Anda di halaman 1dari 49

NURSING ENTREPRENEUR

KAITAN KONSEP NURSING DENGAN ENTREPRENEUR (NURSEPRENEUR)


1. PENGERTIAN KEPERAWATAN (NURSING)
Salah satu definisi Keperawatan menurut Virginia Henderson : Fungsi unik dari perawat
adalah membantu individu baik sehat maupun sakit dalam melaksanakan kegiatan yang
menunjang kesehatan serta penyembuhan atau membimbing klien agar meninggal dunia
dengan tenang. Segala yang dilakukan perawat adalah untuk membantu meningkatkan dan
menumbuhkan kemauan, kekuatan dan pengetahuan agar tidak bergantung pada bantuan
orang lain.
Kata kunci dari definisi tersebut adalah menumbuhkan kemauan, kekuatan dan pengetahuan
agar tidak bergantung pada bantuan orang lain. Pentingnya kemandirian klien agar klien
tersebut tidak menjadi beban. Klien harus menjadi bagian dari solusi bukan menjadi bagian
dari masalah keluarganya.

Masalah kesehatan muncul salah satunya dari ketidak mandirian klien secara finansial.
Sebagai illustrasi pada saat bimbingan profesi perawatan jiwa masyarakat di suatu wilayah
di Bandung, penulis menemukan kasus sebagai berikut;
Kepala keluarga tinggal di rumah kontrakan 4×4 meter. Mata pencaharian menarik becak.
Kontrakan sudah habis dan harus segera dibayar. Listrik Belum dibayar, rumah bocor,
Persediaan beras di rumah sudah kosong. Anak yang paling kecil menjadi pengamen. Anak
kedua terlibat tawuran dan minuman keras. Klien tersebut mengalami TBC khronis dan
muntah darah. Istrinya menjadi tukang cuci pakaian tetangga, iapun sudah mulai mengeluh
batuk dan sulit tidur.

Bila perawat melakukan asuhan klien di atas, maka tidak ada ilmu yang paling relevan
digunakan perawat selain ilmu tentang perubahan behavior dengan jiwa entreprenueur, karena
akar masalahnya adalah uang dan kepribadian. Bila faktor genetik dan takdir yang menjadi
masalah, maka kuncinya adalah merubah DNA nya dengan metoda re-change your DNA yang
digagas Rhenald Kasali. Mungkinkah DNA dirubah?, menurut Kazuo Murakami, ahli genetika
terkemuka dunia, pemenang max Planck research Award dan Japan Academi Prize dalam diri
orang miskin ada gen kaya yang sedang tidur (dormant) dan perlu dibangkitkan(2). Gen tidur
bisa juga dalam bentuk gen kanker atau gen penyakit lain yang mengancam. Jadi ada dormant
posistif yang menguntungkan dan dormant negatif yang merugikan. Melalui penelitian
genetika selama lebih dari 40 tahun, Murakami menemukan bahwa kita bisa mengkondisikan
tombol gen kita meng ”on”-kan gen positif dan meng”off”-kan gen negatif. Stimulusnya bisa
dari lingkungan. Lingkungan paling dekat dengan klien adalah perawat. Perawatlah yang dapat
memberi stimulus agar klien menjadi kaya. Dapat memenuhi kebutuhannya, tidak tergantung
pada orang lain. Bukan rahasia, ada ribuan keluarga yang bernasib sama dengan klien di atas
di Indonesia. Kenyataannnya tidak bisa diselesaikan langsung oleh perawat. Karena perawat
bukan dewa atau sinterclas. Perawat perlu membekali diri agar cerdas secara finansial, menjadi
bagian dari solusi dan bermanfaat untuk orang banyak. Gen dormant klien harus dibangkitkan
oleh perawat. Melalui stimulus berupa dorongan, nasehat, ajakan, berupaya sebagai role model,
Stimulasi tersebut akan efefktif bila perawat sendiri memiliki jiwa entrepreneur dan telah
membangkitkan gen tidur dalam dirinya. Dengan demikian sangat penting menggali wacana
ke arah kaitan konsep nursing dengan entrepreneur (nursepreneur).

Gambar x. Gambar gen diatas menunjukan gen kanker yang dibangunkan


di bawah menunjukan gen dorman
Sebagi ilustrasi tentang keajaiban stimulasi gen dorman ini mungkin bisa dijelaskan dengan
pendekatan ilmu pertanian. Pernahkah Anda mendengar tentang pohon tomat yang setiap
batangnya menghasilkan dua belas ribu buah tomat?. Pohon-pohon ini pernah dipamerkan
dalam Pameran Sains and Technology Tsukuba pada 1985. Banyak orang yang menganggap
bahwa pohon-pohon ini adalah hasil dari bioteknologi, tetapi sesungguhnya mereka dihasilkan
dari biji sebuah varietas tomat biasa yang biasanya hanya akan menghasilkan dua puluh atau
tiga puluh buah tomat. Jika bukan bioteknologi, lalu apa rahasianya?.

Pohon-pohon itu dikembangbiakkan dengan metode hidroponik menggunakan sinar matahari


dan air yang diperkaya dengan nutrisi. Satu-satunya perbedaan adalah bahwa pohon-pohon
tersebut ditumbuhkan di air dan bukan di tanah. Pada umumnya, tanah sangatlah penting untuk
pembiakan tanaman. Tanaman mengirimkan akarnya ke dalam tanah untuk menyerap nutrisi
dan kelembapan yang diperlukan untuk tumbuh. Tentu saja, tanaman juga memerlukan sinar
matahari dan udara, tetapi tanah selalu dianggap sebagai salah satu aspek terpenting dalam
bercocok tanam.

Namun, seorang ahli agronomi, Shigeo Nozawa, beranggapan bahwa hal yang sebaliknyalah
yang benar. Dengan keyakinan bahwa kemampuan sebuah tanaman untuk tumbuh justru
dihalangi oleh kenyataan bahwa akar-akar tanaman tersebut tumbuh di dalam tanah, ia pun
menumbuhkan tanaman di air, untuk melepaskan akar-akar dari kurungannya dan
membiarkannya dengan bebas menyerap pemberian alam. Hal ini dikenal dengan metode
hidroponik, dan hasilnya adalah pohon tomat yang menghasilkan seribu kali Iipat buah
daripada pohon konvensional.

Nozawa dapat melihat kehidupan dari sudut pandang pohon tomat. Dari hal ini, kita dapat
melihat bahwa bahkan tomatpun memiliki potensi jauh lebih besar daripada yang dapat kita
keluarkan Murakami (2007). Bayangkan. Jika filosofi Nozawa telah membantu tanaman
menyadari potensi mereka, apakah yang akan terjadi jika kita menerapkan filosofi ini pada
manusia?. Walaupun kita berjuang untuk membangun potensi kita, kita terus terperangkap
dalam batasan yang kita terapkan pada diri sendiri. Jika perawat atau dokter berkata, “Apakah
mungkin bapak bisa membayar pengobatannya?, resep ini mungkin terlalau mahal bagi bapak,
obat generic ini mungkin sangat cocok bagai bapak yang secara ekonomi di bawah rata-rata!”
Batasan yang kita terapkan pada diri sendiri dan klien kita hampir selalu didasari oleh
perbandingan dengan orang lain. Ini adalah sebuah sudut pandang yang sangat sempit. Tetapi,
kita masih yakin bahwa batasan-batasan ini ada, dan kita memandang pengalaman dan
pengetahuan kita sebagai sesuatu yang absolut. Sungguh suatu perspektif yang sangat sempit.
Nozawa menjelaskan bagaimana ia mendapat ide untuk memproduksi tomat raksasa:
“Tumbuh-tumbuhan yang kita lihat di sekitar kita hanya menunjukkan potensi yang terbatas
sebagai reaksi dari kondisi tertentu. Saya mulai meneliti kondisi apa saja yang mencegah
mereka menyadari potensi yang lebih besar. Saya pun mengambil kesimpulan bahwa tanah
adalah salah satu dari hambatan mereka.” Menurut jalan pikiran konvensional, tanah sangatlah
penting untuk pertumbuhan tumbuhan, tetapi Nozawa membalikkan ide ini. Nozawa
menyimpulkan bahwa jika halangan-halangan ini dihilangkan, efisiensi fotosintesis akan lebih
baik dan pertumbuhan tanaman pun akan meningkat. Teorinya itu terbukti dengan peningkatan
panen seribu kali lipat pada pohon-pohon tomatnya.
Manusia pun sama halnya. Jika kita menghilangkan semua hambatan dan menyediakan
Iingkungan yang sesuai, potensi kita untuk berkembang akan tidak terbatas. Jika tomat dapat
mencapai peningkatan potensi seribu kali lipat, maka bukan tidak realistis untuk mengharapkan
peningkatan kemampuan yang lebih besar pada manusia, yang merupakan organisme yang
lebih kompleks. “manusia pasti memiliki potensi yang lebih besar.”
Berapa banyak orang di dunia yang menyalahkan kelemahan mereka, seperti kurang memiliki
keahlian olahraga, atau menyalahkan orangtua mereka. Memang benar bahwa keturunan
memengaruhi karakteristik dan kemampuan setiap individu. Tetapi, walaupun sifat-sifat ini
diwariskan secara genetik, gen kita juga dilengkapi dengan suatu tombol nyala/padam yang
dapat mengubah fungsi gen tersebut. Contohnya, olahraga secara teratur akan menyalakan gen
yang bermanfaat yang berakibat meningkatnya kekuatan otot dan kesehatan, dan pada saat
yang sama juga memadamkan gen yang merugikan.

Lingkungan juga dapat memicu mekanisme nyala/padam ini. Namun, yang lebih luar biasa
adalah kenyataan bahwa mekanisme nyala/padam tersebut dapat dipicu oleh sikap mental.
Penelitian di masa kini menunjukkan bahwa cara berpikir dapat mengaktifkan gen kita. Sebuah
eksperimen yang baru-baru ini dilakukan Kazuo dkk. menemukan bahwa kita dapat
menurunkan secara signifikan tingkat gula darah pada penderita diabetes setelah makan.
Selanjutnya ditemukan pula bahwa gen-gen tertentu dapat teraktivasi oleh perasaan bahagia,
dan membuktikan untuk pertama kali bahwa berpikir positif dapat memicu tombol
positif genetic dormant. Dengan mempelajari bagaimana mengaktifkan gen positif dan
menonaktifkan gen negatif kita, terbuka kemungkinan tak terbatas untuk mengembangkan
potensi kemampuan finansial manusia.

Faye Glenn Abdellah, mendefinisikan perawatan sebagai berikut: Perawatan adalah


memberikan pelayanan kepada individu keluarga dan masyarakat yang didasari oleh ilmu seni,
sikap dan kemampuan intelektual serta keterampilan. Perawat berupaya dengan hasrat dan
kemampuannya untuk menolong seseorang yang sakit maupun yang sehat. Abdellah
memperhatikan gambaran perawat melalui intelegensi, kemampuan dan tehnik yang baik
dalam memberikan pertolongan kepada kliennya.
Abdellah mengklasifikasikan 21 tipe masalah keperawatan, yang dirangkum dalam 3 pola :
1. Kebutuhan, fisik, sosial dan emosional pasien
2. Hubungan interpersonal antara perawat dan pasien
3. Unsur biasa dari perawatan pasien yang menyangkut lingkungan fisik.

Fokus penting dari keperawatan menurut Abdellah adalah perawat harus menciptakaan atau
memelihara lingkungan terapeutik. Abdellah juga mengatakan bahwa bila reaksi perawat
terhadap klien bersikap bermusuhan atau negative maka keseluruhan lingkungan klien akan
terpengaruh menjadi menjadi negatif juga.

Suasana emosional perawat akan mempengaruhi suasana emosional klien. Suasana emosional
klien akan mempengaruhi kekebalan tubuhnya. Kekebalan tubuh akan mempengaruhi
penyembuhannya. Suasana emosional perawat dapat terpengaruh oleh kondisi keuangan
perawat. Perawat-perawat yang kurang cerdas secara finansial cenderung lebih emosional,
reaktif dan menyalahkan lingkungan. Ciri-ciri perawat ini adalah kebutuhan dasarnya sendiri
belum terpenuhi secara optimal, tidak punya tabungan, tidak adanya asset yang dimiliki, sering
bertengkar tentang masalah-masalah kecil yang sebenarnya mempertengkarkan gaji, honor,
komisi atau sejenisnya. Akibatnya energinya akan ditransfer pada lingkungan dan pada
kliennya. Menurut prof. Arphon ahli holistic care, setiap perawat memancarkan aura pada
lingkungannya. Lingkungan akan merasakan apakah kehadiran perawat menyebabkan lebih
tenang, lebih termotivasi atau makin cemas. Aura perawat yang buruk biasanya mencerminkan
karakter perawat tersebut, dimana secara psikologis klien tidak tenang berdekatan dengan tipe
perawat tersebut. Contoh perawat yang memiliki aura buruk seperti perawat pemarah,
pendendam, otoriter, sombong tidak empati dan kurang toleran.

Suasana emosional perawat


Aura perawat yang memilki kecerdasan finansial
Mempengaruhi suasana emosional pasien
Mempengaruhi kekebalan tubuh klien
Mempengaruhi proses penyembuhan klien

kebutuhan dasar perawat terpenuhi


Gambar 1. Kaitan ilmu keperawatan dengan entrepereneur yang dilandasai teori model
keperawatan Glen Faye Abdellah. Aura perawat yang memiliki kecerdasan finansial
memberikan efek penyembuhan klien.

Hubungan interpersonal perawat klien dapat mengalami hambatan komunikasi. Perawat


yang memiliki aura buruk biasanya mengalami countertransferencedalam dirinya. Bentuk-
bentuk countertransference adalah: tidak mampu berempati terhadap klien, perasaan
tertekan selama/setelah proses, tidak bijaksana dalam membuat membuat kontrak dengan
klien, terlambat atau terlalu lama, Klien dan perawat dalam “mood” yang kurang baik,
Marah dan tidak sabar karena klien tidak mau berubah, aura perawat dalam memenuhi
kebutuhan fisik, sosial dan emosional klien sangat penting.

Gambar X.
Prof. Arphon dengan perawat Indonesia mentransfer Aura positif pada klien
di Bangkok hospital Thailand.

Marilah kita tinjau Teori Model keperawatan menurut Imogene M. King. Kerangka ini dikenal
sebagai kerangka sistem terbuka. Asumsi yang mendasari kerangaka ini adalah Pertama,
asuhan keperawatan berfokus pada manusia termasuk berbagai hal yang mempengaruhi
kesehatan seseorang. Kedua, tujuan asuhan keperawatan adalah kesehatan bagi individu,
kelompok dan masyarakat. Ketiga, manusia selalu berinteraksi secara konstan terhadap
lingkungan.
Dalam kerangaka konsep ini terdapat 3 sistem yang saling berinteraksi dan saling
berhubungan. Pertama, kepribadian (personal system). Setiap individu mempunyai sistem
kepribadian tertentu. Kepribadian seseorang dipengaruhi oleh persepsi, konsep diri,
pertumbuhan dan perkembangan, gambaran diri, tempat dan waktu. Kedua, sistim
interpersonal. Sistem interpersonal terbentuk karena hasil interaksi manusia. Konsep ini dapat
berupa interaksi, komunikasi, perjanjian, stress dan peran pendidikan, sistem pekerjaan dan
kelompok sebaya. Menurut king tujuan pemberian asuhan keperawatan dapat tercapai jika
perawat dan pasien saling bekerja sama dalam mengidentifikasi masalah serta menetapkan
tujuan bersama yang hendak dicapai. Faktor utama yang menentukan adalah kepribadian
perawat (personality system).

Setiap orang yang diciptakan Tuhan sudah dilengkapi dengan kepribadian (personal
system). Kepribadian itu sebetulnya adalah anugerah Tuhan yang dilengkapi dengan pengaruh
lingkungan yang kita terima atau kita alami pada masa pertumbuhan kita (5). Ada beberapa
ahli yang beranggapan bahwa segalanya telah diprogram dalam genetik. Beberapa ahli lain
menyatakan bahwa faktor belajar dan lingkungan memegang peranan yang sangat menentukan.
Perpaduan kedua faktor itu dinamakan Anna Anastasia, dimana keduanya membentuk
kepribadian perawat yang akan mempengaruhi perilaku pasien.

John L Holland, seorang praktisi yang mempelajari hubungan antara kepribadian dan minat
pekerjaan, mengemukakan bahwa ada enam tipe atau orientasi kepribadian pada manusia.
1. Tipe realistik .
Menyukai pekerjaan yang sifatnya konkret, yang melibatkan kegiatan sistematis, seperti
mengoperasikan mesin, peralatan. Tipe seperti ini tidak hanya membutuhkan keterampilan,
komunikasi, atau hubungan dengan orang lain, tetapi dia memiliki fisik yang kuat. Bidang
karier yang cocok, yaitu perburuhan, pertanian, barber shop, dan konstruski.
2. Tipe
intelektual/investigative .
Menyukai hal-hal yang teoritis dan konseptual, cenderung pemikir
daripada pelaku tindakan, senang menganalis, dan memahami sesuatu. Biasanya menghindari
hubungan sosial yang akrab. Tipe ini cocok bekerja di laboratorium penelitian, seperti peneliti,
ilmuwan, ahli matematika.
3.Tipe
sosial. Senang
membantu atau bekerja dengan orang lain. Dia menyenangi kegiatan yang melibatkan
kemampuan berkomunikasi dan ketrampilan berhubungan dengan orang lain, tetapi umumnya
kurang dalam kemampuan mekanikal dan sains. Pekerjaan yang sesuai, yaitu guru/pengajar,
konselor, pekerja sosial, guide, dan bartender.
4. Tipe
konvensional. Menyukai
pekerjaan yang terstruktur atau jelas urutannya, mengolah data dengan aturan tertentu.
Pekerjaan yang sesuai, yaitu sekretaris, teller, filing, serta akuntan.
5. Tipe
usaha/enterprising. Cenderung
mempunyai kemampuan verbal atau komunikasi yang baik dan menggunakannya untuk
memimpin orang lain, mengatur, mengarahkan, dan mempromosikan produk atau gagasan.
Tipe ini sesuai bekerja sebagai sales, politikus, manajer, pengacara atau agensi iklan.
6. Tipe
artistik . Cen
derung ingin mengekspresikan dirinya, tidak menyukai struktur atau aturan, lebih menyukai
tugas-tugas yang memungkinkan dia mengekspresikan diri. Karier yang sesuai, yaitu sebagai
musisi, seniman, dekorator, penari, dan penulis.
Perawat secara empiris cenderung didasarkan pada kepribadian tipe sosial, hal ini terutama
dipengaruhi tokoh keperawatan dunia sejak zamannya Florence Nightingale. Tidak seperti
perawat Indonesia, Florence tidak mengalami mahalnya tarip dasar listrik, tingginya harga
BBM tanpa subsidi, mahalnya pendidikan anak berkualitas, ia juga tidak berdesakan dalam bis
kota sebelum berangkat tugas. Florence betul-betul altruism yang berorientasi sosial dan
kemanusiaan belaka, karena mobil pribadi dan istana ayahnya di Inggris yang mewah cukup
untuk menghidupi ia sampai generasi ke tujuh. Doktrin keperawatan bahwa kita harus
bersipat Altruism semata (hanya berorinetasi kemanusiaan) terus-menerus diajarkan di Akper
dan STIKes, karena Florence dianggap contoh tuladan dalam sejarah Keperawatan, hal ini telah
menyebabkan banyaknya perawat kurang cerdas secra finansial dan kurang dihargai.
Menurut ketua PPNI Jabar dalam sebuah audiensi dengan asisten gubernur Jawa Barat, karena
dilandasi semangat kemanusiaan saja, perawat banyak yang digaji di bawah UMR. Banyaknya
waktu dihabiskan untuk menolong klien yang sakit, di pihak lain perawat meninggalkan
anaknya yang sakit akibat kurang gizi dan kekebalannya lemah, ada yang terkena TBC kelenjar
atau terkena DHF. Di Indonesia perawat digaji rendah per bulan Sementara di Amerika perawat
sudah digaji tinggi dengan hitungan per jam.

