalam perencanaan metode dan pengambilan keputusan; (2)
memperkenalkan pelajar untuk spektrum yang luas dari bidang teknologi dan situasi
kerja yang produktif; (3) mengembangkan prosedur-prosedur khusus mengenai
keterampilan praktis yang berharga seperti penggunaan alat, perbaikan dan prosedur
pemeliharaan dan keselamatan, dan menghargai nilai kerja; (4) mengembangkan suatu
apresiasi mengenai desain, pengerjaan dan kualitas yang baik; (5) pengembangkan
kemampuan untuk berfungsi sebagai anggota tim dan berkomunikasi mengenai informasi
teknis; (6) dekat dengan lingkungan setempat tanpa membatasi diri.
Prinsip-prinsip tersebut di atas sesuai dengan teori pendidikan vokasi/kejuruan
yang dikenal dengan Teori Prosser (Prosser dan Allen, 1952), diantaranya adalah sebagai
berikut :
a. Pendidikan vokasi/kejuruan yang efektif hanya dapat diberikan jika tugas latihan
dilakukan dengan cara, alat, dan mesin yang sama seperti yang diterapkan di tempat kerja;
b. Pendidikan vokasi/kejuruan akan efektif jika individu dilatih secara langsung dan
spesifik untuk membiasakan bekerja dan berfikir secara teratur;

376
Tantangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam Era Global
Agus Mochamad Sopyan NIM. 4103810318006

c. Menumbuhkan kebiasaan kerja yang efektif kepada siswa akan terjadi hanya jika
pelatihan dan pembelajaran yang diberikan berupa pekerjaan nyata dan bukan sekedar
latihan.

3. Peran Strategis Guru


Dengan tersedianya dan mudahnya akses terhadap berbagai pusat pembelajaran
melalui pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi pada saat ini, maka peran guru
dan peserta didik pun menjadi berubah. Kalimat “the world is my class” mencerminkan
bagaimana seluruh dunia beserta isinya ini menjadi tempat manusia pembelajar
meningkatkan pengetahuan dan kompetensinya, dalam arti kata bahwa proses pencarian
ilmu tidak hanya berada dalam batasan dinding-dinding kelas semata.
Dengan demikian peran guru pun tidak lagi menjadi seorang “infomediary”
karena sang peserta didik sudah dapat secara langsung mengakses sumber-sumber
pengetahuan yang selama ini harus diseminasi atau didistribusikan oleh guru/dosen di
kelas. Guru akan lebih berfungsi sebagai fasilitator, pelatih (“coach”), motivator dan
pendamping para siswa yang sedang mengalami proses pembelajaran. Bahkan secara
ekstrim, tidak dapat disangkal lagi bahwa dalam sejumlah konteks, guru dan murid
bersama-sama belajar dan menuntut ilmu melalui interaksi yang ada di antara keduanya
ketika sedang membahas suatu materi tertentu. Di samping itu, penyelenggaraan kegiatan
belajar mengajar pun harus diperluas melampaui batas-batas ruang kelas, dengan cara
memperbanyak interaksi siswa dengan lingkungan sekitarnya dalam berbagai bentuk
metodologi.

SIMPULAN
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tantangan era
global menuntut lembaga sekolah menengah kejuruan untuk benar-benar dapat
menghasilkan lulusan yang mampu bersaing, adaptif dan antisipatif terhadap berbagai
perubahan dan kondisi baru, terbuka terhadap perubahan, mampu belajar bagaimana
belajar (learning how to learn),multi-skilling, mudah dilatih ulang, serta memiliki dasar-
dasar kemampuan luas, kuat, dan mendasar untuk berkembang di masa yang akan datang.
Peningkatkan kualitas pendidikan tidak dapat dilepaskan dari sistem
pembelajaran yang digunakan. Oleh sebab itu untuk penyiapan tenaga kerja yang

377
Tantangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam Era Global
Agus Mochamad Sopyan NIM. 4103810318006

berkualitas perlu adanya reorientasi pembelajaran dari model teaching ke model learning
dengan berpusat pada peserta didik (student centered learning). Model ini menempatkan
siswa sebagai subyek pembelajaran yang harus aktif mengembangkan dirinya.
Model pembelajaran yang cocok digunakan untuk penyiapan tenaga kerja antara
lain adalah: pembelajaran aktif, kontekstual, kooperatif dan kolaboratif, tematik,
discoveri learning, model pemecahan masalah (problem-solved learning) dan model
pembelajaran berbasis teknologi informasi.

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R. I. (1998). Learning to teach.Singapore: McGraw-Hill book Company.

Arends, R., (1987). Clasroom Instruction and Management, New York: Mc Graw-Hill
Companies.

Blanchard, Allan. (2001). Contextual Teaching and Learning. New York: BEST.

Dewey. J. (1959).Democracy and Education. New York : Mac Millan, Inc.

Dobson, Graeme, (2003). A Guide to Writing Competency Based Training Materials.

Garcia-Barbero, M., 1998. How To Develop Educational Programmes For Health


Professionals. Copenhagen, WHO Regional Office for Europe.

Heinich, R., Molenda, M., Russell, J. D., & Smaldino, S. E. (2002).Instructional media
and technology for learning, 7th edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Knowles, M. (1975).Self Directed Learning :A Guide for Learners and Teachers. New
York : Cambride Adult Education

Pardjono, (2003). Buku Panduan Pembelajaran CBT. Jakarta: Direktorat PSMK.

Prosser, C.A., & Allen, C.R. (1952).Vocational Education in a Democracy. New York :
Century.

378
Tantangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam Era Global
Ali Irsan Shafar NIM : 4103810318026

KETERKAITAN ANTARA INTELEGENSI DENGAN DUNIA KERJA


PADA PESERTA DIDIK DI SEKOLAH MENENGAH KEJUARUAN

Ali Irsan Shafar


SEKOLAH PASCA SARJANA UNINUS

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan kejuruan di Indonesia telah beberapa kali berganti nama yang


kemudian saat ini disebut Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). SMK merupakan salah
satu lembaga pendidikan yang bertujuan untuk menciptakan SDM yang memiliki
kemampuan, keterampilan, dan keahlian. Lulusan SMK diharapkan dapat
mengembangkan diri apabila terjun dalam dunia kerja. Pendidikan SMK itu sendiri
bertujuan meningkatkan kemampuan peserta didik untuk dapat mengembangkan diri
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian, serta
menyiapkan peserta didik untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap
profesional. Hal ini tidak terlepas dari perkembangan intelegensi siswa sejak di kelas X,
XI dan XII, salah satu indikator berkembangnya intelegensi mereka ialah pada
kompetensi sikap, mereka dituntut untuk menentukan arah masa depan yang cemerlang
juga dituntut untuk menunjukan sikap kedewasaan dan tanggung jawab dalam semua
bidang kehidupan.
Salah satu konsepsi pada pendidikan kejuruan adalah sistem magang bagi
peserta didik SMK. Di Jerman sistem ini disebut dual system, di Australia disebut
dengan Appretice System, di Indonesia sistem magang 2 khususnya pada SMK
operasionalnya disebut dengan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) dan saat ini sering
disebut Praktik Kerja Industri (Prakerin) yang merupakan bagian dari PSG pada SMK
(Sugihartono, 2009).
Menyiapkan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan Dunia Usaha/Dunia Industri
menjadi pusat perhatian dunia pendidikan kejuruan. Untuk itu pemerintah telah
menyiapkan konsep “link and match” dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan.
Pendidikan berbasis sistem ganda akan membawa konsekuensi dalam proses pelaksanaan
pembelajaran yaitu di sekolah mendapatkan teori dan praktik dasar kejuruan sebagian
proses pelaksanaan pembelajaran lainnya dilaksanakan di dunia usaha/Industri, yaitu

379
Keterkaitan Antara Intelegensi Dengan Dunia Kerja Pada Peserta Didik Di SMK
Ali Irsan Shafar NIM : 4103810318026

keterampilan produktif yang diperoleh melalui prinsip learning by doing yang diperoleh
dalam Prakerin.
Dengan perkembangan zaman saat ini yang terus berubah dengan sangat
signifikan sehingga menimbulkan perubahan pola pikir pendidik, dari pola pikir awam
dan kaku akan dunia pendidikan saat ini. Hal tersebut sangat berpengaruh dalam
kemajuan dunia pendidikan di Indonesia. Menyingkapai hal tersebut para ahli pendidikan
mengkritisi dengan cara mengungkap teori pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan
yang hakiki.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dan Negara.(UU sisdiknas RI No. 20 Th 2003).
Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila dan UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama. Sistem
pendidikan nasioanal adalah kseluruhan komponen-komponen pendidikan nasiaonal,
pendidikan dikatakan sebagai suatu system karena didalam pendidikan tejadi suatu
kesatuan unsur-unsur pendidikan ( peserta didik, pendidik, interaksi edukatif, tujuan
pendidikan, materi pendidikan, alat dan metode lingkungan pendidikan ) yang semuanya
dari unsure-unsur tersebut saling berinteraksi secara fungsional ( sesuai dengan fungsi
nya masing-masing ) yang memperoleh input ( masukan ) menjadi output ( keluaran ).
Peserta didk SMK adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi dan intelegensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang,
dan jenis pendidikan keahlian yang dipilihnya.
Peserta didik SMK adalah orang yang mempunyai intelegensi tinggi dan fitrah
(potensi) dasar, baik secara fisik maupun psikis, yang perlu dikembangkan, untuk
mengembangkan potensi tersebut sangat membutuhkan pendidikan dari pendidik, pada
umumnya peserta didik adalah sosok anak yang membutuhkan bantuan orang lain untuk
bisa tumbuh dan berkembang kearah kedewasaan yang matang, sementara Pelajar adalah
istilah lain yang digunakan bagi peserta didik yang mengikuti pendidikan formal tingkat
dasar maupun pendidikan formal tingkat menengah seperti halnya juga Murid, yang
merupakan istilah lain dari peserta didik, selain itu juga ada istilah Santri yang merupakan

380
Keterkaitan Antara Intelegensi Dengan Dunia Kerja Pada Peserta Didik Di SMK
Ali Irsan Shafar NIM : 4103810318026

istilah lain bagi peserta didik suatu pesantren atau sekolah-sekolah salafiyah yang sangat
mempunyai potensi.
Selain itu Peserta didik SMK mempunyai banyak keunikan sebagi pribadi
manusia sekaligus indicator pembeda dengan makhluk yang lain dengan kepercayaan
diri, semanggat, keberanian, ketekunan, kerja keras, dan ambisi untuk meraih impian cita-
cita mereka, potensi mereka diwujudkan dalam kompetensi bekerja di dunia usaha dan
dunia indutri. Ciri khas sebagai Sebagai individu yang memiliki otonomi diri dengan
mengembangkan segenap potensi secara terus menerus untuk memecahkan masalah-
masalah hidup yang dijumpai sepanjang hidupnya.
Pendidikan SMK sendiri berorientasi maju untuk menambah pengetahuan dan
wawasan serta menjadikan lulusannya bekerja sesuai dengan kompetensi keahlian nya
masing-masing.
Keberhasilan pembelajaran di SMK bergantung pada keberhasilan peserta didik
dalam membentuk kompetensi dan mencapai tujuan, serta keberhasilan pendidik dalam
membimbing peserta didik dalam pembelajaran baik teori atau praktik.
Pendidikan di SMK berperan penting dalam pembentukan kepribadian,
perkembangan sumber daya manusia dan memajukan kecerdasan anak bangsa. Namun
tidak kalah penting lingkungan juga mempengaruhi peserta didik di mana peserta didik
itu hidup dan menerima pengalaman pendidikan. Lingkungan pendidikan sendiri terbagi
atas tiga,yaitu Lingkungan keluarga, Lingkungan sekolah, dan Lingkungan masyarakat.
Sebuah inovasi yang kreatif dan inspiratif dari siswa SMK Artanita dimana 4
siswa kelas XI RPL yaitu Wahyu, Deni, Bayu Taufik, dan Asep yang memiliki ide untuk
solusi memecahkan masalah limbah plastik, yaitu dengan memanfaatkan limbah plastik
di inovasi lagi oleh mereka menjadi wadah dan tempat laptop yang unik dan kreatif, lalu
mereka berkolaborasi dengan kompetensi pemasaran (PM) untuk didistribusikan/dijual
disekitar sekolah pada siswa yang mempunyai laptop. Salah contoh diatas merupakan
perwujudan intelegensi peserta didik SMK di dalam memanfaatkan limbah atau sampah
plastik menjadi teknologi tepat guna.
Sekolah menengah kejuruan (SMK) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan
formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan
menengah sebagai lanjutan dari SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan

381
Keterkaitan Antara Intelegensi Dengan Dunia Kerja Pada Peserta Didik Di SMK
Ali Irsan Shafar NIM : 4103810318026

dari hasil belajar yang diakui sama/setara SMP/MTs. SMK sering disebut juga STM
(Sekolah Teknik Menengah). Di SMK terdapat banyak sekali Program Keahlian..
Peserta didik SMK adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pendidikan teaching factory yaitu memadukan teori dengan
praktik dan memadukan pembelajaran di sekolah dengan di pabrik/perusahaan. Sosok
peserta didik SMK umumnya merupakan sosok anak yang membutuhkan bantuan orang
lain untuk bisa tumbuh dan berkembang ke arah kedewasaan menuju pekerjaan yang
diharapkan.
Peserta didik berstatus sebagai subyek didik. Pandangan modern cenderung
menyebutkan demikian oleh karena peserta didik(tanpa pandang usia) adalah subjek atau
pribadi yang otonom, yang ingin di akui keberadaanya. Selaku pribadi yang memiliki ciri
khas dan otonomi ingin mengembangkan diri (mendidik diri) secara terus menerus guna
memecahkan masalah-masalah hidup yang dijumpai sepanjang hidupnya.
Ciri khas peserta didik SMK yang perlu dipahami oleh pendidik ialah:
a) Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan
insane yang unik, karena bisa belajar dan bekerja siap pakai
b) Individu yang sedang berkembang.
c) Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan kolektivitas dari para ahli
seperti guru, dan tenaga ahli pabrik atau intansi.
d) Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.
Penjelasan mengenai point-point tersebut adalah sebagai berikut :
a) Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan insan
yang unik.
Anak sejak lahir telah memiliki potensi-potensi yang ingin dikembangkan dan
diaktualisasikan. Untuk mengaktualisasikanya membutuhkan bantuan dan bimbingan.
b) Individu yang sedang berkembang.
Yang dimaksud dengan perkembangan disini ialah perubahan yang terjadi dalam
diri peserta didik secara wajar, baik ditunjukan kepada diri sendiri maupun kearah
penyesuaian pada lingkungan. Sejak manusia lahir bahkan sejak manusia masih berada
didalam kandungan ia berada dalam proses perkembangan.
c) Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan kolektifitas

382
Keterkaitan Antara Intelegensi Dengan Dunia Kerja Pada Peserta Didik Di SMK
Ali Irsan Shafar NIM : 4103810318026

 Keadaan yang tidak berdaya menyebabkan ia membutuhkan bantuan dari guru-guru, baik
normatif, adaptif terutama guru produktif untuk meningkatkan kompetensi keahliannya
dari yang tadinya tidak berdaya menjadi berdaya guna.
 Adanya kemampuan untuk mengembangkan dirinya, hal ini membutuhkan bimbingan.
Orang tua berkewajiban untuk membimbingnya. Agar bantuan atau dan bimbingan itu
mencapai hasil maka harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak.
d) Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.