Gambar
X. Perjuanga
n Florence dalam menumbuhkan jiwa altruism bagi perawat menjadi salah satu faktor
pendukung kurang cerdasnya finansial perawat dan klien
Berdasarkan konsep King yang dilengkapi dengan konsep John L Holland, saat ini dibutuhkan
perawat yang memiliki kepribadian Tipe usaha/enterprising. Perawat tipe ini cenderung
mempunyai kemampuan verbal atau komunikasi yang baik dan menggunakannya untuk
memimpin orang lain, mengatur, mengarahkan, dan mempromosikan produk atau gagasan.
Dengan perawat tipe ini ia akan lebih mandiri secara finansial, klien akan sehat dan terpenuhi
kebutuhan dasarnya.
Untuk melengkapi pengertian keperawatan, maka yang paling esensial dan paling awal
dikemukakan oleh ICN (International Confrencce of Nursing) Sebagai berikut,
Nursing :The uniqe function of the nurse is to assit the individual, sick or well, in the
performance of those activities contributing to health or its recovery (or the peaceful death)
that he would perform unaided if he had the necessary strength, will or
knowledge.( Fundamentals of nursing 1983 :5). Another factor that has increased the demand
and needed for nursing services is the greater the fimansial support provided through health
insurance programe ( Fundamentals of nursing 1983 :18).
Dari definsi di atas dikemukakan bahwa aspek ekonomi serta dukungan finansial akan
mempengaruhi tuntutan dalam dunia keperawatan, terutama yang menyangkut asuransi
pelayanan kesehatan. Masalah finansial ini patut digaris bawahi karena dalam paradigma sehat
di Indonesia yang mengarah pada pencegahan agar orang sehat tidak menjadi sakit, justeru
telah menyebabkan makin tingginya anggaran bidang kesehatan. Di samping hal tersebut saat
ini program Askeskin yaitu sebuah asuransi untuk keluarga miskin dan masyarakat tidak
mampu setiap tahun terus meningkat. Sebagai ilustrasi penulis menyampaikan pengalaman
selama 10 tahun, bahwa lebih dari 90% pasien-pasien gangguan jiwa yang dirawat di
RSJ menggunakan askeskin atau subsidi dana pemerintah. Ke depan pengertian UU Kes no.
23 yang memfokuskan ciri sehat klien harus produktif secara sosial dan ekonomi patut terus
dikembangkan guna mencetak klien yang mandiri secara ekonomi.

Gambar
X. Hampir
seluruhnya klien gangguan jiwa di Rumah sakit Jiwa akibat sosial ekonomi
PENGERTIAN ENTREPRENEUR
Entrepreneur sebuah kata yang berasal dari bahasa Perancis yang bermakna seseorang yang
melakukan dan mengoperasikan kegiatan enterprise (perdagangan) atau venture(bisnis) yang
dihubungkan dengan pengambilan resiko. Dalam konteks yang lebih luas entrepreneur
disinonimkan dengan “founder”.

Secara umum entrepreneur selalu dikaitkan dengan bisnis, namun sebenarnya tidak selalu
demikian. Seorang entrepreneur adalah pembuka cakrawala baru atau membentuk pelayanan
jasa/produk dalam market baru, baik itu bersifat profit ataupun non profit. Prof W.Long
menyebutkan istilah dari bahasa jerman “unternehmer”, dan “unternehmergeist” yang
memiliki pengertian semangat untuk gagasan baru yang menguntungkan (spirit of
entrepreneurship). (1).
Referensi lainnya menyebutkan bahwa kata “entrepreneur” berasal dari bahasa
Perancis “entreprendre” yang berarti memulai, mengambil inisiatif dan tindakan sejenis.
Artinya dalam konteks dunia usaha, itu berarti memulai sebuah usaha atau bisnis. Kamus
Webster kemudian mendefinisikannya sebagai seseorang yang mengorganisasi, mengelola,
dan mengambil risiko dari suatu bisnis atau perusahaan. Sedangkan dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, entrepreneur diartikan sebabagai orang yang pandai atau berbakat dalam
membuat produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan
produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya.
Definisi entrepreneur ini terus berkembang dengan bermacam penekanan sejalan dengan
peradaban manusia. Richard Cantillon, misalnya, mendefinisikan entrepreneur sebagai orang
yang mempekerjakan diri sendiri. Mereka adalah orang-orang yang membeli sesuatu pada
harga tertentu dan menjualnya pada harga tak tentu di masa depan. Entrepreneur di sini identik
dengan mereka yang menanggung ketidakpastian (uncertainty) atau risiko. (Bisnis Indonesia,
9 Oktober 2003)
Menurut Rhenald Kasali entrepreneur adalah seseorang yang menyukai perubahan, melakukan
temuan-temuan yang membedakan dirinya dengan orang lain, menciptakan nilai tambah,
memberikan manfaat bagi dirinya dan orang lain, karyanya dibangun berkelanjutan (bukan
ledakan sesaat) dan dilembagakan agar kelak dapat bekerja efektif di tangan orang lain (dalam
Paulus Winarto, 2005).
Seorang entrepreneur adalah pembuka cakrawala baru atau membentuk pelayanan jasa/produk
dalam market baru. Dalam ranah kehidupan sehari-hari dan dalam bahasa yang sederhana
entrepreneur dapat dikenali dengan contoh seorang yang mengubah sesuatu yang tidak
berguna, sampah, rongsokan menjadi sesuatu yang berharga atau mendatangkan manfaat.
Dalam hal ini seseorang itu mempunyai kemampuan berpikir yang kreatif dengan daya kreasi
dan membuat sesuatu yang baru dengan cakap melihat suatu peluang serta berani mengambil
risiko atas tindakannya. Ketika seorang perawat mengambil suatu langkah di tengah orang-
orang lain saling berlomba memperebutkan kesempatan kerja yang sangat sempit, ia justru
berpikir melakukan suatu usaha yang dapat menghasilkan secara ekonomi dan memberi
peluang kerja bagi sesamanya, ia dapat dikatakan sebagai seorang entrepreneur.
Definisi terkini mengenai seorang entrepereneur adalah: Orang yang membentuk ulang atau
mevolusir pola produksi dengan memanfaatkan suatu penemuan atau, sebuah kemungkinan
teknologis yang belum pernah dicoba untuk rnenghasilkan suatu komoditi baru atau
memproduksi suatu bentuk lama dengan cara baru. Beberapa ahli menjelaskan seorang
entrepereneur dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan berikut, kemudian dari cara
menjawabnya kita bisa melihat apakah ia seorang entrepereneur atau seperti perawat
kebanyakan, pertanyaan adalah sebagai berikut:
1. Apakah Anda mendambakan keamanan saat orang banyak berkerumun?
2. Apakah Anda bertindak berdasar konsensus dan komite?
3. Apakah Anda mau memberi pengorbanan?
4. Apakah Anda merasa nyaman bekerja 6 atau 7 hari, 60-80 jam seminggu?
5. Apakah Anda mudah dikacaukan saat mengerjakan proyek khusus?
6. Apakah Anda siap untuk melakukan lebih dari yang dilakukan pesaing Anda?
7. Dapatkah Anda membuat keputusan penting?
8. Dapatkah Anda mengendalikan diri saat mereka di sekitar Anda tak lagi mampu?

Who Are the Entrepreneurs?


Despite dreams, wishful thinking, and even plans, few people actually take the step of trying to
start a company. Why is this? Is there a special breed of man which is particularly inclined to
become an entrepreneur? Are there special characteristics or conditions which stimulate
entrepreneurial activities? The basic questions we are asking here are classic one- Are
entrepreneurs born or are they made? If they can be made, what are the ingredients? I have
reached the conclusions that, given a degree of ambition and ability not uncommon to many
individuals, certain kinds of experiences and situational conditions rather than personality or
egoare the major determinants of whether or not an individual becomes an entrepreneur.

Seorang entrepreneur adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan,


mencari, dan memanfaatkan peluang dalam menuju apa yang diinginkan sesuai dengan yang
diidealkan. Perbedaan seorang wiraswastawan dengan seorang Entrepreneur adalah
Entrepreneur cenderung bermain dengan resiko dan tantangan. Artinya. Entrepreneur lebih
bermain dengan cara memanfaatkan peluang-peluang tersebut. Sedangkan wiraswastawan
lebih cenderung kepada seseorang yang memanfaatkan modal yang dimilikinya untuk
membuka suatu usaha tertentu. Seorang Entrepreneur bisa jadi merupakan wiraswastawan,
namun wiraswastawan belum tentu Entrepreneur. Wirausahawan mungkin adalah seorang
manajer yang mengelola suatu perusahaan yang bukan miliknya. Namun Entrepreneur adalah
seseorang yang memiliki sebuah usaha sendiri.
Kecenderungan yang terjadi pada mahasiswa-mahasiswa yang duduk di perguruan
tinggi sekarang adalah kebanyakan dari mereka lebih menginginkan pekerjaan yang
mapan setelah menyelesaikan pendidikannya. Mereka tidak mau mengawali kehidupan
setelah lulus dari perguruan tinggi dengan memulai sebagai Entrepreneur. Kesuksesan
seseorang mereka lihat dari ukuran seberapa makmur kehidupan orang tersebut, berapa besar
gaji yang diperolehnya, apakah ia sudah memiliki mobil mewah atau rumah yang indah.
Padahal, sukses tidaknya seorang Entrepreneur bukan dilihat dari sudut pandang kemakmuran
dan kesejahteraan seseorang saja, namun lebih dinilai dari usaha apa yang telah diperbuat
dalam pekerjaannya, baik itu dengan memulai suatu usaha sendiri atau lewat pekerjaan yang
digelutinya.
Pendidikan kewirusahaan yang diberikan di perguruan tinggi sekarang ini cenderung
kepada bagaimana memulai suatu usaha dan mengelola usaha tersebut dengan baik. Padahal
mengacu kepada definisi Entrepreneur yang diberikan sebelumnya, Entrepreneur bukan berarti
harus memiliki suatu usaha. Entrepreneur secara umum adalah orang-orang yang mampu
menjawab tantangan-tantangan dan memanfaatkan peluang-peluang yang ada. Sehingga yang
menjadi pertanyaan adalah keberadaan kurikulum pendidikan mengenai Entrepreneur ini.
Apakah memang seharusnya mengajarkan bagaimana memulai usaha atau bagaimana
menjawab tantangan dan memanfaatkan peluang usaha ? Kalau yang diberikan adalah
bagaimana memulai suatu usaha, maka kurikulum yang ada telah menjawab pertanyaan
tersebut. Tetapi kalau yang diberikan adalah bagaimana menjawab tantangan dan
memanfaatkan peluang usaha, maka akan timbul pertanyaan lain yang lebih sulit dijawab.
Apakah seorang entrepreneur itu dibentuk atau dilahirkan.
Beberapa pakar mengatakan secara umum, jiwa dan kepribadian seseorang itu paling
tidak dipengaruhi oleh. dua hal, yaitu bakat dan lingkungan. Mengingat besarnya proporsi
kedua faktor yang cukup membingungkan yaitu 50%:50%, maka agaknya hal ini
perlu dikaji lebih lanjut. Apalagi dikaitkan dengan dimasukkannya pendidikan Entrepreneur
di dalam kurikulum perguruan tinggi sekarang.
Memang akhir-akhir ini sudah banyak pelatihan-pelatihan yang diadakan baik oleh
pemerintah maupun pihak swasta mengenai Entrepreneur. Bahkan di Amerika Serikat sendiri,
yang banyak melahirkan ahli-ahli dalam bidang bisnis dan Entrepreneur, sudah banyak kursus-
kursus yang memberikan pengetahuan mengenai Entrepreneur. Salah satunya di sekolah bisnis
terkenal Harvard Business School. Salah satu pengajar kreativitas dan kewirausahaan di
sekolah tersebut, John Kao, menganggap pendidikan Entrepreneur ini cukup penting,
mengingat kembali pada besarnya lingkungan yang antara lain adalah pendidikan
mempengaruhi bentuk kepribadian seseorang sebesar 5O%. Dari institusi pendidikan juga
telah banyak lahir konsep-konsep mengenai bagaimana menjadi wirausahawan yang baik.

Para ahli merasa masih ada satu hal yang diperlukan bagi seseorang untuk menjadi
Entrepreneur yang sukses, yaitu motivasi dan disiplin diri. Motivasi dan disiplin diri
mendapatkan proporsi yang besar untuk membentuk seseorang menjadi Entrepreneur sejati,
selain faktor bakat dan faktor lingkungan. Artinya, belum tentu seseorang yang memiliki bakat
Entrepreneur dapat menjadi seorang wirausahawan sejati. Seseorang yang telah banyak
mengikuti kursus-kursus, pelatihan-pelatihan maupun kuliah yang membahas mengenai cara
mengelola suatu bisnis atau apapun, tetap memerlukan motivasi dan disiplin diri dalam
menjalankan usahanya. Motivasi dan disiplin diri merupakan faktor penting, selain faktor bakat
dan lingkungan, dalam membentuk seseorang menjadi wirausahawan sejati.
Faktor lingkungan ternyata paling penting yang masih dapat dibagi kedalam dua hal,
yaitu pengalaman dan pendidikan. Keduanya sama-sama memberikan kontribusi yang besar
dalam pembentukan jiwa Entrepreneur. Dengan memiliki banyak pengalaman dan mengikuti
banyak pelatihan maupun kursus yang sifatnya pendidikan, maka seseorang barulah lengkap
dapat menuju jalur kesuksesan untuk menjadi seorang wirausahawan sejati.

Prediksi awal menyebutkan bahwa populasi dunia mencapai enam miliar di akhir 1999 dan
pada tahun 2020, angkanya melonjak menjadi delapan miliar, Apakah pemerintah bisa
menyediakan pekerjaan untuk sedemikian banyak orang? Faktanya, ’privatisasi’ menjadi
begitu populer pada dekade lalu, menunjukkan bahwa mereka ”angkat tangan” dari tugas
menciptakan pekerjaan yang mengerikan itu. Banyaknya lulusan SMA dan perguruan tinggi
telah menambah deretan pengangguran yang angkanya mendekati 4 juta orang.
Bagaimana dengan populasi perawat di Indonesia ?. Menurut ketua PPNI Jabar sediktnya
10.000 perawat D-III baru, lulus tiap tahun memperebutkan lowongan kerja di rumah sakit,
dengan penyerapan kurang dari 50%. Fakta lainnya, berbagai Bank, institusi pendidikan dan
perusahaan kesehatan yang melakukan merger, akuisisi, dan restrukturisasi dalam sektor
swasta lebih sering membuahkan PHK masal. Lalu siapa yang mendapat beban menciptakan
lapangan kerja? beban itu harus dipikul individu-nya sendiri. Setiap orang, menciptakan sendiri
pekerjaannya! Setiap orang, siap atau tidak, kondisi mendorongnya menjadi Entrepreneur.
Mau pilih yang mana: segera menyiapkan mental dan keteramplan Entrepreneur atau, saatnya
nanti, terpaksa serabutan, mencoba-coba menjadi Entrepreneur setelah ”tersisih” dari posisi
”pegawai negeri”! dan ironisnya lebih dari setengahnya lulusan perawat menginginkan menjadi
pegawai negeri atau pegawai tetap sebagai motivasi awal masuk keperawatan.
Entrepreneur, yang tidak dikenali seperempat abad lalu, saat ini diajarkan sebagai mata kuliah
di universitas di seluruh dunia. Di Amerika Serikat saja, ratusan perguruan tinggi mengajarkan
itu. Apakah ini benar-benar fenomena baru? Tidak persis demikian. Kita sebenarnya dilahirkan
sebagai entreperneur. Keberanian, kreativitas, dan inisiatif semuanya adalah sifat yang
dimiliki seseorang sejak lahir. Itu alami, melekat dalam diri Anda! Tinggal masalahnya, buatlah
kemampuan itu muncul dan bekerja optimal! .Kita sebagai perawat sudah pernah
memenangkan persaingan yang paling akbar di jagat raya ini yaitu 700 juta sel sperma yang
bersaing membuahi ovum. Kitalah pemenangnya. Lalu berkembang menjadi bayi, bayi
manapun di dunia ini, sebelum mereka dibanjiri nilai-nilai dan peraturan masyarakat, tanpa
perlu ikut seminar tentang ”berjalan”, ia belajar berjalan sampai bisa. Setiap kali si bayi yang
belajar berjalan, ia tersandung dan terjatuh kemudian bangkit lagi. Bayi itu pun belajar
berbicara tanpa perlu mengikuti kurus bahasa. Sayangnya, semua kelebihan itu hilang ketika
ia memasuki institusi yang kita sebut sekolah.
Pertanyaan kami adalah adakah institusi di dunia ini, tempat kita bisa mempelajari cara
menjalankan bisnis kita sendiri?, Saya yakin Anda mulai menyebut beberapa kursus atau
jurusan bisnis dengan nama-nama tetentu yang ditawarkan oleh universitas atau sebuah
lembaga kursus. Terus terang, itu semua tidak mengajarkan Anda bagaimana menjalankan
bisnis untuk diri Anda sendiri. Mereka hanya mengajarkan Anda bagaimana menjalankan
bisnis untuk orang lain! Kalau Anda mengikuti kursus akuntansi, yang diajarkan adalah
bagaimana Anda menghitung uang orang lain.
Pertanyaan selanjutnya adalah apakah Anda yakini dapat menciptakan pekerjaan untuk orang
banyak. Mengapa harus orang lain? Mengapa harus mereka, bukan Anda sendiri? Bukankah
mereka yang sukses, sudah tak punya masalah lagi dalam menciptakan lapangan kerja, karena
mereka sudah di sana, sementara Anda, mungkin masih mencari terus bisnis apa yang pas anda
jalankan sendiri.
Pertanyaan terakhir adalah, apakah seorang entrepreneur bisa berkuasa?, seperti yang
disampaikan valentino Dinsi (2004) dalam bukunya ’Jangan mau seumur Hidup Jadi orang
Gajian”, bahwa selama 1000 tahun manusia terus mengalami pergeseran kekuasaan sebagai
berikut :

Tahun 1000
Kekuasaan berada di tangan kaum rohaniwan yang secara
kebetulan adalah beberapa orang yang mampu membaca
dan menulis
Tahun 1455
Penemuan mesin cetak yang memungkinkan
pengetahuan lebih bisa disebarkan kepada lebih banyak
orang. Dengan demikian kekuasaan bergeser dari agama ke
politik
Tahun 1555
Politisi mulai lebih berkuasa dan untuk mempertahankan
kekuasaan itu, birokrasi dibuat
Tahun 1970
Penemuan microchip memungkinkan informasi lebih
tersebar kepada keompok orang yang lebih besar.
Kekuasaan bergeser perlahan dari politik ke ekonomi
Tahun 1995
Ekonomi sekarang begitu penting sehingga menjadi sebab
jatuhnya banyak pimpinan politik (mis.Presiden Soeharto
dari Indonesia, Perdana Menteri Chavalit Yongchaiyudh
dari Thailand) selama masa yang sangat singkat

Tahun 2020
Keseimbangan kekuasaan bergeser perlahan dari birokrasi
menjadi kewirausahaan. (Bill Gates dipilih sebagai orang
paling berkuasa di Inggris)

Telah diramalkan bahwa selama 25 tahun, birokrat akan bersikap defensive, mencari cara untuk
mempertahankan status keamanan yang sudah ada dari standar hidup mereka, sedangkan
individu yang berjiwa Entrepreneur akan bersikap ofensif, mencari cara memperbesar
kesempatan mereka, kemampuan mereka dan kualitas hidup mereka yang meningkat. “Karena
perkembangan dinamis bakat Entrepereneur, Amerika Serikat mampu mewujudkan lebih dari
15 juta pekerjaan dalam tempo 7 tahun.”

2. PENGERTIAN NURSEPRENEURS
Dalam fundamental of Nursing, Taylor, Lilis dan leMone (1997:11), membahas tentang
expanded career Roles and function of Nurses, meliputi ; clinical Nurse specialist, Nurse
practitioner, Nurse anesthetist, Nurse midwife, Nurse educator, Nurse administrator,
Nurse researcher, Nurse entrepreneur. Nurse entrepreneur is a nurse , usually with an
advanve degree, who may manage a clinic or helath related business, conduct research,
provide education or serve aas an adviser or consultant to institutions, political agencies
or business. (3).

Secara konseptual Nursepreneur termasuk dalam pengembangan karir dari peran dan fungsi
perawat. pengembngan karir tersebut dapat menjadi pengelola klinik atau sarana kesehatan
lainnya. Misalnya manager spa, manager fisioterapi, manager Nursing Center, manager
Balai kesehatan swasta, pemilik massage dan refleksi, meskipun dalam pelaksanaan
teknisnya banyak melibatkan profesi lain sebagai pelaksana, dalam hal ini perawat dapat
bertindak sebagai pemilik modal, penggagas ide, pemilik saham, atau owner yang akan
menggaji karyawannya. Hal seperti ini sudah mulai ada di Indonesia, misalnya Saat
pembubaran Konas jiwa, Penulis peranh berkunjung ke klinik perawat yang mengelola
kolam renang, balai kesehatan sekaligus pemancingan di daerah Soreang. Di Bali perawat
memiliki balai Keperawatan yang dipadukan dengan fisioterapi.

Selain peran tersebut perawat juga dapat melakukan penelitian-penelitian, sebagai contoh
adanya tim riset yang meneliti perawatan luka, cara ganti balutan efektif, kompres modern,
terapi modalitas, tehnik relaksasi dsb. Masalah penelitian direkomendasikan dari Rumah
sakit atau intistusi kesehatan yang membutuhkan solusi. Misalnya kenapa kunjungan ke RS
tertentu sangat rendah, maka perawat manajemen akan melakukan riset yang didanai rumah
sakit yang bersangkutan, termasuk riset kepuasan klien.

Disamping peran-peran di atas perawat dapat juga bergerak dalam bidang pendidikan atau
menyediakan pelatihan-pelatihan atau sebagai konsultan. Misalnya pelatihan baby siter,
pelatihan perawat lansia, perawat anak di rumah atau perawat yang akan mendampingi
klien saat ibadah haji.

Nursepreneur adalah rangkaian dari dua kata kata


yaitu “nurse’ dan “entrepreneur”. Nurse artinya seorang perawat,
sedangkan Entrepreneur sendiri memiliki berbagai pengertian dan sifat, salah satunya yang
disampaikan oleh John G. Burch dalam http:wikipedia.org/wiki/Entrepreneur.,
Entreprenuer memiliki sifat :
 Berhasrat mencapai prestasi
 Seorang Pekerja keras
 Ingin bekerja untuk dirinya
 Mencapai kualitas
 Berorientasi kepada Reward dan Kesempurnaan
 Optimis
 Berorganisasi
 Berorientasi kepada keuntungan

Seseorang yang berprofesi apapun, asal mampu menerapkan 8 aspek sifat entrepreneur
dalam kehidupan sehari-harinya, maka dapat dikategorikan sebagai entrepreneur, termasuk
seorang perawat. Dengan jiwa Entrepreneur masalah sehari-hari yang dihadapi perawat di
ruangan akan menjadi uang. Karena perawat yang berjiwa entreperneur memilki ciri
berorientasi pada keuntungan. Sebagai contoh masalah menumpuknya botol infus
bekas, abocate yang tak terpakai, sisa makanan pasien, cucian keluarga perawat, penunggu
pasien, terpisahnya orang tua yang sakit dengan anak.
Nursepreneur merupakan istilah baru dalam mempopulerkan entrepreneurship yang
dikaitkan dengan perawat atau dunia keperawatan. Seiring dengan gencarnya program
gerakan nasional kewirausahaan pada masyarakat luas, kalangan kampus adalah salah satu
sasarannya. Para calon intelektual yang tengah dalam studi pada berbagai bidang ilmu
berusaha dikenalkan pada dunia wirausaha. Hal ini merupakan langkah usaha membekali
wawasan dan pengetahuan dasar kepada mereka agar kelak setelah meninggalkan kampus
tidak selalu berorientasi pada keinginan untuk menjadi pegawai atau karyawan, tapi justru
menjadi pencipta lapangan pekerjaan. Di beberapa kampus yang concerndalam program
ini bahkan sampai membentuk satu wadah resmi pusat pelatihan dan riset bisnis yang tidak
hanya ditujukan pada mahasiswa saja tapi untuk masyarakat luas. Khusus untuk para
mahasiswa ilmu keperawatan, maka istilah nursepreneur dipakai untuk mengenalkan dan
memberi pengetahuan dasar tentang kewirausahaan. Hal ini diupayakan sebagai sebuah
upaya lompatan pola berpikir menanggulangi pengangguran melalui dunia pendidikan.
Lebih jauh lagi memang ditujukan agar dapat membentuk jiwa-jiwa wirausaha baru yang
dapat berkontribusi bagi kesejahteraan masyarakat, di samping memiliki soft skill dan
keterampilan yang kompeten dalam bidang profesi keperawatan sesuai dengan disiplin
studi yang dijalani.

Disamping hal tersebut ada fenomena menarik seperti apa-apa yang dilakukan oleh perawat
yang tergabung dalam asosiasi perawat Indonesia yang bekerja di malaysia, Saudi Arabia,
Qatar dan Kuwait. Mereka mencoba berorganisasi sebagai ciri Nursepreneur dan memiliki
keberanian untuk hijrah dengan Berorientasi kepada keuntungan berupa besarnya gajih
yang diperoleh, gaji tersebut selanjutnya dijadikan aset yang akan menjadi mesin uang.

Secara konseptual Nursepreneur memiliki ciri sebagai berikut :


1. Pengerahan Diri: Pendisiplinan diri dan secara menyeluruh merasa nyaman bekerja
untuk diri sendiri.
2. Pengasuhan Diri: Antusiasme tak terbatas untuk ide-ide Anda saat tak seorang pun
memilikinya.
3. Orientasi pada Tindakan : Hasrat menyala untuk memujudkan, mengaktualisasikan
dan mengubah ide-ide Anda menjadi kenyataan.
4. Energi Tingkat Tinggi : Mampu bekerja dalam waktu lama secara emosional, mental
dan fisik.
5. Toleransi atas Ketidakmenentuan : Secara psikologis mampu menghadapi resiko
Gambar 1.
Perawat Indonesia yang tergabung dalam
Indonesian national Nurse association in Kuwait (INA-K)
mengikuti pameran international. Sebuah alternatif dan solusi kreatif
bagi perawat untuk membidik pasar luar negeri

Gambar X.
Demonstrasi besar-besaran Perawat di depan gedung DPR-RI
menuntut disyahkannya UU Praktek Keperawatan
Akar masalahnya adalah penghargaan dan kesejahteraan profesi perawat

Gambar X.
Beberapa logo asosiasi bisnis dan entrepreneur dalam bidang keperawatan
di luar negeri yang menandai bangkitnya para pengusaha.
Sementara perawat di Indonesia masih sibuk dengan definisi apa itu perawat professional.

Entrepeneur bagi perawat sebetulnya bisa dipelajari sambil melakukannya (learning by doing),
namun harus diingat bahwa wawasan tentang jenis usaha yang akan dipilih tetap sangat
diperlukan karena jika tanpa hal itu sama dengan menyelam ke dasar laut tanpa tabung gas.
Agar konsep Entrepeneur dapat dipahami lebih jauh dalam kaitannya dengan konsep
nursepreneur, akan dicakup lima ciri entrepeneur unggulan (Paulus Winarto, 2005):
1. Berani mengambil
risiko. Perawat berani memulai
sesuatu yang serba tidak pasti dan penuh risiko. Tentu tidak semua risiko diambil melainkan
risiko yang telah diperhitungkan dengan cermat (calculated risk).
2. Menyukai
tantangan. Segala
sesuatu dilihat sebagi tantangan, bukan masalah. Perubahan yang terus terjadi dan jaman yang
terus berubah menjadi motivasi kemajuan bukan menciutkan nyali seorang perawat
entrepreneur unggulan. Dengan demikian, ia akan terus memacu dirinya untuk maju, mengatasi
segala hambatan.
3. Punya daya tahan yang
tinggi. Seorang entreprenur harus
banyak akal, kretaif dan tidak mudah putus asa. Ia harus selalu mampu bangkit dari kegagalan
serta tekun.
4. Punya visi jauh ke depan
Segala yang dilakukan perawat punya tujuan jangka panjang meski dimulai dengan langkah
yang amat kecil. Ia punya target untuk jangka waktu tertentu. Bagaimana tahun berikutnya, 5
tahun lagi, 10 tahun lagi, dan seterusnya. Usahanya bukan letupan-letupan sesaat dan bukan
pula karena latah (ikut–ikutan).
5. Selalu berusaha memberikan yang
terbaik. Perawat entrepreneur akan
mengerahkan semua potensi yang dimilikinya. Jika itu dirasa kurang, maka ia akan merekrut
orang-orang yang lebih berkompeten agar dapat memberikan yang terbaik kepada
pelanggannya.

Jadi yang terpenting dari seorang Nursepreneur adalah inovasi dan keberanian untuk
mengambil risiko serta siap bekerja keras mencapai tujuan dengan optimis. Inilah yang
membuat entreprenur selalu tampil dengan gagasan–gagasan baru yang segar, melawan arus
pemikiran orang banyak atau kreatif. Bahkan terkadang dicap gila pada awal kemunculannya
karena bertentangan dengan kebiasaan umum. Tapi, bukankah perahu dapat berlayar dan
layang-layang hanya dapat terbang tinggi jika ia mampu melawan arah arus angin?
Tampaknya, begitu pula caranya jika kita ingin menjadi nursepreneur unggulan. (Paulus
Winarto, 2005)

MEMAHAMI KATA “ENTREPRENUER” DALAM KEPERAWATAN


Dalam sebuah weblog karya Nurmartono, salah seorang tokoh keperawatan menyampaikan
sebuah testimoni yaitu Danielle D. Shapiro, RN, BSN, CMSRN, Legal Nurses Chairman –
Shapiro Medical Legal Consulting Las Vegas, NV. Belaiu mengemukakan:
” Saya sangat senang masuk dalam Nurse Entrepreneur Network (NEN) sebuah kelompok
“Nursepreneurs.”. Dia menyatakan kepuasaannya setelah menyelesaikan sebuah teleclass “Get
Clients Now !” sebuah kelas program yang dibuat oleh NEN untuk meningkatkan minat
perawat di Amerika dalam bidang kewirausahaan. Dengan rata-rata gaji pokok U$ 20 – U$
40/hour (sekitar Rp. 180.000-Rp. 360.000,-/jam) untuk seorang RN di Amerika Serikat, dengan
keahlian dan gelar Danielle, apa mungkin masih kurang untuknya. Sehingga ada pertanyaan
yang lantas bergulir; Bagaimana mungkin dengan income sedemikian Danielle masih
melakukan aktifitas tersebut ?. Entrepreneur dapat merupakan proses aktualisasai diri dimana
unsur keberanian dan kecerdasan seseorang diuji dalam dunia nyata. Kesiapan menanggung
resiko dan kesiapan untuk kaya dengan cepat serta latihan membangun jaringan akan
memberikan kepuasan tersendiri. Kata enterpreneur dalam keperawatan mengandung
pengertian suatu soft skill yang dimilki perawat sehingga ia mampu merubah tantangan dan
hambatan menjadi keuntungan.

Perawat adalah sebuah profesi bidang kesehatan yang saat ini memiliki peran terdepan dalam
memberikan tatanan pelayanan kesehatan di Indonesia. Namun tak bisa dipungkiri juga bahwa
kesejahteraan seorang perawat penting sekali, agar pelayanan asuhan keperawatan yang
diberikan kepada klien dapat berhasil optimal. Di lain pihak perkembangan profesi lain di luar
bidang keperawatan semakin maju semisal kedokteran, kesehatan masyarakat/public
health, dsb. karena mereka terus melakukan transformasi dan lebih cepat memodifikasi makna
sebuah “profesi” itu sendiri.

Ada sebuah harapan baru tentang profesi perawat di Indonesia, yang dapat dikembangkan
dalam upaya alternatif solusi “pengangguran terdidik” perawat Indonesia. Saat ini upaya
penempatan perawat di luar negeri menjadi altenatif utamanya, dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan perawat. Namun ada yang sedikit terlupakan dan justru telah banyak dilakukan
profesi lain yakni sebuah kata “entrepreneur”, yang diterapkan secara nyata. Thema ini pernah
diangkat dalam salah satu seminar. Seminar nasional bertajuk “Nursing Entreprenueurship
Membangun Jiwa Entrepreneur Perawat” yang dilaksanakan oleh Forum mahasiswa
keperawatan Jabar-Banten bekerja sama dengan Rifa Corporation di Bandung. Dengan nara
sumber prof. Eli Nurachmah dan pakar bisnis lain. Hal ini dapat menjadi stimulus munculnya
budaya pemikiran entreprenur. Ilmu Entrepreneur sendiri bersipat netral dan dapat menjiwai
berbagai disiplin ilmu. Entrepreneur lebih bersipat soft skill yang merupakan kemampuan
seseorang dalam mengelola hambatan dan tantangan menjadi peluang yang menguntungkan,
baik secara finansial maupun untuk marketing profesi itu sendiri. Soft skill berupa kemampuan
wirausaha menjadi hal yang sangat penting bagi perawat masa depan dalam tatanan era global
yang berfokus pada keunggulan. Singapura, Jepang dan Taiwan merupakan negera kecil yang
miskin sumber daya alam tetapi penduduknya 50% memiliki jiwa entrepeneur yang tinggi
sehinga tumbuh menjadi macan-macan Asia dalam perekonomian.
Sebagian besar kita telah mengenal di luar negeri nama seperti Bill Gates (Microsoft
Founder), Oprah Winfrey (entertainment), Martha Steward (media, dan kerajinan rumah), dsb.
Atau di Indonesia nama-nama seperti Martha Tilaar, Tantowi Yahya, dsb-nya. Mereka adalah
sebagian kecil saja dari para entrepreneur.
Fenomena entrepreneur muncul berbarengan dengan diterapkannya pasar bebas dalam
bidang keperawatan dan kesehatan. Fenomena lain yang mencuat misalnya alih profesi dokter
menjadi perawat di Filipina. Sekitar 6.000 dokter di Filipina sedang belajar menjadi perawat
agar mereka bisa dapat pekerjaan bergaji tinggi di luar negeri, Jumlah tersebut merupakan
peningkatan dari 2.000 dokter yang belajar menjadi perawat tahun lalu, kata Menkes Francisco
Duque. Eksodus dokter dan perawat tersebut telah menciptakan suatu “situasi yang
mengancam” bagi sistem perawatan kesehatan di filipina sendiri dan suatu satuan tugas telah
dibentuk untuk meneliti dampaknya, Filipina membentuk tim penyusun rancangan undang-
undang yang akan mewajibkan para dokter untuk berpraktik di Filipina selama paling tidak
tiga sampai empat tahun sebelum mereka bisa bekerja di luar negeri.
Suatu studi Universitas Filipina menemukan bahwa antara tahun 2000 hingga 2003, lebih dari
50.000 perawat Filipina pergi ke luar negeri untuk bekerja, katanya.
Seorang dokter yang bekerja di suatu rumah sakit pemerintah di Filipina hanya berpenghasilan
sekitar 25.000 peso (446 dolar AS) sebulan. Seorang dokter dapat berpenghasilan sekitar 8.000
dolar bila bekerja sebagai perawat di luar negeri.
Bahkan para pengacara, akuntan, dan insinyur mendaftarkan diri untuk dilatih sebagai perawat.
Para perawat Filipina dibutuhkan di Eropa, Amerika Serikat, Timur Tengah, dan bahkan negara
yang dekat dengan negara tersebut, yakni Singapura, dan Jepang.
Para pejabat kesehatan telah memperingatkan bahwa negara tersebut menghadapi kekurangan
tenaga medis bila para tenaga profesionalnya di bidang kesehatan terus mencari pekerjaan di
luar negeri

Kiat Menjadi Nursepreneur


Seorang perawat dapat menjadi nurse entrepreneur atau menjadi nurse intrapreneur. Seorang
perawat nurse entrepreneur adalah seorang perawat yang menjalankan wirausaha-nya sendiri
atau dengan beberapa teman dalam bisnis keperawatan. Sebaliknya seorang
perawat intrapreneur adalah seorang perawat yang menjalankan “bisnis” dalam divisi atau
bagian dari satu perusahaan yang telah ada. Menjadi seorang intrapreneur lebih aman,
mendapatkan karir, dan dapat melangkah menjadi entrepreneur. Tentu saja ini berbeda dengan
apa yang umumnya perawat lakukan, dan bukan bekerja di RS yang tentu saja yang secara
alamiah bukan tempat “berbisnis”. (1)
Ketrampilan dan karakter perawat yang diperlukan berbeda sekali, mesti memiliki semangat
wirausaha, memulai sendiri, bertanggung jawab secara keuangan, mencoba hal baru, dan
berani. Anda sebagai perawat juga dituntut memiliki jiwa sales, customer services, budgeting,
forecasting dan manajemen.
Secara mudahnya lebih baik menjadi perawat intrapreneur dulu, sambil bekerja dalam satu
institusi bisnis atau sambil bekerja sebagai perawat, namun memiliki usaha sampingan di
bidang wirausaha. Setelah kita yakin siap, maka bisa langsung terjun dalam
entrepreneurship untuk mengurus bisnis sendiri.
MENJADI EMPLOYER KEMUDIAN INVESTOR
Menurut Robert Kiyosaki tingkatan terendah dalam bekerja menurut penghasilannya adalah
Employer (pekerja), tingkatan kedua adalah owner (pemilk) dan tingkatan ketiga adalah
investor (pemilik modal). Jawaban menarik yang disampaikan oleh para perawat yang bekerja
di Kuwait kalau ditanyakan apakah ingin bekerja sebagai perawat kembali di Indonesia nanti
(saat resign)?. Sebagaian besar mereka menjawab ”tidak”. Sehingga banyak dari mereka yang
telah merintis berbagai jenis usaha bisa berhubungan dengan dunia keperawatan/kesehatan atau
bahkan tidak sama sekali. Banyak teman perawat yang selalu setiap annual leave (cuti tahunan)
mulai merintis bidang usaha baru, yang dikelola keluarga/teman, atau membuat kontrakan,
transportasi, buka toko obat, bisnis fotocopy, makanan, property, wartel/warnet, usaha
komputer, service hp, bengkel, dsb.

Mereka memiliki keyakinan bahwa dalam bidang pekerjaan apapun, yang


namanya income harian, mingguan, bulanan, tahunan dan “dadakan”, serta income antar
negara (income di LN dan di Indonesia ) semuanya penting terpenuhi. (4). Bekerja di LN bisa
menjadi langkah awal menjadi pebisnis dan investor. Perawat di luar negeri rata-rata mencapai
gaji 10 x lipat perawat di Indonesia. Sebelum menjadi pengusaha kita memang perlu modal
finansial dan modal karakter. Untuk mencari modal finansial kita boleh menjadi karyawan dulu
(employer). Setelah gaji kita ditabungkan maka kita mulai punya modal finansial yang akan
kita rubah menjadi mesin pencetak uang (aset). Kemudian hasilnya dapat diinvestasikan oleh
perawat yang akan menjadi pasif income.