Dalam perkembangan peserta didik ia mempunyai kemamapuan untuk


berkembang kearah kedewasaan. Pada diri anak ada kecenderungan untuk memerdekakan
diri. Satu contonya ialah mereka nanti bekerja dan akan mendapatkan upah dari
pekerjaannya itu.
Sebuah pola, baik itu pikiran, sikap, maupun tindakan, yang melekat pada diri
seseorang dengan sangat kuat dan sulit hilang disebut sebagai karakter(Abdulah
Munir,2011:03).
Hal ini menimbulkan kewajiban pendidik dan orang tua setapak demi setapak
memeberikan kebebasan dan pada akhirnya mengundurkan diri. Jadi, pendidik tidak
boleh memaksakan agar peserta didik berbuat menurut pola yang di kehendaki pendidik.
Agar peserta didik memperoleh kesempatan memerdekakan diri dan bertanggung jawab
sesuai dengan kepribadian sendiri.

Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik SMK

1. Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa;
2. Mengenal sistem etika dan nilai-nilai bagi pedoman hidup sebagai pribadi,
anggota masyarakat, dan minat manusia;
3. Mengenal gambaran dan mengembangkan sikap tentang kehidupan mandiri
secara emosional, sosial, dan ekonomi;
4. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan kebutuhannya
untuk mengikuti dan melanjutkan pelajaran dan/atau mempersiapkan karier serta
berperan dalam kehidupan masyarakat;

383
Keterkaitan Antara Intelegensi Dengan Dunia Kerja Pada Peserta Didik Di SMK
Ali Irsan Shafar NIM : 4103810318026

5. Memantapkan nilai dan cara bertingkah laku yang dapat diterima dalam
kehidupan sosial yang lebih luas;
6. Mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam peranannya
sebagai pria atau wanita;
7. Mempersiapkan diri, menerima dan bersikap positif serta dinamis terhadap
perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada diri untuk kehidupan yang lebih
sehat;
8. Mempunyai kemandirian perilaku yang ekonomis;
9. Mengenal kemampuan, bakat, minat, serta arah kecenderungan karier dan
apresiasi seni pada diri sendii
10. Mencapai kematangan hubungan dengan teman sebaya; dan
11. Mencapai kematangan dalam kesiapan diri untuk menikah dan hidup
berkeluarga

B. LANDASAN TEORI
Berbagai definisi yang dirumuskan oleh para ahli memang menampakan adanya
pergeseran arah seperti yang disebutkan oleh Sperman dan Jones, namun selalu
mengandung pengertian bahwa intelegensi merupakan kekuatan atau kemampuan untuk
melakukan sesuatu.
Masyarakat umum mengenal intelegensi sebagai istilah yang mengambarkan
kecerdasan, kepintaran, ataupun kemampuan untuk memecahkan masalah problem yang
di hadapi. Gambaran mengenai anak yang berintelegensi tinggi adalah gambaran megenai
siswa yang pintar, siswa yang selalu naik kelas dengan nilai yang baik, atau siswa yang
jempolan dikelasnya. Bahkan gambaran ini meluas dengan gambaran citra fisik, yaitu
citra anak yang wajahnya bersih, berpakaian rapi, matanya bersinar atau berkacamata.
Sebaliknya, gambaran anak berintelegensi rendah membawa citra seseorang yang lamban
berfikir, sulit mengerti, prestasi belajarnya rendah, dan mulut lebih banyak mengangga
dan disrtai tatapan mata bingung.
Pada umumnya, para ahli menerima pengertian akan intelegensi sebagai mana
pengertian tersebut digunakan oleh orang awam. Kekaburan lingkup konsep mengenai
intelegensi mengakibatkan sebagaian para ahili bahkan merasa tidak perlu untuk berusaha
memberikan batasan yang pasti. Bagi mereka ini banyak diantara definisi yang telah

384
Keterkaitan Antara Intelegensi Dengan Dunia Kerja Pada Peserta Didik Di SMK
Ali Irsan Shafar NIM : 4103810318026

dirumuskan ternyata terlalu luas untuk disalahkan dan terlalu kabur untuk dapat
dimanfaatkan.
V.A.C. Henmon, mengatakan bahwa intelegensi terdiri atas dua macam factor,
yaitu (a) kemampuan untuk memperoleh pengetahuan dan (b) pengetahuan yang di
peroleh. Definisi ini agak bersesuaian maksudnya dengan definisi yang pernah di usulkan
oleh Bandwin di tahun 1901 yang mengatakan bahwa intelegensi sebagai daya atau
kemampuan unutk memahami.
Walters dan Gardner (1986) mendefinisikan intelegensi sebagai suatu
kemampuan atau serangkaian kemampuan-kemampuan yang memungkinkan individu
memecahkan masalah, atau produk sebagai konsekuensi eksistensi suatu budaya.
Dari konsepsi diatas terlihat bahwa orang awam pun tidak saja melihat makna
intelegensi pada aspek intelektual(kognitif) akan tetapi mementingkan pula aspek social
nonkognitif, seperti yang telah di lakuakan oleh keempat peserta didik ini yang berawal
dari lomba inovasi teknologi di sekolahannya, Wahyu, Deni, Bayu Taufik, dan Asep,
keempatnya pun didorong berpikir inovasi terbaru yang belum pernah ditemukan
sekaligus bisa tepat guna, walaupun masih duduk di kelas XI jurusan RPL SMK Artanita
Kota Tasikmalaya yang diharuskan memiliki ide kreatif tentang teknologi.
Untuk menggunakan limbah bekas sebagai bahan teknologi tepat guna, ternyata
setelah mereka dibina oleh gurunya membuahkan hasil yang mengagetkan, karena jika di
telusuri lebih jauh hal ini dapat dijadikan sebagai solusi awal permasalahan limbah di
Indonesia.
Kecerdasan ini tidak terbatas pada kecerdasan intelektual yang diukur dengan
menggunakan beberapa tes intelegensi yang sempit saja. Atau sekedar prestasi yang
ditampilkan peserta didik melalui ulangan maupun ujian di sekolah saja. Tetapi kecerdasn
ini juga menggambarkan kemepuan peserta didik pada bidang seni, spasial, olahraga,
berkomunikasi, dan cinta akan lingkungan. Berikut ini akan secara rinci diuraikan
masing-masing sebagai berikut:

1. Kecerdasan Matematik
Kecerdasan matematik adalah kemampuan akal peserta didik untuk menggunakan
angka-angka secara efektif dan berpikir secara nalar. Kecerdasan ini mencakup kepekaan

385
Keterkaitan Antara Intelegensi Dengan Dunia Kerja Pada Peserta Didik Di SMK
Ali Irsan Shafar NIM : 4103810318026

terhadap pola-pola logis dan hubunganya, pernyataan-pernyataan, proposisi; jika-maka,


sebab-akibat, fungsi-fungsi, dan abstrak-abstrak yang salin berketerkaitan.
Kecerdasan matematik memuat kemampuan berpikir secara induktif dan
deduktif menurut aturan logika, memahami dan menganalisa pola angka-angka, serta
memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir atau penalaran. Pserta
didik dengan kecerdasan matematik yang tinggi cenderung menyenangi kegiatan kegiatan
menganalisis dan mempelajari sebab dan akibat terjadinya sesuatu, apabila kurang
memahami mereka cenderung untuk berusaha bertnaya dan mencari jawaban atas hal
yang kurang dipahaminya tersebut.
Kecerdasan ini mencakup kemampun untuk mengklasifikasi, memprediksi,
menetukan prioritas, menyusun hipotesa ilmiah, dan memahami pola hubungan sebab dan
akibat. Kemampuan menetepkan alasan diterapkan pada ruang lingkup yang luas,
termasuk penggunaan logika berpikir dalam sains, ilmu-ilmu social, kesusutraan dan
bidang-bidang lainya seperti penggunaan computer untuk penggunaan kata(word
processing), membaca dan menggunakan spreadsheet, mempelajari bahasa asing,
membuat model, menggunakan internet dam membaca music.

2. Kecerdasan Lingual
Kecerdasan lingual adalah kemampuan akal peserta didik untuk menggunakan
kata-kata secara efektif, baik secara lisan mupun bentuk tulisan. Peserta didik dengan
kecerdasan lingual yang tinggi umumnya ditandai dengan kesenagannya pada kegiatan
yang berkaitan dengan penggunaan suatu bahasa seperti membaca, menulis karangan,
membuat puisi, menyusun kata-kata mutiara dan sebagainya. Peserta didik seperti ini
cenderuat yang kung memiliki daya ingat yang kuat, mereka juga lebih mudah belajar
dengan cara mendengarkan dan verbalisasi. Dalam penguasaan bahasa yang baru mereka
memiliki kemampuan yang lebih dari peserta didik yang lain.

3. Kecerdasan Musical
Kecerdasan musical adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik untuk
mempresepsikan, mendiskriminasikan, mengubah dan mengekspresikan bentuk-bentuk
music. Peserta didik yang memiliki kecerdasan ini biasanya lebih peka terhadap suara-
suara nonverbal yang berada disekelilingnya, termasuk dalam hal ini adalah nada dan

386
Keterkaitan Antara Intelegensi Dengan Dunia Kerja Pada Peserta Didik Di SMK
Ali Irsan Shafar NIM : 4103810318026

irama, Mereka juga lebih medah menggingat sesuatu dan mengekspresikan gagasan-
gagasan apabila dikaitkan dengan musik.

4. Kecerdasan Visual-Spasial
Kecerdasan vidual-spasial adalah kemampuan peserta didik untuk menangkap
dunia ruang visual secara akurat dan melakuakan perubahan-perubahan terhadap presepsi
tersebut. Kecerdsan ini mencakup kepekaan terhadap warna, garis, bentuk, wujud, ruang
dan hubungan-hubungan yang ada antara unsure-unsur ini. Peserta didik yang memiliki
kecerdasan jenis ini memiliki kemampuan menciptakan imajinasi bentuk dalam
pikirannya atau kemampuan untuk menciptakan bentuk-bentuk tiga dimensi seperti
dijumpai pada orang dewasa yang menjadi pemahat patung atau arsitek suatu bangunan.

5. Kecerdasan Kinestetik
Kcerdasan kinestetik adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik dalam
menggunakan seluruh tubuhnya untuk mengekspresikan ide dan perasan atau
menggunakan kedua tangan untuk mengadukan tangan untuk menghasilkan dan
mentranformasikan sesuatu yang mencakup keahlian fisik khusus sperti koordinasi,
keseimbangan, ketangkasan, kekutatan, kelenturan, dan kecepatan.
Peserta didik yang memiliki kecerdasan kinestetik cenderung secara aktif
mengunakan bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi atau memecahkn
berbagai masalah, Hal ini dapat dijumpai pada peserta didik yang unggul pada salah satu
cabang olahraga, seperti bulu tangkis, sepak bola, tenis, renang, dan sebangainya, atau
juga tampak pada peserta didik yang pandai menari , trampil bermain acrobat, atau unggul
dalam bermain sulap.

6. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik untuk
mempresepsikan dan menangkap perbedaan-perbedaan mood, tujuan, motivasi, dan
perasaan-perasaan orang lain. Termasuk didalamnya adalah kepekaan terhadap ekspresi-
ekspresi wajah, suara, dan sosok postur( gestur) dan kemampuan untuk membedakan
berbagai tanda interpersonal. Inti dari kecerdasan ini adalah kemampuan untuk peka

387
Keterkaitan Antara Intelegensi Dengan Dunia Kerja Pada Peserta Didik Di SMK
Ali Irsan Shafar NIM : 4103810318026

terhadap perasaaan orang lain. Kecerdasan jenis ini juga sering disebut sebagai
kecerdasan social (social intelligence).

7. Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan menyadari diri dan kemampuan
mewujudkan keseimbanagan mental-emosional dalam diri peserta didik untuk bisa
beradaptasi sesuai dengan dasar dari pengetahuan yang dimiliki. Dalam hal ini termasuk
didalam kecerdasan yang mampu untuk menggambarkan diri sendiri secara baik.
Kemampuan untuk peka terhadap perasaan dirinya sendiri, senang melakukan intropeksi,
untuk mengkoreksi kekurangan dan kelemahan diri sendiri kemampuan mencoba untuk
memperbaikinya. Beberapa diantaranya cenderung menyukai kesunyian dan kesendirian,
merenung dan berdialog dengan dirinya sendiri. Kecerdasan terhadap mood, tujuan,
motivasi, tempramen, keinginan, dan kemampuan untuk disiplin pribadi, pemahaman diri
dan self-eteem.

8. Kecerdasan Natural
Kecerdasan natural adalah kemampuan peserta didik untuk peka terhadap
lingkungan alam, misalnya senang dilingkungan alam terbuka seperti pantai,
pegunungan, cagar alam, suaka margasatwa, hutan topis, padang sabana, dan lain-lain.
Peserta didik dengan kecerdasan sperti ini cenderung suka meng observasi lingkungan
seperti aneka macam bebatuan, jenis-jenis lapisan tanah, aneka macam flora dan fauna,
benda-benda antariksa, dan sebagainya.
Oleh karenya mereka menyukai alam-alam bebas, binatang dan petualangan alam
dimana mereka bisa belajar.
Teori Gardener ini selanjutnya dikembangkan dan dilengkapi oleh para ahli lain.
Diantaranya adalah Daniel Goleman (1995) melalui bukunya yang terkenal, Emotional
Intelligence atau Kecerdasan Emosional.
Selanjutnya , lima wilayah tersebut adalah kemampuan mengenali emosi diri,
kemampuan mengelola emosi, kemampuan memotivasi diri, kemampuan mengenali
emosi orang lain, dan kemampuan membina hubungan. Keseimbangan adalah salah satu
tujuan Gardner dalam mengupas beberapa tipe kecerdasan, untuk itu menyarankan orang
tua untuk juga mengasah salah satu kecedasan anak yang menonjol, misalnya kecerdasan

388
Keterkaitan Antara Intelegensi Dengan Dunia Kerja Pada Peserta Didik Di SMK
Ali Irsan Shafar NIM : 4103810318026

music, sekaligus mengembagkan kecerdasan logika-matematika dan kecerdasan


linguistic(Abdullah Cholil,2007:03).