MAMPU BERPIKIR UNTUNG (THINK BENEFIT) DAN MERUBAH PARADIGMA


BERPIKIR (CHANGE THINKING PARADIGM)
Saat seorang mahassiwa perawat cerdas berjalan-jalan di sebuah kampung, ia berhadapan
dengan pohon bambu yang rindang. Pohon bambu itu berada di sebelah rumah neneknya.
Setiap hari neneknya harus membersihkan halaman dekat pohon bambu itu. Yang membuat
kesal mahassiwa tersebut adalah kotornya halaman rumah nenek tersebut akibat jatuhnya daun-
daun bambu yang kering. Karena ia adalah seorang mahasiswa cumlaude yang cerdas, maka
muncul idenya untuk membabat habis pohon bambu itu, agar neneknya tidak repot lagi
membersihkan halaman tiap hari.

Gambar 4.
Apakah yang terpikir oleh mahasiswa keperawatan
saat melihat pohon bambu masalah atau peluang?

Pikiran mahasiswa cerdas di atas adalah pikiran orang kebanyakan. Biasanya dilandasi
sikap praktis dan efisien. Ingin cepat mneyelesaikan masalah dan memberi kesan sangat peduli
pada orang lain. Pikiran tersebut menghinggapi sebagin bangsa besar kita. Pikiran empati semu
seperti itu bukan termasuk ciri entrepreneur. Banyak orang pintar tetapi Indonesia kering
wirausahawan (entrepreneur). Padahal para wirausahawan inilah yang menjadi fasilitator bagi
kemajuan ekonomi sebuah negara. Menurut chairman kelompok usaha Ciputra, Indonesia
membutuhkan setidaknya 2% penduduknya agar mampu berpikir sebagai wirausaha untuk
menopang kemajuan ekonomi. Padahal saat ini hanya terdapat sekitar 0,8% penduduk
Indonesia yang menjadi wirausahawan. Entrepreneurship pada dasarnya adalah upaya
menciptakan nilai tambah, dengan menangkap peluang bisnis dan mengelola sumber daya
untuk mewujudkannya. Seorang entreperenur mampu melihat masalah menjadi peluang. Selain
menyelesaikan masalah ia juga mampu menghasilkan uang dari masalahnya.

Kini mahsiswa perawat yang berjiwa entreprenur datang. Ia menghadapi masalah yang sama.
Sebongkah pohon bambu yang mengotori halaman. Muncul ide kretaifnya yang dilandasi
kemampuan berpikir untung (think benefit). Maka saat melihat bongkahan pohon bambu yang
terpikr adalah :

1. Ekspor tusuk gigi dengan ukiran kecil dan warna-warni

2. Tusuk sate ramah lingkungan

3. Angklung mang ujo versi rock

4. Calung millenium

5. Kentongan rumah makan kampung daun

6. Tirai bambu mahassiwa terndy

7. Meubel bambu bergaya gothic

8. Kerajinan bebek dari akr bambu

Apakah kita melihat perbedaan saat seorang mahassiwa perawat enterperenur mengahadapi
masalah dengan, seorang mahassiwa cumlaude menghadapi masalah?. Perbedaannya adalah
kemampuan berfikir untung dan kebiasaan berfikir lain dari yang biasanya. Itulah yang
menyebabkan seorang penggagas sering ditertawakan. Dulu pemilki ide jalan layan
ditertawakan. Pemilki ide remote control dianggap gila, pemilki ide air teh dalam kemasan
dianggap aneh dan berbicara di tengah hutan dengan lawan bicara di tengah kota adalah
pekerjaan mustahil.

Perawat sering berhadapan dengan berbagai masalah saat bekerja misalnya macet saat mau
dinas ke Rumah sakit, mencuci baju putih yang gampang kotor, sampah medis yang
berserakan, sulitnya meninggalkan anak saat dinas, jauhnya kantin saat makan siang, tidak
keburu masak di rumah, mahalnya biaya berkomunkasi dengan suami. Seorang perawat yang
berjiwa entrepreneur akan mulai berpikir beda dan berpikir untung. Tahap selanjtnya mungkin
muncul gagasan-gagasan segar dan ide-ide kreatif misalnya perawat menciptakan CD
rekaman English for nurse saat macet, laundry for nursing staf, Re-use machine for waste
medical, katering siap antar bagi perawat atau penitipan bayi bagi perawat. Ide-ide tersebut
harus dibiasakan muncul. Seberapa jeleknya ide itu atau seberapa sepelenya ide itu tetap harus
dimunculkan. Di luar negeri justru ide sepele itulah yang menghasilkan royalti jutaan, misalnya
ide tentang alat penjepit kuping anjing jenis tertentu, yang telinganya menjuntai saat makan
dan tercelup pada makanan.

Gambar 5.
Apakah yang terpikir oleh mahasiswa keperawatan
saat melihat tumpukan sampah medis di rumah sakit?

Menurut valentino Dinsi, Jika kita ingin mencetak calon entrepereneur yang tangguh dan
memilki ide kreatif 1% saja dari penduduk Indonesia, maka jumlahnya sudah di atas 2 juta
orang. Kalau seluruh perawat di Jawa Barat saja ada sekitar 20.000 orang maka ada sekitar 200
orang perawat yang memiliki jiwa entreperenuer dengan langkah awal keberanian untuk
berpikir untung serta mampu melihat masalah menjadi peluang. Tetapi apakah kebiasaan
berpikir untung terlahir karena seseorang berkesempatan untuk bersekolah tinggi?. Ternyata
bersekolah tinggi-tinggi, membuat pribadi pembelajar memperoleh pengetahuan. Tapi belum
tentu mereka memiliki ide.

Napoleon Hill pemah berkata,”Pikiran adalah benda”. Tapi pikiran biasa tidak akan sanggup
membawa kita kemana-mana. Setiap orang punya pikiran, tapi hanya sedikit yang punya ide.
Ide, adalah pikiran yang punya arah atau tujuan. Menurut Valentiono Dinsi menganggap
pengetahuan berharga bisa saja pandangan itu keliru. Pengetahuan itu statis, idelah yang
berguna. Banyak orang dalam masyarakat kita hanya memikirkan penumpukan pengetahuan
sehingga kita mendorong anak-anak kita mengejar pemilikan lembaran ijazah. Einstein pemah
bilang,”Pengetahuan yang tidak diterapkan itu tidak berguna. Hanya ide yang bisa mengubah
dunia.” Apa gunanya menjadi perpustakaan atau ensiklopedi berjalan?. Mugkin cukup
inspiratif bagi Anda, menyimak sidang penghinaan terhadap Henri Ford, pendiri Ford Motor.
Koran pemah menyebutnya ignoramus (orang bodoh). Kasus itu dibawa ke pengadilan. Untuk
membuktikan bahwa ia memang orang bodoh dan tak berpendidikan, pembelanya menanyakan
pertanyaan seperti ini :

1. ”Siapa presiden kesembilan belas Amerika?”

2. ”Berapa mil jarak matahari ke bumi?”

3. ”Apa yang dikatakan dalam Prinsip Archimedes?”

4. ”Berapa akar pangkat dua dari 1?”


Seperti kebanyakan dari apa-apa yang dipelajari mahasiswa kita. Pertanyaan itu berkisar dari
sejarah sampai fisika dan matematika agar kita mengingatnya setiap mau ujian. Bila kita tidak
mampu menjawabnya itu akan membuktikan bahwa ia tidak punya pengetahuan dan memang
bodoh!. Henry Ford bosan menghadapi semua pertanyaan itu. Ia sontak berdiri, menghadap
hakim.

”Ya Tuhan, mengapa saya harus menyia-nyiakan waktu menjawab pertanyaan bodoh ini bila
dengan hanya memencet tombol, saya bisa memanggil ahli sejarah terbaik untuk menjawab
pertanyaan dan dengan tombol lain saya bisa memanggil ahli fisika terbaik untuk menjawab
dan ahli matematika terbaik untuk menghitung semua soal….”

Semua yang ada di ruang sidang, terdiam. Baru saja mereka mendengarkan kata-kata dari
seorang terpelajar dan bijaksana. Tak perlu dikatakan, Henry Ford memenangkan perkara!.
Demikianlah perbedaan antara pergi ke sekolah dan menjadi terpelajar. Banyak orang
menganggap orangtua dan kakek kita tidak terpelajar karena tidak pemah bersekolah. Ini
menyedihkan! Beberapa anak bahkan merasa malu akan orangtuanya karena punya
orangtuanya petani padi, penjual rokok, penjual koran atau pedagang kaki lima. Apakah kita
bisa menanamkan seorang lulusan universitas tapi malu akan orang tuanya sebagai orang
terpelajar?. Yang menarik, dari semua hal yang berubah dalam 50 tahun terakhir, pendidikanlah
yang berubah belakangan. Sangat menarik untuk dicatat bahwa seorang ilmuan yang
mempelajari hidup dan pemikiran Socrates mendapat PhD untuk itu. Tapi Socrates sendiri tidak
punya ijazah sama sekali.

Pendidikan kita sering melahirkan orang-orang tidak kreatif dan berpikiran linier. Bila
jawabannya tidak sesaui keinginan dosen maka dianggap salahg. Pendidikan tidak merangsang
untuk menghasilkan ide-ide baru karena, sebelum kita bisa menghasilkan ide, pikiran kita harus
bebas. Pendidikan harus membebaskan pikiran kita dan bukan menguncinya. Tujuan
pendidikan adalah menggantikan pikiran yang kosong dengan pikiran yang terbuka.

Anda akan memperhatikan bahwa sulit sekali ide muncul bila pikiran terlalu kaku dan
terkontrol atau terkondisi. Perhatikan bahwa salah satu penemu terbesar sepanjang masa,
Thomas Alfa Edison, hanya bersekolah selama tiga bulan. Henry Ford bersekolah sebentar.
Mungkin spesialis terlalu terbenam dalam pikiran mereka, sehingga mereka tidak bisa keluar
untuk memecahkan masalah. Anda pernah dengar, bukan, tentang Lembah Silikon (Silicon
Valley). Itu desa kecil di California. Bukan kebetulan kalau di sini lahir banyak ide. Miliuner
yang dihasilkan lembah ini setiap bulan, mengejutkan. Setiap lima hari, sebuah perusahaan go
public di Lembah Silokon! . Tahun 1980-an, ”mesin uang” mereka, sektor manufaktur. tahun
1990-an, pebisnis jasa, merupakan gelombang kedua pencetak uang. Pada milenium baru ini,
penghasil uang terbesar, adalah kelompok yang bekerja berdasarkan ide. Telah lahir 20
multimiliuner yang berusia di bawah 40 tahun pada 1 September 1999. Ini berarti sudah
waktunya kita mengubah ide yang dapat membantu kita mendapatkan uang tunai, penjualan
atau bisnis, dalam kehidupan sehari-hari.Bila Anda merenungkan lebih lanjut, bahwa ternyata
setiap masalah yang belum terselesaikan adalah karena kita belum memikirkan ide untuk
mecahkannya.

Kadang-kadang dalam pencarian kita untuk suatu pemecahan kita tidak boleh hanya bertahan
pada cara pikir lama. Masalahnya sejak sekolah kita terkondisikan demikian, kita hanya punya
jawaban yang salah atau benar. Hidup tidak semuanya hitam atau putih. Kadang bisa juga
berwama abu-abu bahkan seperti pelangi. Cobalah beberapa ide atau metode yang mungkin.
Beberapa mungkin kedengaran gila, tapi mungkin juga berhasil.

Pembaca, ide itu mahal. Sering nilainya unlimited. Kalau pun terpaksa harus muncul sebuah
angka nominal tertentu untuk harga sebuah ide, lebih karena kepentingan praktis, transaksi atas
itu harus berlangsung. Sejatinya, ide sendiri, susah diukur nilainya. Ia bergerak, memberi
pengaruh terhadap banyak hal, menciptakan banyak situasi-situasi baru.

Kewirausahaan, adalah “jagad ide” yang akan mati saat ide sudah hilang tergantikan dengan
rutinitas mekanistik. Rutinitas itu, sering terjadi sebagai dampak psiklogi dunia formal. Ya,
tegasnya: pendidikan formal. Korban-korbannya begitu banyak. Mereka bersekolah, tapi
kebingungan dalam menyusun kemauannya sendiri. Berbondong-bondong, mengekori sebuah
tujuan tertentu, membuat sebuah peluang kerja, menjadi kian sempit lantaran persaingan amat
ketat.

Padahal, segudang fakta menunjukkan, mereka yang “lepas dari belenggu persekolahan dan
penjara pengetahuan”, malah melihat peluang dan membangunkan jiwa kewirausahaan dalam
dirinya.

Lihat saja, Primagama, bimbingan belajar milik Purdi Chandra, drop out dari Universitas
terkemuka, Gajah Mada, kini menjadi satu-satunya bimbingan belajar yang masuk Museum
Rekor Indonesia (MURI) memiliki 297 cabang tersebar di 122 kota di Indonesia dengan
107.334 siswa dengan penghasilan tahunan berkisar 300 miliar (data tahun 2003).

Ya, sudah dikatakan bahwa abad ke-20 adalah abad di mana gelar akademi dari universitas
sangat peting, tapi tidak lagi di abad 21. Kecenderungan ini sudah dimulai di AS, Jepang, dan
kemudian di seluruh dunia. Banyak yang drop out dan mulai! Bila Anda punya gelar, itu bagus,
tapi jangan jadikan itu sebagai halangan. Jangan biarkan ijazah Anda menentukan jumlah yang
bisa Anda dapatkan atau apa yang bisa anda lakukan.
PERAWAT SIBUK TETAPI TETAP MISKIN
Ada profesi yang bekerja keras dalam menjemput rejeki tetapi tetap saja miskin. Ada juga
perawat yang jabatannya di ruangan biasa saja tetapi sudah naik haji tiga kali, ke rumah sakit
naik mobil mewah, shodaqoh rajin dan tidak pernah bertengkar di kantor gara-gara honor yang
kecil. Adakalanya seorang sahabat saya perawat yang menduduki posisi terhormat seperti
kepala ruangan merasa pusing bila ditanya masalah penghasilan dan ketentraman hatinya. Saat
perawat ditanya berapa tabungan anda di Bank?, berapa deposito anda?, kapan anda ke tanah
suci?, seberapa banyak aset yang anda miliki? apakah anda sering menunggu gaji bulanan?,
Apakah sering terjadi konflik di tempat kerja gara-gara honor yang tidak sesuai?, apakah hati
anda tidak tenang menghadapi masa depan?. Apakah otak mulai panas saat harga-harga
melambung tinggi?. Marilah kita simak sebuah hadits Qudsi. Hadits Qudsi adalah hadits
khusus yang memiliki kedudukan penting. Saking pentingnya Hadits Qudsi biasanya
diwahyukan Allah langsung pada nabi tanpa melalui malaikat jibril.

Hai anak Adam luangkan waktu untuk beribadah kepadaKu niscaya Aku penuhi dadamu
dengan kekayaan dan Aku menghindarkan kamu dari kemelaratan (kemiskinan). Kalau tidak
aku penuhi tanganmu dengan kesibukan kerja dan Aku tidak menghindarkan kamu dari
kemelaratan. (HR Attirmidzi dan Ibnu Maajah)(1)

Pernahkan kita mendengar seorang perawat yang pergi pagi sekali dinas ke rumah sakit,
puskesmas atau dinas kesehatan ?. Mereka pergi sebelum anak-anak bangun dan tidak sempat
sarapan pagi. Sholat berjamaah shubuh ketinggalan, mandi terburu-buru. Kemudian berjam-
jam macet di jalan. Naik motor ugal-ugalan dengan dalih menjemput rejeki. Sesampainya di
tempat kerja keringat bercucuran, melakukan operan. Kemudian melakukan rutinitas sebagai
perawat. Ganti balutan, memberi obat, penyuluhan, melakukan tugas administrasi, rapat,
seminar, presentasi, memberi kuliah atau harus kuliah, membaca, berdiskusi, bergelut dengan
kemacetan lagi dan pulang ke rumah dalam keadaan lelah. Anak-anak sudah tertidur pulas.
Diantara anaknya ada yang terkena TBC kelenjar karena kurang mendapatkan gizi. Anaknya
tidak cukup makan meskipun laporan pembantu selalu menyampaikan makan banyak dan
habis. Perawat terlalu banyak memberikan penyuluhan makanan bergizi pada pasien. Perawat
lupa membeli makanan bergizi untuk keluarganya karena cicilan rumah dan motor baru lebih
penting.

Esoknya bergelut lagi dengan kemacetan sambil menghitung hari kapan tiba saatnya tanggal
gajian, tanggal yang dinanti-nantikan. Otakpun berputar pengeluaran apa saja yang harus
segera dibereskan seperti kontrakan, gas, rekening listrik, SPP anak, cicilan motor, cicilan
mobil, perabotan rumah tangga arisan, telepon, PDAM dan setelah dikalkulasi, pas tanggal
lima belas pas gaji habis semua sudah masuk pada posnya masing-masing. Esoknya mulai antri
dengan kemacetan lagi dan kita makin sibuk tetapi pendapatan tidak bertambah naik. Hal ini
persis seperti apa yang disindir Allah dalam Hadits Qudsinya: ….”Aku penuhi tanganmu
dengan kesibukan kerja dan Aku tidak menghindarkan kamu dari kemelaratan..”. Tidak seperti
peribahasa yang sering kita dengar di bangku sekolah ”Semakin kamu kerja keras maka
semakin sukses”. Peribahasa itu bukan hadits Qudsi yang dijamin kebenarannya oleh Allah dan
cocok untuk segala zaman. Peribahasa itu telah meracuni pikiran kita dan meracuni pikiran
sebagian besar perawat Indonesia, seharusnya kita tetap meluangkan waktu untuk bermunajat
kepada Allah yang menguasi seluruh rejeki mahlukNya di muka bumi ini.
Perawat sering lupa bahwa hari ini Allah menjamin rejeki milyaran ikan-ikan di lautan dan
cacing-cacing tanah. Allah menjamin rejeki ulat-ulat pohon. Hari ini Alah menjamin ribuan
rejeki kupu-kupu dan jutaan burung-burung di angkasa. Hari ini dan seterusnya Allah
menjamin rejeki perawat-perawat di Rumah sakit, puskesmas, dinas kesehatan, Akper, Stikes
dan instansi swasta lainnya. Esok hari dan seterusnya Allah akan menjamin oksigen,
kelembaban, suhu tubuh, temperatur lingkungan, sinar matahari, peristaltik usus, garavitasi
bumi, cahaya, gerak, kedipan mata dan sesuap nasi sesuai dengan volume lambung yang telah
diciptakan Allah. Singkatnya rejeki apapun bentuknya sudah selesai direncanakan Allah
semenjak kita berada dalam kandungan. Rejeki tersebut bukan semata-mata hasil kerja keras.
Bila kita kerja keras tetapi tidak meluangkan waktu untuk bermunajat, maka dada kita akan
melarat (mental miskin). Ciri mental miskin itu adalah kita menyangka kurang kerja keras.
Sehingga makin banting tulang semakin kurang. Akhirnya miskin betulan. Dalam artian hati
selalu gelisah, merasa cemas dengan masa depan, waswas, banyak utang, merasa tidak cukup,
gangguan tidur dan di lain pihak kalau melihat besarnya penghasilan dengan keinginan dan
kebutuhan selalu tidak seimbang.

Perawat kaya selalu meluangkan waktunya untuk bermunajat kepada Allah. Misalnya saat
datang ke ruangan ia mengambil air wudlu dan meluangkan waktu sholat dluha. Setelah
seminar membaca buku ilmu keperawatan meluangkan waktu untuk membaca hadits nabi dan
berdzikir, Setelah selesai rapat dengan pimpinan ia mengadakan meeting dan teleconfrence
dengan Allah di Mushola. Efek dari sholat dluha membuat ia lebih fress dan santai. Sholat
berjamaah membuat pembuluh darah menjadi Vasokontriksi kembali dan pemusatan energi ke
dalam organ visceral. Munculnya rasa nyaman, rileks dan segar. Hal ini merupakan bentuk
refreshing dan istirahat bagi tubuh dari kesibukan kerja yang membuat melarat sperti yang
diungkapkan hadits nabi:…. Kalau tidak aku penuhi tanganmu dengan kesibukan kerja dan
Aku tidak menghindarkan kamu dari kemelaratan…. .. Bila kita rajin bermunajat Allah akan
mengilhamkan kepada jiwa kita sehingga dalam bekerja kita tidak saja bekerja keras, tetapi
kerja cerdas serta kerja ikhlas.

Sebagai illustrasi tukang becak setiap hari kerja keras, tukang gali batu setiap hari kerja keras,
nelayan setiap hari bekerja keras, perawat setiap hari kerja keras mendorong blankar,
mengangkat pasien, menjaga kebersihan lingkungan, memandikan, mengganti balutan, tetapi
sudahkah mereka kerja cerdas dan kerja ikhlas?. Apakah dengan kerja keras kita semakin kaya
materi dan kaya hati?. Pentingnya mengolah ketiga aspek bagi perawat supaya ketiga-tiganya
bekerja. Contoh uraian berikut bagaimana seorang perawat memadukan ketiga aspek tersebut
untuk menggapai kesejahteraaan dunia dan berlimpahnya kekayaan.

Fisik Kerja keras manajemen waktu, bangun subuh, olah-raga, sarapan,


(Physical) (hard worker) makanan bergizi, tidak merokok, tidak minum alkohol,
disiplin diri dsb.
Otak Kerja cerdas kuliah, belajar, kursus, baca buku, membuka wawsan
(brain) (intelligent) baru, pelatihan, seminar, diskusi, sharing, mempelajari
metode baru, eksperimen dsb.
Hati Kerja ikhlas meluangkan waktu untuk bermunajat, sholat dluha,
(mind) (Transedental) Tahajud, berdo’a, sholat sunat, shodaqoh, majlis taklim,
kajian agama, dsb.

PERAWAT KAYA JAUH DARI AGAMA?


Pernahkah anda mengunjungi sebuah pasar yang kumuh, bau dan kotor?, ojeg berderet, becak
melawan arus, pedagang sayuran di bahu jalan, angkot ngetem bikin macet, lingkungan becek,
pejalan kaki berpacu mengejar waktu, pedagang asongan berbondong-bondong, pengemis di
pinggir trotoar, polisi terpaksa harus bersembunyi sekali-sekali keluar untuk menangkap
mangsa.

Pernahkah anda mengunjungi sebuah terminal yang semerawut?, calo-calo gentayangan,


tukang dagang bertebaran di mana saja, bau pesing, WC kotor, gelandangan bergeletakan,
polusi berbaur dengan terik matahari diiringi suara pengamen jalanan dan petugas parkir tak
berseragam.

Pernahkah anda mengunjungi stasion kereta yang masih primitif?, WC yang becek, tempat
duduk berantakan, informasi tidak jelas, kereta datang dan pergi terlambat. Tidak jelas mana
copet mana petugas. Tidak jelas mana pedagang asongan mana pramugari kereta, bahkan tidak
jelas mana ruang tunggu mana tempat sampah.

Pernahkah anda makan di restoran siap saji made in Amerika?. Meskipun konsumennya
sebagian besar orang Islam, restoran tersebut beberapa waktu yang lalu harus ditutup paksa
karena dianggap milik kafirun dan mendanai pembantaian umat Islam oleh Yahudi di berbagai
negara. Gedung yang megah, tata warna yang indah dan bau harum yang mengundang selera
adalah ciri khas restoran tersebut. Prinsip kepuasan pelanggan dan total quality
control mewarnai setiap penyajiannya. WC nya terkadang lebih indah dibanding ruang utama
perawat. Dengan Sigma Kepuasan semenjak masuk, pintu kaca terbuka secara otomatis atau
minimal dibukakan oleh pelayan yang cakep atau cantik. Menginjak lantai sangat bersih licin
dan wangi. Memesan makanan dilayani dengan petugas berseragam yang cantik dan murah
senyum. Meja makan dengan tata warna yang sudah dirancang untuk meningkatkan selera
makan. Semua didesain sesuai dengan hasil riset dengan pendekatan psikologi konsumen.

Pernahkah anda mengunjungi sebuah STIKes yang jorok? Puskesmas lembab dan bocor serta
rumah sakit yang kumuh?. Pernahkah anda mengunjungi sebuah Rumah Sakit dimana saat
datang dijaga satpam yang berwajah bengis, parkir sulit, masuk gerbang dengan pagar usang,
lantai ubin tua dan bau Lysol. Sampah medis berserakan, bekas slang infus di pojok-pojok,
dimana-mana terdapat plastik transfusi, abocat, kapas alkohol dan bekas balutan, tikus
berseliweran, kucingpun tidak berselera mengejarnya karena tikusnya besar sekali. Warna
dinding sudah kusam, suara blankar berisik karena rodanya sudah longgar. Mahasiswa
berseliweran, Ko-Ass, dokter, keluarga pasien, Analis, dokter gigi, bidan dan satpam semua
bergerak dalam lorong yang sama. Pasien belum bisa istirahat karena suasananya riuh seperti
pasar malam.

Sebagai pemeluk agama pilihan Tuhan saya sering bertanya dalam forum seminar. Benarkah
kita kita tidak boleh kaya?, Bagaimana kalau kita memilki uang banyak sehingga bisa membuat
Airport yang canggih, terminal yang bersih, pasar yang rapih dan rumah sakit yang nyaman?.
sedangkan Allah itu bersih dan mencintai kebersihan, Allah itu indah mencintai keindahan,
Allah itu maha pengatur dan mencintai keteraturan. Agama ini sudah dirancang oleh Allah
dengan sempurna. Agama ini pasti memberikan petunjuk bagi kita agar menciptakan Syorga
di dunia. Agama ini sangat lengkap dan pasti mampu membuat dunia ini indah meskipun tetap
bersikap juhud. Dengan agama ini bukan saja kita akan berjaya di akherat tetapi kita juga bisa
sejahtera di dunia.

Ironisnya terminal primitif, pasar tradisional, rumah sakit kumuh banyak terdapat di negara
yang mayoritas perawatnya beragama Islam. Ada satu hadits nabi yang kita lupa bahwa
semuanya membutuhkan uang bukan hanya semangat membaja. Dalam beberapa seminar saya
sudah menyampaikan bahwa menurut Sayidina Ali RA. pendidikan yang berkualitas itu
modalnya hanya dua yaitu dosen/guru yang berkulitas dan yang keduanya adalah uang. Apakah
ada sarana parasaran atau sistem yang tidak membutuhkan uang?. Mari kita simak Hadits
berikut :

Pada akhir zaman kelak manusia harus menyediakan harta untuk menegakkan urusan agama
dan urusan dunianya (HR Athabrani)(1:190)

Perawat kaya (cerdas secara finansial) saat ini sangat dibutuhkan. Ia akan membangun
agamanya dan berdawah dengan media canggih. Ia akan membangun pusat-pusat layanan
kesehatan masyarakat. Ia akan membuat sekolah-sekolah berkualitas bertaraf International
sehingga benar-benar menjadi Rahmatan Lil Alamin.

MAMPU MENEMUKAN PELUANG WIRA USAHA DALAM BIDANG


KEPERAWATAN (SEARCH FOR BUSINESS CHANCE)
Kemampuan mencari dan menemukan peluang usaha perlu dilatih terus-menerus pada diri
perawat. Kemampuan ini perlu diasah. Terutama bagi perawat-perawat yang sudah bosan
miskin. Pada tingkat pemula biasanya hanya ide spontan yang belum tentu bisa dilaksanakan.
Kebiasaan menyampaikan ide-ide spontan tersebut mungkin saja mendapat cemooh atau bahan
tertawaan orang lain. Tetapi berbahagialah kalau kita sudah dicemooh atau ditertawakan,
karena biasanya kita akan mentertawakan dia pada saat dia pinjam uang pada kita atau
menyatakan diri ingin bergabung. Setidaknya bila kita terbiasa mengemukakan ide akan
melatih kreativitas otak kita. Ciri orang kreatif secara verbal menurut Guilford diantaranya
adalah word fluency, originality and ideational fluency.

Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan perawat dalam menemukan peluang usaha atau
bisnis dalam bidang keperawatan. Hal ini bisa dilakukan dengan mengajukan beberapa
pertanyaan.
– Langkah pertama : dimana biasanya perawat berkumpul?. Misalnya di Rumah sakit,
Puskesmas, Klinik, Stikes, Akper, Panti, Tempat seminar, tempat pelatihan, Sanggar
– Langkah kedua : apa yang biasanya dibutuhkan mereka?. Misalnya makanan, pakaian,
angkutan, pulsa, referensi, buku, jaringan internet, mesin cuci, laptop, printer, alat tulis, kado,
buah-buahan dsb.
– Langkah ketiga : dengan siapa mereka berhubungan setiap hari?. Misalnya dokter, perawat
lain, masyarakat, pasien, korban, keluarga, kelompok khusus, pemerintah.
– Langkah ke lima : barang dan jasa apa yang dibutuhkan dan bisa kita jual bagi mereka ?
Misalnya makanan, pakaian, angkutan, pulsa, referensi, buku, jaringan internet, mesin cuci,
laptop, printer, alat tulis, kado, buah-buahan dsb.
– Langkah ke enam : Jasa apa yang bisa kita tawarkan kepada mereka ? mencucui, memasak,
mengajar, mendengar, mendorong, membersihkan, menghubungkan.
– Langkah lanjutan : inovasi apa dari produk yang dihasilkan orang lain yang bisa kita rubah
atau kita sempurnakan, misalnya dalam hal ini saya ingin memberikan contoh norak agar anda
terbiasa dengan ide yang dinggap buruk. Idenya adalah Motor dan laptop menjadi molap,
bicaralah dengan pabrik Honda untuk membuat Molap, kita bisa membuat motor yang ada
laptopnya di tengah jok, sehingga orang yang dibonceng bisa duduk sambil ngetik atau carilah
ide yang lebih gila dari itu. Bisanya dari 10 ide gila ada satu ide yang normal.
– Langkah terakhir mulai mencari nama perusahaan yang hoki kalau bisa dengan sholat
istikharah, dengan demikian meskipun perusahaan kita bangkrut di dunia, tetapi kita akan tetap
kaya di akherat karena banyanya niat baik dan pahala sholat sunat sesuai dengan niat kita
menjadi entreperenur yaitu Rich until hereafter (kaya sampai akherat). Selanjutnya buatlah
kartu nama perusahaan kita agar mudah berhubungan dengan orang lain. Tuliskan nama kita
dan jabatan kita sebagai presiden direktur merangkap karyawan dan komisaris pemegang
saham. Biasakanlah untuk siap menghadapi kegagalan makin banyak akan makin bijak
menghadapi masa depan. Tidak usah terlalu serius, bukankah dunia ini hanya main-main saja?

Tingginya jumlah institusi perawat di indonesia memungkinkan terbukanya peluang usaha atau
bisnis di bidang ;
 Buku-buku keperawatan
 CD-CD perkuliahan
 Rumah kontrakan
 Asrama perawat
 Catering perawat
 E Book Askep
 Out let pakaian dan atribut rumah sakit
 Instrumen Alat kesehatan
 Jaringan penyedia perawat ke luar negeri
 Toko aksesories keperawatan
 Sablon dan percetakan buku-buku keperawatan
 Restoran diet milik perawat bagi klien diabet, stroke, kanker, asma
 Explore Bandung for terminall illness (mobil wisata bagi pasien yang mau meninggal)
 Home care
 Pelatihan babysitter
 Nursing laundry
 Pelatihan helper gerontik
 Jasa statistic for Nursing research
 Distributor beras bagi dosen keperawatan
 Internet
 Rental latop
 Rental infocus
 Hotel pelatihan perawat
 Wisma perawat
 Pom bensin milik perawat
 Aqua galon Sehat
 Pabrik Abocath
 Pabrik kateter
 Pabrik obat
 Pabrik penyediaan kapas steril
 Kerjasama dengan ITB dalam pembuatan phantom
 Kerjasama dengan ITB dalam membuat instrument bedah
 Pabrik bethadin
Komentar pertama yang akan kita dapati pada saat kita mengajukan ide bisnis tersebut
adalah, “ah itu tidak mungkin”, “itu kan sudah ada”, ‘sulit untuk memulainya’. ‘hal tersebut
mana bisa laku” Manusia-manusia seperti itu telah membatasi dirinya dan otaknya dari
sumber-sumber rezeki yang telah disediakan Allah yang maha Luas rahmatNya, Maha kaya,
maha kreatif. Dulu ide air putih dimasukan ke dalam botol banyak ditertawakan orang.
Sekarang hampir semua orang menggunakan produk tersebut dan ingin meniru keberhasilan
Aqua, termasuk orang-orang yang pernah mencemooh. Jadilah kita pecundang-pecundang
kalah yang tak pernah gagal karena tak pernah mau memulai suatu kebaikan. Ketakutan
terhadap kegagalan telah melahirkan manusia-manusia kalah yang terkumpul di seluruh
wilayah Indonesia. Akhirnya manusia-manusia kreatif yang kaya ide telah menjadi milyuner
di Singapura, Jepang, Taiwan, Amerika, Jerman dsb.

Siapa penemu angka nol?, siapa penemu tusuk gigi?, siapa penemu peniti?, siapa penemu kaos
kaki?, siapa penemu kancing baju?, siapa penemu pentil?, siapa penemu atom heckter?, mereka
adalah para penghayal yang pada awalnya ditertawakan dan dicemoohkan. Karena idenya yang
sepele dan dianggap tak berharga. Siap penghayal yang tidak mungkin hayalannya itu untuk
dilakukan tetapi paling diminati oleh anak-anak dan menghasilkan milyaran rupiah?.Dialah
Doraemon. Maka oleh karena itu hanya ada dua pilihan untuk para penghayal dan penggagas
ide baru yaitu kaya atau kaya orang gila.

4. MEMILKI KEMAMPUAN UNTUK BERANI MENCOBA WIRAUSAHA TERKAIT


KEPERAWATAN ATAU KESEHATAN (SENSE OF TRIAL IN NURSING BUSINESS)
SEGERALAH BERTINDAK

“Jangan menunda hingga esok apa yang dapat Anda kerjakan hari ini.”
(Benjamin Franklin)
Diawal buku ini kami telah menyampaikan sebuah slogan yang wajib dijalankan setiap calon
wirausaha : Praktek! Praktek! Praktek! Inilah sesuatu yang para pemimpin dalam semua bidang
sepakat. Setiap pekerjaan besar – entah itu menjalankann perusahaan, penjualan tingkat tinggi,
dalam sains atau pemerintahan – memerlukan orang yang berfikir untuk
bertindak. Para eksekutif utama yang mencari tokoh kunci, menuntut jawaban terhadap
perrtanyaan :”Apakah ia akan melaksanakan pekerjaan tersebut?” “Apakah ia akan
menuntaskannya?” “Apakah ia orang yang berinisiatif?” “Dapatkah ia memberikan hasil, atau
apakah ia hanya pandai omong?”
Semua pertanyaan ini mempunyai satu tujuan : Mencari tahu apakah orang tersebut
adalah orang yang suka bertindak ?.Gagasan yang bagus saja tidak cukup. Gagasan sederhana
yang dilaksanakan dan dikembangkan, adalah seratus persen lebih baik daripada gagasan hebat
yang mati karena tidak ditindaklanjuti. Tidak ada yang datang dengan hanya memikirkannya.
Ingatlah. Semuanya yang kita miliki di dunia ini, dari satelit hingga pencakar langit
hingga makanan bayi, hanyalah suatu ide yang dilaksanakan.
5. BERANI UNTUK GAGAL (DARE TO FAILED)
Sejak ibu mengandung bayi yang dicinatainya, ia gagal menahan sakit, tetapi tetap diterusakan
karena sakit tersebut suatu saat akan hilang. Saat mau melahirkan gagal untuk mendapatkan
pembukaan lengkap secara cepat, tetapi tetap bertahan karena mungkin lambat laun akan
lengkap, atau dokter akan memberinya pitosin drip, atau mungkin bila darurat akan
dilakukan sectio caesaria. Saat anak telah lahir gagal bernafas dengan spontan tetapi tetap saja
bayi itu berjuang untuk hidup karena bidan segera membersihkannya. Menjelang
ia neonatus gagal mendapat bilirubin normal sehingga bayi kekuningan, tetapi bayi tenang saja
karena ada sinar matahari yang bisa mengatasinya. Menjelang satu tahun ia gagal berbicara
tetapi terus saja mengoceh karena sutau saat ia akan bisa menirukan suara bapaknya. Saat
belajar jalan dia gagal dan terjatuh terus-terusan tetapi tetap saja belajar karena hidup memang
harus terus belajar. Tidak pernah frustasi dan menganggap dirinya tidak berbakat untuk
berjalan. Sampai bayi dewasa ia terus menerus didera kegagalan agar dia sempurna sebagai
manusia. Bayi itu adalah kita. Kitalah calon wirausahawan sukses.

Guru saya Valentiono Dinsi pernah menyampaikan bahwa calon wirausahawan harus siap
gagal. Terutama untuk memahami makna kegagalan. Tanpa faham filosofi itu, jangan berpikir
mau mengambil jalan menjadi wirausaha. Alasannya, ada yang sukses dalam usahanya, ada
yang belum berhasil. Pengusaha mengetahui bahwa ”kegagalan” bukan akhir permainan dan
tidak boleh takut mengalaminya. Ia menyadari dengan keberanian.
Resiko adalah suatu konsekuensi kehidupan. Menghadapi risiko, adalah gabungan kerja keras,
kecerdikan, kehati-hatian, kecermatan membaca peluang dan kesiapan menghadapi kegagalan
maupun keberhasilan. Happy ending sebuah ikhtiar adalah keberhasilan. Ini dicapai, tentu
setelah melewati keberhasilan demi keberhasilan kecil, seperti keberhasilan menyingkirkan
kesulitan dan bahaya. Proses ini dibangun dari kesungguhan melahirkan segenap potensi diri
seorang wirausahawan. Dengan begitu, ia mengubah “kekalahan menjadi kemenangan”,
sebuah proses yang kecil peluang pencapaiannya tanpa kesiapan mental menghadapi
kegagalan. Kalau Anda termasuk yang tidak siap gagal, lebih baik jangan meniti jalan ini.
Bahkan, mengimpikannya saja, jangan!