C. PEMBAHASAN
Factor yang mempengaruhi intelegensi atau tingkat IQ seseorang. Menurut
Kohstan, intelegensi dapat dikembangkan, namun hanya sebatas segi kualitasanya, yaitu
pengembangannya akan terjadi sampai pola pada batas kemamapuan saja, terbatas pada
segi peningkayan mutu intelegensi, dan cara-cara berfikir secara metodis. Dalam
hubungannya dengan perkembangan intelegensi/kemampuan berpikir peserta didik usia
remaja, ada yang berpandangan bahwa adalah keliru jika IQ dianggap bisa ditingkatkan,
yang walaupun perkembangan IQ dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan Intelegensi
antara peserta didik yang satu dengan yang lainya cenderung berbeda-beda, hal ini karena
beberapa factor yang mempengaruhinya (Azwar Saifuddin,1996: 76).
Pada umumnya factor yang mempengaruhi intelegensi terbagi sebagai berikut:

1. Faktor Hereditas
Dimana factor ini di tentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas
kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam mengatasi masalah, antara lain ditentukan
oleh factor hereditas. Oleh karena itu dalam satu kelas dapat dijumpai peserta didik yang
kurang cepat, agak cepat, dan sangat cepat dalam menerima pelajaran dan pelatihan,
walaupun ketika mereka menerima pelajaran dan pelatihan yang juga sama.

2. Faktor Minat dan Pembawaan yang Khas


Dimana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan
dorongan perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif yang
mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar, sehingga apa yang diminati
oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih gat dan lebih baik.
3. Faktor Pembentukan
Dimana penbentukan adalah segala keadaan diluar diri seseorang yang
mempengaruhi perkembangan intelegensi. Disini dapat dibedakan antara pembentukan
yang direncanakan, seperti dilakukan di sekolah atau pembentukan yang tidak
direncanakan, misalnya pengaruh alam sekitarnya.

389
Keterkaitan Antara Intelegensi Dengan Dunia Kerja Pada Peserta Didik Di SMK
Ali Irsan Shafar NIM : 4103810318026

4. Faktor Kematangan
Dimana setiap organ tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan kematangan.
Setiap organ manusia baik fisik maupun psikis, dapat dikatakan telah matang apabila
telah tumbuh dan berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya
masing-masing. Oleh karena itu, tidak heran anak- anak belum mampu mengerjakan atau
memecahkan soal-soal matematika kelas empat SD, karena itu masih terlampau sukar
bagi anak. Organ tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum matang untuk menyalesaikan
soal tersebut dan kematangan berhubungan erat dengan faktor umur.

5. Faktor Kebebasan
Hal ini berarti seseorang dapat memilih metode tertentu untuk memecahkan
masalah yang sedang dihadapinya. Disamping bebas memilih metode juga bebas memilih
masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.
Kelima faktor diatas saling mempengaruhi dan saling terkait satu dengan yang
lainnya. Jadi untuk menentukan kecerdasan seseorang, tidak cukup hanya berpedoman
pada salah satu faktor saja . Selanjutnya, faktor-faktor khusus yang mempengaruhi
perkembangan intelek yaitu antara lain:
1) Bertambahnya informasi yang disimpan(dalam otak)seseorang sehingga ia mampu
berpikr reflektif.
2) Banyaknya pengalaman dan latihan-latihan memecahkan masalah sehingga seseorang
bisa berpikir proporsional.

3) Adanya kebebasan berpikir,menimbulkan keberanian seseorang dalam menyusun


hipotesis-hipotesis yang radikal, kebebasan menjajaki masalah secara keseluruhan, dan
menunjang keberanian anak memecahkan masalahdan menarik kesimpulan yang baru
dan benar.
Tiga kondisi di atas sesuai dengan dasar-dasar teori Piaget mengenai
perkembangan intelegendi, yakni:
1) Fungsi intelegensi termasuk proses adaptasi yang bersifat biologis.
2) Berkembangnya usia menyebabkan berkembangnya struktur intelegensi baru,
sehingga pengaruh pula terhadap terjadinya perubahan kualitatif.

390
Keterkaitan Antara Intelegensi Dengan Dunia Kerja Pada Peserta Didik Di SMK
Ali Irsan Shafar NIM : 4103810318026

Wechsler berpendapat bahwa keseluruhan intelegensi seseorang tidak dapat


diukur. IQ adalah suatu nilai yang hanya dapat ditentukan secara kira-kira karena selalu
dapat terjadi perubahan-perubahan berdasarkan faktor-faktor individual dan situasional.

Peranan Pengalaman dari SMK Terhadap Intelegensi


Dunia dihadapkan perubahan besar revolusi industri 4.0 (Kamdi, 2017),
memaksa semua bangsa bergerak cepat dan bangkit dari ketertinggalan. SMK yang
menyiapkan lulusannya siap kerja, menjadi harapan untuk solusi menghadapi
pengangguran usia produktif yang cukup besar. Persaingan terbuka di dunia
kerja membutuhkan kemampuan adaptasi dan daya saing dari pencari kerja.
Intelegensi siswa SMK dituntut untuk memiliki kapasitas lebih besar
dibandingkan dengan siswa SMA sebab disamping harus menguasai teori siswa SMK
pun dituntut untuk menguasai ilmu praktik dari setiap kompetensi keahlian agar nanti
setelah lulus dari SMK dapat dengan cepat diserap/bekerja pada dunia usaha dan dunia
industri.

Intelegensi dan Prestasi Belajar SMK


Beberapa tanda – tanda tersebut telah muncul di lingkungan SMK. Hal tersebut
cukup memprihatinkan, dan timbul pertanyaan masa depan bangsa Indonesia kelak akan
bagaimana? Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 Revitalisasi SMK sebagai tonggak
kebangkitan pendidikan kejuruan di Indonesia.Sekolah dengan program Revitalisasi
SMK, melaksanakan program diantaranya penyesuaian sarana dan prasarana mirip
dengan situasi tempat kerja di industri, magang guru, penggunaan model pembelajaran
teaching factory dan sebagainya.
Tujuan mulia revitalisasi SMK tersebut, hal yang sangat mendesak untuk
dilakukan sebagai pondasi penyiapan lulusan SMK , yaitu penguatan dan
peningkatan pendidikan karakter siswa SMK. Hal ini dianggap penting karena kelak
didunia kerja tidak hanya merekrut lulusan SMK yang kompeten sesuai bidangnya, tetapi
yang lebih utama adalah para lulusan SMK yang memiliki karakter unggul.
Sangatlah wajar apabila dari mereka yang memiliki intelegensi yang sangat
tinggi diharapkan dapat diperoleh prestasi belajar yang tinggi pula. Salah satu definisi
intelegensi memang menyabutkan bahwa intalagensi, antara lain, merupakan abity to

391
Keterkaitan Antara Intelegensi Dengan Dunia Kerja Pada Peserta Didik Di SMK
Ali Irsan Shafar NIM : 4103810318026

learn(kemampuan untuk belajar). Begitu juga kemudahan dalam belejar disebabkan oleh
tingkat intelegensi yang tinggi yang terbentuk oleh ikatan-ikatan syaraf (neural bons)
antara stimulus dan respon yang mendapat penguatan
Pada umumnya orang berpendapat bahwa intelegensi merupakan bekal potensial
yang akan memudahkan dalam belajar dan pada giliranya akan menghasilkan performasi
yang optimal. Hal ini didukung oleh fakta bahwa lembaga-lembaga pendidikan lebih
bersedia dalam menerima calon siswa yang menampakan indikasi maupun intelektual
yang tinggi daripada yang tidak. Fakta yang lain adalah didirikanya lembaga-lembaga
pendidikan khusus bagi mereka yang memilikin hambatan atau kelemahan intelektual.
Belajar dalam pengertian yang paling umum adalah setiap perubahan perilaku
yang di akibatkan pengalaman atau sebagi hasil interaksi individu dengan lingkunganya.
Oleh karena manusia bersifat dinamais dan terbuka dengan berbagai bentuk perubahan
yang dapat terjadi pada dirinya dan lingkungan sekitarnya maka proses belajar akan selalu
terjadi tanpa henti dalam kehidupan manusia. Dalam pandangan sebagian ahli psikologi
kognitif, proses belajar bahkan terjadi secara otomatis tanpa memerlukan adanya
motivasi.

2.2.5. Karakteristik Perkembangan Intelektulitas Usia Remaja


Intelegensi pada remaja tidak mudah diukur karena tidak mudah terlihat
perubahan kecepatan perkembangan kemampuan tersebut. Pada umumnya tiga sampai
empat tahun pertama menunjukkan perkembangan kemampuan yang hebat, selanjutnya
akan terjadi perkembangan yang teratur.
Dari kasus di atas kita tahu bahwa tiap peserta didik SMK memiliki potensi yang
harus dikembangkan. Oleh sebab itu, perlu di stimulus dengan baik supaya terarah dan
terkontrol perkembangannya. Seorang peserta didik SMK juga membutuhkan motivasi
atau dukungan untuk meningkatkan kemampuan mereka sesuai dengan bakat, minat,
yang di milikinya dari lingkungan pendidikan di sekitarnya.
Ciri khas peserta didik SMK yang perlu dipahami oleh pendidik adalah individu
yang memiliki potensi fisik dan psikis dan kreatifitas yang khas, sehingga merupakan
insan yang unik, individu yang sedang berkembang, individu yang membutuhkan
bimbingan individual dan kolektif, dan individu yang memiliki kemampuan untuk

392
Keterkaitan Antara Intelegensi Dengan Dunia Kerja Pada Peserta Didik Di SMK
Ali Irsan Shafar NIM : 4103810318026

mandiri. Peserta didik terus mengalami perubahan yang ditujukan untuk dirinya sendiri
maupun ke arah penyesuaian dengan lingkungan.
Semua keunikan yang dimiliki oleh peserta didik SMK sebagai pribadi manusia
yang menjadi indikator membedakan dirinya dengan makhluk lain. Peserta didik SMK
mempunyai sifat ketekunan, kerja keras, keberanian, kepercayaan diri, semangat dan
ambisi untuk meraih cita-cita mereka yaitu bekerja setelah lulus sekolah. Sebagai pribadi
yang memiliki ciri khas otonomi, ia ingin mengembangkan diri secara terus menerus
untuk mendapatkan kehidupan ekonomi yang lebih layak.
Bakat dan minat yang peserta didik yang di miliki tidak akan berkembang secara
optimal tanpa adanya bimbingan dari lingkungan pendidikan di sekitarnya seperti : peran
orang tua, peran guru dan linkungan masyarakat salah satu nya adalah DU/DI.
Kompetensi soft skill yang dibutuhkan di dunia kerja diantaranya
kemampuan berkomunikasi, jujur, tanggungjawab, disiplin, bekerja secara aman dan
pengalaman lapangan. Sangatlah mendesak pembentukan karakter siswa SMK dilakukan,
tidak cukup sekedar program dalam tata tertib sekolah, kegiatan ekstrakurikuler, diklat
kepemimpinan, dsb. Namun program tersebut juga perlu dievaluasi keefektifan dan
keberhasilannya dengan melibatkan seluruh warga di sekolah.

393
Keterkaitan Antara Intelegensi Dengan Dunia Kerja Pada Peserta Didik Di SMK
Ali Irsan Shafar NIM : 4103810318026

D. SIMPULAN
Sekolah menengah kejuruan merupakan sekolah tingkat lanjutan dimana
intelegensi dan kompetensi siswanya difokuskan kepada dunia kerja dan menggeluti
bidang yang diambil. SMA dan SMK memiliki keunggulan masinga-masing.
Solusi untuk mengatasi keadaan tersebut adalah dengan menyekolahkan anak di
sekolah yang lulusannya cepat dapat kerja tetapi tidak membutuhkan waktu lama.
Sekolah tersebut adalah SMK karena hanya butuh waktu 3 tahun untuk dapat bekerja atau
berwiramandiri, berarti intelegensi peserta didik SMK mempunyai karakter yang kuat
yaitu karakter dan integritas dalam bekerja, sebab usia 16 adalah usia lulusan yang
dituntut untuk bekerja atau berwirausaha.
Intelegensi lulusan siswa SMA difokuskan untuk melanjukan kuliah di PT, ini
tentu sangat berbeda dengan lulusan SMK yang terjun di dunia kerja.. Akibatnya banyak
lulusan SMA yang kalah bersaing dalam mencari pekerjaan karena mereka memang tidak
siap kerja. Oleh karena itu, pemerintah mengambil kebijakan untuk menambah jumlah
SMK daripada mengembangkan SMA. Komposisi perbandingan yang dibuat adalah 70%
SMK dan 30% SMA. Ini tentu dengan tujuan untuk menjadikan lulusan sekolah
menengah yang siap kerja dan mandiri.
Intelegensi sangat mempengaruhi siswa SMK pada Dunia kerja. Oleh karena itu
intelegensi akan melahirkan suatu karakter dan etos kerja yang baik pada lulusan SMK.
Ketatnya persaingan mencari kerja menjadikan tamatan sekolah menengah harus orang
yang kompeten di bidangnya dan siap kerja serta mempunyai intelegensi yang sangat
tinggi, karena bekerja harus sesuai standar instansi dan perusahaan jangan asal-asalan..
SMK sangat piawai dalam mencetak lulusan yang siap kerja dibanding SMA.

394
Keterkaitan Antara Intelegensi Dengan Dunia Kerja Pada Peserta Didik Di SMK
Ali Irsan Shafar NIM : 4103810318026

DAFTAR PUSTAKA

Rohman,Arif.2011.Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan.Yogyakarta: Laksabang


Mediatama.
Hartinah,Sitti. 2009 Pengembangan Peserta Didik. Tegal. PT Refika Aditama
Cholil,Abdullah.2007.A to Z 26 Kiat Menata Keluarga. Jakarta:Elex Media Computindo.
Bellanca,James.2011 strategi dan proyek pembelajaran aktif Jakarta: PT Indeks.
Azwar, Saifuddin 1996. Pengantar Psikologi Intelegensi. Edisi 1, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Tirtanegara, Sutratianah.1984 Anak Super Normal dan Program Pendidikanya. Bumi
Aksara, Yogyakarta
Surya,Sutan dan Hariwijaya,M. 2008.Big Bang Spirit:Mendongkrak Motivasi untuk
Meraih Prestasi, Insan Madani, Yogyakarta.
UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003.
Radar Mojokerto , Kamis, 02 Februari 2012.

395
Keterkaitan Antara Intelegensi Dengan Dunia Kerja Pada Peserta Didik Di SMK
faizal abdi NIM : 4103810318002

PEMBELAJARAN PRODUK KREATIF DAN KEWIRAUSAHAAN DI SMK


MELATIH KECERDASAN EMOSI SISWA
DALAM MENGHADAPI TANTANGAN DI ERA MILLENIAL

Faizal Abdi
SEKOLAH PASCA SARJANA UNINUS

ABSTRACT

Changes occur and will continue, human preferences and desires continue to
increase, thus forcing technology to change and develop very rapidly because of the
creative and innovative thinking abilities possessed by millennials, consequently
disrupting the various fields of business and human behavior. SMK as a formal education
institution that produces graduates from secondary level education is expected to be able
to contribute to the fulfillment of development needs .Therefore, the existence of Creative
Product and Entrepreneurship (CPE) subjects indeed supports the direction of preparing
vocational students to become candidates for superior Millennial Entrepreneurs
according to the demands and ways of thinking of millennials as the next generation of
Indonesian development.
The learning of Creative Products and Entrepreneurship (CPE) emphasizes more
on a number of things including the most important thing is the change in character and
mentality of students. In terms of character formation, Human beings have emotions that
play an important role in influencing the attitudes and habits of someone in their
environment, so in this condition the role of educators becomes important and knowledge
or information about students' emotional intelligence competencies to become capital in
improving the competence and attitudes of students to become successful and independent
entrepreneurs. Emotional intelligence turns out to provide more motivation to students to
look for their benefits and potential, and activate the deepest aspirations and values,
change it from what they think becomes what they live in their daily activities.
Based on this explanation, emotional intelligence is closely related to Creative
Product Learning and Entrepreneurship (CPE) in shaping students to become reliable
and independent entrepreneurs in the millennial era.