Kegagalan adalah bagian dari kehidupan. Seperti illustarasi di atas semenjak dalam kandungan
sampai menjelang lansia kita berjalan dengan kegagalan yang berulang. Setiap kegagalan
adalah pelajaran yang mendorong pengusaha untuk mencoba pendekatan baru yang belum
pemah dicoba sebelumnya. Bagi pengusaha sejati, “Berani Gagal” berarti “Berani Belajar”.
Dengan gagal dan dengan belajar, pengusaha bertumbuh menjadi orang yang lebih baik dan
belajar bagaimana menciptakan kekayaan sejati. Walaupun pengusaha kehilangan kekayaan
materi yang telah mereka peroleh, mereka tahu bagaimana menciptakan semua kekayaan itu
lagi. Pelajarannya tidak pemah hilang. Sebaliknya, mereka yang tidak pemah mengalami
perjalanan yang sulit dan menemukan kekayaan dengan mudah, tidak akan tahu bagaimana
menciptakan kekayaan ketika mereka kehilangan. Dengan kata lain, mereka yang tidak gagal
tak akan tahu kekayaan sejati.
Kini jamannya menulis kurikulum vitae dengan rentetan kegagalan. Semakin banyak gagal
semakin tinggi jam terbangnya dan semakin besar pengalamannya. Gemerlap materi, pada
komunitas bahkan kehidupan sosial yang serba benda (materialistis), lebih banyak memperoleh
penilaian tinggi. Sebaliknya, siapa pun mengalami kegagalan, sudah mendapat stempel sosial
sebagai manusia yang kehilangan harga. The looser dunia usaha, sering menjadi figur yang
menghadapi titik balik sikap sosial terhadapnya. Dulu, saat masih jaya, ia banyak rekan dan
kolega, setelah gagal dalam usahanya, hampir semua rekan dan kolega yang dulu
mendukungnya, menebar senyum ramahnya, bahkan mengajak bermitra, hilang sudah! Akibat
cara pandang seperti ini, banyak wirausahawan yang traumatik terhadap kegagalan. Ini, “awal
kematian” benih-benih kewirausahaan. Semua pihak harus mengubah sikapnya:
doronglah masyarakat menjadi pihak yang turut membangun keberanian banyak orang untuk
respek terhadap ikhtiar orang meraih keberhasilan dalam bisnis. Gagal atau keberhasilan,
bukan menjadi satu-satunya alasan menghargai atau meremehkan wirausahawan. Tentu,
sembari tetap mentransfer sikap-sikap arif, bahwa dalam setiap kegagalan selalu ada pelajaran
berharga. Seorang bijak berkata,”sukses hanyalah pijakan terakhir dari tangga kegagalan.”

Allah SWT menyampaikan dengan mengulang dua ayat tentang peluang keberhasilan sesudah
kegagalan. Dalam untaian ayat yang indah Allah menyampaikan ”…Sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan…setelah kesulitan ada kemudahan….. ”.

Billy P.S. Lim, motivator kelas dunia yang berbasis di Malaysia, pernah menanyakan kepada
peserta trainingnya tentang satu masalah menarik. ”Mengapa orang akan tenggelam apabila
jatuh ke dalam air?” Ternyata berbagai komentar diberikan oleh peserta seminar. Tetapi yang
paling sering ialah ”Dia tenggelam karena ia tak dapat berenang.” Yang hadir heran, karena
Lim menyalahkan jawaban itu. Yang hadir mengira, Lim bercanda. Untuk menyakinkan
mereka, Lim memberi contoh kejadian orang tenggelam di air sedalam tiga inci. Akhirnya, ia
memberitahu jawabannya, yang akan ia berikan kepada Anda sekarang. Kami kutip pendapat
Lim: ”Orang tenggelam karena dia menetap disitu dan tidak menggerakkan dirinya ke tempat
lain.” dengan demikian kata kuncinya adalah bergerak, berubah, mencari ide lain dan mencoba
cara baru. Berarti berapa kali orang jatuh tak jadi masalah, yang penting kemampuannya untuk
bangkit kembali setiap kali jatuh.

Valentino mengemukakan bahwa Janganlah kita mengukur seseorang dengan menghitung


berapa kali dia jatuh, ukurlah ia dengan beberapa kali dia sanggup bangkit kembali. Seseorang
yang mampu bangkit kembali setelah jatuh, tidak akan putus asa. Menyedihkan, mendengar
bahwa banyak orang seperti mereka, setelah sekali dua kali gagal, memilih untuk menetap di
situ dan akhirnya mati sebagai orang yang sebenar-benarnya gagal, tersungkur, dan tidak
bangkit lagi.

Dalam hal ini kulitas diri sendiri menjadi hal yang sangat penting dan menentukan. Tidak ada
apapun di dunia ini yang bisa menggantikannya. Sebagain besar oarng mengatakan bahwa
kegagalan wirausaha karena tidak bakat, tetapi banyak sekali orang berbakat yang tidak sukses.
Sebagian lagi menyatakan bahwa orang harus jenius. Jenius yang tidak sukses sudah malahan
akan menjadi bahan olok-olokan. Yang terakhir beranggapan bahwa kesuksesan seorang
pengusaha terlerak pada latar belakng pendidikan. Tetapi dunia ini penuh dengan orang
terpelajar dan bergelar sarjana. Ternyata hanya kemauan dan ketabahan saja yang paling
ampuh. Ketabahan adalah kemampuan bangkit kembali untuk kesekian kalinya setelah
terjatuh. Dalam benturan antara sungai dan batu, air sungai senantiasa menang bukan dengan
kekuatan tapi dengan ketabahan. Seberapa jauh Anda jatuh tidak menjadi masalah, tetapi yang
penting seberapa sering Anda bangkit kembali.
Apabila Anda dapat terus mencoba setelah tiga kegagalan, Anda dapat mempertimbangkan diri
untuk menjadi pemimpin dalam pekerjaan Anda sekarang. Jika Anda terus mencoba setelah
mengalami belasan kegagalan, ini berarti benih kejeniusan sedang tumbuh dalam diri Anda.
Seperti Thomas Alfa Edison, saat ditanya, bagaimana ia bisa bertahan setelah ribuan kali gagal?
Penemu bola lampu dan pendiri perusahaan kelas dunia, General Electric ini menjawab, ”Saya
tidak gagal, tetapi menemukan 9994 cara yang salah dan hanya satu cara yang berhasil. Saya
pasti akan sukses karena telah kehabisan percobaan yang gagal.”

Allah SWT maha penyabar menypakan bumi ini milyaran tahun agar betul-betul siap dihuni
manusia. Tiga ratus lima puluh tahun dengan tabah bambu runcing menghadapi jet tempur dan
meriam penjajah sebelum lahirnya Indonesia. Charles Goodyear yang tekun, membuahkan ban
yang memungkinkan kendaraaan melaju kencang. Tabahnya Wright and wright membuahkan
pesawat terbang yang bisa digunakan kita ke tanah suci. Bethoven, mengisi dunia dengan
musik inspiratif, John Milton membuahkan karya puisi indah yang menyejukkan hati,
perempuan tuna netra yang tegar Helen Keller, memberikan harapan kepada semua orang cacat
dengan ditemukannya braile, ketabahan Abraham Lincoln membuatnya terpilih menjadi
presiden. Thomas Alfa Edison, memberi kita bola lampu listrik hingga teranglah dunia di
malam gulita. Kesuksesan sebenarnya tergantung pada kekuatan untuk bertahan. Kurang tabah
merupakan salah satu alasan orang gagal dalam bisnis, politik, dan karirnya.

Secara sederhana, kegagalan adalah situasi tak terduga yang menuntut transformasi dalam
sesuatu kompensasi yang positif. Sejarah mencatat bahwa Amerika Serikat merupakan hasil
dari kegagalan total. Karena Columbus sebenarnya ingin mencari jalan ke Asia. Kegagalan,
jangan biarkan sebagai sesuatu yang final. Entrepreneur sejati, memandang kegagalan sebagai
awal, batu loncatan untukmemperbaharui kinerja bisnis mereka di masa mendatang. Pemimpin
tidak menghabiskan waktunya memikirkan kegagalan.
Saat gagal menimpa, kendati lelah dan kecewa berat, jangan matikan energi kreatif
Anda. Tetaplah berpikir kreatif. Sempurnakan produk yang ada, atau hasilkan produk baru atau
usaha baru yang mungkin belum terpikirkan. Jangan terpaku pada karier dan keterampilan yang
dimiliki, yang terlalu lama bersandar pada lingkungan di mana kita dibesarkan atau selama ini
bergulat. Kadang kala apabila seseorang gagal setelah berusaha dengan tabah dan mengerahkan
sepenuh tenaga untuk sekian lama, mungkin tiba saatnya ia mengkaji kembali bidang yang
digeluti dan menilai apakah ia mampu untuk mendapatkan apa yang dinginkannya di bidang
tersebut.
Banyak cara untuk mencapai tujuan hidup. Sebagian lebih cepat atau lebih lambat daripada
yang lain. Sebagian kurang berisiko tetapi lebih lambat daripada yang lain.
Saran kami, janganlah terlalu kaku mengatakan bahwa Anda tidak bisa berubah. Kami sendiri,
kerap berubah seiring dengan perkembangan in put dan stimulasi kondisi di sekitar kami.
Tanpa itu, bagaimana mungkin kami menyusun sebuah buku, memberi pencerahan bagi banyak
orang?
Kadang kala dalam kehidupan kita terpaksa menekuni bidang usaha yang berlainan dan kita
mesti menyesuaikan segala keterampilan dan bakat yang tidak kita peroleh dari bidang-bidang
usaha di masa lalu. Lalu? Salurkan kekuatan itu di bidang usaha yang baru. Mungkin, kita
dipaksa mempelajari keterampilan baru, sebagai konsekuensi menghadapi tantangan serba-
baru itu.
Pernahkah Anda bertanya bagaimana orang Jepang bangkit kembali dari kehancuran PD II
untuk menjadi pengusaha ekonomi yang unggul saat ini? Dulu, produk Jepang sempat dinilai
murahan, tidak berkualitas, dan stigma jelek lainnya. Tapi sekarang, sulit bagi kita untuk hidup
tanpa barang-barang buatan Jepang di dalam rumah kita. Ini tidak hanya berlaku di Negara kita
saja, tetapi bahkan di seluruh dunia.
Orang-orang Jepang tidak menciptakan mobil. Tidak juga kamera, kulkas, televisi, AC, mesin
cuci, penghisap debu, film atau system perangkat audio berkualitas tinggi. Mereka tidak
menciptakan banyak benda. padahal yang mereka lakukan ”hanyalah” meniru. Hakikat
:peniruan ala Jepang”, sarat pesan penting bagi calon entrepeneur. Di sana ada proses
penyempumaan tanpa kenal lelah, sampai akhirnya ”tiruannya” lebih baik dari aslinya!
Mereka menggunakan ”kreativitas” untuk menyempumakan barang yang sudah ada. Tak ada
yang membantah, Jepang meraih suksesnya. Kultur entrepreneurship tumbuh subur di sana,
menyebar menguasai dunia.
Jika Anda menyadari bahwa Anda tidak berhasil mencapai tujuan Anda pada suatu pekerjaan
di mana Anda telah dilatih untuk melakukannya, latihlah atau lengkapi diri Anda dengan
pekerjaan yang memberi peluang meraih yang lebih baik di masa depan. Janganlah gantungkan
diri Anda pada satu keterampilan saja. Sebagai manusia, Tuhan memberi kita kemampuan
untuk mempelajari keterampilan baru dan menerjuni bidang usaha lain. Jangan ”hidup-mati”
Anda gantungkan pada satu bidang saja. Orang lain bisa sukses. Anda tentu juga bisa. hanya
saja, ada yang lekas tercapai, ada yang masih berliku.
Tengok kiri-kanan Anda. Produk Cina, membanjiri negeri ini. Bayangkan, seperti apa sepuluh
atau duapuluh tahun yang akan datang? Akankah ini kita terima sebagai ”keharusan ekonomi”?
Tidakkah Anda mulai berpikir hal yang sebaliknya? Anda bisa!

”BERANI”, MODAL AWAL ENTREPRENEUR


Kami yakin, kalau entrepreneur berani memiliki visi, maka akan lebih dapat menciptakan
kekuatan positif di dalam pikirannya. Sehingga nantinya akan lebih mampu meningkatkan
kemampuan kerja dan kualitas hidup kita. Karena ini saya sangat yakin dengan ungkapan
berikut ini: “Hati-hatilah dengan angan-anganmu, karena angan-anganmu itu akan menjadi
kenyataan”
Presiden RI pertama, Ir. Soekamo, pernah bilang, “Gantungkan cita-citamu setinggi
langit.” Visi itu memang bisa mensugesti orang. Dan, semua langkah kita akan kita arahkan
kesana. Apalagi entrepreneur ini biasanya seorang pemimpi. Maka mimpi tentang perusahaan,
mimpi tentang masa depan, tentu akan dapat mempengaruhi para pengikut yang dipimpinnya.
Anda “juru penerang”, mengusir gelapnya pikiran orang lain yang Anda pimpin. Ini prinsip
kepemimpinan. Wirausahawan yang memiliki visi, adalah penerangan bagi para bawahannya,
anggota “tim sukses”nya dalam bisnis. Wirausahawan dengan visi besar, merangsang
terbangunnya atmosfir bisnis penuh kreativitas dan inovasi.
Bahkan orang meyakini, jiwa wirausahawan itu, dekat sekali dengan dunia pengkhayal. Apa
susahnya, berkhayal? Berkhayal adalah aktivitas yang “murah”. Bagaimaan tidak, karena
berkhayal tidak memerlukan fasilitas khusus, apalagi ongkos. Sekarang juga, Anda pun bisa
berkhayal. Tentu saja, khayalan seorang wirausahawan, bukan sembarang berkhayal. Bahkan,
di zaman susah, dengan tumpukan persoalan hidup yang harus dipikul, bisa membuat orang
pun tidak berani berhkayal. Anda akan tercenung, kalau kami katakan, “Berkhayal pun, perlu
keberanian!”
Mengapa? Khayalan yang memicu keberhasilan, atau minimal, keberanian berbuat dan
berkreativitas, dihambat pandangan lama yang cuku berurat-akar dalam benak kita, bahwa
orang sukses harus ditopang pendidikan dan gelar formal. Sebetulnya, keyakinan ini bisa
dipatahkan dengan mudah. Misalnya, hadirkan saja, beberapa nama orang sukses yang lulus
SMA pun, tidak. Sejumlah wirausahawan, memulai dari khayalan. Dan ia mulai kembangkan
khayalannya, dari nol sampai akhirnya terwujud.
Bill Gates mengimpikan, personal computer akan tersedia di rumah setiap orang. Untuk
merealisasikan mimpinya, ia drop out dari studinya, memilih menekuni Microsoft-nya. Ia
berhasil. Kini, ia salah satu orang terkaya dunia.
Michael Dell, punya impian menakjubkan: mengalahkan perusahaan komputer raksasa IBM. Ia
juga berhasil menjadi orang pertama yang memasarkan komputer pribadi dengan strategi direct
marketing. Usahanya yang dirintis tahun 1984 berhasil, penjualan Dell Computer laris manis.
Bahkan Dell dalam usia 34 tahun berhasil menjadi salah satu orang terkaya di Amerika Serikat.
Contoh lainnya, Jeff Bezos. Mimpinya, menjadi pengusaha sukses di dunia e-commerce,
perdagangan melalui intemet. Meski baru tahun 1995, yaitu di saat usianya 30 tahun,
ia nyemplung ke dunia maya, mendirikan Amazon. com. Situs itu melejit menjadi situs paling
banyak dikunjungi orang, untuk mendapatkan informasi atau membeli buku-buku bermutu dari
seluruh dunia. Mimpinya terwujud. Ia pun tercatat sebagai miliarder di negeri Paman Sam itu.

Perawat Berani Mencoba


Bisnis modern akan berhenti berputar kalau sikap berani mencoba itu lenyap. Memang, banyak
orang yang gagal dalam usahanya, putus asa tanpa, tak berani mencoba lagi. Ini bukan bukan
saja merugikan aspek materi atau finansial saja, tapi juga aspek psikologis. karena itu,
sekalipun krisis, tetaplah menjadi entrepreneur dengan semangat kewirausahaan tinggi.
Sesungguhnya tidak ada yang gagal dalam berbisnis, yang ada hanya karena ia berhenti
mencoba, berhenti berusaha. Berani mencoba, lebih tekun dan ulet, kegagalan takkan pernah
ada.
Beranilah mencoba. Sebab, tidak satu pun di dunia ini, termasuk di dalam dunia entrepreneur
yang dapat menggantikan keberanian mencoba dengan bakat bisnis. Sebagus apa pun bakat
seseorang, tidak akan sukses tanpa mulai mencoba. Bagaimana dengan kejeniusan seseorang?
Juga tidak. Kejeniusan terpendam, sama saja dengan omong-kosong. Pendidikan terbaik? Juga
bukan jaminan. Dunia ini sudah penuh dengan pengangguran berijazah sarjana. Dan ternyata,
sekali lagi, keberanian mencoba dan mencoba itulah penentu kesuksesan bisnis kita.

Perawat Berani Merantau


Ingat tragedi Sampit? Semua bersedih, karena sebagian pengusaha sukses etnis Madura, ikut
hengkang dari Sampit, Kalimantan Tengah. Kami bukan menyoal tragedinya, tetapi dari aspek
kewirausahaan. Madura dan Kalimantan, jelas bukan seperti antar rumah di sebuah kampung.
Ini dua pulau yang berbeda dan berjauhan. Tapi, berapa banyak orang Madura yang masih
kelahiran Madura, lalu merantau ke Sampit. Banyak, bahkan banyak sekali dan kemudian anak-
turunnya lahir di Kalimantan.
Sebagian dari mereka, sukses, meskipun awalnya dari nol. Kami hanya mau mengatakan,
mereka “dari bukan apa-apa”, merantau, lalu sukses. Etnis lainnya yang fenomenal, orang Jawa
asal Tegal. Ibukota saja, mereka taklukkan. Kalau mau menghitung jumlah warung
“beridentitas daerah” paling banyak yang mana, jawabannya: Warung Tegal. Di sektor
makanan rakyat, ada penjaja bakso keliling. Banyak di antara mereka, mengusung identitas
daerah. Seperti bakso Malang , bakmi Wonogori, Pecel Lamongan, atau rumah makan Padang.
Yang lebih fenomenal, dan ini juga lebih global, perantau Cina pun yang sukses di negeri yang
mereka datangi. Bukankah Anda yang sering bepergian lintas daerah, pernah mendengar,
transmigran petani Jawa atau bali, banyak yang sukses sebagai transmigran di Sumatera, atau
Sulawesi? Sukses dalam usaha, juga disokong sebuah keberanian: merantau.
Merantau, punya makna sosial tersendiri. Ia berarti “jauh dari keluarga” yang memicu
terbangunnya jiwa kemandirian. Tak bergantung pada keluarga, berarti mulai melangkah
menjadi dewasa. Di rantau, apalagi di lingkungan yang tak tahu siapa kita sebelumnya, Anda
bisa menjadi pribadi yang baru.
Kebaruan ini, sarat tantangan. Merantau, menyadarkan kita apa kelebihan dan kekurangan kita
karena kita dihadapkan pada kenyataan-kenyataan baru. Merantau, membuat seseorang relatif
tangguh, karena diterjunkan dalam situasi serba baru.
Perantau, umumnya segan minta tolong. Di situlah, kemauan menjadi lebih termotivasi.
Perantau, rata-rata enggan berutang budi. Justru, karena ia orang baru, seorang perantau
cenderung menanam jasa untuk banyak orang. “Investasi sosial” ini, pada saatnya berbuah
kebaikan. Siapa sangka, banyak orang yang menyukai kepribadian kita, bernagsur-angsur,
menjadi pendukung setia langkah kita menganyam kesuksesan. Jadi? Cobalah merantau,
temukan jatidiri Anda yang tangguh, kreatif, dan cerdik menangkap peluang

Perawat berani gagal


PERNYATAAN John. F. Kennedy ini ada benarnya. salah satu dari kami, membuktikannya.
Gagal total, itu karier bisnis , Purdi E.Chandra dalam bukunya “Menjadi Entrepreneur Sukses”
bertutur : “Akhir 1981, merasa tak puas dengan pola kuliah yang membosankan
saya meninggalkan kampus. Saat itu saya pikir, gagal meraih gelar sarjana, tapi bukan berarti
gagal mengejar cita-citanya. Tahun 1982, saya kemudian mulai merintis bisnis bimbingan tes
Primagama, yang belakangan berubah menjadi Lembaga Bimbingan Belajar Primagama.
Bisnis tersebut saya jalankan dengan jatuh bangun. Pada awalnya, sepi peminat, cuma dua
orang! Saat ini, wow, peminatnya membludak, sampai-sampai Primagama membuka cabang di
ratusan kota, dan menjadi lembaga bimbingan belajar terbesar di Indonesia”.
Dalam kehidupan sosial, memang kegagalan itu adalah sebuah kata yang tidak begitu enak
untuk didengar. Kegagalan bukan sesuatu yang disukai, dan suatu kejadian yang setiap orang
tidak menginginkannya. Kita tidak bisa memungkiri diri kita, yang nyata-nyata masih lebih
suka melihat orang yang sukses daripada melihat orang yang gagal, bahkan tidak menyukai
orang yang gagal.
Maka, bila Anda seorang entrepreneur yang menemui kegagalan dalam usaha, jangan harap
orang akan memuji Anda; orang di sekitar anda maupun relasi Anda akan memahami mengapa
Anda gagal; Anda tidak disalahkan; semua sahabat masih tetap berada di sekeliling Anda; Anda
akan mendapat dukungan moral dari teman yang lain; Ada orang yang akan meminjami uang
sebagai bantuan sementara; Apalagi ini: bank akan memberikan pinjaman selanjutnya! No
way!
Mengapa gambaran seorang entrepreneur yang gagal, kami gambarkan begitu buruknya? Itulah
masyarakat kita. Kita cenderung memuji yang sukses dan menang, dan mudah menghujat yang
kalah dan gagal. Sebaiknya, setiap kita mulai mengubah budaya itu, beri kesempatan kedua
bagi setiap orang.
Menurut pengalaman kami, apabila orang gagal, tidak ada gunanya murung dan memikirkan
kegagalannya. Tetapi perlu mencari penyebabnya. Kegagalan seharusnya membuat
enerpreneur sejati tertantang untuk menemukan kekuatan-kekuatan baru agar bisa meraih
kesuksesan kembali. Tentu, kasus kegagalan dalam bisnis maupun dunia kerja, saat krisis
ekonomi kian, memang banyak. Ribuan orang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan
kehilangan mata pencahariannya. Sungguh ironis, seperti halnya kita, suka atau tidak suka,
setiap manusia pasti akan mengalami berbagai masalah, bahkan mungkin penderitaan.
Seorang entrepreneur, harus berani menghadapi kegagalan, dan memetik hikmahnya. Mungkin
saja kegagalan itu datang untuk memuliakan hati kita, membersihkan pikiran kita dari
keangkuhan dan kepicikan, memperluas wawasan kita, serta untuk lebih mendekatkan diri kita
kepada Tuhan. Untuk mengajarkan kita menjadi gagah tatkala lengah. Menjadi berani ketika
kita takut. ltu sebabnya, kita bisa sepakat pada pendapat Richard Gere, aktor terkemuka
Hollywood,”Kegagalan itu penting bagi karier siapapun.”
Mengapa? Banyak orang membuat kesalahan yang sama, dengan menganggap kegagalan
sebagai musuh kesuksesan. Sebaliknya. kita seharusnya menganggap kegagalan itu dapat
mendatangkan hasil. Ingat, kita harus yakin akan menemukan kesuksesan di penghujung
kegagalan. tapi mengapa seseorang gagal dalam bisnis. Ada beberapa sebab umum.
Pertama, kita ini sering menilai kemampuan diri kita terlalu rendah. Kedua, setiap bertindak,
kita sering terpengaruh oleh mitos yang muncul di masyarakat sekitar kita. Ketiga, biasanya
kita terlalu “melankolis” dan suka memvonis diri terlebih dahulu, bahwa kita ini dilahirkan
dengan nasib buruk. Keempat, kita cenderung masih memiliki sikap, tidak mau tahu dari mana
kita harus memulai kembali suatu usaha. Dengan mengetahui sebab kegagalan itu, tentunya
akan membuat kita yakin untuk bisa mengatasinya. Buat kita mengalami sembilan dari sepuluh
hal yang kita lakukan menemui kegagalan, maka sebaiknya kita bekerja sepuluh kali lebih giat.
Dengan memiliki sikap dan pemikiran semacam itu, maka akan tetap menjadikan kita sebagai
sosok entrepreneur yang selalu optimis akan masa depan. Maka, sebaiknya janganlah kita suka
mengukur seorang entrepreneur dengan menghitung berapa kali dia jatuh. Tapi ukurlah, berapa
kali ia bangkit kembali.

Perawat Berani Sukses

SUKSES adalah proses. Ia dicapai dengan pengorbanan. Salah satunya, tidak cengeng dengan
kegagalan. Sukses, pikirkanlah sebagai keseharian Anda. Keyakinan bisa sukses, selalu
dibangun setiap saat. Karena itulah, jangan biarkan Anda kehilangan motivasi untuk sukses,
dan terus membangun keyakinan itu dalam sanubari.
Buanglah semua alasan, Anda gagal karena kelemahan dari diri Anda. Kurang cerdas,
kurang fit, sudah terlalu tua, dan segudang “rasa kurang”, bukanlah alasan Anda gagal. Sukses
memerlukan keberanian tanpa henti, mempelajari kemunduran bisnis.
Hadapkan setiap problem dengan perjalanan sukses wirausahawan lain yang serupa usahanya
dengan Anda. Bahkan, Anda simak mereka yang gagal, dan temukan jawabannya mengapa dia
gagal. Kesiapan pribadi seorang wirausahawan menghadapi perubahan, juga
dipermantap. Jangan mudah dikejutkan perubahan.
Pelajarilah kesuksesan orang lain, himpun semua “sebab-sebab sukses” itu, temukan
kelebihan-kelebihan itu, dan mulai mencoba menyusun apa kelebihan Anda, apa kebaruan
yang bisa ditelurkan dari proses membandingkan dengan usaha orang lain.
Seorang wirausahawan, adalah yang selalu “melek” dan “buka telinga” terhadap setiap
peluang. Sukses wirausahawan, bukan sekadar “rezeki dari langit”, tapi juga kejelian
membaca/menangkap peluang. Dan ini memerlukan stamina usaha yang tinggi. Jangan
ketakutan lebih dulu, seakan-akan wirausahawan itu orang yang tidak pernah beristirahat.
Tidak! Secara fisik, istirahat perlu, tapi sebagai wirausahawan, pikiran “tetap jalan” dalam arti,
keseharian kita dibiasakan terus memikirkan, kebaikan-kebaikan apa yang bisa dibangun
berdasarkan peluang yang kita hadapi setiap saat.
Tidak ada orang yang bisa mendapatkan kenikmatan dari hidup yang terus merangkak-rangkak,
kehidupan yang setengah-setengah. Sukses berarti hanya hal yang mengagumkan dan positif.
Sukses berarti kesejahteraan pribadi: rumah bagus, keamanan di bidang keuangan dan
kesempatan maju yang maksimal, serta berguna bagi masyarakat. Sukses juga berarti
memperoleh kehormatan, kepemimpinan, dan disegani. Dengan demikian sukses berarti self
respect, merasa terhormat, terus-menerus merasa bahagia, dan merasakan kepuasan dari
kehidupannya. Itu artinya, kita berhasil berbuat lebih banyak hal yang bermanfaat. Dengan kata
lain, sukses berarti menang. Namun sayangnya, diera globalisasi seperti sekarang ini, tidak
semua entrepreneur berani menyebutkan, bahwa dirinya telah mencapai kesuksesan.
Menurut kami, sebagai wirausahawan, jangan segan Anda nyatakan: hari ini saya sukses.
Dengan begitu, rasa percaya diri itu pun terbangun. Kepercayaan diri yang besar itu,
membangkitkan semangat untuk meraih kesuksesan. Dan kesuksesan itu, juga berarti perlu
dibagi kepada sesama pebisnis. Betapapun sibuknya wirausahawan yang sukses, dalam dirinya
ada jiwa sosial saat diminta membantu wirausahawan lain yang belum sesukses dirinya.
Yakinlah, dalam jiwa seorang wirausahawan sukses, ada keyakinan: Allah itu kekuatanNya
besar yang mendorong umatnya, termasuk para wirausahawan, untuk tidak egois. Karena
pribadi yang senang melihat orang lain “gagal melulu”, sejatinya sedang menanti gelombang
kegagalan menerpanya. Jadi, beranilah berpikir sukses!

Perawat berani Berbeda


Mengapa orang menertawakan kita? Atau lebih enteng dari itu, mengapa orang meremehkan
kita? Karena kita berbeda. Tapi, apa salahnya jika kita berbeda? Kenyataaannya, menjadi
berbeda sudah terjadi sejak kita lahir. Setiap individu di dunia ini berbeda. Tak
ada seorangpun yang 100 % sama dengan lainnya. Sidik jari kita cukup membuktikan fakta
ini – tak ada dua sidik jari yang sama di dunia. Setiap orang dari kita berbeda – UNIK. Dan
keunikan kita memisahkan kita satu dengan lainnya.
Bila kita benar-benar ingin berhasil dalam hidup ini, munculkanlah bakat ini dari dalam diri,
biarkan ia bersinar begitu terang. Orisinalitas gagasan, di mana Anda menampakkan “sesuatu
yang baru dan terang”, akan membuat keberbedaan itu, memberi nilai lebih bagi pribadi Anda.
Lebih baik kita berani berbeda. Dan, perbedaan kita dari yang lain, adalah wujud ketekunan
kita menjadi LEBIH BAIK. Seorang diri, menjadi lebih baik, di antara banyak orang yang
berpikiran nyaris sama tentang suatu hal, lalu keberbedaan Anda, diterima banyak orang dan
diterima dunia. Luar biasa, bukan.Mari, gunakan energi Anda menghasilkan perbedaan yang
bertenaga. Perbedaan yang bernilai.

6. PERAWAT MEMBANGUN JARINGAN (BUILDING NETWORKING)

Jaringan dan berhubungan dengan jaringan selalu merupakan fondasi kuat untuk membangun
bisnis. Karena kita hidup di zaman pekerja berpengetahuan yang dioperasikan di bawah
paradigma yang diarahkan oleh mutu tinggi dan hubungan baik, dasar tersebut sangat penting
untuk keberhasilan.
Dengan database berlimpah, digabung keuntungan praktis yang disediakan internet,
diperoleh akses untuk berhubungan ataupun untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Sebelum
era internet, belum pernah ada jalan semudah ini. Saat ini, dengan sentuhan jari, pengetahuan
yang dipilih beserta detailnya dapat dikirimkan dan diterima. Tidak mengherankan inisiatif
bisnis wirausaha dapat bergerak dengan cepat dan mudah tumbuh dengan baik dan kuat.
Terlalu banyak organisasi yang memiliki unit yang menyimpan banyak hal untuk mereka
sendiri dan cemas unit tetangga mencuri ide-ide mereka. Kurangnya hubungan dalam
organisasi adalah alasan utama mengapa organisasi tersebut kehilangan kesempatan. Saat
kekuatan semua sumber daya dibawakan bersama-sama, tercapai keberhasilan yang lebih
besar. Sekali Anda melakukan kontak, pelihara mereka. Mereka adalah sumber daya
wirausaha.
Ada cerita dari sebuah sudut Jakarta, puluhan tahun silam. Saat itu, sudah masyhur, bahwa
perputaran uang terbesar di Indonesia terletak antara Glodok dan Jembatan Tiga. Konon di
daerah Jembatan Tiga, ada kedai mie yang dikenal sebagai mie Toko Tiga. Di situ sering
menjadi tempat mangkal para tauke. Bila ada yang ingin melakukan bisnis dan butuh uang, tak
jarang mereka hanya mengambil secarik kertas bekas pembungkus rokok, menulis sedikit
catatan diatasnya serta sejumlah angka dan menandatanganinya. Dengan bekal kertas bekas
rokok tersebut si pembawa dapat melakukan peminjaman uang ke jaringan mereka di
Indonesia, bahkan hingga ke luar negeri. Tapi jangan coba-coba mengingkari kepercayaan
apalagi menipu. Sekali jalan ditutup tak kan terbuka lagi seumur hidup bahkan hingga tujuh
turunan.

Teman Adalah Asset

Jaringan usaha atau organisasi nirlaba sering dipahami dan diterjemahkan secara sederhana.
Orang selalu setuju pada ungkapan “teman adalah aset”. Apakah membangun jejaring
sesederhana seperti menjalin pertemanan? Jejaring yang perlu dibangun antara satu organisasi
dengan organisasi yang lain sering tidak sama. Karena, karakteristik dan kebutuhannya
berbeda. Maka perlu diidentifikasi dan dirumuskan secara jelas, dengan pihak-pihak mana saja
kita perlu membangun jejaring. Bagi dunia usaha, yang perlu dijalin hubungannya antara lain
lembaga konsumen, pemerintah (departemen terkait), militer, organisasi keagamaan, LSM,
rekanan usaha, institusi penunjang (lembaga keuangan, lembaga pasar modal yang sudah go
public) dan para tokoh informal masyarakat. Perlu digaris bawahi, membangun jejaring dalam
konteks ini sama sekali berbeda dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), yang umumnya
lebih bersifat hit and run serta jangka pendek.
Selain itu, yang tidak kalah penting diperhatikan dan dijalin hubungannya dengan baik adalah
mereka yang tergolong intemal concered group, seperti para pemegang saham, karyawan serta
manajemen madya atau penyelia. Dalam konteks inilah membangun jejaring semakin relevan,
apalagi information technology telah berkembang sedemikian pesat, sehingga perbedaan
geografis nyaris bukan hambatan lagi.
Jejaring memang perlu dibangun dengan sadar, sistematis, komprehensif dan terencana baik.
Untuk itu, perlu dibentuk departemen (PR), yang fokus menangani secara profesional. Program
membangun jejaring melibatkan seluruh jajaran perusahaan. Pelaksana programnya bisa
meliputi satpam hingga direktur utama, tergantung pada bentuk kegiatan dan tujuan yang ingin
dicapai. Dalam konteks ini, semua anggota organisasi pada dasarnya petugas PR perusahaan.
Jejaring yang dibangun dengan baik menjadi aset perusahaan, dan dirasakan manfaatnya baik
dalam proses kehidupan sehari-hari perusahaan maupun pada saat terjadi kasus. Malahan, kalau
jejaring sudah terbangun dengan luas dan solid kita bangga dan rendah hati boleh mengatakan:
“Ini jejaringku”. Benar, manusia perlu pergaulan yang luas, sebab manusia seperti diungkapan
Aristoteles adalah zoon politicon.
Kami punya seorang kawan, Amie Primarni namanya. Dia direktur sebuah usaha rumah
busana, Rizqita, di Depok, Jawa Barat. Suatu ketika, setelah perbincangan bisnis usai di ruang
pertemuan, kami ke tempat parkir. Ternyata, sopir mobil Bu Amie, saat pamit makan, tak
kunjung muncul. Setengah jam-an kami menunggu sang pengemudi. Bukan menunggu
percuma di parkiran. Kebetulan, ia sedang memerlukan beberapa karyawati baru. Sambil
menunggu, ia berbincang dengan beberapa petugas Satpam. Ia iseng bertanya, apa tidak punya
saudara atau kenalan wanita yang sedang mencari pekerjaan? Satpam yang disapanya
bilang,”Oh, Ada.” Dalam tempo beberapa menit, ia sudah kembali dengan dua buah amplop
besar, lamaran kerja. Lalu, dari seorang Satpam lainnya, Amie mendpat dua amplop lamaran
lagi.
Ia tersenyum puas. ”Saya perlu beberapa pilihan,meski pun peluangnya tak banyak. Saya punya
ruko baru di sini. Bayangkan, kalau pekerja saya adalah kenalan atau saudara Satpam di sini,
mereka akan mewujudkan terima kasihnya dengan cara-cara yang kita tak bisa bayangkan.
Minimal, toko saya akan dibantu diawasi. Saya punya kenalan yang tak punya interest buruk,
karena saudara bekerja di toko saya.”
Begitulah, pembaca, Amie memanfaatkan sedikit waktu untuk meluaskan jejaringnya, di
sekitar tempat usahanya. Buat kami, ia entrepreneur dengan kecerdasan sosial, bukan hanya
kecerdasan ekonomi.

Membangun Jejaring
Persahabatan merupakan unsur penting dalam hidup kita, sebagaimana hubungan profesional
menjadi pusat keberhasilan kita. Karena itu, membangun jejaring menjadi keahlian yang sangat
bermanfaat.

Ungkapan “Yang penting bukan apa yang Anda tahu, tapi siapa yang Anda kenal” tidak
sepenuhnya benar, tapi hanya separuh benar. Kenyataannya, dalam mengembangkan karier dan
bisnis atau menuntun ke arah cita-cita, yang penting adalah siapa yang kenal Anda!
Bakat, keahlian, pengalaman dan kepandaian semata tidaklah cukup untuk mencetak
keberhasilan. Justru, hubungan dan kontak dengan orang lainlah yang akan mendorong Anda
menuju sukses. Sukses bersifat relatif, karena Anda tahu apa yang Anda inginkan, apa nilai
yang Anda anut, serta apa yang Anda mau lakukan.
Anda pasti akrab dengan komputer. Internet, juga bukan lagi sesuatu yang asing. Semua
menyadari, internet memberi akses informasi instan, dari yang serius seperti peta investasi
lintas bangsa, kebijakan politik, isu-isu kemanusiaan terkini sampai sekadar resep dan anekdot.
Bagi wirausahawan, informasi harus bisa ia jadikan “peluru” dalam pertempuran bisnis.
Jadikanlah informasi sebagai kekuatan saat ia dipertukarkan. Salah satu cara memperkuat basis
informasi, membangun jejaring.
Apakah jejaring itu? Dalam konteks ini, yang kami maksud adalah, proses dua arah yang benar
di mana berbagai sumberdaya dibagikan dan diterima. Di dalam proses ini, ada semangat saling
berbagi informasi. Ya: informasi! Kalau Anda termasuk tipe pembangun jejaring yang baik,
maka Anda akan bahagia saat Anda dapat memberi kepada mitra-mitra
Anda, stakeholder jejaring, seluruh elemen yang terlibat dalam “proses saling berbagi
informasi” ini.
Sepintas, “berbagi informasi” serasa sesuatu yang mudah. Perlu energi lebih, kalau pertukaran
informasi dilekati kepentingan memperkuat performance bisnis. Menerapkan pertukaran
informasi dan membangun “jejaring yang efektif” untuk menguatkan sebuah usaha, tidaklah
segampang menjelaskannya. Bagaimana agar sukses membangun jejaring? Saran kami, jadilah
pribadi yang menjunjung tinggi cara, proses serta tujuan dibangunnya sebuah jejaring. Jangan
mengabaikan pentingnya ikhtiar mengembangkan dan memperhalus kemampuan melakukan
tindak lanjut. Anda mungkin punya banyak informasi menarik dan potensial melancarkan
bisnis Anda, tapi semuanya tidak menjadi apa-apa tanpa tindak lanjut. Sebagai wirausahawan
yang berhasrat memperkuat usaha melalui jejaring, fokus tindakan Anda: menyadarkan, bahwa
mitra jejaring Anda punya informasi bernilai. Pastikan, Anda temukan argumentasi yang tepat,
apa informasi itu, dan bagaimana ia bisa bernilai bagi Anda.