Keywords: Learning CPE, Student Emotional Intelligence, Millennial Era.

ABSTRAK
Perubahan terjadi dan akan terjadi terus, preferensi dan keinginan manusia terus
meningkat, sehingga memaksa teknologi berubah dan berkembang dengan sangat pesat
oleh karena kemampuan berpikir kreatif dan inovatif yang dimiliki oleh generasi
milenial, akibatnya mendisrupsi keberbagai bidang bisnis dan perilaku manusia. SMK

396
Pembelajaran Produk Kreatif Dan Kewirausahaan Di Smk Melatih Kecerdasan Emosi Siswa Dalam
Menghadapi Tantangan Di Era Millenial
faizal abdi NIM : 4103810318002

sebagai lembaga pendidikan formal yang menghasilkan tamatan jenjang pendidikan


tingkat menengah, diharapkan mampu berkontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan
pembangunan. Oleh karena itu, keberadaan mata pelajaran Produk Kreatif dan
Kewirausahaan (PKK) memang mendukung ke arah mempersiapkan siswa SMK menjadi
calon-calon Wirausaha Milenial yang unggul sesuai tuntutan dan cara berpikir generasi
milenial sebagai generasi penerus pembangunan Indonesia.
Pembelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan (PKK) lebih banyak
menekankan pada beberapa hal diantaranya hal yang paling utama adalah perubahan
karakter dan mental siswa. Dalam hal pembentukan karakter, manusia mempunyai emosi
yang berperan penting mempengaruhi sikap dan kebiasaan seseorang dalam
lingkungannya maka pada kondisi ini peran pendidik menjadi penting dan pengetahuan
atau informasi tentang kompetensi kecerdasan emosi siswa menjadi modal dalam
meningkatkan kompetensi dan sikap siswa menjadi seorang enterpreuner yang sukses
dan mandiri. Kecerdasan emosi ternyata lebih banyak memberikan motivasi kepada
siswa untuk mencari manfaat dan potensi mereka, serta mengaktifkan aspirasi dan nilai-
nilai yang paling dalam, mengubahnya dari apa yang mereka pikirkan menjadi apa yang
mereka jalani dalam aktifitas sehari-hari.
Berdasarkan pemaparan tersebut, Kecerdasan emosi sangat erat hubungannya
dengan Pembelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan (PKK) dalam membentuk
siswa menjadi entrepreneur yang handal dan mandiri di era milenial.

Kata kunci : Pembelajaran PKK, Kecerdasan Emosi Siswa, Era Milenial

A. LATAR BELAKANG
Keberadaan SMK terus mendapatkan perhatian pemerintah untuk terus
ditumbuhkembangkan agar mampu menghasilkan tamatan yang kompeten pada
bidang yang tekun/dipelajarinya dan sikap berkompetisi untuk mengisi peluang kerja
ditingkat local,nasional dan global. Perhatian pemerintah tersebut telah dituangkan
melalui terbitnya Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah
Menengah Kejuruan dalam rangka peningkatan kualitas dan daya saing sumber daya
manusia.
Minimnya lapangan kerja yang tidak sebanding dengan jumlah pertumbuhan
angkatan kerja, menjadi penyebab utama tingginya angka pengangguran di Indonesia.
Karenanya Pemerintah melakukan revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK),
sehingga setiap lulusan siap terjun ke dunia usaha dengan skil yang dimiliki.
Hal tersebut juga sebagai jawaban atas banyaknya pengangguran elite, atau
pengangguran yang memiliki ijazah formal setingkat perguruan tinggi. Namun
kenyataannya keilmuan mereka tidak sesuai kebutuhan pasar kerja (lapangan kerja).

397
Pembelajaran Produk Kreatif Dan Kewirausahaan Di Smk Melatih Kecerdasan Emosi Siswa Dalam
Menghadapi Tantangan Di Era Millenial
faizal abdi NIM : 4103810318002

Fakta menunjukkan bahwa kemampuan penyerapan tamatan terbatas.


Penyebab utama adalah ketidaksadaran atas terjadinya perubahan besar-besaran pada
industry manufaktur dan industry jasa. Perubahan itu yakni karena berkembangnya
teknologi digitalisasi, computing power dan data analitik yang melahirkan terobosan
baru dan mengejutkan diberbagai bidang, sehingga mendisrupsi kehidupan masyarakat
termasuk bisnis-bisnis yang ada (Presiden RI Joko Widodo, 16 Februari 2018, sumber
: www.merdeka.com). Revolusi industry telah mendorong perubahan dalam bentuk
inovasi-inovasi baru dan membentuk fenomena-fenomena baru, berupa perubahan
yang tidak terduga.
B. LANDASAN TEORI
1. Pembelajaran
Pembelajaran pada hakekatnya merupakan suatu proses yang kompleks
namun dengan maksud yang sama yaitu memberi pengalaman belajar kepada
siswa sesuai dengan tujuan.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (Syaiful Sagala, 2011: 62) pembelajaran
adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk
membuat belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan
yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan
pengetahuan, penguasaan ketrampilan dan kemahiran, serta pembentukan sikap
kepada peserta didik.
Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik
agar dapat belajar dengan baik. Pembelajaran adalah pemberdayaan potensi
peserta didik menjadi kompetensi.Kegiatan pemberdayaan ini tidak dapat berhasil
tanpa ada orang yang membantu.
2. Mengidentifikasi Produk Kreatif
Mata pelajaran produk kreatif dan kewirausahaan sebagai bagian dari
kelompok mata pelajaran peminatan (C3) dalam struktur kurikulum SMK, harus
dapat dihantarkan secara baik dan benar. Kolaburasi dan integrasi antara mata
pelajaran kompetensi keahlian dengan mata pelajaran produk kreatif dan
kewirausahaan harus mampu membangun minat siswa untuk melihat peluang

398
Pembelajaran Produk Kreatif Dan Kewirausahaan Di Smk Melatih Kecerdasan Emosi Siswa Dalam
Menghadapi Tantangan Di Era Millenial
faizal abdi NIM : 4103810318002

menjadi wirausaha. Untuk itu sebagai guru yang akan mengintegrasikan mata
pelajaran tersebut perlu memiliki gambaran tentang produk kreatif apa yang
mungkin dihasilkan dari suatu pasang atau kelompok Kompetensi Dasar (KD)
dari mata pelajaran produk kreatif dan kewirausahaan dikaitkan dengan
kompetensi keahlian yang akan siswa tekuni.
3. Kewirausahaan
Kewirausahaan adalah suatu proses dari visi, perubahan dan penciptaan
yang dinamis. Penerapan kewirausahaan membutuhkan energi dan semangat
terhadap penciptaan, penerapan ide-ide baru, serta solusi kreatif. Diperlukan
kesediaan untuk mengambil risiko yang diperhitungkan dalam hal waktu,
ekuitas/modal, atau karier; diperlukan kemampuan untuk membentuk tim yang
efektif; kemampuan kreatif untuk mengumpulkan sumber daya yang dibutuhkan;
keterampilan dasar membuat rencana bisnisyang kuat; dan akhirnya, visi untuk
mengenali peluang di mana orang lain melihatnya sebagai kekacauan, kontradiksi,
dan kebingungan. ”
Berikut beberapa definisi tentang Wirausaha dari beberapa ahli :
Geoffrey G. Meredith (1996)
Wirausaha adalah orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai
kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber-sumber daya yang
dibutuhkan guna mengambil keuntungan dan mengambil tindakan yang tepat
guna memastikan sukses.
(Kuratko D.F & Hodgetts, R.M )
 Istilah kewirausahaan (entrepreneur) pertama kali diperkenalkan pada awal
abad ke-18 oleh ekonom perancis, Richard Cantillon.Menurutnya,
entrepreneur adalah “agent who buys means of production at certain prices
in order to combine them”.
 “Wirausaha adalah seseorang yang mampu melihat peluang, mengambil
tindakan kreatif yang tepat berupa penciptaan nilai tambah dalam bentuk
produk (barang/jasa) atau bisnis, dengan mengambil risiko yang
diperhitungkan guna meraih kemakmuran bagi dirinya dan orang lain.”
Karakteristik Wirausaha :
• Memilih resiko “moderate” dalam tindakannya

399
Pembelajaran Produk Kreatif Dan Kewirausahaan Di Smk Melatih Kecerdasan Emosi Siswa Dalam
Menghadapi Tantangan Di Era Millenial
faizal abdi NIM : 4103810318002

• Mengambil tanggung jawab pribadi atas perbuatan-perbuatan


• Mencari umpan balik (feed back) tentang perbuatan-perbuatannya
• Berusaha melakukan sesuatu dengan cara-cara baru.
4. Sekolah Menegah Kejuruan (SMK)
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah satuan pendididkan formal
yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan jenjang pendidikan menengah
sebagai lanjutan dari SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari
hasil belajar yang diakui sama/setara SMP/MTs. (UU Nomor 20 Tahun 2013,
Pasal 18 ayat [3]). Pembangunan pendidikan, khususnya pendidikan menengah
kejuruan dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat mengisi
lapangan kerja dalam bidang tertentu. Sebagaimana dinyatakan oleh Pavlova
(2009) bahwa tradisi dari pendidikan kejuruan adalah menyiapkan siswa untuk
bekerja. Pendidikan dan pelatihan kejuruan/vokasi adalah pendidikan yang
menyiapkan terbentuknya keterampilan, kecakapan,pemahaman , perilaku, sikap,
kebiasaan kerja, dan apresiasi terhadap pekerjaan-pekerjaan yang dibutuhkan oleh
masyarakat/ dunia usaha/ industri. Apresiasi terhadap pekerjaan sebagai akibat
dari adanya kesadaran bahwa orang hidupbutuh bekerja merupakan bagian pokok
dari pendidikan kejuruan. Pendidikan kejuruan tidak bermakna ketika masyarakat
dan peserta didik tidak mengapresiasi dan memberikan perhatian terhadap
pekerjaan-pekerjaan dan prosedur atau cara kerja yang benar dan produktif
sebagai bagian yang harus dijiwai.

5. Kecerdasan Emosi
Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional atau EQ sebagai
himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau
perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah semuanya
dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan.”
Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat
menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu, peranan lingkungan terutama orang
tua pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan
emosional. Keterampilan EQ bukanlah lawan keterampilan IQ, namun keduanya
berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkat konseptual maupun di dunia nyata.
1. Faktor kecerdasan Emosional

400
Pembelajaran Produk Kreatif Dan Kewirausahaan Di Smk Melatih Kecerdasan Emosi Siswa Dalam
Menghadapi Tantangan Di Era Millenial
faizal abdi NIM : 4103810318002

Gardner mendefinisikan kecerdasan pribadi dalam lima kemampuan utama,


yaitu:
1.1. Mengenali Emosi Diri
Para ahli menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni
kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. Kesadaran ini berupa
waspada terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati.
Apabila kurang, maka individu menjadi larut dalam aliran dan dikuasai
oleh emosi. Kesadaran ini belum menjamin penguasaan emosi, namun
merupakan salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi.
1.2. Mengelola Emosi
Mengelola emosi merupakan suatu kemampuan dalam menangani
perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras sehingga tercapai
keseimbangan dalam diri individu. Emosi berlebihan yang meningkat
dengan intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan kita.
Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri,
melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat -
akibat yang ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari
perasaan-perasaan yang menekan.
1.3. Memotivasi Diri sendiri
Prestasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri
individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap
kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan
motivasi yang positif, yaitu antusias, gairah, optimis, dan keyakinan diri.
1.4. Mengenali Emosi Orang Lain.
Kemampuan ini disebut juga Empati, yaitu kemampuan seseorang
untuk mengenali orang lain atau peduli. Individu yang memiliki
kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang
tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain,
peka terhadap perasaan orang lain dan mampu untuk mendengarkan orang
lain.
Rosenthal dalam pandangannya menunjukan bahwa orang-orang
yang mampu membaca perasaan dan isyarat nonverbal mampu

401
Pembelajaran Produk Kreatif Dan Kewirausahaan Di Smk Melatih Kecerdasan Emosi Siswa Dalam
Menghadapi Tantangan Di Era Millenial
faizal abdi NIM : 4103810318002

menyesuaikan diri secara emosional, lebih populer, lebih mudah bergaul,


dan lebih peka.
1.5. Membina Hubungan
Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar
dalam keberhasilan membina hubungan. Orang-orang yang hebat dalam
keterampilan membina hubungan ini akan sukses dalam bidang apapun.
Orang berhasil dalam pergaulan karena mampu berkomunikasi dengan
lancar pada orang lain.Orang seperti ini populer dalam lingkunganya dan
menjadi teman yang menyenangakan karena kemampuannya
berkomunikasi. Sejauh mana kepribadian siswa berkembang dilihat
dari banyaknya hubungan interpersonal yang dilakukannya.
1.6. Pengambilan keputusan pribadi:
Kemampuan dalam mencermati tindakan-tindakan diri sendiri dan
mengetahui akibat-akibatnya, mengetahui apa yang menguasai sebuah
keputusan, pikiran atau perasaan, menerapkan pemahaman ini ke masalah-
masalah seperti seks dan obat terlarang.
1.7. Menangani Stress
Kemampuan dalam mengantisipasi ketegangan (stress) dilakukan
dengan menyadari pentingnya berolahraga, perenungan yang terarah,
metode relaksasi.
1.8. Empati
Memiliki kemampuan dalam memahami perasaan dan masalah
orang lain, dan berpikir dengan sudut pandang mereka, menghargai
perbedaan perasaan orang mengenai berbagai hal.
1.9. Komunikasi
Memiliki keterampilan berbicara mengenai perasaan secara
efektif, menjadi pendengar dan penanya yang baik, membedakan antara
apa yang dilakukan atau yang dikatakan seseorang dengan reaksi atau
penilaian diri sendiri tentang hal itu, mengirimkan pesan “aku” dan
bukannya mengumpat
1.10. Membuka Diri

402
Pembelajaran Produk Kreatif Dan Kewirausahaan Di Smk Melatih Kecerdasan Emosi Siswa Dalam
Menghadapi Tantangan Di Era Millenial
faizal abdi NIM : 4103810318002

Menghargai keterbukaan dan membina kepercayaan dalam suatu


hubungan, mengetahui kapan situasinya aman untuk mengambil resiko
membicarakan tentang perasaan diri sendiri.
1.11. Pemahaman
Mampu mengidentifikasi pola-pola dalam kehidupan emosional
diri sendiri dan reaksi-reaksinya, mengenali pola-pola serupa pada orang
lain
1.12. Menerima Diri Sendiri
Merasa bangga dan memandang diri sendiri dalam sisi yang
positif, mengenali kekuatan dan kelemahan diri sendiri, mampu untuk
mentertawakan diri sendiri.