Kembangkan Kontak-kontak Anda


Jika Anda menemukan seseorang yang mampu memberikan inspirasi kepada Anda mintalah
bantuan kepadanya

Seorang entrepreneur sukses harus selalu membangun kontak bisnis dan sosial. Dalam hal ini,
itikad baik merupakan modal dasar yang tidak bisa dibeli tetapi harus dimiliki. Bahkan ada
beberapa perusahaan yang sama sekali menjauhkan diri dari media massa. Saya kira sikap
seperti ini tidak bijaksana karena saya tidak percaya dengan pepatah lama yang mengatakan
bahwa bentuk publikasi apapun tidak jelek sebab hubungan-hubungan yang baik akan dapat
membawa suatu perubahan penting.

Keberuntungan pastilah sesuatu yang berada pada tempat dan waktu yang tepat. Mungkin saja,
ciri paling umum yang dapat ditemukan pada orang-orang beruntung adalah bahwa mereka
memanfaatkan kesempatan yang mereka dapatkan. Keberuntungan bukan sesuatu yang harus
Anda tunggu sambil santai, tetapi harus diraih. Napoleon pemah berkata: Jangan jendral-
jenderal brilian, tetapi berilah saya jendaral—jenderal yang memiliki keberuntungan.”

7. MEMPRAKTEKAN PRINSIP-PRINSIP MARKETING (MARKETING PRINCIPLE)

8. MAHASISWA KEPERAWATAN MAMPU MENERAPKAN PRINSIP-PRINSIP


KEPUASAN KONSUMEN ATAU USER (CONSUMER & USER SATISFACTION)

9. MENUMBUHKAN PERAWAT KREATIF


berani tanpil beda,kenap tidak ?, bukankah perawat dilahirkan dalam keadaan berbeda ?,
berani beda itu berarti perawat memiliki jiwa entrepreneur

KUTIPAN di atas, sangat mungkin, mengundang senyum meremehkan. Masa, berbeda saja,
sampai menjadi ciri jiwa enterpreneur. Kalimat itu terasa berlebihan. Pembaca, entrepreneur
sendiri adalah dunia yang unik. Itu sebabnya, mengapa entrepreneur atau wirausahawan
dituntut untuk selalu kreatif setiap saat. Dengan kreativitasnya, tak mustahil akan terbukti
bahwa ía betul-betul memiliki citra kemandirian yang memukau banyak orang. Karenanya, ia
pantas dikagumi, dan selanjutnya diikuti.
Menjadi entrepreneur kreatif di saat krisis ekonomi, tentu saja tantangan yang sangat berat.
Siapa saja yang mencoba terjun menjadi entrepreneur kreatif, ia harus bekerja 24 jam sehari, 7
hari dalam seminggu. Ini masih harus dijalankan sedikitnya untuk kurun waktu sekitar dua
tahun pertama. Sebuah babak baru yang berat, berjuang tanpa henti dengan berbagai tekanan
fisik maupun psikis.
Bisnis modern? Apalagi! Ia boleh dikatakan, mustahil bisa eksis dan berkembang tanpa
kemampuan menciptakan sesuatu yang baru pada setiap harinya. Berpikirlah kreatif setiap hari.
Dari mana ia datang? Dari mana saja, dari siapa saja. Interaksi sosial Anda, menjadi stimulan
munculnya ide inovatif. Memang, tak mudah melahirkan sesuatu yang orisinal atau sama sekali
baru. Bisa saja, ia adalah kombinasi “sentuhan baru” pada karya-karya yang sudah ada. Kesan,
aksentuasi disain, modifikasi, adalah bagian dari proses kreatif.

Kreativitas: Keharusan dalam Kewirausahaan

Jangan terpaku saja melihat gemerlap perubahan! Anda, satu di antara sekian orang yang
sanggup menghadirkan hal baru! Pikirkanlah hal ini sebagai kebiasaan. Karena Anda hidup
dalam abad kreativitas. Kreatif adalah, kunci memenangkan kompetisi. Ada banyak konsep
kreativitas. Salah satunya, mengambil inspirasi dari dunia musik, tepatnya, musik jazz. Dalam
musik jazz, ada istilah jam session, saat pemusik tidak memainkan lagu tertentu, tapi alat
musiknya mengalunkan paduan nada tanpa terikat lagu, bebas-mengalir
saja. Jamming, menjadi inspirasi John Kao menuangkan teorinya dalam buku yang sudah
beredar dalam bahasa Indonesia, “Jamming: Seni dan Disiplin Kreativitas Bisnis”.
Kalau jamming bisa menggelitik telinga dengan alunan musik indah, bisnis pun, amat
mungkin mengambil langkah alternatif di luar yang biasa berlaku. Hasilnya,
seperti jamming dalam jazz, tetap “berirama dan enak didengar”. Begitulah analogi teori Kao
dalam dunia bisnis.
Jamming dalam bisnis, adalah ikhtiar kreatif. Ada imajinasi, totalitas berkreativitas, menyerap
pendar-pendar inspirasi dari mana-mana. Dari sana tercipta ide-ide kreatif dalam
pengembangan bisnis. Siapa “sparing partner” seorang wirausahawan dalam mengeksplotasi
gagasan kreatifnya? Ia bisa sesama wirausahawan, meskipun tak ada salahnya dengan orang
lain yang sangat berbeda dunia kerja (bukan wirausahawan).
Bekerja “serba rutin”, “manut pakem”, di level pengambilan keputusan tertinggi, terutama
sebagai pusat penyikapan terhadap realitas bisnis, diyakini merupakan sebuah sikap berbahaya
bagi keberlangsungan usaha. Rutinitas, pakem-pakem itu, menjadi belenggu bagi kemajuan.
Namun begitu, jangan salah memaknainya. Manajemen kreativitas, bukan “anti aturan”.
Aturan tertentu, harus tetap ada, tetapi keberadaannya tidak memasung kreativitas. Ada yang
“ekstrim” dalam kasus pembaharuan ini. Misalnya, produsen piranti keras komputer yang
mendunia, Intell. Intell, secara berkala selalu menghancurkan produk lama mereka setelah
memproduksi produk baru hasil kreativitas timnya. Langkah yang serupa, meskipun “tak
sengaja” dialami perusahaan Unilever. Begitu produk barunya muncul, produk lama Unilever
“otomatis” dikalahkan produk barunya sendiri.
Kalau ada contoh Intell dan Unilever di bagian ini, dua dari sekian big corporate dunia,
sejatinya kreativitas tidak menjadi monopoli korporat besar. Dalam sektor usaha kecil pun, ide
kreatif muncul dari perenungan dan perbincangan akan hal-hal yang tak pernah terpikirkan.
Justru dalam usaha kecillah, kreativitas seharusnya lebih berkembang, karena biasanya usaha
kecil, punya sumber daya insani tak banyak. Ini poin lebih sehingga usaha kecil relatif lebih
kompak orang-orangnya, sehingga transfer kreativitas baru bisa lekas merata. Dalam usaha
berskala kecil transfer kreativitas lebih pendek jalurnya. Seorang inovator dalam tempo pendek
ia bisa langsung mentransfer temuan barunya kepada semua orang yang bekerja bersamanya.
Bukan mustahil, proses mentransfer temuan baru itu, sekaligus bisa memicu tumbuhnya
kreativitas.

Luwes Menyikapi Peluang

Jika Anda termasuk dalam golongan orang yang selalu ingin tahu, kemudian dapat melihat
suatu peristiwa dan pengalaman untuk dijadikan sebuah peluang, di mana orang lain tidak
melihatnya, kemudian memiliki keberanian berpikir kreatif dan inovatif, bersiaplah Anda
untuk menjadi entrepreneur.
Banyak contoh yang dapat memberikan gambaran kepada kita, bahwa tidak ada sesuatu yang
tidak mungkin dilakukan wirausahawan. Keluarkan semua ide atau gagasan Anda, jangan takut
diremehkan atau dihina orang. ‘Ide gila” yang Anda sampaikan, boleh jadi suatu waktu akan
mengundang kekaguman banyak orang. Begitu Anda mulai menuai sukses, barulah orang akan
berguman, “Mengapa itu tak terpikirkan oleh saya sejak dulu, ya?”
Kalau Anda berani tampil beda, itu berarti Anda berjiwa entrepreneur. Saya setuju pendapat
yang mengatakan, keberhasilan entrepreneur ibarat kesabaran dan ketenangan seorang aktor
akrobatik meniti tambang tipis hingga sampai ke tujuan. Ia tidak menghabiskan waktunya
dengan perasaan khawatir, tapi konsentrasinya tertuju pada tujuannya. Tak kalah pentingnya,
jangan malu akan kesalahan yang kita buat. Seorang entrepreneur memang tidak menyukai
kesalahan, tapi ia tetap akan menerimanya sepanjang hal itu dapat memberikan pelajaran
berharga. Ia harus mampu meloloskan diri dari situasi-situasi yang hampir mustahil bisa
diatasi. Dalam era global sekarang ini, kegiatan usaha yang kita jalankan hampir 90% justru
tidak sesuai rencana.
Karena itu, kita harus luwes dengan rencana yang telah kita buat. Bersiaplah berpindah dari
satu rencana ke rencana lainnya. Seorang entrepreneur juga tidak boleh mudah berputus asa. Ia
harus yakin dengan kreativitasnya. Selalu ada jalan yang tidak pernah terbayang sebelumnya.

SALAH satu tugas kita sebagai pengusaha, selain memiliki ketrampilan interpersonal,
leadership, dan managerial, juga harus mampu melakukan tugas kreatif. Kreativitaslah, unsur
penting eksis dan berkembangnya sebuah usaha. bagi entrepreneur, seolah tiada hari tanpa
kreativitas. Saatnya kita terus kreatif. Apalagi, kalau di bagian sebelumnya, kerap disebut-sebut
angka luar biasa pertumbuhan kewirausahaan di Amerika Serikat, di Indonesia sendiri,
keragaman usaha maupun jumlah wirausahawannya, belum sebanyak di Amerika Serikat
ataupun di negara lain.
Di Amerika Serikat misalnya, ada bisnis yang masih langka dan belum memasyarakat di
Indonesia, yakni bisnis menyewakan pakaian dan perlengkapan bayi. Jadi sebenarnya banyak
macam usaha yang bisa kita kerjakan, asal kita mau kreatif. Dalam hal apa saja, kita harus
kreatif? Kreatiflah dalam beberapa hal, antara lain, memilih jenis usaha dan memilih waktu
untuk memulainya.
Maka, jangan ragu menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap unsurnya bisa kreatif.
Jadikan setiap sudut, setiap suasana dalam usaha Anda, kondusif bagi munculnya ide-ide
kreatif. Kreativitas itu sendiri, memang memerlukan proses, yakni proses kreatif. Jadi pada
awalnya, untuk kreatif itu perlu persiapan, meski secara tidak formal. Tinggal, bagaimana kita
sendiri membuat suasana kerja itu kreatif.

MANFAATKAN OTAK BUKAN PERAWAT

Perlunya orang yang mampu dan berpengalaman dalam membantu sebuah bisnis, tidak perlu
diperdebatkan lagi. Meskipun demikian, kualifikasi akademik yang bagus, bahkan dari institusi
yang paling bergengsi, juga bukan jaminan kesuksesan di setiap tingkatan dalam dunia
korporat. Apapun perusahaannya Anda harus memiliki keterampilan teknis atau kemampuan
mempekerjakan orang untuk itu. Ini yang saya sebut “bekerja dengan otak orang lain.”
Pendahulu kita, juga orangtua kita sering bilang, “Nak, pergilah ke sekolah (kuliah), kalau
tidak, kamu bakal gagal menjalani kehidupan. Kamu tidak bakal sukses.” Oke, niat baik
orangtua, kita terima. Tapi sukses, bukan hanya karena kepintaran. Wirausahawan sejati
(kebanyakan) menikmati saat ia memimpin, menjadi pengelola usahanya sendiri. Ia memiliki
orang-ornag yang bekerja padanya. Karena urusan teknis memerlukan keahlian teknis, sebagai
bos, ia harus mendapatkan orang lain yang menguasai ketrampilan teknis itu. Maka ia
pekerjakan seseorang yang lebih pintar daripada dirinya. Jika Anda pemilik usaha ini, maka
Anda adalah bos yang mempekerjakan tenaga ahli. begitu usaha Anda sukses, selangkah demi
selangkah mengisi jagad dunia usaha, bahkan Anda naik terus ke jenjang prestisius dalam
bisnis yang Anda geluti, saat itu orang tak lagi peduli Anda pintar atau tidak di sekolah.
Bahkan, kampus Anda saja, orang tak lagi hirau. Anda dulu anak siapa, “sesulit apa”, juga tak
lagi menjadi perbincangan.
Bicara soal memanfaatkan otak orang lain, David Ogilvy, tokoh paling inspirasional dalam
dunia iklan, pernah memberi nasihat. Katanya,”Pekerjakanlah orang yang lebih pintar daripada
Anda.” Dengan mempekerjakan orang yang lebih pintar dari Anda, maka Anda akan lebih
cepat dan banyak belajar dari mereka. Banyak orang yang lebih pintar daripada Anda pada
banyak hal – menulis pidato, membangun tim, yang dengan sadar mengajar anggota tim baru
berbagai keterampilan baru. Sama halnya dengan keuangan. Anda dapat belajar akunting dasar
dengan cepat kepada akuntan anda.
Perusahaan yang menonjol seperti Coca-Cola, IBM, Microsoft, memiliki orang dengan kualitas
menonjol hampir di semua bidang. Pekerjakanlah orang lain, buat mereka bekerja untuk Anda
meskipun untuk itu, Anda harus mengeluarkan banyak uang.

GAYA MANAJEMEN-nya berdasar pada akal sehat dan PERTUMBUHANNYA berasal dari
momentum alamiah dan intuisi.
Keahlian bisnis dari bangku kuliah? Oke, ia adalah serangkaian “nilai studi” di atas kertas
sertifikat kelulusan. Tapi, itu bukan jaminan sang alumnus sekolah bisnis, akan mampu
merintis bisnis. Sebab, dengan gelar dan nilai cum laude sekalipun, sebatas “jaminan”
penguasaan administrasi bisnis. Dan administrator bukanlah wirausahawan. Jangan berharap,
setelah sukses studi Master of Bussiness Administration (MBA), misalnya, sang alumnus akan
mengurus sebuah industri, melibatkan keluarganya total bekerja bersamanya – mungkin tanpa
upah dulu – sampai usahanya sukses. Ini bukan “kelas” akademisi bisnis, tapi
dunianya seorang wirausahawan dengan energi juang bisnis yang tinggi. Akademisi bisnis,
memang diperlukan dalam sebuah usaha, karena perannya berkait erat dengan langkah
pembenahan sistem manajemen dan kontrol dalam sebuah bisnis. namun begitu, sang master
administrasi bisnis, tidak bisa memulai bisnis itu sendiri.
Jika Anda bekerja dengan orang yang sangat cemerlang dibidangnya dan memiliki beragam
bakat dan latar belakang, Anda akan mengembangkan sebuah tim dengan kekuatan dan
kelenturan yang baik. Adalah esensial untuk mampu mengenali bakat sejati dan
mengembangkannya.
Memakai otak orang lain adalah benar-benar suatu kesenangan jika anda suka permainan dalam
tim. Bekerja dengan seorang yang tidak Anda sukai secara aktif, di sisi lain, bisa menjadi
sebuah pengalaman yang sangat membuat stress, walaupun mereka sangat cakap dalam
pekerjaannya.
Anda tidak akan pemah menyesal bekerja dan berkembang bersama orang-orang
berbakat. Orang-orang seperti ini yang akan membuat Anda menjadi wiraswastawan yang
lebih sukses. Satu fakta menarik, bisa diperlhatkan di sini, bagaimana figur kharismatik di
sebuah di desa tertinggal, menarik ”orang-orang terdidik” untuk berbuat sesuatu didesanya. Ia,
figur yang mampu bekerja dengan otak orang lain, meskipun cuma berbekal Sekolah Rakyat
”Ongko Loro” (Angka Dua). Contoh serupa itu, kami temukan di Cijeruk, Bogor Selatan. Ada
Haji Zakaria, punya tanah lumayan luas, pendidikannya cuma SR, tapi ia bisa mengoptimalkan
lahannya sebagai contoh bagi pertanian di desanya dan desa-desa sekitarnya, saat melibatkan
mulai LSM Pertanian Organik sampai Dinas Pertanian setempat, memperlihatkan bagaimana
bertani yang baik dan bernilai bisnis.

KETEKUNAN DAN FOKUS

Fokus

Logika ”focusing”, meminjam fenomena matahari. Mahakarya Tuhan ini, sumber energi yang
amat kuat, yang setiap jamnya menyinari bumi dengan jutaan kilowatt energi. Siapa pun, bisa
”mandi matahari” berjam-jam dengan risiko yang ringan.
Bagaimana dengan laser? Seberkas sinarnya, adalah energi lemah. Ia hanya membutuhkan
beberapa kilowatt energi tetapi bisa difokuskan menjadi sebuah pancaran cahaya yang koheren.
Dari seberkas cahaya laser, temuan ilmuwan bisa menggunakannya untuk dari memotong baja
sampai mematikan sel kanker.
Beralih pada perbincangan sebuah usaha. Anda bisa menciptakan efek yang sama: sebuah
kemampuan kuat laksana laser untuk mendominasi sebuah pasar. Itulah yang kami maksud
sebagai ”tindakan memfokuskan”.
Ketika sebuah usaha menjadi tidak fokus, ia akan kehilangan kekuatannya. Usaha itu menjadi
seperti matahari, menyebarkan energinya terlalu banyak produk, di pasar yang terlalu luas.
Konsentrasi, kemampuan untuk memberikan perhatian penuh kepada tugas yang dihadapi, dan
dalam jangka panjang, berkonsentrasi pada suatu karier, merupakan satu segi dari fokus.
Tetapi bukan hanya itu. Segi lainnya, intensitas. Intensitas melibatkan kemampuan untuk
menyalurkan sejumlah besar tenaga pada tugas yang dihadapi. Menjalankannya sebagai
kebiasaan, akan meningkatkan karier Anda. Secara analog, fokus mempunyai pengaruh yang
sama terhadap pekerjaan seseorang, bak lensa pembesar yang dipegang di atas sehelai kertas
pada hari yang cerah. Memegang lensa dengan sudut yang tepat, membuat sinar-sinar
berkonsentrasi pada satu titik, sanggup membakar kertas itu.
Prioritas, masuk dalam gagasan fokus. Jangan segan-segan mengubah dan menaruh yang
paling penting sebagai nomor satu jika sesuatu yang tak terduga muncul. Bekerjalah atas dasar
prioritas.

Tahukah Anda, apa rahasia

nomor satu sukses? Prioritas.

Membahas soal fokus, bisa kita mengutip pendapat Eugene Grisham dalam Achievement
Factor, buku best seller dunia itu. Ia bercerita tentang faktor-faktor sukses hasil wawancara
bertahun-tahun dengan tokoh-tokoh sukses dunia. Kesimpulan buku itu cuma satu: “Untuk
sukses besar dalam suatu bidang, apapun bidangnya, dibutuhkan waktu setidaknya sepuluh
tahun dengan tetap berfokus pada bidang tersebut.”
Kami yakin benar dengan kesimpulan buku itu. Kami punya bukti, seorang yang cukup kami
kenal, sejak lulus SMA, hidup dari berdagang dan tak pemah berpindah-pindah bidang usaha
kecuali pada produk rumah tangga yang sangat digemari kaum ibu. Kenyataannya, tak sampai
sepuluh tahun, ia sukses di bidang yang digelutinya. Itulah kekuatan fokus.
Bak air yang menetesi sebuah batu, setetes demi setetes; hari berganti hari, tahun berganti
tahun, pada saatnya, kita akan terkaget-kaget melihat kenyataan bahwa batu tersebut telah
menjadi cekung hanya karena tetesan air

Anda mungkin juga menyukai