1.13. Tanggung Jawab Pribadi


Memiliki sifat rela memikul tanggung jawab, mengenali akibat-
akibat dari keputusan dan tindakan diri sendiri, menerima perasaan dan
suasana hati diri sendiri, menindaklanjuti komitmen (misalnya berniat
untuk belajar).
1.14. Ketegasan
Mampu mengungkapkan keprihatinan dan perasaan diri sendiri
tanpa rasa marah atau berdiam diri.
1.15. Dinamika Kelompok
Mau bekerja sama, mengetahui kapan dan bagaimana memimpin,
kapan mengikuti.
1.16. Menyelesaikan Konflik
Kemampuan untuk bagaimana brerkelahi secara jujur dengan
anak- anak lain, dengan orang tua, dengan para guru, contoh menang untuk
merundingkan kompromi.
Keterampilan dasar emosional tidak dapat dimiliki secara tiba-tiba,
tetepi membutuhkan proses dalam mempelajarinya dan lingkungan yang
membentuk kecerdasan emosional tersebut besar pengaruhnya. Hal ini
akan diperoleh bila anak diajarkan keterampilan dasar kecerdasan
emosional, secara emosional akan lebih cerdas, penuh pengertian, mudah

403
Pembelajaran Produk Kreatif Dan Kewirausahaan Di Smk Melatih Kecerdasan Emosi Siswa Dalam
Menghadapi Tantangan Di Era Millenial
faizal abdi NIM : 4103810318002

menerima perasaan-perasaan dan lebih banyak pengalaman dalam


memecahkan permasalahannya sendiri.
6. Era Milenial
Era Milenial atau Milenium adalah bilangan untuk jangka waktu seribu
tahun dalam kalender. Tahun 2000 sebagai awal tahun 2000 dan akhir 2999.
Generasi yang hidup pada era ini disebut sebagai generasi milenial. Pencetus
penamaan milenial adalah William Strauss dan Neil Howe secara luas.
Karakteristik generasi milenial berbeda-beda berdasarkan wilayah dan
kondisi social-ekonomi. Namun generasi ini umumnya ditandai oleh peningkatan
penggunaan dan keakraban dengan komunikasi, media, dan teknologi digital.

C. PEMBAHASAN
Milenial merupakan generasi menarik untuk disoroti. Perilaku, pola pikir, cara
mengatur keuangan hingga etos kerja, menjadi haluan bagi perkembangan ekonomi
dan bisnis dalam sebuah negara, termasuk Indonesia.
Milenial merupakan potensi terbaik untuk dibimbing menjadi wirausaha
cemerlang. Hal ini dikarenakan generasi milenial dapat menghasilkan kesejahteraan
keuangan yang lebih besar di masa yang akan datang serta memberikan manfaat. Di
era Sekarang setiap orang bisa berwirausaha tanpa mengenal keterbatasan.

Kelebihan anak milenial :


- Mengenal Teknologi Sebagai sumber ilmu pengetahuan dan informasi
- Percaya Diri Tinggi di era milenial ini terciptanya pemuda yang memiliki
kepercayaan diri yang tinggi yang disebabkan salah satunya dari kebebasan
berekspresi dan berpendapat
- Banyak Kesempatan, Banyaknya sumber edukasi dan keterbukaan membuat
peluang berbisnis di era sekarang lebih terbuka karena salah satunya adanya
forum wirausaha muda yang banyak muncul
- Populasi penduduk Indonesia yang mencapai sekitar 255 juta jiwa pada tahun
2015, memiliki 33 persen penduduk yang di antaranya adalah generasi muda di
rentang usia 15 - 34 tahun. Bahkan untuk daerah perkotaan, seperti DKI Jakarta,

404
Pembelajaran Produk Kreatif Dan Kewirausahaan Di Smk Melatih Kecerdasan Emosi Siswa Dalam
Menghadapi Tantangan Di Era Millenial
faizal abdi NIM : 4103810318002

penduduk pada rentang usia tersebut mencapai lebih dari 40%. Mereka ini yang
kemudian dikenal sebagai generasi milenial.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005, pasal 26 ayat 3 bahwa standar
kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah kejuruan (SMK) bertujuan
untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahklak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan
kejuruannya.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2007, tentang
Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan SMK/MAK antara lain
bahwa menguasai kompetensi program keahlian dan kewirausahaan baik untuk
memenuhi tuntutan dunia kerja maupun untuk mengikuti pendidikan tinggi sesuai
dengan kejuruannya.
Standar Kompetensi Lulusan pada mata pelajaran kewirausahaan adalah:
 Mampu mengidentifikasi kegiatan dan peluang usaha dalam kehidupan sehari-
hari, terutama yang terjadi di lingkungan masyarakatnya
 Menerapkan sikap dan perilaku wirausaha dalam kehidupan sehari-hari di
lingkungan masyarakatnya
 Memahami sendi-sendi kepemimpinan dan mampu menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari serta menerapkan perilaku kerja prestatif dalam
kehidupannya
 Mampu merencanakan sekaligus mengelola usaha kecil/mikro dalam bidangnya
Pembelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan (PKK) lebih banyak menekankan
pada beberapa hal diantaranya hal yang paling utama adalah perubahan karakter dan
mental siswa yang selaras dengan revolusi mental bangsa Indonesia yang
diterjemahkan dalam PKK. Mapel PKK secara umum terbagi atas :
1. Penerapan sikap dan perilaku wirausahawan (karakter wirausaha).
2. Penganalisisan peluang usaha yang ada disekitar kita
3. Pemanfaatan peluang usaha tersebut
4. Pengelolaan proses produksi dalam memulai dan menerapkan usaha
5. Penyusunan proposal usaha
6. Pengelolaan administrasi dan keuangan secara sederhana
7. Proses evaluasi dan pengembangan usaha

405
Pembelajaran Produk Kreatif Dan Kewirausahaan Di Smk Melatih Kecerdasan Emosi Siswa Dalam
Menghadapi Tantangan Di Era Millenial
faizal abdi NIM : 4103810318002

Dari uraian di atas mapel PKK diarahkan untuk pengembangan dan


peningkatan siswa agar mampu berwirausaha secara mandiri dengan sikap dan
mental yang unggul dan mampu bersaing dengan orang lain secara baik dan mandiri.
Hal tersebut melatih kecerdasan pribadi, Gardner dalam bukunya yang
berjudul Frame Of Mind (Goleman, 2000) mengatakan bahwa bukan hanya satu
jenis kecerdasan yang penting untuk meraih sukses dalam kehidupan, melainkan ada
spektrum kecerdasan yang lebar dengan tujuh varietas utama yaitu linguistik,
matematika/logika, spasial, kinestetik, musik, interpersonal dan intrapersonal.
Kecerdasan ini dinamakan oleh Gardner sebagai kecerdasan pribadi yang oleh
Daniel Goleman disebut sebagai kecerdasan emosional.
Dengan demikian Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar dan
prestasi belajar PKK yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kecerdasan emosional
(EQ) termasuk dalam kategori faktor internal yang bersifat psikologis turut berperan
dalam mempengaruhi prestasi belajar. Faktor internal Merupakan faktor yang
berasal dari dalam diri individu sendiri. Dibedakan menjadi 2 aspek yaitu fisiologis
dan psikologis. Aspek fisiologis adalah aspek yang mencakup kondisi dari kesehatan
jasmani dari individu, yang meliputi kesehatan badan dan panca indera. Sedangkan
aspek psikologi menyangkut kesehatan psikis, yang meliputi inteligensi atau
kecerdasan, sikap, bakat, minat dan motivasi.
Sekolah mempunyai peran yang cukup strategis dalam membentuk
kecerdasan emosi seseorang. Karakter seseorang akan sangat dipengaruhi oleh
lingkungan sekolah, karena sebagian besar waktu dihabiskan di sekolah. Kondisi
lingkungan sekolah, guru, kebiasaan murid-murid secara umum, program sekolah,
kurikulum sekolah, model pembelajaran dan berbagai bentuk kebijakan sekolah
adalah pendidikan kecerdasan emosi yang berperan membentuk kepribadian
seseorang. Oleh karena sekolah adalah tempat yang paling berpengaruh, maka
sekolah mempunyai tanggung jawab moral untuk membentuk kepribadian dan
kebiasaan positif bagi peserta didik. Dalam hal pembentukan karakter, manusia
mempunyai emosi yang berperan penting mempengaruhi sikap dan kebiasaan
seseorang dalam lingkungannya maka pada kondisi ini peran pendidik menjadi
penting dan pengetahun atau informasi tentang kompetensi EQ siswa menjadi modal

406
Pembelajaran Produk Kreatif Dan Kewirausahaan Di Smk Melatih Kecerdasan Emosi Siswa Dalam
Menghadapi Tantangan Di Era Millenial
faizal abdi NIM : 4103810318002

dalam meningkatkan kompetensi dan sikap siswa menjadi seorang enterpreuner yang
sukses dan mandiri.

D. SIMPULAN
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) hadir untuk menyiapkan generasi emas
2045 yang memiliki kecakapan abad 21. Dengan menempatkan kembali karakter
sebagai ruh pendidikan di Indonesia, berdampingan dengan intelektualitas dan
kecerdasan emosi, PKK berperan dalam pembentukan generasi muda yang tangguh,
cerdas, dan berkarakter.
Dengan mengamati kompetensi inti Produk Kreatif dan Kewirausahaan sesuai
dengan paradigm abad 21, maka ada beberapa tujuan pembelajaran PKK (Produk
Kreatif dan Kewirausahaan) yang harus disikapi secara lebih jeli dan teliti terkait
dengan uraian di atas. Secara umum tujuan pembelajaran produk kreatif dan
kewirausahaan diantaranya adalah :
o Menciptakan wirausaha baru yang berdaya saing tinggi
o Menambah kompetensi pengetahuan dan keterampilan siswa
o Memberikan gambaran proses produksi suatu produk disertai tahapannya.
o Mampu mengidentifikasi peluang usaha yang ada disekitar
o Mampu memanfaatkan peluang usaha dan megaplikasikannya
o Mampu menganalisis keadaan dan mengambil keputusan secara cepat
o Mengidentifikasi karakter dan sikap serta perilaku yang berhasil dan sukses.

Tujuan tersebut diatas sangat erat kaitannya dengan kecerdasan emosi siswa
yang menjadi modal dalam meningkatkan kompetensi dan sikap siswa menjadi
seorang enterpreuner yang sukses dan mandiri.

407
Pembelajaran Produk Kreatif Dan Kewirausahaan Di Smk Melatih Kecerdasan Emosi Siswa Dalam
Menghadapi Tantangan Di Era Millenial
faizal abdi NIM : 4103810318002

DAFTAR PUSTAKA

Sumiati dan Asra.2012. Metode Pembelajaran. Bandung : Wacana Prima.


Agustian, Ary Ginanjar. 2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan
Spiritual. Jakarta : Arga,
Kasali, Rhenald. 2018. Disruption : Tak Ada yang Tak Bisa Diubah Sebelum Dihadapi,
Motivasi Saja Tidak Cukup. Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama.
Meredith, Geoffrey G. 1996. Kewirausahaan : Teori dan Praktek. Jakarta. Lembaga
Pendidikan dan Pembinaan Manajemen (Lembaga PPM) dan PT. Pustaka
Binaman Pressindo.
Soegoto, Soeyanto Eddy, Dr. 2014. Entreprenneurship : Menjadi Pebisnis Ulung,
Jakarta,PT. Elex Media Komputindo.
Dr. Slamet Rosyadi, Artikel : Revolusi Industri 4.0 : Peluang dan Tantangan bagi
Alumni Universitas Terbuka, Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Jenderal Soedirman.
_________, Kreativitas, Direktorat Tenaga Kependidikan-Direktorat Jenderal
Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, Departemen
Pendidikan Nasional, 2008.
Daniel Goleman, Emotional Intelligence : Mengapa EQ lebih penting daripada IQ
(Jakarta Gramedia Pustaka Utama, 2003)
http://eksis.ditpsmk.net/artikel/definisi-smk-sekolah-menengah-kejuruan
http://shadowsky-network.blogspot.com/2015/01/20-karakteristik-wirausaha-
kewirausahaan.html
Mendy Ramdhiani : https://kartikagaby.wordpress.com/2011/12/05/tujuan-
kewirausahaan/
https://www.cnbcindonesia.com/news/20180214172245-4-4427/pertumbuhan-ekonomi-
tak-sepadan-dengan-jumlah-lapangan-kerja

408
Pembelajaran Produk Kreatif Dan Kewirausahaan Di Smk Melatih Kecerdasan Emosi Siswa Dalam
Menghadapi Tantangan Di Era Millenial
Ida Rosidah NIM : 4103810318019

TANTANGAN PENDIDIKAN MADRASAH DIERA GLOBALISASI

Ida Rosidah
SEKOLAH PASCA SARJANA UNINUS

ABSTRAK
Madarasah sebagai lembaga pendidikan Islam berdiri sekitar pertengahan abad
ke 5 M. Peranan pendidikan islam secara umum dan khususnhya madrasah diera
globalisasi mau tamau harus meneriama perkembangan zaman dan kemajuan teknologi
yang sebagian besar bersumber dari Negara Negara barat, Maka sudah seharunyah
pendidikan islam madrasah harus berupaya mengembangkan diri sehingga bisa
menjadikan para peserta didik tidak harus sukses dengan imtaqnya, akan tetapi sukses
menghadapi dunia global dengan IPTEKnya. Tulisan ini membahas mengenai tantangan
pendidikan di madrasah aliyah diera globalisasi. Beberapa hal yang dapat dilakukan
oleh madrasah aliyah dalam usaha meningkatkan gairah pendidikan islam diera
globalisasi yaitu sebagai berikut: Meningkatkan mutu pendidikan di semua Madrasah
Aliyah, penyempurnaaan kurikulum pendidikan di Madrasah Aliyah dan
Mengidentifikasi dan menganalisis masalah masalah dan kendala kendala instruksional
yang dighadapi oleh para guru disekolah, dan para orang tua murid dirumah dalam
usaha membina perkembangan moral siswa, beserta formulasi alternative
pemecahannya
.
A. Latar Belakang
Madrasah Aliyah sebagai lembaga pendidikan yang berfungsi untuk menigkatkan
kualitas sumber daya manusia menjadi tumpuan masyarakat muslim untuk kepentingan
pendidikan anak mereka , dalam proses globalisasi, keberadan madrasah aliyah
menghadapi transformasi yang didalam prosesnya dihadapkan pada berbagai tantangan
yang perlu dicari solusinya . Transformasi pemikiran manajemen tersebut adalah upaya
untuk merekonstruksi fungsi ideal madrasah untuk tertap survive dan mampu tampil
bermakna ditengah tuntutan terhadap pendidikan modern sebagai upaya umtuk
menguasai pengetahuan dan teknologi dan tetap berada pada lingkup penghayatan nilai
nilai agama dan perlu untuk diakui bahwa hingga kini madrasah aliyah masih sering
terlambat dalam merespon perubahan dan kecenderungan masyarakat karena itu perlu
upaya seruius untuk mengadakan pembaharuan dan pengembangan manajemen madrasah
yang kompherensif dan kontinyu serta berorientasi kedepan . Dalam realitas sejarahnya,
madrasah tumbuh berkembang dari dan oleh , untuk masyarakat muslim itu sendiri. Diera
globalisasi ini, dunia pendidikan mau tidak mau harus mau menerima perkembangan

409
Tantangan Pendidikan Madrasah Diera Globalisasi
Ida Rosidah NIM : 4103810318019

zaman dan kemanjuan teknologi yang semakin besar bersumber dari Negara Negara barat
seperti televise, handphone, computer, dan lain lain . Tidak terkecuali pendidikan islam
yang tidak bisa lepas dari bias fenomena globalisasi ini, karena tidiak mungkin
pendidikan islam hanya melalui cara dasar, yang sepertinya ceramah dalam
menyampaikan materi tetapi pendidikannya berbasis teknologi dalam penyampaiannhya
terbukti dengan adanya LCD, laboratorium bahasa dan lain sebagainya, Sebagai bagian
dari lembaga pendidikan islam , madrasah seharusnya mampu menyesuaikan dengan
tuntutan kehidupan era global maka salah satu cara yang harus dilakukan adalah
melakukan adaptasi kurikulum karena tanpa adanya adaptasi kuirikulum maka madrasah
tersebut dipastikan akan tertinggal jauh dari masanya. Hal ini sejalan denagn pendapat
Anik Gufron yang dikutif oleh Malik Fajar mengatakan bahwa “tanpa upaya adaptasi
kurikulum , maka sekolah madrasah ataupun lembaga pendidikan islam lainya akan sulit
berkembang menjadi sekolah unggulan. Karena itulah globalisasi sebagai tantangan dan
juga harapan bagi semua pendidikan baik itu madrasah ataupun non madrasah, karena
dengan adanya globalisasi, setiap pendidikan akan saling mengenal berhubungan dengan
yang lain, tidak hanya dalam wilayah local, tapi global mendunia. Maka sudah seharusnya
pendidikan islam madrasah aliyah harus berupaya mengembangkan lembaganya yang
bisa menghasilkan siswa siswa yang berkualitas, serta output yang mampu bersaing
dengan output unggulan lainnya , sehingga bisa menjadikan para peserta didik, tidak
hanya sukses dengan IMTAQnya akan tetapi sukses dengan IPTEKnya

410
Tantangan Pendidikan Madrasah Diera Globalisasi
Ida Rosidah NIM : 4103810318019

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Globalisasi dan Madrasah


1. Pengertian Globalisasi
Menurut Wikipedia, kata globalisasi diambil dari kata global yang makna nya
universal. Globalisasi sebelum memiliki definisi yang mafan kecuali sekitar definisi kerja
(working definition) sehingga tergantung dari sisi mana orang melihatnya. Dari
perbedaan sudut pandang globalisasi, munculah masyarakat yang menerima globalisasi
(masyarakat pro globalisasi) dan masyarakat yang menolak globalisasi (masyarakat anti
globalisasi). Setiap manusia tidak bisa terhindar dari arus globalisasi ini, kecuali dia tidak
menjalin kontak dengan orang lain, tidak melihat acara acara ditelevisi, tidak
mendengarkan radio dan dia hidup dengan apa adanya. Namun hanya segelintir manusia
bisa melakukan hal seperti itu karena manusia memiliki sifat sebagai makhluk sosial yaitu
selalu membutuhkan orang lain. Globalisasi berawal dari transformasi dan komunikasi,
tetapi segera terasa dalam berbagai bidang kehidupan

2. Zaman Globalisasi
Perkembangan zaman mengakibatkan gaya hidup manusia menjadi berubah yang
semula mereka saling membutuhkan menjadi bersikap individualis dan tak perduli
dengan orag lain. Globalisasi selain menghadirkan dampak positif untuk hidup mudah,
nyaman, murah, indah, maju juga mendatangkan dampak negative yaitu menimbulkan
keresahan, penderitaan dan penyesatan. Bagi masyarakat, globalisasi merupakan sebuah
fenomena yang banyak menimbulkan dampak negative yang dibawa oleh Negara Negara
barat dengan tujuan agar masyarakat mengikuti cara hidup dinegara mereka

2. Tantangan pendidikan agama islam pada era globalisasi.


1. Meningkatkan mutu pendidikkan agama islam
Pendidikan agama islam sebenarnya tidak hanya cukup dilakukan dengan
pendekatan teknologi karean aspek yang dicapai tidak cukup kognitif tetapi justru lebih
dominan yang afektif dan psikomotorik, maka perlu pendekatan yang bersifat non
teknologi. Pembelajaran tentang akidah dan akhlak lebih menonjolkan aspek nilai, baik

411
Tantangan Pendidikan Madrasah Diera Globalisasi
Ida Rosidah NIM : 4103810318019

ketuhanan maupun kemanusiaan yang hendak ditananmkan dan dikembangkan pada diri
siswa sehingga dapat melekat menjadi sebuah kepribadian yang mulia, sehingga menurut
noeng muhajir ada beberapa strategi yang bisa digunakan dalam pembelajaran nilai yaitu
tradisional maksudnya dengan memberikan nasehat dan indoktrinasi, bebas maksudnya
siswa diberi kebebasan nilai yang disampaikan, reflekttif maksudnya mondar mandir dari
pendekatan teorittic keempiric, transiternal maksudnya guru dan siswa sama sama terlibat
dalam proses komunikasi aktif tidak hanhya verbal dan fisik tetapi juga melibatkan
komunikasi batin

2. Langkah langkah strategis pendidikkan agam islam diera globalisasi


Memperhatikan tuntutan era globalisasi diatas pendidikan agama islam dimadrsah
dan sekolah sekolah umum dilaksanakan dengan beberapa strategi diantaranya
a. Penyempurnaan kurikulum pendidikkan agama agar materi pelajarannya mencapai
komposisi yang proposional dan fungsional tetapi tidak membebani siswa
b. Memadukan materi agama dengn materi pendidikan budi pekerti
c. Menciptakan kondisi agamis dilingkungan sekolah
Selanjutnya pengajaran agama islam diajarkan sebagai perangkat system yang satu
sama lain saling terkait dan mendukung yang mencakup, guru agama yang tidak under
qualified, tidak mis match tetapi layak dan cocok, adanya kerjasa dengan guru mata
pelajaran lain, profesionalitas pimpinan sekolah, kurikulum yang baik, metode yang
tepat diantaranya metode praktek/role playing, materi pembiasaan, sholat dzuhur
berjamaah. Prosesnya dalam suasana pembelajaran yang aktif dan dinamis serta
konsisten dengan program dan target pembelajaran, hasilnya output yang berkualitas
dalam kognitif, afektif dan psikomotorik dan pluralis pada lembaga pendidikkan islam
yang harus tercermin dalam kurikulum dan proses pendidikkan guna mewujudkan cita
cita umat islam Indonesia menjadi ulama yang cendikia yang ulama

3.Madrasah
Madrasah berasal dari akar kata darassa yaitu belajar sedangkan madrasah berarti
tempat belajar atau sekolah formal. Madrasah menurut orang awam adalah lembaga
pendidikan tingkat dasar dan menengah yang mengajarkan agam islam saja. Perpaduan
antara agama ilmu islam dan ilmu umum maupun ilmu berbasis ajaran islam.

412
Tantangan Pendidikan Madrasah Diera Globalisasi
Ida Rosidah NIM : 4103810318019

Madrasah indonesia sepenuhnya merupakan usaha penyesuaian atas tradisi


persekolahan yang dikembangkan pemerintah hindia belanda dengan struktur dan
mekanisme hampir sama dan sekilas marsah merupakan bentuk lain dari sekolah
dengan muatan dan corak keislaman
Kemunculan dan perkembangan madrasah tidak bisa dilepaskan dari gerakan
pembaharuan islam diawali oleh usaha sejumlah tokoh intelektual agama kemudian
dikembangkan oleh organisasi organisasi islam baik dijawa, disumatra maupun
dikalimantan.

4. Klasifikasi madrasah
Seiring perkembangan pendidikkan , madrasah senantiasa meningkatkan kualitas
dengan memiliki keunggulan dan memadukan pengajaran pendidikkan, serta moralitas
luhur pengajran bahasa asing ilmu umum dan agama yang lain yng dikaji dan
dikemnbangkan secara inovatif. Madrasah jug sama seperti sekolah umum lainnya dan
juga madrsah berstatus
Formal yang ijazahnya pun diikuti oleh Negara dan bisa digunakan untuk
melanjutkan studi kejenjang yang lebih tinggi. Madrasah ini seperti halnya selkolah
pada umunya yang terstruktur dan terorganisasi seperti lem,baga pada umumnya
namun dengan muatan pendidikkan agama yang lebih banyak . Madrasah Aliyah
adalah satuan pendidikan yang menyelengagrakan pendidikkan umum dengan ke
khasan agama islam pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari sekolah
MTS.
Aliyah adalah jenjang yang paling tinggi di madrasah pada tahun ke dua atau kelas
11, seperti halnya siswa SMA maka siswa Ma memilih salah satu dari 4 jurusan yang
ada yaitu IPA, IPS, Dan ilmu ilmu keagamaan islam dan jurusan bahasa. Pada akhir
tahun ke 3 siswa diwajibkan mengikuti ujian nasional, yang akan menentukan
kelulusan siswa , lulusan aliyah pun dapat melanjutkan keperguruan tinggi agama
islam atau perguruan tinggi umum lainnya atau bahkan langsung bekerja, Ma
sebagaimana SMA ada MA umum yang seing dinamakan MA kejuruan dan marasah
aliyah program keterampilan.

413
Tantangan Pendidikan Madrasah Diera Globalisasi
Ida Rosidah NIM : 4103810318019

BAB III
PEMBAHASAN

A. Madrasah dan Pendidikan Nasional


1. Peranan Madrasah dalam Pendidikan Nasional
Madrasah dalam wacana kehidupan manusia Indonesia merupakan fenomena
budaya yang telah berusia satu abad lebih. Bukan suattu hal yang berlebihan jika
madrasah telah menjadi salah satu wujud identitas budaya Indonesia yang dengan
sendirinya menjalani proses sosialisasi yang relatif intensif. Indikasinya kenyataan nya
bahwa wujud idwentitas kepustakaan mencatatat perubahan perubahan pemikiran islam.
Madrasah sebagai salah satu lembaga pendidikan islam yang memiliki perjalanan sejarah
tersendiri, yang tumbuh dan berkembang seiring dengan pertumbuhan perkembangan
penyebaran islam. Bukanlah suatu kebetulan jika lima ayat pertama diwahyukan Alloh
SWT kepada Nabi Muhammad SAW dalam surat al-alaq, dimulai dengan perintah
membaca iqro. Disamping itu pesan pesan al quran dalam hubungannya dengan
pendidikan pun dapat dijumpai dalam berbagai ayat dan surat dengan anerka ungkapan
pernyataan dan kisah. Lebih khusus lagi kata ilm dan derivasinya digunakan paling
dominan dalam al quran untuk menunjukkan perhatian islam yang luar biasa terhadap
pendidikan. Peradaban islamsejak awal telah menunjukkan prestasi yang sangat berarti
dalam bidang keilmuwan dan pendidikkan. Bahkan pada masa permulaan penyiaran
islam, Muhammmad sendiri menggunakan pendekatan pendidikkan, bukan pemaksaan
untuk mengajarkan agama islam. Besarnya perhatian muhammad terhadap pendidikkan
juga terlihat ketika ia memutuskan pembebasan tahanan non muslim dengan syarat yang
bersangkutan terlebih dahulu mengajarkan tulis dan baca kepada orang orang muslim
yang masih buta huruf. Dalam perkembangannya kemudian, mesjid yang pada dasranya
berfungsi sebagai tempat ibadah, justru menjadi tempat pendidikkan yang menonjol pada
dua abad pertama sejarah peradaban islam dimana tradisi ini terus berlanjut berkembang
khususnya pada masa keemasan peradaban islam dengan pendirian pendirian lembaga
lembaga pendidikan yang bervariasi, sampai dengan madrasah. Lembaga lembaga
tersebut diakui oleh banyak kalangan sebagai lembaga pendidikkan islam yang member
sumbangan penting bagi perkembangan tradisi college dan universitas modern di barat.
Dari aspek bahasa istilah madrasah merupakan isi makna nama tempat, berasal dari kata

414
Tantangan Pendidikan Madrasah Diera Globalisasi
Ida Rosidah NIM : 4103810318019

darrasa yang bermakna tempat orang belajar, dari pengertian bahasa ini, kemudian
berkembang menjadi sebagai lembaga pendidikkan yang bernuansa agama islam.
Kehadiran madrasah diindonesia sebagai lembaga pendidikan, islam. Sebagai lembaga
pendidikkan, madrasah aliyah diindonesia memiliki karakteristik (keunikan ) tersendiri
yaitu: pertama, jumlah terbesar madarasah adalah milik swasta. Kedua, lokasi madrsah
yang biasa berada dipinggiran , pedesaan, dan dfaerah terpencil, karena sesuai dengan
sejarah madrasah berasal lahir dari inisiatif masyarakat, mengirimkan anak anaknya
kesekolah yang jauh letaknya dan terkadang mahal bayarannya. Selain itu karena factor
ekonomi yang mengharuskan anak anak membantu orang tua mencari nafkah dan
madrasah member alternative masuk sore. Ketiga, keunikannya lainnya adalah
keanekaragaman madrasah baik dari jenis pendidikan penyebaran maupun kualitasnya.
Keempat, karakteristik lain yang ada pada madrasah secara formal adalah kurikulum
agama yang lebih banyak dibanding dengan pelajaran agama yang ada disekolah umum.
Terkait dengan problem yang dihadapi madrasah sebagai lembaga pendidikan agama
islam terdapat beberapa problem madrasah yang sesungguhnya juga problem yang
dihadapi pada umumnya pendidikkan diindonesia. Beberapa problem itu diantaranya
menurut Zainudin sardar,
a. Keterbatasan sarana dan prasarana penunjang kegiatan pendidikkan,
b. Kualitas guru madrasah masih memprihatinkan, terutama profesionalitasnya
c. kesejahteraan guru madrasah masih rendah rendah
d. Pemerataan kesempatan pendidikkan, terutama pada marsah yang memiliki kualitas
masih kurang
e. Relevansi pendidikan dengan kebutuhan masih rendah
Jika memperhatikan beberapa problem yang dihadapi madrsah sebagai lembaga
pendidikkan tampaknya masih jauh dari harapan masyarakat sebagai lembaga pendidikan
tampaknya masih jauh dari harapan masyarakat sebagai lembaga pendidikan alternative
dalam member tingkat keimanan dan ketakwaan yang mendalam serta memiliki
keluhuran akhlak sehingga siswa tangguh dalam menghadapi tantangan kehidupan
dieraglobalisasi. Alam pendidksan nasional, lembaga pendidikan madrasah diakui dalam
jalur pendidikkan. Hal ini sangat berarti dalam menghapus kesenjangan antara lembaga
pendidikan madrasah dengan lembaga pendidikan sekolah sebagaimana terjadi pada masa
masa lalu. Dengan keadaan ini, pendidikkan madrasah menggunakan kuirikulum yang

415
Tantangan Pendidikan Madrasah Diera Globalisasi
Ida Rosidah NIM : 4103810318019

sama dengan kuirikulum sekolah yang berarti lulusan madrasah memiliki hak dan
kesempatan yang sama dengan kelulusan madrasah, persamaan status ini tidak beraati
menghilangkan identitas dan watak keislaman dari lembaga pendidikan madrasah karena
tetap mengembangkan kakuatan dan cirri keagamaannya dengan ketentuan dalam system
pendidikkan nasional. Terdapat beberapa usulan yang dinilai perlu dilakukan dalam
pengembangan madrasah menghadapi era globalisasi yaitu:
a. Merumuskan gambaran tentang visi madrasah dalam era globalisasi
b. Perlu peningkatan kualitas guru untuk mendukung visi madrasah
Selain pengkualitasan madrasah, keingin terbesar diakui bahwa guru madrasah
sebagian manusia yang handal, terutama kualitas gurunya. Diakui bahwa guru
madrasah sebagian masih ada yang mengajar tidak sesuai dengan pendidikkan yg
diterimanya, bahkan masih belum sesuai dengan tu ntutan Undang undang Nomor
14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Kualitas guru madrasahyang rendah dapat
dilihat pula pada beberapa aspek, yaitu : 1). Tidak menguasai terhadap subject matter
dengan baik. 2). Kurangnya guru menguasai metodologi pengajaran yang efektif. 3).
Kurang menguasaialat dan bhan pembelajaran. 4). Aspek guru madrasah yang ada
latar belakang pendidikan agama dan sisanya sedikit guru berlatar belakang umum
c. Diperlukan review terhadap kurikulum yang mengarah pada perubahan tuntutan
masyarakat global dengan mempertahankan kearifan nasional, dan internasional.
Dalam kaitan ini diperlukan penguatan pembelajaran sains dan pengembangan
vocational skill yang berbasis teknologi
d. Diperlukan madrsah yang memilikki kelas internasional dan madrash internasional
sebagai model madrasah masa depan dengan tetap mempertahankan ke khasan
madrasah
e. Dukungan saran dan prasarana yang memungkinkan peserta didik dapat
berkembang secara optimal tidak bisa diabaikan dalam mendukung kegiatan
madrasah yang lebih kompetitif, seperti dukungan laboratorium, multi media, dan
sarana praktikum
f. Perlu jaminan mutu pendidikkan. Madrasah perlu mengembangkan standar kinerja
pendidikkan yang memebuhi tuntutan keunggulan kompetitif dan komperatif dalam
konteks nasional bahkan internasional

416
Tantangan Pendidikan Madrasah Diera Globalisasi
Ida Rosidah NIM : 4103810318019

g. Perlu pengembangan pembelajaran yang berpusat pada siswa atau student center
learning, sehingga siswa madrasah memilikikemauan inisiatif dan kompetitif yang
pada gilirannya mereka bisa bersaing
h. Profesiionalisme Kepala madrasah perlu mendapat perhatian yang serius. Sebagai
seorang pemimpin pendidikan pada tingkat madrasah memiliki peranan yang sangat
strategis terutama dalam mewujudkan visi misinya, pada sisi lain, kewenangan
yang otonom pada dirinya sangat memerlukan kemampuan manajerial

2. Kinerja Madrasah
Kinerja madrasah atau yang lebih jelasnya adalah manajemen yang diartikan
sebagai administrasi, dan pengelolaan bahkan diberbagai literattur dalam fungsi
pokoknya seringkali keduanya mempunyai fungsi yang sama, Manajemen pendidikan
mengandung arti sebagai suatu proses kerja sama yang sistematik. Dalam rangka
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Istilah manajemen maka tidak mungkin tujuan
pendidikan dapat diwujudkan secara optimal, efeiktif dan efesien. Adapun pokok dari
manajemen atau pengelolaan antara lain : perencanaan, Implementasi, pengawasan,
pembiayaan

3. Karakteristik Manajemen Madrasah


Karakteristik manajemen madrasah dapat diketahui antara lain dari bagaimana
madrasah dapat mengoptimalkan kinerjanya, proses pembelajaran, pengelolaan sumber
belajar, profesionalisme tenaga pendidikan serta system administrasi secara keseluruhan.
Manajemen madrasah bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, mutu dan pemerataan
pendidikkan. Peningkatan efisiensi, antara lain diperoleh melalui kelulasaan mengelola
sumber daya partisipasi masyarakat dan penyederhanaan birokrasi. Sementara
peningkatan mutu dapat diperoleh antara lain melalui revitalisasi partisipasi orang tua
terhadap madrasah, fleksibilitas pengelolaan madrasah dan pembelajaran, peningkatan
profesionalisme guru dan kepala madrsah ssrta pemberlakuan system hadiah dan
hukuman, peningkatan pemertaan antara lain diperoleh melalui peningkatan partisipasi
masyarakat yang memungkinkan pemerintah lebih berkonsentrasi pada kelompok teentu.
Manfaat yang di dapat dari manajemen madrasah adalah kebebasan dan kewenangan yang
luas pada madrasah, disertai seperangkat tanggung jawab. Dengan otonomi yang

417
Tantangan Pendidikan Madrasah Diera Globalisasi
Ida Rosidah NIM : 4103810318019

memberikan tanggung jawab pengelolaan sumber daya dan pengembangan strategi sesuai
dengan kondisi setempat. Madrasah dapat lebih meningkatkan kesejahteraan guru agar
lebih berkonsentrasi pada tugas utamanya mengajar. Keleluasaan dalam mengelola
sumber daya dan partisipasi masyarakat mendorong profesionalisme kepemimpinan
madrsah. Manajemen madrsah mendorong profesionalisme kepemimpinan madrasah
baik dalam perannya sebagai manajer maupun sebagai pemimpin madrsah, melalui
pengembangan kurikulum yang efektif dan fleksibel, rasa tanggap madrasah terhadap
kebutuhan setempat akan meningkat, dan menjamin layanan pendidikan yang sesuai
dengan tuntutan peserta didik dan masyarakat. Prestasi peserta didik dpat dimaksimalkan
melalui peningkatan partisipasi orang tua karena mereka dapat secara langsung
mengawasi kegiatan belajar anaknya. Adapun karakteristik manajemen madrasah antara
lain
a. Pemberian otonomi luas kepada madrsah, madrasah diberi kekuasaan dan
kewenangan yang luas untuk mengembangkan kurikulum dan pelajaran ssesuai
dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik serta tuntutan masyarakat
b. Partisipasi masyarakat dan orang tua tinggi, orang tua siswa dan masyarakat tidak
hanya mendukung madrasah melalui bantuandan keuangan, tetapi melalui komite
madrasah dan dewan pendidikkan
c. Kepemimpinan yang demokratis dan professional, kepala madrasah dan guru guru
sebagai factor utama penyelenggaraan pendidikan di madrasah merupakan figure
yang memiliki kemampuan dan integritas professional
d. Team work yang kompak dan transparan , keberhasilan program program madrasah
tentunya didukung oleh kinerja tim yang kompak dan transfaran
e. Faktor pendukung keberhasilan manajemen madrasah
Implementasi manajemen madrasah sangat dipengaruhi oleh berbagai factor, baik
factor internal maupun eksternal

418
Tantangan Pendidikan Madrasah Diera Globalisasi
Ida Rosidah NIM : 4103810318019

BAB IV
SIMPULAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal memgenai
Golbalisasi madrasah
Perkembangan zaman mengakibatkan gaya hidup manusia menjadi berubah yang semula
mereka saling membutuhkan menjadi bersikap individualis dan tak perduli dengan orag
lain. Globalisasi selain menghadirkan dampak positif untuk hidup mudah, nyaman,
murah, indah, maju juga mendatangkan dampak negative yaitu menimbulkan keresahan,
penderitaan dan penyesatan. Bagi masyarakat
Madrasah berasal dari akar kata darassa yaitu belajar sedangkan madrasah berarti
tempat belajar atau sekolah formal. Madrasah menurut orang awam adalah lembaga
pendidikan tingkat dasar dan menengah yang mengajarkan agam islam saja.
lulusan aliyah pun dapat melanjutkan keperguruan tinggi agama islam atau perguruan
tinggi umum lainnya atau bahkan langsung bekerja, Ma sebagaimana SMA ada MA
umum yang seing dinamakan MA kejuruan dan marasah aliyah program keterampilan.

B. Saran
Berdasarkaka kesimpulan penelitian maka penulis merekomendasikan berupa saran
sebagai berikut :
Bahwa madrasah aliyah merupakan sekolah formal sama seperti sekolah umum
lainnya yang harus memberikan kualitas pada outputnya, yang menduduki prestasi yang
tinggi agar para lulusannya dapat meneruskan keperguruan tinggi yang terpaforit

419
Tantangan Pendidikan Madrasah Diera Globalisasi
Ida Rosidah NIM : 4103810318019

DAFTAR PUSTAKA

Amirul Bakhri tantangan pendidikkan dierra globalisasi, 2015


Azizy, A. Qodri. Melawan Globalisasi: Interpresi Agama Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2003.
Daulay, A. Haidar Putra. Pemberdayaan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Rineka
Cipta, 2009.
Departeman Agama RI. Kendali Mutu Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Tim Pengadaan
buku, 2001.
Fadjar, Malik. Holistik Pemikiran Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo, 2005.
_________ , Visi Pembaharuan Pendidikan Islam. Jakarta: LP3NI, 1998.
Fatoni, Achmad Nur. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah, STAIN
Tulungagung: Jurnal Ilmiah Tarbiyah, 1997, Vol. 17.
Mastuhi. Memberdayakan Pendidikan Islam. Jakarta: Logos, 1999.
Muhajir, Noeng. Wawasan Teknologik dan Operasionalnya. Yogyakarta:
Makalah Teknologi Pendidikan IAIN Sunan Kalijaga,1996.
Mulyasa, E. 2009. Manajemen Berbasis Madrasah: Konsep, Strategi, dan Implementasi.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Niswah, Choirun. Sejarah Pendidikan Islam (Timur Tengah dan Indonesia). Palembang:
Rafah Press, 2010.
Sardar, Zainuddin. Tantangan Dunia Islam Abad 21. Bandung: Mizan,1998.
Tim Penyusun. Pengantar Studi Islam. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2009.

420
Tantangan Pendidikan Madrasah Diera Globalisasi
Firly Ratna Fauzia NIM : 4103810318007

GURU BAIK vs GURU LEBIH BAIK vs GURU PALING BAIK

Firly Ratna Fauzia, S.Pd.

SEKOLAH PASCA SARJANA UNINUS

ABSTRACT
Teacher is an unique profession with elements of nobility. Not everyone can be
a teacher. Teacher is staying in the forefront line of education. Teacher is the implementer
of curriculum. The main task of teacher is teaching, but along as the time, we are in the
midst of era called revolution industry 4.0 and the impact for education is we are set on
era of education 4.0. Teaching is not only about giving lesson of the subject but truly
human activity.
It is not enough for teacher to be only doing job as the person who do teaching.
The era bring teacher to be able changing with new paradigm and keep updating. And it
is an option for every teacher whether they want to be good teachers, better teachers or
the best teachers in this era.

Keywords: Teacher, Education 4.0

ABSTRAK
Guru adalah profesi unik dan mengandung unsur kemuliaan di dalamnya. Tidak
semua orang mampu menjadi guru. Guru adalah garda terdepan dalam pendidikan.
Guru adalah pelaksana kurikulum. Tugas utama guru adalah mengajar, namun seiring
dengan perkembangan zaman, kita telah berada pada era revolusi industri 4.0 dan
imbasnya pada pendidikan adalah dengan bergulirnya revolusi pendidikan 4.0.
Mengajar kini bukan hanya mengenai pemberian materi pelajaran namun telah menjadi
aktivitas penuh hal manusiawi
Guru tidak cukup hanya dengan menjalankan tugasnya sebagai seorang pengajar.
Era ini membawa guru untuk dapat berubah dengan membawa paradigma baru. Guru
harus selalu siap dengan perubahan zaman dan senantiasa memperbaharui dirinya. Dan
menjadi pilihan untuk setiap guru apakah ingin menjadi guru yang baik, guru yang lebih
baik atau guru yang paling baik di zaman ini

Kata kunci : Guru, Pendidikan 4.0

A. LATAR BELAKANG
Kualitas pendidikan di Indonesia lagi - lagi menjadi sorotan. Peringkat mutu
pendidikan kita dianggap semakin menurun sementara negara - negara serumpun dan
negara tetangga malah menunjukkan indeks keberhasilan peningkatan mutu
pendidikan yang semakin signifikan.

421
Guru Baik Vs Guru Lebih Baik Vs Guru Paling Baik
Firly Ratna Fauzia NIM : 4103810318007

Dan akhirnya guru menjadi isu utama. Guru dituding menjadi penyebab utama
rendahnya kualitas pendidikan.
Walau memang tidak dapat dipungkiri bahwa permasalahan guru di Indonesia
demikian kompleks sehingga walaupun guru adalah garda terdepan pendidikan
namun juga terjebak dalam benang kusut problematika pendidikan.
Profesi guru yang semula hanya dipandang sebagai profesi mulia karena jasa,
sehingga muncul sebutan “Guru adalah Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” kini berganti
menjadi profesi yang semakin diminati karena adanya jaminan materi terlebih setelah
terbitnya kebijakan tentang sertifikasi.
Guru sebagai profesi yang tidak lekang oleh waktu kini telah dihadapkan dengan
era baru yaitu era Pendidikan 4. 0 sebagai imbas dari era revolusi industri 4.0.
Di era ini guru bukan lagi semata menjadi pengajar di kelas, ada tanggung jawab
lebih yang diamanatkan di pundak guru. Karena keberhasilan pendidikan yang pada
akhirnya akan melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas merupakan fondasi
kuat dalam kemajuan negara sesuai yang di amanatkan oleh Tujuan Pendidikan
Nasional.
Yang patut kita renungkan adalah guru dengan tingkat kualitas seperti apa yang
diperlukan bangsa saat ini ?

B. LANDASAN TEORI
1. Guru
Menurut pandangan awam guru adalah seseorang yang mengajar di sekolah.
Namun beberapa ahli memberikan pengertian tentang guru, seperti berikut
ini :
 E. Mulyasa (2003:53)
Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
 Drs. Moh. Uzer Usman (1996:15)
Guru adalah tugas semua orang dan otoritas dalam pendidikan dan
pengajaran di lembaga pendidikan formal.
 Menurut Noor Jamaluddin (1978:1)

422
Guru Baik Vs Guru Lebih Baik Vs Guru Paling Baik
Firly Ratna Fauzia NIM : 4103810318007

Guru adalah pendidik, orang dewasa yang bertanggungjawab untuk


memberikan bimbingan atau bantuan kepada siswa dalam pengembangan tubuh
dan jiwa untuk mampu melaksanakan tugasnya sebagai khalifah Allah di
muka bumi, sebagai makhluk sosial dan individu yang mampu
berdiri sendiri.
 Menurut Wikipedia
Guru adalah Pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.

Guru Profesional
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Muhadjir
Effendy, dalam pidatonya mengenai Hari Guru Nasional 2018 mengemukakan
bahwa setidaknya terdapat tiga ciri yang harus dimiliki oleh guru
Profesional, yaitu :
1. Guru harus memenuhi kompetensi dan keahlian inti sebagai pendidik.
2. Guru hendaknya membangun kesejawatan. Bersama rekan-rekannya, guru
harus terus belajar, mengembangkan diri, dan meningkatkan kecakapan untuk
mengikuti laju perubahan zaman.
3. Guru juga harus mampu merawat jiwa sosialnya, Guru Indonesia adalah para
pejuang pendidikan yang sesungguhnya, yang menjalankan peran, tugas, dan
tanggung jawab mulia sebagai panggilan jiwa.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
pada pasal 10 ayat (1) menyatakan bahwa “Kompetensi guru sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi”.
Karena guru adalah profesi maka kompetensi - kompetensi yang disebutkan di
atas harus dimiliki oleh seorang guru. Kompetensi inilah yang menegaskan bahwa
guru adalah suatu profesi dan tidak semua orang bisa menjadi guru.

Tugas dan Fungsi Guru Menurut Undang - Undang


Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang guru yang menyebutkan
bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas guru dalam Pasal 52 ayat (1)

423
Guru Baik Vs Guru Lebih Baik Vs Guru Paling Baik
Firly Ratna Fauzia NIM : 4103810318007

mencakup kegiatan pokok dalam pembelajaran yaitu merencanakan, melaksanakan,


menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta
melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan tugas pokok.
Dalam penjelasan Pasal 52 ayat (1) huruf (e), yang dimaksud dengan tugas
tambahan, misalnya menjadi pembina pramuka, pembimbing kegiatan karya ilmiah
remaja, dan guru piket.
Menurut Permendiknas Nomor 35 Tahun 2012, tugas utama guru adalah
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan dan melatih, serta menilai, dan
mengevaluasi peserta didik.

2. Pendidikan 4.0
Revolusi industri yang telah berlangsung sejak tahun 1784 dan tidak berhenti
berkembang hingga saat ini. Perubahan-perubahan yang terjadi pada revolusi industri
tidak hanya memberikan dampak pada perkembangan teknologi, tetapi juga telah
mempengaruhi dunia pendidikan secara global. Seperti sebuah lingkaran, revolusi
industri juga merupakan buah hasil dari revolusi pendidikan..
Pendidikan 1.adalah era awal dimulainya proses eksplorasi ilmu dasar dan
pengetahuan, sebagai tahapan pertama dari lahirnya teknologi-teknologi baru untuk
kemudahan hidup manusia. Pendidikan 2.0 mulai menghasilkan berbagai macam
teknologi yang diperlukan oleh manusia. Pendidikan 3.0 melalui alat yang dihasilkan
digunakan untuk banyak memproduksi pengetahuan. Pada era Pendidikan 4.0, di
tengah pesatnya teknologi informasi maka produksi inovasi menjadi sangat penting
khususnya untuk dunia pendidikan.

Langkah - Langkah Strategis Pendidikan 4. 0


Era pendidikan 4. 0 bukanlah sesuatu yang harus dihentikan, dihalangi dan
dilawan. Seorang pendidik harus cepat beradaptasi salah satunya dengan
mempelajari langkah - langkah strategis pendidikan seperti yang dilansir dari
halaman situs pika.ugm berikut ini :
1. Visual Based Learning
Penguatan konsep pembelajaran menggunakan visual audio.
2. Flipped Classroom

424
Guru Baik Vs Guru Lebih Baik Vs Guru Paling Baik
Firly Ratna Fauzia NIM : 4103810318007

Meningkatkan keterlibatan dan capaian peserta didik


3. Student Center Learning
Paradigma baru menjadikan guru adalah fasilitator.
4. Learning Process
Penguatan konsep dengan mendorong siswa terlibat aktif dalam penyelaian
masalah.
5. Outcome Based Learning
Lulusan yang memiliki kompetensi sesuai dengan yang dibutuhkan oleh
pengguna (graduate employability).
6. Co - Working Space
Mendorong siswa untuk membangun jaringan dan bekerja sama.
Guru Indonesia ayo kita bersiap menghadapi era ini !

C. PEMBAHASAN
Selamat ! Anda telah memutuskan menjadi guru.
Lupakan bahwa guru adalah seperti yang anda bayangkan saat anda sekolah
dulu, anda bukan saja seseorang berseragam abu - abu atau coklat dan bersepatu
hitam yang cukup mengajar pelajaran yang ada di buku di depan kelas.
Anda hidup di era Pendidikan 4. 0.
Anda hidup di zaman ketika istilah ‘biasa - biasa saja’ mulai
ditinggalkan, anda harus menjadi guru yang baik, menjadi lebih baik dan
kemudian menjadi yang terbaik.

Guru Baik
Anda adalah seorang guru yang baik ketika anda memutuskan untuk
menempuh pendidikan di sekolah keguruan karena memang anda berniat menjadi
seorang guru, bukan karena paksaan lingkungan dan orang tua atau bukan karena
anda gagal mendaftar di universitas dengan passing grade yang tinggi.
Anda adalah seorang guru yang baik ketika anda mengajar sesuai dengan
kompetensi yang anda miliki (linier) dan masuk ke lembaga sekolah tempat anda
mengajar dengan bangga.

425
Guru Baik Vs Guru Lebih Baik Vs Guru Paling Baik
Firly Ratna Fauzia NIM : 4103810318007

Guru yang baik akan senantiasa menjaga kesehatannya dengan tujuan agar selalu
hadir di sekolah, guru yang baik akan memprioritaskan tugasnya sebagai guru dan
menghindari hal - hal tidak perlu yang dapat merusak fokus pada pekerjaan. Jikapun
berhalangan hadir di sekolah, atasan maupun rekan kerjanya akan langsung tahu
bahwa hanya hal sangat mendesak dan beratlah yang membuat guru tersebut tidak
hadir mengajar.
Guru yang baik akan senantiasa menjaga hubungan dengan atasan dan rekan
kerja dengan menjaga kesopanan dan menjaga tutur bahasa baik saat berada di
lembaga, luar lembaga atau di media sosial. Guru yang baik juga menjalin
komunikasi dengan orang tua agar pekerjaan rumah yang diberikan kepada siswa
benar - benar dikerjakan.
Guru yang baik senantiasa menjaga diri agar murid - muridnya dapat
menjadikannya teladan yang patut dihormati.
Guru yang baik akan mempersiapkan pengajaran dengan baik sehingga peserta
didik mendapatkan nilai yang baik pula.
Guru yang baik akan menerima berbagai perubahan aturan dan kebijakan,
contohnya perubahan kurikulum, walaupun tertatih - tatih namun bersedia mengikuti
perubahan tersebut. Guru yang baik juga mengetahui perubahan teknologi dan
informasi.
Silahkan evaluasi diri anda, ketika anda sudah yakin telah menjadi guru yang
baik, mari siapkan diri anda untuk menjadi guru yang lebih baik.

Guru Lebih Baik


Bagaimana menjadi guru yang lebih di era serba digital saat ini ?
Mulailah dari pertanyaan sederhana, apa yang anda lakukan ketika siswa anda
ribut di kelas, mungkin anda masih menggunakan paradigma lama dengan cara
mengatasinya menggunakan mekanisme penegakkan harga diri, yaitu menegur,
marah dan mendisiplinkan siswa. Sayangnya hal semacam itu sudah tidak relvan lagi
di zaman ini. Anda harus mengevaluasi diri sehingga anda dapat menemukan
mengapa kelas anda ribut.

426
Guru Baik Vs Guru Lebih Baik Vs Guru Paling Baik
Firly Ratna Fauzia NIM : 4103810318007

Guru yang lebih baik menyadari bahwa esensi pendidikan itu membuat orang
menjadi lebih baik dan berperilaku terpuji. Guru yang lebih baik tidak akan menjadi
seorang monoton dalam rutinitas mengajar.
Guru yang lebih baik mau berubah.
Guru yang lebih baik mampu merendahkan hati dengan melakukan identifikasi
gaya belajar siswa, bukannya memaksakan selera dan gaya pribadi kemudian
memukul rata gaya belajar siswa.
Guru yang lebih baik memiliki gaya mengajar yang menyesuaikan diri dengan
gaja belajar murid dan mendorong terciptanya murid belajar bukan guru mengajar.
Guru yang lebih baik akan memiliki mindset atau pola pikir untuk beradaptasi
dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam pembelajaran.
Era digital menjadi era untuk guru yang lebih baik agar mau terus belajar dan
memanfaatkan ilmunya demi sepenuhnya kebutuhan belajar murid.
Guru yang lebih baik harus harus siap menjalankan model cyber pembelajaran
bukan sekedar mengetahu dan mengenal saja.
Di era Pendidikan 4. 0 guru yang lebih baik adalah guru yang mampu
menciptakan suasanan kreatif dan senantiasa inovatif. Sikap inovatif ini akan makin
memperkuat kemampuan profesional guru untuk mengantarkan guru menjadi lebih
baik, untuk itu menurut Profesor Idochi diperlukan tujuh cara belajar guna
mendorong guru bersikaf inovatif serta dapat dan mau melakukan inovasi, ketujuh
pelajaran itu adalah sebagai berikut :
1. Belajar seperti kupu-kupu
2. Belajar keindahan dunia dan indahnya jadi pendidik
3. Belajar mulai dari yang sederhana dan konkrit
4. Belajar rotasi kehidupan
5. Belajar koordinasi dengan orang profesional
6. Belajar ke luar dengan kesatuan fikiran
7. Belajar Kreatif
Guru yang lebih baik tidak hanya menjelaskan pelajaran dengan baik tapi juga
mampu mendemonstrasikannya, inilah mengapa guru harus selalu belajar. Seperti
pepatah mengatakan, “who dares to teach must never cease to learn”, ketika anda
mengajar berarti anda harus selalu belajar. Karena mengajar adalah cara terbaik untuk
belajar.

427
Guru Baik Vs Guru Lebih Baik Vs Guru Paling Baik
Firly Ratna Fauzia NIM : 4103810318007

Di era Pendidikan 4. 0, guru tidak hanya mengajarkan tentang tujuan hidup tapi
juga harus menginspirasi siswa, berarti selain teladan kesopansantunan anda juga
harus menjadi tauladan dalam integritas, lotalitas dan kerja keras.
Guru harus bersikap jujur agar dapat dipercaya, dan yang paling utama adalah
anda harus meletakkan fondasi kuat melalui pembelajaran bermakna terhadap
kemampuan anak dan kompetensi yang harus dimilikinya dalam menghadapi
kehidupan pasca pendidikan formal.
Mengutip dari Mario Teguh (2009), “Jika anda ingin menjadi pemimpin dari
proses pembentukan pribadi - pribadi murid yang super, anda harus menjadikan diri
anda memikat perhatian mereka, dan membangun kualitas yang mengundang mereka
untuk menyerahkan kepemimpinan pertumbuhan mereka dengan ikhlas kepada anda”.

Guru Paling Baik


Siapkah anda menjadi guru terbaik di era Pendidikan 4. 0 ?
Ternyata untuk menjadi yang terbaik di masa dimana segala terhubung secara
cyber, dimana informasi dan teknologi adalah kebutuhan primer manusia, dimana
komunikasi dapat terjalin dari ujung dunia yang satu ke belahan dunia yang lain, ialah
dengan menyadari untuk kembali ke fitrah.
Guru terbaik tahu bahwa fitrah manusia adalah khalifah di muka bumi ini Guru
terbaik bekerja menyiapkan kalifah - kalifah penerus untuk kemudian diminta
pertanggungjawabannya di akhirat nanti.
Guru terbaik mampu meresepai kearifan lokal yang lebih dulu membahas
tentang menjadi guru terbaik jauh melampaui ketika dunia kini hanya terasa selebar
layar.
Guru terbaik mempu menghargai dan menteladani pahlawan - pahlawan
pendidikan bangsa telah memberi fondasi terhadap keluhuran pendidikan Indonesia.
Sam Ratulangi hidup dengan tujuan untuk memanusiakan orang lain (si tou timou
tumou tou), Ki Hajar Dewantara mengajarkan niteni, nirokke dan nambahi yang
artinya mencari hal yang relevan dengan kebutuhan manajemen insani kemudian
meniru segala sesuatu yang kontekstual dan kemudian memperkaya dengan kondisi
spesifik bangsa.

428
Guru Baik Vs Guru Lebih Baik Vs Guru Paling Baik
Firly Ratna Fauzia NIM : 4103810318007

Guru terbaik mengajarkan kecakapan dan ketrampilan hidup karena sesuai


amanat salah seorang guru Indonesia, Sumardianta (2009). Delapan puluh persen
keberhasilan siswa itu lebih ditentukan oleh soft skills atau kecakapan hidup dalam
berelasi dengan sesamanya.

D. SIMPULAN
Menjadi guru yang baik, kemudian berusaha menjadi lebih baik agar kemudian
menjadi yang terbaik adalah suatu amanat yang mulia.
Sesuai dengan hadist dari Sayyidina Ali bin abi Thalib yaitu : “Didiklah anakmu
sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup bukan di zamanmu”.
Di era Pendidikan 4.0. anak harus dididik untuk mampu bersikap kreatif dan
inovatif walaupun segala sesuatu dapat didapat di layar kaca perangkat teknologi
namun anak harus mampu berfikir out of the box, keluar dari layar dan berimajinasi
seluas cakrawala.
Era Pendidikan sarat dengan informasi yang menghujani dari langit dunia maya
namun akar pengetahuan haruslah tetap bersumber dari Al Quran dan Sunah.
Dan dapat disimpulkan bahwa tugas utama guru terbaik di era Pendidikan 4.0
adalah agar murid meyakini bahwa Allah SWT Mahahalus dan Mahamengawasi
karena ilmu Allah meliputi segala sesuatu yang tersembunyi dan ilmu Allah meliputi
segala sesuatu di langit dan di bumi.
Dengan keyakinan ini guru akan mampu menciptakan siswa pandai ilmu
pengetahuan, kreatif dan inovatif berlandaskan pada kemanfaatan untuk umat,
istiqomah terhadap kebaikan dan terhindar dari jiwa yang haus dan kosong karena
gerusan zaman.

429
Guru Baik Vs Guru Lebih Baik Vs Guru Paling Baik
Firly Ratna Fauzia NIM : 4103810318007

DAFTAR PUSTAKA

www.kemendikbud.go.id
https://pika.ugm.ac.id

www.silabus.org
Sumardianta, J. 2013. Guru Gokil Murid Unyu. Yogyakarta : Bentang
Teguh, Mario. 2009. Guru Super Indonesia. Jakarta : Mario Teguh Publishing House
Yushuf, Isham. 2011. 60 Wasiat Rasul untuk Orangtua dalam Mendidik Anak. Bandung
: Salamadina

430
Guru Baik Vs Guru Lebih Baik Vs Guru Paling Baik

Anda mungkin juga menyukai